Top Banner
55

Stuktur Gedung Bertingkat II

Dec 12, 2015

Download

Documents

struktur
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Stuktur Gedung Bertingkat II
Page 2: Stuktur Gedung Bertingkat II

TARA CARA PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG Prosedur dan ketentuan umum

perancangan bangunan gedung merujuk pada SNI 03-1726-2002. untuk gempa

Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung - 1983

Page 3: Stuktur Gedung Bertingkat II

GEMPA RENCANA DAN KATAGORI GEDUNG

Gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 persen selama umur gedung 50 tahun.

Pengaruh gempa rencana harus dikalikan faktor keutamaan gedung ( diatur pada SNI 03-1726-2002. pasal 4.1.2)

Page 4: Stuktur Gedung Bertingkat II

STRUKTUR GEDUNG BERATURAN DAN TIDAK BERATURAN Struktur gedung beraturan harus memenuhi

ketentuan (SNI 03-1726-2002. pasal 4.2.1), dapat ditinjau sebagai pengaruh gempa ekivalen, sehingga dapat menggunakan analisis statik ekivalen.

Struktur gedung tdk beraturan, yang tidak memenuhi syarat SNI 03-1726-2002. pasal 4.2.1) , pengaruh gempa harus menggunakan pembebanan gempa dinamis. Sehingga menggunakan analisis respon dinamis

Page 5: Stuktur Gedung Bertingkat II

DAKTILITAS STRUKTUR BANGUNAN

Daktail : kemampuan deformasi inelastis tanpa kehilangan kekuatan yang berarti.

Struktur daktail : kemampuam struktur mengalami simpangan pasca elastis yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan yang cukup, sehingga struktur tetap berdiri, walaupun sudah berada di ambang keruntuhan.

Faktor daktilitas gedung adalah rasio antara simpangan maksimum pada ambang keruntuhan dengan sempangan pertama yang terjadi pada pelelehan pertama.

Page 6: Stuktur Gedung Bertingkat II

DAKTAIL PENUH

suatu tingkat daktilitas struktur gedung, di mana strukturnya mampu

mengalami simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi di ambang

keruntuhan yang paling besar, yaitu dengan mencapai nilai faktor daktilitas

sebesar 5,3.

DAKTAIL PARSIAL

seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor

daktilitas di antara struktur gedung yang elastik penuh sebesar

1,0 dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3.

Page 7: Stuktur Gedung Bertingkat II

PERANCANGAN KAPASITAS

Struktur gedung yang terjadi harus memenuhi syarat “ Strong collomn-week beem”artinya ketika menerima gempa hanya boleh terjadi sendi plastis di ujung-ujung balok, kaki kolom , dan pada kaki dinding geser.

Page 8: Stuktur Gedung Bertingkat II

WILAYAH GEMPA DAN SPEKTRUM RESPONS

Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa seperti

ditunjukkan dalam Gambar 1, di mana Wilayah Gempa 1 adalah

wilayah dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6

dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini,

didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh

Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun, yang nilai rata-

ratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan dalam Gambar 1

dan Tabel 5.

Page 9: Stuktur Gedung Bertingkat II

PETA WILAYAH GEMPA

Page 10: Stuktur Gedung Bertingkat II
Page 11: Stuktur Gedung Bertingkat II

PEMBEBANAN STRUKTUR DAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL

Beban mati : beban sendiri struktur yang bersifat tetap dan bagian lain yang tak terpisahkan dari gedung.

Beban hidup : semua beban yang terjadi akibat penghunian , termasuk beban yang tidak permanen.

Beban gempa : mencakup semua beban statis ekivalen yang bekerja pada gedung yang menirukan pengaruh gerakan tanah akibat gempa.

Page 12: Stuktur Gedung Bertingkat II

BEBAN GESER NOMINAL STATIS EKIVALEN YANG TERJADI DI TEKANAN DASAR TANAH DAPAT DIHITUNG :

Dimana: V = Beban gempa horizontal

C = Koefisien gempaI = Faktor keutamaan

gedung Wt = Berat total bangunan

R = Faktor reduksi

Page 13: Stuktur Gedung Bertingkat II

Beban geser dasar nominal V menurut Pasal 6.1.2 harus dibagikan sepanjang

tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi

yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan :

Dimana: Fi = Beban gempa horizontal pada lantai ke-i

Wi = Berat lantai ke- i

hi = Tinggi lantai ke-i

V = Beban geser dasar akibat beban gempa Rencana

Page 14: Stuktur Gedung Bertingkat II

Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah

pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1 V harus dianggap

sebagai beban horisontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai

tingkat paling atas, sedangkan 0,9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi

struktur gedung menjadi beban- beban gempa nominal statik ekuivalen

menurut Pasal 6.1.3.

Page 15: Stuktur Gedung Bertingkat II

Waktu getar alami fundamental

Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masing-

masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut :

di mana Wi dan Fi mempunyai arti yang sama seperti yang

disebut dalam Pasal 6.1.3, di adalah simpangan horisontal lantai

tingkat ke-i dinyatakan dalam mm dan ‘g’ adalah percepatan

gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810 mm/det2.

Page 16: Stuktur Gedung Bertingkat II

Untuk mencegah penggunaan struktur bangunan yang terlalu fleksibel , nilai waktu getar alami fundamental dibatasi bergantung nilai ζ untuk wilayah gempa dan jenis struktur dengan rumus :

T1 < ζ

Apabila waktu getar alami fundamental T1 struktur gedung untuk

penentuan Faktor Respons Gempa C1 menurut Pasal 6.1.2 ditentukan

dengan rumus-rumus empirik atau didapat dari hasil analisis vibrasi bebas 3

dimensi, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai yang

dihitung menurut Pasal 6.2.1.

Page 17: Stuktur Gedung Bertingkat II

Tabel koefisien waktu getar alami

Page 18: Stuktur Gedung Bertingkat II

KOMBINASI PEMBEBANAN

Dengan menyatan kekuatan ultimit suatu struktur gedung dan pembebanan ultimit sutu struktur gedung itu berturut-turut sebagai berikut :

Dimana :

Page 19: Stuktur Gedung Bertingkat II

KUAT TERFAKTOR HARUS DIPENUHI PERSYARATAN KEADAAN BATAS ULTIMIT SEBAGAI BERIKUT :

Faktor-faktor beban yang bekerja nilainya ditetapkan menurut standar yang berlaku.

Page 20: Stuktur Gedung Bertingkat II

KOMBINASI PEMBEBANAN (SNI 03-2847-2002

U = 1,4 D U = 1,2 D + 1,6 L U = 0,9 D + 1,0 E U = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E

Page 21: Stuktur Gedung Bertingkat II

TINJAUAN JENIS STRUKTUR ( SNI 03 -1726-2002) JENIS STRUKTUR DIBEDAKAN MENJADI 7 SITEM DAN SUBSISTEM :1. Sistem dinding penumpu ( Bearing wall system), sistem struktur

yang tidak memiliki rangka ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap, dinding penumpu atau sistem brecing memikul hampir semua beban grafitasi, beban lateral dipikul oleh dinding geser atau rangka brecing

2. Sistem rangka gedung (building frame system), Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul oleh dinding geser atau brecing.

3. Sistem rangka pemikul momen(momen resisting frame system), Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur.

4. Sistem ganda ( Dual system ), Rangka ruang memikul seluruh beban grafitasi Pemikul beban lateral berupa dinding geser atau bresing, dengan rangka

pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25 persen dari seluruh beban lateral.sedangkan sisanya akan dipikul oleh dinding geser.

Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul bersama- sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi antara sistem rangka pemikul momen denganm dinding geser.

Page 22: Stuktur Gedung Bertingkat II

5. Sistem struktur gedung kolom kantileversistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral

6. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka7. Sub sistem tunggal

sub sistem struktur bidang yang akan membentuk struktur gedung secara keseluruhan.

Page 23: Stuktur Gedung Bertingkat II

TABEL 1 FAKTOR KEUTAMAAN I UNTUK BERBAGAI KATEGORI GEDUNG DAN BANGUNAN

Page 24: Stuktur Gedung Bertingkat II

STRUKTUR GEDUNG YANG TIDAK BERATURAN

Perhitungan respons dinamik

Struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa nominal

akibat pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam

spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana menurut

Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R, di mana I adalah

Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah faktor reduksi gempa

representatif dari struktur gedung yang bersangkutan. Dalam hal ini, jumlah ragam

vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut metoda ini harus

sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total

harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.

Page 25: Stuktur Gedung Bertingkat II

Pusat rotasi lantai tingkat suatu struktur gedung : adalah suatu

titik pada lantai tingkat itu yang bila suatu beban horisontal

bekerja padanya, lantai tingkat tersebut tidak berotasi, tetapi

hanya bertranslasi, sedangkan lantai-lantai tingkat lainnya yang

tidak mengalami beban horisontal semuanya berotasi dan

bertranslasi.

Antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat harus

ditinjau suatu eksentrisitas rencana ed. Apabila ukuran

horisontal terbesar denah struktur gedung pada lantai tingkat itu,

diukur tegak lurus pada arah pembebanan gempa, dinyatakan

dengan b,maka eksentrisitas rencana ed harus ditentukan sebagai

berikut :

Page 26: Stuktur Gedung Bertingkat II

- untuk 0 < e < 0,3 b :

ed = 1,5 e + 0,05 bAtaued = e - 0,05 b

dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau;

- untuk e > 0,3 b : ed = 1,33 e + 0,1 bAtau ed = 1,17 e - 0,1 b

dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling

menentukan untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang

ditinjau.

Page 27: Stuktur Gedung Bertingkat II

Dalam perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh Gempa

Rencana, eksentrisitas rencana ed antara pusat massa dan pusat rotasi lantai

tingkat menurut Pasal 5.4.3. harus ditinjau baik dalam analisis statik, maupun

dalam analisis dinamik 3 dimensi.

Page 28: Stuktur Gedung Bertingkat II

Wilayah Gempa ζ123456

0,200,190,180,170,160,15

Tabel koefisien waktu getar alami

Pengaruh P-Delta

Struktur gedung yang tingginya diukur dari taraf penjepitan lateral adalah lebih

dari 10 tingkat atau 40 m, harus diperhitungkan terhadap Pengaruh P-Delta, yaitu

suatu gejala yang terjadi pada struktur gedung yang fleksibel, di mana simpangan

ke samping yang besar akibat beban gempa lateral menimbulkan beban lateral

tambahan akibat momen guling yang terjadi oleh beban gravitasi yang titik

tangkapnya menyimpang ke samping.

Page 29: Stuktur Gedung Bertingkat II

Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang terhadap

struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan

menurut Pasal 5.8.1 harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi

bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada

arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%.

Arah pembebanan gempa

5.8.1 Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh Gempa

Rencana harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga memberi pengaruh terbesar

terhadap unsur-unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan.

Page 30: Stuktur Gedung Bertingkat II

Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana

yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh

pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan

menurut Pasal 5.8.1 harus dianggap efektif 100% dan harus

dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan

gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama

pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%.

Perencanaan struktur gedung beraturan

Beban gempa nominal statik ekuivalen

Struktur gedung beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan

gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam arah masing-

masing sumbu utama denah struktur tersebut, berupa beban gempa nominal

statik ekuivalen, yang ditetapkan lebih lanjut dalam pasal-pasal berikut.

Page 31: Stuktur Gedung Bertingkat II

Perencanaan struktur gedung tidak beraturan

Ketentuan untuk analisis respons dinamik

Nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa

nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh

diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Bila respons dinamik

struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V, maka persyaratan

tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan berikut :

V > 0,8 V1

di mana V1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang pertama

terhadap pengaruh Gempa Rencana menurut persamaan :

Page 32: Stuktur Gedung Bertingkat II

Perhitungan respons dinamik

Struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa

nominal akibat pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda

analisis ragam spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa

Rencana menurut Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R,

di mana I adalah Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah

faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan.

Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons

ragam menurut metoda ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa

dalam menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.

Page 33: Stuktur Gedung Bertingkat II

Penjumlahan respons ragam yang disebut dalam Pasal 7.2.1 untuk struktur

gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu getar alami yang

berdekatan, harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Kombinasi

Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic Combination atau CQC). Waktu getar

alami harus dianggap berdekatan, apabila selisih nilainya kurang dari 15%.

Untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang

berjauhan, penjumlahan respons ragam tersebut dapat dilakukan dengan metoda

yang dikenal dengan Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares

atau SRSS).

Page 34: Stuktur Gedung Bertingkat II

Kinerja Struktur Gedung

Kinerja Batas Layan

1. Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat

akibat pengaruh Gempa Rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan

baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah

kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar-

tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat

pengaruh Gempa Nominal yang telah dibagi Faktor Skala.

2. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur

gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang

dihitung dari simpangan struktur gedung menurut Pasal 8.1.1

tidak boleh melampaui kali tinggi tingkat yang

bersangkutan atau 30 mm, bergantung yang mana yang

nilainya terkecil.

Page 35: Stuktur Gedung Bertingkat II

Kinerja batas ultimit

1. Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan

simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa

Rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk

membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat

menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan

berbahaya antar-gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah

dengan sela pemisah (sela delatasi). Sesuai Pasal 4.3.3 simpangan dan

simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung

akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu faktor pengali ξ

sebagai berikut :

Page 36: Stuktur Gedung Bertingkat II

- Untuk Struktur gedung beraturan :

- Untuk Struktur tidak gedung beraturan :

di mana R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor Skala adalah seperti yang ditetapkan dalam Pasal 7.2.3.

Page 37: Stuktur Gedung Bertingkat II

2. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam

segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur

gedung menurut Pasal 8.2.1 tidak boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat

yang bersangkutan.

Page 38: Stuktur Gedung Bertingkat II
Page 39: Stuktur Gedung Bertingkat II
Page 40: Stuktur Gedung Bertingkat II
Page 41: Stuktur Gedung Bertingkat II

Contoh kerusakan gedung akibat gempa yang dimungkinkan karena tidak mengikuti konsep desain kapasitas

Page 42: Stuktur Gedung Bertingkat II
Page 43: Stuktur Gedung Bertingkat II
Page 44: Stuktur Gedung Bertingkat II

RANGKUMANPERATURAN PEMBEBANAN INDONESIA UNTUK GEDUNG - 1983  

• POMBINASI PEMBEBANAN:• Pembebanan Tetap : M + H• Pembebanan Sementara : M + H + A • : M + H + G• Pembebanan Khusus : M + H + G• : M + H + A + K • : M + H + G + K

Page 45: Stuktur Gedung Bertingkat II

Dimana: M = Beban Mati, DL (Dead Load) H = Beban Hidup, LL (Live Load) A = Beban Angin, WL (Wind Load) G = Beban Hidup, E (Earthquake) K = Beban Khusus

Beban Khusus, beban akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya rem dari keran, gaya sentrifugal, getaran mesin.

Page 46: Stuktur Gedung Bertingkat II

PERENCANAAN KOMPONEN STRUKTURAL GEDUNG DIRENCANAKAN DENGAN KEKUATAN BATAS, MAKA BEBAN TERSEBUT PERLU DIKALIKAN DENGAN FAKTOR BEBAN

Pada peninjauan beban kerja pada tanah dan pondasi, perhitungan Daya Dukung Tanah (DDT) izin dapat dinaikkan (lihat tabel).

Jenis TanahPondasi

Pembebanan Tetap

DDT izin

Pembebanan Sementara kenaikan DDT izin

(kg/cm2) (%)

Keras ≥ 5,0 50

Sedang 2,0 – 5,0 30

Lunak 0,5 – 2,0 0 - 30

Amat Lunak 0,0 - 0,5 0* Catatan 1 kg/cm2 = 98,0665 kPa (kN/m2) Faktor keamanan (SF ≥ 1,5)

tinjauan terhadap guling, gelincir dll.

Page 47: Stuktur Gedung Bertingkat II

BEBAN MATI, BERAT SENDIRI BAHAN BANGUNAN KOMPONEN GEDUNG

Baja 7.850 kg/m3Batu Alam 2.600 kg/m3Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1.500 kg/m3

BAHAN BANGUNAN

Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3Batu pecah 1.450 kg/m3Besi tuang 7.250 kg/m3Beton (1) 2.200 kg/m3Beton bertulang (2) 2.400 kg/m3Kayu (Kelas I) (3) 1.000 kg/m3Kerikil, koral (kering udara sampai lembap, tanpa diayak) 1.650 kg/m3Pasangan bata merah 1.700 kg/m3Pasangan batu belah, batu belat, batu gunung 2.200 kg/m3Pasangan batu cetak 2.200 kg/m3Pasangan batu karang 1.450 kg/m3Pasir (kering udara sampai lembap) 1.600 kg/m3Pasir (jenuh air) 1.800 kg/m3Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembap) 1.850 kg/m3Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembap) 1.700 kg/m3Tanah, lempung dan lanau (basah) 2.000 kg/m3Tanah hitam 11.400 kg/m3

Page 48: Stuktur Gedung Bertingkat II

KOMPONEN GEDUNG  ADUKAN, PER CM TEBAL :- dari semen 21 kg/m2- dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2Aspal, termasuk bahan-bahan mineral tambahan, per cm tebal 14 kg/m2Dinding Pas. Bata merah :- satu batu

450 kg/m2

- setengah batuDinding pasangan batako :

250 kg/m2

Berlubang :- tebal dinding 20 cm (HB 20)

200 kg/m2

- tebal dinding 10 cm (HB 10) 120 kg/m2Tanpa lubang- tebal dinding 15 cm

300 kg/m2

- tebal dinding 10 cm 200 kg/m2 Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari :

-semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis), dengan tebal maksimum 4 mm

200

11

kg/m2

kg/m2

Page 49: Stuktur Gedung Bertingkat II

- kaca, dengan tebal 3 – 4 mm 10 kg/m2Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit- 40 kg/m2

langit dengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban

hidup maksimum 200 kg/m2Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum

7 kg/m2

5 m dan jarak s.k.s minimum 0,8 mPenutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2

50 kg/m2

bidang atapPenutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso per m2

40 kg/m2

bidang atapPenutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng

10 kg/m2

Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton,

tanpa adukan, per cm tebalSemen asbes gelombang (tebal 5 mm)

2411

kg/m2kg/m2

Catatan :(1) Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain sejenis, berat sendirinya harus ditentukan sendiri.(3) Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis kayu tertentu lihat PeraturanKonstruksi Kayu Indonesia

Page 50: Stuktur Gedung Bertingkat II

BEBAN HIDUP PADA LANTAI GEDUNG, SUDAH TERMASUK PERLENGKAPAN RUANG SESUAI DENGAN KEGUNAAN DAN JUGA DINDING PEMISAH RINGAN (Q ≤ 100 KG/M'). BEBAN BERAT DARI LEMARI ARSIP, ALAT DAN MESIN HARUS DITENTUKAN TERSENDIRI

Beban Hidup Pada Lantai Bangunan

a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b. 200 kg/m2

b. Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel.

150 kg/m2

c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran,hotel, asrama dan rumah sakit.

250 kg/m2

d. Lantai ruang olah raga 400 kg/m2

e. Lantai ruang dansa 500 kg/m2

Page 51: Stuktur Gedung Bertingkat II

f. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid,gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton

400 kg/m2

g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton yang berdiri.

500 kg/m2

h. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c. 300 kg/m2

i. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dang.

500 kg/m2

j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g. 250 kg/m2

k. Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum

400 kg/m2

l. Lantai gedung parkir bertingkat:

- untuk lantai bawah 800 kg/m2

- untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2

m Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum

300 kg/m2

* Catatan 100 kg/m2 = 0,980665 kN/m2

Page 52: Stuktur Gedung Bertingkat II

BEBAN HIDUP PADA ATAP GEDUNG, YANG DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI OLEH ORANG, HARUS DIAMBIL MINIMUM SEBESAR 100 KG/M2 BIDANG DATAR. ATAP DAN/ATAU BAGIAN ATAP YANG TIDAK DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI OLEH ORANG, HARUS DIAMBIL YANG MENENTUKAN (TERBESAR) DARI:

Beban terbagi rata air hujan Wah = 40 - 0,8 α

dengan,α = sudut kemiringan atap, derajat ( jika α > 50o dapat diabaikan).Wah = beban air hujan, kg/m2 (min. Wah atau 20 kg/m2)

Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg.

Balok tepi atau gordeng tepi dari atap yang tidak cukup ditunjang oleh dinding atau penunjang lainnya dan pada kantilever harus ditinjau kemungkinan adanya beban hidup terpusat sebesar minimum 200 kg.

Page 53: Stuktur Gedung Bertingkat II

REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN BALOK INDUK DAN PORTAL (BEBAN HORISONTAL/GEMPA DAN ANGIN), DAPAT DIKALIKAN DENGAN FAKTOR REDUKSI.KOEFISIEN REDUKSI BEBAN HIDUP

Penggunaan GedungKoefisien Reduksi beban Hidup

PeninjauanBeban Gravitasi

Peninjauan BebanGempa

PERUMAHAN/HUNIANRumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit 0,75 0,30PENDIDIKANSekolah, ruang kuliah 0,90 0,50PERTEMUAN UMUMMasjid, gereja, bioskop, restoran, ruang dansa, ruang pagelaran 0,90 0,50

PERKANTORANKantor, bank 0,60 0,30PERDAGANGANToko, toserba, pasar 0,80 0,80PENYIMPANANGudang, perpustakaan, ruang arsip 0,80 0,80INDUSTRIPabrik, bengkel 1,0 0,90TEMPAT KENDARAANGarasi, gedung parkir 0,90 0,50GANG DAN TANGGA- perumahan/hunian 0,75 0,30- pendidikan, kantor 0,75 0,50- pertemuan umum, perdagangan, penyimpanan, industri, tempat

kendaraan0,90 0,50

Page 54: Stuktur Gedung Bertingkat II

REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN ELEMEN VERTIKAL STRUKTUR (KOLOM, DINDING DAN PONDASI), DAPAT DIKALIKAN DENGAN FAKTOR REDUKSI. KECUALI UNTUK KEGUNAAN LANTAI BANGUNAN: LANTAI GUDANG, RUANG ARSIP, PERPUSTAKAAN DAN RUANG PENYIMPANAN SEJENIS;LANTAI RUANG YANG MEMIKUL BEBAN BERAT TERTENTU YANG BERSIFAT TETAP, SEPERTI ALAT DAN MESIN. PADA PERENCANAAN PONDASI, BEBAN HIDUP PADA LANTAI YANG MENUMPU DI ATAS TANAH HARUS TURUT DITINJAU, DIAMBIL PENUH TANPA DIKALIKAN KOEFISIEN REDUKSI.KOEFISIEN REDUKSI BEBAN HIDUP KUMULATIF

Jumlah lantai yang dipikul(n)

Koefisien reduksi yang dikalikan kepada beban hidup kumulatif

1 1,02 1,03 0,94 0,85 0,76 0,67 0,5

n ≥ 8 0,4

Page 55: Stuktur Gedung Bertingkat II

BEBAN ANGIN, MENGANGGAP ADANYA TEKANAN POSITIF (PRESSURE) DAN TEKANAN NEGATIF/ISAPAN(SUCTION) BEKERJA TEGAK LURUS BIDANG YANG DITINJAU.

Tekanan Tiup:● daerah jauh dari tepi laut, diambil minimum 25 kg/m2.● di laut dan tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, diambil minimum 40 kg/m2 atau diambil dari rumus pendekatan

dengan,V = kecepatan angin, m/det (ditentukan instansi terkait)