Page 1
Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan : 23
Jurusan : Teknik Industri Modul : 10 Praktikum : Fisiologi dan Pengukuran Kerja Tanggal : 22 Desember 2014
TIME STUDY: METODE STOPWATCH
A. DESKRIPSI
Metode Stopwatch (jam henti) merupakan pengukuran waktu kerja secara langsung yang
biasa diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-
ulang/repetitive (Wignjosoebroto, 2003). Pengukuran metode stopwatch ini diperkenalkan
pertama kali oleh Frederick W.Taylor sekiar abad 19. Hasil pengukuran metode ini adalah
waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, dimana waktu ini akan
dipergunakan sebagai standard penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan
melaksanakan pekerjaan yang sama.
Tujuan Praktikum
1. Memperkenalkan kepada praktikan metode StopwatchTime Studydalam
aplikasipengukuran waktu kerja secara langsung.
2. Praktikan mampu mendefinisikan jenis pekerjaan yang dapat diukur dengan
menggunakan metode stop watch time study.
3. Praktikan mampu menghitung waktu normal dan waktu baku suatu pekerjaan dengan
mengidentifikasi serta mengukur elemen-elemen pekerjaannya.
4. Praktikan mampu menentukan jumlah siklus kerja dengan menghitung uji kecukupan
dan keseragaman data.
5. Praktikan mampu menentukan ratingfactorseorang operator dengan menganalisa
performansi kerja operator.
6. Praktikan mampu menentukan allowance pekerja dengan menganalisa keadaan dan
lingkungan kerja operator saat bekerja.
B. INPUT DAN OUTPUT
Input :
a) Elemen-elemen kerja pada suatu pekerjaan.
b) Durasi pada masing-masing elemen pekerjaan.
c) Jumlah data pengamatan
Output :
Page 2
a) Uji Kecukupan Data
b) Uji Keseragaman Data
c) Waktu normal
d) Waktu baku
C. REFERENSI
Barnes, R.M. 1980. Motion and time study.New York: John Wiley& Sons.
Meyers, F.E. 1999. Motion and Time Study. Prentice-Hall.
Niebel, B.W., Freivalds, A. 1999. Methods, Standards, and Work Design.Singapore :
McGraw-Hill.
Wignjosoebroto, S., 2003.Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu.Edisi ketiga. Jakatrta:
Penerbit PT. Guna Widya.
Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri. Edisi kedua.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sutalaksana, Iftikar Z, dkk. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung: ITB.
D. LANDASAN TEORI
D.1 PENGUKURAN WAKTU KERJA SECARA LANGSUNG
D.1.1 Definisi Pengukuran Waktu Kerja
Menurut Wignjosoebroto (2003), Niebel dan Freivalds (1999) dan Barnes (1997),
pengukuran waktu kerja dapat diklasifikasikan sesuai dengan bagan dibawah ini:
Gambar 10.1 Metode Pengukuran Kerja
Menurut Wignjosoebroto(2003), pengukuran kerja (time study) adalah suatu aktivitas
untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki ketrampilan
Page 3
rata – rata dan terlatih baik) dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan
tempo kerja yang normal.
Untuk mengetahui apakah suatu sistem kerja yang diterapkan sudah baik, maka diperlukan
prinsip-prinsip pengukuran kerja yang meliputi teknik-teknik pengukuran mengenai waktu
yang dibutuhkan, tenaga yang dikeluarkan, pengaruh psikologis dan fisiologis. Salah satu
pengukuran kerja adalah pengukuran waktu kerja (time study).
Pengukuran waktu kerja bertujuan untuk
mendapatkan waktu standar/waktu baku
penyelesaian pekerjaan secara wajar, tidak
terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat,
oleh pekerja normal untuk menyelesaikan
pekerjaannya dalam suatu sistem kerja yang
telah berjalan dengan baik(Barnes,
1980).Manfaat dari menghitung waktu baku
ini
adalah (Wignjosoebroto, 2003):
1. Untuk merencanakan kebutuhan tenaga kerja
2. Untuk menentukan standar biaya dalam mempersiapkan anggaran
3. Untuk menentukan pemanfaatan mesin, jumlah mesin yang dapat dioperasikan seorang
operator dan embantu dalam menyeimbangkan lintasan produksi.
4. Perencanaan system pemberian bonus dan intensif bagi karyawan.
5. Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
D.1.2 Metode Pengukuran Waktu Kerja dengan Metode Stopwatch
Metode Stopwatch (jam henti) merupakan pengukuran waktu kerja secara langsung yang
biasa diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-
ulang/repetitive(Wignjosoebroto, 2003). Pengukuran metode stopwatch ini diperkenalkan
pertama kali oleh Frederick W.Taylor sekiar abad 19.
Menurut Barnes (1980), metode pembacaan stopwatch yang sering digunakan adalah:
Gambar 10.2. Time Study
Page 4
Gambar 10.3. Metode pembacaan
a) Continuous Timing
Pada metode ini stopwatch dijalankan terus menerus selama pengamatan Stopwatch
baru akan dihentikan pada saat pengamatan selesai dilakukan dan pada akhir
pengamatan waktu yang telah didapat dicatat. Selain itu untuk mendapatkan
masing-masing waktu individu maka perlu dilakukan proses pengurangan.
Kata Kunci : Stopwatch tidak di STOP hingga semua produk selesai dilakukan.
Tabel 10.1. Contoh hasil pengambilan data metode continuous timing
NO Elemen Kerja Detik Ke- Waktu
1 Memasang Badan Atas 15 15 Detik
2 Memasang Kunci Body 18 3 Detik
3 Memasang Sayap 23 5 Detik
4 Packing 31 8 Detik
b) Repetitive Timing
Untuk metode ini cara menggunakan stopwatch, stopwatch ini dibaca secara
simultan dan angka pada stopwatch dikembalikan ke angka nol setelah setiap proses
selesai. Metode ini dapat dilakukan pencatatan langsung tanpa perlu mengurangi
waktu.
Kata Kunci : Stopwatch di STOP setelah elemen kerja 1 selesai dikerjakan, START kembali dalam
posisi jarum Stopwatch diangka NOL ketika elemen ke-2 mulai dikerjakan
Tabel 10.2. Contoh hasil pengambilan data metode repetitive timing
NO Elemen Kerja Waktu
1 Memasang Badan Atas 15 Detik
2 Memasang Kunci Body 3 Detik
3 Memasang Sayap 5 Detik
continuous timing
repetitive timing
accumulative timing
Page 5
4 Packing 8 Detik
c) Accumulative Timing
Pada metode ini cara menggunakan stopwatch melibatkan dua atau lebih stopwatch,
hal ini dikarenakan metode yang digunakan yaitu ketika stopwatch yang pertama
berhenti kemudian stopwatch yang kedua mulai dijalankan dan ketika stopwatch
yang kedua berhenti maka stopwatch yang ketiga dijalankan.
Kata Kunci : Menggunakan 2 atau lebih stopwatch. Stopwatch beroperasi secara bergantian per
tiap elemen kerja.
Tabel 10.3. Contoh hasil pengambilan data metode accumulative timing
Stopwatch Elemen Kerja Waktu
1 Memasang Badan Atas 15 Detik
2 Memasang Kunci Body 3 Detik
3 Memasang Sayap 5 Detik
4 Packing D.. Detik
D.1.3Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran Metode Stopwatch
Menurut Sutalaksana (1979), beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan metode stopwatch adalah
1. Penetapan tujuan pengukuran
2. Melakukan Penelitian
3. Menentukan operator.
Beberapa kriteria operator yang tidak dianjurkan adalah :
Orang yang tercepat dalam melakukan pekerjaan
Orang yang paling lambat dalam melakukan pekerjaan
Pekerja dengan kelakuan yang wajar ketika sedang diamati.
Objek pengamatan haruslah memiliki waktu pengerjaan yang tepat dantelah terlatih
dengan baik (Meyers, 1999).
4. Menguraikan pekerjaan menjadi beberapa elemen kerja.
5. Menyiapkan alat-alat pengukuran
Page 6
Gambar 10.4. Alat Studi Waktu
D.1.4Pelaksanaan pengukuran Metode Stopwatch
Setelah dilakukan langkah-langkah persiapan pada D.1.3, kemudian dilaksanakan
pengukuran kerja. Adapun langkah-langkah yang dikerjakan selama pengukuran waktu kerja
berlangsung, yaitu (Sutalaksana, 1979):
1. Pengukuran Pendahuluan
Pengukuran pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui berapa kali pengukuran
harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang didapat dari hasil
perhitungan waktu pengamatan. Biasanya pengukuran waktu dilakukan sebanyak 25
kali pengukuran.
2. Uji kecukupan data
Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecukupan data :
1. Tingkat kepercayaan (Confidence Level).
2. Tingkat ketelitian (Degree of Accuracy).
Asumsikan operator adalah manusia normal, sehingga kecukupan data dapat dihitung
dengan (Purnomo, 2004) :
N’ =
222 )().(/
X
XXNsk
Dimana:
k = tingkat keyakinan
Jika tingkat keyakinan99%,maka=2,58 ≈ 3
Jika tingkat keyakinan95%,maka=1,96≈ 2
1. Stopwatch
2. Papan Pengamatan
3. Kalkulator
4. Pena atau pensil
Page 7
Jika tingkat keyakinan68%,maka≈ 1
S =derajat ketelitian
Kesimpulan dari perhitungan yang diperoleh yaitu :
a. Apabila N’ ≤ N (jumlah pengamatan teoritis lebih kecil atau sama dengan
pengamatan yang sebenarnya dilakukan), maka data tersebut dinyatakan telah
mencukupi untuk tingkat keyakinan dan derajat ketelitian yang diinginkan tersebut,
sehingga data tersebut dapat diolah untuk mencari waktu baku.
b. Tetapi jika sebaliknya, dimana N’ > N (jumlah pengamatan teoritis lebih besar dari
jumlah pengamatan yang ada), maka data tersebut dinyatakan tidak cukup. Dan agar
data tersebut dapat diolah untuk mencari waktu baku, maka data pengamatan harus
ditambah lagi sampai lebih besar dari jumlah data pengamatan teoritis.
3. Uji Keseragaman Data
Proses analisa keseragaman data ini dilakukan dengan menggunakan control yang
diperoleh dari pengamatan. Data-data yang didapat dari pengamatan kemudian
dikelompokkan kedalam beberapa sub grup dan diselidiki apakah rata-rata sub grup
tersebut berada dalam batas kontrol.
Formulasi uji keseragaman data :
UCL/LCL= �̅� ± 𝑘𝜎
Dimana:
�̅�= rata – rata waktu elemen kerja
𝜎 = standar deviasi
n = jumlah pengamatan
Catatan:
Page 8
A. Data berada dalam batas control sehingga data dapat digunakan
B. Data keluar dalam batas control. Perlu dilakukan penggantian data atau penambahan data
4. Rating Performansi
Salah satu metode tertua dalam menentukan performance erating adalah metode yang
dikembangkan oleh Westinghouse Electric Corporation.Sistem rating Westinghouse
menguraikan enam kelas yang mereprentasikan kemahiran yang ada dalam evaluasi
(Niebel, 1999).
Tabel 10.4 TabelWestinghouse
SKILL
EFFORT
+0,15 A1
Superskill +0,13 A1
Superskill +0,13 A2 +0,12 A2 +0,11 B1
Excellent +0,10 B1
Excellent +0,08 B2 +0,08 B2 +0,06 C1
Good +0,05 C1
Good +0,03 C2 +0,02 C2 0,00 D Average 0,00 D Average
-0,05 E1
Fair -0,04 E1
Fair -0,10 E2 -0,08 E2 -0,16 F1
Poor -0,12 F1
Poor -0,22 F2 -0,17 F2
CONDITION
CONSISTENCY
+0,06 A Ideal +0,04 A Ideal +0,04 B Excellent +0,03 B Excellent +0,02 C Good +0,01 C Good 0,00 D Average 0,00 D Average
-0,03 E Fair -0,02 E Fair -0,07 F Poor -0,04 F Poor
Sebagai contoh, apabila diketahui bahwa waktu rata-rata yang diukur
terhadap suatu elemen kerja adalah 0,05 menit dan rating performance operator
adalah memenuhi klasifikasi berikut:
Page 9
- Excellent Skill (B2) : + 0,08
- Good Effort (C2) : + 0,02
- Good Condition (C) : + 0,01
- Good Consistency (C) : + 0,01 +
Total : + 0.13
Maka, waktu normal untuk elemen kerja ini adalah :0,05 x 1,13 = 0,565 menit
Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri
– ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini:
SUPER SKILL : 1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
2. Bekerja dengan sempurna
3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik
4. Gerakan – gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga
sulit untuk diikuti.
5. Kadang – kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan –
gerakan mesin.
6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya
tidak terlampau terlihat karena lancarnya.
7. Tidak terkesan adanya gerakan – gerakan berpikir dan
merencanakan dan merencanakan tentang apa yang
dikerjakan (sudah sangat otomatis)
8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerjaan
bersangkutan adalah pekerjaan yang baik.
EXELLENT SKILL : 1. Percaya pada diri sendiri
2. Tampak cocok dengan pekerjaannya.
3. Terlihat telah terlatih baik.
4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan
pengukuran–pengukuran atau pemeriksaan–
pemeriksaan.
5. Gerakan–gerakan kerja beserta urutan–urutannya
dijalankan tanpa kesalahan.
6. Menggunakan peralatan dengan baik.
Page 10
7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.
8. Bekerjanya cepat tetapi halus.
9. Bekerja berirama dan terkoordinasi.
GOOD SKILL : 1. Kwalitas hasil baik.
2. Bekerjanya tampak lebih baik dari pada kebanyakan
pekerjaan pada umumnya.
3. Dapat memberikann petunjuk – petunjuk pada pekerja
lain yang keterampilannya lebih rendah.
4. Tampak jelas sebagai kerja yang cakap .
5. Tidak memerlukan banyak pengawasan.
6. Tiada keragu - raguan
7. Bekerjanya “stabil”
8. Gerakannya – gerakannya terkoordinasi dengan baik.
9. Gerakan – gerakannya cepat.
AVERAGE SKILL : 1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat.
3. Terlihatnya ada pekerjaan – pekerjaan yang perencana.
4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.
5. Gerakan – gerakannya cukup menunjukan tidak adanya
keragu – raguan.
6. Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup
baik.
7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk
beluk pekerjaannya.
8. Bekerjanya cukup teliti.
9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.
FAIR SKILL : 1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.
2. Mengenal peralatan dan lingkuan secukupnya.
3. Terlihat adanya perencanaan – perencanaan sebelum
melakukan gerakan.
4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
Page 11
5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya
tetapi telah ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama.
6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan
tetapi tampak selalu tidak yakin.
7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan – kesalahan
sendiri.
8. Jika tidak bekerja sungguh – sungguh outputnya akan
sangat rendah
9. Biasanya tidak ragu – ragu dalam menjalankan gerakan
– gerakanya.
POOR SKILL : 1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran.
2. Gerakan – gerakannya kaku.
3. Kelihatan ketidak yakinannya pada urutan – urutan
gerakan.
4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang
bersangkutan.
5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.
6. Ragu – ragu dalam menjalankan gerakan – gerakan kerja.
7. Sering melakukan kesalahan – kesalahan
8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.
Untuk usaha atau Effort cara Westinghouse membagi juga kedalam kelas – kelas dengan
ciri masing - masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan yang
ditunjukan atau diberikan operator ketikan melakukan pekerjaannya. Berikut ini ada enam
kelas usaha dengan ciri – cirinya.
EXCESSIVE EFFORT : 1. Kecepatan sangat berlebihan.
2. usahanya sangat besungguh – sungguh tetapi dapat
membahayakan kesehatannya.
3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan
sepanjang hari kerja.
Page 12
EXELLENT EFFORT : 1. Jelas terlihat kecepatan kerjannya yang tinggi
2. Gerakan – gerakan lebih “ekonomis” daripada operator –
operator biasa.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Banyak memberi saran - saran.
5. Menerima saran – saran dan petunjuk dengan senang.
6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.
8. Bangga atas kelebihannya.
9. Gerakan – gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.
10. Bekerja sitematis.
11. Karena lancarnya, perpindahan dari satu element keelemen
lainnya tidak terlihat.
GOOD EFFORT : 1. Bekerja berirama
2. Saat – saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang –
kadang tidak ada.
3. Penuh perhatian pada pekerjaan.
4. Senang pada pekerjaannya
5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.
6. Percaya pada kebaikan maksut pengukuran waktu.
7. Menerima saran – saran dan petunjuk – petunjuk dengan
senang.
8. Dapat memberikan saran – saran untuk perbaikan kerja.
9. Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi.
10. Menggunakan alat – alat yang tepat dengan baik.
11. memelihara dengan baik kondisi peralatan.
AVERAGE EFFORT : 1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor.
2. Bekerja dengan Stabil.
3. Menerima saran – saran tetapi tidak melaksanakannya.
4. Set Up dilakukan dengan baik.
5. Melakukan kegiatan – kegiatan perencanaan.
Page 13
FAIR EFFORT : 1. Saran – saran yang baik diterima dengan kesal.
2. Kadang – kadang perhatian tidak ditujukan pada
pekerjaanya.
3. Kurang sungguh – sungguh.
4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.
5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.
6. Alat – alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.
7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada
pekerjaanya.
8. Terlampau hati – hati.
9. Sistematika kerjanya sedang – sedang aja.
10. Gerakan – gerakan tidak terencana.
POOR EFFORT 1. Banyak membuang – buang waktu.
2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja.
3. Tidak mau menerima saran – saran.
4. Tampak malas dan lambat bekerja.
5. Melakukan gerakan – gerakan yang tidak perlu untuk
mengambil alat – alat dan bahan – bahan.
6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi.
7. Tidak perduli pada cocok/ baik tidaknya peralatan yang
dipakai.
8. Mengubah – ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
9. Set Up kerjanya terlihat tidak baik.
5. Allowance
Allowance diberikan untuk tiga penggolongan, yaitu untuk kebutuhan pribadi, untuk
menghilangkan kelelahan, serta untuk hal-hal yang tidak dapat dihindari. Ketiga hal ini
merupakan hal-halnyata yangperluolehpekerjayangselama pengukurantidakdapat
diamati, diukur, direkam, atau dihitung.
Page 14
FAKTOR
CONTOH PEKERJAAN KELONGGARAN (%)
A. Tenaga yang dikeluarkan Ekuivalen
beban (Kg)
Pria Wanita
1 Dapat diabaikan Bekerja dimeja, duduk tanpa beban 0,00 - 6,00 0,00 - 6,00
2 Sangat ringan Bekerja dimeja, berdiri 0,00 - 2,25 6,00 - 7,5 6,00 - 7,5
3 Ringan Menyekop,ringan 2,25 - 9,00 7,5 - 12,00 7,5 - 16,00
4 Sedang Mencangkul 9,00 - 18,00 12,00 - 19,00 16,00 - 30,00
5 Berat Mengayuh palu yang berat 19,00 - 27,00 19,00 -30,00
6 Sangat berat Memanggul beban 27,00 - 50,00 30,00- 50,00
7 Luar biasa berat Memanggul karung berat diatas 50
B. Sikap kerja
1 Duduk Berkerja duduk, ringan 0,00 - 1,0
2 Berdiri diatas dua kaki Badan tegak, ditumpu dua kaki 1,0 - 2,5
3 Berdiri diatas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol 2,5 - 4,0
4 Berbaring Pada bagaian sisi, belakang atau depan badan 2,5 - 4,0
5 Membungkuk Badan dibungkukana bertumpu pada kedua
kaki 4,0 – 10
C. Gerakan kerja 1 Normal Ayunan bebas dari palu 0
2 Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 0 – 5
3 Sulit Membawa beban berat satu tangan 0 – 5
4 Pada anggota - anggota badan terbatas Berkerja dengan tangan diatas kepala 5,00 - 10,00
5 Seluruh anggota badan terbatas Bekerja dilorong pertambangan yang sempit. 10,00 - 15,00
D. Kelelahan Mata *) Pencahayaan baik Buruk 1 Pandangan yang terputus - putus Membawa alat ukur 0,00 - 6,00 0,00 - 6,00
2 Pandangan yang hampir terus menerus Pekerjaan - pekerjaan yang teliti 6,00 - 7,5 6,00 - 7,5
3 Pandangan terus menerus dengan fokus berubah –
rubah
Memeriksa cacat - cacat pada kain 7,5 - 12,00
12,00 - 19,00
7,5 - 16,00
16,00 - 30,00
4 Pandangan teus menerus dengan fokus Tetap pemeriksaan yang sangat teliti 19,00 -30,00 30,00 – 50,00
Page 15
FAKTOR CONTOH
PEKERJAAN
KELONGGARAN (%)
E. Keadaan temperatur tempat kerja**) Temperatur(oC) Kelelahan Normal Berlebihan 1 Beku Dibawah 0 diatas 10 diatas 12
2 Rendah 0 – 13 10 - 0,0 12 - 5,00
3 Sedang 13 – 22 5,00 - 0 8,00 -0
4 Normal 22 – 28 0 - 5,00 0 - 8,00
5 Tinggi 28 – 38 5,00 -40 8 - 100
6 Sangat Tinggi diatas 38 diatas 40 diatas 100
F. Keadaan atmosfer ***) 1 Baik Ruang yang berventilasi baik, udara segar 0
2 Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau - bauan (tidak berbahaya) 0 - 5
3 Kurang baik Adanya debu - debu beracun, atau tidak beracun tetapi
banyak
5,00 -10
4 Buruk Adanya bau - bauan berbahaya yang mengharuskan
menggunakan alat - alat pernapasan 10,00 -20
G. Keadaan lingkungan yang baik
1 Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0
2 Siklus kerja berulang - ulang antara 5 -10 detik 0 - 1
3 Siklus kerja berulang - ulang antara 0 - 5 detik 1 - 3
4 Sangat Bising 0 - 5
5 Jika faktor - faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kwalitas 0 - 5
6 Terasa adanya getaran lantai 5 - 10
7 Keadaan - keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan , dll) 5 - 15
*) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan
**)Tergantung juga pada keadaan Ventilasi
***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim
Catatan pelengkap : kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : pria =0 -2,5% : wanita = 2 - 5,0%
Page 16
6. Menghitung Waktu Baku
a) Menghitung waktu per elemen kerja
Tabel 10.5 Hasil Rekap Data Pengamatan
No Elemen Kerja
1 2 … N RF Waktu
Normal
1 Mengambil dan
meletakkan roti 6 s 7 s 1.14
2 Mengoleskan
mayonaise 19 s 22 s
3
…
n
Total
b) Waktu Normal
Rerata Waktu Elemen Kerja x Rating
c) Waktu Standar
Waktu normal + (Allowance x Waktu Normal)
= 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 ×100
100−𝐴𝑙𝑙
E. Contoh Studi Kasus
Seorang karyawan perusahaan mainan, mempunyai tugas untuk merakit mobil
mainan. Untuk menilai apakah kinerja karyawannya sudah efektif maka dilakukan
analisis time study dalam perakitan mainan tersebut menggunakan metode stopwatch.
Dalam pengamatan ini dilakukan 10 perakitan untuk mengetahui seberapa lama pekerja
menyelesaikan perakitan untuk 1 unit mobil-mobilan tersebut.
Dalam penelitian ini dilakukan pembagian elemen kerja menjadi memasang besi
roda pada body bawah mobil-mobilan, memasang roda pada mobil-mobilan,
memasang mesin dan body atas pada mobil-mobilan, dan memasang sekrup dan
mengencangkannya pada mobil-mobilan. Selain pembagian elemen kerja juga
dilakukan pemberian ratingfactor untuk tiap-tiap elemen, untuk elemen 1 sebesar 1.10,
Page 17
elemen 2 sebesar 1.05, elemen 3 sebesar 1.05, elemen 4 sebesar 1.10, dan allowance
yang diberikan pada kegiatan perakitan ini sebesar 15%.
Setelah dilakukan pengamatan dengan metode continuous timing didapatkan data
sebagai berikut :
Tabel 10.6 Contoh Rekap Data Pengamatan
Elemen Kegiatan Data Pengamatan ke- (detik) Rata-
Rata
RF
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Memasang besi roda 6 5 7 5 6 6 8 7 7 9 6,6 1,10
6 46 89 130 173 219 266 309 352 401
Memasang roda pada
mobil-mobilan.
5 6 5 5 7 5 6 6 7 7 5,9 1,05
11 52 94 135 180 224 272 315 359 408
Memasang mesin dan
body atas
10 9 9 11 12 10 10 9 12 12 10,4 1,05
21 61 103 146 192 234 282 324 371 420
Memasang sekrup dan
mengencangkan sekrup
20 21 22 21 21 24 20 21 21 20 21,1 1,10
41 82 125 167 213 258 302 345 392 440
Jawaban :
Dari data pengamatan diatas, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mencari
waktu normal untuk tiap elemen kerja.
- Waktu normal elemen kerja 1 = 6,6 x 1,10 = 7,26 detik
Waktu normal elemen kerja 2 = 5,9 x 1,05 = 6,2 detik
Waktu normal elemen kerja 3 = 10,4 x 1,05 = 10,92 detik
Waktu normal elemen kerja 4 = 21,1 x 1,10 = 23,21 detik
TOTAL waktu normal = 47,59 detik
- Waktu Baku untuk kegiatan perakitan dengan allowance 15%.
Waktu baku = 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑥 100
100−𝑎𝑙𝑙
= 47,59 𝑥 100
100 − 15
= 55,99 detik
F. Praktikum
1. Alat Praktikum
Page 18
a) Stopwatch
b) Lembar Pengamatan
c) Pulpen/ Alat tulis
d) Kalkulator
2. Prosedur Pelaksanaan
Menentukan
Pengamat dan
Operator
Pengamat
Melakukan pengamatan
dan pengambilan data
menggunakan Stopwatch
Operator
Melakukan perakitan
produk yang telah
disediakan
Menentukan elemen
kerja
Konsultasi elemen
kerja kepada asisten
pendamping
Operator melakukan
kegiatan perakitan
sebanyak 10 produk secara
terus menerus
Pengamat melakukan
pengamatan waktu
perakitan setiap elemen
kerja
Praktikan menentukan rating factor dan
allowance dalam kegiatan perakitan
(menyertakan alasan)
Melakukan konsultasi atas hasil pengamatan
Mulai
Selesai
Salah
Benar
Salah
Benar
Page 19
Ma
pp
ing
Ko
nse
p