Top Banner

of 25

SMK3 PERUSAHAAN Konstruksi

Jul 12, 2015

Download

Documents

Vini Aristianti
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Industri konstruksi memiliki serangkaian catatan kecelakaan yang memakan banyak korban jiwa. Walaupun jenis pekerjaan yang dilakukan memang menampilkan tingkat bahaya yang tinggi, nampaknya telah ada suatu sikap yang berkembang dalam industri tersebut bahwa hal itu sudah merupakan bagian dari pekerjaan. Namun belakangan ini, beberapa proyek industri besar menyangkal anggapan ini dan berhasil menuntaskan pekerjaan dengan baik tanpa korban jiwa atau cedera serius. Keberhasilan ini sebagian besar diakibatkan oleh perubahan sikap yang terjadi terutama pada tingkat manajemen puncak. Dan CDM (Construction Design and Management) Regulations 1994 juga berperan dalam perubahan sikap itu, yang meletakkan tanggung jawab keselamatan kerja di tapak konstruksi pada setiap orang yang terlibat, mulai dari pendesain dan klien sampai kontraktor utama dan subkontraktornya.Kecelakaan di lingkungan kerja merupakan kerugian bagi perusahaan. Selain kerugian dari segi materiil seperti jam kerja yang hilang, produktivitas, kerusakan materiil dan mesin, terdapat aspek kerugian lain yang tidak terlihat jelas seperti kenyamanan pekerja dalam beraktivitas. Pengontrolan seluruh Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) perlu dilakukan agar kegiatan produksi dapat berjalan efektif dan efisien. Tingginya presentasi kecelakaan kerja lebih terkait dengan manajemen dibandingkan rekayasa. Manajemen tertinggilah yang menentukan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seperti kondisi kerja, kualitas kerja, dan kualitas peralatan yang dipakai. Bahaya di tempat kerja dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi, atau kombinasi dari berbagai kondisi, dimana bila tidak terkoreksi dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, penyakit, atau kerusakan properti (Goetsch, 1993). Sedangkan menurut Colling (1990), bahaya di tempat kerja merupakan suatu kondisi tempat kerja dimana terdapat suatu variable atau berbagai variabel yang berpotensi menimbulkan kecelakaan, cedera serius, penyakit, dan kerugian Kecelakaan yang terjadi memiliki sebab-sebab dan sebab- sebab tersebut umumnya dapat dicegah (Soemirat, 1999). Upaya pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan mengkoreksi atau paling tidak meminimasi setiap bahaya yang dapat diidentifikasi. Suatu analisis yang akurat terhadap

1Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

potensial bahaya di tempat kerja merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan masalah K3 dan dapat digunakan sebagai salah satu data dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dengan demikian, identifikasi dan eliminasi terhadap potensi bahaya merupakan kunci utama dalam upaya pencegahan kecelakaan di lingkungan kerja

2. Manfaat Manfaat Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja pada perusahaan kontruksi : Memberi perlindungan pada pekerja / karyawan Mengurangi angka kecelakaan kerja (AKK) Mengurangi penyakit akibat kerja (PAK) Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang Mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan karena kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja maupun kerusakan alat akibat kecelakaan kerja. Membuat system manajemen yang efektif Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan.

3. Tujuan

Tujuan penerapan SMK3 : Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi Proteksi terhadap industri dalam negeri Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan system Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan penerapan K3L

2Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Peraturan Tentang K3 di Indonesia Dalam rangka terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja pada

penyelenggaraan konstruksi di Indonesia, terdapat pengaturan mengenai K3 yang bersifat umum dan yang bersifat khusus untuk penyelenggaraan konstruksi yakni: 1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan. 3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4) Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum masing-masing Nomor Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi

Ketentuan Administrasi Kewajiban Umum Penyedia Jasa Kontraktor berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja terlindung dari resiko kecelakaan. Penyedia Jasa Kontraktor menjamin bahwa mesin mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan Keselamatan Kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman. Penyedia Jasa Kontraktor turut mengadakan :pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat. Penyedia Jasa Kontraktor menunjuk petugas Keselamatan Kerja yang karena jabatannya di dalam organisasi kontraktor, bertanggung jawab mengawasi kordinasi pekerjaan yang dilakukan. untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.

3Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Penyedia Jasa Kontractor memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengsn keahlian umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya. Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa Kontraktor menjamin bahwa semua tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya demi pekerjaannya masing-masing dan usaha pencegahannya, untuk itu Pengurus atau kontraktor dapat memasang papan-papan pengumuman, papan-papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan yang dipandang perlu. Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan caracara pelaksanaan kerja yang aman. Hal-hal yang rnenyangkut biaya yang timbal dalam rangka penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Pengurus dan Kontraktor.

2. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kesehatan kerja menurut Sumamur didefinisikan sebagai spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya, agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakitpenyakit umum. Tujuan utama program kesehatan kerja adalah mendapatkan pegawai yang sehat dan produktif dengan pokok kegiatan yang bersifat preventif dan promotif disamping kuratif dan rehabilitative. Menurut undang-undang kesehatan No. 1 tahun 1970, yang dimaksud dengan tempat bekerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat pasal-pasal undang-undang keselamatan kerja. Adapun tujuan keselamatan kerja menurut Sumamur (1987) adalah sebagai berikut:

4Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan untuk meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. 2) Menjamin setiap keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Rencana upaya tindakan pengendalian untuk memperbaiki kondisi kerja terdiri atas beberapa hal berikut ini: Rancang ulang proses dan prosedur kerja Ganti dengan bahan yang kurang berbahaya Mengurangi intensitas bahaya Melindungi dan menyeleksi pekerja terhadap bahaya Membuat sistem ventilasi untuk membuang atau mengencerkan racun di udara Menyesuaikan tempat kerja Mengatur waktu kerja dan istirahat atau rotasi kerja untuk mengurangi pemajanan pekerja; dan Menyediakan pakaian pelindung Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan

meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja, memelihara produktivitas dan mempergunakannya secara aman dan efisien. Pelaksanaan kesehatan dan keselamata kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produkatif.

5Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

SMK3 terdiri dari 5 prinsip dasar dan 12 elemen :

Prinsip Dasar : a) Penetapan kebijakan K3 b) Perencanaan penerapan K3 c) Penerapan K3 d) Pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja K3 e) Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja K3 secara

berkesinambungan

Elemen : 1) Pembangunan dan pemeliharaan komitmen 2) Pendokumentasian strategi 3) Peninjauan ulang desain dan kontrak 4) Pengendalian dokumen 5) Pembelian 6) Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 7) Standar pemantauan 8) Pelaporan dan perbaikan 9) Pengelolaan material dan perpindahannya 10) Pengumpulan dan penggunaan data 11) Audit SMK3 12) Pengembangan kemampuan dan ketrampilan

3. Organisasi K3 Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus bekerja secara penuh (FullTime) untuk mengurus dan menyelenggarakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pengurus dan Kontraktor yang mengelola pekerjaan dengan memperkerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk unit Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

6Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut ini merupakan unit struktural dari organisasi Kontraktor yang dikelola oleh Pengurus atau Kontraktor. Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut bersama-sama dengan Panitia Pembina Keselamatan Kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah kordinasi Pengurus atau Kontraktor, serta bertanggung jawab kepada Pemimpin Proyek. Kontraktor harus : Memberikan kepada Panitia Pembir.a Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Safety Committee) fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka. Berkonsultasi dengan Panitia Pembina Keselamatan clan Kesehatan Kerja (Safety Committee) dalam segala hal yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Proyek. Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari Safety Committee. Jika 2 (dua) atau lebih kontraktor bergabung dalam suatu proyek mereka harus bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan Kerja.

4. Laporan Kecelakaan Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada Depnaker dan Departemen Pekerjaan Umum. Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan : Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masingmasing clan, Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.

5. Keselamatan Kerja dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Tenaga Kerja harus diperiksa kesehatannya. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali (Pemeriksaan Kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan pada kesehatan fisik dan kesehatan individu),mSecara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut. Tenaga Kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan kesehatan khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara teratur.

7Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk Referensi. Suatu rencana organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama harus dibuat sebelumnya untuk setiap daerah ternpat bekerja meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan peralatan, aiat-alat komunikasi alat-alat jalur transportasi. Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus dilakukan oleh dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (P.P.P.K.). Alat-alat P.P.P.K. atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain. Alat-alat P.P.P.K. atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk kompres, perban, Gauze yang steril, antiseptik, plester, Forniquet, gunting, splint dan perlengkapan gigitan ular. Alat-alat P.P.P.K. dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain selain alat-alat P,P.P.K. yang diperlukan dalam keadaan darurat. Alatalat P.P.P.K. dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti. Isi dari kotak obat-obatan dan alat P.P.P.K. harus diperiksa secara teratur dan harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong). Kereta untuk mengangkat orang sakit,(Carrying basket) harus selalau tersedia. Jika tenaga kerjaa dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain, alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja. Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan adanya risiko tenggelam atau keracunan atau alat-alat penyelemat an harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja. Persiapan-persiapan harus dilaktikan untuk memungkinkan mengangkut dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat semacam ini. Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik (strategis) yang memberitahukan : Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat alat P.P.P.K. ruang P.P.P.K. ambulans, kereta untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari orang yang bertugas untuk urusan kecelakaan. Tempat telpon terdekat untuk menelpon/memanggil ambulans, nomor telpon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.

8Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Nama, alamat, nomor telpon dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat/ emergency.

6. Pembiayaan Keselamatan dan Kesehatan kerja Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi sejak dini yaitu pada saat pengguna jasa mempersiapkan pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu proyek jalan dan jembatan. Sehingga idealnya pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya penyedia jasa kontraktor harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana, sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya yang wajar. Oleh karena itu baik penyedia jasa dan pengguna jasa perlu memahami prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini, agar dapat melakukan langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.

7. Konstruksi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan kerja Kapanpun pekerjaan konstruksi dilakukan, jika pertimbangan diberikan terhadap bahaya yang dihadapi dan tindakan pencegahan yang diambil, kecelakaan dan kerusakan dapat dicegah. Hal ini berlaku baik bagi klien maupun kontraktor yang mengerjakan pekerjaan tersebut. kontraktor harus memasok seluruh material dan instalasi yang dibutuhkan untuk kontrak bersangkutan. Hal hal umum yang perlu diperhatikan adalah : Jatuh dari ketinggian Platform / anjungan kerja : Diatas 2 m dari tanah / lantai, harus dilengkapi dengan rimbattangan (hand trail) pada ketinggian 1 m, rail antara pada 0,5 m dan pijakan kaki (toeboard) pada ketinggian 150 mm. Untuk pekerjaan di atap, sediakan : Pelindung tepian Tali temali pengaman

9Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Crawler board jika atapnya rapuh (misalnya lembaran asbes) Tangga harus : Dalam kondisi baik Diperiksa secara teratur Diikat ujung atasnya ke struktur. (jika hal ini tidak mungkin, mintalah seseorang dibagian bawah untuk memegangi tangga) Jika digunakan sebagai akses tangga tersebut harus memanjang sedikitnya 1 m diatas anjungan yang diakses kecuali anjungan tersebut dilengkapi pegangan tanganyang aman Kecuramannya tidak melebihi 75, yaitu satu satuan dari dinding untuk setiap 4 satuan naik. Benda jatuh : Pekerja harus menggunakan helm-keras Jika material di simpan ditingkat atas, pastikan anjungan : Cukup lebar untuk memungkinkan akses melewati tempat material tersimpan Cukup kuat untuk menyangga beban Dilengkapi dengan rimbat tangan, pijakan kaki, dan jaring atau yang sejenisnyauntuk menahan material bersangkutan. Parit dan galian yang lebih dalam dari 1,2 m (4 kaki) Perkabelan sementara Perkakas mesin Material Kebersihan Perangkat sumber kebisingan Kabel listrik gantung Fasilitas-fasilitas bawah tanah Perancah

10Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Asbes Perkakas pneumatic Kran bergerak Fasilitas kenyamanan Pengaturan tapak konstruksi Perlengkapan Lubang, bukaan, dan tepi anjungan perlu dilengkapi dengan pagar kaku Penggunaan fasilitas

8. Keselamatan Kerja dalam Perobohan Gedung Dalam industri konstruksi yang memiliki catatan keselamatan kerja yang buruk, salah satu operasi kerja yang paling berbahaya adalah perobohan gedung. Akan tetapi pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan cara yang relatif aman apabila mengikuti praktik-praktik dan aturan-aturan tertentu. Perundang-undangan yang mencakup perobohan gedung sangatlah singkat dan dicantumkan dalam r.10 pada construction (health, safety, and welfare) regulation 1996. Pekerjaan perobohan gedung tunduk pada CDM dan harus direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Ada tiga fase yang menjadi pertimbangan : 1) Merencanakan pekerjaan 2) Bahaya terhadap kesehatan 3) Metode kerja Pada tahap awal, pertimbangan diberikan pada Jenis struktur atau gedung Kondisinya Keberadaan layanan Adanya sisa substansi- substansi berbahaya dari pemakaian sebelumnya Pengaruh dari atau terhadap bangunan yang berdekatan Akses ke tempat konstruksi untuk peralatan Penyimpanan material hasil pembongkaran Pembuangan puing-puing dan sisa galian

11Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Program kerja (Urutan pekerjaan) Metode kerja Pemilihan kontraktor.

Bahaya terhadap kesehatan dapat muncul dari keberadaan : Gas, asap, uap dan debu yang dapat berupa asfiksian racun, material korosif. Cairan dan material yang dapat menyala Timbal Asbes Debu semen Silica Residu dari proses-proses di tapak konstruksi

Metode perobohan meliputi : Perobohan dengan tangan Perobohan secara mekanik Peruntuhan secara bertahap Peledakan Penarikan dengan tali

9. Keselamatan Kerja dalam Galian Bahaya-bahaya umum pada penggalian : Dinding yang runtuh Material yang jatuh menimpa orang-orang yang bekerja di dalamnya Orang atau kendaraan terperosok kek dalamnya Melemahkan struktur atau bangunan yang bersebelahan Merusak fasilitas-fasilitas dibawah tanah Asfiksi oleh uap dan gas Genangan air.

12Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

10. Masalah Umum Adanya perlengkapan keselamatan kerja yang tidak melalui pengujian laboratorium, sehingga tidak diketahui derajat perlindungannya atau tidak memenuhi ketentuan keselamatan. Pekerja merasa tidak nyaman dan kadang-kadang pemakai merasa terganggu. Terdapat kemungkinan menimbulkan bahaya baru atas penggunaan perlengkapan keselamatan kerja Pengawasan terhadap keharusan penggunaan perlengkapan keselamatan kerja sangat lemah. Kewajiban untuk memelihara perlengkapan keselamatan kerja yang menjadi tanggung jawab perusahaan sering dialihkan kepada pekerja.

Masalah Pemakaian perlengkapan keselamatan kerja secara umum Pekerja tidak mau memakai perlengkapan keselamatan kerja dengan alasan: Yang bersangkutan tidak mengerti atas maksud keharusan pemakaian . Pemakaian perlengkapan keselamatan kerja dirasakan pekerja tidak nyaman seperti panas, sesak dan tidak memenuhi nilai keindahan Pekerja merasa terganggu dalam melaksanakan pekerjaan. Jenis perlengkapan keselamatan kerja yang dipakai tidak sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi. Tidak dikenakan sanksi terhadap pekerja yang tidak memakai perlengkapan keselamatan kerja Atasannya juga tidak memakai perlengkapan keselamatan kerja tanpa dikenakan sanksi. Perusahaan tidak menyediakan perlengkapan keselamatan kerja dengan alasan: Perusahaan tidak mengerti adanya ketentuan pemakaian perlengkapan

keselamatan kerja. Rendahnya kesadaran perusahaan atas pentingnya K3 dan secara sengaja melalaikan kewajibannya untuk menyediakan perlengkapan keselamatan kerja. Perusahaan merasa sia-sia menyediakan perlengkapan keselamatan kerja, karena pada akhirnya perlengkapan keselamatan kerja tidak dipakai oleh pekerja. Jenis perlengkapan keselamatan kerja yang disediakan oleh perusahaan tdak sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi pekerja

13Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Perusahaan mengadakan perlengkapan keselamatan kerja hanya sekedar memenuhi persyaratan formal tanpa mempertimbangkan kesesuaiannya dengan maksud pemakaiannya.

Masalah khusus perlengkapan keselamatan kerja Masker Sering ditemukan adanya kerusakan atau sumbatan pada filter Pemakaian alat ini dirasakan tidak nyaman oleh pekerja. Pemakaian alat ini menimbulkan efek psikologis dan kecemasan terhadap pemakainya dan meningkatkan beban kerja pada jantung dan hati. Pemakai alat ini harus menghirup udara yang dihembuskannya. Pemakaian alat ini menimbulkan kesulitan berkomunikasi pada pemakainya. Cara pemakaiannya kurang tepat seperti longgarnya/lepasnya tali pengikat sehingga pengamanan terhadap pemakainya kurang berdaya guna.

Alat Pelindung Telinga Pemakaian alat ini dapat menimbulkan resiko infeksi telinga. Pemakaian alat ini menimbulkan kesulitan berkomunikasi pada pemakainya Pemakai merasa tidak nyaman dan terisolasi. Jepitan yang terlalu kuan serring menimbulkan sakit kepala pada pemakainya. Kemampuan menduga jarak dari pemakai menurun. Sering menimbulkan iritasi kulit pemakinya.

Sarung Tangan Pemakaian alat ini menimbulkan kepekaan tangan dan jari menurun Menimbulkan keluarnya keringat berlebihan. Sering menyebabkan adanya bahan kimia tertentu tanpa diketahui pemakainya yang mungkin membahayakan pemakainya.

Kaca Mata Keselamatan Dapat membatasi pandangan pemakainya.

14Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Adanya noda, kabut dan goresan kecil pada kaca yang mengakibatkan kaburnya pandangan pemakainya. Alat ini menimbulkan kesulitan pada pemakainya untuk melihat kerusakan secara visual. Kondisi kacamata yang tidak baik sering menimbulkan kemungkinan benda masuk dari samping

15Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

BAB III PEMBAHASAN

1. Penerapan Kesehatan dan Keselamtan Kerja Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam keselamatan dan kesehatan kerja Manusia Manusia merupakan unsur yang paling penting dan paling menentukan dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Banyak contoh yang membuktikan bahwa terjadinya kecelakaan kerja lebih banyak diakibatkan oleh kesalahan manusia dibandingkan dengan diakibatkan oleh faktor di luar manusia seperti peralatan maupun alam. Beberapa persyaratan yang wajib dipunyai pelaku kegiatan pekerjaan konstruksi agar terjamin keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik seperti: Terampil dalam menjalankan pekerjaannya; Sehat jasmani dan rohani; Tekun; Disiplin; Mematuhi ketentuan peraturan keseslamtan kerja; Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai bidang tugasnya; dan Berkonsentrasi terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan.

Peralatan / Mesin Di samping manusia, maka peralatan/mesin juga perlu mendapatkan perhatian dalam pengoperasiannny agar terhindar kecelakaan kerja yang tidak diharapkan. Halhal yang perlu mendapatkan perhatian terkait dengan peraltan tersebut antara lain: Peralatan harus dalam kondisi baik dan benar-benar siap untuk dioperasikan; Peralatan tidak ditemukan kepincangan-kepincangan maupun kerusakankerusakan yang dapat menyebabkan terganggunya operasi peralatan maupun cacatnya hasil pengoperasiannya; dan

16Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Khusus untuk pekerjaan yang tidak boleh terhenti produksinya dalam rangka menjaga mutu hasil pekerjaan, peralatan harus dapat beroperasi secara menerus tanpa berhenti (misalnya tersedianya bahan bakar yang cukup).

Lingkungan / Tempat Kerja Yang dimaksud dengan lingkungan kerja adalah suatu areal atau tempat kerja dan

sekelilingnya beserta segala fasilitas yang mendukung proses bekerja. Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan lingkungan/tempat kerja dalam rangka terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja antara lain: Syarat-Syarat Umum Tempat Kerja Terhindar dari kemungkinan bahaya kebakaran dan kecelakaan. Terhindar dari kemungkinan bahaya keracunan, penularan penyakit yang disebabkan oleh proses jalannya pekerjaan. Kebersihan dan ketertiban lingkungan terjaga Mempunyai penerangan yang cukup dan memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan. Mempunyai suhu yang baik dan ventilasi yang cukup sehingga peredaran udara cukup baik. Terhindar dari gangguan debu, gas, uap dan bau-bauan yang tidak mengenakkan.

Syarat-Syarat Umum Lingkungan Sekitar Tempat Kerja Halaman harus bersih, teratur, dan tidak becek serta cukup luas untuk kemungkinan perluasan. Jalan halaman tidak berdebu. Aliran air dalam saluran air cukup lancar sehingga terjaga kebersihannya dan tidak ada genangan air. Sampah dikelola dengan baik tanpa adanya tumpukan sampah ditempat kerja yang mengganggu kebersihan dan kesehatan. Tempat buangan/tumpukan sampah dijaga untuk tidak menimbulkan sarang lalat atau binatang serangga lainnya.

17Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis. Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan izin masuk.

Syarat-Syarat Umum Ruang Tempat Kerja Konstruksi bangunan gedung harus kuat dan cukup aman dari bahaya kebakaran. Tangga harus cukup kuat, aman dan tidak licin. Kebersihan ruangan termasuk dinding, lantai dan atap harus selalu dijaga.

2. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Pekerjaan Konstruksi Di dalam pelaksanaan keamanan kerja konstruksi banyak pihak terlibat terutama pihak kontraktor yang secara langsung paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan konstruksi sekaligus paling menerima risikonya. Berkaitan dengan pelaksanaan keamanan kerja konstruksi, kontraktor adalah pihak yang secara langsung dan lengkap terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Pihak konsultan pengawas pekerjaan konstruksi mempunyai kewajiban melakukan pengawasan terhadap semua langkah dan penerapan keamanan kerja konstruksi telah dilakukan. Faktor-faktor yang sering mengakibatkan kecelakaan pada proyek konstruksi antara lain adalah: Pelaku-pelaku konstruksi Material konstruksi Peralatan konstruksi Metode konstruksi Desain struktur

Pelaku-pelaku Konstruksi Dalam konsep rekayasa keamanan kerja, faktor manusia merupakan aspek paling penting. Meninggalnya atau cacatnya manusia merupakan indikasi terpenting dalam kriteria kecelakaan. Penghargaan zero accident dapat diartikan tidak adanya korban manusia.

18Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Namun dari banyak kejadian kecelakaan kerja konstruksi, ternyata kesalahan manusia merupakan penyebab terbesar dari kejadian kecelakaan kerja konstruksi. Peran manusia merupakan faktor paling penting dalam menghindari kemungkinan kecelakaan kerja konstruksi. Kondisi kesehatan lahir dan batin serta kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dalam segala situasi dan kondisi merupakan aspek penting yang dituntut oleh lapangan. Di samping itu, penggunaan peralatan keamanan kerja sesuai dengan risiko yang mungkin dihadapi oleh yang bersangkutan merupakan hal yang harus dilakukan dalam rangka mengurangi risiko kecelakaan.

Material Konstruksi Dalam rangka menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja konstruksi, penggunaan bahan konstruksi yang memenuhi persyaratan spesifikasi teknik serta pemasangan sesuai dengan metode yang ditetapkan merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan.

Peralatan Konstruksi Semua peralatan yang menggunakan ukuran berat, volume, temperatur dan lainlain harus memiliki kalibrasi yang masih berlaku dan harus selalu diperbarui apbila telah kadaluwarsa sebelum peraltan tersebut digunakan. Alat berat, terutama alat angkat, harus memiliki sertifikat layak pakai yang masih berlaku.

Metode Konstruksi Metode konstruksi memiliki peran yang besar dalam proses konstruksi. Oleh karena itu, pemilihan metode konstruksi yang akan diterapkan harus benar-benar dapat dilaksanakan dengan aman. Setiap metode yang ditetapkan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Secara teknis aman. Peralatan yang dipakai adalah sesuai dan cukup aman. Pelaku-pelakunya sudah biasa melaksanakan. Sudah mempertimbangkan aspek keamanan.

19Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Desain Struktur Perencana dalam melakukan perencanaan desin struktur di samping telah memperhitungkan keamanan konstruksinya yang merupakan persyaratan pokok dari suatu desain struktur, tentunya juga harus telah mempertimbangkan keamanan kerja konstruksinya pada saat dilaksnakannya. Namun demikian, strukktur yang telah disiapkan perencana masih perlu diperhatikan oleh pihak pelaksana terutama berkaitan dengan keamanan pada saat pelaksanaannya. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan pada saat pelaksanaan konstruksinya.

3. Kesiapan menangani keadaan darurat Kesiapan menangani keadaan darurat meliputi hal-hal sebagai berikut: Identifikasi semua keadaan darurat yang potensial, baik di dalam atau di luar lokasi kerja. Prosedur keadaan darurat telah didokumentasikan dan disosialisikan kepada seluruh pekerja. Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau ulang secara rutin oleh petugas yang kompeten. Semua tenaga kerja telah mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko. Pelatihan khusus kepada petugas penaganan darurat. Istruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat ditempatkan di tempat-tempat yang strategis dan mencolok serta telah diperhatikan dan diketahui oleh seluruh tenaga kerja. Alat dan sistem keadaan darurat diperiks, diuji dan dipelihara secara berkala. Kesesuaian,penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat telah dinilai oleh petugas yang berkompeten.

4. Pengawasan Pengawasan dilakukan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan. Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan tingkat risiko tugas.

20Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

Pengawas ikut serta dalam mengidentifikasi bahaya dan membuat upaya pengendalian. Pengawas didikutsertakan dalam pelaporan dan penyelidikan penyakit akibat kerja dan kecelakaan dan wajib menyerahkan laporan dan saran-saran kepada pengurus.

5. Pemeriksaan Bahaya Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur. Inspeksi dilaksanakan bersama oleh wakil pengurus dan wakil tenaga kerja yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi potensi bahaya. Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas di tempat yang diperiksa. Daftar simak (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat inspeksi. Laporan inspeksi diajukan kepada pengurus dan Panitia Pembina K3. Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektifitasnya

6. Pemantauan Lingkungan Kerja Pemantauan lingkungan kerja dilaksanakan secara teratur dan hasilnya dicatat dan dipelihara. Pemantauan lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis, radiasi dan psikologis.

7. Peralatan, Pemeriksaan, Pengukuran dan Pengujian Terdapat sistem yang terdokumentasi mengenai identifikasi, kalibrasi,

pemeliharaan dan penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas yang berkompeten.

8. Pemantauan Kesehatan Kesehatan tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja yang mengandung bahaya harus dipantau. Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan di mana pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk membantu pemeriksaan ini. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter pemeriksa yang ditunjuk sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Catatan mengenai pemantauan kesehatan dibuat sesuai dengan perturan perundangan yang berlaku.

21Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

9. Pencatatan dan Pelaporan Catatan K3 Perusahaan mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengarsipkan, memelihara dan menyimpan catatan keselamatan dan kesehatan kerja. Undang-undang, peraturan, standar dan pedoman teknis yang relevan dipelihara pada tempat yang mudah didapat. Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk menjaga kerahasiaan catatan. Catatan mengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara. Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan catatan rehabilitasi kesehatan dipelihara. Data dan Laporan K3 Data keselamatan dan kesehatan kerja yang terbaru dikumpulkan dan dianalisa. Laporan rutin kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dibuat dan disebarluaskan di dalam perusahaan. Pelaporan Keadaan Darurat Terdapat prosedur proses pelaporan sumber bahaya, personil perlu diberitahu mengenai proses pelaporan sumber bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Pelaporan Kecelakaan Kerja Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta kecelakaan di tempat kerja dilaporkan. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku.

10. Penyelidikan Kecelakaan Kerja Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dilaporkan. Penyelidikan dan pencegahan kecelakaan kerja dilakukan oleh petugas atau ahli K3 yang telah dilatih. Laporan penyelidikan berisi saran-saran dan jadwal waktu pelaksanaan usaha perbaikan. Tanggung jawab diberikan kepada petugas yang ditunjuk untuk melaksanakan tindakan perbaikan sehubungan dengan laporan penyelidikan. Tindakan perbaikan didiskusikan dengan tenaga kerja di tempat terjadinya kecelakaan. Efektivitas tindakan perbaikan dipantau.

22Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

11. Penanganan Masalah Terdapat prosedur untuk menangani masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang timbul dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan masalah keselamatan dan kesehatan kerja dan menerima informasi kemajuan penyelesaian. 12. Inti dari Jurnal penentuan biaya kecelakaan dalam pengelolaan Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di PT. X dengan metode robinson Motivasi biaya kecelakaan dapat tumbuh dengan menunjukkan kepada perusahaan bahwa keberhasilan pengelolaan K3 di proyek-proyek konstruksi juga memiliki pengaruh terhadap keuntungan atau kerugian perusahaan, melalui suatu matriks perkiraan biaya kecelakaan Robinson. Dengan mengetahui perkiraan biaya, perusahaan akan mendapat gambaran mengenai keuntungan yang didapat apabila pengeluaran biaya kecelakaan dapat dihindari dengan melakukan tindakan pencegahan.

23Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan Kecelakaan di lingkungan kerja merupakan kerugian bagi perusahaan. Selain kerugian dari segi materiil seperti jam kerja yang hilang, produktivitas, kerusakan materiil dan mesin, terdapat aspek kerugian lain yang tidak terlihat jelas seperti kenyamanan pekerja dalam beraktivitas. Pengontrolan seluruh Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) perlu dilakukan agar kegiatan produksi dapat berjalan efektif dan efisien. Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri konstruksi sangat penting sekali untuk dilaksanakan dan diterapkan, sebagaimana yang sudah disadari dengan menjalankan Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang baik, perusahaan konstruksi yang merupakan industri yang berbahaya dan tinggi angka kecelakaan kerjanya bisa menjadi lebih aman dan mengurangi angka kecelakaan kerja. Serta dengan menggunakan metode robinson dari segi pembiayaan bisa dilihat perbandingan keuntungan perusahaan konstruksi yang menerapkan Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang baik, dibandingkan dengan ketika tidak menerapkan Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Saran Semua perusahaan konstruksi yang mempekerjakan 100 orang atau lebih dan atau dengan tingkat bahaya yang tinggi harus menerapkan Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaannya. Karena Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang dilaksanakan dengan baik memiliki banyak keuntungan bukan hanya dari segi moral, sosial dan pencitraan nama baik perusahaan saja namun juga lebih menguntungkan perusahaan dari segi pembiayaan, karena Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dapat mencegah ataupun mengurangi angka kecelakaan, kesakitan, ataupun kerusakan alat yang disebabkan oleh kecelakaan kerja.

24Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson

DAFTAR PUSTAKA

1. Ridley, john. 2008. Ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja, edisi ketiga. Jakarta : Erlangga 2. Suardi, rudi. 2005. Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Jakarta : PPM 3. Peraturan menteri tenaga kerja republic Indonesia nomor: per.05/men/1996 tentang system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. 4. Sumamur. 1987. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: CV Haji Masagung 5. Harrington J.M&Gill F.S. 1992. Health Service, in: Pocket Consultant Occupational Health, 3/E. New York: Blackwell Science Limited 6. Husni L. 2001. Aspek-Aspek Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, dalam: Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.Edisi1. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada 7. Notoatmojo. S. 1999. Kesehatan Kerja, Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsipprinsip Dasar. Jakarta : PT.Rineka Cipta 8. Silalahi Bennet, dkk. 1995. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Sabdodadi

25Sistem Manajemen K3 pada Perusahaan Konstruksi dan analisis pembiayaan SMK3 dengan Metode Robinson