STRATEGI BIMBINGAN AGAMA DALAM MENGHILANGKAN KECEMASAN AKAN KEMATIAN PADA LANSIA DI RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR Skiripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) Disusun oleh Syarief Hidayatullah NIM. 1110052000029 FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM 2014 M/1435 H
115
Embed
STRATEGI BIMBINGAN AGAMA DALAM MENGHILANGKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27229/1/SYARIEF... · telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, masukan,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STRATEGI BIMBINGAN AGAMA DALAM MENGHILANGKAN
KECEMASAN AKAN KEMATIAN PADA LANSIA DI RUMAH PERLINDUNGAN
LANJUT USIA JELAMBAR
Skiripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun oleh
Syarief Hidayatullah
NIM. 1110052000029
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
2014 M/1435 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Oktober 2014
Syarief Hidayatullah
ABSTRAK
Strategi Bimbingan Agama Dalam Menghilangkan Kecemasan Kematian Pada Lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar Oleh : Syarief Hidayatullah 1110052000029
Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia, lanjut usia merupakan periode penutup dalam periode kehidupan seseorang memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikan diantaranya yaitu mempersiapkan dan menerima kematian itu sendiri, namun kematian tetap saja dianggap suatu hal yang mengancam bagi lanjut usia. Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya kecemasan dalam menghadapi kematian adalah ketidakmampuan memaknai kematian kedalam kerangka yang lebih luas kerena kurangnya ilmu pengetahuan dan pemahaman agama tentang arti kematian itu sendiri menimbulkan kecemasan bagi lanjut usia. Seperti yang telah dilakukan oleh salah satu Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar yang terletak di Jln. Jelambar Selatan No.10 Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Rumah perlindungan lanjut usia ini telah memberikan bimbingan agama kepada lansia dengan strategi yang secara khusus diberikan oleh pihak panti berupa memberikan jalan yang dapat menghilangkan lansia dari kecemasan kematian
Pentingnya penilitian ini dilakukan yaitu yang pertama membantu lansia menghilangkan ketersiksaannya menjelang kematiannya, yang kedua jika dikaitkan dengan negara, ini merupakan tugas negara yang harus menaungi fakir miskin, orang-orang terlantar, termasuk lansia yang terlantar menjadi tugas negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang strategi bimbingan agama bagi lansia dalam menghilangkan kecemasan akan kematian. Dimana bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu dapat memahami dirinya dan lingkungannya, dalam hal ini informan terdiri dari 2 pembimbing dan 2 lansia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun pengumpulan data penelitiannya dilakukan dengan wawancara dan observasi yang diperoleh langsung dari sasaran penelitian berupa catatan, rekaman, dan data-data dari sumber yang terkait dengan penelitian.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa strategi bimbingan agama yang diberikan kepada lansia dalam menghilangkan kecemasan kematian, yaitu dengan strategi preventif dan strategi kuratif dengan metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan metode pendekatan sesuai dengan kondisi dan keadaan lansia. Dalam hal ini berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan bimbingan agama berjalan cukup baik dan lancar serta berdampak positif bagi lansia sehingga salah satu masalah yang ada pada lansia yaitu rasa cemas akan kematian bisa hilang. Kata Kunci : Strategi Bimbingan Agama, Kecemasan Akan Kematian, Lansia
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena rahmat-Nya dan inayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan hasil karya tulis ini,sehingga terlaksana sesuai harapan. Shalawat serta
salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita yang agung, yaitu khairul
khalqi Nabi Muhammad SAW, sang suri tauladan yang telah memberikan
pembelajaran hidup yang begitu berharga bagi kita semua. Semoga curahan kebaikan
selalu mengiringi keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman
kelak.Ammin.
Skripsi ini berhasil saya selesaikan, bukan dengan tidak melibatkan banyak
pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan banyak-banyak terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam
Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak. Dr. Arief Subhan, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Prof. Dr. Syamsir Salam. MS selaku dosen pembimbing penulis yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, masukan, dan
motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Penanggung jawab dan pembimbing agama Rumah Perlindungan Lanjut
Usia Jelambar yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.
7. Orang tua penulis tercinta H.Makmun dan Hj.Saidah yang selalu
memberikan doa, kasih sayang, cinta, dan semangat yang tiada hentinya.
8. Teman-teman seperjuangan keluarga besar BPI angkatan 2010, semoga
ilmu yang kita dapatkan selama dibangku kuliah bisa bermanfaat dan
menjadi orang-orang yang bisa dibanggakan. Teruntuk saudari Nurjannah
yang telah banyak membantu dalam kelancaran skripsi ini, yang selalu
setia menemani penulis dari awal penelitian sampai selesai atas do’a,
kesabaran, motivasi, dan juga semangatnya.
Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi
rasa hormat kepada kalian semua, saya mengucapkan banyak terimakasih. Semoga
Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua. Saya berharap agar skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Ammin.
Jakarta, 11 Oktober 2014
Syarief Hidayatullah
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 4
D. Perumusan Masalah .............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
F. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 6
G. Metodelogi Penelitian ........................................................................... 7
H. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10
I. Sistematika Penulisan ........................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi Bimbingan Agama ........................... ..................................... 14
3. Metode Bimbingan Agama .......................................................... 64
a. Ceramah ................................................................................. 64
b. Pendekatan ............................................................................. 67
C. Analisis Hasil Temuan ....................................................................... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 75
B. Saran ..................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 78
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki masa lanjut usia pada kisaran usia 60 tahun ke atas, terjadi
perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi organ, hal ini merupakan
indikator utama yang tampak jelas. Perubahan atau penurunan fungsi organ
itu biasanya ditandai seperti mulai melemahnya jantung, pendengaran dan
penglihatan mulai terganggu, dan lain sebagainya.1
Semua orang akan mengalami proses menua, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari secara maksimal.
Secara umum manusia ingin hidup panjang, untuk itu berbagai upaya
dilakukan, meskipun demikian muncul kesadaran akan datangnya kematian
sebagai tahap terakhir kehidupannya di dunia ini.
Meskipun demikian lansia sering mengalami kecemasan hingga
depresi, mereka mengatakan kekhawatiran tentang rasa takutnya terhadap
kematian, kehilangan keluarga, atau teman karib, kedudukan sosial, pensiun
dari pekerjaan atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan lagi aktif
dipekerjaan seperti dulu, membuat seorang lansia dibebani perasaan tidak
berguna.2
1 Zahrotun, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126. 2Hawari.Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.65
1
2
Persepsi tentang kematian dapat berbeda-beda.Bagi seseorang atau
sekelompok orang, kematian merupakan sesuatu yang sangat mengerikan atau
menakutkan.3
Kecemasan akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya kematian
itu sendiri, dan dapat pula berkaitan dengan pengalaman masa lalunya yang ia
sadari sering berbuat dosa, rasa sakit atau siksaan yang mungkin menyertai
datangnya kematian, sebab kecemasan bisa menyerang siapa saja. Umumnya,
kecemasan ini merupakan suatu pikiran yang tidak menyenangkan, yang
ditandai dengan kekhawatiran, rasa tidak tenang, dan perasaan yang tidak baik
atau tidak enak yang tidak dapat dihindari oleh seseorang.
Kesadaran bahwa semua orang akan mati, maka kecemasan akan
kematian menjadi masalah psikologis yang penting khususnya bagi lansia.
Masalah fisik dan psikologis mesti ditemukan pada lanjut usia. Faktor
psikologis diantaranya perasaan cemas, bosan, keletihan atau perasaan
depresi.4
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 78 :
�نما م � شيدة� ٱلموت ت�ونوا يدر�� ولو كنتم � بروج م
3 Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung : PT. Mizan Publika, 2006) h.118 4Nugroho, 1992. Buku Kedokteran EGC. Jakarta 1992. h. 32
3
Artinya: Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, (QS. An-nisa: 78).5
Menurut Webster’s kecemasan kematian adalah ketakutan abnormal
yang besar terhadap kematian, dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran
yang timbul ketika orang berpikir tentang proses kematian atau apa yang
terjadi setelah kematian.
Kekhawatiran yang timbul diantaranya adalah :
a. Ketakutan pada saat sakaratul maut (rasa sakitnya).
b. Kengerian akan kerusakan fisik dan mental.
c. Perasaan akan kesendirian.
d. Kemarahan dan perasaan putus asa yang extrem tentang sebuah
situasi dimana kita tidak memiliki kendali.
Menurut Hurlock setiap situasi yang mengancam keberadaan
organisme dapat menimbulkan kecemasan.Kecemasan yang terberat akibat
dari perubahan sosial yang sangat cepat. Manifestasi psikologis yang ditandai
dengan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan, khawatir, takut, dan
tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.6
Lansia senantiasa dibayang-bayangi oleh perasaan tak berdaya dalam
menghadapi kematian. Rasa takut akan kematian ini pada lansia semakin
5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta; CV, Bayan Qur’an, 2009),h.90
6Hurlock, Psikologi Perkembangan edisi kelima Erlangga Jakarta 1990. h. 93
4
meningkat. Dalam agama islam, seseorang harus memepersiapkan diri
sebelum kematian datang, persiapan itu berupa bekal, ialah berupa keimanan
yang terus terpelihara dan amal shaleh yang dilakukan dengan ikhlas. Oleh
karena itu bimbingan agama sangat dibutuhkan oleh individu yang berada
pada tingkat usia lanjut ini untuk menghilangkan rasa kecemasan kematian.
Untuk itulah berdasarkan pada uraian diatas maka penulis tertarik
untukmenulis penelitian dengan judul “ Strategi Bimbingan Agama Dalam
Menghilangkan Kecemasan Kematian Pada Lansia di Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar “
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dianalisis identifikasi masalahnya
meliputi :
1. Kecemasan kematian bisa menyerang siapa saja, khususnya bagi
lansia.
2. Ketakutan lansia pada saat sakaratul maut (rasa sakitnya).
3. Kengerian lansia akan kerusakan fisik dan mental.
4. Perasaan lansia akan kesendirian.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis
memfokuskan kajian serta membatasi masalah pada, “ Strategi bimbingan
agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar “yang meliputi:strategi bimbingan agama
5
yang diterapkan, pelaksanaan bimbingan, mengubah sikap dan tingkah laku,
serta pembinaan lebih lanjut agar para lansia siap menjalani sisa-sisa hidupnya
dengan jiwa yang lebih tenang dan tentram.
D. Perumusan Masalah
Banyak gangguan psikologis yang timbul dalam kehidupan lansia,
salah satunya adalah mulai di bayangi rasa cemas akan kematian. Kecemasan
akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya kematian itu sendiri, dan
dapat pula berkaitan dengan cara kematian, rasa sakit atau siksaan yang
mungkin menyertai datangnya kematian. Oleh karena itu mereka memerlukan
bimbingan keagamaan dalam menghilangkan kecemasan kematian, namun
bagaimana bentuk strategi bimbingan itu, hal inilah yang menjadi fokus dalam
penelitian ini.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan titik tolak dari setiap penelitian, sesuai dengan
pembatasan dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, pada pokoknya
penelitian digunakan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui.7 Maka
tujuan yang ingin dicapai ialah:
a. Untuk menunjukan strategi bimbingan agama yang dilakukan oleh
para pembimbing dalam menghilangkan kecemasan kematian pada
Kata strategi berasal dari bahasa yunani “Strategos” (stratos yang
berarti militer dan AG yang berarti memimpin) yang berarti “generalship”
atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral perang dalam membuat
rencana untuk memenangkan perang. Konsep ini relevan dengan situasi
pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang dimana jendral di butuhkan
untuk memimpin suatu angkatan perang.1 Awalnya, istilah ini lebih banyak
dikenal dalam dunia militer. Strategi berarti sesuatu yang dikerjakan oleh
para jendral. Oleh karena itu pengertian yang paling umum dan tua tentang
istilah strategi selalu dikaitkan dengan pekerjaan para jendral dalam
peperangan. Hal ini terlihat dari apa yang dimuat dalam oxford pocket
dictionary “Strategi adalah seni perang, khususnya perencanaan gerakan
pasukan, kapal dan sebagainya menuju posisi yang layak”. Rencana
tindakan atau kebijakan dalam bisnis atau politik dan sebagainya.
Strategi merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas
dalam kurun waktu tertentu, jadi strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
1 Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management: Back to Basic Approach, (Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003), h. 19
14
15
Sedangkan pengertian strategi menurut para ahli didefinisikan
sebagai berikut, di antaranya:
a. Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara yang terbaik untuk
mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai tuntutan
perubahan lingkungan.2
b. Menurut Chaldler yang dikutip Supriyono, strategi adalah penentuan
dasar goals jangka panjang dan tujuan perusahaan serta pemakaian cara-
cara bertindak dan alokasi sumber-sumber yang di perlukan.3
c. Menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi, MA. Strategi pada
hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya member arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya.4
d. Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan
utama dan berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau
organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan mengalokasikan
sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Jadi
strategi menyangkut soal pengaturan berbagai sumber daya yang
dimiliki perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing.5
2 Sondang Siagian, Analisa Serta Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi .(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), cet.ke-2, h. 17
3 Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis (Yogyakarta : BPFE, 1986) h. 9
4 Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, h.32
5 A.M. Kardiman,Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Pronhalindo), h. 58
16
e. Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan,
penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan
internal, perumusan kebijakan dan strategi tentu untuk mencapai sasaran
dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan
sasaran utama organisasi akan tercapai.6
Setelah penulis menyimak beberapa pengertian strategi menurut para
ahli diatas, penulis lebih condong ke pengertian stratagi menurut Prof. Dr.
Onong Uchyana Efendi. MA yang memaparkan bahwasanya strategi pada
hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) untuk mencapai suatu
tujuan, dan jika dihubungkan dengan judul penulis yang lebih ke strategi
agama maka pengertian tersebut selaras dengan maksud penelitian ini, yaitu
untuk mengetahui strategi agama apa yang diterapkan pembimbing guna
mencapai suatu tujuan yaitu untuk menghilangkan kecemasan kematian
pada lansia.
2. Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah Guidance &
Counseling dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan
dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan atau tuntunan.7
Pada prinsipnya bimbingan adalah pemberian pertolongan atau
bantuan. Bantuan atau pertolongan itu merupakan hal yang pokok dalam
bimbingan. Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun.
6 George A Stainer dan John Minner, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Erlangga), h. 20 7 Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu, 1975), h. 25.
17
Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal ini mengandung pengertian
bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban
dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu
memberikan arah kepada yang dibimbingnya.8
Hal senada juga diungkapkan M. Umar bahwa bimbingan adalah
bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki
mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri,
Sedangkan Prayitno memaknai bimbingan sebagai pemberian yang
dilakukan orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu
baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuannnya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada, dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.10
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa bimbingan adalah
proses membantu seorang individu yang mengalami permasalahan yang
berhubungan secara psikis, dimana dilakukan secara terus-menerus dan
memiliki tujuan untuk membantu individu agar individu menemukan
8 Bimo Walgito, Bimbingan dan Koseling (studi & karier), (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), Cet. Ke- 3, h. 5
9 M. Umar, Bimbingan dan Penyuluhan,( Bandung : CV Pustaka Setia, 2001), h. 9 10 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta), Cet. Ke-1, h. 28
18
potensinya sehingga individu itu dapat hidup secara mandiri serta mampu
beradaptasi dengan baik bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya.
Karena penelitian ini pada hakikatnya adalah untuk mengetahui
strategi bimbingan agama apa yang diterapkan pembimbing dan hasil apa
yang dirasakan oleh lansia setelah bimbingan agama tersebut maka
hubungan bimbingan dengan judul penelitian ini sangatlah penting sesuai
dengan pengertian bimbingan diatas yaitu untuk memberikan motivasi dan
juga pengetahuan lebih sesuai dengan jalan agama tentang hal yang
berkaitan dengan kematian itu sendiri sehingga kecemasan kematian pada
lansia bisa hilang karena lansia dapat memaknainya dengan benar dan
positif.
3. Pengertian Agama
Istilah agama berasal dari bahasa sansakerta yaitu “a” yang artinya
“tidak” dan “gama” yang berarti kacau, jadi arti agama itu adalah tidak
kacau atau teratur. Sebagian juga ada yang berpendapat bahwa kata
“agama” merupakan istilah bahasa Arab yang di ambil dari kata “gama”
dalam hubungan dengan “iqamas shalata” yang selanjutnya menjadi
“iqama” atau agama. Agama sering dikaitkan dengan religi, religi barasal
dari bahasa latin yaitu”religio”.11
Pengertian agama dari segi bahasa dikenal dengan kata ”ad Dien”
yang berarti menguasai, menundukan, patuh, dan kebiasaan. Selanjutnya din
bahwa frustrasi adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa
akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhankebutuhannya,
atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal yang menghalangi
keinginannya.27
b. Konflik
Adanya dua kebutuhan atau lebih yang berlawanan dan harus
dipenuhi dalam waktu yang sama. Menurut Zakiah Daradjat konflik
adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan
atau bertentangan satu sama lain dan tidak mungkin dipenuhi dalam
waktu yang sama.28
c. Ancaman
Adanya bahaya yang harus diperhatikan. Badudu dan Zain
mengatakan bahwa ancaman merupakan peringatan yang harus
diperhatikan dan diatasi agar tidak terlaksana.29
d. Harga diri
Harga diri adalah suatu penilaian yang dibuat oleh individu
tentang dirinya sendiri dan dipengaruhi oleh interaksinya dengan
lingkungan. Harga diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir tetapi
merupakan faktor yang dipelajari dan terbentuk berdasarkan pengalaman
yang dimiliki oleh individu. Koeswara mengatakan bahwa terhambatnya
27 Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.24 28 Ibid. h.26 29 Zain, B. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994) h.47
27
pemuasan kebutuhan rasa harga diri mengakibatkan perasaan rendah
diri, tidak pantas, tidak mampu, tidak berguna dan lemah.30
e. Lingkungan
Freud mengatakan bahwa factor yang dapat mempengaruhi
kecemasan adalah lingkungan di sekitar individu. Lingkungan sosial
adalah lingkungan masyarakat dalam komunitas tertentu yang terdapat
interaksi diantara individu dalam masyarakat tersebut. Adanya dukungan
dari lingkungan, membuat individu berkurang kecemasannya,
lingkungan yang dimaksud diatas dapat berupa dukungan sosial.
Sumber-sumber rasa cemas yaitu, kurang percaya diri, masa depan tanpa
tujuan, ketidakpuasan kerja, masalah keuangan, lingkungan, bahaya
dalam diri manusia atau bahaya dari luar yang oleh individu ditafsirkan
lain karena persepsi yang keliru dari realitas lingkungannya.31
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kecemasan adalah sebab atau kondisi pendahulu yang
menimbulkan suatu gejala yang mempengaruhi kecemasan. Kemudian
faktor yang mempengaruhi kecemasan terbagi dalam dua macam, yaitu:
a. Pribadi
Penyebab kecemasan yang berasal dari pribadi adalah frustrasi,
konflik, harga diri, usia, pekerjaan, religiusitas, kepuasan hidup.
b. Lingkungan
30 Koeswara.E . Teori-teori Kepribadian. (Bandung : PT. Eresco, 1991) h.125 31 Sukmana, O. Dasar-dasar Psikologi Lingkungan. (Malang : Bayu Media dan UMM
Press. 2003) h.76
28
Penyebab kecemasan yang berasal dari lingkungan adalah tidak
adanya dukungan sosial, ancaman.
4. Gejala-gejala Kecemasan
Hawari mengatakan bahwa gejala-gejala orang yang mengalami
kecemasan adalah khawatir, takut akan pikirannya sendiri, firasat buruk,
tegang, gelisah, mudah terkejut, gangguan konsentrasi, sesak nafas, jantung
berdebar-debar, sakit kepala, gangguan pencernaan.32
Kartono mengemukakan gejala-gejala kecemasan yaitu gemetar,
berkeringat dingin, mulut menjadi kering, membesarnya pupil, sesak nafas,
murus atau diare.33
Menurut Zakiah Daradjat kecemasan terdiri dari dua kelompok
gejala, yaitu :34
a. Gejala fisik
Gejala fisik meliputi ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak
teratur, jantung berdebar-debar, meningkatnya denyut nadi, tekanan darah
meningkat, keringat berlebihan, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang,
kepala pusing dan nafas sesak.
b. Gejala mental
Gejala mental meliputi perasaan takut, perasaan akan tertimpa
bahaya atau kecelakaan, tidak mampu memusatkan perhatian, tidak
berdaya, rasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri, tidak tentram, ingin
32 Hawari. Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.66 33 Kartono, K. 1986. Gangguan-gangguan Psikis. (Bandung : Sinar Baru, 1986) h.140 34 Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.28
29
lari dari kenyataan hidup. Gejala kecemasan yang lain adalah
mengkhawatirkan sesuatu dan hal-hal kecil, percaya bahwa sesuatu yang
menakutkan akan terjadi tanpa ada sebab yang jelas, merasa terancam
dengan orang lain atau peristiwa yang secara normal tidak apa-apa,
ketakutan akan kehilangan kontrol, sulit konsentrasi, memikirkan pikiran-
pikiran yang mengganggu secara terus menerus, dan khawatir akan
kesendirian.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gejala
kecemasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu gejala psikologis dan gejala
fisiologis. Gejala psikologis diantaranya adalah perasaan takut, sulit
konsentrasi, merasa tidak berdaya, khawatir akan kesendirian, percaya
bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi tanpa sebab yang jelas,
bingung dan tegang. Gejala fisiologis antara lain jantung berdebar-debar,
berkeringat dingin, nafas sesak, sering ingin buang air, mual, tidur tidak
nyenyak, ujung-ujung jari terasa dingin dan sakit kepala.
5. Macam-macam Kecemasan
Menurut Cattel dan Scheier :35
a. State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi
tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Keadaan ini ditentukan
oleh perasaan ketegangan yang subyektif.
35 De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994) h.49
30
b. Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil
yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan
sebagai ancaman yang disebut dengan anxiety proness (kecenderungan
akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk merasakan berbagai
ancaman sebagai keadaan yang membahayakan atau mengancam dan
cenderung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan.
Sigmund Freud membedakan kecemasan berdasarkan sumbernya
menjadi tiga macam, yaitu :36
a. Kecemasan riel
Kecemasan riel adalah kecemasan atau ketakutan yang realistis, atau
takut akan bahaya nyata yang berasal dari dunia luar. Kecemasan riel
bersumber dari ego individu.
b. Kecemasan neurotik
Kecemasan neurotik adalah kecemasan atas tidak terkendalinya
naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bisa mendatangkan
hukuman. Walaupun sumbernya berada di dalam diri, kecemasan
neurotik pada dasarnya berlandaskan kenyataan, karena hukuman yang
ditakutkan oleh ego individu berasal dari dunia luar. Kecemasan
neurotik bersumber pada id individu.
c. Kecemasan moral
Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan
superego terhadap ego individu, karena individu telah atau sedang
Kematian adalah keniscayaan, tidak satu jiwapun dapat
menghindarinya. Sedikit sekali yang mau menerimanya kalau enggan
berkata bahwa semua orang merasa sangat berat meninggalkan hidup ini.
Semua berkata dalam hatinya seperti ucapan Khairil Anwar : “ Aku ingin
hidup seribu tahun lagi”.39
Kematian merupakan ancaman bagi eksistensi manusia, manusia
memiliki kesadaran terhadap kematian, baik itu disadari atau tidak. Reaksi
yang muncul diantaranya adalah :40
a. Melarikan diri dan merepresi urgensi kematian dengan cara sibuk
bekerja, bergosip, bahkan memasukkan diri dalam dunia khayalan.
b. Menerima kematian sebagai fakta yang tidak dihindarkan dan
mengambil posisi humanis, yaitu dengan berusaha memperkaya
kehidupan dengan cara membuat hidup menjadi menyenangkan dan
memuaskan diri.
c. Memberontak terhadap kematian, seperti pemberontakan dalam alam
dan takdir. Pemberontakan dilakukan seperti dalam karya seni dan
ambisi manusia untuk mendapatkan status, kekuasaan, atau kekayaan.
d. Menghentikan eksistensi diri sendiri untuk hidup dalam dunia ideal,
seperti orang yang melakukan bunuh diri atau gila.
38 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka, 2002) h.723 39 Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung :
PT. Mizan Publika, 2006) h.vii 40 Abidin, Z. Analisis Eksistensial untuk Psikologi dan Psikiatri. (Bandung : Refika
Aditama, 2002) h.13
33
e. Ikhlas dan patuh menerima keterbatasannya, seperti yang dilakukan
orang-orang beragama.
Islam memberikan perspektif yang positif tentang kematian.
Kehidupan dan kematian adalah tanda-tenda kebesaran Allah. Kehidupan
dan kematian adalah ujian bagi manusia, agar manusia dapat mengambil
pelajaran dari keduanya, dan berbuat baik di atas bumi. Dalam Al-Qur’an
dinyatakan ;
ي يوة و ٱلموت خلق ٱ� حسن �م� وهو ٱ�ي�م أ
ٱلعز�ز �بلو�م �
٢ ٱلغفور “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun”
Kematian hanya merupakan salah satu tahap dari perjalanan manusia
sebagai makhluk yang diciptakan Allah. Setelah manusia di ciptakan dengan
sebaik-baiknya bentuk mulai dari masa konsepsi, Allah kemudian
mematikannya. Namun sesudah itu, manusia akan dibangkitkan di hari
kiamat.
Menurut perspektif islam, kamatian dianggap sebagai peralihan
kehidupan, dari kehidupan dunia menuju kehidupan di alam lain. Menurut
34
islam, setelah meninggal dan dikuburkan, manusia akan dihidupkan
kembali. Kematian di alam kubur seperti tidur untuk menghadapi hari
kebangkitan. Mereka yang berpisah karena kematian di dunia, dapat
bertemu kembali dalam kehidupan setelah mati, manusia akan
mempertanggung jawabkan perbuatannya selama hidup di dunia.41
Feifel mengatakan bahwa dalam sejarah umat menusia, kematian
dipandang sebagai misteri. Eksistensialisme melihat kematian sebagai
peristiwa berakhirnya keberadaan yang dapat menimbulkan kecemasan atau
ketakutan maupun keotentikan pada manusia. Manusia dapat menemukan
makna dan fakta keunikan serta individualitas diri dan hidup inidividu dari
adanya kematian. Individu dapat mencapai dasar keunikan dan
individualitas dirinya apabila ia menyadari dirinya akan mati. Sebagian
agama memandang kematian sebagai batas hidup di dunia sekaligus awal
dari kehidupan di alam lain serta merupakan landasan akan penyempurnaan
makna hidup.42
Koeswara mendefinisikan kematian sebagai peristiwa yang tidak
dapat dihindarkan dan merupakan refleksi dari keterbatasan manusia.
Kecemasan menghadapi kematian merupakan problem yang sering terjadi
41 Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung : PT. Mizan Publika, 2006) h. 5
42 Koeswara, E. Psikologi Eksistensial. (Bandung : PT. Eresco, 1987) h.107
35
dan problem ini dilatarbelakangi oleh ketidakyakinan manusia untuk
menentukan tempat, waktu dan cara matinya nanti.43
Berdasarkan uraian diatas kecemasan menghadapi kematian adalah
suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan berupa perasaan takut,
tidak berdaya, rasa berdosa atau bersalah, terancam yang terjadi pada
individu dalam menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan kehilangan
nyawa dan tidak hidup lagi di dunia ini.
2. Dinamika Kecemasan Menghadapi Kematian
Pada umumnya selama manusia hidup, manusia selalu berusaha
untuk memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan dirinya agar dapat terus
melanjutkan kehidupan. Manusia membayangkan dan mendambakan
keabadian, hidup di dunia dan menikmati segala yang ada untuk selama-
lamanya. Pada kenyataannya, semua makhluk hidup di dunia pasti akan
mengalami kematian, karena setiap ada kehidupan pasti pada akhirnya akan
menuju pada kematian.
Oleh karena itu, kematian merupakan hal yang wajar terjadi dalam
kehidupan. Meskipun demikian, kematian dapat menjadi hal yang
mencemaskan bagi beberapa individu. Ketidaktahuan mengenai hal dibalik
kematian, seperti manusia tidak pernah tahu kapan ia akan mati, bagaimana
ia akan mati, dimana ia akan mati, dan apa yang akan ia alami setelah ia
mati, menimbulkan kecemasan dalam diri manusia. Manusia pun merasa
cemas menghadapi kematian dirinya sendiri.
43 Ibid. h.40
36
D. Lansia
1. Pengertian Lansia
Memasuki masa lanjut usia merupakan periode akhir di dalam
rentang kehidupan manusia di dunia ini. Kisaran usia yang ada pada periode
ini adalah 60 tahun ke atas. Perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi
organ merupakan indikator utama yang tampak jelas, guna menandakan
masa tersebut sudah memasuki masa lansia. Perubahan fisik tersebut
biasanya ditandai dengan beberapa ciri seperti, gigi, rambut sudah memutih,
kulit mulai mengering dan keriput.44
Menurut Elizabeth Hurlock dalam bukunya “Psikologi
Perkembangan” masa lansia adalah masa dimana seseorang mengalami
perubahan fisik dan psikologis. Bahkan ketika masa tua disebut sebagai
masa yang mudah dihinggapi segala penyakit dan akan mengalami
kemunduran mental seperti menurunnya daya ingat, dan pikiran.
Agama islam memandang lansia dengan pandangan terhormat
sebagaimana perhatiannya terhadap generasi muda. Agama islam
memperlakukan dengan baik para lansia dan mengajarkan metode supaya
keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tidak bernilai oleh
masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’ ayat 23-
24 :
44 Zahrotun, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126.
37
إ� � �عبدوا وق� ر�ك � ين إياه و� ا �بلغن عندك ٱل�� إم نا إح�
هما ٱلك� ف و� �نهرهما وقل ل أ هما هما ف� �قل ل و �
أ حدهما
أ
٢٣قو� كر�ما “ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka
adalah hal yang di tekankan dalam islam. Orang yang sudah lanjut usia
mempunyai hak-hak yang harus diperhatikan, islam sebagai agama
sempurna berada dibarisan paling depan dalam memberi perhatian dan
menjaga hak-hak mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda :
“ Sesungguhnya termasuk pengagungan terhadap Allah adalah memuliakan orang yang sudah beruban lagi muslim, memuliakan ahli Qur’an dengan tidak berlebihan dan tidak menyepelekannya, dan memuliakan para pemimpin yang berbuat adil”.45
Dalam islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan
ilmu. Para lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat khususnya,
mereka adalah harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan
45 HR. Abu Dawud : 4843 ; dihasankan oleh Syaikh Albani rahimahullah dalam Shahih al-Jami’ no.2199
38
pemikiran. Oleh sebab itu, mereka harus dihormati, dicintai dan diperhatikan
serta pengalaman yang harus dimanfaatkan. Nabi Muhammad SAW
bersabda :
“ Hormatilah orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta kasihilah orang-orang yang lebih muda dari kalian”.
Islam juga mengajarkan agar kita selalu memperhatikan kondisi
kesehatan lansia. Sebab, usia yang bertambah tua akan membuat lemah,
lemah kemampuan panca indera, bahkan ada sebagian orang yang sudah tua,
perbuatannya seperti kembali pada perbuatan anak-anak, maka dari itu
perlunya perhatian lebih terhadap lansia. Sebagaimana firman Allah dalam
surat Ar-Rum ayat 54 :
ي ٱ� جعل من �عد ضعف قوة �م خلق�م من ضعف �م ٱ� وهو �لق ما �شاء � ضعفا وشيبة ٱلعليم جعل من �عد قو
٥٤ ٱلقدير “ Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Kuasa.”
Masa dewasa akhir atau usia tua adalah periode penutup dalam
rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah
39
beranjak jauh dari periode dahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak
dari waktu yang penuh manfaat. Usia enampuluhan biasanya dipandang
sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut.46
Adapun tugas-tugas perkembangan usia lanjut adalah sebagai
berikut:
a. Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan kesehatan yang semakin
menurun.
b. Menyesuaikan diri dengan situasi pensiun dan penghasilan yang
semakin berkurang.
c. Menyesuaikan diri dengan kematian dari pasangan hidup.
d. Membina hubungan dengan sesama usia lanjut.
e. Memenuhi kewajiban-kewajiban sosial dan kenegaraan secara luwes.
f. Kesiapan menghadapi kematian.47
Erikson pada tahapan psikologi perkembangan psikososialnya
menjelaskan masa dewasa akhir (lanjut usia) manusia dituntut untuk hidup
dengan apa yang telah mereka perbuat selama masa hidupnya di periode
yang lalu. Secara ideal mereka telah dapat mencapai integritasnya, integritas
ini oleh Erikson diartikan sebagai suatu tahap dimana individu yang berada
46 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1998), Cet. Ke-5, h.30.
pada dewasa akhir merasakan dan mengalami kepuasan dalam menjalani
hidupnya.48
2. Pembagian Lansia
Usia lanjut merupakan periode yang panjang dalam rentang
kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi-bagi ke dalam dua bagian,
yaitu :
a. Usia Madya Dini (antara usia 40 hingga 50 tahun).
Pada usia madya dini adalah bahwa usia ini merupakan masa
transisi. Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa
kanak-kanak ke masa remaja dan kemudian dewasa, demikian pula usia
madya dini merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciriciri
jasmani dan perilaku dewasanya dan memasuki suatu periode dalam
kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
Transisi senantiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan
pola perilaku yang baru. Pada usia madya dini, cepat atau lambat, semua
orang dewasa harus melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai
perubahan jasmani dan harus menyadari bahwa pola perilaku pada usia
mudanya harus diperbaiki secara radikal.
b. Usia Madya Lanjut (antara usia 50 tahun sampai 60 tahun keatas).
48 Zahrotun,dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam,( Jakarta : UIN Jakarta Press,2006 ),h.57
41
Umumnya pada masa usia madya lanjut ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya
terjadi penurunan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat.
Walaupun dewasa ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan
tersebut lebih lambat dari pada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya
masih nampak. Meningkatkan kecenderungan untuk pensiun pada usia
enampuluhan sengaja ataupun tidak sengaja usia enampuluhan tahun
dianggap sebagai garis batas antara usia madya dini dengan usia madya
lanjut.49
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi lagi seperti biasanya, untuk itu bimbingan keagamaan pada
lansia adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam rangka memberikan bantuan kepada lansia atau
kelompok lansia agar kehidupan keagamaannya dapat berjalan selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga kebahagiaan hidup dapat
tercapai di dunia dan di akhirat.
49 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1998), Cet. Ke- 5, h. 320-321
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA
JELAMBAR
A. Sejarah Berdirinya
Keberadaan Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar merupakan
salah satu wujud perhatian pemerintah Jakarta untuk menjawab
berkembangnya jumlah dan masalah lansia terlantar yang dari tahun ke tahun
cenderung meningkat, kenyataan yang ada menunjukan bahwa di RPLU
Jelambar jumlah warga binaan sosialnya selalu mengalami peningkatan dan
jumlah ini akan terus bertambah, tidak membatasi kapasitas sesuai dengan
kemampuannya.
Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar merupakan unit pelaksana
teknis dinas sosial provinsi Jakarta yang berada dibawah PSTW Budi Mulya
cengkareng, dipimpin oleh seorang penanggung jawab, bertanggung jawab
kepada kepala panti dan kepala dinas sosial, dibentuk dengan peraturan
gubernur no.57 tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja
RPLU Jelambar yang beralamat di jalan jelambar 2 no.10 grogol petamburan,
Jakarta barat adalah suatu RPLU milik dinas sosial yang menampung orang
lanjut usia terlantar.1
1 Wawancara dengan Ibu Sumaryati.S.Ap, penanggung jawab RPLU Jelambar, 29 September 2014.
42
43
1. Dasar hukum :
a. UUD No.13 tahun 1998 tentang Lanjut Usia.
b. UUD No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
c. Perda No. 10 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Provinsi
DKI Jakarta.
d. Peraturan Gubernur No. 104 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.
e. Peraturan Gubernur No. 57 tahun 2010 tentang Penerapan dan Rencana
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial.
B. Visi dan Misi
Visi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah mengangkat harkat
dan martabat lansia terlantar menuju kehidupan layak, sehat, berpegang teguh
pada norma yang berlaku, dan juga manusiawi, dengan cara memberikan
pembinaan dan penyantunan kepada lanjut usia terlantar secara maksimal.
Misi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah agar para lanjut usia
terlantar dapat terbina dan tersantuni, sehingga mampu melaksanakan fungsi
sosialnya.
C. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tujuan Panti
Tugas Pokok
Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah memberikan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi Penyandang masalah kesejahteraan social
(PMKS) lanjut usia terlantar.
44
Fungsi :
a. Pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi,
motivasi, dan seleksi.
b. Penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi dan
penempatan dalam panti.
c. Perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan.
d. Asesment meliputi penelaahan, pengungkapan dan pemahaman
masalah dan potensi.
e. Pembinaan fisik, bimbingan mental, sosial keagamaan dan
pengisian waktu luang.
f. Penyaluran kembali kepada keluarga dan rujukan ke lembaga
sosial lain.
g. Pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi,
pemantapan dan terminasi.
h. Pengurusan pemulasaraan jenazah dan pemakaman.
Tujuan
Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah terbina dan
tersantuninya PMKS lanjut Usia terlantar, sehingga mampu melaksanakan
fungsi sosialnya.2
2 Data Dinas Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, 2014.
45
D. Sasaran dan Persyaratan
Sasaran
a. Lanjut usia terlantar, yaitu lanjut usia yang telah berusia 60 tahun
keatas ( UU No.13 tahun 1998 ).
b. Keluarga, yaitu keluarga yang karena sesuatu sebab mereka tidak
dapat memberikan pelayanan yang memadai kepada orang tua yang
telah berumur diatas 60 tahun.
c. Masyarakat terutama yang mau dan mampu untuk berpartisipasi
aktifdidalam pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar.
Persyaratan
a. Laki-laki/ Perempuan.
b. Tidak menderita gangguan jiwa.
c. Tidak menderita penyakit menular.
d. Mampu mengurus diri.
E. Prosedur Pelayanan, Fasilitas Pelayanan dan Proses Pelayanan
Prosedur pelayanan
Penyerahan dari kepolisian
a. Menyerahkan langsung ke sasana
b. Surat penyerahan
Penyerahan dari Institusi Sosial ( Pemerintah/ Swasta )
a. Surat pengantar penyerahan
b. Laporan sosial ( Case Study )
46
Penyerahan dari keluarga/ masyarakat
a. Menyerahkan langsung ke panti
b. Membuat surat pernyataan tertulis diatas materai yang cukup
Penyerahan dari rumah sakit
a. Menyerahkan ke sasana dengan surat Rekomendasi dari Dinas Sosial
setempat.
b. Kelengkapannya:
1) Surat penyerahan.
2) Berita acara penyerahan.
3) Case Study.
Fasilitas Pelayanan
a. Penampungan dan perawatan.
b. Pelayanan Kesehatan.
c. Usaha Kesejahteraan Sosial, Mental dan Spritual bagi lansia binaan.
d. Kegiatan Rekreatif dan Rekreasi.
e. Pembinaan lanjut.
Proses Pelayanan
Untuk kelancaran pelaksanaan program penanganan PMKS lanjut usia
di dalam Sasana, pelaksanaannya melalui tahapan sebagai berikut:
1) Pendekatan awal/intake process, terdiri dari:
a. Orientasi dan Konsultasi
b. Identifikasi
2) Penerimaan, terdiri dari:
47
a. Registrasi
b. Penelaahan dan pengungkapan masalah
c. Penempatan pada program
3) Bimbingan Sosial dan Keterampilan
4) Pembinaan lanjut
a. Supervisi bagi lanjut usia binaan yang telah mampu
melaksanakan fungsi sosialnya.
b. Bimbingan sosial (Home Visit) terhadap lanjut usia binaan
yang kembali kekeluarganya/wali.
F. Kegiatan, Pengurus, Jumlah Warga Binaan (Lansia)
Kegiatan
Jenis kegiatan pembinaan sehari-hari di Rumah Perlindungan Lanjut
Usia Jelambar, adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Jenis Kegiatan Pembinaan Sehari-hari Lansia RPLU Jelambar 2014.
NO. Jenis Kegiatan Pembinaan Sehari-hari Hari 1. Bimbingan Keterampilan Senin dan Rabu 2. Senam Kesehatan Selasa dan Jum’at 3. Bimbingan Rohani Kamis 4. Bimbingan Kesenian Rabu 5. Bimbingan Sosial Senin dan Rabu 6. Panggung Gembira 1 Bulan Sekali
Sumber : Ibu Sumaryati.S.Ap, penanggung jawab RPLU Jelambar 2014
Pengurus
48
Para pengurus di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar ada 13
orang terdiri dari 9 pegawai negeri sipil dan 4 pegawai honorer atau
Sumber : Data Ka. SUB. Tata Usaha RPLU Jelambar 2014
Jumlah Warga Binaan (Lansia)
Tabel 3. Jumlah Lansia berdasarkan usia.
NO. Usia Laki-laki Perempuan Jumlah 1. 50-55 Tahun 2. 56-60 Tahun 4 1 5 3. 61-75 Tahun 36 35 71 4. 76-80 Tahun 3 2 5 5. 81-85 Tahun 4 5 9 6. 86-90 Tahun 1 1 2 7. 91-95 Tahun 1 1 8. 96-100 Tahun Jumlah 49 44 93
Sumber : Data Ka. SUB. Tata Usaha RPLU Jelambar 2014
Dari table diatas dapat diketahui bahwa mayoritas warga binaan lansia di
RPLU Jelambar berada dikisaran usia 61-75 tahun.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Temuan
Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara dan
observasi langsung terhadap proses kegiatan bimbingan agama.
Informan yang penulis wawancarai adalah penanggung jawab Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, pembimbing agama, dan tiga
orang lansia sebagai pihak yang terbimbing.
Adapun gambaran umum mengenai informan adalah sebagai berikut :
1. Pembimbing
a. Sumaryati S.Ap
Beliau lahir di Jakarta pada tanggal 11 April 1996, dan
jabatan yang beliau duduki di Rumah Perlindungan Lanjut Usia
Jelambar adalah selaku penanggung jawab bukan kepala panti karena
RPLU Jelambar ini merupakan anak lembaga dariinduknya yaitu
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 2 Cengkareng, beliau baru
menerima jabatan itu kurang lebih baru satu tahun, adapun alasan
mengapa beliau dijadikan informan adalah karena beliau yang
bertanggung jawab di RPLU Jelambar dan sebagai pembimbing
penulis selama melakukan penelitian di RPLU Jelambar. Beliau
49
50
memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk mendapatkan
informasi-informasi penting lainnya baik itu mengenai data-data
seperti sejarah berdirinya RPLU Jelambar, visi dan misinya,
kegiatan-kegiatan, dan lain sebagainya yang penulis harus ketahui
untuk kepentingan penelitian ini.1
Adapun hubungannya dengan judul penelitian penulis,
menurutnya kecemasan kematian itu adalah rasa trauma lansia
terhadap pengalaman pribadi yang dilihatnya yang belum bisa ia
terima contohnya ketika menyaksikan temannya meninggal dunia,
perpisahan dan kehilangan yang timbul setelahnya membuat lansia
cemas akan kematian, ini merupakan suatu masalah psikologis yang
harus diluruskan jika sudah menimpa pikiran lansia, maka dari itu
bimbingan bimbingan agama tentang kematian yang lebih kearah
kuratif sangat dibutuhkan untuk menyadarkan lansia karena
kematian adalah sesuatu yang pasti akan datang, kematian
merupakan siklus akhir dari tahap kehidupan manusia didunia
menuju hidup yang abadi diakhirat sana.
Ibu sumaryati selaku penanggung jawab di RPLU Jelambar
dalam rangka mencegah lansia dari masalah tersebut menerapkan
strategi preventif atau pencegahan, yang aplikasinya yaitu dengan
1Wawancara dengan Ibu Sumaryati.S.Ap, penanggung jawab RPLU Jelambar, 29 September 2014.
51
cara mengaktifkan kegiatan-kegiatan positif setiap harinya dipanti
yang didasari suatu pemikiran jika para pembimbing dapat
menghindari lansia darimasalah-masalah yang sangat potensial untuk
timbul dengan ragam kegiatan yang ada sehingga perasaan yang
biasanya ada pada lansia dipanti seperti perasaan kesepian, perasaan
tidak berguna, cemas, dan lain sebagainya maka potensi timbulnya
masalah-masalah psikologis pada lansia tersebut bisa diminimalisir
kemunculannya.
b. Ustadz Agus Makhsum
Beliau lahir di Indramayu pada tanggal 23 Desember 1955,
amanah yang beliau dapatkan di RPLU Jelambar adalah sebagai
pembimbing agama, dan menjadi pembimbing agama dari tahun
2010 sampai sekarang. Tugas beliau adalah membimbing dan
mengarahkan lansia sebagi orang yang terbimbing ke jalan yang
lurus melalui jalan agama yang berpedoman kepada Al-Qur’an dan
Hadist, adapun alasan penulis mengambil beliau sebagai informan
adalah karena memang fokus penelitian penulis dalam skripsi ini
yaitu tentang bimbingan agamanya yang meliputi
strateginya,metodenya, dan lain-lain dalam bimbingan yang beliau
jalankan.2
2Wawancara dengan Ustadz Agus Makhsum, Pembimbing Agama RPLU Jelambar 25 September 2014.
52
Kecemasan kematian pada lansia menurutnya adalah perasaan
takut ketika mengingat kematian karena belum mempunyai bekal
yang cukup untuk menghadap ilahi, masih minimnya pengetahuan
agama mereka tentang kematian itu sendiri membuat mereka
menjadi cemas, dalam hal ini ustadz agus makhsum lebih kepada
proses penyembuhan atau strategi kuratifnya dengan jalan ceramah
dan juga pendekatan langsung tehadap lansia agar para lansia
semangat dalam menjalani hidup dan terus beribadah kepada Allah
agar amal ibadahnya terus bertambah dan kelak siap untuk
menghadap Allah dengan bekal yang cukup, yang mana semua itu
dilakukan dengan cara memberikan materi-materi yang bijak seputar
agama khususnya tentang kematian yang bersumber dari Al-Qur’an
dan hadist.
2. Terbimbing
a. Jumini
Beliau lahir di Indramayu pada tanggal 21 juni 1942, beliau
sudah 2 tahun 6 bulan berada dipanti anak dan suaminya telah
meninggal dunia, merantau ke Jakarta demi mencari kehidupan dan
akhirnya beliau diberi rujukan sama camat setempat agar tinggal
dipanti jompo saja karena mengingat usianya sudah tua, dan tidak
mempunyai sanak saudara di Jakarta, beliau sangat bersyukur tinggal
dipanti daripada hidupnya tidak jelas dijalanan, beliau rajin mengikuti
53
kegiatan-kegiatan yang ada dipanti terutama kegiatan bimbingan
agamanya,karena dengan agama beliau bisa tahu mana yang benar
dan mana yang salah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik agar
kelak jika beliau mati bisa pulang dengan membawa bekal yang
cukup untuk kehidupan yang kekal disana.3
Ibu Jumini merupakan lansia yang taat ibadahnya, ia tidak
pernah melewatkan shalat 5 waktu setiap harinya, juga dalam
kegiatan lain iapun cukup aktif mengikutinya seperti kegiatan
qasidah, keterampilan, dan lain sebagainya. Ketika penulis bertanya
tentang kematian seperti apa rasanya ketika ia mengingatnya ia
bahwasanya ia sedih ketika memikirkan kematian karena ia tinggal
dipanti dan punya pengalaman pribadi yang kurang mengenakan
dibenaknya yang ia lihat ketika ada lansia yang meninggal dipanti
seperti nanti kuburannya tidak ada yang merawatnya karena jauh dari
keluarga, takut kuburannya nanti dapat beberapa tahun digali lagi
terus ditumpuk oleh jenazah yang lain, terus bagaimana nanti keadaan
di dalam kuburnya karena ia ditumpuk-tumpuk seperti itu, itu yang
membuat ibu jumini sedih ketika ingat kematian, akan tetapi setelah
dibimbing diberi arahan yang benar oleh penanggung jawab panti dan
juga pembimbing agama Alhamdulillah sekarang ia menjadi lebih
3 Wawancara dengan nene Jumini ( Lansia RPLU Jelambar), Jakarta, 22 September 2014
54
tenang dan lebih berpikir positif lagi ke depannya, dan fokus untuk
terus meningkatkan amal ibadahnya kepada Allah agar kelak bisa
menolongnya nanti diakhirat.
b. Yuli
Beliau lahir di Bandung pada tanggal 17 Juni 1943 sudah 2
tahun beliau tinggal dipanti tidak mempunyai anak karena suaminya
meninggal, seluruh hartanya dirampas oleh mertuanya sendiri
akhirnya beliau tidak punya apa-apa lagi dan setelah berpikir panjang
memutuskan untuk tinggal dipanti jompo saja daripada hidup
dijalanan, selanjutnya beliau meminta surat rekomendasi dari polisi
agar bisa bisa ditempatkan atau tinggal dipanti jompo, kini di sisa-sisa
hidupnya beliau memasrahkan dirinya kepada Allah sambil terus
berusaha beridah semaksimal mungkin agar kelak bisa meninggal
dalam keadaan khusnul khatimah.
Ibu yuli termasuk lansia yang ceria yang sangat aktif
mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada dipanti setiap harinya
walaupun sekarang umurnya sudah menginjak diusia 71 tahun,
termasuk juga dikegiatan bimbingan agamanya yang selalu ia tunggu,
bahkan ketika hari bimbingan agama tiba ia selalu datang duluan ke
mushola sebelum pembimbing agama datang, rasa semangat untuk
beribadah kepada Allah menjadi penggerak hatinya untuk selalu
55
belajar agama, ketika penulis bertanya tentang perasaannya akan
kematian yang pasti datang ia menjawab rasa takut pasti ada, perasaan
takut itu didasari karena ia memikirkan bagaimana nanti suasana
didalam kuburnya, hal seperti apa yang akan menimpanya nanti juga
karena ia merasa bekal yang ada sekarang belum cukup masih sedikit,
tetapi Alhamdulillah setelah ustadz Agus makhsum bimbing dengan
metode ceramah dan juga melalui pendekatan-pendekatan ia merasa
lebih tenang dan harus terus berbuat baik dibarengi dengan ibadah
yang maksimal kepada Allah.
c. Emiyati
Beliau lahir pada tanggal 19 Mei 1939 di kampung
halamannya yaitu Sragen, Jawa Tengah. Beliau sudah enam tahun
berada di panti, nenek emi tidak mempunyai dan ditinggal suaminya
di usia pernikahannya yang baru sembilan tahun untuk merantau ke
Jakarta dan setelah itu tidak ada lagi kabar suaminya sampai
sekarang, selang beberapa tahun karena sudah tidak ada yang
manafkahi lagi, akhirnya beliau memutuskan untuk ke Jakarta dengan
niat untuk mencari pekerjaan, akan tetapi sesampainya di Jakarta
karena beliau tidak mempunyai skill untuk menempati suatu
pekerjaan, beliaupun tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Akhirnya
beliau memutuskan untuk menjadi seorang pengemis.
56
Cukup lama beliau menjadi pengemis di Jakarta tepatnya yaitu
dikawasan Grogol, Jakarta barat. Karena peraturan di DKI Jakarta
yang sedang gencarnya memberantas pengemis akhirnya ketika
sedang mengemis beliaupun di tangkap oleh petugas Satpol PP didata
dan selanjutnya dimasukan ke PSBDI Cengkareng dan dipindahkan di
RPLU Jelambar, dan karena tidak mempunyai sanak saudara di
Jakarta beliaupun pasrah untuk tinggal di panti sampai sekarang.
Sama seperti lansia yang lain, nenek emi juga termasuk lansia
yang selalu mengikuti kegiatan yang ada dipanti. Nenek emi
mempunyai teman yang sangat akrab di panti yaitu nenek yanti,
beliau sudah menganggap nenek yanti sebagai saudaranya sendiri,
suatu ketika nenek yanti jatuh sakit dan tidak kunjung sembuh,
beliaupun selau menemaninya hingga pada saat nenek yanti sakaratul
maut dan meninggal beliau menyaksikannya. Nenek emi sangat sedih
dan seperti orang ketakutan mengurung diri terus dikamar hingga
berhari-hari, tidak mau mengikuti kegiatan seperti biasanya. Melihat
permasalahan itu pada akhirnya ustadz Agus makhsum
mendatanginya mengajak nenek emi untuk berbagi cerita akan
permasalahan yang dialamainya selanjutnya bertukar pikiran dan
mencari solusinya. Setelah digali permasalahannya lalu ditemukanlah
mengapa nenek emi bersikap seperti itu, yaitu ternyata nenek emi
menyimpan trauma yang mendalam ketika melihat temannya
sakaratul maut lalu meninggal dunia. Selanjutnya ustadz Agus
57
makhsum memberikan pengertian yang lebih akan hakikat sebuah
kematian dan Alhamdulillah nenek emi bisa menerimanya dan
kembali beraktifitas seperti biasa lagi di panti.
B. Strategi Bimbingan Agama Dalam Menghilangkan Kecemasan
Kematian
Setelah penulis melakukan observasi dan wawancara langsung
dilapangan, penulis menemukan dua strategi yang diterapkan oleh
pembimbing, baik itu pembimbing agama maupun pembimbing di
bagian lainnya dalam rangka menghilangkan kecemasan kematian
pada diri lansia di RPLU Jelambar, yaitu strategi preventif dan juga
strategi kuratif yang mana penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Strategi Preventif
Strategi preventif atau pencegahan adalah upaya bimbingan
yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum
individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah
tersebut pada individu.Pembimbing berupaya untuk mengajarkan
pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.
Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalah-
masalah atau mencegah terjadinya masalah. Masalah-masalah yang
dimaksud pada lansia seperti kesepian, perasaan tidak berguna,
cemas dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi
58
pada lansia secara umum. Model preventif ini, didasarkan kepada
pemikiran bahwa jika pembimbing dapat menghindari lansia dari
masalah-masalah tersebut dengan memberikan ragam kegiatan yang
ada , maka pembimbing akan dapat mencegah lansia dari masalah-
masalah yang sangat potensial untuk timbul.
“Strateginya ya, kita disini memakai dua strategi atau cara yaitu strategi preventif atau pencegahan dan juga strategi kuratif atau penyembuhan, strategi preventif yaitu dengan cara mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang positif disini, seperti kegiatan bimbingan agama, bimbingan keterampilan, bimbingan kesenian kaya qosidah dan lain-lain dengan suatu tujuan agar para lansia dapat terisi hari-harinya dengan hal-hal yang positif. Kalau strategi kuratif yaitu dengan cara memberikan nasihat-nasihat secara langsung baik itu dengan jalan ceramah jadi terus kita siram tuh dengan agama agar rohaninya kuat dan juga dengan cara pendekatan, pendekatan antara seorang ustadz dengan muridnya, pendekatan pengajar dengan yang diajar dengan jalan satu persatu.”4
Berbagai teknik dapat digunakan dalam pendekatan ini
termasuk membimbing dan memberikan informasi. Bimbingan yang
ada di RPLU Jelambar seperti bimbingan keterampilan,bimbingan
sosial, dan lain sebagainnya yang dijalankan oleh lansia sebagai
rutinitasnya dalam kehidupan sehari-harinya di panti.
“Senin dan kamis kita ada bimbingan rohani, hari rabu ada qosidah, selasa dan kamis ada membuat keterampilan untuk kakek nenek yang mau saja kerena usia mereka seperti membuat keset,pernak pernik, kipas-kipas kecil, dll, selasa dan jum’at kita ada senam, dan kalau hari sabtu dan minggu kita tidak ada kegiatan tetapi biasanya ada dari donatur bakti sosial jadi mereka bikan acara supaya nenek kakek
4Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Agus Makhsum (Pembimbing Agama RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
59
gembira , dan setiap satu bulan sekali ada panggung gembira, panggung gembira itu kita panggil pemain organ nanti nenek kakek pada nyayi pada joged bareng gitu biar pada seneng.”5
Bimbingan merupakan usaha membantu orang lain dengan
mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya.
Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan cara
Dengan mengisi hari-harinya di panti dengan kegiatan yang
positif merupakan suatu upaya untuk memberikan peluang dan
kesempatan bagi lansia untuk mengisi waktu luangnya dengan
berbagai kegiatan atau aktifitas yang positif, bermakna, dan produktif
bagi dirinya maupun orang lain. Kegiatan-kegiatan yang mereka
lakukan harus sesuai dengan minat, bakat, dan potensi yang mereka
miliki.
2. Strategi Kuratif
Strategi Kuratif atau penyembuhan adalah upaya atau tindakan
yang diambil setelah terjadi kesalahan.Tindakan ini ditujukan untuk
memberikan penyadaran agar mampu memperbaiki sesuatu yang
salah, sehingga timbul kesadaran dalam dirinya untuk tidak
melakukan kesalahan itu lagi.
Tindakan kuratif pada lansia ini berbentuk pelayanan sosial
bagi lansia yang diarahkan untuk penyembuhan atas gangguan-
gangguan yang di alami lanjut usia, baik secara fisik , psikis maupun
sosial. Contohnya, seorang pembimbing agama menegur dan
menasihati lansia karena tidak melaksanakan shalat.
Dikatakan secara kuratif karena dilaksanakan saat atau setelah
terjadinya kesalahan pada pola fikir lansia yang tercermin dari
tingkah laku sehingga mengganggu kehidupan lansia tersebut. Dalam
61
hal ini pembimbing akan berusaha merubah pola fikir yang
menyimpang tersebut dan kemudian mengarahkannya dengan tujuan
agar terciptanya tingkah laku lansiaberubah kearah yang benar dan
juga lebih baik. Tindakan kuratif ini diaplikasikan pembimbing
agama di RPLU Jelambar dengan cara memberikan nasihat-nasihat
secara langsung ketika kegiatan bimbingan agama dilakukan yang
bertempat dimushola Al-Ikhlas yaitu dengan menyampaikan materi-
materi agama dengan jalan ceramah dan juga dengan cara pendekatan
langsung terhadap lansia.
Adapun materi-materi agama yang di tekankan Ustadz Agus
Makhsum selaku pembimbing agamadipanti yang tujuannya sebagai
renungan bagi para lansia agar rasa takut atau cemas terhadap
kematiannya bisa hilang dan berubah menjadi suatu motivasi untuk
terus semangat beribadah kepada Allah, adapun materi-materi yang
beliau berikan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kematian itu
sendiri yang semuanya bersumber dari Al-Qur’an dan hadist Nabi,
berikut ini adalah hal-hal pentingnyayang harus lansia sadari dan juga
sebagai bentuk instropeksi diri yaitu :
1. Kematian adalah perkara yang menyedihkan, tetapi jangan
bimbang karena bertemu Allah adalah suatu kegembiraan yang
tidak dapat digambarkan.
62
2. Mengenal diri sendiri atau introfeksi diri untuk apa kita hidup dan
kemana kita hidup nantinya sebagai renungan.
3. Menyadari bahwa hidup semata-mata hanya untuk beribadah
kepada Allah.
4. Kematian adalah hal yang pasti bagi manusia, dan tidak ada
satupun manusia dapat menghindarinya, jadi janganlah takut pada
kematian karena ia adalah sebuah keniscayaan.
5. Giat dan teruslah semangat beribadah kepada Allah untuk bekal
kita di akhirat dan mohon agar ketika meninggal nanti dalam
keadaan khusnul khatimah.
6. Meyakini bahwa kehidupan dan kematian adalah ujian bagi
manusia agar manusia dapat mengambil pelajaran dari keduanya,
dan selalu berbuat baik selama masih hidup didunia.
Menurut Ustadz Agus Makhsum Jika semua point-point
penting itu bisa dipahami dengan sungguh-sungguh dan diaplikasikan
dalam hidup lansia sehari-hari, insya Allah lansia tidak akan cemas
lagi akan yang namanya kematian, dan malah akan berubah menjadi
energi positif yang akan membawa lansia lebih giat dalam
beribadahnya.
Semua yang disampaikan oleh ustadz Agus Makhsum itu
menurutnya sejalan dan mengacu dengan firman Allah dalam surat
Ali-Imran ayat 185 :
63
جور�م يوم ٱلموت� �فس ذا�قة � ما توفون أ �من ٱلق�مة� ��
دخل ٱ�ار زحزح عن وما ٱ�نة وأ يوة �قد فاز ٱ� �يا إ� ٱ�
١٨٥ ٱلغرور م�ع Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (QS. Al-imran: 185).7
Dalam surat Al-Mulk ayat 2 Allah SWT juga berfirman :
ي يوة و ٱلموت خلق ٱ� حسن �م� وهو ٱ�ي�م أ
�بلو�م �
٢ ٱلغفور ٱلعز�ز Artinya: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS. Al-Mulk: 2). 8
Selain ayat-ayat diatas terdapat pula dalam surat An-Nisa ayat 78 :
�نمام � شيد ٱلموت ت�ونوا يدر�� ة� ولو كنتم � بروج م
Artinya: di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh (QS. An-nisa: 78).9
Ustadz Agus Makhsum juga terus menekankan kepada para
lansia sebelum bimbingan agama dimulai untuk selalu diawali dengan
membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, Istighfar,
7Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta; CV, Bayan Qur’an, 2009), h. 74
8Ibid, h. 562 9Ibid h.90
64
dan juga dua kalimat Syahadat. Semua itu harus dihapal Surat-surat
pendek itu untuk bacaan shalat mereka, istighfar itu agar mereka
selalu mengingat Allah agar hati mereka tidak kosong, Syahadat itu
agar mereka nanti ketika sakaratul maut dapat mengucapkannya dan
bisa pulang ke pangkuan Allah dalam keadaan khusnul khatimah.
Sesuai dengan pernyataan pembimbing :
“Ya pastinya bimbingan agama seperti mengajarkan tata cara shalat yang benar, mengucapkan dua kalimat syahadat, bacaan-bacaan istighfar, surat-surat pendek, untuk membekali mereka selama masih didunia, karena dikuburan itu gelap gulita dan yang bisa menerangkannya adalah amal ibadah kita.”10
3. Metode Bimbingan Agama
Dalam pengertiannya metode diartikan sebagai segala sesuatu
atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan. Adapun metode bimbingan agama yang diterapkan di
Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar yaitu :
1. Metode ceramah
Metode Ceramah yaitu penerangan dan penuturan secara lisan
oleh guru terhadap muridnya.
Dalam konteks pembinaan, metode ceramah berarti
penyampaian materi secara langsung dengan mengunakan bahasa
lisan, dari pembimbing agama kepada para lansia yang mengikuti
10Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Agus Makhsum (Pembimbing Agama RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
65
bimbingan keagamaan melalui kegiatan bimbingan rohani agama
Islam.
Metode ini sudah sesuai apabila digunakan dalam pembinaan
keagamaan para lansia dikarenakan mengingat jumlah lansia yang
mengikuti bimbingan rohani lumayan banyak, tidak ada buku
panduan yang digunakan, dan kebanyakan para lansia hanya bisa
diterangkan dalam bahasa lisan. Kebanyakan dari mereka tidak bisa
membaca dan menulis, jadi metode paling efektif dalam
menyampaikan materi agar bisa diterima yaitu dengan bahasa lisan.
Dalam pelaksanaannya, penggunaan metode ini berupa
ceramah interaktif. Pembimbing agama tidak selalu memberikan
materi, akan tetapi diselingi dengan pertanyaan- pertanyaan
pancingan tentang materi yang telah disampaikan. Fungsi dari
pertanyaan ini adalah untuk mengetahui para lansia tersebut faham
dengan materi yang disampaikan atau tidak, paling tidak ingat dengan
materi yang telah disampaikan.
Adapun dalam pelaksanaannya pada metode ceramah ini
adalah sebagai berikut :11
a. Materi Bimbingan Agama
Materi-materi yang disampaikan oleh pembimbing
diantaranya yaitu bimbingan baca Al-Qur’an, bimbingan agama islam
seperti bimbingan tentang kematian, fiqh, ahlak, dan juga
11 Hasil wawancara dengan ibu Sumaryati dan Bpk. Agus Makhsum
66
ibadah.Semua materi yang disampaikan oleh pembimbing bersumber
dari Al-Qur’an dan juga hadist Nabi karena kedua sumber ini
merupakan pedoman dan juga pegangan hidup bagi manusia.
b. Media Bimbingan Agama
Media atau alat bantu yang digunakan dalam bimbingan
agama ini ialah Al-qur’an serta lekarnya, microfont, soundsistem,
dan juga didukung tempat yang nyaman sehingga proses belajar dan
mengajar menjadi lebih menyenangkan.
c. Tempat dan waktu Bimbingan Agama
Pelaksanaan bimbingan agama di Rumah Perlindungan Lanjut
Usia Jelambar dilaksanakan setiap hari senin dan kamis pukul 10.00-
12.00. Ini merupakan bimbingan agama yang dilaksanakan secara
kelompok atau bersama-sama yang dilaksanakan di mushola Al-
Ikhlas Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar. Sedangkan untuk
metode pendekatan secara personal tidak dijadwalkan waktu dan
tempatnya, tergantung dengan situasi dan kondisi bisa di mushola,
kamar, kantor, dan tempat-tempat lainnya.
2. Metode Pendekatan
67
Metode pendekatan adalah metode dimana pembimbing agama
melakukan komunikasi langsung bertatap muka secara satu persatu
dengan lansia menggunakan bahasa yang halus dan ramah.Pendekatan
disini adalah pendekatan antara seorang seorang ustadz dengan
muridnya, pendekatan pengajar dengan yang diajar dalam rangka
pembelajaran. Kelebihan metode ini pembimbing jadi bisa merasakan
akan suatu hal yang sedang dirasakan oleh lansia, bisa juga diartikan
pendekatan dari hati ke hati secara nonformal artinya diluar kegiatan
yang ada bisa kapan saja dan dimana saja dengan tujuan membantu
lansia memecahkan atau mengatasi masalah yang sedang menimpa
dirinya.
Sesuai dengan pernyataan pembimbing :
“Dan juga dengan cara pendekatan, pendekatan antara seorang ustadz dengan muridnya, pendekatan pengajar dengan yang diajar dengan jalan satu persatu. Harus pendekatan terhadap mereka jangan diam saja, ya perhatianlah antara seorang pembimbing dengan yang dibimbing, nah dengan candaan dan pendekatan itulah kita juga bisa menyelipkan materi-materi seputar kematian seperti tadi.”12
Pembimbing agama mempunyai perana penting untuk
mengadakan pendekatan edukatif terhadap lansia.Pembimbing dapat
berperan sebagai orang siap menampung segala rahasia pribadi dan
menjadi sahabat yang akrab.Pembimbing harus memiliki kesabaran
dan ketelitian dalam member kesempatan dan waktu yang cukup
12Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Agus Makhsum (Pembimbing Agama RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
68
banyak untuk menerima segala bentuk keluhan permasalahan agar
lansia merasa puas. Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan
mereka akan suatu hal pembimbing bisa melakukannya secara halus
dan perlahan-lahan. Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita
merupakan salah satu upaya pembimbing dalam melakukan
pendekatan yang bertujuan edukatif.
C. Analisis Hasil Temuan
Pada penelitian kali ini penulis fokus untuk membahas
mengenai bimbingan agamanya, terutama strategi bimbingan agama
dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia, strategi itu
sendiri pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen untuk mencapai tujuan tersebut.13 Sehingga pada
penelitian ini kita bisa lihat bagaimana seorang pembimbing agama
dalam memberikan pengarahan-pengarahan kepada para lansia
melalui bahasa-bahasa agama, sehingga kecemasan kematian pada
lansia bisa hilang.
Kecemasan kematian itu sendiri merupakan ketidaktahuan
mengenai hal dibalik kematian, seperti manusia tidak pernah tahu
kapan ia akan mati, bagaimana ia akan mati, dimana ia akan mati, dan
apa yang akan ia alami setelah ia mati, menimbulkan kecemasan
13 Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, h.32
69
dalam diri manusia. Manusia pun merasa cemas menghadapi
kematian dirinya sendiri.Sehingga diharapkan setelah Lansia
mengikuti bimbingan agama di panti, pandangan, nilai, dan sikap dari
masing-masing lansia mengenai kematian dapat berubah serta
bertambah iman dan taqwa mereka kepada Allah SWT.
Dari hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan
penulis menemukan bahwa bimbingan agama atau bimbingan rohani
di panti bermanfaat dan berpengaruh untuk membantu masalah yang
dihadapi lansia. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Agus
Makhsum :
“Pengaruhnya banyak sekali di antaranya yaitu merubah sikap dan kebiasaannya dengan pengetahuan-pengetahuan umum maupun pengetahuan agama yang telah diberikan.”14
Dari ungkapan Ustadz Agus Makhsum diatas terlihat bahwa
bimbingan agama dapat merubah hidup lansia menjadi lebih baik
melalui pengetahuan-pengetahuan umum dan juga pengetahuan
agama yang disampaikan.
Dari hasil observasi dan wawancara langsung pembimbing
agama selama di lapangan, penulis juga melakukan wawancara
langsung dengan terbimbing (lansia).Penulis menemukan bahwa
seorang pembimbing agama memiliki peran dalam menghilangkan
kecemasan kematian dan merubah lansia menjadi lebih tenang.
14Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Agus Makhsum (Pembimbing Agama RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
70
Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 1 sebelum
bimbingan agama:
“Perasaan takut ya pasti ada, takut nanti nenek didalam kubur itu kaya bagaimana, takut bekal nenek yang masih baru sedikit rasanya, dosa-dosa nenek yang banyak, tapi yang di cita-cita sih pengen jalan yang lurus, jalan yang jelas,jalan yang suci yang di sebut pak ustadz yaitu surga, tapi nene tidak bisa ngapa-ngapain karena semua sudah diatur sama yang maha tau, Allah itu tidak tidur, Allah tau seluruh umat yang ada didunia ini, yang penting nenek disini banyak-banyak ibadah aja buat bekal nenek nanti, begitu aja nenek mah.”
Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat sebelum lansia
mendapatkan bimbingan agama yang lebih tentang kematian
perasaannya takut masih menyelimuti dirinya dengan alasan karena
ketidaktahuan karena minimnya pengetahuan yang di milikinya
tentang alam kubur yang pasti ia akan jumpai itu seperti apa,
membayangkan suasana seperti apakah nanti dialam kuburnya, juga
takut akan kematian karena ia menyadari amalnya saat ini baru sedikit
dan mengakui dosa-dosanya yang banyak, tapi nene yuli pun
menyadari semua sudah diatur sama Allah SWT, dan yang penting
mengerjakan ibadah semaksimal mungkin untuk bekalnya nanti.
Seperti telah diungkapkan oleh informan 1 setelah mengikuti
kegiatan bimbingan agama :
“Tenang ya habis dijelasin pak ustadz Alhamdulilah seperti tadi katanya dikuburan itu gelap gulita yang bisa menerangkan ya amal ibadah kita aja , tinggal nenek aja yang harus lebih giat lagi ibadahnya
71
mohon sama Allah agar selalu diberi ingatan, jalan yang lurus, pikiran yang jujur, jangan sampai dikasih ketidak jelasan.”15
Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat lansia menjadi lebih
tenang hatinya setelah diberi pengertian yang lebih tentang hakikat
kematian, lansia pun menjadi lebih giat ibadahnya agar amal
ibadahnya cukup dan bisa menolong mereka ketika menghadap Allah
nanti.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan 2 sebelum
mengikuti bimbingan agama :
“Setiap hari saya selalu ingat mati, saya tidak pikirkan makan,minum,baju,karena saya kira di panti ini walaupun tidak bagus tapi cukup ya, tetapi tentang mati yang saya masih pikirkan terus setiap hari, bagaimana saya besok kalau mati, karena di panti ini kalau ingin tau ya kita mati misalnya mati sore-sore besok pagi dimandiin langsung dikubur di jeruk purut ya,kemudian katanya beberapa bulan kemudian digali lagi diganti lain lagi, itu yang saya ingat dan terus saya pikirkan , sedangkan katanya yah orang mati itu disana di alam kubur bertahun-tahun , kekal kita disana nanti kita dipindahin lagi ke alam akhirat atau ke alam surga atau kemana itu, bagaimana nasib kita selama di alam kubur nantinya,sedangkan kuburan kita aja ditumpuk-tumpuk, itu yang membuat saya sedih dan saya pikirkan terus.”
Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat bahwasanya lansia
ketika ingat akan kematian perasaannya sedih karena mempunyai
pengalaman yang ia lihat tentang proses selanjutnya ketika ada orang
yang meninggal dipanti itu seperti apa, ia takut nanti ketika
meninggal nanti kuburannya setelah beberapa bulan itu digali lagi dan
15 Hasil wawancara pribadi dengan nene Yuli ( lansia RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
72
ditumpuk oleh jenazah yang lain, itulah yang ia ketahui, terus
bagaimana suasana dialam kuburnya nanti melihat kuburnya
ditumpuk, karena ia tinggal dipanti dan menyadari pasti tidak ada
sanak saudaranya yang peduli apalagi merawat kuburannya nanti.
Seperti telah diungkapkan oleh informan 1 setelah mengikuti
kegiatan bimbingan agama :
“Alhamdulillah tambah tenang, makanya saya sih dari dulu masuk kesini juga tenang-tenang aja, kebetulan disini diajarin agama yang dulu juga waktu masih anak-anak saya sudah pelajari ya, terus disambung lagi disini saya senang lah jadi ilmu saya bertambah lagi.”16
Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat bahwasanya efek
daripada bimbingan agama tersebut yaitu hati lansia menjadi tambah
tenang karena pandangan mengenai kematiannya menjadi berbeda
dan juga senang karena ilmu pengetahuan tentang agamanya menjadi
bertambah.
Hal senada juga di ungkapkan oleh informan 3 sebelum bimbingan
agama :
“ Waktu itu sedih dan takut aja kalau di bayangin, tapi karena sekarang nenek sudah dikasih tahu pengetahuan yang lebih tentang kematian, jadi tidak takut lagi sama yang namanya mati karena kata pak ustad kematian itu pasti bakal ditemukan sama setiap orang, ya sekarang mah yang penting banyakin ibadah aja banyakin istighfar mohon ampun sama Allah atas dosa-dosa kita.”
16 Hasil wawancara pribadi dengan nene Jumini ( lansia RPLU Jelambar ), Jakarta 22 September 2014.
73
Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwasanya
perasaan lansia tersebut ketika ingat akan kematian takut dan sedih
karena minimnya pengetahuan mereka tentang arti dari kematian itu
sendiri sehingga salah dalam memaknai sebuah kematian.
Setelah diberi pengetahuan agama yang lebih tentang
kematian, perasaan beliaupun berubah menjadi tenang sehingga
kecemasan kematiannya bisa hilang, seperti yang diungkapkannya :
“ Pengalaman yang udah pernah nenek rasain ya Alhamdulillah hidup nenek jadi tenang dan nenek jadi semangat lagi ibadahnya sehari-hari biar bekal nenek banyak dan bisa masuk syurga.”
Bimbingan yang diberikan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan
berbentuk finansial, media, dan lain sebagainya. Strategi dan materi
bimbingan yang digunakan pembimbing di sesuaikan dengan kondisi
lansia, dimana materi yang disampaikan antara lain seperti bimbingan
baca Al-Qur’an , bimbingan agama islam seperti bimbingan kematian,
fiqh, ahlak, ibadah, dan juga ditambah dengan hapalan surat-surat
pendek seperti surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, bacaan-bacaan
istighfar, dan juga dua kalimat syahadat, dan lain-lain. Dengan
strategi yang digunakan yaitu strategi kuratif atau penyembuhan
dengan cara memberikan nasihat-nasihat secara langsung dengan
materi-materi agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist Nabi
dengan jalan ceramah dan juga dengan cara pendekatan langsung
terhadap lansia secara satu persatu diluar kegiatan yang ada dipanti.
74
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan responden
selama di lapangan penulis dapat dapat mengambil arti bahwasanya
strategi yang diterapkan oleh pembimbing agama dalam
menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar bisa dikatakan berhasil. Dari
pernyataan yang dikemukakan oleh respoden dapat terlihat bahwa
pembimbing agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
berperan dalammemberikan bantuan kepada terbimbing dalam
menghilangkan kecemasannya terhadap kematian dengan materi-
materi yang diberikan pembimbing agama sehingga pengetahuan
akan hal kematiannya menjadi bertambah dan paham akan hakikat
dari kematian itu sendiri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
tentang strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian
pada lansia adalah sebagai berikut:
1. Strategi yang digunakan pembimbing agama itu ada dua yaitu strategi
preventif dan juga strategi kuratif, Strategi preventif atau pencegahan adalah
upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah
umum individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah
tersebut pada individu. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan
responden selama di lapangan penulis dapat dapat mengambil arti bahwasanya
strategi yang diterapkan oleh pembimbing agama dalam menghilangkan
kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia
Jelambar bisa dikatakan berhasil. Dari pernyataan yang dikemukakan oleh
respoden dapat terlihat bahwa pembimbing agama di Rumah Perlindungan
Lanjut Usia Jelambar berperan dalam memberikan bantuan kepada terbimbing
dalam menghilangkan kecemasannya terhadap kematian dengan materi-materi
yang diberikan pembimbing agama sehingga pengetahuan akan hal
kematiannya menjadi bertambah dan paham akan hakikat dari kematian itu
sendiri.
75
76
2. Pembimbing agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar telah
melakukan beberapa upaya dalam menghilangkan kecemasan kematian pada
lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, yaitu dengan
mengadakan kegiatan-kegiatan positif setiap harinya dan menyampaikan
materi-materi yang berkaitan dengan kematian, sehingga lansia menjadi lebih
tenang dalam memandang kematian karena sudah mengetahui hakikat yang
sebenarnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist Nabi.
3. Sedangkan metode yang digunakan guna menerapkan strategi tersebut
khususnya pada strategi kuratif didalam bimbingan agama di Rumah
Perlindungan LanjutUsia Jelambar diantaranya yaitu metode ceramah dengan
cara berkelompok berkumpul di mushola, dan juga metode pendekatan antara
pembimbing dengan yang terbimbing dengan cara satu persatu di luar
kegiatan yang ada.
B. Saran
Dari hasil pengamatan penulis mengenai bimbingan agama bagi lansia
dalam menghilangkan kecemasan kematian di Rumah Perlindungan Lanjut
Usia Jelambar, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Penanggung jawab panti dapat menambah sumber daya manusia
dibidangnya masing-masing terutama dibimbingan agamanya lebih ada
yang membimbing lagi.
2. Kegiatannya lebih terprogram lagi, agar lansia tidak banyak waktu yang
kosongnya.
77
3. Sesuai permintaan informan dan penulis menanggapinya bahwa hal itu
sangat penting agar pembimbing agama menambah materi tentang
bagaimana tata cara melaksanakan shalat yang benar mulai dari niatnya
sampai salam, cara mengerjakannya ketika sedang sakit, karena seperti
yang kita ketahui bersama bahwasanya shalat itu adalah amal ibadah
pertama yang akan Allah hisab ketika kita meninggal nanti.
78
DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011
Abidin, Z.Refika Aditama Analisis Eksistensial untuk Psikologi dan Psikiatri. Bandung :, 2002
Atkinson, dkk. Pengantar Psikologi. Alih Bahasa : Nurdjannah Taufiq. Jakarta : Erlangga, 1991