I. PENDAHULUAN Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. 1 Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik. Walaupun jarang terjadi mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi (<1%). Gejala mioma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas, disini termasuk menoragia, ketidaknyamanan daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi. 1,2 Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadi sebelum menarke dan menopause. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39%-11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Di USA warna kulit
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma
merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpanginya.
1
Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana
prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi
anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri
asimptomatik. Walaupun jarang terjadi mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi
(<1%). Gejala mioma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas,
disini termasuk menoragia, ketidaknyamanan daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi.
1,2
Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %.
Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya
hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadi
sebelum menarke dan menopause. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan
2,39%-11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Di USA warna kulit
hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita mioma uteri.
3,4
Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan sosial
pada wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif, pengobatan yang
dapat dilakukan adalah histerektomi, dimana mioma uteri merupakan indikasi yang
paling sering untuk dilakukan histerektomi di USA (1/3 dari seluruh angka
histerektomi).
5
Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang
paling efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi
mioma uteri itu sendiri. Baru-baru ini penelitian sitogenetik, molekuler dan
epidemiologi mendapatkan peranan besar komponen genetik dalam patogenesis dan
patobiologi mioma uteri.
Tinjauan pustaka ini bertujuan membahas peranan biomolekuler terhadap
terjadinya mioma uteri, serta hubungannya dalam penatalaksanaan mioma uteri yang
lebih baik. 2
II. PATOLOGI ANATOMI
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah
dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya,
maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter
Gambar 1. Gambar Jenis-jenis mioma uterus
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%),
submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%)
3
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini
dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase,
dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. 3
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal
dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami
infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami
anemia dan sepsis karena proses di atas.
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan
tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang
mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka
uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang
padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya
akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat
menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma
saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran
servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern)
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan. 4
Gambar 1. Representasi gambar uterus normal dan struktur vaskulernya
A. Pelebaran pembuluh darah pada endometrium dan miometrium pada uterus normal
B. Pelebaran pembuluh darah obstruksi fisik pada pembuluh darah uterus miomatosus
Dikutip dari Gross Karen L,BA
20
III. PATOGENESIS DAN ASPEK BIOMOLEKULER
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Karena mioma
uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah pada
usia menopause, belum pernah terjadi sebelum menarche, maka diduga penyebabnya
timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen.
3
Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada mioma uteri lebih banyak
didapatkan dibandingkan dengan miometrium normal. Meyer, de Snoo mengemukan
patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest dan genitoblast.
6
Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri atau
memakai mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan
banyak sekali mediator di dalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin
growth factor-l,(IGF-l), connexsin-43-Gap function protein dan marker proliferasi.
4,7
Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel
miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan perubahan kromosom baik secara parsial
maupun secara keseluruhan. Aberasi kromosom ditemukan pada 23-50% dari mioma
uteri yang diperiksa dan yang terbanyak (36,6%) ditemukan pada kromosom 5
7(del(7)(q 21)/q 21 q 32). Keberhasilan pengobatan medikamentosa mioma uteri
sangat tergantung apakah telah terjadi perubahan pada kromosom atau tidak.
2,5
A. Perubahan Sitogenetik Mioma Uteri
Analisis sitogenetik dari hasil pembelahan mioma uteri telah menghasilkan
penemuan yang baru. Diperkirakan 40% mioma uteri memiliki abnormalitas
kromosom non random. Abnormalitas ini dapat dibagi menjadi 6 subgrup
sitogenetik yang utama termasuk translokasi antara kromosom 12 dan 14, trisomi
12, penyusunan kembali lengan pendek kromosom 6 dan lengan panjang
kromosom 10 dan delesi kromosom 3 dan 7.
8,11
Penting untuk diketahui mayoritas
mioma uteri memiliki susunan kromosom yang normal.
Muncul pertanyaan dari klasifikasi mioma uteri dengan kariotif abnormal,
apakah terdapat hubungan antara genotip tumor dengan fenotip klinis. Beberapa
penelitian telah menunjukan adanya rearrangements karyotype berhubungan dengan
ukuran tumor yang lebih besar sesuai dengan lokasi anatomis.
12,13
Arein, dkk
menemukan bahwa tumor dengan delesi kromosom 7 rata-rata lebih kecil dari
daripada tumor dengan penyusunan kembali kromosom 12 (5 vs 8,5 cm), tetapi
ekivalen dengan ukuran tumor yang memiliki kariotip normal (5,4 cm). Hasil-hasil ini
dikonfirmasikan oleh Kernig dkk. Lebih jauh lagi mioma uteri submukosa ditemukan
oleh Brosens dkk
13
memiliki perubahan yang lebih sedikit (12%) daripada intramural
(35%) atau tumor subserosa (29%). Tidak ditemukan hubungan antara abnormalitas
sitogenetik dan usia penderita atau paritas.
Beraneka ragam perubahan kromosom ditemukan pada mioma uteri, yang paling
sering terjadi yaitu: translokasi, trisomi dan delesi, menyebabkan mekanisme
pertumbuhan tumor yang multipel, contohnya translokasi dapat juga meningkatkan
atau menurunkan ekspresi gen melalui posisi juxta pada seluruh bagian gen
disamping elemen regular ektopik. Sebagai pilihan translokasi yang menyetop fungsi
seluruh protein atau diterjemahkan ke protein chimeraic novel yang fungsional.
Trisomi biasanya meningkatkan ekspresi gen melalui peningkatan dosis gen, dimana
paling sering terjadi delesi kromosom pada gen kehilangan fungsinya. Maka itu
perbedaan perbedaan tipe abnormalitas kromosom berada pada mioma uteri dapat 6
memprediksikan genetik heterogen apa yang mempercepat perkembangan dan
pertumbuhan tumor. Penelitian-penelitian mengindentifikasikan gen yang berperanan
dalam perubahan sitogenetik ini.
1. Subgrup t (12,14)
Translokasi kromosom yang paling sering pada mioma uteri yaitu, t(12,14)(q14-
q15;q23-q24) diperkirakan terdapat pada 20% mioma uteri dengan perubahan
kariotip.
10
Pasangan kromosom 12 lain yang paling sering mengalami translokasi
termasuk kromosom 2,4,22 dan x.
15
Bagian q14-q15 pada kromosom 12juga
ditemukan pada tumor mesenkim lainnya seperti; fibroadenoma mammae, polip
endometrium, lipoma dll.
Kloning pada posisi 12q14-q15 dimulai dengan perkembangan high
density physical map dan dihasilkan dari indentifikasi Yeast Artifician
Chromosome (YAC) yang meningkatkan translokasi 12q15 pada mioma uteri
HMGIC, grup protein dengan densitas tinggi yang dipetakan ke kloning YAC ini,
menjadi gen yang berpotensial menarik karena penelitian pada tikus
mengidentifikasikan bahwa HMGIC adalah DNA binding protein yang terlbat
dalam proliferasi seluler dan pada diferensiasi jaringan mesenkim, termasuk
jaringan adiposa. Sebagai contoh, ekspresi HMGIC disebut fenotip pygmy
bermanifestasi pengurangan berat 40% dan pada hipoplasia adiposit, fibroblast
tikus menunjukkan penurunan empat kali lipat aktifitas proliferasi.
16
Terlebih lsgi
penelitian molekular telah menemukan ekspresi HMGIC pada mioma uteri
dibandingkan ekspresi yang tidak dapat dideteksi pada miometrium yang normal.
Bagian kromosom 14 terlibat dalam mioma uteri dengan t(12,14) menarik
perhatian karena spesifitasnya pada mioma uteri dibandingkan dengan tumor
mesenkim lainnya, dimana terjadi perubahan HMGIC. Reseptor ß gen estrogen
(ESR 2), yang berada pada lengan panjang kromosom 14 (14q23-24) sangat
berarti karena pertumbuhan mioma uteri responsif terhadap estrogen.
Bagaimanapun lokus ESR 2 dipetakan kira-kira 2 megabas (MB) dari t(12,14) dan
analisis ekspresi tidak mengubah perbedaan transkripsi level ESR 2 antara mioma
uteri dengan dan tanpa t(12,14). Demikian juga ESR 2 tidak terganggu pada
tumor dengan t(12,14) yang dianalisa dengan hibridisasi fluoroscence insitu, dari 7
hasil ini bukan berarti ESR 2 pada mioma uteri disebabkan kesalahan ekspresi
lainnya atau sebagai pasangan translokasi posisi HMGIC pada mioma uteri
dengan t(12,14), namun demikian perkiraan fisiknya ke t(12,14) belum dapat
dibuktikan bermakna sebagai mekanisme yang mendasari patogenesis dan
patologi mioma uteri.
2. Subgrup 6p21
Ketika HMGIC ditemukan terlibat dalam kromosom subgrup 12 pada mioma
uteri, HMGIY segera dikenali sebagai protein mobilitas tinggi berhubungan
dengan HMGIC yang berada di lengan pendek kromosom 6(6p 21) dapat
berperanan dalam perubahan 6p21 pada mioma uteri. Hibridisasi Flourescence
insitu telah mengkonfirmasi bahwa HMGIY terlibat dalam perubahan ini. Lebih
jauh lagi peningkatan ekspresi HMGIY ditemukan pada mioma uteri tanpa
perubahan sitogenetik pada kromosom 6 pada tumor dengan perubahan
kromosom lainnya dan pada tumor dengan kariotip yang normal. Perubahan 6p21,
termasuk translokasi dengan kromosom 1,2,4,10 dan 14 seperti inversi dan
translokasi dengan kromosom lainnya, terjadi <10 % mioma uteri dengan kariotip
yang abnormal.
3. Grup Protein Mobilitas Tinggi
HMGIC dan HMGI(Y) termasuk dalam grup mobilitas tinggi. Protein grup
mobilitas tinggi, jumlah banyak, nonhistone, DNA binding protein yang secara
tidak langsung mengatur aktifitas beraneka DNA dependent, seperti transkripsi,
dengan menyediakan faktor-faktor arsitektur. Protein grup mobilitas tinggi
dikelompokkan berdasarkan fungsinya ke dalam 3 kelas, HMGI/2 HMG-14/HMG
17, HMG I. HMG I terdiri dari 3 protein; HMGI-C berperanan dalam proliferasi
dan diferensiasi sel.
Ikatan protein HMG I dapat menginduksi perubahan DNA, kemudian
mempengaruhi akses protein binding DNA lainnya. Lebih jauh lagi domain c
terminal berinteraksi dengan protein lainnya, contohnya faktor transkripsi.
Dengan cara ini protein HMG I dapat secara tidak langsung transkripsi, contohnya
perubahan yang terjadi diinduksi oleh ikatan HMGI(Y) telah diketahui
menghubungkan transkripsi interferon ß. HMGIY telah terlihat mempengaruhi 8
transkripsi gen lainnya termasuk tumor necrosis factor ß, E Selectin, IL-2
receptor , chemokine, MgSA/GRO, CD44 cell adhesion protein dan sintesis
nitric acid yang dapat direduksi. Akhir –akhir ini level sintese nitric oxide endotel
terlihat dari imunostaining yang secara bermakna lebih tinggi pada sel-sel otot
polos daripada sel otot polos yang normal. Nitric Oxide mempengaruhi
neovaskularisasi tumor yang estrogen dependent. Dapat ditentukan bila ada
korelasi antara ekspresi induksi sintese nitric oxide dan level disregulasi protein
HMGI pada mioma uteri dengan perubahan gen HMGI. Kesamaannya, hubungan
antara ekspresi HMGI dan perubahan ekspresi gen lainnya yang diatur protein
HMGI belum terlihat pada mioma uteri. HMGI(Y) juga dapat menghambat
transkripsi dengan menginterupsi resesi transkripsi histone.
4. Subgrup Del(7)(q22q32)
Delesi kromosom 7, del(7)(q22q32) terdapat pada 17 % mioma uteri dengan
kariotip yang abnormal.
B. Biomolekuler perdarahan pada mioma uteri
Pada penelitian klasik ditemukan perubahan fundamental struktur vaskuler uterus
miomatosus. Dengan kemajuan era molekuler ditemukan mekanisme angiogenesis
pada uterus yang didukung dengan didapatkannya disregulasi Local Vasoactive
growth factor atau growth factor receptors pada miometrium mioma uteri.
Walaupun ekstasia vena merupakan karakteristik kelainan pembuluh darah pada
mioma uteri, kelainan multipel pada arteri, vena dan matriks ekstraseluler (ECM)
disekelilingnya kemungkian juga menjadi penyebab kelainan heterogen ini.
Pengertian disregulasi tidak hanya menerangkan patofisiologi masalah klinis, tapi
juga mengarah ke penatalaksanaan yang inovatif.
Pada siklus menstruasi normal, perubahan siklik estrogen dan progesteron akan
mempengaruhi stroma dan glandular endometrium. Perubahan morfologi glandular
dan stroma ini diikuti dengan perubahan struktur vaskular, dimana perubahan ini
dimulai dari miometrium sampai sampai ke endometrium melepaskan cabang arteri
radialis yang menjadi berkelok-kelok dan disebut arteri spiralis yang masuk ke dalam
endometrium. Arteri spiralistidak seperti arteri basalis peka terhadap estrogen dan 9
progesteron. Menstruasi merupakan fase iskemik dengan karakteristik vasokonstriksi
arteri spiralis ini dan perdarahan terjadi setelah pembuluh darah relaksasi. Komponen
darah termasuk faktor pembekuan dan platelet muncul untuk membentuk bekuan
yang membatasi kehilangan darah sampai regenerasi selesai.
Menurunnya hormon steroid menyebabkan disrupsi sel-sel endometrium dan
extracellular matrix (ECM). Kelainan ekspresi molekul desmoplakin I II, E-cadherm,
dan ß-catenins dan hilangnya F-actin terjadi hanya pada lapisan fungsional pada
peristiwa menstruasi. Apoptosis meningkat perlahan pada fase sekretori di glandular
endometrium dan menyiapkan jaringan untuk disrupsi. Sesudah lapisan fungsional
lepas, terjadi regenerasi dimulai dari basal endometrium, ketika terjadi kontak
langsung dengan miometrium timbul mekanisme dimana growth factor
mempengaruhi regenerasi endometrium pada sistem parakrin.
Proses siklis angiogenesis, pembentukan pembuluh darah baru, pada ovarium dan
uterus sangat unik dan sulit dimengerti. Angiogenesis pada pembentukan tumor
memiliki proses patologi seperti pada penyembuhan luka. Dimana terjadi interaksi
antara pembuluh darah dan ECM disekitarnya. Proses yang terjadi dalam
angiogenesis adalah penghancuran membran basalis, migrasi sel endotel, proliferasi
sel endotel, pembentukan tabung kapiler, diikuti stabilisasi (gambar 2). Degradasi
membran basalis melibatkan stromelysin, kolagen dan enzim-enzim lainnya untuk
menghancurkan elemen ECM. Sel endotel dapat bermigrasi ke ujung pembuluh
darah. Proses migrasi didukung lingkungan yang banyak mengandung kolagen tipe I
dan tipe III dan dirangsang oleh basic fibroblast growth factor (bFGF). Protein ECM
ini juga muncul dan berperanan penting dalam proses proliferasi. Pembentukan lumen
dan stabilisasi juga dipengaruhi komponen ECM. 10
Gambar 2. Komponen ECM, kolagen IV dan V, serta laminin dihubungkan dengan basal membran dan
masuk kedalam suatu tempat yang banyak mengandung kolagen interstitial I,III, dan fibronektin
yang membantu proses migrasi. Proliferasi terjadi 24 jam setelah migrasi. Angiogenik ini
mengadakan vakuolisasi untuk membentuk lumen kapiler. Ketika proses stabilisasi tuba terjadi,
membran basalis baru terbentuk disekitar kapiler
Dikutip dari Gross Karen L,BA
20
Diperkirakan 30% wanita mengalami kelainan menstruasi, menoragia atau
menstruasi yang lebih sering. Tidak ditemukan bukti yang menyatakan perdarahan ini
berhubungan dengan peningkatan luas permukaan endometrium atau karena
meningkatnya insiden disfungsi ovulasi. Teori yang menjelaskan perdarahan yang
disebabkan mioma uteri menyatakan terjadinya perubahan struktur vena pada
endometrium dan miometrium yang menyebabkan terjadinya venule ectasia.
Miometrium merupakan wadah bagi faktor endokrin dan parakrin dalam
mengatur fungsi endometrium. Aposisi kedua jaringan ini dan aliran darah langsung dari
miometrium ke endometrium memfasilitasi interaksi ini. Growth factor yang merangsang 11
stimulasi angiogenesis atau relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki reseptor pada
mioma uteri dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan menjadi target terapi
potensial. Sebagai pilihan, berkurangnya angiogenik inhibitory factors atau
vasoconstricting factor dan reseptornya pada mioma uteri dapat juga menyebabkan
perdarahan uterus yang abnormal. Telah jelas bahwa ada perbedaan sejumlah gen pada
mioma uteri dengan miometrium yang normal. Terdapat peningkatan reseptor estrogen
dan progesteron serta enzim aromatase pada mioma uteri dibandingkan dengan
miometrium. Mioma uteri juga meningkatkan reseptor insulin like growth factor (IGF-I)
dan mRNA IGF-II dan telah meningkatkan TGF-ß3 enam kali lipat dibandingkan dengan
miometrium. Selain itu didapatkan juga peningkatan mRNA dan protein for parathyroid
hormon related protein (PTHrP) dan bFGF (Weir dkk,1994;Mangrulkar dkk,1995)
Protein yang ada pada mioma uteri mengalami fase siklus menstruasi yang
spesifik lebih banyak dibanding miometrium yang normal. Laboratorium telah
menunjukkan mRNA kolagen tipe I dan kolagen tipe III meningkat relatif pada mioma
uteri hanya terjadi pada fase proliferatif siklus epidermal Growth Factor (EGF) mRNA
telah terlihat meningkat relatif pada fase luteal siklus dibandingkan dengan miometrium
(Harrison-Woolrych dkk,1994). Penelitian terbaru mengatakan bahwa reseptor EGF
dapat diturunkan pada mioma uteri sejak penelitian lain yang berkaitan menyatakan
adanya penurunan ikatan tersebut pada mioma uteri dibandingkan miometrium normal.
Faktor-faktor pertumbuhanataupun reseptornya yang diregulasi berbeda pada
mioma uteri atau endometrium uterus miomatosus, merupakan mediator yang potensial
pada mioma uteri yang disertai komplikasi. Faktor-faktor yang diregulasi berbeda, yang
telah diketahui berperanan pada jaringan vaskuler dengan cara meningkatkan proliferasi
atau perubahan kapiler pembuluh darah, yang berpotensi menyebabkan mioma uteri
dengan gejala menoragia. Faktor-faktor yang memenuhi semua kriteria termasuk basic
England-New Jersey: The Parthenon Publishing Group, 1992: 9-20
19. Rein MS, Friedman, Stuart JM, David T, Laughlon M. Fibroid and myometrial steroid receptors in
Women treated with gonadotropin-releasing hormone agonist leuprolide acetate. Fertility and
Sterility, 1990; 53: 1018-1021
20. Gross K, Morton C, Genetic and development of fibroid. Clin Obstet and Gynecology 2001; 44:
335-349
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak pada rahim yang berasal dari otot rahim. Dikenal juga dengan istilah
mioma atau myom atau tumor otot rahim. Jumlah penderita mioma uteri ini sulit diketahui secara akurat karena banyak yang tidak menimbulkan keluhan sehingga penderita tidak memeriksakan dirinya ke dokter. Secara umum angka kejadian mioma uteri diprediksi mencapai 20-30% terjadi pada wanita berusia di atas 35 tahun.
gambar 1. mioma uteri multipel
PenyebabPenyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa teori menyebutkan pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada jaringan mioma jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri ini sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan (membesar pada usia reproduksi) dan biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause (mengecil pada pascamenopause) Sering kali mioma uteri membesar ke arah rongga rahim dan tumbuh keluar dari mulut rahim. Ini yang sering disebut sebagai Myoma Geburt (Geburt berasal dari bahasa German yang berarti lahir). Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari satu, pada perabaan memiliki konsistensi kenyal, berbentuk bulat dan permukaan berbenjol-benjol seperti layaknya tumor perut. Beratnya bervariasi, mulai dari beberapa gram saja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.
JenisBerdasarkan lokasinya mioma uteri dibagi dalam tiga jenis:- Pertumbuhan ke arah permukaan dinding rahim (subserosa)- Pertumbuhan tetap di dalam dinding rahim (intramural)- Pertumbuhan ke arah rongga rahim (submukosa)
Gejala dan tandaKebanyakan mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan panggul rutin ataupun saat pemeriksaan ultrasonogafi (USG). Gejala yang timbul bergantung pada lokasi dan besarnya tumor, namun yang paling sering ditemukan adalah :
Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid.
Penekanan organ di sekitar tumor oleh mioma uteri seperti kandung kemih, saluran kemih (ureter), usus besar (rektum) atau organ rongga panggul lainnya sehingga menimbulkan gangguan buang air besar dan buang air kecil, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan ginjal karena penekanan saluran kemih (ureter).
Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya reaksi peradangan steril di dalam rahim.
Teraba benjolan pada bagian bawah perut dekat rahim yang terasa kenyal.
Gangguan sulit hamil (infertilitas) karena terjadi penekanan pada saluran indung telur ataupun menyebabkan keguguran berulang (recurrent pregnancy loss).
Rasa nyeri biasanya diakibatkan oleh perubahan mioma uteri yang disebut degenerasi atau kontraksi uterus berlebihan pada mioma yang tumbuh ke dalam rongga rahim. Gejala sulit hamil ataupun keguguran berulang dapat disebabkan gangguan sumbatan pada saluran telur (tuba fallopi) dan gangguan implantasi sel telur yang telah dibuahi pada endometrium.
Sedangkan mioma uteri selama kehamilan dapat mengganggu kehamilan itu sendiri berupa kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim, pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta.
Sebaliknya, kehamilan juga dapat merangsang pertumbuhan mioma uteri. Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar seiring dengan meningkatnya kadar hormon wanita (estrogen) selama kehamilan. Pembesaran yang cepat ini memicu perubahan dari mioma uteri (degenerasi) yang dapat menimbulkan rasa nyeri.
gambar 2. Gambaran USG mioma uteri
Bagaimana cara mendeteksi mioma uteri?1. Pada pemeriksaan fisik, mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi rutin.Diagnosis mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.
2. Pemeriksaan penunjang a. Ultrasonografi (USG)Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama lebih bermanfaat untuk mendeteksi kelainain pada rahim, termasuk mioma uteri. Uterus yang besar lebih baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri dapat menampilkan gambaran secara khas yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Sehingga sangatlah tepat untuk digunnakan dalam monitoring (pemantauan) perkembangan mioma uteri.
b. Hiteroskopi Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk penegakkan diagnosis dan sekaligus untuk pengobatan karena dapat diangkat.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
Bagaimana cara pengobatan atau penanganannya?
Bila mioma uteri berukuran kecil, tidak cenderung membesar dan tidak memicu keluhan yang berarti, cukup dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan sekali termasuk pemeriksaan USG. 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun. Menopause dapat menghentikan pertumbuhan mioma uteri. Pengecilan tumor sementara menggunakan obat-obatan GnRH analog dapat dilakukan, akan tetapi pada wanita dengan hormon yang masih cukup (premenopause), mioma ini dapat membesar kembali setelah obat-obatan ini dihentikan. Jika tumor membesar, timbul gejala penekanan, nyeri hebat, dan perdarahan dari kemaluan yang terus menerus, tindakan operasi sebaiknya dilakukan.
Operasi pembedahanOperasi pembedahan tergantung dari jenis dan letak mioma uteri. Pada kasus mioma submukosum dapat dilakuakan operasi histeroskopi untuk dilakukan reseksi mioma. Jika terdapat mioma uteri jenis subserosa atau intramural dapat dilakukan operasi pengangkatan mioma (miomektomi) melalui laparoskopi atau laparotomi. Banyak wanita dengan mioma uteri memilih untuk dilakukan miomektomi dibandingkan dengan histerektomi (pengangkatan rahim). Saat ini histerektomi tidak hanya dilakukan jika tidak ada rencana hamil lagi. Namun banyak fungsi rahim lainnya selain untuk memiliki keturunan. Akan sangat membantu jika Anda melakukan konseling dengan dokter Anda sehingga pengobatan yang diberikan akan menjawab keinginan dan keluhan Anda.
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ rahim. Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor otot rahim. Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat berkembang ke arah dalam atau ke arah luar. Statistik penderita mioma tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan keluhan atau gejala. Umumnya sekitar 30% terjadi pada wanita yang berumur di atas 35 tahun. Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga mencapai 5 kg.
Penyebab mioma uteri
Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui. Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim. Otot rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri. Pada saat terjadi kehamilan dan masa reproduksi, tumor uteri akan lebih lebih cepat tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada saat terjadi menopause.
Jenis mioma uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu :
1. Pertumbuhan tetap di dinding rahim2. Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)
Gejala dan ciri – ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya tumor serta arah pertumbuhannya. Gejala mioma uteri juga sangat dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika besarnya tumor masih kecil. Gejala akan muncul jika telah terjadi desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya. Umumnya gejala mioma uteri adalah :
1. Hipermenore ( darah haid yang berlebihan).2. Dismenore (nyeri haid).3. Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan terputarnya tangkal mioma
uteri.4. Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan.5. Anemia.6. Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung kemih, ureter (saluran
kencing), rektum (usus besar) dan organ rongga panggul lainnya.7. Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran tuba dan kesulitan terjadi
implantasi karena adanya mioma uteri pada dinding rahim.8. Adanya gangguan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan kontraksi
rahim, perdarahan disertai nyeri dan resiko keguguran pada masa kehamilan.9. Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca melahirkan.
Diagnosa mioma uteri
Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG, CT – Scan atau MRI. Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa mioma uteri. Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka segerakan periksa ke dokter anda.
Penanganan dan obat mioma uteri
Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon, pengobatan herbal dan operasi. Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri. Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala – gejala dari mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan obat hormone. Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan hormone tidak berhasil. Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau menjalani operasi. Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan mioma uteri adalah buah mengkudu, keladi tikus, temu putih dan mahkota dewa.
Operasi mioma uteri
Operasi mioma uteri berupa pengangkatan jaringan tumor. Tindakan operasi dilakukan jika tumor mioma uteri membesar, timbul gejala penekanan mioma uteri, nyeri dan perdarahan yang terus menerus. Operasi mioma uteri berupa histerektomi (pengangkatan organ rahim) jika tidak ada rencana untuk hamil lagi atau miomektomi (pengangkatan miomanya saja) jika masih ingin hamil lagi atau masih usia reproduksi.
Obat alami Mioma Uteri
Obat alami untuk mioma uteri adalah PROPOLIS NANO tech, propolis ini mengandung vitamin, mineral, enzim dan bioflavonoid dimana bioflavonoid dalam 1 tetes PROPOLIS NANO tech setara dengan bioflavonoid dalam 500 jeruk. Bioflavonoid adalah antioksidan yang bermanfaat untuk menetralkan radikal bebas sehingga mencegah kerusakan sel lebih lanjut, selain itu antioksidan beserta vitamin, mineral dan enzim yang terdapat di dalam PROPOLIS NANO tech bermanfaat untuk
menghambat dan membunuh sel – sel kanker, tumor dan kista sehingga benjolan yang kanker, tumor dan kista akan mengecil secara bertahap.
Keunggulan PROPOLIS NANO tech
Propolis nano adalah jenis propolis dengan kualitas terbaik dibandingkan dengan propolis merk lain yang ada di pasaran. Hal itu disebabkan karena :
1. Diolah dengan teknologi nano dari jepang sehingga ukuran partikelnya menjadi sangat kecil (1:1 milyar) sehingga daya serapnya sangat cepat dan sempurna di dalam tubuh.
2. Kandungan lilinnya sangat kecil sehingga tidak terasa pahit dan lebih bening.3. Cepat memberi reaksi untuk peningkataan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, dan
rehabilitasi pasca sakit. Hal itu disebabkan karena ukuran partikelnya yang sangat kecil (1:1 milyar) sehingga daya serap sel sangat cepat.
4. Mempunyai bioenergy yang sangat luar biasa.
Mioma Uteri (bahasa Inggris: uterine myoma) adalah tumor jinak pada dinding rahim. Mioma juga disebut mioma, myom, tumor otot rahimatau tumor fibroid,[1] karena berasal dari sel jaringan fibro.
Jumlah penderita belum diketahui secara akurat karena banyak yang tidak merasakan keluhan sehingga tidak segera memeriksakannya kedokter, namun diperkirakan sekitar 20-30% terjadi pada wanita berusia di atas 35 tahun.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Riwayat penyakit
2 Jenis
3 Ge= jala dan tanda =
o 3.1 Metode penanganan
o 3.2 Rujukan
[sunting]Riwayat penyakit
Asal mulanya penyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa teori menyebutkan pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada jaringan mioma jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri ini sering kali
tumbuh lebih cepat pada kehamilan (membesar pada usia reproduksi) dan biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause (mengecil pada pascamenopause)
Sering kali tumor jinak rahim ke arah rongga ini membesar dan bertumbuh keluar dari mulut rahim. Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari satu, teraba seperti kenyal, bentuknya bulat dan berbenjol-benjol sesuai ukuran tumor. Beratnya bervariasi, mulai dari beberapa gramsaja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.
[sunting]Jenis
Berdasarkan lokasinya mioma uteri dibagi dalam tiga jenis:
1. Pertumbuhan tetap di dalam dinding rahim2. Pertumbuhan ke arah rongga rahim3. Pertumbuhan ke arah permukaan dinding rahim
[sunting]Ge= jala dan tanda =
Sebagian penyakit ini ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan panggul rutin. Gejala yang timbul bergantung pada lokasi dan besarnya tumor, namun yang paling sering ditemukan adalah:
Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar masa haid.
Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya infeksi di dalam rahim.
Penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter, rektum atau organ rongga panggul lainnya, menimbulkan gangguanbuang air besar dan buang air kecil, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan ginjal karena pembengkakan tangkai tumor.
Gangguan sulit hamil karena terjadi penekanan pada saluran indung telur.
Pada bagian bawah perut dekat rahim terasa kenyal.
Sering kali penderita merasa nyeri akibat miom mengalami degenerasi atau kontraksi uterus berlebihan pada mioma
yang tumbuh ke dalam rongga rahim. Pasangan suami istri sering kali sulit untuk punya anak (infertilitas) disebabkan gangguan pada tuba, gangguan implantasi padaendometrium, penyumbatan, dan sebagainya.
Mioma Uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim, pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan keguguran.
Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak memperparah Mioma Uteri. Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi perubahan dari tumor yang menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu, selama kehamilan, tangkai tumor bisa terputar.
[sunting]Metode penanganan
Bila tumor berukuran kecil dan tidak membesar, cukup dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan sekali, pengecilan tumor sementara dengan obat-obatan GnRH analog, mioma memiliki lapisan kapsul yang tegas, dapat dipisahkan/dikupas dari massa tumornya. Jika terjadi komplikasi dan timbul perdarahan, perlu diberikan transfusi darah dan obat penghilang rasa nyeri. Tindakan operasi dilakukan jika tumor membesar dan bila timbul gejala penekanan dan nyeri dan perdarahan yang terus menerus.
Operasi pembedahan: dengan histerektomi (pengangkatan kandungan) jika tidak ada rencana hamil lagi, atau miomektomi (mengangkat miomnya saja) pada usia reproduksi/masih rencana hamil. Namun jika massa tumor terlalu besar atau luas, kadang tidak memungkinkan hanya dilakukan pengangkatan massa tumor, sehingga tetap dilakukan histerektomi.[sunting]
MIOMA adalah tumor yang bercokol pada alat reproduksi wanita. Hingga kini, jumlah penderita belum diketahui
secara akurat karena banyak yang tidak merasakan keluhan sehingga tidak segera memeriksakan ke dokter.
Namun menurut perkiraan, sekitar 20-30 persen terjadi pada wanita usia produktif.Mioma uteri bisa menyebabkan
wanita infertil atau susah hamil karena letak miomamembuat saluran sel telur buntu.
Mioma bisa juga tumbuh di alat reproduksi yang lebih dalam. Mioma ini lebih parah karena dapat menyebabkan
keguguran. Gangguan lainnya ialah berupa kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan
pada saat kontraksi rahim, perdarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta.
Pertumbuhan mioma dipengaruhi oleh perubahan rangsangan esterogen. Mioma jarang ditemukan pada wanita yang
belum mengalami menstruasi. Di atas usia produktif, mioma pada seorang wanita akan mengecil karena kadar
esterogennya sudah berkurang. Mioma paling sering ditemukan pada perempuan yang secara tidak sengaja
memeriksakan diri ke dokter kandungan. Mioma ini sendiri berasal dari ototpolos rahim dan pada beberapa kasus
ditemukan berasal dari otot polos pembuluh rahim.
Faktor Penyebab dan Gejala
Ukuran fibroid bervariasi, mulai dari 1-30 cm. Jumlahnya pun sangat variatif. Bisa hanya satu, bisa pula dijumpai
dalam jumlah yang banyak. Menurut dr Sigit Purbadi SpOG dari Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, Jakarta,
letak mioma pun bervariasi. Ada yang terletak di tengah otot rahim dan ada yang terdapat di tepi otot rahim dan
cenderung menonjol ke luar dinding rahim.
Sampai saat ini penyebab pasti fibroid tidak diketahui. Tetapi para ahli setuju bahwafibroid dihubungkan dengan
faktor bakat yang dipicu oleh hormon estrogen.
“Penyebab mioma merupakan otot-otot rahim tertentu yang sensitif terhadap rangsangan hormon estrogen. Pada
orang gemuk lemaknya bisa menjadi estrogendan merangsang otot menjadi hipersensitif dan membuatnya menjadi
tumbuh berlebihan,” terangnya.
Pada umumnya wanita yang mengidap mioma uteri tidak mengalami gejala secara khusus. “Mioma 50-60 persen
tidak memiliki gejala dan yang timbul gejala biasanya perdarahan dan bisa karena haid yang sangat banyak atau
pendarahan yang tidak teratur sehingga pasien tidak tahu benar haidnya. Bahkan di luar,” sambungnya. Penderita
juga akan merasakan nyeri sesaat setelah berhubungan seksual atau ketika terjadi penekanan pada panggul.
Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar ini dapat menekan saluran kemih, sehingga frekuensi buang air kecil
sangat sering. Bahkan bisa menyebabkan pembengkakan ginjal.
Diagnosa dan Pengobatan
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan USG. “Diagnosa secara kebetulan artinya ketika dia ingin
periksa (medical check up) dan gejala yang lain, ternyata ditemukan mioma di dalam rahimnya,” katanya.
Untuk mioma yang ukurannya kecil dan tidak membesar, cukup dilakukkan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan sekali.
Dengan kata lain, pengobatan dilakukan atas indikasi yaitu menghilangkan gejala timbul. “Jika mioma itu tidak
menggangguproses reproduksi, ya tidak perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkatnya,” ujarnya.
Namun untuk mioma yang tumbuh membesar dan menyebabkan rasa penuh dalam perut, perlu dilakukan
pembedahan. Di sini biasanya dokter akan bertanya terlebih dahulu kepada pasien apakah masih akan
menggunakan lagi rahimnya untuk prosesreproduksi. Jika tidak ada kemungkinan, dokter akan
mengangkat mioma beserta dengan rahim yang sebagian besar sudah dipenuhi dengan mioma.
Pencegahan
Meskipun mioma bisa diatasi dengan operasi, mioma bisa kembali tumbuh. Namun dalam frekuensi yang kecil. Tidak
ada hal khusus yang bisa dilakukkan untuk mencegah kembalinya mioma yang tumbuh. Ada baiknya setiap wanita
melakukan cek kesehatan reproduksi secara teratur setiap tahun.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan paps smear bagi perempuan yang sudah berhubungan
seksual, pemeriksaan USG melalui vagina atau melalui dubur bagi wanita yang belum pernah melakukan hubungan