Top Banner
Modul “Sukses Menjadi Role Model” Kegiatan Riset 2018 1 MODUL PENDAMPINGAN ROLE MODEL PADA REMAJA DENGAN OBESITAS “SUKSES MENJADI ROLE MODEL” Peneliti I : Ani Nuraeni SKp MKes, Peneliti II : Ii Solihah SKp MKM
35

“SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

1

MODUL PENDAMPINGAN ROLE MODEL PADA REMAJA DENGAN OBESITAS

“SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Peneliti I : Ani Nuraeni SKp MKes, Peneliti II : Ii Solihah SKp MKM

Page 2: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

2

Page 3: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

3

DAFTAR ISI

A . Pe n g ant a r … ………………………… ……… … … ………… ……… ……… ……… .…… ……… . 4

B . T u j u an ………… ………………… ……… ……… … … ……… ………… ……… ……… ……… …… 5

1 . T u j u an Um um …………… ………… … … ……… ……… ……… ……… … …… ……… … 5

2 . T u j u an K hu su s ……………… ……… … … ………… ……… ……… ……… ……… … . . … 5

C . B ah an B ac aan …………… ………… ……… …… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 6

1 . O bes i t a s ………………………… ……… … … ……… ……… ……… ……… … …… ……… . . 6

2 . B ag ai m an a c ar a me n g ur an g i pr ev a len s i o be s i t a s ? . . . . . . . . . . . . . 9

3 . A pa y ang d i l akukan r o le m od e l d a l am m e ng e nd a l ik an

o be s i t a s ? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1 2

4. Apa yang harus dilakukan sekolah dan keluarga untuk mengendalikan

obesitas? …………………………………………………………………………………………………………………………

1 3

D . Pe n i l a i an …… ……………………… ……… …… ……… ……… ……… ……… …… … ………… . 1 5

E . U m pan B a l ik …………………… ……… …… ……… ……… ……… ………… … …… ……… … 1 6

F . D a f t a r Pus t ak a …………… ……… ……… … … ……… ……… ………… ……… ……… …… 1 6

L amp i r an

Page 4: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

4

MODUL PENDAMPINGAN ROLE MODEL PADA

REMAJA OBESITAS

Peneliti Utama : Ani Nuraeni SKp. MKes, Anggota Peneliti : Ii Solihah SKp MKM

A . P E NG AN TA R

Modul ini akan mengingatkan saudara tentang obesitas . Obesitas yang dimaksud adalah

kelebihan lemak tubuh. Seseorang dianggap obesitas bila indeks massa tubuh (IMT), yaitu

ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat

tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2. Modul ini memberikan pengetahuan untuk

meningkatkan upaya dalam menanggulangi obesitas pada remaja . Usia remaja (10-18

tahun) merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu pertama remaja

memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik. Kedua,

adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Ketiga, remaja mempunyai

kebutuhan zat gizi khusus contohnya kebutuhan atlet. Kebiasaan makan yang berubah

salah satunya terjadi karena adanya globalisasi secara luas. Remaja merupakan salah satu

kelompok sasaran yang berisiko mengalami obesitas. Obesitas pada remaja ditandai dengan

berat badan yang relatif berlebihan bila dibandingkan dengan usia atau tinggi badan

remaja sebaya, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam

jaringan lemak tubuh . Prevalensi kegemukan tahun 2010 pada anak usia 16-18 tahun secara

nasional sebesar 1,4%. Ditemukan11 provinsi yang memiliki kegemukan pada remaja usia 16-

18 tahun di atas prevalensi nasional. Sementara itu, pada penduduk usia di atas 18 tahun,

tercatat 21,7% kategori berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Prevalensi kegemukan

(overweight) relatif lebih tinggi pada remaja perempuan dibanding dengan remaja laki-laki

(1,5% perempuan dan 1,3% laki-laki). Obesitas pada masa anak-anak (0-18 tahun) perlu

Page 5: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

5

diwaspadai, terutama bila obesitas terjadi pada masa remaja. Mengapa? Karena

kemungkinan besar dapat berlanjut hingga dewasa.

Obesitas pada anak adalah kondisi medis pada anak yang ditandai dengan berat badan

diatas rata-raya dari indeks massa tubuhnya (Body Mass Index) yang diatas normal. Obesitas

yang terjadi pada remaja perlu mendapatkan perhatian, sebab apabila berlanjut hingga

dewasa akan sulit diatasi dengan secara konvensional (diet dan olah raga). Obesitas pada

remaja tidak hanya menjadi masalah kesehatan di kemudian hari, tetapi juga membawa

masalah bagi kehidupan social dan emosi yang cukup berarti pada remaja. Beberapa contoh

penyakit yang disebabkan oleh obesitas adalah penyakit jantung, stroke, dan juga diabetes

atau kencing manis. Penyakit-penyakit ini apabila tidak ditangani dengan cepat dan benar

dapat mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, yuk cegah obesitas pada anak dan

remaja sejak dini.

Manfaat materi yang tersaji dalam modul ini memberikan pemahaman bagi role model

untuk selalu memberikan teladan dan berperilaku yang bisa diikuti oleh teman sebaya

terutama yang menmiliki berat badan lebih atau obesitas.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan yang diharapkan role model mampu memberikan pendampingan dalam

suatu tindakan yang mencerminkan suatu sikap yang baik yang dapat dijadikan sebagai

acuan atau dicontoh oleh remaja (responden) yang memiliki obesitas sehingga dapat

menurunkan berat badannya.

2. Tujuan Khusus

Responden dengan bantuan pendampingan role model mampu:

a. Mengenali obesitas pada dirinya

b. Mengenali potensi dirinya dalam mengendalikan obesitas.

c. Mengenali dan memahami daya juang yang dilakukannya dalam mengendalikan obesitas

d. Mampu menjadi role model bagi yang lain dalam mengendalikan obesitas.

Page 6: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

6

C. BA HA N BA CAA N

Di bawah ini akan dibahas tentang obesitas serta peran role model :

1. Obesitas

Obesitas merupakan suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relatif seseorang

sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, lemak dan protein. Obesitas

pada anak sekolah merupakan masalah serius karena akan berlanjut hingga usia

dewasa serta merupakan faktor risiko terjadinya penyakit metabolik dan degeneratif.

tan Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang

disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak khusus yang disimpan

tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki

berat badan yang lebih berat dibandingkan berat idealnya yang disebabkan terjadinya

penumpukan lemak di tubuhnya

a. Apa itu obesitas ?

Obesitas (kegemukan) adalah keadaan terdapatnya timbunan lemak berlebihan

dalam tubuh. Secara klinik biasanya dinyatakan dalam bentuk Indeks Masa Tubuh

(IMT) > 30 kg/m2. Untuk orang Asia, kriteria obesitas apabila IMT > 25kg/m2.23

b. Bagaimana mendiagnosis obesitas pada remaja?

Obesitas didiagnosis berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) seseorang. Cara

menghitung IMT adalah berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat dari

tinggi badan (dalam meter).

IMT = Berat Badan (kg) / (Tinggi Badan (m) 2

Setelah nilai IMT didapatkan, maka plotkan atau tentukan titiknya pada grafik IMT

CDC 2000 (khusus untuk anak usia 2-20 tahun) sesuai usia dan jenis kelamin. Anak

usia > 2 tahun disebut overweight jika nilai IMT sedangkan untuk anak < 2 tahun

disebut overweight jika nilai IMT anak berada di atas Z-skor +2, dan obesitas jika di

atas Z-skor +3. Penilaian IMT menggunakan standard Indeks Masa Tubuh menurut

Umur IMT/U.

Page 7: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

7

c. Apa penyebab obesitas pada remaja ?

1) Pola makan yang tidak sehat

Pola makan yang sering ditambah dengan camilan yang tidak sehat (contoh :

kentang goreng, makanan ringan dalam kemasan, gorengan), serta minum teh

manis atau softdrink setiap makan akan berisiko mengalami obesitas. Konsumsi

makanan tinggi kalori dan lemak seperti makanan fast food atau cepat saji, sosis,

baso, pizza, dan softdrink juga dapat memicu terjadinya obesitas. Hal ini

diperparah dengan tidak ada atau kurangnya asupan buah dan sayur/sumber

serat pada makanan sehari-hari.

2) Kurangnya aktivitas fisik

Tuntutan kuliah yang tinggi, jadwal dan tugas kuliah yang begitu padat secara

tidak langsung membatasi waktu olahraga remaja. Selain itu, dengan adanya

gadget aktivitas fisik menjadi berkurang. Remaja lebih tertarik untuk bermain

dengan gadget di dalam ruangan dibandingkan bermain dengan teman di luar

rumah seperti bermain bola atau bersepeda.

Untuk mencegah terjadinya obesitas maka sangat disarankan untuk melakukan

olahraga secara teratur. Olahraga yang baik dilakukan dengan melihat intensitas

latihan (frekuensi dan lama latihan). Latihan fisik olahraga dengan frekuensi 3-5

kali seminggu dengan durasi waktu minimal 30 menit sangat membantu untuk

mempertahankan kesehatan fisik. Kategori aktifitas olahraga) adalah:

a). Ringan, jika melakukkan <3 kali/minggu

b). Sedang, jika malakukan 3-5 kali/minggu, minimal 30 menit setiap latihan

c). Berat, jika melakukan > 5 kali/minggu, minimal 30 menit setipa latihan

3). Memiliki keluarga yang obesitas

Obesitas dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya

didalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita seringkali menjumpai orangtua

yang obesitas cenderung memiliki anak-anak yang obesitas pula. Dalam hal ini

Page 8: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

8

nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur

sel lemak dalam tubuh.

d. Apakah faktor resiko terjadinya obesitas ?

1) Faktor genetik

Obesitas cenderung untuk diturunkan sehingga diduga memiliki penyebab

genetic. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata factor genetic memberikan

kontribusi 33% terhadap berat badan seseorang

2) Faktor lingkungan

Yang termasuk factor lingkungan dalam hal ini adalah perilaku atau pola gaya

hidup, misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan, serta

bagaimana aktifitas setiap hari.

3) Faktor hormonal

Pada usia lanjut terjadi penurunan metabolism basal tubuh sehingga mempunyai

kecenderungan untuk meningkatkan berat badannya. Selain hormone tiroid,

hormone insulin juga dapat menyebabkan kegemukan

4) Faktor psikososial

Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan

makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan

makan

5) Faktor perkembangan

Penambahan ukuran dan atau jumlah sel-sel lemak menyebabkan

bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas

yang menjadi gemuk pada masa anak-anak dapat memiliki sel lemak sampai

lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang berat badan normal

6) Faktor fisik

Seseorang dengan aktifitas fisik yang kurang dapat meningkatkan prevalensi

obesitas

Page 9: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

9

e. Apakah dampak negatif obesitas ?

Obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah fisik maupun psikis, masalah fisik

seperti ortopedik sering disebabkan karena obesitas, termasuk nyeri punggung

bagian bawah, dan memperburuk osteoarthritis (terutama di daerah pinggul, lutut,

dan pergelangan kaki). Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan

tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga

panas tubuh tidak dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih

banyak. Sering juga ditemukan oedema (pembengkakan akibat penimbunan

sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki. Obesitas secara langsung

membahayakan kesehatan seseorang. Obesitas meningkatkan resiko terjadinya

sejumlah penyakit menahun antara lain sebagai berikut: Diabetes tipe 2 (timbul

pada masa remaja), Tekanan darah tinggi, Stroke, Serangan jantung, Gagal jantung,

Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar), Batu

kandung empedu dan batu kandung kemih, Gour dan arthritis, Osteoastritis, Tidur

apnea (kegagalan bernafas secara normal ketika tidur, menyebabkan

berkurangnya kadar oksigen dalam darah), Sindroma pickwiskian (obesitas disertai

wajah kemerahan, underventilasi, dan ngantuk)

2. Bagaimana cara mengurangi prevalensi obesitas?

a. Pencegahan

1) Pola makan sehat : makanan yang kita makan sehari-hari mengandung

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Piring makan yang sehat harus

terdiri dari sayur, buah, lauk-pauk, dan nasi/roti. Sayur (warna hijau) harus

dikonsumsi paling banyak di antara yang lain. Hampir setengah piring harus diisi

oleh sayur-sayuran. Setengah piring lagi dibagi dua untuk nasi (warna cokelat) dan

juga lauk-pauk (warna oranye). Lalu, sisanya diisi oleh buah.

Page 10: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

10

2) Berikan sarapan dan bekal untuk anak

3) Perbaiki Teknik mengolah makanan

4) Tetapkan aturan makan

5) Batasi kegiatan menonton, computer atau video games

6) Berikan anak kegiatan yang memerlukan aktifitas fisik. Kurangi kegiatan santai

anak paling tidak dua jam setiap hari untuk melakukan kegiatan fisik. Lakukan

kegiatan berupa permainan yang membutuhkan kegiatan fisik, daripada

mengajak anak berolahraga yang membosankan bagi mereka

b. Modifikasi Perilaku

1) Menahan keinginan untuk makan di luar jam makan.

2) Belajar mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi, serta

mengurangi makanan camilan.

Page 11: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

11

3) Pilihlah makanan yang berkalori rendah seperti sayur, buah, dan makanan

yang tidak digoreng.

4) Hindari karbohidrat berlebih dan kue-kue manis.

5) Imbangi dengan melakukan olahraga

c. Program penurunan berat badan

Ada beberapa program dalam penurunan berat badan pada penderita obesitas

1) Diet harus aman dan memenuhi kebutuhan harian (rendah kalori)

2) Program harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara perlahan

dan stabil

3) Sebelum program harus melakukan pemeriksaan secara menyeluruh

4) Melakukan pemeliharaan berat badan setelah penurunan berat badan

tercapai.

d. Komitmen

Komitmen dalam mengatasi obesitas :

1) Fokus pada tujuan agar diri lebih termotivasi

Keinginan untuk memiliki tubuh sehat,fit dan ideal menjadi focus utamanya

2) Ubahlah mindset

Menjalani diet perlu mengubah paradigma bahwa diet bukan menyiksa diri

namun lebih kepada menjalani pola hidup sehat yang menjadi gaya hidup.

3) Mengubah pola dan gaya hidup

Mengubah pola makan dan rutin berolah raga, focus menurunkan berat

badan, menjalani latihan dan kegiatan olah raga yang dipilihnya sesuai

pilihan.

4) Mengatur dan menjaga pola makan

Komitmen menjalani program diet, pola makan sehat, pola makan yang tepat

sesuai kebutuhannya

5) Support dari role model

Adanaya role model dapat mempengaruhi pemikiran dan perilaku remaja.

Biasanya individu akan mempelajari dan menerapkan suatu sikap, tingkah laku

dengan memperhatikan sikap, tingkah laku role model yang menjadi acuannya.

Page 12: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

12

C3. Apa yang dilakukan role model dalam mengendalikan obesitas ?

Role model adalah seseorang yang memberikan teladan dan berperilaku yang

bias diikuti oleh orang lain. Adanya dukungan dari role model merupakan suatu

dorongan yang menimbulkan kekuatan remaja dalam mengendalikan obesitas.

Ajakan, peringatan, candaan merupakan pesan yang digunakan remaja untuk

mengingatkan temannya dalam menjalankan komitmen mengendalikan

obesitas. Role model dapat memotivasi terutama dalam menjalankan program

diet; olah raga serta menjalankan perilaku sehat. Ingat ! dukungan tersebut

dapat menjadi energi yang melahirkan semangat, namun yang paling utama

adalah percaya diri dan komitmen dalam mencapai tujuan.

Strategi :

a. Responden membaca modul “sukses menjadi role model “.

b..Responden saling memberikan dukungan dengan cara

mengingatkan/mempengaruhi, memotivasi dalam menjalankan komitmen

penanggulangan obesitas.

c. Masing masing responden memilih cara yang baik dalam menanggulangi

obesitas.

d. Responden bertukar pengalaman dalam memilih cara yang baik dalam

menanggulangi obesitas .

e. Responden mengingatkan setiap 2 minggu( selama 2 bulan ) akan menilai

IMT masing masing.

f. Responden memberikan pujian pada temannya ketika berhasil menaggulangi

obesitas ( menurunkan berat badannya) dan memberikan dukungan pada

mereka yang belum berhasil.

g. Masing masing responden menilai role model dalam memberikan dukungan

h. Responden tetap semangat melakukan cara hidup sehat setiap hari .

Page 13: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

13

a. Upaya dari pihak sekolah

1) Mensosialisasikan gaya hidup sehat dan aktif dengan membuat kebijakan-

kebijakan yang mendukung pengendalian obesitas.

Misal : menjalin kerjasama dengan dinas kesehatan dan olah raga di

lingkungan terdekat untuk memberikan penyuluhan, informasi dan

dukungan untuk pola makan sehat dan gaya hidup aktif, memberikan

evaluasi dan penilaian pada semua pihak baik siswa maupun staf sekolah

tentang pola makan sehat dan gaya hidup aktif

2) Sediakan lingkungan sekolah yang mendukung pola makan sehat dan gaya

hidup aktif

Lingkungan fisik termasuk diantaranya gedung sekolah dan gedung- gedung

lain di sekitarnya, fasilitas yang medukung gaya hidup aktif/aktifitas fisik,

pendidikan jasmani, termasuk juga kondisi lingkungan sekolah seperti pilihan

makanan/snak sehat, temperatur, kualitas udara, kualitas air, kebisingan

lingkungan, pencahayaan matahari, dan keamanan.

3) Sediakan program meal plan dan pastikan meal plan yang diberikan sesuai

dengan minat pola makan anak

Sekolah sebaiknya menyediakan cafeteria (tempat makan/kantin) yang

sudah diatur dalam menyediakan makanan yang sehat, memberikan

layanan meal plan untuk siswa maupun staf sekolah untuk mencapai

kebugaran dan kesehatan optimal

4) Terapkan program aktifitas fisik bagi anak dengan pendidikan fisik yang

berkualitas

Program komprehensif yang meliputi perencanaan aktifitas fisik baik

sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran di sekolah seperti aktifitas

ketika istirahat, membuat klub olahraga, membuat lomba-lomba olahraga,

4. Apa yang harus dilakukan sekolah dan keluarga untuk mengendalikan obesitas ?

Page 14: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

14

anjuran berangkat sekolah dengan jalan kaki atau sepeda, dan pendidikan

fisik yang berkualitas.

5) Buatlah hubungan dan kerja sama yang baik dengan keluarga dalam

mengembangkan dan mengimplementa sikan pola makan sehat dan gaya

hidup aktif.

Meningkatkan komunikasi antara sekolah dan keluarga dengan pemberian

sosialisai dan informasi tentang pola makan sehat dan gaya hidup aktif,

melibatkan keluarga dalam staf/bagian kesehatan dan kebugaran sekolah,

memaksimalkan sumber daya dari keluarga yang dapat membantu program

pola makan sehat dan gaya hidup aktif (beberapa profesi orang tua siswa

yang dokter, ahli nutrisi, atau olahragawan), juga sekolah dapat bersama

keluarga membudayakan pola makan sehat dan gaya hidup aktif.

6) Sediakan tim atau orang khusus yang menangani konsultasi dan

pengembangan program kesehatan dan kebugaran yang meliputi pola

makan sehat, konsultasi nutrisi, kesehatan mental dan gaya hidup aktif bagi

siswa dan semua staf anggota sekolah.

b. Upaya dari pihak keluarga

1) Memberikan akses/pilihan makanan dan minuman yang sehat untuk

dikonsumsi.

Mengurangi manis gula dan perbanyak buah dan sayur. hindari/kurangi

menyediakan makanan dan minuman yang tidak sehat untuk dikonsumsi

anak di rumah seperti makanan cepat saji, makanan berpengawet, pemanis

buatan, soft drink, dan sebagainya.

2) Memberikan dukungan pada siswa dalam memulai gaya hidup sehat.

Memberikan reward/pujian kepada anak yang memulai gaya hidup sehat,

tidak memberikan hadiah berupa makanan yang tidak layak konsumsi,

membatasi aktifitas yang tidak aktif (sedentary activity) seperti menonton tv

dan main game, tidak menggunakan aktifitas fisik sebagai punishment dan

sebagainya

3) Memberikan akses pada anak untuk mengikuti klub olahraga

Page 15: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

15

Aktiftas olahraga mempunyai banyak manfaat, selain menyehatkan, bisa

juga sebagai penyaluran hobi yang mungkin adalah bakatnya, mengurangi

stress, dan meningkatkan dunia sosial anak yang tentu akan membahagiakan

anak.

4) Menjadi teladan/role model dalam gaya hidup sehat

Adanya teladan menjadi penting bagi anak untuk memulai atau

menjalankan gaya hidup sehat. Dan teladan yang paling dekat dengan anak

adalah orang tuanya, maka jika orang tua ingin anaknya melakukan gaya

hidup sehat maka harus dimulai dari orang tuanya. Berikan contoh

bagaimana orang tuanya melakukan gaya hidup sehat seperti tidak

merokok, makan minum secukupnya, istirahat cukup, olah raga teratur, dan

beberapa prinsip gaya hidup sehat lain. Jika orang tua sudah menjadi teladan

dalam menerapkan gaya hidup sehat, membudayakan dalam keluarganya,

maka hal ini akan sangat berpengaruh pada gaya hidup sehat anaknya.

D. PENILAIAN

TEST FORMATIF I

Untuk mencapai tujuan dalam mengendalikan obesitas , maka peran role model yang telah

diilakukan akan dievaluasi dan akan dilakukan penilaian IMT setiap 2 minggu sekali dalam

waktu satu bulan.

TEST FORMATIF II

Untuk mencapai tujuan dalam mengendalikan obesitas, maka dukungan Role model yang

telah diilakukan akan dievaluasi dan akan dilakukan penilaian IMT setiap 2 minggu sekali

dalam waktu satu bulan.

SELAMAT DAN SUKSES

Page 16: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

16

A.

B.

C.

E. UMPAN BALIK

Hitunglah nilai IMT anda dan berada pada klasifikasi mana ? Bila sudah ada penurunan

berat badan , pujilah diri, namun bila berat badan anda belum juga menunjukkan ada

penurunan, maka beri semangat dan kesempatan diri anda. Selanjutnya Katakan “ saya

akan sukses menjadi role Model”

F. DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita (2001). Prinsip dasar Ilmi Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Arisman (2004) . Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta:EGC

David Geldard. (2011). Konseling Remaja, Yogyakarta. Pustaka Belajar

Rahmawati (2012). Perilaku hidup bersih dan sehat. (PHBS). Yogyakarta

Soetjiningsih.( 2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: EGC.Litbangkes 2010 Riskesdas 2010

Balitbang Kemenkes RI(2013). Riset Kesehatan Dasar;RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. Teddy Dyatmika 2013. Pengaruh Terpaan Kampanye Sosial dan Role Model Pendidikan, Jurnal Komunikasi Makna . Fakultas KomunikasiVol 4, No 1 (2013) DOI: http://dx.doi.org/10.30659/jikm.4.1 Yosep Krisna Dipurwa (2017) Sinetron Dan Role Model Remaja (Analisis Resepsi Audiens Remaja Terhadap Gaya Hidup Karakter Sinetron Anak Jalanan), [Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada.

Page 17: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

17

Page 18: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

18

Page 19: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

19

Page 20: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

20

Page 21: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

21

Page 22: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

22

Page 23: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

23

Page 24: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

24

Page 25: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

25

Page 26: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

26

Page 27: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

27

Page 28: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

28

Page 29: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

29

Page 30: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

30

Page 31: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

31

Page 32: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

32

Page 33: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

33

Page 34: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

34

Page 35: “SUKSES MENJADI ROLE MODEL”

Modul “Sukses Menjadi Role Model”

Kegiatan Riset 2018

35