Acara I SURIMI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL LAUT Disusun Oleh: Nama : Rainier Ravian Z unggaval NIM : 13.70.0002 Kelompok : C2 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2015
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 1/16
Acara I
SURIMI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI HASIL LAUT
Disusun Oleh:
Nama : Rainier Ravian Zunggaval
NIM : 13.70.0002
Kelompok : C2
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2015
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 2/16
1
1. MATERI METODE
1.1. Alat dan Bahan
1.1.1.
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau, talenan, baskom, mangkok,
timbangan analitik, alat penggiling daging, kain saring, spatula, loyang, freezer , presser ,
plastik bening, dan milimeter blok.
1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan bawal, garam, gula pasir,
polifosfat, dan es batu.
1.2. Metode
Ikan dicuci bersih dengan air mengalir.
Daging ikan di filllet dengan cara dibuang bagian
kepala, sirip, ekor, sisik, isi perut, dan kulitnya.
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 3/16
2
Daging ikan diambil dan ditimbang sebanyak 100 gram.
Daging ikan dimasukkan ke dalam alat penggiling dengan
ditambahkan es batu, kemudian digiling hingga halus.
Daging ikan dicuci dengan air es sambil disaring menggunakan kain
saring sebanyak 3 kali hingga didapatkan tekstur yang gempal.
Daging ikan ditaruh di dalam plastik, kemudian ditambahkan dengan
sukrosa sebanyak 2,5% (kelompok 1, 2); 5% (kelompok 3, 4, 5), garam
sebanyak 2,5% (kelompok 1, 2, 3, 4, 5), dan polifosfat sebanyak 0,1%
(kelompok 1); 0,3% (kelompok 2, 3); 0,5% (kelompok 4, 5).
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 4/16
3
Plastik diikat dan ditaruh di dalam loyang untuk
kemudian dibekukan dalam freezer selama 1 malam.
Setelah dithawing , surimi diuji kualitas sensorisnya
yang meliputi kekenyalan dan aroma.
Surimi diukur tingkat kekerasannya dengan
menggunakan texture analyzer .
Surimi di press dengan
menggunakan presser .
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 5/16
4
Luas atas =
1
3 a (h + 4h + 2h + 4h + ⋯ + hn)
Luas bawah =1
3a (h + 4h + 2h + 4h + ⋯ + hn)
Luas area basah = Luas atas − Luas bawah
mg HO =Luas area basah − 8,0
0,0948
Surimi diukur WHCnya dengan menggunakan milimeter blok
untuk kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut:
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 6/16
5
2. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan surimi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Kel. Perlakuan Hardness WHCSensoris
Kekenyalan Aroma
C1sukrosa 2,5% + garam
2,5% + polifosfat 0,1%137,22 gF 293598,53 +++ +++
C2sukrosa 2,5% + garam
2,5% + polifosfat 0,3%132,55 gF 267004,22 + +
C3sukrosa 5% + garam
2,5% + polifosfat 0,3%214,65 gF 311814,35 ++ +
C4 sukrosa 5% + garam2,5% + polifosfat 0,5%
126,59 gF 277084,60 ++ ++
C5sukrosa 5% + garam
2,5% + polifosfat 0,5%159,03 gF 254345,99 + +++
Keterangan:Kekenyalan Aroma
+ : tidak kenyal + : tidak amis
++ : kenyal ++ : amis
+++ : sangat kenyal +++ : sangat amis
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa pada setiap kelompok menggunakan perlakuan yang
berbeda-beda dan menghasilkan surimi dengan hasil yang berbeda. Pada pengukuran
hardness hasil paling tinggi didapat kelompok C3 dan terendah oleh kelompok C4. Pada
pengukuran water holding capacity (WHC) hasil paling tinggi didapat oleh kelompok
C3 dan paling rendah oleh kelompok C5. Pada pengamatan kualitas sensori surimi juga
didapatkan hasil berbeda. Kelompok C1 mendapat hasil surimi sangat kenyal dan sangat
amis, kelompok C2 mendapat hasil tidak kenyal dan tidak amis, kelompok C3 mendapat
hasil kenyal dan tidak amis, kelompok C3 mendapat hasil kenyal dan tidak manis,
kelompok C4 mendapat hasil kenyal dan amis, sedangkan kelompok C5 mendapat hasil
tidak kenyal dan sangat amis.
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 7/16
6
3. PEMBAHASAN
Surimi adalah produk daging lumat/ giling yang sudah dicuci dan dibersihkan berulang-
ulang sehingga tidak ada lagi komponen bau, pigmen, darah dan lemak. Selain itu, juga
ditambahkan bahan anti denaturasi protein (cryoprotectant) dan biasanya disimpan
dalam kondisi beku (Peranginangin et al, 1999). Hajidoun & Jafarpour (2013)
menambahkan bahwa surimi adalah konsentrat basah dari protein miofibril pada otot
ikan yang telah dihilangkan tulangnya secara mekanis, dibersihkan dengan air, d an
dibekukan. Surimi dapat dihasilkan dari berbagai jenis hewan laut dan ikan air tawar.
Setiap jenis ikan memiliki perbedaan kemampuan dalam pembentukan gel. Suzuki
(1991) menyatakan bahwa terdapat 2 jenis surimi yang didasarkan pada kandungan
garamnya, yaitu surimi mu-en (surimi tanpa penambahan garam) dan ka-en (surimi
dengan penambahan garam), selain itu ada juga surimi na-na (surimi mentah dan tidak
dibekukan).
Dalam industri pangan, surimi biasa digunakan sebagai produk perantara untuk
memproduksi makanan lain, seperti kamaboko, sosis ikan, dan bakso ikan. Kualitas dari
produk yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kualitas surimi yang digunakan
khususnya adalah karakteristik gel surimi. Tetapi kualitas gel surimi akan berkurang
seiring dengan penyimpanan beku yang dilakukan karena sifat dari protein miofibril di
dalam surimi akan menurun akibat adanya pembentukan kristal es yang mendehidrasi
struktur protein tersebut (Nopianti et al, 2011). Oleh karena itu, ikan yang digunakan
sebagai bahan baku surimi harus memiliki mutu yang baik dari segi tingkat kesegaran,
pH, dan memiliki kandungan lemak yang rendah.
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan surimi dengan bahan baku ikan bawal.
Pertama-tama ikan bawal dicuci hingga bersih dengan air mengalir lalu dipisahkan dari
kulit, sisik, sirip, ekor, organ dalam, dan tulangnya. Kemudian daging ikan yang sudah
bersih diambil sebanyak 100 gram dan dihaluskan menggunakan blender. Selama proses
penggilingan daging ditambahkan es batu untuk menjaga suhu tetap rendah. Nopianti et
al (2011) berpendapat bahwa proses pencucian ini adalah tahap yang krusial untuk hasil
akhir produk surimi yang dihasilkan, sebaiknya proses pencucian dilakukan pada suhu
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 8/16
7
rendah (5-10oC) hingga komponen tidak diinginkan, seperti pigmen, darah, dan lemak
bersih dari ikan. Suhu rendah digunakan untuk meningkatkan konsentrasi protein
miofibril di dalam produk akhir surimi. Pencucian yang baik dan benar dapat
memperbaiki warna dan kualitas pembentukan gel pada surim yang dihasilkan karena
adanya kandugan aktomiosin yang mempengaruhi elastisitas surimi. Hamzah et al
(2014) menyatakan bahwa pencucian dapat dilakukan secara berulang-ulang tergantung
dari jenis ikan yang digunakan. Selama pencucian akan terjadi penurunan kekuatan ion,
tetapi dengan penambahan garam pada saat pencucian akan membantu dalam
pengikatan miofibril sehingga meningkatkan pembentukan gel. Tan et al (1988)
menyatakan bahwa untuk mencegah terjadinya denaturasi protein dalam ikan akibat
panas pada proses penggilingan maka penggilingan dilakukan pada suhu rendah.
Daging yang sudah digiling kemudian disaring dengan kain saring.
Daging yang sudah disaring kemudian diberi tambahan sukrosa sebanyak 2,5%
(kelompok 1 dan 2); 5% (kelompok 3,4, dan 5), garam sebanyak 2,5% (semua
kelompok), dan polifosfat sebanyak 0,1% (kelompok 1); 0,3% (kelompok 2 dan 3);
0,5% (kelompok 4 dan 5). Menurut Nopianti et al (2011), penambahan sukrosa
berfungsi untuk untuk memproteksi protein miofibril selama penyimpanan beku dalam
jangka panjang. Winarno et al (1980) menambahkan bahwa sukrosa berperan sebagai
bahan cryoprotectant . Cryoprotectant adalah bahan yang ditambahkan pada pembuatan
surimi untuk menghambat proses denaturasi protein selama penyimpanan beku dan
dapat mengikat molekul air dengan ikatan hidrogen untuk mengaktifkan kondensasi.
Pada praktikum ini juga dilakukan penambahan garam dalam proses pembuatan surimi.
Garam ditambahkan sebagai bahan untuk melepas miosin pada serat ikan dan proses ini
akan mempengaruhi kemampuan pembentukan gel pada surimi. Dengan penambahangaram maka surimi yang dibuat adalah jenis ka-en. Selanjutnya juga dilakukan
penambahan polifosfat. Menurut Peranginangin et al (1999), polifosfat berfungsi untuk
memisahkan aktomiosin dan dapat berikatan dengan miosin. Miosin yang bergabung
dengan polifosfat ini akan berikatan dengan air sertadapat menahan vitamin dan
mineral. Oleh karena itu, penambahan polifosfat ini akan mempengaruhi daya ikat air
atau water holding capacity (WHC) produk surimi yang dihasilkan. Pada umumnya
polifosfat ditambahkan sebanyak 0,2% - 0,3% dalam bentuk natrium tripolifosfat
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 9/16
8
(Peranginangin et al , 1999). Pada praktikum kali ini penggunaan polifosfat hanya
sebanyak 0,1% - 0,5%. Selain penggunaan sukrosa, bahan krioprotektan lain yang bisa
digunakan adalah kitosan. Hal ini ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Dey
& Dora (2010) Kitosan digunakan sebagai pengganti sukrosa karena penggunaan
sukrosa memberikan rasa manis dan membuat kandungan kalori dalam surimi yang
dihasilkan. Kitosan memiliki kandungan glukosamin 2 amino 2-deoxy-glukosa yang
diketahui memiliki aktivitas antimikroba, dapat melembutkan, mengikat, mengemulsi,
dan bersifat antioksidan. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan kitosan dalam
pembuatan surimi meningkatkan kekuaran gel yang terbentuk tanpa ada perubahan
signifikan pada karakteristik lain setelah penyimpanan beku selama 6 bulan.
Selanjutnya ikan yang sudah tercampur dengan bahan-bahan tersebut dimasukkan
dalam plastik dan dibekukan dalam freezer selama 1 malam.
Penggunaan plastik sebagai pembungkus bertujuan untuk menjaga agar adonan surimi
tidak menjadi kering dan keras. Buckle (1981) menyatakan bahwa pada pembuatan
surimi perlu dilakukan proses pembekuan untuk mengurangi dan meminimalisir
kerusakan akibat terjadinya reaksi mikrobiologis, kimia, maupun mekanis. Tetapi
selama proses pembekuan dan penyimpanan beku dapat terjadi kerusakan protein
miofibril yang terkandung dalam surimi. Oleh karena itu, dilakukan penambahan
krioprotektan sehingga kerusakan dapat dicegah. Menurut Winarno (2004), dalam
pembuatan surimi proses pembekuan lebih baik dilakukan dengan pembekuan cepat.
Hal ini dikarenakan dengan pembekuan cepat maka kristal es yang terbentuk akan lebih
halus dan meminimalisir kemungkinan terjadinya drip loss pada saat dilakukan proses
thawing . Setelah dilakukan pembekuan, surimi dithawing untuk dianalisa WHC,
hardness, dan sensori yang meliputi kekenyalan dan aroma. Analisa WHC dilakukandengan mengukur kadar H2O menggunakan milimeter blok dengan rumus yang ada.
Analisa hardness dilakukan dengan alat texture analyzer. Dalam penelitiannya
Jafarpour et al (2009) menyatakan bahwa untuk menentukan kekuatan gel yang
terbentuk dari surimi dilakukan beberapa pengukuran yaitu pengukuran karakteristik
reologi dan struktur mikro pada surimi.
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 10/16
9
Dari pengamatan hardness surimi yang dilakukan dengan texture analyzer hasil yang
didapat tiap kelompok berbeda-beda. Hasil paling tinggi didapat kelompok C3 dengan
penambahan sukrosa 5% dan polifosfat 0,3% sedangkan terendah oleh kelompok C4
dengan perlakuan sukrosa 5% dan polifosfat 0,4%. Hasil yang didapat ini kurang sesuai
dengan teori yang ada dimana seharusnya dengan penambahan polifosfat yang lebih
tinggi maka tingkat kekenyalan surimi yang terbentuk semakin tinggi, yang bisa
ditunjukkan dengan semakin tingginya hasil pengukuran dengan texture analyzer .
Menurut Benjakul et al (1996), tingkat kekenyalan surimi akan dipengaruhi oleh proses
pencucian, penambahan krioprotektan, garam, dan proses pembekuan. Perbedaan hasil
analisa yang dilakukan dengan teori dapat terjadi karena terjadinya kerusakan protein
miofibril pada saat proses pembekuan karena pembekuan yang tidak dilakukan secara
cepat. Selain itu, kesalahan dalam melakukan penimbangan bahan yang ditambahkan
juga akan mempengaruhi hasil kekerasan surimi.
Dari pengamatan water holding capacity (WHC) yang dilakukan dapat dilihat bahwa
hasil yang didapat berbeda-beda pada setiap kelompok. Hasil yang didapatkan adalah
paling tinggi didapat kelompok C3, kemudian C1, C4, C2, dan terrendah kelompok C5.
Hasil yang didapatkan ini tidak sesuai dengan teori yang ada dimana seharusnya dengan
menggunakan krioprotektan dan polifosfat yang lebih banyak akan mencegah terjadinya
denaturasi protein dan membantu dalam pengikatan molekul air sehingga produk surimi
yang dihasilkan memiliki kandungan air yang lebih tinggi. Hasil yang tidak sesuai
dengan teori ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Proses pengadukan yang
dilakukan kurang sempurna dapat menyebabkan daging ikan belum tercampur merata
dengan sukrosa, garam, dan polifosfat. Selain itu, pengukuran WHC yang dilakukan
didasarkan pada luas permukaan surimi yang sudah di thawing dan dipress lalukemudian digambarkan pada milimeter blok. Jika pengepresan yang dilakukan kurang
maksimal, maka luas permukaan yang didapatkan juga akan berbeda dan tidak sesuai
dengan jumlah H2O yang sebenarnya.
Selanjutnya dilakukan analisa secara sensori oleh panelis, yang meliputi kekenyalan dan
aroma surimi. Hasil yang didapat setiap kelompok juga berbeda-beda. Seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya yaitu bahwa dengan menambahkan polifosfat ke dalam
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 11/16
10
surimi maka tingkat kekenyalan juga akan meningkat. Tetapi hasil yang didapat dalam
praktikum ini masih tidak sesuai dengan teori yaitu kelompok C1 dengan polifosfat
sebanyak 0,1% memiliki tingkat kekenyalan sangat kenyal, sedangkan kelompok C3,
C4, dan C5 dengan jumlah polifosfat lebih banyak memiliki kekenyalan yang kenyal
dan tidak kenyal. Untuk aroma surimi seharusnya pada semua kelompok tidak tercium
aroma amis, tetapi pada kelompok C4 tercium aroma amis, dan C1 serta C5 yang sangat
amis. Bau amis yang masih tercium dapat disebabkan karena proses pencucian yang
dilakukan kurang optimal. Seharusnya dengan pencucian maka komponen-komponen
yang tidak diinginkan seperti pigmen, bau, dan lemak dapat hilang. Selain itu analisa
sensori juga dilakukan oleh seorang panelis sehingga hasil yang didapatkan didasarkan
pada subjektifitas panelis tersebut.
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 12/16
11
4. KESIMPULAN
Surimi adalah produk perantara dalam industri pangan dan dapat dibuat dari
berbagai jenis ikan.
Ikan yang digunakan harus memiliki mutu yang baik dari segi tingkat kesegaran,
pH, dan memiliki kandungan lemak yang rendah.
Selama pencucian dan penggilingan daging ikan dilakukan pada suhu rendah untuk
mencegah kehilangan dan denaturasi protein.
Surimi yang dibuat adalah jenis ka-en dengan penambahan garam.
Kriyoprotektan yang digunakan adalah sukrosa dan berperan untuk menghambat
denaturasi protein dalam surimi.
Garam digunakan untuk meningkatkan pembentukan gel surimi.
Polifosfat yang ditambahkan akan mempengaruhi kekenyalan dan membantu dalam
pengikatan air.
Proses pengadukan dan pencampuran bahan harus dilakukan secara maksimal agar
daging ikan dan bahan lain tercampur sempurna.
Semakin banyak polifosfat WHC dan kekenyalan akan meningkat.
Semakin banyak penambahan bahan krioprotektan WHC akan meningkat.
Semarang, 18 Oktober 2015
Praktikan, Asisten Dosen
- Yusdhika Bayu S.
Rainier Ravian Zunggaval
13.70.0002
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 13/16
12
5. DAFTAR PUSTAKA
Benjakul, S; T. A. Seymour; M. T. Morrissey dan A. N. Haejung. 1996. Proteinase in
pacific whiting surimi wash water: identification and characterization. J. Food Sci.61 (6): 1165-1170.
Buckle KA, Edwards RA, Eleet GH, Wootton. (1981). Ilmu Pangan. Purnomo H dan
Adiono, penerjemah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dey, S & Krushna Dora. (2011). Suitability of chitosan as cryoprotectant on croaker
fish ( Johnius gangeticus) surimi during frozen storage. J Food Sci Technol
(November – December 2011) 48(6):699 – 705.
Flick GJ, Barna MA, Enriquez LG. 1990. Processing finfish. Di dalam: Martin RE,
Flick GJ, editor. The Seafood Industry. New York: Van Nostrand Reinhold.
Hajidoun, H. & Ali Jafarpour. (2013). The Influence of Chitosan on Textural Properties
of Common Carp (Cyprinus carpio) Surimi. J Food Process Technol 2013, 4:5.
Hamzah, N, Sarbon, & Amin. (2015). Physical properties of cobia (Rachycentron
canadum) surimi:effect of washing cycle at different salt concentrations. J Food
Sci Technol (August 2015) 52(8):4773 –
4784.
Jafarpour, A & Elizabeth Gorczyca. (2009). Rheological characteristics and
microstructure of common carp (Cyprinus carpio) Surimi and Kamaboko gel.
Food Biophysics (2009) 4:172-179.
Nopianti, R, Nurul Huda, & Noryati Ismail. (2011). A Review on the Loss of the
Functional Properties of Proteins during Frozen Storage and the Improvement of
Gel-forming Properties of Surimi. American Journal of Food Technology 6(1):19-
30.
Peranginangin R, Wibowo S, Nuri Y, Fawza.1999.Teknologi
PengolahanSurimi.Jakarta: Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi, Balai
Penelitian Perikanan Laut.
Suzuki T. 1981. Fish and Krill Protein: Processing Technology. London: Applied
Science Publishers Ltd.
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 14/16
13
Tan SM, Ng MC, Fujiwara T, Kok KH, and Hasegawa H. (1988). Handbook on the
Processing of Frozen Surimi and Fish Jelly Products in Southeast Asia.Marine
Fisheries.Research Department-South East Asia Fisheries Development Center.
Singapore.
Winarno FG, Fardiaz S, Fardiaz D. (1980). Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: PT.
Gramedia.
Winarno FG. 2004. Pangan: Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 15/16
14
6. LAMPIRAN
6.1.
Perhitungan
Rumus:
Luas atas =1
3a (h + 4h + 2h + 4h + ⋯ + hn)
Luas bawah =1
3a (h + 4h + 2h + 4h + ⋯ + hn)
Luas area basah = Luas atas − Luas bawah
mg HO =Luas area basah − 8,0
0,0948
Kelompok C1
Luas atas =1
3 37 (8 2 + 4 1 8 1 + 2 2 0 1 + 4 1 9 4 + 1 4 3) = 35350,11
Luas bawah =1
3
37 (8 2 + 4 3 7 + 2 3 0 + 4 4 4 + 1 4 3) = 7508,97
Luas area basah = 35350,11 − 7508,97 = 27841,14
mg HO =27841,14 − 8,0
0,0948= 293598,53
Kelompok C2
Luas atas =1
3 45 (1 1 9 + 4 2 0 0 + 2 2 0 8 + 4 2 0 1 + 9 5) = 33510
Luas bawah =1
3 45 (1 1 9 + 4 3 3 + 2 2 6 + 4 3 7 + 9 5) = 8190
Luas area basah = 33510 − 8190 = 25320
mg HO =25320 − 8,0
0,0948= 267004,22
7/17/2019 Surimi_Rainier_13.70.0002_C_Unika Soegijapranata
http://slidepdf.com/reader/full/surimirainier13700002cunika-soegijapranata 16/16
15
Kelompok C3
Luas atas =1
3 48 (1 2 2 + 4 2 1 8 + 2 2 3 0 + 4 2 0 7 + 1 2 0) = 38432
Luas bawah =1
3 48 (1 2 2 + 4 3 4 + 2 2 0 + 4 3 4 + 1 2 0) = 8864
Luas area basah = 38432 − 8864 = 29568
mg HO =29568 − 8,0
0,0948= 311814,35
Kelompok C4
Luas atas =1
3 46 (9 0 + 4 1 8 4 + 2 2 0 1 + 4 1 9 0 + 1 2 0) = 32315,64
Luas bawah =1
3 46 (9 0 + 4 1 9 + 2 8 + 4 2 3 + 1 2 0) = 6040,02
Luas area basah = 32315,64 − 6040,02 = 26275,62
mg HO =26275,62 − 8,0
0,0948= 277084,60
Kelompok C5
Luas atas =1
3 45 (1 2 0 + 4 1 9 8 + 2 2 2 2 + 4 2 1 7 + 1 1 2) = 35040
Luas bawah =1
3 45 (1 2 0 + 4 5 0 + 2 4 4 + 4 5 2 + 1 1 2) = 10920
Luas area basah = 35040 − 10920 = 24120
mg HO =24120,00 − 8,0
0,0948= 254345,99
6.2. Laporan Sementara
6.3. Diagram Alir
6.4. Abstrak Jurnal