ABSTRAKAnalisis Kinerja Auditor Dari Perspektif Gender Pada
kantor Akuntan
Publik Di Jakarta
Oleh: Sujatmoko
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan kinerja
antara auditor pria dan auditor wanita pada kantor akuntan publik.
Kinerja dikelompokan menjadi: Komitmen Organisasional, Komitmen
Profesional, Motivasi, Kesempatan Kerja, dan Kepuasan Kerja. Subyek
dari penelitian ini adalah auditor pada kantor akuntan publik di
DKI Jakarta. Pengumpulan data menggunakan metode survey yang
didistribusikan melalui kuesioner. Dari 125 kuesioner yang dikirim
ke responden hanya 90 kuesioner yang dapat digunakan untuk
menganalisis data. Uji statistik yang digunakan adalah
Independent-Sample t Test yang diolah dengan menggunakan software
SPSS 17.0. Hasil analisa membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan
kinerja antara auditor pria dan wanita berdasarkan komitmen
organisasi, komitmen profesi, motivasi, kesempatan kerja, dan
kepuasan kerja pada kantor akuntan publik. Kata kunci: Komitmen
organisasional, Komitmen profesional, Motivasi, Kesempatan kerja,
Kepuasan kerja
KATA PENGANTAR
Bismmillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul Analisis Kinerja Auditor Dilihat Dari Segi Gender Pada
Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Pada kesempatan ini, peneliti
mengucapkan rasa syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta tak pula peneliti
menghaturkan banyak terimakasih kepada: 1. Keluargaku, Baba dan Ema
atas setiap doa, nasehat, omelan, dan kasih sayangnya, kakakku dan
dua keponakanku yang lucu-lucu 2. Bpk Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bpk Prof. Rodoni selaku pembimbing
I yang telah bersedia meluangkan waktunya memberikan arahan dan
bimbingan. 4. Bpk Afif Sulfa, S.E., Ak, M.Si selaku pembimbing II
yang telah bersedia meluangkan waktunya memberikan arahan dan
bimbingan. 5. Ibu Rahmawati SE., MM., selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Yessi Fitri, S.E., Ak, M.Si
selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Seluruh
Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mencurahkan
dan mengamalkan ilmunya, serta Karyawan Universitas Islam Negeri
yang telah memberikan bantuanya kepada peneliti.
8. Kawan-kawan seperjuangan Ak E 2005, Akuntansi dan Manajemen
2005, 2006, 2007 dan 2008, yang yang telah membantu dan memberikan
support selama ini.
9. Serta untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
semangat kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak sekali kekurangan. Dengan segala kerendahan hati peneliti
memohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan peneliti yang bermanfaat bagi semua.
Wassalamu'allaikum. Wr. Wb
Jakarta, 13 Juni 2011
Sujatmoko 105082002779
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi .....
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
...............................................
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah
....................................
Daftar Riwayat Hidup
Abstract ........
Abstrak ...
Kata Pengantar ..
Daftar Isi .
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran .....
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
x
xiv
xvi
xvii
BAB I. PENDAHULUAN ..... 1
A. Latar Belakang Penelitian ...... 1
B. Perumusan Masalah ....... 8
C. Tujuan Penelitian ........... 9
D. Manfaat Penelitian . 9
BAB II. KERANGKA TEORITIS ............. 11
A. Tinjauan Pustaka ...............
1. Tinjauan Umum atas Gender .
a. Pengertian dan Pandangan atas Gender
b. Efek Gender dalam Akuntan Publik .
2. Tinjauan Umum atas Audit
a. Hakekat dan Pengertian Audit ..
b. Jenis Auditor .
c. Tipe Audit .
d. Akuntansi dan Auditing
e. Profesi Akuntan Publik .
f. Kantor Akuntan Publik .
3. Kode Etik Auditor .
a. Perilaku Auditor Sesuai dengan Tuntutan Organisasi ..
b. Perilaku Auditor dalam Interaksi Sesama Auditor ...
c. Perilaku Auditor dalam Interaksi dengan Pihak yang
Diaudit ..
4. Variabel Kinerja
a. Komitmen Organisasional
b. Komitmen Profesional ..
c. Motivasi
d. Kesempatan Kerja .
e. Kepuasan Kerja .
11
11
11
15
17
17
19
21
22
24
29
29
29
32
33
35
35
39
41
45
46
B. Penelitian Terdahulu
..............................................................
49
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ..........
51
D. Kerangka Pemikiran
..............................................................
54
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN ......
A. Ruang Lingkup Penelitian ......
B. Metode Penentuan Sampel .....
C. Metode Pengumpulan Data ...
D. Metode Analisis Data .....
1. Uji Validitas .....
2. Uji Reliabilitas ......
3. Uji Normalitas ..
4. Uji Hipotesis .....
E. Operasional Variabel Penelitian dan Pengukuran .......
56
56
56
58
59
59
60
61
61
62
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .........
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...
1. Tempat dan Waktu Penelitian ..
2. Karakteristik Profil Responden
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir ..
d. Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ...
e. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman
Kerja ...
70
70
70
72
72
73
73
74
75
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
2. Hasil Uji Kualitas Data ........
a. Hasil Uji Validitas ..
b. Hasil Uji Reliabilitas ..
3. Hasil Uji Normalitas Data ...
4. Hasil Uji Hipotesis ...
C. Pembahasan
75
75
77
77
81
82
83
91
BAB V.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .....
A. Kesimpulan .
B. Implikasi .
C. Keterbatasan dan Saran ...
1. Keterbatasan .
2. Saran .
95
95
96
97
97
98
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................
100
LAMPIRAN .. 101
DAFTAR TABEL
No. Tabel
1.1 2.1 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5
4.6 4.7
4.8 4.9-1 4.9-2 4.9-3 4.9-4 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14
Judul Tabel
Kasus, Temuan dan Dampak .. Penelitian Terdahulu ... Operasional
Variabel Penelitian ..... Data Sampel Penelitian ... Data
Distribusi Sampel Penelitian .. Hasil Uji Deskripsi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin .. Hasil Uji Deskripsi Responden
Berdasarkan Usia .. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir ... Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Posisi Terakhir . Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Pengalaman Kerja Hasil Uji Statistik Deskriptif ... Hasil Uji
Validitas Variabel Etika Profesi ...... Hasil Uji Validitas
Variabel Komitmen Organisasi Hasil Uji Validitas Variabel
Kecerdasan Emosional .. Hasil Uji Validitas Variabel
Profesionalisme . Hasil Uji Reliabilitas ... Hasil Uji
Multikolonieritas . Hasil Uji Koefisien Determinasi . Hasil Uji
Statistik t .. Hasil Uji Statistik F .
Halaman
339 58 62 63 64 65
65 66
67 68 69 70 70 71 73 74 77 78 80
No.Gambar
2.1 4.1 4.2
DAFTAR GAMBAR
Judul Gambar
Model Peneltian ..... Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik
P-Plot ... Grafik Scatterplot ..
Halaman
47 75 76
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri, bahwa komposisi jumlah
penduduk Indonesia lebih banyak perempuan dibandingkan dengan
laki-laki. Komposisi ini juga tampak pada jurusan akuntansi, jumlah
mahasiswa perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
mahasiswa laki-laki. Dengan demikian, profesi akuntan dan
pemeriksaan akuntansi akan didominasi oleh para calon pekerja
perempuan yang mengambil studi pada fakultas ekonomi dalam bidang
akuntansi, terlebih Chung dan Monroe (1998) mengemukakan bahwa
mahasiswa akuntansi perempuan memiliki kemampuan melebihi mahasiswa
laki-laki. Trap et. al (1989) menyatakan adanya peningkatan yang
luar biasa akhir-akhir ini pada jumlah akuntan publik wanita.
Namun, isu mengenai pengaruh gender merebak dan meningkat di
lingkungan kerja ketika terjadi perubahan komposisi pekerja
berdasarkan jenis kelamin di perusahaan, lebih dari itu jenis
kelamin dalam lingkup pekerjaan kadang-kadang memberikan
diskriminasi perlakuan yang berbeda terhadap hasil kerja atau
kinerja.Perjuangan kesetaraan gender adalah terkait dengan
kesetaraan sosial antara pria dan wanita, dilandaskan kepada
pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang disebabkan oleh
diskriminasi struktural dan kelembagaan. Perbedaan hakiki yang
menyangkut jenis kelamin tidak dapat diganggu gugat (misalnya
secara biologis wanita mengandung), perbedaan gender dapat diubah
karena bertumpu pada faktor-faktor sosial dan sejarah. Bidang
akuntan publik yang terkait dengan banyak disiplin ilmu sosial
tentunya akan sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut. Terminologi
jenis kelamin dalam ilmu-ilmu sosial, mengacu kepada
perbedaan-perbedaan antara pria dan wanita tanpa konotasi-konotasi
yang sepenuhnya bersifat biologis (Mandy Macdonald et al. 1997).
Istilah "perilaku gender" adalah perilaku yang tercipta melalui
proses pembelajaran, bukan sesuatu yang berasal dari dalam diri
sendiri secara alamiah atau takdir yang tidak bisa dipengaruhi oleh
manusia. Jadi, rumusan gender yang ini merujuk kepada
perbedaan-perbedaan antara pria dan wanita yang merupakan bentukan
sosial, perbedaan-perbedaan yang tetap muncul meskipun tidak
disebabkan oleh perbedaan-perbedaan biologis yang menyangkut jenis
kelamin. Sebagai contoh, secara umum wanita dianggap lebih pasif
daripada pria, sementara pria dianggap lebih dominan. Meningkatnya
jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa tahun
terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang
berkaitan tentang gender. Pada sebagian besar organisasi ternyata
perbedaan gender masih mempengaruhi kesempatan (opportunity) dan
kekuasaan (power) dalam suatu organisasi. Sejarah perbedaan gender
antara pria dan wanita terjadi melalui proses yang sangat panjang.
Terbentuknya perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal,
diantaranya akibat dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan
dikonstruksikan secara sosial, kultur atau melalui ajaran agama
atau negara. Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah
sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan. Namun yang menjadi
persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai
ketidakadilan, baik bagi pria maupun wanita. Ketidakadilan gender
merupakan sistem dan struktur di mana, baik kaum pria maupun wanita
menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender
termanifestasikan dalam berbagai bentuk, yakni: marginalisasi,
proses pemiskinan ekonomi, subordinasi dalam pengambilan keputusan,
stereotype, dan diskriminasi (Fakih: 1996). Sementara itu menurut
Hasibuan (1996) yang dikutip Murtanto dan Marini (2003) menyatakan
bahwa meskipun partisipasi perempuan dalam pasar kerja Indonesia
meningkat secara signifikan, tetapi masih adanya diskriminasi
terhadap wanita yang bekerja tetap menjadi suatu masalah yang
besar. Akuntan wanita mungkin menjadi subyek bias negatif tempat
kerja sebagai konsekuensi anggapan akuntan publik dalam profesi
stereo type laki-laki. Partisipasi wanita dalam pengambilan
keputusan masih sangat lemah di dalam dunia politik, sosial maupun
ekonomi. Dua penjelasan efek negatif dari stereotype gender pada
akuntan publik wanita adalah situation-centered dan
person-centered. Situation-centered merupakan pandangan yang
menganggap bahwa penerimaan terhadap budaya kantor akuntan publik
merupakan hal yang penting yang dapat menentukan pengembangan karir
yang profesional. Sedangkan Person-centered merupakan pandangan
tentang bias gender yang berdasarkan Sex-Role Inventory. Bidang
akuntansi publik juga merupakan salah satu bidang yang tidak
terlepas dari diskriminasi gender. Persamaan hak dalam segala
bidang yang tidak terlepas dari diskriminasi gender merupakan hal
yang "ilmiah" dan bagian terpadu dari tuntutan sebagian besar
aktivitas yang sadar betul tentang masalah gender. Dalam lingkungan
pekerjaan apabila terjadi masalah, pegawai pria mungkin akan merasa
tertantang untuk menghadapinya dibandingkan untuk menghindarinya.
Perilaku pegawai wanita akan lebih cenderung untuk menghindari
konsekuensi konflik dibanding perilaku pegawai pria, meskipun dalam
banyak situasi wanita lebih banyak melakukan kerjasama dibanding
pria, tetapi apabila akan ada resiko yang timbul, pria cenderung
lebih banyak membantu dibanding wanita. Dalam kaitannya dengan
akuntansi terdapat pendapat yang berkembang di masyarakat ada tiga,
yaitu, pertama bidang akuntansi dan keuangan adalah milik kaum
perempuan. Karakteristik psikologis perempuan lebih cocok dalam
bidang akuntansi, seperti ketelatenan, ketelitian, kemampuan
berhitung, daya ingat, dan ketahanan mental berhadapan dengan uang
dan angka-angka, kedua laki-laki lebih superior dalam berbagai
bidang dibandingkan dengan perempuan. Dalam segala urusan bisnis
maupun keilmuan, laki-laki dipandang lebih mampu daripada
perempuan, ketiga berpendapat bahwa perbedaan kinerja, perilaku,
dan pola bekerja antara laki-laki dan perempuan tidak dapat
digeneralisasi pada semua laki-laki atau perempuan. Di Indonesia
Menteri Pemberdayaan Perempuan merumuskan lima peran wanita:
sebagai isteri yang membantu suami, sebagai ibu yang mengasuh anak
dan mendidik mereka, sebagai manajer di dalam mengelola rumah
tangga, sebagai pekerja di berbagai sektor, dan sebagai anggota
organisasi masyarakat. Secara implisit perempuan mempunyai peran
ganda bila mempunyai peran publik, yaitu yang dibentuk oleh sistem
nilai masyarakat Indonesia pada peran domestik (rumah tangga) dan
peran publik itu sendiri, hal ini lebih kepada intensitas jam kerja
yang tidak menentu pada bidang-bidang pekerjaan tertentu. Samekto
(1999) menemukan bahwa terdapat kesetaraan antara akuntan laki-laki
dan perempuan dalam bekerja terutama menyangkut motivasi, komitmen
organisasi, komitmen kerja, dan kemampuan kerja. Perbedaan yang ada
lebih disebabkan karena masalah faktor-faktor psikologis
personal-individu. Jadi tidak terdapat perbedaan dalam kesempatan
dan peranan bagi perempuan dan laki-laki dalam bidang akuntansi (I
Made Narsa 2006). Penelitian mengenai perbedaan kinerja laki-laki
dan wanita pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur telah dilakukan
oleh Sri Trisnaningsih (2003), hasilnya menunjukkan bahwa ada
kesetaraan komitmen organisasional, komitmen profesional, motivasi
dan kesempatan kerja antara auditor pria dan wanita pada Kantor
Akuntan Publik di Jawa Timur, sedangkan untuk kepuasan kerja
menunjukkan adanya perbedaan antara auditor laki-laki dan wanita.
Hal ini mendukung penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Joseph M.
Larkin (1990) mengemukakan bahwa gender mempunyai hubungan yang
kuat dengan penilaian kinerja pada kepuasan kerja. Dan penelitian
tentang analisis perbedaan kinerja karyawan Kantor Akuntan Publik
dilihat dari segi gender di daerah istimewa Yogyakarta juga telah
dilakukan oleh Shorea Dwarawati (2005), hasilnya menunjukan bahwa
terdapat kesetaraan komitmen profesi, motivasi, dan kepuasan kerja
antara auditor pria dan wanita pada kantor akuntan publik di
Yogyakarta, sedangkan untuk komitmen organisasi, dan kesempatan
kerja menunjukan adanya perbedaan antara auditor pria dan wanita.
Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
maupun kesetaraan, akibat perilaku gender yang tidak berlaku secara
mutlak pada semua indikator. Kenyataan menunjukkan adanya
kesetaraan pada beberapa indikator dan terdapat pula adanya
perbedaan pada beberapa indikator lainnya. Untuk itu peneliti
bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut apakah betul-betul terdapat
baik sedikit maupun banyak perbedaan antara kinerja akuntan publik
pria dan wanita, atau bahkan tidak terdapat perbedaan sama sekali.
Hasil penelitian inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut dengan penelitian yang berjudul: "Analisis
Kinerja Auditor Dari Perspektif Gender Pada Kantor Akuntan Publik
Di Jakarta", penelitian ini merupakan studi empiris pada KAP di
Jakarta. Penelitian ini merupakan replikasi dari hasil penelitian
yang dilakukan Sri Trisnaningsih pada tahun 2003 dan Shorea
Dwarawati 2005. Sri Trisnaningsih melakukan penelitian tentang
perbedaan kinerja auditor dilihat dari segi gender dengan responden
para akuntan pria dan wanita yang bekerja di kantor akuntan publik
di Jawa Timur, sedangkan Shorea Dwarawati melakukan penelitian
tentang analisis perbedaan kinerja karyawan Kantor Akuntan Publik
dilihat dari segi gender di daerah istimewa Yogyakarta dengan
responden karyawan kantor akuntan publik laki-laki dan wanita.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak
pada: Lokasi, dan waktu penelitian. Perbedaan pertama, Lokasi
penelitian yang berbeda, Sri Trisnaningsih melakukan penelitian
pada kantor akuntan publik yang berada di Jawa Timur, sedangkan
Shorea Dwarawati melakukan penelitian pada kantor akuntan publik
yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, peneliti tertarik
melakukan penelitian di Jakarta karena jumlah kantor akuntan publik
terbanyak saat ini berada di Jakarta dengan jumlah terbanyak yaitu
sebanyak 225 kantor Akuntan Publik dengan persaingan yang cukup
ketat, Sedangkan jumlah KAP di Jawa Timur sebanyak 50 dari KAP
Jember sebanyak 1, KAP Malang sebanyak 7, dan KAP Surabaya sebanyak
42, sedangkan, jumlah KAP yang berada ada DI Yogyakarta sebanyak 9
KAP. Perbedaan yang kedua, perbedaan waktu penelitian, penelitian
ini dilakukan pada tahun 2010, sedangkan Sri Trisnaningsih
melakukan penelitian pada kantor akuntan publik yang berada di Jawa
Timur pada tahun 2003, dan Shorea Dwarawati melakukan penelitian
pada kantor akuntan publik yang berada di Daerah Istimewa
Yogyakarta pada tahun 2005, seiring bergesernya waktu dari tahun ke
tahun fenomena emansipasi di era medernitas saat ini menunjukan
kesejajaran perempuan dan laki-laki. Dalam perspektif gender, hal
ini mengakibatkan penghapusan ketidaksamaan peran dalam masyarakat,
terutama dalam pasar tenaga kerja. Spesifikasi pekerjaan yang baik
seharusnya tidak diskriminatif terhadap pelamar mana pun, baik
secara langsung maupun tidak langsung, disengaja ataupun tidak.
Berlaku juga untuk masalah jenis kelamin dan ras. Pembatasan
tersebut memungkinkan hilangnya calon pegawai potensial
(Haryani,1995), untuk itu peneliti berpendapat masih sangat relevan
untuk mengangkat penelitian ini.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas yang ada pada
latar belakang penelitian, maka dalam penelitian dirumuskan
permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Apakah
terdapat perbedaan kinerja antara auditor pria dan auditor wanita
berdasarkan komitmen organisasi, komitmen profesional, motivasi,
kesempatan kerja, dan kepuasan kerja?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
untuk menganalisis perbedaan kinerja antara auditor pria dan
auditor wanita pada kantor akuntan publik yang berada di Jakarta
tahun 2010 berdasarkan gender yang diproksikan ke dalam komitmen
organisasi, komitmen profesional, motivasi, kesempatan kerja, dan
kepuasan kerja.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi KAP (Kantor Akuntan Publik)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris ada
tidaknya perbedaan kinerja antara auditor pria dan auditor wanita
pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta, dan diharapkan juga dapat
memberikan konstribusi praktis untuk organisasi terutama Kantor
Akuntan Publik dalam mengelola sumberdaya manusianya. 2. Bagi
Profesi Akuntan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan kepada pihak-pihak yang terkait yang berkaitan dengan
rekruitmen pegawai, penilaian kinerja, perencanaan kerja,
pendidikan profesi dan penetapan staff. Demi untuk menciptakan
lingkungan di dalam profesi akuntan dimana pria maupun wanita dapat
berpartisipasi secara penuh di dalamnya tanpa diskriminasi dan
prasangka apapun. Karena akuntan pria dan wanita juga memiliki
tanggung jawab untuk menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas
dan obyektivitas mereka. 3. Bagi Peneliti SelanjutnyaHasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pada
pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan akuntansi
keperilakuan.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Atas Gender 1. Pengertian dan Pandangan Tentang
Gender Mengkonsepsikan gender yang mengandung sifat-sifat yang
saling bertentangan berarti bahwa kekuatan juga dipandang sebagai
kelemahan wanita. Jika pria bersifat orisinil dan progresif, wanita
adalah mekanis (seperti mesin) meskipun prestasinya lebih baik
dibandingkan dengan pria. Menurut Fakih (1999) pengertian gender
yang pertama ditemukan dalam kamus adalah: "Penggolongan secara
gramatikal terhadap kata-kata dan kata-kata lain yang berkaitan
dengannya yang secara garis besar berhubungan dengan keberadaan dua
jenis kelamin atau kenetralan". Menurut Uwiyono (2001) yang dikutip
Trisnaningsih dan Iswati (2003) mengatakan bahwa kata gender semula
hanya digunakan dalam konteks bahasa, diberi arti baru dalam studi
wanita akademis. Gender sebagai suatu konsep lebih tepat untuk
digunakan dalam membahas pembangunan daripada kata jenis kelamin
ataupun pria dan wanita. Konsep gender adalah hubungan antara
laki-laki dan perempuan sebagai arena ketimpangan gender serta
posisi dan kedudukan kaum perempuan di masyarakat tidak mungkin
diteliti dengan baik tanpa menghubungkannya dengan posisi dan
kedudukan sosial kaum laki-laki. Gender biasanya digunakan untuk
menunjukan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi pria dan
wanita. Seringkali kegiatan diidentifikasi sebagai milik laki-laki
atau perempuan yang diorganisasikan dalam hubungan saling
ketergantungan dan saling mengisi. Berliyanti (2002) menyatakan
bahwa terdapat variasi yang signifikan dari orang-orang diantaranya
gender, mendapat perhatian dari pimpinan dalam bisnis. Perbedaan
gender memiliki implikasi tidak hanya untuk orang-orang dalam
bisnis tetapi untuk pendidik, pekerja, dan manajer dalam disiplin
ilmu.Dalam penelitiannya Lehman (1992) yang dikutip Kuntari dan
Kusuma (2001) mengatakan bahwa pada awal tahun 1970-an, banyak
kantor akuntan yang berusaha menghidari menerima auditor wanita
walaupun masih ada yang bersedia merekrut dengan alasan bahwa
auditor wanita harus bekerja di lingkungan laki-laki. Dalam hal ini
auditor wanita menghadapi berbagai kendala seperti adanya anggapan
bahwa klien enggan dilayani oleh akuntan wanita, adanya pembatasan
dari manajemen misalnya wanita tidak mungkin ditugasi. Sedangkan di
Inggris sekitar tahun 1980-an akuntan wanita menempati angka
diantara 35% sampai dengan 50% dari keseluruhan pegawai dalam
kantor akuntan. Statistik resmi yang membandingkan tingkat
pendidikan dengan penghasilan yang diperoleh menunjukan bahwa
semakin tinggi pendidikan, semakin kecil jurang perbedaan pendapat
antara pria dan wanita. Sementara memperoleh gaji yang sama untuk
pekerjaan yang sama dan mengindikasikan adanya hubungan antara
pendidikan dan gaji yang diterima. Dalam penelitian Allister and
Stephen (1989) menjelaskan bahwa pria dan wanita lebih
menggambarkan dirinya pribadi sebagai equal mix dari sifat-sifat
yang dipertimbangkan. Feminisme (agak tergugah, lemah-lembut,
emosional, patuh, sentimental, pengertian, perasaan iba, sensitif,
dan ketergantungan).Masculine (dokumen, agresif, pemberani,tegas,
otokritik, analisis, kompetitif,dan mandiri). Dan gender neutral
(adoptif, bijaksana, tulus hati, teliti atau berhati-hati,
kompensional atau biasa atau sesuai dengan yang berlaku, dapat
dipercaya, dapat diramalkan, sistematik, dan efisien). Menurut
Shcwartz (1996) yang dikutip Laksmi dan Indriantoro (1999)
menjelaskan bahwa bidang akuntan publikmerupakan salah satu bidang
kerja yang sulit bagi wanita karena intensitas pekerjaannya.
Meskipun bidang ini adalah bidang yang sangat potensial terhadap
perubahan, dan perubahan tersebut dapat meningkatkan lapangan
pekerjaan bagi wanita. Dalam penelitiannya Joy (1992) yang dikutip
Laksmi dan Indriantoro (1999) mengemukakan bahwa jika seorang
partner atau manajer selalu mempunyai sebuah masalah dengan akuntan
wanitannya, mungkin isu nyata adalah tentang gaya komunikasi orang
tersebut. Meskipun sudah sepuluh tahun mempunyai akuntan wanita di
dalam kantor akuntan publik, masih menjadi masalah utama di dalam
penyelesaian pekerjaannya. Akuntan publik juga sering merasa
kesulitan di dalam lingkungan akunting yang mana harus
menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga terutama bagi auditor
wanita yang telah menikah. Dalam penelitian Mc Donald et. al (1997)
yang dikutip Trisnaningsih dan Iswati (2003) mengungkapkan bahwa
pada bidang-bidang ilmu sosial istilah gender diperkenankan untuk
mengacu pada perbedaan antara pria dan wanita tanpa konotasi yang
sepenuhnya bersifat biologis. Oleh karena itu pemahaman gender
dalam penelitian ini mengacu pada perbedaan-perbedaan antara pria
dan wanita yang merupakan bentukan sosial yang tetap melekat
walaupun tidak disebabkan oleh perbedaan-perbedaan biologis yang
menyangkut jenis kelamin. Kesetaraan gender di Indonesia juga
memiliki eksistensi yang kuat sebagai konsekuensi logis dari
ditandatanganinya konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap wanita oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 29 Juli
1980, tentang kesepakatan dalam lapangan pekerjaan serta penggajian
antara pria dan wanita. Dan berikutnya pada tanggal 24 Juli 1984,
konvensi ini kemudian diartifikasikan dengan undang-undang No.7
tahun1984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan
diskriminasi terhadap wanita. Peraturan mengenai perlindungan
terhadap diskriminasi kepada para pegawai berdasarkan gender di
Indonesia yang diatur dalam undang-undang Republik Indonesia No. 25
tahun 1997, tentunya juga turut mempengaruhi kesetaraan tersebut.
Gender menjadi masalah jika ada salahsatu pihak yang dirugikan atau
mengalami ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender bisa terjadi
pada laki-laki dan perempuan dan ini perlu dihilangkan dan
menghapuskan nilai-nilai demokratis di dalam pembagian tugas
dilihat dari segi gener. Oleh karena itu dalam setiap kegiatan
auditor, indikator gender merupakan aspek penting yang perlu
dipantau agar pelaksanaan kinerja auditor tidak timpang. Menurut
Betz (1989) yang dikutip Trisnaningsih dan Iswati (2003) menyatakan
bahwa melalui pendekatan sosialisasi gender (Gender Socialization
Approach) yang menyatakan bahwa pria akan selalu berusaha mencapai
keberhasilan yang kompetitif dan lebih cenderung untuk melanggar
aturan-aturan yang ada, karena mereka memandang prestasi sebagai
suatu persaingan.2. Efek Gender dalam Akuntan Publik Faktor gender
dapat berpengaruh terhadap kinerja khususnya pada kantor akuntan di
Indonesia. Jika hasil penelitian menunjukan adanya diskriminasi
gender, maka harus diwaspadai apakah disebabkan karena faktor
internal atau eksternal dari individu yang bersangkutan. Jika
faktornya dari dalam akuntan wanita (internal), maka diharapkan
mereka dapat lebih meningkatkan profesionalnya sehingga mereka
dapat menunjukan kemampuan yang tidak berbeda dengan akuntan pria
yang akan menghilangkan keraguan akuntan dalam memberikan tanggung
jawab yang lebih tinggi dalam pekerjaan. Akan tetapi, jika
diskriminasi disebabkan karena faktor eksternal, seperti keraguan
akan kemampuan auditor wanita hendaknya sikap seperti ini
dihilangkan saja karena baik auditor pria dan wanita mempunyai
kemampuan, hak, dan kewajiban yang sama. Akuntan memberikan
informasi bagi pembuatan keputusan publik. Sebagai professional,
akuntan dipercaya untuk menyajikan informasi keuangan, untuk
melaksanakan kewajibanya tersebut secara professional, perilaku
seorang akuntan harus konsisten dengan ide-ide dan etika yang
tertinggi. Pemeriksaan akuntansi (auditing) adalah pemeriksaan
obyektif atas laporan keuangan yang disimpan oleh suatu perseroan,
persekutuan atau firma, perusahaan perorangan ataupun badan usaha
lainnya. Dengan adanya laporan dari akuntan publik sebagai pihak
yang independen, pihak luar (di luar perusahaan yang
pertanggungjawabannya diperiksa akuntan publik) seperti pemberi
kredit, pemegang saham dapat menilai pertanggungjawaban laporan
keuangan untuk mengambil keputusan. Pendekatan structural
menyatakan bahwa perbedaan antara pria dan wanita disebabkan oleh
sosialisasi awal terhadap pekerjaan dan kebutuhan peran lainnya.
Sosialisasi awal dipengaruhi oleh imbalan (rewards) dan biaya yang
berhubungan dengan peran dalam pekerjaan.
B. Tinjauan Umum Atas Audit 1. Hakekat dan Pengertian Audit
Auditing merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian
bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu
satuan usaha yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen
untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud
dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens dan Lobecke,
1993). American Accounting Association (AAA) dalam Louwers, Ramsay,
Sinason dan Strawser (2005) mendefinisikan: "Auditing is a
systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence
regarding assertions about conomic actions and events to ascertain
the degree of correspondence between the assertions and established
criteria and communicating the results to interested users."
Definisi auditing menurut Badan Pengawas Pasar Modal adalah:
"Pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik untuk menyatakan
posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau badan telah
disajikan dengan wajar. Pemeriksaan akuntan publik atas laporan
keuangan sesuai dengan norma pemeriksa akuntan mengenai laporan
keuangan tersebut". Komite Konsep Audit Dasar (Commitee on Basic
Auditing Concepts) (1973) dalam Halim (2003) mendefinisikan
auditing sebagai suatu proses sistematis mendapatkan dan
mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi
atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat
kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria
serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Mulyadi (1998) mendefinisikan auditing sebagai
suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian
antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan. Dari sudut Profesi Akuntan Publik, Auditing adalah
Pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan
suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk
menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan atau organisasi tersebut. Dalam bukunya Elder,
Beasley dan Arens (2008) mendefinisikan: "Auditing is the
accumulation and evaluation of evidence about information to
determine and report on the degree of correspondence between the
information and established criteria. Auditing should be done by a
competent, independent person." Auditing menurut Konrath (2002)
dalam Soekriesno Agoes (2004) adalah sebuah proses yang sistematis
yang bertujuan untuk mendapatkan dan menilai bukti atas pengakuan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomis untuk memastikan tingkat
kesesuaian antara pengakuan dan kriteria yang ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak lain yang berkepentingan.
Menurut Miller dan Bailley dalam Halim (2003): "An audit is a
methodical review and objective examination of an item, including
verification of specific information as determined by the auditor
or as established by general practice. Generally, the purpose of an
audit is to express an opinion on or reach a conclusion about what
was audited." 2. Jenis Auditor Menurut Agoes (2004), ada 4 jenis
auditor yang paling umum dikenal, yaitu: akuntan publik (auditor
eksternal), auditor pemerintahan, auditor pajak, dan auditor
internal. a. Akuntan publik (auditor eksternal) Kantor Akuntan
Publik (KAP) sebagai auditor independen bertanggung jawab atas
audit laporan keuangan historis dari seluruh perusahaan publik dan
perusahaan besar lainnya. b. Auditor pemerintah Di Indonesia
terdapat beberapa lembaga atau badan yang bertanggung jawab secara
fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara.
Pada tingkatan tertinggi terdapat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
kemudian terdapat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
dan Inspektorat Jendral (ItJen) pada departemen-departemen
pemerintah. c. Auditor pajak Direktorat Jendral Pajak (DJP) yang
berada dibawah departemen keuangan RI, bertanggung jawab atas
penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam
pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksana DJP di lapangan
adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pemeriksaan dan
Penyidik Pajak (Karipka). Karipka mempunyai auditor-auditor khusus.
Tanggung jawab Karipka adalah melakukan audit terhadap para wajib
pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan
perundangan perpajakan. Audit semacam ini sesungguhnya adalah audit
ketaatan. d. Auditor Internal Auditor internal bekerja di suatu
perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen
perusahaan, seperti halnya auditor pemerintah bagi pemerintah.
Tugas auditor internal bermacam-macam, tergantung pada atasannya.
Seorang auditor internal untuk menjalankan tugas dengan baik harus
berada di luar fungsi lini suatu organisasi, tetapi tidak terlepas
dari hubungan bawahan-atasan. Auditor internal wajib memberikan
informasi yang berharga bagi manajemen untuk pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan operasi perusahaan. 3. Tipe Audit Menurut
Messier, Glover dan Prawitt (2006:54) audit dibagi menjadi empat
jenis utama, yaitu: audit operasional, audit kepatuhan, audit
pengendalian internal, dan audit forensik. a. Audit Operasional
Suatu audit terhadap kegiatan operasi perusahaan, termasuk
kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan
oleh manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut
sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis. b. Audit
Kepatuhan Audit yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan
sudah mentaati peraturan dan kebijakan yang berlaku, baik yang
ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (Manajemen, Dewan
Komisaris) maupun pihak ekstern (Pemerintah, Bapepam, Bank
Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-lain). Audit bisa
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) maupun bagian internal
audit. c. Audit Pengendalian Internal Audit yang dilakukan oleh
bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan
dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap
kebijakan manajemen yang telah ditentukan. d. Audit Forensik Audit
yang dilakukan untuk mendeteksi atau mencegah berbagai jenis
kecurangan (fraud). 4. Akuntansi dan Auditing Menurut
pendidikannya, keahlian dari akuntansi adalah bidang akuntansi dan
pemeriksaan keuangan atau auditing. Akuntansi adalah pengetahuan
yang berhubungan dengan penyusunan dan penyajian daftar keuangan.
Menurut Regar yang dikutip Harahap (1991) menyatakan definisi
akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran
dengan cara yang berarti transaksi yang dinyatakan dengan uang dan
menafsirkan hasil. Menurut Harahap (1991:2) dalam "Auditing
kontemporer" mendefinisikan akuntansi sebagai berikut: "Akuntansi
adalah suatu kegiatan jasa, fungsinya adalah memberikan informasi
kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang mengenai badan ekonomi yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi,
sebagai dasar dalam memilih diantara beberapa alternative".
Kebijakan praktik akuntansi meliputi: a. Kejujuran akuntan pada
umumnya dan auditor pada khususnya. b. Kepedulian terhadap status
ekonomi orang lain dalam bentuk pinatalayan dan pertanggungjawaban.
c. Kepekaan terhadap nilai kerjasama dan konflik dengan mendahului
konflik dan menghasilkan kerjasama yang ramah melalui penggunaan
teknik akuntansi. Tujuan audit jelasnya adalah pemeriksaan laporan
keuangan oleh akuntan yang independen dan berdasarkan
pemeriksaannya auditor menyampaikan pendapat atas kewajaran laporan
keuangan yang disajikan manajemen dalam bentuk daftar posisi
keuangan (Neraca), hasil usaha (Laba), dan daftar perubahan posisi
keuangan yang disajikan apakah sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku. Pemeriksaan keuangan berbeda dan bukan merupakan salah
satu bidang dari akuntansi, namun pemeriksaan keuangan erat
hubungannya dengan akuntansi, jika tanpa bekal pengetahuan
akuntansi mustahil dapat dilakukan pemeriksaan keuangan dengan
baik. Pemeriksaan keuangan menuntut pengetahuan yang berbeda dari
pengetahuan akuntansi. Akuntansi dapat dipelajari tanpa mempelajari
pemeriksaan keuangan, tetapi sebaliknya pemeriksaan keuangan tidak
dapat dikuasai tanpa memiliki pengetahuan akuntansi. 5. Profesi
Akuntan Publik Ditinjau dari sudut umumnya bila dibandingkan dengan
profesi kedokteran, profesi akuntan termasuk muda. Oleh karena itu,
masyarakat banyak yang belum mengenal profesi akuntan. Bahkan dunia
usaha belum mengenal dengan baik profesi akuntan.Menurut Harahap
(1991:40) mendefinisikan seorang akuntran publik sebagai berikut:
"Mereka yang bekerja di bawah atap kantor akuntan publik terdaftar
dengan kegiatan utamanya melakukan pemeriksaan terhadap daftar
keuangan yang disajikan oleh manajemen dengan maksud untuk
mengeluarkan pendapat atas kewajaran daftar keuangan tersebut".
Profesi akuntan publik bukan merupakan suatu profesi yang baru
untuk masyarakat. Pada saat ini supaya dikatakan profesi, auditor
harus memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai obyek
dan sebagai pihak yang memerlukan profesi mempercayai hasil
kerjanya. Menurut Harahap (1991:23) cirri-ciri profesi adalah
sebagai berikut: a. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang
mengatur tingkah laku anggotanya dalam profesi itu. b. Memiliki
bidang ilmu yang ditekuninya yaitu merupakan pedoman dalam
melaksanakan keprofesiannya. c. Berhimpun dalam organisasi resmi
yang diakui oleh masyarakat dan pemerintah. d. Keahliannya
dibutuhkan masyarakat. e. Bekerja bukan dengan motif komersil
tetrapi didasarkan pada fungsinya sebagai kepercayaan masyarakat
(social credibility). Disini perlu dibedakan istilah antara akuntan
publik dengan auditor. Akuntan publik adalah akuntan yang bekerja
pada kantor akuntan publik yang menyediakan berbagai jasa yang
diatur dalam Standar Profesi Akuntan Publik, sedangkan auditor
independen adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit
atas laporan keuangan historis atas dasar standar auditing yang
tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Menurut
Jusuf (1996:10) untuk dapat berpraktek sebagai akuntan publik,
diperlukan izin dari Departemen Keuangan dengan syarat: a.
Persyaratan pendidikan. Diperlukan gelar sarjana ekonomi jurusan
akuntansi dari fakultas ekonomi universitas negri yang telah
mendapat persetujuan dari panitia Ahli Persaman Ijazah Akuntan.
Setelah lulus ujian sarjananya, yang bersangkutan harus
mendaftarkan diri ke Depertemen Keuangan untuk memperoleh nomor
registrasi negara dan sertifikat sebagai akuntan terdaftar. b.
Ujian Negara Akuntansi. Sarjana ekonomi jurusan akuntansi dari
perguruan tinggi swasta dan beberapa perguruan negri tertentu,
diharuskan untuk mengikuti Ujian Negara Akuntansi (UNA). c.
Persyaratan pengalaman. Untuk memperoleh izin sebagai akuntan
publik terdaftar, seorang akuntan terdaftar harus memiliki
pengalaman kerja sebagai auditor pada kantor akuntan publik atau
BPKP paling sedikit tiga tahun.
C. Variabel Kinerja 1. Komitmen Organisasional Definisi
organisasi menurut Edgar seperti yang dikutip Sutarto dalam
"Dasar-dasar organisasi" (1998:35) adalah: "Koordinasi yang
rasional dari aktifitas-aktifitas sejumlah orang untuk mencapai
beberapa tujuan yang jelas, melalui pembagian kerja dan fungsi dan
melalui jenjang wewenang dan tanggung jawab". Organisai disini
adalah kantor akuntan publik tempat dimana auditor bekerja. Faktor
yang dapat menimbulkan organisasi antara lain orang-orang,
kerjasama dan tujuan tertentu. Menurut Aranya et.al. seperti yang
dikutip Trisnaningsih dan Iswati (2003) mengatakan bahwa: "Komitmen
organisasi didefinisikan sebagai: (1) Sebuah kepercayaan pada dan
penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dan organisasi;
(2) Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh
guna kepentingan organisasi; (3) Sebuah keinginan untuk memelihara
keanggotaan dalam organisasi". Stephen P.Robbin dalam buku
terjemahan Perilaku Organisasi (1996: 140) mendefinisikan komitmen
organisasi sebagai berikut: "Komitmen organisasi adalah sampai
tingkat mana seseorang karyawan memihak pada suatu organisasi
tertentu dan tujuannya, dan berniat memelihara keanggotaan dalam
organisasi itu". 2. Komitmen Profesional Menurut Aranya et al.
(1981) dalam Trisnaningsih dan Iswati (2003) komitmen profesional
didefinisikan sebagai berikut: a. Sebuah kepercayaan pada dan
penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai dari profesi. b. Sebuah
kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna
kepentingan profesi. c. Sebuah kepentingan untuk memelihara
keanggotaan dalam profesi. 3. Motivasi Robbins (1996) menyatakan
bahwa kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk
tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam
memenuhi beberapa kebutuhan individu dengan adanya motivasi. Dalam
penelitian Heidjrachman dan Husnan (2000) yang dikutip
Trisnaningsih dan Iswati (2003) menyatakan bahwa motivasi dibagi
menjadi dua yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motifasi
positif adalah proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar
menjalankan sesuatu yang kita inginkan dengan cara memberikan
kemungkinan untuk mendapatkan "hadiah". Sedangkan motivasi negatif
adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau melakukan
sesuatu yang kita tidak inginkan. Sedangkan menurutAbdurrahim
(1998) hasil penelitiannya menyatakan adanya kesetaraan motivasi
kerja dan kesempatan kerja pada beberapa profesi akuntan pria dan
wanita. Sutarto (1998:311) menyatakan ada beberapa macam teori
motivasi diantaranya adalah sebagai berikut: a. Teori motivasi
"klasik" dari Frederick W. Taylor Konsep dasar teori motivasi
klasik adalah seorang akan bersedia bekerja dengan baik apabila
orang itu berkeyakinan akan memperoleh imbalan yang ada kaitannya
langsung dengan pelaksanaan kerjanya. Menurut teori ini pemberian
imbalan yang paling tepat dapat menumbuhkan semangat untuk bersedia
bekerja lebih baik apabila diberikan pada saat yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. b. Teori motivasi "kebutuhan" dari Abraham
H. Maslow Teori motivasi kebutuhan ini mengikuti teori kebutuhan
jamak bahwa seseorang berperilaku karena didorong oleh adanya
keinginan untuk memperoleh bermacam-macam kebutuhan. Berbagai
kebutuhan yang diinginkan seseorang itu berjenjang. c. Teori
motivasi "dua faktor" dari Frederick Herzberg Konsep dasar dari
teori motivasi ini menyatakan bahwa dalam setiap pelaksanaan
pekerjaan akan terdapat dua faktor penting yaitu faktor syarat
bekerja dan faktor pendorong. Yang termasuk faktor syarat bekerja
antara lain kehidupan gaji, kondisi kerja, keamanan kerja, hubungan
antar pribadi dan atasannya, teknik pengawaswan, status,
kebijaksanaan dan administrasi instansi. Yang termasuk faktor
pendorong ada enam antara lain yaitu tanggung jawab, potensi
tumbuh, pekerjaan itu sendiri, kemajuan, pengakuan dan prestasi. d.
Teori motivasi "hubungan kerja kemanusiaan" dari Rensis Likert
Konsep dasar teori motivasi ini adalah bahwa manajer harus dapat
menumbuhkan perasaan para pegawai bahwa mereka memang sangat
dibutuhkan oleh organisasi, bahwa tiap-tiap pegawai dapat diterima
oleh kelompoknya disamping itu para pegawai diyakinkan bahwa mereka
adalah termasuk orang-orang penting. e. Teori motivasi "pengutamaan
pengharapan" dari Victor H. Vroom Konsep dasar teori motivasi ini
adalah bahwa seorang akan terdorong untuk bekerja dengan baik
apabila akan memperoleh suatu imbalan yang ada pada saat itu sedang
dirasakan sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi. f. Teori motivasi
"X dan Y" dari Douglas McGregor Teori motivasi ini ditimbulkan
sehubungan dengan adanya sifat orang. Douglas McGregor menyatakan
bahwa teori X sehubungan dengan adanya orang yang bersifat buruk,
dan sehubungan dengan adanya orang yang bersifat baik ditumbuhkan
teori Y. g. Teori kebutuhan "ERG" dari Clayton P. Alderper Teori
ini menyatakan bahwa orang memiliki tiga macam kebutuhan yaitu
existence (adanya), reladness (berhubungan), growth (pertumbuhan).
Kebutuhan adanya berkaitan dengan kebutuhan akan kelangsungan hidup
seseorang. h. Teori kebutuhan "berprestasi" dari David C.
MacClelland MacClelland berpendapat bahwa individu memiliki tiga
macam kebutuhan yaitu berprestasi, persatuan, dan kekuatan.
Kebutuhan berprestasi berarti seseorang akan terdorong bekerja
dengan sungguh-sungguh apabila merasa akan memperoleh kesempatan
untuk dapat menunjukan sepenuh kemampuan yang dimilikinya hingga
dapat diperoleh hasil yang terbaik. i. Teori motivasi "keadilan"
dari Strecy Adams Teori ini menyatakan bahwa input utama ke dalam
pelaksanaan dan pemuasan adalah tingkat keadilan dan ketidakadilan
yang dirasakan orang-orang dalam situasi kerja. Motivasi merupakan
suatu proses psikologi yang mendasar yang menimbulkan suatu
perilaku untuk mencapai tujuan atau insentif. Menurut Robbin
(1996:155) dalam "perilaku organisasi" mendefinisikan motivasi
sebagi berikut: "Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan
tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi yang
dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu
kebutuhan individual". Motivasi akan sampai tinggi pada suatu
derajat dimana ganjaran yang diterima seorang individu untuk
kinerjanya memenuhi kebutuhan dominan yang konsisten dengan tujuan
pribadi individu tersebut. Setiap perilaku individu tentu ada dasar
alasannya mengapa seseorang bersedia melakukan jenis pekerjaan
tertentu, mengapa orang yang bersedia bekerja lebih giat, sedangkan
orang lain hanya bekerja biasa saja. Semua ini tentu ada dasar
alasannya atau tentu ada suatu dorongan yang menyebabkan berbuat
demikian atau dengan kata-kata lain pasti ada motivasinya.
4. Kesempatan Kerja Ayu Chairina Laksmi (1997) yang dikutip oleh
Yvonne Agustine S (2004) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa
terdapat perbedaan signifikan pada persepsi akuntan publik pria dan
wanita terhadap isu mengenai kesempatan, penerimaan, komitmen dan
akomodasi khusus. Persepsi akuntan publik yang dibedakan menjadi
pria dan wanita terdapat sejumlah isu yang berkaitan dengan akuntan
publik wanita dan ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai
bagaimana sesungguhnya keadaan yang dihadapi oleh akuntan publik
wanita di Indonesia. Kesempatan kerja dalam penelitian ini
dimaksudkan sebagai peluang untuk mendapatkan kesetaraan dalam
pengembangan karir antara lain promosi dan mendapatkan penugasan
serta dalam penetapan gaji dan kenaikan secara berkala. Isu tentang
kesempatan kerja bagi akuntan publik wanita untuk menjadi patner,
dan akuntan publik pria menyetujui bahwa akuntan publik wanita
diberikan pembebanan tugas dan diizinkan untuk mengembangkan
spesialisasi sesuai dengan profesinya yang sama dengan rekan
prianya. Dalam penelitiannya Trapp et al. (1989) yang dikutip
Yvonne (2004) menyatakan bahwa isu tentang kesempatan bagi akuntan
publik wanita menunjukan masih terdapat perbedaan signifikan antara
akuntan publik pria dan akuntan publik wanita. 5. Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (2003) yang dikutip Emilisa (2001) mendefinisikan
kepuasan kerja sebagai berikut: "Kepuasan kerja merujuk kesikap
umum seseorang individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan
tingkat kepuasan kerja yang tinggi menunjukan sikap yang positif
terhadap pekerjaannya itu; seseorang yang tidak puas dengan
pekerjaannya menunjukan sikap yang negative terhadap pekerjaan itu
sendiri".
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis Secara
mendasar pria dan wanita adalah sama. Yang membedakan keduanya
adalah bentuk secara lahiriah yaitu jenis kelamin yang mengacu pada
ciri biologis. Bidang akuntan publik merupakan salah satu bidang
yang tidak terlepas dari diskriminasi gender, yang pada umumnya
terletak pada kinerjanya. Kinerja tersebut diukur pada komitmen
organisasi, komitmen profesi, motivasi, kesempatan kerja, dan
kepuasan kerja. 1. Komitmen Organisasional Komitmen organisasi
tercermin pada sikap individu, akan tetap bekerja pada organisasi
yang ditunjukkan dengan kerja kerasnya. Dengan kerja keras tersebut
akan tampak kinerja seorang karyawan karena adanya rasa ikut
memiliki organisasi. Trisnaningsih (2003), dengan hasil
penelitiannya mengungkapkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
kinerja auditor pria dan auditor wanita dilihat dari komitmen
organisasi. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat
ditetapkan hipotesis sebagai berikut: Ha1: Terdapat perbedaan
kinerja antara auditor pria dan wanita yang dilihat dari komitmen
organisasi pada kantor akuntan publik. 2. Komitmen Profesional
Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan
banyak ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme dan juga
komitmennya terhadap bidang yang ditekuninya. Profesionalisme
adalah sikap atau semangat mempertahankan status profesi dan
memelihara citra publik terhadapnya, dimana sebagian proses
pembentukkan profesionalisme dicapai melalui pendidikan. Penelitian
yang dilakukan Darmoko (2003) dan Trisnaningsih (2003) menunjukkan
bahwa pada KAP dengan gender wanita memiliki tingkat
profesionalisme yang tidak berbeda dengan pria. Berdasarkan hasil
penelitian di atas, maka dapat ditetapkan hipotesis sebagai
berikut: Ha2: Terdapat perbedaan kinerja antara auditor pria dan
wanita yang dilihat dari komitmen profesi pada kantor akuntan
publik.
3. Motivasi Motivasi dipandang sebagai kekuatan yang mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan tertentu. Point utama dari teori
ini adalah motivasi individu untuk melakukan suatu tingkatan usaha
tertentu akan tergantung kepada nilai outcome yang diterima dari
usaha yang telah dilakukan, jadi ada kemungkinan usaha akan
menentukankinerja dan kinerja akan mengarahkan outcome. Penelitian
yang dilakukan Trisnaningsih (2003) menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan antara kinerja auditor pria dan auditor wanita
dilihat dari motivasi. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka
dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut: Ha3: Terdapat perbedaan
kinerja antara auditor pria dan wanita yang ilihat dari motivasi
pada kantor akuntan publik. 4. Kesempatan Kerja Pekerjaan pada
bidang akuntan publik merupakan bidang yang paling sulit bagi
perempuan.Namun diharapkan dapat memberikan kesempatan yang sama
bagi perempuan dalam pengembangan diri, promosi mendapatkan
penugasan dan gaji. Dengan adanya kesempatan kerja yang sama maka,
diharapkan dapat pula meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan landasan
teori yang ada, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha4:
Terdapat perbedaan kinerja antara auditor pria dan wanita yang
dilihat dari kesempatan kerja pada kantor akuntan publik. 5.
Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan perasaan senang ataupun
tidak senang terhadap pekerjaan yang dilakukan. Perasaan senang
ataupun tidak senang ini muncul disebabkan karena pada saat
karyawan bekerja mereka membawa suatu keinginan, kebutuhan dan
pengalaman masa lalu yang membentuk harapan kerja mereka. Makin
tinggi harapan kerja ini dapat terpenuhi, makin tinggi tingkat
kepuasan kerja karyawan. Dengan makin tinggi tingkat kepuasan kerja
karyawan, diharapkan dapat pula meningkatkan kinerjanya dalam
bekerja. Ward.et.al (dalam Trisnaningsih, 2003) meneliti tingkat
kepuasan kerja wanita yang mengindikasikan bahwa meskipun secara
umum akuntan publik wanita tampak puas terhadap kebanyakan aspek
pada lingkungan kerjanya, hanya saja area yang memberikan kepuasan
yang terendah bagi mereka adalah gaji dan kesempatan promosi yang
tersedia. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat
ditetapkan hipotesis sebagai berikut: Ha5: Terdapat perbedaan
kinerja antara auditor pria dan wanita yang dilihat dari kepuasan
kerja pada kantor akuntan publik.
E. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengambil starting point
dari penelitian yang dilakukan Trisnaningsih dan Iswati (2003)
dalam variabel auditor pria dan auditor wanita. Bidang akuntan
publik juga merupakan salah satu bidang yang tidak terlepas dari
diskriminasi gender. Adanya pandangan yang menganggap bahwa
penerimaan budaya kantor akuntan publik merupakan hal yang penting
dan menentukan pengembangan karir profesional baik bagi auditor
pria maupun auditor wanita. Perbedaan gender dapat mempengaruhi
bagaimana kinerja seorang auditor khususnya komitmen
organisasional, komitmen profesional, motivasi, kesempatan kerja
dan kepuasan kerja di dalam melaksanakan tugasnya pada kantor
akuntan publik. Adanya hubungan kuat antara komitmen
organisasional, komitmen profesional, motivasi, kesempatan kerja
dan kepuasan kerja terhadap auditor pria dan auditor wanita. Untuk
memahami, di dalam penelitian ini diajukan model skema untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja antara auditor pria
dan auditor wanita pada kantor akuntan publik di Kabupaten Bone. Di
bawah ini menunjukan kerangka pemikiran yang dibuat dengan model
skema sebagai berikut:
Gambar IModel Penelitian
KINERJA : Komitmen Organisasi Komitmen Profesi Motivasi
Kesempatan Kerja Kepuasan Kerja
AUDITOR PRIA
AUDITOR WANITA
Sumber : Trisnaningsih dan Sri Iswati : 2003 Perbedaan Kenerja
Auditor Dilihat dari Segi Gender. Simposium Nasional Akuntansi
VI.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dirancang untuk
menguji perbedaan antara auditor pria dan auditor wanita terhadap
kinerja yang diproksikan pada komitmen organisasi, komitmen
profesi, motivasi, kesempatan kerja, dan kepuasan kerja. Dalam
penelitian ini, data diambil dari sejumlah sampel dari populasi
yang ada. Dalam suatu penelitian, populasi merupakan suatu obyek
atau subyek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Adapun yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah auditor pria dan wanita yang
bekerja pada kantor akuntan publik di Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel Penelitian ini dilakukan dengan
metode survey. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang
dibagikan secara langsung kepada para akuntan publik atau auditor
yang bekerja pada kantor akuntan publik di Jakarta tahun 2010 yang
terdaftar pada direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Sedangkan intensitas keluar-masuk akuntan publik atau auditor pada
kantor akuntan publik yang sangat tinggi menyebabkan tidak
tesedianya data yang mencantumkan berapa banyak jumlah auditor
junior, auditor senior, supervisor, manajer, pria, dan wanita yang
bekerja pada kantor akuntan publik di Jakarta 2010, untuk itu,
peneliti mengambil populasi dari seluruh akuntan publik yang
tercantum di direktori IAPI 2010 baik yang memiliki izin praktek
maupun tidak memiliki izin praktek. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode Slovin, dengan jumlah kantor
akuntan publik di Jakarta 2010 sebanyak 225 dengan daftar 465
anggota IAPI pemegang izin akuntan publik yang aktif, 24 dan 17
anggota IAPI tidak aktif karena cuti dan sebab lain, 3 anggota IAPI
kehormatan, dan 174 anggota IAPI non pemegang izin akuntan publik.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta. Para auditor
tersebut harus memiliki pengalaman bekerja minimal satu tahun,
memiliki jenjang pendidikan minimal S1 dan posisi baik sebagai
auditor senior dan junior, untuk tujuan memperoleh responden yang
memiliki pengalaman dalam tingkat kinerja/hasil kerja. Data
diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan secara
langsung kepada auditor atau akuntan publik yang bekerja pada KAP
di Jakarta.
C. Metode Pengumpulan Data Penelitian yang dilakukan bertujuan
untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dan berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti. Penulis menggunakan metode atau teknik
pengumpulan data sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan Kepustakaan
merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro
dan Supomo, 2002:150). Peneliti memperoleh data yang berkaitan
dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi,
directory kantor akuntan publik 2010, internet dan perangkat lain
yang berkaitan dengan analisis kinerja auditor dilihat dari segi
gender pada KAP. 2. Penelitian Lapangan Metode penelitian yang akan
digunakan penulis adalah metode survey. Alasan penulis menggunakan
metode survey karena merupakan pengumpulan data primer yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data diperoleh dengan
menggunakan kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada auditor
yang bekerja pada kantor akuntan publik di Jakarta. Sebagian besar
penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang
dipilih untuk mengumpulkan data.Pengumpulan data dengan metode
survey dapat dirancang untuk menjelaskan sebab akibat atau
mengungkapkan ide-ide. Kuesioner memang memiliki banyak kebaikan
sebagai instrument pengumpul data. Memang kuesioner cara dan
pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam
penelitiaanya.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh penulis
adalah
metode kuantitatif yaitu penelitian dengan menggunakan kuesioner
untuk
mempermudah analisis atas masalah yang diteliti.
Dalam menganalisis data-data yang diperoleh, penulis
menggunakan metode yang disesuaikan dengan keadaan lapangan.
Seluruh
pengujian dan analisis data menggunakan bantuan program SPSS
(Statistical Program for Special Science) for Windows.
Pengujian-pengujian yang akan dilakukan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Uji Validitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua
pertanyaan (instrumen) penelitian yang diajukan untuk
mengukur
variabel penelitian adalah valid. Jika valid berarti instrumen
itu dapat
digunakan untuk mengukur variabel apa yang hendak diukur
(Gozali,
2001).
Pengujian validitas dilakukan dengan mencari korelasi dari
setiap indikator terhadap skor totalnya dengan menggunakan
rumus
teknik korelasi "Pearson Product Moment" dengan bantuan
program
SPSS versi 17.0.
Adapun dasar pengambilan keputusan uji validitas adalah
dengan membandingkan p-value dengan level of significant
yang
digunakan yaitu sebesar 5%. Jika p-value kurang dari alpha 0,05
maka
item pertanyaan valid, demikian pula sebaliknya jika p-value
lebih
besar dari alpha 0,05 maka item pertanyaan tidak valid.
Dasar
pengambilan keputusan uji validitas juga dapat dilakukan
dengan
membandingkan koefisien korelasi dengan angka kritik
(r-tabel=0,148).
Jika koefisien korelasi lebih besar dari r-tabel maka item
pertanyaan
valid, sebaliknya jika koefisien korelasi kurang dari r-tabel
maka item
pertanyaan dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabelitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan
sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila
pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Reliabilitas adalah
indeks yang
menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya
atau
dapat diandalkan (Gozali, 2001).
Mengingat alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel-
variabel dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri
dari
beberapa pertanyaan, maka perlu diuji reliabelitas dari setiap
variabel
yang digunakan dengan melihat cronbach's coefficient alpha
sebagai
koefisien dari reliabelitas. cronbach's coefficient alpha dapat
diartikan
sebagai hubungan positif antara pertanyaan atau item satu dengan
yang
lainnya. Di mana menurut Sekaran, (2000:312) cronbach's
coefficient
alpha yang cukup dapat diterima adalah yang bernilai antara
0,60
sampai 0,70 atau lebih.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam variabel
mempunyai distribusi normal ataukah tidak (Gozali, 2001).
Untuk melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data dengan menggunakan pengujian
Kolmogorov-Smirnov.
Perumusan hipotesa:
Ho : Data berasal dari populasi normal.
Ha : Data berasal dari populasi tidak normal.
Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas:
Jika sig. < 0,05, maka Ho ditolak.
Jika sig. > 0,05, maka Ho diterima.
4. Uji Hipotesis
Pengujian yang dilakukan untuk dua sampel yang independen
merumuskan dan menemukan jawaban dari masalah yang telah
diteliti
diperlukan analisis atau pengujian statistik terhadap
variabel-variabel
yang diuji. Data diolah dan diuji dengan menggunakan
Independent
Sample Test dan Man-Whitney Test yang disesuaikan dengan
distribusi
data. Untuk data yang berdistribusi normal diuji dengan
Independent
Sample Test, sedangkan data yang berdistribusi tidak normal
diuji
dengan Man Whitney Test (Siegel, 1997:145).
Dengan menggunakan uji t tersebut akan diketahui
signifikansi
perbedaan kinerja antara auditor pria dan auditor wanita
(Santoso,
2001).
Ketentuan untuk pengambilan keputusan (kesimpulan) adalah :
Jika t - hitung > t - tabel, maka Ho ditolak Jika t - hitung
< t - tabel, maka Ho diterima Jika probabilitas > 0,05 maka
Ho diterima Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
E. Operasional Variabel Penelitian dan Pengukuran
Definisi operasional adalah definisi yang menggambarkan
variabel-
variabel yang menjadi dimensi-dimensi atau aspek-aspek yang
dapat
diukur. Terdapat dua golongan variabel dalam penelitian ini
yaitu variabel
tidak terikat (independent variable) adalah auditor pria dan
auditor wanita
dan variabel terikat (dependent variable) adalah kinerja. Skala
likert
merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju
atau
ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek maupun kejadian
tertentu.
Metode yang paling sering digunakan ini dikembangkan oleh
Remis
Likert, sehingga dikenal dengan nama Skala Likert. Skala ini
umumnya
menggunakan lima angka, yaitu (1) sangat tidak setuju, (2) tidak
setuju, (3)
tidak pasti apakah setuju atau tidak, (4) setuju, (5) sangat
setuju. Penelitian
ini melibatkan para auditor yang meliputi : Supervisor, Manajer,
Senior,
Junior baik auditor pria maupun auditor wanita yang bekerja pada
Kantor
Akuntan Publik di Jakarta.
Pada sub bab ini akan diuraikan tentang masing-masing dari
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel Independen (Variabel bebas)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gender.
Gender adalah penggolongan gramatikal terhadap kata benda
yang
secara garis besar berhubungan dengan dua jenis kelamin
serta
ketiadaan jenis atau kenetralan. Dan yang dimaksudkan auditor
adalah
orang yang memiliki keterampilan dalam bidang auditing dan
melakukan pemeriksaan professional sesuai dengan norma
pemeriksaan
audit. Audit memikul tanggung jawab atas pendapat yang
dikeluarkan
dan prinsip-prinsip akuntansi yang diakui dapat diterapkan pada
laporan
yang sedang diaudit. Variabel independen tersebut terdiri
dari:
a. Auditor pria
b. Auditor wanita
2. Variabel Dependen (Variabel terikat)
Variabel dependen terdiri dari:
a. Kinerja Auditor
Kinerja auditor dapat dilihat dengan cara:
1) Komitmen Organisasional
Yaitu sampai tingkat mana seseorang karyawan dapat memihak
pada
suatu organisasi tertentu dan tujuannya, dan berniat
memelihara
keanggotaannya di dalam organisasi itu.
2) Komitmen Profesional
Yaitu tingkat loyalitas individu terhadap profesinya seperti
yang
dipersepsikan oleh individu.
3) Motivasi
Adalah sebagai kekuatan yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan tertentu atau perilaku tertentu.
4) Kesempatan Kerja
Adalah dimaksudkan sebagai peluang untuk mendapatkan
kesetaraan
dalam pengembangan karir atau pemerolehan pekerjaan promosi
dan
mendapatkan penugasan serta dalam penepatan gaji dan
kenaikan
secara berkala baik auditor pria dan auditor wanita.
5) Kepuasan Kerja
Adalah suatu sikap umum seseorang individu terhadap
pekerjaannya,
atau dengan kata lain sebagai tingkat kepuasan individu
dengan
posisinya dalam organisasi secara relative dibandingkan
dengan
teman sekerja lain.
Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian terdahulu,
pendekatan
operasional variabel untuk masing-masing variabel dalam
penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Skala Pengukuran
Kinerja
Sumber: Instrumen yang digunakan oleh
1. Komitmen Organisasi
a. Indikator komitmen organisasi Afeksi adalah: 1. Tidak merasa
ikut memiliki
Skala Likert (Interval)
Shorea Dwarawati (2005).
Bersambung pada halaman selanjutnya
organisasi 2. Tidak merasa terikat secara emosional dengan
organisasi 3. Berartinya organisasi sebagai tempat bekerja 4. Tidak
menjadi bagian organisasi tempat bekerja 5. Merasa masalah
organisasi juga seperti masalah sendiri 6. Mudah menjadi terikat
dengan organisasi lain 7. Mau berusaha di atas batas normal untuk
mensukseskan perusahaan b. Indikator komitmen organisasi
kontinuance adalah: 8. Tetap tinggal di perusahaan merupakan
kebutuhan
Variabel
Dimensi
Tabel 3.1 (Lanjutan) Indikator 9. Alasan utama tetap bekerja di
perusahaan, apabila ke luar akan memerlukan
Skala Pengukuran Skala Likert (Interval)
pengorbanan diri
yang harus dipertimbangkan 10. merasa terlalu riskan untuk
meninggalkan perusahaan 11. konsekuensi negatif bila meninggalkan
perusahaan saat ini 12. banyak masalah yang di pecahkan jika keluar
dari perusahaan
2. Komitmen Profesional
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Berlangganan dan membaca secara sistematis jurnal auditing dan
publikasi lainnya Menghadiri dan berpartisipasi dalam setiap
pertemuan para auditor Sering melakukan tukar menukar ide dengan
auditor dari organisasi lain Auditor harus mendukung adanya Ikatan
Akuntan Indonesia Auditor penting peranannya dalam masyarakat Peran
auditor kadang- kadang diungkapkan secara berlebihan
Skala Likert (Interval)
Bersambung pada halaman selanjutnya
Variabel
Dimensi
Tabel 3.1 (Lanjutan) Indikator 7. Hanya sedikit orang yang
menyadari pentingnya auditor 8. Kelemahan peran dan Independensi
auditor akan merugikan masyarakat
Skala Pengukuran
9. Standar profesi perilaku auditor tidak dapat diterapkan pada
setiap organisasi 10. Auditor mempunyai cara yang berbeda dalam
menilai kompetensi sesama rekan auditor 11. Ikatan akuntan
seharusnya mempunyai kekuatan melaksanakan standar yang harus
dilakukan auditor 12. Auditor seharusnya lebih baik dinilai
prestasinya oleh rekan seprofesi daripada oleh supervisor 13. Puas
jika saya melihat pengabdian yang dilakukan oleh sesama rekan
seprofesi 14. Ada dorongan untuk melihat auditor yang idealis
dengan pekerjaannya 15. Sulit untuk berantusias dengan jenis
pekerjaan yang saya lakukan 16. Akan tetap bekerja sebagai auditor,
walaupun gaji saya dipotong untuk keperluan tugas auditor
Bersambung pada halaman selanjutnya
Variabel
Dimensi
Tabel 3.1 (Lanjutan) Indikator 17. Auditor harus diberi
kesempatan, menibuat keputusan tentang apa yang diperiksanya 18.
Pertimbangan auditor harus diikuti dalam pembuatan keputusan
Skala Pengukuran
3. Motivasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
audit yang signifikan Pekerjaan yang saya lakukan memotivasi
saya untuk berbuat yang terbaik Gaji yang saya terima memotivasi
saya untuk berbuat yang terbaik Perlakuan perusahaan memotivasi
saya untuk berbuat yang terbaik dalam melaksanakan kewajiban Saya
menemukan cara untuk meningkatkan prosedur audit Secara relatif
dibandingkan auditor lain yang setingkat, saya dikenal dekat dengan
atasan Membuat saran yang konstrutif pada supervisor tentang kerja
audit yang seharusnya Dapat melakukan lebih banyak pekerjaan dalam
waktu tertentu dibanding yang lain Menerima evaluasi kinerja yang
memuaskan (exellent)
Skala Likert (Interval)
Bersambung pada halaman selanjutnya
Variabel
Dimensi
Tabel 3.1 (Lanjutan
Indikator 9. Kinerja saya membuat orang lain menjadi respek
kepada saya 10. Saya memelihara dan meningkatkan
Skala Pengukuran
hubungan baik dengan
auditee yang merupakan bagian penting dari pekerjaan saya
4. Kesempatan Kerja
5. Kepuasan Kerja
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Meyakini, organisasi membedakan dalam kesempatan promosi atau
berkembang kepada saya Meyakini, organisasi membedakan dalam
memberikan pekerjaan Meyakini, organisasi membedakan dalam
penetapan gaji awal Meyakini, organisasi membedakan dalam penetapan
kenaikan gaji berkala Merasa puas dengan pekerjaan saat ini Sangat
menyukai pekerjaan saat ini Merasa ingin pindah dari pekerjaan saat
ini Lebih menyukai pekerjaan saya daripada teman lainnya
Skala Likert (Interval)
Skala Likert (Interval)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik yang bekerja
di
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada diwilayah Jakarta.
Akuntan
publik yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi
manajer,
supervisor, auditor senior dan auditor junior. Pengumpulan
data
dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara
langsung
kepada responden yang bekerja pada KAP di wilayah Jakarta
yang
terdaftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik 2010 dan
yang
diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Penyebaran
serta pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 10
Februari
2011 hingga 25 Mei 2011. Gambaran mengenai data sampel ini
dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian
Akuntan
No 1. 2. 3. 4. 5.
Keterangan Jumlah Kuesioner yang disebar Jumlah Kuesioner yang
kembali Jumlah Kuesioner yang tidak kembali Jumlah kuesioner yang
tidak dapat diolah Jumlah kuesioner yang dapat diolah
Publik 125 92 33 290
Persentase 100 % 73,6 % 26,4 % 1,6 % 72 %
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.1 di atas
menunjukkan bahwa kuesioner yang
disebarkan berjumlah 125 buah dan jumlah kuesioner yang kembali
adalah
sebanyak 92 kuesioner atau 73,6%. Kuesioner yang tidak
kembali
sebanyak 33 buah atau 26,4%. Kuesioner yang dapat diolah
berjumlah 90
buah atau 72%, sedangkan kuesioner yang tidak dapat diolah
karena tidak
diisi secara lengkap oleh responden sebanyak 2 buah atau
1,6%.
Peneliti mengambil sampel sebanyak 17 KAP dari keseluruhan
KAP yang berada di wilayah Jakarta, dengan peta distribusi yang
terlihat
dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama Kantor Akuntan Publik
Abdul Hamid & Khairunnas Eddy Shiddarta & Rekan Drs.
Amir Hadyi Drs. Harry & Rekan Herman, Dody, T & Rekan Drs.
Heryanto Subrata Gani Idris & Sudiharto Jan, Ladiman &
Rekan Ratna Widjaja Riza Wahono & Rekan Soejatna, Mulyana &
Rekan Drs. Sukrisno Agoes, MM & Rekan Drs. Sutopo Insja Drs.
Gatot Permadi Joewono Junaedi, Chairul, Labib, S & Rekan Drs.
Usman & Rekan Toni H. Ratim Total
Kuesioner dikirim 535511 410 6510 14 510 98510 125
Kuesioner dikembalikan 405560065885998410 92
Sumber: Data primer yang diolah
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang
bekerja
pada KAP di Jakarta. Berikut ini adalah deskripsi mengenai
identitas
responden penelitian yang terdiri dari usia, jenis kelamin,
pendidikan
terakhir, posisi terakhir, dan pengalaman kerja responden.
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang
berusia 21 tahun keatas. Pada tabel 4.3 berikut ini disajikan
deskripsi
responden penelitian berdasarkan. Tabel 4.3 disajikan pada
halaman
selanjutnya.
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Usia Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent Valid
21-25 35 38.9 38.9 38.9 25-30 31 34.4 34.4 73.3 30-40 16 17.8 17.8
91.1 >40 88.9 8.9 100.0 Total 90 100.0 100.0 Sumber: Data primer
yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berusia 21-25 tahun dengan jumlah 35 responden atau
38,9%.
Usia 25-30 tahun dengan jumlah 31 responden atau 34,4%, dan usia
30-40
tahun dengan jumlah 16 responden atau 17,8% serta usia 40 tahun
keatas
dengan jumlah 8 responden atau 8,9%.
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang
bekerja pada KAP di Jakarta. Pada tabel 4.4 berikut ini
disajikan
deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent
Valid Pria 65 72.2 72.2 72.2 Wanita 25 27.8 27.8 100.0 Total 90
100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa sekitar 65 orang atau
72,2% responden didominasi oleh jenis kelamin pria, dan
sisanya
sebesar 25 orang atau 27,8% responden berjenis kelamin
wanita.
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik
berdasarkan
pendidikan terakhir. Pada tabel 4.5 berikut ini disajikan
deskripsi
responden penelitian berdasarkan pendidikan terakhir.
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Pendidikan Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent
Valid S1 87 96.7 96.7 96.7 S2 33.3 3.3 100.0 S3 0000Total 90 100.0
100.0 Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah
87
responden atau 96,7%. Sisanya sebesar 3 orang atau sebanyak
3,3%
berpendidikan terakhir Strata Dua (S2).
d. Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang
bekerja pada KAP di Jakarta Selatan dengan posisi jabatan
terakhir.
Pada tabel 4.6 berikut ini disajikan deskripsi responden
penelitian
berdasarkan posisi terakhir.
Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi
Terakhir
Valid
Posisi
Manajer Supervisor Auditor Senior Auditor Junior Total
Frequency
47
32
47 90
Percent
4.4 7.8
35.6
52.2 100.0
Valid Percent 4.4 7.8
35.6
52.2 100.0
Cumulative Percent 4.4 12.2
47.8
100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 diatas diperoleh informasi bahwa
mayoritas responden sebanyak 47 orang atau sebesar 52,2%
menduduki
posisi sebagai auditor junior, dan sebanyak 32 orang atau
35,6%
sebagai auditor senior. Responden yang menduduki jabatan
sebagai
supervisor sebanyak 7 orang atau 7,8% dan sisanya adalah
manajer
sebanyak 4 orang atau sekitar 4,4%.
e. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang
telah
bekerja lebih dari satu tahun. Pada tabel 4.7 berikut ini
disajikan deskripsi
responden berdasarkan lamanya pengalaman kerja.
Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman
Kerja
Pengalaman Frequency Percent Valid Cumulative Kerja Percent
Percent Valid 1-3 52 57.8 57.8 57.8 3-6 20 22.2 22.2 80.0 >6 18
20.0 20.0 100.0 Total 90 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang
diolah
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa
mayoritas
responden atau sebanyak 57,8% atau sekitar 52 akuntan publik
memiliki pengalaman bekerja 1-3 tahun, sedangkan 22,2% atau
sekitar
20 akuntan memiliki pengalaman kerja 3 tahun sampai 6 tahun
dan
sisaya 20,0% atau sekitar 18 akuntan memiliki pengalaman di atas
6
tahun.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
komitmen
organisasi, komitmen profesional, motivasi, kesempatan kerja,
dan
kepuasan kerja, akan diuji secara statistik deskriptif seperti
yang terlihat
dalam tabel 4.8. Tabel 4.8 disajikan pada halaman
selanjutnya.
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Std. Variabel N Minimum Maximum Mean Deviation K_organisasi 90
23.00 54.00 41.2889 7.28589 K_Profesi 90 51.00 85.00 67.4222
7.48028 Motivasi 90 24.00 50.00 38.2667 5.60457 Kes_Kerja 90 5.00
20.00 14.8889 2.94689 Kep_kerja 90 5.00 20.00 14.6444 3.18462 Valid
N (listwise) 90 Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel komitmen
organisasi
jawaban minimum responden sebesar 23 dan maksimum sebesar 54
dengan rata-rata total jawaban 41.2889 dan standar deviasi
sebesar
7.28589. Variabel komitmen profesi jawaban minimum responden
sebesar
51 dan maksimum sebesar 85 dengan rata-rata total jawaban
67.4222 dan
standar deviasi sebesar 7.48028. Pada variabel motivasi jawaban
minimum
responden sebesar 24 dan maksimum sebesar 50 dengan rata-rata
total
jawaban 38.2667 dan standar deviasi sebesar 5.60457.
Variabel
kesempatan kerja jawaban minimum responden sebesar 5 dan
maksimum
sebesar 20 dengan rata-rata total jawaban 14.8889 dan standar
deviasi
sebesar 2.94689. Variabel kepuasan kerja jawaban minimum
responden
sebesar 5 dan maksimum sebesar 20 dengan rata-rata total
jawaban
14.6444 dan standar deviasi sebesar 3.18462.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu
kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
Pearson
Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut
dapat
dikatakan valid. Pada tabel 4.9-1 sampai 4.9-5 berikut ini
disajikan hasil
uji validitas dari lima sub variabel atau indikator yang
digunanakan
dalam penelitian ini, yaitu komitmen organisasi dengan
pertanyaan
sebanyak 12 item, komitmen profesi dengan pertanyaan sebanyak
18
item, motivasi dengan pertanyaan sebanyak 10 item, kesempatan
kerja
dengan pertanyaan sebanyak 4 item, dan kepuasan kerja dengan
pertanyaan sebanyak 4 item.
Tabel 4.9-1 Hasil Uji Validitas Variabel Komitmen Organisasi
Pertanyaan
Komitmen Organisasi1 Komitmen Organisasi2 Komitmen Organisasi3
Komitmen Organisasi4 Komitmen Organisasi5 Komitmen Organisasi6
Komitmen Organisasi7 Komitmen Organisasi8 Komitmen Organisasi9
Pearson Corelation 0,327** 0,371** 0,632** 0,334** 0,688**
0,643** 0,717** 0,446** 0,720**
Sig (2-Tailed) 0,002 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000
0,000
Keterangan
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 4.9-1 (Lanjutan) Komitmen Organisasi10 0,780** 0,000 Valid
Komitmen Organisasi11 0,684** 0,000 Valid Komitmen Organisasi12
0,665** 0,000 Valid Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9-1 diatas menjelaskan bahwa variabel
komitmen organisasi memiliki kriteria valid untuk setiap
item
pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal
ini berarti
bahwa semua item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian
ini
mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner
tersebut
dan dapat digunakan untuk menganalisis data penelitian.
Tabel 4.9-2 Hasil Uji Validitas Variabel Komitmen
Profesional
Pertanyaan
Komitmen profesi1 Komitmen profesi2 Komitmen profesi3 Komitmen
profesi4 Komitmen profesi5 Komitmen profesi6 Komitmen profesi7
Komitmen profesi8 Komitmen profesi9 Komitmen profesi10 Komitmen
profesi11 Komitmen profesi12 Komitmen profesi13
Pearson Corelation 0,461** 0,348** 0,446** 0,272** 0,581**
0,336** 0,279** 0,495** 0,473** 0,345** 0,322** 0,669** 0,659**
Sig (2-Tailed) 0,000 0,001 0,000 0,009 0,000 0,001 0,008 0,000
0,000 0,001 0,002 0,000 0,000
Keterangan
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Valid Valid Valid
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 4.9-2 (Lanjutan)
Komitmen profesi14 Komitmen profesi15 Komitmen profesi16
Komitmen profesi17 Komitmen profesi18
0,521** 0,528** 0,568** 0,335** 0,325**
0,000 0,000 0,000 0,001 0,002
Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9-2 diatas menjelaskan bahwa variabel
komitmen profesi memiliki kriteria valid untuk setiap item
pertanyaan
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti
bahwa
semua item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini
mampu
mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut.
Tabel 4.9-3 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi
Pertanyaan
Motivasi1 Motivasi2 Motivasi3 Motivasi4 Motivasi5 Motivasi6
Motivasi7 Motivasi8 Motivasi9 Motivasi10
Pearson Corelation 0,542** 0,755** 0,658** 0,712** 0,732**
0,782** 0,830** 0,460** 0,499** 0,376**
Sig (2-Tailed) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
0,000 0,000
Keterangan
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9-3 diatas menjelaskan bahwa variabel
motivasi memiliki kriteria valid untuk setiap item pertanyaan
dengan
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa
semua item
pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini mampu
mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut.
Tabel 4.9-4 Hasil Uji Validitas Variabel Kesempatan Kerja
Pertanyaan
Kesempatan Kerja1 Kesempatan Kerja2 Kesempatan Kerja3 Kesempatan
Kerja4
Pearson Corelation 0,728** 0,810** 0,781** 0,829**
Sig (2-Tailed) 0,000 0,000 0,000 0,000
Keterangan
Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9-4 diatas menjelaskan bahwa variabel
kesempatan kerja memiliki kriteria valid untuk setiap item
pertanyaan
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti
bahwa
semua item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini
mampu
mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut.
Tabel 4.9-5 Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja
Pertanyaan
Kepuasan Kerja1 Kepuasan Kerja2 Kepuasan Kerja3 Kepuasan
Kerja4
Pearson Corelation 0,806** 0,795** 0,840** 0,855**
Sig (2-Tailed) 0,000 0,000 0,000 0,000
Keterangan
Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9-5 diatas menjelaskan bahwa variabel
kepuasan kerja memiliki kriteria valid untuk setiap item
pertanyaan
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti
bahwa
semua item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini
mampu
mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut dan
dapat
digunakan untuk menganalisis data penelitian.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari
instrumen
penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel
jika nilai
Cronbach Alpha berada diatas 0,6. Tabel 4.10 menunjukkan hasil
uji
reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang digunakan
dalam
penelitian ini.
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Komitmen Organisasi Komitmen Profesi Motivasi Kesempatan kerja
Kepuasan Kerja
Sumber: Data primer yang diolah
Cronbach's Alpha 0,826 0,751 0,846 0,794 0,841
Keterangan
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Tabel 4.10 menunjukkan nilai cronbach's alpha atas
subvariabel atau indikator komitmen organisasi sebesar
0,826,
komitmen profesi sebesar 0,751, motivasi sebesar 0,846,
kesempatan
kerja sebesar 0,794, dan kepuasan kerja sebesar 0,841.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner
ini
reliabel karena mempunyai nilai cronbach's alpha lebih besar
dari 0,6.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pertanyaan yang
digunakan
akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila
pertanyaan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang
relatif
sama dengan jawaban sebelumnya.
3. Hasil Uji Normalitas Data
Pada tabel 4.11 berikut ini disajikan hasil uji normalitas
dengan
menggunakan kolmogorov-smirnov. Penyajian tabel 4.11 disajikan
pada
halaman salanjutnya.
Tabel 4.11 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
Kom-O Kom-P Motivasi Kes-K Kep-K N90 90 90 90 90
Normal Parameters
a,,b
Mean Std. Deviation
41.2889 7.28589
67.4222 7.48028
38.2667 5.60457
14.8889 2.94689
14.6444 3.18462
Most Extreme Differences Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber: Data primer yang diolah
.101 .050 -.101 .955 .322
.063 .056 -.063 .598 .867
.081 .070 -.081 .765 .602
.139 .101 -.139 1.314 .063
.109 .058 -.109 1.037 .233
Berdasarkan tabel 4.11 diatas terlihat bahwa nilai K-S untuk
subvariabel atau indikator komitmen organisasi 0,955 dengan
probabilitas
signifikansi 0,322 dan nilainya di atas =0,05 hal ini berarti
hipotesis nol
diterima atau subvariabel komitmen organisasi terdistribusi
secara normal,
nilai K-S untuk subvariabel komitmen profesi 0,598 dengan
probabilitas
signifikansi 0,867 dan nilainya di atas =0,05 hal ini berarti
hipotesis nol
diterima atau subvariabel komitmen profesional terdistribusi
secara
normal, begitu juga nilai K-S untuk subvariabel motivasi 0,765
dengan
probabilitas signifikansi 0,602 dan nilainya di atas =0,05 hal
ini berarti
hipotesis nol diterima atau subvariabel motivasi terdistribusi
secara
normal, sedangkan nilai K-S untuk subvariabel kesempatan kerja
1,314
dengan probabilitas signifikansi 0,063 dan nilainya di atas
=0,05 hal ini
berarti hipotesis nol diterima atau subvariabel kesempatan
kerja
terdistribusi secara normal, dan nilai K-S untuk subvariabel
kepuasan kerja
1,037 dengan probabilitas signifikansi 0,233 dan nilainya di
atas =0,05
hal ini berarti hipotesis nol diterima atau subvariabel kepuasan
kerja
terdistribusi secara normal. Dengan tidak adanya dari setiap
subvariabel
yang terdistribusi secara tidak normal, maka uji hipotesis yang
akan
digunakan adalah independent-sample t test.
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model untuk
dua sampel independen yang berbeda yaitu independent-sample t
test.
Analisis ini digunakan untuk menganalisis perbedaan kinerja
auditor dari
perspektif gender pada kantor akuntan publik di Jakarta yang
diproksikan
ke dalam komitmen organisasi, komitmen profesi, motivasi,
kesempatan
kerja, dan kepuasan kerja. Rumusan hipotesisnya yaitu:
Ho : "Tid