Page 1
1
Study Komparatif Mekanisme Koping Pasien Coronary Artery Disease (CAD)
Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan di High Care Unit
RS Immanuel Bandung
Nur Intan Hayati H.K 1
1 Staf Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung, Indonesia, [email protected]
ABSTRAK
Masalah fisik, psikologis, sosial sering dialami oleh pasien coronary artery
disease (CAD), sehingga pasien perlu mengembangkan mekanisme koping yang
tepat, mekanisme koping dapat berupa; mekanisme koping konstruktif (adaptive)
dan mekanisme koping destruktif (maladaptive), Kemampuan koping dapat
ditingkatkan dengan pemberian pelayanan keperawatan yang komprehensif dan
berkelanjutan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi mekanisme
koping pasien coronary artery disease (CAD) sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan di High Care Unit RS Immanuel Bandung. Metode
Penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan desain study komparatif,
dilakukan pada 33 responden yang didapatkan melalui systematic random
sampling dengan pendekatan consecutive admission. Hasil penelitian diperoleh
bahwa secara umum mekanisme koping pasien CAD sebagian besar adaptif, baik
sebelum pemberian pendidikan kesehatan (63, 64%) dan sesudah pemberian
pendidikan kesehatan (75,76%). Terdapat perbedaan yang signifikan antara
mekanisme koping sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan (p=0,
00). Dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan efektif dalam
meningkatkan mekanisme koping pasien CAD, sehingga dapat di rekomendasikan
bahwa program pemberian pendidikan kesehatan yang didesain dalam penelitian
ini dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan standar operasional pendidikan
kesehatan pada pasien CAD dirumah sakit
Kata kunci: Pendidikan kesehatan, coronary artery disease (CAD), mekanisme
koping
Page 2
2
A. PENDAHULUAN
World Health Organitation (WHO) menyebutkan dari 81.100.000 orang
yang mengalami penyakit kardiovaskuler, 17.600.000 mengalami coronary artery
disease (CAD) dan merupakan penyebab 1 dari 6 kematian di United States
dengan angka kematian 425.425 orang (AHA, 2010). Di Indonesia tahun 2008
angka kematian akibat coronary artery disease (CAD) sebanyak 23.163 orang
dengan case fatality rate (CFR) 11,06% (Kemenkes, 2010). Sedangkan di kota
Bandung penyakit coronary artery disease (CAD) termasuk peringkat ke-2
dengan angka kejadian 465 per 100.000 penduduk (DinkesBandung, 2009)
Coronary artery disease (CAD) merupakan penyakit yang diakibatkan
adanya penyempitan atau oklusi arteri koroner, karena adanya trombosis,
aterosklerosis atau spasme yang menyebabkan miokard iskemik lalu nekrotik
karena kekurangan oksigen (Hudak & Gallo, 2010). Pasien secara fisik,
psikologis dan sosial akan mengalami permasalahan, masalah fisik yang sering
ditemukan adalah angina pectoris atau nyeri dada, sesak napas, diaforesis,
mual, takikardi, tachypnea, hipertensi, hipotensi, penurunan SaO2 dan kelainan
irama jantung (Overbaugh, 2009)
Secara psikologis pasien dapat mengalami kecemasan terutama pada
wanita (Rosenfeld, 2006), kecemasan ini disebabkan oleh karena adanya nyeri
dada, takut akan kematian, lingkungan rumah sakit dalam setting Intensive Care
(Januzzi, Stern, Pasternak, & DeSanctis, 2000; Urden, Stacy, & Lough, 2010).
Padahal kecemasan, ketakutan akan kematian, dapat memperberat kondisi
penyakitnya dan menyebabkan sudden death (Januzzi et al., 2000).
Secara sosial penyakit coronary artery disease (CAD) dapat
menyebabkan pasien menderita gangguan konsep diri dan depresi, yang dapat
memperberat kondisi penyakitnya dan mengakibatkan kematian, hal ini
disebabkan karena adanya penurunan harga diri, isolasi sosial, yang diakibatkan
lingkungan rumah sakit, kunjungan yang terbatas dan adanya ketergantungan
terhadap orang lain (Carney et al., 2001; Januzzi et al., 2000)
Adanya dampak fisiologis, psikologis dan sosial pada pasien, merupakan
krisis pada individu yang dapat mengakibatkan stress, yang akan mendorong
pasien mengaktifkan mekanisme koping, mekanisme koping dapat berupa;
mekanisme koping konstruktif (adaptive) dan mekanisme koping destruktif
(maladaptive) (Lazarus & Folkman, 1984; Stuart & Laraia, 2005). Berdasarkan
Page 3
penelitian dari 82 pasien coronary artery disease (CAD) 56% atau 46 orang
mengalami reaksi koping destruktif (maladaptive) seperti kecemasan (anxiety),
depresi, marah, denial, feeling resigned, emosional (Levey, Dieter, Preston,
Smith, & Levey, 2001 ) padahal koping yang maladaptive dapat berdampak pada
peningkatan tekanan darah, tingkat stress yang dapat memperberat kondisi pasien
dengan coronary artery disease (Lindquist, Beilin, & Knuiman, 1997)
Pasien perlu mengembangkan koping yang adaptif, tanpa koping yang
adaptif, fungsi afektif, perawatan pasien tidak dapat dicapai secara adekuat
(Friedman, 1998), Koping mekanisme yang mendukung dapat mempercepat
proses penyembuhan, sehingga pemilihan koping yang tepat dapat mencegah
terjadinya readmission (Stewart et al., 1997). Berdasarkan hasil penelitian di
Amerika pada tahun 2008, dari 181 orang pasien dengan coronary artery disease
(CAD) didapatkan 26 orang (14.4%) mengalami readmission dalam waktu 30
hari pasca pemulangan dari rumah sakit (Murphy et al., 2008), sedangkan di
Indonesia saat ini data kejadian readmission pada pasien coronary artery disease
belum terdokumentasi. Oleh karena itu peran perawat critical care sangat
penting dalam memahami proses penyakit dan memberikan dukungan agar
pasien dapat menggunakan mekanisme koping lebih adaptif (Urden et al., 2010),
bentuk intervensi keperawatan berupa pendidikan kesehatan perlu untuk
diberikan agar terjadinya mekanisme koping yang adaptif yang mengarah pada
perilaku pasien dalam mencegah terjadinya; serangan ulang, komplikasi,
kecacatan, kematian dan membantu pemulihan (Angelelli, 2006)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara saat studi pendahuluan di
ruang High Care Unit RS Immanuel pada bulan Januari-Maret 2011 didapatkan
bahwa BOR 89.92 dan LOS 5.48, dan penyakit coronary artery disease (CAD)
menduduki peringkat pertama sebagai 10 penyakit terbesar yaitu dengan rata-rata
perbulan terjadi 26 kasus, dan cenderung meningkat jumlahnya dengan
distribusi:
Page 4
Tabel 1
Jumlah pasien coronary artery disease (CAD) di High Care Unit (HCU) Rumah
Sakit Immanuel Bandung
No Bulan Jumlah
Pasien
%
1 November 18 Orang 23,1 %
2 Desember 29 Orang 37,2 %
3 Januari 31 Orang 39,7 %
Total 78 Orang 100 %
Sumber: Sensus Bulanan (2011)
Data rekam medik menunjukkan bahwa dalam jangka waktu 3 bulan
terakhir dari 78 pasien coronary artery disease (CAD) terjadi 3 kasus atau 3.84%
pasien yang mengalami readmission dengan kondisi yang lebih berat disertai
komplikasi.
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan kepala instalasi perawatan
khusus, kepala bagian High Care Unit dan 5 orang perawat pada tanggal 7 Maret
2011 didapatkan informasi bahwa saat ini perawatan yang dilakukan pada pasien
coronary artery disease (CAD) lebih kearah pemenuhan kebutuhan fisik, pada
pasien diberikan pendidikan kesehatan dengan pengisian catatan resume pulang,
prosesnya berupa pemberian informasi tentang; jadwal kontrol, diet, obat,
informasi diberikan pada saat perpindahan pasien atau pasien pulang, sedangkan
dari hasil observasi dan wawancara pada Maret 2011 dengan 6 pasien dan 6
keluarga pasien didapatkan 3 dari 6 pasien mengatakan sebelumnya mereka
pernah dirawat di rumah sakit Immanuel dengan penyakit yang sama, ditemukan
data bahwa 1 pasien mengatakan ia masih merokok sampai saat ini.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi perlunya untuk
diketahui mekanisme koping yang digunakan oleh pasien dengan coronary
artery disease (CAD) di ruang High Care Unit (HCU), adanya kesenjangan
antara fakta dan teori, juga belum adanya penelitian terkait dengan mekanisme
koping pada pasien coronary artery disease (CAD) di ruang High Care Unit
(HCU) maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai mekanisme
koping pasien coronary artery disease (CAD) baik sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan di ruang High Care Unit (HCU). Pentingnya
Page 5
penelitian adalah mengingat bahwa stressor yang dialami oleh pasien coronary
artery disease (CAD) dapat mengaktifkan mekanisme koping, jika diikuti dengan
lemahnya koping pasien dapat memperburuk kondisi penyakit dan berresiko
terjadi kekambuhan
Tujuan penelitian ini adalah untuk; 1) mengidentifikasi karakteristik pasien
coronary artery disease (CAD), 2) mengidentifikasi mekanisme koping pasien
coronary artery disease (CAD) sebelum diberikan pendidikan kesehatan, 3)
mengidentifikasi mekanisme koping pasien coronary artery disease (CAD)
sesudah diberikan pendidikan kesehatan, 4) Menganalisa perbedaan mekanisme
koping pasien coronary artery disease (CAD) sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dasar guna dijadikan
landasan bagi RS untuk menentukan standar operasional prosedur dalam
pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif, sehingga diharapkan
bermanfaat bagi pasien coronary artery disease (CAD) melalui keterlibatan
mereka sehingga terjadi mekanisme koping yang lebih adaptif. Dan juga
dijadikan landasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan terkait
dengan asuhan keperawatan yang holistic, komprehensif, berkelanjutan dalam
meningkatkan mekanisme koping dan memperoleh evidence base practice dalam
upaya menurunkan faktor resiko pada pasien coronary artery disease
B. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Diteliti :
Tidak diteliti :
Pasien CAD (angina Stabil, ACS) yang
dirawat di ruangan Intensive Care
mengalami masalah: 1. Biologis (Biological)
2. Psikologis (Psychological)
3. Sosial (Sociol)
Mekanisme
Koping Sesudah
pendidikan
kesehatan
Mekanisme Koping
Sesudah
pendidikan kesehatan
Adaftif
Destruktive
60
S
K
O R
0
Konstruktive
Maladaptif
Mekanisme
Koping Sebelum
Pendidikan
kesehatan
Page 6
Sumber : Modifikasi (Lazarus & Folkman, 1984; Schultz & Videbeck, 2008; Stuart & Laraia,
2005; Urden et al., 2010)
C. METODE PENELITIAN
Desain penelitian deskriptif komparatif, yaitu suatu jenis penelitian yang
bertujuan untuk membandingkan persamaan atau perbedaan antara satu variabel
atau lebih dalam waktu yang bersamaan (Sugiyono, 2010). Dalam hal ini peneliti
ingin mengetahui perbedaan mekanisme koping pada pasien dengan coronary
artery disease (CAD) sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan di
ruang high care unit RS Immanuel
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di high care unit
RS Immanuel yang di diagnosa coronary artery disease dalam 3 bulan terakhir
yaitu sebanyak 78 orang, Pengambilan sampel dengan Non probability sampling
jenis Consecutive sampling, Jumlah sampel dengan menggunakan rumus :
d
szzn
d
Selisih rerata kedua kelompok yang bermakna, d [clinical judgment]
Simpang baku dari selisih rerata, ds [dari pustaka atau clinical judgment]
Tingkat kemaknaan, [ditetapkan oleh peneliti]
[ditetapkan oleh peneliti]
32
5
10842,096,12
n Sampel yang diambil 33 orang, Dengan kriteria
sampel penelitian:
1) Kriteria Inklusi
(1) Pasien dewasa baik laki-laki atau perempuan yang didiagnosa Coronary
Artery Disease (CAD) (angina stabil, angina tidak stabil, STEMI, NSTEMI)
yang dirawat di Ruang High Care
(2) Kesadaran compos mentis, kooperatif
(3) Tidak ada keluhan nyeri dada dalam 8 jam, tanda vital stabil, gambaran EKG
stabil
Page 7
2) Kriteria Ekslusi:
(1) Prognosis buruk yang ditandai dengan hemodinamik dan tanda vital tidak
stabil dan penurunan kesadaran, gambaran EKG tidak stabil, mengeluh nyeri
dada
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen buatan
peneliti, dengan mengadaptasi dari instrumen way of coping berdasarkan pada
teori mekanisme koping dari Lazarus, R.S dan Folkman, Susan, (1984). Instrumen
dalam bentuk angket, Angket berisi pernyataan tentang mekanisme koping yang
meliputi (1) Confrontive coping, (2) Planned problem-solving, (3) social support,
(4) distancing, (5) self control, (6) escape to avoidance, (7) accepting
responsibility dan (8) positive reappraisal, dalam hal ini adalah klien dengan
coronary artery disease (CAD) memilih pernyataan yang dirasakan paling sesuai
dengan perasaan dan perilakunya dalam menghadapi masalah.
Angket yang disebarkan berupa angket tertutup artinya jawaban telah
disediakan, responden tinggal memilih salah satu jawaban dari angket yang terdiri
dari 20 butir pernyataan. Instrumen yang akan dipakai dalam penelitian telah
dikoreksi oleh ahli yang mengerti benar tentang mekanisme koping pasien
coronary artery disease untuk validity content yaitu ibu Anastasia Anna
SKp.,M.Kes dan Bapak Iyus Yosep SKp.Msi
Instrumen penelitian akan diuji cobakan terlebih dahulu di poli Jantung RS
Immanuel dengan menggunakan 30 responden, pada Uji validitas ini
menggunakan metode korelasi product moment pearson. Dirumuskan sebagai
berikut : r = 2222 )(( YYnXXn
YXXYn
Keterangan :
r : koefisien validitas
X : skor setiap item
Y : skor total
N : jumlah responden
Uji validitas dilakukan terhadap pasien di poli Jantung RS Immanuel pada
tanggal 25 -30 April 2011 terhadap 30 responden, didapatkan 20 pernyataan yang
valid dengan didapatkan nilai r > 3,00.
Page 8
%100n
FP
Untuk mencari reabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha,
sebagai berikut : Rumus Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach:
2
1
2
111 S
S
k
k
Keterangan :
K : Banyak pertanyaan
α : Reliabilitas instrumen 2
1S : Jumlah varians item
2
1S : Varians skor total
Hasil uji reabilitas yang telah dilakukan di poli jantung RS Immanuel
25 – 30 April 2011 didapatkan nilai reabilitasnya 0,8588. Maka instrumen dapat
dikatakan realibel dan instrumen sudah layak dijadikan sebagai alat penelitian.
Analisis univariabel mekanisme koping klien coronary artery disease
(CAD) yang maladaftif dan adaptif dengan menggunakan instrumen yang
menggunakan rating scale, Kemudian untuk melihat penggunaan mekanisme
koping mana yang digunakan oleh klien coronary artery disease (CAD) dilakukan
dengan mencari nilai skore sesuai penilaian menurut instrumen, dengan rumus :
Median=2
min nmalSkoreMaksiimalSkore
Keterangan :
Skore maksimal = 60
Skore minimal = 0
Nilai tengah skore = 30
Bila skore > 30 = penggunaan mekanisme koping
adaptif,
Bila skore < 30 = penggunaan mekanisme koping
Maladaptif
Kemudian dihitung frekuensi dan presentasenya dengan rumus :
Page 9
Keterangan :
P : Presentase
F : Jumlah responden tiap kriteria mekanisme
koping
n : Jumlah responden seluruhnya
Analisis bivariate diproses dengan program komputer dengan tingkat signifikasi
ρ ≤ 0, 05, Uji t-dependen (p ≤0,05) dilakukan karena data sampel berdistribusi normal,
variabel numerik berpasangan, dan homogen digunakan analisis parametrik. Pengujian
dilakukan untuk membandingkan nilai sebelum dan sesudah perlakuan, kemaknaan hasil
uji ditentukan berdasarkan nilai ρ< 0.05. Adapun rumus yang dapat digunakan :
ds
ndt
.
d, = selisih /beda antara nilai pre dan post
s = simpangan baku
d = rata-rata beda nilai pre dan post
(Riwidikdo, 2008)
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan
No Karakteristik Responden Kelompok
n=33 %
1 Usia Responden :
1) 18 – 40Tahun
2) 41 – 65 Tahun
3) Lebih dari 65 Tahun
5
19
9
15,2
57,6
27,3
2 Jenis Kelamin :
1) Laki – laki
2) Perempuan
29
4
87,9
12,1
Page 10
3 Pendidikan Terakhir :
1) SD
2) SMP
3) SMA
4) PT
6
5
16
6
18,2
15,2
48,5
18,2
4 Pekerjaan :
1) Pegawai Negeri
2) Swasta
3) Pensiunan
4) Tidak bekerja
0
19
9
5
0
57,6
27,3
15,2
Karakteristik pada tabel 2 Berdasarkan usia responden sebagian besar
berusia antara 41-65 tahun atau usia dewasa tengah yaitu 19 responden (57,6%).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa rata-rata usia seseorang
mengalami coronary artery disease (CAD), adalah pada usia 35-65 tahun dan
yang paling banyak pada usia diatas 35-44 dan meningkat pada usia 60 tahun
(Urden, Stacy, & Lough, 2010).
Berdasarkan jenis kelamin memiliki jenis kelamin sebagian besar berjenis
kelamin laki-laki, yaitu 29 responden (87,9%). CAD terjadi 3 kali lebih sering
pada laki-laki dibandingkan wanita Dilihat dari usia dan jenis kelamin, laki-laki
beresiko mengalami coronary artery disease pada usia lebih awal dibandingkan
perempuan (Smeltzer & Bare, 2002; Sole et al., 2009).
Berdasarkan pendidikan terakhir sebagian besar berpendidikan SMA, yaitu
16 responden (48,5%). Sedangkan berdasarkan pekerjaan sebagian besar bekerja
sebagai karyawan swasta, yaitu 19 responden (57,6%). Lingkungan pekerjaan,
gaya hidup merupakan faktor resiko yang dapat menyebabkan meningkatnya
angka kejadian coronary artery disease (CAD) (Smeltzer & Bare, 2002).
Page 11
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Riwayat Kesehatan Responden Berdasarkan
Diagnosa Medik, Riwayat Rawat Sebelumnya, Rata-rata Hari Rawat
di High Care Unit dan Rumah Sakit Immanuel
No Karakteristik Responden Kelompok
n=33 %
1 Diagnosa Medik;
1) Murni CAD
2) CAD dengan diagnosa
tambahan
27
6
81,8
18,2
2 Riwayat dirawat
sebelumnya dengan CAD:
1) Belum pernah
2) Pernah dirawat
27
6
81,8
18,2
3
Lama Hari Rawat
Ruang HCU
1) Hari rawat terpendek
2) Hari rawat terpanjang
3) Rata-rata hari rawat
RS Immanuel
1) Hari rawat terpendek
2) Hari rawat terpanjang
3) Rata-rata hari rawat
2 hari
6 hari
3,18 hari
6 hari
10 hari
8,12 hari
Tabel 3 diatas menggambarkan karakteristik responden pasien coronary
artery disease (CAD), dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa; (1) Berdasarkan
diagnosa medik pasien masuk dengan diagnosa medik sebagian besar dengan
diagnosa medik murni corronary artery disease (CAD yaitu 81,8%), (2)
Berdasarkan riwayat dirawat sebelumnya dengan coronary artery disease
(CAD),sebagian besar belum pernah dirawat sebelumnya yaitu 81,8%, (3)
Berdasarkan lamanya hari perawatan, rata-rata hari perawatan selama dirawat di
High Care Unit RS Immanuel adalah 3,18 hari Selain itu rata-rata hari perawatan
selama dirawat di Rumah Sakit (mulai awal masuk RS termasuk dirawat di HCU
sampai dengan pasien pulang) adalah 8,12 hari.
Page 12
b. Mekanisme Koping
Tabel 4
Mekanisme koping Pasien Coronary Artery Disease (CAD) Sebelum diberikan
pendidikan kesehatan di High Care Unit RS Immanuel
Mekanisme Koping Jumlah
Mal adaptif
score<30
Adaptif
score>30
f % F % F %
12 36,36 21 63,64 33 100%
Tabel 5
Mekanisme koping Pasien Coronary Artery Disease (CAD) Sesudah diberikan
pendidikan kesehatan di High Care Unit RS Immanuel
Mekanisme Koping Jumlah
Mal
adaptif
score<30
Adaptif
score>30
f % F % F %
8 24,24 25 75,76 33 100%
Berdasarkan tabel 4 dapat dikemukakan proporsi mekanisme koping
pasien coronary artery disesase (CAD) sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
sebagian besar adaptif dengan proporsi sebesar 21 responden dari 33 responden
(63,64%).
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Levey, Dieter,
Preston, Smith, & Levey, (2001) yang mengatakan bahwa pasien coronary artery
disease (CAD) akan mengalami reaksi koping destruktif (maladaptive) seperti
kecemasan (anxiety), depresi, marah, denial, feeling resigned, emosional.
Page 13
Adanya perbedaan hasil penelitian sesuai dengan teori Lazarus, R.S &
Folkman, S, (1984) dalam Rice (2000) yang menyatakan bahwa kemampuan
koping seseorang berbeda-beda dipengaruhi oleh penilaian individu terhadap
stresor dan sumber koping yang tersedia, yang akan mempengaruhi kemampuan
(sensitivity) dan daya tahan individu terhadap stressor, jenis mekanisme koping
yang paling banyak dan sering digunakan sangat tergantung sejauh mana tingkat
stres dari suatu masalah atau kondisi yang dialami oleh pasien.
Berdasarkan hasil penelitian penggunaan mekanisme koping yang
digunakan oleh pasien dengan corronary artery disease sangat berhubungan
dengan penerimaan diri pasien tersebut terhadap kondisi bio-psiko-dan sosialnya.
Adaptasi psikologis terhadap penyakit yang parah dan mengancam kehidupan
tergantung pada penerimaan diri. Dari hasil penelitian pasien coronary artery
disease lebih banyak menggunakan mekanisme koping adaptif dibandingkan
penggunaan mekanisme koping maladaptif
Pengetahuan dan pengalaman serta pendidikan individu yang cukup dimana
hal tersebut merupakan sumber koping yang positif yang dapat mengaktifkan
koping lebih adaptif. Semakin seseorang memiliki pengetahuan, derajat ancaman
tidak terlalu tinggi maka mekanisme koping yang muncul akan lebih adaptif,
sehingga dalam penatalaksanaan perawatan pada pasien perawat perlu
menggunakan sumber koping yang dimiliki oleh pasien, keluarga dan dukungan
dari rumah sakit untuk meningkatkan koping pasien yang mengarah pada
mekanisme koping yang lebih adaptif.
Setelah dilakukan intervensi pemberian pendidikan kesehatan berdasarkan
tabel 5 dapat dikemukakan bahwa proporsi mekanisme koping pasien coronary
artery disesase (CAD) setelah dilakukan pendidikan kesehatan sebagian besar
adaptif dengan proporsi sebesar 25 responden (75,76%) dari total 33 responden
Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan
terjadi perubahan mekanisme koping pasien coronary artery disease, dimana
mekanisme koping setelah diberikan pendidikan kesehatan lebih adaptif
dibandingkan sebelum diberikan pendidikan kesehatan. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Sriprasong et al., (2009) yang mengatakan pemberian informasi yang
komprehensif dan dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan koping (coping
Page 14
ability). Meningkatnya coping ability individu dapat mengembangkan mekanisme
koping yang lebih adaptif
2) Analisis Bivariat
a. Uji Beda Rerata Mekanisme Koping Pasien Coronary Artery Disease
(CAD) Sebelum dengan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan
Tabel 6
Uji Beda Rerata Mekanisme Koping Pasien Coronary Artery Disease (CAD)
Sebelum dengan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan
N Mean SD T Sig.(2-tailed)
ρ-Value
Sebelum 33 1,68 ,456 -
4,65
9
,000
Sesudah 33 1,77 ,401
Tabel 6 memperlihatkan hasil uji beda hasil uji beda dengan uji t untuk
sampel berpasangan diperoleh ρ-value (Sig.2-tailed)=0,000< α=0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mekanisme koping sebelum dengan
sesudah pemberian pendidikan kesehatan di High Care Unit RS Immanuel
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan pendidikan
kesehatan terjadi perubahan mekanisme koping pasien coronary artery disease,
dimana mekanisme koping setelah diberikan pendidikan kesehatan lebih adaptif
dibandingkan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Sriprasong et al.,
(2009) yang mengatakan bahwa pemberian informasi yang komprehensif dan
dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan koping (coping ability), dengan
meningkatnya coping ability maka individu dapat mengembangkan mekanisme
koping yang lebih adaptif.
Page 15
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mekanisme koping setelah
diberikan pendidikan kesehatan lebih adaptif dibandingkan dengan mekanisme
koping sebelumnya, selain itu dari hasil penelitian didapatkan bahwa;
1) Mekanisme koping pasien coronary artery disease (CAD) sebagian besar
adaptif dengan distribusi 21 responden (63,64%) sebelum diberikan
pendidikan kesehatan
2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara mekanisme koping sebelum
dengan sesudah pemberian pendidikan kesehatan di HCU RS Immanuel
Pemberian informasi dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan koping
(coping ability), dengan meningkatnya coping ability maka individu dapat
mengembangkan mekanisme koping yang lebih adaptif.
Saran
Hasil penelitian ini dapat dijadikan:
1. Sebagai informasi dasar guna dijadikan landasan bagi RS untuk menentukan
standar operasional prosedur dalam pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif, sehingga diharapkan bermanfaat bagi pasien coronary artery
disease (CAD) melalui keterlibatan mereka sehingga terjadi mekanisme koping
yang lebih adaptif.
2. Landasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan terkait dengan
asuhan keperawatan yang holistic, komprehensif, berkelanjutan dalam
meningkatkan mekanisme koping dan memperoleh evidence base practice dalam
upaya menurunkan faktor resiko pada pasien coronary artery disease.
Page 16
DAFTAR PUSTAKA
AACVPR. (2004). Guidelines for Cardiac Rehabilitation on Secondary
Prevention Program (Fourth ed.). Nebraska: American Association of
Cardiovascular and Pulmonary Rehabilitation, Inc.
AHA. (2010). Heart Disease and Stroke Statistics 2010 Update:A Report From
The American Heart Association. Journal of the American Heart
Association.
Cantwell, J. D., & Thomas, G. P. L. R. J. (1994). Rehabilitation After Myocardial
Infarction. In J. w. Hurst (Ed.), Current Therapy In Cardiovascular
Disease (Fourth ed.). St.Louis: Mosby-Year Book Inc.
Carney, R. M., Blumenthal, J. A., Stein, P. K., Watkins, L., Catellier, D.,
Berkman, L. F., et al. (2001). Depression, Heart Rate Variability, and
Acute Myocardial Infarction. Circulation Journal of the American
Heart Association, 104, 2024-2028.
Christensen, P. J., & Kenney, J. W. (2009). Proses Keperawatan : Aplikasi model
konseptual ed 4 (Y. Yuningsih, Trans.). Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC.
DinkesBandung. (2009). Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2009. Bandung:
Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Fraker, T. (2007). 2007 Chronic angina focused update of the ACC/AHA 2002
guide-lines for the management of patients with chronic stable angina. J
Am Coll Cardio 50(23), 2264-2274.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek (I. Debora &
Y. Asy, Trans. 3 ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Gibbons, R. (2003). ACC/AHA 2002 Guideline update for the management of
patients with chronic stable angina. Journal Circulation, 107(1), 149-
158.
Hannan, E. L., Racz, M. J., Walford, G., Ryan, T. J., Isom, O. W., Bennett, E., et
al. (2003). Predictors of Readmission for Complications of Coronary
Artery Bypass Graft Surgery. The Journal of American Medical
Association.,Vol 290(No. 6).
Hoeman, S. P. (1996). Rehabilitation Nursing Process And Application (Second
ed.). St Louis: Mosby-Year Book, Inc.
Hudak, C. M., & Gallo, B. M. (2010). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik (
VIII ed. Vol. I). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Page 17
Januzzi, J. L., Stern, T. A., Pasternak, R. C., & DeSanctis, R. W. (2000). The
Influence of Anxiety and Depression on Outcomes of Patients With
Coronary Artery Disease. Journal ARCH INTERN MED, Vol 160.
Keliat, B. A. (1999). Penatalaksanaan Stress. Jakarta.: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC
Kemenkes, R. I. (2010). Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York:
Spinger Publishing Company.
Levey, R. E., Dieter, R. A., Preston, J. C., Smith, P. M., & Levey, T. L. (2001 ).
Psychological Needs of Coronary Artery Bypass Surgery Patients.
Paper presented at the Congress of Cardiology.
Lindquist, T. L., Beilin, L. J., & Knuiman, M. W. (1997). Influence of Lifestyle,
Coping and Job Stress on Blood Pressure in Men and Women. Journal
Hypertension 29(1), 1-7.
Majid, A. (2008). Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan dan
Pengobatan Terkini 2007. Universitas Sumatra Utara, Medan.
McSweeney, J. (2003). Women's early warning symptoms of acute myocardial
infarction. Journal Circulation, 108(21), 2619-2623.
Mosca, L. (2004). Evidance-Based guidelines for cardiovascular disease
prevention in women. Journal Circulation, 109(5), 672-693.
Murphy, B., PC, P. E., MR, L. G., Higgins, R., Goble, C. E. C. A., Tatoulis, J., et
al. (2008). Living alone predicts 30-day hospital readmission after
coronary artery bypass graft surgery., PubMed - indexed for MEDLINE.
NHLBI (2009). What Is Coronary Artery Disease? Journal. Retrieved from
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Cad/CAD_WhatIs.html
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Nursasi, A. Y., & Fitriyani, P. (2002). Koping Lanjut Usia Terhadap Penurunan
Fungsi Gerak Di Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara
Jakarta Timur. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 6(NO. 2).
Overbaugh, K. J. (2009). Acute Coronary Syndrome Even nurses outside the ED
should recognize its signs and symptoms. American Journal of Nursing
109, 42-52.
Pritchard, A. P., & David, J. A. (2004). Royal Marsden Hospital Manual of
Clinical Nursing Procedures (Second ed.). London: Harper and Row
Ltd.
Page 18
Rice, V. (2000). Handbook of Stress, Coping, and Health:Implications for
Nursing. Newbury Park Sage.
Riwidikdo, H. (2008). Statistik Kesehatan Yogyakarta: Mitra Cendikia Press
Yogyakarta.
Rosenfeld, A. (2006). State of The Heart: Building Science to Improve Women's
Cardiovascular Health. AMJ Critical Care, 15(16); 556-567.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8 ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Sole, M. L., Klein, D. G., & Moseley, M. J. (2009). Introduction To Critical Care
Nursing (Fifth Edition ed.). St. Louis, Missouri: Sauders Elsevier.
Sriprasong, S., Hanucharurnkul, S., Panpukdee, O., Krittayaphong, R.,
Pongthavornkamol, K., & Vorapongsathorn, T. (2009). Functional
Status Model: An Empirical Test among Discharged Acute Myocardial
Infarction Patients. Thai J Nurs Res 13(4), 268 - 284.
Stewart, M. J., Hirth, A. M., Klassen, G., Makrides, L., & Wolf, H. (1997). Stress,
coping, and social support as psychosocial factors in readmissions for
ischaemic heart disease International Journal of Nursing Studies,
Volume 34(Issue 2), Pages 151-163
Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing (8 ed.). St Louis: Elsevier Mosby.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Bandung: Penerbit Alfabeta
Urden, L. D., Stacy, K. M., & Lough, M. E. (2010). Critical Care Nursing (6 ed.).
St Louis: Mosby, an imprint of Elvisier Inc.
Wamala, S. P., Mittleman, M. A., Gustafsson, K. S., & Gomer, K. O. (1999).
Potential Explanations for the Educational Gradient in Coronary Heart
Disease: A Population-Based Case Control Study of Swedish Women.
American Journal of public Health Research and Practice., Vol 86(no 3
b.