Top Banner
32 Studi Kasus Diabetes Pada Pensiunan Tanpa Keterlibatan Peran Keluarga Pelayanan Kedokteran Keluarga Abstrak : Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang memerlukan penanganan khusus dan terus menerus, salah satunya adalah dengan pengaturan pola makan sehari-hari. Pelaksanaan pengaturan pola makan membutuhkan kepatuhan dari pasien DM tipe 2 dan keluarga yang mempunyai peran dalam memberikan dukungan terhadap kepatuhan diet pasien Diabetes Melitus, terutama keluarga inti. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa dengan pelayanan kedokteran keluarga yang holistik dan komprehensif dapat mengatasi permasalahan penyakit dalam keluarga . Pasien adalah kepala rumah tangga yang tinggal dalam keluarga inti bersama istrinya, karena ketiga anaknya telah menikah dan meninggalkan rumah. Masalah dalam keluarga ini adalah kurangnya pengetahuan baik pasien maupun keluarga mengenai penyakit yang yang dialami serta kurangnya kemauan untuk berobat dan kurangnya peran serta keluarga untuk memberi dukungan. Masalah pasien antara lain yaitu Diabetes melitus. Penatalaksanaan klinis yang dilakukan bersifat asimptomatik. Dilakukan edukasi penyakit Diabetes melitus yang meliputi faktor risiko, penyebab, gejala, terapi dan pencegahan . Kemudian diberikan penjelasan tentang pentingnya usaha untuk perbaikan kesehatan dan mencegah komplikasi. Penerapan pelayanan kedokteran keluarga secara holistik, komprehensif, dan berkesinambungan yang memandang pasien sebagai bagian dari keluarga, telah dijalankan dan berhasil memotivasi pasien dan keluarga, sehingga pasien dan keluarga mulai mencoba mengubah perilaku hidup menjadi perilaku hidup sehat dan pasien juga berjanji untuk meminum obat serta melakukan kontrol rutin setiap bulannya. Pada akhir studi, diabetes mellitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan hanya dapat mencegah terjadinya komplikasi dengan meningkatkan
44

Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

Aug 04, 2015

Download

Documents

Vina Subaidi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Diabetes Pada Pensiunan Tanpa Keterlibatan Peran Keluarga

Pelayanan Kedokteran Keluarga

Abstrak : Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang memerlukan

penanganan khusus dan terus menerus, salah satunya adalah dengan pengaturan pola makan

sehari-hari. Pelaksanaan pengaturan pola makan membutuhkan kepatuhan dari pasien DM

tipe 2 dan keluarga yang mempunyai peran dalam memberikan dukungan terhadap

kepatuhan diet pasien Diabetes Melitus, terutama keluarga inti. Tujuan penelitian ini adalah

untuk membuktikan bahwa dengan pelayanan kedokteran keluarga yang holistik dan

komprehensif dapat mengatasi permasalahan penyakit dalam keluarga .

Pasien adalah kepala rumah tangga yang tinggal dalam keluarga inti bersama istrinya,

karena ketiga anaknya telah menikah dan meninggalkan rumah. Masalah dalam keluarga ini

adalah kurangnya pengetahuan baik pasien maupun keluarga mengenai penyakit yang yang

dialami serta kurangnya kemauan untuk berobat dan kurangnya peran serta keluarga untuk

memberi dukungan. Masalah pasien antara lain yaitu Diabetes melitus. Penatalaksanaan

klinis yang dilakukan bersifat asimptomatik. Dilakukan edukasi penyakit Diabetes melitus

yang meliputi faktor risiko, penyebab, gejala, terapi dan pencegahan . Kemudian diberikan

penjelasan tentang pentingnya usaha untuk perbaikan kesehatan dan mencegah komplikasi.

Penerapan pelayanan kedokteran keluarga secara holistik, komprehensif, dan

berkesinambungan yang memandang pasien sebagai bagian dari keluarga, telah dijalankan

dan berhasil memotivasi pasien dan keluarga, sehingga pasien dan keluarga mulai mencoba

mengubah perilaku hidup menjadi perilaku hidup sehat dan pasien juga berjanji untuk

meminum obat serta melakukan kontrol rutin setiap bulannya. Pada akhir studi, diabetes

mellitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan hanya dapat mencegah

terjadinya komplikasi dengan meningkatkan kesehatan keluarga yang keberhasilannya

membutuhkan peran aktif baik pasien sendiri maupun keluarga dengah berperilaku hidup

sehat.

Kata kunci : diabetes mellitus, keluarga besar, pelayanan kedokteran keluarga

Page 2: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Abstract:

Diabetes mellitus is a metabolic disease that requires special handling and continuous, one

of which is by setting the daily diet. Implementation of dietary adjustments require adherence

of type 2 DM patients and families who have a role in providing support for patients with

diabetes mellitus diet adherence, especially the nuclear family. The purpose of this study is to

prove that the services of family medicine is holistic and comprehensive to address the

problems of disease in families.

The patient is the head of household residing in a nuclear family with his wife, his three

children had married and left home. The problem in this family is the lack of knowledge of

both patients and families about the disease that are experienced and a lack of willingness to

seek treatment and lack of participation of families to provide support. Patients' problems,

among others, Diabetes mellitus. Clinical management is carried out is asymptomatic. Do

Diabetes mellitus education that includes risk factors, causes, symptoms, treatment and

prevention. Then given an explanation about the importance of efforts to improve health and

prevent complications. Application of family medicine services in a holistic, comprehensive

and continuous view of patients as part of the family, has been run and managed to motivate

patients and families, so that patients and families begin to try to change the behavior of

living into healthy behavior and the patient also promised to take medicine and do routine

control of every month. At the end of the study, diabetes mellitus is a disease that can not be

cured only can prevent complications by improving the health of families whose success

requires the active role of both patients themselves or family Dengah healthy life behavior.

Key word: diabetes mellitus, extendeed family , family medicine

Page 3: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Pendahuluan

Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Sedangkan menurut WHO, dikatakan bahwa diabetes mellitus merupakan sesuatu yang tidak

dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat

dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat

dari sejumlah faktor dimana didapati defisiensi absolut atau relatif dan gangguan fungsi

insulin (Gustaviani, 2006). Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang

dewasa ini prevalensinya makin meningkat. Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis

diabetes melitus yang paling sering ditemukan di praktek, diperkirakan sekitar 90% dan

semua penderita diabetes melitus di Indonesia. DM adalah penyakit selama hidup, maka

pengawasan dan pemantauan dalam penatalaksanaan DM pada setiap saat menjadi penting.

Oleh karena itu maka penatalaksanaan penderita DM tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada

pundak dokter dan klinis saja. Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang

timbul pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula

darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau

fungsi insulin terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya. Diabetes

melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes melitus yang paling sering ditemukan di praktek,

diperkirakan sekitar 90% dan semua penderita diabetes melitus di Indonesia (Soegondo,

2005).

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang mengalami

peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun. WHO memprediksi kenaikan jumlah

penderita Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) dari 8,4 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik,

diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun adalah sebesar 133

juta jiwa, dengan prevalensi DM pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar

7,2 % (Soegondo, 2006). Penelitian terakhir antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok

didapatkan prevalensi DM Tipe 2 sebesar 14,7% (Gustaviani, 2006). Pada tahun 2030

diperkirakan ada 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.

Lebih lanjut dikatakan oleh Soegondo bahwa kasus pre-diabetes di Indonesia juga sangat

tinggi yaitu mencapai 12,9 juta orang, angka ini merupakan yang ke-5 terbesar di dunia,

diperkirakan akan naik hingga 20,9 juta di tahun 2025. Didapatkan bahwa hanya 50% dari

Page 4: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30%

dari penderita melakukan pemeriksaan secara teratur(Soegondo, 2006). Sedangkan dari data

Depkes, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati

urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI, 2005).

Jumlahnya meningkat seiring dengan bentuk gaya hidup, pola konsumsi makanan

yang tidak sehat termasuk diantaranya kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi junk food, dan

lain-lain (Wardani et al,2007). Soewondo (2005), menyatakan bahwa stres yang dialami

penderita baik fisik maupun mental berhubungan dengan sakitnya dan secara tidak disadari

atau tidak langsung dirasakan oleh orang tua dan keluarga penderita, maka akan timbul suatu

kesalahan – kesalahan sikap keluarga dan penderita. Lingkungan yang mempengaruhi

perilaku tidak hanya terbatas pada lingkungan fisik saja, tetapi juga lingkungan psikologis,

sosial, ekonomi dan budaya. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi cara hidup sehat

manusia. Sehingga peran keluarga seperti sikap, perilaku dan partisipasi keluarga dipandang

sebagai naluri untuk melindungi anggota keluarga yang sakit. Ada semacam hubungan yang

kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya bahwa peran serta keluarga sangat

penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga mulai dari segi strategi

pencegahan sampai fase rehabilitasi (Sundari dan Setyawati, 2006). Mengingat DM adalah

penyakit selama hidup, makapengawasan dan pemantauan dalam penatalaksanaan DM pada

setiap saat menjadi penting. Oleh karena itu maka penatalaksanaan penderita DM tidak dapat

sepenuhnya diletakkan pada pundak dokter dan klinissaja. Dalam hal ini partisipasi penderita

DM dan keluarganya sangat diperlukan khususnya dalam orientasinya pada upaya

mengembalikan penderita DM ke dalam situasi sehat atau paling tidak mendekati normal

(Waspadji, 2005). Tujuan pelaksanaan DM meliputi enam hal, yaitu memperpanjang hidup

penderita dan menghilangkan gejala penyakit, mengusahakan penderita DM hidup

bermasyarakat senormal mungkin, mengusahakan dan mempertahankan status metabolisme

yang baik, mencegah komplikasi DM dan menghilangkan faktor resiko lain, dan skrining

adanya komorbid(Asdie, 2000).

Pada penderita diabetes tipe II, pengaturan makanan merupakan hal yang sangat

penting. Bila hasil pengaturan makanan tidak sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan

obat-obat hipoglikemi OAD (oral anti-diabetic) atau insulin. Penderita diabetes tipe II yang

kurus tidak memerlukan pembatasan jumlah energi yang terlalu ketat. Akan tetap, semua

penderita diabetes tipe II harus mengurangi lemak dan kolesterol serta meningkatkan rasio

Page 5: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

asam lemak tak jenuh dengan asam lemak jenuh. Penatalaksanaan makanan untuk penderita

diabetes melitus harus memperhatikan beberapa hal, yaitu prinsip, tujuan, dan syarat diet.

Prinsip pemberian makanan bagi penderita diabetes melitus adalah mengurangi dan mengatur

konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah.

Saat ini anjuran presentase karbohidrat berkisar antara 60-68% dari total energi makanan

dengan anjuran penggunaan karbohidrat kompleks yang mengandung serat. Tujuan diet

yaitu : memperbaiki kesehatan umum penderita, memberikan jumlah energi yang cukup

untuk memelihara berat badan ideal/ normal, mempertahankan kadar gula darah sekitar

normal. (Pranadji, Martianto, dan Subandriyo, 2006)

Pelayanan kesehatan primer tidak saja meliputi masalah kematian (mortality), keluhan

sakit (illness), penyakit (disease), ketidakmampuan (disability), kecacaatan (handicap), tetapi

juga keadaan kesehatan yang positif yaitu upaya peningkatan kesehatan pada individu,

keluarga dan kelompok masyarakat. Peranan dokter keluarga ialah berfungsi sebagai

gatekeeper (penapisan), yaitu membuat keputusan yang tepat untuk tindakan penyelesaian

masalah. Seyogyanya dokter praktik mencari kepastian dalam pencarian informasi untuk

menegakkan diagnosis dengan memperhitungkan multi aspek dari kehidupan seseorang dan

juga keluarganya, yang dikenal dengan istilah diagnosis holistik (Kekalih, 2008).

Dalam mengatasi kasus ini yaitu kasus diabetes melitus yang terjadi pada seorang ibu

rumah tangga, maka sangat diperlukan peran dari anggota keluarga lainnya terutama dengan

kombinasi antara pengaturan diet, olah raga, obat anti diabetik, penilaian kontrol, dan

pendidikan. Keberhasilan penatalaksanaan DM juga ditentukan oleh peranan aktif dari

penderita DM sendiri, keluarganya dan masyarakatnya dalam pengontrolan DM, pencegahan,

komplikasi akut maupun kronik serta pembiayaanya. Oleh karena itu diperlukan penanganan

holistik dan komprehensif yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klinis akut yang

terjadi sehingga dapat mencegah komplikasi lanjut pada pasien (Kekalih, 2008).

Page 6: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Data Administrasi

Tanggal 28 Juni 2011 Diisi oleh : Arnitya Laksmi,

S. Puri Parastuti A

Dessy Rizkyana Utami

Tabel 1. Identitas Pasien

Pasien Keterangan

Nama Tn. Suhanda

Umur / tanggal lahir 79 tahun

AlamatTanah Tinggi IV Rw 03 /

Rt o4

Jenis Kelamin Laki-laki

Agama Islam

Pendidikan Tamat SD

Pekerjaan Pensiunan

Status perkawinan Menikah

Kedatangan yang ke

Datang sendiri

Tenang

Kunjungan yang kesekian kali

Telah diobati sebelumnya Ya

Diagnosis di dokter Puskesmas Kec.

Johar Baru: Diabetes Melitus tipe 2

Obat yang telah diminum:

Glibenklamid & Methformin

Alergi obat Tidak Ada

System pembayaran Gakin

Page 7: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Data Pelayanan

1) ANAMNESIS

Dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien pada tanggal 26 Juni 2011 di

Puskesmas Johar Baru pada pukul 9.30 WIB.

A. Keluhan Utama

Pasien datang dengan tujuan ingin kontrol kadar gula dan mendapat obat karna obat gula pasien telah habis selama 1 minggu.

B. Keluhan Tambahan

Merasa kesemutan pada ekstremitas bawah

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Dari hasil anamnesis pasien, laki-laki berusia 79 tahun datang ke Puskesmas

Johar Baru pada tanggal 26 Juni 2011 untuk kontrol disertai keluhan merasa

kesemutan pada ekstremitas bawah, pasien juga membawa hasil laboratorium

terakhir pada tanggal yang sama, pemeriksaan GDS hasilnya 310mg/dL,

didapatkan informasi bahwa 5 tahun yang lalu pasien mengalamai penurunan BB

badan yang drastis, sering merasa lapar dan haus, lalu pasien disarankan oleh

tetangganya untuk melakukan pemeriksaan gula darah di laboratorium, setelah

diperiksa didapatkan gula darah sewaktu (GDS) 221mg/dL, lalu dianjurkan oleh

petugas laboratorium untuk konsultasi dengan dokter, setelah konsultasi pasien

diminta cek ulang gula darah tapi pasien diminta untuk puasa terlebih dahulu

sebelum pemeriksaan. Setelah pemeriksaan kedua kalinya didapatkan hasil gula

darah puasa(GDP) 167mg/dL dan gula darah 2 jam postprandial 230mg/dL,

setelah itu pasien didiagnosa oleh dokter terkena penyakit gula (diabetes melitus).

Lalu pasien disarankan untuk mengubah pola makan dan gaya hidup, serta selalu

cek gula darah setiap bulannya.

Naamun karena kurangnya kepedulian pasien untuk mengontrol kadar gula

darahnya, pasien seringkali lupa meminum obat penurun gula darah. Pasien juga

tidak teratur melakukan test gula darah.

Pasien mengaku tidak pernah berolah raga secara rutin, baik senam aerobik

umum ataupun senam khusus untuk penderita Diabetes.

Page 8: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Pada riwayat keluarga pasien, diketahui orang tua pasien juga memiliki penyakit

diabetes melitus

E. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

F. Riwayat Psikososial

Pasien adalah tamatan SD, mampu menulis dan membaca. Pasien adalah

seorang pensiunan . Saat ini kegiatan sehari-hari adalah mengerjakan pekerjaan

rumah tangga seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan menyetrika.

Kebiasaan waktu makan teratur, 2-3 kali sehari. Semenjak menderita penyakit

diebetes, pasien mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula dan

karbohidrat. Pasien mengaku tidak sarapan dan hanya mengkonsumsi kentang dan

sayur-sayuran untuk makan siang dan malam. Sewaktu masih muda pasien sering

mengkonsumsi makanan tinggi kadar gula, seperti nasi dalam jumlah banyak,

serta minuman yang manis-manis seperti sirup, serta minumana kemasan yang

mengandung tinggi kadar gula. Di sela-sela waktu makan sering makan selingan

berupa keripik singkong, biskuit yang dibelinya diwarung. Jarang berolah raga

karena tidak mempunyai waktu khusus untuk melakukannya dan tidak terlalu

paham pentingnya berolah raga. Namun aktivitas fisiknya senantiasa terjaga

karena ia mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah harian. Merokok, konsumsi

alkohol, dan konsumsi obat terlarang disangkal.

Pasien menikah saat berusia 20 tahun. Menikah sebanyak tiga kali. Iastri

pertama meninggal. Pasien kemudian menikah lagi, tapi lalu bercerai. Dan saat ini

tinggal bersama istri ketiganya. Kebutuhan rumah tangga sehari-hari dipenuhi

oleh cucunya yang bekerja sebagai artis sinetron, sedangkan istrinya bekerja

sebagai pemungut barang-barang bekas untuk menambah kebutuhan hidup.

Hubungan antara pasien dan istrinya baik, tidak ada masalah. Meskipun istrinya

terkesan cuek, namun masih mau memenuhi kebutuhan hidup pasien sperti

menyiapkan makanan dan mengurusi kebutuhan yang lain.

Page 9: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Untuk masalah kesehatan pasien rajin ke Puskesmas Johar Baru untuk kontrol

kadar gula dan mengambil obat pengontrol kadar gula. Tidak ada dana khusus di

keluarga yang dikumpulkan untuk masalah kesehatan keluarga. Pasien

menggunakan Gakin.

2) ANAMNESIS

A. Keadaan Umum, Tanda-tanda Vital, dan Status Gizi

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan / Kompos mentis

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Frekuensi Nadi : 92 x/menit, teratur, isi cukup.

Frekuensi Napas : 20 x/menit, teratur.

Suhu : 36,5 0C

Berat Badan : 85 kg

Tinggi Badan : 163 cm

Status Gizi : Baik IMT : 24, 98

B. Status Generalis

Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

THT : Faring tidak hiperemis, T1-T1

Leher : JVP 5-0 cmH20, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra

Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra

Batas kiri : ICS V linea axilaris anterior sinistra

Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru :

Inspeksi : Simetris, statis, dan dinamis

Palpasi : Fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Page 10: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Abdomen :

Inspeksi : Cembung

Palpasi : Lemas, nyeri tekan (+) pada epigastrium, hepar dan limpa

tidak teraba.

Perkusi : Timpani, tidak ada shifting dullness

Auskultasi : Bising usus dalam batas normal

Ekstremitas : Terdapat kalus pada kedua telapak kaki, akral hangat, edema

, perfusi perifer baik.m

Status neurologis : Tidak ada kelainan.

C. Status Lokalis

Gigi dan Mulut

1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1

8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8

GR

GP

Sondasi (-). Ketuk (-). Palpasi (-)

Sondasi (-). Ketuk (+). Palpasi (+)

Kalkulus (--), Oral hygiene baik.

Page 11: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

3) PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIEN

Bagan 1. Masalah Kesehatan Pasien

Aspek Klinis :Diabetes Melitus tipe 2

(tidak terkontrol, dengan obat)

ParestesiKalus diregio tarpal

Anamnesis :Kadar test gula darah

sewaktu 310mg/dlObat gula pasien habis

sudah 1 mingguKeluhan kesemutan pada

ekstremitas bawahRiwayat diabetes dalam

keluarga

Pemeriksaan Fisik :Tekanan darah 130/90

mmHgTerdapat banyak kalus pada

tarpal pedis

Resiko Internal :Tingkat pengetahuan pasien

terhadap penyakitnya masih kurang.

Tidak teratur test gula darah, begitu juga dengan meminum obat penurun gula darah.

Pasien tidak pernah berolah ragaPasien tidak tau cara perawatan

kaki pada penderita Diabetes

Resiko Psikososial :Kebiasaan keluarga dalam berobat masih bersifat kuratif.Tidak ada alokasi dana khusus untuk masalah kesehatan.

Page 12: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

4) DIAGNOSIS HOLISTIK

Aspek I (Apek Personal)

Pasien memiliki pengetahuan yang cukup tentang kebersihan dan kesehatan

Aspek II (Aspek Klinis)

Diabetes melitus yang tidak terkontrol

Parestesi

Kalus pada regio tarpal pedis

Aspek III (Resiko Individual)

Pasien sering lupa untuk minum obat dan malas untuk kontrol

Pasien tidak pernah berolah raga, baik yang umum ataupun senam khusus

penderita diabetes.

Aspek IV (Aspek Psikososial Keluarga)

Kebiasaan keluarga jika terdapat keluhan, baru berobat.

Tidak terdapat dana khusus untuk masalah kesehatan.

Aspek V (Skala fungsional)

Skala 1 (Mampu melakukan pekerjaan sehari-hari di dalam dan luar rumah).

Page 13: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

5) RENCANA PENATALAKSANAAN PASIEN

No Kegiatan Sasaran WaktuHasil yang

DiharapkanKeterangan

1

Aspek personal

Kekhawatiran

pasien mengenai

penyakitnya

PasienSaat di

klnik

Pasien mengerti

mengenai penyakit

yang dideritanya.

Memberikan informasi

mengenai Diabetes

Melitus tipe 2, mengenai

makna dan perlunya

pengendalian dan

pemantauan DM secara

berkelanjutan

2 Aspek Klinis

Parastesi Pasien 1 Bulan Pasien berolah raga

secara teratur.

Memerikan anjuran untuk

berolah raga teratur.

Medikamentosa :

- Vitamin B12

- Obat neurotopik

Kalus pada regio

tarpal pedis

Pasien - Pasien melakukan

perawatan kaki secara

berkala

- Pasien mampu

mendeteksi dini

kelainan kaki resiko

tinggi

Menganjurkan pasien

melakukan perawatan

kaki untuk

membersihkan kalu-

kalus tersebut.

3 Aspek Internal

Tidak

mengontrol dan

meminum obat

hipertensi secara

Pasien

Anak

2

Minggu

Pasien secara rutin

mengecek tekanan

darah ke dokter dan

meminum obat secara

Konseling pasien

mengenai prinsip

pengobatan hipertensi

yang sifatnya

berkelanjutan, dan

Page 14: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

rutin

teratur.

dampak yang akan

dialami jika tekanan

darah tidak terkontrol.

Perawatan diri

pasien yang

kurang

Pasien 2

Minggu

Pasien memahami

mengenai pentingnya

kebersihan diri.

Pasien menjaga

kebersihan diri, dan

rumah.

Konseling pasien

mengenai kebersihan diri

dan lingkungan rumah

akan mengurangi resiko

terkena penyakit.

Sering

mengkonsumsi

makanan yang

mengandung

tinggi garam,

dan lemak.

Pasien 2

Minggu

Pasien mengurangi

konsumsi garam dan

lemak.

Konseling pasien

mengenai konsumsi

makanan yang

mengandung garam dan

lemak yang dapat

mempengaruhi tekanan

darah.

4 Aspek

Psikososial

Kebiasaan

berobat keluarga

yang masih

Seluruh

anggota

keluarga

2

Minggu

Pasien mengerti

pentingnya upaya

preventif dalam

mencegah penyakit

(dengan melakukan

gaya hidup sehat

Konseling dan motivasi

untuk melakukan upaya

preventif dalam

penanganan penyakit/

melakukan gaya hidup

sehat sesuai dengan

Page 15: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

bersifat kuratif. sesuai dengan

penyakitnya)

melakukan skrining

komplikasi dan faktor

risiko.

penyakit pasien

melakukan skrining

komplikasi dan faktor

resiko.

Keluarga tidak

memiliki dana

simpanan untuk

masalah

kesehatan.

Seluruh

anggota

keluarga

4

MingguPasien sudah mulai

menabung untuk dana

kesehatan.

Konseling dan motivasi

untuk belajar menabung

untuk dana khusus

kesehatan dengan cara

menyisihkan uang

misalnya Rp 1000/hari.

GENOGRAM

Page 16: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Penilaian Terhadap Keluarga

Dalam penatalaksanaan penyakit pasien sangat diperlukan peran serta yang aktif dari

seluruh anggota keluarga terutama istri pasien yang merupakan satu-satunya keluarga yang

Page 17: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

masih tinggal bersama-sama. Peran keluarga saat ini lebih memperhatikan keadaan kesehatan

pasien terutama dalam mengawasi pola makan dan gaya hidup pasien. Karena keduanya akan

sangat membantu dalam menurunkan gula darah pasien. Selain itu keluarga pun dituntut

untuk selalu memberi dukungan dan selalu mengingatkan pasien agar meminum obat teratur

dan rajin kontrol.

Untuk itu, agar tujuan dapat tercapai dalam mengobati pasien dengan melibatkan

keluarga dalam perawatan kesehatan pasien yang berkaitan dengan masalah fisik, psikologik,

sosial dan lingkungan keluarga maka dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 28 Juli 2011,

1 dan 5 Agustus 2011.

Identifikasi Masalah Keluarga

1. Masalah dalam organisasi keluarga : dalam struktur keluarga pasien adalah kepala

keluarga adalah suami pasien yang berusia lansia yang sudah pensiun dan seorang ibu

rumah tangga. Kesembilan anak mereka telah berkeluarga dan tidak tinggal bersama

lagi.

2. Masalah dalam fungsi biologis: pasien memiliki riwayat penyakit keluarga diabetes

melitus. Saat ini pasien menderita penyakit diabetes melitus.

3. Masalah dalam fungsi psikologis: pasien kurang diperhatikan oleh sang istri, karena

pekerjaan istrinya yang sebagai pemungut barang-barang bekas sangat menyita waktu.

Sehingga pasien harus mengurus dirinya sendiri, untuk urusan menyiapak makanan

dan meminum obat penurun gula darahnya. Untuk hal ini, pasien sering kali malas

dan lupa. Anak-anak pasien telah berkeluarga dan jarang berkomunikasi sehingga

dukungan keluarga untuk kesembuhan pasien juga dinilai kurang akibat tidak adanya

kedekatan antar keluarga.

4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan: Sumber penghasilan

utama pada keluarga adalah dari cucu pasien yang bekerja sebagai seorang katris

sinetron dan mendapatakan uang tambahan dari pekerjaan istri pasien sebagai

pemungut barang bekas. Untuk biaya kesehatan, pasien memiliki kartu GAKIN, dari

sini pemenuhan kebutuhan pasien sudah terpenuhi dengan baik.

5. Masalah lingkungan : Lingkungan rumah tidak cukup baik. Kebersihan lingkungan

kurang terjaga karena rumah pasien juga digunakan untuk menampung barang-barang

bekas hasil pungutan istri untuk nanti dijual kembali..

Page 18: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

6. Masalah perilaku kesehatan : Keluarga cukup mengerti akan pentingnya kesehatan

dan pemeliharaan kesehatan, namun usaha dalam merubah pola makan dan gaya

hidup masih sangat kurang.

Diagnosis Keluarga

Keluarga inti dengan kepala keluarga yang tidak mempunyai penghasilan yang tetap

dari uang pensiunan, hanya mengandalkan pemberian cucunya dan pemasukan dari pekerjaan

istri sebagai pemungut barang bekas, serta dengan perilaku anggota keluarga yang kurang

memperhatikan kesehatan pasien.

Tujuan Umum Penyelesaian Masalah Pasien dan Keluarga

Membantu pasien untuk memahami dan menyelesaikan masalah kesehatan dan dapat

terwujudnya keluarga yang sadar akan kebersihan dan kesehatan sehingga dapat mencegah

komplikasi dari penyakitnya.

Indikator Keberhasilan

Pasien telah mengerti dan memahami tentang diabetes melitus, pasien bisa untuk

merubah perilakunya dalam hal kontrol gula darah secara teratur ke Puskesmas dan mengatur

pola makannya.

Setiap anggota keluarga memahami pentingnya peranan keluarga disini dalam

memberi dukungan dari keluarga sangat penting karena dapat meningkatkan semangat pasien

dalam menjalani pengobatan dan mencegah komplikasi diabetes melitus.

Tindak Lanjut Terhadap Pasien dan Keluarga

Untuk pelaku rawat harus diberikan edukasi yang cukup mengenai penyakit diabetes

melitus yang dialami dan komplikasi yang akan terjadi bila tidak terkontrol. Dalam hal ini

istri pasien yang harus merawat suaminya dengan baik agar pasien mendapatkan semangat

dan mengingatkan pasien untuk minum obat.

Pasien diberikan edukasi untuk cek gula darah secara teratur dan kepatuhan minum

obat serta pentingnya melakukan perilaku hidup sehat untuk penatalaksaan penyakitnya.

Page 19: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Pelaku rawat (istri pasien) juga harus diberikan edukasi tentang diet makanan pada

penderita diabetes melitus dan sehingga pelaku rawat dapat mengingatkan dan mengawasi

pola makan.

Alur Penatalaksanaan Pasien

Tindakan Terhadap Keluarga

Tn S

79 th

Jarang kontrol Lupa untuk minum obat

Kurangnya perilaku hidup sehat

Hampir tidak pernah olahraga

Pola makan pasien makan dan minuman manis

Gula darah meningkat

Motivasi pasien untuk perilaku hidup sehat dengan berolahraga dan diet untuk penderita DM

Edukasi dan motivasi pasien akan pentingnya kontrol dan kepatuhan minum obat

Tidak melakukan perawatan kaki berkala

Page 20: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Penatalaksanaan pasien ini memerlukan partisipasi seluruh anggota keluarga dalam

mengatasi masalah yang dihadapinya, sehingga dapat memperbaiki pola hidup dalam

keluarga dalam membentuk keluarga yang sejahtera.

Pertama–tama dijelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit Diabetes melitus

yang meliputi faktor risiko, penyebab, gejala, terapi dan pencegahan . Kemudian diberikan

penjelasan tentang pentingnya usaha untuk perbaikan kesehatan dan mencegah komplikasi.

Keluarga juga harus mendapat pengetahuan yang sejelas–jelasnya bahwa peran keluarga

sangat besar dalam memberikan perhatian dan dukungan untuk penyembuhan pasien.

Selanjutnya diberikan pula motivasi terhadap keluarga untuk memperhatikan pasien terutama

agar selalu mengingatkan pasien untuk meminum obat dan cek gula darah secara teratur ke

puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya. Selain itu keluarga juga memotivasi agar

memperbaiki gaya hidup pasien yaitu dengan berolahraga dan mengatur pola makan pasien

sesuai dengan diet pada penderita diabetes melitus.

Dilakukan penilaian terhadap penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi yang

dapat dilihat pada Tabel 1. Penilaian kemampuan mengatasi masalah secara keseluruhan

dan kemampuan adaptasi dengan skala :

5 : dapat diselesaikan sepenuhnya oleh pasien dan keluarganya

4 : penyelesaian hampir seluruhnya oleh keluarga dengan sedikit petunjuk dari

orang lain / dokter / pelayanan kesehatan

3 : penyelesaian hanya sedikit atas partisipasi keluarga

2 : partisipasi keluarga hanya berupa keinginan saja karena tidak mampu,

penyelesaian oleh orang lain / dokter / pelayanan kesehatan

1 : tidak ada partisipasi, tidak ada penyelesaian walaupun sarana ada

99 : tidak dapat dinilai.

Kesan dari kemampuan penyelesaian masalah awal dalam keluarga adalah 3 yaitu ,

dimana keluarga mampu menyelesaikan masalahnya dengan arahan dari petugas pelayan

kesehatan. Pada akhir studi dilakukan penilaian kembali kemampuan keluarga menyelesaikan

masalahnya. Nilai akhir koping keluarga yang didapat adalah 5. Dimana masalah dapat

diselesaikan sepenuhnya oleh pasien dan keluarga.

Pembahasan

Page 21: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Pembinaan dengan pelayanan kedokteran keluarga ini dilakukan pada pasien Tn. S

usia 79 tahun dengan keluhan sering merasa kesemutan pada anggota gerak bawah dan

memiliki kalus pada telapak kaki. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus sejak 5 tahun

yang lalu, yang tidak terkontrol, pasien mengaku merasa malas, jika tidak ada keluhan. Disini

terlihat tidak ada nya kemauan dari diri pasien untuk meningkatkan kesehatannya sehingga

kami sebagai petugas kesehatan memberi tahu kenapa pasien DM harus rajin kontrol, yaitu

untuk mengetahui kadar gula darah, dan diberitahu bahwa DM itu tidak dapat disembuhkan

hanya dapat dikontrol dengan cara meminum obat dan pola hidup yang sehat. Kami juga

memberitahukan tentang Penyakit DM itu sendiri. Seorang sudah dapat dikatakan DM jika

menderita dua dari tiga gejala dibawah ini:

1. Keluhan “TRIAS”: banyak minum(polidipsia), banyak makan(polifagia), banyak

kencing (poliuria) serta penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya.

2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dL

3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan ≥ 200 mg/dL (Tjokroprawiro, A.

2006).

Dari anamnesa pasien mengatakan sering lupa untuk meminum obat, pasien ingat

setelah makan, lalu pasien pun tidak langsung meminum obatnya, setelah merasakan lapar

lagi baru pasien meminumnya. Dari sini terlihat bahwa pasien terlihat kurang mengetahui

fungsi obat yang diberikan, sebagai petugas kesehatan kami menanyakan obat apa yang

sering lupa untuk diminum, pasien mengatakan glibenklamid, lalu kami menjelaskan

bagaimana cara kerja obat tersebut dan mengapa obat tersebut seharusnya diminum 30 menit

sebelum makan, kami menjelaskan bahwa obat tersebut berfungsi untuk mengeluarkan zat

insulin yang fungsinya memasukan gula ke dalam sel, maka jika diminum setelah makan obat

ini tidak bekerja sebagaimana mestinya, dan tidak akan meurunkan kadar gula dalam darah.

Dan kami menyarankan agar pasien meminta tolong kepada keluarga untuk mengingatkan.

Dari anamnesa juga didapatkan pasien hampir tidak pernah berolahraga, karena

pasien merasa sibuk untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangganya, dan malas jika hanya

sendiri, pasien mau berolahraga jika ada yang menemani, kami sebagai pembina

memberitahukan bahwa dengan berolahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat

menurunkan berat badan dan  memperbaiki sensitifitas insulin, sehingga akan memperbaiki

kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat

aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani

sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani juga akan meningkatkan

Page 22: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

metabolisme. Lalu kami menyarankan agar pasien mengajak keluarga pasien untuk ikut

olahraga selain sehat pasien juga dapat menjadi waktu yang tepat untuk berkomunikasi

dengan keluarga. Lalu kebiasaan pasien yang lainnya diet yang tidak sesuai untuk DM tipe II,

kami menanyakan pola konsumsi makan penderita, frekuensi makan besar 3 kali perhari tapi

pasien sering merasa lapar untuk itu pasien sedia cemilan biskuit manis, kadang dodol goreng

, susu milo, susu full cream, susu kental manis, permen, atau roti tawar yg diolesi dengan

susu kental manis, dari sini kami melihat yang dikonsumsi pasien sangat tinggi kadar

glukosanya. Kemudian kami menjelaskan bagaimana diet untuk penderita DM tipe II yaitu

diet rendah gula dengan makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori. Pada

penderita diabetes tipe II, pengaturan makanan merupakan hal yang sangat penting. Bila hasil

pengaturan makanan tidak sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan obat-obat hipoglikemi

OAD (oral anti-diabetic) atau insulin. Penderita diabetes tipe II yang kurus tidak

memerlukan pembatasan jumlah energi yang terlalu ketat. Akan tetap, semua penderita

diabetes tipe II harus mengurangi lemak dan kolesterol serta meningkatkan rasio asam lemak

tak jenuh dengan asam lemak jenuh. Penatalaksanaan makanan untuk penderita diabetes

melitus harus memperhatikan beberapa hal, yaitu prinsip, tujuan, dan syarat diet. Prinsip

pemberian makanan bagi penderita diabetes melitus adalah mengurangi dan mengatur

konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah.

Saat ini anjuran presentase karbohidrat berkisar antara 60-68% dari total energi makanan

dengan anjuran penggunaan karbohidrat kompleks yang mengandung serat. Tujuan diet

yaitu : memperbaiki kesehatan umum penderita, memberikan jumlah energi yang cukup

untuk memelihara berat badan ideal/ normal, mempertahankan kadar gula darah sekitar

normal (Pranadji, Martianto, dan Subandriyo, 2006).

Sebelumnya telah dikatakan pasien selalu mengatakan malas untuk kontrol dan

berolahraga dan pasien juga mengatakan dirumah jarang berkomunikasi dengan anak dan

menantunya karena sibuk dengan urusannya masing-masing. Pasien mengatakan anak

pertama sibuk untuk mengurus cucunya menantunya sibuk bekerja dan anak yang terakhir

juga sibuk dengan pekerjaannya selalu pulang malam sehingga sangat sulit untuk

berkomunikasi. Pembina merasa ini salah satu penyebab muncul rasa malas yaitu kurangnya

dukungan dari keluarga, oleh karena itu pembina menyarankan kepada keluarga agar

menyempatkan sedikit waktu untuk berkomunikasi. Pembina telah menerangkan memberi

tahu kenapa pasien DM harus rajin kontrol, yaitu untuk mengetahui kadar gula darah, dan

Page 23: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

pentingnya dukungan keluarga untuk penatalaksanaan DM sehingga dapat mencegah

komplikasi.

Dengan demikian pembina merasa sangat perlu untuk memberikan pemahaman pada

pasien dan keluarga DM adalah penyakit selama hidup, maka pengawasan dan pemantauan

dalam penatalaksanaan DM pada setiap saat menjadi penting. Oleh karena itu maka

penatalaksanaan penderita DM tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada pundak dokter dan

klinis saja. Dalam hal ini partisipasi penderita DM dan keluarganya sangat diperlukan untuk

memberikan motivasi sehingga dapat mencegah komplikasi.

Tabel 1. Penilaian Kemampuan Mengatasi Masalah (Koping Keluarga)

No. Masalah Koping

Awal

Koping

Akhir

Upaya Penyelesaian dari

Keluarga

1. Kurangnya kepatuhan pasien

untuk kontrol

4 5 Awal : Pasien dengan diabetes tidak

rutin kontrol jika tidak ada keluhan

Akhir : pasien berjanji akan kontrol

setiap bulan

2. Kurangnya kepatuhan pasien

dalam meminum obat

3 5 Awal : Pasien sering lupa untuk

minum obat

Akhir : keluarga bersedia untuk

meningatkan pasien untuk

meminum obat

3. Kurangnya motivasi untuk

perilaku hidup sehat

3 5 Awal : Pasien hampir tidak pernah

olahraga dan tidak mengatur pola

makan yang sesuai untuk penderita

diabetes. Pasien setiap pagi minum

susu kental manis.

Akhir :Keluarga bersedia mengikuti

anjuran pembina, dengan mulai

berolahraga bersama saat hari

minggu dan mengurangi makan dan

minuman yang manis. Pasien sudah

tidak lagi minum susu kental manis.

Page 24: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

4. Kurangnya kedekatan pasien

dengan keluarga

3 5 Awal : keluarga pasien sibuk

dengan urusan masing

Akhir : keluarga bersedia mengikuti

anjuran pembinaan

Rata – rata 3,2 5

Hasil Pembinaan

1. Pasien lebih paham tentang penyakit diabetes melitus, memahami pentingnya minum

obat teratur, kontrol gula darah ke puskesmas secara teratur setiap bulannya.

2. Pasien mulai merubah pola makan dengan mengganti menu makan yang sesuai untuk

diet penderita DM tipe II salah satunya dengan tidak lagi mengkonsumsi susu kental

manis.

3. Keluarga mulai melakukan perilaku sehat dengan jalan pagi bersama saat hari minggu

4. Hasil pembinaan keluarga secara keseluruhan menunjukkan peningkatan indeks

koping / penguasaan masalah dari 3 sebelum pembinaan menjadi 5 setelah

pembinaan.

5. Konsep pelayanan kedokteran keluarga telah dijalankan dan perlu ditunjang dengan

kerjasama yang baik antara provider kesehatan serta keluarga.

Saran

Saran bagi kesinambungan pelayanan adalah :

1. Untuk pembina berikutnya

Pembina selanjutnya sebaiknya dapat bekerja sama dengan tim Pembina sebelumnya,

sehingga pembinaan yang diberikan selanjutnya dapat benar-benar melanjutkan

pembinaan sebelumnya. Pembina selanjutnya sebaiknya tetap memotivasi keluarga

pasien untuk ikut berperan serta menjadi pelaku rawat bagi pasien.

2. Untuk pasien dan keluarga

Diperlukan kerja sama antara anggota keluarga dengan provider kesehatan dalam

menyelesaikan semua permasalahan yang ditemukan. Pasien dan keluarganya agar

lebih terbuka kepada pemberi pelayanan kesehatan jika ingin mengetahui tentang

penyakitnya.

Page 25: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

3. Pelaksanan pelayanan kesehatan

Perlunya pelayanan kesehatan yang lebih menyeluruh, komprehensif, terpadu dan

kesinambungan. Diperlukan suatu rekam medis yang benar dan teratur, serta

terkomputerisasi untuk menunjang pelayanan. Perlunya mengedukasi pasien dengan

diabetes mellitus untuk meminum obat teratur dan kontrol rutin. Pelayanan kesehatan

sebaiknya dalam memberikan obat DM tipe II tidak hanya untuk jangka waktu yang

terlalu singkat perkunjungan pasien sebab hal ini dapat mempengaruhi kepatuhan

berobat pasien.

Penutup

Dalam studi kasus ini diterapkan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pelayanan

kedokteran keluarga berupa pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, terpadu, dan

berkesinambungan. Pada kasus ini pengetahuan tentang kesehatan terutama dalam perilaku

hidup sehat dan dukungan moril keluarga sangat perlu ditingkatkan, oleh karena itu

pendekatan kedokteran keluarga penting dalam penanganan kasus semacam ini.

Page 26: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Daftar Pustaka

Asdie, A.H., 2000. Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2, Edisi pertama, Penerbit

Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005.Jumlah Penderita Diabetes Indonesia

Ranking ke-4 di Dunia, http://www.depkes.go.id/index.php

Gustaviani R. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi

B, dkk (editor). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI, 2006: 1879-1885.

Kekalih A. Diagnosis Holistik Pada Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Departemen Ilmu

Kedokteran Komunitas FKUI, 2008.

Pranadji, D, K. Martianto, D, H. Subandriyo, V, U. Perencanaan Menu Untuk Penderita

Diabetes Melitus. Jakarta : Penebar Swadaya, 2006.

Soegondo S et. al. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia 2006. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. pp: 7-9

Soewondo, P. 2005. Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus, dalam Penatalaksanaan

Diabetes Terpadu, Edisi kelima, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.

Sundari, S.,Setyawati, I., 2006. Peran Keluarga dalam Perawatan Penderita Diabetes Mellitus

secara Mandiri di Rumah, Journal Mutiara Medika, 6:2, 113-121.

Tjokroprawiro, A. 2006. Hidup Sehat Dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Wardani, N, K,.Hadi,H.,Huriyati,E.,2007. Pola Makan dan Obesitas Sebagai Faktor Resiko

DM Tipe 2 di Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Journal Gizi Klinik Indonesia, 4:1,1-10.

Waspadji, S. 2005. Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang Rasional , dalam

Penatalaksanaan Diabetes Terpadu, Edisi kelima, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.

Page 27: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

LAMPIRAN

LEAFLET

DIABETES MELITUS

Page 28: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Body Discomfort Map:

DEPAN BELAKANG

Keterangan

Tanda pada gambar, area yang dirasakan:

Pegal, kaku =

Page 29: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Parastesi

KRITERI

A

TAN

GAN

PERGELA

NGANSIKUT BAHU

LEHE

R

PUNGG

UNGTUNGKAI

SIKAP

KEKUAT

AN

Menjepit > 1 kg

Menggengam > 5 kg

Beban

> 5 kg

Beban >

5 kg

Denga

n

beban

Menanga

ni beban

> 10 kg

Pedal kaki yang

> 10 kg

LAMAJepitan/Genggaman >

10 detik Salah

satu

sikap >

2/menit

> 10 detik> 10

detik

> 10

detik> 30%/8 jam

FREKW

ENSI

> 30 manipulasi per

menit> 2/menit

>

2/meni

t

>

2/menit> 2/menit

Page 30: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

TOTAL

K

ir

i

1

Kan

an 1

Ki

ri

2

Kana

n 2

K

ir

i

0

Ka

nan

0

Ki

ri

1

Kan

an 1

Skor =

4Skor = 4

Kiri

3 Kanan 3

Page 31: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus

Page 32: Stukas Dm (Mia,Chi & Pur)

32

Studi Kasus