Kelompok 12: Milkhatul Hasanah (12140023) Evrida Eka Putri
Kelompok 12:Milkhatul Hasanah (12140023)Evrida Eka Putri (12140024)
Pengertian Al-Munasabat
Munasabah berasal dari kata مناسبة يناسب ناسب yang
berarti dekat, serupa, mirip, dan rapat. sama المناسبة
artinya dengan المقاربة yakni mendekatkannya dan
menyesuaikannya.; النسيب artinya القريب
dekat) المتصل dan berkaitan). Misalnya, dua orang
bersaudara dan anak paman. Ini terwujud apabila kedua-
duanya saling berdekatan dalam artian ada ikatan atau
hubungan antara kedua-duanya. An-Nasibjuga berarti Ar-
Rabith, yakni ikatan, pertalian, hubungan. [1]
[1] Prof.Dr.H.Rahmat syafe’I MA, Pengantar Ilmu Tafsir, (pustaka setia) hlm. 37
Secara terminologis munasabah adalah kemiripan-kemiripan
yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam Al-Quran baik surat
maupun ayat-ayatnya yang menghubungkan uraian satu dengan yang
lainya.
Menurut bahasa, munasabah berarti hubungan atau relevansi,
yaitu hubungan persesuaian antara ayat atau surat yang satu dengan
ayat atau surat yang sebelum atau sesudahnya.
Ilmu munasabah berarti ilmu yang menerangkan hubungan antara
ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang lainnya.
Menurut istilah, ilmu munasabah / ilmu tanasubil ayati was
suwari ini ialah ilmu untuk mengetahui alasan-alasan penertiban dari
bagian-bagian Al-Qur’an yang mulia. [2]
[2] M.Quraish Shihab, metode penelitian tafsir
Macam-macam Munasabat
Pada garis besarnya munasabah itu menyangkut pada dua hal, yaitu
hubungan antara ayat dengan ayat dan hubungan surat dengan surat.
Dua pokok hubungan itu di perincian sebagai berikut :
A.Hubungan ayat dengan ayat meliputi :
1.Hubungan kalimat dengan kalimat dalam ayat.
2. Hubungan ayat dengan ayat dalam satu surat.
3.Hubungan penutup ayat dengan kandungan ayatnya.
B. Hubungan surat dengan surat meliputi:
1.Hubungan awal uraian dengan ahir uraian surat.
2.Hubungan nama surat dengan tujuan turunnya.
3.Hubungan surat dengan surat sebelumnya.
4.Hubungan penutup surat terdahulu dengan awal surat berikutnya . [3]
[3] M. Qhuraish Shihab, Op, cit. hlm. 6
1. HUBUNGAN KALIMAT DENGAN KALIMAT DALAM AYAT
Fakhruddin Ar-Razi menyatakan bahwa “kehalusan / kelembutan” Al-Quran terletak
pada keserasian tata urut dan hubungan-nya. Sebagian ulama lain menyatakan
bahwa sebaik-baiknya pembicaraan adalah yang bagian satu berkaitan dengan
bagian lain sehingga tak terputus. Shubhi As-Shaleh. menegaskan bahwa bahwa para
ulama mensyaratkan adanya munasabah dalam ayat itu apabila dua ayat atau lebih
itu saling berhampiran. [4]
Hubungan antara ayat dengan ayat dalam Al-Quran terbagi dalam dua
macam. Pertama, hubungan yang sudah jelas antara kalimat terdahulu dengan
kalimat kemudian, atau akhir kalimat dengan awal kalimat berikutnya, atau masalah
yang terdahulu dengan masalah yang dibahas kemudian. Hubungan ini dapat
berbentuk تشديد , اعتراض , dan ]5. [تفسير
Kedua,hubungan belum jelas antara ayat dengan ayat atau kalimat dengan kalimat.
Hubungan demikian terdiri dari dua macam lagi, yaitu معطفة تكون تكون danال
معطوفة
[4] Shubhi Al-Shalih, mubahis fi ‘Ulum Al-Quran, hlm. 156
[5] Az-Zarkasyi, hlm. 40
2. Hubungan Ayat Dengan Ayat Dalam Satu Surat
Hubungan ayat dengan ayat dalam satu surat sudah di jelaskan sebagian dalam uraian
sebelumnya. Hubungan ayat dengan ayat dalam satu surat sudah jelas. Hanya saja,
adanya ayat-ayat dalam bentuk ini dapat kita lihat misalnya dalam surat Al-fatihah
Surat Al-Fatihah mengandung pokok ajaran agama Islam yang terkandung dalam Al-
Quran, yaitu tentang :
والمعاد , , , , القضاء اثباط القدر و والنبواة االلهيات
Empat hal itu terlihat dalam urutan ayat sebagai berikut : Dب Fر GهI Gل ل KدLمFحL ال
FينGمF LعFال menunjukkan tentang ketuhanan, Allah penguasa seluruh jagat raya ini. Jagat ال
raya ini akan bersimpuh kepada Allah pada hari kiamat ( GينDالد G FوLم ي GكG Ayat ini .( مFال
menunjukkan ke situlah manusia akan kembali, kepada tuhan pencipta (المعاد). Oleh
karena itu, ayat KينGعF ت LسF ن FاكI Gي وFإ KدK FعLب ن FاكI Gي menunjukkan bahwa untuk kembali kepada إ
Tuhan dengan selamat. Manusia hendaklah mengabdi dan pasrah diri dan sepenuhnya
kepada Allah semata. FيمGقF ت LسKمL ال Fاط FرDالص Fا dan seterusnya menunjukkan adanya اهLدGن
ketentuan Tuhan.
3. Hubungan Penutup (( وفاصلة Dan Kandungan فواصل
Ayat
Hubungan seperti ini terdiri dari empat macam, yaitu :
a.Tamkin (التمكين) Artinya memperkokoh atau mempertegas
pertanyaan.
b.Tashdir (التصدير )
c.Tausikh (التوشيخ) Kandungan fashilah ayat-ayat sudah tersirat
dalam rangakaian kalimat sebelumnya dalam suatu ayat.
d.Al-Ighal (االيغال) Yaitu penjelasan tambahan untuk
mempertajam makna. [6]
[6] Qhuraish Shihab, membumikan Al-Quran, Penerbit Mizan
4. Hubungan Awal Uraian Dengan Akhir Uraian Surat
Dalam kitab Al-Itqan, As-Syuyuti memberikan contoh-contoh tentang hubungan awal uraian dan akhir
uraian suatu surat. Hubungan ini tidak berdasarkan riwayat tertentu, tetapi merupakan telaah pemikiran
logis dari kandungan yang termakhtub dalam ayat-ayat itu. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan
hubungan tersebut :
Awal surat dan akhir surat Al-Qhasash (28)
Surat Al-Qasash dengan kisah Nabi Musa dengan Fira’un yang termuat dalam ayat 3 dan 4 misalnya,
dan berakhir dengan uraian tentang keadaan yang dihadapi Nabi Muhammad. Nabi Musa pada mulanya
menghadapi Fira’un yang kuat, namun kemudian pada akhirnya menemukan kemenangan dari
cengkeraman Fira’un. Sementara di akhir surat memberikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad
yang menhadapi tekanan dari kaumnya, Muhammad pun memperoleh kemenangan juga, yaitu Fath
Makkah pada tahun VIII hijrah. Dalam kisah ini kita memperoleh gambaran tentang adanya kesamaan
keadaan dan proses yang dihadapi antara Nabi Musa dab Nabi Muhammad SAW.
Contoh lain juga ada pada surat Al-Mukminun (23) dan surat Shad (38).
5. Hubungan Nama Surat Dengan Tujuan Turunnya
Shubhi As-Shalih, ketika membicarakan Asbab An-Nuzul, menyatakan bahwa
segala sesuatu pasti ada sebab dan tujuan. Begitu juga halnya dengan nama
surat-surat Al-Quran. Hubungan nama surat dengan tujuan turunnya terbagi
menjadi dua :
a) Hubungan yang diketahui berdasarkan riwayat
Misalnya pada surat Al-Baqarah, kata Al-Baqarah di ambil dari kata yang
terdapat dalam ayat 67 sampai 71.
Surat An-Nahl juga mempunyai kaitan nama dan tujuan turunnya berdasrkan
riwayat, ada beberapa riwayat dari Ibn Mas’ud, Abi Hurairah, dan Ibn Abbas.
Yang terletak pada ayat 9-67 surat An-Nahl.
b) Hubungan yang diketahui berdasarkan penelaah pikiran secara logis.
Misalnya surat Al-Kahfi dinamai demikian karena didalamnya mengandung
kisah Al-Kahfi. [7]
[7] Prof. DR. H. rahmad syafei, pengantar ilmu tafsir,hlm 49
6. Hubungan Surat Dengan Surat Sebelumnya.
As-Syuyuti menyebutkan bahwa sebagian ulama meyakini bahwa tiap-tiap surat
mempunyai kaitan pasti dengan surat sebelumnya. Adakala jelas dan tidak. Hubungan
surat satu dengan surat sebelumnya dapat dicari melalui empat cara,
a.Dilihat melalui huruf (bi hasb huruf). Misalnya, surat-surat yang dimulai
dengan حم dan الرtersusun berurutan.
b.Karena ada persesuaian antara akhir suatu surat dengan permulaan surat berikutnya.
Misalnya akhir surat Al-Fatihah dengan permulaan surat Al-Baqarah.
c.Dapat dilihat melalui الوزن dalam lafadznya. Misalnya, ahir surat Al-Lahab dengan
permulaan surat Al-Ikhlas.
d.Adanya kemiripan (bahkan sama) dalam bilangan ayat dalam ayat dalam suatu surat
dengan surat berikutnya. Misalnya, bilangan surat الضحي dan نشراح الم
7. Hubungan Penutup Surat Terdahulu Dengan Awal
Surat Berikutnya.
Az-Zarkasyi menyebutkan bahwa adanya hubungan awal
dengan akhir surat sebelumnya merupakan rahasia yang akan
menunjukkan juga hubungan lafadznya. Contohnya :
hubungan akhir surat Ali ‘Imran dengan permulaan surat An-
Nisa. Surat Ali ‘Imran ditutup dengan perintah bersabar dan
bertakwa kepada Allah, sedangkan surat An-Nisa diawali oleh
perintah takwa kepada Allah juga.
LمK Iك FعFل ل FهI الل IقKوا وFات GطKوا اب FرFو وا KرG وFصFاب وا KرG اصLب Kوا آمFن FينGذI ال cهFا يF أ Fا ي
) FونKحG KفLل )٢٠٠ت
FقF ل FخFو iةFدGاحFو iسLفF ن LنGم LمK FقFك ل Fخ IذGي ال KمK Iك ب Fر IقKوا ات KاسI الن cهFا يF أ Fا ي
IذGي ال FهI الل IقKوا وFات mاء FسG وFن ا mيرG Fث ك رGجFاال LهKمFا مGن IثF وFب هFا FجLو Fز LهFا مGن
mا قGيب Fر LمK Lك Fي عFل FانF ك FهI الل IنG إ FامFح LاألرFو GهG ب FونK اءFل FسF ١((ت
Fungsi dan Faedah Ilmu Al-Munasabat
Ada empat fungsi utama dari Ilmu Al-Munasabah :
1.Untuk menemukan arti yang tersirat dalam susunan dan urutan
kalimat-kalimat, ayat-ayat, dan surah-surah dalam Al-Quran.
2.Untuk menjadikan bagian-bagian dalam Al-Quran saling
berhubungan sehingga tampak menjadi satu rangkaian yang utuh
dan integral.
3.Ada ayat baru dapat dipahami apabila melihat ayat berikutnya.
4.Untuk menjawab kritikan orang luar (orientalis) terhadap
sistematika Al-Quran
Faedah mempelajari ilmu munasabah :
1.Mengetahui persambungan hubungan antara bagian Al-Qur’an, baik antara
kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang
lainnya. Sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab
Al-Qur’an dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatan.
2.Dengan ilmu munasabah itu dapat diketahui mutu dan tingkat kebahagiaan bahasa
Al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lain. Serta
persesuaian ayat atau suratnya yang satu dengan yang lain, sehingga lebih
meyakinkan kemukjizatannya, bahwa al-Qur’an itu betul-betul wahyu dari Allah
SWT, dan bukan buatan Nabi Muhammad Saw.
3.Dengan ilmu munasabah akan sangat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an. Setelah diketahui hubungan sesuatu kalimat / sesuatu ayat dengan kalimat /
ayat yang lain, sehingga sangat mempermudah pengistimbatan hukum-hukum atau
isi kandungannya.