Top Banner
SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN BIBLIOTHERAPY: STUDI KASUS UNTUK MENGURANGI EMOSI MARAH PASIEN SKIZOFRENIA TESIS Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar Strata 2 Program Studi Magister Psikologi Profesi Disusun oleh: Quwwatun Azimah Mustajab 201810500211002 DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Januari 2021
108

SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

Nov 10, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN

BIBLIOTHERAPY: STUDI KASUS UNTUK MENGURANGI EMOSI

MARAH PASIEN SKIZOFRENIA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Memperoleh Derajat Gelar Strata 2

Program Studi Magister Psikologi Profesi

Disusun oleh:

Quwwatun Azimah Mustajab

201810500211002

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Januari 2021

Page 2: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...
Page 3: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...
Page 4: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...
Page 5: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat Dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis yang berjudul “Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dan

Bibliotherapy: Studi Kasus untuk Mengurangi Emosi Marah Pasien Skizofrenia”

yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister profesi

psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Fauzan, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang yang memimpin seluruh civitas akademik Universitas

Muhammadiyah Malang

2. Bapak Prof. Akhsanul In’am, Ph.D., selaku Direktur Pasca Sarjana

Universitas Muhammadiyah Malang dan seluruh civitas akademik

Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang

3. Ibu Dr. Cahyaning Suryaningrum, M.Si., Psikolog., selaku Ketua

Program Studi Magister Psikologi Profesi yang banyak memotivasi

penulis dalam penyelesaian tesis

4. Ibu Assoc. Prof. Dr. Diah Karmiyati, M.Si., Psikolog., selaku dosen

pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu dan pikiran untuk

membantu serta membimbing dan memberikan motivasi untuk

penyelesaian tesis ini

5. Bapak M. Salis Yuniardi, M.Psi., Ph.D., Psikolog., selaku dosen

pembimbing II yang juga banyak memberikan ilmu serta meluangkan

waktu dan pikiran untuk membimbing dalam penyelesaian tesis

Page 6: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

ii

6. Seluruh dosen-dosen Magister Psikologi Profesi Universitas

Muhammadiyah Malang yang telah mengajar dan memberikan banyak

ilmu kepada peneliti selama perkuliahan

7. Abah, mama, adik, dan seluruh keluarga lainnya yang selalu

memberikan dukungan dan motivasi dalam setiap karir pendidikan

peneliti hingga meraih gelar magister psikologi profesi

8. Seluruh teman-teman Magister Psikologi Profesi angkatan 2018 yang

telah membantu dan saling memberikan motivasi dalam penyelesaian

tesis

9. Achmad Tajrim Nur, S.STP., yang selalu memberikan semangat dan

motivasi dalam penyelesaian pendidikan peneliti hingga meraih gelar

magister psikologi profesi

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

banyak memberikan bantuan pada peneliti selama penyelesaian tesis

ini.

Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya

karena tanpa bantuan dari berbagai pihak maka tesis ini tidak akan berjalan lancar

sesuai target. Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu kritik dan saran yang membangun, sangat saya harapkan untuk

menciptakan karya yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Malang, 19 Desember 2020

Peneliti

Quwwatun Azimah Mustajab

Page 7: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................………….i

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................…..v

ABSTRAK........................................................................................................…..vi

ABSTRACT......................................................................................................….vii

LATAR BELAKANG.............................................................................................1

TINJAUAN PUSTAKA

SEFT dan Bibliotherapy dalan Perspektif Islam...............................................5

Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).............................................7

Bibliotherapy.....................................................................................................8

Emosi Marah............................................................................................….....9

Skizofrenia......................................................................................................10

SEFT, Bibliotherapy, dan Emosi Marah.........................................................12

Kerangka Berpikir...........................................................................................14

Hipotesa Penelitian…………………………………………………………..14

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian.............................................................................................14

Subjek Penelitian.............................................................................................15

Definisi Operasional........................................................................................16

Asesmen dan Metode Asesmen.........................................................……….16

Prosedur Penelitian..........................................................................................17

Analisis Data...................................................................................................21

HASIL PENELITIAN

Hasil Asesmen.................................................................................................21

Analisa Hasil Penelitian..................................................................................24

PEMBAHASAN....................................................................................................29

SIMPULAN DAN IMPLIKASI............................................................................31

REFERENSI..........................................................................................................33

LAMPIRAN……………………………………………………………………...39

Page 8: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi dari terapi SEFT .....................................................................7

Gambar 2. Kerangka berpikir dalam penelitian........................................…...….14

Gambar 3. Rangkuman hasil terapi..........................................................………28

Page 9: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

v

DAFTAR LAMPIRAN

Informed Consent…………………………..…………………………………….40

Jadwal Pemeriksaan dan Intervensi………….…………………………………..41

Panduan Intake Interview……………………..………………………………….42

Hasil Observasi Harian………………………………………………………..…44

Modul SEFT……………………………………………………………………..51

Modul Bibliotherapy……………………………………………………………..58

Hasil Tes WAIS………………………………………………………………….66

Hasil SSCT……………………………………………………………………….74

Hasil Tes Wartegg..………………………………………………………………77

Hasil Tes Grafis…………………………………………………………………..79

Hasil Tes TAT……………………………………………………………………88

Catatan Tugas Bibliotherapy……………………………………………………..95

Hasil Tes Plagiasi………………………………………………………………...97

Page 10: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

vi

SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN

BIBLIOTHERAPY: STUDI KASUS UNTUK MENGURANGI EMOSI

MARAH PASIEN SKIZOFRENIA

Quwwatun Azimah Mustajab

Magister Profesi Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

Abstrak. Setiap individu wajar memiliki emosi negatif terlebih pada pasien

dengan gangguan jiwa yang memiliki permasalahan psikologis yang kompleks.

Emosi marah yang dipendam mendalam sejak lama mengakibatkan terganggunya

kesehatan fisik dan mental. Penting untuk menurunkan emosi marah sebab dapat

pula memperburuk hubungan dengan orang-orang sekitar. Penelitian ini bertujuan

untuk mengurangi emosi marah pada orangtua pasien skizofrenia sehingga dapat

terciptanya hubungan sosial yang baik antara pasien dan kedua orangtuanya

karena keluarga merupakan lingkungan terdekat pasien. Jenis penelitian

menggunakan single case design yang bersifat non-experimental atau biasa

disebut dengan case study. Subjek dalam penelitian ini berusia 24 tahun berjenis

kelamin laki-laki yang telah didiagnosa mengalami gangguan skizofrenia dengan

periode kekambuhan sebanyak 2 kali. Penanganan yang diberikan adalah spiritual

emotional freedom technique (SEFT) dan bibliotherapy yang disusun sebanyak 9

sesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya penurunan emosi marah pada

subjek melalui pengukuran numerical rating scale yang sebelumnya emosi marah

berada pada angka 8,5 dan setelah terapi berada pada angka 3.

Kata Kunci: Spiritual emotional freedom technique (seft), bibliotherapy, studi

kasus, emosi marah, dan skizofrenia.

Page 11: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

vii

SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) AND

BIBLIOTHERAPY: A SINGLE CASE STUDY TO REDUCE ANGER OF

THE SCHIZOPHRENIC PATIENT

Quwwatun Azimah Mustajab

Master of Professional Psychology

Muhammadiyah University of Malang

[email protected]

Abstract. It is natural for every individual to have negative emotions, especially

in patients with mental disorders who have complex psychological problems.

Anger that has been buried deep inside for a long time could cause disruption to

physical and mental health. It is crucial to reduce anger since it could worsen the

relationships with people around us. This study aims to reduce anger of parents of

the schizophrenic patient in order to build a good social relationship of the patient

with the parents since family is the patient's closest environment. The type of the

research uses a non-experimental single case design or commonly known as case

study. The subject of this study was a 24 years old man who had been diagnosed

with schizophrenia with a recurrence period of 2 times. The treatments provided

were spiritual emotional freedom technique (SEFT) and bibliotherapy, which

were compiled for 9 sessions. The results showed that there was a decrease in

anger of the subject through the measurement of the numerical rating scale, in

which previously the anger was at 8.5 and after the therapy the anger was at

number 3.

Keywords: Spiritual emotional freedom technique (seft), bibliotherapy, single

case study, anger, and schizophrenic.

Page 12: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

1

LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa merupakan masalah yang kerap disepelekan dari dulu hingga

sekarang. Berbagai gerakan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan jiwa

salah satunya dengan diadakannya hari kesehatan jiwa sedunia atau disebut world

mental health day. Pada hari tersebut, Badan Kesehatan Dunia (WHO) setiap

tahunnya memulihkan cacatan pengidap gangguan kesehatan jiwa termasuk

skizofrenia memiliki 23 juta orang mengalami gangguan jiwa (cnnindonesia.com,

2018). Berdasarkan data yang dikumpulkan di Amerika Serikat bahwa setiap

tahun terdapat 300.000 pasien penderita skizofrenia mengalami episode akut, 25%

diantaranya melakukan percobaan bunuh diri dan 10% berhasil meninggal karena

bunuh diri, sehingga disimpulkan bahwa angka kematian pasien skizofrenia 8 kali

lebih tinggi dari angka kematian individu normal (Prihananto, Hadisaputro, &

Adi, 2018; Yosep, 2007).

Pada umumnya prognosis kesembuhan untuk penderita skizofrenia kurang

membawa kabar gembira dikarenakan sekitar 25% pasien dapat pulih pada

episode awal, 25% tidak dapat pulih, dan 50% berada diantaranya (Arif, 2006).

Namun, penelitian yang mengangkat masalah skizofrenia berkembang dengan

pesat termasuk adanya kemajuan di bidang psikofarmaka yakni obat-obatan anti

skizofrenia telah menjadikan pasien penderita skizofrenia dapat dipulihkan

sehingga dapat berfungsi kembali dalam kehidupan sehari-hari sehingga pasien

skizofrenia tidak perlu lagi disingkirkan dari masyarakat apalagi dipasung

(Hawari, 2014).

Kondisi pasien skizofrenia di Indonesia memprihatinkan terutama sikap

keluarga dan masyarakat. Data yang diperoleh dari Riskesdas (Riset Kesehatan

Dasar) tahun 2018 bahwa individu penderita gangguan jiwa yang dipasung 3

bulan terakhir mencapai 31,1% di perkotaan dan 31,8% di pedesaan (Indrayani &

Wahyudi, 2018). UU nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa terbagi

menjadi 2 kondisi yaitu ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan) dan ODGJ

(Orang Dengan Gangguan Jiwa). ODGJ merupakan individu yang mengalami

gangguan pikiran, perilaku, dan emosi yang termanifestasikan dalam kumpulan

gejala perilaku yang bermakna serta mampu menimbulkan penderitaan dan

Page 13: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

2

adanya hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai manusia normal (Indrayani

& Wahyudi, 2018).

Penyebab munculnya simtom skizofrenia yang paling populer saat ini adalah

dari perspektif biologis oleh faktor genetik, kerusakan saraf otak, dan

ketidakseimbangan neurotransmitter (Arif, 2006; Neale, Davison, & Haaga, 1996;

Torrey, 1988). Namun, tidak dipungkiri bahwa penyebab skizofrenia selain faktor

biologis adalah faktor psikologis dan lingkungan yang tidak stabil sehingga

menimbulkan berbagai tekanan pada penderita sebagai pemicu relapse.

Penyebab relapse pada gangguan skizofrenia ditemukan mencakup banyak

aspek namun yang mempengaruhi paling banyak adalah aspek psikologis yang

melibatkan kognisi, afektif, dan perilaku (Nevid, dkk., 2018). Berfokus pada

afektif yang berhubungan dengan emosi yang merupakan perasaan yang muncul

dalam diri terbagi menjadi sedih, gembira, kecewa, benci, marah, semangat, cinta,

dan lainnya (Albin, 1998). Sangat wajar apabila pasien skizofrenia memiliki

masalah emosi yang kompleks termasuk emosi marah yang dipengaruhi oleh masa

lalu. Perasaan yang muncul akan selalu mempengaruhi bagaimana individu

berpikir dan bertindak (Albin, 1998). Oleh karena itu, peneliti berfokus untuk

menangani permasalahan emosi marah pada pasien skizofrenia guna mencegah

relapse atau mengurangi frekuensi kekambuhan setelah diberikan penanganan.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa seseorang yang sedang marah maka

emosi negatif dalam tubuh dapat mempengaruhi kualitas tidur dengan adanya

respon fisiologis membuat orang menjadi sulit tidur (Elga, 2012). Emosi negatif

banyak memunculkan berbagai macam ketidakseimbangan dalam tubuh yang

berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Secara psikologis wajar bagi

individu untuk sukar mengungkapkan perasaan marahnya namun akan sangat

menyusahkan apabila emosi marah tersebut terpendam dalam-dalam ataupun

mencoba berpura-pura tidak ingin mengakuinya, hal ini dapat memperburuk

hubungan dengan orang disekitar (Albin, 1998). Penting bagi setiap individu

untuk melepaskan emosi marah yang dirasakan sehingga meningkatkan kesehatan

fisik dan juga mental.

Page 14: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

3

Riset penelitian terdahulu untuk mengatasi permasalahan emosi cukup

banyak melalui pendekatan psikologis. Terapi yang paling banyak digunakan

adalah terapi kognitif dan terapi perilaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terapi kognitif dapat mengendalikan emosi dengan baik (Radhitya & Santoso,

2019). Hasil penelitian untuk terapi perilaku juga menunjukkan adanya

peningkatan regulasi emosi dengan terapi relaksasi autogenik pada siswa remaja,

sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi perilaku dapat mengatasi permasalahan

emosi (Fitriani & Alsa, 2015).

Terapi perilaku melalui teknik yoga juga dapat mengatasi permasalahan

emosi marah. Hasil penelitian Kadiyono dan Anmarlina (2016) mengungkapkan

bahwa dengan teknik yoga dapat membantu individu untuk mengelola emosi

marahnya, menenangkan pikiran, dan mengurangi stres. Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa terapi suportif dapat meningkatkan manajemen emosi negatif

pada individu yang memiliki pasangan skizofrenia (Mutiara, 2017).

Mengatasi permasalahan emosi yang efektif diterapkan pada pasien

skizofrenia adalah Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Penelitian

Rochjani, Mardiyono, dan Arwani (2014) mengungkapkan bahwa terapi SEFT

dapat mengurangi emosi negatif pada pasien dengan skizofrenia. Terapi SEFT

dengan menggunakan pendekatan spiritual cocok diterapkan pada pasien

skizofrenia, menurut hasil penelitian bahwa terapi spiritual dengan melakukan

dzikir, istigfar, dan sholat dapat meredakan emosi marah dan mengurangi gejala

yang muncul pada pasien skizofrenia (Triyani, Dwidiyanti, & Suerni, 2019). Dari

seluruh riset penelitian untuk mengatasi emosi marah, maka peneliti menawarkan

terapi SEFT untuk mengurangi emosi marah pada pasien skizofrenia.

Terapi SEFT adalah metode penanganan terbaru yang dapat menyelesaikan

berbagai masalah pada gangguan psikologis (Anwar & Niagara, 2011). Dalam

penelitian ini menawarkan terapi SEFT untuk mengurangi emosi marah yang ada

pada diri subjek sehingga mengatasi permasalahan yang esensial guna

menciptakan hubungan sosial yang baik bagi pasien skizofrenia terutama

hubungan keluarga mengingat keluarga adalah lingkungan terdekat pasien

skizofrenia.

Page 15: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

4

Zainuddin (2009) mengungkapkan bahwa terapi SEFT adalah terapi yang

revolusioner dengan alasan; (1) teknik ini mampu menyelesaikan berbagai

masalah fisik dan emosi, (2) teknik ini telah dibuktikan secara ilmiah oleh lebih

dari 100.000 pengguna dari berbagai negara, (3) teknik ini merupakan teknik

termudah, dapat digunakan oleh semua kalangan seperti anak-anak dan lansia, (4)

selain mudah, teknik ini juga tercepat dikarenakan dapat dirasakan efektivitasnya

setelah terapi dalam waktu hanya 15 menit, (5) karena tanpa menggunakan obat-

obatan atau alat yang beresiko maka teknik ini sangat aman tanpa efek samping,

(6) menggunakan teknik ini sangat gampang sehingga hanya perlu sekali belajar,

(7) tidak ketergantungan dengan terapis karena teknik ini dapat dilakukan sendiri,

(8) dapat digunakan untuk berbagai masalah serta dapat dipraktekkan oleh

siapapun tanpa melihat latar belakang dari orang tersebut (universal), dan (9)

dapat diintegrasikan dengan teknik atau terapi lain dan mampu meningkatkan

efektivitas terapi lain (Anwar & Niagara, 2011).

Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan yang baik pada pasien yang

diberikan terapi SEFT. Pada bidang medis sering kali SEFT diberikan untuk

menurunkan hipertesi pasien disebabkan karena hormon stres pada kortisol dapat

menurun melalui titik akupuntur yang ditekan saat terapi SEFT berdampak

memberikan ketenangan dan rasa rileks (Rofacky & Aini, 2015; Fatmasari,

Widyana, & Budiyani, 2019). Cara kerja terapi SEFT untuk menurunkan emosi

marah dalam diri adalah dengan mengetuk 12 titik akupuntur pada bagian tubuh

dan teknik ini bertujuan untuk membebaskan energi negatif termasuk emosi

marah (Zainuddin, 2006).

Terapi yang cukup baru khususnya untuk menangani kasus psikologis selain

terapi SEFT adalah bibliotherapy. Selain terapi ini dianggap cukup baru,

bibliotherapy juga diklaim memiliki efektivitas yang tinggi dalam menangani

berbagai masalah seperti kognitif dan emosi. Bibliotherapy digunakan untuk

memunculkan insight pada klien untuk membantu mereka mengubah distorsi serta

keyakinan yang maladaptif yang tersimpan sejak lama (Suprapto, 2013).

Bibliotherapy menggunakan media baca untuk memunculkan insight tersebut

serta reaksi afektif setelah membaca dalam terapi ini sangat penting untuk klien

Page 16: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

5

dapat memahami permasalahannya (Shechtman, 2009). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa bibliotherapy dapat meningkatkan kesehatan serta sikap

optimisme pada pasien yang sedang menjalani perawatan (Anwar, Rejeki,

Khadijah, & Sukaesih, 2019). Bibliotherapy dapat meningkatkan perilaku optimis

pada pasien sehingga pasien mampu dan semangat menghadapi penyakit yang

dideritanya dan permasalahan yang dihadapi oleh pasien.

Bibliotherapy juga mampu meningkatkan pemahaman dan kesadaran

individu dalam masalah yang dihadapi dengan membaca dan mempelajari

kesulitan orang lain melalu bacaan (Solikin, 2015). Hasil penelitian Solikin (2015)

mengungkapkan bahwa bibliotherapy khususnya dapat mengatasi masalah pribadi

yang dilakukan dalam intervensi klinis seperti pada permasalahan kejiwaan dan

kesehatan mental sehingga dapat membantu untuk mempercepat penyembuhan.

Alasan mengintegrasikan terapi SEFT dengan bibliotherapy karena merujuk

pada permasalahan subjek. Peneliti ingin memberikan penanganan yang

mendalam kepada subjek dengan sasaran kognitif dan afektif. Sehingga sasaran

kognitif didapatkan dari bibliotherapy dan untuk sasaran pada afektif diperoleh

dari kedua terapi yang diberikan. Oleh karena itu, peneliti menawarkan terapi

terbaik yakni SEFT dan bibliotherapy untuk mengatasi permasalahan emosi

marah subjek dengan gangguan skizofrenia.

TINJAUAN PUSTAKA

SEFT dan Bibliotherapy dalam Perspektif Islam

Psikologi Islam merupakan mazhab kelima dalam ilmu psikologi semakin

menguat khususnya di Indonesia. Psikologi sebagai ilmu yang membantu individu

dalam menyelesaiakan permasalahan patologis seperti depresi dan berbagai

kecemasan. Pendekatan secara islami untuk menangani penyakit psikologis adalah

memfungsikan akal dan keimanan dengan mengoptimalkan daya nalar secara

objektif dan ilmiah sehingga landasan psikologi islam adalah ayat-ayat Al-Qur’an

dan Al-Hadist yang absah (Bastaman, 2011). Praktik dan pengajaran islam sangat

berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist Nabi Muhammad SAW. Psikis dalam

Page 17: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

6

islam disebut Nafs menunjukkan kepribadian dalam individu yang mencakup qalb

(hati), ruh, aql (akal), dan irada (kehendak) (Haque, 2004).

Proses healing dalam psikoterapi religius menggunakan praktek agama islam

seperti sholat, puasa, dzikir dan membaca ayat-ayat al-Qur’an dalam proses

penyembuhan pada individu yang memiliki patologis (Mar’ati & Chaer, 2016).

Pada beberapa teknik terapi SEFT subjek diminta untuk melakukan tapping

sambil mengucapkan kalimat dzikir untuk mengatasi berbagai permasalahan

psikologis sebagai basis spiritualitas dalam rangkaian terapi SEFT.

Al-Qur’an Surah Yunus ayat 57 Allah SWT telah menurunkan al-Qur’an

yang merupakan pedoman seluruh umat manusia serta sebagai penawar penyakit

dalam jiwa terkhusus bagi orang-orang yang beriman. Dalam surah Qur’an al-

Ankabut (29): 45, Allah juga mengatakan bahwa shalat dapat mencegah manusia

dari perbuatan keji dan mengingat Allah adalah kekuatan manusia yang paling

besar. Dengan mengucapkan kalimat dzikir berarti sedang mengingat Allah yang

juga dilakukan dalam terapi SEFT untuk mengatasi permasalahan psikologis. Hal

ini berarti bahwa terapi SEFT sejalan dengan pandangan syariat islam.

Penanganan kedua dalam penelitian ini adalah bibliotherapy, dimana terapi

ini juga sejalan dengan pandangan islam karena sasaran utama adalah subjek

diminta untuk memunculkan pandangan-pandangan positif dan pikiran yang

positif untuk mengatasi permasalahan psikologis yang dialami. Patologis yang

dialami individu kemudian dirangsang untuk memunculkan pikiran positif untuk

mencapai individu yang sehat secara mental (Khodayarifard, ...., Derakhshan,

2016). Memunculkan pikiran positif untuk mengurangi emosi negatif dalam

penelitian ini melalui bibliotherapy dengan cara subjek diminta untuk membaca

dimana diharapkan dapat memberikan insight pada subjek.

Dalam ayat-ayat al-Qur’an banyak mengemukakan dinamika kepribadian

manusia dimana dapat dijadikan sebagai dasar acuan untuk terapi psikologis.

Selain dalam al-Qur’an banyak keistimewaannya terkhusus pada bidang psikologi

juga dapat bersifat menyembuhkan, kuratif, dan mengarahkan individu untuk

meningkatkan emosi positif (Mar’ati & Chaer, 2016). Secara teoritis kegiatan-

Page 18: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

7

kegiatan positif berdasarkan asas islam akan berpotensi menunjang

pengembangan kesehatan mental (Bastaman, 2011).

Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT) merupakan terapi psikologi

yang menggabungkan kekuatan spiritual dan teori energy psychology dimana

ditujukan untuk menetralisir emosi negatif (Zainuddin, 2006). Terapi SEFT

dikembangkan dari terapi yang sangat populer diberbagai negara maju seperti di

Amerika yakni Emotional Freedom Technique (EFT) dari Gary Craig. Terapi EFT

dianggap sebagai solusi tercepat dan mudah untuk mengatasi berbagai masalah

fisik dan psikis (Anwar & Niagara, 2011).

Hasil riset menunjukkan bahwa spiritualitas dan doa dapat berpengaruh

terhadap kesehatan fisik dan psikis disebabkan spiritualitas merupakan hal

mendasar antara hamba dan penciptanya (Anwar & Niagara, 2011). Terapi SEFT

tidak membatasi perbedaan agama sehingga kepercayaan apapun dapat diterima

melalui teknik ini. Dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut:

Gambar 1. Ilustrasi terapi SEFT

Diuraikan dalam buku Zainuddin (2009) bahwa energy psychology

merupakan sistem energi tubuh yang dimanfaatkan kemudian memperbaiki

kondisi pikiran, emosi, dan perilaku (Anwar & Niagara, 2011). Terapi SEFT ini

bekerja berdasarkan prinsip teknik akupuntur yang kurang lebih akan merangsang

12 titik kunci jalur energi pada tubuh yang berpengaruh pada kesehatan

(Zainuddin, 2006).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi SEFT dapat mereduksi emosi

marah sekaligus individu yang diberika terapi ini dapat memiliki kemampuan

dalam pengendalian emosi marahnya (Sumarna, 2018). Terapi SEFT mampu

menurunkan tingkat agresifitas setelah diterapkan pada remaja yang memiliki

Spiritual Power Energy

Psychology The Amplifying

Effect (ampuh)

Page 19: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

8

agresi tinggi (Marwing, 2019). Penelitian lain menunjukkan hasil yang sama,

bahwa setelah diberikan terapi SEFT individu dapat mengurangi tingkat

agresifitasnya (Anggraini, 2019).

Adapun prosedur terapi SEFT yang dikemukakan oleh Zainuddin (2009)

adalah sebagai berikut; 1) the set up bertujuan untuk menetralisir psychological

reversal atau perlawanan psikologis, 2) the tune in adalah memikirkan masalah

yang menyakitkan guna membangkitkan emosi negatif yang akan dihilangkan, 3)

the tapping adalaha mengetuk ringan menggunakan dua jari pada titik-titik

tertentu, 4) nine gamut procedure adalah 9 gerakan untuk merangsang otak bagian

tertentu, dan 5) the tapping again adalah mengulangi tahapan tapping dengan

mengambil nafas panjang kemudian hembuskan (Adawiyah & Ni’matuzahroh,

2016).

Bibliotherapy

Bibliotherapy adalah teknik terapi yang menggunakan buku sebagai sarana

pengobatan. Bibliotherapy didefinisikan sebagai solusi yang tepat dalam

menangani masalah personal individu dengan cara membaca langsung (Webster,

1981; Helina, 2013). Bibliotherapy klinis adalah terapi untuk meningkatkan

kesehatan mental individu melalui penggunaan literatur atau buku dengan cara

individu membaca kemudian mendiskusikan dengan terapis (Pehrsson &

McMillen, 2007). Terapis menggunakan diskusi terarah untuk membantu individu

mengintegrasikan respon kognitif dan afektif terhadap bacaan yang telah

diseleksi.

Bibliotherapy merupakan sarana yang tepat untuk menemukan insight baru,

mendorong klien lebih memahami permasalahan klinis yang dialaminya, dan

dapat menghargai dirinya sendiri (Shechtman, 2009). Dalam terapi ini, reaksi

afektif lebih penting dari pada pemahaman intelektual dalam makna yang tersirat

dalam bacaan (Suprapto, 2013). Bibliotherapy menjadikan seseorang dapat

mempelajari suatu fakta-fakta baru, dapat mengubah sudut pandang masalah, dan

mengubah arah pemikiran masalahnya (Griffin, 1984; Herlina, 2012). Penelitian

Abilash dan Jothimani (2019) mengungkapkan bahwa bibliotherapy dapat

Page 20: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

9

mengatasi permasalahan emosional seperti rasa marah, ketakutan, rasa cemas, dan

rasa kurang percaya diri.

Adapun prinsip utama untuk bibliotherapy adalah sebagai berikut, 1) terapis

harus menggunakan material bacaan yang dikenalnya, 2) hindari material bacaan

yang tidak hubungannya dengan permasalahan klien, 3) material bacaan dapat

diterapkan pada masalah klien, namun bacaan tidak harus identik, 4) terapis dapat

mengukur kemampuan membaca klien dan dapat menjadi pengarah dalam

memilih material bacaan yang akan digunakan. Jika klien kurang mampu dalam

membaca maka diperlukan teknik membaca nyaring atau audiovisual, 5) usia

kronologis dan kondisi emosional klien dapat direfleksikan dalam material bacaan

yang digunakan, dan 6) minat membaca merupakan pengarah untuk terapis

memiihkan bahan bacaan.

Emosi Marah

Goleman menjelaskan bahwa individu memiliki emosi dasar yang meliputi

rasa takut, amarah, sedih, dan senang (Baqi, 2015). Emosi marah merupakan salah

satu emosi negatif yang cukup berbahaya karena mampu mempengaruhi fungsi

jantung dan organ-organ tubuh lainnya. Hasil penelitian di Universitas Valencia

oleh Neus Herrero, mengungkapkan bahwa dorongan emosi dapat menghasilkan

perubahan pada sistem saraf otonom yang berfungsi untuk mengontrol repon

kardiovaskular, sistem kelenjar endokrin, serta perubahan pada aktivitas otak di

lobus frontal dan lobus temporal (Elga, 2012). Dapat disimpulkan bahwa emosi

marah benar-benar dapat mempengaruhi kesehatan fisik individu.

Merujuk pada segi psikis, bahwa emosi marah ternyata adalah salah satu

emosi yang dapat menimbulkan rasa tidak enak bagi semua orang (Albin, 1998).

Emosi marah juga dapat menyingkirkan energi-energi positif, dapat membuat

hidup merasa tidak tenang, selalu merasa sakit hati dan tidak puas karena dendam

belum terbalaskan, atau berbagai bentuk kecemasan lainnya yang dapat merusak

suasana hati menjadi buruk (Elga, 2012). Kemarahan adalah perilaku neurotik

yang dapat merugikan anda dan orang lain secara tidak perlu (Hauck, 1993).

Page 21: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

10

Kemarahan juga dapat diperoleh karena mengetahui kebohongan orangtua

sebabnya karena orangtua merupakan orang yang membesarkan anak sehingga

kita sebagai anak yang mengamati kegiatan mereka semakin mengetahui bahwa

mereka tampaknya kurang suci (Lake, 1993). Setiap individu baiknya mengurangi

kemarahan yang dirasakannya, perlu membebaskan energi yang terkurung dalam

tubuh (Lake, 1993). Individu yang sehat mental adalah individu yang tidak

pemarah dengan cara menciptakan lingkungan yang nyaman bagi orang

disekitarnya (Hauck, 1993).

Skizofrenia

Skizofrenia merupakan gangguan mental paling berat yang ditandai dengan

adanya gejala positif dan gejala negatif. Adapun gejala positif seperti halusinasi,

delusi, gangguan cara berfikir, gangguan persepsi, dan memiliki pembicaraan

yang kacau; gejala negatif seperti adanya penurunan minat, kemiskinan isi

pembicaraan, memiliki afeksi yang datar, dan terganggunya relasi pribadi

penderita (Fausiah & Widury, 2008). Pasien skizofrenia berkembang pada masa

remaja akhir dan dewasa awal dimasa masa tersebut anak muda dalam pencarian

jalan dari rumah menuju ke dunia luar (Nevid, Rathus, & Greene, 2018; Dobbs,

2010; Tandon, Nasrallah, & Keshavan, 2009).

Gangguan skizofrenia adalah gangguan psikologis yang paling melelahkan

dan membingungkan, disebabkan penyakit ini hampir menyentuh seluruh aspek

kehidupan terlebih lagi membuat pengidap skizofrenia semakin jauh dari

lingkungan sosialnya (Nevid, dkk., 2018). Kebanyakan pasien skizofrenia

memunculkan sikap dan perasaan takut, cemas, salahpaham dengan orang-orang

disekitarnya disebabkan oleh isi pikiran dan emosi pasien skizofrenia terpisah dan

diisi dengan persepsi yang terganggu, stimulus palsu, konsepsi abstrak, dan hal-

hal yang tidak logis (Nevid, dkk., 2018).

Pasien skizofrenia juga kehilangan kemampuan dasarnya seperti tidak ada

intonasi suara, kesulitan memahami emosi orang lain, dan tidak bisa berpikir

jernih (Nevid, dkk., 2018). Gejala yang dialami penderita skizofrenia

menimbulkan perasaan yang berat dalam kemampuan berfikir, memecahkan

Page 22: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

11

masalah, afeksi yang terganggu dan relasi yang nyaris terputus dengan orang-

orang disekitarnya sehingga membuat penderita mengalami ketidakmampuan

dalam melanjutkan hidupnya serta terhambatnya produktivitas (Arif, 2006).

Untuk mengambil sebuah diagnosa setidaknya harus ada gejala gangguan

utama seperti delusi, halusinasi, atau inkoherensi isi pembicaraan. Tidak ada

perilaku yang khas ada pada pasien skizofrenia namun secara umum pasien juga

mengalami kemunduran dan fungsi kerja, bersosial, membina pertemanan yang

mendalam, melakukan pekerjaan dengan baik, dan kesulitan menjaga kebersihan

diri. Kriteria diagnostik skizofrenia 295.90 (F20.9) menurut DSM V (APA, 2013)

adalah sebagai berikut:

A. Dua (atau lebih) dari berikut ini, masing-masing hadir untuk porsi

waktu yang signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang jika berhasil

ditangani). Setidaknya salah satu dari ini harus (1), (2), atau (3):

1. Delusi

2. Halusinasi

3. Bicara tidak teratur (misalnya, sering keluar jalur atau tidak

koheren)

4. Perilaku katatonik atau sangat tidak teratur.

5. Gejala negatif (yaitu berkurangnya ekspresi emosional atau

penghinaan)

B. Untuk sebagian besar waktu sejak permulaan gangguan, tingkat fungsi

di satu atau lebih bidang utama, seperti pekerjaan, hubungan

antarpribadi, atau perawatan diri, secara nyata berada di bawah tingkat

yang dicapai sebelum permulaan (atau ketika permulaannya pada masa

kanak-kanak atau remaja, ada kegagalan untuk mencapai tingkat fungsi

interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).

C. Tanda-tanda gangguan yang terus-menerus bertahan setidaknya selama

6 bulan. Periode 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala

(atau kurang jika berhasil diobati) yang memenuhi Kriteria A (yaitu,

gejala fase aktif) dan dapat mencakup periode gejala prodromal atau

Page 23: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

12

residual. Selama periode prodromal atau sisa ini, tanda-tanda gangguan

dapat dimanifestasikan hanya dengan gejala negatif atau dengan dua

atau lebih gejala yang tercantum dalam Kriteria A hadir dalam bentuk

yang dilemahkan (misalnya, keyakinan aneh, pengalaman persepsi yang

tidak biasa).

D. Gangguan skizoafektif dan gangguan depresi atau bipolar dengan

gambaran psikotik telah dikesampingkan karena: (1) tidak ada episode

depresi atau manik mayor yang terjadi bersamaan dengan gejala fase

aktif, atau (2) jika episode suasana hati telah terjadi selama gejala fase

aktif, mereka telah hadir untuk sebagian kecil dari total durasi periode

aktif dan sisa penyakit.

E. Gangguan tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat

(misalnya penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis

lainnya.

F. Jika ada riwayat gangguan spektrum autisme atau gangguan komunikasi

awal masa kanak-kanak, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya

jika delusi atau halusinasi yang menonjol, selain gejala skizofrenia lain

yang diperlukan, juga ada setidaknya 1 bulan (atau kurang jika berhasil

dirawat).

SEFT, Bibliotherapy dan Emosi Marah

Untuk memperoleh target intervensi yang mendalam dengan sasaran kognitif

dan afektif maka terapi SEFT diintegrasikan dengan bibliotherapy. Pemberian

terapi integrasi diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal dari berbagai

titik permasalahan yang dialami oleh subjek. Adapun alasan memberikan terapi

integrasi karena merujuk pada permasalahan subjek. Hasil screening awal dari

wawancara dan observasi menunjukkan bahwa subjek tidak bisa diberikan terapi

yang langsung dengan sasaran kognitif untuk mengatasi permasalahannya.

Sehingga, subjek dapat diberikan terapi SEFT terlebih dahulu dengan sasaran

afektif untuk mengurangi emosi marahnya kepada orang tunya. Setelah itu, subjek

Page 24: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

13

akan diberikan bibliotherapy dengan sasaran kognitif dan afektif untuk mengatasi

permasalahan subjek.

Pasien skizofrenia mengembangkan emosi negatif seperti perasaan marah

kepada orang tuanya sedangkan lingkungan terdekat adalah relasi keluarga.

Penting bagi pasien untuk mengurangi emosi marahnya kepada orangtuanya untuk

menjalin hubungan yang baik serta mengatasi perasaan yang ada dalam diri pasien

yang akan mempengaruhi pikiran dan tindakan (Albin, 1998). Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa mengurangi emosi marah pada pasien skizofrenia

berdampak baik pada perilakunya, pasien menjadi lebih adaptif setelah

menerapkan terapi SEFT (Rochjani, Mardiyono, & Arwani, 2014).

SEFT dapat digunakan untuk mengurangi emosi negatif pada penderita

skizofrenia sehingga pasien dapat berperilaku positif dan mampu kooperatif

(Rochjani, Mardiyono, & Arwani, 2014). Pengalaman masa lalu atau peristiwa

traumatis yang terjadi pada masa kanak-kanak akan tersimpan dalam alam bawah

sadar, kemudian mengakibatkan emosi tidak stabil dan membuat aliran energi

tubuh menjadi tidak lancar sehingga titik inilah yang menjadi pacuan terapi SEFT

untuk mengembalikan aliran energi tubuh kembali berjalan lancar dengan cara

tapping atau mengetuk bagian tubuh tertentu yang bertujuan untuk membebaskan

emosi negatif (Zainuddin, 2006).

Bibliotherapy adalah pendekatan untuk mengatasi masalah emosional,

penyakit mental, dan gangguan psikologis seperti kemarahan, stres, kecemasan,

depresi, kurang kepercayaan diri, dan masalah emosional lainnya (Abilash &

Jothimani, 2019). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bibliotherapy dapat

diterapkan untuk segala usia membantu menurunkan masalah emosional serta

membantu pasien menghadapi krisis perkembangan yang dialami (Abilash &

Jothimani, 2019). Hal ini menunjukkan bahwa bibliotherapy bermanfaat dalam

penanganan psikologis khususnya masalah emosional.

Page 25: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

14

Kerangka Berpikir

Gambar 2. Kerangka berpikir dalam penelitian

Hipotesa Penelitian

Terdapat penurunan tingkat emosi marah pada orang tua setelah diberikan

terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT) dan bibliotherapy pada

pasien skizofrenia

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian single case designs atau

biasa disebut small N-design. Desain penelitian single case design terbagi menjadi

dua, yaitu single case experimental design dimana adanya manipulasi eksperimen

dalam penanganan yang diberikan pada responden dan single case non-

experimental atau dikenal dengan sebutan case study (Shaughnessy, Zechmeister,

& Zechmeister, 2012). Elemen desain dalam penelitian ini menggunakan desain

Emosi

Marah

pada

Orang Tua

Berkurang

Mengurangi

Emosi

Negatif

(Marah)

BIBLIO

Meningkatka

n Pikiran &

Emosi Positif

SEFT

Insight Mengurangi

Pikiran &

Emosi Negatif

Page 26: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

15

ABA; A merupakan tahapan sebelum diberikan terapi, B adalah tahapan terapi

atau intervensi, dan tahapan terakhir adalah A follow up atau tindak lanjut

(Kazdin, 1998).

Dalam penelitian ini, penanganan yang diberikan kepada subjek tidak

sepenuhnya dilakukan manipulasi eksperimental, karena beberapa keterbatasan

single case experimental sering menetapkan persyaratan khusus dalam pemberian

treatment sehingga pertimbangan etis dan metodologis desain ini tidak dapat

diterapkan secara luas khususnya dalam situasi klinis (Kazdin, 1992). Oleh karena

itu, desain dalam penelitian ini lebih sesuai menggunakan single case designs

yang bersifat studi kasus non-eksperimental atau sering disebut studi kasus (case

study).

Penelitian studi kasus Kazdin (1998) mengungkapkan bahwa berfokus pada

permasalahan individu, memiliki informasi yang bersifat anekdotal, dan tidak

adanya manipulasi eksperimental (Suryaningrum, 2005). Studi kasus merupakan

penelitian yang deskriptif dan memiliki analisis yang mendalam (Merriam &

Tisdell, 2015). Jenis penelitian studi kasus dalam laporan ini menggunakan studi

kasus instrinsik. Studi kasus instrinsik menurut Stake (1995) dimana peneliti

menginginkan pemahaman yang lebih baik atas kasus khusus yang sedang diteliti

(Prihatsani, Sutyanto, & Hendriyani, 2018). Penggunaan studi kasus tunggal dapat

dilakukan ketika kasus unik yang dapat menambah pemahaman pada peristiwa

tertentu (Yin, 2002; Prihatsani, dkk., 2018).

Subjek Penelitian

Subjek merupakan pasien skizofrenia di RSJ Radjiman Wediodiningrat

Lawang. Subjek telah didiagnosa mengidap gangguan jiwa atau skizofrenia sesuai

kriteria DSM V. Alasan dipilihnya subjek sebagai responden penelitian karena

berdasarkan atas rekomendasi penanggungjawab ruangan tepatnya di Bangsal

Bekisar bahwa diantara pasien lainnya subjek merupakan salah satu yang paling

stabil kesehatan fisiknya, gejala-gejala skizofrenia akut telah berkurang dan

subjek mampu berinteraksi dengan baik. Subjek berumur 24 tahun, berjenis

kelamin laki-laki dengan tinggi 165 cm dan berat badan 120 kg. Subjek telah

Page 27: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

16

mengalami relapse sebanyak 2 kali. Teknik pengampilan sampel dengan

menggunakan teknik screening, dimana subjek menunjukkan adanya

permasalahan psikologis, permasalahan yang dialami merupakan salah satu

penyebab terjadinya relapse pada subjek, dan motivasi subjek untuk sembuh

sangat tinggi.

Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat variabel terapi SEFT, bibliotherapy dan emosi

marah. SEFT adalah terapi dengan pendekatan spiritual dan psikologis yang

mampu mengatasi permasalahan emosi negatif berupa kemarahan. Bibliotherapy

merupakan intervensi psikologis melalui media bacaan dengan sasaran kognitif

dan afektif yang dapat meningkatkan emosi positif dan dapat mengurangi emosi

negatif setelah membaca. Sedangkan emosi marah merupakan salah satu emosi

dasar yang berbahaya jika dipendam karena dapat mempengaruhi kesehatan fisik

dan psikis dan dapat mempengaruhi pikiran dan tindakan sesuai tingkat

kemarahan yang dialami.

Asesmen dan Metode Asesmen

Asesmen merupakan serangkaian kegiatan pengumpulan data untuk

mengidentifikasi dan mendeskripsikan permasalahan yang dialami serta

menentukan permasalahan yang menjadi fokus terapi, mengetahui penyebab

permasalahan yang terjadi, dan mengetahui kelemahan dan kekuatan responden

(Reynold, 1975; Wiramihardja, 2012). Dalam asesmen diperlukan pembanding

informasi dengan menggunakan instrumen psikologi sehingga data yang diperoleh

bersifat realistis dan objektif. Menurut Murray (1938) asesmen psikologi yang

paling sistematis adalah dengan mengintegrasikan hasil tes psikologi, wawancara,

dan observasi (Wiramihardja, 2012).

Adapun metode asesmen dalam penelitian ini dengan menggunakan beberapa

cara, metode pertama wawancara klinis untuk mendapatkan dan mengumpulkan

informasi mengenai subjek secara mendalam dengan mewaspadai intonasi suara

Page 28: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

17

subjek, kecepatan bicara, dan sensitivitas lainnya yang perlu interviewer

perhatikan. Serta wawancara mendalam kepada orang terdekat subjek. Metode

kedua adalah observasi harian untuk mengetahui kondisi subjek dengan

lingkungan sekitarnya serta sebagai pelengkap hasil wawancara.

Selanjutnya penerapan tes psikologis yakni tes intelegensi WAIS (Weschler

Adult Intelligence Scale) untuk mengetahui kapasitas intelektual subjek agar

terapis dapat memprediksi sejauh mana pemahaman subjek terhadap intervensi

yang akan diberikan serta dapat melihat patologis pada subjek. Kemudian tes

inventori, SSCT (Sacks Sentence Completion Test) untuk mengetahui kategori

masalah subjek yang membutuhkan bantuan psikologis.

Tes proyektif menggunakan tes Grafis (DAP, BAUM, dan HTP) untuk

mengungkapkan kepribadian dan self concept subjek secara mendalam. Wartegg

untuk mengetahui struktur dasar kepribadian subjek secara mendalam. Dan

terakhir menggunakan tes TAT (Thematic Appreception Test) untuk mengetahui

kebutuhan yang ada pada diri subjek dengan mengetahui dinamika kepribadian

subjek saat ini sehingga memunculkan tingkah laku tertentu. Tes ini dapat

mendiskripsikan kepribadian subjek

Pengukuran untuk mengetahui menurunnya emosi marah pada subjek dengan

menggunakan penilaian skala rating (rating scale). Menurut Sugiyono (2010) ada

beberapa cara pengukuran menggunakan skala salah satunya adalah rating scale.

Rating scale bersifat lebih fleksibel untuk mengukur persepsi responden terhadap

suatu fenomena seperti mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan,

kemampuan, sikap dan lain sebagainya (Sugiyono, 2013). Tipe rating scale yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tipe numerical rating scale dengan

catatannya adalah responden harus jelas dalam mengartikan setiap angka yang

diberikan untuk memberikan hasil pengukuran.

Prosedur Penelitian

1. Tahapan Pra-terapi

a) Membangun rapport dengan subjek bertujuan agar terapis dan subjek

dapat saling mengenal sehingga terbangun hubungan yang nyaman.

Page 29: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

18

b) Subjek diminta mengisi informed concent bertujuan untuk mengetahui

kesediaan subjek mengikuti seluruh rangkaian penelitian.

c) Subjek juga diminta untuk mengisi daftar riwayat hidup, ditujukan untuk

mengetahui identitas subjek secara lengkap.

d) Melakukan wawancara dan observasi menggunakan pedoman wawancara

intake interview sebagai asesmen awal menentukan permasalahan subjek

secara mendalam.

e) Melakukan psikotes guna mengetahui sekaligus mengkonfirmasi

kepribadian subjek dan fokus menentukan permasalahan subjek yang

dibutuhkan untuk mendapat bantuan penanganan.

f) Menetapkan dan membuat modul terapi yang sesuai untuk digunakan

kepada subjek dan menetapkan target terapi.

g) Menyusun tingkat kemarahan menggunakan numerical rating scale,

sebagai berikut:

0 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 10

Tidak marah Marah Sangat marah

Keterangan:

0 : Tidak marah

1 - 3 : Sedikit marah

4 - 6 : Cukup marah

7 - 9 : Marah

10 : Sangat marah

h) Pengenalan rangkaian terapi SEFT dan bibliotherapy secara singkat

berserta tujuan dan target yang akan dicapai dalam terapi.

i) Memberikan kesempatan kepada subjek untuk bertanya sebelum

memulai tahapan selanjutnya.

2. Tahapan Terapi

a) Rangkaian Terapi SEFT

Keseluruhan rangkaian kegiatan terapi SEFT terdiri dari 5 langkah

yakni:

Page 30: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

19

1. The Set-Up, langkah ini diawali dengan psychological reversal

atau perlawanan psikologis dengan meyakini permasalahan yang

dihadapi subjek, kemudian mengucapkan kalimat the set-up

words. Kata yang disusun berdasarkan bahasa religius berupa doa

kepasrahan kepada Pencipta Allah SWT, kemudian diikuti

dengan menekan Sore Spot (titik nyeri dibagian dada) atau

mengetuk daerah Karate Chop (mengetuk dengan tiga ujung jari

pada bagian karate chop).

2. The Tune In, Teknik kedua untuk masalah emosi, melakukan

teknik ini dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa yang

pernah terjadi yang menyakitkan individu guna untuk

membangkitkan emosi negatif untuk kemudian akan dihilangkan

seperti perasaan kecewa, marah, benci, takut dan lain-lain maka

terapis sambil melakukan tapping.

3. The Tapping, Tapping adalah menggunakan dua ujung jari untuk

mengetuk pelan bagian daerah tubuh tertentu sambil melakukan

teknik Tune-In. Adapun 18 titik kunci yang diketuk terapis

disebut The Major Meridians, yakni jika diketuk akan

menetralisir gangguan emosi yang dialami atau rasa sakit yang

dirasakan. Hal ini disebabkan oleh aliran energi tubuh yang

mengalir dengan normal dan seimbang kembali (Zainuddin,

2006).

4. Nine Gamut Procedure, Teknik keempat ini dilakukan untuk

merangsang otak pasien. Setiap gerakan tertentu dimaksudkan

untuk merangsang bagian otak tertentu. Adapun 9 gerakan yang

akan dilakukan sambil men-tapping bagian gamut spot, adalah

sebagai berikut:

1) Menutup mata

Page 31: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

20

2) Membuka mata

3) Menggerakkan mata dengan gerakan kuat dari kanan ke bawah

4) Menggerakkan mata dengan gerakan kuat dari kiri ke bawah

5) Memutar bola mata searah jarum jam

6) Memutar bola mata berlawanan arah jarum jam

7) Bergumam (dzikir) selama 3 detik

8) Menghitung 1, 2, 3, 4, 5

9) Bergumam (dzikir) lagi selama 3 detik

5. The Tapping Again, mengulang Teknik Tapping. Setelah

menyelesaikan teknik keempat maka langkah terakhir adalah

mengulang teknik tapping kemudian mengakhiri dengan

mengambil nafas panjang kemudian dihembuskan.

b) Rangkaian Bibliotherapy

Prosedur dalam pelaksanaan bibliotherapy yaitu: (1)

mengenalkan subjek dengan bahan bacaan yang sudah disiapkan, (2)

memberi kesempatan kepada subjek untuk memunculkan insight

setelah membaca, (3) subjek memunculkan gagasan, (4) subjek

mengemukakan pemikiran dan keyakinan yang adaptif setelah

membaca. Alasan menggunakan bibliotherapy dikarenakan subjek

memiliki hobi membaca sehingga terapis menawarkan media baca

untuk mengatasi permasalahan subjek.

Referensi bacaan yang diberikan terapis adalah berjudul

“Kekuatan Memaafkan” dan “Memulai Kembali Hidup” kedua buku

ini berlabel “Chicken Soup for The Soul” yang disusun oleh Newmark

(2019) penerbit Gramedia. Alasan menggunakan bacaan ini karena

didalam buku tersebut terdapat berbagai cerita pendek tentang

Page 32: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

21

pengalaman hidup yang mudah dipahami serta terdapat banyak kata

motivasi yang tertulis dalam bacaan.

3. Tahapan Pasca-terapi

Adapun rangkaian tahapan setelah dilaksanakannya terapi adalah

sebagai berikut:

a) Evaluasi perubahan subjek. Peneliti melakukan evaluasi setelah

seluruh rangkaian terapi dihentikan dengan menggunakan metode

wawancara dan rating scale guna melihat perubahan yang terjadi

pada diri subjek.

b) Follow up, peneliti melakukan follow up atau tindak lanjut dalam

jangka waktu satu minggu setelah terminasi dilakukan. Hal ini

bertujuan melihat perubahan subjek setelah tidak melakukan terapi.

Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif

dan kuantitatif. Analisis kuantitatif yang dimaksudkan adalah karena dalam

penelitian ini menggunakan angka atau nomor sebagai pengukuran namun

digunakan untuk mendiskripsikan data yang diperoleh dari responden. Data

mentah berupa angka yang diperoleh dari rating scale kemudian ditafsirkan dalam

deskriptif secara kualitatif (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini akan banyak

menemukan uraian berupa narasi deskriptif yang menceritakan mengenai kasus

bertujuan agar pembaca menjadi paham sepenuhnya yang terjadi dalam kasus

penelitian ini.

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Asesmen

Membahas permasalahan yang dialami subjek dapat menggunakan teori

psikoanalisis sosial yang dikemukakan oleh Karen Horney (1937) bahwa masa

kanak-kanak sangat menentukan pembentukan kepribadian individu (Feist, Feist

Page 33: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

22

& Roberts, 2017). Masa kanak-kanak dimana individu membutuhkan kasih

sayang, cinta serta perasaan aman dari orang tua, namun ketika masa tersebut

menjadi pengalaman tragis maka seseorang akan mengembangkan permusuhan

dasar (basic hostility) pada orang tua mereka, maka sebagai akibatnya seseorang

dengan rasa permusuhan akan memunculkan kecemasan dasar (basic anxiety)

pada dirinya (Horney, 1937; Feist, dkk., 2017).

Subjek mengembangkan permusuhan dasar (basic hostility) pada orang

tuanya dengan adanya pengalaman kekerasan fisik dan verbal. Sewaktu masa

kanak-kanak, subjek mendapat kekerasan fisik dari orang tuanya (ayah dan ibu),

subjek merasa tidak mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Subjek mengaku

sering dipukuli oleh ayah dan ibunya. Terkadang bahkan ayah atau ibu memukul

subjek tanpa sebab. Subjek juga pernah dipukul menggunakan gagang sapu

sampai gagang tersebut patah dan penyebab subjek dipukul telah subjek lupakan

namun yakin bahwa masalahnya adalah hal sepele namun dihukum sedemikian

keras. Ayah subjek pernah memasukkan kepala subjek secara paksa kedalam air

dan dilakukan berulang-ulang tanpa penyebab yang jelas pada usia sekitar 2

tahun. Menurut penjelasan ibu subjek, subjek dan saudara-saudaranya juga pernah

dipukul oleh ayahnya karena antara mereka memperebutkan seruling untuk

bermain namun ayah subjek marah dan akhirnya memukul mereka dengan

seruling tersebut sampai berdarah. Subjek mengatakan bahwa tidak seharusnya

memperlakukan anak-anak seperti itu.

Selain itu, hubungan ayah dan ibu subjek tidak harmonis. Menurut

pengamatan subjek bahwa ayahnya kurang memberikan perhatian kepada ibunya

sehingga mencari perhatian dari laki-laki lain dengan cara membuat banyak akun

sosial media dan akhirnya berkenalan dengan banyak laki-laki. Ibu subjek sering

mengirim pesan atau video call dengan banyak laki-laki bahkan dari mancanegara.

Ibu subjek selalu mencurahkan isi hatinya kepada subjek dimana pada saat itu

subjek berusia sekitar 13 tahun dan mengaku belum mampu untuk menerima

semua curahan isi hati ibunya. Subjek mengaku bahwa masalah utama yang

sangat dibencinya adalah perilaku ibunya yang sering komunikasi dengan laki-

laki lain dan ayahnya yang pernah diam-diam mengirimkan uang kepada wanita

lain. Menurut subjek bahwa ini adalah aib, subjek merasa sangat malu karena

Page 34: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

23

perilaku ayah dan ibunya. Sifat permusuhan yang subjek kembangkan kemudian

mengakibatkan subjek mengalami kecemasan dasar (basic anxiety).

Berdasarkan hasil tes proyektif, subjek menunjukkan adanya hambatan

dalam menyesuaikan diri dikehidupan sehari-hari, tidak dapat memutuskan

sesuatu, dan kurang memiliki keahlian dalam pemecahan masalah, ketika

dihadapkan oleh tekanan maka subjek kurang mampu menghadapi hambatan yang

ada. Hasil asesmen integrasi tes wartegg dan grafis, subjek menunjukkan perilaku

patologis yaitu terlalu berorientasi pada diri sendiri dan terlalu mengkritik

lingkungan, subjek mudah sensitif, mudah tersinggung, mudah tertekan, adanya

taruma, adanya konflik dan kekecewaan yang dirasakan, banyak unfinish

business, cenderung menarik diri atau memisahkan diri, subjek memiliki lamunan

yang kemana-mana, dan adanya ambisi yang tinggi namun tidak dibarengi dengan

produktifitas yang nyata.

Perilaku patologis lainnya dari hasil tes proyektif dimana subjek

menunjukkan adanya hambatan ketika mengalami masalah/tekanan, subjek

kurang mampu memutuskan sesuatu, dan adanya kendala dalam menyesuaikan

diri dengan lingkungan. Patologis yang nampak dari hasil tes WAIS pada subtes

persamaan, subjek mengerjakan subtes tersebut hampir sempurna sehingga

diinterpretasikan bahwa subjek adalah individu yang “ngeyelan” atau orang yang

tidak mau mengalah dalam berbicara. Teori mengungkapkan bahwa faktor

psikologis memiliki banyak sebab-akibat dan juga interaksi antar faktor biologis,

psikologis, dan lingkungan terutama pada skizofrenia. Sebabnya, karena

gangguan psikologis dan gangguan perilaku abnormal merupakan fenomena yang

rumit sehingga melibatkan beberapa faktor lain (Nevid, dkk., 2018).

Subjek untuk menghadapi berbagai kecemasan yang dialaminya adalah

dengan menjauhi orang-orang yang ada disekitarnya. Horney mengatakan bahwa

ada tiga cara individu untuk melakukan pertahanan diri dengan melakukan: (1)

mendekati orang lain, (2) melawan orang lain, dan (3) menjauhi orang lain

(Horney, 1950; Alwisol, 2012). Seseorang yang normal kemungkinan akan

melakukan ketiga cara tersebut namun beberapa orang juga hanya melakukan

Page 35: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

24

salah satunya (Feist, dkk., 2017). Subjek melakukan pertahanan diri dengan

melakukan menjauhi orang lain.

Subjek menjauhi orang lain dengan bersikap menutup diri, memiliki perasaan

terpisah, memiliki kebutuhan akan kebebasan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan

hasil tes TAT yang menunjukkan bahwa subjek menuntut kesempurnaan dan

memiliki perasaan gengsi yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan konflik

intrapsikis yang dialami subjek dengan mengembangkan gambaran diri yang

ideal, memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri dan meyakini pribadi

mereka saja dan hal ini sesuai dengan hasil tes kepribadian subjek bahwa subjek

lebih berorientasi pada diri sendiri dibanding lingkungannya. Horney (1950)

mengatakan bahwa individu ini menganggap bahwa diri mereka adalah pahlawan,

seorang yang jenius, pecinta yang ulung, dan seorang yang suci (Feist, dkk.,

2017).

B. Analisa Hasil Penelitian

Berdasarkan pada target awal intervensi yaitu mengurangi emosi marah

kepada orang tua melalui terapi SEFT dan bibliotherapy sehingga setelah

menjalani seluruh kegiatan terapi, subjek mampu mengurangi emosi marah

tersebut.

Sesi I: Pemberian SEFT

Adapun beberapa kendala dalam pelaksanaan terapi SEFT pada putaran

pertama adalah awalnya subjek kesulitan untuk mengucapkan kalimat the set-up

word, sampai subjek menghafal kalimat tersebut kemudian dapat berkonsentrasi.

Namun, setelah itu subjek dengan mudah dapat mengikuti instruksi terapis dengan

khusyuk. Terapi dilakukan dengan dua kali putaran, setelah melakukan

pengulangan subjek merasa lebih tenang dan tingkat emosi marah subjek

berkurang dengan skala rating pada 8 yang sebelumnya 8,5.

Sesi II: Pemberian SEFT lanjutan

Pada pertemuan kedua, subjek diberikan terapi SEFT kembali dengan dua

kali putaran. Subjek dengan mudah mengikuti instruksi terapis dibandingkan

Page 36: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

25

dengan pertemuan pertama. Respon subjek lebih tenang dan nampak menghayati

seluruh tahapan prosedut terapi SEFT. Hasilnya subjek mampu mengurangi

perasaan marahnya dengan skala rating berada pada angka 7. Hasil terapi SEFT

secara keseluruhan subjek merasa lebih baik dan tingkat emosi marah semakin

berkurang.

Sesi III: Mengenali bahan bacaan dan pemberian tugas SEFT

Pada pertemuan pertama untuk terapi biblio, subjek nampak menikmati

bacaan yang diberikan subjek juga fokus membaca cerita tersebut. Setelah

membaca cerita pertama, terapis dan subjek kemudian berdiskusi dan mengambil

suatu pelajaran dari ceritanya. Subjek terlihat antusias ketika membaca judul

bacaan dan mengatakan “wah bagus mbak”. Setelah menyelesaikan bacaan

pertama subjek nampak sering menarik nafas panjang dan menghembuskan

dengan berat.

Subjek seperti mengingat masa lalunya, memunculkan sedikit kegelisahan,

tarikan nafas yang panjang dan berat, tubuh subjek agak meringkuk dan agak

lama setelah subjek merasa normal kembali dan mau melanjutkan untuk membaca

cerita kedua. Pada saat mendiskusikan cerita, subjek mendengarkan pendapat

terapis dengan baik dan sering menganggukkan kepala pertanda subjek menerima

dan mengerti pendapat terapis. Adapun tugas yang diberikan kepada subjek

adalah menerapkan terapi SEFT secara mandiri.

Sesi IV: Memunculkan insight dan pemberian tugas

Pada sesi kedua untuk bibliotherapy, terapis memberikan kesempatan pada

subjek untuk memunculkan insight dengan cara membuka gagasan baru dari

mendiskusikan isi bacaan bersama terapis. Bacaan pertama subjek berhenti dan

mengatakan “gak mood untuk baca, mau istirahat dulu” lalu menarik nafas

panjang dan bercerita bahwa ayah dan ibunya sering memukulnya sewaktu kecil.

Setiap mendiskusikan cerita dengan terapis, subjek mengangguk dan mengatakan

“iya” tanda subjek menerima dan paham. Setelah diskusi, terapis memberikan

tugas kepada subjek untuk membaca dua cerita dan akan didiskusikan pada

pertemuan selanjutnya.

Page 37: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

26

Sesi V: Meningkatkan insight dan pemberian tugas

Subjek menjelaskan bacaan yang paling menurutnya menarik, sambil

tersenyum subjek mengatakan “ini sama dengan kisahku, coba sampean baca

dulu” yakni kisah tentang seorang penderita skizofrenia. Setelah itu subjek

mengatakan “sama kayak saya, saya ya butuh kasih sayang”. Subjek sangat

menunjukkan sikap yang kooperatif dalam proses terapis, subjek membaca

dengan menghayati cerita tokoh utama dan subjek selalu memposisikan dirinya

dalam cerita tersebut dengan baik. Pada sesi selanjutnya subjek tetap mampu

memberikan gagasan pada setiap bacaannya meski dibantu oleh terapis.

Sesi VI: Mempertahankan gagasan baru melalui insight

Pada sesi ini subjek kembali membaca cerita, total yang dibaca berjumlah 4

cerita. Setiap bacaan subjek menandai kalimat yang menurutnya bagus dan dapat

dijadikan kalimat motivasi untuk dirinya. Subjek mengungkapkan setelah

membaca tiga cerita bahwa dirinya akan memaafkan orang lain dan terutama

memaafkan dirinya sendiri sehingga dapat memulai awal yang baru dengan

harapan yang lebih baik. Subjek menunjukkan kepuasan saat selesai membaca

pada sesi ini dan tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada terapis.

Sesi VII: Klien mengemukakan pemikiran yang adaptif

Selama di rumah subjek banyak membaca buku yang diberikan terapis, saat

bertemu subjek menyerahkan catatan tugasnya kepada terapis. Subjek membaca

cerita sebanyak 22 cerita selama seminggu. Subjek mereview cerita yang ia sukai

dan persis dengan kisah subjek dimana subjek mengharapkan kasih sayang dari

keluarganya terkhusus dari ibu dan ayah subjek. Subjek mengatakan bahwa

merasa lega telah menjalani terapi ini, setelah menjalani proses terapi subjek

merasa antara pikiran dan hati subjek sudah dapat sejalan dan tidak ada konflik

lagi seperti sebelumnya. Subjek merasa lebih tenang dan perasaan gelisah subjek

sudah berkurang. Subjek merasa lebih mampu menerima kondisi dirinya baik

maupun buruk.

Page 38: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

27

Sesi VIII: Mempertahankan pemikiran yang adaptif dan terminasi

Sesi terakhir adalah mempertahankan pemikiran yang adaptif yang muncul

setelah melalukan sesi bibliotherapy sebelumnya, subjek memberikan review

tugas bacaan. Subjek memberikan skala rating berada pada angka 3, dimana

berarti tingkat emosi marah subjek pada orang tuanya telah berkurang. Namun,

subjek mengatakan bahwa orang tuanya masih melakukan hal buruk sehingga

subjek kembali merasa marah dan terkadang berada pada tingkat skala 5, seperti

subjek pernah mendapati ibu menelpon dengan pria asal India sedangkan ayah

kedapatan mentransfer uang kepada wanita lain tanpa sepengetahuan ibu subjek.

Sesi IX: Follow up

Sesi tindak lanjut dilakukan dua minggu setelah proses terapi selesai. Subjek

mengungkapkan bahwa dirinya merasa jauh lebih baik dan seperti yang dikatakan

subjek sebelumnya bahwa dirinya sudah mampu menerima keadaan orang tuanya.

Perasaan marah subjek kepada orang tuanya sudah jauh berkurang dan sudah

tidak lagi menyalahkan mereka atas apa yang menimpa dirinya. Subjek juga lebih

akrab dengan ayahnya seperti berangkat ke mesjid bersama ayah ketika tiba waktu

sholat. Perilaku ingin kabur dari rumah juga sudah tidak dirasakan lagi oleh

subjek serta subjek berkegiatan bersih-bersih kamar dan halaman rumah yang

sebelumnya tidak pernah dilakukan.

Hasil bibliotherapy menunjukkan hasil yang signifikan sehingga subjek

merasa pikiran dan hatinya dapat sejalan setelah menjalani terapi ini. Subjek

menunjukkan hasil yang signifikan dengan berkurangnya emosi marah berada

pada angka 3. Setelah menjalani terapi ini subjek mengatakan merasa jauh lebih

baik setelah membaca banyak cerita, pikiran dan hatinya mulai sejalan dan tidak

ada konflik lagi antara dirinya sendiri maupun terkait masalah subjek dengan

kedua orang tuanya. Adapun hasil keseluruhan rangkaian kegiatan intervensi

dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 39: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

28

Gambar 3. Rangkuman Hasil Terapi

Seluruh kegiatan intervensi yang dilakukan pada subjek untuk menurunkan

emosi marahnya kepada orangtua diukur melalui pengukuran numerical rating

scale. Sebelum diberikan terapi emosi marah subjek berada pada angka 8,5,

kemudian setelah menjalani terapi SEFT sebanyak dua sesi dan masing-masing

sesi SEFT diberikan dua kali putaran akhirnya emosi marah berkurang menjadi 7

dan subjek mengaku setelah melakukan SEFT subjek merasa lebih tenang dan

lebih rileks.

Bibliotherapy diberikan sebanyak 6 sesi dengan total 24 bacaan cerita.

Setelah menjalani seluruh proses terapi subjek menunjukkan penurunan emosi

marah berada pada angka 5 dan subjek mengaku bahwa dirinya merasa lebih baik

setelah membaca banyak cerita yang mirip dengan kisah hidupnya. Subjek juga

mengaku bahwa pikiran dan hatinya sudah tidak mengalami konflik seperti

sebelum terapi, bahwa pikiran dan hatinya sejalan dan subjek merasa lebih baik

dan bisa memaklumi semua perilaku orangtuanya. Untuk tindak lanjut dilakukan

setelah dua minggu menjalani proses terapi dan emosi marah subjek semakin

menurun berada pada angka 3, dimana subjek merasa jauh lebih baik dari

sebelumnya. Subjek dan ayahnya membangun hubungan yang lebih akrab dari

8.5

7

5

3

Pretest Seft Biblio Follow Up

Nu

mer

ical

Rat

ing

Scal

e

Serangkaian Kegiatan Intrervensi

Penurunan Tingkat Emosi Marah

Page 40: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

29

sebelumnya, seperti subjek banyak bercerita dengan ayahnya dan juga pergi

beribadah bersama.

Peneliti melakukan tahapan tindak lanjut kembali, setelah satu tahun

diberikan terapi pada tanggal 27 November 2020. Hasil follow up dengan subjek

melalui sosial media bahwa tingkat kemarahan subjek pada orangtua masih berada

pada angka 3. Subjek juga melaporkan bahwa perilaku ibu subjek sudah berhenti

untuk berhubungan dengan pria lain, namun perilaku ayah subjek yang lambat

laun mulai kembali bersikap keras dan berbicara kasar kepada subjek. Subjek

terkadang mulai kesulitan tidur kembali dan merasa tidak nafsu makan.

PEMBAHASAN

Pengalaman traumatis pada masa kanak-kanak subjek dengan orang tuanya

menimbulkan rasa marah yang terpendam lama dalam diri subjek untuk orang

tuanya. Penelitian bertujuan untuk mengurangi emosi marah subjek terhadap

orang tuanya dikarenakan pengalaman traumatis seperti kekerasan verbal dan fisik

yang dialami subjek. Menurut teori SEFT, hal ini yang tersimpan dalam alam

bawah sadar yang dapat mengakibatkan emosi menjadi tidak stabil ketika tumbuh

dewasa dan mempengaruhi dari segi kesehatan fisik dan psikis, sehingga dengan

prinsip akupuntur dalam teknik mengetuk 12 titik pada bagian tubuh dapat

membebaskan emosi negatif dan melancarkan aliran energi dalam tubuh

(Zainuddin, 2006).

Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah terapi yang mampu

mengurangi tingkat emosi negatif termasuk amarah khususnya pada pasien yang

pengidap skizofrenia sehingga berdampak pada perkembangan perilaku positif

(Rochjani, Mardiyono, & Arwani, 2014). Hal ini sejalan dengan hasil intervensi

yang dilakukan dengan terapi SEFT pada pasien skizofrenia untuk menurunkan

emosi marah terhadap orang tua subjek, meski penurunan dapat dikatakan sedikit

namun hasil terapi menunjukkan hasil positif sehingga dapat dilanjutkan pada

tahap terapi selanjutnya.

Intervensi dengan menggunakan SEFT pada pasien penderita skizofrenia

paranoid mampu mengurangi emosi negatif kemudian memunculkan emosi positif

Page 41: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

30

sehingga pasien mampu menunjukkan perilaku adaptif dan lebih kooperatif

(Rochjani, dkk., 2014). Emosi negatif termasuk juga dengan perasaan marah yang

dialami seseorang kepada orang lain seperti orang tua. Hasil dari terapi ini

menunjukkan adanya perubahan pada emosi negatif yakni penurunan emosi

marah khususnya pada orangtua subjek melalui teknik tapping yang diterapkan

pada terapi SEFT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi SEFT efektif dalam

mereduksi emosi marah sehingga adanya perubahan intensitas emosi marah

setelah melakukan serangkaian terapi SEFT (Sumarna, 2018).

Terapi menggunakan media literatur dan puisi sebagai penanganan untuk

kasus yang mengalami masalah emosional dan gangguan mental (Herlina, 2013).

Penggunaan media fiksi dalam bibliotherapy akan menunjukkan karakter tokoh

yang tertuang didalam bacaan tersebut yang memiliki masalah serupa dengan

subjek kemudian mengidentifikasi dirinya kedalam tokoh utama kemudian subjek

akan memperoleh kognisi, reaksi emosional, kesadaran diri serta pemahaman diri

mengenai situasi masalah yang dialami tokoh dalam bacaan yang diberikan terapis

(Griffin, 1984; Herlina, 2013).

Bibliotherapy dapat membantu subjek mengatasi masalah yang dihadapinya

manakala dirinya membaca kisah orang lain yang berhasil menghadapi masalah

yang serupa dengan dirinya (Shechtman, 2009). Dalam hal ini, subjek berhasil

memunculkan sudut pandang yang baru dan lebih baik ketika selesai membaca

kisah pada bacaan bibliotherapy ketika selesai membaca kisah anak yang

mengalami gangguan jiwa seperti dirinya.

Hasil analisa penelitian secara kualitatif menunjukkan bahwa bibliotherapy

dapat memberikan sudut pandang baru yang lebih positif dan hal tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah minat baca dari partisipan

(Purwanto, 2015). Hal ini sesuai dengan permasalahan kasus dalam penelitian ini,

dimana partisipan diberikan bibliotherapy sebagai intervensi tambahan

disebabkan subjek memiliki kegemaran membaca.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bibliotherapy merupakan pendekatan

yang mampu mengatasi masalah emosional, penyakit mental, dan gangguan

psikologis seperti kemarahan, stres, kecemasan, depresi, kurang kepercayaan diri

Page 42: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

31

(Abilash & Jothimani, 2019). Dalam penelitian ini juga menunjukkan hal yang

sama bahwa bibliotherapy mampu menurunkan emosi marah pada orangtua yang

dirasakan pasien skizofrenia.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebab peneliti tidak melibatkan

orangtua dalam intervensi sehingga tidak mengubah lingkungan eksternal subjek

dimana dapat memungkinkan emosi marah subjek muncul kembali karena sikap

ayah atau ibu yang tidak berubah. Namun dari segala kelemahan, dalam penelitian

ini terbukti bahwa integrasi terapi SEFT dan bibliotherapy dapat menurunkan

tingkat emosi marah subjek pada orangtuanya yang sudah lama terpendam.

Subjek juga memunculkan perubahan perilaku kearah yang lebih positif seperti

subjek semakin akrab dengan ayahnya karena kini subjek sering pergi beribadah

dengan ayahnya.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil wawancara, pada masa kanak-kanak subjek pernah

mendapat tindak kekerasan fisik dan verbal dari ayah dan ibunya. Hubungan

kedua orang tua subjek juga kurang harmonis. Subjek pernah mendapati ayah dan

ibunya berselingkuh. Hal ini menyebabkan subjek semasa kanak-kanak kurang

mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang dari kedua orang tuanya sebagaimana

yang diperlukan dalam perkembangan anak. Subjek memiliki pengalaman

traumatis pada masa kanak-kanaknya sehingga terjalin hubungan yang kurang

baik antara subjek dan orang tuanya.

Hasil tes psikologi menunjukkan adanya hambatan dalam menyesuaikan diri,

kurangnya kemampuan dalam pemecahan masalah, subjek mudah tertekan, dan

adanya permasalahan yang tak selesai dalam diri subjek. Permasalahan yang tak

selesai salah satunya adalah permasalahan subjek dengan orang tuanya dan hasil

tes psikologi menunjukkan bahwa permasalahan utama yang sebaiknya diatasi

adalah unfinished business subjek dengan orang tuanya. Keseluruhan hasil

asesmen menunjukkan bahwa subjek memiliki hubungan yang renggang dengan

orang tuanya mengakibatkan adanya emosi marah yang terpendam sejak lama

dalam diri subjek kepada orang tuanya.

Page 43: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

32

Berdasarkan hasil terapi dapat disimpulkan bahwa intervensi integrasi

menggunakan SEFT dan bibliotherapy dapat efektif mengurangi emosi marah

subjek kepada ayah dan ibunya, sebelum intervensi emosi marah subjek berada

pada skala rating angka 8,5 dan kemudian setelah menjalani seluruh proses terapi

maka emosi marah subjek berkurang menjadi angka 3.

Penelitian selanjutnya, orangtua subjek sebaiknya terlibat untuk membantu

menjaga kestabilan emosi dan mental subjek sehingga intervensi yang diberikan

dengan melihat berbagai sudut pandang dapat berhasil dalam jangka waktu yang

lama. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk melibatkan orang tua

subjek dalam intervensi.

Page 44: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

33

REFERENSI

Abilash, K., dan Jothimani, T. (2019). Bibliotherapy as a therapeutic approach to

psychological problems. Asian Journal of Multidimensional Research

(AJMR), 8(2), 10-15.

Adawiyah, W., dan Ni’matuzahroh. (2016). Terapi spiritual emotional freedom

technique (seft) untuk menurunkan tingkat stres akademik pada siswa

menengah atas di pondok pesantren. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 4(2),

228-245.

Albin, R. S. (1998). Emosi bagaimana mengenal, menerima dan mengarahkannya.

Yogyakarta: Kanisius.

Alwisol. (2012). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press.

Anggraeni, A., dan Khusumadewi, A. (2017). Penerapan biblioterapi untuk

meningkatkan pemahaman tentang labelling negatif pada siswa kelas VII-D

di SMPN 2 dlanggu-mojokerto. Jurnal BK, 7(3), 256-265.

Anggraini, K. A. (2019). “Efektivitas seft (spiritual emotional freedom technique)

untuk menurunkan perilaku agresi pada remaja”. Tesis. Program Pendidikan

Magister Psikologi Profesi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta.

Anwar, R., Rejeki, D. S., Khadijah, U. L. S., dan Sukaesih. (2019). Bibliotherapy

dalam menumbuhkan sikap optimis pasien. Berkala Ilmu Perpustakaan dan

Informasi, 15(1), 87-100.

Anwar, Z., dan Niagara, S. T. (2011). “Model terapi seft (spiritual emotional

freedom technique) untuk mengatasi gangguan fobia spesifik”. Laporan

Akhir Penelitian Pengembangan Ipteks. Direktorat Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Malang,

Malang.

Arif, Iman Setiadi. (2006). Skizofrenia memahami dinamika keluarga pasien.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Page 45: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

34

Bastaman, H. D. (2011). Integrasi psikologi dengan islam, menuju psikologi

islam. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Insan Kamil Bekerjasama dengan

Pustaka Belajar.

Carpenter, B. N. (1992). Personal coping (theory, research, and application).

USA: Greenwood Publishing group.

Cnnindonesia.com. (2018). Online web. WHO: 23 juta warga dunia idap

skizofrenia. Diunduh tahun 2018 dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-

hidup/20181010111644-255-337224/who-23-juta-warga-dunia-idap-

skizofrenia

Darmawan, D. (2013). Metode penelitian kuatitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Elga, A. Y. (2012). Jangan suka marah! Memahami dampak-dampak buruk marah

bagi kesehatan. Yogyakarta: Penerbit BUKUBIRU.

Fatmasari, D., Widyana, R., dan Budiyani, K. (2019). Spiritual emotional

freedome technique (seft) untuk menurunkan stress pada pasien hipertensi.

Jurnal Psikologi, 15(1), 10-19.

Fausiah, F. dan Widury, J. (2008). Psikologi abnormal klinis dewasa. Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia.

Fitriani, Y. dan Alsa, A. (2015). Relaksasi autogenik untuk meningkatkan regulasi

emosi pada siswa SMP. Gadjah Mada Journal of Professional Psychology,

1(3), 149-162.

Hall, S. C. dan Lindzey, G. (1993). Psikologi kepribadian 1 teori-teori

psikodinamik (klinis). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hauck, P. (1993). Tenangkan diri mengatasi frustasi dan kemarahan. Jakarta:

Penerbit Arcan.

Hawari, D. (2014). Skizofrenia edisi ketiga pendekatan holistik (bpss) bio-psiko-

sosial-spiritual. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Herlina. (2012). Bibliotherapy (terapi melalui buku). EduLib, 2(2), 187-200.

Page 46: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

35

Helina. (2013). Bibliotherapy: mengatasi masalah anak dan remaja melalui buku.

Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Indrayani, Y. A., dan Wahyudi, T. (2018). Situasi kesehatan jiwa di indonesia.

InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Diambil

dari

https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoD

atin-Kesehatan-Jiwa.pdf

Jones, S. dan Hayward, P. (2004). Coping with schizophrenia (a guide for

patients, families, and caregivers). England: www.oneworld-

publications.com.

Kadiyono, A. L. dan Anmarlina, F. (2016). Teknik yoga sebagai intervensi dalam

melakukan anger management pada wanita dewasa awal. Jurnal Intervensi

Psikologi, 8(2), 185-201.

Kazdin, A. E. (1992). Research design in clinical psychology second edition.

United States of America: General Psychology Series.

Kazdin, A. E. (1998). Methodological issue & strategies in clinical research.

Washington DC: American Psychological Association.

Khodayarifard, M., Ghobari-Bonab, B., Akbari-Zardkhaneh, S., Zandi S.,

Zamanpour, E., & Derakhshan M. (2016). Positive psychology from islamic

perspective. Int J Behavior Sci, 10(2), 77-83.

Lake, T. (1993). Mengatasi gangguan emosi. Jakarta: Penerbit Arcan.

Magyar-Moe, Jeana, L. (2009). Therapist’s guide to positive psychological

interventions. USA: Academic Press Elsevier Inc.

Mar’ati, R. dan Chaer, M. T. (2016). Pengaruh pembacaan dan pemaknaan ayat-

ayat al-qur’an terhadap penurunan kecemasan pada santriwati.

Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 1(1), 30-48.

Marwing, A. (2019). Efektivitas terapi seft (spiritual emotional freedom

technique) terhadap penurunan agresifitas remaja warga binaan lembaga

Page 47: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

36

pembinaan khusus anak (lkpa) kelas 1 blitar. Psikoislamika: Jurnal

Psikologi dan Psikologi Islam (JPPI), 16(1), 29-41.

Merriam, S. B., dan Tisdell, E. J. (2015). Qualitative research: A guide to design

and implementation fourth edition. San Fransisco: Jossey-Bass.

Mutiara. (2017). Penerapan terapi suportif untuk meningkatkan manajemen emosi

negatif pada individu yang memiliki pasangan skizofrenia. Jurnal Muara

Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 1(1), 105-115.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., dan Greene, B. (2018). Psikologi abnormal di dunia

yang terus berubah, edisi kesembilan jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., dan Greene, B. (2018). Psikologi abnormal di dunia

yang terus berubah, edisi kesembilan jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Newmark, A., dan Anderson, A. (2019). Kekuatan memaafkan (chicken soup for

the soul). Jakarta: PT Gramedia.

Newmark, A., dan Cook, C. (2019). Memulai kembali hidup (chicken soup for the

soul). Jakarta: PT Gramedia.

Pehrsson, D. E., dan McMillen, P. (2007). Bibliotherapy: overview and

implications for counselors. American Counseling Association, 02, 1-2.

Prihananto, D. I., Hadisaputro, S., dan Adi, M. S. (2018). Faktor somatogenik,

psikogenik, sosiogenik yang merupakan faktor risiko kejadian skizofrenia

usia < 25 tahun (studi di kecamatan kepil kabupaten wonosobo). Jurnal

Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 3(2), 68-79.

Prihatsanti, U., Suryanto, dan Hendriani, W. (2018). Menggunakan studi kasus

sebagai metode ilmiah dalam psikologi. Buletin Psikologi, 26(2), 126-136.

Purwanto, E. (2015). Pengaruh bibliotherapy terhadap psychological well-being

perempuan lajang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 4(1), 1-

26.

Radhitya, T. V. dan Santoso, M. B. (2019). Pengendalian emosi pada remaja

pelaku tindak kriminal di lembaga pemasyarakatan khusus anak (lpka)

bandung. Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(2), 219-231.

Page 48: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

37

Rochjani, S., Mardiyono, dan Arwani. (2014). Intervensi spiritual emotional

freedom technique (seft) untuk menurunkan kecemasan dan perilaku

kekerasan pada pasien skizofrenia. LINK 10(3), 878-885.

Rofacky, H. F., dan Aini, F. (2015). Pengaruh terapi spiritual emotional freedom

technique (seft) terhadap tekanan darah penderita hipertensi. Jurnal

Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), 10(1), 41-

52.

Shaughnessy, J. J., Zechmeister, E. B., dan Zechmeister J. S. (2012). Metode

penelitian dalam psikologi (research methods in psychology). Jakarta

Selatan: Penerbit Salemba Humanika.

Shechtman, Zipora. (2009). Treating child and adolescent aggression through

bibliotherapy. New York: Springer Science + Business Media.

Solikin, A. (2015). Bibliotherapy sebagai sebuah teknik dalam layanan bimbingan

dan konseling. Anterior Jurnal, 14(2), 154-161.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,

dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung:

Alfabeta.

Sumarna. A. (2018). Efektivitas spiritual emotional freedom technique (seft)

dalam mereduksi emosi marah siswa di madrasah tsanawiyah

muhammadiyah gedongtengen. G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan

Konseling, 2(2), 1-13.

Suprapto, M. H. (2013). I love my body: efektivitas cognitive behavioral therapy

(CBT) dan bibliotherapy dalam meningkatkan citra tubuh mahasiswi.

Jurnal Gema Aktualita, Vo. 2, No. 1, 7-12.

Suryaningrum, C. (2005). “Terapi kognitif-tingkah laku untuk mengatasi

kecemasan sosial”. Tesis. Pascasarjana Fakultas Psikologi. Universitas

Indonesia. Depok.

Page 49: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

38

Triyani, F. A., Dwidiyanti, M., dan Suerni, T. (2019). Gambaran terapi spiritual

pada pasien skizofrenia: Literatur review. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa,

2(1), 19-24.

Watson, D., Clark, L. A., dan Tellegen, A. (1988). Development and validation of

brief measures of positive and negartive affect: the panas scales. Journal of

Personality and Social Psychology, 54(6), 1063-1070.

Wiramihardja, S. A. (2012). Pengantar psikologi klinis (edisi ketiga). Bandung:

PT Refika Aditama.

Zainuddin, A. F. (2006). Spiritual emotional freedom technique (SEFT) for

healing, success, happiness, greatness. Jakarta: Afzan Publishing.

Zakiyyah, M. (2013). Pengatuh terapi spiritual emotional freedom technique (seft)

terhadap penanganan nyeri dismenora. Jurnal Sains Medical 5(2), 66-71.

Page 50: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

39

LAMPIRAN

Page 51: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

40

Page 52: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

41

Jadwal Pemeriksaan dan Jadwal Intervensi

No Hari/tanggal Waktu Kegiatan

1 Senin/ 22 Jui 2019 10.00 - 12.00 Membangun rapport, observasi

13.00 - 15.00 Melihat Rekap Medis

2 Selasa/ 23 Juli 2019 13.00 - 15.00 Informed concent dan

pengisian Riwayat Hidup

3 Rabu/ 24 Juli 2019 09.00 - 12.00 Wawancara dan tes WAIS

4 Kamis/ 25 Juli 2019 09.00 - 11.00 Wawancara dan Tes Grafis

(DAP, BAUM, HTP)

5 Jumat/ 26 Juli 2019 09.00 - 11.00 Wawancara dan Tes TAT

13.00 - 14.30 Tes Wartegg dan SSCT

6 Senin/ 29 Juli 2019 09.00 - 12.00 Pelaksanaan SEFT

7 Selasa/ 30 Juli 2019 09.30 - 11.30 Pemberian SEFT lanjutan

8 Rabu/ 31 Juli 2019 09.00 - 10.00 Sesi 1 bibliotherapy

13.00 - 15.00 Sesi 2 bibliotherapy dan

pemberian tugas

9 Kamis/ 1 Agustus 2019 09.00 - 10.00 Sesi 3 bibliotherapy dan

pemberian tugas

10 Jumat/ 2 Agustus 2019 08.30 - 10.30 Sesi 4 bibliotherapy dan

pemberian tugas

11 Senin/ 5 Agustus 2019 09.00 - 11.00 Sesi 5 bibliotherapy dan

pemberian tugas

12 Senin/ 12 Agustus 2019 10.00 - 12.00 Sesi 6 bibliotherapy dan

terminasi

13 Sabtu/ 17 Agustus 2019 09.00 - 11.30 Follow up

14 Jumat/ 27 November 2020 12.30 - 13.30 Follow up lanjutan

Page 53: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

42

Intake Interview

Prosedur Pertanyaan

Identifikasi masalah -Apa yang membawa anda bisa masuk

RSJ?

-Apa yang bisa saya bantu?

-Apa yang mengganggu anda saat ini?

Menganalisa gejala -Kapan dan dimana gejala tersebut

pertama kali muncul?

-Apa yang anda lakukan saat gejala

tersebut muncul?

-Apa yang anda pikirkan saat gejala

tersebut muncul?

-Seberapa sering anda mengalami

masalah ini?

-Apakah masalah ini mempengaruhi

fungsi keseharian anda?

-Berikan rating 1-10 pada skala berapa

anda merasa terganggu dengan masalah

ini?

Menggali informasi tentang latar

belakang

-Bagaimana hubungan anda dengan orang

tua/keluarga?

-Menurut anda, bagaimana lingkungan

RSJ saat pertama kali anda datang?

-

Asesmen keberfungsian -Dalam waktu dekat ini, apakah ada yang

mengganggu anda?

Page 54: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

43

-Aktivitas apa saja yang anda biasa

lakukan selama dirawat di RSJ?

-Berapa lama anda biasanya

menghabiskan waktu bersama orang

terkasih?

-Aktivitas apa yang biasa dilakukan

bersama orang terkasih?

-Apakah keluarga pernah menjenguk ke

RSJ?

-Apa hal yang menyenangkan untuk anda

lakukan saat sendiri?

Menentukan tujuan dan memonitor

perubahan

-Apa yang anda harapkan terjadi dalam

hidup anda beberapa tahun yang akan

datang?

Page 55: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

44

Observasi Harian

a) Observasi subjek

Hari/ Tanggal Hasil Observasi

Senin/ 22 Juli 2019 Subjek berumur 24 tahun, berjenis kelamin laki-laki dengan

tinggi 165 cm dan berat badan 120 kg. Subjek berkulit

kuning langsat, rambut berwarna hitam dan memiliki brewok

agak tipis. Pertemuan pertama, subjek menunjukkan sikap

yang ramah dan mudah bersahabat dengan para praktikan.

Subjek tertawa saat ada pembicaraan yang lucu, subjek

menjawab dengan jujur ketika ditanya oleh praktikan, dan

subjek juga balik bertanya jika sekiranya ada yang ingin

ditanyakan oleh subjek. Diantara pasien yang lain, subjek AD

yang paling mempunyai koherensi pembicaraan yang baik

dan tidak memiliki mood yang berubah-ubah. Subjek yang

memilih langsung praktikan dengan mengatakan “saya sama

mbaknya aja, karena tanggal lahir kita sama” dengan alasan

seperti itu praktikan tidak akan dapat menolak. Sewaktu

siang hari praktikan kembali ke bangsal untuk melihat rekam

medis pasien, subjek tiba-tiba mendatangi praktikan dan

langsung menarik kursi duduk disebelah praktikan. Subjek

sebanyak tiga kali tiba-tiba sambil duduk memejamkan mata,

dahi berkerut seperti memikirkan sesuatu dan tangannya

dikepal, tidak lama kemudian subjek akan membuka mata

dan melihat kesekelilingnya.

Selasa/ 23 Juli 2019 Setiap harinya ketika praktikan datang ke ruangan, subjek

akan langsung menyambut, bersalaman dan tersenyum

kepada praktikan. Pada saat pengisian informed concent,

praktikan menjelaskan mengenai serangkaian tes yang akan

dijalani, subjek menganggukkan kepalanya pertanda

memahami yang sudah dipaparkan praktikan dan dengan

Page 56: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

45

anggukan setuju untuk mengikuti serangkaian tes psikologi.

Dan ketika kesepatakan untuk menjalani terapi subjek juga

mengangguk dan mengatakan “iya”. Ketika pengisian RH

subjek menjawab semua pertanyaan dengan jujur dan akan

menjelaskan ketika praktikan bertanya. Ketika duduk, subjek

nampak sulit menceritakan permasalahannya, nampak berat

untuk memulai bercerita, setelah praktikan memberikan

stimulus baru subjek dapat mulai bercerita dengan memegang

kedua tangannya dan mengatakan “ini sebenarnya aib mbak”

kemudian melanjutkan bercerita mengenai permasalahan

keluarga subjek. Pada saat pertengahan cerita subjek

menghela nafas panjang dan berat. Saat itu subjek sempat

terdiam sejenak, memegang kedua tangannya erat-erat dan

matanya berkaca-kaca. Membuktikan bahwa subjek memiliki

permasalahan yang mendalam dengan orang tuanya.

Praktikan menyentuh pundak subjek, lalu subjek menunduk

dan sesaat kemudian menoleh kearah subjek dan tersenyum

berat.

Rabu/ 24 Juli 2019 Subjek duduk-duduk bersama pasien lain di halaman ruangan

dan ketika praktikan datang subjek langsung berdiri,

tersenyum dan menyalami praktikan. Setelah duduk-duduk

beberapa saat, kemudian melaksanakan pengetesan wais

dengan dilaksanakan selama 1,5 jam. Selama mengerjakan

tes, subjek nampak fokus dalam mendengarkan instruksi dan

ketika menjawab soal. Pada saat subtes mengatur gambar,

ketika mendapatkan potongan gambar yang banyak subjek

mengatakan “wah banyak mbak” namun tetap fokus mencari

jawaban dan menyusun gambar-gambar tersebut. Ketika

ditanya praktikan apakah subjek sudah capek, subjek

mengatakan “tidak, malah enak mbak karena kayak

mengasah otak, soalnya kan jarang-jarang disini gak ada

Page 57: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

46

kegiatan”. Saat menyelesaikan masalah, subjek akan

menempuh problem solving sendiri tanpa berdiskusi dengan

orang lain untuk menentukan keputusan yang tepat dalam

penyelesaian masalahnya. Dapat dilihat saat mengerjakan

soal berhitung pada tes WAIS, subjek menyelesaikan

beberapa soal berhitung dengan menggunakan cara sendiri,

hasil yang didapat jawabannya benar namun dalam waktu

yang lama sehingga waktu habis dan subjek mendapatkan

skor nol meski jawabannya benar. Setelah pengerjaan tes

wais subjek mengatakan dia lapar dan praktikan menawarkan

beberapa makanan kecil. Setelah makan dan minum, subjek

langsung ingin melanjutkan tes namun praktikan

menawarkan untuk istirahat beberapa saat setelah

melanjutkan tes inventori. Saat mengerjakan tes WWQ

subjek nampak serius menjawab tes dan akan menjelaskan

ketika praktikan bertanya sesuatu ha yang kurang jelas.

Ketika mengingat atau berpikir saat menjawab pertanyaan,

subjek kebanyakan melihat kearah atas. Praktikan dan subjek

berjalan-jalan sore keliling RSJ sambil mendengarkan musik

favorit subjek. Subjek tampak menikmati alunan musik yang

didengarnya.

Kamis/ 25 Juli 2019 Subjek beraktivitas pagi dengan berolahraga dan berjemur

sambil bercerita ringan dengan praktikan. Sesekali praktikan

memotivasi subjek untuk menurunkan berat badannya dan

subjek dengan serius menanggapi dan sejak hari itu dia giat

berolahraga atau berjalan-jalan sore. Setelah sekitar satu jam,

subjek dan praktikan mengambil posisi duduk yang nyaman

untuk memulai mengerjakan tes grafis. Subjek menawarkan

kepada praktikan untuk memulai tesnya setelah beraktivitas

pagi. Saat mengerjakan tes DAP subjek awalnya menolak

dan tidak mau menggambar orang, namun setelah bertanya

Page 58: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

47

lagi dengan mengatakan “tapi orangnya terserah?” dan

praktikan mengiyakan subjek kemudian mau menggambar.

Awal menggambar orang subjek menutupi kertas dengan

menggunakan tangan kirinya seolah-olah praktikan tidak

boleh melihat apa yang digambarnya. Subjek nampak serius

ketika menggambar. Subjek memiliki sikap melindungi

praktikan seperti contoh saat pasien lain yang ingin

memegang tangan praktikan subjek langsung melarang dan

mengatakan “tidak boleh lancang pak, gak sopan” kepada

pasien tersebut. Dan kejadian seperti ini berulang kali terjadi.

Praktikan dan subjek jalan-jalan sore sambil membicarakan

terapi yang akan dijalani selama beberapa hari kedepan.

Subjek nampak serius mendengarkan dan setuju ketika

dimintai pendapat mengenai terapi yang akan dijalani.

Jumat/ 26 Juli 2019 Subjek beraktivitas pagi seperti biasa, berjemur sambil

berbaring di halaman ruangan. Setelah itu subjek

menghampiri dan duduk disebelah praktikan sambil

tersenyum. Subjek mengajak praktikan untuk meakukan

tahapan tes hari ini. Praktikan memberikan instruksi tes TAT,

subjek mendengarkan dengan seksama yang diucapkan oleh

praktikan. Untuk gambar pertama subjek mengingat seluruh

tugasnya, namun untuk kartu kedua dan ketiga subjek

melupakan beberapa tugas dan praktikan kembali membantu

subjek untuk mengingat tugasnya dalam bercerita sehingga

untuk kartu selanjutnya subjek tidak pernah lupa lagi. Subjek

mempunyai kepribadian yang tertutup, lebih sering

memendam sendiri dari pada membicarakannya kepada

orang lain. Setelah beberapa hari, subjek baru mau sedikit

bercerita permasalahan yang dialaminya kepada praktikan.

Meski subjek tidak mau membuka permasalahan yang utama

yang dialaminya seperti masal lalu yang dikatakannya namun

Page 59: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

48

tidak ingin bercerita kepada praktikan. Subjek mengatakan

“tapikan tidak semuanya harus diceritakan mbak” dan

tersenyum.

Senin/ 29 Juli 2019 Saat subjek mengerjakan tes wartegg, subjek mendengarkan

instruksi dengan baik, mengerjakan tes dengan cepat dan

fokus. Sesekali subjek juga menutup kertas untuk praktikan

tidak boleh melihat apa yang digambar oleh subjek. Saat

mengerjakan tes SSCT subjek sangat fokus dan jujur dalam

menjawab pertanyaan terbukti bahwa subjek tidak berhenti

dalam menjawab soal meski perawat memanggil subjek

untuk kebutuhan penting pada saat itu, namun subjek

menyelesaikan semua pertanyaan terlebih dahulu, dan seperti

biasa subjek akan menutup kertas dengan tangan kirinya

untuk praktikan tidak boleh melihat apa yang ditulisnya.

Subjek dalam pemeriksaan psikologis sangat kooperatif dan

termasuk cepat dalam mengerjakan berbagai tes psikologi.

Subjek nampak sangat fokus saat mengerjakan tes dan akan

bertanya ketika tidak paham dengan instruksi yang diberikan.

Ketika pemberian biblioterapi subjek nampak antusias ketika

melihat dua buku yang diberikan praktikan dan mengatakan

“wah bagus mbak” kemudian subjek membuka buku

tersebut, praktikan menawarkan untuk memilih bacaan cerita

dengan membaca daftar isinya terlebih dahulu. Kemudian

subjek membaca daftar isi dan memilih bacaan-bacaan yang

sekiranya menarik. Pada saat bacaan pertama tentang konflik

antara anak dan ayah subjek langsung mengatakan “sama,

saya juga paling benci dengan ayah” dan “saya paling benci

ayah dari pada ibu”, subjek mengatakan bahwa ibaratnya

ayah menjadi penghalang bagi dirinya sedangkan ibu hanya

mengikut dibelakang subjek. Setelah menyelesaikan bacaan

pertama subjek nampak sering menarik nafas panjang dan

Page 60: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

49

menghembuskan dengan berat, kemudian seperti gelisah, dan

ketika ditanya subjek mengatakan “tidak apa-apa” dan

“istirahat sebentar ya mbak” dan praktikan membiarkan

subjek beberapa saat. Subjek seperti mengingat masa lalunya,

memunculkan sedikit kegelisahan, tarikan nafas yang

panjang dan berat, tubuh subjek agak meringkuk dan agak

lama setelah subjek merasa normal kembali dan mau

melanjutkan untuk membaca. Pada saat mendiskusikan

cerita, subjek mendengarkan pendapat praktikan dengan baik

dan sering menganggukkan kepala pertanda subjek menerima

dan mengerti maksud dari praktikan. Pada terapi sesi kedua,

bacaan pertama subjek berhenti dan mengatakan “gak mood

untuk baca, mau istirahat dulu” lalu menarik nafas panjang

dan bercerita bahwa ibunya sering memukulnya sewaktu

kecil dan ayahnya sering memukulnya sewaktu kecil. Setiap

mendiskusikan cerita dengan praktikan subjek mengangguk

dan mengatakan “iya” tanda subjek menerima dan paham.

Selasa/ 30 Juli 2019 Setelah subjek beraktivitas pagi, subjek dan praktikan masuk

dan duduk di ruang tamu kemudian praktikan menjelaskan

hasil tes wartegg kepada subjek. Subjek mendengarkan

penjelasan praktikan dengan serius dan akan bertanya ketika

tidak paham beberapa istilah yang digunakan praktikan.

Kemudian memasuki sesi terapi selanjutnya adalah mereview

tugas bacaan subjek, subjek menjelaskan bacaan yang paling

menurutnya menarik, sambil tersenyum subjek mengatakan

“ini sama dengan kisahku, coba sampena baca dulu” yakni

kisah tentang skizofrenia. Setelah itu subjek mengatakan

“sama kayak saya, saya ya butuh kasih sayang”. Subjek

sangat menunjukka sikap yang kooperatif, subjek membaca

agak lama dari pada praktikan, subjek membaca dengan

menghayati cerita tokoh utama dan akan memposisikan

Page 61: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

50

dirinya dalam cerita tersebut dengan baik. Saat berhubungan

melalui telepon dengan orang tua, amarah subjek meledak-

ledak kepada ibunya, subjek berteriak dan sesekali

mengucapkan kata-kata kasar. Dan ketika saling mengirim

pesan dengan ayah, subjek mengirim pesan seperti

memerintah orang tua dan sedikit tidak sopan dengan ucapan

ketika ayah subjek mengatakan bahwa tidak bisa menjemput

hari ini dikarenakan beliau sakit. Namun subjek merespon

marah kepada orang tuanya sehingga praktikan yang

membujuk subjek untuk meminta maaf kepada orang tuanya.

Subjek jika keinginannya tidak langsung terpenuhi maka

subjek akan marah dengan membentak-bentak. Subjek

mengaku bahwa amarahnya dapat meledak-ledak dengan

membentak siapapun namun tidak pernah melakukan

kekerasan fisik.

Rabu/ 31 Juli 2019 Subjek melakukan aktivitas pagi, kemudian subjek dan

praktikan akan duduk di ruang tamu untuk memulai terapi

dan kemudian membaca. Disela-sela bacaan subjek terlihat

kurang fokus karena menunggu jemputan keluarga.

Page 62: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

51

Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) untuk

Menurunkan Emosi Marah terhadap Orang Tua

pada Pasien Skizofrenia

Quwwatun Azimah Mustajab

Magister Profesi Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT) merupakan terapi

psikologi yang menggabungkan kekuatan spiritual dan teori energy

psychology dimana ditujukan untuk melengkapi psikoterapi yang sudah ada

(Zainuddin, 2006). SEFT ini bekerja berdasarkan prinsip teknik akupuntur

yang kurang lebih akan merangsang 12 titik kunci jalur energi pada tubuh

yang berpengaruh pada kesehatan (Zainuddin, 2006).

Pasien skizofrenia dengan mengembangkan emosi negatif seperti

perasaan benci terutama benci pada lingkungan sekitar dimana yang terdekat

merupakan relasi keluarga membutuhkan bantuan untuk menurunkan tingkat

emosi negatif tersebut. Penurunan emosi negatif dan mengubah menjadi

emosi positif dengan cara intervensi SEFT digunakan untuk mengatasi emosi

negatif seseorang. Emosi negatif diubah menjadi emosi positif sehingga

mengubah perilaku menjadi lebih adaptif (Rochjani, Mardiyono, & Arwani,

2014).

SEFT dapat digunakan untuk mengurangi emosi negatif pada penderita

skizofrenia sehingga pasien berperilaku positif dan mampu kooperatif

(Rochjani, Mardiyono, & Arwani, 2014).

Page 63: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

52

B. Tujuan

Adapun tujuan dalam pelaksanaan terapi ini adalah untuk mengurangi

perasaan benci pasien terhadap orang tuanya dengan mengganti emosi negatif

menjadi emosi positif sehingga pasien dapat berperilaku positif dan kembali

menjalin relasi yang baik dengan orang tua.

BAB II

PROSEDUR TERAPI

1. The Set-Up

Teknik ini adalah hal pertama yang dilakukan yakni mengucapkan dan

merasakan dengan penuh perasaan, khusyu’, ikhlas dan pasrah. Mengucapkan

kata “Ya Allah, saya memiliki masalah dengan orang tua saya, saya

memendam amarah terhadap mereka karena perilaku kurang baik mereka,

saya ikhlas menerima, saya pasrahkan padaMu sepenuhnya” diulang

sebanyak 3 kali. Teknik ini bertujuan untuk menetralisir psychological

reversal atau disebut perlawanan psikologis yang mana berupa emosi negatif

atau keyakinan alam bawah sadar yang sulit terlepas dari dalam diri.

Kemudian diikuti dengan menekan Sore Spot (titik nyeri dibagian dada) atau

mengetuk daerah Karate Chop (mengetuk dengan tiga ujung jari pada bagian

karate chop). Dapat dilihat pada gambar berikut:

Sore Spot (SS) Karate Chop (KC)

Page 64: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

53

2. The Tune-In

Teknik kedua untuk masalah emosi, melakukan teknik ini dengan cara

memikirkan sesuatu atau peristiwa yang pernah terjadi yang menyakitkan

individu guna untuk membangkitkan emosi negatif untuk kemudian akan

dihilangkan seperti perasaan kecewa, marah, benci, takut dan lain-lain.

Kemudian mulut dan hati mengatakan “Ya Allah, saya ikhlas dan saya

pasrahkan kebahagiaanku pada-Mu.” dengan mengatakan hal ini maka

terapis sambil men-tapping.

2. The Tapping

Tapping adalah menggunakan dua ujung jari untuk mengetuk pelan

bagian daerah tubuh tertentu sambil melakukan teknik Tune-In. Adapun titik

kunci yang diketuk terapis disebut The Major Meridians, yakni jika diketuk

akan menetralisir gangguan emosi yang dialami atau rasa sakit yang

dirasakan. Hal ini disebabkan oleh aliran energi tubuh yang mengalir dengan

normal dan seimbang kembali (Zainuddin, 2006). Adapun titik-titik yang

diketuk adalah:

1) CR: Crown

Pada titik dibagian atas kepala

2) EB: Eye brow

Pada titik ujung permulaan alis

Page 65: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

54

3) SE: Side of the eye

Tepat diatas tulang samping

mata

4) UE: Under of the eye

Sekitar 2 cm dibawah mata

5) UN: Under the nose

Tepat dibawah hidung

6) CH: Chin

Diantara dagu dan bagian

bawah bibir

7) CB: Collar bone

Diujung tempat bertemunya

tulang dada, collar bone, dan

tulang rusuk pertama

8) UA: Under the arm

Dibawah ketika yang sejajar

dengan puting

9) BN: Bellow nipple

Sekitar 2,5 cm dibawah nipple

10) IH: Inside of hand

Dibagian dalam tangan yang

bebatasan dengan telapak

tangan

11) OH: Outside of hand

Dibagian depan tangan yang

berbatasan dengan pergelangan

Page 66: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

55

12) TH: Thumb

Ibu jari disamping luar bagian

bawah kuku

13) IF: Index finger

Jari telunjuk bagian luar bawah

kuku (bagian yang menghadap

ibu jari)

14) MF: Middle finger

Jari tengah bagian luar bawah

kuku (bagian yang menghadap

ibu jari)

15) RF: Ring finger

Jari manis di samping luar

bagian bawah kuku (bagian

yang menghadap ibu jari)

16) BF: Baby finger

Jari kelingking di samping luar

bagian bawah kuku (bagian

yang menghadap ibu jari)

17) KC: Karate chop

Di samping telapak tangan

tepat bagian yang digunakan

untuk mematahkan balok

18) GS: Gamut spot

Diantara ruang tulang jari

kelingking dan jari manis

Page 67: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

56

3. Teknik Prosedur 9 Gamut

Teknik keempat ini dilakukan untuk merangsang otak pasien. Setiap

gerakan tertentu dimaksudkan untuk merangsang bagian otak tertentu.

Adapun 9 gerakan yang akan dilakukan sambil men-tapping bagian gamut

spot, adalah sebagai berikut:

10) Menutup mata

11) Membuka mata

12) Menggerakkan mata dengan gerakan kuat dari kanan ke bawah

13) Menggerakkan mata dengan gerakan kuat dari kiri ke bawah

14) Memutar bola mata searah jarum jam

15) Memutar bola mata berlawanan arah jarum jam

16) Bergumam “Subhannallah wala ilahaillallah walahuakbar” selama 3

detik

17) Menghitung 1, 2, 3, 4, 5

18) Bergumam lagi selama 3 detik

4. Mengulang Teknik Tapping

Setelah menyelesaikan tekinik keempat makan langkah terakhir adalah

mengulang teknik tapping kemudian mengakhiri dengan mengambil nafas

panjang kemudian dihembuskan.

Page 68: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

57

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, W., dan Ni’matuzahroh. (2016). Terapi spiritual emotional freedom

technique (seft) untuk menurunkan tingkat stres akademik pada siswa

menengah atas di pondok pesantren. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 4(2),

228-245.

Rochjani, S., Mardiyono, dan Arwani. (2014). Intervensi spiritual emotional

freedom technique (seft) untuk menurunkan kecemasan dan perilaku

kekerasan pada pasien skizofrenia. LINK 10(3), 878-885.

Zainuddin, A. F. (2006). Spiritual emotional freedom technique (SEFT) for

healing, success, happiness, greatness. Jakarta: Afzan Publishing.

Zakiyyah, M. (2013). Pengatuh terapi spiritual emotional freedom technique (seft)

terhadap penanganan nyeri dismenora. Jurnal Sains Medical 5(2), 66-71.

Page 69: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

58

Bibliotherapy untuk Mengurangi Emosi Marah

terhadap Orang Tua pada Subjek Skizofrenia

Quwwatun Azimah Mustajab

Magister Profesi Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bibliotherapy adalah teknik terapi yang menggunakan buku sebagai sarana

pengobatan. Bibliotherapy didefinisikan sebagai solusi yang tepat dalam

menangani masalah personal individu dengan cara membaca langsung (Webster,

1981; Herlina, 2013). Bibliotherapy klinis adalah terapi untuk meningkatkan

kesehatan mental individu melalui penggunaan literatur atau buku dengan cara

individu membaca kemudian mendiskusikan dengan terapis (Pehrsson &

McMillen, 2007). Terapis menggunakan diskusi terarah untuk membantu individu

mengintegrasikan respon kognitif dan afektif terhadap bacaan yang telah

diseleksi.

Terapi ini digunakan untuk memunculkan insight pada klien untuk membantu

mereka mengubah distorsi serta keyakinan yang maladaptif yang tersimpan sejak

lama (Suprapto, 2013). Bibliotherapy merupakan sarana yang tepat untuk

menemukan insight baru, mendorong klien lebih memahami permasalahan klinis

yang dialaminya, dan dapat menghargai dirinya sendiri (Shechtman, 2009). Dalam

terapi ini, reaksi afektif lebih penting dari pada pemahaman intelektual dalam

makna yang tersirat dalam bacaan (Suprapto, 2013). Adapun prinsip-prinsip

utama untuk bibliotherapy adalah sebagai berikut (Pardeck & Pardeck, 1986;

Herlina, 2013):

Page 70: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

59

1) Terapis harus menggunakan material bacaan yang dikenalnya

2) Hindari material bacaan yang tidak hubungannya dengan permasalahan

klien

3) Material bacaan dapat diterapkan pada masalah klien, namun bacaan tidak

harus identik

4) Terapis dapat mengukur kemampuan membaca klien dan dapat menjadi

pengarah dalam memilih material bacaan yang akan digunakan. Jika klien

kurang mampu dalam membaca maka diperlukan teknik membaca

nyaring atau audiovisual.

5) Usia kronologis dan kondisi emosional klien dapat direfleksikan dalam

material bacaan yang digunakan.

6) Minat membaca merupakan pengarah untuk terapis memiihkan bahan

bacaan

Dari hasil tes intelegensi subjek memiliki IQ kategori rata-rata dengan

interpretasi bahwa subjek mampu melakukan tugas kesehariannya dengan baik

secara mandiri. Secara keseluruhan subjek memiliki kemampuan verbal yang baik

sehingga dapat dikatakan bahwa kriteria subjek sesuai dengan syarat pemberian

terapi biblio. Dengan memunculkan insight dan membuat keyakinan yang lebih

adaptif dengan sarana bacaan yang akan diberikan pada saat terapi.

B. Tujuan

Adapun tujuan dalam pemberian terapi ini adalah untuk memunculkan

insight terhadap permasalahan yang subjek alami terkait rasa kebencian

terhadap orang tua sehingga subjek dapat memahami kondisi orang tuanya

dan akhirnya subjek dapat berdamai dengan perasaan yang subjek

kembangkan kepada orang tuanya dan subjek dapat membuat keyakinan yang

adaptif terhadap orang tuanya.

Page 71: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

60

BAB II

PROSEDUR TERAPI

Fase : SESI 1

Waktu : 2 - 3 jam

Tujuan : Mengakrabkan subjek dengan bahan bacaan yang sudah

disiapkan terapis dan mengajak klien merenungkan serta

mendiskusikan bacaan yang telah dibaca.

Target : 3 - 4 bacaan

Langkah Kegiatan :

a. Pembukaan

1) Penerimaan secara terbuka pada klien dan mengucapkan terima kasih telah

datang ke tempat terapi

2) Berdoa sebelum memulai terapi

3) Membangun rapport pada klien seperti menanyakan kabar dan lain

sebagainya

4) Menyampaikan tujuan terapi untuk mengurangi perasaan benci terhadap

orang tua sehingga dapat berdamai antara fikiran dan perasaan subjek

khususnya terhadap orang tua.

5) Menyampaikan langkah-langkah terapi dan kesepakatan pertemuan

b. Kegiatan

1) Klien membaca daftar pustaka buku yang dibawa terapis

2) Terapis menjelaskan buku tersebut

3) Memulai bacaan

4) Klien merenungkan bacaan yang telah dibaca

5) Mendiskusikan dengan klien setiap satu bacaan selesai

c. Penutup

1) Terapis dan klien menyepakati waktu untuk kembali bertemu pada sesi

selanjutnya

2) Terapis mengucapkan terima kasih atas waktu dan kerjasama klien

Page 72: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

61

3) Berdoa sebelum mengakhiri sesi terapi

Fase : SESI 2

Waktu : 2 - 3 jam

Tujuan : Memberi kesempatan pada klien untuk memunculkan

insight dengan cara membuka gagasan baru dari pemikiran

klien melalui diskusi isi bacaan

Target : 3 - 4 bacaan

Langkah kegiatan :

a. Pembukaan

1) Penerimaan secara terbuka pada klien dan mengucapkan terima kasih telah

datang ke tempat terapi

2) Berdoa sebelum memulai terapi

3) Membangun rapport pada klien seperti menanyakan kabar dan lain

sebagainya

b. Kegiatan

1) Memulai bacaan

2) Klien memberikan gagasan terhadap bacaan

3) Mendiskusikan dengan klien setiap selesai satu bacaan

4) Pemberian tugas dengan minimal 2 bacaan

c. Penutup

1) Terapis dan klien menyepakati waktu untuk kembali bertemu pada sesi

selanjutnya

2) Terapis mengucapkan terima kasih atas waktu dan kerjasama klien

3) Berdoa sebelum mengakhiri sesi terapi

Fase : SESI 3

Waktu : 2 - 3 jam

Page 73: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

62

Tujuan : Meningkatkan insight pada klien dengan cara

memberikan gagasan baru dari pemikiran klien dari setiap

bacaan

Target : 3 - 4 bacaan

Langkah kegiatan :

a. Pembukaan

1) Penerimaan secara terbuka pada klien dan mengucapkan terima kasih telah

datang ke tempat terapi

2) Berdoa sebelum memulai terapi

3) Menanyakan kabar dan lain sebagainya

b. Kegiatan

1) Review tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya

2) Mendiskusikan tugas hasil bacaan klien

3) Memulai membaca

4) Kien memberikan gagasan terhadap bacaan

5) Mendiskusikan dengan klien setiap selesai satu bacaan

6) Pemberian tugas pada klien minimal 3 bacaan

c. Penutup

1) Kesepakatan untuk pertemuan selanjutnya

2) Terapis mengucapkan terima kasih atas waktu dan kerjasama klien

3) Berdoa sebelum mengakhiri sesi terapi

Fase : SESI 4

Waktu : 2 - 3 jam

Tujuan : Meningkatkan insight pada klien dengan cara

memberikan gagasan baru dari pemikiran klien dari setiap

bacaan

Target : 4 - 5 bacaan

Langkah kegiatan :

a. Pembukaan

Page 74: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

63

1) Penerimaan secara terbuka pada klien dan mengucapkan terima kasih telah

datang ke tempat terapi

2) Berdoa sebelum memulai terapi

3) Menanyakan kabar dan lain sebagainya

b. Kegiatan

1) Review tugas yang diberikan terapis

2) Memulai bacaan

3) Klien memberikan gagasan terhadap bacaan

4) Mendiskusikan hasil bacaan dengan terapis

5) Pemberian tugas di rumah

c. Penutup

1) Kesepakatan untuk pertemuan selanjutnya

2) Terapis mengucapkan terima kasih atas waktu dan kerjasama klien

3) Berdoa sebelum mengakhiri sesi terapi

Fase : SESI 5

Waktu : 2 - 3 jam

Tujuan : Memberikan pengetahuan baru pada klien dari bacaan dan

melatih klien untuk mengemukakan pemikiran yang adaptif

terhadap orang tuanya

Target : 4 - 5 bacaan

Langkah kegiatan :

a. Pembukaan

1) Penerimaan secara terbuka pada klien dan mengucapkan terima kasih

telah datang ke tempat terapi

2) Berdoa sebelum memulai terapi

3) Menanyakan kabar dan lain sebagainya

b. Kegiatan

1) Review tugas yang diberikan terapis

Page 75: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

64

2) Mendiskusikan bacaan klien

3) Memberikan pengetahuan baru terhadap bacaan

4) Klien mencba mengemukakan pemikirannya terhadap orang tuanya

sekarang

5) Menanyakan perasaan klien saat ini

6) Pemberian tugas di rumah

c. Penutup

1) Kesepakatan untuk pertemuan selanjutnya

2) Terapis mengucapkan terima kasih atas waktu dan kerjasama klien

3) Berdoa sebelum mengakhiri sesi terapi

Fase : SESI 6

Waktu : 2 - 3 jam

Tujuan : Memunculkan keyakinan yang adaptif pada klien dari bacaan

yang telah dibaca dan terminasi

Target : 5 bacaan

a. Pembukaan

1) Penerimaan secara terbuka pada klien dan mengucapkan terima kasih

telah datang ke tempat terapi

2) Berdoa sebelum memulai terapi

3) Menanyakan kabar dan lain sebagainya

b. Kegiatan

1) Review tugas yang diberikan terapis

2) Mendiskusikan hasil bacaan klien

3) Klien mencoba mengemukakan keyakinan barunya yang positif terhadap

orang tuanya sekarang

4) Menanyakan perasaan klien setelah melakukan biblioterapi

5) Klien memberikan skala 1 - 10 sebelum terapi dan sesudah terapi

6) Menyimpulkan kegiatan terapi dari awal sampai akhir

Page 76: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

65

c. Penutup

1) Terminasi

2) Terapis mengucapkan terima kasih atas waktu dan kerjasama klien

3) Berdoa sebelum mengakhiri sesi terapi

Referensi

Anggraeni, A., dan Khusumadewi, A. (2017). Penerapan biblioterapi untuk

meningkatkan pemahaman tentang labelling negatif pada siswa kelas VII-D

di SMPN 2 dlanggu-mojokerto. Jurnal BK, 7(3), 256-265.

Helina. (2013). Bibliotherapy: mengatasi masalah anak dan remaja melalui buku.

Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Pehrsson, D. E., dan McMillen, P. (2007). Bibliotherapy: overview and

implications for counselors. American Counseling Association, 02, 1-2.

Shechtman, Zipora. (2009). Treating child and adolescent aggression through

bibliotherapy. New York: Springer Science + Business Media.

Suprapto, M. H. (2013). I love my body: efektivitas cognitive behavioral therapy

(CBT) dan bibliotherapy dalam meningkatkan citra tubuh mahasiswi.

Jurnal Gema Aktualita, Vo. 2, No. 1, 7-12.

Page 77: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

66

HASIL TES WAIS

Observasi saat tes

Klien ketika diawal pengetesan tampak bersemangat untuk menjawab soal yang

akan diberikan. Subjek menerima instruksi yang praktikan berikan dengan baik.

Subjek akan bertanya langsung jika kurang mengerti apa yang praktikan jelaskan.

Subjek nampak antusias saat mengerjakan sub tes performance khususnya pada

rancangan balok. Saat tes berlangsung ada sedikit gangguan berupa bisingan dari

pemotong rumput halaman bangsal dan praktikan menawarkan untuk berhenti

sejenak namun subjek menolak untuk jeda dan ingin melanjutkan tes meski ada

sedikit gangguan. Praktikan terkadang menanyakan apakah subjek lelah dalam

proses tes namun subjek mengatakan tidak karena alasan senang berfikir dan

seperti mengasah otak kembali saat menjawab beberapa sub tes.

Ringkasan hasil tes

TES WAIS

Tes Verbal Angka

Kasar

Angka

Skala

Angka

Skala

Umur

Tes Performance Angka

Kasar

Angka

Skala

Angka

Skala

Umur

1. Informasi

17 11 7. Simbol Angka 50 9

2. Pengertian 16 9 8. Melengkapi

Gambar

8 7

3. Berhitung 8 7 9. Rancangan

Balok

38 11

4. Persamaan 22 15 10. Mengatur

Gambar

26 11

5. Rentang Angka 12 11 11. Merakit

Obyek

24 7

6. Perbendaharaan

Kata

56 12

Angka Skala Verbal

65 Angka Skala Performance 45

IQ Angka Verbal

105 (Rata-rata) IQ Angka Performance 93 (Rata-rata)

Angka Skala Total:

110

IQ Total:

100 (Rata-rata)

Page 78: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

67

Norma IQ menurut Wechsler

˃ 130 : Very Superior 80 – 89 : Rata-rata bawah

120 – 129 : Superior 66 – 79 : Borderline

111 – 119 : Rata-rata atas ˂ 65 : Retardasi mental

90 – 110 : Rata-rata

IQ Original (OIQ)

𝐼𝑄 𝑂𝑟𝑖𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 =informasi + persamaan + rancbalok

3 𝑋 10

1083,123103

37

3

111511

MD LOSS

a. Level I

Full Scale IQ

FIQ = Skala Verbal + Skala Performance

= 65 + 45

= 110 (tabel IQ = 100)

Berdasarkan pada hasil tes WAIS diperoleh skor IQ skala lengkap sebesar

110, yang berarti subjek memiliki IQ sebesar 100, dengan hasil tersebut subjek

termasuk dalam kategori rata-rata. Kategori rata-rata artinya individu mampu

melakukan tugas-tugas kesehariannya dengan baik dan mandiri.

b. Level II

Berdasarkan hasil tes WAIS diperoleh skor IQ skala performance sebesar 93

dimana skor tersebut klien termasuk dalam kategori rata-rata, dan skor IQ skala

3,1410042

4236

100)4117911(

)4117911()277911(

100'

'

x

x

xtHoldDon

tHoldDonHold

Page 79: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

68

verbal adalah 105 dimana skor tersebut subjek termasuk dalam kategori rata-rata.

Perbedaan antara IQ verbal dan performance subjek adalah 12, hal ini ditunjukkan

dengan skor skala performance lebih rendah 12 angka dari skor skala verbal, yang

artinya normal.

Pada skala verbal skor yang menonjol diantara yang lainnya ialah pada

subtes persamaan dan yang paling rendah adalah pada subtes berhitung. Pada

skala performance skor yang paling menonjol adalah pada subtes rancangan balok

dan mengatur gambar sedangkan paling rendah yaitu pada subtes simbol angka.

Profil Wais

Verbal

Skala Verbal : 65

Mean : 65/6 = 10,8

SD : 10,8/4 = 2,7

½ SD : 2,7/2 = 1,35

Tes Verbal Angka Skala Profil Keterangan

1. Informasi 11 +1/2 C

2. Pengertian 9 -1/2 C

3. Berhitung 7 -1 K

4. Persamaan 15 +2 SB

5. Rentangan Angka 11 +1/2 C

6. Perbendaharaan Kata 12 +1/2 C

+2

+1

-2

-1

0 +½

12,15 5,4 8,1 9,45 10,8 16,2 13,5

Page 80: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

69

Performance

Skala Performance : 45

Mean : 45/5 = 9

SD : 9/4 = 2,25

½ SD : 2,25/2 = 1,125

Tes Performance Angka Skala Profil Keterangan

7. Simbol Angka 9 0 C

8. Melengkapi Gambar 7 -1/2 C

9. Rancangan Balok 11 +1 B

10. Mengatur Gambar 11 +1 B

11. Merakit Objek 7 -1/2 C

+2

+1

-2

-1

0 +½

10,13 4,5 6,75 7,86 9 13,5 11,25

Page 81: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

70

c. Level III

Dengan membandingkan beberapa subtes maka didapatkan beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kekuatan

Beberapa subtes yang tergolong sangat baik adalah sebagai berikut:

Pada tes verbal adalah persamaan

Pada hasil tes ini klien sangat mampu dalam mencari kesamaan

dari suatu benda yang berbeda menjadikan sebuah informasi yang

baru. Klien mempunyai konsep abstraksi yang sangat baik.

Pada tes performance adalah mengatur gambar dan rancangan

balok

Klien memiliki kemampuan analisis yang baik, klien mampu

memahami secara keseluruhan informasi yang didapatkannya serta

klien memiliki kepekaan situasi mampu memahami pengalaman

sehari-hari. Klien memiliki visual motorik yang baik.

2. Dalam Taraf Rata-rata

Beberapa subtes klien yang tergolong cukup adalah sebagai berikut:

Pada skala verbal

Informasi

Wawasan yang dimiliki klien tergolong baik, ingatan

jangka panjang dan kemampuan mengelola ingatan klien

tergolong baik. Klien menunjukkan adanya upaya

berprestasi yang cukup ditunjang pengetahuannya yang

bersifat schoolastik.

Pengertian

Pada subtes ini klien dalam kategori cukup dalam

pemahamannya dapat menganalisa informasi yang diterima

subjek.

Perbendaharan kata

Page 82: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

71

Klien memiliki kemampuan yang cukup dalam respon

verbalnya serta kosa kata yang dimiliki klien cukup banyak

dapat disesuaikan dengan pendidikan subjek.

Rentang angka

Klien cukup mampu dalam berpikir abstrak serta

kemampuan visual spasial penalaran klien juga cukup

untuk memecahkan masalah.

Pada skala performance

Simbol angka

Visual motorik yang dimiliki klien tergolong cukup baik,

dan klien memiliki kemampuan copying yang baik. Mampu

menerima informasi yang baru kemudian menirukannya

secara cepat.

Merakit objek

Klien cukup mampu menggabungkan serta paham akan

stimulus yang diberikan serta merangkai informasi itu

menjadi pemahaman yang utuh. Klien memiliki

perencanaan masa depan yang cukup baik

Melengkapi gambar

Kepekaan klien terhadap suatu hal juga dapat dianggap

kurang melalui tes ini yang mana mengungkap keahlian

klien dalam menentukan masalah sebenarnya yang terjadi

pada diri klien. Klien memiliki kemampuan yang kurang

dalam melihat sesuatu yang salah dalam stimulus tertentu.

Klien kurang mampu menentukan pemecahan masalah

yang dihadapinya.

3. Kelemahan

Beberapa kelemahan pada subtes yang dikerjakan oleh klien sebagai

berikut:

Skala verbal adalah

Page 83: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

72

Berhitung

Klien kurang dalam kemampuan berhitung dengan makna

bahwa klien kurang akan kontak realitasnya dan lebih

dominan dengan fantasi. Klien kurang mampu dalam

berpikir logis.

d. Level IV

Kemampuan klien hampir bisa dikatakan terbagi dalam semua kategori

cukup, sangat baik dan kurang yang terbagi dalam beberapa kategori hanya

pada satu subtes yang klien mendapatkan skor sangat tinggi. Pada subtes

verbal, klien mendapatkan skor tertinggi pada subtes persamaan klien memiliki

katergori sangat baik, hal ini mengindikasikan bahwa klien menunjukan konsep

abstraksi yang baik dan menunjukkan adanya konsep verbal yang baik. Klien

juga mempunyai kemampuan insight yang baik dengan diberikan stimulus

tertentu klien mampu menangkap makna yang ingin disampaikan dari stimulus

yang didapatkan klien. Dan klien mampu menyadari setiap kesalahan yang

telah dibuat klien dengan cara intropeksi diri yang baik. Sedangkan pada subtes

performance klien baik pada subtes rancangan balok dan mengatur gambar,

yang artinya klien bagus dalam kemampuan persepsi pada visual motor-ruang

dan memiliki kemampuan berkonsentrasi yang baik. Klien memiliki

kemampuan antisipasi dalam kejadian yang tidak diinginkan klien dan

memiliki intelegensi sosial yang tinggi.

e. Level V

Selama proses tes berlangsung, klien dapat mengerjakannya dengan cukup

tenang dan fokus ketika klien menjawab soal, dan jika klien tidak dapat

menjawab maka klien akan mengatakan “tidak tahu” atau “pas”. Meskipun

demikian klien telah mengerahkan pengetahuannya untuk menjawab soal-soal

yang diberikan. Klien juga selalu berusaha untuk menjawab pertanyaan

dengan benar dan selalu membenarkan secara cepat jika dikiranya jawaban

Page 84: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

73

yang diberikan klien salah. Hal ini menunjukkan bahwa klien mengerjakan

soal dengan maksimal.

Klien AD ketika mengerjakan subtes berhitung menjawab pertanyaan

dengan benar namun dalam waktu yang lama sehingga tetap diskoring nol

karena waktu yang dianggap habis karena subjek menyelesaikan soal

berhitung dengan cara sendiri bukan dengan cara yang telah dipelajari di

sekolah. Pada subtes melengkapi gambar klien tampak serius mencari sesuatu

yang hilang namun selalu salah dalam mencari jawaban yang benar, dan

secara cepat klien menjawab tanpa banyak berpikir untuk mencari kesalahan.

Dapat dikatakan bahwa klien kurang mampu dalam menentukan kesalahan

dalam suatu permasalahan yang dihadapinya dan secara cepat menilai sesuatu

tanpa berpikir panjang.

Page 85: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

74

HASIL SSCT

I. Sikap terhadap ibu (14,29,44,59)

Rating : 2 + 2 + 0 + 2 = 6/4 = 1,5

Interpretasi : Subjek menganggap ibunya adalah sosok yang jahat dan

memiliki perbedaan yang jauh dengan subjek. Subjek

mengungkapkan bahwa ibunya penghalang bagi dirinya.

II. Sikap terhadap ayah (1,16,31,46)

Rating : 0 + 1 + 2 + 2 = 5/4 = 1,25

Interpretasi : Subjek nampak tidak dekat dengan ayah dan subjek tidak

mengetahui banyak hal tentang ayahnya. Namun, subjek

mengembangkan rasa benci terhadap ayahnya dikarenakan

relasi yang buruk antara subjek dan ayah.

III. Sikap terhadap kehidupan keluarga (12,27,42,57)

Rating : 2 + 2 + 2 + 2 = 8/4 = 2

Interpretasi : Subjek memiliki gambaran yang sangat buruk mengenai

keluarga sehingga subjek mengungkapkan hal yang tidak baik

untuk keluarganya. Dan dalam hal ini perlu perhatian dan

bantuan secara psikologis.

IV. Sikap terhadap wanita (10,25,40,55)

Rating : 0 + 1 + 2 + 2 = 5/4 = 1,25

Interpretasi : Subjek memiliki gambaran bahwa wanita secara fisik adalah

cantik namun memiliki pandangan yang kurang baik dalam

sikap wanita.

V. Sikap terhadap hubungan heteroseks (11,26,41,56)

Rating : 2 + 0 + 0 + 1 = 3/4 = 0,75

Interpretasi : Subjek membutuhkan jalinan hubungan kasih sayang dengan

lawan jenis.

Page 86: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

75

VI. Sikap terhadap teman-teman dan kenalan (8,23,38,53)

Rating : 0 + 2 + 2 + 1 = 5/4 = 1,25

Interpretasi : Subjek memiliki keinginan untuk bersosial namun relasi

sosial yang subjek miliki kurang baik dengan anggapan subjek

yang terkadang negatif.

VII. Sikap terhadap pimpinan di sekolah/pekerjaan (6,21,36,51)

Rating : 2 + 0 + 0 + 1 = 3/4 = 0,75

Interpretasi : Subjek memiliki kehidupan di sekolah yang baik.

VIII. Sikap terhadap bawahan (4,19,34,49)

Rating : 1 + 0 + 1 + 0 = 2/4 = 0,5

Interpretasi : Subjek memiliki sikap pemimpin yang baik dan akan

memperhatikan kesejahteraan karyawannya.

IX. Sikap terhadap teman sekerja (13,28,43,58)

Rating : 1 + 0 + 0 + 1 = 2/4 = 0,5

Interpretasi : Subjek memiliki relasi yang baik dengan rekan kerja sehingga

dalam dunia pekerjaan subjek dianggap mampu.

X. Ketakutan-ketakutan (7,22,37,52)

Rating : 2 + 2 + 2 + 2 = 8/4 = 2

Interpretasi : Subjek memiliki ketakutan akan hantu, gelap, dan lain

sebagainya dimana subjek tidak mampu bercerita kepada orang

lain mengenai ketakutannya, dengan ketakutan yang dialami

subjek merasa terganggu.

XI. Rasa bersalah/ berdosa (15,30,45,60)

Rating : 0 + 2 + 2 + 2 = 6/4 = 1, 5

Interpretasi : Subjek mengembangkan rasa bersalah sepenuhnya pada dirinya

atas apa yang terjadi pada subjek saat ini

Page 87: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

76

XII. Sikap terhadap kemampuan diri sendiri (2,17,32,47)

Rating : 2 + x + 1 + 1 = 4/4 = 1

Interpretasi : Subjek tidak memiliki kemampuan pemecahan masalah yang

baik dengan bersikap menghindar dan diam ketika tertimpa

masalah.

XIII. Sikap terhadap masa lalu (9,24,39,54)

Rating : 1 + 2 + 2 + 0 = 5/4 = 1,25

Interpretasi : Subjek memiliki pengalaman yang indah saat masa kecil namun

juga memiliki bagian-bagian peristiwa trauma sehingga subjek

menggambarkan sikap terhadap masa lalu tidak dominan.

XIV. Sikap terhadap masa depan (5,20,35,50)

Rating : 2 + 1 + 2 + 1 = 6/4 = 1,5

Interpretasi : Subjek memiliki sikap pesimis terhadap masa depannya namun

tetap memiliki rencana untuk melanjutkan kehidupan subjek.

XV. Cita-cita (3,18,33,48)

Rating : 1 + 2 + 2 + 0 = 5/4 = 1,25

Interpretasi : Subjek memiliki keinginan yang abstrak untuk pencapaian masa

depannya, tidak mempunyai cita-cita yang spesifik untuk diraih.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil tes SSCT subjek membutuhkan bantuan secara psikologis

pada bagian sikap terhadap ibu, kehidupan keluarga subjek, ketakutan-ketakutan

subjek, dan sikap terhadap masa depan. Namun, pada aspek keluarga yang

menjadi prioritas untuk pemberian penanganan secara prikologis yang akan

mencakup aspek ibu dan ayah. Subjek memiliki pandangan yang sangat buruk

mengenai gambaran keluarganya.

Page 88: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

77

HASIL TES WARTEGG

Skema Kepribadian

Adapun skema kepribadian terbagi atas empat dimensi fungsi dasar

kepribadian yakni emosi, imajinasi, intelektual, dan keinginan beraktivitas. Dan

masing-masing dimensi terdiri atas dua aspek. Adapun pembagiannya adalah

sebagai berikut:

1. Emotion : Open X Seclusive

2. Imagination : Combinate X Creative

3. Intelect : Practical X Speculative

4. Activity : Dinamic X Controled

Berdasarkan hasil tes wartegg subjek untuk skema kepribadian dimensi emosi

adalah cenderung lebih tinggi seclusive yang berarti bahwa subjek cenderung

berorientasi pada diri sendiri dibanding dengan lingkungannya. Subjek cenderung

melihat sudut pandang dari sikap pribadi dan subjek mudah menjadi sangat

sensitif dan merasa depresi. Dimensi imajinasi subjek sangat dominan pada aspek

kreatif dimana subjek menyukai hal-hal mistis, abstrak, filosofis dan emosional.

Subjek kurang dalam hubungan dengan kontak realitasnya dan memiliki

hambatan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya adalah dimensi intelektual dengan dominan pada aspek practical

dengan arti bahwa subjek memiliki pola pikir yang teratur dan bertindak atas

dasar persepsi atau observasi. Serta subjek lebih berorientasi pada fakta, hal-hal

yang konkrit dan penalaran induktif. Untuk dimensi keinginan beraktivitas subjek

seimbang antara aspek dinamis dan aktivitas yang terkontrol, yang berarti subjek

menyukai hal-hal baru dalam aktivitasnya namun juga menyukai hal-hal yang

terkontrol dengan membuat perencanaan sebelum bertindak.

Page 89: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

78

Tingkat Adekuasi Alasan

Gambar 1 2 3 4 5

Gambar 1 √ Subjek mampu mengikuti stimulus

dan menjadikan sebagai bagian

utama dalam gambar sehingga

subjek berarti mampu dengan

mudah dalam menyesuaikan diri

Gambar 2 √ Subjek memiliki fleksibilitas yang

cukup ketika berinteraksi dengan

orang lain

Gambar 3 √ Subjek memiliki ambisi yang kuat

terhadap apa yang ingin dia capai

Gambar 4 √ Subjek kurang memiliki keahlian

dalam hal pemecahan masalah serta

pola pikir yang abstrak (sulit

dipahami oleh orang pada

umumnya)

Gambar 5 √ Ketika subjek dihadapkan oleh

hambatan, subjek kurang mampu

untuk melewati hambatan yang ada

Gambar 6 √ Subjek merespon seadanya dengan

arti subjek memiliki pola pikir yang

sulit dipahami.

Gambar 7 √ Subjek merespon stimulus seadanya,

menggambar sesuatu yang abstrak.

Menandakan subjek kurang dewasa

dalam menghadapi kehidupannya

Gambar 8 √ Subjek mampu mengikuti stimulus

yang tersedia dengan arti bahwa

subjek memiliki kemampuan

bersosial yang baik.

Page 90: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

79

HASIL TES GRAFIS

A. BAUM

Observasi

Subjek mendengarkan instruksi praktikan dengan baik sambil menganggukan

kepala tanda subjek mengerti dan paham instruksi yang diberikan. Saat

mengerjakan tes subjek menggambar batang pohon terlebih dahulu, kemudian

tanah namun tidak menggambar akar, kemudian mahkota dan menggambar

dahan disertai dengan buah yang sangat banyak . Subjek sama sekali tidak

menggunakan penghapus meski praktikan sudah menawarkan. Setelah

menyelesaikan gambar, subjek kemudian langsung memberikan hasil tesnya

dan tersenyum kepada praktikan dan mengatakan bahwa pohon yang

digambarnya adalah bentuk dari harapan subjek dan ingin mewujudkan pohon

tersebut seperti yang subjek lihat melalui video dari luar negeri.

Interpretasi Struktur dan Bentuk

Aspek Deskripsi Indikasi

Ukuran Ukuran gambar normal

2/3 dari ukuran kertas

Proporsi antara batang

dan mahkota seimbang

Normal

Penempatan Proporsi gambar lebih

cenderung ke kiri

- Menekankan unsur ego

- Kehidupan yang

berkaitan dengan

perasaan sensitive,

rasa ego yang kuat

Karakteristik Garis Tekanan garis normal Normal, artinya individu

memiliki cukup kekuatan

untuk mencapai sesuatu

Urutan Menggambar Individu menggambar

dimulai dari batang, lalu

mahkota, lalu ke akar,

dan menggambar ranting

serta buah

Normal

Shading Tidak ada shading Normal

Hapusan Tidak ada hapusan Normal

Page 91: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

80

Interpretasi Isi

Aspek Deskripsi Indikasi

Akar Tidak digambar

Pangkal

Batang / Stembasis

Base of trunk

Pangkal batang terbuka

ujungnya

- Serba ingin tahu

- Tidak terang tujuannya

- Tidak dapat

memutuskan sesuatu

- Tidak tahu mengikat diri

- Daya cipta kurang

- Mudah marah

- Kurang stabil

- Sugestible

Batang Permukaan batang

digambar tekstur atau

contour yang berbentuk

coretan tajam

Adanya kemauan keras

tanpa mengindahkan

perasaan sesama manusia.

Pukulan yang keras, sikap

keras dan terlalu ditekan

dapat mengakibatkan

individu patah. Individu

mempunyai daya kritik

yang tajam pedas

terhadap lingkungan.

Menunjukkan sikap

bawel, ngomel, dan galak.

Mudah tersinggung,

kasar, kejam, reaksi

cepat, mudah marah, dan

pengkritik.

Bentuk batang menonjol Adanya trauma atau

kesukaran yang dirasakan

subjek

Dahan Dahan-dahan yang

dipotong

- Menunjukkan

perkembangan dalam segi

psikis

- Ada trauma, konflik,

kekecewaan, banyak

unfinish business

- Segi positifnya, subjek

memiliki aktifitas kuat

dan ada inisiatif serta

kemauan yang besar

Dahan tidak teratur Reaktif, gelisah dan

mudah kacau

Mahkota Mahkota yang tertutup

digambar dengan batang

yang proporsional

pendek dan mahkta lebih

Adanya suatu

kepercayaan pada diri

sendiri, kebutuhan akan

fulfilment, ambisi,

Page 92: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

81

besar kebanggaan, sibuk sendiri

dan mengagumi sendiri

Mahkota berombak

seperti awan

Jiwanya hidup dan mudah

bergaul

Mahkota tertutup dan

bergelombang

- Aktifitas dan sikap

sibuk tanpa

menunjukkan suatu

struktur tertentu tidak

punya efek keluar,

lamunan yang

mengarah kemana-

kemana

- Tampak stabil,

memiliki

keseimbangan sikap

sosial akan tetapi tidak

produktif.

- Pasif dan suka

menikmati keadaan

Pohon Pohon dengan buah Individu yang selalu

ingin pretasinya dilihat

oleh orang lain.

Menunjukkan

kemampuan mengawasi

dan tidak adanya daya

tahan atau keuletan

(persistance)

Kesimpulan

Subjek adalah individu yang menekan ego yang kuat dalam dirinya, subjek

memiliki perasaan yang sensitif, mudah menyerap dan kemudian

memikirkan apa yang orang lain katakan dan juga rasa ego yang kuat

namun direpres. Subjek juga memiliki trauma yang mendalam,

mengecewakan, adanya konflik, dan banyak masa lalu subjek yang tidak

terselesaikan. Subjek tergolong kepribadian yang introvert dalam artian

perasaan yang mendalam dan mudah tertekan. Subjek memiliki sikap

bawel, ngomel, dan galak atau mudah marah. Subjek juga termasuk rang

yang mudah tersinggung, kasar, kejam, respon cepat, dan pengkritik yang

Page 93: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

82

tajam terhadap lingkungan. Subjek memiiki keinginan yang tinggi namun

dibarengi dengan sikap pasif dan rendahnya produktifitas.

B. DRAW A PERSON (DAP)

Observasi

Saat mengerjakan tes, subjek mendengarkan intsruksi dengan baik dan

sebelum mengerjakan subjek bertanya apakah boleh menggambar dua orang

atau tidak. Subjek tidak menggunakan penghapus yang telah disediakan oleh

praktikan. Subjek menggambar dengan lancar tanpa ragu-ragu. Subjek

nampak antusias saat mengerjakan tes.

Kesan Umum (Interpretasi Kesan)

Pada tes DAP subjek menggambar sosok seperti hero dalam fantasi subjek

namun subjek berkeinginan untuk mewujudkan apa yang digambarnya.

Berumur 28 tahun dan mempunyai kekuatan super seperti super hero yang ada

dalam film-film. Berjenis kelamin laki-laki.

Interpretasi Struktur dan Bentuk

Aspek Deskripsi Indikasi

Tema Fantasi menggambar

seperti sosok hero

(pahlawan)

Identifikasi diri terlihat

dalam fantasi.

Gambar robot Depersonalisasi dan

merasa dikuasai oleh

kekuatan-kekuatan luar

(Hammer)

Aksi atau Gerakan Tentang kekuatan dan

petualangan

Adanya impuls suatu

gerakan yang

mempunyai keinginan

kuat ke arah

penyelesaian dan

kekuasaan tetapi terikat

fantasi.

Ukuran dan Penempatan Gambar besar dan

proporsional namun

lokasi gambar berada

diatas dan sebelah kiri

Individu jika

menghadapi tugas

cenderung agresif dan

mempunyai tendensi

ekspansif. Menunjukkan

adanya orientasi pada

diri sendiri, berfantasi,

Page 94: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

83

memandang rendah

orang lain, tendensi

kurang yakin akan

dirinya, dikuasai emosi,

menekankan masa lalu,

impulsif, depresi banyak

frustasi, introvert dan

banyak dikendalikan

oleh unconsciousness.

Karakteristik Garis Tidak konsisten Kurang dapat

menyesuaikan diri

Sikap badan/ posture Sikap tubuh yang kaku Merasa adanya

himpitan, bersifat

menahan sesuatu dan

kekurangan ketegasan

diri (Hammer)

Usia 28 tahun Menunjukkan

identifikasi dengan

bayangan orang tua

Distorsi Tidak ada Normal

Shading Tidak ada shading Normal

Hapusan Tidak ada hapusan Normal

Interpretasi Isi

Aspek Deskripsi Indikasi

JENIS KELAMIN Laki-laki Normal, sesuai

dengan jenis

kelamin subjek

KEPALA Digambar dengan

proporsi yang

seimbang antara

tubuh dan kaki

Normal

BAGIAN WAJAH

(FACIAL

FEATURES)

Tidak digambar

atau seperti

bertopeng

Perasaan yang

berhati-hati, suka

rahasia, dan

kemungkinan

merasa

depersosialisasi

dan keasingan

diri. Depresif,

tidak mengakui

kenyataan,

tertekan secara

Page 95: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

84

neurotis, dan

kurangnya

dorongan

berprestasi.

CONTACT

FEATURES

Lengan Lengan dengan

garis tebal

Perasaan

menghukum

Tangan dan jari Jari-jari tangan

digambar kurang

dari lima

Ketergantungan,

merasa tidak

berdaya, merasa

membutuhkan

pertolongan

Jari digambar

tangan yang kuat

Agresif dan

energik

(Anderson-

Machover)

Penekanan pada

siku dan

persendian atau

persambungan

tangan

Schizoid dan

schizoprenik

(Machover) dan

pre-okupasi

somatik

(Anderson-

Machover)

Kaki (legs and

foot)

Kaki digambar

besar

Adanya

kebutuhan yang

besar akan rasa

aman dan butuh

banyak dorongan.

Kaki ditonjolkan

memakai sepatu

Tendensi infaktil

Kaki ditonjolkan

memakai sepatu

Tendensi infaktil,

kurang stabilnya

emosi subjek

MISCELANEOUS

BODY FEATURES

Tubuh (the trunk) Garis tubuh yang

diberi garis-garis

tambahan

Kepribadian yang

eksplosif

(ketidakmantapan

emosional)

Page 96: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

85

Leher Leher ditutupi

dengan krah baju

Melakukan

kontrol intektual

terhadap impuls-

impuls atau

dorongan-

dorongannya

Pundak Pundak satu sisi

tak seimbang

dengan bagian

lainnya

Tidak adanya

keseimbangan

emosi, konflik

pada peran

seksualitas

Lebar dan besar Merasa mampu

dan hal normal

pada orang

dewasa

PAKAIAN Pakaian digambar Seluruh tubuh Normal atau hal

biasa

Pakaian militer

pada gambaran

laki-laki

Keinginan untuk

status yang lebih

tinggi atau besar

dan keinginan

untuk diakui lebih

dari pada

perasaan subjek

yuang dimilikinya

sekarang

(Hammer)

Kesimpulan

Subjek memiliki ketidakstabilan emosi, mudah cemas, frustasi, dan adanya

kecenderungan depresi. Hal ini menjadikan subjek membutuhkan

pertolongan, subjek membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang

sekitar terutama orang tua, perasaan tidak berdaya dan ada kekacauan

dalam diri subjek. Subjek menganggap bahwa adanya faktor orang tua

sebagai katarsis. Subjek mempunyai pemikiran-pemikiran fantasi yang

mengindikasi ketidakmatangan dalam diri subjek.

C. HOUSE TREE PERSON (HTP)

1. Observasi

Tes DAP dilaksanakan pada Jumat 26 Juli 2019 di ruangan bekisar RSJ

Lawang. Selama proses pelaksanaan tes nampak serius menggambar dan

permuaan menggambar rumah, pohon, lalu orang. Subjek mengerjakan tes

HTP ini dalam waktu yang singkat yakni kurang dari 10 menit.

Page 97: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

86

2. Interpretasi Berdasarkan Tanda-tanda Khusus

Detail yang mencolok :

Gambar orang yang digambar kecil, stick person, dan berjumlah satu

orang, yang menggambarkan bahwa subjek merupakan individu yang

dirinya kurang berperan dalam keluarga, merasa dirinya kurang dipercaya,

kurang diperhatikan oleh orang tua, dan kurang berharga. Adapun detail

yang ada dalam gambar adalah orang yang digambar subjek dalam bentuk

kaki diatas dan tangan dibawah seolah-olah sedang bermain jungkir balik.

Interpretasi Struktur dan Bentuk

Aspek Deskripsi Indikasi

Karakteristik Garis Cenderung tipis dan

terputus

Adanya kecemasan

dalam diri subjek,

perasaan ragu-ragu

Shading Tidak ada shading Normal

Hapusan Tidak ada hapusan Normal

Interpretasi Berdasarkan Hubungan Gambar Rumah, Pohon, dan

Orang

Aspek Deskripsi Indikasi

Penempatan Orang Orang berada didekat

dengan rumah

Terikat atau perindungan

atau lebih dekat dengan

pihak ibunya.

Ukuran Ukuran orang lebih kecil

dari pada rumah

Dirinya kurang berperan

didalam rumah, kurang

dipercaya, kurang

perhatian, merasa kurang

berharga

Interpretasi Per Komponen

Aspek Deskripsi Indikasi

RUMAH Kesan Umum

(mood, tingkat

kehangatan,

aksebilitas,

ukuran)

Cenderung lebih

kecil dibanding

pohon

Ayah lebih besar

peranannya

dibanding ibu

Dinding Dinding digambar

bagus tanpa

keursakan

Normal

Page 98: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

87

Pintu Pintu yang

tertutup

Kurang adanya

penerimaan dari

ibu

POHON Kesan Umum

(Hubungan antara

orang dengan

lingkungan

sekitarnya)

Besar dan

dominance

Ayah

menunjukkan

sikap yang

otoriter,

menguasai, galak,

kurang memberi

kesempatan, dll.

ORANG Kesan Umum Orang digambar

kecil

Dirinya kurang

berperan dalam

keluarga, merasa

dirinya kurang

dipercaya, kurang

diperhatikan,

kurang berharga

Melakukan

sesuatu yang tidak

ada hubungannya

dengan kegiatan

keluarga

Tekanan lebih

besar pada

keadaan di luar

keluarganya

Pembanding kesan

umum gambar

orang di HTP

dengan DAP

Pada HTP orang

digambar sangat

kecil dan berupa

stick person

Kurangnya

peranan subjek

pada lingkungan

keluarga

3. Kesimpulan

Secara umum peranan kedua orang tua subjek dilingkungan keluarga

kurang, peranan keduanya antara ayah atau ibu kurang baik. Namun,

subjek memiliki kecemasan pada dirinya. Perasaan kurang perhatian,

ketidakberhargaan, kurang dapat dipercaya untuk melakukan hal tertentu,

merasa bahwa orang tua menganggap subjek tidak mampu, serta fungsi

dirinya yang kabur dalam keluarga membuat subjek mengalami kecemasan

dalam dirinya.

Page 99: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

88

Hasil Tes TAT

a) Hasil Observasi

Subjek tampak antusias dengan tes ini dan tampak enjoy saat

menceritakan kartu-kartu yang diberikan praktikan. Dan beberapa kartu

yang diberikan memberikan komentar seperti mengatakan “medeni,

serem, gambarnya serem” pada kartu 4 dan mengatakan “agak sulit ini”

pada kartu 9GF. Untuk kartu pertama, subjek masih diingatkan akan

tugasnya menceritakan gambar, namun untuk kartu selanjutnya subjek

sudah bisa mengingat sendiri tugasnya dalam menceritakan gambar.

Dimenit ke 8 berjalannya tes, subjek mengatakan “banyak sekali mba”

pada saat ingin memberikan kartu ke 6. Klien banyak mengabaikan

beberapa bagian dalam gambar seperti kartu pertama, klien mengabaikan

biola.

b) Interpretasi Tes TAT

No

Kartu

RT Respon Tema

Deskriptif

Tema

Interpretatif

Tema

Diagnostik

1 32’’ Ini dia sebelumnya

mungkin anak

sekolah ya, terus

banyak PR terus dia

saat ini dia pusing

teralu banyak PR

mungkin terus yang

terjadi setelahnya dia

stres mungkin dan

mengurung diri tidak

mau sekolah lagi dan

itu, akhir ceritanya

dia tidak mau sekolah

lagi mengurung diri.

Perasaannya pusing

terlalu banyak PR.

Anak

sekolahan

yang sudah

pulang dari

sekolahnya

Jika anak

sekolah dan

memperoleh

tugas atau PR

maka akan

pusing

Somatisasi

Dia pusing

karena terlalu

banyak tugas

sekolah

Jika anak

pusing maka

akan stress

dan

mengurung

diri

Withdrawl

Dia

mengurung

diri dan tidak

mau sekolah

lagi

Jika anak

mengurung

diri dan tidak

mau sekolah

Need

autonomy

(Kebebasan

)

2 120’’ Ini sebelumnya

ceritanya orang yang

perkotaan yang

mungkin disibukkan

dengan aktivitas yang

terlalu sibuk seperti

aktivitas perkantoran

mungkin dia kan

seorang pelajar ini

Orang

perkotaan

yang

disibukkan

oleh

pekerjaan

kantor, dia

sehari-hari

dikantor

Jika orang

perkotaan

jenuh dengan

aktivitas

kantor maka

pindah ke desa

Need

change,

travel, and

adventure

Page 100: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

89

mungkin dia sehari-

harinya di kantor dan

udah jenuh hiruk-

pikuk di perkotaan

kemudian dia hidup

tenang bertani,

beternak dan

menjalani hidup yang

lebih tenang dan

setalah itu ya mereka

hidup bahagia dengan

tenang dan yang

kehidupan di

pedesaan.

jenuh

Kemudian dia

pindah ke

desa bertani,

beternak

menjalani

hidup yang

tenang

Jika pindah ke

desa maka

mereka

menjadi

bertani dan

beternak

Need

pasivity

Mereka hidup

bahagia

dengan

tenang di

pedesaan

Jika mereka

sudah pindah

maka akan

menjadi hidup

bahagia

dengan tenang

Need

sentience

(epicurean)

3BM 70’’ Sebelumnya ini

mungkin dia remaja

yang masih labil gitu,

terus sekarang saat ini

dia stress teralu

banyak kan

kondisinya belum

stabilkan, belum

menemukan jati

dirinya terus stres dia

harus berbuat apa dan

dia merasa sedih

terpukul mungkin

stres dan yang terjadi

setelahnya dia

setelahnya dia ini,

mungkin ya jadi

menarik diri dari

lingkungan hidup,

lingkungan sekitar,

dan dia jadi anti

sosial.

Remaja yang

masih labil

dalam masa

pubertas,

masih dalam

pencarian jati

diri

Jika remaja

dengan masa

pubertas

masih labil

stress maka

tidak tahu

harus berbuat

apa

Press

claustrum

Remaja

tersebut stress

sedangkan

kondisi masih

belum stabil

dan tidak tau

harus berbuat

apa, dia sedih

Jika remaja

tidak tahu

berbuat apa

maka akan

merasa sedih

dan terpukul

Press

affiction

Kemudian dia

menarik diri

akhirnya dari

lingkunganny

a dan menjadi

anti sosial

Jika sedih dan

merasa

terpukul maka

akan menarik

diri dan

menjadi anti

sosial

Press

affiction

4 66’’ Mungkin dia laki-laki

ini yang terkenal

rupawan banyak

digemari wanita dan

saat ini dia mungkin

Laki-laki

yang tampan

banyak

digemari

perempuan

Jika laki-laki

tampan maka

akan digemari

banyak wanita

Need sex

Page 101: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

90

mau diajak berbuat

tidak semestinya,

tidak senonoh, tidak

sewajarnya suami

istri, tapi dia laki-laki

ini menolak tapi yang

perempuan ini

memaksa mungkin,

dan yang terjadi

setelahnya yang

perempuan jadi benci

sama laki-laki ini tapi

laki-laki ini tidak

peduli gitu, wanita ini

pengin menggauli

pria ini, pria ini mau

menjaga martabat

dirinya. Akhirnya

wanita ini dendam

bahkan mungkin

berbuat diluar akal

sehat mungkin

membunuh si pria

kira-kira.

Perempuan

tersebut

mengajak

laki-laki itu

untuk

berhubungan

badan namun

lelakinya

menolak dan

tidak peduli

karena ingin

menjaga

kehormatanny

a

Jika

perempuan

ingin

berhubungan

dengan pria

tersebut maka

laki-laki

menolak

karena ingin

menjaga

kehormatanya

Press sex

Akhirnya

perempuan

tersebut

dendam dan

ingin

membunuh

laki-laki itu

Jika

perempuan

ditolak maka

akan dendam

dan

membunuh

Need

agression

(fisik,

sosial)

6 BM 53’’ Dia sebelumnya

mungkin ini ibu dan

anak yang mengalami

konflik mengalami

perdebatan yang

begitu sengit yang

terjadi saat ini mereka

saling berdiam diri

tidak mau berbicara

satu sama lain, terus

yang terjadi

setelahnya mereka

sadar dan pikirannya

menjadi lebih tenang

dan akhirnya kembali

akur lagi. Perasaanya

mungkin jengkel

saling ingin menang

sendiri. Ya

Ibu dan anak

yang

mengalami

konflik dan

berdebat tidak

saling ingin

menang

sendiri

Jika ibu dan

anak

mengalami

konflik maka

akan berdebat

hebat dan

tidak ada yang

mengalah

Press

agression

(Emosional

, verbal)

Need

agression

(emotional

dan verbal)

Saat itu

mereka saling

berdiam satu

sama lain

tidak mau

berbicara

Jika mereka

berdebat hebat

maka akhirnya

mereka

berdiam tidak

ada mau

berbicara

Press

rejection

Kemudian

mereka sadar

dan pikiran

mereka

menjadi

tenang dan

akhirnya

Jika mereka

berdiam maka

dengan

sendirinya

sadar dan

kembali akur

Need

nurturance

Page 102: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

91

kembali akur

7GF 120’’ Ini menurut

pandanganku ya,

mungkin ini, tapi

masih kecil apa ya,

(kartu dicermati)

kejadian sebelumnya

anak kecil ini

mungkin masih

dibawah umur ya

bertindak tidak

sewajarnya mungkin

mengakibatkan dia

hamil dan punya anak

terus terjadi saat ini

mungkin dia sudah

melahirkan anaknya

ini terus si ibu ini

dengan bingungnya

dan harus berbuat apa

menatap cucunya ini

terus si anak ini

terlihat seperti

terpukul gitu, terus

akhirnya yang terjadi

setelahnya ya dia

menghidupi anaknya

sendiri. Perasaanya

terpukul ini di anak

yang punya bayi.

Udah

Anak

dibawah

umur yang

bertindak

tidak

sewajarnya

akhirnya

hamil

Jika anak usia

belia berbuat

tidak

sewajarnya

maka akan

hamil

Press

affiction

Anak tersebut

akhirnya

sudah

melahirkan

dan ibunya

bingung tak

tahu harus

berbuat apa

untuk

cucunya dan

perasaan si

anak terpukul

Jika anak

hamil maka

akan merasa

terpukul dan

ibu akan

bingung

menatap

cucunya

Press

agression

(emotional

dan verbal)

Akhirnya

anak tersebut

menghidupi

bayinya

sendiri

Jika anak

merasa

terpukul maka

anak

menghidupi

bayinya

seorang diri

Need

counteracti

on, Need

nurturance

8BM 126’’ Bentar ya, tapi kok

ada yang terpotong

ya, masa perang tapi

bukan perang ini, ini

mungkin apa ya,

kalau aku sempat

berpikir ini korban

perang tapi ini ada

yang terputus

tangannya, mungkin

Seseorang

yang kurang

perhatian dan

kurang kasih

sayang dari

orangtua dan

sering

mengalami

penyiksaan

dimasa kecil

Jika seseorang

yang kurang

kasih sayang

dari

orangtuanya

maka akan

mengalami

penyiksaan

Press

agression

(fisik,

sosial)

Page 103: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

92

ini, kejadian

sebelumnya, tokoh

utamanya ini kan,

mungkin ini dia

seorang yang kurang

perhatian, kurang

kasih sayang dari

orang tua mungkin,

terus kemudian sering

mengalami

penyiksaan dalam

masa kecilnya,

sehingga dia setelah

ini dewasa ini

menjadi psikopat gitu,

pembunuh orang dan

mencincang-cincang

memutilasi dan yang

terjadi setelahnya si

pria ini ya tetap bebas

membunuh orang

sesuka hatinya tidak

sadar diri dalam

meluapkan emosi

dendam waktu

kecilnya itu disiksa

dalam kehidupannya

itu. Untuk meluapkan

rasa dendamnya

ketika masih kecil itu,

udah. Perasaannya dia

puas, ada kepuasan

dalam dirinya ketika

bisa menyiksa orang.

Ketika

dewasa

menjadi

psikopat,

membunuh

dan

memutilasi

korbannya

Jika

mengalami

penyiksaan

masa kecil

maka akan

menjadi

psikopat dan

membunuh

banyak korban

Need

agression

(fisik,

asosial)

Pria tersebut

akhirnya

bebas

membunuh

orang sesuka

hatinya

dengan

perasaan puas

meluapkan

emosinya

tidak

sadarkan diri

Jika

membunuh

orang sesuka

hati maka

akan muncul

perasaan puas

Need

punishing

9GF 133’’ Agak sulit ini, agak

sulit, hmmm (agak

lama) mungkin

kejadian sebelumnya

si cewek yang terlihat

berlari ini dia selalu

hidupnya selalu

dikekang tidak bisa

Wanita yang

berlari

hidupnya

selalu

dikekang

tidak bisa

berbuat apa-

apa

Jika wanita

dikekang

maka tidak

akan bisa

berbuat apa-

apa

Press

claustrum

Page 104: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

93

bebas berbuat apa

yang dia inginkan

terus kejadian saat ini

wanita ini berlari dari

rumah, kabur dari

rumah, terus tapi diiat

oleh saudaranya yang

sedang apa ini,

mungkin ingin

membawakan sesuatu

untuk saudaranya

yang kabur dari

rumah itu tadi, dan

selanjutnya ini dia si

anak yang kabur dari

rumah tadi dicari-cari

dan tidak pernah

kembali ke rumah

lagi dan si adek

sebenarnya tau tapi

dia berdiam diri tidak

mau memberi tau

kepada yang lain.

Perasaanya yang lari

ini mungkin perasaan

dia sedih.

Sehingga

kabur dari

rumah dan

adiknya

melihat

kejadian

tersebut dan

bermaksud

untuk

membawakan

sesuatu untuk

kakaknya

Jika wanita

tidak bisa

berbuat apa-

apa maka akan

kabur dari

rumah dan

adiknya

mengejarnya

untuk

membawakan

sesuatu

Need

autonomy

(kebebasan

)

Need

nurturance

Akhirnya

wanita

tersebut

berhasil kabur

dan tidak

pernah pulang

lagi ke rumah

meski

orangtua

mencari-

carinya

Jika berhasil

kabur maka

tidak akan

pernah

kembali ke

rumah lagi

meski

perasaannya

sedih

Need

autonomy

(kebebasan

)

10 69’’ Mungkin kejadian

sebelumnya ini si

anak ini telah lama

hilang dan si ibu

mencari-cari dan

setelah kejadian saat

ini mereka bertemu

kembali dan saling

berpelukan saling

meluapkan emosi

setelah kehilangan,

meluapkan emosi rasa

kangennya gitu,

berpelukan gitu, dan

perasaannya sangat

terharu sedih,

bahagia, campur-aduk

gitu, dan lega gitu,

kejadian setelahnya

mereka hidup

bahagia.

Anak yang

telah lama

hilang dan ibu

mencari-cari

anaknya

Jika anak

hilang maka

ibu akan

mencari-cari

Need

autonomy

(kebebasan

), Need

nurturance

Setelah

bertemu saat

ini mereka

berpelukan

dan

meluapkan

rasa rindu

Jika anak

kembali maka

akan saling

berpelukan

meluapkan

rasa rindu

Need

nurturance

Akhirnya

mereka hidup

bahagia

Setelah

bertemu maka

akan hidup

bahagia

Need

nurturance

Page 105: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

94

13

MF

68’’ Mungkin ini kejadian

sebelumnya, si yang

terbujur kaku

mungkin ini dia istri

si laki-laki ini,

mengidap penyakit

keras, penyakit yang

kronis tidak dapat

disembuhkan dan

kejadian saat ini si

istri tidak bisa

ditolong lagi dan

meninggal dunia, dan

si laki-laki ini

meratapi kepergian

istrinya, dan kejadian

setelahnya menjadi

pendiam dan

termenung, selalu

termenung tidak

pernah bebicara, tidak

mau berbicara dan

jadi stress gitu,

menjadi pendiam

selamanya gitu.

Istri yang

terbaring

sakit,

mengidap

penyakit

kronis tidak

dapat

disembuhkan

Jika istri sakit

maka tidak

dapat

disembuhkan

Press

affiction

Istri

meninggal

dunia dan

meratapi

kepergian

istrinya

Jika istri

meninggal

dunia maka

suami akan

sedih

Press loss

Suami

menjadi

pendiam dan

termenung,

tidak mau

bicara dan

stres.

Jika suami

sedih maka

akan stress

dan menjadi

pendiam

selamanya

Press

affiction

c) Kesimpulan

Subjek ketika punya masalah dan sedang mengalami stres atau

banyak pikiran maka akan beralih menjadi sakit fisik seperti pusing,

diare, susah tidur dan lain sebagainya. Dapat diindikasi bahwa subjek

mempunyai kebutuhan akan menerima perhatian atau memberikan

simpati kepada orang lain dalam bentuk tindakan bukan hanya ucapan

kasih sayang. Subjek mempunyai kebutuhan akan memperbaiki sesuatu

hal yang telah rusak. Selain itu, kebutuhan lain yang dominan adalah

kebutuhan akan menghukum, melukai, atau bahkan membunuh untuk

membalaskan dendam terhadap hinaan yang tidak seharusnya didapatkan

subjek.

Subjek mempunyai keinginan untuk melepaskan diri dari segala

yang dapat menghambat keinginan subjek seperti saat subjek

menceritakan bahwa dirinya ingin sekali pergi merantau karena dianggap

akan jauh dari rumah, jauh dari orang tuanya yang selama ini selalu

mengekang dan membatasi subjek. Subjek banyak mengalami

kemalangan dan penderitaan. Subjek juga berkeinginan menolak sesuatu

atau ide-ide yang bertentangan dengan minatnya. Dan subjek kehilangan

seseorang yang dicintai dalam hidupnya sehingga terakhir kali relapse

dan akhirnya rawat inap di RSJ.

Page 106: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

95

Page 107: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

96

Page 108: SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DAN ...

97