Top Banner
25th June 2012 Definisi Drowning atau tenggelam sangat bervariasi. Sebelumnya drawning didefinisikan sebagai kematian yang disebabkan oleh asfiksia akibat aspirasi cairan ke dalam saluran pernapasan atau akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan dimana tenggelam tidak terbatas di dalam air seperti sungai, danau, atau kolam renang tetapi mungkin juga terbenam dalam kubangan atau selokan dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air. Pada kongres dunia untuk tenggelam tahun 2002 di Amsterdam, sekelompok ahli mengusulkan konsensus baru untuk mendefiniskan tenggelam untuk mengurangi kebingungan dari berbagai istilah dan definisi yang ada. Tenggelam, yang dahulu dianggap sebagai kematian yang secara langsung disebabkan oleh asfiksia (“asphyxial death”), kini diketahui terdiri dari serangkaian gangguan fisiologis dan biokimiawi yang seluruhnya memiliki peranan penting terhadap akibat fatal dari tenggelam. Adanya mekanisme kematian yang berbeda-beda pada tenggelam akan memberikan gambaran yang berbeda-beda pada hasil pemeriksaan korban. Tenggelam pada umumnya merupakan kecelakaan, baik kecelakaan saat naik kapal, berolahraga air, maupun yang terjadi oleh karena korban dalam keadaan mabuk, berada di bawah pengaruh obat atau pada mereka yang terserang epilepsi. Pembunuhan dengan cara menenggelamkan korban lebih jarang terjadi, korban biasanya bayi atau anak-anak. Pada korban dewasa biasanya korban sebelumnya dianiaya, kemudian untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke sungai. Bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri juga merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Korban sering memberati dirinya dengan batu atau besi, baru kemudian terjun ke air. Dengan demikian, pemeriksaan kasus tenggelam juga ditujukan untuk mengetahui apakah kasus tersebut merupakan kecelakaan, pembunuhan atau bunuh diri. Tenggelam merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang signifikan. Di seluruh dunia setiap tahun dilaporkan sekitar 150.000 kematian terjadi akibat tenggelam. Namun tingkat mortalitas dan morbiditas akibat tenggelam yang sebenarnya sulit ditentukan karena banyaknya kasus yang tidak dilaporkan dan banyaknya korban yang tidak mendapat pelayanan mediskemungkinan angka ini mendekati 500.000 kematian. Secara umum 90% kasus tenggelam terjadi di air tawar (danau, sungai, kolam) dan 10% terjadi di air laut. Tenggelam di dalam cairan lain lebih jarang terjadi dan biasanya merupakan kecelakaan kerja. Laki-laki disebutkan 4-5 kali lebih sering mengalami kejadian tenggelam ini dibandingkan wanita. Beberapa klasifikasi tenggelam yang dibuat oleh para ahli : 1. Typical drowning (wet drowning) Ini merupakan kejadian tenggelam yang paling umum. Sekitar 80-90% angka kejadian tenggelam adalah tipe ini. Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam. Paru tampak khas dengan gambaran “drowning lungs” dan terjadi baik di air tawar maupun air asin meskipun ciri lebih lanjut dari tenggelam di air tawar maupun air asin akan tampak berbeda. Pada wet drowning, meskipun korban berusaha untuk menahan nafas selama mungkin, pada akhirnya akan mencapai titik dimana tubuh akan berusaha secara tidak sadar untuk mengambil oksigen yakni bila kadar karbondioksida dalam darah sangat tinggi dan kadar oksigen telah sangat rendah (PaO2 di bawah 100mmHg). Proses menarik nafas yang involunter ini akan menarik sejumlah besar air ke dalam Spasme Larynx Pada Kasus tenggelam
10

Spasme Larynx Pada Kasus Tenggelam _ Medicine Stuffs

Jan 20, 2016

Download

Documents

A Ima Hache
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Spasme Larynx Pada Kasus Tenggelam _ Medicine Stuffs

25th June 2012

Definisi Drowning atau tenggelam sangat bervariasi. Sebelumnya drawning

didefinisikan sebagai kematian yang disebabkan oleh asfiksia akibat aspirasi cairan

ke dalam saluran pernapasan atau akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian

tubuh ke dalam cairan dimana tenggelam tidak terbatas di dalam air seperti sungai,

danau, atau kolam renang tetapi mungkin juga terbenam dalam kubangan atau

selokan dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air. Pada kongres

dunia untuk tenggelam tahun 2002 di Amsterdam, sekelompok ahli mengusulkan

konsensus baru untuk mendefiniskan tenggelam untuk mengurangi kebingungan

dari berbagai istilah dan definisi yang ada. Tenggelam, yang dahulu dianggap

sebagai kematian yang secara langsung disebabkan oleh asfiksia (“asphyxial

death”), kini diketahui terdiri dari serangkaian gangguan fisiologis dan biokimiawi

yang seluruhnya memiliki peranan penting terhadap akibat fatal dari tenggelam.

Adanya mekanisme kematian yang berbeda-beda pada tenggelam akan

memberikan gambaran yang berbeda-beda pada hasil pemeriksaan korban.

Tenggelam pada umumnya merupakan kecelakaan, baik kecelakaan saat naik

kapal, berolahraga air, maupun yang terjadi oleh karena korban dalam keadaan

mabuk, berada di bawah pengaruh obat atau pada mereka yang terserang epilepsi.

Pembunuhan dengan cara menenggelamkan korban lebih jarang terjadi, korban

biasanya bayi atau anak-anak. Pada korban dewasa biasanya korban sebelumnya

dianiaya, kemudian untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke sungai. Bunuh

diri dengan cara menenggelamkan diri juga merupakan peristiwa yang jarang

terjadi. Korban sering memberati dirinya dengan batu atau besi, baru kemudian

terjun ke air. Dengan demikian, pemeriksaan kasus tenggelam juga ditujukan untuk

mengetahui apakah kasus tersebut merupakan kecelakaan, pembunuhan atau

bunuh diri.

Tenggelam merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang signifikan. Di

seluruh dunia setiap tahun dilaporkan sekitar 150.000 kematian terjadi akibat

tenggelam. Namun tingkat mortalitas dan morbiditas akibat tenggelam yang

sebenarnya sulit ditentukan karena banyaknya kasus yang tidak dilaporkan dan

banyaknya korban yang tidak mendapat pelayanan mediskemungkinan angka ini

mendekati 500.000 kematian. Secara umum 90% kasus tenggelam terjadi di air

tawar (danau, sungai, kolam) dan 10% terjadi di air laut. Tenggelam di dalam cairan

lain lebih jarang terjadi dan biasanya merupakan kecelakaan kerja. Laki-laki

disebutkan 4-5 kali lebih sering mengalami kejadian tenggelam ini dibandingkan

wanita.

Beberapa klasifikasi tenggelam yang dibuat oleh para ahli :

1. Typical drowning (wet drowning)

Ini merupakan kejadian tenggelam yang paling umum. Sekitar 80-90% angka

kejadian tenggelam adalah tipe ini. Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam

saluran pernapasan korban saat korban tenggelam. Paru tampak khas dengan

gambaran “drowning lungs” dan terjadi baik di air tawar maupun air asin meskipun

ciri lebih lanjut dari tenggelam di air tawar maupun air asin akan tampak berbeda.

Pada wet drowning, meskipun korban berusaha untuk menahan nafas selama

mungkin, pada akhirnya akan mencapai titik dimana tubuh akan berusaha secara

tidak sadar untuk mengambil oksigen yakni bila kadar karbondioksida dalam darah

sangat tinggi dan kadar oksigen telah sangat rendah (PaO2 di bawah 100mmHg).

Proses menarik nafas yang involunter ini akan menarik sejumlah besar air ke dalam

SpasmeLarynxPadaKasustenggelam

Page 2: Spasme Larynx Pada Kasus Tenggelam _ Medicine Stuffs

saluran nafas dan ke dalam lambung. Korban dapat muntah dan terjadi aspirasi

cairan lambung. Proses involunter ini akan berlanjut hingga beberapa menit hingga

akhirnya mereda sendiri. Korban akan tidak sadarkan diri seiring dengan hipoksia

serebral yang tetap berlanjut hingga irreversibel lagi dan pada akhirnya terjadilah

kematian yang didahului oleh gangguan irama dan gagal jantung .

2. Atypical drowning (Dry Drowning)

Dry drowning secara harfiah berarti tenggelam kering atau tenggelam tanpa air.

Proses tenggelam tipe ini meliputi sekitar 10-20% dari seluruh angka kejadian

kasus tenggelam. Disebut dry drowning karena pada keadaan ini paru korban

berbeda kondisinya bila dibandingkan dengan paru pada korban wet drowning oleh

karena tidak adanya atau hanya sedikit cairan dari luar yang berhasil masuk ke

dalam paru. Beberapa penyebab kematian pada dry drowning adalah :

a. Laryngeal spasm

Pada keadaan ini hanya sedikit atau bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam

saluran pernapasan, kematian disebabkan oleh refleks laringospasme yang cepat

dan menetap disertai proses asfiksia yang cepat. Pada sebagian besar kasus

tenggelam, spasme laring yang terjadi biasanya sementara saja dan akan segera

relaksasi kembali namun pada kasus ini (meskipun sangat jarang ditemukan)

spasme laring menetap. Korban hanya menunjukkan tanda asfiksia berupa sianosis

dan petechial hemorraghes tanpa tanda khas drowning sama sekali.

b. Immersion syndrome (vagal inhibition/reflex cardiac arrest )

Terjadi terutama pada anak-anak dan peminum alkohol yang tiba-tiba terjun ke

dalam air dingin (suhu < 20°C), yang menyebabkan terpicunya refleks vagal oleh

reseptor kulit yang terpapar suhu dingin tersebut yang menyebabkan apneu,

bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan

terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebral. Pada orang dengan kondisi

emosi yang sedang tinggi atau kekenyangan sebelum berenang juga dapat menjadi

faktor predisposisi. Kehilangan kesadaran dapat terjadi seketika dan diikuti

kematian beberapa menit kemudian.

c. Submersion of the unconscious

Bisa terjadi pada korban yang memang menderita epilepsi atau menderita penyakit

jantung khususnya coronary atheroma atau hipertensi, atau peminum yang

mengalami trauma kepala saat masuk ke air, atau dapat pula pecahnya aneurisma

serebral dan muncul perdarahan serebral yang terjadi tiba-tiba. Seringkali terjadi

meski korban hanya tenggelam di air yang dangkal.

d. Post immersion syndrome ( near drowning dan secondary drowning)

Near drowning adalah suatu keadaan gangguan sistem saraf pada korban

yangmasih hidup setelah lebih dari 24 jam (walaupun hanya untuk sementara)

diselamatkan dari suatu episode tenggelam. Cedera pada sistem saraf pusat

dilaporkan menjadi sebab utama dari morbiditas jangka panjang. Hipotermia dan

penurunan pengiriman oksigen ke jaringan vital tubuh, terutama otak, menjadi

faktor lain dari morbiditas dan mortalitas akibat dari near drowning.3 Secondary

drowningadalah suatu keadaan penurunan fungsi paru yang menyebabkan

menurunnya pertukaran gas dalam paru akibat hilang atau berkurangnya

surfaktan. Terjadi dalam beberapa jam hingga 48 jam dan lebih cepat terjadi pada

Page 3: Spasme Larynx Pada Kasus Tenggelam _ Medicine Stuffs

kasus tenggelam di air tawar. 5 Kematian muncul beberapa waktu setelah korban

tenggelam diselamatkan (dan diangkat dari air) akibat komplikasi seperti

pneumonia, aspirasi, dan ketidakseimbangan elektrolit.

PATOFISIOLOGI SPASME LARYNX PADA KASUS TENGGELAM

a. Anatomi dan sistem persarafan laring.

Laring adalah organ khusus yang mempunyai sfingter pelindung pada pintu masuk

jalan nafas dan berfungsi dalam pembentukan suara, pengaturan nafas dan

sebagainya. Di bagian superiornya membuka ke dalam laringofaring, dan

diinferiornya bersambung dengan trakea. Kerangka laring dibentuk oleh beberapa

tulang rawan (yaitu: hioid, epiglottis, tiroid, aritenoid dan krikoid) yang dihubungkan

oleh ligamentum dan digerakkan oleh otot.

[http://2.bp.blogspot.com/-

vq1lpBTbhb0/S61ce0KcezI/AAAAAAAAAks/tP1JJ2NwlZQ/s1600/1.jpg]Gambar 1: struktur anatomi laring

Nervus vagus merupakan saraf sensori utama dari laring. Cabang laring internal

dari nervus laring superior (dari n.vagus) merupakan saraf sensoris untuk bagian di

atas kord vokalis (supra glottic), termasuk indera perasa (taste buds). Sementara

nervus laring rekurren merupakan saraf sensoris untuk bagian glottis dan di bawah

kord vokalis (sub glottic) dan mempersarafi seluruh otot-otot laring intrinsik.

Sementara otot-otot ekstrinsik (krikotiroideus) dipersarafi oleh cabang dari nervus

laring superior.14 Beberapa studi menunjukkan ada dua jenis reseptor pada laring,

pertama adalah reseptor bereaksi lambat dan kedua adalah reseptor bereaksi

cepat yang sangat sensitif terhada stimulasi bahan kimia. Serabut saraf sensoris di

daerah epiglottis dapat diaktivasi oleh berbagai jenis rangsang termasuk air, namun

rangsang mekanik rupanya memberi respon yang paling efektif.

b. Laryngospasme

Laryngospasme atau spame laring adalah tertutupnya glottis oleh otot-otot intrinsik

laring yang tidak diinginkan/disadari dan merupakan refleks pertahanan tubuh

untuk mencegah benda asing masuk ke saluran nafas yang lebih rendah (paru-

paru).7 Pada sebagian besar kasus tenggelam (wet drowning), spasme laring ini

hanya bersifat sementara namun sekitar 10-20% dari korban tenggelam yang

Page 4: Spasme Larynx Pada Kasus Tenggelam _ Medicine Stuffs

digolongkan dry drowning, ditemukan spasme laring yang menetap hingga menutup

jalan nafas korban sampai menjelang kematian terjadi.

Ketika korban masuk ke dalam air, sejumlah kecil air akan terinhalasi dan

teraspirasi ke dalam laring atau trakea dan menyebabkan terpicunya refleks laring

yang segera menutup jalan nafas. Sejumlah kecil air yang lolos teraspirasi akan

mengiritasi dinding bronkus lebih lanjut yang akan menyebabkan mukosa bronkus

mensekresi mukus tebal sebagai langkah proteksi.

Ketika kadar karbondioksida sudah sangat tinggi dan korban sangat hipoksia, akan

memicu korban untuk menarik nafas. Diafragma akan turun dan otot-otot

pernafasan mengembang, menyebabkan meningkatnya volume paru dan

menurunnya tekanan dalam paru. Masalahnya adalah trakea dalam keadaan

tersumbat sehingga udara tidak dapat masuk untuk menyeimbangkan tekanan

negatif yang timbul. Akibatnya darah dari kapiler pulmonar tertarik masuk ke dalam

alveoli akibat tekanan negatif tersebut. Hal ini akan menyebabkan rusaknya

surfactan dan alveoli.

Air yang teraspirasi tadi akan bercampur dengan mukus membentuk busa berwarna

putih, bila cukup banyak darah yang masuk ke alveoli maka busa akan berwarna

pink. Terbentuknya busa ini akan semakin memperberat sumbatan jalan nafas.

Spasme laring akan berelaksasi segera sebelum kematian terjadi. Namun sumbatan

fisik pada jalan nafas masih tetap ada berupa gumpalan mukus kental dan busa

yang terbentuk tadi disertai kemungkinan munculnya spasme bronkiolar susulan

sebagai refleks untuk mencegah air lebih jauh masuk ke dalam paru. Pada

pemeriksaan dalam, tanda-tanda khas paru seperti pada wet drowning tidak

ditemukan.

TEMUAN OTOPSI PADA KORBAN MATI AKIBAT TENGGELAM

Berikut adalah beberapa temuan yang didapatkan pada korban tenggelam. Pada

pemeriksaan luar, baik korban tenggelam wet drowning atau pun dry drowning

dapat memberikan tanda yang sama namun pada pemeriksaan dalam seringkali

korban dry drowning tidak memberikan tanda yang khas sebagaimana yang

didapatkan pada korban wet drowning.

Pemeriksaan Luar

Diagnosis pasti penyebab kematian pada kasus tenggelam tidak dapat ditentukan

dari pemeriksaan luar, namun beberapa tanda yang ditemukan dapat memperkuat

diagnosa. Tanda-tanda yang ditemukan pada pemeriksaan luar antara lain :

Ditemukan adanya cairan berbuih dari hidung dan mulut, yang dihasilkan dari

campuran udara, mukus dan cairan aspirasi yang terkocok-kocok saat adanya

upaya pernapasan yang hebat. Busa dapat berwarna putih, atau lebih merah muda

jika berasal dari edema pulmonum. Terkadang busa tidak lagi keluar dari mulut dan

hidung, terutama setelah dilakukan kompresi pada dinding dada. Namun jika

dilakukan pemeriksaan dalam dapat masih ditemukan adanya busa pada saluran

pernapasan atas dan bawah.

Page 5: Spasme Larynx Pada Kasus Tenggelam _ Medicine Stuffs

[http://2.bp.blogspot.com/-4zUMFhWKEvQ/T-

dYm68mCrI/AAAAAAAAAy4/M56RoiuwwhE/s1600/cairan+berbuih+dari+mulut.PNG]Gambar 2. Keluarnya cairan berbusa dari mulut yang berasal dari campuran udara, mukus, cairan

aspirasi

Terdapat tanda-tanda asfiksia seperti sianose pada kuku dan bibir. Mata

tampakmerah karena perdarahan subconjuctiva, dari mulut dan hidung terdapat

buih halus yang sukar pecah, kadang menjulur seperti lidah. Asfiksia dikatakan

mulai terjadi sejak 2 menit setelah tenggelam. Kematian terjadi dalam 5 menit

meskipun jantung masih berdetak hingga 10 menit. Dalam air yang lebih dingin,

kematian kebih cepat terjadi..

Lebam mayat lebih banyak di bagian kepala, muka dan leher (karena posisi kepala

di air lebih rendah). Lebam mayat berwarna merah terang. Sebagai hasil dari

pembekuan OxyHb.

[http://2.bp.blogspot.com/-

mj27OYVaANs/T-dVZrIWrSI/AAAAAAAAAyk/qzyHEEZVzDY/s1600/washer+hand.png]Gambar 3. Washer woman's hand

Page 6: Spasme Larynx Pada Kasus Tenggelam _ Medicine Stuffs

[http://2.bp.blogspot.com/-mj27OYVaANs/T-

dVZrIWrSI/AAAAAAAAAyk/qzyHEEZVzDY/s1600/washer+hand.png] Bila korban lama di

dalam air bisa didapati telapak tangan dan kaki putih mengkerut seperti tangan

tukang cuci(washer woman’s hand). Penenggelaman yang lama dapat

menyebabkan maserasi yang progresif pada kulit. Biasanya ditemukan pada

telapak tangan dan kaki dan area yang terpapar dengan gesekan. Semakin lama

berada dalam air, proses maserasi yang terjadi dapat makin luas hingga mencapai

bagian ekstensor dari lutut dan siku. Kulit pada area ini akan tampak menjadi

berwarna putih, gembung, basah, keriput dan berombak. Semakin lama, epidermis

dapat terkupas diikuti oleh kuku. Gambaran ini tidak mengindikasikan bahwa mayat

ditenggelamkan, karena mayat lamapun bila dibuang kedalam air akan memberikan

gambaran washer woman’s hand juga.

Dapat dijumpai adanya luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bawah

bagian depan, yang dapat terjadi akibat persentuhan korban dengan dasar sungai

atau kolam, atau dengan benda-benda disekitarnya. Bisa juga akibat diserang oleh

predator – predator air.

Cadaveric spasme, ini secara relatif lebih sering terjadi dan merupakan reaksi

intravital. Sebagaimana sering terdapat benda-benda, seperti rumput laut, dahan

atau batu. Ini menunjukkan bahwa waktu korban mati, berusaha mencari pegangan

lalu terjadi kaku mayat.

[http://1.bp.blogspot.com/-K7B44QmhZWQ/T-

dUxcxOxbI/AAAAAAAAAyc/1k1avBxDc2w/s1600/cadaveric+spasme.png]

Gambar 4 Kadaverik spasme pada korban tenggelam menunjukkan korban masih

hidup saat masuk dalam air

Pemeriksaan Dalam

Tenggelam merupakan suatu proses yang menghasilkan kegagalan respirasi

akibatdari terbenamnya, sebagian atau seluruh bagian tubuh dalam media cairan.

Secara morfologi tenggelam dapat diklasifikasikan menjadi wet (typikal) drowning,

dan dry (atypical) drowning. Berikut hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam

pada korban tenggelam.

Wet drowning

Paru-paru pada korban tenggelam wet drowning biasanya tampak sangat

mengembangseperti balon (bulky and ballooned). Paru dalam keadaan ini tampak

menutupi jantung dan menonjol keluar bila dinding dada dibuka hingga gambaran

Page 7: Spasme Larynx Pada Kasus Tenggelam _ Medicine Stuffs

indentasi tulang dada tampak jelas di permukaan luar paru. Edema dan kongesti

paru dapat sangat hebat sehingga beratnya mencapai 700-1000 gram, dimana

berat paru normal adalah sekitar 250-300 gram.

Tardieu’s spot (bercak oleh karena penekanan pembuluh darah di septum

interalveolaris oleh udara dan air yang terperangkap) seringkali absen namun

bercak perdarahan paltauff dikatakan ditemukan dalam 50% kasus. Bercak Paltauf

merupakan bercak perdarahan yang besar terjadi akibat peningkatan tekanan yang

menyebabkan rupturnya dinding alveolar. Ditemukan paling sering di permukaan

anterior dan margin dari paru namun dapat juga ditemukan di subpleura bila telah

terjadi perembesan atau ruptur lebih lanjut.

Paru-paru pucat dan diselingi bercak-bercak merah di antara jaringan yang

berwarna kelabu. Pada pengirisan tampak banyak keluar cairan merah kehitaman

bercampur buih dari irisan tersebut. Sementara di bawah mikroskop rongga

alveolar sangat luas dan septanya ruptur atau sangat tipis. Keseluruhan keadaan

ini dikenal dengan nama ”emphysema aquosum”.

Emfisema aquosum merupakan tanda dari usaha paksa korban untuk bernafas dan

ditemukan pada korban yang tenggelam dalam keadaan sadar. Sementara pada

korban yang tidak sadarkan diri saat tenggelam, akan ditemukan edema aquosum.

Yakni merupakan suatu keadaan dimana air masuk dengan pasif ke dalam paru

sehingga paru tampak dipenuhi oleh air tersebut.

[http://4.bp.blogspot.com/-atdiYgdU7sc/T-

dTwBwb_lI/AAAAAAAAAyM/kPvOW5VuBng/s1600/emfisema+aquosum.PNG]

Page 8: Spasme Larynx Pada Kasus Tenggelam _ Medicine Stuffs

[http://2.bp.blogspot.com/-2I-AlVbq7wc/T-

dURTbQJXI/AAAAAAAAAyU/dj6KC1_8faw/s1600/ruptur+alveoli.png]Gambar 5 : Emfisema Aquosum.Tampak paru sangat mengembang menutupi jantung

dan di bawah mikroskop rongga alveolar tampak sangat luas dengan septum yang

ruptur.

Membran mukosa laring, trakea dan bronkus tampak kemerahan dan kongestif.

Dapat ditemukan busa putih atau kemerahan di sepanjang lumen. Bila ditemukan

lumpur, pasir, alga dan diatom terutama di bawah bifurcatio trachealis,

kemungkinan tenggelam ante mortem sangat tinggi.

Pada rongga pleura dapat ditemukan bercak darah sebagai akibat perembesan

dari pleura ataukah sebagai akibat disintegrasi postmortem antara paru dan pleura.

Terjadi perubahan pada jantung dan pembuluh darah. Jantung kelihatan lebih bulat

dan bagian kirinya tampak kosong sementara bagian kanannya tampak dipenuhi

darah vena berwarna gelap. Bila dilakukan tes konsentrasi klorida (Gettler test)

terhadap jantung kiri dan kanan maka akan menunjukkan hasil sebagai berikut :

Bila tenggelam di air tawar, konsentrasi klorida jantung kiri lebih rendah dari jantung

kanan (dikatakan turun hingga 50 %dari nilai normal). Sementara bila tenggelam di

air asin, konsentrasi klorida jantung kanan lebih tinggi dari jantung kiri (hingga 30-

40% dari nilai normal). Perbedaan kadar klorida antara jantung kiri dan kanan

minimal 25% sudah mengisyaratkan kemungkinan kuat suatu kematian antemortem

akibat tenggelam meskiun hasilnya negatif pada korban yangtenggelam akibat

spasme laring atau inhibisi vagal.

Ditemukannya air dalam telinga tengah menunjukkan adanya kematian antemortem

akibat tenggelam, sebab tidak mungkin air masuk ke rongga telinga tengah pada

keadaan postmortem.

[http://2.bp.blogspot.com/-2I-AlVbq7wc/T-

dURTbQJXI/AAAAAAAAAyU/dj6KC1_8faw/s1600/ruptur+alveoli.png]

Pada pria genitalianya dapat membesar, ereksi atau semi-ereksi. Namun yang

paling sering dijumpai adalah semi-ereksi.

Pada pemeriksaan secara mikroskopik bertujuan mencari ada tidaknya diatome

dalam paru-paru mayat. Diatome merupakan ganggang bersel satu dengan dinding

dari silikatyang tahan asam. Syaratnya paru-paru harus masih dalam keadaan

Page 9: Spasme Larynx Pada Kasus Tenggelam _ Medicine Stuffs

segar, yang diperiksa bagian kanan perifer paru-paru, dan jenis diatome harus

sama dengan diatome di perairan tersebut. Biasanya ditemukan diatome pada

saluran napas, jaringan paru, darah jantung, atau sumsum tulang. Diatome

merupakan kelompok alga yang uniseluler, mikroskopik dengan dinding sel yang

mengandung silika dan mengandung klorofil dan diatomin.

Diatome secara universal ditemukan pada air tawar dan air asin dan terdapat lebih

dari 10.000 spesies diatome. Uji diatome didasarkan pada asumsi bahwa pada

korban tenggelam diatome dalam media air tawar atau air laut akan terbawa masuk

ke dalam parenkim paru bersama dengan air yang teraspirasi. Diatome kemudian

akan masuk ke kapiler alveolar dan terbawa dalam aliran darah sirkulasi ke seluruh

tubuh. Ukurannya yang sangat kecil memungkinan diatome masuk ke dalam hepar,

ginjal, otan dan sumsum tulang femoral. Sampel untuk uji diatome diperoleh dengan

mengambil beberapa ratus gram organ yang dicurigai mengandung diatome (paru,

ginjal, hepar, atau otak) kemudian diberi asam sulfat dan asam nitrat untuk

mendestruksi jaringan organ, baru kemudian di-sentrifuge dan dilihat dibawah

mikroskop.

[http://1.bp.blogspot.com/-9VcoSHCIdy8/T-dTf7VK80I/AAAAAAAAAyE/H4LqEndI-

wE/s1600/diatom.png]

gambar 6 :

prinsip dari tes diatom: pada tubuh yang sudah mati ketika tenggelam, diatom masih mungkin

didapatkan dalam paru, tapi tidak pada organ-organ jauh oleh karena sudah tidak adanya lagi

sirkulasi darah

Dry Drowning

Pada pemeriksaan dalam, tanda-tanda khas paru seperti pada wet drowning tidak

titemukan pada dry drowning melainkan hanya tanda asfiksia mekanik klasik seperti

sianosis, kongesti dan petechial hemorraghes yang luas. Bila terjadi sumbatan

mekanik akibat laringospasme, maka pada paru tidak akan ditemukan air atau bila

ditemukan hanya sedikit saja (meskipun mungkin agak banyak di dalam lambung).

Tidak ditemukan adanya buih ataupun bila ada hanya sedikit. Demikian pula tidak

ditemukan adanya emfisema aquosum pada paru.

Tanda-tanda asfiksia mekanik ini dapat juga disebabkan oleh penyebab kematian

asfiksia mekanik lainnya sebelum korban masuk ke dalam air, oleh karena itu

kemungkinan adanya penyebab lain ini harus benar-benar disingkirkan sebelum

penegakan diagnosa kematian oleh laryngospasme diambil.8

Page 10: Spasme Larynx Pada Kasus Tenggelam _ Medicine Stuffs

KESIMPULAN

Drowning atau tenggelam adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan ke

dalam saluran pernapasan akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh

ke dalam cairan.Namun berdasarkan temuan pada pemeriksaan luar maupun

dalam pada korban mati akibat tenggelam, tidak semua korban tersebut memiliki

gambaran yang khas untuk korban mati akibat tenggelam.

Pada kasus–kasus tenggelam yang meragukan seperti ini, tidak ditemukannya

kelainan-kelainan pada tubuh korban tenggelam adalah mungkin disebabkan oleh :

1. Telah terjadi pembusukan.

Saluran napas dan paru-paru adalah salah satu organ yang cepat membusuk

sehingga menyulitkan pemeriksaan .

2. Meninggal karena vagal inhibition/cardiac reflex.

Perlu pemeriksaan apakah ada trauma, penyakit wajar atau keracunan. Vagal

inhibitiondapat terjadi akibat masuknya air secara mendadak kedalam larynx dan

nasopharynx atau dari pukulan pada abdomen akibat jatuh secara horizontal

kedalam air yang memicu reseptor dari nervus vagus yang berakibat ke sistem

kardiovaskular yang dimulai dengan asistol dan fibrilasi ventrikel sehingga

menyebabkan kematian oleh karena gagal jantung.

3. Meninggal karena laryngeal spasme

Secara umum , spasme laring dalam kasus tenggelam dapat dipicu oleh reflek

vagal lokal di laring. Sementara pada immersion syndrome , vagal reflek berperan

lebih luas dalam menyebabkan refleks kardiak oleh adanya vagal inhibisi. Pada

beberapa kasus derajat dan lamanya spasme adalah sedemikian sehingga

kematian disebabkan oleh karena asphyxia ,tetapitanpa ada tanda tenggelam pada

paru korban.

Untuk menegakkan diagnose laryngeal spasme, sebab kematian lain harus

disingkirkanterlebih dahulu. Harus diingat bahwa pada pemeriksaan post mortem

tidak ditemukan lagi adanya gambaran spasme larynx. Tanda adanya asfiksia

seperti sianosis pada bibir dan atau bawah kuku dan perdarahan pada konjungtiva

bulbi dan kelopak mata dapat sedikit membantu menegakkan diagnosis. Tidak ada

tanda khas yang pasti dapat menentukan diagnosis dan membedakan dengan jenis

atypical drowning yang lain.

Disusun oleh : Phiank dan Haikal Khusaini

Posted 25th June 2012 by damai jiwa

Labels: forensik, spasme laring, tenggelam

Loker di Indonesiaberniaga.com

Ribuan Loker 2014 tersedia, Cek langsung disini !