Page 1
Pengertian Stres dan Stres Kerja
Menurut Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63) menyebutkan bahwa
stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya
obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah
berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan
yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.
Gibson et al (dalam Yulianti, 2000:9) mengemukakan bahwa stress kerja
dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres
sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus
merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus
memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk
memberikan tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai
konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu.
Pendekatan stimulus-respon mendefinisikan stres sebagai konsekuensi dari
interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres dipandang
tidak sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stres merupakan hasil
interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu
untuk memberikan tanggapan.
Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan
dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses
psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan Hngkungan, situasi atau peristiwa
yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang, Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan
dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda.
Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting
diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat
adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan
yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir dan kondisi fisik
Page 2
individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami
beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja
mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak
stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan
alam masalah tidur.
Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan kesamaan
persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg (dalam Margiati, 1999:71),
mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi
pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa
mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai respon
adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan
ekstcrnai, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis.
Berbeda dengan pakar di atas, Landy (dalam Margiati, 1999:71) memahaminya
sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga
menimbulkan konsekuensi pcnting bagi dirinya. Robbins memberikan definisi
stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu dihadapkan pada
kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting
tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins dafam Dwiyanti, 2001:75).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua
kondisi pekerjaan.
Page 3
2.2 Jenis-Jenis Stres
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
1) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,
dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan
individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan,
fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi
individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat
ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan
sakit, penurunan, dan kematian.
2.3 Model Stres
Pada gambar di bawah ini menampilkan sebuah model instruksi dari sebuah stress
yang berkaitan dengan pekerjaan. Model tersebut menunjukkan bahwa empat
jenis stressor mengarah pada stress yang dirasakan, yang pada gilirannya,
memunculkan berbagai hasil. Model tersebut juga menggolongkan beberapa
perbedaan individual yang memoderatkan hubungan stressor-stres-hasil.
2.3.1 Stresor
Stressor adalah faktor-faktor lingkungan yang menimbulkan stress. Dengan kata
lain, stresor adalah suatu prasyarat untuk mengalami respon stres. Gambar di atas
menunjukkan empat jenis utama stresor yaitu individual, kelompok, organisasi
dan diluar organisasi
Page 4
1) Tingkat Individual
Stressor tingkat individual adalah stressor yang berkaitan secara langsung dengan
tugas-tugas kerja seseorang. Contoh stressor yang paling umumadalah tuntutan
pekerjaan, kelebihan beban kerja, konflik peran, ambiguitas peran, kerepotan
sehari-hari, pengendalian yang dirasakan atas peristiwa yang muncul dalam
lingkungan kerja, dan karakteristik pekerjaan.
Para manajer dapat membantu mengurangi stressor ini dengan memberikan arahan
dan dukungan dan secara adil mengalokasikan penugasan pekerjaan di dalam unit
kerja. Akhirnya, keamanan kerja adalah stressor tingkat individual yang penting
untuk dikelola karena berkaitan dengan meningkatnya kepuasan kerja, komitmen
organisasi, dan kinerja, dan hal ini sedang mengalami penurunan.
2) Tingkat Kelompok
Stressor tingkat kelompok disebabkan oleh dinamika kelompok dan perilaku
manajerial. Para manajer menciptakan stress pada karyawan dengan:
menunjukkan perilaku yang tidak konsisten
gagal memberikan dukungan
menunjukkan kekurangpedulian
memberikan arahan yang tidak memadai
menciptakan suatu lingkungan dengan produktivitas yang tinggi
memfokuskan pada hal-hal negatif sementara itu mengabaikan kinerja
yang baik
Page 5
3) Tingkat Organisasi
Stresor organisasi mempengaruhi sebagian besar karyawan. Sebagai contoh,
sebuah lingkungan dengan tekanan yang tinggi menempatkan permintaan kerja
yang terus-menerus pada karyawan akan menyalakan respon stres. Sebaliknya
penelitian menyediakan dukungan awal untuk gagasan bahwa manajemen
partisipatif dapat mengurangi stres organisasional. Meningkatnya penggunaan
teknologi informasi merupakan suatu sumber lain dari stres organisasional.
Sebagai tambahan atas beberapa jenis stresor ini, sebagian orang juga fobia
terhadap teknoligi. Akhirnya, desain kantor dan lingkungan umum kantor
merupakan stresor tingkat organisasional yang penting. Penelitian menunjukkan
bahwa penerangan yang buruk, suara yang bising, penempatan perabot yang tidak
tepat, dan suatu lingkungan kotor atau bau akan menciptakan stres.
4) Ekstraorganisasional
Stresor diluar organisasi (extra organizational stressors) adalah stressor yang
disebabkan oleh faktor di luar organisasi. Sebagai contoh, konflik yang berkaitan
dengan penyeimbangan kehidupan karier dan keluarga seseorang sangatlah
membuat stress. Status sosial ekonomi adalah stresor ekstra organisasional yang
lain. Stres yang lebih tinggi terjadi pada orang-orang dengan status sosial ekonomi
lebih rendah, yang menggambarkan suatu kombinasi dari:
Status ekonomi, sebagaimana diukur dengan pendapatan
Status sosial, yang dinilai dengan tingkat pendidikan
Status kerja, sebagaimana diindekskan oleh pekerjaan.
Page 6
2.3.2 Stres yang Dirasakan
Stres yang dirasakan menggambarkan persepsi keseluruhan seseorang individu
mengenai bagaimana berbagai stresor mempengaruhi kehidupannya. Persepsi
terhadap stresor ini merupakan suatu komponen yang penting di dalam proses
stres karena orang menginterprestasikan stresor yang sama secara berlainan.
2.3.3 Hasil
Para ahli teori menyatakan bahwa stres memiliki konsekuensi atau hasil
psikologis yang berkaitan dengan sikap, keprilakuan, kognitif, dan kesehatan
fisik. Sebuah badan penelitian yang besar mendukung dampak negatif dari stres
yang dirasakan pada banyak aspek kehidupan kita. Stres berkaitan secara negatif
dengan kepuasan kerja, komitmen organisasional, emosi positif, dan kinerja yang
berhubungan secara positif dengan tingkat perputaran yang disebabkan oleh
kepenatan.
2.3.4 Perbedaan Individual
Orang tidak mengalami tingkat stres yang sama atau menunjukkan hasil yang
serupa untuk suatu jenis stresor tertentu. Sebagai contoh, jenis stresor yang
dialami di tempat kerja bervariasi menurut pekerjaan dan jenis kelamin. Stresor
untuk pengendalian yang rendah adalah lebih tinggi pada pekerjaan klerikal
tingkat rendah daripada pekerjaan profesional, dan konflik antar pribadi
merupakan suatu sumber stres yang lebih besar bagi kaum wanita daripada kaum
pria. Pengendalian yang dirasakan juga merupakan suatu moderator yang
signifikan dari proses stres. Orang merasakan tingkat stres yang lebih rendah dan
mengalami konsekuensi yang lebih mendukung pada saat mereka percaya bahwa
mereka dapat mengendalikan stresor yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Page 7
Akhirnya, ciri kepribadian kekerasan atau sisinme yang kronis juga
memoderatkan stres. Penelitian menunjukan bahwa orang yang secara terus-
menerus marah, ingin tahu, tidak mudah percaya akan memiliki kemungkin dua
kali lipat lebih besar untuk mengalami penutupan ateri koroner. Walaupun para
peneliti telah mampu mengidentifikasi beberapa moderator yang penting, masih
terdapat suatu jurang yang lebar dalam mengidentifikasi perbedaan individual
yang relevan.
Moderator Stres
Stressor membangkitkan berbagai respons yang berbeda dari orang yang berbeda.
Beberapa orang lebih mampu menghadapi suatu stressor daripada orang lain.
Dilain pihak, orang lain rentan terhadap stress, ini berarti mereka tidak mampu
beradaptasi dengan stressor. Suatu moderator adalah suatu kondisi, prilaku, atau
karakteristik yang mempengaruhi hubungan antara dua vaariabel. Efeknya
mungkin akan memperkuat atau memperlemah bubungan. Banyak kondisi,
prilaku dan karekteristik mungkin bertindak sebagai moderator stress, termasuk
variable-variabel seperti usia, jenis kelamin dan tingkat ketabahan. Tipe-tipe
moderator antara lain (1) kepribadian, (2) prilaku tipe A (3) dukungan sosial, (4)
penanggulangan..
1. Kepribadian
Istlah kepribadian merujuk pada serangkaian karekteristik, temperamen, dan
kecenderungan yang relativ stabil, yang membentuk kemiripan dan perbedaan
dalam prilaku orang. Kepribadian dibuat dari lima dimensi yaitu: exstroversion,
emotional stability, agreeableness, consientiousness, dan openness to experience.
Emotional stability merupakan hubungan yang paling jelas dalam stress, dan
cenderung tidak kewalahan dengan stress dan lebih cepat pulih. Exstroversion
juga lebih cenderung mengalami keadaan emosional positif karena mereka banyak
mendapat dukungan saat tertekan. Agreeableness lebih cenderung untuk bersifat
antagonis, tidak simaptik dan bahkan kasar terhadap orang lain dan kemungkinan
Page 8
stress berasala dariorang lain. Consientiousness merupakan dimensi Big Fife yang
secara konsisten berhubungan dengan kinerja dan keberhasilan pekerjaan dan
lebih cenderung tidak mengalami stress berkenaan dengan aspek ini dalam
pekerjaan mereka. Openness to experience akan lebih siap untuk berhadapan
dengan stressor yang dihubungkan dengan perubahan karena mereka lebih
mungkin untuk memndang perubahan sebagai suatu tantangan dan bukan
ancaman.
2. Prilaku tipe A
Definisi prilaku tipe A menurut Meyer Friedman dan Ray Rosenman
Prilaku tipe A adalah suatu kompleks tindakan emosi yang dapat diamati dalam
setiap orang yang terlibat secara agresif dalam suatu perjuang yang teru menerus
dan tak henti-henti untuk mencapai hal yang lebih lagi dalam waktu yang lebih
singkat dan lebih singkat lagi dan jika perlu, melawan usaha yang berkebalikan
dari orang atau hal lain.
Adapun karakteristik tipe A antara lain :
Secara kronik berusaha untuk menyelesaikan sebanyak mungkin hal dalam
priode waktu yang sangat singkat
Agresif, ambisius, kompetititp, dan penuh energy
Berbicara dengan meledak-ledak, mendorong orang lain untuk
menyelesaikan apa yans mereka katakan.
Tidak sabar, tidak suka menunggu dan menganggap menunggu sebagai
membuang waktu yang berharga.
Sibuk denga tenggat waktu dan berorientesi pada pekerjaan
Selalu berjuang dengan orang, hal, dan pristiwa.
Page 9
Penelitian tipe A dan impilkasi manajemen, para karyawan tipe A cenderung lebih
produktif daripada rekan kerja mereka yang bertipe B. suatu mete analisis yang
terdiri dari 99 penelitian mengungkapkan bahwa individu tipe A memiliki detak
jantung yang lebih cepat, tekanan darah diastolic yang lebih tinggi dan tekanan
darah sistolik yang lebih tinggi daripada orang tipe B. orang tipe A juga
menunjukkan aktivitas kardiovaskuler yang lebih besar pada saat
menghadapisituasi berikut ini.
1. Menerima umpan balik positif atau negative
2. Menerima pelecehan atau kritik verbal
3. Tugas yang memerlukan mental kebalikan dengan pekerjaan fisik.
3. Dukungan sosial
Dukungan social dapat didefinisikan sebagai rasa nyaman, bantuan, atau informasi
yang diterima seseorang melalui kontak formal atau informal dengan individu
atau kelompok. Dukungan social bisa berbentuk dukungan emosi
(mengekspresikan kekhawatiran, mengindikasikan kepercayaan, meningkatkan
haraga diri, mendengarkan ), dukungan penilaian (menyediakan umpan balik dan
apirmasi), atau dukungan informasi (memberikan nasihat, memberikan saran,
menyediakan pengarahan). 0rang yang dapat berperan sebagai sumber dari
dukungan social di tempat kerja dapat mencakup supervisor, rekan kerja, baeahan,
dan konsumen atau orang-orang di luar tempat kerja yang di kenal oleh karyawan.
Sember dukungan di luar ruang lingkup pekerjaan dapat mencakup anggota
keluarga, teman ,dan lain-lain. Ada empat jenis dukungan social :
1) Dukungan penghargaan, memberikan informasi bahwa seseorang di terima dan
di hargai terlepas dari berbagai persoalan atau ketidakcukupan apapun.
2) Dukungan informasional, memberikan bantuan dalam mendevinisikan,
memahami, dan menanggulangi persoalan.
Page 10
3) Persahabatan social, menghabiskan waktu dengan orang lain dalam kesenangan
dan aktivitas rekreasi.
4) Dukungan instrumental, memberikan bantuan keuangan, sumber daya materiil,
atau pelayanan yang di butuhkan.
4. Penanggulangan
Penanggulangan adalah proses mengelola permintaan (eksternal atau internal )
yang di nilai sebagai beban atau melebihi sumber daya seseorang. Karena
penanggulangan yang efektif maka mampu membantu mengurangi pengaruh
stressor dan stress. Proses penanggulangan memiliki tiga komponen utama : (1)
factor situasional dan pribadi, (2) penilaian kognitif atas stressor , dan (3) stretegi
penanggulangan.
Faktor situasional dan pribadi
Faktor situasional adalah ciri-ciri lingkungan yang memengaruhi orang yang
menginterpretasikan stressor. Contohnya : ambiguitas dari suatu situasi seperti
berjalan di sebuah jalan yang gelap.
Faktor pribadi adalah ciri kepribadian dan sumber daya pribadi yang
memengaruhi penilaian atas stressor. Contoh : karena lelah atau sakit dapat
mengganggu interpretasi atas stressor, seorang individu yang sangat lelah
mungkin akan menilai pertanyaan yang sangat polos sebagai suatu ancaman atau
tantangan.
Penilaian kongnitif atas stressor
Penilaian kongnitif mencerminkan persepsi keseluruhan seorang individu atau
evaluasi atas sebuah situasi atau stressor. Penilaian kongnitif mengakibatkan suatu
penggolongan situasi atau stressor sebagai membahayakann mengancam, atau
menantang. Bahaya (termasuk kerugian) menggambarkan kerusakan yang telah
terjadi, ancaman melibatkan potensi untuk bahaya dan tantangan, berarti potensi
Page 11
untuk Keuntungan yang signifikan dibawah ketidakbiasaan yang sulit.
Penanggulangan dengan bahaya biasanya berlanjut dengan tidak melakukan atau
pengintrepretasian ulang sesuatu yang muncul dimasa lalu karena kerusakan telah
terjadi.
Strategi penanggulangan
Strategi penanggulangan dicirikan dengan prilaku dan pengenalan khusus yang
digunakan untuk menanggulangi suatu situasi. Orang menggunakan suatu
kombinasi dari tiga pendekatan untuk menanggulangi steresor dan steres.
Pertama, disebut sebagai strategi pengendalian, terdiri atas penggunaan prilakudan
pengenalan untuk menghadapi atau memecahkan persoalan secara langsung.
Suatu strategi pengendalian cenderung bersifat mengambil yanggung jawab.
Berlawanan dengan menangani persoalan menagani persoalan secara langsung
stategi melarikan diri berusaha untuk menghindari persoalan. Stratesi manajemen
gejala terdiri atas penggunaan metode-metode seperti relaksasi, meditasi,
pengobatan, atau latihan untuk mengatur gejala stres yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Penemua penelitian dan Rekomendasi manajerial
Penilaian atas stesor dari seoarang individu berhubungan dengan pilihan atas
suatu strategi penanggulangan. Meskipun demikian, penelitian belum secara jelas
mengidentifikasi jenis strategi penanggulangan apakah, pengendalian, melarikan
diri, atau manajemen terhadap gejala yang paling efektif. Pelatihan atau dukungan
manajerial selanjutnya dapat digunakan untuk membantu para karyawan
mengelola dan kemungkianan menghilangkan stressor yang paling serius.
Page 12
Gejala-Gejala dan Dampak Stres
2.5.1 Gejala-Gejala Stres
Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa
kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu,
yaitu:
1) Gejala psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil
penelitian mengenai stres pekerjaan :
v Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
v Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
v Sensitif dan hyperreactivity
v Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
v Komunikasi yang tidak efektif
v Perasaan terkucil dan terasing
v Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
v Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
v Kehilangan spontanitas dan kreativitas
v Menurunnya rasa percaya diri
Page 13
2) Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:
v Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami
penyakit kardiovaskular
v Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin)
v Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
v Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
v Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang
kronis (chronic fatigue syndrome)
v Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
v Gangguan pada kulit
v Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
v Gangguan tidur
v Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena
kanker
Page 14
3) Gejala perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:
v Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
v Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
v Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
v Perilaku sabotase dalam pekerjaan
v Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,
mengarah ke obesitas
v Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri
dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan
tanda-tanda depresi
v Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir
dengan tidak hati-hati dan berjudi
v Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
v Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
v Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri
Page 15
Adapun gejala-gejala stres di tempat kerja yang sering terjadi, yaitu
meliputi:
1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancar
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreatifitas dan inovasi kurang
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
Semua yang disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannya dengan kualitas
kerja dan interaksi normal individu sebelumnya.
2.5.2 Dampak Stres
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun
perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya
gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999).
Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja
saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat
tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan
sebagainya.
Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat
terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya kesehatan
fisik, kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu dalam
pengambilan keputusan.
Page 16
Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76
sampel manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukkan bahwa efek stres
yang mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:
v Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang, denyut jantung
meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.
v Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak bisa
berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan situasi stres.
Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah
meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara
psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi,
hingga turnover (Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins,
1993).
Manajemen Stres dan Teknik Pengurangan Stres
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan,
sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini
bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk
memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum
masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus
diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan
penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang
mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait
dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya
dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari
ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena
Page 17
kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya
ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai
seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).
Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi,
manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stress yang
ringan. Alasannya karena pada tingkat stres lertentu akan memberikan akibat
positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik.
Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan
membuat menurunnya kinerja karyawan. Stres ringan mungkin akan memberikan
keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan
merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berpikir untuk
memberikan tugas yang menyertakan stress ringan bagi karyawan untuk
memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan
sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam
mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan
organisasi.
1. Pendekatan Individual
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya.
Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu,
latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu
yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa
adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan
kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang
berat. Selain itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan
kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres
adalah dengan roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat
memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
Page 18
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur
organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor
itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh
manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan
penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan
partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui
strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan
serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi
fisik dan mental.
Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk
pengurangan stress yang terjadi. Empat pendekatan yang paling sering digunakan
adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif yang
semuanya membantu para karyawan mengatasi stress yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Relaksasi Otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah
pernafasan yang lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan
ketegangan otot. Diantara berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif
kontinjensi adalah yang paling sering digunakan. Tehnik ini terdiri atas
menenangkan dan mengendurkan otot secara berulang-ulang yang diawali dari
kaki dan terus meningkat ke muka. Relaksasi dicapai dengan berkonsentrasi pada
kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan otot yang dirileksasikan.
Page 19
Biofeedback
Dalam biofeedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak di
deteksi, di perkuat dan di tunjukkan kepada orang tersebut. Peran potensial dari
biofeedback sebagai teknik manajemen stress individu dapat di lihat dari fungsi
tubuh hingga tekanan tertentu yang di kendalikan secara sukarela atau sadar.
Potensi biofeedback adalah kemampuannya untuk membantu relaksasi dan
mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan nonstress. Salah satu keunggulan
tehnik biofeedback di bandingkan dengan tehnik nonbiofeedback adalah bahwa
tehnik ini memberikan data yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan
biofeedback telah bermanfaat dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan
keasaman lambung, mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum
mengurangi manifestasi fisiologis negative dari stress.
Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang
pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan
fisiologis dan psikologis dari respons stress berperang atau lari. Herbert benson
menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi
empat langkah. Keempat langkah tersebut adalah :
Menemukan suatu lingkungan yang tenang.
Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh
dengan kesan yang menyenangkan untuk mengubah fikiran dari pikiran
yang berorientasi secara eksternal.
Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu
sikap yang pasif.
Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman
Page 20
Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai
mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam hingga masuk ke
tingkat pemikiran yang paling dalam dan mencapai sumber dari pemikiran. Tidak
semua orang yang bermeditasi mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah
besar orang melaporkan meditasi sebagai hal yang efektif dalam mengelola stress.
Restrukturisasi kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam manajemen stress
di kenal sebagai restrukturisasi kognitif, adalah respons seseorang terhadap
stressor menggunakan sarana proses kognitif, atau pemikiran. Asumsi dasar dari
teknik ini adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan
asumsi merupakan label yang mereka terapkan pada situasi, dan label ini
menimbulkan respons emosional terhadap situasi. Teknik kognitif dari
manajemen stress berfokus pada mengubah label atau kognisi sehingga orang
tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan
yang serupa yaitu untuk membantu orang memperoleh lebuh banyak kendali atas
reaksi mereka terhadap stressor dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.
Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat lagi yang dapat
digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang di
kemukakan oleh Alex:
1) Sediakan waktu rileks
Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan dimulai sejak pagi,
sebelum Anda berangkat kerja. Daripada memikirkan beban pekerjaan (tapi tidak
ada solusinya), lebih baik digunakan waktu Anda yang terbatas tersebut untuk
melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernapasan adalah teknik
relaksasi yang paling mudah untuk dilakukan. Caranya dengan menarik nafas
dalam-dalam, lalu hembuskan sampai tak ada lagi udara yang tersisa di paru-paru.
Lakukan minimal 3x sampai membayangkan beban Anda berkurang.
Page 21
2) Bersikap lebih asertif
Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan untuk
membuat perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan atasan tentang
tugas Anda dan tanggungjawab tambahan yang ingin Anda pegang. Dengan
demikian, Anda bisa menentukan pekerjaan yang bisa Anda lakukan dengan cara
kerja seperti yang diinginkan perusahaan.
3) Bekerja lebih efisien
Selalu kekuragan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi buka disebabkan
tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya.
Alex memberikan contoh seorang wartawan yang produktif di waktu malam akan
merasa tertekan jika memaksakan diri menulis di waktu siang hari. Untuk
mengatasinya, sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari membuat outline dan
mencari bahan, malam hari menyelesaikan tulisan. Untuk bekerja secara lebih
efisien. Anda juga harus trampil menentukan prioritas. Adanya urutan prioritas
dapat membantu Anda mengatur strategi.
4) Tingkatkan energi dengan tidur
“Ketika lelah, Anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang sepele,”
demikian tulis Camile Anthony dalam “The Art of Napping at Work” (1999).
Kesalahan juga akan membuat perhatian Anda menurun sehingga mudah
melakukan kesalahan. Dalam keadaan demikian, Alex menganjurkan agar tidur.
Tidur 15 menit di tengah waktu kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam
3 jam. Anda bisa memanfaatkan mushola kantor (tentu saja di luar waktu shalat)
atau mobil Anda untuk tidur. Jangan lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu
lama. Jika keduanya tidak tersedia, meja kerja Anda bisa jadi pilihan terakhir.
Yang penting, tingkatkan energi segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur
selama 30 menit atau kurang, menurut Anthony akan meningkatkan mood dan
rasa humor sehingga memperbaiki hubungan Anda dengan rekan kerja.
Page 22
Anthony menganjurkan agar membatasi tidur selama 30 menit saja agar tidak
sampai tertidur nyenyak, yang akan membuat Anda lebih lelah ketika bangun.
5) Atur lingkungan kerja
Bagaimana kondisi kerja Anda? Apakah meja kerja Anda berantakan atau ruangan
kerja selalu dipenuhi asap rokok? Hati-hati karena hal-hal yang tampaknya sepele
tersebut karena dapat mempengaruhi performa kerja sekaligus kesehatan Anda.
Jika tidak memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara besar-besaran, ada
baiknya Anda memulainya dari meja Anda. Dalam feng shui, seni tata ruang dari
Tiongkok, tempat kerja yang teratur menunjukkan pikiran yang teratur. Jaga
lingkungan kerja, terutama maja, dari tumpukan kertas atau file. Simpan kertas-
kertas Anda dalam map dan dalam kotak file atau laci file. Anda juga bisa
mencegah stres dengan mengubah letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa
yang akan masuk ke ruangan Anda. Jika memungkinkan pindahkan meja sehingga
Anda dapat bekerja dengan cahaya alami dari luar (matahari).
6) Kembangkan pola hidup sehat
Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah makanan dan
minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak mengandung
vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Kurangi makanan
berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.
Berolah raga secara teratur. Olah raga yang cukup tidak saja menyehatkan badan
tapi juga memperbesar kapasitas badan tapi juga memperbesar kapasitas paru-paru
sehingga mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar oksigen
tinggal di dalam darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh Anda
akan berpikir lebih jenuh.
Page 23
7) Tingkatkan ketrampilan
Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru. Jika Anda merasa
kurang mampu berkomunikasi, Anda bisa mempelajarinya melalui buku-buku
atau latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota. Jika Anda
mempunyai minat terhadap komputer, kembangkan minat Anda. Peningkatan
ketrampilan akan membuat Anda menjadi karyawan yang lebih berharga.
8) Lupakan pekerjaan saat libur
Membawa laptop saat liburan keluarga? Tinggalkan saja kebisaan itu. Liburan
sebaiknya benar-benar digunakan untuk istirahat. Berlibur atau santai bukan
berarti membuang waktu. Selain mmeberikan energi tambahan yang akan
membuat Anda lebih kreatif, berlibur bersama akan mempererat hubungan Anda
dengan keluarga.
9) Pekerjaan bukan segalanya
Bekerja memang penting. Dengan sekaligus mendapat lahan untuk aktualisasi diri.
Tapi di luar pekerjaan, masih banyak kegiatan lain yang dapat menimbulkan
perasaan berguna bagi Anda. Dengan mengikuti kegiatan di luar pekerjaan, stres
Anda di tempat pekerjaan akan berkurang. Anda dapat menyakinkan diri bahwa
walaupun Anda tidak bisa memperbaiki keadaan di tempat kerja, Anda bisa
mengendalikan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan Anda. Perasaan mampu
mengendalikan kehidupan Anda sendiri adalah harta tak ternilai.