25th June 2012 Definisi Drowning atau tenggelam sangat bervariasi. Sebelumnya drawning didefinisikan sebagai kematian yang disebabkan oleh asfiksia akibat aspirasi cairan ke dalam saluran pernapasan atau akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan dimana tenggelam tidak terbatas di dalam air seperti sungai, danau, atau kolam renang tetapi mungkin juga terbenam dalam kubangan atau selokan dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air. Pada kongres dunia untuk tenggelam tahun 2002 di Amsterdam, sekelompok ahli mengusulkan konsensus baru untuk mendefiniskan tenggelam untuk mengurangi kebingungan dari berbagai istilah dan definisi yang ada. Tenggelam, yang dahulu dianggap sebagai kematian yang secara langsung disebabkan oleh asfiksia (“asphyxial death”), kini diketahui terdiri dari serangkaian gangguan fisiologis dan biokimiawi yang seluruhnya memiliki peranan penting terhadap akibat fatal dari tenggelam. Adanya mekanisme kematian yang berbeda-beda pada tenggelam akan memberikan gambaran yang berbeda-beda pada hasil pemeriksaan korban. Tenggelam pada umumnya merupakan kecelakaan, baik kecelakaan saat naik kapal, berolahraga air, maupun yang terjadi oleh karena korban dalam keadaan mabuk, berada di bawah pengaruh obat atau pada mereka yang terserang epilepsi. Pembunuhan dengan cara menenggelamkan korban lebih jarang terjadi, korban biasanya bayi atau anak-anak. Pada korban dewasa biasanya korban sebelumnya dianiaya, kemudian untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke sungai. Bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri juga merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Korban sering memberati dirinya dengan batu atau besi, baru kemudian terjun ke air. Dengan demikian, pemeriksaan kasus tenggelam juga ditujukan untuk mengetahui apakah kasus tersebut merupakan kecelakaan, pembunuhan atau bunuh diri. Tenggelam merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang signifikan. Di seluruh dunia setiap tahun dilaporkan sekitar 150.000 kematian terjadi akibat tenggelam. Namun tingkat mortalitas dan morbiditas akibat tenggelam yang sebenarnya sulit ditentukan karena banyaknya kasus yang tidak dilaporkan dan banyaknya korban yang tidak mendapat pelayanan mediskemungkinan angka ini mendekati 500.000 kematian. Secara umum 90% kasus tenggelam terjadi di air tawar (danau, sungai, kolam) dan 10% terjadi di air laut. Tenggelam di dalam cairan lain lebih jarang terjadi dan biasanya merupakan kecelakaan kerja. Laki-laki disebutkan 4-5 kali lebih sering mengalami kejadian tenggelam ini dibandingkan wanita. Beberapa klasifikasi tenggelam yang dibuat oleh para ahli : 1. Typical drowning (wet drowning) Ini merupakan kejadian tenggelam yang paling umum. Sekitar 80-90% angka kejadian tenggelam adalah tipe ini. Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam. Paru tampak khas dengan gambaran “drowning lungs” dan terjadi baik di air tawar maupun air asin meskipun ciri lebih lanjut dari tenggelam di air tawar maupun air asin akan tampak berbeda. Pada wet drowning, meskipun korban berusaha untuk menahan nafas selama mungkin, pada akhirnya akan mencapai titik dimana tubuh akan berusaha secara tidak sadar untuk mengambil oksigen yakni bila kadar karbondioksida dalam darah sangat tinggi dan kadar oksigen telah sangat rendah (PaO2 di bawah 100mmHg). Proses menarik nafas yang involunter ini akan menarik sejumlah besar air ke dalam Spasme Larynx Pada Kasus tenggelam
10
Embed
Spasme Larynx Pada Kasus Tenggelam _ Medicine Stuffs
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
25th June 2012
Definisi Drowning atau tenggelam sangat bervariasi. Sebelumnya drawning
didefinisikan sebagai kematian yang disebabkan oleh asfiksia akibat aspirasi cairan
ke dalam saluran pernapasan atau akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian
tubuh ke dalam cairan dimana tenggelam tidak terbatas di dalam air seperti sungai,
danau, atau kolam renang tetapi mungkin juga terbenam dalam kubangan atau
selokan dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air. Pada kongres
dunia untuk tenggelam tahun 2002 di Amsterdam, sekelompok ahli mengusulkan
konsensus baru untuk mendefiniskan tenggelam untuk mengurangi kebingungan
dari berbagai istilah dan definisi yang ada. Tenggelam, yang dahulu dianggap
sebagai kematian yang secara langsung disebabkan oleh asfiksia (“asphyxial
death”), kini diketahui terdiri dari serangkaian gangguan fisiologis dan biokimiawi
yang seluruhnya memiliki peranan penting terhadap akibat fatal dari tenggelam.
Adanya mekanisme kematian yang berbeda-beda pada tenggelam akan
memberikan gambaran yang berbeda-beda pada hasil pemeriksaan korban.
Tenggelam pada umumnya merupakan kecelakaan, baik kecelakaan saat naik
kapal, berolahraga air, maupun yang terjadi oleh karena korban dalam keadaan
mabuk, berada di bawah pengaruh obat atau pada mereka yang terserang epilepsi.
Pembunuhan dengan cara menenggelamkan korban lebih jarang terjadi, korban
biasanya bayi atau anak-anak. Pada korban dewasa biasanya korban sebelumnya
dianiaya, kemudian untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke sungai. Bunuh
diri dengan cara menenggelamkan diri juga merupakan peristiwa yang jarang
terjadi. Korban sering memberati dirinya dengan batu atau besi, baru kemudian
terjun ke air. Dengan demikian, pemeriksaan kasus tenggelam juga ditujukan untuk
mengetahui apakah kasus tersebut merupakan kecelakaan, pembunuhan atau
bunuh diri.
Tenggelam merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang signifikan. Di
seluruh dunia setiap tahun dilaporkan sekitar 150.000 kematian terjadi akibat
tenggelam. Namun tingkat mortalitas dan morbiditas akibat tenggelam yang
sebenarnya sulit ditentukan karena banyaknya kasus yang tidak dilaporkan dan
banyaknya korban yang tidak mendapat pelayanan mediskemungkinan angka ini
mendekati 500.000 kematian. Secara umum 90% kasus tenggelam terjadi di air
tawar (danau, sungai, kolam) dan 10% terjadi di air laut. Tenggelam di dalam cairan
lain lebih jarang terjadi dan biasanya merupakan kecelakaan kerja. Laki-laki
disebutkan 4-5 kali lebih sering mengalami kejadian tenggelam ini dibandingkan
wanita.
Beberapa klasifikasi tenggelam yang dibuat oleh para ahli :
1. Typical drowning (wet drowning)
Ini merupakan kejadian tenggelam yang paling umum. Sekitar 80-90% angka
kejadian tenggelam adalah tipe ini. Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam
saluran pernapasan korban saat korban tenggelam. Paru tampak khas dengan
gambaran “drowning lungs” dan terjadi baik di air tawar maupun air asin meskipun
ciri lebih lanjut dari tenggelam di air tawar maupun air asin akan tampak berbeda.
Pada wet drowning, meskipun korban berusaha untuk menahan nafas selama
mungkin, pada akhirnya akan mencapai titik dimana tubuh akan berusaha secara
tidak sadar untuk mengambil oksigen yakni bila kadar karbondioksida dalam darah
sangat tinggi dan kadar oksigen telah sangat rendah (PaO2 di bawah 100mmHg).
Proses menarik nafas yang involunter ini akan menarik sejumlah besar air ke dalam
digolongkan dry drowning, ditemukan spasme laring yang menetap hingga menutup
jalan nafas korban sampai menjelang kematian terjadi.
Ketika korban masuk ke dalam air, sejumlah kecil air akan terinhalasi dan
teraspirasi ke dalam laring atau trakea dan menyebabkan terpicunya refleks laring
yang segera menutup jalan nafas. Sejumlah kecil air yang lolos teraspirasi akan
mengiritasi dinding bronkus lebih lanjut yang akan menyebabkan mukosa bronkus
mensekresi mukus tebal sebagai langkah proteksi.
Ketika kadar karbondioksida sudah sangat tinggi dan korban sangat hipoksia, akan
memicu korban untuk menarik nafas. Diafragma akan turun dan otot-otot
pernafasan mengembang, menyebabkan meningkatnya volume paru dan
menurunnya tekanan dalam paru. Masalahnya adalah trakea dalam keadaan
tersumbat sehingga udara tidak dapat masuk untuk menyeimbangkan tekanan
negatif yang timbul. Akibatnya darah dari kapiler pulmonar tertarik masuk ke dalam
alveoli akibat tekanan negatif tersebut. Hal ini akan menyebabkan rusaknya
surfactan dan alveoli.
Air yang teraspirasi tadi akan bercampur dengan mukus membentuk busa berwarna
putih, bila cukup banyak darah yang masuk ke alveoli maka busa akan berwarna
pink. Terbentuknya busa ini akan semakin memperberat sumbatan jalan nafas.
Spasme laring akan berelaksasi segera sebelum kematian terjadi. Namun sumbatan
fisik pada jalan nafas masih tetap ada berupa gumpalan mukus kental dan busa
yang terbentuk tadi disertai kemungkinan munculnya spasme bronkiolar susulan
sebagai refleks untuk mencegah air lebih jauh masuk ke dalam paru. Pada
pemeriksaan dalam, tanda-tanda khas paru seperti pada wet drowning tidak
ditemukan.
TEMUAN OTOPSI PADA KORBAN MATI AKIBAT TENGGELAM
Berikut adalah beberapa temuan yang didapatkan pada korban tenggelam. Pada
pemeriksaan luar, baik korban tenggelam wet drowning atau pun dry drowning
dapat memberikan tanda yang sama namun pada pemeriksaan dalam seringkali
korban dry drowning tidak memberikan tanda yang khas sebagaimana yang
didapatkan pada korban wet drowning.
Pemeriksaan Luar
Diagnosis pasti penyebab kematian pada kasus tenggelam tidak dapat ditentukan
dari pemeriksaan luar, namun beberapa tanda yang ditemukan dapat memperkuat
diagnosa. Tanda-tanda yang ditemukan pada pemeriksaan luar antara lain :
Ditemukan adanya cairan berbuih dari hidung dan mulut, yang dihasilkan dari
campuran udara, mukus dan cairan aspirasi yang terkocok-kocok saat adanya
upaya pernapasan yang hebat. Busa dapat berwarna putih, atau lebih merah muda
jika berasal dari edema pulmonum. Terkadang busa tidak lagi keluar dari mulut dan
hidung, terutama setelah dilakukan kompresi pada dinding dada. Namun jika
dilakukan pemeriksaan dalam dapat masih ditemukan adanya busa pada saluran
pernapasan atas dan bawah.
[http://2.bp.blogspot.com/-4zUMFhWKEvQ/T-
dYm68mCrI/AAAAAAAAAy4/M56RoiuwwhE/s1600/cairan+berbuih+dari+mulut.PNG]Gambar 2. Keluarnya cairan berbusa dari mulut yang berasal dari campuran udara, mukus, cairan
aspirasi
Terdapat tanda-tanda asfiksia seperti sianose pada kuku dan bibir. Mata
tampakmerah karena perdarahan subconjuctiva, dari mulut dan hidung terdapat
buih halus yang sukar pecah, kadang menjulur seperti lidah. Asfiksia dikatakan
mulai terjadi sejak 2 menit setelah tenggelam. Kematian terjadi dalam 5 menit
meskipun jantung masih berdetak hingga 10 menit. Dalam air yang lebih dingin,
kematian kebih cepat terjadi..
Lebam mayat lebih banyak di bagian kepala, muka dan leher (karena posisi kepala
di air lebih rendah). Lebam mayat berwarna merah terang. Sebagai hasil dari
pembekuan OxyHb.
[http://2.bp.blogspot.com/-
mj27OYVaANs/T-dVZrIWrSI/AAAAAAAAAyk/qzyHEEZVzDY/s1600/washer+hand.png]Gambar 3. Washer woman's hand