BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS
HASANUDDIN PROPOSALSEPTEMBER 2014
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
TERHADAP AVIAN INFLUENZA
OLEH :ALIF BIN CHE MOHD AMINC 11108794
PEMBIMBING :dr. SRI RAMADHANI, M.Kes.
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKPADA BAGIAN ILMU
KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
HASANUDDINMAKASSAR2014i
1
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:Nama:Alif Bin
Che Mohd Amin
NIM:C11108794
Judul Penelitian:Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kedokteran
Universitas Hasanuddin Terhadap Avian Influenza
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Makassar, September 2014
Pembimbing, Co-ass,
(dr. Sri Ramadhani, M.Kes) (Alif Bin Che Mohd Amin)
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan
............................................................................................i
Daftar Isi
...............................................................................................................ii
Daftar Tabel
..........................................................................................................
Daftar Gambar
......................................................................................................
Daftar Singkatan
...................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
....................................................................................1
1.1 Latar Belakang
...................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah
............................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian
................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum
......................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus
.....................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian
..............................................................................4
1.4.1 Manfaat Aplikatif
................................................................4
1.4.2 Manfaat Metedologis
...........................................................4
1.4.3 Manfaat Teoritis
..................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
...........................................................................5
2.1 Pengertian & Epidemiologi Avian Influenza
.....................................5
2.2 Virus Influenza
...................................................................................7
2.3 Reservoir & Cara Penularan
...............................................................8
2.4 Variasi Antigen
...................................................................................9
2.5 Infeksi Pada Manusia
..........................................................................10
2.6 Gejala Klinis & Diagnosis
..................................................................10
2.7 Vaksinasi
............................................................................................11
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
...................13
3.1 Kerangka Teori
...................................................................................13
3.2 Kerangka Konsep
...............................................................................14
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
....................................14
3.3.1 Variabel Bebas
....................................................................14
3.3.2 Variabel Tergantung
............................................................14
3.3.3 Definisi Operasional
............................................................15
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
...............................................................16
4.1 Desain Penelitian
................................................................................16
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
..............................................................16
4.2.1 Waktu Penelitian
.................................................................16
4.2.2 Lokasi Penelitian
.................................................................16
4.3 Populasi dan Sampel
..........................................................................16
4.3.1 Populasi
...............................................................................16
4.3.2 Sampel
.................................................................................17
4.3.3 Cara Pengambilan Sampel
...................................................17
4.4 Jenis Data dan Instrumen Penelitian
..................................................17
4.4.1 Jenis Data
............................................................................17
4.4.2 Instrumen Penelitian
............................................................17
4.5 Manajemen Penelitian
........................................................................18
4.5.1 Pengumpulan Data
..............................................................18
4.5.2 Pengolahan dan Analisa Data
..............................................18
4.5.3 Penyajian Data
.....................................................................18
4.6 Etika Penelitian
...................................................................................18
4.7 Batasan Masalah
.................................................................................19
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza)
adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza
tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit ini yang disebabkan
oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan
telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand,
Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus
diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang
terinfeksi. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus
influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan
dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya
terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Pada manusia
hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.
Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat
virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A
H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada
suhu 22C dan lebih dari 30 hari pada 30C. Virus akan mati pada
pemanasan 60C selama 30 menit atau 56C selama 3 jam dan dengan
detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang
mengandung iodin. (Aditama TY., 2004) Konfirmasi Laboratorium WHO
(Juli 2005-23 Februari 2006) menyatakan bahwa, Indonesia menempati
urutan ke 2 dunia dengan angka fatalitas kasus (Case Fatality
Rate), yaitu sebesar 70,3% (dari 27 kasus, 19 meninggal). Kamboja
menempati urutan pertama dengan CFR 100%, RRC di urutan 3 dengan
CFR 66,6% (dari 12 kasus, 8 meninggal), Thailand di urutan 4 dengan
CFR 63,6% (dari 22 kasus, 14 meninggal), Vietnam di urutan 5 dengan
CFR 45,16% (dari 93 kasus, 42 meninggal), Turki di urutan 6 dengan
CFR 33,3% (dari 12 kasus, 4 meninggal). Untuk jumlah cluster AI
dalam keluarga (family cluster), Indonesia memiliki jumlah
terbesar, sebanyak 5 cluster. (WHO., 2004) Pada tanggal 19 Januari
2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat
flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas
akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun
dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas
akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan
Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu
burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu
burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang
yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa
dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang
sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis. Penyakit flu burung
memiliki angka kematian tinggi, disebabkan karakteristik virus H5N1
yang sangat ganas, hingga disebut sangat patogenik, cepat merusak
organ dalam (terutama paru-paru), cepat berkembang dan menular pada
unggas, dapat terjadi mutasi adaptif dan reasortment, serta mudah
resisten terhadap obat anti viral. (WHO., 2004)Jumlah kasus
konfirmasi flu burung dari referensi Laboratorium Nasional adalah
27 kasus, dan 19 diantaranya meninggal. Menurut jenis kelamin,
59,2% (16 kasus) adalah laki-laki, dan 40,8% (11 kasus) perempuan.
5 Propinsi memiliki kasus AI (dikonfirmasi) pada manusia, yaitu
Banten, DKI Jakarta, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, pada 14
kabupaten. Propinsi Jawa Barat memiliki jumlah kasus terbanyak, 10
orang dengan 8 diantaranya meninggal. DKI Jakarta pada urutan
berikutnya dengan 9 kasus, 8 diantaranya meninggal. Berikutnya,
Banten, memiliki 4 kasus, 3 diantaranya meninggal. Jumlah unggas
yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di
Indonesia juga sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang
paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat
(1.541.427 ekor). (Depkes., 2005)Medan merupakan suatu kecamatan
yang sedang mengalami urbanisasi dan dengan populasi yang agak
padat. Selama pandemi, mahasiswa kedokteran akan memainkan peran
penting dalam mengendalikan penyebaran penyakit seperti Avian
Influenza. Akibatnya, sekolah medis harus memastikan bahwa semua
mahasiswa kedokteran memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk
menghadapi potensi pandemi. Oleh karena itu, saya merancang sebuah
penelitian untuk menilai tingkat pengetahuan sekelompok mahasiswa
kedokteran USU mengenai flu burung.
1.2 Perumusan Masalah
Seberapa jauh tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran klinikal
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin mengenai Avian
Influenza?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan UmumMengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa
klinikal tahun 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
mengenai Avian Influenza.
1.3.2 Tujuan Khususa. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
mahasiswa tentang cara mendiagnosis Avian Influenza.b. Untuk
mengetahui pengetahuan mahasiswa tentang penatalaksanaan klinis
untuk kasus Avian Influenza.c. Untuk mengetahui apakah mahasiswa
kedokteran dapat berperan dalam pencegahan Avian Influenza.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat AplikatifSebagai sumber informasi bagi para
praktisi kesehatan mengenai kasus Avian influenza, sehingga timbul
kepedulian untuk bekerja sama dalam mengurangi permasalahan kasus
Avian influenza di masa depan.
1.4.2 Manfaat MetodologisSebagai bahan masukan bagi pihak
instansi yang berwenang untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan
dalam mengambil kebijakan kesehatan, khususnya dalam mengurangi
angka kejadian Avian influenza.
1.4.3 Manfaat Teoritisa. Sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan peneliti tentang Avian influenza dan sebagai bahan
untuk menambah pengalaman.b. Sebagai informasi dan masukan bagi
peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penyakit Avian
influenza.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian & Epidemiologi Avian Influenza
Avian influenza adalah penyakit infeksi pada unggas yang
disebabkan oleh virus influenza strain tipe A. Penyakit yang
pertama diidentifikasi di Itali lebih dari 100 tahun yang lalu,
kini muncul di seluruh dunia. Seluruh unggas diketahui rentan
terhadap infeksi Avian influenza, walaupun beberapa spesies lebih
tahan terhadap virus ini dibandingkan yang lain. Infeksi ini
menyebabkan spektrum gejala yang sangat luas pada unggas-unggas,
mulai dari gejala yang ringan hingga ke penularan yang sangat
tinggi dan cepat menjadi penyakit yang fatal sehingga menghasilkan
epidemi yang berat. (Aditama TY., 2004)Laporan dari WHO bertanggal
18 Februari 2004 menyebutkan bahwa Influenza A (H5N1) telah
menyebabkan wabah Avian influenza di Thailand, Vietnam, China,
Jepang, Korea, Kamboja, Laos dan Indonesia. Bahkan di Thailand flu
burung sudah menulari manusia dengan jumlah kasus 9 orang, 7
diantaranya meninggal dunia. Vietnam yang lebih parah terserang
wabah ini melaporkan adanya 22 kasus pada manusia, 15 diantaranya
meninggal dunia. Jelas bahwa wabah flu burung ini bukan hanya
menyebabkan kematian pada hewan tetapi juga pada manusia. (WHO.,
2004)Pada Januari 2004, di beberapa provinsi di Indonesia, terutama
di Bali, Lombok, Jabotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan
Barat, dan Jawa Barat, dilaporkan adanya kasus-kasus kematian ayam
ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut diduga disebabkan
karena virus New Castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen
Pertanian disebabkan oleh virus flu burung atau Avian Influenza
(AI). Walaupun sampai saat ini di Indonesia masih belum ada laporan
terjadinya penularan manusia ke manusia, tetapi kewaspadaan harus
selalu ditingkatkan oleh karena sifat virus influenza ini yang
dapat berubah menjadi ganas dalam waktu yang relatif cepat.
(Depkes., 2005)
Tabel 2.1. Distribusi kasus flu burung yang telah dikonfirmasi
(referensi lab WHO) & Case Fatality Rate (CFR) menurut daerah
di Indonesia.
No.Propinsi/Kabupaten/KotaKasusMeninggalCase Fatality Rate (CFR;
%)
1Banten4375
Tanggerang4375
2DKI Jakarta9887.5
Jakarta Selatan3266.6
Jakarta Timur44100
Jakarta Utara11100
Jakarta Pusat000
Jakarta Barat11100
3Lampung300
Tanggamus300
4Jawa Barat10880
Bekasi33100
Bogor11100
Sumedang100
Indramayu3266.6
Padalarang (Bandung)11100
Depok11100
Jawa Tengah100
Magelang100
Total271970.3
Sumber: Posko Flu Burung, tanggal 23 Febuari 2006
Tabel 2.2. Jumlah kasus yang dikonfirmasi Flu Burung dan CFR di
dunia.No.Propinsi/Kabupaten/KotaKasusMeninggalCase Fatality Rate
(CFR; %)
1Kamboja44100
2Irak11100
3Indonesia271970.3
4Republik Cina12866.6
5Thailand221463
6Vietnam934245.2
7Turki12433.3
Total1719253.8
2.2 Virus Influenza
Virus influenza terdiri dari tipe A, B dan C. Lima belas subtipe
dari virus influenza diketahui dapat menginfeksi unggas-unggas,
hingga saat ini, seluruh wabah dari bentuk influenza yang sangat
patogenik berasal dari virus-virus influenza tipe A dengan subtipe
(Hemaglutinin) H5 dan H7. Jenis subtipe influenza A juga dilihat
dari Neuraminidase, saat ini ada 9 jenis subtipe berdasarkan
Neuramanidase. Virus Avian influenza yang saat yang saat ini
bersirkulasi di Asia dan menyebabkan banyak kematian pada unggas
adalah H5N1.Unggas yang menderita influenza H5N1 dapat mengeluarkan
virus dengan jumlah yang besar dalam kotorannya. Virus tersebut
dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 C dan lebih
dari 30 hari dalam suhu 30C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh
unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi akan mati pada
pemanasan 60C selama 30 menit. (Suharyono Wuryadi, 2004)Penelitian
pada saat ini telah menemukan bahwa virus-virus influenza yang
tadinya tidak patogen, setelah bersirkulasi beberapa saat pada
populasi peternakan, dapat bermutasi menjadi virus-virus yang
sangat menular. Selama epidemi di Amerika pada tahun 1983-1984,
awalnya virus H5N2 menyebabkan kematian dalam jumlah yang sedikit,
namun dalam enam bulan berikutnya berubah menjadi sangat menular,
dengan tingkat mortalitas mendekati 90%. Tingkat pencegahan wabah
menghasilkan depopulasi terhadap 17 juta unggas dengan biaya hampir
65 juta US$. Selama epidemi di Itali tahun 1999-2001, virus H7N1,
mulanya tidak terlalu menular, tetapi dalam waktu 9 bulan virus
bermutasi menjadi sangat menular. Menyebabkan 13 juta unggas mati
atau dimusnahkan. (Suharyono Wuryadi, 2004)
2.3 Reservoir & Cara Penularan
Penyakit ini dibawa oleh segala jenis unggas, yaitu ayam, itik,
angsa, burung dll. Avian influenza (H5N1) dapat menyebar dengan
cepat diantara populasi unggas dalam satu peternakan dan
menimbulkan kematian yang sangat cepat dan tinggi. Bahkan menyebar
antar peternakan dari suatu daerah ke daerah lain. Penyakit ini
juga dapat menyerang manusia melalui udara yang tercemar oleh virus
tersebut, yang berasal dari sekret atau tinja unggas yang menderita
flu burung tersebut. Sampai saat ini belum ada bukti yang
menunjukkan secara tepat adanya penularan dari manusia ke manusia.
Orang yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular adalah
orang-orang yang sering berhubungan langsung (kontak langsung)
dengan unggas, misalnya pekerja di peternakan ayam, pemotong ayam
dan penjamah produk unggas lainnya.Unggas air yang bermigrasi
seperti belibis, bangau dan bebek liar (hanya ada di negara empat
musim) adalah reservoir alamiah dari virus Avian influenza,
burung-burung ini lebih tahan terhadap infeksi. Ternak domestik,
termasuk ayam dan kalkun, adalah yang paling mudah terkena dampak
fatal dengan cepat dari epidemi influenza. (WHO., 2004)
2.4 Variasi Antigen
Semua virus influenza tipe A, termasuk yang menyebabkan epidemi
musiman pada manusia, secara genetik sangat labil dan dapat
beradaptasi dengan cepat menghindari mekanisme pertahanan tubuh
(antibodi) si penjamu (host). Virus-virus influenza kurang
mempunyai mekanisme untuk proofreading atau memperbaiki kerusakan
struktur dan memperbaiki kecacatan/perbedaan yang muncul selama
replikasi. Sebagai hasil dari perbedaan yang tidak diperbaiki, maka
komposisi genetik virus berubah ketika virus bereplikasi di manusia
dan hewan, dan strain sebelumnya tergantikan dengan antigenik
varian baru. Perubahan kecil yang bersifat konstan dan permanen
dalam komposisi antigenik virus influenza A dikenal sebagai
antigenic drift. Antigenic drift ini dapat terjadi pada virus
influenza tipe A dan B. (Priyanti Z Soepandi, 2004)Kecenderungan
virus-virus influenza mengalami perubahan antigenik yang permanen
dan cukup sering ini menyebabkan WHO memonitor situasi influenza di
dunia dalam programnya WHO Global Influenza Programme dimulai sejak
tahun 1947. Setiap tahun setelah melakukan pemantauan pada 4 pusat
penelitian kolaborasi WHO yang mendapat data dari 112 institusi
dari 83 negara. WHO memberikan suatu acuan kepada para produsen
vaksin influenza untuk membuat vaksin yang tepat dengan
subtipe-subtipe virus influenza yang bersirkulasi di dunia.
(Rekomendasi vaksin influenza)Virus influenza mempunyai
karakteristik kedua yang memicu keprihatinan yang amat sangat dari
kesehatan masyarakat. Virus influenza tipe A, termasuk
subtipe-subtipe dari spesies yang berbeda (Avian maupun manusia),
dapat berubah atau materi-materi genetiknya dapat bertukaran dan
tersusun baru reassort. Proses dari penyusunan ulang materi genetik
ini dikenal sebagai antigenic shift. Antigenic shift ini akan
menghasilkan jenis subtipe yang baru yang berbeda dari kedua
induknya. Oleh karena populasi manusia tidak mempunyai imunitas
terhadap subtipe baru, dan tidak ada vaksin yang tersedia untuk
memberikan proteksi, antigenic shift dalam sejarah menghasilkan
pandemi (wabah raya) yang sangat mematikan. Hal ini terutama akan
muncul, bila subtipe baru mempunyai gen dari virus influenza
manusia sehingga dapat menular dari orang ke orang pada periode
yang terus menerus.Kondisi yang memungkinkan munculnya antigenic
shift telah lama diketahui melibatkan manusia yang hidup atau
tinggal dekat ternak domestik dan babi. Oleh karena babi mudah
terkena infeksi baik dari avian maupun dari virus-virus mamalia
termasuk virus influenza manusia, maka babi dapat bertindak sebagai
media pencampur mixing vessel untuk mengaduk materi genetic dari
virus manusia dan avian, yang menghasilkan munculnya virus subtipe
baru. Data-data yang mengidentifikasikan kemungkinan kedua.
Bukti-bukti yang dipelajari bahwa, paling tidak beberapa dari 15
jenis virus influenza avian yang bersirkulasi di populasi unggas
dapat menginfeksi manusia dan manusia dapat menjadi media pencampur
mixing vessel juga. (Aditama TY., 2004)
2.5 Infeksi Pada Manusia
Virus Avian influenza secara normal tidak menginfeksi diluar
spesies unggas dan babi. Kasus pertama infeksi Avian influenza pada
manusia muncul di Hongkong pada tahun 1997. Pada waktu itu strain
H5N1 menyebabkan penyakit pernapasan yang berat pada 18 pasien,
yang mana 6 diantaranya meninggal. Infeksi pada manusia merupakan
koinsidensi dari epidemi Avian influenza yang sangat menular (H5N1)
yang terjadi pada hewan-hewan ternak. Investigasi yang ekstensif
dari wabah mencerminkan bahwa kontak yang dekat dengan ternak hidup
yang terinfeksi merupakan sumber infeksi pada manusia. Studi pada
tingkat genetik lebih lanjut mencerminkan bahwa pindahnya virus
dari unggas ke manusia. Penularan pada beberapa pekerja kesehatan
(terbatas) muncul, tetapi tidak menyebabkan kasus penyakit yang
berat. (Thomas Suroso, 2004)
2.6 Gejala Klinis & Diagnosis
Gejala klinis flu burung pada manusia adalah seperti gejala flu
pada umumnya, yaitu demam (>38C), sakit tenggorokan, batuk,
pilek (beringus), nyeri otot, sakit kepala, dan dalam waktu singkat
dapat menjadi lebih berat dengan munculnya radang paru-paru
(pneumonia) dan apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat dapat
menyebabkan kematian. Gejala klinis dari 10 kasus Avian influenza
pada manusia di Vietnam adalah sebagai berikut: Demam lebih dari
38C, sulit bernapas dan batuk adalah gambaran utama. Seluruh pasien
mengalami limfopenia dan gambaran abnormalitas foto toraks. Tidak
ada pasien yang terlihat sakit leher, konjungtivitis, hidung
kemerahan dan berair. Diare dengan feses cair terlihat pada
setengah dari kasus. Delapan pasien meninggal, dan dua sembuh.
(Berita Buana, 2004)Diagnosis kasus flu burung pada manusia yang
dipastikan oleh WHO adalah seperti:a. Kultur virus influenza
subtipe A (H5 N1) positif, ataub. PCR influenza (H5) positif,
atauc. Peningkatan titer antibodi H5 sebesar 4 kali. (WHO.,
2004)
2.7 Vaksinasi
Meskipun vaksin yang digunakan sekarang tidak efektif untuk
melindungi terhadap virus avian H5N1, tapi akan mengurangi resiko
ko-infeksi dan genetic reassortment / penyusunan ulang materi
genetik dari virus influenza manusia dan burung dalam tubuh
manusia, dengan kata lain mencegah terbentuknya tipe baru virus
influenza yang lebih ganas. Selain itu, vaksin juga melindungi
terhadap epidemik influenza manusia yang memang selalu terjadi
sepanjang tahun di daerah tropis dan subtropik. Meskipun ambang
proteksi vaksin baru terlihat setelah dua minggu sejak terima
vaksinasi, namun diyakini bahwa ini tetap bermanfaat meskipun
mereka terpapar dalam waktu dua minggu tersebut. (WHO., 2006) Semua
orang yang kontak dengan ternak atau peternakan yang dicurigai atau
diketahui terkena Avian influenza (H5N1), khususnya orang yang
melakukan pemusnahan hewan ternak yang terjangkit/mati akibat Avian
influenza, dan orangorang yang tinggal dan bekerja pada peternakan
dimana dilaporkan atau dicurigai terkena dampak Avian influenza
atau ditempat dimana pemusnahan dilakukan. Para pekerja kesehatan
yang setiap hari berhubungan dengan pasien yang diketahui atau
dikonfirmasi menderita influenza H5N1 juga dianjurkan vaksinasi.
Dalam hal jumlah vaksin yang memadai, maka para pekerja kesehatan
dalam unit gawat darurat di area yang terjangkit H5N1 pada unggas
dapat diberikan. (WHO., 2006)
BAB 3KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Teori
Pada setiap populasi, tiap individu anggota memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda-beda terhadap penyakit tertentu.
Berdasarkan tinjauan pustaka, terdapat berbagai informasi berkaitan
Avian influenza termasuklah penyebab, epidemiologi, cara penularan,
faktor resiko penularan, vaksin dll. Tingkat pengetahuan terhadap
Avian influenza dapat dipengaruhi dari beberapa faktor termasuk
umur, pendidikan formal, sosio-ekonomi, lingkungan geografis,
lingkungan pergaulan dll. Umur
Pendidikan formalPola pikiran
Lingkungan pergaulan
KeluargaSosio-ekonomiTingkatpemahaman
Lembaga / Organisasi masyarakat
Akses informasiTingkat pengetahuan terhadapAvian Influenza
Lingkungan geografis
3.2 Kerangka Konsep
Penentuan variabel ini didasarkan pada karakterisktik dari
setiap individu tersebut, dengan tetap mengingat kepentingan
keterkaitan variabel tersebut dengan Avian influenza. Berdasarkan
kerangka teori yang dikemukakan, maka disusunlah pola variable
sebagai berikut:
Pendidikan formal:Mahasiswa kedokteranTingkat pengetahuan
terhadapAvian Influenza
Faktor-faktor yang mempengaruhi: Umur Tingkat pendidikan
Lingkungan pergaulan
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Variabel BebasVariabel bebas penelitian ini adalah
pendidikan formal mahasiswa. Variabel pendidikan formal ini
berskala kategorial nominal: Mahasiswa Fakultas Kedokteran
3.3.2 Variabel TergantungVariabel tergantung penelitian ini
adalah tingkat pengetahuan terhadap Avian influenza. Variabel ini
berskala kategorial ordinal:1. Tingkat pengetahuan kurang2. Tingkat
pengetahuan sedang3. Tingkat pengetahuan baik
3.3.3 Definisi OperasionalTabel 3. Definisi
operasionalNo.VariabelDefinisi OperasionalSkala
1.Tingkat pengetahuan terhadap Avian InfluenzaTingkat pemahaman
responden tentang Avian influenzaOrdinal Kurang: 1-5 Sedang: 6-10
Baik: 11-15
2.Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas HasanuddinPeserta
didik yang terdaftar dan belajar di Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin angkatan 2009 dan 2010.Nominal
BAB 4METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deksriptif ini dilakukan terhadap sekumpulan
objek biasanya cukup banyak, dalam jangka waktu tertentu yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanudin terhadap Avian influenza.
Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross
Sectional Study dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja
pada setiap responden yang mana pengukuran dilakukan melalui
kuesioner sebagai data penelitian.
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
4.2.1 Waktu PenelitianPenelitian ini direncanakan diadakan pada
tanggal 08 sampai dengan 22 September 2014.
4.2.2 Lokasi PenelitianPenelitian ini akan dilakukan di Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 PopulasiPopulasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2009 dan 2010. Populasi
pada penelitian ini berjumlah sekitar 450 orang.
4.3.2 SampelSampelnya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin angkatan 2009 dan 2010. Perhitungan jumlah
sampel dilakukan dengan menggunakan rumus:
40.45n = Jumlah sampelN = Besar populasi = 450 orangd = tingkat
kepercayaan yang diinginkan = 0,15
Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 85% dan
tingkat ketepatan relatif adalah sebesar 15%. Maka jumlah sampel
yang diperoleh dengan memakai rumus tersebut adalah sebanyak 41
orang.
4.3.3 Cara Pengambilan SampelTeknik pengambilan sampel adalah
dengan mengunakan metode random sampling pada subjek yang memenuhi
kriteria pemilihan sampai jumlah sampel yang diperlukan
terpenuhi.
4.4 Jenis Data dan Instrumen Penelitian
4.4.1 Jenis DataJenis data dalam penelitian ini adalah data
primer yang diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh subjek
penelitian.
4.4.2 Instrumen PenelitianAlat pengumpul data dan instrumen
penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari
kuesioner yang mengandung 15 soal yang berkisar tentang Avian
influenza. Kuesioner ini pernah digunakan dalam penelitian Tingkat
Pengetahuan dan Kesadaran terhadap H5N1 di Kalangan Mahasiswa
Perguruan Tinggi di Amerika Serikat.
4.5 Manajemen Penelitian
4.5.1 Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan setelah meminta
perizinan dari Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin. Setelah itu, data yang diambil
dikumpulkan ke dalam tabel tertentu untuk tujuan menganalisa
data.
4.5.2 Pengolahan dan Analisa DataPengolahan dilakukan setelah
pencatatan data hasil dari kuesioner dengan menggunakan program
komputer SPSS 16.0 dan Microsoft Excel untuk memperoleh hasil
statistik deskriptif yang diharapkan.
4.5.3 Penyajian DataData yang telah diolah akan disajikan dalam
bentuk tabel dan diagram untuk menggambarkan tingkat pengetahuan
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin terhadap Avian
influenza.
4.6 Etika Penelitian
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak
berwenang setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan
penelitian.2. Menjaga kerahasiaan data responden subjek penelitian,
sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas
penelitian yang dilakukan.
4.7 Batasan Masalah
Mahasiswa untuk dijadikan subjek bagi penilaian tingkat
pengetahuan terhadap Avian influenza tidak meliputi seluruh
populasi mahasiswa di Fakultas Kedokteran. Keterbatasan ini hanya
dapat menggambarkan tingkat pengetahuan sebagian kelompok mahasiswa
yang ikut serta dalam penelitian. Keterbatasan lain juga termasuk
keterbatasan waktu, biaya, serta kemampuan.
KUESIONER
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
UniversitasHasanuddin Terhadap Avian Influenza (H5N1)
No. Responden: -Identitas RespondenInisial : Tahun Masuk :Lahir
: Tanggal: Bulan: Tahun:
Petunjuk pengisian:Pilihlah jawaban yang sesuai dengan jawaban
Anda dengan memberi tanda silang () pada angka pilihan jawaban dan
isilah titik-titik yang tersedia sesuai dengan jawaban anda.
No.PertanyaanJawaban
YaTidak
1Apakah ada wabah influenza H5N1 di dunia pada saat ini?
2Apakah influenza H5N1 dapat menyebabkan kematian?
3Apakah manusia dapat terjangkit influenza H5N1 dari kontak
dengan burung dan hewan lainnya?
4Apakah manusia dapat terjangkit influenza H5N1 dari kontak
dengan manusia lain?
5Apakah manusia dapat terjangkit influenza H5N1 dengan
mengkomsumsi produk unggas?
6Apakah orang dapat terjangkit influenza H5N1 dengan menghirup
partikel yang mengandung virus influenza H5N1 di udara?
7Apakah peternak unggas lebih mungkin untuk terinfeksi virus
influenza H5N1 dibandingkan orang lain ?
8Apakah gejala influenza H5N1 mirip dengan gejala influenza
lainnya?
9Apakah nyeri otot merupakan gejala umum dari influenza
H5N1?
10Apakah batuk yang parah merupakan gejala umum dari influenza
H5N1?
11Apakah influenza H5N1 dapat dicegah?
12Apakah antibiotik biasa dapat digunakan untuk mengobati
influenza H5N1?
13Apakah ada vaksin saat ini tersedia untuk influenza H5N1?
14Apakah suntikan flu musiman biasa dapat melindungi anda dari
influenza H5N1?
15Apakah cuci tangan yang benar dapat melindungi anda dari
influenza H5N1?