Top Banner

of 8

Spanning Tree Protocol & Switch Etherchannel Cisco IOS

Jan 06, 2016

Download

Documents

Si Tampan Restu

Spanning Tree Protocol (STP)
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Spanning Tree Protocol (STP) Cisco IOS & Switch Etherchannel Cisco IOS

    A. Spanning Tree Protocol (STP) Switch merupakan perangkat layer 2 yang menggunakan MAC address table untuk membatasi

    collision domain. Pertama kali switch dinyalakan, MAC address table masih kosong, tabel ini akan

    terisi setiap kali ada paket datang lalu switch mencatat source MAC address yang dipetakan dengan

    incoming interface. Untuk menjegah putusnya komunikasi jika suatu saat ada interface switch yang

    down, maka dibuatlah redundansi. Apa sih redundansi? Seperti ini contohnya:

    Di sini bila koneksi AB down masih ada koneksi CD sebagai backup. Tapi kenyataannya tidak

    seperti itu, ayo kita teliti bersama:

    1. PC1 hendak mengirim paket ke PC2, makanya PC1 mengirim paket ke SW1; 2. SW1 mencatat MAC address PC1 di port E, karena MAC address PC2 belum diketahui, SW1

    melakukan broadcast ke port A dan C;

    3. paket masuk ke SW2 lewat port B, SW2 update MAC address table, lalu broadcast paket; 4. paket masuk ke SW2 lewat port D, SW2 update MAC address table, lalu broadcast paket; 5. saat paket kembali ke SW1 lewat port A, ada paket dengan MAC address PC1, tapi masuk ke

    port A, maka SW1 update MAC address table;

    6. begitu pula yang terjadi saat paket masuk SW1 lewat port C, dan begitu seterusnya sampai ada satu port yang ngalah.

    Ini merupakan kelemahan fatal dari redundansi, pengiriman paket tidak akan pernah berhenti dan

    terjadi broadcast storm. Oleh karena itu diciptakanlah Spanning-Tree Protocol (STP). STP bertugas

    melakukan shutdown ke salah satu interface berdasarkan beberapa ketentuan:

    1. setiap switch/bridge memiliki priority, root bridge dipilih berdasarkan priority yang lebih rendah; jika nilai priority sama maka bergantung pada MAC address yang bernilai rendah;

    2. setiap port pada root bridge merupakan designated port, yang tetap UP (forwarding port); 3. setiap port yang mengarah pada root bridge disebut root port, salah satunya akan menjadi

    alternate port yang memiliki cost paling tinggi (berdasar bandwidth); alternate port

    merupakan port yang diblok.

  • Kurang lebih seperti itu mekanismenya, mari sekarang kita simulasikan di Cisco Packet Tracer:

    Secara otomatis switch langsung menggunakan STP, jadi bisa berbeda-beda. Di contoh saya

    interface di Switch1 yang menjadi alternate port. Lihat informasi non-root bridge:

    Interface fa0/2 menjadi alternate port lalu diblok. Lihat juga bahwa MAC address SW1 (Bridge ID)

    lebih besar daripada SW0 (0060 > 000A). Ini juga bisa dicek di SW0.

    Root bridge bisa diganti, dalam lab ini saya mengganti SW1 sebagai root bridge, yaitu dengan

    mengubah priority menjadi 1.

    Dengan ini SW1 menjadi root bridge:

  • Saat ini yang menjadi alternate port adalah fa0/2 pada SW0. Mari kita ubah supaya berpindah ke

    fa0/1. Alternate port dipilih berdasar port yang memiliki cost paling tinggi, semakin rendah

    bandwidth semakin tinggi cost-nya. Secara default fast ethernet memiliki bandwidth 100 Mbps, mari

    kita ubah menjadi 10 Mbps:

    Sehingga saat kita melihat SW0:

    Terlihat cost fa0/1 menjadi 100, sehingga dijadikan alternate port. Beginilah, bermanfaat :)

  • B. Switch Etherchannel Cisco IOS

    Selama ini bila kita menggunakan lebih dari satu kabel untuk mengoneksikan dua buah switch secara

    point-to-point maka salah satu atau beberapa interface akan shutdown secara otomatis karena adanya

    Spanning Tree Protocol (STP). Tapi bisakah kita menggunakannya sebagai koneksi point-to-point

    lalu melakukan bandwidth aggregate? Ya, jawabnya bisa, mari kita coba bersama menggunakan

    Cisco IOS.

    Dalam Cisco istilah ini disebut Etherchannel. Etherchannel yang bisa digunakan dalam Cisco ada

    tiga:

    1. L2 Etherchannel Link Aggregation Control Protocol (open standard); 2. L2 Etherchannel Port Aggregation Protocol (Cisco proprietary); 3. L3 Etherchannel

    Topologinya standard saja, gunakan dua L2 switch dan gunakan tiga kabel UTP (cross) untuk

    mengoneksikannya:

    Saat pertama kali membuat koneksi seperti ini secara otomatis kedua switch ini menjalankan STP,

    mari kita cek show spanning-tree:

  • SW1 menjadi root bridge lalu interface ethernet0/2 dan 0/3 diblokir karena algoritma STP. Tujuan

    kita adalah menjadikan tiga link ini seolah-olah menjadi satu link dan ada agregasi bandwidth.

    Mari kita mulai dengan Link Aggregation Control Protocol (LACP):

    Lakukan command ini untuk kedua switch, saya berikan contoh SW1

    Beberapa switch menerapkan trunk mode secara otomatis sehingga command pada gambar kedua

    tidak diperlukan.

    Setelah kedua switch dikonfigurasi seperti contoh, mari kita lihat hasilnya:

  • Ketiga interface ini menjadi interface port-channel 1 yang seolah-olah menjadi satu link saja.

    Bagaimana dengan konfigurasi Port Aggregation Protocol (PAgP) milik Cisco?

    Lakukan konfigurasi pada kedua switch, jika belum bisa bekerja berarti Anda perlu membuat trunk

    mode untuk interface port-channel. Ini summary etherchannel-nya:

    Etherchannel L3 menggunakan multilayer switch, dengan topologi yang sama inilah konfigurasinya,

    yang saya contohkan untuk multilayer switch 1:

  • Lakukan konfigurasi yang sama untuk MSw0, gunakan IP address 10.10.10.1/24 untuk interface

    port-channel pada MSw0. Jika kita lihat gambar port di Cisco Packet Tracer:

    Semua port berwarna hijau, berarti sudah aktif. Jika dilihat summary:

  • Sekian untuk etherchannel :) semoga bermanfaat.