Ringkasan Peraturan-Peraturan Terkait dengan Pengambilalihan
Perusahaan Terbuka
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU
Pasar Modal)UU Pasar Modal adalah ketentuan umum mengenai
undang-undang Pasar Modal. Berisi tentang definisi, pengertian,
serta aturan dan ketentuan mengenai aktivitas di pasar modal. Di
dalamnya berisi tentang:1) Ketentuan UmumMemberikan penjelasan
tentang definisi, pengertian, serta aturan dan ketentuan yang
diatur di UU Pasar Modal.2) Badan Pengawas Pasar ModalAturan
mengenai fungsi, peran, otoritas, serta tanggung jawab yang
dimiliki Badan Pengawas Pasar Modal.3) Bursa Efek, Lembaga Kliring,
dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan
PenyelesaianMemberikan pemaparan fungsi, syarat, dan ketentuan
mengenai aktivitas di Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.4) Reksa DanaAturan
mengenai bentuk dan sifat Reksa Dana, serta ketentuan mengenai
pengelolaan Reksa Dana.5) Perusahaan Efek, Wakil Perusahaan Efek,
dan Penasihat InvestasiAturan mengenai persyaratan, ketentuan,
otoritas kegiatan, serta pedoman untuk Perusahaan Efek, Wakil
Perusahaan Efek, dan Penasihat Investasi.6) Lembaga Penunjang Pasar
ModalAturan mengenai persyaratan dan ketentuan tentang Lembaga
Penunjang Pasar Modal, yang di dalamnya termasuk Kustodian, Biro
Administrasi Efek, dan Wali Amanat.7) Penyelesaian Transaksi Bursa
dan Penitipan KolektifPenjelasan mengenai tata cara aktivitas
penyelesaian transaksi bursa, serta syarat dan ketentuan mengenai
penitipan kolektif.8) Profesi Penunjang Pasar ModalAturan yang
mengatur profesi penunjang aktivitas Pasar Modal, serta
persyaratan, tata cara, dan kewajiban saat melakukan aktivitas di
Pasar Modal.9) Emiten dan Perusahaan PublikPenjelasan mengenai
persyaratan pendaftaran, kewajiban, ketentuan, serta hak yang
dimiliki Emiten dan Perusahaan Publik dalam aktivitas di bursa
saham.10) Pelaporan dan Keterbukaan InformasiMemberikan paparan
kewajiban bagi pelaku di bursa saham untuk melapor kepada Badan
Pengawas Pasar Modal, termasuk jenis laporan yang harus
disampaikan.11) Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang
DalamPenjelasan mengenai aktivitas dan kegiatan apa saja yang
dilarang di kegiatan Pasar Modal, termasuk penipuan, dan pelarangan
penggunaan orang dalam sesuai ketentuan berlaku.12)
PemeriksaanDasar hukum mengenai wewenang Bapepam melakukan
pemeriksaan terhadap pelanggaran UU Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya, termasuk aturan tata cara pemeriksaan.13)
PenyidikanAturan mengenai prosedur dan tata cara pelaksanaan
penyidikan yang dilakukan Bapepam terhadap pelanggar UU Pasar Modal
dan peraturan pelaksanaannya.14) Sanksi AdministratifAturan
mengenai sanksi administratif yang diberikan Bapepam terhadap
pelanggar UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.15) Ketentuan
PidanaPenjelasan mengenai ketentuan pidana terhadap pihak yang
melanggar UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.16) Ketentuan
Lain-lainPenjelasan mengenai ketentuan menuntut ganti rugi terhadap
pihak yang dirugikan dari pelanggaran UU Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya, serta kewajiban konsultasi dan atau koordinasi
Bapepam dan Bank Indonesia terkait aktivitas pengawasan di Pasar
Modal.17) Ketentuan PeralihanMemberikan paparan kewajiban dan
ketentuan bagi Perusahaan Publik setelah UU Pasar Modal ini
diundangkan, dan sifat peraturan lain terkait Pasar Modal setelah
UU Pasar Modal ini resmi berlaku.
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UU PT)UU PT adalah ketentuan umum mengenai undang-undang perseroan
terbatas. Di dalam undang-undang ini diatur tata cara:a. pengajuan
permohonan dan pemberian pengesahan status badan hukum;b. pengajuan
permohonan dan pemberian persetujuan perubahan anggaran dasar;c.
penyampaian pemberitahuan dan penerimaan pemberitahuan perubahan
anggaran dasar dan/atau pemberitahuan dan penerimaan pemberitahuan
perubahan data lainnya.Selanjutnya di dalam Undang-Undang ini
dilakukan perubahan atas ketentuan yang menyangkut penyelenggaraan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), memperjelas dan mempertegas tugas
dan tanggung jawab Direksi serta Dewan Komisaris. Selain itu, di
dalam Undang-Undang ini ketentuan mengenai struktur modal
Perseroan, serta mengenai pembelian kembali saham yang telah
dikeluarkan oleh Perseroan.Kemudian diatur juga mengenai
penggabungan, pengambilalihan, dan peleburan perseroan. Dalam hal
Pengambilalihan, di dalam undang-undang ini diatur sebagai berikut:
Pengambilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang
telah dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh Perseroan melalui
Direksi Perseroan atau langsung dari pemegang saham.
Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorangan. Pengambilalihan yang dilakukan oleh badan hukum
berbentuk Perseroan, maka Direksi sebelum melakukan perbuatan hukum
Pengambilalihan harus berdasarkan keputusan RUPS yang memenuhi
kuorum kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengambilan
keputusan RUPS. Dalam hal Pengambilalihan dilakukan melalui
Direksi, pihak yang akan mengambil alih menyampaikan maksudnya
untuk melakukan Pengambilalihan kepada Direksi Perseroan yang akan
diambil alih. Direksi Perseroan yang akan diambil alih dan
Perseroan yang akan mengambil alih dengan persetujuan Dewan
Komisaris masing-masing menyusun rancangan Pengambilalihan yang
memuat sekurang-kurangnya:a. nama dan tempat kedudukan dari
Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan diambil
alih; b. alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan
mengambil alih dan Direksi Perseroan yang akan diambil alih; c.
laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf
a untuk tahun buku terakhir dari Perseroan yang akan mengambil alih
dan Perseroan yang akan diambil alih; d. tata cara penilaian dan
konversi saham dari Perseroan yang akan diambil alih terhadap saham
penukarnya apabila pembayaran Pengambilalihan dilakukan dengan
saham; e. jumlah saham yang akan diambil alih;f. kesiapan
pendanaan; g. neraca konsolidasi proforma Perseroan yang akan
mengambil alih setelah Pengambilalihan yang disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia; h. cara
penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap
Pengambilalihan; i. cara penyelesaian status, hak dan kewajiban
anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan karyawan dari Perseroan yang
akan diambil alih; j. perkiraan jangka waktu pelaksanaan
Pengambilalihan, termasuk jangka waktu pemberian kuasa pengalihan
saham dari pemegang saham kepada Direksi Perseroan; k. rancangan
perubahan anggaran dasar Perseroan hasil Pengambilalihan apabila
ada. Perbuatan hukum Pengambilalihan selanjutnya wajib
memperhatikan kepentingan: a. Perseroan, pemegang saham minoritas,
karyawan Perseroan;b. kreditor dan mitra usaha lainnya dari
Perseroan; dan c. masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan
usaha. Direksi Perseroan yang akan melakukan Penggabungan,
Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib mengumumkan
ringkasan rancangan paling sedikit dalam 1 (satu) Surat Kabar dan
mengumumkan secara tertulis kepada karyawan dari Perseroan yang
akan melakukan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau
Pemisahan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum pemanggilan RUPS. Pengumuman tersebut memuat juga
pemberitahuan bahwa pihak yang berkepentingan dapat memperoleh
rancangan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan
di kantor Perseroan terhitung sejak tanggal pengumuman sampai
tanggal RUPS diselenggarakan. Kreditor dapat mengajukan keberatan
kepada Perseroan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas)
hari setelah pengumuman Pengambilalihan sesuai dengan rancangan
tersebut. Rancangan, Pengambilalihan yang telah disetujui RUPS
dituangkan ke dalam akta Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan,
atau Pemisahan yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa
Indonesia. Akta Pengambilalihan saham yang dilakukan langsung dari
pemegang saham wajib dinyatakan dengan akta notaris dalam bahasa
Indonesia. Salinan akta Pengambilalihan Perseroan wajib dilampirkan
pada penyampaian pemberitahuan kepada Menteri tentang perubahan
anggaran dasar. Dalam hal Pengambilalihan saham dilakukan secara
langsung dari pemegang saham, salinan akta pemindahan hak atas
saham wajib dilampirkan pada penyampaian pemberitahuan kepada
Menteri tentang perubahan susunan pemegang saham.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan
Atau Peleburan Badan Usaha Dan Pengambilalihan Saham Perusahaan
Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli Dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. (PP 57 2010)PP 57 2010 adalah pengaturan lebih
rinci tentang tata cara proses Penggabungan, Peleburan, dan
Pengambilalihan yang mengakibatkan Praktik Monopoli dan/atau
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Adapun materi yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah ini meliputi Penggabungan atau Peleburan Badan
Usaha, dan Pengambilalihan saham yang dapat mengakibatkan
terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, tata
cara penyampaian pemberitahuan, penilaian Komisi, dan konsultasi.1)
Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha, dan Pengambilalihan saham
yang dapat mengakibatkan terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha,
atau Pengambilalihan saham perusahaan lain yang berakibat nilai
aset dan/atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu wajib
diberitahukan secara tertulis kepada Komisi paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak tanggal telah berlaku efektif secara
yuridis Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau
Pengambilalihan saham perusahaan. Nilai aset dan/atau nilai
penjualan sebagaimana dimaksud dihitung berdasarkan penjumlahan
nilai aset dan/atau nilai penjualan dari:a. Badan Usaha hasil
Penggabungan, atau Badan Usaha hasil Peleburan, atau Badan Usaha
yang mengambilalih saham perusahaan lain dan Badan Usaha yang
diambilalih; danb. Badan Usaha yang secara langsung maupun tidak
langsung mengendalikan atau dikendalikan oleh Badan Usaha hasil
Penggabungan, atau Badan Usaha hasil Peleburan, atau Badan Usaha
yang mengambilalih saham perusahaan lain dan Badan Usaha yang
diambilalih. Apabila Pelaku Usaha tidak menyampaikan pemberitahuan
tertulis sebagaimana dimaksud, Pelaku Usaha dikenakan sanksi berupa
denda administratif sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
untuk setiap hari keterlambatan, dengan ketentuan denda
administratif secara keseluruhan paling tinggi sebesar
Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah). Kewajiban
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tidak berlaku bagi
Pelaku Usaha yang melakukan Pengambilalihan saham antarperusahaan
yang terafiliasi.2) Tata Cara Penyampaian Pemberitahuan.
Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam dilakukan
dengan cara mengisi formulir yang telah ditetapkan oleh KPPU.
Berdasarkan pemberitahuan tertulis tersebut, KPPU selanjutnya
melakukan penilaian untuk memberikan pendapat terhadap ada atau
tidaknya dugaan Praktik Monopoli dan/atau Persaingan Usaha Tidak
Sehat akibat dari Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha,
atau Pengambilalihan saham perusahaan. Pelaku Usaha yang akan
melakukan Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau
Pengambilalihan saham perusahaan lain yang berakibat nilai aset
dan/atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu sebagaimana
yang diatur, dapat melakukan konsultasi lebih dulu secara lisan
atau tertulis kepada KPPU. Berdasarkan penilaian yang telah
dilakukan, KPPU kemudian memberikan saran, bimbingan, dan/atau
pendapat tertulis mengenai rencana Penggabungan Badan Usaha,
Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham perusahaan lain
kepada Pelaku Usaha.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang
Penggabungan, Peleburan, Dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas (PP
27 1998).PP 27 1998 adalah peraturan pemerintah yang isinya
meliputi, persyaratan, tata cara, pembuatan rencana penggabungan,
peleburan, dan pengambilalihan, kewajiban mengumumkan,
pemberitahuan kepada karyawan, hal-hal yang harus dimuat dalam
rancangan penggabungan, keberatan terhadap rancangan serta hak
pengajuan pembatalan terhadap tindakan penggabungan, peleburan, dan
pengambilalihan Perseroan Terbatas.1) Tata Cara Pengambilalihan
Perseroan Terbatas. Pihak yang akan mengambil alih menyampaikan
maksud untuk melakukan pengambilalihan kepada Direksi perseroan
yang akan diambil alih. Direksi perseroan yang akan diambil alih
dan pihak yang akan mengambil alih masing-masing menyusun usulan
rencana pengambilalihan. Usulan sebagaimana dimaksud masing-masing
wajib mendapat persetujuan Komisaris perseroan yang akan diambil
alih dan yang mengambil alih atau lembaga serupa dari pihak yang
akan mengambil alih, dengan memuat sekurang kurangnya:a. nama dan
tempat kedudukan perseroan serta badan hukum lain, atau identitas
orang perseorangan yang melakukan pengambilalihan;b. alasan serta
penjelasan masing-masing Direksi perseroan, pengurus badan hukum
atau orang perseorangan yang melakukan pengambilalihan;c. laporan
tahunan terutama perhitungan tahunan tahun buku terakhir dari
perseroan dan badan hukum lain yang melakukan pengambilalihan;d.
tata cara konversi saham dari masing-masing perseroan yang
melakukan pengambilalihan apabila pembayaran pengambilalihan
dilakukan dengan saham;e. rancangan perubahan Anggaran Dasar
perseroan hasil pengambilalihan;f. jumlah saham yang akan diambil
alih;g. kesiapan pendanaan;h. neraca gabungan proforma perseroan
setelah pengambilalihan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan, serta perkiraan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan keuntungan dan kerugian serta masa depan perseroan tersebut
berdasarkan hasil penilaian ahli yang independen;i. cara
penyelesaian hak-hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap
pengambilalihan perusahaan;j. cara penyelesaian status karyawan
dari perseroan yang akan diambil alih;k. perkiraan jangka waktu
pelaksanaan pengambilalihan. Usulan tersebut merupakan bahan untuk
penyusunan Rancangan Pengambilalihan yang disusun bersama antara
Direksi perseroan yang akan diambil alih dengan pihak yang akan
mengambil alih. Rancangan Pengambilalihan yang kemudian akan dibuat
sekurang kurangnya memuat hal-hal yang tercantum dalam usulan
rencana pengambilalihan sebagaimana dimaksud.2) Kewajiban
Mengumumkan Ringkasan Rancangan Pengambilalihan wajib diumumkan
oleh Direksi dalam 2 (dua) surat kabar harian serta diberitahukan
secara tertulis kepada karyawan perseroan yang melakukan
pengambilalihan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham masing-masing perseroan.
Direksi wajib menyampaikan dengan surat tercatat Rancangan
Penggabungan, peleburan, dan Pengambilalihan kepada seluruh
kreditor paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan
Rapat Umum Pemegang Saham.3) Hal-Hal Yang Harus Dimuat Dalam
Rancangan Pengambilalihan. Rancangan Pengambilalihan wajib mendapat
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham perseroan yang akan diambil
alih dan yang akan mengambil alih atau lembaga serupa dari pihak
yang akan mengambil alih. Rancangan pengambilalihan yang telah
disetujui dituangkan dalam Akta Pengambilalihan. Akta
Pengambilalihan dibuat di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia.
Apabila pengambilalihan perseroan dilakukan dengan mengadakan
perubahan Anggaran Dasar, maka pengambilalihan mulai berlaku sejak
tanggal persetujuan perubahan Anggaran Dasar oleh Menteri Hukum dan
HAM. Apabila pengambilalihan perseroan dilakukan dengan disertai
perubahan Anggaran Dasar yang tidak memerlukan persetujuan Menteri,
maka pengambilalihan mulai berlaku sejak tanggal pendaftaran Akta
Pengambilalihan dalam Daftar Perusahaan. Apabila pengambilalihan
perseroan tidak mengakibatkan perubahan Anggaran Dasar, maka
pengambilalihan mulai berlaku sejak tanggal penandatanganan Akta
Pengambilalihan.4) Keberatan Terhadap Rancangan dan Hak Pengajuan
Pembatalan Kreditor dapat mengajukan keberatan kepada perseroan
paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pemanggilan Rapat Umum
Pemegang Saham yang akan memutus mengenai rencana penggabungan,
peleburan dan pengambilalihan yang telah dituangkan dalam Rancangan
tersebut. Apabila dalam jangka waktu tersebut kreditor tidak
mengajukan keberatan, maka kreditor dianggap menyetujui
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan.
5. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep-111/PM/1996 Tentang Ketentuan Umum Pengajuan Pernyataan
Pendaftaran (Peraturan IX.A.1)Peraturan ini mengatur tentang tata
cara pengajuan pernyataan pendaftaran bagi emiten atau perusahaan
publik untuk ikut serta dalam penawaran umum.
6. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep-25/PM/2003 Tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran
Umum (Peraturan IX.A.2)Peraturan ini berisi tentang tata cara
pendaftaran bagi emiten atau perusahaan publik dalam rangka
penawaran umum. Adapun materi muatan dari peraturan ini antara
lain:1) Hal-hal yang wajib dipenuhi untuk melaksanakan Penawaran
Umum, yaitu:a. Emiten harus menyampaikan Pernyataan Pendaftaran dan
dokumen pendukungnya kepada Bapepam dalam bentuk serta mencakup
informasi yang ditetapkan untuk Penawaran Umum sesuai dengan
Peraturan Nomor: IX.A.1 tentang Ketentuan Umum Pengajuan Pernyataan
Pendaftaran; danb. Pernyataan Pendaftaran sebagaimana dimaksud
dalam angka 1 huruf a harus sudah menjadi efektif.2) Emiten
bertanggung jawab atas kelengkapan dan kebenaran informasi yang
diungkapkan dalam Pernyataan Pendaftaran dan dokumen pendukungnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.3) Setelah disampaikannya
Pernyataan Pendaftaran, Emiten wajib memenuhi ketentuan sebagai
berikut:a. mengumumkan Propektus Ringkas yang merupakan bagian dari
Pernyataan Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor
IX.C.1 dalam sekurang-kurangnya 1 (satu) surat kabar harian
berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran nasional
selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah disampaikannya
Pernyataan Pendaftaran. b. menyampaikan kepada Bapepam bukti
pengumuman Propektus Ringkas.4) Pernyataan Pendaftaran dapat
menjadi efektif dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:a.
atas dasar lewatnya waktu, yakni: 45 (empat puluh lima) hari sejak
tanggal Pernyataan Pendaftaran diterima Bapepam secara lengkap,
yaitu telah mencakup seluruh kriteria yang ditetapkan dalam
formulir Pernyataan Pendaftaran; atau 45 (empat puluh lima) hari
sejak tanggal perubahan terakhir yang disampaikan Emiten atau yang
diminta Bapepam dipenuhi; ataub. atas dasar pernyataan efektif dari
Bapepam bahwa tidak ada lagi perubahan dan atau tambahan informasi
lebih lanjut yang diperlukan.5) Setelah efektifnya Pernyataan
Pendaftaran dan sebelum dimulainya masa Penawaran Umum, Emiten
wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:a. menyediakan Prospektus
yang dipersyaratkan sebagai bagian Pernyataan Pendaftaran bagi
masyarakat atau calon pembeli;b. mengumumkan perbaikan dan atau
tambahan atas Prospektus Ringkas sebagaimana dimaksud dalam angka 5
huruf a dalam sekurang-kurangnya 1 (satu) surat kabar harian
berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran nasional
selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah efektifnya Pernyataan
Pendaftaran. Disamping kewajiban mengumumkan dalam surat kabar,
Emiten dapat juga mengumumkan perbaikan dan atau tambahan atas
Propektus Ringkas tersebut dalam media massa yang lain; danc.
menyampaikan kepada Bapepam bukti pengumuman perbaikan dan atau
tambahan atas Prospektus Ringkas selambat-lambatnya 2 (dua) hari
kerja setelah pengumuman dimaksud.6) Masa Penawaran Umum
sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari kerja.
7. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep-26/Pm/2003 Tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Peraturan
IX.D.1)Peraturan ini mengatur tentang Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu, yaitu adalah hak yang melekat pada saham yang memungkinkan
para pemegang saham yang ada untuk membeli Efek baru, termasuk
saham, Efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran,
sebelum ditawarkan kepada Pihak lain. Hak tersebut wajib dapat
dialihkan.Apabila suatu perusahaan yang telah melakukan Penawaran
Umum saham atau Perusahaan Publik bermaksud untuk menambah modal
sahamnya, termasuk melalui penerbitan Waran atau Efek konversi,
maka setiap pemegang saham wajib diberi Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu atas Efek baru dimaksud sebanding dengan persentase
pemilikan mereka.
8. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep-44/PM/1998 Tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (Peraturan IX.D.4)Di dalam peraturan ini diatur
bahwa setiap Emiten atau Perusahaan Publik dapat menambah modal
tanpa memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada pemegang
saham sebagaimana ditentukan dalam angka 2 Peraturan IX.D.1 tentang
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, sepanjang ditentukan dalam
anggaran dasar, dengan ketentuan sebagaimana diatur di dalam
peraturan ini.Namun apabil dalam hal penambahan modal tersebut
mengakibatkan terjadinya benturan kepentingan, maka pelaksanaannya
wajib mengikuti ketenutan Peraturan Nomor IX.E.1 tentang Benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu.
9. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep-32/PM/2000 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu
(Peraturan IX.E.1).Peraturan IX.E.1 merupakan peraturan di dalam
bidang pasar modal yang mengatur mengenai benturan kepentingan
antara transaksi tertentu. Adapun isi dari peraturan ini memuat
materi antara lain:1. Transaksi Yang Mempunyai Benturan
KepentinganJika suatu Transaksi dimana seorang direktur, komisaris,
pemegang saham utama atau Pihak terafiliasi dari direktur,
komisaris atau pemegang saham utama mempunyai Benturan Kepentingan,
maka Transaksi dimaksud terlebih dahulu harus disetujui oleh para
Pemegang Saham Independen atau wakil mereka yang diberi wewenang
untuk itu dalam Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana diatur dalam
peraturan2. Transaksi Yang DikecualikanTransaksi yang dikecualikan
dari peraturan ini, adalah: a. Transaksi antara Perusahaan dengan
Perusahaan Terkendali yang saham atau modalnya dimiliki
sekurang-kurangnya 99% (sembilan puluh sembilan per seratus) atau
antara sesama Perusahaan Terkendali yang saham atau modalnya
dimiliki sekurang-kurangnya 99% (sembilan puluh sembilan per
seratus) oleh Perusahaan dimaksud, jika laporan keuangan dari
Perusahaan tersebut dikonsolidasikan;b. Transaksi antara Perusahaan
dengan Perusahaan Terkendali yang saham atau modalnya tidak
dimiliki seluruhnya dan tidak satu pun saham atau modal Perusahaan
Terkendali dimiliki oleh komisaris, direktur, pemegang saham utama
Perusahaan dimaksud, atau Pihak Terafiliasinya. Apabila pemilikan
saham pada Perusahaan Terkendali tersebut melebihi 50% (lima puluh
persen), maka laporan keuangannya harus dikonsolidasikan;c.
Transaksi yang melibatkan Perusahaan atau Perusahaan Terkendali
dengan Pihak.d. Transaksi antara Perusahaan baik dengan Karyawan,
direksi atau komisaris Perusahaan tersebut maupun dengan Karyawan,
direksi atau komisaris Perusahaan Terkendali, dan Transaksi antara
Perusahaan Terkendali baik dengan Karyawan, direksi atau komisaris
Perusahaan Terkendali tersebut maupun dengan Karyawan, direksi atau
komisaris Perusahaan dengan persyaratan yang sama.e. Penggunaan
setiap fasilitas yang diberikan oleh Perusahaan atau Perusahaan
Terkendali kepada komisaris, direktur, dan pemegang saham utama
yang juga sebagai Karyawan yang langsung berhubungan dengan taggung
jawab mereka terhadap Perusahaan tersebut dan sesuai dengan
kebijaksanaan Perusahaan3. Pemberitahuan Rapat Umum Pemegang Saham.
Pemberitahuan mengenai rapat umum pemegang saham untuk menyetujui
suatu transaksi yang tidak dikecualikan harus memuat informasi yang
diatur di dalam peraturan ini.4. Laporan Tentang Pemberitahuan
Rapat Umum Pemegang Saham Salinan pemberitahuan yang telah
diumumkan sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini harus
disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal.5. Informasi Tentang
Rencana Transaksi Dan Rapat Umum Pemegang Saham Informasi yang
harus diungkapkan sebagaimana diatur dalam peraturan ini
meliputi:c. kekayaan atau jasa yang bersangkutan; nilai transaksi
yang bersangkutan; nama pihak-pihak yang mengadakan transaksi dan
hubungan mereka dengan Perusahaan yang bersangkutan; dan sifat dari
benturan kepentingan pihak-pihak yang bersangkutan dalam transaksi
Tersebut;d. Ringkasan laporan pihak independen yang ditunjuk; e.
Tanggal, waktu, dan tempat diselenggarakannya rapat umum pemegang
saham dan Rapat pemegang saham selanjutnya yang direncanakan akan
diselenggarakan jika Korum kehadiran pemegang saham independen yang
disyaratkan tidak diperoleh dalam Rapat pertama, pernyataan tentang
persyaratan pemberian suara dalam rencana Transaksi tersebut dan
pemberian suara setuju yang disyaratkan dalam setiap rapatSesuai
dengan peraturan ini;f. Penjelasan pertimbangan dan alasan
dilakukannya transaksi tersebut, dibandingkan.Dengan apabila
dilakukan transaksi lain yang sejenis yang tidak mengandung
benturan Kepentingan; g. Rencana perusahaan, data perusahaan dan
informasi lain yang dipersyaratkan; h. Pernyataan komisaris dan
direktur yang menyatakan bahwa semua informasi material Telah
diungkapkan dan informasi tersebut tidak menyesatkan; dan Ringkasan
laporan tenaga ahli atau konsultan independen jika dianggap perlu
oleh6. Transaksi Material Perubahan Kegiatan Usaha Utama Atau
Pengambilalihan Perusahaan Terbuka Yang Mengandung Benturan
Kepentingan. Dalam hal Transaksi Material, Perubahan Kegiatan Usaha
Utama atau Pengambilalihan Perusahaan Terbuka terdapat Benturan
Kepentingan, maka Perusahaan tersebut disamping harus memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan ini juga harus
memenuhi keterbukaan informasi sebagaimana diatur dalam Peraturan
Nomor IX.E.2 tentang Transaksi Material Dan Perubahan Kegiatan
Usaha7. Pernyataan Pemegang Saham Independen sebelum rapat umum
pemegang saham, perusahaan wajib menyediakan formulir pernyataan
bermeterai cukup untuk ditandatangani pemegang saham independen
yang sekurang-kurangnya menyatakan bahwa: yang bersangkutan
benar-benar merupakan pemegang saham independen; dan apabila
dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan tersebut tidak benar,
maka yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi8. Pengumuman Mengenai
Pemberitahuan Rapat Umum Pemegang Saham Pengumuman mengenai
pemberitahuan rapat umum pemegang saham harus diterbitkan
sekurang-kurangnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum rapat.
Panggilan Rapat Umum Pemegang Saham sekurang-kurangnya 14 (empat
belas) hari sebelum rapat dimaksud.
10. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep-04/PM/2002 tentang Penawaran Tender (Peraturan IX.F.1)Peraturan
IX.F.1 merupakan peraturan di dalam bidang pasar modal yang
mengatur mengenai transaksi dalam rangka penawaran tender. Adapun
isi dari peraturan ini memuat materi antara lain: Transaksi dalam
rangka Penawaran Tender dapat dilakukan baik di dalam maupun di
luar Bursa Efek. Transaksi di luar Bursa Efek adalah transaksi yang
dilaksanakan antara pembeli dan penjual secara langsung. Pihak yang
bermaksud melakukan Penawaran Tender wajib mengumumkan dalam
sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia,
memuat identitas dari Pihak, persyaratan dan kondisi khusus dari
Penawaran Tender, jumlah Efek, pernyataan Akuntan, bank, atau
Penjamin Emisi Efek. Selambat-lambatnya 5 (lima) hari sejak
pengumuman menyampaikan pernyataan Penawaran Tender Bapepam, Bursa
Efek di mana Efek Bersifat Ekuitas tersebut tercatat, Perusahaan
Sasaran, Pihak lain yang telah melakukan Penawaran Tender.
Pernyataan Penawaran Tender menjadi efektif pada hari ke-15 (lima
belas) sejak diterimanya Pernyataan Penawaran Tender secara lengkap
oleh Bapepam. Pernyataan Penawaran Tender wajib diumumkan dalam
sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia.
Perusahaan Sasaran, Pihak Terafiliasi dari Perusahaan Sasaran,
Pihak yang melakukan Penawaran Tender atas Efek yang sama pada
waktu yang bersamaan, dapat membuat Pernyataan untuk mendukung atau
menentang Penawaran Tender. Direksi atau komisaris dari Perusahaan
Sasaran mengetahui atau mempunyai alasan yang cukup bahwa informasi
yang dimuat dalam Pernyataan Penawaran Tender tidak benar atau
menyesatkan, maka Perusahaan Sasaran yang bersangkutan wajib
membuat pernyataan yang mengandung informasi sebagaimana
disyaratkan oleh Peraturan Nomor IX.F.3. Harga Penawaran Tender,
kecuali ditentukan lain oleh Ketua Bapepam, harus lebih tinggi dari
Harga Penawaran Tender tertinggi yang diajukan sebelumnya oleh
Pihak yang sama dalam jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari
sebelum pelaksanaan pengumuman dan Harga pasar tertinggi atas Efek
dimaksud di Bursa Efek dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari
terakhir sebelum pengumuman. Transaksi Penawaran Tender wajib
diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu 12 (dua belas) hari
setelah penawaran berakhir. Jangka waktu Penawaran Tender adalah
sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sejak Pernyataan Penawaran
Tender Efektif diumumkan. Setiap masa perpanjangan Penawaran Tender
wajib dilaksanakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) hari dan
diumumkan dalam waktu 2 (dua) hari sebelum masa perpanjangan
dimulai. Jika jumlah Efek yang ditawarkan untuk dijual melebihi
jumlah Efek yang ditetapkan dalam Penawaran Tender, maka Pihak yang
melaksanakan Penawaran Tender wajib melakukan penjatahan secara
proporsional sebanding dengan partisipasi setiap Pihak yang
melakukan penjualan dalam Penawaran Tender. Pihak yang melakukan
Penawaran Tender wajib menunjuk Akuntan dan wajib menyampaikan
laporannya kepada Bapepam dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
sejak tanggal penjatahan berakhir. Pihak yang akan menjual Efek
Bersifat Ekuitas sehubungan dengan Penawaran Tender wajib
menyerahkan Efek. Penawaran Tender wajib membeli seluruh Efek Jika
Penawaran Tender dapat mengakibatkan Efek tersebut tidak lagi
memenuhi persyaratan pencatatan di Bursa Efek dimana Efek tersebut
tercatat, perubahan persyaratan Penawaran Tender hanya dapat
dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum Penawaran
Tender berakhir. Pihak yang melakukan Penawaran Tender dilarang
membeli atau menjual Efek Bersifat Ekuitas yang sedang ditawarkan
dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari sebelum penerbitan
pengumuman Formulir Penawaran Tender hanya dapat dibagikan setelah
Pernyataan Penawaran Tender Efektif. Dalam masa Penawaran Tender,
Pihak yang melakukan Penawaran Tender dapat melakukan pengumuman
ulang atas Pernyataan Penawaran Tender yang diajukan kepada
Bapepam. Perusahaan Sasaran dilarang melakukan transaksi yang
semata-mata dilaksanakan dengan tujuan menghalangi perubahan
pengendalian Perusahaan Sasaran. Pihak yang melakukan Penawaran
Tender dan Afiliasinya yang mengetahui rencana Penawaran Tender
wajib merahasiakan rencana Penawaran Tender dalam jangka waktu 15
(lima belas) hari sebelum pengumuman. Pihak yang melakukan
Penawaran Tender dilarang menetapkan pembatasan dan persyaratan
yang berbeda. Pihak yang melakukan Penawaran Tender dapat membuat
rencana mengenai kelangsungan atau perubahan manajemen perusahaan
dan karyawan setelah Penawaran Tender. Dalam jangka waktu 10
(sepuluh) hari sejak tanggal penyelesaian Penawaran Tender berakhir
atau dibatalkan, Pihak yang melakukan Penawaran Tender wajib
melaporkan hasil atau pembatalan dari Penawaran Tender tersebut
kepada Bapepam.
11. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep-85/PM/1996 tentang Penawaran Tender, Pedoman Tentang Bentuk dan
Isi Pernyataan Penawaran Tender, dan Pedoman Tentang Bentuk dan Isi
Pernyataan Perusahaan Sasaran Dan Pihak Lainnya Sehubungan Dengan
Penawaran Tender (Peraturan IX.F.1)Peraturan ini berisi tentang
bentuk dan isi yang harus ada di dalam sebuah Penawaran Tender.
12. Keputusan Ketua Bapepam Dan LK Nomor Kep-264/BL/2011 tentang
Pengambilalihan Perusahaan Terbuka (Peraturan IX.H.1)Peraturan
IX.H.1 merupakan peraturan di dalam bidang pasar modal yang
mengatur mengenai pengambilalihan perusahaan terbuka. Adapun isi
dari peraturan ini memuat materi antara lain: 1) Negosiasi Dalam
Rangka Pengambilalihan:a. Calon Pengendali baru yang melakukan
negosiasi dalam rangka Pengambilalihan dapat mengumumkan negosiasi
dalam minimal satu surat kabar harian berbahasa Indonesia dan
menyampaikan pengumuman tersebut kepada Perusahaan Terbuka yang
akan diambil alih, Bapepam dan LK, dan Bursa Efek.b. Setiap
informasi perkembangan negosiasi, termasuk penundaan dan/atau
pembatalan rencana Pengambilalihan, wajib diumumkan paling lambat 2
hari kerja dalam paling sedikit satu surat kabar harian berbahasa
Indonesia serta diinformasikan kepada pihak sebagaimana dimaksud
dalam huruf a.c. Informasi yang diumumkan dan disampaikan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a wajib meliputi:i. perkiraan
jumlah saham dan nama Perusahaan Terbuka yang akan diambil alih;ii.
jati diri calon Pengendali baru yang meliputi nama Pihak, alamat,
telepon, faksimili, jenis usaha, serta tujuan pengendalian;iii.
jumlah Efek yang telah dimiliki calon Pengendali baru (jika
ada);iv. rencana, kesepakatan, atau keputusan untuk bekerja sama
antara pihak-pihak dalam Kelompok yang Terorganisasi dalam rangka
pengendalian Perusahaan Terbuka;v. cara dan proses negosiasi
Pengambilalihan; danvi. materi negosiasi Pengambilalihan.d. Dalam
hal calon Pengendali baru memutuskan untuk tidak mengumumkan
negosiasi maka calon Pengendali baru termasuk pihak-pihak yang
terlibat dalam negosiasi wajib merahasiakan informasi hasil
negosiasi tersebut.2) Pengambilalihan Perusahaan Terbuka:a. Pihak
yang melakukan Pengambilalihan wajib memenuhi ketentuan:
mengumumkan dalam paling sedikit satu surat kabar harian berbahasa
Indonesia serta menyampaikan kepada Bapepam dan LK perihal
terjadinya Pengambilalihan paling lambat satu hari kerja setelah
terjadinya Pengambilalihan, melakukan Penawaran Tender Wajib,
Perusahaan Terbuka yang diambil alih tidak wajib memperoleh
persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS;b. Dalam hal
Pengambilalihan dilakukan oleh Perusahaan Terbuka, maka Perusahaan
Terbuka tersebut tidak wajib memperoleh persetujuan dari pemegang
saham dalam RUPS mengenai Pengambilalihan;c. Dalam setiap
Pengambilalihan, apabila antara Pemegang Saham Utama atau
Pengendali dengan calon Pengendali baru membuat suatu kontrak atau
aktivitas yang mengakibatkan adanya:1). penggunaan sumber daya
Perusahaan Terbuka yang akan diambil alih dalam jumlah yang
material;2). perubahan perjanjian atau kesepakatan yang sudah
dibuat oleh Perusahaan Terbuka yang akan diambil alih; atau.com3).
perubahan terhadap standar prosedur operasional Perusahaan Terbuka
yang akan diambil alih.3) Pelaksanaan Penawaran Tender Wajib.4)
Kewajiban Pengalihan Kembali Saham:Dalam hal pelaksanaan Penawaran
Tender Wajib mengakibatkan kepemilikan saham oleh Pengendali baru
lebih besar dari 80% dari modal disetor Perusahaan Terbuka, maka
saham harus dialihkan kepada masyarakat paling sedikit 20% modal
disetor Perusahaan Terbuka dan dimiliki paling sedikit oleh 300.5)
PengecualianDi dalam peraturan ini terdapat pengecualian terhadap
ketentuan terhadap pengambilalihan perusahaan terbuka, yakni
apabila pengambilalihan terjadi karena perkawinan atau pewarisan;
karena pengambilalihan terjadi karena pelaksanaan tugas dan
wewenang dari badan atau lembaga pemerintah atau Negara berdasarkan
undang-undang; dan seterusnya.
13. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep-60/PM/1996 Tentang Rencana Dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang
Saham (Peraturan IX.I.1)Peraturan ini mengatur tentang pelaksanaan
Rapat Umum Pemegang Saham bagi perusahaan publik. Dalam rangka
keseragaman informasi mengenai rencana atau pelaksanaan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), perusahaan wajib memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :1) RUPS hendaknya direncanakan dengan matang dalam
menentukan tempat, waktu penyelenggaraan, prosedur serta agenda
rapat, sesuai dengan Anggaran Dasar perseroan;2) Dalam
pelaksanaannya, sedapat mungkin menghindari adanya
perubahan-perubahan tempat, waktu, dan agenda rapat yang dapat
membingungkan para pemegang saham;3) Sebelum rencana rapat
diumumkan, perusahaan wajib menyampaikan terlebih dahulu agenda
rapat tersebut secara jelas dan rinci ke Bapepam selambat-lambatnya
7 (tujuh) hari sebelum pemberitahuan;4) Perusahaan wajib
menyampaikan hasil rapat selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja
setelah rapat tersebut diselenggarakan kepada Bapepam dan
mengumumkannya kepada publik sekurang-kurangnya dalam 2 (dua) surat
kabar berbahasa Indonesia, salah satunya berperedaran nasional.5)
Perusahaan Menengah atau Kecil wajib menyampaikan hasil rapat
selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah rapat tersebut
diselenggarakan kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada publik
sekurang-kurangnya dalam 1 (satu) surat kabar harian berbahasa
Indonesia.
14. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-
45/PM/2004 Tentang Direksi Dan Komisaris Emiten Dan Perusahaan
Publik (Peraturan IX.I.6)Peraturan ini mengatur mengenai
syarat-syarat bagi Direksi dan Komisaris di dalam suatu perusahaan
publik. Calon anggota direksi dan komisaris wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut:a. mempunyai akhlak dan moral yang
baik;b. mampu melaksanakan perbuatan hukum;c. tidak pernah
dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi atau komisaris yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perusahaan dinyatakan pailit
dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan; dand. tidak pernah
dihukum karena melakukan tindak pidana di bidang keuangan dalam
waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.Anggota direksi dan atau
komisaris di perusahaan publik kemudian dilarang baik langsung
maupun tidak langsung membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta
yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar
pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan Emiten
atau Perusahaan Publik yang terjadi pada saat pernyataan dibuat.
Oleh karena itu, apabila pelanggaran tersebut terjadi anggota
direksi dan atau komisaris bertanggungjawab secara sendiri-sendiri
maupun tanggung renteng atas kerugian pihak lain. Namun, apabila
anggota direksi dan atau komisaris yang bersangkutan telah cukup
berhati-hati dalam menentukan bahwa pernyataan tersebut adalah
benar dan tidak menyesatkan, maka anggota direksi dan atau
komisaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban secara
sendiri-sendiri maupun tanggung renteng.
15. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1999 Tentang Bentuk
Tagihan Tertentu Yang Dapat Dikompensasikan Sebagai Setoran Saham
(PP 15 1999)Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur tentang ketentuan
persyaratan dan tata cara yang harus dipenuhi perseroan agar
bentuk-bentuk tagihan tertentu dapat dikompensasikan sebagai
setoran saham yang memenuhi persyaratan.
16. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 02 Tahun
2013 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Tentang Penggabungan Atau Peleburan Badan Usaha Dan Pengambilalihan
Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (PKPPU 2 2013)Pada
pokoknya, peraturan ini mengubah Lampiran Peraturan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010
tentang Pedoman Pelaksanaan tentang Penggabungan atau Peleburan
Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat
Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat.Komisi menetapkan pedoman yang jelas mengenai
tahapan-tahapan penilaian yang dilakukan oleh Komisi terhadap
penggabungan, peleburan atau pengambilalihan termasuk juga
deskripsi dari aspek-aspek yang akan dinilai oleh Komisi dalam
menentukan apakah suatu penggabungan, peleburan atau
pengambilalihan dapat mengakibatkan praktik monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat.Pedoman ini menjelaskan mengenai
penggabungan, peleburan atau pengambilalihan seperti apa yang dapat
dinotifikasikan kepada Komisi, prosedur pemberitahuan penggabungan,
peleburan atau pengambilalihan, dan aspek-aspek yang akan dinilai
olehKomisi dalam memberikan pendapatnya serta prosedur konsultasi
rencana penggabungan, peleburan atau pengambilalihan oleh pelaku
usaha terhadap Komisi.Adapun materi muatan dari peraturan ini
antara lain adalah:1) Tata Cara Pemberitahuan Dan Konsultasi
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan;2) Penilaian
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan;3) Penilaian dengan
Syarat (Remedies);4) Aturan Sanksi;5) Contoh Kasus.
17. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun
2012 Tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan
Penggabungan Atau Peleburan Badan Usaha Dan Pengambilalihan Saham
Perusahaan (PKPPU 4 2012)Peraturan ini merupakan salah satu
peraturan pelaksana dari PP 57 2010. PKKPU 4 2012 ini mengatur
mengenai kewajiban bagi badan usaha yang melakukan Penggabungan
atau Peleburan dan Pengambilan Saham Perusahaan untuk menyampaikan
pemberitahuan tindakan penggabungan, peleburan, atau pengambilan
sahamnya kepada KPPU. Selanjutnya apabila badan usaha yang dimaksud
terlambat melakukan pemberitahuan, maka KPPU dapat menetapkan
keterlambatan pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan
Usaha, dan Pengambilalihan Saham Perusahaan, yang selanjutnya badan
usaha yang bersangkutan dapat dijatuhkan sanksi berupa denda
administratif oleh KPPU. Denda administratif yang dimaksud
berjumlah sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) untuk
setiap hari keterlambatan dengan ketentuan denda administratif
secara keseluruhan paling tinggi sebesar Rp. 25.000.000.000,00 (dua
puluh lima milyar rupiah).
18. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 10 Tahun
2010 Tentang Formulir Pemberitahuan Penggabungan, Peleburan Badan
Usaha, Dan Pengambilalihan Saham Perusahaan (PKPPU 10
2010)Peraturan ini merupakan salah satu peraturan pelaksana dari PP
57 2010. Peraturan ini mengatur tentang Formulir Pemberitahuan,
yaitu pemberitahuan resmi yang wajib disampaikan oleh Pelaku Usaha
kepada Komisi, apabila Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha atau
Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dilakukan mengakibatkan nilai
aset atau nilai penjualannya melebihi jumlah nilai yang ditentukan
dalam PP 57 2010. Formulir Pemberitahuan yang dimaksud terdiri
atas:e. Formulir Pemberitahuan Penggabungan Badan Usaha;f. Formulir
Pemberitahuan Peleburan Badan Usaha;g. Formulir Pemberitahuan
Pengambilalihan Saham Perusahaan.
19. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11 Tahun
2010 Tentang Konsultasi Penggabungan Atau Peleburan Badan Usaha Dan
Pengambilalihan Saham Perusahaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(PKPPU 11 2010)Peraturan ini merupakan salah satu peraturan
pelaksana dari PP 57 2010 yang mengatur lebih lanjut mengenai tata
cara Konsultasi oleh KPPU bagi badan usaha yang melakukan
Penggabungan, Peleburan atau Pengambilalihan Saham Perusahaan.
Selanjutnya di dalam peraturan ini diatur antara lain mengenai:1)
Syarat Konsultasi;2) Tata Cara Konsultasi;3) Penilaian Komisi;4)
Penilaian Awal;5) Penilaian Menyeluruh;6) Hasil Penilaian.
20. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerja Sama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
(Perpres 38 2015)Peraturan ini merupakan peraturan yang
mengakomodasi kerjasama antara pemerintah dan badan usaha dalam
penyediaan infrastruktur dan layanan sosial. Pada pokoknya di dalam
peraturan ini diatur tentang proyek kerjasama infrastruktur antara
pemerintah dengan badan usaha, dimana yang dapat menjadi pemrakarsa
proyek adalah pemerintah dengan dukungan badan usaha, atau badan
usaha dengan dukungan pemerintah. Peraturan ini antara lain memuat
tentang Tujuan dan Prinsip Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
(KPBU), Jenis Infrastruktur dan Bentuk Kerjasama yang ada,
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) yaitu Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah atau Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah. Kemudian diatur juga tentang Pengembalian
Investasi Badan Usaha, KPBU Atas Prakarsa Badan Usaha, Dukungan
Pemerintah dan Jaminan Pemerintah, Pembiayaan Sebagian KPBU Oleh
Pemerintah, Perencanaan KPBU, Identifikasi dan Penetapan KPBU,
Penyiapan KPBU, Transaksi KPBU, Simpul KPBU, dan Ketentuan
Peralihan. Perencanaan, Identifikasi dan Penetapan, Penyiapan,
Transaksi, dan Simpul KPBU merupakan suatu proses kesinambungan
untuk penyelenggaraan suatu KPBU.
15