Top Banner
1 STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK BEKERJA SUKMA AYU FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAKSI Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui stressor (sumber stres) dan coping stress pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja berjumlah 50 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner terbuka, digunakan untuk mengukur stressor dan skala coping untuk mengukur coping stres. Untuk mengukur stressor terlebih dahulu dilakukan pengkategorian respon-respon jawaban subjek yang sejenis, kemudian dikelompokkan berdasarkan stressor (sumber stres) menurut Sarafino (1998). Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa stressor ibu rumah tangga yang tidak bekerja adalah masalah dengan suami, masalah dengan anak, masalah keuangan, anggaran rumah tangga yang semakin mahal, masalah terhadap diri sendiri, masalah dengan pekerjaan rumah tangga, masalah keluarga, campur tangan mertua dan BBM. Dari semua stressor tersebut jika dikelompokkan diketahui bahwa mayoritas stressor ibu rumah tangga yang tidak bekerja adalah dari keluarga, yang kedua dari diri individu, dan yang ketiga dari lingkungan atau masyarakat. Untuk mengukur coping stres dlakukan uji validitas dan reliabilitas dengan teknik Alpha Cronbach. Dari 52 item dimensi Problem Focused Coping (PFC), Emotion Focused Coping (EFC), dan Maladaptive Coping (MALC). Pada dimensi PFC dari 20 item yang diujicobakan terdapat 12 item yang valid dengan kisaran antara 0,301 sampai 0,605. Uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,805. Pada dimensi EFC dari 20 item yang diujicobakan diperoleh 19 item valid dengan kisaran antara 0,321 sampai 0,682. Uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,904. Sedangkan pada dimensi MALC dari 12 item yang diujicobakan diperoleh 10 item valid yang kisaran antara 0,355-0,632. Uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,791. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan means/skor rata-rata jumlah subjek yang diperoleh mean PFC adalah 2,830, mean EFC adalah 3,134 dan yang terakhir mean MALC 1,973. Secara umum subjek penelitian menggunakan jenis Emotion Focused Coping (EFC). Setelah dilakukan Analisis Descriptive Statistics subjek penelitian memiliki strategi EFC yang cenderung tinggi dimana mean empiric sebesar 59,56, strategi PFC yang cenderung sedang dengan empiric sebesar 33,96 dan strategi MALC yang cenderung rendah dengan mean empiric sebesar 19,00. Adapun strategi coping yang digunakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja untuk mengatasi stressor meliputi Problem Focused Coping (PFC) dengan cara Active Coping dan Suppression of Competing Activities. Untuk Emotion Focused Coping (EFC) dengan cara Positive Reinterpretation and Growth dan Turning to Religion. Yang terakhir untuk Maladaptive Coping (MALC) adalah Mental Disengagement. Kata Kunci : Stressor, Coping stres, Skripsi
35

STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

Mar 12, 2018

Download

Documents

LeKhuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

1

STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK BEKERJA

SUKMA AYU FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA

ABSTRAKSI Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui stressor (sumber stres) dan coping stress pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja berjumlah 50 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner terbuka, digunakan untuk mengukur stressor dan skala coping untuk mengukur coping stres. Untuk mengukur stressor terlebih dahulu dilakukan pengkategorian respon-respon jawaban subjek yang sejenis, kemudian dikelompokkan berdasarkan stressor (sumber stres) menurut Sarafino (1998). Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa stressor ibu rumah tangga yang tidak bekerja adalah masalah dengan suami, masalah dengan anak, masalah keuangan, anggaran rumah tangga yang semakin mahal, masalah terhadap diri sendiri, masalah dengan pekerjaan rumah tangga, masalah keluarga, campur tangan mertua dan BBM. Dari semua stressor tersebut jika dikelompokkan diketahui bahwa mayoritas stressor ibu rumah tangga yang tidak bekerja adalah dari keluarga, yang kedua dari diri individu, dan yang ketiga dari lingkungan atau masyarakat. Untuk mengukur coping stres dlakukan uji validitas dan reliabilitas dengan teknik Alpha Cronbach. Dari 52 item dimensi Problem Focused Coping (PFC), Emotion Focused Coping (EFC), dan Maladaptive Coping (MALC). Pada dimensi PFC dari 20 item yang diujicobakan terdapat 12 item yang valid dengan kisaran antara 0,301 sampai 0,605. Uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,805. Pada dimensi EFC dari 20 item yang diujicobakan diperoleh 19 item valid dengan kisaran antara 0,321 sampai 0,682. Uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,904. Sedangkan pada dimensi MALC dari 12 item yang diujicobakan diperoleh 10 item valid yang kisaran antara 0,355-0,632. Uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,791. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan means/skor rata-rata jumlah subjek yang diperoleh mean PFC adalah 2,830, mean EFC adalah 3,134 dan yang terakhir mean MALC 1,973. Secara umum subjek penelitian menggunakan jenis Emotion Focused Coping (EFC). Setelah dilakukan Analisis Descriptive Statistics subjek penelitian memiliki strategi EFC yang cenderung tinggi dimana mean empiric sebesar 59,56, strategi PFC yang cenderung sedang dengan empiric sebesar 33,96 dan strategi MALC yang cenderung rendah dengan mean empiric sebesar 19,00. Adapun strategi coping yang digunakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja untuk mengatasi stressor meliputi Problem Focused Coping (PFC) dengan cara Active Coping dan Suppression of Competing Activities. Untuk Emotion Focused Coping (EFC) dengan cara Positive Reinterpretation and Growth dan Turning to Religion. Yang terakhir untuk Maladaptive Coping (MALC) adalah Mental Disengagement. Kata Kunci : Stressor, Coping stres, Skripsi

Page 2: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Manusia dialam dunia ini memegang

peranan yang unik dan dapat dipandang dari

banyak segi. Manusia di dalam hidup ini,

termasuk wanita selalu menginginkan peran di

dalam pekerjaan maupun di lingkungan

keluarga. Di dalam tahap untuk berkeluarga,

wanita yang sudah memusatkan untuk

berkeluarga biasa disebut sebagai ibu rumah

tangga (Ibrahim, 2005).

Ibu rumah tangga adalah suatu peran

yang otomatis diterima seorang wanita. Disaat

ia mulai berkeluarga. Sekaligus melakukan

kegiatan yang berpusat mengurusi, mendidik,

melayani, mengatur, mengurus anak dan

suami. Sebagian waktunya berada di dalam

rumah yang memiliki tanggung jawab yang

timbul secara spontan dan tidak dapat

diramalkan (Kartono, 2006).

Para wanita ingin membangun

kehidupan ekonomi keluarga rumah tangga

yang mantap dan mapan, tetapi kadang-kadang

isteri dituntut suaminya tidak bekerja dengan

mengurus keperluan rumah tangga terutama

pada anak-anak dan suami atau dipihak lain

ada juga keinginan isteri sendiri untuk menjadi

ibu rumah tangga. Kadang kala ada wanita

telah bercita-cita bekerja di kantor dan meniti

karir, sebagian tidak ingin terikat oleh ruang

dan waktu dibelakang meja dan sebagian lagi

ada berkeinginan untuk menjadi ibu rumah

tangga yang berwawasan luas dalam mendidik

anak dan keluarga (Kartono, 2006).

Para ibu banyak yang mengalami

dilema dalam peran yang mereka mainkan.

Satu sisi mereka menginginkan untuk

mengasuh anak-anak sepenuhnya, disisi lain

mereka tetap ingin berkarya dan membentuk

perekonomian keluarga. Kedua pilihan ini

sering begitu sulit diputuskan. Akhirnya

seringkali ada ketidaksesuaian antara

keinginan dengan kenyataan yang dijalani para

ibu (Kartono, 2006).

Ada kalanya seorang wanita benar-

benar ingin menjadi ibu rumah tangga seratus

persen dengan tujuan untuk berkonsentrasi

untuk mengurus, mendidik, melayani dan

mengatur keluarga. Telah banyak diketahui,

bahwa ibu rumah tangga mempunyai tugas

untuk mengurus segala keperluan atau

kebutuhan rumah tangga. Pada umumnya

wanita menganggap bahwa menjadi ibu rumah

tangga bukan suatu pekerjaan, karena seorang

wanita yang berkeluarga akan secara langsung

menerima perannya sebagai ibu rumah tangga

(Mappiare, 1983).

Status sebagai seorang ibu dengan

mencurahkan kasih sayang kepada keluarga.

Pada saat anak mulai beranjak dewasa,

misalnya : untuk bersekolah dengan

meninggalkan rumah satu harian dengan

melakukan kegiatan diluar rumah atau

kadangkala anak dalam suatu pihak,

khususnya pada masa remaja banyak anak

yang bosan tinggal dirumah karena banyak

pergaulan di luar rumah yang lebih menarik

Page 3: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

2

dari pada keadaan rumah sendiri (Mappiare,

1983).

Dari gambaran diatas maka seorang

ibu yang ditinggalkan anaknya untuk

bersekolah atau meninggalkan rumah ada

perasaan kesepian. Untuk menjadi stay at

home mother tidak jarang melahirkan

perasaan kurang puas. Kesepian merupakan

salah satu penyebab timbulnya stres (Goliszek,

2005).

Stres adalah suatu istilah yang secara

umum dapat menekankan reaksi psikologis

dan fisiologi di dalam lingkungan. Biasanya

stres timbul di karenakan mandapat ancaman

baik dalam diri individu ataupun psikologinya

(Roediger, 1984).

Respon terhadap stres pada manusia

sangat terpersonalisasikan dan bervariasi bagi

setiap orang bahkan pada individu pada saat-

saat berbeda-beda. Gejala stres terjadi setiap

hari. Karena itu banyak orang yang

mengabaikan dan menganggapnya sebagai hal

yang biasa. Memang banyak kondisi yang

berhubungan dengan stres sehingga terasa

biasa. Salah satu teori stres yang paling

populer menyatakan bahwa individu yang

toleran terhadap stres memiliki sikap hidup

yang terkendali. Di lain pihak individu yang

mengalami stres merasa tidak berdaya

terhadap peristiwa-peristiwa yang ada

disekitarnya, jika tidak diatasi maka

berdampak negatif (Goliszek, 2005).

Individu yang mengalami stres, maka

individu tersebut akan melakukan perilaku

coping, hal ini disebabkan oleh timbulnya

perasaan yang tidak menyenangkan, akibat

tujuan yang ingin dicapai yaitu menghilangkan

atau mengurangi stres yang dirasakan oleh

individu untuk mengubah stressor (Taylor

dalam Rice, 1998).

Coping stres adalah usaha untuk

mengatur tuntutan dari lingkungan, baik dari

dalam ataupun dari luar dan usaha untuk

mencari jalan keluar, untuk mengurangi stres

(Halonen & Santrock, 1999).

Didalam teknik stres ada 3 macam,

yaitu : Problem Focused Coping yaitu

mencakup bertindak secara langsung untuk

mengatasi masalah atau mencari informasi

yang relevan dengan solusinya, Emotion

Focused Coping yaitu merujuk pada berbagai

reaksi emosional negatif terhadap stres,

Coping maladaptive yaitu perilaku coping

yang tidak efektif (Carver dkk, 1989)

Dari uraian diatas maka peneliti

tertarik untuk mengetahui apa saja sumber

stres dan bagaimana coping stres pada ibu

rumah tangga yang tidak bekerja ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh gambaran mengenai sumber stres

dan perilaku coping stres pada ibu rumah

tangga yang tidak bekerja.

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran stres pada ibu rumah

tangga yang tidak bekerja?

Page 4: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

3

2. Mengapa ibu rumah tangga yang tidak

bekerja menjadi stres?

3. Bagaimana ibu rumah tangga yang tidak

bekerja mengatasi stres?

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki 2 manfaat,

yaitu :

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diketahui bahwa ibu

rumah tangga yang tidak bekerja

mengalami stress dan melakukan coping

terhadap situasi yang menimbulkan stres,

sehingga para ibu rumah tangga dapat

mengambil langkah serta memilih coping

yang terbaik dalam menghadapi situasi

stres.

2. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

ikut memperkaya wawasan dan teori-teori

dari literatur yang sudah ada. Dapat

memberi masukan bagi pengembangan

ilmu psikologi serta memberi sumbangan

yang berarti bagi ibu yang tidak bekerja

mengalami stres dan mencari coping yang

sesuai, serta dapat dijadikan dasar bagi

penelitian-penelitian serupa selanjutnya

agar peneliti yang dilakukan dimasa

mendatang lebih baik lagi.

TINJAUAN PUSTAKA

Stres

Setiap manusia dari berbagai lapisan bisa saja

mengalami ketegangan hidup, yang

diakibatkan adanya tantangan, kesulitan

ancaman ataupun ketakutan terhadap bahaya

hidup yang sulit terpecahkan.

Pengertian Stres

Stres adalah suatu istilah yang secara

umum dapat menekankan reaksi psikologi dan

fisiologi didalam lingkungan. Biasanya stres

timbul dikarenakan mendapat ancaman baik

dalam diri individu ataupun psikologinya

(Roediger, 1984).

Stres adalah sebuah kata sederhana

yang sudah tidak asing lagi diucapkan sehari –

hari oleh setiap orang dan selalu

menggambarkan kondisi yang kalau dapat

dihindari oleh setiap orang, karena sering

berarti Collaps, Down, Shock, Panik, pingsan,

pikiran buntu, lemah ingatan, pusing dan lain

sebagainya (Abdullah, 2007).

Stres merupakan kondisi jiwa atau

raga, fisik dan psikis seseorang yang tidak

berfungsi secara normal dapat terjadi setiap

saat terhadap setiap orang tanpa mengenali

jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau

status sosial ekonomi (Christian, 2005).

Stres adalah hidup, tidak ada hidup

tanpa stres, stres adalah teman yang senantiasa

bersama dengan kita (Meltzer, 2006).

Stres adalah penderitaan jasmani,

mental atau emosional yang diakibatkan

interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu

ancaman bagi agenda pribadi seorang individu

(Mulyana, 2001).

Page 5: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

4

Stres adalah suatu keadaan yang

muncul apabila tuntutan – tuntutan yang luar

biasa atau terlalu banyak mengancam

kesejahterahan atau integritas seseorang

(Prabowo, 1998)

Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa stres adalah suatu proses

kognitif berupa persepsi yang terkondisi secara

subjektif terhadap suatu sumber atau keadaan

yang dinilai memberi tekanan, rangsangan dan

beban tertentu yang tidak sepadan dengan

dirinya yang dirasakan sebagai ancaman

terhadap kesejahteraan hidupnya, sehingga

mengakibatkan timbulnya respon atau reaksi

fisik atau psikis.

Model – model Stres

Menurut Cox (dalam Prabowo,1998)

mengemukakan model pendekatan stres, yaitu

: Response-based model, Stimulus-based

model dan Interactional model.

a. Response-based model

Stres model ini mengacu sebagai

sekelompok gangguan kejiwaan dan

respon – respon psikis yang timbul

pada situasi sulit. Model ini mencoba

untuk mengidentifikasi pola – pola

kejiwaan dan respon – respon

kejiwaan yang diukur pada

lingkungan yang sulit. Suatu pola

atau sekelompok dari respon disebut

sebagai sebuah sindrom. Pusat

perhatian dari model ini adalah

bagaimana stressor yang berasal dari

lingkungan yang berbeda – beda

dapat menghasilkan respon stres yang

sama.

b. Stimulus-based model

Model stres ini memusatkan perhatian

pada sifat - sifat stimuli stres. Tiga

dari karakteristik penting dari stimuli

stres adalah :

(1) Overload

Karakteristik ini diukur ketika

sebuah stimulus datang secara

intens dan individu tidak dapat

mengadaptasi lebih lama lagi.

(2) Conflict

Konflik diukur ketika sebuah

stimulus secara simultan

membangkitkan dua atau lebih

respon – respon yang tidak

berkesesuaian.

(3) Uncontrollability

Uncontrollability adalah

peristiwa – peristiwa dari

kehidupan yang bebas atau tidak

tergantung pada perilaku dimana

pada situasi ini menunjukkan

tingkat stres yang tinggi.

c. Interactional model

Model ini merupakan perpaduan

antara Response-based model dan

Stimulus-based model. Ini

mengingatkan bahwa model terdahulu

membutuhkan tambahan informasi

mengenai motif – motif individual

Page 6: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

5

dan kemampuan mengcoping

(mengatasi). Model ini

memperkirakan bahwa stres dapat

diukur ketika dua kondisi bertemu,

yaitu :

(1) Ketika individu menerima

ancaman akan motif dan

kebutuhan penting yang

dimilikinya. Jika telah

berpengalaman stres sebelumnya,

individu harus menerima bahwa

lingkungan mempunyai ancaman

pada motif – motif dan

kebutuhan – kebutuhan penting

pribadi.

(2) Ketika individu tidak mampu

untuk mengcoping stressor.

Pengertian mengcoping lebih

merujuk pada kesimpulan total

dari metode personal, dapat

digunakan untuk mengatasi

situasi yang penuh dengan stres.

Coping termasuk rangkaian dari

kemampuan untuk bertindak

pada lingkungan dan mengelolah

gangguan emosional, kognitif

serta reaksi psikis.

Faktor - faktor Stres

Stres yang lengkap, yang meliputi

sumber – sumber stimulasi internal dan

eksternal, “Stres menunjukkan kepada segenap

proses, baik yang bersumber pada kondisi –

kondisi internal maupun lingkungan eksternal

yang menuntut penyesuaian atas organisme”

(Christian, 2005), yaitu :

a. Faktor Eksternal

Stres juga sering dihubungkan dengan

masalah – masalah yang disebabkan

oleh kondisi, lingkungan ataupun

orang di sekitar. Faktor eksternal

merupakan penyebab stres yang

sangat menentukan. Faktor eksternal

yang bagi kebanyakan orang pasti

menyebabkan stres. Banyak faktor

eksternal yang menyebabkan orang

merasa tertekan kalau harus

mengalaminya. Berikut ini faktor

eksternal ,yaitu :

(1) Faktor Lingkungan (Evironmental

Factor)

Lingkungan fisik yang tidak

jarang menjadi stressor yang

serius untuk banyak orang.

Faktor lingkungan fisik yang

sering membuat stres, adalah :

suasana yang sepi, kondisi

berantakan, cahaya, ruangan dan

ketinggian.

(2) Faktor Sosial (Social Factor)

Faktor sosial menyangkut

hubungan antar manusia.

Hubungan sosial yang bisa

menjadi stressor diantaranya :

hubungan keluarga, hubungan

pekerjaan, hubungan dengan

orang banyak, dan hubungan

dengan orang yang bermasalah.

Page 7: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

6

(3) Faktor Lembaga (Institutional

Factor)

Baik itu masyarakat primitif

dengan adat istiadatnya, maupun

masyarakat modern dengan

berbagai aturan dan kode

perilakunya, lembaga

memainkan peranan penting bagi

kehidupan setiap individu.

Hubungan keduanya saling

mempengaruhi. Individu

mewarnai lembaga sementara

lembaga menjadi struktur yang

menentukan kehidupan seseorang

individu. Sayangnya, banyak

perangkat lembaga yang pada

akhirnya menjadi sumber stres

yang berat.

(4) Peristiwa Besar (Major Life

Events)

Peristiwa besar dalam kehidupan

bisa menyebabkan stres, terlepas

apakah peristiwa itu positif

(menyenangkan) atau negatif

(menyedihkan). Artinya setiap

peristiwa besar pada hakikatnya

adalah stressor. Untungnya stres

akibat peristiwa seperti itu

biasanya bertahan antara setahun

hingga dua tahun saja (jadi

berbeda dengan pengalaman

traumatis yang bisa berlangsung

seumur hidup). Beberapa faktor

stres yang berhubungan dengan

peristiwa besar kehidupan adalah

: menikah, pindah rumah,

mempunyai anak atau keluarga,

dan tidak ada pekerjaan.

(5) Gangguan Sehari – hari

Setiap kita menemukan

gangguan dalam kegiatan kita.

Stres akibat gangguan harian ini

ternyata juga membawa berbagai

masalah lain, seperti

terganggunya relasi dengan

orang lain hingga gangguan

kesehatan. Faktor penyebab stres

akibat gangguan sehari – hari.

b. Faktor Internal

Stres sering dihubungakan

dengan “perasaan”. Stres juga

sering dikaitkan dengan

“pikiran”. Ketika menganggap

stres sebagai akibat dari perasaan

dan perasaan pikiran yan buruk,

maka kita berbicara stres yang

diakibatkan dari diri sendiri atau

faktor internal. Beberapa faktor –

faktor internal penyebab stres

sering ditemukan. yaitu :

(1) Keturunan (Hereditary)

Seorang psikiatri senior dari John

Hopkins University School of

Medicine di Amerika Serikat,

mengatakan walaupun tidak ada

jaminan apa yang dimiliki orang

tua di turunkan kepada anak –

anak, namun stres yang dialami

Page 8: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

7

orang tua membuat anak berada

pada resiko yang lebih besar

untuk juga terkena stres,

selanjutnya menjelaskan kalau

orang tua yang selalu stres secara

tidak sengaja juga mengajarkan

anak – anaknya untuk mudah

stres ketika menghadapi

tantangan hidup.

(2) Kepribadian (Personality Trait)

Ada beberapa teori tentang

kepribadian. Untuk stres, teori

yang relevan ialah teori

kepribadian tipe A dan Tipe B.

Tipe ini memberi manusia ke

dalam dua tipe kepribadian. Tipe

A dicirikan dengan watak yang

kompetitif, mudah gelisah,

mudah marah, tidak sabaran,

perfeksionis. Sedangkan tipe B

yang ditandai dengan sikap

merendah, tenang, santai dan

kelihatan lebih menikmati hidup

dan tidak terburu – buru. Tipe A

dinilai lebih buruk daripada tipe

B, terutama dalam kaitannya

dengan penyakit dan stres.

(3) Sistem Kepercayaan (Belief

System)

Banyak kepercayaan yang

menyebabkan orang menderita

stres. Keyakinan bahwa setiap

keluarga harus memiliki

keturunan akan membuat stres

berkepanjangan bagi pasangan

yang tidak dikaruniai anak.

Keyakinan akan dosa juga

membuat orang stres karena

telah berbuat dosa (khususnya

Dosa Besar). Soal sistem

kepercayaan ini memang hal

yang rumit, tetapi dengan analisa

dan introspeksi akan ketahuan

bahwa stres yang diderita, salah

satunya bisa jadi datang dari

sistem kepercayaan yang dianut.

Masalahnya, sistem kepercayaan

tidak mudah untuk dirubah.

Bahkan kalau di yakini sebagai

kebenaran, hal ini mustahil untuk

dirubah.

(4) Pengalaman Masa Lalu (Past

Experience)

Tidak semua orang mengalami

kehidupan yang mulus rata.

Banyak yang suatu waktu dalam

hidupnya pernah mengalami hal

– hal buruk. Peristiwa yang

menyakitkan di masa lalu pada

akhirnya menyebabkan trauma

dan luka yang berkepanjangan.

Pengalaman itu sendiri ada yang

ringan ada juga yang berat.

Pengalaman pahit masa lalu

mendatangkan trauma dan

trauma memang membuat stres

dan bahkan ketakuatan.

Page 9: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

8

Selain faktor-faktor stres diatas,

penilaian terhadap situasi yang dianggap

stresful bergantung pada dua faktor, yaitu

faktor individu/personal dan faktor

lingkungan/situasi (Lazarus, 1976).

a. Faktor personal/individu

Yang tercakup dalam faktor personal

intelektual, motivasi dan karakteristik

kepribadian. Salah satu contoh yang

berkaitan dengan self esteem adalah

individu yang mempunyai self esteem

tinggi cenderung berkeyakinan bahwa

dirinya punya sumber daya yang

cukup untuk dapat memenuhi segala

tuntutan, sehingga situasi lebih

dipersepsikan sebagai tantangan

daripada ancaman.

b. Faktor situasi/lingkungan

Beberapa hal yang terkait dengan

situasi yang mempengaruhi penilaian

individu terhadap stres adalah :

(1) Tuntutan dan desakan yang kuat

Suatu situasi lebih menimbulkan

stres apabila melibatkan adanya

tuntutan dan desakan yang kuat.

(2) Transisi kehidupan

Penggeseran dari satu fase ke

fase berikutnya dalam kehidupan

seseorang, yang ditandai dengan

berbagai kejadian yang

menimbulkan perubahan dan

tuntutan baru dalam kehidupan.

Transisi kehidupan juga

cenderuing dipandang sebagai

situasi yang menimbulkan stres.

(3) Harapan mengenai situasi

(desirability of the situation)

Kejadian yang tidak berharap

terjadi dapat menimbulkan stres,

namun bukan berarti kejadian

yang diharapkan tidak mengkin

menimbulkan stres. Sarafino

menjelaskan bahwa masing-

masing situasi memiliki tuntutan

tersendiri yang dapat membebani

atau melebihi kemampuan

individu.

(4) Kemampuan untuk mengontrol

sumber stres

Usaha untuk merubah atau

menghambat sumber stres. Orang

cenderung mengganggap bahwa

situasi yang tidak terkontrol akan

lebih mudah menimbulkan stres

daripada situasi yang terkontrol.

Ada dua tipe kontrol , yaitu

kontrol tingkah laku dan kontrol

kognitif. Dengan kontrol tingkah

laku individu dapat

mempengaruhi akibat yang

ditimbulkan dari suatu kejadian

dengan melakukan tindakan

tertentu. Contohnya : individu

yang mengalami sakit kepala

tidak akan terlalu merasakan

stres apabila ia punya

kemampuan melalukan sesuatu

Page 10: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

9

untuk menghilangkan sakit

kepala tersebut. Sementara

dengan melakukan kontrol

kongnitif, individu dapat

mempengaruhi suatu situasi

dengan menggunakan strategi

mental. Misalnya dengan

mengalihkan perhatian dari

sumber stres atau mengatur

rencana untuk mengatasi sumber

stres.

(5) Ambiguitas (ketidakjelasan

situasi)

Ambiguitas mempunyai pengaruh

dalam penilaian terhadap situasi

stres namun tergantung dari tipe

ambiguitas yang muncul. Ada

tiga tipe Ambiguitas atau

ketidakjelasan, yaitu

ketidakjelasan peran (role

ambiguity) dan ketidakjelasan

bahaya (harm ambiguity). Role

ambiguity muncul apabila ada

ketidakjelasan mengenai fungsi

atau tugas seseorang. Ini bisa

meninggalkan stres karena dapat

menyebabkan individu menjadi

tidak yakin akan tingkah laku

dan keputusan yang dibuatnya

sendiri. Sementara ketidakjelasan

bahaya (harm ambiguity) terjadi

ketika ada kemungkinan

munculnya bahaya yang masih

tidak jelas atau akibat adanya

ketidakjelasan sumber daya yang

dimiliki untuk memenuhi

tuntutan. Pada jenis ambiguitas

ini, efeknya terhadap stres bisa

berbeda-beda, karena sangat

bergantung pada kepribadian,

keyakinan dan pengalaman

seseorang.

(6) Kontrol Personal

Faktor yang mempengaruhi

perbedaan individu dalam

bereaksi terhadap stres adalah

kemampuan individu untuk

memprediksi atau mengontrol

situasi stres. Apabila individu

tidak mampu mengontrol situasi

stres maka reaksi yang muncul

akan semakin kuat. Dukungan

sosial dari teman maupun

keluarga dapat menjadi sumber

kontrol bagi individu.

Sumber Stres Utama

Banyak hal dalam hidup ini yang

dapat menyebabkan stres. Hal – hal yang

menjadi sumber stres atau penyebab stres pada

diri seseorang disebut dengan stressor. Stres

dapat dihindari dengan cara “mengambil

jarak” dengan sumber – sumber penyebab

stres, atau hal – hal yang potensial menjadi

penyebab stres. Tetapi, tidak semua jenis

stressor memang dapat dijauhi. Dibawah ini

akan dibahas beberapa jenis stressor utama

Page 11: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

10

dan terpenting yang harus di hindari (Goliszek,

2005), yaitu :

a. Tidak Merasa Dihargai

Kurangkan tuntutan – tuntutan untuk

menerima penghargaan dari pihak

lain atas apa yang sudah dilakukan.

Usahakan untuk secara pribadi

menikmati hasil kerja atau daya

upaya dengan kebanggaan

sewajarnya. Walaupun orang lain

mengesankan sikap tidak peduli

dengan hasil yang dicapai, yakinkan

orang itu hanya pura – pura.

b. Tidak Memiliki Tujuan

Keadaan merasa tidak memiliki

tujuan sangat potensial menjadikan

stres. Maka lakukanlah sesuatu

dengan sebelumnya memikirkan dan

merenungkan secara seksama dan

mendalam. Pertimbangkan baik

buruknya, plus-minusnya, peluang

atau hambatan yang ada.

c. Persoalan Keluarga

Mustahil untuk sepenuhnya selama

hidup bisa terbebas dari persoalan

keluarga. Tetapi, tidak mungkin juga

kalau orang terus menerus di paksa

berkutat dengan persoalan keluarga

tanpa akhir. Kunci untuk

mengurangkan kemungkinan

munculnya persoalan keluarga yang

utama adalah keterbukaan dan

kesedihan untuk selalu mewujudkan

itikad berdialog dalam mengatasi

persoalan yang muncul.

d. Berbagai Kebutuhan yang Tidak

Terpenuhi

Kebutuhan yang tidak terpenuhi

adalah stressor yang ganas.

Penyebabnya adalah harus diketahui

secara pasti. Orang sering gagal untuk

memenuhi kebutuhan lebih

disebabkan “tidak tahu diri”.

Menghendaki sesuatu yang berada di

luar jangkauannya. Maka, mengerti

dan memahami kemampuan diri

adalah hal yang mutlak diperlukan

agar tidak selalu kecewa.

e. Kebosanan

Rasa bosan lantaran situasi yang

monoton dan bagi tidak mengalami

tahap perbaikan bisa menimbulkan

stres berlarut – larut. Untuk

mengatasi memang tidak mudah.

Tetapi, situasi tersebut dapat di

kurangkan dengan cara

mengeluhkesahkannya pada orang

terdekat tanpa harus terlalu

membebani lawan atau kawan bicara.

Berdoa atau tindakan sejenis yang

dirasa mampu mendekatkan diri pada

tuhan di sarankan untuk ditempuh

guna mengurangi beban.

f. Perubahan yang Terlalu Sering

Terjadi

Situasi ini merampas energi melalui

tuntutan bahwa kita harus mampu

Page 12: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

11

beradaptasi dengan situasi mapan

yang menjadi berubah. Perubahan

muncul bisa disebabkan oleh faktor

dari luar ataupun dari dalam diri

sendiri.

g. Rasa Tidak Aman

Ini lebih mudah untuk diatasi jika

memiliki partner atau teman tetap

dalam hidup, kawan dekat atau

sahabat. Berfikir secara rasional,

mengembangkan kemandirian akan

sanggup untuk melenyapkan rasa

tidak aman.

Selain pendapat Goliszek, dibawah

ini sumber-sumber stres menurut Coper &

Appley, meliputi :

a. Stimulus asing atau baru

Terdapat dalam situasi-situasi yang

belum dikenal atau asing yang

ditimbulkan oleh perubahan-

perubahan yang sifatnya mendadak

dan dratis sehingga individu yang

terkena belum siap untuk beraksi

secara cepat.

b. Stimulus Ambigous

Situasi atau stimulus yang penuh

dengan ketidakpastian atau bersifat

samar sehingga individu yang

bersangkutan sulit menentukan sikap

dan tindakan.

c. Konflik

Suatu situasi atau kondisi yang

menuntut hal-hal yang bertentangan

antara satu dengan yang lainnya.

d. Stimulus yang berlebihan

Lingkungan yang bising atau panas,

tugas yang terlalu banyak atau beban

yang terlalu tinggi.

e. Stimulus yang kurang

Terlihat pada situasi yang menoton

dan repetitif sehingga menyebabkan

kebosanan dan perasaan tidak berarti.

Sarafino (1998), dalam bukunya

Health Psychology mengatakan bahwa sumber

stres terdiri dari 3 macam, yaitu :

a. Stres dari dalam diri sendiri (Sources

within the person)

Tingkat stres tergantung seberapa

besar suatu aktifitas memerlukan

kekuatan fisik, sumber stres lain

berasal dari dalam diri adalah adanya

konflik yang timbul pada diri

seseorang karena adanya kepentingan

yang berlawanan. Misalnya :

kelemahan atau ketidaksiapan secara

fisik.

b. Stres dari dalam keluarga (Sources in

the family)

Keluarga Merupakan salah satu

sumber stres. Kecemasan terhadap

keadaan keluarga dirumah dan rasa

rindu pada keluarga bisa

menimbulkan stres. Misalnya :

Page 13: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

12

perasaan kangen terhadap keluarga

yang berada dikampung halaman.

c. Stres dari lingkungan dan pekerjaan

(Sources in the community and

society)

Stres yang berhubungan dengan

lingkungan dan pekerjaan yang

dialami oleh orang dewasa. Pada

faktor lingkungan yang melibatkan

tuntutan tugas dan tanggung jawab

terhadap kehidupan menyangkut

keselamatan seseorang.

Jadi stressor dapat disimpulkan

sebagai kondisi fisik dan lingkungan sebagai

mangancam merusak, membahayakan yang

menghasilkan perasaan tertekan.

Gejala – gejala Stres

Guna mengetahui apakah seseorang

itu sedang mengalami stres, bisa di lihat dari

beberapa gejalanya. Oleh para ahli gejala –

gejala tersebut dapat di kelompokkan kepada

dua macam, yaitu : gejala fisik dan gejala

psikis (Abdullah, 2007).

a. Gejala Fisik. Yang termasuk gejala

stres bersifat fisik antara lain adalah :

sakit kepala, darah tinggi, sakit

jantung atau jantung berdebar –

debar, sulit tidur sakit lambung,

mudah lelah, keluar keringat dingin,

kurang nafsu makan, sering buang air

kecil.

b. Gejala Psikis. Adapun yang termasuk

gejala stres bersifat psikis antara lain

adalah : gelisah atau cemas, kurang

bisa berkonsentrasi belajar atau

bekerja, sering melamun, sikap masa

bodoh, sikap pesimis, selalu murung,

malas bekerja atau belajar, bungkap

seribu bahasa, hilang rasa humor dan

mudah marah atau bersikap agresif,

seperti kata – kata kasar yang

menghina, atau menempeleng,

menendang, membanting pintu dan

suka memecahkan barang – barang.

Stres yang tidak diatasi secara selektif

dapat menimbulkan berbagai dampak baik

secara fisik maupun psokologis, walaupun

dampak stres tidak selalu buruk. Berdasarkan

dampak yang ditimbulkan Atwater (1999)

membagi stres menjadi 2 bagian :

a. Eustress

Merupakan stres yang memiliki

dampak positif karena mampu

mendorong individu untuk melakukan

hal yang terbaik untuk menghadapi

masalahnya.

b. Distress

Merupakan stres yang berdampak

negatif yang memerlukan energi,

menyakitkan bahkan dapat

menyebabkan kematian. Ada 2

bentuk distress depresi dan

kecemasan. Tanda-tanda depresi

antara lain adalah munculnya rasa

Page 14: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

13

sedih, kesepian, merasa tidak berarti

berfikir untuk mati, sulit tidur, sering

menangis, merasa bersalah dan

merasa tidak mampu bangkit kembali.

Sementara tanda-tanda kecemasan

adalah sering merasa tegang,

khawatir, mudah marah dan sering

merasa takut.

Coping Stres

Pengertian Coping

Coping stres adalah kesanggupan

untuk melawan stresor Lazarus dan Folkman

(Abbas, 2005).

Coping stres adalah peraturan beban

dari keadaan sekitar atau usaha untuk

memecahkan masalah tentang stres yang

sedang dihadapi dalam kehidupan dan mencari

jalan untuk menguasai atau mengurangi stres

(Halonen & Santrock, 1999).

Coping stres adalah pemulihan

kembali dari pengaruh pengalaman stres atau

reaksi fisik dan psikis, yang berupa perasaan

tidak enak, tidak nyaman atau tertekan yang

sedang dihadapi (Hawari, 2007).

Menurut Nevid dkk (2005) coping

stres adalah menghadapi masalah dan

kemampuan mengatasi stres.

Coping adalah usaha mengubah

kognitif dan tingkah laku untuk tuntutan yang

spesifik, baik dari luar dan dalam, yang

bersumber dari individu. Pada dasarnya coping

stres adalah usaha kita untuk mengubah

stressor atau respon dari stres (Kapplan dkk ,

1993).

Coping adalah cara individu

mengatasi stressor maupun dirinya sendiri.

Coping juga diartikan sebagai usaha aktif atau

pasif untuk merespon situasi yang mengancam

dengan berusaha mengubah ancaman atau

mengurangi ketidaknyamanan (Lazarus,

1976).

Coping adalah sebagai respon atas

kejadian/situasi penuh stres yang merupakan

proses yang diperluas sepanjang waktu.

Dengan coping, usaha baik kognitif maupun

perilaku diarahkan untuk master, toleransi,

mengurangi atau memenuhi tuntutan

permintaan lingkungan yang membebani atau

kemampuan seseorang (Rice, 1998).

Berdasarkan dari definisi di atas

coping ialah usaha untuk mengatur tuntutan

dari lingkungan, baik dari dalam ataupun dari

luar dan usaha untuk mencari jalan keluar,

untuk mengurangi stres.

Unsur-unsur Coping

Coping dan stres memang saling

berhubungan, seperti yang dikemukakan oleh

Taylor (dalam Rice, 1998) yaitu, coping

adalah merupakan pengendali dari stres.

Coping dapat dibagi menjadi tiga

unsur, yaitu ;

a. Coping Respon adalah perilaku

kognitif atau fisik yang terjadi

sebagai respon terhadap stressor yang

dipersepsikan dan diarahkan untuk

Page 15: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

14

mengubah kejadian yang

menyebabkan stres.

b. Coping Goal adalah tujuan yang ingin

dicapai untuk menghilangkan atau

mengurangi tingkat suatu stressor dan

dapat mengubah suatu stressor.

c. Coping Out Come adalah

konsekuensi langsung dari respon

coping, baik itu yang positif maupun

yang negatif.

Dapat di simpulkan, bahwa pada saat

individu mengalami stres, maka individu

tersebut akan melakukan perilaku coping, hal

ini disebabkan oleh timbulnya perasaan yang

tidak menyenangkan, akibat tujuan yang ingin

dicapai, yaitu menghilangkan atau mengurangi

stres yang dirasakan oleh individu untuk

mengubah stressor.

Jenis-jenis Coping

Coping mempunyai 3 fungsi utama

yaitu mengatur emosi yang menekan dan

mengubah hubungan yang bermasalah antara

individu dan lingkungan yang menimbulkan

tekanan (Lazarus, 1976). Berdasarkan fungsi

ini Lazarus membagi coping dalam 3 kategori

besar yaitu problem-focused coping, emotion-

focused coping dan maladaptive coping.

a. Problem Focused Coping (coping

terpusat masalah)

Coping terpusat masalah adalah

upaya untuk mengatasi stres langsung

pada sumber stres, baik dengan

mengubah masalah yang dihadapi,

,mempertahankan tingkah laku

ataupun mengubah kondisi

lingkungan. Cooper (1991) membagi

pada 2 bentuk, yaitu tingkah laku

dan kognitif. Pada coping terpusat

masalah, bentuk tingkah lakunya

berupa upaya untuk mengontrol

situasi yang tidak menyenangkan dan

memecahkan permasalahan.

Sementara bentuk kognitif dari jenis

coping ini adalah upaya yang

ditujukan untuk mengubah cara untuk

mempersepsikan dan

menginterprestasi situasi, misalnya

mengevaluasi ulang situasi atau

menyusun kembali penilaian situasi.

Strategi coping terpusat masalah ini

muncul apabila individu merasa

bahwa sesuatu yang konstruktif bisa

dilakukan untuk mengatasi stres.

Coping berpusat masalah juga

melibatkan upaya pencarian sebanyak

mungkin informasi yang dapat

membantu mengatasi masalah yang

dihadapi.

Aspek coping fokus masalah antara

lain active coping (coping aktif), planning

(perencanaan), suppression of competing

activities (menahan aktivitas yang bersaing),

restraint coping (penahan tindakan).

(1) Coping aktif, merupakan

proses pengambilan langkah

aktif dengan mencoba

Page 16: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

15

mengubah stressor atau

memperbaiki pengaruhnya.

Coping ini meliputi

berinisiatif untuk melakukan

tindakan langsung

meningkatkan usaha atau

memutuskan coping.

(2) Perencanaan, merupakan

pemikiran tentang

bagaimana mengatasi

stressor. Perencanaan

melibatkan strategi tindakan,

pemikiran tentang langkah

apa dan bagaimana

sebaiknya mengatasi

masalah, hal ini terjadi pada

saat penilaian sekunder.

(3) Menahan aktivitas yang

bersaing, merupakan

mengesampingkan proyek

lain yang tidak bermasalah

dengan tujuan supaya lebih

berkosentarasi penuh pada

tantangan dan ancaman yang

dihadapi.

(4) Penahanan tindakan,

merupakan menunggu

hingga kesempatan yang

memadai datang, menahan

diri dan tidak bertindak

terburu-buru. Hal ini terjadi

terutama ketika pengambilan

tindakan yang tergesa-gesa

justru memberikan hasil

yang buruk.

b. Emotion-focused coping

Jenis coping ini bertujuan untuk

meredakan atau mengatur tekanan

emosional/mengurangi emosi negatif

yang ditimbulkan oleh situasi. Bentuk

tingkah laku dari jenis coping ini

misalnya berupaya untuk mencari

dukungan sosial atau tambahan

informasi. Sementara bentuk

kognitifnya adalah berupaya

mengatasi emosi yang timbul pada

tingkat kognitif.

Jenis strategi Emotion-focused

coping, yaitu :

(1) Seeking social support for

emotional reasons, merupakan

strategi coping dalam bentuk

mencari dukungan moral, simpati

atau pengertian dari orang lain,

kecenderungan individu untuk

mencari dukungan sosial untuk

alasan emosional ini dapat

membuat individu yang tadinya

merasa tidak aman karena situasi

yang menekan, menjadi merasa

aman kembali. Disisi lain

kecenderungan ini bisa bersifat

negatif karena sumber-sumber

simpati lebih banyak

dipergunakan sebagai jalan untuk

menyalurkan perasaan individu.

Hasil penelitian menunjukkan

Page 17: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

16

bahwa jenis coping ini tidak

adaptif dalam mengatasi stres.

Meskipun demikian jenis coping

ini dapat menjadi sesuatu yang

positif bila dukungan sosial yang

diperoleh individu membuat ia

termotivasi untuk menghadapi

dan mengatasi stres secara aktif.

(2) Positive reinterpretation and

growth, merupakan suatu bentuk

coping dengan cara menilai

situasi secara positif. Selanjutnya

penilaian ini dapat mengarahkan

individu untuk melakukan

tindakan problem-focused

coping. Namun ada juga ahli

yang berpendapat bahwa jenis

coping ini lebih bertujuan untuk

mengatasi emosi-emosi negatif

dari stres yang dialami individu

dan bukan untuk mengatasi

sumber stres.

(3) Denial, merpakan usaha untuk

menolak kehadiran sumber stres

atau bertindak seolah-olah

sumber stres tersebut tidak nyata.

(4) Turing to religion, yaitu kembali

berpaling pada agama apabila

seseorang berada dalam keadaan

stres. Perilaku coping ini cukup

penting sifatnya bagi sebagian

besar individu. Alasan individu

beralih keagama ketika

mengalami stres adalah agama

dianggap sebagai alat yang dapat

berfungsi sebagai alat yang dapat

berfungsi sebagai sumber

dukungan emosional dan agama

dianggap sebagai alat mengatasi

distress emosi yang memandang

stres yang dihadapai sebagai

peristiwa yang ada hikmahnya.

(5) Acceptance, merupakan

kebalikan dari denial dan

merupakan perilaku coping yang

penting pada situasi dimana

seseorang harus menerima atau

menyesuaikan diri dengan

keadaan yang dialaminya.

Namun acceptance bukan

merupakan perilaku coping yang

adaptif pada situasi dimana

sumber stres dapat diubah secara

mudah karena itu kedudukan

acceptance sebagai perilaku

coping yang adaptif dan

fungsional masih dipertanyakan.

c. Coping maladaptive

(1) Focusing on and venting of

emotion

Kecenderungan ini dilakukan

individu untuk mengatasi distress

yang dialami dengan cara

mengungkapkan segala keluh

kesah, kekesalan dan seluruh

emosi negatif yang dirasakannya.

Strategi ini dapat berfungsi baik

bila waktu yang diperlukan untuk

Page 18: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

17

melakukan coping ini tidak

terlalu lama periodenya. Bila

berlarut-larut akan menghambat

individu tersebut untuk

melakukan coping yang adaptif.

(2) Behavioral Disengagement

Keadaan dimana individu

mengurangi usahanya untuk

mengatasi situasi stres, sampai

pada situasi dimana mereka

menyerahkan untuk mencapai

tujuan yang ada karena potensi

mereka selalu terhalang oleh

sumber stres tersebut. Fenomena

helplessness, dimana individu

merasa tidak berdaya mengatasi

situasi stres yang ada, akan

semakin dirasakan individu.

(3) Mental disengagement

Suatu usaha untuk melupakan

sementara waktu masalah yang

sedang dihadapi, dengan

melakukan berbagai aktivitas

alternatif, seperti : menonton

televisi, tidur, berkhayal dan

sebagainya. Coping ini kurang

adaptif karena dapat

menghambat individu untuk

mengatasi masalah yang ada.

Caver dkk, (1989) membagi strategi

coping ini kedalam 3 golongan yang akan

dijelaskan berikut ini :

a. Problem Focused Coping (PFC)

Jenis coping ini lebih banyak dipakai

jika seseorang merasakan bahwa sesuatu yang

konstruktif dapat dilakukan. Adapun jenis

coping yang tergolong PFC adalah sebagai

berikut :

(1) Active Coping

Suatu proses pengambilan

langkah-langah aktif untuk

mengatasi stressor atau

memperbaiki akibat-akibat yang

telah ditimbulkan oleh stressor

tersebut. Untuk melakukan suatu

tindakan yang langsung sifatnya

untuk mengatasi stressor,

meningkatkan usaha-usaha yang

dapat dilakukan untuk mengatasi

stres atau melakukan tindakan-

tindakan secara bertahap.

(2) Planning

Aktivitas-aktivitas dalam

planning berkaitan dengan

perencanan mengenai hal-hal

yang dapat dilakukan untuk

mengatasi situasi yang dapat

menimbulkan stres. Misalnya :

dengan cara merancang strategi

untuk bertindak, memikirkan

cara yang terbaik untuk

memecahkan suatu masalah atau

merencanakn langkah-langkah

yang harus dilakukan untuk

mengatasi suatu sumber stres.

Page 19: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

18

(3) Suppersion of Competing

Activities

Mengesampingkan tugas-tugas

atau aktivitas-aktivitas lain,

untuk menghindari terjadinya

gangguan dari situasi atau

kejadian lain tersebut dengan

tujuan agar individu dapat

berkosentrasi penuh dalam

mengatasi suatu sumber stres.

(4) Restraint Coping

Suatu latihan untuk mengkontrol

atau mengendalikan diri. Dalam

hal ini individu menunggu saat

yang tepat untuk melakukan

tindakan, sehingga ia dapat

mengatasi sumber stres secara

efektif.

b. Emotion Focused Coping (EFC)

Coping jenis ini cenderung

digunakan apabila individu tidak dapat

mengendalikan situasi yang dihadapinya.

Jenis-jenis coping yang merupakan EFC yaitu

:

(1) Seeking Social Support for

Emotional Reasons

Usaha-usaha yang dilakukan

individu untuk mendapatkan

dukungan sosial dengan cara

meminta dukungan moral,

simpati atau pengertian dari

orang lain. Coping ini

mempunyai fungsi ganda, yaitu

pertama dapat menerangkan

individu yang merasa tidak aman

oleh stres yang dialaminya;

kedua dapat meningkatkan

kemungkinan dilakukan PFC.

(2) Positive Reinterpretation and

Growth

Individu menilai kembali suatu

situasi yang menimbulkan stres

secara positif. Selanjutnya

penilaian ini dapat mengarahkan

individu untuk melakukan

tindkan-tindakan PFC.

(3) Denial

Menolak kehadiran sumber stres

atau bertindak seakan-akan

sumber stres tersebut tidak nyata.

(4) Acceptance

Suatu perilaku coping yang

penting pada situasi dimana

seseorang harus menerima atau

menyesuaikan diri dengan

keadaan yang dialami

(5) Turning to Religion

Mc Crae dan Costa (dalam

Carver dkk, 1989) berpendapat

bahwa perilaku coping ini cukup

penting sifatnya untuk sebagian

besar individu. Individu dapat

berpaling pada agama dalam

keadaan stres, karena agama

dapat berfungsi sebagai

dukungan emosi, sebagai alat

untuk mengartikan suatu situasi

secara positif ataupun dapat

Page 20: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

19

berfungsi sebagai siasat coping

yang sifatnya aktif.

c. Maladaptive Coping (MALC)

Mc Crae dan Costa (dalam Carver

dkk, 1989) memandang jenis coping ini adalah

tidak efektif. Adapun jenis-jenis coping yang

termasuk maladaptive coping adalah :

(1) Focusing on and Venting of

Emotions

Kecenderungan untuk

memusatkan diri pada stres yang

bersifat negatif, kekesalan atau

perasaan-perasaan yang dialami

oleh individu dan

mengungkapkan kekesalan serta

perasaan tersebut.

(2) Behavioral Disengagement

Menurunnya usaha-usaha yang

dilakukan individu dalam

sumber mengatasi suatu sumber

stres, bahkan individu

menyerahkan untuk berusaha

mencapai tujuan yang terhambat

sumber stres.

(3) Mental Disengagement

Jenis coping ini muncul dalam

mengatasi suatu sumber stres,

bahkan individu menyerah untuk

berusaha mencapai tujuan yang

terhambat sumber stres.

(4) Alcohol_drug Disengagement

Jenis coping ini sebenarnya

diajukan sebagai aspek dari

mental disengagement, tetapi

validitas tidak pernah memadai

untuk dimasukkan sebagai aspek

mental disengangement.

Hampir senada dengan penggolongan

jenis strategi coping yang dikemukakan diatas,

membedakan 2 strategi coping menjadi active

dan avoidance coping. Active coping

merupakan strategi yang dilakukan individu

untuk mengubah cara pandang mereka

terhadap stres, sedangkan avoidance coping

merupakan strategi yang dilakukan individu

untuk menjauhkan diri dari sumber stres yang

ada, seperti menarik diri dari suatu situasi yang

berpotensi menimbulkan stres. Avoidance

coping ini sebenarnya adalah suatu bentuk

mekanisme pertahanan diri yang memiliki

dampak negatif bila masalah yang ada

dibiarkan berlarut-larut. Mekanisme

pertahanan diri ini akan menuntut kebutuhan

energi yang berlebihan dan menambah

kepekaan terhadap ancaman. Strategi

avoidance ini dapat memberi keuntungan bila

diterapkan dalam jangka pendek (Jerry &

Barbara dalam Sarafino 1998).

Dari berbagai jenis strategi coping

stres yang ada, perlu diingat bahwa tidak ada

satu strategi coping yang terbaik yang

diharapkan pada semua situasi stressful.

Situasi yang berbeda biasanya akan

menimbulkan stres yang berbeda sehingga

strategi coping yang digunakan akan berbeda

pula tergantung beberapa faktor tertentu. Ada

Page 21: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

20

3 faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan

jenis strategi coping, yaitu :

a. Faktor sosio demografis

Sejumlah studi menunjukkan adanya

hubungan antara status sosial

ekonomi dan tingkat pendidikan

dengan pemilihan strategi coping

tertentu. Individu dengan status

sosial ekonomi tinggi cenderung

menggunakan strategi coping yang

adaptif daripada strategi coping yang

sifatnya defensive. Individu dengan

tingkat pendidikan tinggi juga

cenderung menggunakan strategi

coping yang berpusat pada masalah.

Perbedaan jenis kelamin juga ternyata

mempengaruhi pemilihan strategi

coping . wanita lebih cenderung

menggunakan strategi coping terpusat

emosi.

b. Faktor kepribadian

Faktor kontekstual meliputi dua hal

yaitu tuntutan yang muncul dari

situasi stressful dan sumber daya

sosial yang dimiliki individu,

termasuk hubungan interpersonal

dengan orang lain.

Faktor yang Mempengaruhi Coping Stres

Menurut Mu’tadi (1992), ada

beberapa faktor yang mempengaruhi coping

stres, beberapa diantaranya yaitu ;

a. Kesehatan fisik

Kesehatan merupakan hal yang paling

penting, karena dalam usaha

mengatasi stres, individu dituntut

untuk mengarahkan tenaga yang

cukup besar.

b. Keyakinan atau Pandangan yang

Positif

Keyakinan menjadi sumber psikologi

yang sangat penting, seperti

keyakinan akan nasib, yang

mengarahkan individu, pada penilaian

ketidakberdayaan, yang dapat

menurunkan kemampuan strategi

coping.

c. Keterampilan dalam Memecahkan

Masalah

Keterampilan ini meliputi

kemampuan untuk mencari informasi,

menganalisa situasi, mengidentifikasi

masalah dengan tujuan, untuk

menghasilkan alternatif, sehubungan

dengan hasil yang ingin dicapai, dan

pada akhirnya melaksanakan rencana,

dengan melakukan suatu tindakkan

yang tepat.

d. Keterampilan Sosial

Keterampilan ini meliputi

kemampuan untuk berkomunikasi dan

bertingkah laku yang sesuai dengan

nilai-nilai sosial yang berlaku

dimasyarakat.

Page 22: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

21

e. Dukungan Sosial

Dukungan ini meliputi, dukungan

penentuan kebutuhan informasi dan

emosional pada diri individu, yang

diberikan oleh orangtua, anggota

keluarga, saudara, teman dan

masyarakat sekitar.

f. Materi

Dukungan ini meliputi, sumber daya

berupa uang, barang atau layanan

yang biasanya dapat dibeli.

Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga adalah suatu peran

yang otomatis diterima seorang wanita di saat

ia mulai berkeluarga (Frieze, 1978).

Ibu rumah tangga adalah melukiskan

kegiatan yang berpusat pada suatu kegiatan

melayani dalam arti kata yang luas. Termasuk

disini mendidik, melayani, mengatur,

mengurus untuk dinikmati orang lain atau

bersama – sama untuk di nikmati oleh orang

lain. Wanita menjadi sumber untuk

membahagiakan orang lain. Sebagai isteri ia

menjadi pengasuh rumah tangga dan memberi

pelayanan yang sangat menyenangkan kepada

suami dan sebagian besar waktunya berada

didalam rumah (Kartono, 2006).

Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa, ibu rumah tangga adalah

status yang diperoleh perempuan yang sudah

menikah dan memiliki tanggung jawab

terhadap suami dan anak, misalnya mengurus

suami, mendidik, mengatur anak-anak, serta

melakukan pekerjaan rumah tangga dirumah.

Masalah Wanita yang Menjadi Ibu Rumah

Tangga

Masalah yang akan dihadapi wanita

yang memilih sepenuhnya menjadi ibu rumah

tangga (Frieze, 1978) adalah :

a. Tidak adanya persiapan

Kebanyakan anak perempuan tidak

mendapatkan latihan yang cukup

sebelum mereka memasuki kehidupan

rumah tangga, sedangkan pendidikan

formal yang sebelumya diperoleh

jarang sekali dapat diterapkan dalam

memenuhi tugas – tugas rumah

tangganya.

b. Tidak terorganisasinya waktu dan

aktivitas.

Banyak tanggung jawab rumah

tangga yang timbul secara spontan

dan tidak dapat diramalkan.

Kehidupan ibu rumah tangga lebih

disesuaikan dengan tuntutan –

tuntutan sendiri. Tidak mudah untuk

mengatur anak – anak tepat sesuai

dengan keinginan ibunya, misalkan

waktu bermain atau waktu makan,

juga waktu belajar yang tidak tepat

menurut ibunya tersebut. Kesibukan

akan bertambah besar pada saat – saat

dimana anak – anak masih

membutuhkan perhatian dari orang

Page 23: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

22

tuanya, ataupun juga bila ada anggota

keluarga yang sakit.

c. Rendahnya status ibu rumah tangga

Pekerjaan rumah tangga tidak

menjanjikan prestise yang tinggi.

Masalahnya adalah pekerjaan rumah

tangga lebih sering diasosiasikan

dengan pekerjaan – pekerjaan dan

penyediaan makanan. Akibat ibu

rumah tangga berada pada posisi

dimana masyarakat (bahkan juga

dirinya) memandang sebagaian besar

waktunya dihabiskan untuk

menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan

kasar yang tidak menuntut

kemampuan khusus.

d. Pekerjaan rumah tangga tidak

menuntut kemampuan khusus

Untuk melakukan pekerjaan rumah

tangga memang di tuntut tingkat

kematangan atau intelegensi tertentu,

tetapi tidak perlu terlalu tinggi.

Sedangkan anak laki – laki dan anak

perempuan dewasa ini mendapatkan

pendidikan yang sama dan di tuntut

untuk menampilkan kemampuan

intelektual yang sama bila ingin

mendapatkan penghargaan yang

sama. Dapat dipahami bila pada

awalnya tidak sedikit penyesuaian

yang di tuntut dari para ibu rumah

tangga, karena mereka selama ini di

tuntut untuk mengembangkan

kemampuan, tiba – tiba di hadapkan

pada tugas – tugas justru kurang

membutuhkan kemampuan

intelektualnya. Pekerjaan rumah

tangga juga kurang mendorong para

ibu rumah tangga untuk

mengembangkan kemampuan

intelektualnya. Kebanyakan ibu

rumah tangga mengalami kesulitan

untuk menemukan teman sebaya dan

tingkat intelektual yang setara dalam

lingkungan terdekatnya, sehingga

mereka jarang mendapatkan

kesempatan untuk mendiskusikan hal-

hal yang dapat menstimulasi

kemampuan intelektualnya. Dalam

keadaan demikian para ibu menjadi

cenderung untuk mengabaikan

kemampuan intelektualnya dan

terseret pada pembicaraan sehari –

hari.

e. Tidak ada Reward

Reward yang mungkin di dapat para

ibu rumah tangga adalah pujian dari

suami dan anak – anaknya yang

biasanya sangat jarang diberikan.

Justru, suami dan anak – anak pada

umumya lebih mudah bereaksi

terhadap hal – hal yang tidak

dikerjakan dengan cukup baik.

Reward pada umumnya mendorong

para ibu untuk memilih tanggung

jawabnya sebagai ibu rumah tangga

adalah kepuasan yang diperolehnya

Page 24: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

23

dengan memberikan kebahagiaan

dengan orang yang di cintainya.

f. Isolasi sosial

Karena semakin jarangnya mereka

melakukan kontak dengan teman

sebanyanya, maka lama kelamaan

terjadi isolasi sosial dan akibatnya

akan menimbulkan frustasi. Orang

yang paling diharapkan para isteri

dapat memenuhi kebutuhan

sosialisasinya adalah suami, tetapi

para suami yang telah mengahabiskan

sebagaiaan besar waktunya dikantor

dengan orang – orang lain. Sehingga

kontak sosial yang mungkin

dilakukan oleh para ibu rumah tangga

yang tidak bekerja adalah dengan

tetangganya sekitar sesama ibu rumah

tangga.

g. Ketergantungan pada suami

Ibu rumah tangga yang tidak bekerja

menjadi tergantung pada suaminya

baik dalam hal keuangan maupun

dalam status sosial. Peran utamanya

dalam masyarakat adalah menjadi

isteri suaminya.

Isteri Tidak Bekerja

Tugas yang diberikan kepada isteri

meliputi melahirkan dan membesarkan anak –

anaknya di dalam lingkungan keluarga,

memasak dan memberikan perhatian kepada

suaminya agar rumah tangga yang tentram dan

sejahtera dapat di ciptakan. Perempuan

menjadi sumber yang dapat membahagiakan

orang lain. Sebagai isteri ia menjadi pengasuh

dan pendidik bagi anak – anaknya dalam

mengatur dan mengurus rumah tangga serta

memberikan pelayanan yang menyenangkan

kepada suami dan sebagaian besar waktunya

berada dirumah (Kartono, 2006).

Dalam perannya ini, tanggung jawab

utamanya seorang isteri adalah memberikan

pelayanan fisik dan emosional bagi anak –

anaknya (Frieze, 1978).

Ciri – ciri isteri yang tidak bekerja

adalah :

a. Sebagaian perempuan tidak mencari

nafkah ( tidak berpenghasilan )

b. Kegiatan sehari – seharinya adalah

berhubungan dengan kehidupan

rumah tangga

c. Karena tidak bekerja, ia kurang

mengenal formal relationship.

Stres pada Ibu Rumah Tangga

Wanita tidak dapat secara bebas

memilih pekejaan dan cenderung untuk

terisolasi dirumah karena banyaknya pekerjaan

yang harus di selesaikan. Lebih – lebih bila

tidak ada yang membantu mengerjakan

pekerjaan rumah tangga. Isolasi ini cenderung

memperkuat perasaan tidak berdaya pada

wanita yang pada akhirnya menyebabkan

wanita itu lebih mudah mengalami masalah –

masalah psikologis (Frieze, 1978).

Page 25: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

24

Sumber Stres (stressor) dan Coping Stres

Rumah Tangga yang Tidak Bekerja.

Setiap manusia mempunyai

kebutuhan dasar untuk berhubungan dengan

orang lain, oleh karena itu manusia disebut

sebagai makluk sosial. Demikianlah dengan

ibu rumah tangga, yang masih bergelut dalam

lingkungan untuk mengurus suami dan anak-

anak, perlu adanya kontak sosial dengan orang

lain.

Umunya, wanita menganggap bahwa

menjadi ibu rumah tangga bukanlah suatu

pekerjaan, karena seorang wanita yang

berkeluarga akan secara langsung menerima

perannya sebagai ibu rumah tangga. Gore

(dalam Frize, 1978) menyebutkan peran

sebagai ascribed role, yaitu posisi yang

diberikan masyarakat karena karakteristik-

karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.

Sebagai ibu rumah tangga yang tidak bekerja,

diharapkan untuk menampilkan perannya

secara kompeten, karena itulah wanita yang

hanya memiliki satu peran saja, yaitu ascribed

role akan lebih merasa stres jika anak dalam

suatu kondisi pergi meninggalkannya.

Status sebagai seorang ibu dengan

mencurahkan kasih sayang kepada keluarga.

Semenjak anak mulai bersekolah dan tumbuh

menjadi orang yang dewasa bahkan

meninggalkan rumah. Orang tua termasuk ibu

merasa kehilangan. Ibu sering sekali merasa

bahwa anak-anak mereka kini telah menjadi

orang yang melupakan mereka (Mappiare,

1983).

Bagi ibu yang mengalami hal-hal

diatas maka sangat mungkin mengalami

perasaan-perasaan sebagai ibu yang diabaikan

oleh anak-anak mereka, ibu merasa tidak

berguna. Ibu-ibu yang pekerjaannya seputar

kehidupan rumah tangga yang mengerjakan

pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya

dengan menghabiskan waktu sendirian

dirumah dapat mengalami penyakit psikologis

salah satunya adalah stres.

Stres adalah penderitaan jasmani,

mental atau emosional yang diakibatkan

interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu

ancaman bagi agenda pribadi seorang individu

(Mulyana, 2001).

Siapapun dia bahkan tua, muda, laki –

laki, perempuan, termasuk ibu rumah tangga

dapat mengalami stres. Menurut Utoyo, Ibu

rumah tangga merupakan profesi mulia dan

penuh tanggung jawab yang sulit tergantikan

oleh orang lain. Tugas yang diberikan kepada

isteri meliputi melahirkan dan membesarkan

anak – anak, dalam peranan ini tanggung

jawab utama seorang isteri adalah memberi

pelayanan fisik dan emosional bagi anak –

anaknya, selain itu ibu rumah tangga yang

tidak bekerja tidak hanya mengatur segala

kebutuhan rumah tangga juga mengatur

keperluan rumah tangganya (Kartono, 2006).

Ibu rumah tangga adalah melukiskan

kegiatan yang berpusat pada suatu kegiatan

melayani dalam arti kata yang luas. Termasuk

disini mendidik, melayani, mengatur,

mengurus untuk dinikmati orang lain atau

Page 26: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

25

bersama – sama untuk dinikmati oleh orang

lain. Wanita menjadi sumber untuk

membahagiakan orang lain, sebagai isteri ia

menjadi pengasuh rumah tangga dan memberi

pelayanan yang sangat menyenangkan kepada

suami dan sebagian besar waktunya berada di

dalam rumah (Kartono, 2006).

Sebagai makluk sosial ibu rumah

tangga membutuhkan akan hubungan dengan

orang lain. Kita membutuhkan teman dan

bergaul akrab satu sama lain agar dapat saling

membantu. Peneliti menganjurkan kepada ibu

rumah tangga yang tidak bekerja agar

melakukan kegiatan, bukan seputar kegiatan

rumah tangga saja tetapi kegiatan yang diluar

itu semua.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini pendekatan yang

digunakan adalah kuantitatif berupa,

pendekatan deskriptif. Menurut umar (2003)

pendekatan deskriptif pada umumnya

digunakan untuk variabel bebas atau terlibat

yang berskala nominal (kategorial) dan

ordinal. Statistik deskriptif ini berguna

khususnya pada tahap awal analisis, dengan

kata lain pendekatan ini disebut juga sebagai

analisis univariat yang merupakan analisis

yang digunakan pada satu variabel yang

bentuknya berbagai macam, seperti distribusi

frekuensi, tendensi sentral seperti rata-rata,

ukuran penyebaran dari variabel seperti

standar deviasi ataupun melihat gambaran

histogram dari variabel tersebut, dengan

analisis ini dapat diketahui konsep yang kita

ukur berada dalam kondisi yang siap untuk

dianalisis lebih lanjut dan juga dapat

mengetahui bagaimana gambaran konsep itu

secara rinci.

Adapun alasan digunakan pendekatan

deskriptif pada penelitian ini adalah untuk

memperoleh gambaran dan menyajikan potret

keadaan pada ibu rumah tangga yang tidak

bekerja.

Subjek penelitian ini adalah ibu

rumah tangga yang tidak bekerja dan

mempunyai anak.

HASIL PENELITIAN

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Skala Coping Stres

Skala coping stres, disusun dengan

menggunakan bentuk skala likert terdiri dari

52 item skala coping stres yang diuji cobakan

dipecah menjadi 3, yaitu Problem Focused

Coping (PFC), Emotion Focused Coping

(EFC), dan Maladaptive Coping (MALC).

Pada dimensi PFC dari 20 itemyang diuji

cobakan terdapat 12 item yang valid dan 8

item yang gugur. 12 item yang valid tersebut

memiliki korelasai total item 0,301 – 0,605.

Pada dimensi EFC dari 20 item yang diuji

cobakan diperoleh 19 item yang valid dan 1

item yang gugur. 19 item yang valid tersebut

memiliki korelasi total 0.321 – 0,682.

Sedangkan pada dimensi MALC dari 12 item

yang diuji cobakan diperoleh 10 item yang

valid dan 2 item yang gugur. 10 item yang

Page 27: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

26

valid tersebut memiliki korelasi total 0.355 –

0,632. pengujian validitas ini dilakukan

dengan bantuan program SPSS versi 12,0 for

windows.

Uji reliabitas dilakukan untuk

mengetahui konsistensi skor pada alat ukur.

Uji realiabitas pada penelitian ini dilakukan

dengan teknik Alpha Cronbach dan diperoleh

angka koefisien reliabilitas 0,805 pada dimensi

PFC. Pada dimensi EFC diperoleh angka

koefisien reabilitas sebesar 0,904, Sedangkan

pada dimensi MALC sebesar 0,791. Pengujian

reliabilitas ini dilakukan dengan program

SPSS versi 12,0 for windows.

2. Gambaran umum mengenai stressor

ibu rumah tangga yang tidak bekerja.

Seperti yang diketahui subjek

diberikan pertanyaan terbuka untuk

mengurutkan 5 stressor yang dialami ibu

rumah tangga yang tidak bekerja, dari

keseluruhan jawaban tersebut kemudian

dikumpulkan, maka dapat diketahui bahwa

stressor utama yang dominan pada subjek

adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Data Stressor Utama Pada Ibu

Rumah Tangga Yang Tidak Bekerja

NO Urutan Stressor I N Persentase

1. Masalah dengan suami 11 22 %

2. Masalah dengan anak 10 20 %

3. Masalah keuangan 8 16 %

4. Anggaran belanja

rumah tangga yang

semakin mahal

6 12 %

5. Masalah terhadap diri

sendiri

5 10 %

6. Masalah dengan

pekerjaan rumah

tangga

4 8 %

7. Masalah keluarga 3 6 %

8. Campur tangan mertua 2 4 %

9. BBM 1 2 %

TOTAL 50 100 %

3. Gambaran umum urutan teratas dari

tiap kategori stressor .

Jika dijabarkan lebih detail urutan

yang pertama dapat dilihat dari tabel dibawah

ini :

Tabel 5. Data Stressor Urutan Teratas Tiap

Kategori Stressor

N

O

Urutan

Stressor

Jenis Stressor (dominan) Jumlah

1. I Masalah dengan suami 11

2. II Masalah dengan anak 18

3. III Masalah dengan anak 12

4. IV Masalah dengan suami 10

5. V Masalah pekerjaan

rumah tangga

9

Deskripsi mengenai kategori subjek

(sangat rendah, rendah, rata-rata atau sedang,

tinggi, dan sangat tinggi) dalam dimensi PFC,

EFC dan MALC pada ibu rumah tangga yang

tidak bekerja dapat diketahui dengan cara

perhitungan berikut ini :

Page 28: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

27

a. Dimensi PFC

Jumlah item valid pada dimensi PFC

sebanyak 12 dengan menggunakan kriteria

nilai 1 – 4. ini berarti nilai skala terkecil

berjumlah 1 dan terbesar sejumlah 4. Lalu

diketahui rentang minimum yaitu nilai terkecil

dikalikan dengan jumlah item yang valid

(1x12=12), kemudian dapat diketahui rentang

maksimum yaitu nilai terbesar dikalikan

dengan jumlah item valid (4x12=48), sehingga

dapat rentangan 12 – 48. dengan jarak sebaran

48-12 = 36. Dengan demikian standar deviasi

sebesar 36 : 6 = 6. Nilai 6 didapat dari kurva

distribusi normal yang dibagi atas 6 wilayah,

yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif.

Setelah mendapatkan nilai standar deviasi,

selanjutnya mencari nilai mean hipotetik

dengan cara mengalikan nilai tengah dengan

jumlah item yang valid (2,5 x 12 = 30). Nilai

2,5 didapat dari median / nilai tengah dari

kriteria nilai yang digunakan yaitu antara 1

sampai 4.

b. Dimensi EFC

Jumlah item valid pada dimensi EFC

sebanyak 19 dengan menggunakan kriteria

nilai 1 – 4. ini berarti nilai skala terkecil

berjumlah 1 dan terbesar sejumlah 4. Lalu

diketahui rentang minimum yaitu nilai terkecil

dikalikan dengan jumlah item yang valid (1 x

19=19), kemudian dapat diketahui rentang

maksimum yaitu nilai terbesar dikalikan

dengan jumlah item valid (4x19=76), sehingga

dapat rentangan 19 – 76. Dengan jarak sebaran

76 - 19 = 57. Dengan demikian standar deviasi

sebesar 57 : 6 = 9,5. Nilai 6 didapat dari kurva

distribusi normal yang dibagi atas 6 wilayah,

yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif.

Setelah mendapatkan nilai standar deviasi,

selanjutnya mencari nilai mean hipotetik

dengan cara mengalikan nilai tengah dengan

jumlah item yang valid (2,5 x 19 = 47,5). Nilai

2,5 didapat dari median/nilai tengah dari

kriteria nilai yang digunakan yaitu antara 1

sampai 4.

c. Dimensi MALC

Jumlah item valid pada dimensi

MALC sebanyak 10 dengan menggunakan

kriteria nilai 1 – 4. ini berarti nilai skala

terkecil berjumlah 1 dan terbesar sejumlah 4.

Lalu diketahui rentang minimum yaitu nilai

terkecil dikalikan dengan jumlah item yang

valid (1 x 10=10), kemudian dapat diketahui

rentang maksimum yaitu nilai terbesar

dikalikan dengan jumlah item valid (4x10=40),

sehingga dapat rentangan 10 – 40. Dengan

jarak sebaran 40 - 10 = 30. Dengan demikian

standar deviasi sebesar 30 : 6 = 5. Nilai 6

didapat dari kurva distribusi normal yang

dibagi atas 6 wilayah, yaitu 3 daerah positif

dan 3 daerah negatif. Setelah mendapatkan

nilai standar deviasi, selanjutnya mencari nilai

mean hipotetik dengan cara mengalikan nilai

tengah dengan jumlah item yang valid (2,5 x

10 = 25). Nilai 2,5 didapat dari median / nilai

tengah dari kriteria nilai yang digunakan yaitu

antara 1 sampai 4.

Page 29: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

28

PEMBAHASAN

Gambaran umum mengenai stressor ibu

rumah tangga yang tidak bekerja.

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui stressor (sumber stres) dan

perilaku coping stres pada ibu rumah tangga

yang tidak bekerja. Hasil yang diperoleh dari

penelitian mengenai sumber stres (stressor)

utama yang dirasakan ibu rumah tangga yang

tidak bekerja dapat dilihat pada diagram

sebagai berikut :

Keterangan : Angka dalam %

Berdasarkan diagram diatas, didapat

nilai frekuensi yang paling tinggi berhubungan

dengan masalah terhadap suami, yaitu sebesar

11 subjek atau sekitar 22 % dari total

keseluruhan. Hal ini sangat mungkin terjadi

karena ibu rumah tangga yang tidak bekerja

banyak memikirkan hal- hal yang berkaitan

dengan keluarga, terutama dengan pasangan

hidup yaitu dalam bidang penghasilan suami

yang minim maupun ketidakjujuran suami

dalam berkomunikasi. Dalam hal ini dapat

memicu pertengkaran didalam berumah tangga

dan membuat ibu rumah tangga kewalahan

untuk menghadapi tuntutan – tuntutan dari

luar. Hal ini sesuai dengan faktor stres

Christian (2005) yang bersumber pada kondisi

internal, yaitu berkaitan dengan pikiran dan

Page 30: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

29

faktor eksternal yaitu tuntutan yang kuat dari

luar.

10 subjek atau sekitar 20 % dari total

keseluruhan, umumnya menyebutkan masalah

yang terjadi dengan anak. Subjek merasa sedih

dikala anak sedang sakit, sehingga aktifitas –

aktifitas yang sering dilakukan tertunda

dengan memikirkan dan mengurus anak. Dari

hasil wawancara yang dilakukan juga,

kenakalan anak atau anak yang sulit diatur

juga dapat memicu sumber stres yang muncul.

8 subjek atau 16 % dari total

keseluruhan umumnya mereka menyebutkan

dengan masalah keuangan. Keuangan yang

kurang dengan kebutuhan keluarga yang

semakin besar, hal ini menyebabkan ibu

rumah tangga sulit mendahulukan keperluan

yang lebih penting. Ditambah lagi dengan

mengandalkan suami. Dari hasil wawancara

dengan ibu-ibu rumah tangga, sebagian besar

kebanyakan dari mereka menyebutkan jika

tidak mempunyai uang untuk kebutuhan yang

mendesak, sehingga kebutuhan tersebut tidak

terpenuhi. Hal ini sesuai dengan konsep

Lazarus (1994), yaitu suatu situasi dapat

menimbulkan stres apabila melibatkan

tuntutan dan desakan yang kuat.

6 subjek atau 12 % dari total

keseluruhan umumnya menyebutkan bahwa

anggaran kebutuhan belanja yang semakin

mahal, karena bahan pokok dipasaran yang

harganya semakin melonjak dan harga bahan

makanan yang semakin tidak stabil. Dari hasil

wawancara dengan ibu rumah tangga dengan

keadaan perekonomian yang tidak menentu

dan juga biaya hidup yang semakin mahal,

disertai juga dengan keadaan krisis global.

Biaya rumah tangga terikut dampaknya,

otomatis ibu rumah tangga kewalahan

menetralisir keadaan ini dan bisa membedakan

kebutuhan yang harus dipenuhi atau kebutuhan

yang bisa ditunda.

5 subjek atau 10 % dari total

keseluruhan umumnya menyebutkan adanya

masalah terhadap diri sendiri. Masalah yang

timbul adalah merasa semua yang dilakukan

untuk keluarga tidak berarti dimata keluarga.

Mereka merasa bahwa keluarga tidak peduli

dengan keadaan mereka. Dari hasil wawancara

mengatakan bahwa setelah anak atau suami

melakukan aktivitas masing- masing diluar

rumah, ibu rumah tangga tersebut menjadi

kesepian. Hal ini dapat menimbulkan

kebosanan. Ini sesuai dengan konsep Goliszek

(2005), rasa bosan lantaran situasi yang

monoton dan bagi yang tidak mengalami tahap

perbaikan bisa menimbulkan stres berlarut –

larut.

4 subjek atau 8 % dari total

keseluruhan umumnya mereka menyebutkan

kesulitan dalam pekerjaan rumah tangga.

Pekerjaan dirumah yang tidak ada habisnya.

Beban yang banyak dan semakin berat bukan

saja mengurus suami dan anak, tetapi

mengurus mengurus rumah setiap harinya.

Pekerjaan tersebut banyak menyita waktu,

yang bisa digunakan untuk bersantai ataupun

refresing. Pekerjaan tersebut dapat membuat

Page 31: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

30

rasa jenuh yang berlarut dan ditambah lagi

dengan tidak ada yang membantu.

3 subjek atau 6 % dari total

keseluruhan umumnya mereka menyebutkan

masalah interen dalam keluarga. Anggota

keluarga yang tidak mau tau dengan keadaan

sekeliling, tidak saling membantu dan juga

sibuk dengan urusan masing- masing. Suami

atau anak yang pulang kerumah tidak seperti

biasanya, hal ini membuat para ibu merasa

bahwa keluarga cuek terhadap dirinya. Dari

hasil wawancara terhadap ibu rumah tangga

bahwa suami yang tidak peduli dengan

keuangan keluarga, apalagi suami tidak

bekerja lagi dan disamping itu anak – anak

masih butuh biaya pendidikan hal ini dapat

menimbulkan stres.

2 subjek atau 4 % dari total

keseluruhan umumnya mereka menyebutkan

masalah orang ketiga. Campur tangan orang

ketiga salah satunya mertua. Mertua yang

selalu ikut campur dalam urusan rumah

tangga, apalagi menyangkut masalah keuangan

yang mengatur pendapatan anaknya. Ini

membuat para isteri gerah dengan situasi ini.

Mertua yang juga menganggap rendah

terhadap isteri yang tidak berpenghasilan dan

semua tergantung terhadap suami.

1 subjek atau 2 % dari total

keseluruhan umumnya mereka menyebutkan

kenaikan BBM sekarang ini menjadi kendalan

menimbulkan stres. Dengan kenaikan BBM

secara otomatis mempengaruhi tarif hidup

keluarga yang semula sudah mencukupi

kebutuhan hidup, lalu ditambah dengan

kenaikan BBM ini tarif kebutuhan semakin

meningkat.

Dari berbagai stressor yang

diperoleh, kemudian digolongkan berdasarkan

pendapat Sarafino (1998), yaitu sumber yang

berasal dari dalam individu, sumber berasal

dari keluarga dan sumber yang berasal dari

masyarakat atau lingkungan. Hasil

menunjukkan bahwa gambaran stressor yang

paling utama bagi ibu rumah tangga yang tidak

bekerja dapat dilihat pada diagram berikut ini :

Page 32: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

31

Keterangan :

Angka dalam %

Pada ibu rumah tangga yang tidak

bekerja, sumber stres yang dianggap paling

utama adalah yang berasal dari keluarga,

urutan kedua berasal dari diri individu dan

yang ketiga adalah yang berasal dari

lingkungan atau masyarakat. Sumber stres

berasal dari keluarga sebanyak 34 subjek atau

68 % dari total keseluruhan, umumnya mereka

menyebutkan masalah keluarga, misalnya

berkaitan dengan suami, dengan anak yang

sulit diatur, masalah keuangan didalam

keluarga dan campur tangan orang ketiga salah

satunya adalah mertua.

Sumber stres dari diri individu

sebanyak 9 subjek atau 18 % dari total

keseluruhan, umumnya subjek menyebutkan

masalah terhadap diri sendiri yang merasa

kesepian, tertekan, bosan, dan masalah

terhadap pekerjaan rumah tangga yang tidak

ada habisnya serta anggota keluarga yang tidak

saling membantu. Adapun sumber stres yang

berasal dari lingkungan atau masyarakat

sebanyak 7 subjek atau 14 % dari total

keseluruhan, umumnya mereka menyebutkan

kenaikan BBM dan kebutuhan pangan yang

semakin mahal.

Kesimpulan

Dari hasil analisis data penelitian

yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan

bahwa stressor utama ibu rumah tangga yang

tidak bekerja, adalah Masalah dengan suami,

masalah dengan anak, masalah keuangan,

anggaran belanja rumah tangga yang semakin

mahal, masalah terhadap diri sendiri, masalah

dengan pekerjaan rumah tangga, masalah

keluarga, campur tangan mertua, dan BBM.

Dari semua stressor tersebut jika

dikelompokkan, bahwa mayoritas stressor ibu

rumah tangga yang tidak bekerja adalah

sumber dari keluarga, kedua dari diri individu

dan ketiga dari sumber lingkungan atau

masyarakat.

Adapun strategi coping yang

digunakan ibu rumah tangga yang tidak

bekerja adalah Emotion Focused Coping,

Problem Focused Coping dan Maladaptive

Coping. Untuk EFC bentuk yang paling

sering digunakan antara lain Positive

Reinterpretation and Growth dan Turning to

Religion. Untuk PFC dengan cara Active

Coping dan Suppression of Competing

Activities. Dan yang terakhir MALC dengan

melakukan Mental Disengagement.

Page 33: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

32

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, maka dapat dikemukakan

saran – saran sebagai berikut :

Saran untuk subjek penelitian

Emotion Focused Coping ibu rumah

tangga yang tidak bekerja termasuk dalam

kategori tinggi. Sedangkan Problem Focused

Coping dalam kategori sedang. Dalam hal ini

ibu rumah tangga yang tidak bekerja dapat

meningkatkan strategi Problem Focused

Coping dengan cara merencanakan segala

sesuatu yang berhubungan dengan keluarga,

misalnya : mengatur uang yang diberikan

suami setiap bulannya dengan mengontrol

pengeluaran, mana kebutuhan yang lebih

penting dan kebutuhan yang tidak begitu

penting. Bukan dalam hal keuangan saja yang

harus direncanakan, dalam hal ini juga penting

untuk merencanakan pekerjaan rumah tangga

yang akan dikerjakan selanjutnya. Didalam

kehidupan berumah tangga tidak jauh dengan

suatu masalah, misalnya masalah dengan

suami. Dengan segudang pekerjaan yang

dilakukan ibu rumah tangga, yang pekerjaan

sehari – harinya mengurus rumah yang tidak

ada habis – habisnya ditambah lagi dengan

suami yang tidak mau mengerti dengan

keadaan. Jika mengalami kesulitan sebaiknya

dibicarakan dengan suami secara bijaksana

dan kekeluargaan.

Saran untuk penelitian lebih lanjut

Bagi penelitian selanjutnya

membahas bentuk coping terbaru yaitu

Religius Coping, diharapkan dapat melakukan

penelitian dengan subjek yang tidak hanya

berasal dari kota besar, tapi subjek yang juga

berasal dari daerah dan subjek sebaiknya

dibatasi pada kelompok yang lebih homogen.

Page 34: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

33

DAFTAR PUSTAKA Abbas, A. (2005). Jinakan Stres Kiat Hidup

Bebas Tekanan. Bandung : Nexx

Media Inc.

Abdullah, A. (2007). Mengatasi Stres pada

Anak. Bandung : Kelompok

Gramedia

Anastasi, A. & Urbina,S. Tes Psikologi : Psychological Testing 7e. (1997).

Jakarta : PT Prenhallindo. Atwater, E & Duffy, K.G (1999). Psychology

for living : Adjustment, growth and Behavior today. New Jesey : Pearson Education, Inc.

Azwar, S. (1997). Tes Prestasi : Fungsi dan

Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Carver, C.S. Scheier, M.F & Weintraub, J.K.

(1989). Assessing Coping Strategis : a teoritically based approach. Journal of Personality and Social Psychologi, 56 (2)

Christian, M. (2005). Jinakan Stress : Kiat Hidup Bebas Tekanan. Bandung :

Nexx, Media inc. Cooper, C. & Payne, R. (1991). Personality &

Stress : Individual Defferences in The Stress Process. New York : John Willy & Sons.

Frieze, I. (1978). The Woman and Sex Roles: A social Psychological Perspective. New York: W.W. Norton and Co.

Goliszek, A. (2005). Manajemen Stress. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia. Halonen, S.J., Santrock, J.W. (1999).

Psychology Contexts and Application. New York : Mc Graw-Hill

Hawari, D (2007). Al-Quran : ilmu kedokteran

jiwa & kesehatan jiwa. Jakarta : PT. Dana Bakti Prima Yasa.

Ibrahim, Z. (2005). Psikologi Wanita. Bandung : Pustaka Hidayah. Kapplan, R.M., Sallis, J.F. & Patterson, T.L.

(1993). Health and Human Behavior. New York : Mc Graw-Hill.

Kartono, K. (2006). Psikologi Wanita (Jilid 1) : Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung : Alumni Penerbit. Lazarus, R. S (1976). Patterns of Adjustment.

(3 rd ed). Tokyo Mcgraw – Hill Kagakusha, LTD.

Mappiare, A. (1983). Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional. Meltzer, D. (2006). Strategi Mengelola Stres. Jakarta : Prestasi Pustaka. Mulyana, D. (2001). Komunikasi Organisasi.

Bandung : PT Gramedia Rosdakarya.

Page 35: STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1578/1/Artikel... · 1 stressor dan coping strespada ibu rumah tangga yang tidak bekerja

34

Mu’tadi, A. (1992). Konsep Reaksi Stres.

Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Narbuko, C. & Achmadi, A. (2001).

Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Nevid, J.S., Rathus., A.S, & Greene, B.

(2005). Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga.

Prabowo, H. (1998). Pengantar Psikologi

Lingkungan. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Rice, P.L. (1998). Stres and Health. New Jersey : Brooks/Cole Publishing. Roediger III, Henry. (1984). Psychologi :

United States of America. Little, Brown and Company.

Sarafino, E.P. (1998). Health Psyshology.

Biopsychosocial Interaction. New York : John Willey & Sons, inc

Umar. H (2003). Riset Akuntansi. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.