Top Banner
Lembaga Sosial, LENGKAP!!! Lembaga Sosial secara singkat bisa diartikan sebagai suatu sistem norma yang mengatur segala tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup bermasyarakat. Tapi Zona Siswa di sini tidak hanya membahas apa itu lembaga sosial, pada kesempatan kali ini juga dibahas tentang pembentukan, syarat, tipe-tipe, macam-macam dan fungsi lembaga sosial. Semoga bermanfaat. Check this out!!! A. Pengertian Lembaga Sosial Lembaga adalah proses-proses yang tersusun untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu, misalnya agama bukan sekelompok orang, tetapi suatu sistem gagasan, kepercayaan, praktik, dan hubungan. Lembaga juga bisa diartikan sebagai sistem gagasan dan perilaku yang terorganisasi yang ikut serta dalam perilaku itu. B. Pembentukan Lembaga Sosial Proses perubahan sebuah aturan menjadi lembaga sosial memakan waktu lama. Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker seperti dikutip oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, (1964), semua kegiatan manusia tunduk kepada habitualisasi , yaitu proses yang menjadikan suatu perilaku menjadi kebiasaan atau biasa untuk seseorang. Oleh karena itu, habitualisasi dapat diartikan dengan pembiasaan. Ketika habitualisasi (kebiasaan) tersebut dianggap memiliki hal yang tinggi atau bermanfaat serta hal tersebut telah diyakini oleh banyak orang, maka proses intitualisasi (pelembagaan) pun terbentuk. C. Syarat Lembaga Sosial Menurut Selo Soemardjan lembaga menjadi sesuatu yang harus dipegang dan dijadikan aturan yang mengikat dalam masyarakat sebab proses bertumbuhnya kelembagaan ( institusionalisasi ) harus memenuhi 3 syarat sebagai berikut. 1. Norma tersebut menjiwai seluruh anggota masyarakat.
31

Sosiologi Dewi

Dec 20, 2015

Download

Documents

Akka
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sosiologi Dewi

Lembaga Sosial, LENGKAP!!!

Lembaga Sosial secara singkat bisa diartikan sebagai suatu sistem norma yang mengatur segala tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup bermasyarakat. Tapi Zona Siswa di sini tidak hanya membahas apa itu lembaga sosial, pada kesempatan kali ini juga dibahas tentang pembentukan, syarat, tipe-tipe, macam-macam dan fungsi lembaga sosial. Semoga bermanfaat. Check this out!!!

A. Pengertian Lembaga Sosial

Lembaga adalah proses-proses yang tersusun untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu, misalnya agama bukan sekelompok orang, tetapi suatu sistem gagasan, kepercayaan, praktik, dan hubungan. Lembaga juga bisa diartikan sebagai sistem gagasan dan perilaku yang terorganisasi yang ikut serta dalam perilaku itu.

B. Pembentukan Lembaga Sosial

Proses perubahan sebuah aturan menjadi lembaga sosial memakan waktu lama. Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker seperti dikutip oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, (1964), semua kegiatan manusia tunduk kepada habitualisasi, yaitu proses yang menjadikan suatu perilaku menjadi kebiasaan atau biasa untuk seseorang. Oleh karena itu, habitualisasi dapat diartikan dengan pembiasaan. Ketika habitualisasi (kebiasaan) tersebut dianggap memiliki hal yang tinggi atau bermanfaat serta hal tersebut telah diyakini oleh banyak orang, maka proses intitualisasi (pelembagaan) pun terbentuk.

C. Syarat Lembaga Sosial

Menurut Selo Soemardjan lembaga menjadi sesuatu yang harus dipegang dan dijadikan aturan yang mengikat dalam masyarakat sebab proses bertumbuhnya kelembagaan (institusionalisasi) harus memenuhi 3 syarat sebagai berikut.

1. Norma tersebut menjiwai seluruh anggota masyarakat.2. Diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat tanpa ada halangan yang berarti.3. Norma tersebut harus mempunyai sanksi yang mengikat setiap anggota masyarakat.

D. Tipe-tipe Lembaga Sosial

Gillin dan Gillin mengemukakan bahwa lembaga dapat dikelompokkan dari berbagai sudut. Klasifikasi tipe-tipe lembaga ini menunjukkan bahwa di dalam setiap masyarakat akan selalu dijumpai bermacammacam lembaga. Tipe-tipe lembaga sebagai berikut.E. Macam-macam Lembaga Sosial

Dr. Koentjaraningrat membagi lembaga sosial atau pranata-pranata sosial/kemasyarakatan menjadi 8 macam sebagai berikut.

Page 2: Sosiologi Dewi

1. Lembaga yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah (scientific institutions). Contoh: Metode ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah, dan lain-lain.

2. Lembaga yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia, menyatakan rasa keindahan dan rekreasi (aesthetic and recreational institutions). Contoh: Seni rupa, seni drama, sport, dan lain-lain.

3. Lembaga yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan (Kinship) atau domestic institutions. Contoh: Pertunangan, perkawinan, perceraian, dan lain-lain.

4. Lembaga yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencaharian tertentu (economic institutions). Contoh: Pertanian, peternakan, perburuhan, industri, dan lain-lain.

5. Lembaga yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan, dan pendidikan (educational institutions). Contoh: TK, SD, SMP, SMA, Pondok Pesantren, dan lain-lain.

6. Lembaga yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan atau alam gaib (religious institutions). Contoh: Gereja, masjid, doa, kenduri, dan lain-lain.

7. Lembaga yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan kelompok atau negara (political institutions). Contoh: Pemerintahan demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, adat, tokoh masyarakat, dan sebagainya.

8. Lembaga yang bertujuan mengurus kebutuhan jasmani manusia (consultive institutions). Contoh: Pemeliharaan kecantikan, kesehatan, kedokteran, dan lainlain.

F. Fungsi Lembaga Sosial

Suatu lembaga sosial bertujuan memenuhi kebutuhan pokok manusia. Ada beberapa fungsi lembaga sosial sebagai berikut.

1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang sikap dalam menghadapi masalah di masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok.

2. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.3. Memberi pegangan kepada anggota masyarakat untuk mengadakan pengawasan terhadap

tingkah laku para anggotanya.

Pengertian Kelompok SosialGambar disamping, adalah salah satu contoh kelompok sosial yang ada di masyarakat, yakni kelompok sosial onthel yang ada di jogja, mereka bersatu dengan kesamaan suka dengan onthel dan bersepeda serta saling berinteraksi di dalam kelompok tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dijelaskan pengertian daripada kelompok sosial.

Kelompok sosial adalah merupakan sekumpulan atau sekelompok orang yang ada di masyarakat dan memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi satu sama lain, serta biasanya memiliki suatu kesuakaan yang sama (hobbi, pekerjaan, aktivitas, fans dsb). Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya. Berikut ini adalah pengertian kelompok sosial menurut para ahli.

Page 3: Sosiologi Dewi

1. Menurut Soerjono Soekanto

Kelompok adalah himpunan atau kesatuan kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi.

2. Menurut Paul B. Horton dan Chester L Hunt

Istilah kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotannya dan saling berinteraksi.

3. Menurut George Homans

Kelompok adalah kumpulan individu yang melakukan kegiatan, interaksi, dan memiliki perasaan untuk membentuk suatu keseluruhan yang terorganisasi dan berhubungan timbal balik.

Menurut wikipedia, kelompok sosial adalah dalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi.

Ciri-ciri Kelompok SosialMenurut Soerjono Soekato, suatu himpunan manusia atau yang dikatan sebagai kelompok sosial memiliki ciri kurang lebih sebagai berikut :

Setiap anggota kelompok harus memiliki kesadaran bahwa ia adalah sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah

erat, misalnya: nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain.

Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku. Bersistem dan berproses. Memiliki struktur sosial sehingga kelangsungan hidup kelompok tergantung pada

kesungguhan anggotannya dalam melaksanakan perannya Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya Memiliki kepentingan bersama. Stratifikasi sosial - Setelah kita membahas banyak mengenai diferensiasi sosial, kini kita

membahas pengelompokan masyarakat dengan menggunakan pola stratifikasi sosial. Apakah yang dimaksud dengan stratifikasi sosial? Apakah perbedaannya dengan diferensiasi sosial? Mari kita simak paparan berikut ini.

Pengertian Stratifikasi Sosial Dalam masyarakat di mana kamu tinggal, kamu dapat menjumpai orang-orang yang

termasuk golongan kaya, sedang, dan miskin. Penggolongan tersebut menunjukkan bahwa di dalam masyarakat terdapat tingkatan-tingkatan yang membedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain.

Page 4: Sosiologi Dewi

Dalam sosiologi, pengelompokan masyarakat berdasarkan tingkatan-tingkatan tertentu itu disebut dengan stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial secara umum dapat diartikan sebagai pembedaan atau pengelompokan anggota masyarakat secara vertikal. Stratifikasi sosial merupakan gejal sosial yang sifatnya umum pada setiap masyarakat. Bahkan pada zaman Yunani Kuno, Aristoteles (384–322 SM) telah menyatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara selalu terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya. Setelah kamu memahami pengertian stratifikasi sosial secara umum, kini cobalah untuk menyimak pendapat beberapa ahli tentang stratifikasi sosial.

a. Pitirim A. SorokinStratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat. Setiap lapisan itu disebut dengan strata sosial. Ditambahkan bahwa stratifikasi sosial merupakan ciri yang tetap pada setiap kelompok sosial yang teratur. Lapisanlapisan di dalam masyarakat memang tidak jelas batasbatasnya, tetapi tampak bahwa setiap lapisan akan terdiri atas individu-individu yang mempunyai tingkatan atau strata sosial yang secara relatif adalah sama.

b. P.J. Bouman

Stratifikasi sosial adalah golongan manusia dengan ditandai suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa yang tertentu dan karena itu menuntut gengsi kemasyarakatan.

c. Soerjono Soekanto

Stratifikasi sosial adalah pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.

d. Bruce J. CohenStratifikasi sosial adalah sistem yang menempatkan seseorang sesuai dengan kualitas yang dimiliki dan menempatkan mereka pada kelas sosial yang sesuai.

e. Paul B. Horton dan Chester L. HuntStratifikasi sosial adalah sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Ukuran sebagai Dasar Pembentukan Stratifikasi SosialSelo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam bukunya “Setangkai Bunga Sosiologi” menyatakan bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan sosial akan terjadi. Ukuran atau kriteria yang menonjol atau

Page 5: Sosiologi Dewi

dominan sebagai dasar pembentukan stratifikasi social adalah ukuran kekayaan, kekuasaan dan wewenang, kehormatan, serta ilmu pengetahuan.

a. Ukuran kekayaan adalah kepemilikan harta benda seseorang dilihat dari jumlah dan materiil saja. Biasanya orang yang memiliki harta dalam jumlah yang besar akan menempati posisi teratas dalam penggolongan masyarakat berdasarkan kriteria ini.

b. Ukuran kekuasaan dan wewenang adalah kepemilikan kekuatan atau power seseorang dalam mengatur dan menguasai sumber produksi atau pemerintahan. Biasanya ukuran ini dikaitkan dengan kedudukan atau status social seseorang dalam bidang politik.

c. Ukuran kehormatan dapat diukur dari gelar kebangsawanan atau dapat pula diukur dari sisi kekayaan materiil. Orang yang mempunyai gelar kebangsawanan yang menyertai namanya, seperti raden, raden mas, atau raden ajeng akan menduduki strata teratas dalam masyarakat.

d. Ukuran ilmu pengetahuan, artinya ukuran kepemilikan seseorang atau penguasaan seseorang dalam hal ilmu pengetahuan. Kriteria ini dapat pula disebut sebagai ukuran kepandaian dalam kualitas. Berdasarkan ukuran ini, orang yang berpendidikan tinggi, misalnya seorang sarjana akan menempati posisi teratas dalam stratifikasi sosial di masyarakat.

Secara luas, kriteria umum penentuan seseorang dalam stratifikasi sosial adalah sebagai berikut.

a. Kekayaan dalam berbagai bentuk yang diketahui oleh masyarakat diukur dalam kuantitas atau dinyatakan secara kualitatif.b. Daya guna fungsional perorangan dalam hal pekerjaan.c. Keturunan yang menunjukkan reputasi keluarga, lamanya tinggal atau berdiam di suatu tempat, latar belakang rasial atau etnis, dan kebangsaan.d. Agama yang menunjukkan tingkat kesalehan seseorang dalam menjalankan ajaran agamanya.e. Ciri-ciri biologis, termasuk umur dan jenis kelamin.

Stratifikasi sosial di dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses perkembangan masyarakat dan dapat pula secara sengaja ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.

a. Stratifikasi Sosial yang Terjadi dengan Sendirinya

Page 6: Sosiologi Dewi

Beberapa ukuran yang digunakan untuk menempatkan seseorang dalam strata tertentu pada stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya di antaranya adalah sebagai berikut.1) Kepandaian seseorang atau kepemilikan ilmu pengetahuan.2) Tingkat umur atau aspek senioritas.3) Sifat keaslian.4) Harta atau kekayaan.5) Keturunan.6) Adanya pertentangan dalam masyarakat.

Contoh stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya adalah pada masyarakat kerajaan, di mana orang yang masih keturunan raja akan menempati lapisan yang tertinggi.

b. Stratifikasi Sosial yang Sengaja Disusun untuk Mengejar Tujuan TertentuStratifikasi sosial yang sengaja disusun untuk mengejar tujuan-tujuan tertentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang dalam suatu organisasi formal (resmi), seperti birokrasi pemerintah, universitas, sekolah, partai politik, perusahaan, dan lain sebagainya.

Dalam stratifikasi sosial yang sengaja disusun terdapat berbagai cara untuk menentukan atau menetapkan kedudukan seseorang dalam strata tertentu, antara lain sebagai berikut.1) Upacara peresmian atau pengangkatan.2) Pemberian lambang atau tanda-tanda kehormatan.3) Pemberian nama-nama jabatan atau pangkat.4) Sistem upah atau gaji berdasarkan golongan atau pangkat.5) Wewenang dan kekuasaan yang disertai pembatasanpembatasan dalam pelaksanaannya.

Faktor Pendorong Terciptanya Stratifikasi SosialBeberapa kondisi umum yang mendorong terciptanya stratifikasi sosial dalam masyarakat adalah sebagai berikut.

a. Perbedaan ras dan budaya. Ketidaksamaan ciri biologis, seperti warna kulit, latar belakang etnis, dan budaya telah mengarah pada lahirnya stratifikasi dalam masyarakat. Dalam hal ini biasanya akan terjadi penguasaan grup yang satu terhadap grup yang lain.b. Pembagian tugas dalam hampir semua masyarakat menunjukkan sistem pembagian tugas yang bersifat spesialisasi. Posisi-posisi dalam spesialisasi ini berkaitan dengan perbedaan fungsi stratifikasi dan kekuasaan dari order sosial yang muncul.

c. Kejarangan. Stratifikasi lambat laun terjadi, karena alokasi hak dan kekuasaan yang jarang atau langka. Kelangkaan ini terasa apabila masyarakat mulai membedakan posisi, alatalat kekuasaan, dan fungsi-fungsi yang ada dalam waktu yang sama. Jadi, suatu

Page 7: Sosiologi Dewi

kondisi yang mengandung perbedaan hak dan kesempatan di antara para anggota dapat menciptakan stratifikasi.

Sementara itu, Koentjaraningrat mengatakan ada tujuh hal yang dapat mengakibatkan atau melahirkan stratifikasi social dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut.

a. Kualitas dan kepandaian. b. Kekuasaan dan pengaruhnya. c. Pangkat dan jabatan. d. Kekayaan harta benda. e. Tingkat umur yang berbeda. f. Sifat keaslian. g. Keanggotaan kaum kerabat kepala masyarakat.

Menurut Max Webber, pelapisan sosial atau stratifikasi social ditandai dengan adanya beberapa hal berikut ini.

a. Persamaan dalam hal peluang untuk hidup atau nasib. Peluang untuk hidup masing-masing orang ditentukan oleh kepentingan ekonomi yang berupa penguasaan barang serta

kesempatan memperoleh penghasilan dalam kehidupan.

b. Dimensi kehormatan, maksudnya manusia dikelompokkan dalam kelompok-kelompok berdasarkan peluang untuk hidup yang ditentukan oleh ukuran kehormatan. Persamaan kehormatan status terutama dinyatakan melalui persamaan gaya hidup.

c. Kekuasaan yang dimiliki. Kekuasaan menurut Webber adalah suatu peluang bagi seseorang atau sejumlah orang untuk mewujudkan keinginan mereka sendiri melalui suatu tindakan komunal, meskipun mengalami pertentangan dari orang lain yang ikut serta dalam tindakan komunal tersebut.

Sifat-Sifat Stratifikasi Sosial Dilihat dari sifatnya, kita mengenal dua sistem stratifikasi sosial, yaitu sistem stratifikasi

sosial tertutup dan system stratifikasi sosial terbuka.

a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Close Social Stratification) Sistem stratifikasi sosial tertutup ini membatasi atau tidak memberi kemungkinan

seseorang untuk pindah dari suatu lapisan ke lapisan sosial yang lainnya, baik ke atas maupun ke bawah. Dalam sistem ini, satu-satunya jalan untuk masuk menjadi anggota dari suatu strata tertentu dalam masyarakat adalah dengan kriteria kelahiran. Dengan kata lain, anggota kelompok dalam satu strata tidak mudah untuk melakukan mobilitas atau gerak sosial yang bersifat vertikal, baik naik maupun turun. Dalam hal ini anggota kelompok hanya dapat melakukan mobilitas yang bersifat horizontal.

Page 8: Sosiologi Dewi

Salah satu contoh sistem stratifikasi sosial tertutup adalah sistem kasta pada masyarakat Bali. Di Bali, seseorang yang sudah menempati kasta tertentu sangat sulit, bahkan tidak bisa pindah ke kasta yang lain. Seorang anggota kasta teratas sangat sulit untuk pindah ke kasta yang ada di bawahnya, kecuali ada pelanggaran berat yang dilakukan oleh anggota tersebut.

b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Open Social Stratification) Sistem stratifikasi sosial terbuka ini memberi kemungkinan kepada seseorang untuk

pindah dari lapisan satu ke lapisan yang lainnya, baik ke atas maupun ke bawah sesuai dengan kecakapan, perjuangan, maupun usaha lainnya. Atau bagi mereka yang tidak beruntung akan jatuh dari lapisan atas ke lapisan di bawahnya. Pada sistem ini justru akan memberikan rangsangan yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat, untuk dijadikan landasan pembangunan dari sistem yang tertutup.

Dengan kata lain, masyarakat dengan sistem pelapisan social yang bersifat terbuka ini akan lebih mudah melakukan gerak mobilitas sosial, baik horizontal maupun vertikal. Tentu saja sesuai dengan besarnya usaha dan pengorbanan yang dikeluarkan untuk mencapai strata tertentu. Sistem stratifikasi sosial pada masyarakat terbuka didorong oleh beberapa faktor berikut ini.

1) Perbedaan Ras dan Sistem Nilai Budaya (Adat Istiadat)Perbedaan ini menyangkut warna kulit, bentuk tubuh, dan latar belakang suku bangsa. Perbedaan ini mem-

 2) Pembagian Tugas (Spesialisasi) Spesialisasi ini menyebabkan terjadinya perbedaan fungsi stratifikasi dan kekuasaan dalam suatu sistem kerja kelompok.

3) Kelangkaan Hak dan KewajibanApabila pembagian hak dan kewajiban tidak merata, maka yang akan terjadi adalah kelangkaan yang menyangkut stratifikasi sosial di dalam masyarakat.

Fungsi Stratifikasi Sosial Dalam hidup bermasyarakat, secara tidak langsung setiap anggota masyarakat

digolongkan ke dalam beberapa lapisan berdasarkan kriteria tertentu, seperti harta, kepemilikan tanah, pendidikan, dan lain-lain. Apakah fungsi dilakukannya penggolongan atau stratifikasi tersebut?

Dalam kenyataannya, stratifikasi sosial mempunyai fungsi sebagai berikut.

a. Stratifikasi sosial menyusun alat bagi masyarakat dalam mencapai beberapa tugas

Page 9: Sosiologi Dewi

utama. Hal ini dilaksanakan dengan mendistribusikan prestise maupun privelese (hak yang dimiliki seseorang karena kedudukannya dalam sebuah strata). Setiap strata ditandai dengan pangkat atau simbol-simbol yang nyata yang menunjukkan rangking, peranan khusus, dan standar tingkah laku dalam kehidupan. Semuanya diorganisir untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Penghargaan masyarakat terhadap orang-orang yang menduduki dan melaksanakan tugasnya dapat dipandang sebagai insentif yang dapat menarik mereka untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

b. Stratifikasi sosial menyusun, mengatur, serta mengawasi saling hubungan di antara anggota masyarakat. Peranan, norma, dan standar tingkah laku dilibatkan dan diperhatikan dalam setiap hubungan di antara strata yang ada di dalam masyarakat. Stratifikasi sosial cenderung mengatur partisipasi individu dalam kehidupan secara menyeluruh dalam suatu masyarakat. Ia memberi kesempatan untuk memenuhi dan mengisi tempat-tempat tertentu, dan pada pihak lain ia juga dapat membatasi ruang gerak masyarakat. Tetapi terlepas dari tinggi rendahnya strata yang dimiliki seseorang, stratifikasi berfungsi untuk mengatur partisipasinya di tempat-tempat tertentu dari kehidupan social bersama.

c. Stratifikasi sosial memiliki kontribusi sebagai pemersatu dengan mengoordinasikan serta mengharmonisasikan unitunit yang ada dalam struktur sosial itu. Dengan demikian, ia berperan dalam memengaruhi fungsi dari berbagai unit dalam strata sosial yang ada.

d. Stratifikasi sosial mengategorikan manusia dalam stratum yang berbeda, sehingga dapat menyederhanakan dunia manusia dalam konteks saling berhubungan di antara mereka. Dalam kelompok primer, fungsi ini kurang begitu penting karena para anggota saling mengenal secara dekat.

Namun demikian, ia menjadi sangat penting bagi kelompok sekunder. Hal ini disebabkan para anggota tidak saling mengenal, sehingga sulit untuk menetapkan aturan tingkah laku mana yang akan digunakan dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan adanya stratifikasi, kesulitan ini relatif dapat diatasi.

Pengertian Wewenang, Kekuasaan dan Pengaruh - Pengertian WewenangWewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.Penggunaan wewenang secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi. peranan pokok wewenang dalam fungsi pengorganisasian, wewenang dan kekuasaan sebagai metoda formal, dimana manajer menggunakannya untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi.Wewenang formal tersebut harus di dukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal. Manajer perlu menggunakan lebih dari wewenang resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan

Page 10: Sosiologi Dewi

bawahan mereka, selain juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan mereka.

- Pengertian KekuasaanKekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan. Studi tentang kekuasaan dan dampaknya merupakan hal yang penting dalam manajemen. Karena kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, maka mungkin sekali setiap interaksi dan hubungan sosial dalam suatu organisasi melibatkan penggunaan kekuasaan. Cara pengendalian unit organisasi dan individu di dalamnya berkaitan dengan penggunaan kekuasaan. Kekuasaan manager yang menginginkan peningkatan jumlah penjualan adalah kemampuan untuk meningkatkan penjualan itu. Kekuasaan melibatkan hubungan antara dua orang atau lebih. Dikatakan A mempunyai kekuasaan atas B, jika A dapat menyebabkan B melakukan sesuatu di mana B tidak ada pilihan kecuali melakukannya. Kekuasaan selalu melibatkan interaksi sosial antar beberapa pihak, lebih dari satu pihak. Dengan demikian seorang individu atau kelompok yang terisolasi tidak dapat memiliki kekuasaan karena kekuasaan harus dilaksanakan atau mempunyai potensi untuk dilaksanakan oleh orang lain atau kelompok lain.Kekuasaan amat erat hubungannya dengan wewenang. Tetapi kedua konsep ini harus dibedakan. Kekuasaan melibatkan kekuatan dan paksaan, wewenang merupakan bagian dari kekuasaan yang cakupannya lebih sempit. Wewenang tidak menimbulkan implikasi kekuatan. Wewenang adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh seseorang karena posisi yang dipegang dalam organisasi. Jadi seorang bawahan harus mematuhi perintah manajernya karena posisi manajer tersebut telah memberikan wewenang untuk memerintah secara sah.

♥ Pengertian interaksi sosial adalah hubungan-hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dan individu, antara individu dan kelompok ,atau antara kelompok dan kelompok dalam bentuk kerja sama,persaingan,ataupun pertikain.

Ciri-ciri interaksi sosial adalah :pelakunya lebih dari satu orangada komunikasi diantara pelaku melalui kontak sosialmempunyai maksud dan tujuan yang jelasada dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung

Macam - Macam Interaksi SosialMenurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu (p. 23) 1. Interaksi antara individu dan individuDalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).2. Interaksi antara individu dan kelompokInteraksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya.

Page 11: Sosiologi Dewi

3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompokInteraksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.Bentuk - Bentuk Interaksi SosialBerdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu (p. 49) :1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :a. Kerja samaAdalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.b. AkomodasiAdalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok - kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.c. AsimilasiAdalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.d. AkulturasiAdalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian darikebudayaan itu sendiri.2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti :a. PersainganAdalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.b. KontravensiAdalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.c. KonflikAdalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.

Ciri - Ciri Interaksi SosialMenurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain (p. 23) :a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang

Page 12: Sosiologi Dewi

b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosialc. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelasd. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu

Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi SosialBerdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu (p. 26) :a. Kontak sosialAdalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.

Perubahan sosial

Pengertian Perubahan Sosial Menurut Para Ahli

Definisi dan pengertian tentang perubahan sosial menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut[3]  :

Gillin 

Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

Emile Durkheim  

Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik.

Kingsley Davis 

Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat[1]

Mac Iver 

Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (ekuilibrium) hubungan sosial

William F. Ogburn 

Page 13: Sosiologi Dewi

Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial

Raja 

Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi suatu sistem sosial.

Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain:[4]

1. Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.

2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.

3. Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.

4. Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.

(pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.[1]

2.1.Definisi Masalah Sosial

2.1.1.      Definisi Masalah Sosial Menurut Para Ahli

Sebenarnya masalah sosial merupakan hasil dari proses perkembangan masyarakat. Artinya

problema tadi memang sewajarnya timbul apabila tidak diinginkan adanya hambatan-hambatan

terhadap penemuan-penemuan baru atau gagasan baru. Banyak perubahan yang bermanfaat bagi

masyarakat, walau kadang mengakibatkan kegoncangan terutama bila perubahan berlangsung

dengan sangat cepat dan bertubi-tubi. Masalah sosial timbul ketika dalam jangka waktu tertentu

masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan sosial yang ada. Kekurangan dalam

diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor ekonomi, biologis psikologis,

budaya juga menjadi penyebab utama timbulnya masalah sosial ini.

        Perspektif Sosiologi

Page 14: Sosiologi Dewi

Masalah Sosial adalah situasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai perlu diatasi

(dipemecahankan). Pandangan pekerja sosial adalah terganggunya fungsi sosial, sehingga

mempengaruhi kemampuan memenuhi kebutuhan, dan peranan-peranannya di masyarakat.

Kondisi yang dipandang orang atau masyarakat sebagai situasi yang tidak diharapkan.

         Menurut Gillin dan Gillin

Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur yang ada dalam

masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau, menghambat terpenuhinya

keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut sehingga menyebabkan kepincangan

sosial. Apabila antara unsur moral, politik, pendidikan, agama, kebiasaan dan ekonomi terjadi

bentrokan, maka hubungan sosial akan ikut terganggu sehingga mungkin akan terjadi kegoyahan

dalam kehidupan kelompok.

         Menurut Horton dan Leslie, 1984

Situasi sosial yang tidak diinginkan oleh sejumlah orang karena dikhawatirkan akan

mengganggu sistem sosial dan perilaku orang-orang yang terlibat di dalamnya adalah perilaku

yang menyimpang dari nilai atau norma-norma.

         Zastrow, 2000

Masalah sosial adalah suatu kondisi sosial yang mempengaruhi sejumlah besar orang

yang memerlukan perbaikan segera dengan sekumpulan tindakan-tindakan.

         Pincus dan Minahan, 1975

Masalah sosial adalah suatu situasi atau kondisi sosial yang dievaluasi oleh orang-orang

sebagai suatu situasi atau kondisi yang tidak mengenakkan atau situasi problematic.

         Menurut Soerjono Soekanto

Masalah sosial (problema sosial) merupakan permasalahan-permasalahan yang muncul

dalam masyarakat, bersifat sosial dan berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-

lembaga kemasyarakatan. Jadi pada dasarnya masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan

Page 15: Sosiologi Dewi

moral. Oleh karena itu masalah sosial tidak akan mungkin dibahas tanpa mempertimbangkan

ukuran-ukuran masyarakat tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

         Coleman, J.W and Cressey, D.R. 1984

Masalah sosial merupakan suatu gejala (fenomena) sosial yang mempunyai dimensi atau

aspek kajian yang sangat luas atau kompleks, dan dapat ditinjau dari berbagai perspektif (sudut

pandang atau teori). Suatu fenomena atau gejala kehidupan dikatakan sebagai masalah sosial

(social problems) adalah apabila:

1.      Sesuatu yang dilakukan seseorang itu telah melanggar atau tidak sesuai dengan nilai-norma

yang dijunjung tinggi oleh kelompok;

2.      Sesuatu yang dilakukan individu atau kelompok itu telah menyebabkan terjadinya

disintegrasi kehidupan dalam kelompok; dan

3.      Sesuatu yang dilakukan inidividu atau kelompok itu telah memunculkan kegelisahan,

ketidakbahagiaan individu lain dalam kelompok.

2.2.Macam-macam Masalah Sosial Bidang Pembangunan Di Indonesia

2.2.1.      Masalah Pendidikan

Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini

terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya punya

harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru-guru

saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain

atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya

menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam

mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini

dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak

guru-guru berpengalaman yang pensiun.

Page 16: Sosiologi Dewi

Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di

Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah

terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup

dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti

kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.

“Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman,

Jakarta, Senin (12/3/2007).

2.2.2.      Masalah Kemiskinan

Dalam kajian sosiologi pembangunan, konsep kemiskinan dibedakan menjadi tiga macam,

yaitu yang pertama kemiskinan absolut (a fixed yardstick). Konsep kemiskinan absolut ini

dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang kongkit. Ukuran ini lazimnya berorientasi

pada kebutuhan dasar dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pangan, papan dan sandang. Besarnya

ukuran setiap negara berbeda. Kedua, kemiskinan relatif (the idea of relative). Konsep

kemiskinan relatif ini dirumuskan berdasarkan atau memperhatikan dimensi tempat dan waktu.

Asumsi ini, bahwa kemiskinan di daerah satu dengan daerah lain tidak sama, demikian juga

antara waktu dulu dengan sekarang berbeda. Ketiga, kemiskinan subjektif. Konsep kemiskinan

sbjektif ini dirumuskan berdasarkan perasaan individu atau kelompok miskin. Kita menilai

individu atau kelompok tertentu miskin, tetapi kelompok yang kita nilai menganggap bahwa

dirinya bukan miskin, atau sebaliknya. Konsep kemiskinan ketiga inilah yang lebih tepat apabila

memahami konsep kemiskinan dan bagaimana langkah strategis dalam menangani kemiskinan

(Usman, S. 1998; Tjokrowinoto, W. 2004).

2.2.3.      Masalah Penyimpangan Perilaku Remaja dan Kenakalan Remaja

Pengertian perilaku menyimpang (deviasi sosial) adalah semua bentuk perilaku yang tidak

sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Jadi, perilaku menyimpang remaja adalah semua

bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku di

masyarakat.

Page 17: Sosiologi Dewi

2.2.4.      Masalah Lingkungan Hidup

Problem atau masalah lingkungan hidup harus menjadi perhatian yang sangat serius, karena

persoalan lingkungan adalah:

a.       Menyangkut jaminan kualitas kelangsungan kehidupan generasi dimasa-masa yang akan

datang; dan

b.      Kegagalan dalam menangani persoalan lingkungan akan membawa dampak negatif disemu

sektor kehidupan, baik dalam level lokal, nasional dan bahkan dunia, misalnya: terjadinya

bencana banjir, pemanasan global; tanah longsor dan sebagainya.

Proses pembangunan dan industrialisasi di negara-negara maju dan berkembang ternyata

membawa dampak munculnya masalah pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah,

pencemaran udara, pencemaran laut atau air. Meningkatnya pencemaran lingkungan tersebut

secara langsung atau tidak langsung mendorong munculnya beragam problem kehidupan di

berbagai aspek, misalnya:

a.       Tingkat kualitas kesehatan masyarakat semakin terancam;

b.      Kualitas kesuburan tanah dan ekosistem lingkungan fisik terancam;

c.       Kualitas air sebagai sumber kehidupan semakin tercemar;

d.      Terjadinya pencemaran udara, karena polusi industri, dan sebagainya.

Menurut Eitzen, dalam Soetomo (1995).

2.2.5.      Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok)

Masalah konflik Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok (SARA), bagi negara-negara

berkembang yang multikultural (termasuk Indonesia) adalah problem yang sewaktu-waktu bisa

muncul, dan dapat mengganggu kelancaran proses pembangunan. Oleh karena setiap desain

pembangunan dan pelaksanaan pembangunan harus betul-betul meminimalkan terjadinya konflik

SARA (Warnaen, S. 2002; Nugroho, F, (eds). 2004). Unsur-unsur konflik SARA adalah:

Page 18: Sosiologi Dewi

a.       Ada dua pihak atau lebih yang terlibat konflik;

b.      Ada tujuan yang menjadi sasaran konflik, dan tujuan tersebut sebagai sumber konflik; dan

c.       Ada perbedaan pikiran, perasaan dan tindakan untuk meraih tujuan yang saling

memaksakan atau menghancurkan.

Ciri-ciri konflik SARA adalah:

a.       Bersifat alamiah;

b.      Anggota suku, agama, ras, antar kelompok yang terlibat konflik cenderung lebih terdorong

untuk melakukan konflik berikutnya untuk kepentingan kelompoknya;

c.       Umumnya terjadi antara SARA mayoritas dengan minoritas;

d.      Sering diiringi dengan kekerasan yang berlangsung dalam ruang dan waktu tertentu;

e.       Mereka yang terlibat konflik merasa belum puas karena kebutuhan mereka belum

terpenuhi; dan

f.       Konflik melibatkan dua kelompok kepentingan yang saling memperebutkan kebutuhan

hidup (Suryadinata, L., dkk. 2003; ; Liliweri, A.. 2005).

2.2.6.      Masalah Kriminalitas

Kriminalitas atau tindakan kriminal merupakan problem sosial yang bersifat laten (selalu ada

dalam kehidupan masyarakat atau negara manapun), namun tindakan kriminal bukanlah

penyimpangan perilaku yang dibawa sejak lahir, tetapi tindakan kriminal merupakan hasil dari

sosialisasi sub budaya menyimpang. Tindakan kriminal sering dikategorikan sebagai tindak

pidana atau tindakan yang melanggar hukum pidana. Diantara contoh tindakan kriminal adalah:

korupsi, pencurian, pembunuhan, perampokan, penipuan atau pemalsuan, penculikan, perkosaan,

sindikat narkotik atau penyalahgunaan obat terlarang.

Page 19: Sosiologi Dewi

2.2.7.      Masalah Aksi Protes, Pergolakan Daerah, dan Pelanggaran HAM

Aksi protes, pergolakan daerah dan pelanggaran HAM, merupakan masalah sosial yang

cukup kompleks, dan menuntut adanya perhatian khusus dalam pemecahannya. Telebih kondisi

sosial budaya masyarakat yang multikultural, seperti di Indonesia. Hampir setiap hari terjadi aksi

protes dan demonstrasi di daerah-daerah. Hal ini tentu dapat mengganggu proses perubahan atau

pembangunan masyarakat.

2.3.Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Sosial

Masalah sosial atau masalah sosial timbul akibat adanya gejala-gejala abnormal yang timbul

di masyarakat. Hal tersebut terjadi karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan penderitaan, yang

selanjutnya disebut masalah sosial.

Masalah sosial ini berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga

kemasyarakatan. Untuk itu terjadi sedikit saja pergeseran diantara nilai-nilai sosial dengan

lembaga-lembaga kemasyarakatan, maka hubungan antarmanusia yang terdapat di dalam

kerangka bagian kebudayaan yang normatif akan ikut terganggu.

Namun setiap masyarakat tentunya mempunyai ukuran yang berbeda mengenai hal ini,

misalnya soal gelandangan merupakan masalah social yang nyata yang dihadapi kota-kota besar

di Indonesia. Akan tetapi belum tentu masalah tadi dianggap sebagai masalah sosial di tempat

lain. Faktor waktu juga mempengaruhi masalah sosial ini. Selain itu, ada juga masalah-masalah

yang tidak bersumber pada penyimpangan norma masyarakat, seperti masalah pengangguran,

penduduk, kemiskinan.

Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :

1.      Faktor Ekonomi          : kemiskinan, pengangguran dan lain-lain.

2.      Faktor Budaya            : perceraian, kenakalan remaja, dan lain-lain.

3.      Faktor Biologis           : penyakit menular.

Page 20: Sosiologi Dewi

4.      Faktor Psikologis        : penyakit syaraf, aliran sesat, dan lain-lain.

2.3.1.      Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Pendidikan

Penyebab  rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas,

efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di

Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

a.       Rendahnya sarana fisik;

b.      Rendahnya kualitas guru;

c.       Rendahnya kesejahteraan guru;

d.      Rendahnya prestasi siswa;

e.       Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan;

f.       Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan; dan

g.      Mahalnya biaya pendidikan.

2.3.2.      Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Kemiskinan

Secara sosiologis, kemiskian merupakan salah satu problem sosial yang paling serius dialami

oleh negara-negara berkembang. Secara umum kajian tentang kemiskinan dapat ditinjau dari dua

perspektif, yaitu yang pertama perspektif kultural (cultural perspective). Dan kedua adalah

perspektif struktural atau situasional (situational perspective). Kedua perspektif tersebut

mempunyai asumsi, metode dan pendekatan yang berbeda dalam menganalisis tentang

kemiskinan.

Pertama, perspektif kultural. Konsep kemiskinan dalam perspektif kultural dikelompokkan

menjadi tiga tingkatan analisis, yaitu yang pertama tingkatan individu, hal ini berarti kemiskinan

karena mentalitas individu yang malas, apatis, fatalistik, pasrah, boros, dan tergantung

(mentalitas negatif). Kedua adalah tingkatan keluarga, hal ini berarti kemiskinan karena jumlah

Page 21: Sosiologi Dewi

anak dalam keluarga sangat besar, dengan pola budaya keluarga yang tidak produktif. Dan yang

ketiga adalah tingkatan masyarakat, hal ini berarti kemiskinan kerena tidak terintegrasinya kaum

miskin dengan institusi-institusi masyarakat secara efektif.

Kedua, perspektif struktural. Konsep kemiskinan dalam perspektif struktural adalah

kemiskinan yang terjadi karena dampak dari faktor-faktor struktur masyarakat (faktor eksternal),

yaitu terjadinya kemiskinan karena:

a.       Program atau perencanaan pembangunan yang tidak tepat;

b.      Pelaksanaan kekuasan pemerintahan (birokrasi pemerintah) yang korup;

c.       Kehidupan sosial-politik yang tidak demokratis atau otoriter;

d.      Sistem ekonomi liberalistik atau kapitalistik;

e.       Perkembangnya teknologi modern atau industrialisasi yang mekanistik disemua aspek;

f.       Kesenjangan sosial-ekonomi di masyarakat sangat tinggi;

g.      Globalisasi ekonomi dan pasar bebas. Jadi, menurut perspektif struktural kemiskinan itu

terjadi karena faktor ekternal, sedangkan menurut perspektif kultural kemiskinan itu terjadi

karena mentalitas individu atau kelompok (Usman, S. 1998; Tjokrowinoto, W. 2004).

2.3.3.      Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Penyimpangan Perilaku Remaja dan

Kenakalan Remaja

Faktor-faktor penyebab terbentuknya perilaku menyimpang remaja, antara lain:

a.       Ketidaksanggupan menyerap norma budaya;

b.      Adanya ikatan sosial yang berlainan dengan yang dimiliki;

c.       Akibat proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang;

d.      Akibat kegagalan dalam proses sosialisasi;

Page 22: Sosiologi Dewi

e.       Sikap mental yang tidak sehat;

f.       Keluarga yang broken home atau keluarga yang disintegrasi;

g.      Pelampiasan rasa kecewa yang berlebihan;

h.      Dorongan yang berlebihan untuk dipuji;

i.        Proses belajar yang menyimpang;

j.        Dorongan pemenuhan kebutuhan ekonomi yang salah; dan

k.      Pengaruh lingkungan dan media masa yang negatif

(Coleman, J.W and Cressey, D.R. 1984; Sudarsono, 1995).

2.3.4.      Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Lingkungan Hidup

Ada beberapa faktor kekuatan sosial (perilaku manusia) yang menyebabkan terjadinya

penceran dan ancaman kelestarian lingkungan, antara lain:

a.       Pertumbuhan penduduk yang pesat dan mengakibatkan meningkatnya permintaan akan

makanan, energi dan beberapa kebutuhan lainnya;

b.      Konsentrasi penduduk di daerah perkotaan (urbanisasi) menyebabkan munculnya beragam

limbah yang dapat merusak ekosistem;

c.       Proses pembangunan dan modernisasi yang meningkatkan pengunaan tekbologi modern

yang bersifat konsumerisme dan mengabaikan keselamatan lingkungan; dan

d.      Aktivitas dan mekanisme pasar, bekerja tanpa pertimbangan keselamatan atau kelestarian

lingkungan hidup.