Top Banner
BULETIN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Bahasa dan Budaya Fenomena kultur global perlu dikontrol agar sesuai dengan budaya Indonesia . Hal 4 NOVEMBER 2011 VOLUME 1 NOMOR 6 BAHASA SASTRA SENI SUARA UNGU Tertanggal 1 Desember 2011, dekan dan wakil dekan baru Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta telah dilantik. Batik, Pelabuhan untuk Berkarya Berawal dari “salah jurusan”, Rinik justru mene- mukan potensinya dalam batik. Menjadi kampiun di Lomba Desain Batik Nasional. Hal 11 Tampuk Kepemimpinan Sudah Dikibarkan SEMANGAT BARU FAKULTAS UNGU Oleh Azwar Anas Y udi Sutama M.Pd., Kepa- la Bagian Tata Usaha FBS sekaligus salah satu panitia pemilihan wakil dekan 2011-2015, menuturkan bahwa proses pemilihan jajaran pemimpin fakultas sudah dimu- lai sebulan sebelum berakhirnya periode lama. Pemilihan ini tak sebatas wakil dekan, melainkan kepala jurusan, sekretaris jurus- an, anggota senat fakultas, dan wakil dosen jurusan. “Kepanitiaan itu sendiri diben- tuk tangal 31 Oktober dan mulai membuka pendaftaran bakal ca- lon wakil dekan pada16-17 No- vember 2011,” ujar Yudi. Berjumlah 12 panitia yang ber- asal dari senat, dosen masing-ma- sing jurusan, dan staf administra- si fakultas, Yudi dan timnya me- lakukan tanggung jawabnya de- ngan cukup baik. Terbukti dalam proses pemilihan tidak menda- pati kendala, baik dari perenca- naan maupun pelaksanaan. “Ini disambut baik oleh jurusan. Sete- lah mengumumkan pembukaan pendaftaran bakal calon wakil dekan, kajur, sekjur, serta senat fakultas, tiap jurusan langsung mengirimkan delegasinya untuk mendaftar,” terang Yudi. Sesuai peraturan Mendiknas RI Nomor 34 Tahun 2011 tentang statuta Universitas Negeri Yogya- karta, terpilihlah tiga wakil de- kan yang akan membantu Prof. Dr. Zamzani selaku dekan FBS da- lam mengemban tugas pada peri- ode 2011-2015. Tiga wakil dekan tersebut adalah Dr. Widyastuti Pembangunan fisik meningkat cukup pembangunan. DOKUMEN HUMAS FBS UNY
16

Suara Ungu November 2011

Apr 06, 2016

Download

Documents

Tampuk Kepemimpinan Sudah Dikibarkan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Suara Ungu November 2011

Buletin Fakultas Bahasa dan seni universitas negeri YogYakarta

Bahasa dan BudayaFenomena kultur global perlu dikontrol agar sesuai dengan budaya Indonesia . Hal 4

November 2011 volume 1 nomor 6

Bahasa sastra seni

suara ungu

Tertanggal 1 Desember 2011, dekan dan wakil dekan baru Fakultas Bahasa dan seni universitas negeri Yogyakarta telah dilantik.

Batik, Pelabuhan untuk BerkaryaBerawal dari “salah jurusan”, Rinik justru mene­mukan potensinya dalam batik. Menjadi kampiun di Lomba Desain Batik Nasional. Hal 11

tampuk Kepemimpinan sudah Dikibarkansemangat Baru faKultas ungu

Oleh Azwar Anas

Yudi sutama M.Pd., Kepa­la Bagian Tata usaha FBs sekaligus salah satu panitia pemilihan wakil

dekan 2011­2015, menuturkan bahwa proses pemilihan jajaran pemimpin fakultas sudah dimu­lai sebulan sebelum berakhirnya periode lama. Pemilihan ini tak sebatas wakil dekan, melainkan kepala jurusan, sekretaris jurus­an, anggota senat fakultas, dan wakil dosen jurusan.

“Kepanitiaan itu sendiri diben­tuk tangal 31 Oktober dan mulai membuka pendaftaran bakal ca­lon wakil dekan pada16­17 no­vember 2011,” ujar Yudi.

Berjumlah 12 panitia yang ber­asal dari senat, dosen masing­ma­sing jurusan, dan staf administra­si fakultas, Yudi dan timnya me­lakukan tanggung jawabnya de­ngan cukup baik. Terbukti dalam proses pemilihan tidak menda­pati kendala, baik dari perenca­naan maupun pelaksanaan. “Ini disambut baik oleh jurusan. sete­

lah mengumumkan pembukaan pendaftaran bakal calon wakil dekan, kajur, sekjur, serta senat fakultas, tiap jurusan langsung mengirimkan delegasinya untuk mendaftar,” terang Yudi.

sesuai peraturan Mendiknas rI nomor 34 Tahun 2011 tentang statuta universitas negeri Yogya­karta, terpilihlah tiga wakil de­kan yang akan membantu Prof. Dr. Zamzani selaku dekan FBs da­lam mengemban tugas pada peri­ode 2011­2015. Tiga wakil dekan tersebut adalah Dr. Widyastuti

Pembangunan fisik meningkat cukup

pembangunan.

dokumen humas FBs unY

Page 2: Suara Ungu November 2011

2 suara ungu novemBer 2011

Pelindung: Prof. dr. Zamzani, m.Pd. (dekan FBs unY) Penasihat: drs. suhaini m saleh, m.a. (Wakil dekan i), dra. sri harti Widyastuti, m.hum. (Wakil dekan ii), drs. herwin Yogo Wicaksono, m.Pd. (Wakil dekan iii) Pengarah: drs. Yudi sutama, m.Pd. (kabag tu) Pemimpin Umum: drs. Wien Pudji Priyanto, m.Pd. (ketua humas) Pemimpin redaksi: sismono la ode Sekretaris redaksi: virga renitasari, s.Pd. redaktur Pelaksana: azwar anas Staf redaksi: Febi Puspitasari, scholastica Wahyu Pribadi, diyan Fatimatuz Zahro, nunggal seralati Perwajahan: ms lubis Fotografer: Pairin Distribusi dan Sirkulasi: djumari, tukija, a.md.

Alamat redaksi: kantor humas, gedung Pusat layanan akademik lantai ii Fakultas Bahasa dan seni, kampus unY karang­malang Telepon: 0274­550583 Faks: 0274­548207 e-mail: [email protected] Penerbit: humas FBs unY.

BERITA UTAMA

Purbani, M.a., Drs, sudarmaji, M.Pd., dan Dr. Kun setyaning as­tuti, M.Pd.

Wakil Dekan iDijabat oleh Dr. Widyastuti Pur­

bani, M.a., menggantikan suhai­ni M. saleh, M.a. Berbekal du­kungan dari dosen­dosen sejurus­an, Bu Wid, begitu sapaan akrab­nya, memberanikan diri maju se­bagai calon Wakil Dekan I FBs. Widyastuti bukan satu­satunya calon yang ada, “Waktu itu ada dua calon. Perolehan suaranya cuma beda tipis sebenarnya,” ka­ta Widyastuti Purbani.

Meskipun demikian, justru hal inilah yang akan dijadikan Widy­astuti Purbani untuk memacu se­mangat dan motivasi guna melak­sanakan tugas sebaik­baiknya. “artinya tanggung jawab saya le­bih besar. Bagaimana kemudian saya bisa menunjukkan kemam­puan kepada suara­suara yang ti­dak mendukung saya, tentu da­lam arti positif,” tegasnya.

Di samping itu, ada penambah­an program dalam Bidang I, ya­itu bidang Kerjasama Luar nege­ri. Program ini sekaligus menjadi misi baru selain bidang akdemik, pengabdian masyarakat, serta pe­nelitian. Program ini dimaksud­kan untuk meningkatkan hubung­an kerja sama luar negeri dalam tingkat fakultas.

Walau terbilang baru, Widyas­tuti tampak optimistis dapat me­laksanakan program ini dengan baik. Pasalnya, ia pernah sukses mengepalai Kantor Internasional unY sejak 2007 hingga masa akhir jabatan Desember tahun ini. “selama ini, pertukaran pela­jar adalah program rektorat. La­lu saya berpikir, kenapa kita (fa­kultas –red) tidak melakukan sen­diri? Keuntungannya ada pada sDM mahasiswa kita, kuotanya bisa lebih banyak nanti,” terang Widyastuti.

Dosen dari program studi sas­tra Inggris ini memang mempri­oritaskan kinerjanya untuk me­

ningkatkan sDM mahasiswa FBs. Lulusan FBs, nantinya tidak he­bat di tingkat nasional saja mela­inkan juga internasional. “global­isasi, mau tidak mau tetap akan kita hadapi. Ini sebagai bekal agar kita mampu menghadapi­nya, tetapi tetap tidak mening­galkan kearifan­kearifan lokal,” tambah Widyastuti menjabarkan maksud program barunya itu.

Wakil Dekan iiBarangkali masih lekat di ingat­

an kita dengan sebutan Bu PD II, untuk menyapa sri Harti Widy­astuti, M.Hum., kini sebutan itu telah tergantikan. Pasalnya, un­tuk periode 2011­2015 Wakil De­kan II dijabat oleh Drs, sudar­maji, M.Pd., atau akrab di sapa Pak aji. Dosen dari jurusan Pen­didikan Bahasa Jerman ini terpi­lih menjadi Wakil Dekan II sete­lah mendapat 23 suara dan lebih unggul dari calon lainnya. Moto­nya sederhana, jalani saja.

Hal ini tersurat jelas dari ke­pribadian Pak aji yang low pro­file. akan tetapi, patut kiranya mengacungi jempol trackrecord dari Drs, sudarmaji, M.Pd., ini. selain pernah menjabat sekreta­ris jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, di tahun 2006 Pak aji di­tugasi rektorat untuk mengepa­lai divisi Kerja sama Kantor In­ternasional, sekaligus menjabat staf ahli Humas Protokol unY. alhasil, dalam dua kali periode BEM FBs pernah diboyongnya ke Monas university australia dan Thailand untuk studi banding.

Tugas Wakil Dekan II berkait­an dengan administrasi keuang­an dan sarana prasarana kam­

Pembangunan fisik meningkat cukup.

Page 3: Suara Ungu November 2011

3suara ungu novemBer 2011

pus. sudarmaji, mengaku belum begitu banyak pengalaman ten­tang ini. akan tetapi atas amanat yang telah dititipkan kepadanya, sudarmaji akan mengemban tu­gas dengan optimal. “Memang penglaman saya lebih banyak di bidang kerjasama. untuk itu ba­nyak yang bilang, saya pantasnya di Wakil Dekan III. Tapi ya itu, ta­di kita jalani saja. Toh semua Wa­kil Dekan itukan juga harus si­nergis,” tuturnya santai.

“Mungkin saya juga akan le­bih banyak melanjutkan pemba­ngunan dan pemenuhan fasilitas yang telah dimulai dari Bu PD II dulu. Menurut saya, kinerja Wa­kil Dekan II kemarin itu sudah sa­ngat bagus, akan tetapi memang belum semuanya selesai. nah se­lanjutnya itu akan menjadi tugas saya,” tambah sudarmaji.

Wakil Dekan iiiBerikutnya adalah Dr. Kun set­

yaning astuti, M.Pd., dosen yang aktif mengajar di jurusan Pendi­dikan seni Musik FBs dan per­

nah menjadi pengajar di Prog­ram Pascasarjana unY ini diama­nati mengampu Wakil Dekan III. Bu Kun begitu sapaan setiap ha­rinya, memiliki naluri keibuan yang kuat. untuk itulah sifat ke­ramahtamahannya membuat Bu Kun akrab dengan mahasiswa.

Wakil Dekan III, lebih fokus pada pembinaan kemahasiswa­an baik akademik maupun non akdemik. Menggantikan Herwin Yogo Wicaksono, M.Pd., yang di­kenal dengan bapaknya mahasis­wa FBs, Kun setianing astuti si­ap untuk menjadi Ibunya Maha­siswa FBs.

sebagai dosen seni Musik, Kun punya gagasan menarik tentang FBs nantinya, khususnya dalam bidang seni. “ruhnya FBs itukan pada seni, ini yang kemudian membedakan kita dari fakultas­fakultas lain, Hubungan seni, ba­hasa, dan sastra sangat erat ka­itannya. seni menjadi materi da­lam bahasa maupun sastra se­dangkan seni membutuhkan ba­hasa untuk menyampaikannya,”

terang Kun styaning astuti.Penglamannya memberdaya­

kan mahasiswa tidak diragukan lagi, Kun sering membawa ma­hasiswa­mahasiswa musik ke ne­gara Belanda. selain itu pada ta­hun 2011 Kun stiyaning astuti memperoleh gelar dosen berpres­tasi di unY. “Kita sering ke Belan­da, ikut kompetisi musik di sana. Ternyata, orang­orang sana itu menggemari musik­musik tradi­sional kita,” ujranya.

sementara itu, dalam acara di­alog “ngangkring Bareng Deka­nat”, selasa (6/12), Dekan FBs Prof. Dr. Zamzani menyampai­kan arah pengembangan fakul­tas. sebagai target, ia ingin meng­hidupkan jati diri FBs yang ber­asas kependidikan menuju kam­pus unggul. “Kita memang sudah masuk di kancah internasional, tapi belum terlihat. Harapannya, dengan wakil­wakil dekan yang sudah terpilih inilah yang nan­ti akan membantu saya mengek­sekusi policy agar FBs menjadi kampus unggul,” tegasnya.

Pembangunan fisik meningkat cukup. Pembangunan fisik meningkat cukup. Pembangunan fisik meningkat cukup. Fisik meningkat cukup.

Foto

-Fo

to: d

ok

um

en

hu

ma

s F

Bs

un

Y

Page 4: Suara Ungu November 2011

4 suara ungu novemBer 2011

EVENT

Oleh Nunggal Seralati

saBTu (12/11), FBs unY keda­tangan tamu dari berbagai dae­rah di Indonesia. Bertempat di gedung Kuliah I lantai II, Forum Temu sendratasik menyorot per­hatian dari berbagai kalangan. acara yang difasilitasi oleh FBs unY tersebut kali ini mengun­dang 15 perguruan tinggi negeri eks­IKIP, guru­guru seni budaya dari berbagai daerah, serta do­sen dan mahasiswa. Lima belas Perguruan Tinggi yang dimaksud adalah unY, unJ, uPI Bandung, unEs, unEsa, unIMa Malang, unM Makasar, unP Padang, unI­MED, uM universitas Manado, unILa Lampung, universitas ga­nesha singaraja, universitas ne­geri gorontalo, universitas nege­ri Palangkaraya, dan sTKIP Ban­jarmasin.

Forum ini diadakan dalam rangka saling asah­asih­asuh an­tar­sesama sivitas akademika Ju­rusan/Program studi Pendidikan sendratasik di seluruh wilayah nusantara. selain itu, juga dituju­kan sebagai wadah sharing ilmu

dan tukar pikiran antarsesama pendidik dan calon pendidik se­ni. rangkaian acara dalam event kali ini adalah seminar nasional, workshop tari, pertemuan pim­pinan jurusan/program studi ta­ri, dan pergelaran tari.

semakin tipisnya kepemilikan jati diri pada generasi muda da­lam estafet generasi dewasa me­nimbulkan pemahaman perlu­nya diadakan pendidikan dan pembelajaran dalam pendidikan karakter. seminar nasional de­ngan tema “seni Berbasis Plura­litas Budaya Menuju Pendidikan Karakter” memiliki dua pemaka­lah kunci, yaitu Prof. Dr. suminto a. sayuti dari FBs unY dan Juju Masunah, Ph.D. dari FBs uPI. se­mentara 12 makalah pendam­ping berasal dari dua sivitas aka­demika unJ, satu sivitas akademi­ka unILa, satu sivitas akademi­ka unIMa, dan delapan sivitas akademika FBs unY.

“Forum Temu sendratasik 2011 ini diadakan untuk merumuskan model pembelajaran seni yang berbasis pluralitas budaya untuk mendorong terlaksananya pendi­

dikan karakter yang efektif bagi para siswa dan untuk merumus­kan model pembelajaran seni berbasis pluralitas budaya dalam rangka menghasilkan tenaga­te­naga kependidikan seni yang pro­fesional,” ujar sumaryadi, M.Pd. selaku panitia.

sementara rektor unY Prof. Dr. rochmat Wahab, M.Pd, M.a. menyampaikan harapannya bah­wa kajian atas substansi akade­mik dari seni bisa mengembang­kan seni itu sendiri yang nanti­nya menjadi lahan bahas dan ga­rapan baik sebagai cendekiawan maupun mahasiswa sebagai pe­nimba ilmu. “Jadilah pendidik se­ni, cendekia seni yang dapat ber­kontribusi dalam membangun hi­dup yang penuh kedamaian, ke­nyamanan, dan keindahan,” ajak rochmat Wahab.

rangkaian acara selanjutnya merupakan workshop tari de­ngan penyaji Daryono, M.Hum. Dosen IsI surakarta ini memba­wakan materi yang berkaitan de­ngan tema workshop, yakni “Me­tode Vibrasi, Pernafasan, suara, dan gerak dalam Kepekaan Tu­

Pluralitas demi Pendidikan KarakterFormat pembentukan karakter bangsa harus segera diubah. Kita mampu mengejar ketertinggalan dengan menggalakkan budaya membaca.

Pembangunan fisik meningkat cukup

pembangunan.

dokumen humas FBs unY

Page 5: Suara Ungu November 2011

5suara ungu novemBer 2011

buh”. Lalu para pengurus jurus­an/program studi tari dari berba­gai Perguruan Tinggi melakukan pertemuan di ruang sekretariat PLPg gedung Kuliah I FBs unY. Pertemuan ini diselenggarakan untuk tukar­menukar informasi kelembagaan dari Perguruan Tinggi masing­masing.

serangkaian acara Forum Te­mu sendratasik (seni Drama, Ta­ri dan Musik) ditutup oleh perge­laran tari yang diselenggarakan di stage Tari Tejakusuma FBs unY. Lima tarian disuguhkan ke­pada penonton yang memenuhi gedung pertunjukan. Tarian go­lek ayun­ayun menjadi pembuka pergelaran dengan mahasiswa Pendidikan seni Tari FBs unY sebagai pelaksana, dilanjutkan dengan mahasiswa unEsa yang membawakan tarian arjuna, uni­versitas gorontalo dengan tari­an Dana­dana, tarian ngarong­geng dan musik gamelan peng­iring dari unEs, dan diakhiri de­ngan tari ranasmoro dari unY. animo yang ditunjukkan oleh mahasiswa dan para apresian sa­ngat tinggi mengingat kemeriah­an acara yang disajikan.

Dalam kesempatan ini, Prof. Dr. suminto menegaskan bahwa kampus tanpa seni adalah kebun binatang merupakan bukti bah­wa kebutuhan akan berekspresi dan berkesenian semakin tinggi. Hidup tanpa seni sama saja de­ngan sayur tanpa garam. sayang sekali keberadaan seni di Indo­nesia belum memasuki tahap po­kok. seni masih merupakan sam­pingan, bukan prioritas utama. seni belum menjadi “nasi” bagi sebagian masyarakat. Padahal, tanpa seni dan budaya hidup te­rasa hambar dan Indonesia tidak akan dikenal secara internasio­nal. Jangan cuma jadi orang yang pura­pura peduli pada seni dan budaya. “Mari kita lestarikan wa­risan­warisan asli Indonesia ini agar tetap ada sampai berjuta ge­nerasi yang akan datang!” ajak mantan Dekan FBs ini.

raIHan membanggakan kem­bali diukir FBs unY. aprilia Muktirina, mahasiswa Pendidik­an seni rupa, meraih peringkat terbaik ketiga dalam lomba ilus­trasi perayaan 250 tahun Faber­Castell. Lomba ini mengangkat tema My City, My Responsibility karena Faber­Castell bertujuan mengkampanyekan Go Green dalam perayaannya.

Menurut Iwan gunawan, sa­lah satu juri dari Institut Kese­nian Jakarta, penentuan pemenang didasarkan atas ide kreatif yang sejalan dengan tema yang fokus menyatu dalam gambar. Tek­nik dan gambar yang bagus juga dipilih seba­gai penentuan pe­menang.

aprilia meng­angkat konsep kepedulian ling­kungan yang pa­

ling sederhana, yakni membu­ang sampah pada tempatnya. Ide ini ia tuangkan dalam gores­an warna­warni yang berani dan harmonis. “ada Pak Dalang yang memainkan berbentuk tempat sampah dan orang, ke­mudian ada sungai­sungai yang bersih mengalir,” ungkap april mengenai gambarnya yang me­menangkan lomba.

aprilia mengaku tak pernah membayangkan dapat menyi­

sihkan 470 peserta lain yang berasal dari lima ko­ta di Indonesia, yakni Ja­karta, Yogyakarta, Ban­dung, surabaya, dan Bali.

atas prestasinya, mahasis­wa asal Bantul yang juga

aktif dalam kegiatan mu­sik ini berhak atas

hadiah lima juta rupiah serta satu

paket produk dari Faber­Cas­tell. Diyan

MEnJaWaB kebutuhan maha­siswa dan alumni akan informa­si beasiswa untuk melanjutkan studi s2/s3 baik di dalam mau­pun luar negeri, FBs unY me­nyelenggarakan seminar berta­juk “studi Lanjut dengan Beasis­wa”, selasa (8/11) di ruang se­minar gedung Kuliah I lantai 2. sebanyak 91 mahasiswa dan alumni mengikuti seminar yang dikoordinasi subag Kemahasis­waan dan alumni FBs ini.

Dalam seminar ini, dipapar­kan hal­hal terkait studi lanjut dengan beasiswa, mulai dari su­ka­duka studi di dalam dan lu­ar negeri, jenis beasiswa, syarat melamar beasiswa ke luar nege­

ri, dan kiat­kiat mendapatkan beasiswa. Jenis beasiswa yang sering ditawarkan adalah Bea­siswa Penuh, Beasiswa Teach­ing assistanceship, Beasiswa re­search assistanceship, dan Bea­siswa proyek PhD.

Dalam sambutannya, Wakil Dekan III FBs Herwin Yogo Wi­caksono, M.Pd. berharap prog­ram ini dapat dilanjutkan Wa­kil Dekan III yang baru. Kemu­dian ia berpesan, “Mahasiswa yang masih kuliah dapat mem­persiapkan diri sejak sekarang apabila ingin beasiswa s2 ka­rena ada syarat­syarat tertentu yang harus dipenuhi, misalnya skor TOEFL.” Virga

aprilia muktirina Juarai lomba ilustrasi 250 tahun faber-castell

studi lanjut dengan Beasiswa

Foto

: do

ku

me

n h

um

as

FB

s u

nY

Page 6: Suara Ungu November 2011

6 suara ungu novemBer 2011

EVENT

Oleh Fitri Ananda dan Diyan F Zahro

BErTEPaTan dengan peringatan Hari Pahlawan (10/11), Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBs unY menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Pengajaran Bahasa asing dan Pendidikan Ka­rakter” yang bertempat di ruang seminar PLa FBs. Tercatat 210 peserta yang hadir tidak hanya berasal dari DIY­Jateng, melain­kan juga dari Padang, Malang, Medan, dan Manado.

Dalam sambutannya, rektor unY, Prof. Dr. rochmat Wachab, M.Pd., M.a, menyatakan dukung­annya terhadap penyelenggara­an seminar ini karena pendidik­an karakter kini memang menja­di isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pem­bentukan akhlak anak bangsa. Lebih lanjut ia berharap pendi­dikan karakter ini pun mampu menjadi pondasi utama dalam

Pengajaran Bahasa asing dan Pendidikan Karakter

meningkatkan derajat dan marta­bat bangsa Indonesia. Kemudian pembukaan seminar ini resmi di­tandai dengan gema gong yang dibunyikan oleh rektor unY.

selepas pembukaan para hadi­rin dijamu dengan teaterikal pu­isi yang berjudul “Tangisan Bu­mi”, persembahan Teater Benua Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman 2006 berkolaborasi de­ngan Eurythmic Waldorf­schule.

seminar ini menghadirkan Prof. Dr. Putu Wijana (Dosen Fa­kultas Ilmu Budaya universitas gadjah Mada), Dr. Manneke Budi­man (Dosen Fakultas Ilmu Buda­ya universitas Indonesia), Prof. Dr. Chaedar alwasilah (Dosen Fa­kultas Bahasa dan seni universi­tas Pendidikan Indonesia) seba­gai pembicara utama.

Dr. Manneke mengupas lebih jauh tentang hubungan antara sastra dan budi pekerti. “sejarah mahakarya­mahakarya monu­mental dunia dari masa ke masa menunjukkan bahwa karya­kar­ya yang dinilai tinggi mutunya justru adalah karya­karya yang menghentak martabat dan kema­nusiaan kita, yang memaksa kita untuk berpikir kembali tentang segala hal yang sudah diterima secara umum sebagai ‘normal’, ‘baik’, dan ‘tinggi’,” ungkap Man­neke dalam makalahnya.

sedangkan Prof. Dr. Putu Wi­jana menjelaskan bahwa orang pandai yang tidak berkarakter baik jauh lebih berbahaya dari­pada orang bodoh. “Pendidikan berkarakter bertugas memben­tuk orang pinter yang tidak min­teri,” tegasnya. Masih dari Putu Wijana, “Dalam hubungan ini gu­ru bahasa atau calon guru baha­sa, serta orang yang mempembe­lajari (pembelajar) bahasa (dae­rah, Indonesia, dan asing) memi­liki kontribusi yang sangat besar dalam pembentukan sumber da­ya manusia berkarakter.”

Hal ini makin lengkap dengan pemaparan Prof. Dr. Chaedar al­wasilah. “gerakan pendidikan karakter digelar untuk memba­ngun kembali peran guru seba­gai pendidik, instruktur, dan suri tauladan moral,” ujarnya. Lebih jauh ia menegaskan bahwa pen­didikan moral menghendaki ge­rakan kolektif dari sekolah atau kampus sebagai “komunitas mo­ral” yang secara sistemik gawe bareng dengan masyarakat, kelu­arga, serta lembaga­lembaga ke­agamaan.

seminar yang diketuai Dra. retno Endah sM, M.Pd. ini juga menyajikan 24 makalah pendam­ping dari tiga bidang bahasa yak­ni linguistik, sastra, dan peng­ajaran. Meski sempat terganggu dengan adanya pemadaman lis­trik, namun para peserta tetap antusias hingga seminar ber­akhir pada pukul 16.00 WIB.

Format pembentukan karakter bangsa harus segera diubah. Kita mampu mengejar dengan menggalakkan budaya membaca.

Pembangunan fisik meningkat cukup signifikan, seperti pagar di Jurusan Seni musik (foto atas).

do

ku

me

n h

um

as

FB

s u

nY

Page 7: Suara Ungu November 2011

7suara ungu novemBer 2011

AgendA

PEnDOPO Tejokusumo tampak indah. seperangkat gamelan, ke­lir, dan puluhan wayang ditata rapi. Pukul 19.00 WIB para tamu undangan, mahasiswa, dan war­ga mulai datang untuk menyak­sikan pagelaran wayang sebagai puncak acara akhir Kepengurus­an Hima PBD 2011.

Malam itu (24/11) rendra Hen­dra Jaya suryon, Mahasiswa PBD 2008, sebagai dalang akan mem­bawakan cerita “Brajadherta Mbalela”. acara akhir Kepeng­urusan Hima PBD ini dimulai se­jak 21 november 2011 dengan berbagai macam acara, yaitu lom­ba voli antar mahasiswa PBD, lomba cerkak­geguritan, pasar rakyat yang bertempat di depan gedung Kuliah I, dan seminar Memories of­ Ranggawarsita.

Ketua Panitia sekaligus Ketua Hima PBD 2011, Juang Jatmiko, menyatakan pentas akhir ini ber­tema Para Taruna Makarya, Pa­ra Werdha Rumeksa Manunggal Memetri Budaya Jawa. Menurut­nya, selain sebagai penutupan ke­pengurusan Hima PBD, acara ini bertujuan untuk mendorong ka­um muda turut serta nguri­uri ka­budayan Jawa. Malam itu juga, di­umumkan para juara lomba cer­kak­geguritan. Fitri

Puncak acara akhir Kepengurusan hima PBD 2011

Guest Lecture dari malaysia (Prodi bahasa dan Sastra Ing-gris), 31 Oktober­4 November 2011, Ruang Seminar PLA lan­tai 3 Sosialisasi Pemilihan Kajur/Sekjur/Wakil Dekan/Se-nat Fakultas, 7 dan 8 Novem­ber 2011, Ruang Sidang PLA lantai 2 Seminar beasiswa S2/S3, 8 November 2011, Ge­dung Kuliah I lantai 2 Yudisi-um, 9 November 2011, Ruang

Seminar PLA lantai 3 Semi-nar Nasional bahasa Asing dan Pendidikan Karakter (P.b. Jerman), 10 November 2011, Ruang Seminar PLA lantai 3 Pisah Sambut Karyawan FbS, 11­13 November 2011, Bali Forum Temu Sendratasik se-Indonesia, 12 November 2011 Seminar Nasional Tiga Hi-ma, 13 November 2011 PL-PG, 16­23 November 2011

Seminar Nasional Pendidikan Seni musik: Paradigma Pendi-dikan Seni musik dalam mem-bangun Karakter bangsa, 19 November 2011, FE Seminar Nasional “memories of rang-gawarsita”, 19 November 2011, Ruang Seminar PLA lan­tai 3 Seminar Penelitian: “Penelitian budaya: Sinergi antara Dunia Akademik dan Kultural masyarakat”, 19 No­

vember 2011, Ruang Semi­nar PLA lantai 3 Pemilihan Kajur/Sekjur, 22 November 2011 Pemilihan Wakil De-kan, 23 November 2011 Pe-milihan Senat Fakultas, 24 November 2011 Pisah Sam-but Karyawan FbS, 26 Novem­ber 2011, Pacitan Perpisah-an Wakil Dekan, 30 Novem­ber 2011, Rumah Makan Mua­ra Kapuas I.

TIga Hima Bahasa asing FBs unY yang terdiri atas BDs (Hima Jerman), EDsa (Hima Inggris), dan Hiper (Hima Perancis) pa­da Minggu (13/11) sukses me­nyelenggarakan seminar nasio­nal bertema “Get Scholarship f­or Developing Our Quality to Compete in Globalization.” semi­nar untuk meningkatkan kuali­tas pendidikan dengan berseko­lah di luar negeri melalui jalur beasiswa ini mendapat sambut­an meriah dari peserta.

Ketua Pelaksana seminar, Wisnu aji Permana (PB Inggris 2009), mengatakan bahwa semi­nar ini sengaja membahas bea­siswa dengan tujuan Eropa ka­rena banyak mahasiswa Indone­sia yang berminat sekolah di sa­na. selain itu, kesempatan me­neliti di Eropa sangat besar.

seminar ini menghadirkan pembicara Dr. Widyastuti Pur­bani, M.a. selaku Kepala Kan­tor Internasional unY, Marlene Klässner dari pihak DaaD Jer­man, dan Xavier richard Direk­tur Lembaga Indonesia Peran­cis cabang Yogyakarta.

Pada dasarnya, seminar ini membahas perlunya mengeta­hui macam­macam beasiswa de­ngan kualifikasi masing-ma-sing, serta bagaimana langkah untuk bisa mendapatkan bea­siswa secara tepat dan sesuai bidang yang dikehendaki. sela­in itu, beberapa aspek lain juga turut disinggung, seperti apa sa­ja yang perlu dipersiapkan dan dari mana dapat diperoleh bea­siswa, serta seberapa besar pe­ran beasiswa dalam mengha­dapi globalisasi. Fitri

aliansi tiga hima selenggarakan seminar nasional Beasiswa

do

ku

me

n h

um

as

FB

s u

nY

Page 8: Suara Ungu November 2011

8 suara ungu novemBer 2011

EVENT

LintAs

memories of ronggowarsitoHima Pendidikan Bahasa Daerah UNY menghelat seminar nasional bertajuk Memories of Ronggowar­sito di Gedung Kuliah I lantai dua FBS (19/11), dengan pembicara Dr. Suwardi, M.Hum dari UNY, Drs. Adi­pitoyo, M.Si dari Universitas Nege­ri Semarang, dan Drs. Imam Sutar­di, M.Hum dari Universitas Sebelas Maret. Seminar ini mengupas selu­ruh perjalanan pujangga keraton Ranggawarsito sebagai seorang panteisme (penganut Islam dengan jiwa Kejawen yang kental). Dalam buku­buku yang ditulisnya serta ramalan­ramalan yang ia dibuat, Ronggowarsito sengaja mengemas­nya sebagai politik Jangkrik, yakni politik agar masyarakat sabar un­tuk menghadapi kemelut bangsa In­donesia pada zaman itu. Tica

seminar Penelitian BudayaLingkar Ilmiah Mahasiswa Langu­ages and Arts FBS UNY mengada­kan seminar penelitian bertema “Penelitian Budaya: Sinergi antara Dunia Akademik dan Kultural Ma­syarakat” di Gedung Pelayanan Akademik FBS UNY (19/11). Sebagai pembicara, panitia menghadirkan Hajar Pamadhi, M.A, dosen FBS se­kaligus Ketua Jaringan Penelitian DIY, dan GBPH Yudhaningrat, M.M, Kepala Dinas Kebudayaan DIY. Me­nurut ketua panitia, Rasman, semi­nar ini bertujuan untuk menjadikan penelitian sebagai format gerakan mahasiswa, umum, dan akademisi dalam mengenal keragaman buda­ya nusantara dan dalam memperta­hankan keragaman dan nilai buda­ya negeri yang semakin hari se­makin terlupakan. Febi

Oleh Fitri Ananda

nILaI­nILaI kearifan lokal me­niscayakan fungsi yang strate­gis bagi pembentukan karakter dan identitas yang pada giliran­nya akan memunculkan sikap budaya yang mandiri, penuh inisiatif, dan kreatif. Pengem­bangan kearifan­kearifan lokal memiliki arti penting bagi ber­kembangnya suatu masyarakat. Demikian yang diungkapkan Prof. suminto a. sayuti, guru Besar FBs unY, dalam seminar nasional bertema Revitalisasi Nilai­nilai Budaya Lokal dalam Konteks Pendidikan yang digelar di auditorium unY (25/11).

Pendidikan secara keseluruh­an, menurutnya, dimaknai seba­gai proses pembudayaan dan bukan proses pembuayaan dan penjinakan sosial budaya. Pen­dekatan multikultural bisa men­jadi solusi. selain itu, suminto memberikan dua pilihan dalam proses pendidikan: kita belajar melalui budaya atau belajar de­ngan budaya. selain Prof. su­minto a. suyuti, pembicara lain seperti Ben senang galus dari

Dinas Pendidikan dan Olahraga DIY serta pengamat pendidikan Darmaningtyas tampak hadir sebagai pembicara.

seminar nasional yang diada­kan BEM FBs kali ini lain dari biasanya. Panitia yang bertugas dalam acara itu mengenakan baju tradisional Jawa. selain itu panitia juga memberikan dua pilihan je­nis se­rtifikat untuk di-bawa pulang peserta. Bagi yang mengikuti seminar secara pe­nuh be­rhak me­ndapat se­rtifikat nasional, sedangkan peserta yang hanya mengikuti stadium general hanya mendapat serti­fikat stadium ge­ne­ral.

Dua pilihan ini untuk meng­antisipasi bila target yang diren­canakan tidak tercapai. Ketua Panitia, suranti Tri astuti, PBI 2010, menyatakan “Kami senga­ja memberikan dua pilihan itu untuk mengantisipasi jika peser­ta kurang dari target, tapi peser­ta justru membludak.” Ditanya soal latar belakang, suranti me­ngatakan bahwa acara ini ber­angkat dari keresahan tentang budaya lokal yang kian tergeser dari proses pendidikan.

Pentingnya Kearifan lokal dalam masyarakatFormat pembentukan karakter bangsa harus segera diubah. Kita mampu mengejar.

Foto

-Fo

to: d

ok

um

en

hu

ma

s F

Bs

un

Y

Page 9: Suara Ungu November 2011

9suara ungu novemBer 2011

seLAmAt

Atas Dilantiknya Jajaran Pimpinan DekanatFakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Periode 2011-2015

Page 10: Suara Ungu November 2011

10 suara ungu novemBer 2011

KABAR PLA

Oleh Virga Renitasari

BErTEPaTan dengan hari ter­akhir masa jabatan Wakil Dekan I, II, dan III, keluarga besar (kar­yawan) Fakultas Bahasa dan se­ni unY mengadakan acara perpi­sahan pada rabu siang (30/11) di rumah Makan Muara Kapuas I. acara ini digelar sebagai ungkap­an terima kasih FBs pada para wakil dekan atas bimbingan se­lama empat tahun.

Dekan FBs Prof. Dr. Zamzani yang turut hadir mengaku terha­ru dengan adanya acara kekelu­argaan ini. “Ketika tadi saya di­beritahu akan ada acara seperti ini, saya langsung terenyuh. Mes­

Perpisahan Wakil Dekan

ki kemarin sudah ada acara fa­kultas di Bali dan Pacitan dalam rangka mempererat tali silatur­rahmi, ternyata hari ini ditunjuk­kan bukan hanya dalam perkata­an saja namun juga perbuatan,” ujar Zamzani. Ia juga menghar­gai komitmen keluarga FBs sela­ma sekian tahun bersama hing­ga terbangun rasa saling mencin­tai, rasa yang tidak dapat diung­kapkan dengan kata­kata. Harap­annya, komitmen itu tetap dipe­gang teguh dalam membangun lembaga bersama­sama.

Dalam sambutannya, suhaini M saleh, M.a., (Wakil Dekan I) mengungkapkan kesan baiknya selama berada di (dekanat) FBs.

“Demikian indahnya di FBs sam­pai­sampai tidak pernah merasa lelah walaupun pagi­pagi sudah sampai di kampus dan bekerja hingga sore,” kenangnya. Melan­jutkan apa yang sampaikan su­haini, Wakil Dekan II sri Harti Widyastuti, M.Hum., juga mera­sakan hal serupa dan hubungan yang sangat dekat dengan rekan­rekan di FBs. Ia merasa waktu­nya sebagian besar dihabiskan di fakultas. “FBs sudah saya anggap sebagai keluarga kedua,” ungkap­nya. Herwin Yogo Wicaksono, M.Pd. (Wakil Dekan III) lantas berharap, “Mudah­mudahan ini adalah langkah yang baik.” Wa­lau sudah tidak menjabat Wakil Dekan III ia tetap berjanji, “Bila keadaan memerlukan saya di ba­lik layar, saya akan bantu kapan pun,” lanjutnya.

sementara itu, Kepala Bagian Tata usaha FBs unY Yudi suta­ma, M.Pd., mewakili rekan­rekan karyawan menyampaikan rasa terima kasih kepada para wakil dekan atas bimbingan, petunjuk, dan contoh baik yang akan dilak­sanakan terus dalam mengem­ban tugas sehari­hari. “untuk itu, kami tetap mohon arahan dalam menjalankan tugas sehari­hari dan mohon agar persaudaraaan ini tetap terjaga dengan baik,” pungkasnya.

Format pembentukan karakter bangsa harus segera diubah. Kita mampu mengejar.

Pembangunan fisik meningkat cukup signifikan, seperti pagar di Jurusan Seni musik (foto atas).

sEBanYaK 76 peserta yang ter­diri dari para guru mata pela­jaran bahasa Indonesia, baha­sa Inggris, bahasa Jawa dan se­ni budaya selama 9 hari (15­22 dan 24 november 2011) meng­ikuti Pendidikan dan Latihan Profesi guru (PLPg) Kemente­

rian agama rayon 11 unY de­ngan penyelenggara Fakultas Bahasa dan seni.

Para peserta mendapatkan beberapa workshop, di antara­nya pelatihan tindakan kelas, penulisan karya ilmiah, latihan mengajar, dan dilanjutkan de­

ngan postes. Harapannya, pe­serta mampu mengaplikasikan materi workshop dalam kehi­dupan sehari­hari. adapun ma­teri yang diperoleh para guru adalah bagaimana meningkat­kan profesionalisme, bagaima­na menyusun rencana Pelak­sanaan Pembelajaran, serta ba­gaimana membuat media bel­ajar yang menarik. Fitri

PlPg Kementerian agama 2011

do

ku

me

n h

um

as

FB

s u

nY

Page 11: Suara Ungu November 2011

11suara ungu novemBer 2011

tuKirin

FIGUR

Penjaga Parkir fBsBerawal dari “salah jurusan”, rinik justru menemukan potensinya dalam batik. Karyanya menjadi kampiun di Lomba Desain Batik nasional.

tukirin

Lahir: Sleman, 25 Februari 1962 Alamat: Murangan, Triharjo, Sleman, Yogyakarta Istri: Sugiantari Anak: satu putra dan satu putri Hobi: bersepeda.

Oleh Fitri Ananda

berangkat paling awal dan beranjak pulang pa­ling akhir, begitulah ke­sehariannya. Tugasnya

tidak hanya menjaga, namun ju­ga mengawasi keamanan dan ta­ta kelola. Ya, petugas parkir me­rupakan elemen penting di masa yang dipenuhi oleh kendaraan bermotor seperti sekarang. se­mua kalangan baik orang tua, mahasiswa, dan remaja beramai­ramai ikut andil dalam penggu­naan kendaraan bermotor, entah itu sepeda motor atau mobil.

Di dalam kampus, peran petu­gas parkir memang sangat dibu­tuhkan. Jika tidak ada mereka, lantas siapa yang akan membuat dosen dan mahasiswa merasa te­nang untuk meninggalkan ken­daraannya di saat kuliah. Wajah penjaga parkir pun tentu sangat familiar di kalangan mahasiswa

pengendara motor karena mere­kalah yang setiap pagi menyam­but di gerbang kampus.

siapa tak kenal dengan bapak yang satu ini? Wajahnya ramah dan penuh senyum. Tukirin, be­gitulah sapaan akrabnya. Petu­gas Parkir yang sudah 10 tahun berpengalaman dengan tata ke­lola Parkir. “Kalau dulu memang berbeda, jumlahnya belum seba­nyak ini dan mahasiswanya ju­ga lebih mudah diatur,” jawab ba­pak yang putrinya kuliah di FIP

unY ini, ketika ditanya tentang suka­duka menghadapi ulah ma­hasiswa. Dia juga bercerita, seka­rang ada saja mahasiswa yang se­ngaja meninggalkan motornya hingga larut melebihi jam kerja­nya yang sampai pukul 17.30 WIB. Kalau sudah begitu, otoma­tis petugas parkir harus ngalahi sampai mahasiswa bersangkut­an mengambil sendiri.

Bapak yang pernah menyabet gelar karyawan berprestasi ini kadang juga kewalahan mengha­dapi ulah mahasiswa yang par­kir, “selalu saja ada yang tidak ra­pi, parkirnya sembarangan, kun­cinya ketinggalan, makanya ka­mi petugas parkir yang jumlah­nya dua di setiap tempat parkir harus sering­sering keliling dan menata dengan baik.” namun, se­berapa pun lelahnya, Pak Tuki­rin tetap semangat dan banyak tersenyum. Hal itulah yang mem­buatnya tetap bahagia.

Bapak dua putra ini berharap, semoga saja ke depannya tempat parkir dilengkapi dengan pos ja­ga yang permanen supaya petu­gas lebih mudah mengawasi, dan nantinya petugas bisa memerik­sa sTnK para pengendara motor terutama mahasiswa agar dapat mengantisipasi hal­hal yang ti­dak dinginkan.

Yang terpenting bagi Pak Tu­kirin, dia bisa melakukan tugas sebaik­baiknya. sebab baginya, apa pun pekerjaan yang diberi­kan, dia bisa menjadi orang yang pantas dipercaya dan membuat sekitarnya merasa aman dan te­nang. sederhana, tapi bermakna. seperti menjaga parkir yang jika dilihat memang sepele, namun nyatanya tugas tersebut bukan sekadar menjaga. d

ok

um

en

hu

ma

s F

Bs

un

Y

Page 12: Suara Ungu November 2011

12 suara ungu novemBer 2011

APRESIASI

sastra anak masih Dianggap remeh?

Oleh Anandayu Suri Ardini

tanpa bahasa, bisa jadi tak akan ada yang namanya warisan budaya. Budaya mampu mengatur pribadi

yang berlainan ke dalam kelompok, sehingga kepercayaan, nilai, perilaku, dan aktivitas yang diyakini membawa

kebaikan akan terbangun.

Sastra anak oleh beberapa kalangan, terutama di In­donesia, masih dianggap hal yang remeh­temeh.

Toh hanya anak­anak yang mem­bacanya, tak perlu terlalu rumit mengurusinya. Mungkin Demi­kian pemikiran beberapa pihak. Tapi, seiring berjalannya waktu, sastra anak makin banyak dite­kuni baik dalam hal penciptaan maupun kritik. sastra anak bu­kan sekadar bacaan untuk anak­anak. sastra anak juga menyedia­kan banyak hal seperti yang ter­dapat dalam sastra untuk orang dewasa: pendidikan, hiburan, ke­puasan, pelajaran tentang hidup, dan pengetahuan dunia.

Di beberapa negara seperti Kanada, australia, dan negara­negara Eropa, sastra anak telah menjadi program studi yang ditawarkan univer­sitas secara indepen­den, bahkan sampai pada jenjang Doktor. namun di Indonesia program sastra anak masih sangat jarang ditawarkan, bahkan oleh kampus yang bo­nafit se­kalipun. Me­s-ki demikian, Indone­sia memiliki Murti Bunanta, yang merupakan pakar dan penulis cerita rakyat untuk anak­anak di Indonesia. Bebera­pa bukunya bahkan telah dipub­likasikan di negari Paman sam, amerika serikat.

Ke­ndati te­lah me­miliki figur se­-perti Bunanta, Indonesia masih sangat perlu meningkatkan kepe­dulian dalam penciptaan dan kritik sastra anak karena kedua hal itu akan sangat berperan da­lam mendorong perkembangan­nya. Contohnya, penulis­penulis

sastra anak kontemporer seperti JK rowling, David Wiesner atau Judy Blume­ me­nawarkan fitur-fi-tur baru dalam karya­karyanya. Mereka tak hanya mengajarkan anak­anak untuk secara mentah menelan pesan moral dalam ba­caan. Mereka seolah menantang pembaca untuk memahami lebih dari yang biasa diketahui. Karya­karya baru mereka membebas­kan dan tidak mengikat atau bah­kan mendikte. Dalam bacaan kar­

ya penulis­penulis tersebut, ter­dapat satu hal yang tak lazim da­lam mayoritas sastra anak Indo­nesia: distorsi.

Kita sebut saja rowling. Penu­lis asal Inggris ini terkenal mela­lui karya besarnya berjudul Har­ry Potter yang terdiri dari tujuh seri. akan tetapi, rupanya tak ba­nyak yang tahu bahwa rowling ternyata juga mempublikasikan buku kumpulan cerita anak­anak yang merupakan pecahan dari Harry Potter, berjudul The

Tales of­ Beedle the Bard atau da­lam bahasa Indonesia disebut Ki­sah­Kisah Beedle si Juru Cerita.

Dalam Kisah­kisah Beedle si Juru Cerita, rowling mendekon­struksi beberapa pencitraan do­ngeng konvensional. Dongeng atau f­olktales kebanyakan iden­tik dengan citra putri raja yang cantik dan lemah, pangeran yang gagah berani, serta atmosfer ce­rita yang optimistis dan menye­nangkan. namun, rowling mele­paskan diri dari itu dengan men­ciptakan tokoh­tokoh perempu­an yang independen dan berpe­ngaruh, tokoh­tokoh laki­laki yang tidak lagi dominan bahkan cenderung jahat, dan memuncul­kan atmosfer gelap dan suram di beberapa ceritanya.

Kisah­kisah Beedle si Juru Cerita terdiri dari lima cerita pen­dek. salah satunya cu­kup “ekstrem” untuk sebuah bacaan anak­anak. Dalam Penyihir Berhati Berbulu, row­ling mengekspos be­berapa kejadian tra­gis yang dialami dan dilakukan penyihir lelaki yang menjadi tokoh utama, semisal bunuh diri, mutilasi,

dan pembunuhan berdarah. Ce­rita digambarkan kelam dan tan­pa kesan bahagia. Tapi, ada pu­la Babbitty Rabbitty dan Tung­gul Terbahak yang sarat komedi namun di saat bersamaan juga menonjolkan kecerdikan Babbit­ty sebagai seorang perempuan yang mampu bersikap lebih bi­jaksana daripada sang raja.

rowling telah membalikkan oposisi yang biasanya kental pa­da dongeng konvensional. Baik dan buruk tak melulu bersebe­

Page 13: Suara Ungu November 2011

13suara ungu novemBer 2011

kirimkan esai anda tentang bahasa, sastra, dan seni ke [email protected] berikut foto dan identitas diri.

rangan dengan jelas, begitu pula lelaki dan perempuan, feminin dan maskulin. Dia ingin menun­jukkan selalu ada batas cair an­tara kedua kutub yang berlawan­an, dan batas itu terbuka untuk berbagai kemungkinan.

Tak jauh beda dengan rowling, Weisner juga mendekonstruksi cerita anak klasik berjudul Three Little Pigs menjadi judul baru, The Three Pigs. Dalam cerita ber­gambar karyanya, Weisner tidak menjadikan sang serigala seba­gai tokoh yang berjaya. Dia jus­tru menggambarkan ketiga babi kecil mampu melarikan diri de­ngan mencurangi si serigala. Me­reka digambarkan melakukan perjalanan antar cerita demi me­nemukan akhir yang tepat untuk cerita mereka sendiri. Dengan ilustrasi menawan, Weisner me­lukiskan akhir cerita lewat ade­gan tiga babi minum coklat pa­nas bersama seekor naga dari ce­rita heroik lain, pada suatu sore di ruang makan rumah babi keti­ga yang terbuat dari batu.

Lantas apa implikasinya jika rowling dan Weisner mendekon­struksi aspek­aspek dalam cerita anak? apakah hanya angin lalu? Tentu saja tidak. Pembalikan­pembalikan semacam itu tidak hanya diciptakan untuk dibaca, lalu sudah. Banyak hal bisa kita pelajari dari membaca teks kon­temporer yang kental unsur pos­modernisme itu. Bahwa segala hal dalam hidup bisa dilihat me­lalui berbagai kemungkinan.

Pembaca akan tertantang un­tuk mengesampingkan pemikir­an sempitnya sejenak, untuk ke­mudian dapat berpikir lebih ter­buka. Contoh kecilnya telah di­sampaikan melalui perlawanan tiga ekor babi kecil yang dalam versi konvensional digambarkan tak berdaya. Mereka diberikan celah untuk memilih sendiri hi­dupnya, bukan sekadar berakhir dalam perut sang serigala yang lapar tanpa mempunyai pilihan apa pun.

Begitulah kira­kira cara kita, orang dewasa, memahami kedua contoh teks di atas. namun, bu­kankah kedua buku cerita terse­but sejatinya tidak diciptakan un­tuk orang dewasa? anak­anak­lah pembaca utamanya. Mere­ka yang akan paling banyak me­ngonsumsi cerita­cerita seperti Kisah­kisah Beedle si Juru Cerita dan The Three Pigs. Padahal, anak­anak sama sekali bukan

orang dewasa dengan tubuh ke­cil. Mereka memiliki sifat alami dan pemikiran berbeda. Telah menjadi nature bagi anak­anak untuk dengan mudah menerima segala yang dibaca dari teks. Da­lam benak mereka masih tebagi jelas antara hitam dan putih. Dis­torsi bukanlah hal ringan untuk dimengerti, bahkan jika pemba­likan tersebut terdapat dalam teks yang mereka konsumsi se­hari­hari.

Inilah tugas orang dewasa un­tuk membimbing pembaca anak­anak sehingga mereka mampu menjadi pembaca yang memiliki pengetahuan dan pemikiran kri­tis. sekali lagi, anak­anak memi­liki sifat alami dan pemikiran mereka sendiri, maka yang me­reka butuhkan bukanlah aturan dan larangan, melainkan pen­dampingan dan bimbingan.

rowling dan Weisner memang bukan penulis asli Indonesia, na­mun tidak bisa dipungkiri bah­wa karya mereka telah terbit dan beredar di Indonesia. Karya mereka adalah fenomena yang patut untuk diteliti dan dikritisi. Jadi kurang tepat dan kurang etis rasanya jika dikatakan

bahwa sastra anak merupakan hal remeh­temeh, karena karya rowling dan Weisner sangat ja­uh dari predikat trivial. Jadi, apa­kah para penulis sastra anak In­donesia merasa tertantang de­ngan munculnya fitur-fitur baru tersebut? Beberapa pilihan da­pat diambil untuk menyikapi fe­nomena ini: mengkritisi, menja­di pembaca pasif, atau mencipta­kan fitur kita se­ndiri. Se­mua da-pat dipertimbangkan, asalkan un­tuk satu tujuan: demi kemajuan sastra anak Indonesia.

anandayu suri ardini, mahasiswa Bahasa dan sastra inggris unY.

lionerWinks.BlogsPot.com

Page 14: Suara Ungu November 2011

14 suara ungu novemBer 2011

SASTRA

Cerpen Eko Triono

sekarang Jam Berapa

Sekarang jam dua belas, dan tak ada hujan turun, dan aku sudah menung­gu di sini sejak jam sem­

bilan pagi. Tapi ia belum datang. Pelayan tua itu kembali, “Ini biar lebih romantis.” Dia membawa­kan lilin putih dengan tatak ke­perakan, menyalakannya, lalu, mengajakku membicarakan ba­nyak hal sambil menanti.

Dia bertanya perihal janji yang demikian lama. Kukatakan, seti­ap janji harus ditepati, kupikir memang demikian, tentu, di sam­ping rasa cinta yang masih meng­gelora dalam batin yang membu­atku harus menunggu. Orang tua itu tertawa, dan giginya yang pe­rak terlihat bagai potongan me­dali, atau, memang sengaja di­perlihatkannya untuk unjuk diri; bahwa dia pemilik kafe yang hi­dup bahagia meski tanpa cinta pertama.

rambutnya sudah putih. Pakai­annya pun ikut letih. “Kalian du­lu memang selalu kemari selepas pulang sekolah, aku ingat itu. Ta­pi, apa kau tidak pernah dengar istilah cinta kera?” Istilah ini membuat emosi. aku diam. Dan, dia malah terus bicara, “Perem­puan mudah berubah perasaan­nya, ia mudah kesepian, dan ter­lebih perempuan egois, mudah mengganti cinta dan membuat ri­buan apologi untuk berkhianat. Tak ada cinta sejati di hati perem­puan yang demikian....”

aku ijin keluar, ingin membu­nuh omongannya yang semakin tak jelas itu. Di luar, pasar yang tertib telah bubar. Tinggal sisa dan jalan raya yang selalu padat oleh kepergian. Dan, kupastikan di sekitar, tak ada tanda­tanda.

aku pun masuk dan kembali du­duk menunggu: berhari­hari, ber­minggu­minggu, berbulan­bu­lan, hingga bertahun­tahun di da­lam kafe ini. Pelayan tua, yang sudah lama mati itu, diganti oleh keturunan­keturunannya; meng­ganti jaga, dan, menggantikan bercakap­cakap menemani kesu­nyianku.

aneka makanan dan mata uang bertukar jenis. Kereta­kere­ta lewat diganti dengan baru. Ken­daraan berganti merek. Jalanan berganti marka. rumah­rumah berganti bentuk dan warna. Tapi ia tetap tak datang menepati jan­ji. Barangkali ia telah lupa, ba­rangkali dulu kuliahnya, kemudi­

an pacar­pacarnya, kemudian su­aminya, kemudian anak­anak­nya, kemudian cucu­cucu, dan ke­sehatannya telah membuat lupa pada janji yang dengan sumpah diucapkannya, tepat di telingaku yang dulu masih peka, tapi kini terganggu dan tak jelas lagi.

“Kami kira, anda harus pulang, Kek....” Cucu almarhum pelayan tua berkata padaku dengan mu­ka berteriak tapi terasa lirih. aku sadar betul, usia melucuti tu­buhku seperti korosi pada besi, namun perasaanku masih semu­da dulu, kataku. Cucu itu, yang juga seorang perempuan, terse­nyum manis, “anda menghabis­kan tahun­tahun terbaik hanya

mik

em

es

se

rli

.Blo

gs

Po

t.c

om

Page 15: Suara Ungu November 2011

15suara ungu novemBer 2011

kirimkan cerpen dan puisi anda ke [email protected] berikut identitas diri.

PUisi

Yen ati Dadi sijisumilir angine ragaKaya ilang Kembang Kecubungsiji saka suwi . .Ora katon byar esuk suryaTangis luh lan udan mendhung

Durung bisa bebarengan karo kawruhe sukma

Yen wengi bakal kena lenaati siji tetep nganti nyawijiDelengen ombake Kusumasembah rasa tanpa ragaJrih sukma kang krasaDadiya siji kanthi pati....

Dawai di ujung Kelabusenja membiru di angkasamenampakkan rasa sendu penuh harapan

teruntuk malam kelammenanti sinar mentari bersanding pelangiberburu terang di saat semua telah terlelapbersandar pada kicauan suara angin malam Di ujung kelabudawai itu tak bersuara merdutak bertuan dan tanpa genggamanmengalir sendiri melodi­melodi sendumengiringi setiap mimpi­mimpi rasa berhargaberharap nyata di pagi yang semu Dawai di ujung kelabu selalu sendumelodi rasa haru terus membirubagai serdadu dalam medan bakutak tahu kapan ini akan berlalubermimpilah seperti kumbang yang mengharapkan madukarena hari­hari ini akan mengharu biru

ryco v amenity, mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa.

untuk menunggu sesuatu yang tak berguna sama sekali? Ini le­lucon paling biadab dari perasa­an, Kek.”

Ia tak tau soal janji. Ia bawa­kan kopi. Tangan dan kepalaku terasa retak dan rentan. aku be­nar­benar sudah renta, dan ba­rangkali maut pun tengah me­nungguku dengan cara yang sa­ma. “Pulang, berbahagialah de­ngan sisa usiamu, Kek. Cinta se­sungguhnya hanyalah antara ki­ta dan diri kita sendiri.”

“Pulang? Di mana rumahku?” “rumah Kakek juga ada dalam

diri Kakek sendiri yang jernih, yang bahagia,” kata perempuan manis itu cerdas sekali. aku ter­pukau dan terpukul sekaligus. “Tidak, terimakasih, aku akan te­tap menunggunya di sini, rumah­ku hanya ada dalam cinta dan kesetiaan padanya!”

gadis manis itu terdiam, mung­kin sebagai perempuan dia mam­pu merasakan penderitaanku. Bumi yang semakin tua ataukah aku yang hampir mati? Tak lagi

bisa kubedakan. Pikiranku ku­sut. Tengah malam aku bangun di bangku kafe yang sudah dela­pan belas kali diganti itu; aku bermimpi ia datang! untuk per­tama kalinya aku bermimpi ten­tang ia. Ia masih muda sekali, manis, hanya tubuhnya yang ma­kin kusut, perutnya membesar, cahaya matanya yang dulu kuat hilang dilucuti seseorang pada usianya yang ke­21, barangkali di suatu kamar, atau di rumah­nya saat sepi. segera kubangun­kan gadis penjaga kafe.

“Ia datang, nak, ia datang!” Dia terkejut. “Ia sudah datang. aku akan pamit pulang, ini, ini bon terakhirku. Terimakasih untuk semuanya,” kataku lagi, dan coba bergegas. “Datang? Mana? Tak ada siapa pun. anda baik­baik sa­ja ‘kan, Kek?” Dengan lembut, de­ngan sentuhan yang seakan per­nah kukenali, didamiknya pun­dakku yang mulai bungkuk, lalu, keningku yang berkerut dan dide­rasi keringat; kemudian, lagi, di­usapnya perlahan­lahan.

“Ya. Datang. Ia telah datang. Ia berubah. Berubah. Ia beda! Dan kau; kau tidak akan bisa me­lihatnya.” gadis itu agaknya tak mengerti apa yang kukatakan, dan bertanya sebabnya tak bisa. Dengan disertai gemetar sisa da­ri cemasnya keyakinan yang co­ba untuk tugur, kukatakan pada­nya, “Kau tidak bisa melihat ke­hadirannya. Tidak. Tidak akan pernah. Karena kau perempuan, kau bukan seorang lelaki yang mencintainya sepenuh hati....”

seketika gadis itu memeluk tu­buhku erat sekali, membuat jiwa ingin mati hari ini, hari Jumat, hari delapanbelas bulan Oktober yang pucat, lembab, dingin dan teramat pasi.

eko triono, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan sastra

indonesia FBs unY.

Page 16: Suara Ungu November 2011

foto-foto isa anggit Prasetya

IMagEsuara ungu

1. Gulasku bukan gulaku. Tetap semangat walau termarjinalkan Cannon EOS 1000D, 1/30 sec, F/7.1, 23 mm, ISO­800

2. Rumahku baru. Yang baru tak kunjung jadi dan yang lama tak juga baru Cannon EOS 1000D, 1/750 sec, f/4.5, 25 mm, ISO­1600

3. It unite. Sebuah momen yang mungkin terlupakan, dan persatuan dalam sebuah perbedaan Cannon EOS 1000D, 1/13 sec, f/4.5, 36 mm, ISO­1600

4. Motorku. Tadi di sini, sekarang? Cannon EOS 1000D, 1/250 sec, f/5.6, 51 mm, ISO­1600

Isa Anggit Prasetya, mahasiswa Seni rupa FbS UNY angkatan 2005.