Top Banner
SPONDILITIS TUBERKULOSIS I. PENDAHULUAN Spondilitis Tuberkulosis (TB) atau tuberkulosis spinal atau Pott’s disease adalah infeksi bakteri Mcyobacterium tuberculosis ekstrapulmonar pada daerah tulang belakang yang dapat terjadi pada anak-anak ataupun orang dewasa. Spondilitis tuberkulosis menyebar melalui diskus secara hematogen dan menyerang vertebra bagian thorakal dan daerah atas vertebra lumbaris. 1,2 Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 2 juta penduduk terserang dan 3 juta penduduk di seluruh dunia meninggal oleh karena TB. Insiden spondilitis TB masih sulit ditetapkan, sepuluh persen dari kasus tuberkulosis ekstrapulmonar adalah spondilitis TB. 3 Penderita spondilitis tuberkulosis umumnya mengalami nyeri pada derah vertebra yang terinfeksi dan disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi, menggigil serta penurunan berat badan. Komplikasi spondilitis TB dapat mengakibatkan morbiditas yang cukup tinggi dan dapat timbul secara cepat ataupun lambat. Paralisis dapat timbul secara cepat disebabkan oleh abses, sedangkan secara lambat oleh karena perkembangan dari kiposis ataupun kolaps dari vertebra. 1,2,4 1
28

Spondylitis TB

Jan 03, 2016

Download

Documents

Nur Hidayah

medical
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Spondylitis TB

SPONDILITIS TUBERKULOSIS

I. PENDAHULUAN

Spondilitis Tuberkulosis (TB) atau tuberkulosis spinal atau Pott’s disease

adalah infeksi bakteri Mcyobacterium tuberculosis ekstrapulmonar pada daerah

tulang belakang yang dapat terjadi pada anak-anak ataupun orang dewasa.

Spondilitis tuberkulosis menyebar melalui diskus secara hematogen dan

menyerang vertebra bagian thorakal dan daerah atas vertebra lumbaris. 1,2

Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 2 juta

penduduk terserang dan 3 juta penduduk di seluruh dunia meninggal oleh karena

TB. Insiden spondilitis TB masih sulit ditetapkan, sepuluh persen dari kasus

tuberkulosis ekstrapulmonar adalah spondilitis TB. 3

Penderita spondilitis tuberkulosis umumnya mengalami nyeri pada derah

vertebra yang terinfeksi dan disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi,

menggigil serta penurunan berat badan. Komplikasi spondilitis TB dapat

mengakibatkan morbiditas yang cukup tinggi dan dapat timbul secara cepat

ataupun lambat. Paralisis dapat timbul secara cepat disebabkan oleh abses,

sedangkan secara lambat oleh karena perkembangan dari kiposis ataupun kolaps

dari vertebra. 1,2,4

II. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan laporan WHO, kasus baru TB di dunia lebih dari 8 juta per

tahun. Diperkirkan 20-33% dari penduduk dunia terinfeksi oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis. Indonesia adalah penyumbang terbesar ketiga

setelah India dan China, yaitu dengan penemuan kasus baru 583.000 orang

pertahun, dan angka kematian 140.000 orang pertahun. 3

Insidens dari Spondilitis TB masih sulit ditetapkan. Insidens bervariasi di

seluruh dunia dan bekaitan erat dengan faktor sosial ekonomi serta riwayat kontak

infeksi TB sebelumnya. Secara umum, 1-2% dari keseluruhan kasus tuberkulosis

didunia adalah Spondilitis Tb dan terus mengalami peningkatan pada tiga dekade

terakhir.3,4

1

Page 2: Spondylitis TB

33-50% pasien dengan Spondilitis TB memiliki riwayat TB paru. Pada

satu studi mengenai Spondilitis TB, Mycobacterium tuberculosis didapatkan pada

seluruh tubuh pada 40% kasus, dan 50% diantaranya memiliki gejala TB paru.

Sebagian besar kasus menunjukkan bahwa spondilitis TB muncul dari fokus

primer diluar tulang belakang yang kemudian menyebar secara hematogen atau

limfogen. 5

III. ETIOLOGI

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberkulosis yang merupakan anggota ordo Actinomicetales dan

famili Mcobacteriase. Basil tuberkel berbentuk batang lengkung, gram positif

lemah, dan bersifat tahan asam. Hal ini disebabkan oleh karena kuman bakterium

memiliki dinding sel yang tebal dan terdiri dari lapisan lilin dan lemak (asam

lemak mikolat). Selain itu bersifat pelimorfik, tidak bergerak dan tidak

membentuk spora serta memiliki panjang sekitar 2-4 µm. 3

IV. ANATOMI VERTEBRA

Kolumna vertebtra terdiri atas 33 ruas tulang yang terdiri dari:

7 ruas tulang cervical

12 ruas tulang thorakal

5 ruas tulang lumbal

5 ruas tulang sakral (sacrum)

4 ruas tulang ekor (coccygis)

Tulang belakang yang merupakan penopang aksial tubuh memanjang dari

dasar tengkorak sampai ulang panggul (pelvis), tempat berat tubuh disalurkan ke

kedua tungkai. Tulang belakang juga melingkupi dan melindungi sumsum tulang

belakang dan merupakan tempat perlekatan otot punggung dan leher. Di antara

masing-masing ruas-ruas tulang belakang terdapat bantalan berupa bangunan

pipih yang elastis dan kompresif disebut cakram antar ruas tulang belakang

(discus intervertebralis) yang memberikan fleksibilitas dan kompresibilitas tulang

belakang. Susunan tulang belakang yang memanjang ini pasti tidak dapat berdiri

2

Page 3: Spondylitis TB

tegak sendiri . Ia didukung dan diperkuat oleh ligamentum ( bangunan terdiri atas

jaringan ikat fibreus) baik yang berbentuk pendek-pendek maupun memanjang

seperti pita : ligamentum longitudinale anterior dan posterior yang menutupi

masing-masing dataran depan dan belakang tulang belakang.6,7

Bangunan lain yang mendukung tulang belakang adalah susunan otot-otot

yang perlekatannya adalah pada ruas-ruas tulang belakang itu sendiri. Pada

keadaan normal tulang belakang mempunyai kelengkungan ke depan di daerah

leher dan pinggang, kelengkungan ke belakang di daerah ruas tulang belakang

dada dan tulang sakrum.6

Gambar 1. A. Anatomy of spine B. Vertebral Body (dikutip dari kepustakaan 10)

IV. PATOMEKANISME

Patogenesa penyakit ini sangat tergantung dari kemampuan bakteri

menahan cernaan enzim lisosomal dan kemampuan host untuk memobilisasi

immunitas seluler. Jika bakteri tidak dapat diinaktivasi, maka bakteri akan

3

Page 4: Spondylitis TB

bermultiplikasi dalam sel dan membunuh sel itu. Komponen lipid, protein serta

polisakarida sel basil tuberkulosa bersifat immunogenik, sehingga akan

merangsang pembentukan granuloma dan mengaktivasi makrofag. Beberapa

antigen yang dihasilkannya juga dapat juga bersifat immunosupresif.6,8,11

Virulensi basil tuberkulosa dan kemampuan mekanisme pertahanan host

akan menentukan perjalanan penyakit. Pasien dengan infeksi berat mempunyai

progresi yang cepat ; demam, retensi urine dan paralisis arefleksi dapat terjadi

dalam hitungan hari. Respon seluler dan kandungan protein dalam cairan

serebrospinal akan tampak meningkat, tetapi basil tuberkulosa sendiri jarang dapat

diisolasi. Pasien dengan infeksi bakteri yang kurang virulen akan menunjukkan

perjalanan penyakit yang lebih lambat progresifitasnya, jarang menimbulkan

meningitis serebral dan infeksinya bersifat terlokalisasi dan terorganisasi.8

Pertahanan pasien untuk menahan infeksi bakteri tuberkulosa tergantung

dari:

1. Usia dan Jenis Kelamin

Terdapat sedikit perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan

hingga masa pubertas. Bayi dan anak muda dari kedua jenis kelamin

mempunyai kekebalan yang lemah. Hingga usia 2 tahun infeksi biasanya dapat

terjadi dalam bentuk yang berat seperti tuberkulosis milier dan meningitis

tuberkulosa, yang berasal dari penyebaran secara hematogen. Setelah usia 1

tahun dan sebelum pubertas, anak yang terinfeksi dapat terkena penyakit

tuberkulosa milier atau meningitis, ataupun juga bentuk kronis lain dari infeksi

tuberkulosa seperti infeksi ke nodus limfatikus, tulang atau sendi. Sebelum

pubertas, lesi primer di paru merupakan lesi yang berada di area lokal,

walaupun kavitas seperti pada orang dewasa dapat juga dilihat pada anak-anak

malnutrisi di Afrika dan Asia, terutama perempuan usia 10-14 tahun. Setelah

pubertas daya tahan tubuh mengalami peningkatan dalam mencegah

penyebaran secara hematogen, tetapi menjadi lemah dalam mencegah

penyebaran penyakit di paru-paru.12,13

Angka kejadian pada pria terus meningkat pada seluruh tingkat usia tetapi

pada wanita cenderung menurun dengan cepat setelah usia anak-anak, insidensi

4

Page 5: Spondylitis TB

ini kemudian meningkat kembali pada wanita setelah melahirkan anak. Puncak

usia terjadinya infeksi berkisar antara usia 40-50 tahun untuk wanita, sementara

pria bisa mencapai usia 60 tahun.12,13

2. Nutrisi

Kondisi malnutrisi (baik pada anak ataupun orang dewasa) akan

menurunkan resistensi terhadap penyakit.12,13

3. Faktor toksik

Perokok tembakau dan peminum alkohol akan mengalami penurunan daya

tahan tubuh. Demikian pula dengan pengguna obat kortikosteroid atau

immunosupresan lain. 12,13

4. Penyakit

Adanya penyakit seperti infeksi HIV, diabetes, leprosi, silikosis, leukemia

meningkatkan resiko terkena penyakit tuberkulosa. 12,13

5. Lingkungan yang buruk (kemiskinan)

Kemiskinan mendorong timbulnya suatu lingkungan yang buruk dengan

pemukiman yang padat dan kondisi kerja yang buruk disamping juga adanya

malnutrisi, sehingga akan menurunkan daya tahan tubuh. 12,13

6. Ras

Ditemukan bukti bahwa populasi terisolasi contohnya orang Eskimo atau

Amerika asli, mempunyai daya tahan tubuh yang kurang terhadap penyakit ini.

Perjalanan infeksi :6

• Kompleks Primer

Lesi primer biasanya pada paru – paru, faring atau usus dan kemudian

melalui saluran limfe menyebar ke limfonodulus regional dan disebut primer

kompleks.

• Penyebaran Sekunder

Bila daya tahan tubuh penderita menurun, maka terjadi penyebaran melalui

sirkulasi darah yang akan menghasilkan tuberkulosis milier dan meningitis.

Keadaan ini dapat terjadi setelah beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian

dan bakteri dideposit pada jaringan ekstra – pulmoner.

• Lesi Tersier

5

Page 6: Spondylitis TB

Tulang dan sendi merupakan tempat lesi tersier dan sebanyak 5 % dari

tuberkulosis paru akan menyebar dan akan berakhir sebagai tuberkulosis sendi dan

tulang. Pada saat ini kasus – kasus tuberkulosis paru masih tinggi dan kasus

tuberkulosis tulang dan sendi juga diperkirakan masih tinggi.

Predileksi : Tuberkulosis sendi dan tulang terutama mengenai daerah tulang

belakang ( 50 – 70 % ) dan sisanya pada sendi – sendi besar seperti panggul, lutut,

pergelangan tangan, sendi bahu dan daerah persendian kecil.

Tabel 1: Pembagian TB pulmonal dan extrapulmonal. Dikutip dari

kepustakaan 6

6

Page 7: Spondylitis TB

Gambar 3 Patofisiologi Spondilitis TB. Dikutip dari

kepustakaan 8

Tuberkulosa pada tulang belakang dapat terjadi karena penyebaran

hematogen atau penyebaran langsung nodus limfatikus para aorta atau melalui

jalur limfatik ke tulang dari fokus tuberkulosa yang sudah ada sebelumnya di luar

tulang belakang. Pada penampakannya, fokus infeksi primer tuberkulosa dapat

bersifat tenang. Sumber infeksi yang paling sering adalah berasal dari system

pulmoner dan genitourinarius. 13,14

Pada anak-anak biasanya infeksi tuberkulosa tulang belakang berasal

dari fokus primer di paru-paru sementara pada orang dewasa penyebaran terjadi

dari fokus ekstrapulmoner (usus, ginjal, tonsil). Penyebaran basil dapat terjadi

7

Page 8: Spondylitis TB

melalui arteri intercostal atau lumbar yang memberikan suplai darah ke dua

vertebrae yang berdekatan, yaitu setengah bagian bawah vertebra diatasnya dan

bagian atas vertebra di bawahnya atau melalui pleksus Batson’s yang

mengelilingi columna vertebralis yang menyebabkan banyak vertebra yang

terkena. Hal inilah yang menyebabkan pada kurang lebih 70% kasus, penyakit

ini diawali dengan terkenanya dua vertebra yang berdekatan, sementara pada

20% kasus melibatkan tiga atau lebih vertebra.13,14

Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra dikenal tiga bentuk

spondilitis:15

1. Peridiskal / paradiskal

Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise di

bawah ligamentum longitudinal anterior / area subkondral). Banyak ditemukan

pada orang dewasa. Dapat menimbulkan kompresi, iskemia dan nekrosis diskus.

Terbanyak ditemukan di regio lumbal. 15

2. Sentral

Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi sehingga

disalahartikan sebagai tumor. Sering terjadi pada anak-anak. Keadaan ini sering

menimbulkan kolaps vertebra lebih dini dibandingkan dengan tipe lain sehingga

menghasilkan deformitas spinal yang lebih hebat. Dapat terjadi kompresi yang

bersifat spontan atau akibat trauma. Terbanyak di temukan di regio torakal. 15

3. Anterior

Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari vertebra di atas

dan dibawahnya. Gambaran radiologisnya mencakup adanya scalloped karena

erosi di bagian anterior dari sejumlah vertebra (berbentuk baji). Pola ini diduga

disebabkan karena adanya pulsasi aortik yang ditransmisikan melalui abses

prevertebral dibawah ligamentum longitudinal anterior atau karena adanya

perubahan lokal dari suplai darah vertebral. 15

4. Bentuk atipikal

Infeksi tuberkulosa pada awalnya mengenai tulang cancellous dari

vertebra. Area infeksi secara bertahap bertambah besar dan meluas, berpenetrasi

ke dalam korteks tipis korpus vertebra sepanjang ligamen longitudinal anterior,

8

Page 9: Spondylitis TB

melibatkan dua atau lebih vertebrae yang berdekatan melalui perluasan di bawah

ligamentum longitudinal anterior atau secara langsung melewati diskus

intervertebralis. Terkadang dapat ditemukan fokus yang multipel yang dipisahkan

oleh vertebra yang normal, atau infeksi dapat juga berdiseminasi ke vertebra yang

jauh melalui abses paravertebral. Terjadinya nekrosis perkijuan yang meluas

mencegah pembentukan tulang baru dan pada saat yang bersamaan menyebabkan

tulang menjadi avascular sehingga menimbulkan tuberculous sequestra, terutama

di regio torakal. Discus intervertebralis, yang avaskular, relatif lebih resisten

terhadap infeksi tuberkulosa. 15

Penyempitan rongga diskus terjadi karena perluasan infeksi paradiskal ke

dalam ruang diskus, hilangnya tulang subchondral disertai dengan kolapsnya

corpus vertebra karena nekrosis dan lisis ataupun karena dehidrasi diskus,

sekunder karena perubahan kapasitas fungsional dari end plate. Suplai darah juga

akan semakin terganggu dengan timbulnya endarteritis yang menyebabkan tulang

menjadi nekrosis. 15

Destruksi progresif tulang di bagian anterior dan kolapsnya bagian

tersebut akan menyebabkan hilangnya kekuatan mekanis tulang untuk menahan

berat badan sehingga kemudian akan terjadi kolaps vertebra dengan sendi

intervertebral dan lengkung syaraf posterior tetap intak, jadi akan timbul

deformitas berbentuk kifosis yang progresifitasnya (angulasi posterior) tergantung

dari derajat kerusakan, level lesi dan jumlah vertebra yang terlibat. Bila sudah

timbul deformitas ini, maka hal tersebut merupakan tanda bahwa penyakit ini

sudah meluas. 13,14,16

Di regio torakal kifosis tampak nyata karena adanya kurvatura dorsal

yang normal; di area lumbar hanya tampak sedikit karena adanya normal lumbar

lordosis dimana sebagian besar dari berat badan ditransmisikan ke posterior

sehingga akan terjadi parsial kolaps; sedangkan di bagian servikal, kolaps hanya

bersifat minimal, kalaupun tampak hal itu disebabkan karena sebagian besar

berat badan disalurkan melalui prosesus artikular. Dengan adanya peningkatan

sudut kifosis di regio torakal, tulang-tulang iga akan menumpuk menimbulkan

bentuk deformitas rongga dada berupa barrel chest. 16

9

Page 10: Spondylitis TB

Proses penyembuhan kemudian terjadi secara bertahap dengan timbulnya

fibrosis dan kalsifikasi jaringan granulomatosa tuberkulosa. Terkadang jaringan

fibrosa itu mengalami osifikasi, sehingga mengakibatkan ankilosis tulang vertebra

yang kolaps. 13,14

Pembentukan abses paravertebral terjadi hampir pada setiap kasus

Dengan kolapsnya korpus vertebra maka jaringan granulasi tuberkulosa, bahan

perkijuan, dan tulang nekrotik serta sumsum tulang akan menonjol keluar melalui

korteks dan berakumulasi di bawah ligamentum longitudinal anterior. Cold

abcesss ini kemudian berjalan sesuai dengan pengaruh gaya gravitasi sepanjang

bidang fasial dan akan tampak secara eksternal pada jarak tertentu dari tempat lesi

Aslinya. 13,14

Di regio lumbal abses berjalan sepanjang otot psoas dan biasanya

berjalan menuju lipat paha dibawah ligamen inguinal. Di regio

torakal,ligamentum longitudinal menghambat jalannya abses, tampak pada

radiogram sebagai gambaran bayangan berbentuk fusiform radioopak pada atau

sedikit dibawah level vertebra yang terkena, jika terdapat tegangan yang besar

dapat terjadi ruptur ke dalam mediastinum, membentuk gambaran abses

paravertebral yang menyerupai (sarang burung).Terkadang,abses torakal dapat

mencapai dinding dada anterior di area parasternal, memasuki area

retrofaringeal atau berjalan sesuai gravitasi ke lateral menuju bagian tepi leher. 13,14

Sejumlah mekanisme yang menimbulkan defisit neurologis dapat timbul

pada pasien dengan spondilitis tuberkulosa. Kompresi syaraf sendiri dapat terjadi

karena kelainan pada tulang (kifosis) atau dalam canalis spinalis (karena perluasan

langsung dari infeksi granulomatosa) tanpa keterlibatan dari tulang (seperti

epidural granuloma, intradural granuloma, tuberculous arachnoiditis). Salah satu

defisit neurologis yang paling sering terjadi adalah paraplegia yang dikenal

dengan nama Pott’s paraplegia. Paraplegia ini dapat timbul secara akut ataupun

kronis (setelah hilangnya penyakit) tergantung dari kecepatan peningkatan

tekanan mekanik kompresi medula spinalis. Pada penelitian yang dilakukan

Hodgson di Cleveland, paraplegia ini biasanya terjadi pada pasien berusia kurang

dari 10 tahun (kurang lebih 2/3 kasus) dan tidak ada predileksi berdasarkan jenis

10

Page 11: Spondylitis TB

kelamin untuk kejadian ini. 13,14,17

Pott’s Paraplegia

Sorrel-Dejerine mengklasifikasikan Pott’s paraplegia menjadi: 12,14

1. Early onset paresis

Terjadi kurang dari dua tahun sejak onset penyakit

2. Late onset paresis

Terjadi setelah lebih dari dua tahun sejak onset penyakit.

Sementara itu Seddon dan Butler memodifikasi klasifikasi Sorrel menjadi tiga

tipe:

1. Type I (paraplegia of active disease) / berjalan akut

Onset dini, terjadi dalam dua tahun pertama sejak onset penyakit, dan dihubungkan dengan penyakit yang aktif. Dapat membaik (tidak permanen). 13,14

2. Type II

Onsetnya juga dini, dihubungkan dengan penyakit yang aktif, bersifat

permanen bahkan walaupun infeksi tuberkulosa menjadi tenang. Penyebab

timbulnya paraplegia pada tipe I dan II dapat disebabkan oleh karena : 13,14

a. Tekanan eksternal pada korda spinalis dan duramater

Dapat disebabkan oleh karena adanya granuloma di kanalis spinalis,

adanya abses, material perkijuan, sekuestra tulang dan diskus atau karena

subluksasi atau dislokasi patologis vertebra. Secara klinis pasien akan

menampakkan kelemahan alat gerak bawah dengan spastisitas yang bervariasi,

tetapi tidak tampak adanya spasme otot involunter dan reflek withdrawal. 13,14

b. Invasi duramater oleh tuberkulosa

Tampak gambaran meningomielitis tuberkulosa atau araknoiditis

tuberkulosa. Secara klinis pasien tampak mempunyai spastisitas yang berat

dengan spasme otot involunter dan reflek withdrawal. Prognosis tipe ini buruk

dan bervariasi sesuai dengan luasnya kerusakan korda spinalis.Secara umum

dapat terjadi inkontinensia urin dan feses, gangguan sensoris dan paraplegia13,14

.

3. Type III / yang berjalan kronis

11

Page 12: Spondylitis TB

Onset paraplegi terjadi pada fase lanjut. Tidak dapat ditentukan apakah

dapat membaik. Bisa terjadi karena tekanan corda spinalis oleh granuloma

epidural, fibrosis meningen dan adanya jaringan granulasi serta adanya tekanan

pada corda spinalis, peningkatan deformitas kifotik ke anterior, reaktivasi

penyakit atau insufisiensi vaskuler (trombosis pembuluh darah yang mensuplai

corda spinalis). 13,14

Klasifikasi untuk penyebab Pott’s paraplegia ini sendiri dijabarkan oleh

Hodgson menjadi : 18,19

I. Penyebab ekstrinsik :

a. Pada penyakit yang aktif

1. abses (cairan atau perkijuan)

2. jaringan granulasi

3. sekuester tulang dan diskus

4. subluksasi patologis

5. dislokasi vertebra

b. Pada penyakit yang sedang dalam proses penyembuhan

1. transverse ridge dari tulang anterior ke corda spinalis

2. fibrosis duramater

II. Penyebab intrinsik :

Menyebarnya peradangan tuberkulosa melalui duramater melibatkan

meningen dan corda spinalis.

III. Penyebab yang jarang :

a. Trombosis corda spinalis yang infektif

b. Spinal tumor syndrome

V. DIAGNOSIS

Diagnosis pada spondilitis tuberkulosa meliputi: 16,18,20

1. Anamnesis

Pasien dengan penyakit Pott atau spondilitis tuberkulosis biasanya

datang dengan keluhan nyeri dan kaku punggung serta biasanya disertai

dengan adanya demam. Nyeri dapat dirasakan terlokalisir disekitar lesi

12

Page 13: Spondylitis TB

atau berupa nyeri menjalar sesuai saraf yang terangsang. Spasme otot-otot

punggung terjadi sebagai suatu mekanisme pertahanan menghindari

pergerakan pada vertebra. Saat penderita tidur, spasme otot hilang dan

memungkinkan terjadinya pergerakan tetapi kemudian timbul nyeri lagi.

Gejala ini dikenal sebagai night cry, umumnya terdapat pada anak.

Abnormalitas neurologis dapat muncul pada 50 % kasus. 16,18,20

Selain paraplegia dan parese, gangguan sensasi, dan cauda equina

syndrome dapat muncul. Pada anak, paralisis umumnya timbul kira kira

dalam waktu 3 tahun. Paraplegia banyak terjadi kalau mengenai daerah

servikal atau torakal bagian atas. Pada spondilitis servikalis, nyeri

dirasakan pada daerah belakang kepala dan sekitar leher. Pergerakan leher

terbatas, kadang-kadang tortikolis. 16,18,20

Diagnosis spondilitis tbc dan abses retrofaringeal ditegakkan

berdasarkan riwayat penyakit berupa sering demam, berkeringat malam,

nafsu makan kurang yang sudah berlangsung 2 bulan, pergerakan leher

terbatas, tortikolis, penonjolan dinding posterior faring, stridor inspirasi,

sesak, uji tuberkulin positif dan diperkuat oleh pemeriksaan radiologik

yang menunjukkan adanya destruksi korpus vertebra servikal II—IV

dengan penebalan jaringan lunak vertebral 5 , 6. Pada daerah torakal dan

lumbal dapat ditemukan kifosis angular sampai gibbus, nyeri pada daerah

tersebut dapat menyebar ke ekstremitas bawah, khususnya daerah lateral

paha. Juga dapat ditemukan abses iliaka atau abses psoas. Pada daerah

lumbosakral dapat dijumpai gejala lokal misalnya deformitas, nyeri yang

menyebar ke ekstremitas bawah, abses psoas, dan gangguan gerak pada

sendi panggul. 5, 6, 12, 22

2. Pemeriksaan fisik6, 8,20

a. Inspeksi pada klien dengan spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat,

dan pada tulang belakang terlihat bentuk kiposis.

b. Palpasi sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi, keadaan tulang belakang

terdapat adanya gibbus pada area tulangyang mengalami infeksi.

c. Perkusi pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok.

13

Page 14: Spondylitis TB

d. Auskultasi pada pemeriksaan auskultasi, keadaan paru tidak ditemukan

kelainan.

3. Pemeriksaan penunjang pada spondilitis tuberkulosa yaitu: 6,8

1. Pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukositosis dan LED

meningkat.

b. Uji mantoux positif tuberkulosis.

c. Uji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium.

d. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.

e. Pemeriksaan hispatologis ditemukan tuberkel.

f. Pungsi lumbal didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah.

g. Peningkatan CRP (C-Reaktif Protein).

h. Pemeriksaan serologi dengan deteksi antibodi spesifik dalam

sirkulasi.

i. Pemeriksaan ELISA (Enzyme-Linked Immunoadsorbent Assay)

tetapi menghasilkan negatif palsu pada penderitadengan alergi.

2. Pemeriksaan radiologis. 6,7,9,12

a. Foto toraks atau X-ray untuk melihat adanya tuberculosis pada paru.

Abses dingin tampak sebagai suatubayangan yang berbentuk spindle.

b. Pemeriksaan foto dengan zat kontras.

c. Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitik, destruksi

korpus vertebra, penyempitan diskusintervertebralis, dan mungkin

ditemukan adanya massa abses paravertebral.

d. Pemeriksaan mielografi.

e. CT scan memberi gambaran tulang secara lebih detail dari

lesiirreguler, skelerosis, kolaps diskus, dan gangguan sirkumferensi

tulang.

14

Page 15: Spondylitis TB

f. MRI mengevaluasi infeksi diskus intervertebralis dan osteomielitis

tulang belakang serta menunjukkan adanyapenekanan saraf (Lauerman,

2006).

VI. DIAGNOSA BANDING16,18,20

Diagnosis banding pada spondilitis tuberkulosa yaitu:

1. Fraktur kompresi traumatik akibat tumor medulla spinalis.

2. Metastasis tulang belakang dengan tidak mengenai diskus dan terdapat karsinoma prostat.

3. Osteitis piogen dengan demam yang lebih cepat timbul.

4. Poliomielitis dengan paresis atau paralisis tungkai dan skoliosis.

5. Skoliosis idiopatik tanpa gibbus dan tanda paralisis.

6. Kifosis senilis berupa kifosis tidak lokal dan osteoporosis seluruh kerangka.

7. Penyakit paru dengan bekas empiema tulang belakang bebas penyakit.

8. Infeksi kronik non tuberkulosis seperti infeksi jamur (blastomikosis).

9. Proses yang berakibat kifosis dengan atau tanpa skoliosis

VII. TERAPI

Prinsip pengobatan adalah mencegah terjadinya deformitas dan

mengurangi gejala nyeri kronis yang ditimbulkan. Dasar penatalaksanaan

spondilitis tuberkulosa adalah mengistirahatkan vertebra yang sakit, obat-obat anti

tuberkulosa dan pengeluaran abses.6

A.Terapi Konservatif

Pengobatan konservatif yang ketat dapat memberikan hasil yang cukup

baik.6

a. Istirahat di Tempat Tidur

Istirahat dapat dilakukan dengan memakai gips terutama pada keadaan

akut atau fase aktif. Istirahat ditempat tidur dapat berlangsung 3 – 4 minggu,

sampai dicapai keadaan yang tenang secara klinis, radiologis dan laboratoris.6

15

Page 16: Spondylitis TB

b. Kemoterapi Anti Tuberkulosa

WHO memberikan panduan penggunaan OAT berdasarkan berat ringannya

penyakit6

1. Kategori I adalah tuberkulosis yang berat, termasuk tuberkulosis paru

yang luas, tuberkulosis milier, tuberkulosis disseminata, tuberkulosis

disertai diabetes mellitus dan tuberkulosis ekstrapulmonal termasuk

spondilitis tuberkulosa.

2. Kategori II adalah tuberkulosis paru yang kambuh atau gagal dalam

pengobatan.

3. Kategori III adalah tuberkulosis paru tersangka aktif. Streptomycin hanya

sebagai kombinasi terakhir atau tambahan pada regimen yang ada.

Disamping itu ada OAT tambahan tetapi kemampuannya lemah misalnya

Kanamycin, PAS, Thiazetazone, ethionamide, dan quinolone.

Gambar 4: Dosis pemberian OAT. Dipetik dari kepustakaan 20

16

Page 17: Spondylitis TB

Gambar 5: Fase pemberian obat OAT. Dipetik dari kepustakaan 20

c. Immobilisasi

Pemasangan gips bergantung pada level lesi, pada daerah servikal dapat

dilakukan immobilisasi dengan jaket minerva , pada daerah torakal, torakolumbal

dan lumbal atas immobilisasi dengan body jacket atau gips korset disertai fiksasi

pada salah satu panggul. Immobilisasi pada umumnya berlangsung 6 bulan,

dimulai sejak penderita diizinkan berobat jalan. Selama pengobatan penderita

menjalani kontrol berkala dan dilakukan pemeriksaan klinis, radiologis dan

laboratoris. Bila dalam pengamatan tidak tampak kemajuan, maka perlu difikirkan

kemungkinan resistensi obat, adanya jaringan kaseonekrotik dan sekuester, nutrisi

yang kurang baik, dan makan obat yang tidak berdisiplin.6

B.Terapi Operatif

Tujuan terapi operatif adalah menghilangkan sumber infeksi, mengkoreksi

deformitas, menghilangkan komplikasi neurologik dan kerusakan lebih lanjut.

Salah satu tindakan bedah yang penting adalah debridement yang bertujuan

menghilangkan sumber infeksi dengan cara membuang semua debri dan jaringan

nekrotik, benda asing dan mikro-organisme.

Indikasi operasi:

1. Jika terapi konservatif tidak memberikan hasil yang memuaskan, secara

klinis dan radiologis memburuk.

2. Deformitas bertambah, terjadi destruksi korpus multipel.

17

Page 18: Spondylitis TB

3. Terjadinya kompresi pada medula spinalis dengan atau tidak dengan

defisit neurologik, terdapat abses paravertebral

4. Lesi terletak torakolumbal, torakal tengah dan bawah pada penderita anak.

Lesi pada daerah ini akan menimbulkan deformitas berat pada anak dan

tidak dapat ditanggulangi hanya dengan OAT.

5. Radiologis menunjukkan adanya sekuester, kavitasi dan kaseonekrotik

dalam jumlah banyak. (6,21)

VIII. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi adalah kiposis berat. Hal ini terjadi oleh

kaena kerusakan tulang yang terjadi sangat besar sehingga terjadi destruksi yang

hebat. Kompresi pada Spinal Cord akan mempermudah terjadinya paraplegia pada

ekstremitias inferior yang dikenal dengan istilah Pott’s paraplegia. 3,4

IX. PROGNOSIS

Prognosis biasanya bergantung pada cepat atau tidaknya dilakukan terapi

oleh karena disertai defisit neurologik 10% - 45% dari penderita dengan

komplikasi nyeri yang hebat 97 % yang dapat menganggu kualitas hidup

penderita.(6, 12)

18