Top Banner
UKSW BUSINESS PLAN COMPETITION 2010 Budidaya Tanaman Sayur Organik dengan Metode Vertikultur Semi-Hidoponik KETUA TIM : Kristiyono ANGGOTA TIM : Taryono Haryono Rendy Pamungkas Ayuk Widyayanti UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
32

Suparlan Project

Jun 27, 2015

Download

Documents

Toh Oo'
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Suparlan Project

UKSW BUSINESS PLAN COMPETITION 2010

Budidaya Tanaman Sayur Organik dengan Metode Vertikultur Semi-Hidoponik

KETUA TIM :Kristiyono

ANGGOTA TIM :TaryonoHaryono

Rendy PamungkasAyuk Widyayanti

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

2010

Page 2: Suparlan Project

A. Judul Program

Budidaya Tanaman Sayur Organik dengan Metode Vertikultur Semi-

Hidoponik

B. Latar Belakang Masalah

Page 3: Suparlan Project

Pertanian organik berkembang secara cepat di negara-negara Eropa,

Amerika dan Asia Timur seperti Jepang, Korea dan Taiwan. Fenomena ini

didorong oleh kesadaran manusia akan bahaya bahan kimia bagi kehidupan.

Secara bertahap negara-negara di dunia mulai melakukan revolusi metode

pertanian untuk mengembalikan kesuburan tanah. Melalui program revolusi hijau,

produksi pangan dunia dapat ditingkatkan. Meskipun peningkatan produksi

pangan tidak terlepas dari penggunaan produk teknologi modern seperti benih

unggul, pupuk kimia, pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan pertanaman

monoklutur akan tetapi pada kenyataannya program revolusi hijau hanya dapat

berhasil di wilayah dengan sumber daya tanah dan air yang baik serta infrastruktur

yang mendukung.

Menurut pakar ekologi, pertanian yang tergangung pada bahan kimia dilihat

dari sudut pandang fisik dan ekonomi dianggap berhasil menanggulangi

kerawanan pangan, tetapi harus dibayar mahal dengan makin meningkatnya

kerusakan atau degradasi yang terjadi di permukaan bumi, seperti desertifikasi,

kerusakan hutan, penurunan keragaman hayati, salinitas, penurunan kesuburan

tanah, penumpukan senyawa kimia di dalam tanah maupun perairan, erosi dan

kerusakan lainnya. Sampai saat ini masih merupakan dilema berkepandangan

antara usaha meningkatkan produksi padangan dengan menggunakan agrokimia

dan usaha pelestarian lingkungan yang berusaha mengendalikan atau membatasi

penggunaan bahan-bahan tersebut.

Page 4: Suparlan Project

Lahan yang subur merupakan modal dasar pembangunan pertanian yang

perlu dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas pangan. Akan tetapi dari

tahun ke tahun lahan pertanian mengalami penurunan seiring dengan

pembangunan perumahan serta sarana dan prasarana kehidupan modern lainnya.

Kondisi demikian berdampak pada kesediaan lahan yang dibutuhkan untuk

meningkatkan produksi pertanian. Untuk mengatasi keterbatasan lahan pertanian

yang semakin sempit, salah satu caranya adalah melalui vertikultur. Vertikultur

merupakan sistem budi daya pertanian yang dilakukan secara vertikal dan

bertingkat. Sistem ini sesuai digunakan petani atau pengusaha yang memiliki

lahan sempit. Vertikultur dapat pula diterapkan pada bangunan-bangunan

bertingkat, perumahan umum atau bahkan pada pemukiman di daerah padat yang

tidak punya halaman sama sekali (Widarto, 1994: 2).

Metode vertikultur memungkinkan pemanfaatan lahan yang sempit untuk

menghasilkan produk pertanian secara maksimal. Efisiensi lahan yang dapat

dicapai dari vertikultur ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu faktor

pendukung keberhasilan pengembangan usaha agribisnis. Pemilihan metode

vertikultur ini didasarkan pada kelebihan sistem vertikultur dibandingkan dengan

sistem budi daya secara konvensional atau penanaman secara melebar langsung ke

tanah yang umum dilakukan. Dengan bercocok tanam sistem vertikultur,

disamping kondisi tanamannya lebih baik, jumlah tanaman per hektarnya bisa

mencapai 7 sampai 120 kali lipat, bahkan lebih. Banyaknya jumlah tanaman yang

dapat dibudidayakan secara vertikultur tidak tergantung dari luas tanam, tetapi

ditentukan oleh banyaknya tingkatan atau tinggi susunan dan kerapatan

penanaman. Selain kelebihan tersebut, keunggulan penamanan dengan sistem

vertikultur antara lain (Widarto, 1994: 8) :

a. penghematan pemakaian pupuk karena media tanam berada dalam satu

wadah sehingga pupuk yang diberkan tidak mudah tercuci oleh hujan.

b. Penghematan pemakaian pestisida, khususnya pestisida untuk serangga

tanah bila menggunakan media steril.

c. Mengurang pekerjaan pencabutan rumput karena penanaman secara

vertikal mengurangi potensi tumbuhnya gulma.

Page 5: Suparlan Project

d. Mencegah kerusakan karena hujan

e. Menghemat biaya penyiraman

f. Efisiensi dalam penggunaan lahan

g. masing-masing tanaman dapat dengan mudah dipindahkan ke tempat

lain.

Kelebihan-kelebihan metode veriktultur dapat dimanfaatkan dalam sistem

pertanian organik untuk meningkatkan efisiensi produksi pertanian. Hal tersebut

menjadi dasar budi daya tanaman sayuran organik dengan metode vertikultur

untuk kegiatan kewirausahaan. Selain itu, sebagai mahasiswa yang memiliki

keterbatasan dalam hal waktu dan tempat, sistem vertikultur memberikan

kemudahan dalam hal pengelolaan, baik dalam hal penyiraman maupun

pemeliharaan tanaman.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam penggunaan sistem penanaman

vertikal adalah dibutuhkannya penyangga yang kuat untuk mencegah media

tumbang ketika tanaman bertambah besar. Salah satu perkembangan teknologi

budidaya pertanian yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi maaslah tersebut

adalah teknologi hidroponik. Sistem mempunyai beberapa keunggulan, yaitu

1. kepadatan tanaman per satuan luas dapat dilipatgandakan sehingga

menghemat penggunaan lahan

2. mutu produk (bentuk, ukuran, rasa, warna, kebersihan) dapat dijamin karena

kebutuhan nutrient tanaman dipasok secara terkendali di dalam rumah kaca

3. tidak tergantung musim/waktu tanam dan panen dapat diatur sesuai dengan

kebutuhan pasar.

Page 6: Suparlan Project

Media tanam lain yang juga digunakan untuk media hidroponik dapat

berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, atau hanya air. Media tersebut biasanya

bebas dari unsur hara sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman

dialirkan ke dalam media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual.

BPP Teknologi telah melaksanakan pilot percontohan hidroponik dengan

menggunakan arang sekam sebagai media tanam di Kabupaten Bekasi dan

Kabupaten Kuningan (Jawa Barat). Komoditi yang dipelihara adalah tomat,

paprika, timun, melon dan cabe merah. Hasil tanaman yang diperoleh dari proyek

percontohan tersebut menunjukkan adanya peningkatan. Arang sekam, yaitu

sekam yang dibakar memiliki sifat porous dengan massa jenis yang lebih ringan

dibandingkan dengan tanah. Oleh karena itu media ini dipilih sebagai pengganti

tanah dalam metode vertikultur semi-hidroponik yang digunakan untuk

membudidayakan tanaman secara oganik.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijabarkan di atas, dapat dilihat adanya

masalah yang dapat dibahas lebih lanjut yaitu bagaimana meningkatkan produksi

tanaman sayuran organik dengan sistem vertikultur semi-hidroponik.

D. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari usaha budi daya ini adalah menciptakan

usaha budidaya tanam sayuran organik dengan metode vertikultur semi-

hidroponik. Selain itu, sistem vertikultur menuntut mahasiswa untuk

mengembangkan kemampuan mengembangkan teknologi tepat guna dalam

merancang sistem vertikultur sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dari

usaha ini.

E. Luaran yang diharapkan

Page 7: Suparlan Project

Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:

1. Produk sayuran organik yang dikembangkan dengan metode vertikultur

semi-hidroponik.

2. Pengembangan desain media vertikultur semi-hidroponik.

3. Laporan berupa studi kelayakan usaha dan ekonomi dari budidaya sayuran

organik dengan metode vertikultur semi-hidroponik.

F. Kegunaan Program

Kegiatan kewirausahaan ini diharapkan dapat memberikan konstribusi

pengetahuan bagi masyarakat dalam membuka usaha budidaya tanaman sayur

secara organik dengan metode vertikultur semi-organik, pengembangan desain

media tanam yang efektif dan efisien, dan studi kelayakan secara ekonomi dan

usaha. Kegunaan yang lainnya adalah untuk meningkatkan efisiensi lahan

pertanian sehingga mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi.

G. Gambaran Umum Rencana Usaha

1. Kondisi Umum Lingkungan

Page 8: Suparlan Project

Sayuran organik saat ini belum populer di Salatiga meskipun sudah ada

pelaku usaha yang menghasilkannya. Kesadaran akan bahaya bahan kimia dalam

sayuran semakin meningkat dengan adanya pendidikan masyarakat dari berbagai

media. Peningkatan pengetahuan masyarakat tersebut berdampak pada permintaan

sayuran organik yang semakin banyak di pasar. Hal ini membuka peluang bagi

pelaku usaha lain untuk masuk dalam industri sebagai penghasil sayuran organik,

khususnya untuk memenuhi kebutuhan sayur di Salatiga.

Salatiga, khususnya Kopeng termasuk daerah lereng pegunungan yang

memiliki suhu relatif lebih rendah dibandingkan kota-kota besar di sekitaranya.

Kopeng adalah dataran tinggi yang berada di lereng Gunung Merbabu. Suhu udara

di Kopeng berkisar antara 24 – 25o C dengan kelembaban rata-rata 60%. Keadaan

lingkungan yang demikian merupakan keadaan yang cocok untuk budidaya

tanaman sayuran. Kondisi lingkungan demikian merupakan faktor pendukung

dalam usaha pertanian karena tanaman tidak membutuhkan perlakuan khusus

dalam proses pemeliharaannya.

2. Potensi Sumber Daya

Sistem pertanian organik dengan metode vertikultur semi-hidroponik tidak

membutuhkan bahan-bahan kimia tanaman yang memudahkan pertanian

dilaksanakan. Sumber nutrisi bagi tanaman diperoleh dari bahan-bahan organik

yang tidak mengandung bahan kimia. Pupuk organik dapat diperoleh dari supplier

di Salatiga dengan harga murah dan tersedia secara kontinue. Selain itu

pemupukan tanaman dapat memanfaatkan pupuk hijau dan gulma yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan kompos. Unsur hara tanah dapat dipenuhi dengan

memanfaatkan bahan-bahan organik yang tersedia melimpah di lingkungan sekitar

pertanian dan peternakan.

3. Peluang Pasar

Page 9: Suparlan Project

Produk yang dihasilkan dari budi daya sayuran organik dengan metode

vertikultur semi-hidroponik adalah sawi, selada, bayam, kangkung dan bawang

daun. Pertimbangan pemilihan jenis-jenis sayuran tersebut adalah karena sayuran

tersebut memiliki karakter perakaran yang pendek sehingga tidak membutuhkan

tanah yang dalam. Selain itu, masa hidup kelima jenis sayur yang dipilih adalah

singkat yaitu rata-rata 30 hari atau satu bulan. Sawi, selada, bayam, kangkung dan

bawang daun ditanam dari biji sehingga proses pembibitannya lebih mudah. Dari

sisi ekonomi, harga sayur-sayuran tersebut relatif lebih mahal dibandingkan

dengan jenis sayur lainnya dan lebih banyak digunakan oleh masyarakat.

Sayuran seperti sawi, selada, bayam, kangkung dan bawang daun

merupakan jenis sayuran umum sehingga mudah untuk mendapatkan bibit sebagai

bahan baku usaha. Bibit dapat diperoleh di daerah penghasil sayuran seperti

Kopeng, Magelang dan Bandungan yang merupakan sentra produk pertanian

unggul di Jawa Tengah. Hal ini memudahkan pencarian bibit unggul yang akan

dibudidayakan dengan tingkat harga yang murah.

Sawi, selada, bayam, kangkung dan bawang daun merupakan jenis-jenis

sayuran yang dibutuhkan oleh masyarakat sehari-hari sehingga produk-produk

yang dihasilkan lebih mudah dipasarkan. Selain itu, hasil penanaman dengan

sistem vertikultur lebih baik karena lingkungan bercocok tanam lebih terkendali

sehingga memiliki daya jual yang tinggi. Produk sayuran unggul tidak hanya

dapat dipasarkan di pasar tradisonal, tetapi juga dapat dipasarkan di supermarket

yang menjual sayuran.

Page 10: Suparlan Project

Berdasarkan wilayah geografis, target pemasaran produk yang dipilih

adalah pasar-pasar tradisional di wilayah Salatiga dan sekitarnya yaitu Pasar

Induk Salatiga, Pasar Induk Kopeng, Pasar Bandungan dan Pasar Kembangsari.

Pemilihan pasar-pasar tradisional tersebut didasarkan pada pertimbangan semakin

banyak pasar yang menjadi lokasi penjualan, maka semakin besar peluang produk

terjual. Selain pasar tradisonal, pemasaran produk dapat dikembangkan ke

supermarket atau toko-toko besar di Salatiga yang menjual sayur seperti Niki

Baru, Ada Baru dan Mall Tamansari. Pemasaran di supermarket dan toko-toko

tersebut memberikan peluang pemasaran yang baik karena gaya hidup masyarakat

yang semakin modern.

Sayuran merupakan bahan kebutuhan pokok sehari-hari. Meskipun

demikian, sebagian besar sayuran yang dijual di Salatiga didatangkan dari luar

daerah seperti Magelang dan Ambarawa dan Kopeng. Hal ini menyebabkan

pasokan sayur di Salatiga tergantung pada pasokan dari daerah tersebut. Selain itu,

harga sayuran menjadi lebih mahal karena adanya biaya transportasi. Kondisi ini

memberikan peluang bagi produsen sayur dari dalam kota untuk menjual produk

yang lebih murah dan lebih segar karena diproduksi di dalam kota.

4. Pemasaran Produk

Media pemasaran yang digunakan adalah penjualan secara langsung

kepada distributor. Penjualan langsung dilakukan untuk memudahkan pelaku

usaha memasarkan produknya. Distributor memiliki pasar yang luas sehingga

dapat memasarkan produk dengan lebih cepat. Oleh karena itu perlu melakukan

kerja sama dengan distributor sayuran organik yang menampung hasil panen dari

petani.

5. Analisis Ekonomi Usaha

Page 11: Suparlan Project

Adapun analisis ekonomi usaha budidaya sayuran organik dengan metode

vertikultur semi-hidroponik adalah sebagi berikut:

a. Modal tetap dan ivestasi

Page 12: Suparlan Project

Tabel 1. Biaya Investasi (Untuk 150 m2)No Uraian Jumlah Unit Harga/Unit Total

1.

2.3.4.5.6.7.

8.

Kerangka Bangunan Bambu dan sewa lahanPlastik Ultra VioletInsect NetPlastik MulsaBiaya Pembuatan BangunanMedia vertikulturSistem Irigasi (Pompa,tangki, pipa dll)Bibit

150 m2

75 kg3 roll1 roll

1 paket

240 m2

Rp 10.000,-

Rp 21.000,-Rp 300.000,-Rp 350.000,-

Rp 1.000.000,-

Rp 10.000,-

Rp 1.500.000,-

Rp 1.575.000,-Rp 900.000,-Rp 350.000,-

Rp 1.000.000,-Rp 1.130.000,-Rp 1.400.000,-

Rp. 300.000,-Total Biaya Investasi   Rp8.155.000 ,-

b. Pendapatan Kotor per bulan Rp. 10.800.000

Hasil penjualan sayur organik

Sawi 800 kg x @ Rp. 2000 Rp. 1.600.000

Selada 800 kg x @ Rp. 4000 Rp. 3.200.000

Bayam 800 kg x @ Rp. 3000 Rp. 2.400.000

Kangkung 800 kg x @ Rp. 2000 Rp. 1.600.000

Bawang daun 800 kg x @ Rp. 5000 Rp. 4.000.000

Kegagalan 10% x 250 kg x @ 8.000                Rp. 2.000.000

c. Rugi Laba per bulan

Pendapatan      Rp. 10.800.000

Biaya produksi                             Rp. 8.155.000

Penyusutan investasi per bulan                  Rp             62.500  _

Keuntungan                                                         Rp.   2.582.500

Dari hasil analisa di atas menunjukan bahwa secara ekonomi, usaha budidaya

sayuran organik dengan media vertikultur layak dan mendatangkan

keuntungan.

H. METODE PELAKSANAAN

Page 13: Suparlan Project

Corong air

Pralon kecil

Kawat kassa

Tatakan media vertikultur

1. Penjalinan kerjasama usaha

Usaha budi daya sayuran organik dengan metode vertikultur

membutuhkan beberapa bahan baku yang tidak dapat disediakan sendiri oleh

pelaku usaha. Oleh karena itu perlu menjalin kerja sama dengan pihak-pihak

lain yang memiliki sumber daya tersebut. Pertanian organik membutuhkan

pupuk organik yang berasal dari limbah pertanian dan peternakan untuk

pemupukan. Pelaku usaha dapat menjalin kerja sama dengan pemilik ternak di

sekitar tempat usaha budi daya sayuran organik untuk mendapatkan pasokan

pupuk yang memadai dan kontinyu.

2. Proses Produksi

a. Pembuatan media vertikultur

Pembuatan media vertikultur dilaksanakan oleh pekerja sesuai

dengan kriteria yang diinginkan. Media vertikultur berbentuk silinder dari

kawat kassa yang tingginya 1 meter dan diameter + 30 cm. Dana yang

dialokasikan untuk membuat media vertikultur adalah Rp. 1.130.000.

Pembuatan media vertikultur dialokasikan dalam jangka waktu 1 minggu.

Adapun gambar media vertikultur yang akan dibuat adalah sebagai

berikut:

Page 14: Suparlan Project

Gambar 3.1. Media Vertikultur

Sebelum diisi dengan arang sekam, kawat kassa terlebih dahulu

dilapisi dengan sabut kelapa sebagai pakaian tanah. Tujuan pemasangan

sabut kelapa adalah untuk menyimpan oksigen yang diperlukan bagi

pertumbuhan tanaman dan melindungi tanah agar tidak keluar dari kassa.

Bibit tanaman akan ditanam di sela-sela sabut kelapa agar tidak jatuh.

Pada bagian atas media diberikan corong yang dibuat dari botol bekas air

minum dalam kemasan untuk mengarahkan air ke dalam pralon di dalam

media vertikultur. Pada bagian bawah diberi nampan sebagai tatakan yang

dapat menampung air sisa irigasi. Sisa air tersebut akan dikembalikan lagi

untuk menyiram tanaman sehingga tidak terjadi pemborosan air.

b. Penyemaian Benih

Proses produksi dimulai dengan mempersiapkan benih sayur yang

akan ditanam. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagi berikut:

1. Mempersiapan nampan semai dan media tanam benih sayur.

2. Benih ditabur di media tanam sesuai dengan jenis tanaman yang

dipersiapkan.

3. Menyimpan media penyemaian di tempat yang teduh sampai

muncul tunas sayur.

4. Langkah selanjutnya adalah merawat benih sampai siap untuk

dipindahkan ke media vertikultur.

c. Pemindahan benih ke media vertikultur dan perawatan tanaman

Penanaman dimulai dengan memindahkan benih ke media

vertikultur. Pemindahan benih harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk

menjaga agar benih tidak mati setelah dipindahkan ke media vertikultur.

Penyiraman dilakukan dengan dengan menggunakan pralon kecil yang

ditempatkan di dalam kassa. Hal ini dimaksudkan agar semua bagian pada

media vertikultur mendapatkan suplai air yang cukup untuk pertumbuhan.

Page 15: Suparlan Project

d. Panen

Proses pemeliharaan tanaman hingga siap panen kurang lebih selama

+ 30 hari. Setelah dipanen, tanaman dibersihkan dan dikemas untuk

menjaga kesegarannya. Hasil panen akan disetorkan kepada distributor

yang selanjutnya menjual hasil panen tersebut ke pasar yang lebih luas.

A. Jadwal Kegiatan

No

Tahap Kegiatan

Waktu

Bulan ke-1

Bulan ke-2

Bulan ke-3

Bulan ke-4

Bulan ke-5

1 Persiapan Penyiapan media

Penyiapan benih

2 Pelaksanaan Penanaman benih

Pemanenan pemanenan

Pemasaran

Evaluasi

3 Penyusunan Penulisan hasil pelaksanaan kegiatan

B. Rancangan Biaya

Bahan Habis Pakai Kuantitas Harga (Rp)

a) Jaring kawat (kasa) 5 x 20 m 450.000

b) Serbut kelapa 20 ikat 30.000

c) Plastik ultraviolet 75 kg 1.575.000

d) Bambu 100 batang 500.000

e) Kawat tali 5 kg 100.000

f) Paku 10 kg 150.000

h) Selang untuk Penyiraman 20 m 300.000

Page 16: Suparlan Project

i) Pralon kecil untuk irigasi tetes 15 x 4 m 450.000

j) Nampan untuk media penyemaian 20 200.000

k) Bak penampung air 1 500.000

l) Sewa tempat usaha 750.000

m) Pompa air 1 600.000

n) Insect net 3 roll 900.000

o) Bibit 300.000

p) Plastik mulsa 1 roll 350.000

Jumlah 7.155.000

Biaya pendukung Kuantitas Harga (Rp)

Pembuatan bangunan 1.000.000

Jumlah 1.000.000

Lain-lain Kuantitas Harga (Rp)

Kertas 1 Rim 37.500

Transportasi 200.000

Lain-lain 262.500

Jumlah 500.000

Biaya Jumlah (Rp)

Bahan habis pakai 7.155.000

Biaya pendukung 1.000.000

Lain-lain 500.000

Page 17: Suparlan Project

Jumlah 8.655.000

C. Denah dan Lokasi Usaha

1. Identitas Perusahaan

Nama : Kebun Vertikultur Sayuran Organik Suparlan

Alamat : Jl. Raya Kopeng km. 7

2. Lokasi usaha

Pemilihan lokasi usaha di Kopeng didasarkan pada pertimbangan suhu udara di

Kopeng sesuai untuk pertumbuhan sayur-sayuran yang berkisar antara 25oC

sampai 28oC. Luas lahan kebun terbuka yang digunakan adalah 100m2 untuk

memberikan ruang maksimal pada pertumbuhan tanaman dengan kerapatan

50%.

D. DAFTAR PUSTAKA

Widarto, L. 1994. Vertikultur Bercocok Tanam Secara Bertingkat. Jakarta: Panebar Swadaya.

Nur Mila, Amalia. 2007. Gemar Bertanam di Pekarangan. Jakarta: Panca Anugerah Sakti.

Page 18: Suparlan Project
Page 19: Suparlan Project

NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA

1. Ketua Kegiatan a. Nama Lengkap : Kristiyonob. NIM : 19 2007 017c. Program Studi : Pendidikan Fisika d. Fakultas : Fakultas Sains dan Matematikae. Perguruan Tinggi : Universitas Kristen Satya Wacanaf. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu

2. Anggota Penulis 1a. Nama Lengkap : Yogo Widi Prakosob. NIM : 19 2007 015c. Program Studi : Pendidikan Fisikad. Fakultas : Fakultas Sains dan Matematikae. Perguruan Tinggi : Universitas Kristen Satya Wacanaf. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu

3. Anggota Penulis 2a. Nama Lengkap : Shinta Rosiana Dewib. NIM : 192008c. Program Studi : Pendidikan Matematikad. Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikane. Perguruan Tinggi : Universitas Kristen Satya Wacanaf. Waktu untuk kegiatan PKM : 12 jam / minggu

4. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan gelar : Dr. Ir. Bistok Hasiholan Simanjuntak M.Sib. Golongan pangkat : IIIDc. Jabatan Fungsional : Lektord. Jabatan Struktural : Sekretaris FPe. Program Studi : Agronomif. Fakultas : Fakultas Pertaniang. Perguruan Tinggi : Universitas Kristen Satya Wacanah. Bidang Keahlian : Manajemen Tanah dan Airi. Waktu untuk kegiatan PKM : 18 jam / minggu

Page 20: Suparlan Project

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BIODATA

1. Nama : Yogo Widi Praksoso

2. Tempat/ tanggal lahir : Salatiga, 13 Desember 1989

3. Alamat Rumah : Kalibeji RT 04 / 01, Tuntang

Kabupaten Semarang

PENDIDIKAN FORMAL

SD Negeri Kalibeji Lulus Tahun 2001

SMP Negeri 1 Banyubiru Lulus Tahun 2004

SMK Negeri 2 Salatiga Lulus Tahun 2007

Pendidikan Fisika UKSW 2007 – sekarang

Daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 30 September 2009

Yogo Widi Prakoso

Page 21: Suparlan Project

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BIODATA

1. Nama : Kristiyono

2. Tempat/ tanggal lahir : Kab. Semarang, 02 November 1989

3. Alamat Rumah : Blongoran, RT 06 / 03, Polobogo

Kabupaten Semarang

PENDIDIKAN FORMAL

SD Negeri I Polobogo Lulus Tahun 2001

SMP Negeri 1 Getasan Lulus Tahun 2004

SMK Saraswati Salatiga Lulus Tahun 2007

Pendidikan Fisika UKSW 2007 – sekarang

Daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 30 September 2009

Kristiyono