Top Banner

of 47

Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

Jul 05, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    1/47

    i

    ANALISIS PEMBERIAN BATASAN BAGI BISNIS TOUR AND TRAVEL  

    DALAM MENJAGA KESTABILAN BISNIS TOUR AND TRAVEL  

    AGAR TERHINDAR DARI MULTI LEVEL MARKETING  

    Disusun Oleh :

    AMALIA ERMAN HASIHI

    MANAJEMEN 507 PAGI

    NIM : 2015211696

    PROGRAM STUDI STRATA-I MANAJEMEN

    SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NOBEL INDONESIA

    MAKASSAR

    2016

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    2/47

    ii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Waroh Matullahi Wabarokatuh

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

    dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum

    dan Etika Bisnis dengan judul “Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour And

    Travel Dalam Menjaga Kestabilan Bisnis Tour And Travel Agar Terhindar Dari

     Multi Level Marketing ”.  Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari

     bahwa banyak pihak yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk

    membantu, membimbing, dan memberi motivasi kepada penulis. Oleh karena itu,

     pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1.  Allah SWT yang memberikan kesehatan dan kelancaran selama

     penyusunan makalah ini.

    2.  Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti-hentinya mendukung baik

    doa, materi, kasih sayang, motivasi, nasehat dan semangatnya selama

    ini dalam menempuh pendidikan di kampus tercinta STIE Nobel

    Indonesia terlebih dalam menyelesaikan makalah ini.

    3. 

    Bapak Dr. H. Mashur Razak, SE., MM selaku ketua STIE Nobel

    Indonesia.

    4.  Bapak Dr. Maryadi, SE., M.M selaku dosen mata kuliah Hukum dan

    Etika Bisnis, yang telah banyak membantu dalam memberikan

    ilmunya kepada kami.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    3/47

    iii

    5. 

    Arip Susanto yang selama ini telah meluangkan waktu dan tenaganya

    untuk membantu merealisasikan penyusunan makalah ini.

    6.  Teman-teman mahasiswa STIE Nobel Indonesia Makassar angkatan

    2015 jurusan Manajemen ruangan 503.

    7.  Semua rekan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, yang telah

    membantu merealisasikan makalah ini.

    Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada mereka semua yang telah

    membantu menyusun makalah Studi Kasus ini, Amin. Penulis menyadari bahwa

    dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terdapat banyak kekurangan

     baik dalam bentuk maupun isi karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh

    karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari

     pembaca agar dapat memperbaikinya dikemudian hari.

    Semoga makalah ini dapat memberi manfaat, pengetahuan dan sumber

    informasi bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa STIE Nobel Indonesia

     pada khususnya.

    Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

    Wassalamualaikum Waroh Matullahi Wabarokatuh

    Makassar, 30 Maret 2016

    Penulis

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    4/47

    iv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

    ABSTRAK ......................................................................................................... vi

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

    1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 6

    1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7

    1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

    1.5. Batasan Masalah ................................................................................ 8

    1.6. Sistematika Penulisan ........................................................................ 8

    BAB II. LANDASAN TEORI

    2.1. Tinjauan Tentang Etika Bisnis ......................................................... 11

    2.1.1. Kajian Teori ........................................................................... 11

    2.1.2. Pengertian Etika Bisnis .......................................................... 12

    2.1.3. Peran Etika dalam Berbisnis ................................................... 14

    2.1.4. Prinsip-Prinsip dalam Etika Bisnis ......................................... 15

    2.1.5. Perlunya Memiliki Etika dalam Berbisnis ............................... 16

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    5/47

    v

    2.1.6. Penyimpangan Terhadap Etika Bisnis .................................... 16

    BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Metode yang Digunakan .................................................................. 19

    BAB IV. PEMBAHASAN

    4.1. Jumlah Peningkatan Angka Pertumbuhan Bisnis Tour and Travel  di

    Indonesia ....................................................................................... 21

    4.2. Pembahasan Tentang Kinerja Bisnis Tour and Travel yang Tidak

    Sehat di Lapangan .......................................................................... 22

    4.3. Cara Mengatasi Beberapa Bisnis Tour and Travel  yang Tidak Bekerja

    Sesuai Izin Pendirian ....................................................................... 25

    BAB V. PENUTUP

    5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 32

    5.2. Saran ............................................................................................... 33

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    6/47

    vi

    ANALISIS PEMBERIAN BATASAN BAGI BISNIS TOUR AND TRAVEL  

    DALAM MENJAGA KESTABILAN BISNIS TOUR AND TRAVEL  

    AGAR TERHINDAR DARI MULTI LEVEL MARKETING

    ABSTRAK

    Bisnis Tour and Travel   adalah salah satu bisnis yang bisa dikatakan tidak

    akan pernah mati dan terus berkembang pesat. Dimana fungsi utama pada bisnis

    ini adalah memberikan penerangan atau informasi tentang segala sesuatu yang

     berhubungan dengan dunia perjalanan pada umumnya dan perjalanan wisata pada

    khususnya. Mengingat tingkat stres yang sangat tinggi di era persaingan bisnis ini,

    serta kebutuhan manusia terhadap dunia hiburan misalnya berwisata maka liburan

    menjadi salah satu kebutuhan manusia yang penting. Terlebih lagi dari segi

    demand maupun profit, maka bisnis Tour and Travel   ini sangat menjanjikan.

    Tidak heran jika pertumbuhan bisnis ini menjadi sangat pesat. Namun karena

    semakin pesatnya pertumbuhan bisnis Tour and Travel   ini, tidak sedikit oknum-

    oknum yang menyalahgunakan keberadaan bisnis ini. Contohnya terdapat

     beberapa perusahaan bisnis Tour and Travel yang berbisnis dengan modus  Multi

     Level Marketing  yang dikenal dengan istilah money game atau penggandaan uang,

    dengan memberikan iming-iming cepat kaya kepada masyarakat dengan cara yang

    sangat mudah jika ikut bergabung kedalam bisnisnya. Tentu hal ini tidak sesuai

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    7/47

    vii

    dengan etika bisnis walaupun sebenarnya metode semacam ini pernah

    digunakan Rasulullah SAW dalam melakukan dakwah Islamiyah pada awal-awal

    Islam namun tetap berpegang pada syariah Islam.

    Akhir-akhir ini banyak pelaku bisnis melakukan pelanggaran etika bisnis

    dengan persaingan yang tidak sehat. Pelanggaran etika bisnis tersebut sangat

    merugikan pihak pelaku bisnis atau perusahaan menengah kebawah karena

    kurangnya kemampuan yang mereka miliki termasuk juga masyarakat yang

    kurang memiliki pengetahuan terhadap hal ini. Setiap pelaku bisnis atau

     perusahaan seharusnya dapat memegang prinsip-prinsip etika bisnis tersebut.

    Dalam makalah ini akan disajikan data mengenai jumlah peningkatan

    angka pertumbuhan bisnis Tour and Travel   di Indonesia, selain itu membahas

    tentang kinerja bisnis Tour and Travel   yang tidak sehat di lapangan serta

    membahas mengenai cara mengatasi beberapa bisnis Tour and Travel  yang tidak

     bekerja sesuai izin pendirian.

    Kata kunci : Etika bisnis, bisnis Tour and Travel  

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    8/47

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang Masalah

    Kondisi ekonomi masyarakat Indonesia dewasa ini dirasakan sangat

    memperihatinkan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997 telah

    menyebabkan daya beli masyarakat rendah, harga barang-barang dan berbagai

    kebutuhan mengalami kenaikan. Kondisi tersebut memaksa masyarakat untuk

    memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan bahkan harus mengurungkan

    niatnya untuk membeli barang-barang yang baru. Kecenderungan masyarakat

    Indonesia yang lebih mementingkan kebutuhan akan efisiensi waktu dan

    kemudahan dalam bidang transportasi memberikan peluang besar bagi para

     pengusaha untuk mengembangkan bisnisnya dalam bidang Tour and Travel .

    Salah satu bisnis Tour and Travel yang sedang berkembang pada saat ini

    adalah pemesanan tiket pesawat berbagai airlines yang bisa didapat dengan cepat

    dan mudah.

    Perkembangan bisnis sekarang yang semakin pesat dan ketatnya persaingan

    antar kompetitor membuat perusahaan terus meningkatkan kemampuan usahanya.

    Untuk dapat memenangkan persaingan yang terjadi baik di pasar nasional maupun

     pasar global saat ini, maka bisnis travel   ini harus mampu memberikan kepuasan

    kepada para pelanggannya, dan ini dapat dilakukan dengan memberikan layanan

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    9/47

    2

    yang berkualitas. Selain itu, peningkatan kemampuan teknologi informasi

    saat ini juga diharapkan agar perusahaan dapat bersaing dengan kompetitornya,

    sehingga tidak hanya bergantung pada kualitas produk dan jasa, tetapi juga dari

    segi kualitas layanan yang cepat dan tepat serta biaya-biaya yang relatif bersaing

    agar lebih mendorong pelanggan untuk membeli produk atau jasa yang

    ditawarkan. Kualitas layanan tetap menjadi sesuatu yang sangat penting, dalam

    menghadapi pelanggan yang membutuhkan level of excellence yang tinggi.

    Kotler dan Amstrong (2003 : 13) berpendapat bahwa kunci untuk

    memelihara kesetiaan pelanggan adalah melakukan relationship marketing , yaitu

    hubungan relational   jangka panjang dengan pelanggan, distributor, dealer, dan

     pemasok yang bernilai tinggi. Mereka harus membina ikatan ekonomi dan sosial

    yang kuat dengan memberi janji secara konsisten menyerahkan produk atau jasa

    yang bermutu tinggi, pelayanan yang baik, dan harga yang wajar.

    Setiap perusahaan atau pelaku bisnis pada saat ini, diberi kebebasan dalam

     perekonomian pasar bebas untuk dapat melakukan kegiatan dan mengembangkan

    diri dalam pembangunan ekonomi. Sehingga pelaku bisnis dapat bersaing untuk

    dapat berkembang dalam mekanisme pasar.

    Kebebesan dalam perekonomian pasar tersebut, pelaku bisnis atau

     perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu mengharapkan

    keuntungan yang maksimal dan produk yang mereka tawarkan diterima oleh

    masyarakat. Untuk itu, kerap dari pelaku bisnis atau perusahaan menghalalkan

    segala cara agar tidak kalah saing.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    10/47

    3

    Berkaitan dengan hal itu, belakangan ini banyak muncul perusahaan-

     perusahaan yang menjual produknya melalui sistem  Multi Level Marketing

    (MLM), dan tidak dapat dapat dipungkiri bahwa sebagian perusahaan yang

     bergerak dalam bisnis Tour and Travel   juga menawarkan produknya dengan

    modus  Multi Level Marketing (MLM). Bisnis haram yang menggunakan sistem

     piramida tersebut dapat merugikan sebagian besar masyarakat dan hanya

    menguntungkan segelintir orang yang masuk lebih dahulu.

     Multi Level Marketing   yang menggunakan strategi pemasaran secara

     bertingkat (levelisasi) mengandung unsur-unsur positif, asalkan diisi dengan nilai-

    nilai Islam dan sistemnya disesuaikan dengan syariah Islam. Bila demikian,  MLM  

    dipandang memiliki unsur-unsur silaturrahmi, dakwah dan tarbiyah. Menurut

    Muhammad Hidayat, Dewan Syariah MUI Pusat, metode semacam ini pernah

    digunakan Rasulullah dalam melakukan dakwah Islamiyah pada awal-awal Islam.

    Dakwah Islam pada saat itu dilakukan melalui teori gethok tular (mulut ke

    mulut) dari sahabat satu ke sahabat lainnya. Sehingga pada suatu ketika Islam

    dapat di terima oleh masyarakat kebanyakan.

    Bisnis yang dijalankan dengan sistem  MLM   tidak hanya sekedar

    menjalankan penjualan produk barang, tetapi juga jasa, yaitu jasa marketing  yang

     berlevel-level (bertingkat-tingkat) dengan imbalan berupa marketing fee, bonus,

    hadiah dan sebagainya, tergantung prestasi, dan level seorang anggota. Jasa

    marketing  yang bertindak sebagai perantara antara produsen dan konsumen.

    Akhir-akhir ini banyak pelaku bisnis melakukan pelanggaran etika bisnis

    dengan persaingan yang tidak sehat. Pelanggaran etika bisnis tersebut sangat

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    11/47

    4

    merugikan pihak pelaku bisnis atau perusahaan menengah kebawah karena

    kurangnya kemampuan yang mereka miliki. Setiap pelaku bisnis atau perusahaan

    seharusnya dapat memegang prinsip-prinsip etika bisnis tersebut.

     Multi Level Marketing (MLM) adalah salah satu strategi pemasaran, dengan

    membangun distribusi untuk memindahkan produk dan jasa langsung ke

    konsumen. Strategi seperti ini membuka sebuah peluang bagi seseorang yang

    ingin memiliki usaha sendiri atau wirausaha. Stategi seperti ini tidak

    membutuhkan modal awal yang tinggi. Kebutuhan akan tempat usaha dan

     persediaan produk sudah disiapkan oleh perusahaan. Terlebih lagi ada tim

    manajemen yang siap membantu semua pekerjaan administrasi dan distributor.

    Strategi seperti ini membuat banyak orang yang dulunya tidak bisa memiliki

     bisnis sendiri karena keterbatasan modal yang ada, akhirnya bisa menjadi

     pengusaha.

     Network marketing   berbeda dengan money game  yang sering menamakan

    dirinya sebagai network marketing  apalagi dengan bank gelap yang menjanjikan

    kekayaan tanpa perlu kerja keras. Kedua sistem ini disebut juga sebagai sistem

     penjualan  pyramid   dimana sistem ini sangat merugikan, karena tidak adanya

     perpindahan produk atau jasa yang bisa dinikmati. Selain itu, tidaklah mungkin

    seseorang bisa menjadi kaya dengan mudah tanpa perlu usaha yang disertai

    dengan keuletan. Namun demikian, masih banyak juga orang yang tertipu. Bahkan

    sebagian dari mereka membiarkan dirinya ditipu karena mereka ingin kaya tanpa

    usaha.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    12/47

    5

    Perusahaan network marketing  di Indonesia telah mempunyai wadah yaitu

    APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia), dimana APLI merupakan

     perwakilan dari wadah WDSA (World Direct Selling Association).  Untuk dapat

    diterima sebagai anggota APLI, perusahaan yang bersangkutan harus mengadakan

     presentasi dihadapan seluruh anggota dewan mengenai perencanaan bisnis yang

    dimilki. Apabila kemudian didapati bahwa sistemnya tidak baik dan produknya

     pun tidak dapat dipertanggung jawabkan, maka APLI berhak dan wajib menolak

    keanggotaan.

     Multi Level Marketing  sebagai fenomena baru belum ada hukumnya dalam

    kitab-kitab klasik karena pada saat kitab-kitab itu disusun, fenomena ini belum

    muncul. Namun para ulama juga memahami bahwa syariat ini juga tidak beku.

    Keluwasan dan keluwesannya membuatnya selalu eksis dan dapat memberi

     jawaban atau pertanyaan-pertanyaan baru dan solusi atas problematika

    kontemporer. Sebagaimana hal yang lain, sebagai fenomena baru  Multi Level

     Marketing (MLM)  harus mendapat sentuhan dan perhatian yang adil dan

     proporsional, agar ia tidak dihalalkan atau diharamkan tanpa dasar pengetahuan

    yang cukup terhadapnya.

    Oleh karena itu, setiap perusahaan hendaknya menerapkan hukum dan etika

     bisnis dalam menjalankan usahanya. Etika bisnis adalah studi yang dikhususkan

    mengenai moral yang benar dan salah atau tata cara dalam menjalankan sebuah

     bisnis. Dengan adanya etika bisnis pelaku bisnis atau perusahaan dapat

    mengetahui aturan-aturan, nilai-nilai bahkan norma-norma dalam menjalankan

    usahanya.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    13/47

    6

    Perusahaan yang menggunakan etika bisnis dapat membentuk nilai, norma

    dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil,

    sehat dengan mitra kerja atau pelanggan, pemengang saham dan masyarakat.

    Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merasa tertarik untuk

    membahas mengenai “Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour And Travel

    Dalam Menjaga Kestabilan Bisnis Tour And Travel Agar Terhindar Dari  Multi

     Level Marketing ”. 

    1.2.Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian

    ini adalah sebagai berikut.

    1. 

    Berapakah peningkatan angka pertumbuhan bisnis Tour and Travel   di

    Indonesia ?

    2.  Apakah bisnis Tour and Travel sebagian bergerak dalam koridor bisnis

    yang tidak sehat ?

    3.  Bagaimanakah mengatasi beberapa bisnis Tour and Travel   yang tidak

     bekerja sesuai izin pendirian ?

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    14/47

    7

    1.3.Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1.  Mengetahui berapa peningkatan angka pertumbuhan bisnis Tour and

    Travel  di Indonesia.

    2.  Mengetahui bahwa apakah bisnis Tour and Travel sebagian bergerak

    dalam koridor bisnis yang tidak sehat.

    3. 

    Mengetahui tata cara dalam mengatasi beberapa bisnis Tour and Travel  

    yang tidak bekerja sesuai izin pendirian.

    1.4.Manfaat Penelitian

    Manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

    1.  Berbagi ilmu pengetahuan mengenai pemberian batasan bagi bisnis

    Tour and Travel dalam menjaga kestabilan bisnis tersebut agar

    terhindar dari  Multi Level Marketing  khususnya bagi mahasiswa yang

    ingin terjun ke dunia bisnis di bidang Tour and Travel . 

    2. 

    Memberikan pemahaman tentang bagaimana mengelola bisnis Tour and

    Travel  yang sesuai dengan etika bisnis tanpa menerapkan konsep  Multi

     Level Marketing . 

    3.  Memberikan informasi kepada mahasiswa tentang bisnis travel   yang

     baik dan tidak baik. 

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    15/47

    8

    4. 

    Memberi wawasan dan sikap waspada kepada mahasiswa dalam

    memilih bisnis travel   baik untuk bisnis pribadi maupun sebagai

     pelanggan. 

    1.5.Batasan Masalah

    Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah analisis

     pemberian batasan bagi bisnis Tour and Travel   dalam menjaga kestabilan

     bisnis Tour and Travel   agar terhindar dari  Multi Level Marketing . Batasan

     penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

    1.  Membatasi permasalahan pada bisnis travel yang menerapkan metode

     Multi Level Marketing .

    2.  Tidak membahas sejarah travel  tetapi lebih ke aspek pemasaran.

    3.  Membahas permasalahan etika pemasaran travel dan jalan keluar yang

    sebenarnya harus dilakukan.

    1.6.Sistematika Penulisan

    Dalam penulisan makalah ini, penyusun menggunakan pokok-pokok

     bahasan secara sistematis yang terdiri dari lima bab dan setiap bab terdiri atas sub-

    sub sebagai perinciannya. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai

     berikut.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    16/47

    9

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi aspek-aspek utama dalam

     penulisan makalah, meliputi latar belakang masalah yang berisi alas an-alasan

    tentang pemunculan masalah mengenai pemberian batasan bagi bisnis Tour and

    Travel  dalam menjaga kestabilan bisnis Tour and Travel  agar terhindar dari Multi

     Level Marketing . Rumusan masalah adalah penegasan terhadap apa yang

    terkandung dalam latar belakang. Tujuan penelitian adalah tujuan yang akan

    dicapai dalam penelitian ini. Manfaat penelitian adalah kegunaan yang diharapkan

    akan tercapai dalam penelitian makalah ini. Batasan masalah dimaksudkan agar

    masalah yang dibahas tetap terarah dan tidak menyimpang dari inti topik yang

    akan dibahas. Sistematika penulisan yaitu sebagai upaya yang mensistematiskan

     penyusunan makalah.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Bab ini merupakan bagian yang akan membahas tentang uraian pemecahan

    masalah yang akan ditemukan pemecahannya melalui pembahasan-pembahasan

    secara teoritis. Disini berisi mengenai tinjauan tentang etika bisns yang mencakup

    kajian teori, pengertian etika bisnis, peran etika dalam berbisnis, prinsip-prinsip

    dalam etika bisnis, perlunya memiliki etika dalam berbisnis, serta penyimpangan

    terhadap etika bisnis.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    17/47

    10

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Pada bab ini berisi analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode yang

    digunakan pada penelitian ini, dimana pada penelitian ini metode yang digunakan

    adalah metode pustaka (library research) dan metode analisis deskriptif.

    BAB VI PEMBAHASAN

    Pada bab ini menyajikan data mengenai jumlah peningkatan angka

     pertumbuhan bisnis Tour and Travel   di Indonesia, selain itu membahas tentang

    kinerja bisnis Tour and Travel   yang tidak sehat di lapangan serta membahas

    mengenai cara mengatasi beberapa bisnis Tour and Travel   yang tidak bekerja

    sesuai izin pendirian.

    BAB V PENUTUP

    Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran pada penulisan makalah ini.

    Kesimpulan ditulis untuk menyimpulkan isi dari pembahasan pada bab keempat

    sekaligus menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah pada bab pertama. Saran

     juga diperlukan untuk memberikan masukan kepada mahasiswa, masyarakat,

     pemerintah, pelaku bisnis Tour and Travel   yang menajalankan bisnis bermodus

     Multi Level Marketing .

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    18/47

    11

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Tinjauan Tentang Etika Bisnis

    2.1.1. Kajian Teori

    Dalam penulisan makalah ini, penulis mengangkat tema tentang etika bisnis

    dalam usaha Tour and Travel  menggunakan penelitian pembanding dan pendapat

     peneliti-peneliti lain yang telah melakukan penelitian yang hampir serupa ataupun

    masih bersinergi. Kajian teoritis yang pertama yaitu penelitian Karyo, 2014 yang

    mengatakan bahwa Multi Level Marketing  pada dasarnya hanya bentuk  marketing  

     biasa, akan menjadi berbahaya jika dalam implementasinya tidak mampu

    mengunggulkan produk barang maupun jasa yang dijual dan hanya mengandalkan

    sistem gurita untuk menjaring nasabah atau konsumen. Kajian teoritis yang kedua

    yaitu disertasi Agus Sudibyo, 2010 tentang beberapa sektor bisnis yang mampu

    disusupi oleh sistem  Multi Level Marketing   dan cenderung keluar dari jalur

    semestinya seperti money game  dan  pyramid . Berdasarkan kajian teori di atas,

     penulis mengangkat tema etika bisnis bidang usaha Tour and Travel  karena patut

    dicurigai beberapa bisnis dibidang ini banyak menggunakan sistem pemasaran

     Multi Level Marketing  yang keluar dari jalurnya.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    19/47

    12

    2.1.2. Pengertian Etika Bisnis

    Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang

    mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga

    masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma

    dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan

    sehat dengan pelanggan atau mitra kerja, pemegang saham dan masyarakat.

    Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika,

    yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan

    dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang

     berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan

    termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan

     pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan

    sikap yang profesional.

    Tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis,

    yaitu :

    1.  Utilitarian Approach yaitu set iap tindakan harus didasarkan pada

    konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang

    seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-

     besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan

    dan dengan biaya serendah-rendahnya.

    2.   Individual Rights Approach yaitu setiap orang dalam tindakan dan

    kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    20/47

    13

    tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila

    diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang

    lain.

    3.   Justice Approach yaitu para pembuat keputusan mempunyai

    kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan

     pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara

    kelompok.

    Selain itu etika bisnis juga dapat diartikan sebagai berikut.

    1. 

    Suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan yang

    salah yang selanjutnya tentu melakukan hal yang benar berkenaan

    dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yang

     berkepentingan dengan tuntutan perusahaan

    2.  Mempelajari kualitas moral kebijaksanaan organisasi, konsep umum

    dan standar untuk perilaku moral dalam bisnis, berperilaku penuh

    tanggung jawab dan bermoral.

    3.  Merupakan suatu kebiasaan atau budaya moral yang berkaitan dengan

    kegiatan bisnis suatu perusahaan.

    4. 

    Etika untuk berbisnis secara baik dan  fair dengan menegakkan hukum

    dan keadilan secara konsisten dan konsekuen setia pada prinsip-prinsip

    kebenaran, keadaban dan bermartabat.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    21/47

    14

    2.1.3. Peran Etika dalam Berbisnis

    Adapun peran etika dalam berbisnis diantaranya adalah sebagai berikut.

    1.  Untuk membangun kultur bisnis yang sehat, idealnya dimulai dari

     perumusan etika yang akan digunakan sebagai norma perilaku sebelum

    aturan (hukum) perilaku dibuat dan laksanakan, atau aturan (norma)

    etika tersebut diwujudkan dalam bentuk aturan hukum.

    2. 

    Sebagai kontrol terhadap individu.pelaku dalam bisnis yaitu melalui

     penerapan kebiasaan atau budaya moral atas pemahaman dan

     penghayatan nilai-nilai dalam prinsip moral sebagai inti kekuatan suatu

     perusahaan dengan mengutamakan kejujuran, bertanggung jawab,

    disiplin, berperilaku tanpa diskriminasi.

    3. 

    Etika bisnis hanya bisa berperan dalam suatu komunitas moral, tidak

    merupakan komitmen individual saja, tetapi tercantum dalam suatu

    kerangka sosial.

    4.  Etika bisnis menjamin bergulirnya kegiatan bisnis dalam jangka

     panjang, tidak terfokus pada keuntungan jangka pendek saja.

    5. 

    Etika bisnis akan meningkatkan kepuasan pegawai yang merupakan

     stakeholders yang penting untuk diperhatikan.

    6.  Etika bisnis membawa pelaku bisnis untuk masuk dalam bisnis

    internasional.

    7.  Pengelolaan bisnis secara profesional yaitu :

    a.   berdasarkan keahlian dan keterampilan khusus,

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    22/47

    15

     b. 

    mempunyai komitmen moral yang tinggi,

    c. 

    menjalankan usahanya berdasarkan profesi/keahlian.

    2.1.4. Prinsip-Prinsip dalam Etika Bisnis

    Prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam berbinis adalah sebagai

     berikut.

    1. 

    Prinsip otonomi yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan dan

     bertindak berdasarkan keselarasan tentang apa yang baik untuk

    dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang

    diambil.

    2.  Prinsip kejujuran, dalam hal ini kejujuran adalah merupakan kunci

    keberhasilan suatu bisnis, kejujuran dalam pelaksanaan kontrol

    terhadap konsumen, dalam hubungan kerja, dan sebagainya.

    3.  Prinsip keadilan bahwa setiap orang dalam berbisnis diperlakukan

    sesuai dengan haknya masing-masing dan tidak ada yang boleh

    dirugikan.

    4. 

    Prinsip saling menguntungkan juga dalam bisnis yang kompetitif.

    5. 

    Prinsip integritas moral merupakan dasar dalam berbisnis, harus

    menjaga nama baik perusahaan tetap dipercaya dan merupakan

     perusahaan terbaik.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    23/47

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    24/47

    17

     berhubungan untuk pertama kali. Kepercayaan akan terbentuk jika sudah terjadi

    transaksi beberapa kali. Namun ada saja yang mencari peluang untuk menipu

    setelah terjadi hubungan dagang yang mulus dan lancar beberapa kali, dan

     pembayaran akan lancar kalau sudah saling percaya. Tapi akhirnya yang satu

    menipu yang lainnya, memanfaatkan kepercayaan yang baru terbentuk.

    Gejala persaingan yang tidak sehat, menggunakan cek mundur dan cek

    kosong, utang menunggak tidak dibayar, penyogokan, saling mematikan diantara

     peasing dengan cara membuat isu negatif terhadap lawan, dan komersialisasi

     birokrasi tampaknya merupakan hal biasa. Hal yang kurang etis sering pula

    dilakukan dalam hal memotong relasi saingan. Apabila seseorang mempunyai

    langganan setia, kemudian oleh lawannya disaingi dengan menawarkan barang

    dengan harga yang lebih murah, dan kadang-kadang harga rugi. Ini akan berakibat

    mematikan saingan dan merugikan diri sendiri dan sama sekali tidak etis.

    Selain itu, penyimpangan terhadap etika bisnis juga marak terjadi dalam

     bisnis Tour and Travel . Beberapa bisnis Tour and Travel ternyata menerapkan

    metode  Multi Level Marketing   dengan cara memberi iming-iming kepada calon

     pelanggan dengan hanya modal kecil dan nantinya akan mendapatkan keuntungan

    yang sangat besar. Terlebih dari persoalan itu, ada beberapa perusahaan yang

    sengaja mengiklankan perusahaannya di berbagai media khususnya pada stasiun

    TV dalam sebuah acara advertorial , dengan bercuap-cuap dan memberi rayuan

     bagi siapa saja yang mendaftar saat acara berlangsung maka akan mendapatkan

    hadiah dan potongan harga yang sangat fantastis. Mereka sengaja membuat iklan

    di TV untuk menjaring anggota, member, agen, maupun distributor baru untuk

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    25/47

    18

     bergabung di jaringannya dengan meberikan hadiah dan potongan harga yang

    cukup tinggi dengan iming-iming akan cepat kaya, ditambah lagi dengan jargon-

     jargon yang seolah-olah memberikan  software  yang ternyata hanya sebuah

    aplikasi online  biasa yang dimana jika seseorang jeli terhadap hal ini maka

    mereka tentu akan mempertimbangkan untuk memesan tiket langsung melalui

    website airline  yang dipilihnya dengan harga yang jauh lebih terjangkau

    dibanding harus membeli  software dengan harga yang mahal padahal kinerjanya

    sama. Ada beberapa perusahaan dibidang bisnis Tour and Travel   yang seolah-

    seolah menjual produk kepada anggota, agen, distributor dan lainnya namun

    ternyata yang dianggap produk itu hanyalah rayuan manis belaka yang digunakan

     perusahaan untuk menarik anggota, member, agen, maupun distributor baru yang

    akan bergabung. Perusahaan seperti ini juga tidak jarang yang menggunakan

    metode  Multi Level Marketing   yakni sebuah bisnis investasi yang melibatkan

     pembayaran peserta dengan menjanjikan barang atau jasa, terutama untuk

    mendaftarkan orang lain ke dalam skema yang menjadikannya keuntungan utama

    yang diharapkan dari bisnis ini dengan menggunakan metode yang negatif,

    dimana sebagian besar bergerak sebagai perusahaan “money game” yang hanya

    mengedepankan keanggotaan, bukan menjual produk dengan metode pemasaran

    yang disebut  Multi Level Marketing   itu sendiri yang jika dilaksanakan sesuai

     prosedur akan mendatanglan banyak keuntungan. Keadaan tersebut membuat

     bisnis yang menggunakan metode  Multi Level Marketing   tercoreng dimata

    masyarakat dan masyarakat itu sendiri menjadi skeptik terhadap bisnis itu.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    26/47

    19

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Metode yang Digunakan

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

     pustaka (library research). Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data

    dengan penelaahan terhadap buku-buku, literature-literatur, catatan-catatan, dan

    laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan

    (Nazir,1988 : 111).

    Selanjutnya menurut Nazir (1998 : 112) studi kepustakaan merupakan

    langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik

     penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan

    teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan

    mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang

     berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari : buku, jurnal,

    majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya

    yang sesuai (internet, koran dan lain-lain). Bila kita telah memperoleh kepustkaan

    yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam

     penelitian. Oleh karena itu, studi kepustakaan meliputi proses umum seperti :

    mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis

    dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    27/47

    20

    Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode analisis deskriptif.

    Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia,

    suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas

     peristiwa pada masa sekarang. Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif

    adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif

    mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku

    dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,

    kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang

    sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

    Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-

    fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya

     peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena

    dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu, sehingga banyak ahli

    meamakan metode ini dengan nama survei normatif (normatif survey). Dengan

    metode ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan memilih

    hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain. Karenanya metode ini juga

    dinamakan studi kasus ( status study).

    Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-

    standar sehingga penelitian ini disebut juga survei normatif. Dalam metode ini

     juga dapat diteliti masalah normatif bersama-sama dengan masalah status dan

    sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antarfenomena. Studi demikian

    dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskritif.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    28/47

    21

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1. Jumlah Peningkatan Angka Pertumbuhan Bisnis Tour and Travel   di

    Indonesia

    Bisnis Tour and Travel   merupakan salah satu solusi tepat bagi siapapun

    yang ingin mendapatkan penghasilan lebih. Tentunya dengan kerja keras dan

    cerdas. Menurut Erwin Halim dari  Proverb Consulting seperti dikutip oleh

    Tabloitbo, bisnis Tour and Travel  sangat membutuhkan sistem jaringan yang kuat.

    Bisnis Travel   berbeda dengan bisnis makanan. Untuk mengembangkan bisnis

    Tour and Travel   perlu dukungan dari berbagai kota dan wilayah kota, karena

    konsumennya membutuhkan kemudahan dan kecepatan akses serta pelayanan

    yang cepat.

    Seperti yang dapat dilihat di lapangan, setiap tahun jumlah pengguna jasa

    Travel  semakin melimpah. Dari tahun ke tahun, pertumbuhan jumlah penumpang

     pesawat terbang terus mencatat kenaikan yang signifikan. Hal tersebut

    menyebabkan bisnis Tour and Travel  di Indonesia juga mengalami perkembangan

    yang sangat pesat, dapat dilihat dari kenaikan jumlah perusahaan Tour and Travel

     pada tahun 2007 hingga tahun 2011.

    Pada tahun 2007 jumlah perusahaan Tour and Travel  adalah sebanyak 655

    dan pada tahun 2008 terjadi peningkatan sebesar 24,43% menjadi 815 perusahaan.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    29/47

    22

    Pada tahun 2009 jumlah perusahaan kembali mengalami peningkatan yakni

    16,81% yang terdiri dari 952 perusahaan dari tahun sebelumnya. Kemudian pada

    tahun 2010 jumlah perusahaan Tour and Travel   di Indonesia terus mengalami

     peningkatan sebesar 17,23% dari tahun 2009 yang terdiri dari 1.116 perusahaan.

    Pada tahun 2011 terjadi lagi kenaikan jumlah perusahaan Tour and Travel   yang

    tersebar di seluruh wilayah Indonesia yakni mencapai 0,36% meskipun angka

    kenaikannya tidak terlalu tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, dan pada saat itu

     jumlah perusahaan mengalami kenaikan menjadi 1.120 perusahaan.

    4.2. Pembahasan Tentang Kinerja Bisnis Tour and Travel yang Tidak Sehat

    di Lapangan

    Perkembangan industri bisnis MLM  di Indonesia memang memberi dampak

     positif bagi kemajuan perekonomian nasional terutama bagi masyarakat yang

    tidak memiliki pekerjaan tetap karena dengan keikutsertaanya dalam bisnis  MLM ,

    masyarakat bisa memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Beberapa usaha  MLM yang dikenal baik seperti CNI, Amway, Oriflame, Sophie

     Martin, Tupperware, Herbalife, dan lain-lain diyakini sebagai bisnis yang legal

    karena memiliki Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL) dan merupakan

    anggota Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), serta usahanya telah

     berlangsung selama bertahun-tahun dan produk-produknya pun memang sangat

    diterima di masyarakat.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    30/47

    23

    Akan tetapi, hadirnya bisnis  MLM yang legal ini dimanfaatkan oleh

     beberapa oknum untuk memperdaya masyarakat dengan membuat praktik bisnis

    yang ilegal dengan mengatasnamakan  MLM   sebagai modus usahanya. Tindakan

     para oknum yang mendirikan usaha yang bermodus  MLM   ini merupakan suatu

    kejahatan penipuan yang telah menimbulkan kerugian yang besar bagi masyarakat

    yang menjadi korban dari praktik bisnis ilegal ini. Para korban maupun

    masyarakat yang hanya mengetahui berita-berita terungkapnya kasus penipuan

     bermodus  MLM   melalui media massa umumnya tidak mengetahui perbedaan

    antara bisnis  MLM   dengan bisnis bermodus  MLM sehingga cenderung

    menyamaratakan keduanya.

    Hal ini dapat dilihat pada beberapa pengusaha Tour and Travel   yang

    menerapkan metode  Multi Level Marketing   dengan skema piramida dalam

    mendistribusikan barangnya. Skema piramida yang dimaksud adalah kegiatan

    usaha yang bukan dari hasil kegiatan penjualan barang. Kegiatan usaha itu

    memanfaatkan peluang keikutsertaan mitra usaha untuk memperoleh imbalan atau

     pendapatan terutama dari biaya partisipasi orang lain yang bergabung atau setelah

     bergabungnya mitra usaha tersebut, maka bisa dipastikan bahwa setiap bisnis yang

    merekrut orang lain tanpa adanya produk yang dipasarkan dinyatakan tidak legal/

    melanggar hukum.

    Kesuksesan atau keuntungan yang didapat seseorang yang telah bergabung

    seringkali adalah hasil dari dana anggota yang berada dibawahnya (downline).

    Setiap dana yang di dapatkan oleh Upline adalah sebagian dana yang disetor oleh

    downline. Sementara itu, produk yang ditawarkan hanyalah sebagai pemanis dan

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    31/47

    24

    sangat jauh antara harga fisiknya dengan nilai intrinsik barang itu sendiri.

    Anggota  MLM   cenderung dipaksa untuk memperbesar jaringannya. Artinya,

    income  besar akan didapatkan bila jaringan bertambah besar. Oleh karena itu,

    suksesnya seseorang bukan karena penjualan produk.

    Terdapat beberapa kasus yang marak terjadi saat ini yaitu beberapa

     pengusaha Tour and Travel   ternyata menerapkan bisnis bermodus  MLM   demi

    mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Bahkan beberapa diantaranya

    mengiklankan bisnis tersebut di berbagai media, salah satunya adalah di stasiun

    televisi. Maraknya iklan tawaran bisnis perjalanan wisata dengan iming-iming

    mudah dilakukan dan keuntungan yang menjanjikan. Padahal iming-iming itu

    sejatinya adalah tawaran bisnis yang menyesatkan. Beberapa diantaranya juga

    menggelar seminar dengan tawaran menarik untuk berbisnis Tour and Travel  

    secara online, cukup dengan menggunakan komputer, laptop, tablet, handphone 

    maka sudah bisa usaha Tour and Travel dengan omzet dan keuntungan yang besar

    hingga miliaran rupiah. Bahkan ada yang berani mengatakan bahwa pulang dari

    seminar, sudah jadi pengusaha Tour and Travel .

    Terdapat beberapa pengusaha Tour and Travel yang menjalankan bisnisnya

    dengan modus Multi Level Marketing  memfokuskan bisnisnya untuk menghimpun

    dana (uang) dari masyarakat atau dapat juga disebut dengan investasi dana.

    Investasi dana ini ini dilakukan dengan cara menyetorkan sejumlah uang

    sebagai modal awal dan uang tersebut akan kembali dalam jumlah yang lebih

     besar apabila penyetor mampu menarik dan memasukkan satu atau lebih anggota

    dan akan mendapatkan bonus. Hal ini berarti bertentangan dengan pendaftaran

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    32/47

    25

     bisnis Travel   itu sendiri. Bisnis Travel   yang menerapkan pemasaran seperti ini

     juga harus mendaftarkan perusahaannya sebagai perusahaan  Multi Level

     Marketing .

    4.3. Cara Mengatasi Beberapa Bisnis Tour and Travel yang Tidak Bekerja

    Sesuai Izin Pendirian

    Seperti yang dicantumkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia

     Nomor 10 Tahun 2009 tentang pariwisata, dapat dilihat pada Bab VI Pasal 14

    tentang Usaha Pariwisata yakni :

    1)  Usaha pariwisata meliputi, antara lain :

      Daya tarik wisata

     

    Kawasan pariwisata

      Jasa transportasi pariwisata

      Jasa perjalanan pariwisata

      Jasa makanan dan minuman

      Penyediaan akomodasi

     

    Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi

      Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan

     pameran

      Jasa informasi pariwisata

      Jasa pramuwisata

     

    Wisata tirta, dan

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    33/47

    26

      Spa

    2) 

    Usaha pariwisata selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

    dengan peraturan menteri.

    Berdasarkan hal di atas maka dapat diketahui bahwa usaha pariwisata yang

    didirikan khususnya bisnis Tour and Travel   sebagai jasa perjalanan pariwisata

    telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

    yang tercantum pada Bab VI Pasal 14 tentang Usaha Pariwisata. Sedangkan untuk

     penyelenggaraan usaha pariwisata telah di atur pada Bab VI Pasal 15 yakni :

    1)  Untuk dapat menyelenggarakan usaha pariwisata sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 14, pengusaha pariwisata wajib mendaftarkan

    usahanya terlebih dahulu kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah

    2) 

    Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.

    Bagi usaha pariwisata sebagaimana yang dicantumkan pada Pasal 14 diatas,

    apabila didirikan dan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah pada pasal 15 di

    atas maka Pemerintah ataupun Pemerintah Daerah berhak dan dapat meninjau

    kembali pendaftaran usaha pariwisata tersebut, termasuk di dalamnya yaitu bisnis

    Tour and Travel . Hal tersebut diperkuat pada Pasal 16 yakni ”Pemerintah atau

    Pemerintah Daerah dapat menunda atau meninjau kembali pendaftaran usaha

     pariwisata apabila tidak sesuai dengan ketentuan tata cara sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 15”. 

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    34/47

    27

    Setiap pengusaha pariwisata khususnya dibidang bisnis Tour and Travel

     berkewajiban untuk mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar

    kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum di lingkungan tempat usahanya

    contohnya tidak menjalankan bisnis Tour and Travel   dengan menggunakan

    metode Multi Level Marketing  (MLM) yang negatif, seperti yang saat ini banyak

    terjadi yaitu money game  atau penggandaan uang dengan sistem piramida yang

    akan menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat yang menjadi korban dari

     praktik bisnis ilegal ini.

    Adapun aturan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang

    terkait dengan kejahatan bisnis bermodus  MLM   adalah Pasal 372-Pasal 377

    KUHP tentang Tindak Pidana Penggelapan dan/atau Pasal 378-Pasal 395 KUHP

    tentang Tindak Pidana Penipuan. Sedangkan, ketentuan diluar KUHP yang dapat

    digunakan untuk menjerat pelakunya dengan pidana yang lebih berat adalah

    Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

    tentang Perlindungan konsumen. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

    Kepariwisataan, mengatur mengenai Sanksi Administrasi. Pasal 63 menyatakan

     pada ayat :

    1) 

    Setiap pengusaha pariwisata yang tidak mematuhi ketentuan

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan/atau Pasal 26 dikenai sanksi

    administratif.

    2)  Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :

    a.  Teguran tertulis

     b.  Pembatasan kegiatan usaha

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    35/47

    28

    c. 

    Pembekuan sementara kegiatan usaha

    3) 

    Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikenakan

    kepada pengusaha paling banyak 3 (tiga) kali.

    4)  Sanksi pembatasan kegiatan usaha dikenakan kepada pengusaha yang

    tidak mematuhi teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

    5)  Sanksi pembekuan sementara kegiatan usaha dikenakan kepada

     pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

     pada ayat (3) dan ayat (4).

    Ada dua pengaturan mengenai sanksi administratif untuk pengusaha

     pariwisata yaitu :

    1.  Berdasarkan Pasal 63 ayat (1) Undang-Undang Kepariwisataan, sanksi

    administratif dapat dikenakan kepada pengusaha pariwisata jika tidak

    memenuhi ketentuan berikut :

    1)  Pengusaha pariwisata wajib mendaftarkan usahanya kepada

    Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana yang tercantum

    dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

    tentang kepariwisataan pada Bab VI Pasal 15 ayat (1).

    2) 

    Melakukan kewajiban pengusaha pariwisata sebagaiman diatur

    dalam Pasal 26 Undang-Undang Kepariwisataan, yaitu :

    a.  Menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat,

     budaya dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat

    setempat.

     b.  Memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    36/47

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    37/47

    30

    n. 

    Menerapkan standar usaha dan standar kompetensi sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    2.  Berdasarkan Pasal 30 ayat (1) Peraturan pemerintah Nomor 52 Tahun

    2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang

    Pariwisata, pengusaha pariwisata dapat dikenakan sanksi administrative

    atas pelanggaran terhadap ketentuan :

    1)  Pengusaha pariwisata wajib mempekerjakan tenaga kerja yang

    telah memiliki sertifikat kompetensi di bidang pariwisata sesuai

    ketentuan perundang-undangan, termasuk tenaga kerja asing.

    2) 

    Pengusaha pariwisata wajib memiliki sertifikat usaha pariwisata

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Selain di atas, diatur juga dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun

    2014 tentang Perdagangan, dan Peraturan Menteri Perdagangan

     Nomor : 32/M-DAG/PER/8//2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha

    Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung.

    Pada umumnya bisnis bermodus  MLM inni merupakan suatu kejahatan

     penipuan. Kejahatan penipuan secara pokok diatur dalam Pasal 378 KUHP,

    rumusan dari kejahatan penipuan (R. Soesilo,  Kitab Undang-Undang Hukum

     Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentar Lengkapnya Pasal demi Pasal, 

    Bogor: Politeia,1995, hlm. 260) adalah :

    ”barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau

    orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    38/47

    31

    keadaan palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat maupun dengan karangan

     perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan sesuatu

     barang, membuat utang, atau menghapuskan piutang, dihukum karena

     penipuan dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun”. 

    Bisnis bermodus MLM ini tentu saja menimbulkan korban yang tidak hanya

    mengalami kerugian metriil tetapi juga mengalami penderitaan psikis maupun

    mental. Untuk itu diperlukan suatu perlindungan hukum untuk melindungi hak-

    hak korban dalam penegakan hukum pidana sebagaimana dalam Undang-Undang

    Dasar Tahun 1945 dan Pancasila yang dengan tegas mengisyaratkan pentingnya

     perlindungan hukum bagi setiap warga negara tanpa terkecuali.

    Kenyataannya korban yang pada dasarnya merupakan pihak yang paling

    menderita akibat suatu kejahatan seringkali tidak memperoleh perlindungan

    hukum sebagaimana yang diisyaratkan dalam undang-undang. Penjatuhan pidana

     penjara kepada pelaku kejahatan dianggap sudah cukup memberi perlindungan

    kepada korban karena pelaku tidak meresahkannya lagi, sebab sudah berada di

    dalam tahanan. Namun hal tersebut sebenarnya belum cukup untuk korban karena

    masih banyak hak-hak korban yang belum kembali seperti saat belum terjadinya

    kejahatan. Oleh karena itu, memidanakan pelaku kejahatan belum cukup untuk

    memberi perlindungan hukum kepada korban karena korban sebagai pihak yang

     paling menderita mengalami kerugian materiil dan penderitaan psikis akibat dari

     perbuatan pelaku yang tentu saja harus dipulihkan seperti keadaan semula.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    39/47

    32

    BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

    1. 

     jumlah peningkatan bisnis Tour and Travel setiap tahunnya mengalami

    kenaikan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah perusahaan Tour and

    Travel  sejak tahun 2007 yakni 655 perusahaan terus berambah hingga 1.120

     perusahaan pada tahun 2011.

    2.  Di Indonesia terdapat beberapa perusahaan Tour and Travel   mengelola

     bisnisnya secara tidak sehat, misalnya bisnis Tour and Travel yang bermodus

     Multi Level Marketing   dan cenderung keluar dari jalur semestinya seperti

    money game  dan  pyramid   untuk mendistribusikan barangnya. Skema

     piramida yang dimaksud adalah kegiatan usaha yang bukan dari hasil

    kegiatan penjualan barang. Kegiatan usaha itu memanfaatkan peluang

    keikutsertaan mitra usaha untuk memperoleh imbalan atau pendapatan

    terutama dari biaya partisipasi orang lain yang bergabung atau setelah

     bergabungnya mitra usaha tersebut, maka bisa dipastikan bahwa setiap bisnis

    yang merekrut orang lain tanpa adanya produk yang dipasarkan dinyatakan

    tidak legal/ melanggar hukum yang tentunya hal ini sangat bertentangan

    dengan etika bisnis. Kesuksesan atau keuntungan yang didapat seseorang

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    40/47

    33

    yang telah bergabung seringkali adalah hasil dari dana anggota yang berada

    dibawahnya (downline). Setiap dana yang di dapatkan oleh Upline  adalah

    sebagian dana yang disetor oleh downline. Sementara itu, produk yang

    ditawarkan hanyalah sebagai pemanis dan sangat jauh antara harga fisiknya

    dengan nilai intrinsik barang itu sendiri. Anggota  MLM   cenderung dipaksa

    untuk memperbesar jaringannya. Artinya, income besar akan didapatkan bila

     jaringan bertambah besar. Oleh karena itu, suksesnya seseorang bukan karena

     penjualan produk.

    3. 

    Untuk mengatasi beberapa bisnis Tour and Travel yang tidak bekerja sesuai

    izin pendirian maka diperlukan dukungan dari pemerintah untuk menertibkan

     perusahaan-perusahaan seperti ini, dan dijerat dengan hukuman berdasarkan

     peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal ini.

    5.2. Saran

    Dari hasil pembahasan di atas dapat dilihat pada beberapa pengusaha Tour

    and Travel   yang menerapkan metode  Multi Level Marketing   dengan skema

     piramida dalam mendistribusikan barangnya. Beberapa diantaranya mengajak

    masyarakat agar segera bergabung kedalam bisnisnya dengan iming-iming cepat

    kaya dengan cara yang sangat mudah. Padahal yang kita ketahui bahwa untuk

    memulai sebuah bisnis terutama bisnis Tour and Travel tidaklah semudah

    membalikkan telapak tangan. Beberapa pengusaha Tour and Travel yang

    menjalankan bisnisnya dengan modus  Multi Level Marketing   memfokuskan

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    41/47

    34

     bisnisnya untuk menghimpun dana dari masyarakat atau dapat juga disebut

    dengan investasi dana.

    Investasi dana ini ini dilakukan dengan cara menyetorkan sejumlah uang

    sebagai modal awal dan uang tersebut akan kembali dalam jumlah yang lebih

     besar apabila penyetor mampu menarik dan memasukkan satu atau lebih anggota

    dan akan mendapatkan bonus. Hal ini berarti bertentangan dengan pendaftaran

     bisnis Travel   itu sendiri. Bisnis Travel   yang menerapkan pemasaran seperti ini

     juga harus mendaftarkan perusahaannya sebagai perusahaan  Multi Level

     Marketing .

    Oleh karena itu dihimbau kepada masyarakat untuk perlu berhati-hati jika

    mendapat tawaran seperti itu. Sebab besar kemungkinan ada unsur penipuan.

    Untuk memiliki perusahaan, tentu harus mengantongi banyak izin, dan tidak

    semudah seperti yang diiklankan. Untuk mendirikan sebuah perusahaan Tour and

    Travel  resmi maka harus memiliki badan usaha, tanda daftar perusahaan, NPWP,

    dan lain sebagainya.

    Sementara itu, dihimbau kepada pemerintah agar lebih pro aktif dalam

    mengawasi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang

    dapat merugikan masyarakat dan juga perusahaan Tour and Travel   yang resmi.

    Pemerintah harus bisa menjaga iklim usaha yang sehat ditengah persaingan yang

    ketat khusunya dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) saat

    ini. Pemerintah harus mengambil tindakan yang tegas untuk melindungi

    masyarakat dan juga pengusaha Tour and Travel yang resmi dan dapat bersaing

    secara sehat di lapangan. Pemerintah harus bisa menertibkan perusahaan yang

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    42/47

    35

    hanya sibuk berkoar-koar di berbagai media untuk menjerat masyarakat yang

    kurang memiliki pengetahuan ataupun pengalaman tentang hal ini, dengan iming-

    iming cepat kaya dengan cara yang mudah dan instan.

    Kepada pihak-pihak tertentu khususnya yang telah menjalankan bisnis

    dengan modus  Multi Level Marketing   yang dikenal dengan istilah money game

    atau penggandaan uang seperti ini agar kiranya jangan menghasut masyarakat

    untuk ikut bergabung apalagi dengan iming-iming cepat kaya. Karena sejatinya

     bisnis yang sehat adalah bisnis yang dikelola oleh orang yang profesional

    dibidangnya dengan menerapkan fungsi manajemen yang berkualitas dan dapat

     bersaing secara sehat di lapangan. Perusahaan akan secara otomatis dikenal oleh

    masyarakat luas apabila dikelola dengan sangat perofesional dan bijaksana serta

    meminimalisir terjadinya problematika baik yang ada di dalam lingkup

     perusahaan maupun problematika yang terjadi di lapangan yang kiranya dapat

    mengurangi rasa kepercayaan oleh masyarakat kepada perusahaan, tanpa harus

     berkoar-koar di depan umum apalagi melakukan tindakan-tindakan yang dapat

    menyesatkan masyarakat.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    43/47

     

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdulkadir Muhammad, 2001, Etika Profesi Hukum, CV Citra Aditya Bakti,

    Jakarta.

    Frans Magnis Suseno SJ dalam Jacobus Tarigan, 1994,  Etika Bisnis, Dasar dan

     Aplikasinya, PT Gramedia, Jakarta.

    Joseph W. Weis, 1994,  Business Ethics A Managerial, Stakeholder Approach,

    Wadsworth Publishing Co., California.

    K. Bertens, 2000, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Yogyakarta.

    Pitana, I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009.  Pengantar Ilmu Pariwisata.

    Yogakarta: Penerbit Andi.

    Yoeti, A. Okta. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

    Yoeti, A. Okta. 2003. Tours and Travel Marketing . Jakarta: Pradnya Paramita.

     Ningrum, Lestari. 2004. Usaha Perjalanan Wisata dalam Persfektif Hukum

     Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti.

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    44/47

     

    Harefa, Andrias. 1999. MLM dan Penggandaan Uang . Jakarta: Gramedia Pustaka

    Utama.

    Harefa, Andrias. 2000. MLM di Era Internet . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

     Nita Yudasari Yusuf. 2015. Tinjauan Viktimologis Terhadap Kejahatan Penipuan

     Bermodus Bisnis Multi Level Marketing (Studi Kasus di Kota Makassar

    Tahun 2012-2014) (Skripsi). Makassar: Universitas Hasanuddin.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis, diakses pada 31 Maret 2016.

    https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Lxii4WuXMmgJ:https:/

    /suarniamran.files.wordpress.com/2011/02/etika-dan-hukum-dalam-

     bisnis.ppt+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id, diakses pada 31 Maret 2016.

    https://randynoerhardi.wordpress.com/2013/10/14/pelanggaran-etika-bisnis-yang-

    terjadi-pada-era-globalisasi/, diakses pada 31 Maret 2016.

    http://katrin13211919.blogspot.co.id/2014/10/jurnal-etika-bisnis.html,  diakses

     pada 31 Maret 2016.

    http://teguhsuroso-k-link.blogspot.co.id/2012/01/skripsi-tentang-mlm-multi-

    level.html, diakses pada 15 April 2016.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnishttps://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnishttps://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Lxii4WuXMmgJ:https://suarniamran.files.wordpress.com/2011/02/etika-dan-hukum-dalam-bisnis.ppt+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=idhttps://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Lxii4WuXMmgJ:https://suarniamran.files.wordpress.com/2011/02/etika-dan-hukum-dalam-bisnis.ppt+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=idhttps://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Lxii4WuXMmgJ:https://suarniamran.files.wordpress.com/2011/02/etika-dan-hukum-dalam-bisnis.ppt+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=idhttps://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Lxii4WuXMmgJ:https://suarniamran.files.wordpress.com/2011/02/etika-dan-hukum-dalam-bisnis.ppt+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=idhttps://randynoerhardi.wordpress.com/2013/10/14/pelanggaran-etika-bisnis-yang-terjadi-pada-era-globalisasi/https://randynoerhardi.wordpress.com/2013/10/14/pelanggaran-etika-bisnis-yang-terjadi-pada-era-globalisasi/https://randynoerhardi.wordpress.com/2013/10/14/pelanggaran-etika-bisnis-yang-terjadi-pada-era-globalisasi/http://katrin13211919.blogspot.co.id/2014/10/jurnal-etika-bisnis.htmlhttp://katrin13211919.blogspot.co.id/2014/10/jurnal-etika-bisnis.htmlhttp://teguhsuroso-k-link.blogspot.co.id/2012/01/skripsi-tentang-mlm-multi-level.htmlhttp://teguhsuroso-k-link.blogspot.co.id/2012/01/skripsi-tentang-mlm-multi-level.htmlhttp://teguhsuroso-k-link.blogspot.co.id/2012/01/skripsi-tentang-mlm-multi-level.htmlhttp://teguhsuroso-k-link.blogspot.co.id/2012/01/skripsi-tentang-mlm-multi-level.htmlhttp://teguhsuroso-k-link.blogspot.co.id/2012/01/skripsi-tentang-mlm-multi-level.htmlhttp://katrin13211919.blogspot.co.id/2014/10/jurnal-etika-bisnis.htmlhttps://randynoerhardi.wordpress.com/2013/10/14/pelanggaran-etika-bisnis-yang-terjadi-pada-era-globalisasi/https://randynoerhardi.wordpress.com/2013/10/14/pelanggaran-etika-bisnis-yang-terjadi-pada-era-globalisasi/https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Lxii4WuXMmgJ:https://suarniamran.files.wordpress.com/2011/02/etika-dan-hukum-dalam-bisnis.ppt+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=idhttps://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Lxii4WuXMmgJ:https://suarniamran.files.wordpress.com/2011/02/etika-dan-hukum-dalam-bisnis.ppt+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=idhttps://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Lxii4WuXMmgJ:https://suarniamran.files.wordpress.com/2011/02/etika-dan-hukum-dalam-bisnis.ppt+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=idhttps://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    45/47

     

    http://www.hukumperseroanterbatas.com/2014/07/23/penyelenggaraan-sertifikasi-

    usaha-pariwisata/, diakses pada 29 April 2016.

    http://www.wisatakandi.com/2011/11/undang-undang-ri-no-10-tahun-2009.html, 

    diakses pada 29 April 2016.

    http://www.hukumperseroanterbatas.com/2014/07/23/penyelenggaraan-sertifikasi-usaha-pariwisata/http://www.hukumperseroanterbatas.com/2014/07/23/penyelenggaraan-sertifikasi-usaha-pariwisata/http://www.hukumperseroanterbatas.com/2014/07/23/penyelenggaraan-sertifikasi-usaha-pariwisata/http://www.wisatakandi.com/2011/11/undang-undang-ri-no-10-tahun-2009.htmlhttp://www.wisatakandi.com/2011/11/undang-undang-ri-no-10-tahun-2009.htmlhttp://www.wisatakandi.com/2011/11/undang-undang-ri-no-10-tahun-2009.htmlhttp://www.hukumperseroanterbatas.com/2014/07/23/penyelenggaraan-sertifikasi-usaha-pariwisata/http://www.hukumperseroanterbatas.com/2014/07/23/penyelenggaraan-sertifikasi-usaha-pariwisata/

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    46/47

     

    LAMPIRAN

    Studi Alasan Jarak Berdekatan Antara Indomaret dan Alfamart

    Terdapat beberapa alasan mengapa Indomaret selalu berdekatan dengan

    Alfamart yakni keberadaan kedua minimarket tersebut bukanlah hasil

     persaudaraan antar mereka, namun keberadaan mereka secara bersamaan menurut

    sumber terkait dan masing-masing kubu mengatakan bahwa keberadaan mereka

    dengan cara bersamaan untuk menumbuhkan semangat persaingan dalam

    memberi pelayanan yang terbaik untuk masyarakat setempat.

    Persaingan secara sehat dan profesional pastinya dalam hal berbisnis. Kedua

    minimarket tersebut tidak terikat layaknya kerjasama antar keduanya, namun

    keberadaan keduanya untuk bersaing memikat hati masyarakat untuk memilih

    tempat belanja yang mana yang lebih baik dalam pelayanan dan lain sebagainya.

    Mungkin tidak semua hal ini terlihat, namun keberadaan mereka berdekatan

    seiring bertumbuhnya perekonomian semakin terlihat jelas. Selain itu, alasan lain

    tentang lokasi Indomaret dan Alfamart yang selalu berdekatan adalah sebagai

     berikut.

    1.  Memiliki Pangsa Pasar yang Sama

    Tidak dipungkiri bahwa kedua minimarket ini memiliki pangsa

     pasar yang sama, yaitu golongan orang-orang yang ingin praktis dalam

     berbelanja. Ditambah lagi dengan fasilitas kartu kredit dan ATM yang

  • 8/15/2019 Studi Kasus Analisis Pemberian Batasan Bagi Bisnis Tour and Travel

    47/47

    lebih terjangkau yang berada di dalam minimarket Indomaret dan

    Alfamart.

    2.  Menjual Produk yang Seragam

    Produk yang dijual di Indomaret dan Alfamart relatif sama, hanya

     perbedaan harga yang tidak terlalu signifikan. Selain itu yang

    membedakan juga adalah promo dan diskon yang menjadi daya tarik

    oleh konsumen.

    3. 

    Berada di Pusat Keramaian

    Dimana ada keramaian maka di situ mereka akan berdiri. Dan

    anehnya, selalu ada tempat yang bisa dijadikan lahan untuk mendirikan

    masing-masing cabang. Sepertinya semua itu tak lepas dari campur

    tangan masyarakatnya yang memang mendukung tumbuh suburnya

    kedua minimarket ini di suatu wilayah.