Top Banner
45 BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis SWOT Analisis SWOT ini akan mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal perusahaan sehingga dapat diketahui potensi-potensi yang mampu dikembangkan Garuda dimasa yang akan datang dan mengatasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Dari sisi internal akan dilihat kekuatan atau kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan PT. Garuda Indonesia (Persero). Tbk itu sendiri. Sedangkan dari sisi eksternal, akan dilihat peluang dan ancaman dari luar perusahaan. Setelah mengidentifikasi faktor-faktor tersebut, dilakukan perumusan terhadap strategi dengan menggunakan diagram SWOT. Hasil dari analisis tersebut akan dilihat apakah strategi-strategi yang dilakukan PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk dapat mengatasi kelemahan dan ancaman dengan kekuatan dan peluang yang dimiliki. Sehingga, akan diambil kesimpulan mengenai kinerja Garuda yang menjadi penilaian bisnis untuk investor dalam mengambil keputusan investasi. Faktor-faktor yang akan dianalisis tersebut antara lain: A. Faktor Internal Perusahaan 1. Kekuatan (Strengths): Maskapai penerbangan terbesar di Indonesia;
36

Swot Garuda

Oct 25, 2015

Download

Documents

LucAs Zakaria

SWOT analysis for PT.Garuda Indonesia company
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Swot Garuda

45  

BAB IV

PEMBAHASAN

IV. 1 Analisis SWOT

Analisis SWOT ini akan mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal

perusahaan sehingga dapat diketahui potensi-potensi yang mampu dikembangkan

Garuda dimasa yang akan datang dan mengatasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki.

Dari sisi internal akan dilihat kekuatan atau kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan

PT. Garuda Indonesia (Persero). Tbk itu sendiri. Sedangkan dari sisi eksternal, akan

dilihat peluang dan ancaman dari luar perusahaan. Setelah mengidentifikasi faktor-faktor

tersebut, dilakukan perumusan terhadap strategi dengan menggunakan diagram SWOT.

Hasil dari analisis tersebut akan dilihat apakah strategi-strategi yang dilakukan

PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk dapat mengatasi kelemahan dan ancaman dengan

kekuatan dan peluang yang dimiliki. Sehingga, akan diambil kesimpulan mengenai

kinerja Garuda yang menjadi penilaian bisnis untuk investor dalam mengambil

keputusan investasi.

Faktor-faktor yang akan dianalisis tersebut antara lain:

A. Faktor Internal Perusahaan

1. Kekuatan (Strengths):

• Maskapai penerbangan terbesar di Indonesia;

Page 2: Swot Garuda

46  

• Garuda saat ini mengoperasikan 89 pesawat yang terdiri dari 3 pesawat

jenis Boeing 747-400, 6 pesawat jenis Airbus 330-300, 5 pesawat jenis

Airbus 330-200 dan 33 pesawat jenis B737 Classic (seri 300, 400, 500)

dan 42 pesawat B737-800 NG;

• Garuda mempunyai 36 rute penerbangan domestik dan 26 rute

internasional hingga tahun 2010;

• Konsep layanan yang selalu menempatkan pelanggan sebagai fokus

utama yang didasarkan keramahtamahan dan keunikan Indonesia yang

disebut dengan “Garuda Indonesia Experience” yang didasarkan pada 5

senses yaitu sight, sound, smell, taste, and touch, menyebabkan Garuda

Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan maskapai

penerbangan lain;

• Adanya layanan “Immigration on Board” yang merupakan inovasi

Garuda dan merupakan satu-satunya di dunia, yaitu layanan pemberian

visa di atas pesawat;

• Memiliki tim yang terdiri dari individu-individu yang handal, profesional,

kompeten, berdaya saing tinggi dan helpful serta dilandasi atas nilai-nilai

FLY-HI (eFficient & effective, Loyalty, customer centricitY, Honesty &

openness, and Integrity) disetiap insan Garuda Indonesia ;

• Pangsa pasar Garuda Indonesia di pasar Internasional mencapai 23.2%

kendati terjadinya krisis global sehingga Garuda Indonesia tetap menjadi

pemimpin pasar untuk area Jepang-Korea-China, Timur Tengah dan

South West Pacific (Australia);

Page 3: Swot Garuda

47  

• Memiliki teknologi informasi yang mutakhir dalam menjalankan bisnis

sehingga menempatkan Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan

dengan TI tercanggih di Indonesia;

• Garuda Indonesia banyak melakukan kegiatan CSR seperti program

kemitraan dan bina lingkungan sebagai bentuk kepedulian dan tanggung

jawab kepada masyarakat;

• Garuda Indonesia termasuk dalam kategori baik untuk hal tata kelola

perusahaan;

• Garuda Indonesia telah memiliki brand yang kuat dan telah diakui di

pasar domestik;

2. Kelemahan (Weakness):

• Adanya faktor teknis dan flight operations seperti keterbatasan jumlah

cockpit dan cabin crew sehingga menyebabkan keterlambatan

penerbangan;

• Tingginya tingkat hutang lancar yang diakibatkan adanya peningkatan

dalam jumlah kewajiban pada akun-akun lancar seperti hutang usaha dan

biaya yang masih harus dibayar;

• Garuda sangat bergantung kepada sistem otomatisasi dalam menjalankan

bisnis sehingga apabila terjadi kesalahan sistem, proses bisnis perusahaan

akan terganggu;

• Perseroan memiliki atau tetap memiliki defisit pada modal kerja pada

masa yang akan datang;

Page 4: Swot Garuda

48  

• Biaya operasional yang tinggi menyebabkan harga tiket pesawat lebih

tinggi dibandingkan dengan maskapai penerbangan lainnya;

B. Faktor Eksternal Perusahaan

1. Peluang (Opportunities):

• Telah dikeluarkannya Garuda Indonesia dari daftar perusahaan

penerbangan yang dilarang terbang di kawasan Eropa, yang

menyebabkan semakin terbukanya kesempatan untuk mewujudkan

pengembangan jaringan penerbangan internasional jarak jauh;

• Indonesia merupakan salah satu pasar penerbangan udara yang memiliki

pertumbuhan yang pesat. Karena pertumbuhan penumpang transportasi

udara di Indonesia tahun 2010 mencapai 22,39% dibandingkan dengan

pertumbuhan dunia yang hanya sebesar 8,20%;

• Bergabungnya Garuda sebagai anggota aliansi global maskapai

penerbangan yang bernama SkyTeam Global Airline Alliance.

• Berkembangnya secara cepat industri penerbangan Asia Pasifik.

2. Ancaman (Threats)

• Adanya faktor fasilitas bandara merupakan faktor yang tidak dapat

dikontrol yang menghambat ketepatan waktu penerbangan (On Time

Performance/OTP), seperti landasan pacu/runway yang terbatas;

• Sumber utama pasokan bahan bakar pesawat Garuda Indonesia berasal

dari Pertamina, sehingga harga bahan bakar pesawat, persediaan bahan

bakar sangat tergantung dengan Pertamina.

Page 5: Swot Garuda

49  

• Adanya bencana alam seperti letusan gunung merapi, wabah penyakit dsb

yang dapat mengakibatkan penurunan permintaan;

• Adanya peningkatan kapasitas, penurunan harga tiket dan semakin

banyaknya rute penerbangan baru yang dibuka oleh maskapai

penerbangan lain;

• Maskapai asing yang melakukan penetrasi pasar ke Indonesia untuk

mengimbangi penurunan penumpang internasional akibat adanya krisis

global;

IV. 1. 1. Diagram SWOT

Untuk menghadapi ancaman dan kelemahan dengan menggunakan kekuatan dan

peluang yang dimiliki, PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk melakukan strategi-strategi

bisnis dalam menciptakan keunggulan kompetitifnya.

Strategi tersebut digambarkan dalam strategy map sebagai berikut:

Page 6: Swot Garuda

 

I

d

i

m

t

o

p

Pada

Indonesia d

dengan strat

ini, kegiatan

menjadi pen

Taha

tahap ini, s

organisasi y

pendapatan,

Strateg

a tahap sur

di dalam ind

tegi konsolid

n operasiona

nerbangan ya

ap kedua yan

eluruh orga

yang efektif

efisiensi o

G

gy Map PT.

rvival (tahu

dustri penerb

dasi (2006) d

al dan mana

ang tepat wa

ng dilakukan

anisasi dan

f melalui f

operasional,

Gambar IV

Garuda Ind

un 2006-20

bangan yan

dan strategi r

ajemen Garu

aktu dengan p

n yaitu tahap

manajemen

fokus terhad

pemberian

V. 1. 1.

donesia (Pe

07), yaitu

ng kompetiti

rehabilitasi (

uda Indones

pelayanan ya

p turn aroun

dibangun k

dap restrukt

produk dan

rsero), Tbk

tahap bert

if. Tahap te

(2007). Dala

ia ditata ula

ang berkuali

nd (tahun 20

kembali aga

turisasi huta

n pelayanan

k

ahannya G

ersebut dilak

am tahap per

ang agar kem

itas.

008-2009), d

ar dapat me

ang, pening

yang kons

50 

aruda

kukan

rtama

mbali

dalam

enjadi

gkatan

sisten,

Page 7: Swot Garuda

51  

intensitifikasi jaringan (tahun 2008) serta fokus terhadap daya saing dan ekspansi

domestik/regional dan juga persiapan menuju penawaran umum (tahun 2009).

Tahap ketiga yaitu tahap growth (2010+), pada tahap ini, perusahaan

mempersiapkan upaya-upaya untuk mendapatkan kelangsungan hidup yang

berkelanjutan melalui IPO pada tahun 2010 dan seterusnya, sehingga tetap menjadi

maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.

Adapun implementasi yang dilakukan Garuda Indonesia untuk mendukung

strategy map tersebut, antara lain:dapat dirumuskan dalam diagram SWOT seperti di

bawah ini:

Internal Factors

(IFAS)

External

Factors (EFAS)

STRENGTHS

WEAKNESS

OPPORTUNITIES

1. Perpindahan kantor ke gedung

manajemen yang berkonsep eco

buiding di area Garuda City di

kawasan Bandara Internasional

Soekarno Hatta Cengkareng yang

meningkatkan produktivitas serta

efisiensi dan efektivitas

perusahaan karena seluruh

1. Modernisasi dan

penambahan pesawat

dalam jumlah yang

cukup besar dengan

penggunaan bahan bakar

yang efisien yang

dimulai bertahap sejak

Juli 2009;

Page 8: Swot Garuda

52  

kegiatan operasional perusahaan

terintegrasi dalam satu kawasan

yang terpadu;

2. Dibukanya 4 rute domestik

baru dan 7 rute internasional baru

tahun 2009;

3. Melakukan intensifikasi atas

jaringan penerbangan yang ada.

Jaringan penerbangan perusahaan

saat ini menghubungkan 28 kota

domestik dan 24 kota

internasional, termasuk sembilan

kota yang diterbangi oleh mitra

codeshare perusahaan. Di tahun

2009, mitra codeshare berjumlah

10 maskapai penerbangan seperti

Singapore Airlines, Silk Air,

China Airlines, China Southern

Airlines, Korean Air, Malaysian

Airlines, Philippine Airlines,

Vietnam Airlines, KLM dan

Qatar Airways untuk melayani

pasar Asia Tenggara maupun

2. Dibukanya kembalinya

rute-rute penerbangan

yang sempat ditutup baik

di dalam maupun di luar

negeri seperti Amsterdam

pada Juni 2010;

3. Penambahan jumlah

pilot, co pilot, dan awak

kabin di tahun 2010;

4. Tidak dibagikannya

dividen terlebih dahulu

selama 6 tahun dari tahun

2009;

Page 9: Swot Garuda

53  

internasional;

4. Dikembangkannya konsep

“Human Capital Managenment

System” yang memandang

seluruh karyawan sebagai aset

yang memiliki daya saing tinggi

yang dilakukan mulai dari

dilakukan dari mulai tahap

perencanaan, pengembangan,

pembuatan sistem dan prosedur,

serta pengelolaan karir;

5. Melakukan pemetaan

karyawan sesuai dengan

kompetensi dan minatnya guna

memudahkan pengembangan

karyawan. Selanjutnya karyawan

terpilih ini dibekali dengan

pelatihan dan pengembangan

“Management Development

Program” atau “Professional

Development Program” sehingga

mereka dapat terus berkembang

dan memberikan kemampuan

Page 10: Swot Garuda

54  

terbaiknya bagi organisasi;

6. Sistem pembelajaran elektronis

“learning content management

system” dan pusat pembelajaran

bagi karyawan Garuda;

7.Mengintensifkan proses

internalisasi budaya perusahaan

“FLY-HI” di seluruh jajaran

karyawan Garuda;

8.Menerapkan sistem reward and

punishment yang telah

meningkatkan motivasi dan

produktivitas karyawan;

9. Membentuk komite nominasi

dan remunerasi, penelaahan dan

penyempurnaan GCG,

menerapkan whistleblowing

system serta memasukkan laporan

pelaksanaan Corporate

Governance pada website

Perusahaan agar dapat diakses

oleh publik;

10. Melaksanakan program

Page 11: Swot Garuda

55  

kemitraan usaha kecil melalui

pembinaan usaha kecil dan

menengah sejak tahun 1992;

11. Pemberian bantuan kepada

korban bencana alam, pendidikan

dan/atau pelatihan, peningkatan

kesehatan masyarakat,

pengembangan sarana dan

prasarana umum, sarana ibadah

dan pelestarian alam;

12. Perusahaan secara aktif

melakukan penetrasi pasar ke

berbagai perusahaan skala besar

(segmen korporasi) serta bank-

bank dalam rangka menarik

pelanggan yang loyal terhadap

perusahaan;

13. Meluncurkan Internet

Booking Engine (IBE) tanggal 16

Januari 2009 dalam memberikan

kemudahan bagi pelanggan untuk

melakukan reservasi dan

pembelian tiket melalui internet;

Page 12: Swot Garuda

56  

14. penerapan teknologi

informasi yang meliputi

peningkatan proses otomatisasi

dan menghilangkan

ketergantungan kegiatan manual

serta memberikan kemudahan

dokumentasi, standarisasi proses

dengan implementasi beberapa

aplikasi sistem informasi;

15. Melaksanakan program

Laptop on Board yang

merupakan teknik dimana laptop

yang diletakkan di cockpit akan

menggantikan hardcopy

document untuk manual teknik;

16. Melakukan transformasi

sistem check in yang

menawarkan pilihan layanan baru

kepada pelanggan dengan

menyediakan layanan mandiri

berupa Kiosk/Self Service check

in;

17. Meluncurkan layanan Mobile

Page 13: Swot Garuda

57  

Commerce (Booking and

Payment) yang berbasis Service

Oriented Architecture (SOA);

THREATS

1. Desain interior di dalam

pesawat yang menggunakan

warna dan motif tradisional

Indonesia (sight);

2. Menyediakan perangkat Audio

& Video on Demand (AVOD)

untuk menikmati film, siaran TV,

bermain video game, ataupun

mendengarkan musik termasuk

musik tradisional dan

kontemporer Indonesia (sound);

3. Merekomendasikan sajian

makanan dan minuman hasil

pertanian Indonesia kepada

penumpang seperti nasi tumpeng

mini nusantara dan jus martebe

yang terbuat dari campuran buah

markisa dan terung belanda

(taste);

4. Memperkenalkan aroma terapi

1. Lebih memberdayakan

SBU citilink untuk

penerbangan dengan

harga yang rendah yang

telah melayani 7 kota di

Indonesia (Ampenan,

Banjarmasin,

Balikpapan, Batam,

Jakarta, Kupang dan

Makasar;

2. Menyelesaikan

restrukturisasi hutang

dengan seluruh kreditur

termasuk European

Export Creditur Agency

(ECA) tanpa jaminan

dari pemerintah;

3. Menetapkan harga

tiket yang tepat yang

sesuai dengan

Page 14: Swot Garuda

58  

khas Indonesia di kantor-kantor

dan fasilitas airport lounge

Garuda, sedangkan untuk di

dalam kabin pesawat sedang

dilakukan penelitian untuk

menemukan aroma yang tepat

(Smell);

5. Memberikan layanan tulus dan

bersahabat kepada penumpang

dari pada saat melakukan

reservasi sampai tiba di bandara

tujuan (touch);

6. Memberikan layanan

“immigration on board” yang

memungkinkan penumpang

untuk mengurus dokumen

keimigrasian di dalam pesawat;

7. Mengadakan corporate safety

committee meeting secara

berkala, melakukan update

terhadap safety policy, quality

policy, security policy dan

environment policy demi

pertimbangan strategi,

profitabilitas, kondisi

persaingan dan

permintaan serta

fluktuasi harga bahan

bakar;

 

Page 15: Swot Garuda

59  

IV. 2 Analisis Porter

Analisis Porter digunakan untuk melihat lima kekuatan industri yang dapat

mempengaruhi strategi perusahaan dalam menciptakan keunggulan kompetitif

dibandingkan perusahaan saingan yang terdapat dalam suatu industri. Dalam penelitian

ini, akan dilihat lima kekuatan dari perusahaan-perusahaan saingan sejenis (industri

penerbangan). Lima kekuatan yang dijabarkan tersebut akan memperlihatkan tingkat

persaingan didalam industri penerbangan apakah tinggi, sedang atau rendah.

Setelah mengetahui tingkat persaingan yang dihadapi oleh industri penerbangan

maka penulis menganalisis strategi-strategi yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia

keselamatan dan keamanan

penerbangan;

8. Para awak pesawat Garuda

sudah memulai aktivitas sejak

jam 3 dini hari untuk menyiapkan

penerbangan pertama dari

bandara Soekarno-Hatta;

9. Bekerja sama dengan KPK

dalam menyiapkan sistem

pengendalian gratifikasi di

Garuda;

Page 16: Swot Garuda

60  

(PERSERO), Tbk dalam menghadapi kekuatan industri. Setelah mengevaluasi masing-

masing elemen dari kekuatan industri dilakukan kesimpulan apakah PT. Garuda

Indonesia (PERSERO), Tbk mampu menghadapi persaingan diantara perusahaan

saingan dan menilai perusahaan Garuda apakah baik untuk pilihan investasi atau tidak.

.Model lima kekuatan yang dikembangkan Porter untuk PT. Garuda Indonesia

(PERSERO), Tbk, yaitu:

1. Persaingan antar perusahaan saingan

a. Maskapai penerbangan internasional,

Garuda bersaing dengan maskapai yang berbeda pada setiap rute

internasional yang dilayani, seperti di Asia, antara lain: Japan Airlines,

Korean Air, China Southern Airlines, Singapore Airlines, Malaysia

Airlines dan Thai Airways untuk rute-rute dari dan ke Jepang, Korea,

China, Singapura, Malaysia dan Thailand. Pada pasar Australia, Garuda

bersaing dengan Qantas dan Jetstar, pada pasar Timur Tengah, bersaing

dengan Saudi Airlines, Emirates, dan Qatar Airways, sedangkan untuk

pasar Eropa bersaing dengan KLM, Singapore Airlines, dan Emirates.

Kekuatan yang timbul dari perusahaan persaing tersebut dibandingkan

dengan perusahaan Garuda ialah:

• Perusahaan penerbangan pesaing internasional tersebut memiliki

pengalaman operasional yang cukup lama, memiliki sumber

keuangan dan teknologi yang lebih baik, serta pengakuan brand

yang lebih baik.

Page 17: Swot Garuda

61  

b. Maskapai penerbangan domestik

Untuk rute domestik, Garuda merupakan satu-satunya maskapai FSC

(Full Service Carrier) yang memberikan layanan maksimum dengan tarif

yang juga premium dengan sasaran para pebisnis sehingga Garuda

memiliki pangsa pasar tersendiri. Sedangkan untuk segmen budget

traveler, Garuda bersaing dengan maskapai jenis LCC (Low Cost

Carrier) seperti Lion Air, Air Asia, Sriwijaya Air dan sebagainya yang

menawarkan harga dibawah Garuda dengan pelayanan berstandard

medium dan minimum.

c. Jasa kargo udara

Garuda bersaing dengan perusahaan layanan kargo udara yang

terintegrasi seperti DHL dan UPS yang memiliki ground transport

sendiri. Garuda juga bersaing dengan Singapore Airlines, Malaysia

Airlines, Cathay Pasific, Korean Air dan China Airlines yang

mengoperasikan armada yang lebih besar dengan pesawat berbadan lebar

dibandingkan dengan Garuda yang memiliki kapasitas kargo yang

terbatas.

2. Potensi masuknya pesaing baru

Ketika syarat pendirian perusahaan penerbangan mudah dilakukan yang

mengakibatkan mudahnya masuknya perusahaan ke dalam maskapai

penerbangan, maka pemilik perusahaan tersebut dengan mudahnya menutup

perusahaan dan kembali membuka usahanya dengan nama baru ketika

perusahaan mereka mengalami kemunduran.

Page 18: Swot Garuda

62  

Tetapi dengan diperketatnya persyaratan pendirian maskapai

penerbangan baru yang tercantum dalam Undang-Undang Penerbangan No.1

Tahun 2009, maka potensi masuknya perusahaan penerbangan baru yang juga

dapat menjadi pesaing baru Garuda kemungkinan sangat kecil. Pada pertengahan

tahun 2006 dari 11 kandidat perusahaan penerbangan yang mengajukan

permohonan Surat Izin Usaha Penerbangan (SIUP) baik penerbangan berjadwal

maupun penerbangan carter, ada 5 kandidat yang tidak dapat memenuhi kriteria

yang disyaratkan sehingga 5 kandidat tersebut dengan sendirinya mengundurkan

diri dalam mendirikan perusahaan penerbangan.

Perusahaan baru yang masuk sebagai maskapai penerbangan baru

tersebut ialah, Jatayu Airlines, Life Air, Love Air Services, PT Firefly Indonesia

Berjaya, PT Aviastar Mandiri, dan Martabuana Abadi.

Dengan sulitnya hambatan perusahaan maskapai baru ke industri

penerbangan tersebut maka semakin kecil ancaman yang akan dihadapi oleh PT.

Garuda Indonesia, Tbk.

3. Potensi pengembangan produk-produk pengganti

Produk dan atau pelayanan yang diberikan oleh PT. Garuda Indonesia

(PERSERO), Tbk dapat mudah digantikan baik dengan perusahaan penerbangan

maupun dengan perusahaan transportasi darat dan laut. Dengan cukup banyaknya

sarana transportasi yang ada sekarang ini, dapat menjadi ancaman langsung bagi

Garuda karena konsumen atau pengguna transportasi mempunyai pilihan

transportasi terlebih lagi banyaknya transportasi yang menawarkan harga yang

terjangkau dan cukup terjamin kualitasnya (keselamatan). Namun, dalam

kecepatan, hal tersebut menjadi kelebihan penerbangan untuk mengatasinya.

Page 19: Swot Garuda

63  

Jika dibandingkan antar maskapai penerbangan, pasar penerbangan

berbiaya rendah (LCC) di Asia Pasifik dan Indonesia sedang tumbuh pesat. Hal

tersebut dibuktikan dengan jumlah penumpang pesawat yang mencapai 48 juta

penumpang per tahunnya atau naik sekitar 17% pada tahun 2010. Bahkan dari

14% tersebut dikuasai oleh maskapai penerbangan berbiaya rendah, dimana

sisanya 3% dikuasai oleh legacy airlines seperti Garuda Indonesia.

Dengan adanya hambatan yang cukup besar dari produk pengganti yang

menawarkan harga yang kompetitif, dan juga memiliki nama yang cukup dikenal

oleh para pengguna transportasi, khususnya penerbangan maka semakin besar

pula ancaman yang dihadapi oleh Garuda.

4. Daya tawar pemasok

Industri penerbangan bergantung pada avtur dari Pertamina sebagai

bahan bakar pesawat. Pertamina merupakan perusahaan monopoli sehingga

harga avtur bergantung kepada Pertamina. Sedangkan untuk penerbangan

internasional, bahan bakar pesawat bergantung kepada pemasok internasional

seperti air BP dan Shell Malaysia Trading. Harga bahan bakar internasional

tersebut ditetapkan dengan mengacu pada harga dasar rata-rata minyak yang

dipublikasikan oleh Platts melalui Singapura berdasarkan Mean of Platts

Singapore (MOPS), Mean of Platts Arab Gulf (MOPAG), Teluk Arab, Saudi

Arabia dan Belanda, yang diterbitkan oleh ARAMCO atau Rotterdam.

Selain itu, penyedia jasa bandara dan perawatan juga dapat

mempengaruhi operasional Garuda Indonesia. Sebagai contoh, pajak jasa

bandara mempengaruhi penambahan atau pengurangan rute penerbangan. Dalam

Page 20: Swot Garuda

64  

jasa perawatan pesawat terbang, banyak supplier yang menawarkan jasa ini,

tetapi Garuda sendiri telah memiliki jasa perawatan sendiri bernama Garuda

Maintance Facility (GMF) yang telah berpengalaman bahkan maskapai

penerbangan lain seperti Sriwijaya, Lion Air, Mandala Airlines menggunakan

jasa perawatan dari GMF tersebut.

Oleh karena pemasok bahan bakar untuk semua perusahaan penerbangan

hanya dimiliki oleh perusahaan tertentu saja, maka kekuatan dari supplier sangat

tinggi. Sehingga mengakibatkan perusahaan harus mampu bernegosiasi secara

maksimal dengan pemasok untuk memperoleh harga terbaik dan kuantitas bahan

bakar yang memadai.

5. Daya tawar konsumen

Dengan kelebihan yang dimiliki oleh Garuda Indonesia, pembeli atau

pengguna transpotasi yang akhirnya menentukan maskapai penerbangan yang

akan digunakan. Apalagi, industri penerbangan merupakan industri yang

berfokus pada pelayanan jasa. Oleh sebab itu, industri penerbangan sangat

bergantung kepada daya tawar kosumennya.

Daya tawar dari pengguna industri penerbangan ini sangat tinggi. Faktor

yang menyebabkan daya tawar konsumen tersebut tinggi yaitu dengan semakin

beragamnya pilihan dari perusahaan penerbangan lain yang menawarkan harga

tiket yang murah, pola pikir konsumen untuk memilih pesawat dengan tiket yang

murah tetapi tetap terjamin keselamatannya, adanya transportasi pengganti yang

bisa digunakan selain pesawat terbang bila masih menempuh perjalanan yang

dekat serta kondisi ekonomi yang dihadapi oleh konsumen sehingga lebih

memilih penerbangan dengan harga terjangkau.

Page 21: Swot Garuda

65  

Dari faktor-faktor tersebut, semakin tinggi daya tawar konsumen maka

semakin tinggi pula persaingan yang dihadapi Garuda.

IV. 2. 1. Strategi Menghadapi 5 Kekuatan Industri

Sebelumnya telah diuraikan kekuatan-kekuatan industri yang dihadapi Garuda di

dalam industrinya, sehingga dapat dianalisis tingkat kekuatan dari industri penerbangan.

Berikut tabel ringkasan analisis porter mengenai tingkat persaingan untuk industri

penerbangan.

Tabel IV. 2. 1. Tingkat Kekuatan untuk Industri Penerbangan

Kekuatan Tingkat Kekuatan

High Medium Low

Persaingan antarperusahaan saingan √

Potensi masuknya pesaing baru √

Potensi pengembangan produk-produk pengganti √

Daya Tawar Pemasok √

Daya Tawar Konsumen √

Dari tabel diatas, dilihat bahwa kekuatan yang ditimbulkan dari industri

penerbangan cenderung tinggi. Semakin tingginya kekuatan dari industri tersebut maka

semakin tinggi pula persaingan yang harus dihadapi oleh PT. Garuda Indonesia

(PERSERO), Tbk. Untuk menghadapi persaingan tersebut dan menjaga supaya

perusahaan Garuda tetap menjadi perusahaan penerbangan terbesar di Indonesia maka

Page 22: Swot Garuda

66  

perusahaaan Garuda melakukan strategi-strategi kompetitif dengan tujuan dapat

melakukan sesuatu yang lebih baik dari pesaing.

Selanjutnya penulis mengidentifikasikan strategi-strategi yang dilakukan Garuda

dalam menghadapi kekuatan-kekuatan industri. Strategi-strategi tersebut ialah:

1. Melakukan penambahan armada pesawat, rute penerbangan dan bergabungnya

Garuda ke dalam SkyTeam Global Airline Alliance agar tidak kalah bersaing

dengan maskapai lain.

2. Dalam kondisi persaingan yang ketat, Garuda meluncurkan program layanan

bernama Garuda Frequent Flyer (GFF). GFF tersebut merupakan program yang

diadakan Garuda bagi penumpang setia Garuda dengan cara memberikan benefit

sebagai imbalan atas pengumpulan jarak yang telah ditempuh dengan Garuda

baik ke rute domestik maupun ke rute internasional.

3. Garuda Indonesia secara khusus memberikan potongan harga sebesar 10% bagi

penumpang yang membeli tiket pulang pergi (return ticket) dari sebelumnya

hanya sebesar 5%. Garuda Indonesia juga memberikan harga khusus berupa

potongan sebesar 25%. bagi anak – anak (umur 2 – 12 tahun), penyandang cacat

dan atau veteran, serta orang lanjut usia (60 tahun ke atas) untuk sub kelas C, Y,

M dan L.

4. Walau dengan tiket yang mahal, Garuda memberikan full service airlines yang

mengutamakan keramahan seluruh karyawan dan awak kabin Garuda dalam

melayani penumpangnya. Sehingga Garuda memiliki pangsa pasarnya tersendiri.

Page 23: Swot Garuda

67  

5. Dari sisi pemasok, dalam memenuhi bahan bakar pesawat, Garuda telah

melakukan upaya dengan melakukan negosiasi dengan Pertamina. Negosiasi

tersebut bertujuan agar memperoleh bahan baku yang memadai dalam

melakukan kegiatan operasionalnya dan untuk mendapatkan harga yang terbaik.

Dari perjanjian itu pula, Garuda mendapatkan pengadaan 70% bahan bakar

dibandingkan maskapai penerbangan yang lain. Dengan adanya perjanjian

tersebut maka Garuda mendapatkan persediaan bahan baku yang didahulukan

dibandingkan maskapai penerbangan yang lainnya.

6. Untuk mengurangi ancaman dari maskapai-maskapai penerbangan yang berbiaya

rendah, maka Garuda membuat unit bisnis strategi yaitu Citilink. Citilink

merupakan layanan yang disediakan Garuda untuk menangkap segmen budget

traveler di pasar domestik.

IV. 3 Analisis Free Operating Cash Flow To The Firm (FCFF)

IV. 3. 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Dalam penelitian ini, penulis mengasumsikan estimasi harga wajar saham dengan

stable growth, dimana perusahaan berada di kondisi pertumbuhan yang stabil. Stable

growth umumnya digunakan apabila tingkat pertumbuhan perusahaan lebih kecil

daripada tingkat pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada

triwulan-1 tahun 2011 yang diperoleh dari data BPS (Badan Pusat Statistik) yaitu

sebesar 6,5%. Oleh karena itu, tingkat economic growth Indonesia yang akan digunakan

Page 24: Swot Garuda

68  

dalam penelitian ini sebesar 6,5%. Adapun data pendukung untuk pertumbuhan ekonomi

Indonesia ada di halaman lampiran L1.

Penelitian menggunakan data historis lima tahun yaitu tahun 2006 sampai 2010

dari 5 perusahaan BUMN yang mencatatkan sahamnya di bursa efek tahun 2006-2010

untuk menghitung beta rata-rata yang akan digunakan dalam perhitungan CAPM.

Perusahaan tersebut antara lain: PT Telkom, Tbk (TLKM); PT Bank Mandiri, Tbk

(BMRI); PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BBRI); PT Perusahaan Gas Negara, Tbk

(PGAS); serta PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BBNI).

Dalam perhitungan estimasi harga wajar saham Garuda akan digunakan

pendekatan WACC. Perolehan hasil dari WACC didapat dari nilai tiap-tiap komponen

biaya dari WACC tersebut, antara lain: biaya modal ekuitas (ks) dan biaya hutang (kd).

Biaya modal ekuitas (ks) tersebut dihitung dengan menggunakan CAPM sedangkan

biaya hutang (kd) dihitung dengan menggunakan Damodaran Spreadsheet.

IV. 3. 1. 1. Biaya Ekuitas (Cost of Equity)

CAPM merupakan pendekatan yang bisa digunakan dalam perhitungan biaya

ekuitas (ke).

Data-data yang diperlukan untuk menghitung biaya ekuitas tersebut yaitu Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG), risk free rate (BI rate), dan beta. Beta yang digunakan

dalam penelitian ini diasumsikan sama dengan rata-rata beta industry BUMN. Dimana,

perusahaan BUMN yang diambil sebagai rata-rata industri ialah perusahaan BUMN

yang mewakili perusahaan BUMN secara rata-rata dengan mengambil 5 perusahaan

Page 25: Swot Garuda

69  

BUMN tertinggi dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar per 29 Desember 2010.

Perusahaan BUMN tersebut antara lain: PT Telkom, Tbk (TLKM); PT Bank Mandiri,

Tbk (BMRI); PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BBRI); PT Perusahaan Gas Negara, Tbk

(PGAS); serta PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BBNI).

Langkah pertama, penulis melakukan perhitungan tingkat pengembalian harga

saham (Ri), dan tingkat pengembalian pasar (RM) dari masing-masing 5 perusahaan

BUMN yang telah disebutkan diatas secara mingguan. Tingkat pengembalian tersebut

dihitung menggunakan fungsi natural logarithm (LN) dalam Microsoft Excel. Adapun

perhitungan tingkat pengembalian tersebut ialah:

o Tingkat pengembalian harga saham TLKM 2 Januari 2006

=LN(6200/6100)=1.63%

o Tingkat pengembalian harga saham BMRI 2 Januari 2006

=LN(1920/1810)=5.90%

o Tingkat pengembalian harga saham BBRI 2 Januari 2006

=LN(3350/3325)=0.75%

o Tingkat pengembalian harga saham PGAS 2 Januari 2006

=LN(1840/1560)=16.51%

o Tingkat pengembalian harga saham BBNI 2 Januari 2006

=LN(1390/1360)= -2.18%

o Tingkat pengembalian IHSG 2 Januari 2006

=LN(255/325)=2.28%

Page 26: Swot Garuda

70  

Tingkat pengembalian saham maupun pasar tersebut dihitung secara mingguan

hingga tanggal 27 desember 2010 sesuai dengan data IHSG dengan perhitungan yang

sama.

Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikkan harga

saham TLKM, BMRI, BBRI dan PGAS pada tanggal 9 Januari 2006 dibandingkan

dengan minggu sebelumnya yaitu tanggal 2 Januari 2006 yang menyebabkan tingkat

pengembalian bernilai positif yaitu masing-masing sebesar 1.63%, 5.90%, 0.75% dan

16.51%. Untuk tingkat pengembalian saham BBNI mengalami penurunan sebesar

2.18%, karena harga saham dari minggu pertama hingga minggu kedua Januari 2006

harga saham BBNI menurun dari harga Rp 1,390 menjadi Rp 1,360. Sedangkan untuk

IHSG, tingkat pengembalian pasar (IHSG) naik sebesar 2.28% yang artinya pasar saham

secara keseluruhan sedang naik/baik. Untuk perhitungan dan penjelasan minggu

selanjutnya sama dengan contoh di atas, dan dilakukan sampai dengan 27 Desember

2010.

Langkah kedua, dilakukan perhitungan beta rata-rata (β). Beta tersebut

ditentukan berdasarkan tingkat pengembalian harga saham masing-masing 5 perusahaan

BUMN dan IHSG. Beta dihitung dengan menggunakan fungsi Slope dalam Microsoft

Excel. Adapun hasi perhitungan beta rata-rata (β), ialah:

Beta (β)

=SLOPE(Ri,RM)

TLKM 0.695338577

BMRI 1.193243043

BBRI 1.044498902

PGAS 1.002510883

Page 27: Swot Garuda

71  

BBNI 1.273033793

Rata-rata 1.041725040

Beta rata-rata yang dihasilkan yaitu sebesar 1.0417 yang artinya ukuran

sensitifitas saham dari risiko pasar yang mengukur tingkat pengembalian saham

bergerak terhadap saham. Karena beta yang diperoleh sama dengan 1 mengandung arti

bahwa harga saham sefluktuatif dengan pasar atau sensitif atau agresif terhadap pasar

saham. Apabila beta yang diperoleh kurang dari 1 maka harga saham tersebut akan tidak

akan sensitif/bergerak mengikuti pasar. Dengan kata lain, semakin besar nilai beta,

semakin besar pula resiko saham terebut.

Langkah ketiga yang dilakukan setelah menghitung tingkat pengembalian pasar

(RM) dan Beta rata-rata (β) yaitu menghitung tingkat bunga BI (BI Rate) yang

disimbolkan dengan RFR. Untuk BI rate, diasumsikan data yang digunakan adalah rata-

rata dari BI rate tahun 2006 sampai 2010. Data-data harga saham, BI rate, dan

perhitungan Ri, RM dapat dilihat pada halaman lampiran (L2-L11). .

Setelah memperoleh hasil dari perhitungan ketiga komponen biaya ekuitas, yaitu

tingkat pengembalian pasar (RM), beta rata-rata (β) dan BI Rate (RFR), maka kita dapat

menghitung biaya ekuitas dengan menggunakan CAPM.

Perhitungan biaya ekuitas (Ks), dapat dilihat pada tabel berikut:

Mingguan tahunan

RM 0.42% 22.085%

B 1.0417

RFR 8.55%

Ks 22.65%

Page 28: Swot Garuda

72  

 

Adapun perhitungan CAPM tersebut adalah sebagai berikut:

Ks = 8.55% + (22.085% – 8.55%) x 1.0417 = 22.65%

Biaya ekuitas (Ks) yang diperoleh dengan menggunakan metode perhitungan

CAPM untuk tahun 2010 diperoleh hasil 22.65%. Biaya ekuitas sebesar 22.65%

menunjukkan besarnya biaya yang perlu dibayarkan kepada investor seperti deviden

sebagai hasil dari pengembalian investasi mereka.

IV. 3. 1. 2. Biaya Hutang (Cost of Debt)

Biaya utang yang disimbolkan dengan kd, merupakan salah satu komponen dalam

perhitungan WACC. Dalam penelitian ini, biaya hutang dihitung dengan menggunakan

Damodaran Spreedsheet. Dalam Damodaran Spreedsheet, dilihat default spread for

country dan interest rate of bond berdasarkan bond rating Indonesia pada tahun 2010

yang dinilai oleh Standar & Poor’s yaitu BB.

Tabel bond rating, default spread for country dan interest rate of bond telah

dilampirkan sebelumnya dalam bab II. Untuk perhitungan biaya hutang (kd) Garuda,

penulis mengasumsikan bond rating Garuda sesuai dengan peringkat obligasi yang

dinilai oleh Standar & Poor’s untuk Indonesia pada Maret 2010 yaitu BB. Terdapat pula

data pendukung peringkat obligasi Indonesia pada halaman lampiran L12. Adapun

perhitungan biaya hutang (kd) tersebut adalah sebagai berikut:

Kd = 6.5% + 4.25% + 7.75% = 18.50%

Page 29: Swot Garuda

73  

Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh biaya hutang sebesar 18.50% yang

artinya, tingkat suku bunga yang harus dibayarkan atas utang kepada lembaga

pembiayaan yaitu sebesar 18.50%.

IV. 3. 1. 3. Pajak (Tax)

Biaya modal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yang berada di

luar kendali perusahaan dan yang dipengaruhi oleh keputusan keuangan dan investasi.

Salah satu yang berada di luar kendali perusahaan ialah tarif pajak. Tarif pajak ini akan

digunakan dalam perhitungan komponen biaya hutang, yaitu biaya hutang setelah pajak.

Biaya hutang akan menimbulkan biaya bunga yang menyebabkan penurunan

penghasilan. Dengan demikian, hutang dapat mengurangi pajak yang harus dibayar.

Jadi, langkah berikut yang dilakukan adalah menentukan besarnya rata-rata persentase

pajak selama periode 2006-2010.

Penulis akan menghitung tarif pajak dengan menggunakan rata-rata keseluruhan

pajak yang dibayarkan perusahaan, dengan mengasumsikan perusahaan membayar pajak

sesuai peraturan tarif pajak yang ditetapkan oleh Direktorar Jenderal Pajak untuk wajib

pajak badan pada periode tersebut.

Berikut ialah tabel tarif pajak selama periode 2006-2010:

Table IV. 2. 1. 3 Tarif Pajak

2006  2007  2008  2009  2010 Pajak (%)  30% 30% 30% 28% 25% Rata‐rata Pajak (%)  28.6%

Page 30: Swot Garuda

74  

IV. 3. 1. 4. Weighted Average Cost of Capital (WACC)

Biaya modal merupakan campuran yang berasal dari hutang jangka panjang dan

laba ditahan atau ekuitas.

Data yang dibutuhkan untuk meghitung proporsi struktur modal perusahaan ialah

laporan keuangan perusahaan dalam bentuk neraca (balance sheet) selama periode 2006-

2010. Hasil dari komponen modal terebut merupakan total keseluruhan sumber

pendanaan yang dimiliki PT. Garuda Indonesia (PERSERO), Tbk. Berikut adalah

proporsi struktur modal perusahaan dalam bentuk hutang dan ekuitas.

Tabel IV. 3. 1. 4

Proporsi Struktur Modal

2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah Hutang Jk. Panjang 38,834,852,358 31,522,862,585 4,578,527,816,853 1,015,868,855,215 1,617,202,334,913 Jumlah Ekuitas

751,087,837,445 1,829,180,464,887 254,629,282,616 3,214,070,614,401 3,457,261,695,881 Total 789,922,689,803 1,860,703,327,472

4,833,157,099,469 4,229,939,469,616 5,074,464,030,794

Bobot hutang (Wd) 4.92% 49.31% 94.73% 24.02% 31.87%

Bobot ekuitas (Ws) 95.08% 50.69% 5.27% 75.98% 68.13%

Total 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

Rata-Rata proporsi

Wd 31.45%

Ws 68.55%

Total 100.00%

Data dibuat dalam satuan Rupiah

Contoh perhitungan proporsi struktur modal perusahaan tahun 2006:

Wd 2006 = Rp 38,834,852,358/ Rp 789,922,689,803= 4.92%

Ws 2006 = Rp 751,087,837,445/ Rp 789,922,689,803= 95.08%

Page 31: Swot Garuda

75  

Pada perhitungan untuk tahun 2006 diperoleh proporsi struktur modal

perusahaan terdiri dari 4.92% hutang dan 95.08% ekuitas. Artinya, modal Garuda hanya

terdiri dari sedikit hutang sebesar 4.92% dibandingkan ekuitas sebesar 95.08%. Sama

halnya, perhitungan proporsi struktur modal dan penjelasan untuk tahun 2007 sampai

dengan 2010. Untuk tahun 2008, proporsi hutang lebih besar dari ekuitas, yaitu hutang

sebesar 94.73%, ekuitas sebesar 5.27%.

Setiap perusahaan akan memiliki sebuah struktur permodalan yang tidak tetap

setiap tahunnya, sehingga penulis mengambil rata-rata struktur permodalan yang

dianggap sebagai struktur permodalan perusahaan, yaitu terdiri dari 31.45% hutang dan

68.55% ekuitas. Mengandung arti bahwa struktur modal perusahaan lebih banyak terdiri

atas 68.55% ekuitas daripada 31.45% ekuitas atau laba ditahan selama periode 2006 -

2010.

Setelah menentukan semua komponen WACC, yaitu rata-rata komponen biaya

utang setelah pajak, biaya ekuitas, biaya hutang dan proporsi struktur modal perusahaan

selama periode 2006-2010, maka sudah dapat menghitung WACC tahun 2010.

Perhitungan WACC tersebut ialah sebagai berikut:

WACC ={[31.45% x (18.50% x (1- 28.6%))]} + (68.55% x 22.65%) = 19.68 %

WACC bernilai 19.68%, sama artinya sebagai tingkat pengembalian yang

diharapkan oleh investor maupun kreditor atas biaya modal yang ditanam mereka yaitu

sebesar 19.68%.

Page 32: Swot Garuda

76  

 

IV. 3. 2. Perhitungan Free Cash Flow to the Firm (FCFF)

Free cash flow to firm (FCFF) akan mencerminkan kas yang benar-benar tersedia

untuk didistribusikan kepada para investor dan perhitungan ini lebih relevan untuk

digunakan ketika mengestimasikan nilai dari suatu perusahaan. Nilai dari operasi sebuah

perusahan akan bergantung pada seluruh arus kas bebas yang diharapkan di masa

mendatang. Oleh karena itu, penulis melakukan perhitungan arus kas bebas (FCFF),

yang kemudian akan dikombinasikan dengan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)

untuk menentukan estimasi harga wajar saham

IV. 3. 2. 1. Peramalan Pendapatan Garuda Tahun 2011

Pendapatan Garuda tahun 2011 dapat kita hitung dengan memasukan data

pendapatan Garuda yang terdapat di laporan keuangan periode 2006-2010 dengan

menggunakan fungsi forecast yang ada di Microsoft Excel. Dimana, tahun 2011

merupakan tahun ke-6. Perkiraaan pendapatan Garuda ini, akan digunakan dalam

memperkirakan FCFF tahun 2011 dan selanjutnya dapat melihat harga IPO harga saham

Garuda.

Perkiraan pendapatan Garuda di tahun 2011 ialah sebagai berikut:

Estimasi Pendapatan 2011=FORECAST (Tahun ke 6;SALES2006-2010;Tahun ke1-5)

= Rp 22,079,155,588,187

Berdasarkan perhitungan di atas, diperkirakan nilai estimasi revenue tahun 2011

sebesar Rp 22,079,155,588,187 Artinya, estimasi revenue meningkat dari tahun

sebelumnya yaitu sebesar Rp 19,534,331,480,504  di tahun 2010, karena estimasi

dihitung dengan menggunakan percentage of sales method (PSM) dari rata – rata tahun

historis yang fluktuatif. 

Page 33: Swot Garuda

77  

 

IV. 3. 2. 2. Perkiraan FCFF 2011

Dalam memperkirakan FCFF tahun 2011, maka penulis juga melakukan

peramalan untuk masing-masing komponen FCFF, yaitu EBIT (1-Tax Rate),

depreciation and amortization expense, capital expenditures (capex), dan change in

working capital.

Masing-masing komponen FCFF di hitung dengan cara percentage of sales

method. Berikut ini ialah contoh perhitungan PSM EBIT(1-T), PSM depreciation and

amortization, dan PSM Capital Expenditure, tahun 2006 yakni:

PSM EBIT(1-T) 2006 =Rp -378726952161/ Rp 12,343,167,640,539= -3.07%

PSM Dep 2006 = Rp 352,250,797,710/ Rp 12,343,167,640,539= 2.85%

PSM CAPEX 2006 = Rp 41,730,323,035/ Rp 12,343,167,640,539= 0.34%

PSM ∆ WC 2006 = 0%

   

Khusus untuk working capital, dalam FCFF digunakan perubahannya (∆ WC),

maka ∆ PSM WC 2006 belum dapat diketahui. Baru pada tahun 2007 perubahan

working capital dapat dihitung. Working Capital yang digunakan dalam perhitungan

FCFF ini yaitu non-cash working capital yang komponennya terdiri dari piutang usaha,

persediaan dan hutang usaha.

Begitu pula dengan perhitungan periode 2007 – 2010. Hasil dari masing– masing

persentase PSM yang diperoleh kemudian di hitung rata-ratanya dengan menggunakan

fungsi Average pada Microsoft Excel, dengan perhitungan sebagai berikut :

Page 34: Swot Garuda

78  

 

PSM EBIT(1-t) 2011=Average(-3.07%,0.83%,4.28%,3.70%,-0.34%) = 1.08%

PSM Dep2011 =Average(2.85%,2.43%,2.14%,9.01%,8.44%) = 4.97%

PSM CAPEX 2011 =Average(0.34%,3.86%,1.74%,4.18%,1.97%) = 2.42%

PSM ∆ WC 2011 =Average(0.35%,-1.81%,6.23%,1.48%)=1.56%

Setelah diperoleh rata-rata percentage of sales method masing – masing

komponen, dapat dihitung estimasi komponen EBIT(1-T), depreciation and amortiation,

capital expenditure, dan change in working capital untuk tahun 2011 dengan revenue

forecast yang telah dihitung sebelumnya. Berikut perhitungan estimasi masing- masing

komponen tahun 2011:

EBIT(1-T) 2011 = Rp 22,079,155,588,187 x 1.08% = Rp 238,770,298,073

Dep 2011 = Rp 22,079,155,588,187 x 4.97% = Rp 1,098,262,404,395

CAPEX 2011 = Rp 22,079,155,588,187 x2.42% = Rp 533,661,294,031 

∆ WC 2011 = Rp 22,079,155,588,187 x 1.56%= - Rp 344,792,400,785.240  

Tabel dari hasil perhitungan masing-masing komponen FCFF diatas dapat dilihat pada

halaman lampiran L13.

Berdasarkan estimasi masing-masing komponen FCFF yang telah dilakukan,

maka estimasi FCFF untuk tahun 2011 sebesar Rp 458,579,007,651.459. 

. Dengan perhitungan estimasi FCFF adalah sebagai berikut :

FCFF = Rp238,770,298,073.189 + Rp1,098,262,404,395.590 –

Rp533,661,294,031.083 - Rp344,792,400,785.240

= Rp 458,579,007,651.459

Page 35: Swot Garuda

79  

Total Equity = Rp 3,479,142,512,583.61– Rp 1,456,391,344,385

= Rp 2,022,751,168,198.81

IV. 3. 2. 3. Estimasi Nilai Intrinsik Saham

Estimasi harga wajar saham PT. Garuda Indonesia (PERSERO), Tbk pada tahun

2011 dapat dihitung dengan mengurangi nilai perusahaan dengan nilai hutang sehingga

menghasilkan nilai ekuitas. Dimana, nilai perusahaan tersebut dihitung dengan cara

FCFF tahun 2011 dibagi dengan pengurangan WACC dengan tingkat pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Kemudian, nilai ekuitas tersebut dibagi dengan jumlah saham yang

beredar, dan hasil inilah yang merupakan nilai wajar saham Garuda pada akhir tahun

2011 yang akan dibandingkan dengan harga saham IPO Garuda. Perhitungan nilai

perusahaan tersebut ialah:

Value of Firm = Rp 458,579,007,651.459/ (19.68% - 6.5%)

= Rp 3,479,142,512,583.61

Setelah menghitung nilai dari perusahaan tersebut, selanjutnya yaitu menghitung

nilai ekuitas. Nilai ekuitas tersebut dihitung dengan cara nilai perusahaan dikurangi

dengan rata-rata dari total hutang jangka panjang yaitu:

 

Dengan mengetahui total equity dengan perhitungan seperti di atas, maka nilai

estimasi harga wajar saham (intrinsik value) perusahaan sudah dapat dihitung. Nilai

Page 36: Swot Garuda

80  

harga saham tersebut dapat diperoleh dengan membagi nilai ekuitas dengan jumlah

saham yang beredar. Perhitungan nilai instrinsik tersebut ialah:

2011 2,022,751,168,198.81

6,335,738,000 319.26

Berdasarkan perhitungan diatas, estimasi harga wajar saham Garuda pada tahun

2011 adalah sebesar Rp 319.26. Dari hasil estimasi harga wajar saham tersebut

dibandingkan dengan harga pasar untuk dinilai apakah harga saham IPO Garuda dinilai

overvalued atau undervalued. Telah diketahui harga saham Garuda ketika IPO yaitu

Rp750.

Dari perbandingan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham yang diketahui, dapat

dilihat bahwa penilaian harga saham Garuda pada saat IPO dinilai overvalued yaitu nilai

intrinsik lebih kecil daripada harga pasar.