Top Banner
education purpose only MATERI KREATIFITAS DIGITAL FILMMAKING
22

STORY TREATMENT

Jul 02, 2015

Download

Education

Pere Sumbada

Struktur Plot yang telah dibuat dalam Sceneogram dikembangkan dalam Story Treatment sebagai bahan pembentukan Script/Screenplay/Skenario
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: STORY TREATMENT

education purpose only

MATERI KREATIFITAS

DIGITAL FILMMAKING

Page 2: STORY TREATMENT

2SCRIPT WRITING

STEP

we are here!

DIALOGSOUND

AMBIENS

Page 3: STORY TREATMENT

3SCRIPT WRITING

SCRIPTWRITING kemampuan yang secara kreatif mentransformasi pesan atau cerita ke dalam bentuk tertulis dengan konteks visual yang bakal diperformakan oleh

‘aktor’ secara nyata

NASKAH SKENARIO SCRIPT SCREENPLAY

Film TV ProgramPentas Panggung Training VideoComm. Ads. Radio ProgramWebsite PSADokumenter NewsProfil Bisnis Press ConferencePidato dan lainnya

EXT. PINTU KELAS 3 IPA 1 – PAGI

Bangunan sekolah. Suasana lengang. RINA setengah berlari dan berhenti di depan pintu kelas yang tertutup.

INSERT tag di pintu : 3 IPA 1.

Rina, 17 tahun, putih, berambut tipis dan pendek. Satu tindik kecil di hidung. Napasnya tersengal. Kancing baju teratas terlepas. Dia menyimak situasi dalam kelas. Hanya terdengar suara BU TAGOR.

BU TAGOR [OS]Menyebalkan sekali!

Rina mengatur napas. Kancing bajunya dirapihkan.

FADE IN

01.

CUT TO

Page 4: STORY TREATMENT

writer director

4SCRIPT WRITING

visualizer

STORY

TREATMENT

SCRIPT

we are here!

STEP OUTLINE

Page 5: STORY TREATMENT

5SCRIPT WRITING

selling tooldiagnose a story

TREATMENT SCRIPT SHOOTING SCRIPT

Seperti halnya SINOPSIS, namun dengan penyampaian prosa dan bunyi berbeda.

difokuskan untuk script tanpa dialog bila perlu termin waktu sesuai kejadian melibatkan bahasa visual

Cerita akan diangkat ke dalam bentuk film, clip,atau tayangan audio visual. Tentu saja berbeda sisi pandangnya. Bukan hanya dari sisi pandang penulis bercerita, namun juga harus menyertakan situasi bagaimana orang lain ingin melihat cerita itu.

element

STEP OUTLINE

TREATMENT berarti membentuk cerita agar benar visual naratifnya, hingga bisa dibuat visualisasinya.

Page 6: STORY TREATMENT

6SCRIPT WRITING

ILUSTRASI

Masa libur musim gugur telah usai. Anak-anak memulai keriangan di sekolah, namun guru-guru telah bersepakat menganggap Totto-chan nakal. Padahal gadis cilik periang itu hanya memiliki keingin-tahuan yang besar. Seperti memanggil para pemusik jalanan yang langsung membuat para murid ribut, hingga masalah laci Totto-chan yang selalu dibuka ratusan kali dan ditutup dengan cara dibanting. Totto-chan akan dikeluarkan dari sekolah. Mama pun terpaksa dipanggil oleh kepala sekolah, padahal baru saja sekolah dimulai setelah liburan.

Pagi hari. Dedaunan beterbangan oleh hembusan angin membuat warna merah dan kuning di halaman sekolah. Toto-chan, anak perempuan kelas satu berdiri di balik jendela. Tingginya 120 cm, wajahnya mungil dengan dua kuncirnya. Dia memakai seragam putih berlengan panjang dan bertopi bundar warna cokelat. Dia terlihat galau menatap ke arah ibunya dan kepala sekolah yang keluar dari ruangan guru. Toto-chan gelisah. Wajahnya polos memandangi langit yang sangat biru. Dia tetap berdiri di pinggiran jendela. “Hai, Toto-chan sayang...”, sapa Ibunya sambil tersenyum manis padanya. Ibunya berdiri di samping Pak Kepala Sekolah yang terlihat sinis, senyumnya kecut sekali dan tak sudi memandang pada Toto-chan.

Page 7: STORY TREATMENT

7SCRIPT WRITING

active voice agar kalimat terdengar asertif dan bisa divisualisasikan

tanpa dialog bila perlu, kecuali untuk situasi teramat penting

termin waktu sesuai kejadian

pilih kata agar kalimat efektif, jelas dan tidak bertele-tele agar orang lain tahu persis maksud kejadiannya

munculkan ambiens yang membuat audiens memahami situasi

buat audiens bisa mencium, merasa kan, melihatnya dan terlibat dalam situasinya

Terdengar suara keras. BRAKKK! Mela menjerit kaget dan ketakutan. Ardy berusaha menenangkan. Lampu taman sesekali mati, menyala tak stabil. Ardy melangkah masuk ke teras. Mela berusaha menarik lengannya. Enggan bertemu Kakek Jelaga.

1982. Sore hari di peron Stasiun Manggarai. Imam melongok ke arah pintu masuk. Orang berjejalan di sekitarnya memaksa lelaki itu meneruskan langkah. E2-18 tulisan pada tiket. Imam mencari gerbongnya. Dia sempat menoleh lagi ke arah pintu masuk. Wulan berdiri di ujung peron. Wajah Imam bergairah. Dia berteriak memanggil gadis itu sekencangnya.

Muncul lagu Cinta Satu Malam. Budi tengah ngibing. Sorot lampu ke arah Murni yang meliukkan pinggul. Wajah kenesnya menggoda. Budi berteriak kecil. AAUW! Tabuhan kendang membuat lelaki itu makin gairah berjoged. Dia acungkan selembar lima ribuan. Murni mencubit pipinya. BYURRR! Budi basah kuyup. Wajah Emak yang tegang dan tak sabar ada di hadapannya. Budi cemberut sambil bangun dari rebahannya, lalu duduk di pinggiran bale.

TREATMENT :

TREATMENT :

TREATMENT :

Page 8: STORY TREATMENT

8SCRIPT WRITING

TREATMENT :

Sore yang tenang di halaman rumah Firdaus. Terdengar suara mesin mobil dinyalakan. FIRLA, 14 tahun, berdiri di halaman memandang ke arah rumah Firdaus. Gadis itu membawa tas besar dan tas sekolah. Wajahnya tegang dengan sedikit senyum. Seorang lelaki dari dalam mobil mengatakan agar Firla harus berupaya untuk bisa dan betah tinggal di rumah ini. Lelaki itu bilang Firdaus adalah bapaknya dan satu-satunya kerabat tersisa. Mobil itu segera meninggalkan halaman rumah. Firla masih mematung, memandang ke arah rumah dan tersenyum.

WRERRNG! Suara motor yang unik dari arah jalan. Firdaus dan motor gerobaknya memasuki halaman. Dia mengamati Firla yang berdiri menatap rumahnya. Keduanya beradu pandang tanpa ada perkataan. Firdaus segera memarkir motor di samping rumah. Dia tertatih menggunakan kruk untuk berjalan. Firla terhenyak. Wajahnya berubah kaku. Senyumnya hilang. Tas besar yang dipegangnya terlepas dari genggaman tangannya.

ACTIVE VOICE . VISUALIZED . TIME . EFFECTIVE . AMBIENS

Page 9: STORY TREATMENT

9SCRIPT WRITING

tidak boleh membuat banyak dialog, karena

bukan membuat cerpen atau novel

Siang ini taman kampus tak di hadiri banyak mahasiswa, walaupun cuaca sangat mendukung. Dari beberapa orang yang singgah disana tampak dua remaja tengah duduk di kursi batu buatan dengan pohon besar menaunginya. Dua remaja itu adalah Ringgo dan Citra. Sejak Ringgo mengajak Citra ke taman,ia hanya memandang langit tanpa berkata apa-apa terlebih dulu membuat gadis di sampingnya bingung.

“Kenapa? Ada masalah? Kamu ngajak aku kesini,mau ngapain?,“ tanya Citra. Ringgo menoleh ke arah Citra, ”Kita putus,ya? Aku rasa hubungan ini…mm,ngga bisa di lanjutin!”

“Kenapa begitu, Nggo...?”. Lalu Citra terdiam. Dadanya terasa sesak. Raut wajahnya pun nampak terlihat kecewa, sedih dan agak marah. “Tega bener kamu...!”

Page 10: STORY TREATMENT

10SCRIPT WRITING

tanda baca dan huruf tidak boleh

salah penerapannya

Sore hari. langit mendung dipenuhi awan hitam yang menutupi matahari.Angin kencang membuat daun-daun berjatuhan. putra berlari kencang. napas yang terengah-engah.Dia langsung menarik tangan tiara dan memeluknya erat.tiara melpaskan badannya dari pelukan putra. dengan raut wajah yang sedih serta air mata yang mengalir membasahi pipi tiara.tiara berkata “kita musti putus”. sambil menatap wajah putra ,tiara meminta maaf.menurutnya ini adalah jalan terbaik agar kita bahagia. tiara berlari langsung meninggalkan putra yang terdiam kaku tanpa menoleh kearahnya. Kreek! putra membuka pintu rumah.

Page 11: STORY TREATMENT

11SCRIPT WRITING

hindari hiperbola, majas atau situasi yang tidak pasti, kecuali yang sudah dianggap lumrah

atau diperlukan sekali

Cinta Citra pada Ringgo memang sulit untuk diputuskan. Sedalam samudera. Seluas jagad raya. Itu yang membuat Ratih memendam perasaan gelisah. Apalagi perutnya tampak semakin terlihat membesar.

Malam ini, Pedro kembali membuka buku latihan ujian matematika nya. Dia yakin bisa menggapai cita-citanya yang setinggi langit. Paula yang sulit memejamkan mata jadi makin tak suka pada Pedro.

Langit dipenuhi awan hitam. Sebentar lagi pasti turun hujan. Sudah seminggu ini selalu begitu. Ridwan segera memacu motornya lebih cepat di jalanan berdebu.

Page 12: STORY TREATMENT

12SCRIPT WRITING

hindari penulisan editorial

jangan gunakan kata pasif, seperti baiknya,seharusnya, mungkin

Firdaus duduk di meja seorang staf kantor. Di dekatnya tersandar kruk. Kursi staf itu kosong. Firdaus terlihat polos dan lugu. Pandangannya mengitari ruangan. Sebuah label koperasi di dinding. Koperasi itu bergerak di bidang simpan pinjam, selain menerima tabungan dari anggotanya.

Pagi hari. Lengang. Nurma tengah memberi pelajaran di kelas 8B. Siswa siswi menyimak. Dia memandang ke arah Dodi. Anak lelaki itu termenung. Wajahnya muram dan kedua matanya terlihat sayu. Mungkin saja Dodi belum bisa bertemu dengan ayahnya. Tidak seharusnya dia berlaku seperti itu. Nurma hanya tersenyum kecil.

Page 13: STORY TREATMENT

13SCRIPT WRITING

Bu Tagor menegur keras Rina yang terlambat masuk ke ruang kelas. Tapi bukan itu penyebabnya. Kalimat tak menyenangkan menghantar Rina ke bangkunya. Itu membuatnya malu dan serba salah.

Buatlah TREATMENT dari sinopsis 2 [dua] penggalan cerita mengenai kejadian Rina di

ruang kelas, serta Citra di taman kampus.

Memang kelabu buat Citra. Baru saja Ringgo meinggalkannya sendirian di taman kampus. Citra terdiam, tak percaya, dan hanya bisa menangis. Ringgo tega memutus cintanya.

Page 14: STORY TREATMENT

14SCRIPT WRITING

ACTIVE VOICE . VISUALIZED . TIME . EFFECTIVE . AMBIENS

Rina mengatur nafas saat sudah berada di depan kelasnya, 3 IPA 1. Dari luar terdengar jelas suara Bu Tagor sedang mengajar, membuat jantungnya berpacu lebih cepat. Rina mengetuk pintu, ”Assalamualaikum…”. Dia perlahan masuk ke dalam kelas. Bu Tagor tengah menulis di papan tulis. Teman-temannya dan gurunya itu menoleh cepat ke arah Rina. Kelas yang tadinya ramai menjadi sepi. Rina jadi menundukkan kepala. Dia merasa tak beruntung kali ini.

Wajah Bu Tagor tampak kaku mengamati gerak Rina, seperti anjing hutan ingin menerkam anak domba. Bu Tagor kembali pada papan tulisnya.

Wajah Rina nampak pucat. Ia menghela nafas, menundukkan kepala dan melangkah pergi menuju tempat duduknya. Bermacam-macam perasaan menyelimuti dirinya, terutama rasa malu. Fitri, teman sebangkunya menyambut dengan senyuman dan mengelus pundaknya.

cari dan tentukan situasi yang tidak tepat digunakan

dalam penulisan TREATMENT pada ilustrasi di bawah

TREATMENT :

Page 15: STORY TREATMENT

15SCRIPT WRITING

Di depan pintu kelas, Rina mengatur napas. Terdengar suara Bu Tagor di dalam kelas. Rina gelisah dan dia kembali mengatur napas. Dia mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Bu Tagor dan seisi kelas memandang ke arah pintu. Suasananya jadi agak ramai. Beberapa temannya berkasak-kusuk. Dahi Bu Tagor berkerut, bola matanya sedikit membesar. Rina menghentikan langkah sekitar dua meter dari hadapan gurunya.

"Tiga kali! Sudah tiga kali...!" Gurunya berteriak membuat kelas langsung hening. Seisi kelas terdiam dan merapihkan duduknya. Wajah Rina memucat. Bu Tagor bergerak ke papan tulis. Sambil menundukkan kepala, Rina melangkah ke arah bangkunya. Jeni, teman sebangkunya menatap kasihan. Dia berbisik menanyakan alasan terlambat lagi. Suasana masih sepi. Rina ingin menjawab, namun suara Bu Tagor meneruskan pelajaran, menahannya.

TREATMENT :

Page 16: STORY TREATMENT

16SCRIPT WRITING

ACTIVE VOICE . VISUALIZED . TIME . EFFECTIVE . AMBIENS

cari dan tentukan situasi yang tidak tepat digunakan

dalam penulisan TREATMENT pada ilustrasi di bawah

Siang hari yang kelabu bagi Citra, tapi sejuk dengan daun-daun yang berjatuhan dan terbang dibawa oleh angin. Citra yang duduk di bangku taman karena ingin bertemu seseorang yaitu Ringgo pacarnya. Sambil menunggu Ringgo, Citra pun mengayunkan kakinya ke depan dan ke belakang. Tiba-tiba Citra melihat Ringgo dari kejauhan yang ingin menghampirinya. Langkah kaki Ringgo sangat lamban dengan bunyi daun yang diinjaknya serta raut wajahnya yang sedih dan tidak bersemangat menghampiri Citra dan duduk di sebelahnya.

Sambil menghela napas dan menelan ludah Ringgo mengatakan bahwa dia ingin memutuskan hubungannya dengan Citra. Ekspresi wajah Citra yang tersenyum berubah menjadi sangat syok dan heran. Ringgo memegang tangan Citra sambil minta maaf kalau ini adalah jalan yang terbaik untuk dia dan Citra. Ringgo sudah menyukai wanita lain dan ingin menikahinya karena wanita itu hamil. Citra pun menyetujui keputasan Ringgo sambil meneteskan air mata dan menunduk. Ringo pergi meninggalkan Citra.

TREATMENT :

Page 17: STORY TREATMENT

17SCRIPT WRITING

Taman kampus. Siang hari diliputi awan mendung di sebagian langit. Sejuk. Daun-daun berjatuhan dan terbang dibawa angin. Citra duduk di bangku taman. Dia ayunkan kaki. Tak lama, dia melihat Ringo berjalan di kejauhan. Senyum muncul di wajah Rina. Ringo makin mendekati Citra. Langkah Ringo sangat lamban. KREEK! Bunyi ranting terinjak sepatunya. Ranting itu patah beberapa bagian. Dengan raut wajah sedih dan tidak bersemangat dia duduk di sebelah Citra.

Ringo menghela napas dan menelan ludah. Citra terheran menatap Ringo. “Kita musti putus...”. Ringo memandang pada ranting patah tadi. Kedua tangannya menjambak rambut, lalu menutupi mukanya. Wajah Citra berubah tegang. Tangannya digenggam oleh Ringo. Dia meminta maaf. Menurutnya ini adalah jalan terbaik untuk keduanya, karena Ringgo menghamili wanita lain. Citra meneteskan air mata dan menunduk. Ringo kembali meminta maaf dan melangkah pergi. Gadis itu semakin menangis.

TREATMENT :

Page 18: STORY TREATMENT

18SCRIPT WRITING

TREATMENT :

Malam hari. Bulan purnama diselimuti sedikit awan hitam. Dua remaja pria seumur tergesa di halaman rumah menuju sebuah motor terparkir. Pria yang memakai topi menaiki motor, tapi wajahnya tampak bingung. Pasti ada yang tak beres dengan dirinya. Tangannya merogoh saku jaket dan celana. Lalu menatap ke arah bulan. Bisa jadi akan turun hujan. Dia berlari dan masuk ke dalam rumah.

Di ruang tengah, seorang wanita tua terheran melihat lelaki itu berlari meliwatinya. Tidak seperti biasa dia berkelakuan begitu. Wanita itu pun mengikutinya. Si remaja pria masuk ke dalam sebuah kamar berpintu terbuka. Dia dapati seorang wanita muda terbaring di tempat tidur. Wajah lelaki itu lantas berseri. Dia berupaya meraih kunci dalam genggaman wanita. Dia kaget terperanjat. Ternyata wanita itu tidak dikenalnya. Wajahnya seram bertaring...

cari dan tentukan situasi yang tidak tepat digunakan dalam penulisan

TREATMENT pada ilustrasi di bawah

L . A . T . I . H . A . N

Page 19: STORY TREATMENT

19SCRIPT WRITING

cari dan tentukan situasi yang tidak tepat digunakan dalam penulisan

TREATMENT pada ilustrasi di bawahTREATMENT :

Suasana lengang di perpustakaan sebuah SMA. Siang sepenggalan kepala. TENG! Bel sekolah. Beberapa siswa bergegas keluar dari ruangan perpustakaan. Winda tak menyangka. Dia gusar dan membereskan bukunya. Wajahnya bersungut dan mengumpat. Dia kesal sekali pada Tanti. Winda mungkin saja telah dikhianati. Dia berlari menuju pintu keluar.

Hampir sampai di pintu kelas, Winda berhenti. Dia mendengar suara seseorang berbicara di depan kelas. Winda melongok sedikit di pintu itu. Dia terhenyak. Tanti tengah berbicara kepada semua temannya. “Kita harus menolong Winda...!”. Muka Winda menegang. Mustinya Tanti tak berbuat sekejam itu. Dia segera melangkah masuk dan marah besar pada Tanti. Bahkan Winda memulai berbuat kasar. Dia menarik tangan dan menjambak rambut Tanti dengan kuat. Tanti pun membalas. Tidak patut Winda berkelakuan seperti itu. Suasananya hiruk pikuk tak karuan. Beberapa temannya sibuk melerai...

L . A . T . I . H . A . N

Page 20: STORY TREATMENT

20SCRIPT WRITING

Rachel Loomis, anak dari Dr. Loomis meminta bantuan tetangganya. Dia menemukan situasi dalam rumahnya berantakan. Timmy, tetangganya berusaha menelepon polisi Chicago dan memeriksa rumah wanita itu.

Pinggiran Chicago. Malam hari. Seorang wanita baru pulang ke rumah dan menemukan pintunya terbuka sedikit. Dia ketakutan dan berusaha mendapatkan bantuan tetangga

sebelah. Seorang remaja lelaki. Mereka menelepon polisi. Wanita itu tampak marah mengatakan ada orang yang merusak

rumahnya. Dia ketakutan untuk masuk ke dalam rumahnya. Mereka berbincang, ternyata wanita itu adalah RACHEL LOOMIS, anak Dr. Loomis. Remaja pria itu adalah TIMMY

yang terlihat kesal karena dia tak bisa menonton program tvnya.

Terlampau lama menunggu polisi. Dia memutuskan memeriksa rumah wanita itu sendirian dengan membawa pemukul baseball. Timmy berhati-hati masuk ke dalam rumah,

sementara wanita itu masih berdiri ketakutan di halaman. Memang berantakan. Vas bunga dan kertas berserakan. Namun

Timmy tak menemukan seseorang pun.

HALLOWEEN 7 – Debra Hill, Robert Zappia [1998]

TREATMENT :

Page 21: STORY TREATMENT

21SCRIPT WRITING

Lelaki itu adalah THE TERMINATOR. Manusia mesin dari galaksi berbeda. Dia sampai di bumi dengan bertelanjang. Dia membuat kerusuhan di klub malam untuk mendapatkan satu set pakaian buat dirinya.

THE TERMINATOR - James Cameron [1984]

Masa kini, di sebuah halaman sekolah di Los Angeles. Tampak berdiri gagah seorang lelaki tanpa berpakaian. Tinggi, berotot dan terlihat tegap. Sama sekali telanjang. Dia memeriksa ke sekitarnya dengan mata yang biru, tajam dan akurat. Muncul proyeksi teknologi virtual pada perspektifnya. Pandangannya berhenti hingga di kejauhan. Tertuju pada bangunan dengan lampu berkedap kedip.

Sebuah botol bir terhempas di lantai. Tiga pria tengah asyik minum di klub. Suasana hingar bingar oleh musik dan tertawa. Mereka melihat seorang lelaki telanjang berjalan ke arah mereka. Ada wanita yang tampak takjub menyimaknya. Lelaki itu meneliti akurasi tubuh beberapa pria di situ dan berhasil menemukan salah satunya. “Pakaianmu cocok. Berikan pada saya...”. Ketiga pria itu berpandangan dan tertawa. Pria yang dimaksud menolak memberikan pakaiannya, bahkan siap menghajar lelaki telanjang itu. Terjadi perkelahian. Beberapa pria ikut menyerang. Lelaki itu begitu mudah dan terampil mengatasi situasi. Tak satu pun pria di situ bisa mengalahkannya. Pria bertelanjang itu adalah THE TERMINATOR

TREATMENT :

Page 22: STORY TREATMENT

BELAJAR BERLATIH BERMAIN BEKERJA

22SCRIPT WRITING