Top Banner
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 1 Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN SUKARAMAI WALK-UP FLAT MEDAN Robinhot Jeremia Lumbantoruan 1) Muhammad Faqih I Gusti Ngurah Antaryama 2) 1) Program Pasca-saraja Perumahan dan Permukiman FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email: [email protected] 3) 2) 3) Jurusan Arsitetur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111 Abstract Simple walk-up flat is the housing solution for needs in land limitation. Simple walk- up flat development can contribute to cost savings in construction stage, maintenance and monthly fees to the residents. Simple walk-up flats design in Indonesia should be oriented toward effective demand. The point is that the presence of flats should be economical, affordable, and ensuring life tenant sustainability. Effective demand is important because the occupant of walk-up flat are low-income community. Economic capacity limitation is also related to occupant with limited residential type of simple walk-up flat unit. Space with a limited area should be used by residents to meet the overall everyday needs. Resident effort to change the pattern of residential units type led to a loss of residential unit quality to the various aspects of building performance. This study will review the room utilization post-occupancy by dwellers on Sukaramai Wlak-up Flats, Medan. The research method was descriptive qualitative. The results of this study presents 7 (seven) residential units patterns that is objects of study post-occupany, and various factors that cause these changes. Privacy fulfillment factor of space become a major factor in changing pattern of residential unit pasca-occupancy. Keywords: Factors Cause Changes, Pattern Residential Post-occupancy, Sukaramai Walk-up Flats.
13

STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Mar 14, 2019

Download

Documents

vulien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 1

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

STUDY OF ROOM UTILIZATION POST-OCCUPANCY IN SUKARAMAI WALK-UP

FLAT MEDAN

Robinhot Jeremia Lumbantoruan1) Muhammad FaqihI Gusti Ngurah Antaryama

2)

1) Program Pasca-saraja Perumahan dan Permukiman FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email: [email protected]

3)

2) 3) Jurusan Arsitetur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111

Abstract

Simple walk-up flat is the housing solution for needs in land limitation. Simple walk-up flat development can contribute to cost savings in construction stage, maintenance and monthly fees to the residents. Simple walk-up flats design in Indonesia should be oriented toward effective demand. The point is that the presence of flats should be economical, affordable, and ensuring life tenant sustainability. Effective demand is important because the occupant of walk-up flat are low-income community.

Economic capacity limitation is also related to occupant with limited residential type of simple walk-up flat unit. Space with a limited area should be used by residents to meet the overall everyday needs. Resident effort to change the pattern of residential units type led to a loss of residential unit quality to the various aspects of building performance. This study will review the room utilization post-occupancy by dwellers on Sukaramai Wlak-up Flats, Medan. The research method was descriptive qualitative.

The results of this study presents 7 (seven) residential units patterns that is objects of study post-occupany, and various factors that cause these changes. Privacy fulfillment factor of space become a major factor in changing pattern of residential unit pasca-occupancy.

Keywords: Factors Cause Changes, Pattern Residential Post-occupancy, Sukaramai Walk-up Flats.

Page 2: STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 2

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Abstrak

Rumah susun sederhana menjadi solusi pemenuhan kebutuhan perumahan di tengah keterbatasan lahan. Pembangunan rumah susun sederhana dapat memberikan kontribusi terhadap penghematan biaya dalam masa konstruksi, perawatan dan biaya bulanan penghuni. Perancangan rumah susun sederhana di Indonesia harus berorientasi terhadap effective demand. Maksudnya adalah bahwa kehadiran rumah susun harus ekonomis, terjangkau, dan menjamin keberlanjutan kehidupan penghuninya. Effective demand menjadi penting karena penghuni rumah susun adalah dari golongan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Keterbatasan kemampuan ekonomi penghuni juga berhubungan dengan keterbatasan unit hunian rumah susun sederhana. Ruang dengan luas yang terbatas harus dimanfaatkan oleh penghuni untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan mereka sehari-hari. Upaya penghuni dalam melakukan perubahan pola unit hunian menyebabkan terjadinya penurunan kualitas unit hunian terhadap berbagai aspek kinerja bangunan. Dalam penelitian ini akan dilakukan kajian pemanfaatan ruang pasca-occupancy oleh penghuni pada Rumah Susun Sukaramai, Medan. Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menyajikan 7 (tujuh) pola unit hunian yang terjadi dalam objek studi pasca-occupancy, serta berbagai faktor-faktor yang menyebabkan perubahan tersebut. Faktor pemenuhan ruang privasi menjadi faktor utama penyebab perubahan pola unit hunian pasca-occupancy.

Keywords: Faktor-faktor Penyebab Perubahan, Pola Hunian Pasca-occupancy, Rumah Susun Sukaramai Medan.

I. PENDAHULUAN Perkembangan penduduk dunia merupakan imbas dari keberhasilan pembangunan.

Peningkatan jumlah penduduk dunia berdampak terhadap munculnya berbagai masalah. Salah satu masalah yang tidak akan pernah berhenti sebagai sumber sejarah dalam peradapan manusia adalah masalah perumahan dan permukiman. Kekumuhan merupakan titik puncak kumpulan berbagai permasalahan di bidang perumahan dan permukiman.

Rumah susun Rumah susun sederhana merupakan tipologi perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang dalam perancangannya harus dipikiran secara holistik aspek yang dapat meminimalisasi biaya operasional yang membebani penghunia untuk mencapai effective demand (Wijaya, 1978). Effective demand merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan akan rumah dengan fasilitas penunjang ekonomi penghuni yang berkaitan dengan harga rumah, tingkat pendapatan dan biaya operasional. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperoleh penghematan biaya kepemilikan rumah adalah dengan pembangunan rumah susun yang diharapkan sebagai tipologi rumah yang dapat diterapkan di wilayah perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan (Lumbantoruan, 2005). Efektifitas lahan akan berdampak secara proporsional terhadap penurunan harga unit hunian rumah susun.

Keterbatasan luasan unit hunian di rumah susun menyebabkan adanya berbagai upaya penghuni untuk merubah tatanan unit hunian. Penelitian mengenai penghayatan ruang di Rumah Susun Tanah Abang, Jakarta menunjukkan bahwa penghuni rumah susun cenderung untuk memperluas ruangan mereka “Chronic Space” (persepsi ruang) (Soebroto, 1983).

Page 3: STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 3

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Upaya penghuni tersebut ternyata dapat berdampak terhadap kesatuan sistem bangunan, karena ada hubungan yang sangat erat antara sistem bangunan dengan kinerja bangunan. Jika sebuah bangunan tidak memiliki kesatuan sistem kerja yang baik antara berbagai sistem maka bangunan tersebut tidak akan dapat mencapai performance yang baik (Candra, 2001). Dalam tulisan ini akan mendeskripsikan bagaimana upaya penghuni melakukan perubahan terhadap unit hunian mereka pada Rumah Susun Sukaramai, Medan yang dihubungankan dengan aspek kinerja bangunan.

II. KAJIAN TEORI A. Ruang pada unit hunian Rumah Susun

Rumah Susun Sederhana di Indonesia diperuntukkan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sehingga keterbatasan dana menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan standar hunian rumah susun di Indonesia. Keterbatasan luasan bangunan untuk menampung seluruh kegiatan penghuni di unit hunian rumah susun memerlukan aturan yang ketat bagi para penghuni tentang tata cara untuk menghuni rumah susun. Berikut beberapa standar yang digunakan untuk rumah susun di IndonesiaKeterbatasan luas ruang unit hunian rumah susun menyebabkan berbagai upaya yang berbeda dari setiap penghuni dalam upaya memenuhi kebutuhan mereka akan ruang.

Tabel 1 : Ruang Pokok dalam Bangunan Rumah Susun

No. Ruang Aktivitas

1. Ruang Multifungsi Tidur, ibadah, makan, belajar, bekerja, bercengkrama, setrika, istirahat, terima tamu dan lain-lain

2. Ruang Dapur Menyiapkan bahan masakan, mencuci bahan masakan mentah, memasak, menyiapkan masakan matang, mencuci alat makan

3. Ruang Tidur Beristirahat dan tidur

4. Ruang Jemur Menjemur pakian dan alat tidur

5. Ruang Mandi, Cuci dan Kakus

Mandi, mencuci pakaian, mencuci alat masak dan kakus

Sumber : Pedoman teknis cara tinggal di rumah susun sewa

B. Sistem Bangunan dan Kinerja Bangunan Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal (utilitas) dan interior. Agar dapat meningkatkan kinerja dan integrasi bangunan maka diperlukan suatu acuan untuk dapat meberikan nilai acuan terhadap bangunan tersebut. Untuk dapat mengetahui tingkat nilai sebagai acuan harus dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu : spasial (hubungan antar ruang), thermal, indoor air quality, accustical, visual performance dan building integrity (Candra, Herry P., dkk. 2001). Jika sebuah bangunan tidak memiliki kesatuan sistem kerja yang baik antara berbagai sistem maka bangunan tersebut tidak akan dapat mencapai performance yang baik. Adapun berbagai sistem maupun hubungannya dengan kinerja bangunan dapat diuraikan sebagai berikut :

Page 4: STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 4

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

1. Sistem Bangunan a. Sistem Struktur

Sistem struktur merupakan sistem pada bangunan yang menciptakan bangunan tersebut dapat berdiri. Adapun yang termasuk terhadap sistem struktur antara lain kerangka bangunan, portal, dinding penahan gempa dan lain sebagainya. Secara umum dapat diartikan merupakan keseluruhan hal dalam bangunan yang berkaitan denngan proses pendistribusian beban dan jika salah satu dari distribusi tersebut dihilangkan maka bangunan akan menjadi runtuh. Pengguaan biaya stuktur dan konstruksi yang tepat secara langsung dapat berdampak terhadap harga jual tiap unit hunian rumah susun. Biaya perawatan yang mudah dan murah juga diharapkan tidak akan membebani penghuni rumah susun sewaktu ingin menempati unit hunian mereka.

b. Sistem Selubung Bangunan Sederhananya yang dimaksud dengan sistem selubung bangunan adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dari bagian luar bangunan. Kesatuan sistem selubung bangunan ini berfungsi untuk melindungi bangunan tersebut terhadap penetrasi gangguan dari luar bangunan baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia.

c. Sistem Mekanikal Yang dimaksud dengan sistem mekanikal adalah merupakan sistem yang memberikan layanan terhadap gedung dan juga penghuninya. adapun yang termasuk ke dalam sistem ini adalah suplai listrik, air bersih, sistem pembuangan limbah, pemadaman kebakaran, pengendalian keamanan, dan sistem pencahayaan alami dalam bangunan.

d. Sistem Interior Sistem interior adalah segala sesuatu yang dapat dilihat di dalam gedung, sistem ini merupakan kesatuan dari berbagai elemen pembentuknya yaitu lantai, dinding, dan plafond. Adapun pengertian paling mendasar dari sistem interior adalah sebuah ruangan yang dapat menaungi aktifitas pengguna ruangan tersebut.

2. Kinerja Bangunan Untuk dapat menilai tingkat kinerja bangunan diperlukan acuan lain yang merupakan hasil dari kesatuan sistem bangunan yang terintegrasi. Sehingga semakin terjaga sistem suatu bangunan maka kinerja bangunan tersebut juga akan terjada secara baik.

a. Komposisi Ruang Kinerja komposisi ruang adalah kinerja yang berkaitan dengan kenyamanan penghuni dalam menggunakan ruangannya. Sehingga penghuni tidak memperoleh banyak hambatan dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari.

b. Kinerja Thermal Kinerja ini berkaitan dengan kenyamanan suhu dimana penghuni dapat memperoleh suhu yang nyaman untuk beraktifitas dalam ruangan. Upaya pencapaian kenyamanan suhu tersebut juga perlu memperhatikan aspek kemampuan tubuh manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Dalam kondisi adaptasi minimal manusia akan dapat secara cepat beradaptasi akan tetapi pada kondisi maksimal maka manusia akan mengalami stress.

c. Kinerja Kualitas Penghawaan dalam Bangunan Ketersediaan oksigen dan kandungan udara segar dalam ruangan menjadi paramater penilaian kinerja kualitas penghawaaan dalam bangunan. Komposisi udara yang baik secara kuantitas maupun kualitas dapat memberikan kenyamanan bernapas bagi penghuninya.

d. Kinerja Akustik Merupakan sistem kinerja bangunan yang berfungsi untuk menciptakan suasana yang bebas dari kebisingan sehingga dapat dibangun komunikasi sesama penghuni tanpa terjadi distrosi bunyi. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kinerja akustik yaitu : jarak

Page 5: STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 5

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

sumber suara, tipe material pembatas ruang, orientasi dan letak bangunan, serta dimensi ruang.

e. Kinerja Visual Bangunan Kinerja visual dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu eksterior visual dan interior visual. Eksterior visual berkaitan dengan kesatuan sistem pencitraan bangunan yang dilihat dari luar oleh penghuni dan orang lain. Sedangkan interior visual adalah keadaan dimana tersedianya cukup cahaya agar penghuni dapat melihat objek-objek di dalam ruangan dengan nyaman tanpa menggunakan alat bantu.

f. Kesatuan Bangunan (Building Integrity) Building Integrity adalah kemampuan bangunan untuk menyokong material sehingga bangunan dapat bertahan dari serangan alam maupun gangguan manusia. Penilaian menyeluruh terhadap building integrity sering digunakan dalam menilai kelayakan suatu bangunan untuk dapat digunakan.

III. METHODE Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif

kualitatif. Dengan mendeskripsikan berbagai temuan yang diperoleh oleh penulis di lapangan. Dan untuk mengetahui bagaimana tingkat perubahan yang dilakukan oleh penghuni terhadap pola komposisi ruang maka dibuatkan formulir skoring untuk mengetahui tingkat perubahan yang dilakukan oleh penghuni terhadap pola unit huniannya.

Tabel 2 : Formulir Penilaian Perubahan Pola Komposisi Penggunaan Ruang Pasca-Occupancy

Type Perubahan :

Type .......

No. Aspek Penilaian

Standarisasi Penilaian Tingkat Perubahan Bobot - II Total

Nilai Botot - I (%) Total Angka Kualifikasi (%)

A b C d e=cxd f g h

i = f x h

I Program Ruang 0,00 0,00 ------ 35,00 # 0,00

- Semi - Privat 0,00

a. Ruang Tamu 0,00 =100/7 0,00

b. Ruang Keluarga 0,00 =100/7 0,00

- Privat 0,00

a. Ruang Tidur 0,00 =100/7 0,00

b. Ruang Makan 0,00 =100/7 0,00

- Servis 0,00

a. Dapur 0,00 =100/7 0,00

Page 6: STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 6

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

b. KM/WC 0,00 =100/7 0,00

c. Ruang Jemur/Teras Belakang 0,00 =100/7 0,00

II Rekayasa Ruang 0,00 0,00 ------- 45,00 # 0,00

- Pola Perabot 0,00 =100/2 0,00

- Pemilihan Material + Struktur dan Konstruksi 0,00 =100/2 0,00

III Fungsi Ruang 0,00 0,00 ----- 20,00 # 0,00

- Sebagai Hunian 0,00 =100/2 0,00

- Ada penambahan fungsi 0,00 =100/2 0,00

Total : 0,00

Sumber : Hasila Analisa, 2009

Tingkat Perubahan :

(1)

Note :

- Bobot - I Merupakan pembagian aspek penilaian terhadap keseluruhan aspek

- Bobot - II Merupakan pembobotan berdasarkan tingkat pengaruh terhadap aspek kinerja bangunan (building performance)

Skor

Tingkat Perubahan

Skor > 60 %

Perubahan Besar

Skor = 40 s/d 60 %

Perubahan Sedang

Skor < 40 %

Perubahan Kecil

Tabel 3 : Kriteria Penilaian

No. Aspek Penilaian Penilaian Kriteria Penilaian 1. Program Ruang Perubahan Besar Terjadinya perubahan posisi ruang dalam

menaungi aktifitas sehari-hari, terhadap konsep awal perancang

Perubahan Sedang Adanya pembatasan ruang yang memisahkan sebuah kegiatan dengan kegiatan lainnya.

Perubahan Kecil

Kesalahan dalam Pemanfaatan ruang, sesuai fungsinya akan tetapi tidak dilakukan upaya perubahan seperti konsep awal penggunaan ruang

Page 7: STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 7

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

2. Rekayasa Ruang Perubahan Besar Penggunaan Perabot ukuran besar, dan berlebihan

Pembatas ruang permanen (tidak fleksibel dan portable)

Penambahan ruang yang melewati batas-

batas kempemilikan, di rumah susun.

Perubahan Sedang

Tidak memaksimalkan penggunaan perabot multi fungsi

Pembatas ruang semi permanen

Perubahan Kecil Tidak terjadi perubahan, 3. Fungsi Hunian Perubahan Besar Terjadi perubahan, fungsi selain fungsi

hunian, sepanjang hari

Perubahan Sedang Ruang dalam unit hunian difungsikan untuk fungsi lain, akan tetapi dalam batas waktu tertentu

Perubahan Kecil Tetap berfungsi sebagai unit hunian

Sumber : Hasil Analisa, 2009 Dan untuk mengetahui berbagai faktor-faktor pendorong perubahan yang dilakukan oleh penghuni dilakukan dengan menanyakan responden yang telah ditentukan tentang berbagai alasan mereka mengapa mereka melakukan perubahan terhadap sistem bangunan yang dikaitkan dengan aspek kinerja bangunan.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Awal Unit Hunian Rumah Susun Sukaramai Medan. Rumah Susun Sukaramai, Medan merupakan rumah susun pertama yang dibangun di Kota Medan. Rumah susun ini adalah rumah susun yang dibangun sebagai upaya peremajaan kota akibat kebakaran. Mayoritas penduduk pada Kelurahan Sukaramai II pada saat ini dihuni oleh etnis Tionghoa. Dahulu ada satu lokasi yang disebut dengan nama Lou Ah Yook yang merupakan daerah tempat bermukimnya etnis Tionghoa dari berbagai lapisan strata sosial. Dalam perkembangannya, lokasi permukiman ini semakin padat dan pada akhirnya menjadi kumuh. Pada tahun 1979, permukiman rumah penduduk Kelurahan Sukaramai II mengalami kebakaran tepat di lokasi Lou Ah Yook dan daerah-daerah sekitarnya yang merupakan permukiman campuran antara etnis Tionghoa dan pribumi. Kebakaran tersebut memusnahkan seluruh perumahan penduduk tersebut. Oleh masyarakat kemudian mendirikan barak-barak penghunian untuk penduduk korban kebakaran. Pemerintah Kotamadya Medan melakukan program peremajaan kota dengan pembangunan rumah susun. Pada awalnya rumah susun ini tidak begitu diminati oleh penghuni, yaitu mereka yang memperoleh prioritas utama adalah penduduk dari lokasi eks kebakaran. Tingkat hunian yang sangat rendah bahkan tidak mencapai 50 (lima puluh) % dari total unit hunian yang tersedia. Banyak para penghuni yang membiarkan unit huniannya kosong. Bahkan upaya promosi dilakukan secara gencar yaitu dengan mengundang Mempera pada era orde baru yaitu Siswono Yudohusodo untuk menginap di unit hunian tipe 21 di tahun 1998. Ternyata upaya promosi ini tidak berdapak positif terhadap peningkatan tingkat hunian rumah susun tersebut. Berdasarkan kondisi ini maka pihak Perumnas Regional I Medan, yang bermitra dengan PT.

Page 8: STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 8

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Ira Widya Utama tidak melanjutkan proses pembangunan rumah susun yang pada awalnya direncanakan akan dibangun pada lokasi bekas kebakaran seluas ± 11,5 Ha. Setelah krisis pada tahun 1997-an dibangunlah kompleks perdagangan terpadu yang dikenal dengan Kompleks Asia Mega Mas. Kompleks ruko ini berkembangan hingga menutupi keseluruhan lokasi disekitar Rumah Susun Sukaramai, Medan. Perkembangan selanjutnya kawasan ini mejadi kawasan yang selalu ramai pada pagi hingga malam hari. Lokasi ini tidak pernah tidur dan aktifitas ekonomi dan mobilitas penduduk terjadi sepanjang siang hari dan malam hari. Ternyata munculnya generator aktifitas perdagangan di sekitar Rumah Susun Sukaramai, Medan berdampak terhadap tingkat hunian rumah susun. Munculnya lapangan kerja baru dan kesempatan untuk berusaha pada sektor-sektor informal lainnya menjadikan Rumah Susun Sukaramai kembali dihuni oleh para penghuninya dulu atau disewakan dengan orang lain. Adapun usaha-usaha yang paling berkembangan adalah usaha dagang berbagai kuliner di sekitar komplek rumah susun. Dengan perkembangan aktifitas tersebut Rumah Susun Sukaramai hampir tidak pernah kosong dan banyak para penyewa yang seolah-olah memiliki daftar tunggu untuk menghuni rumah susun tersebut.

Perancang Rumah Susun Sukaramai, Medan memiliki konsep akan pemanfaatan ruang sehingga ruang yang sempit tersebut tetap dapat menaungi berbagai aktifitas yang dilakukan oleh setiap penghuni setiap harinya.

Gambar 1. Konsep awal komposisi unit hunian (Sumber: Survei Lapangan September, 2009)

Program Ruang Pola aktifitas dan kegiatan merupakan faktor utama yang menjadi pertimbangan

kebutuhan ruang disamping keterbatasan ruang dan faktor biaaya (ekonomi). Program ruang dibentuk dalam memenuhi kebutuhan ruang untuk mewadahi kegiatan sehari-hari penghuni dalam unit hunian. Untuk efektifitasnya maka ruang-ruang tersebut digabungkan dalam satu zona tertentu yang berdampak terhadap pola penyusunan ruang, pengelompokan kegiatan dan memudahkan untuk proses konstruksi. Adapun pembagian zona dalam desain unit hunian rumah susun tipe 21 (F-21) blok A-6 dan blok A-7 adalah sebagai berikut :

Page 9: STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 9

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

- Privat : zona ruang privat adalah area yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan privat (tidak diinginkan untuk diketahui oleh orang lain). Adapun ruang-ruang yang termasuk ke dalam zona privat terdiri dari ruang keluarga dan ruang tidur. Akantetapi karena keterbatasan luasan ruang pada unit hunian tipe 21 (F-21) menyebabkan pemisahan ruang-ruang tersebut tidak diwujudkan melalui penggunaan sekat pembatas permanen, berupa dinding masif. Untuk mensiasatinya pemisahan ruang diwujudkan melalui penggunaan dan penyusunan perabot dalam ruangan. Penggunaan partisi tembus pandang yang berfungsi ganda sebagai sekat ruang dan lemari penyimpanan barang-barang keluarga. Penggunaan sekat partisi portable dapat memberikan kesan luas dalam bangunan dengan menggunakan cermin pada bagian sisi partisi yang mengarah ke ruang tamu. Kamar tidur dilengkapi dengan tempat tidur bertingkat sehingga dapat menghemat luasan rumah susun.

Gambar 2 : Zoning Ruang pada Siang hari

Gambar 3 : Zoning Ruang pada Malam hari

Page 10: STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 10

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

- Semi Privat : ruang yang menjadi zonan semi privat pada unit hunian rumah susun adalah ruang tamu, yang dibatasi dengan partisi dengan ruang keluarga dan ruang tidur. Ruang tamu dilengkapi dengan seperangkat perabot lemari tv dan seperangkatt media entertaimen. Keterbatasan ruang tamu sebaiknya disiasati dengan cara duduk lesehan di ruang tamu ataupun kalau menggunakan seperangkat meja dan kursi tamu pilihlah meja dan kursi dengan ukuran kecil dan sewaktu tidak dipakai kursi dapat disimpah di bawah meja, sehingga dapat menghemat ruang.

- Servis : zona servis terdiri dari ruang-ruang seperti dapur, KM/WC, dan ruang jemur. Dengan posisi luasan yang sangat sempit maka sangat diharapkan untuk tidak melengkapi ruangan ini dengan berbagai peralatan-peralatan yang berukuran besar, akan tetapi seadanya saja yang dapat secara efektif membantu penghuni dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

B. Perubahan Pola Komposisi Ruang Pasca-occupancy

Berbagai upaya dilakukan penghuni dalam memenuhi kebutuhan mereka akan ruang. Rumah susun sebagai tipe bangunan perumahan yang direncanakan untuk menjawab kebutuhan akan “shelter”, akan tempat tinggal, sehingga tidak perlu menuntut hal-hal yang berlebihan akan rumah susun. Akan tetapi, dalam kenyataanya tidak ada satupun rumah susun yang pola berhuninya sama, setiap penghuni punya cara tersendiri untuk berekspresi di unit hunian mereka. Dapat disimpulkan bahwa masih ada peluang untuk berekspresi dalam rumah susun. Berikut akan disajikan tabel perubahan pola komposisi ruang pasca-occupancy pada Rumah Susun Sukaramai Medan.

Tabel 4 : Perubahan Pola Komposisi Ruang Pasca-occupancy

Page 11: STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 11

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Page 12: STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 12

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

C. Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Perubahan

Berbagai faktor yang menjadi pendorong usaha penghuni untuk melakukan perubahan dalam pola unit hunian rumah susun setelah dihuni adalah :

1. Faktor pemenuhan kebutuhan psikologis dalam hal ini pemenuhan kebutuhan akan ruang-ruang yang akan menaungi penghuni dalam melakukan kegiatan yang bersifat privasi yaitu tidur. Hal-hal yang berkaitan erat dengan faktor tersebut adalah a). Latar belakang penghuni yang tidak memiliki kedekatan emosional, b).Sistem akustik lingkungan yang tidak bekerja secara optimal sehingga mengganggu kenyamanan penghuni.

2. Faktor pengawasan dan perawatan dari pihak pengelola juga menjadi faktor yang mendorong penghuni untuk melakukan perubahan terhadap pola menghuninya.

3. Penghuni dengan lama berhuni lebih lama lebih peduli terhadap keberlanjutan unit hunian sehingga melakukan perubahan lebih sedikit dan memahami cara menghuni yang benar dalam unit hunian rumah susun. Sedangkan penghuni dengan status sewa dengan lama huni yang lebih singkat cenderung melakukan perubahan yang sangat signifikan terhadap pola perubahan unit hunian.

V. KESIMPULAN Sama seperti rumah susun lainnya penghuni Rumah Susun Sukaramai, Medan juga

melakukan berbagai perubahan pola menghuni unit hunian rumah susun. Adapun alasan yang utama mereka adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka atas ruang privasi. Terdapat 7 (tujuh) pola perubahan unit hunian pasca-occpancy yang diamati berdasarkan aspek pencapaian kinerja bangunan pada unit hunian rumah susun. Mayoritas penghuni melakukan pola perubahan tipe II sebanyak 102 unit hunian, dan diikuti oleh perubahan tipe IV sebanyak 52 unit hunian, perubahan tipe I sebanyak 22 unit, perubahan tipe II sebanyak 17 unit, perubahan tipe V sebanyak 11 unit, perubahan tipe VI sebanyak 2 unit, dan perubahan tipe VII sebanyak 1 unit. Mayoritas penghuni berpendapat bahwa faktor pendorong yang menyebabkan perubahan tersebut adalah pemenuhan kebutuhan psikologis berupa pemenuhan ruang-ruang privasi.

Page 13: STUDY OF ROOM UTILIZATION POST- OCCUPANCY IN … · Ada empat elemen yang merupakan elemen pembentuk sebuah gedung yaitu struktur, selubung, mekanikal ... elemen pembentuknya yaitu

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 13

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

VI. DAFTAR PUSTAKA Wijaya, Albert, 1978, Pembangunan “Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota”, Eko, Budiharjo, 2006, “Sejumlah Masalah Permukiman Kota”, PT. Alumni Bandung, Bandung, 2006. Lumbantoruan, Tako, deWanna, Yulius, Purnomo 2009, “Sustainable Living Place for Low Income at Sombo Walk-up Flats”, Johan Silas dkk, International Conference on Green Architecture and Solution, ISBN : 978-979-3334-08-0, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2009. Soebroto, Endah Parwita, 1983, “Aspek-aspek Sosial Psikologis pada Permukiman Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota-kota Besar”, Eko, Budiharjo, 2006, “Sejumlah Masalah Permukiman Kota”, PT. Alumni Bandung, Bandung, 2006. Candra, Herry P., dkk., 2001, “Analisa Hubungan Sistem Bangunan dengan Kinerja Total dan Integrasi Bagunan pada Berbagai Gedung Bertingkat di Surabaya”, Dimensi Teknik Sipil, vol.3, no.2, September 2001, 16-23, ISSN 1410-9530, Surabaya, 2001.