Top Banner
Step 7 1. Alat Pelindung Diri (APD) A. Definisi APD Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaannya yang mengisolasi tenaga kerja dari bahaya tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa dan cara kerja yang aman APD yang dipakai memenuhi syarat enak dipakai,tidak mengganggu kerja memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya (Sartika,2005). Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, personal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. B. Dasar Hukum tentang APD 1. Undang-undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
44

Step 7.docx

Apr 24, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Step 7.docx

Step 7

1. Alat Pelindung Diri (APD)

A. Definisi APD

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang mempunyai

kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaannya yang mengisolasi

tenaga kerja dari bahaya tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa dan

cara kerja yang aman APD yang dipakai memenuhi syarat enak dipakai,tidak

mengganggu kerja memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya

(Sartika,2005).

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, personal

protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat

yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang

diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik

yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

B. Dasar Hukum tentang APD

1. Undang-undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan

syarat-syarat untuk memberikan APD

b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan

menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.

c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban

dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.

d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara

cuma-cuma.

Page 2: Step 7.docx

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.01/MEN/1981

Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja Pasal 4 ayat (3)

menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib

bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat

kerja

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.03/MEN/1982

Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Pasal 2 butir I menyebutkan

memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,

pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan

makanan ditempat kerja

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.03/Men/1986

tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Tempat Kerja Yang Mengelola

Pestisida Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida

harus memakai alat-alat pelindung diri yang berupa pakaian kerja, sepatu

lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan

pelindung pernafasan APD yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh

tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat.

Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan

tidak memenuhi syarat.

C. Pertimbangan pemilihan APD

Faktor-faktor pertimbangan pemakaian APD:

1. Enak dan nyaman dipakai

2. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak

pekerja

3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/potensi

bahaya

4. Memenuhi syarat estetika

5. Memperhatikan efek samping penggunaan APD.

Page 3: Step 7.docx

6. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan harga

terjangkau. (Anizar, 2009).

D. Penggolongan APD berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi

Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika digolong-golongkan

menurut bagian-bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis alat-alat roteksi

diri dapat dilihat pada daftar sebagai berikut (Suma‘mur, 1976):

1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan.

2. Mata : kaca-mata dari berbagai gelas.

3. Muka : perisai muka.

4. Tangan dan jari-jari : sarung tangan.

5. Kaki : sepatu.

6. Alat pernapasan : respirator/masker khusus.

7. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga.

8. Tubuh : pakaian kerja dan berbagai bahan.

E. Jenis-jenis APD

1. Alat pelindung kepala

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi

kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau

benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas,

api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang

ekstrim. Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety

helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-

lain (Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri). Macam-macam

alat pelindung kepala diantaranya adalah:

Page 4: Step 7.docx

a. Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet)

Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena

arus listrik.

b. Tutup Kepala

Melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap, panas/dingin

c. Hats/cap

Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan mesin-mesin berputar

d. Topi Pengaman

Untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari tegangan listrik yang

terbatas. Tahan terhadap tegangan listrik tinggi. Tanpa perlindungan terhadap

tenaga listrik,biasanya terbuat dari logam

2. Alat pelindung pernapasan

Berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara

bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme,

partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/fume, dan

sebagainya. Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran dapat menggunakan

masker. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu:

a. Bagaimana menggunakan masker secara benar.

b. Macam dari kotoran debu yang perlu dihindari.

c. Lamanya menggunakan alat tersebut.

Alat Pelindung Pernafasan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Masker untuk melindungi debu atau partikel-partikel yang lebih besar yang

masuk kedalam pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori

tertentu.

Page 5: Step 7.docx

2. Respirator berguna untuk melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap logam,

asap, dan gas.Alat ini dapat dibedakan atas. alat ini dapat dibedakan atas:

a. Respirator pemurni udara Membersihkan udara dengan cara menyaring atau

menyerap kontaminan dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistem

pernafasan, alat ini pembersihnya terdiri dari filter untuk menangkap debu

diudara atau tabung kimia yang dapat menyerap gas, uap, dan kabut.

b. Respirator penyalur udara

Membersihkan aliran udara yang tidak terkontaminasi secara terus menerus

udara dapat dipompkana dari sumber yang jauh (dihubungkan dengan selang

tahan tekanantau dari persediaan yang potabel (seperti tabung yang berisi udara

bersih atau oksigen). Jenis ini biasa dikenal SCBA (Self contained breating

appatus) atau alat pernafasan mandiri digunakan untuk tempat kerja yang terdapat

gas beracun.

3. Alat pelindung telinga

a. Sumbat telinga (ear plug)

Ukuran, bentuk, dan posisi saluran telinga untuk tiap-tiap individu berbeda-beda

dan bahkan antar kedua telinga dari individu yang sama berlainan. Oleh

karena itu, sumbat telinga harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi

saluran telinga pemakainya. Diameter saluran telinga berkisar antara 3-14 mm,

tetapi paling banyak 5-11 mm. Umumnya bentuk saluran telinga manusia

tidak lurus, walaupun sebagian kecil ada yang lurus. Sumbat telinga dapat

mengurangi bising sampai dengan 30 dB. Sumbat telinga dapat terbuat dari

kapas, plastik karet alami dan sintetik, menurut cara penggunannya,

dibedakan menjadi earplug sekali pakai (disposable earplug) yaitu sumbat telinga

yang digunkan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang, misalnya sumbat

telinga dari kapas, kemudian cara penggunan yang lain yaitu earplug yang

dapat digunakan kembali (non disposable earplug) yang digunakan waktu

yang lama terbuat dari karet atau plastik cetak. Dalam pemakaiannya sumbat

telinga mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Page 6: Step 7.docx

Kelebihan:

1. Mudah dibawa karena ukurannya yang kecil.

2. Relatif lebih nyaman dipakai ditempat kerja yang panas.

3. Tidak membatasi gerak kepala.

4. Harga relative murah daripada tutup telinga (earmuff).

5. Dapat dipakai dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakaian kacamata,

tutup kelapa, anting-anting dan rambut.

Kekurangan:

1. Memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telingan untuk pemasangan

yang tepat.

2. Tingkat proteksinya lebih kecil dari tutup telinga.

3. Sulit untuk memonitor tenaga kerja apakah memakai APT karena sukar

dilihat oleh pengawas.

4. Hanya dapat dipakai oleh saluran telingan yang sehat.

5. Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat telinga kotor, maka

saluran telinga akan mudah terkena infeksi karena iritasi.

b. Tutup telinga (ear muff)

Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga, dapat berupa

cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada

pemakaian yang lama, sering ditemukan efektifitas telinga menurun yang

disebabkan oleh bantalan mengeras dan mengerut akibat reaksi bahan

bantalan dengan minyak kulit dan keringat. Tutup telinga digunakan untuk

mengurangi bising sampai dengan 40-50 dB dengan frekuensi 100-8000Hz.

Kelebihan dan kekurangan dari tutup telinga (earmuff) adalah:

Kelebihan:

Page 7: Step 7.docx

1. Satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa orang dengan

ukuran telinga yang berbeda.

2. Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas.

3. Dapat dipakai yang terkena infeksi (ringan).

4. Tidak mudah hilang.

Kekurangan:

1. Tidak nyaman dipakai ditempat kerja yang panas

2. Efektifitas dan kenyamanan pemakaiannya, dipengaruhi oleh pemakaian

kacamata, tutup kepala, anting-anting, rambut yang menutupi telinga

3. Tidak mudah dibawa atau disimpan

4. Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang agak sempit.

5. Harganya relatif lebih mahal dari sumbat telinga

4. Alat pelindung mata dan muka

Fungsi dari pelindung mata dan muka adalah melindungi mata dan muka

dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikelpartikel yang melayang

di udara dan di badan air, percikan benda- benda kecil, panas, atau uap panas,

radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak

mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda

tajam. Diantaranya adalah:

a. Goggles

Goggles memberikan perlindungan lebih baik dari pada safety glasses karena

goggles terpasang dekat wajah. Karena goggles mengitari area mata, maka

goggles melindungi lebih baik pada situasi yang mungkin terjadi percikan

cairan, uap logam, uap, serbuk, debu, dan kabut.

b. Face shield

Page 8: Step 7.docx

Face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan sering

digunakan pada operasi peleburan logam, percikan bahan kimia, atau partikel

yang melayang. Banyak face shield yang dapat digunakan bersamaan dengan

pemakaian hard hat. Walaupun face shield melindungi wajah, tetapi face

shield bukan pelindung mata yang memadai, sehingga pemakaian safety glasses

harus dilakukan dengan pemakaian face shield.

c. Masker wajah

Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat-zat berbau menyengat dan

dari debu yang merugikan.

5. Alat pelindung kaki

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri, alat pelindung

kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan

benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap

panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad

renik, dan tergelincir. Jenis pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada

pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan,

pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja

yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang

dan lain-lain.

6. Alat pelindung tangan

Kontak dengan bahan kimia kaustik atau beracun, bahan-bahan biologis,

sumber listrik, atau benda dengan suhu yang sangat dingin atau sangat panas

dapat menyebabkan iritasi atau membakar tangan. Bahan beracun dapat

terabsorbsi melalui kulit dan masuk ke badan.

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu

dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia,

Page 9: Step 7.docx

benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad

renik.

7. Alat pelindung tubuh

Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya

kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya

berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak

berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya.

Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan tidak

memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap

bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja

dengan bahan-bahan dapat meledak oleh aliran statik listrik (Suma‘mur, 1986).

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh

bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim,

pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan

logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan

bahan, tergores, radiasi, binatang, mikroorganisme patogen dari manusia,

binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur. Jenis

pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek (Apron/Coveralls), jacket,

dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.

F. Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya

Untuk melihat alat-alat plindung diri menurut keperluannya (Suma‘mur, 1996)

dapat dilihat pada tabel

Page 10: Step 7.docx
Page 11: Step 7.docx
Page 12: Step 7.docx
Page 13: Step 7.docx

G. Pemeliharaan APD

Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan

antara lain dengan:

a. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya.

Terutama untuk helm, kacamat, earplug, dan sarung tangan kain/kulit/karet.

b. Menjemur dipanas matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada helm.

c. Mengganti filter atau catridge-nya untuk respirator.

H. Penyimpanan APD

Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari APD,

hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran,

gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut

kering dan mudah dalam pengambilannya.

I. Pengawasan APD

Menurut Notoadmojo (1993) pengawasan adalah salah satu faktor

pemantauan yang dilakukan oleh pengawas terhadap pelaksanaan kerja

seluruh pekerja bawahannya. Pengawasan dibutuhkan untuk meningkatkan

disiplin kerja pekerja meskipun nampaknya adalah memantau bawahannya

didalam menyelesaikan tugas-tugas secara bertanggung jawab.

Dan menurut Budiono, dkk (2003) untuk menerapkan kedisiplinan pekerja

dalam penggunaan APD hendaknya didorong oleh berbagai pihak, misalnya

dengan memberikan sangsi bagi yang tidak mematuhi dan memberikan pula

penilaian yang baik atau penghargaan bagi tenaga kerja yang disiplin dalam

menggunakan APD.

Page 14: Step 7.docx

J. Training atau pelatihan APD

Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan pada setiap

tenaga kerja. Pembinaan yang terus menerus dapat meningkatkan kesadaran

dan wawasan tenaga kerja. Salah satu cara yang efektif adalah melalui

pelatihan. Peningkatan wawasan dan pengetahuan akan menyadarkan tentang

pentingnya penggunaan APD, sehingga efektif dan benar dalam penggunaan,

serta tepat dalam pemeliharaan dan penyimpanannya. Memakai APD yang

rusak akan memberikan pengaruh buruk seperti halnya tidak menggunakan

APD atau bahkan lebih berbahaya. Tenaga kerja akan berpikir telah terlindungi,

padahal sesungguhnya tidak.

Kebiasaan memakai dengan benar harus senantiasa ditanamkan agar menjadi

suatu kegiatan otomatis atau tanpa paksaan (Budiono, dkk, 2003) Training atau

pelatihan meliputi bentuk dan ditujukan pada siapa (Santoso, 2004), yaitu:

1. Masalah personil dengan APD, pengenalan APD, penggunaan yang benar dan

batasan seleksi bentuk: IN-HOUSE TRAINING.

2. Tanggung jawab pemeliharaan APD, pemakaian, pemeliharaan, kebersihan.

3. Pekerja yang melaksanakan pekerjaan khusus dan harus selalu memakai

APD.

4. Anggota safety comitte (P2K3), supervisor.

Operator-operator yang menggunakan APD harus memperoleh (Ridley, 2008):

1. Informasi tentang bahaya yang dihadapi.

2. Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil.

3. Pelatihan tentang penggunaan peralatan yang benar.

4. Konsultasi dan diizinkan memilih APD yang tergantung pada kecocokan.

2. monitoring biologi dari PAK (Peyakit Akibat Kerja)

Page 15: Step 7.docx

Biomonitoring & Biomarker Lingkungan

Pada umumnya penilaian paparan bahan kimia terhadap manusia adalah dengan

cara pemantauan lingkungan. Telah diketahui bahwa untuk mengevaluasi suatu

paparan bahan kimia terhadap manusia, tergantung dari faktor sifat fisikokimia

suatu bahan, higiene manusia itu sendiri serta beberapa faktor biologi antara lain

umur dan jenis kelamin. Untuk mempelajari kandungan bahan kimia di dalam

tubuh manusia dan efek biologi dari bahan kimia tersebut dipakai metode

pemantauan biologi (biological monitoring). Keuntungan dari pemakaian metode

ini adalah terkaitnya bahan kimia secara sistematik yang dapat dipakai untuk

memperkirakan risiko yang terjadi.

Secara umum tujuan dari kegiatan pemantauan biologi adalah sama dengan

pemantauan ambien yaitu mencegah terjadinya paparan bahan kimia yang dapat

menyebabkan gangguan kesehatan baik secara akut maupun kronis.

Biomonitoring adalah pengujian sampel dari manusia, seperti darah dan air kemih,

untuk mengetahui metabolisme kimiawi. Kapasitas ini adalah kunci dari fungsi

inti untuk efektivitas sebuah laboratorium kesehatan masyarakat. Tanpa

biomonitoring, diagnosis dan pengobatan terhadap paparan bahan kimia dapat

tertunda.

Biomonitoring adalah alat yang penting untuk pencegahan penyakit. Ketika hal ini

dikombinasikan dengan usaha penelusuran penyakit, biomonitoring

memungkinkan petugas kesehatan masyarakat untuk mengerti dengan lebih baik

apa, dimana dan kapan keterpaparan terjadi, hal inilah yang dikaitkan dengan

faktor-faktor lingkungan.

Dalam hubungannya dengan risiko terhadp kesehatan, pendekatan pemantauan

biologi dan pemantauan ambien terhadap risiko kesehatan dapat dinilai dengan

beberapa cara. Cara tersebut antara lain membandingkan hasil perhitungan

parameter dengan nilai perkiraan maksimum yang diperkenankan yaitu Treshold

Limit Value (TLV) atau Biological Limit Value (BLV).

Seperti halnya pemantauan ambien maka pemantauan biologi suatu paparan

merupakan aktifitas pencegahan yang sangat penting dan mendeteksi efek akibat

Page 16: Step 7.docx

bahan kimia. Hal ini disebut sebagai aktifitas survailen kesehatan (Health

Surveillance). Khusus untuk petanda biologi yang peka (sensitive biological

marker), suatu pemantauan biologi bertujuan untuk mendeteksi tanda keracunan

secara dini sebagai aktifitas pencegahan.

Pemantauan ambien dipraktekkan untuk memperkirakan paparan eksternal dari

suatu bahan kimia, sedangkan pemantauan biologi secara langsung dapat untuk

menilai jumlah bahan kimia yang diserap organisme (dosis internal). Dosis

internal mempunyai arti yang berbeda tergantung dari sifat parameter biologi dan

keadaan waktu dilakukan penghitungan.

Dosis aktif biologi merupakan jumlah total atau sebagian dari bahan kimia yang

diserap, bahan kimia yang disimpan di dalam tubuh dan bahan kimia yang berada

di dalam target sasaran (dosis target). Dengan demikian pemantauan biologi

berguna pula untuk memperkirakan dosis internal.

Pemantauan biologi dipakai untuk mengidentifikasi suatu paparan bahan kimia

yang bekerja secara sistemik pada organisme. Untuk menilai risiko kesehatan dari

suatu bahan kimia yang masuk tubuh lebih efektif memakai cara pemantauan

biologi. Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh melalui kulit, saluran

pencernaan dan pernapasan yang bersumber dari tempat kerja dan lingkungan

lainnya dapat dilakukan dengan pemantauan biologi.

Dalam rangka analisis keadaan lingkungan, masalah indikator biologis perlu

diketahui dan ditentukan. Indikator biologis dalam hal ini merupakan petunjuk

ada-tidaknya kenaikan keadaan lingkungan dari garis dasar, melalui analisis

kandungan logam atau kandungan senyawa kimia tertentu yang terdapat di dalam

hewan maupun tanaman, atau suatu hasil dari hewan (susu, keju) atau tanaman

(buah, umbi). Indikator biologis dapat ditentukan dari hewan atau tanaman yang

terletak pada daur pencemaran lingkungan sebelum sampai kepada manusia.

TES BIOLOGI SUATU PAPARAN

Untuk mengukur bahan kimia atau metabolik umumnya digunakan media biologi.

Media biologi yang sering dipakai adalah urine, darah, udara alveolus. Sedangkan

media biologi yang jarang dipakai untuk pengukuran bahan kimia atau metabolik

Page 17: Step 7.docx

adalah ASI, lemak, air liur, rambut, kuku, gigi dan plasenta. Pada umumnya urine

dipakai sebagai media untuk mengukur bahan kimia anorganik dan organik yang

mudah larut dalam air. Darah dipakai sebagai media untuk sebagian besar bahan

kimia anorganik dan organik yang sukar dilakukan biotransformasi, sedangkan

udara alveolus dipakai untuk bahan yang mudah menguap.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengukuran suatu parameter dan

waktu pengambilan sampel adalah:

Sifat fisiko-kimia dari bahan

Kondisi paparan

Parameter toksokinetik: distribusi, biotransformasi dan eliminasi

Sensitivitas dari metode analisis

Gangguan kesehatan

Dosis organ (besar dosis pada organ)

Dosis target (besar dosis pada sasaran)

Sebagai contoh adalah Cadmium dalam darah merupakan logam berat yang secara

umum dapat mengganggu kesehatan. Tetapi cadmium dalam urine merupakan

indikator yang baik terakumulasinya logam berat tersebut di dalam ginjal.

Berdasarkan selektifitas dari pemeriksaan bahan kimia atau metabolitnya, maka

pemeriksaan dapat bersifat selektif dan non selektif. Pemeriksaan yang selektif

untuk bahan-bahan kimia tunggal sedangkan pemeriksaan non selektif untuk

gabungan bahan kimia. Pemantauan biologi dapat pula berisi gas invasife dan non

invasife. Pemeriksaan invasife memerlukan misalnya sampel darah dan sampel

jaringan, sedangkan yang non invasife hanya memerlukan sampel urine, udara

alveolus dan kuku.

Selain uji pengukuran bahan kimia atau metabolit di dalam media biologi ada tes

lain yang termasuk uji biologi yaitu:

Uji yang didasarkan pada tidak adanya kelainan biologi, contoh: pengukuran

aktifitas eritrosit cholinesterase

Uji pengukuran bahan kimia yang terikat pada molekul sasaran, contoh: uji

karboksi haemoglobin pada masyarakat sekitar industri

Page 18: Step 7.docx

BIOMONITORING

Secara umum istilah biomonitoring dipakai sebagai alat/cara yang penting dan

merupakan metode baru untuk menilai suatu dampak pencemaran lingkungan.

Istilah yang lebih spesifik adalah monitoring biologi (Biological Monitoring). Di

dalam praktek penggunaan monitoring biologi (MB) adalah untuk memonitor

populasi yang terpapar oleh bahan polutan di tempat kerja maupun di lingkungan.

Kegiatan monitoring dapat dipakai untuk mengevaluasi risiko kesehatan yang

berhubungan dengan bahan polutan. Dikenal ada 3 jenis monitoring yaitu:

1. Monitoring ambien untuk menilai risiko kesehatan Monitoring ambien

tersebut digunakan untuk memonitor paparan eksternal dari bahan kimia

untuk mengetahui berapa kadar bahan kimia di dalam air, makanan, dan

udara. Risiko kesehatan dapat diperkirakan (diprediksi) berdasarkan batas

paparan lingkungan, misalnya Treshold Limit Value (TLV) dan Time

Weighted Average (TWA) dari suatu paparan.

2. Monitoring biologi dari paparan (MB paparan) Monitoring biologi suatu

paparan adalah pemantauan suatu bahan yang mengadakan penetrasi ke

dalam tubuh dengan efek sistemik yang membahayakan. Monitoring biologi

dari suatu paparan dapat dipakai untuk mengevaluasi risiko kesehatan.

Monitoring biologi tersebut dilaksanakan dengan memonitor dosis internal

dari bahan kimia, misalnya jumlah dosis efektif yang diserap oleh organisme.

Risiko terhadap kesehatan diprediksi dengan membandingkan nilai observasi

dari parameter biologi dengan Biological Limit Value (BLV) dan/atau

Biological Exposure Index (BEI).

3. Monitoring biologi dari efek toksikan (health surveillance) Tujuan

monitoring biologi dari efek toksikan adalah memprediksi dosis internal

untuk menilai hubungannya dengan risiko kesehatan, mengevaluasi status

kesehatan dari individu yang terpapar dan mengidentifikasi tanda efek negatif

akibat suatu paparan, misalnya kelainan fungsi paru.

MACAM BIOMONITORING

1. Biomonitoring Logam

Page 19: Step 7.docx

Biomonitoring logam dapat dilakukan dengan pemeriksaan suatu media untuk

menentukan bahan logam. Media yang dipakai antara darah/urine, jaringan tubuh,

ikan, binatang invertebrata, dan tanaman perairan.

a. Logam yang dapat ditemukan pada darah/urine: Cadmium, Zat besi,

Manganese, Tembaga, Merkuri, Zink

b. Logam berat di atmosfer yang ditemukan pada jaringan burung: partikel timbal,

Cadmium, Arsen, Merkuri. Logam berat tersebut berasal dari pabrik pengelasan

logam dan secara tidak langsung burung memakan serangga dengan yang

terkontaminasi oleh logam berat. Tempat akumulasi logam berat di dalam tubuh

burung terletak pada jaringan dan bulu burung.

c. Logam berat di perairan yang ditemukan pada ikan: Chromium, Tembaga,

Timbal, Zink. Logam tersebut akan meningkat kadarnya, apabila ada peningkatan

BOD di perairan.

d. Logam berat di perairan yang ditemukan pada binatang invertebrata:

Chromium, Cadmium, tembaga, timbal, cobalt, nikel. Adanya logam berat

tersebut pada tubuh invertebrata merupakan indikator tercemarnya lingkungan.

e. Tanaman perairan dan tanaman darat dapat dipakai sebagai bio indikator

lingkungan yang terkontaminasi oleh logam berat. Pabrik pengecoran besi yang

mengeluarkan bahan pencemar udara logam berat dapat dideteksi pada tanaman

dengan analisis Neutron Activation Analysis.

2. Biomonitoring Zat Organik

Akumulasi zat organik pada beberapa spesies mamalia merupakan bio indikator

yang potensial untuk mendeteksi pencemaran lingkungan. Beberapa zat organik

yang dipakai indikator antara lain:

a. perubahan non protein sulfhidril pada sel liver dari tikus sebagai indikator

terpapar oleh pestisida.

b. Meningkatnya bilirubin pada tikus, menunjukkan adanya paparan oleh Tri Nitro

Toluen (TNT).

Page 20: Step 7.docx

c. Terdapatnya hubungan antara pencemaran lingkungan dengan Poly Chlorinated

Bifenil (PCB), dioxin, dan furan pada manusia.

d. Terdapatnya dioxin, furan, PCB, DDE, dan lindane pada telur burung sebagai

indikator tercemarnya lingkungan oleh zat organik

e. Terakumulasinya PCB, pestisida, dan bahan antropogenik pada tubuh ikan

sebagai indikator tercemarnya ekosistem perairan

f. Meningkatnya aktifitas Mixed Function Oxidase (MFO) pada ikan di sungai

yang tercemar oleh bahan organik, PAH, Dioxin, dan PCB.

g. Aktivitas Xenobiotik – DNA adduct, Cytochrome P 450 induksi dan oryl

hidrokarbon hidroksilase pada ikan dipakai sebagai biomarker pencemaran pantai

oleh PCB dan DDT.

h. Mengurangnya komunitas phytoplankton dapat dipakai sebagai biomonitoring

pencemaran pestisida dalam perairan.

3. Biomonitoring Limbah Cair

Ada beberapa studi toksisitas yang dipakai untuk menilai buangan limbah cair

antara lain pemakaian bakteri dan pemakaian invertebrata. Limbah pabrik kertas

yang mengandung bahan kimia pemutih dilakukan studi memakai biota air

misalnya ikan.

Cara baru untuk menilai kualitas air laut yang terkontaminasi oleh bahan kimia

pemutih adalah dengan cara bio assay antara lain: uji inhibisi pertumbuhan algae

dan uji larva biota air.

4. Biomonitoring Pencemar Udara

Perubahan ambien atmosfer oleh adanya bahan pencemar udara akan dapat

mempengaruhi kehidupan tanaman. Daun pinus jarum dapat dipakai sebagai

indikator pencemaran alifatik hidrokarbon. Dengan pemeriksaan gas kromatografi

ditemukan bahwa kadar hidrokarbon lebih tinggi pada daun pohon pinus yang

berumur tua. Tanaman tingkat rendah antara lain lichen parmalia sulcata dapat

sebagai indikator pencemaran udara. Dengan demikian maka lichen dapat dipakai

sebagai biomonitor untuk pencemar udara.

Page 21: Step 7.docx

5. Biomonitoring Asidifikasi

Perairan yang mempunyai pH rendah akan bersifat asam. Keasaman perairan

dapat dideteksi dengan memakai biomarker biota yang hidup dalam perairan

tersebut. Dalam keadaan pH rendah (pH=3), maka logam besi dan manganese

akan terdeteksi dalam perairan. Efek perairan dengan pH rendah, logam yang

toksis dan Dissolve Organic Carbon (DOC) terhadap hewan amfibi akan

menyebabkan terlambatnya metamorfosa, menurunnya daya tahan dan

menurunnya berat badan hewan amfibi.

6. Biomonitoring Kesehatan Manusia

Biomonitoring Pb dan Cd pada wanita yang melahirkan, dilakukan dengan

pemeriksaan ASI dan darah. Karyawan industri petrokimia yang terpapar dengan

PAH pada pemeriksaan urine ditemukan biomarker hidroksipyrene.

3. Pemeriksaan kesehatan berkala PAK (Peyakit Akibat Kerja)

TUJUAN :

Mempertahankan derajat kesehatan sesudah berada dalam pekerjaannya

Menilai kemungkinan adanya pengaruh dari pekerjaan sedini mungkin

yang perlu dikendalikan dengan usaha pencegahan

Sekurang-kurangnya satu tahun sekali

Kendala:

Biaya yang tinggi

Kurang mengerti

Penting : peran dokter perusahaan

Pemeriksaan kesehatan berkala

Penting untuk deteksi dini penyakit akibat kerja

Page 22: Step 7.docx

Daftar penyakit akibat kerja tercantum dalam :

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. Per-01/MEN/1981

Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 22 tahun 1993 tentang :

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja

Langkah2 utk diagnosis penyakit akibat kerja

a. Pendekatan epidemiologis

Bila ditemukan adanya gangguan kesehatan / keluhan pada sekelompok pekerja

Untuk mengidentifikasi adanya hubungan kausal antara suatu pajanan dg penyakit

Identifikasi harus mempertimbangkan :

1. Kekuatan asosiasi

2. Konsistensi

3. Spesifitas

4. Adanya hubungan waktu dengan kejadian penyakit

5. Hubungan dosis

6. Penjelasan patofisiologis

b. Pendekatan Klinis ( individual )

Utk menentukan apakah seseorang menderita penyakit yg diakibatkan oleh

pekerjaannya atau tidak

1. Menentukan diagnosis klinis

2. Menentukan pajanan yg dialami individu tsb dalam pekerjaan

3. Menentukan apk ada hubungan antara pajanan dg penyakit

4. Menentukan apk pajanan yg dialami cukup besar

Page 23: Step 7.docx

5. Menentukan apk ada faktor2 individu yg berperan

6. Menentukan apk ada faktor2 lain diluar pekerjaan

Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja

( Kep Presiden no.22 tahun 1993)

1.Pneumokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut

silikosis, antrakosilikosis, asbestosis ) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya

merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian

2.Penyakit paru dan saluran pernafasan ( bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh

debu logam keras

3.Penyakit paru dan saluran pernafasan ( bronkhopulmoner) yg disebabkan oleh

debu kapas, vlas, henep dan sisal ( bissinosis )

4.Asma akibat kerja yg disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang

yg dikenal yg berada dalam proses pekerjaan

5.Alveolitis alergika yg disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu organik

6. Penyakit yg disebabkan oleh berrilium atau persenyawaannya yang beracun

7. Penyakit yg disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yg beracun

8. Penyakit yg disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yg beracun

9. Penyakit yg disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yg beracun

10. Penyakit yg disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yg beracun

11. Penyakit yg disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yg beracun

12. Penyakit yg disebabkan oleh air raksa atau persenyawaannya yg beracun

Page 24: Step 7.docx

13. Penyakit yg disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yg beracun

14. Penyakit yg disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yg beracun

15. Penyakit yg disebabkan oleh karbon disulfide

16. Penyakit yg disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon

lifatik atau aromatik yg beracun

17. Penyakit yg disebabkan oleh benzena atau homolognya yg beracun

18. Penyakit yg disebabkan oleh derivat nitro dan amino dari benzena atau

omolognya yg beracun

19. Penyakit yg disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya

20. Penyakit yg disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton

21. Penyakit yg disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan

seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya yg

beracun, amoniak, seng, braso dan nikel

22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan

23. Penyakit yg disebabkan oleh getaran mekanik ( kelainan otot, urat, tulang,

persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi )

24. Penyakit yg disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yg bertekanan rendah

25. Penyakit yg disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yg meng-ion

26. Penyakit kulit ( dermatosis ) yg disebabkan oleh penyebab fisik, kimia atau

biologic

27. Kanker kulit epitelioma primer yg disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak

mineral, antrasen atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut

28. Kanker paru atau mesotelioma yg disebabkan oleh asbes

29. Penyakit infeksi yg disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yg didapat

dalam suatu pekerjaan yg memiliki risiko kontaminasi khusus

Page 25: Step 7.docx

30. Penyakit yg disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau

kelembaban udara tinggi

31. Penyakit yg disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat

Untuk deteksi dini penyakit akibat kerja, selain pemeriksaan2 rutin yang telah

disebutkan diatas, dpt ditambah dengan pemeriksaan2 lain yang dianggap perlu

( Buku Deteksi Dini PAK, W.H.O. )

Beberapa contoh diantaranya adalah sbb :

1. Silikosis

-Pekerja berisiko silikosis : menambang & ekstraksi batu2 keras, pek. Teknis sipil

dg batu keras, penghalusan & pemolesan batu,pek. Yg menggunakan pasir sbg

amplas,dll

-Penilaian paparan :

Penilaian lingkungan : Pem sampel debu

Penilaian biologis :

*Tidak ada metoda biokimia utk penilaian paparan

*Pem radiologis ( interpretasi sesuai Klasifikasi Internasional Radiografi utk

Pneumokoniosis dari ILO )

Kesulitan : masa laten panjang, perkembangan lambat

*Uji fungsi paru

Kurang dapat menjadi indikator paparan dini

!! Penilaian lingkungan

Tahap2 awal : tidak ada gejala. Gejala baru timbul ber-tahun2 setelah paparan

( sesak nafas, batuk kering, batuk berulang )

Page 26: Step 7.docx

2. Asma akibat kerja

-Disebabkan oleh inhalasi bahan2 sensitisasi / iritan

-Pekerjaan dg risiko paparan : pekerja gudang makanan ternak, penggilingan,

pengepakan teh, tukang kayu, gergaji, industri mebel, enzim2 detergen, tukang

cat, dll

-Penilaian lingkungan : kadar diudara tempat kerja.

(namun utk bahan2 sensitisasi, walaupun kadarnya sedikit sudah menimbulkan

reaksi)

-Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan :

riwayat medis ( ! Atopi kulit & sistem pernafasan ), pem. Fisik, uji fungsi paru

-Pem. Kesehatan berkala : sama

Bila perlu ; dilakukan Prick test pd kulit dg alergen yg dicurigai , uji serologis

antobodi IgE spesifik thd zat2 tertentu ( enzim2, B.subtilis, isosianat ), uji

provokasi bronkhus , uji fungsi paru berulang

3. Penyakit yg disebabkan oleh kadmium atau senyawa toksiknya

Pekerjaan dg risiko paparan :

peleburan kadmium, penyepuhan kadmium, pabrik baterei alkali, penggunaan

pewarna/pigmen kadmium, tukang las, dll

Penilaian lingkungan : kadar debu total , kadar respirasi (sampel perorangan).

Namun krn kadmium dpt tertelan & diabsorpsi lewat saluran cerna, mk kadar

diudara tidak selalu menggambarkan jumlah yg diabsorpsi

Penilaian biologis : bila tdk ada kerusakan ginjal, kadar kadmium diurine dpt

menggambarkan beban kadmium tubuh

Pem kesehatan sebelum penempatan :

Riwayat medis (+ sistem ginjal & pernafasan, paparan2 sebelumnya )

Page 27: Step 7.docx

Sedimen urine, test fungsi ginjal, rontgen foto paru, uji fungsi paru

Pem kesehatan berkala : sama , bisa ditambah dengan :

-Kadar kadmium urine & darah, Palpasi prostat pd pria > 40 thn, protein urine

secara kuantitatif

4. Penyakit yg disebabkan oleh timbal atau senyawa toksiknya

Pekerja berisiko terpapar : peleburan/pembuatan baterei, tukang kerok cat,

perajin pot/industri keramik, pengecoran logam, tukang patri, pencampur

bahan bakar, dll

Penilaian lingkungan : pemantauan udara tempat kerja , pengukuran paparan

individual

Penilaian biologis : pengukuran aktivitas delta amino levulinat dehidratase

(delta ALAD) dlm darah, jumlah asam delta amino levulinat ( delta ALA) dlm

urine, jumlah koproporfirin dlm urine, kadar seng protoporfirin IX (ZnPP)

dalam sel darah merah

Pem. Kesehatan sebelum penempatan : riwayat medis lengkap termasuk

sistem hematopoetik , saraf & ginjal.; pem fisik, hemoglobin darah

Pem kesehatan berkala = tersebut diatas ( penilaian biologis )

5. Gangguan pendengaran akibat kebisingan

Pekerjaan dg risiko kebisingan : penambangan, pembuatan terowongan,

pengeboran, mesin2 berat, pekerjaan konstruksi, dll

Penilaian lingkungan : pengukuran tingkat kebisingan di lingkungan kerja

Penilaian biologis : pem audiometrik

Pem. Kesehatan sebelum penempatan :

riwayat medis & pem fisik dg penekanan khusus pd tajam pendengaran.

Skrining audiometrik juga dianjurkan

Page 28: Step 7.docx

Pem kesehatan berkala : sama

6. Penyakit yg disebabkan oleh getaran mekanik

Pekerja dg risiko terpapar : operator bor pneumatik, pahat getar, gergaji listrik,

gerinda, dll

Penilaian paparan : metode pengukuran dan interpretasinya masih dibahas

agar dpt menjadi satu metode baku ( organisasi sertifikasi internasional )

Efek klinis : ggn sistem vaskular, saraf perifer & sistem skeletomuskular

angioneurosis jari tangan ( Raynaud disease ), patologi osteoartikular pd

tulang2 karpal, sendi radioulnaris, sendi siku, neuropati

Pem. Kesehatan sebelum penempatan : dg perhatian khusus pd sirkulasi

perifer serta sistem saraf dan lokomotorik

Pemeriksaan kesehatan berkala : sama

Krn perubahan tulang timbul setelah beberapa tahun, rontgen foto tulang2

tangan / pergelangan perlu dilakukan setiap 5 tahun sekali

7. Penyakit Kulit akibat kerja

Pekerja yg terpapar :pekerja pertanian (kondisi cuaca, tanaman, bahan2

pestisida, aditif, makanan hewan), pekerja produksi bahan bangunan/pekerja

bangunan ( semen, serat , plastik ), bahan kimia, penyepuh elektrik, pencelup

warna, tukang cat, petugas kesehatan (obat2, desinfektan,dll), tukang daging

(agen2 zoonotik), dll

Penilaian paparan : riwayat kerja, adanya bahan alergen ( dg bukti yg jelas )

Diagnosis :

-Gambaran klinis, lokalisasi & perjalanan penyakit

-Paparan kerja & hubungan paparan –efek

-Pd dermatitis kontak alergi : uji tempel & pem lab

Page 29: Step 7.docx

-Hrs ada respons positif bila dijauhkan dari paparan

-Timbulnya penyakit kulit pd sekelompok pekerja

-Berbagai sebab yg bukan kerja hrs disingkirkan, mis : bahan kimia/alergen lain

dirumah, zat2 yg dijumpai pd waktu luang

Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan

Riwayat medis, pemeriksaan fisik dg perhatian khusus pd kulit diseluruh

tubuh & alergi ( atopi )

Pemeriksaan berkala = sebelum penempatan

Uji tempel tidak dianjurkan utk skrining subyek yg tidak menunjukkan gejala.

Selang waktu antar pemeriksaan biasanya antara 6 bulan – 2 tahun, tergantung

tingkat paparan

8. Penyakit infeksi ( virus, bakteri, parasit, jamur )

Pekerja yg terpapar : pekerja pertanian, peternakan, kehutanan, pembukaan

lahan, penggali selokan/parit, penanganan daging aspi, ikan, ayam, burung,

dokter hewan, dokter, perawat, dokter gigi, petugas lab, pekerjaan dlm kondisi

hangat & lembab

( dapur, ruang senam, kolam renang)

Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan :

Riwayat medis, pem fisik utk : menentukan status kesehatan awal pekerja,

identifikasi orang2 yg rentan, diagnosis & terapi kasus laten & aktif penyakit

infeksi. Pd pekerjaan dg risiko TBC : uji tuberkulin & rontgen foto thoraks.

Kdg2 diperlukan uji serologis & mikrobiologis utk deteksi infeksi masa lalu/ yg

sekarang.

Bila mungkin, pekerja di imunisasi yg sesuai

Page 30: Step 7.docx

Pemeriksaan berkala = sebelum penempatan.

Mencakup penyusunan catatan medis penyakit demam / infeksi dg penggalian

informasi secara sistematik dan pengulangan uji serologis yg dilakukan

sebelumnya.

Utk pekerja pedesaan : pem setahun sekali

Pekerja kesehatan & lab : 6 bulan sekali

Pemeriksaan Kesehatan Khusus

Sesudah mengalami kecelakaan atau penyakit yg memerlukan perawatan lebih

dari 2 minggu

Adanya dugaan2 tertentu mengenai gangguan kesehatannya

Bila ada keluhan dari : tenaga kerja / pengawas K3 / Depnaker setempat /

masyarakat

Hasil pem. Kesehatan berkala dan pem. Kesehatan khusus

Sehat

Perlu tindak lanjut untuk kelainan medis yang ditemukan

Perlu tindak lanjut dari segi pekerjaannya, bila kelainan yang ditemukan akan

mengganggu keselamatan dan kesehatan kerja

KESIMPULAN

Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja merupakan salah satu upaya pembinaan

sumber daya manusia

Sosialisasi ke pihak perusahaan mengenai pentingnya pem. Kes. Tenaga kerja

perlu ditingkatkan

Jenis pemeriksaan, hasil serta tindak lanjutnya perlu disesuaikan / dikaitkan

dengan jenis pekerjaan dan lingkungan kerjanya

Page 31: Step 7.docx