Top Banner
SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 SMA MATEMATIKA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 MATERIPELATIHAN GURU IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
320

Sma Matematika

Jan 01, 2016

Download

Documents

Vita Vinoca
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sma Matematika

Pendahuluan| i

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

SMA

MATEMATIKA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2013

MATERIPELATIHAN GURUIMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Page 2: Sma Matematika

Pendahuluan| ii

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

Diterbitkan oleh:

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaandan Penjaminan Mutu PendidikanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan2013

Copyright © 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izintertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 3: Sma Matematika

Pendahuluan| iii

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

SAMBUTANMENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt, Kurikulum 2013 secara terbatas mulaidilaksanakan tahun 2013 pada sekolah-sekolah yang memenuhi persyaratan dan ditetapkansecara selektif. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya untukmerespon berbagai tantangan tantangan internal dan eksternal.

Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tatakelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, danpenyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan denganapa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitaskemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat padatataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itumelahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan pendidikan. Karena itu,implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dantuntutan masyarakat Indonesia masa depan.

Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama,standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standarkompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua matapelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuanpeserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima,semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensilulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip inimenjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.

Mudah-mudahan implementasi Kurikulum 2013 ini bisa berjalan dengan baik. Akhirnya, kepadasemua pihak yang telah mendedikasikan dirinya dalam mempersiapkan Kurikulum 2013, sayamengucaplkan banyak terima kasih. Semoga bermanfaat untuk mencerdaskan bangsa Indonesia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Muhammad Nuh

Page 4: Sma Matematika

Pendahuluan| iv

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul Bahan Ajar PelatihanImplementasi Kurikulum 2013. Modul bahan ajar ini merupakan bahan ajar wajib dalam rangkapelatihan calon instruktur, guru inti, dan guru untuk memahami Kurikulum 2013 dan kemudiandalam proses pembelajaran di sekolah.

Kurikulum 2013 ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013-2014 melaluipelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah-sekolah yang sudah siap melaksanakannya. PadaTahun Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas untuk Kelas I dan IVSekolah Dasar/Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI), Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/MadrasahTsanawiyah (SMP/MTs), dan Kelas X Sekolah Menengah Atas/Sekolah MenengahKejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA/MAK). Pada Tahun Ajaran 2015/2016 diharapkanKurikulum 2013 telah dilaksanakan di seluruh kelas I sampai dengan Kelas XII.

Menjelang implementasi Kurikulum 2013, penyiapan tenaga guru dan tenaga kependidikanlainnya sebagai pelaksana kurikulum di lapangan perlu dilakukan. Sehubungan dengan itu, BadanPengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan MutuPendidikan (BPSDMPK dan PMP), telah menyiapkan strategi Pelatihan Implementasi Kurikulum2013 bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas.

Pada tahun 2013 pelatihan akan dilakukan bagi pengawas SD/SMP/SMA/SMK, kepala sekolahSD/SMP/SMA/SMK, dan guru Kelas I dan IV SD, guru Kelas VII SMP untuk 9 mata pelajaran, danguru Kelas X SMA/SMK untuk 3 mata pelajaran. Guna menjamin kualitas pelatihan tersebut, makaBPSDMPK dan PMP telah menyiapkan 14 Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, sesuaidengan kelas, mata pelajaran, dan jenjang pendidikan. Modul ini diharapkan dapat membantusemua pihak menjalankan tugas dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.

Saya mengucpkan terima kasih dan penghargaan atas partisipasi aktif kepada pejabat dan staf dijajaran BPSDMPK dan PMP, dosen perguruan tinggi, konsultan, widyaiswara, pengawas, kepalasekolah, dan guru yang terlibat di dalam penyusunan modul-modul tersebut di atas.

Jakarta, Juni 2013Kepala Badan PSDMPK-PMP

Syawal GultomNIP. 19620203 198703 1 002

Page 5: Sma Matematika

Pendahuluan| v

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

DAFTAR ISI

SAMBUTANMENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN iiiKATA PENGANTAR ivDAFTAR ISI vBAGIAN I PENDAHULUAN 1

A. Tujuan Umum Pelatihan 2B. Indikator Umum Ketercapaian Tujuan 2C. Kompetensi Inti Peserta yang Harus Dicapai 3D. Hasil Kerja Peserta Selama Pelatihan 3E. Tahapan, Nara Sumber, dan Peserta Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 3

F.Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, untuk Guru, Kepala Sekolah,dan Pengawas

5

G. Penilaian 6H. Panduan Narasumber dan Fasilitator 6I. Kode Etik Narasumber 7J. Panduan Penggunaan Materi Pelatihan Kurikulum 2013 8K. Sistematika Modul 10

BAGIAN II SILABUS PELATIHAN 11A. Silabus Materi Pelatihan 0: Perubahan Mindset 13B. Silabus Materi Pelatihan 1: Konsep Kurikulum 2013 15C. Silabus Materi Pelatihan 2: Analisis Materi Ajar 19D. Silabus Materi Pelatihan 3: Model Rancangan Pembelajaran 25

E. Silabus Materi Pelatihan 4: Praktik Pembelajaran Terbimbing 29

BAGIAN III MATERI PELATIHAN 32

MATERI PELATIHAN 0: PERUBAHAN MINDSET 33

A. Kompetensi 34

B. Lingkup materi 34

C. Indikator 34

D Perangkat pelatihan 34

Skenario kegiatan 35Bahan tayang

MATERI PELATIHAN 1 : KONSEP KURIKULUM 2013 59

A. Kompetensi 60

B. Lingkup materi 60

C. Indikator 60

D Perangkat pelatihan 61

Skenario kegiatan 621.1 Rasional Kurikulum 641.2 Elemen Perubahan Kurikulum 931.3 SKL, KI, dan KD 105

Page 6: Sma Matematika

Pendahuluan| vi

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

1.4 Strategi Implementasi Kurikulum 127MATERI PELATIHAN 2 : ANALISIS MATERI AJAR 131

A. Kompetensi 132

B. Lingkup materi 132

C. Indikator 132

D. Perangkat pelatihan 133

Skenario kegiatan 1342.1 Konsep Pendekatan Scientific 1372.2 Model Pembelajaran 1712.3 Konsep Penilaian Autentik pada Pembelajaran 2222.4 Analisis Buku Guru dan Siswa 246

MATERI PELATIHAN 3 : MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN 259

A. Kompetensi 260

B. Lingkup materi 260

C. Indikator 260

D. Perangkat pelatihan 260

Skenario kegiatan 2613.1 Penyusunan RPP 2633.2 Perancangan Penilaian Autentik 280

MATERI PELATIHAN 4 : PRAKTEK PEMBELAJARAN TERBIMBING 291A. Kompetensi 292

B. Lingkup materi 292

C. Kompetensi Peserta Pelatihan 292

D. Perangkat pelatihan 292

Skenario kegiatan 2944.1Simulasi Pembelajaran 295

4.2 Peer Teaching 304

Page 7: Sma Matematika

Pendahuluan| vii

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

GAMBARAN STRUKTUR MATERI PELATIHAN GURU IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

BAGIAN 1:PENDAHULUAN

A. Tujuan Umum PelatihanB. Indikator Umum KetercapaianTujuanC. Kompetensi Inti Peserta yang Harus DicapaiD. Hasil Kerja Peserta Selama PelatihanE. Tahapan, Narasumber, dan Peserta PelatihanF. Struktur PelatihanG. PenilaianH. Panduan Narasumber dan FasilitatorI. Kode Etik NarasumberJ. Panduan Penggunaan Materi PelatihanK. Sistematika Materi Pelatihan

BAGIAN 2:SILABUS

A. Silabus Perubahan MindsetB. Silabus Konsep Kurikulum 2013C. Silabus Analisis Materi AjarD. Silabus Model Rancangan PembelajaranE. Silabus Praktik Pembelajaran Terbimbing

A. Materi Pelatihan 0: Perubahan Mindset

B. Materi Pelatihan 1: Konsep Kurikulum 20131.1 Rasional1.2 Elemen Perubahan1.3 SKL, KI, KD1.4 Strategi Implementasi

C. Materi Pelatihan 2: Analisis Materi Ajar2.1 Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu2.2 Konsep PendekatanScientific2.3 Model Pembelajaran2.4 Konsep Penilaian Autentik pada Proses danHasil Belajar2.5 Analisis Buku Guru dan Buku SIswa

D. Materi Pelatihan 3: Model Rancangan Pembelajaran1.1 Penyusunan RPP1.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil

Belajar

E. Materi Pelatihan 4: Praktik Pembelajaran Terbimbing4.1 Simulasi Pembelajaran4.2 Peer Teaching

F. Program Pendampingan

BAGIAN 3:MATERI PELATIHAN

Page 8: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 1

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

BAGIAN I

PENDAHULUAN

Page 9: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 2

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

BAGIAN I

PENDAHULUAN

Modul Pelatihan ini disiapkan untuk digunakan para Narasumber Pelatihan ImplementasiKurikulum 2013 sesuai dengan kelas, mata pelajaran dan jenjang pendidikan. Narasumber yangdimaksudkan adalah Narasumber Nasional, Instruktur Nasional, Guru Inti, Kepala Sekolah Inti, danPengawas Sekolah Inti.

Modul ini memberi panduan bagi para pengguna mengenai (1) Tahapan Pelatihan ImplementasiKurikulum 2013; (2) Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013; (3) Panduan Narasumber;(4) Panduan Penilaian; (5) Bahan/Materi Pelatihan untuk masing-masing Mata Pelatihan.Bahan/Materi Pelatihan yang dimaksud meliputi hand-out, lembar kerja/worksheet, bahan tayangbaik dalam bentuk slide power point maupun rekaman video.

Sesuai dengan Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, BadanPengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan MutuPendidikan (BPSDMPK dan PMP) telah menetapkan jenjang atau tahapan pelatihan, sasaranpelatihan, dan struktur pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 untuk tahun kalender 2013.

A. Tujuan Umum Pelatihan

Tujuan Umum Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.

1. Guru mampu melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan kompetensi lulusan, isi,proses pembelajaran, dan penilaian Kurikulum 2013.

2. Kepala sekolah mampu mengerahkan sumber daya yang dimiliki dalam rangka menjaminketerlaksanaan implementasi Kurikulum 2013.

3. Pengawas sekolah mampu memberikan bantuan teknis secara benar kepada sekolahdalam mengatasi hambatan selama implementasi Kurikulum 2013.

B. Indikator Umum Ketercapaian Tujuan

Hasil monitoring dan evaluasi implementasi Kurikulum 2013 pada akhir Tahun Ajaran2013/2014, menunjukkan di bawah ini.

1. Tujuh puluh persen (70%) guru kelas I, IV, VII, X mampu melaksanakan tugas sesuaidengan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian Kurikulum2013.

2. Tujuh puluh persen (70%) sekolah pelaksana Kurikulum 2013 tidak mengalami hambatanbiaya, sarana, sumber daya manusia, dan kebijakan sekolah.

3. Tujuh puluh persen (70%) sekolah pelaksana Kurikulum 2013 mendapatkan bantuansecara benar dari pengawas sekolah selama implementasi Kurikulum 2013.

Page 10: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 3

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

C. Kompetensi Inti Peserta yang Harus Dicapai

Berdasarkan Indikator Ketercapaian Tujuan, maka berikut ini kompetensi inti yang harusdicapai peserta setelah mengikuti pelatihan.

1. Memiliki sikap yang terbuka untuk menerima Kurikulum 2013.

2. Memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013.

3. Memiliki pemahaman yang mendalam tentang Kurikulum 2013 (rasional, elemenperubahan, SKL, KI dan KD, serta strategi implementasi).

4. Memiliki keterampilan menganalisis keterkaitan antara Standar Kompetensi Kelulusan(SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Buku Guru, dan Buku Siswa.

5. Memiliki keterampilan menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) denganmengacu pada Kurikulum 2013.

6. Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan pendekatan Scientific secarabenar.

7. Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan model pembelajaran ProblemBased Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning.

8. Memiliki keterampilan melaksanakan penilaian autentik dengan benar.

9. Memiliki keterampilan berkomunikasi lisan dan tulis dengan runtut, benar, dan santun.

D. Hasil Kerja Peserta Selama Pelatihan

Setelah selesai mengikuti pelatihan, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah mampumewujudkan hasil kerja secara kolektif berikut ini.

1. Analisis SKL, KI, KD untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban tugasnya, selama 1semester.

2. Analisis buku siswa dan buku guru untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai bebantugasnya, selama 1 semester.

3. Contoh RPP untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban tugasnya, selama 1semester.

4. Contoh instrumen penilaian untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban tugasnya,selama 1 semester.

E. Tahapan, Narasumber, dan Peserta Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

Sasaran akhir dari pelatihan ini adalah guru, kepala sekolah dan pengawas. Mengingatjumlah sasaran akhir pelatihan sangat besar dan sebaran sasaran akhir pelatihan sangat luas,maka pelatihan ini menerapkan strategi pelatihan bertahap atau berjenjang. Tahapan atau

Page 11: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 4

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

jenjang pelatihan, narasumber yang akan bertugas, serta sasaran peserta dapat dijelaskanpada diagram berikut ini.

Diagram 1. Tahapan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

Tahapan pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 dapat dilihat pada diagram 1 di atas.Diagram tersebut menunjukan terdapat 3 tahap pelatihan yaitu:Pelatihan Tingkat Nasional,Tingkat Provinsi, dan Tingkat Kabupaten/Kota. Secara keseluruhan terdapat 7 jenispelatihan, yakni: Pelatihan Instruktur Nasional, Pelatihan Guru Inti, Pelatihan Kepala SekolahInti, Pelatihan Pengawas Inti, Pelatihan Guru Kelas/ Mapel, Pelatihan Kepala sekolah, danPelatihan Pengawas.

Narasumber: Narasumber Nasional

Narasumber: Instruktur Nasional Narasumber: Instruktur Nasional Narasumber: Instruktur Nasional

Peserta: Instruktur Nasional

Peserta: Guru Inti

Narasumber: Guru Inti Narasumber: Kepala Sekolah Inti Narasumber: Pengawas Inti

Peserta: Guru Kelas/Mapel/BK Peserta: Kepala Sekolah Peserta: Pengawas

Peserta: Kepala Sekolah Inti Peserta: Pengawas Inti

PELATIHAN INSTRUKTURNASIONAL

PELATIHAN GURU INTI PELATIHAN KEPALA SEKOLAH INTI PELATIHAN PENGAWAS INTI

PELATIHAN GURU KELAS/MAPEL PELATIHAN KEPALA SEKOLAH PELATIHAN PENGAWAS

Page 12: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 5

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

F. Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, untuk Guru, Kepala Sekolah, danPengawasSekolah

Tabel 1: Struktur Pelatihan Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah

No MateriPelatihanSD/MI SMP/MTs SMA/SMK

/MAKelas I Kelas IV IPA IPS Lainnya

0. PERUBAHAN MINDSET 2 2 2 2 2 2

1. KONSEP KURIKULUM 2013 4 4 4 4 4 4

1.1 Rasional 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

1.2 Elemen Perubahan 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

1.3 SKL, KI dan KD 2 2 2 2 2 2

1.4 Strategi Implementasi 1 1 1 1 1 1

2. ANALISIS MATERI AJAR 12 12 12 12 12 12

2.1 Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu 2 2

Konsep Pembelajaran IPA Terpadu 2

Konsep Pembelajaran IPS Terpadu 2

2.2 Konsep Pendekatan Scientific 2 2 2 2 2 2

2.3 Model Pembelajaran 2 2 2 2

2.4Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan HasilBelajar

2 2 2 2 2 2

2.5Analisis Buku Guru dan Buku Siswa (Kesesuaian,Kecukupan, dan Kedalaman Materi)

6 6 4 4 6 6

3. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN 8 8 8 8 8 8

3.1 Penyusunan RPP 5 5 5 5 5 5

3.2 Perancangan Penilaian Autentik 3 3 3 3 3 3

4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING 22 22 22 22 22 22

4.1 Simulasi Pembelajaran 8 8 8 8 8 8

Page 13: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 6

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

4.2 Peer Teaching 14 14 14 14 14 14

PENDAMPINGAN 2 2 2 2 2 2

TES AWAL DAN TES AKHIR 2 2 2 2 2 2

TOTAL 52 52 52 52 52 52

G. Penilaian

Seusai pelatihan, panitia pelatihan akan mengumumkan hasil penilaian peserta. Penilaianmeliputi tiga ranah yaitu:

1. sikap2. pengetahuan, dan3. keterampilanPenilaian autentik diterapkan di dalam pelatihan ini. Metode penilaian yang diterapkan didalam penilaian ini meliputi:

1. tes awal;2. tes akhir;3. portofolio; dan4. pengamatan.

Setiap calon instruktur nasional, guru inti, kepala sekolah inti, dan pengawas inti dinyatakanlulus apabila mencapai nilai 75 dan memiliki kewenangan untuk melatih.

H. Panduan Narasumber dan Fasilitator

Narasumber memainkan peran yang sangat penting untuk menjadikan suatu pelatihan yangmenarik dan menyenangkan. Jumlah narasumber yang akan bertugas sebanyak 3 (tiga) orangselama proses pelatihan. Narasumber membagi tugas secara bersama-sama dengan prinsipkeadilan. Ketika seorang narasumber bertugas memberikan materi pelatihan, makanarasumber lainnya berperan sebagai fasilitator yang membantu dalam menyiapkanperangkat pelatihan, memberikan penjelasan tambahan, dan melakukan penilaian kepadapeserta.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang narasumber adalah berikut ini.

1. Memahami isi modul sesuai bidang yang ditugaskan.

Page 14: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 7

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

2. Melaksanakan pelatihan sesuai dengan modul dan mematuhi urutan dalam skenariopelatihan yang telah disusun.

3. Memberikan contoh panutan bagi peserta, baik dalam hal disiplin, berperilaku, caramemberikan pertanyaan, cara memberikan umpan balik, memberikan motivasi, maupunpenguasaan materi pelatihan.

4. Memanggil nama peserta untuk mengurangi ketegangan.

5. Mengurangi penjelasan definisi, menjawab pertanyaan, dan memberikan konfirmasi,tetapi wajib melibatkan peserta secara aktif dalam mencari, menggali data, menganalisisalternatif temuan, memecahkan masalah, mengambil keputusan atau simpulan.

6. Memotivasi peserta untuk mengambil kesimpulan sendiri, menanyakan argumentasinyamengapa peserta mengambil simpulan itu, menguatkan dan menekankan simpulan itu.

7. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta baik laki-laki maupunperempuanyang memiliki keterbatasan berbicara, yang minoritas, yang pendiam, yangtua, dan sebagainya.

8. Mengaktifkan peserta untuk menjawab pertanyaan peserta lain.

9. Menghindari hal-hal berikut ini.

a. Menjawab pertanyaan yang tidak dipahami maksudnya.b. Menjawab pertanyaan yang tidak diketahui jawabnya.c. Menjawab pertanyaan yang tidak perlu dijawab.d. Terpancing dalam perdebatan dengan peserta yang dapat mengakibatkan habisnya

waktu.e. Berperan sebagai orang yang serba tahu.

10. Mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab peserta sesering mungkin (janganpertanyaan yang sulit dijawab atau terlalu mudah dijawab peserta).

Tugas Narasumber yang Berperan sebagai Fasilitator

1. Menyiapkan alat, sumber, dan media belajar yang diperlukan.

2. Membagi bahan pelatihan kepada peserta sesuai haknya.

3. Melaksanakan penilaian terdiri atas: tes awal, tes akhir,, dan penilaian proses, yangmeliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

4. Mencatat kehadiran peserta sebagai bagian dari bahan penilaian.

5. Menyerahkan laporan tertulis setiap selesai melakukan pelatihan.

I. Kode Etik Narasumber

Setiap fasilitator pelatihan wajib menyetujui dan menerapkan kode etik berikut ini.

Page 15: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 8

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

1. Menghormati kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan danKebudayaan terkait dengan implementasi Kurikulum 2013.

2. Mengacu pada prinsip-prinsip andragogi dalam bersikap dan berperilaku.

3. Menjaga kerahasiaan semua alat penilaian yang akan digunakan.

4. Memberlakukan peserta secara adil dan tidak diskriminatif.

5. Melakukan penilaian secara objektif.

J. Panduan Penggunaan Materi Pelatihan Kurikulum 2013

Jenis bahan dan lembar kerja untuk masing-masing materi pelatihan dapat dilihat berikut ini.Beberapa dokumen pelatihan digunakan sebagai acuan untuk beberapa materi pelatihansebagaimana tercermin dalam pengkodean bahan pelatihan.

Tabel 2. Daftar dan Pengkodean Materi Pelatihan

NO. MATERI PELATIHAN KODE

0. PERUBAHAN MINDSETBahan Tayang Tantangan Indonesia dalam Abad ke-21 PPT-0.1

1. KONSEP KURIKULUM 2013Video Tayangan Paparan Kurikulum 2013 oleh

MendikbudV-1.1

Bahan Tayang Perubahan Mindset PPT-1.1Rasional dan Elemen Perubahan PPT-1.2SKL, KI, KD PPT-1.3Strategi Implementasi PPT-1.4

Hand-Out Naskah Kurikulum 2013 HO-1.1/1.2/1.4Contoh Analisis Keterkaitan antara SKL, KI,dan KD

HO-1.3

SKL, KI, dan KD HO-1.3/2.4/3.1/3.2LembarKerja/Rubrik

Analisis Keterkaitan SKL, KI, KD LK-1.3

2. ANALISIS MATERI AJARVideo PembelajaranMatematika SMA V-2.1/4.1

Model-model Pembelajaran V-2.3Bahan Tayang Konsep Pendekatan Scientific PPT-2.1-1

Model Pembelajaran Project Based Learning PPT-2.2-1

Page 16: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 9

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NO. MATERI PELATIHAN KODE

Model Pembelajaran Problem Based Learning PPT-2.2-2Model Pembelajaran Discovery Learning PPT-2.2-3Konsep Penilaian Autentik pada Proses danHasil Belajar PPT-2.3

Analisis Buku Guru dan Siswa PPT-2.4

Hand-Out Konsep Pendekatan Scientific HO-2.1-1Contoh Penerapan Pendekatan scientificdalam Pembelajaran Matematika HO-2.1-2

Model Pembelajaran Project Based Learning HO-2.2-1

Model Pembelajaran Problem Based Learning HO-2.2-2

Model Pembelajaran Discovery Learning HO-2.2-3

Konsep Penilaian Autentik HO-2.3

Contoh Penerapan Penilaian Autentik padaPembelajaran Matematika HO-2.3/3.2

LembarKerja/Rubrik

Analisis Buku Guru LK-2.4-1Analisis Buku Siswa LK-2.4-2Rubrik Penilaian Hasil Analisis Buku Guru danSiswa

R-2.4

3. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARANBahan Tayang Rambu-rambu Penyusunan RPP Mengacu

pada Standar Proses dan PendekatanScientific

PPT-3.1-1

Panduan Tugas Menelaah RancanganPenilaian pada RPP yang Telah Dibuat

PPT-3.2

Hand-Out SKL, KI, dan KD HO-1.3/2.4/3.1/3.2Rambu-rambu Penyusunan RPP Mengacupada Standar Proses dan PendekatanScientific

HO-3.1-1

Contoh RPP Matematika SMA HO-3.1-2Contoh Penerapan Penilaian Autentik padaPembelajaran

HO-2.3/3.2

LembarKerja/Rubrik

Telaah RPP LK-3.1/3.2Rubrik Penilaian Telaah RPP R-3.1/3.2

4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBINGVideo Video Pembelajaran Matematika V-2.1/4.1Bahan Tayang Strategi Pengamatan Tayangan Video PPT-4.1

Panduan Tugas Praktik PelaksanaanPembelajaran Melalui Peer-Teaching

PPT-4.2-1

Instrumen Penilaian PelaksanaanPembelajaran

PPT-4.2-2

LembarKerja/Rubrik

Analisis Pembelajaran pada Tayangan Video LK-4.1Rubrik Penilaian Analisis Pembelajaran padaTayangan Video

R-4.1

Page 17: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 10

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NO. MATERI PELATIHAN KODE

Instrumen Penilaian PelaksanaanPembelajaran

LK-4.2

Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran R-4.2

Keterangan:

V : VideoPPT : Powerpoint PresentationHO : Hand-OutLK : Lembar KerjaR : Rubrik

Catatan Pengkodean:

1. PPT-1.3 artinya bahan presentasi ini digunakan saat menyampaikan Materi Pelatihan 1(Konsep Kurikulum), Submateri 3 (SKL,KI,KD)

2. HO-1.3/2.1/2.4/3.1/3.2 artinya hand-out ini digunakan sebagai acuan untuk beberapamateri pelatihan yaitu sebagai berikut:

- Materi Pelatihan 1, submateri 3;- Materi Pelatihan 2, submateri 1 dan 4;- Materi Pelatihan 3, submateri 1 dan 2.

K. Sistematika Modul

Modul pelatihan implementasi kurikulum ini dibagi dalam tiga bagian berikut ini.

Bagian I : Pendahuluan

Bagian II : Silabus Pelatihan

Bagian III : Materi Pelatihan

Page 18: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 11

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

BAGIAN II

SILABUS PELATIHAN

Page 19: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 12

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

SILABUS

PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

JENJANG: SMA/MA, SMK/MAKMATA PELAJARAN: MATEMATIKA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANTAHUN 2013

Page 20: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 13

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

MATERI PELATIHAN: 0. PERUBAHAN MINDSETALOKASI WAKTU: 2 JP (@ 45 MENIT)JENJANG: SMA/MA, SMK/MAKMATA PELAJARAN: MATEMATIKA

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUKINSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

0.1 TantanganIndonesiadalam Abad ke-21

1. Memiliki sikapyang terbukauntukmenerimaKurikulum2013

2. Memilikikeinginan yangkuat untukmengimplementasikanKurikulum2013.

1. Menunjukansikap terbukaterhadapperubahan.

2. Berpartisipasiaktif dalamkegiatanpelatihan.

1. Tanya jawabtentangtantanganIndonesia dalamAbad ke-21.

2. Curah pendapatmembandingkanantara berpikirberbasis kendala(constraint-based thinking)dengan berpikirberbasiskesempatan(opportunity-based thinking)

3. Mendiskusikancara baru dalambelajar.

4. Mendiskusikan 6

SikapTerbuka untukmenerima danmengimplementasikanKurikulum2013.

Pengamatan LembarPengamatanSikap

BahanTayang

TantanganIndonesia dalamAbad ke-21(PPT-0.1)

2

Page 21: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 14

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUKINSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

pendorongutama teknologipendidikan yangharusdiperhatikan

5. Tanya jawabtentang Highorder thingking

Page 22: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 15

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

MATERI PELATIHAN: 1. KONSEP KURIKULUMALOKASI WAKTU: 4 JP (@ 45 MENIT)JENJANG: SMA/MA, SMK/MAKMATA PELAJARAN: MATEMATIKA

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUKINSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

1.1 Rasional Memahamisecara utuhrasionalKurikulum 2013.

1. MenerimarasionalpengembanganKurikulum 2013dalam kaitannyadenganperkembanganmasa depan.

2. MenjelaskanrasionalpengembanganKurikulum 2013dalam kaitannyadenganperkembanganmasa depan.

3. MenjelaskanpermasalahanKurikulum 2006(KTSP).

1. Mengamati danmenyimaktayanganpaparan tentangKurikulum 2013oleh Mendikbud.

2. Menyimak danmelakukan tanyajawab tentangpaparan rasionalKurikulum 2013dalam kaitannyadenganperkembangankurikulum diIndonesia.

3. MenyimpulkanrasionalKurikulum 2013yang mencakuppermasalahan

SikapMenerimalatar belakangalasanperubahanKurikulum2013.

PengetahuanMemahamisecara utuhrasionalkurikulum2013 .

Pengamatan

Tes Tertulis

LembarPengamatanSikap

Tes ObjektifPilihanGanda

1. Video

2. BahanTayang

3. Hand-out

TayanganPaparanKurikulum 2013oleh Mendikbud(V-1.1)

RasionalKurikulum 2013(PPT-1.1)

NaskahKurikulum 2013(D-1.1/1.2/1.4)

0,5

Page 23: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 16

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUKINSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

4. Mengidentifikasikesenjangankurikulum antarakondisi saat inidengan kondisiideal.

5. Menjelaskanalasanpengembangankurikulum.

kurikulum 2006(KTSP),kesenjangankurikulum antarakondisi saat inidengan kondisiideal, sertaalasanpengembangankurikulum.

1.2 ElemenPerubahanKurikulum 2013

Memahamisecara utuhelemenperubahanKurikulum 2013.

1. Menerima empatelemenperubahanKurikulum 2013yang mencakup:SKL, SI, StandarProses, danStandarPenilaian.

2. Menjelaskanempat elemenperubahanKurikulum 2013yang mencakup:SKL, SI, StandarProses, danStandarPenilaian.

1. Menyimak danmelakukan tanyajawab tentangempat elemenperubahanKurikulum 2013dalam kaitannyadenganperkembangankurikulum.

2. Menyimpulkanempat elemenperubahanKurikulum 2013.

SikapMenerimaempat elemenperubahanKurikulum2013

PengetahuanMemahamielemenperubahanKurikulum2013 danhubungannyadengankompetensiyangdibutuhkanpada masadepan.

Pengamatan

Tes Tertulis

LembarPengamatanSikap

Tes ObjektifPilihanGanda

1. BahanTayang

2. Hand-out

ElemenPerubahanKurikulum 2013(PPT-1.2)

NaskahKurikulum 2013(D-1.1/1.2/1.4)

0,5

Page 24: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 17

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUKINSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

3. Menjelaskanempat elemenperubahankurikulum dalamhubungannyadengankompetensi yangdibutuhkan padamasa depan.

1.3 SKL, KI dan KD Memahamiketerkaitanantara SKL, KI,dan KD padaKurikulum 2013.

1. Bekerja samadalammenganalisisketerkaitan SKL,KI, dan KD.

2. Menganalisisketerkaitanantara SKL, KI,dan KD.

1. Menyimakpaparan SKL, KI,dan KD.

2. Memberi contohanalisisketerkaitan SKL,KI, dan KD.

3. Menganalisisketerkaitan SKL,KI, dan KDmelalui diskusikelompok padaformat yangsudah disediakan(Tiap kelompokmenganalisisketerkaitan SKL,KI, dan KD yangakan dijadikandasar dalam

SikapBekerja samadalamkelompokdengan baikdan benar

KeterampilanTerampilmenganalisisketerkaitanSKL, KI, dan KD

PengetahuanKemampuanmemahamikonsep SKL, KI,dan KD sertaketerkaitanantara ketigakompetensi

Pengamatan

Penugasan

Tes Tertulis

LembarPengamatanSikap

Rubrikpenilaianhasil analisisketerkaitanSKL, KI danKD(R-1.3)

Tes ObjektifPilihanGanda

1. BahanTayang

2. Hand-Out

3. LembarKerja

SKL, KI, dan KD(PPT-1.3)

a. SKL, KI, danKD (HO-1.3/2.4/3.1/3.2)

b. ContohAnalisisKeterkaitanantara SKl, KI,dan KD(HO-1.3)

AnalisisKeterkaitan SKL,KI, dan KD(LK-1.3 )

2

Page 25: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 18

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUKINSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

membuat RPP)

4. Mempresentasikan hasil diskusikelompok.

5. Menilai hasilkerja kelompoklain.

tersebut.

1.4 StrategiImplementasiKurikulum 2013

Memahamisecara utuhstrategiimplementasiKurikulum 2013.

1. Berkomunikasidengan bahasayang runtut dankomunikatifuntukmengidentifikasielemen-elemenpenting strategiimplementasiKurikulum 2013.

2. Mengidentifikasielemen-elemenpenting strategiimplementasiKurikulum 2013.

1. Diskusi kelasuntukmengidentifikasielemen-elemenpenting strategiimplementasiKurikulum 2013.

2. Merangkum danmenyimpulkanhasil diskusikelas.

3. Mengkomunikasikan hasil diskusikelas.

SikapBerkomunikasidenganbahasa yangsantun,sistematis,dankomunikatifdalammeyampaikanide-ide.

PengetahuanMemahamielemen-elemenpentingstrategiimplementasiKurikulum2013.

Pengamatan

Tes Tertulis

LembarPengamatanSikap

Tes ObjektifPilihanGanda

1. BahanTayang

2. Hand-out

StrategiImplementasiKurikulum(PPT-1.4)

NaskahKurikulum 2013(D-1.1/1.2/1.4)

1

Page 26: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 19

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

MATERIPELATIHAN: 2. ANALISIS MATERI AJARALOKASI WAKTU: 12 JP (@ 45 MENIT)JENJANG: SMA/MA, SMK/MAKMATA PELAJARAN: MATEMATIKA

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUK

INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

2.1 KonsepPendekatanScientific

Mendeskripsikankonseppendekatanscientific dalampembelajaranMatematika.

1. Menerimakonseppendekatanscientific danmenghargaipendapat oranglain.

2. Menjelaskankonseppendekatanscientific

3. Menjelaskanpenerapanpendekatanscientific dalampembelajaranMatematika.

1. Mengamatitayangan videopembelajaranMatematika.

2. Mengkajipendekatanscientificberdasarkantayangan videomelalui diskusikelompok.

3. Mendiskusikancontoh-contohpenerapanpendekatanscientific dalampembelajaranMatematika.

SikapMenerimakonseppendekatanscientific danmenghargaipendapatorang lain.

PengetahuanKonseppendekatanscientific danpenerapan-nya dalampembelajaranMatematika.

Pengamatan

Tes tertulis

Lembarpengamatansikap

Tes ObjektifPilihanGanda

1. Video

2. BahanTayang

3. Hand out

PembelajaranMatematika(V-2.1/4.1)

a. Konseppendekatanscientific(PPT-2.1-1)

b. ContohpenerapanpendekatanscientificdalampembelajaranMatematika(PPT-2.1-2)

a. Konseppendekatanscientific

2

Page 27: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 20

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUK

INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

4. Mempresentasikan hasil diskusikelompok.

(HO-2.1-1)b. Contoh

penerapanpendekatanscientificdalampembelajaranMatematika(HO-2.1-2)

2.2 ModelPembelajaran

MembedakanModelPembelajaranProject BasedLearning,Problem BasedLearning, danDiscoveryLearning.

1. MengidentifikasikarakteristikmodelpembelajaranProject BasedLearning.

2. MengidentifikasikarakteristikmodelpembelajaranProblem BasedLearning.

3. MengidentifikasikarakteristikmodelpembelajaranDiscoveryLearning.

1. Mengamatitayangan 3 jenismodelpembelajaran(Project BasedLearning,Problem BasedLearning, danDiscoveryLearning).

2. Mengidentifikasikarakteristik 3modelpembelajaran.

3. MengidentifikasipenerapanPendekatan

SikapMenyadarimanfaatpenerapan tigamodelpembelajaran

PengetahuanKarakteristikProject BasedLearning,ProblemBasedLearning, danDiscoveryLearning.

KeterampilanMenganalisis,

Focus GroupDiscussion

Tes Tulis

Unjuk kerja

PanduanFGD

Tes ObjektifPilihanGanda

Rubrikpenilaian

1. Video

2. BahanTayang

3. Hand out

ContohPembelajarandengan 3 modelpembelajaran(V-2.3)

a. Project BasedLearning(PPT-2.3.1)

b. ProblemBasedLearning(PPT-2.3-2)

c. DiscoveryLearning(PPT-2.3-3)

a. Project BasedLearning

2

Page 28: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 21

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUK

INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

Scientific pada 3modelpembelajaran

membedakan,mengaitkan.

hasil kerja (HO-2.3.1)b. Problem

BasedLearning(HO-2.3-2)

c. DiscoveryLearning(HO-2.3-3)

2.3 KonsepPenilaianAutentik padaProses danHasil Belajar

Mendeskripsikankonsep penilaianautentik padaproses dan hasilbelajar

1. Menerimapenerapankonsep penilaianautentikdisekolah/madarasah danmenghargaipendapat oranglain.

2. Menjelaskankonsep penilaianautentik padaproses dan hasilbelajar.

1. Menyajikankegiataninteraktif untukmenyamakanpersepsi tentangjenis dan bentuktes dalampenilaianautentik.

2. Mendiskusikankonsep penilaianautentik padaproses dan hasilbelajar.

3. Mempresentasikan hasil diskusikelompok.

SikapMenerimapenerapankonseppenilaianautentik disekolah/madrasahdanmenghargaipendapatorang lain.

PengetahuanKonseppenilaianautentik padapembelajaranMatematika.

Pengamatan

Tes tertulis

Lembarpengamatansikap

Tes ObjektifPilihanGanda

1. BahanTayang

2. Hand out

a. Konseppenilaianautentik padaproses danhasil belajar(PPT-2.3)

b. Contohpenerapanpenilaianautentik padapembelajaranMatematika(PPT-2.3/3.2)

a. Konseppenilaianautentik padaproses danhasil belajar(HO-2.3)

b. Contohpenerapan

2

Page 29: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 22

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUK

INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

penilaianautentik padapembelajaranMatematika(HO-2.3/3.2)

2.4 Analisis BukuGuru dan BukuSiswa(Kesesuaian,Kecukupan, danKedalamanMateri)

1. Menganalisiskesesuaian isibuku guru danbuku siswadengantuntutan SKL,KI, dan KD.

1. Ketelitian dankeseriusanmenganalisiskesesuaian bukuguru dan siswadengan SKL, KI,dan KD.

2. Mengidentifikasikesesuaian isibuku guru danbuku siswadengan tuntutanSKL, KI, dan KD.

1. Pesertapelatihanmenilai bukuguru dan bukusiswa.

2. Diskusikelompokmembahas hasilpenilaian bukuguru dan bukusiswa.

3. Mencermatiformat analisisbuku guru danbuku siswa.

4. Menganalisiskesesuaian bukuguru dan bukusiswa dengantuntutan SKL, KI,dan KD dalamdiskusi

SikapTeliti danserius dalambekerja baiksecaramandirimaupunberkelompok.

KeterampilanTerampilmenganalisisbuku gurudan siswa.

Pengamatan

Penugasan

Lembarpengamatansikap

RubrikPenilaianHasilAnalisisBuku Gurudan BukuSiswa(R-2.4)

1. BahanTayang

2. Hand-out

3. LembarKerja

Analisis bukuguru dan bukusiswa(PPT-2.4)

SKL, KI, dan KD(HO-1.3/2.4/3.1/3.2)

a. Analisis BukuGuru(LK-2.4-1)

b. Analisis BukuSiswa(LK-2.4-2)

6

Page 30: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 23

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUK

INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

2. Menganalisisbuku guru danbuku siswadilihat dariaspekkecukupan dankedalamanmateri.

3. Menguasaisecara utuhmateri,struktur, danpola pikirkeilmuanmateripelajaran.

3. Menganalisiskecukupan dankedalamanmateri bukuguru dan bukusiswa.

4. Menganalisiskesesuaianproses,pendekatanscientific, sertastrategi evaluasiyangdiintegrasikandalam buku.

5. Menjelaskansecara utuhmateri, struktur,dan pola pikirkeilmuan materipelajaran yangterdapat dalambuku siswa.

kelompok.

5. Mendeskripsikankecukupan dankedalamanmateri bukuguru dan bukusiswa secarakelompok.

6. Menganalisiskesesuaian isibuku denganstandar proses,pendekatanscientific, sertastrategi evaluasiyangdiintegrasikandalam bukumelalui diskusikelompok.

7. Membaca isimateri, struktur,dan pola pikirkeilmuan materipelajaran yangterdapat dalambuku siswamelalui belajar

Page 31: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 24

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUK

INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

4. Menguasaipenerapanmateripelajaran padabidang/ ilmulain sertakehidupansehari-hari.

5. Memahamistrategimenggunakanbuku guru danbuku siswauntuk kegiatanpembelajaran.

6. Menerapkanmateri pelajaranyang terdapatdalam buku gurudan buku siswapada bidang/ilmu lain sertakehidupansehari-hari.

7. Menjelaskanstrategipenggunaanbuku guru danbuku siswauntuk kegiatanpembelajaran.

mandiri.

8. Membuatcontoh-contohpenerapanmateri pelajaranyang terdapatdalam buku gurudan buku siswapada bidang/ilmu lain sertakehidupansehari-harisecaraberkelompok.

9. Mempresentasikan hasil analisisbuku guru danbuku siswa(perwakilankelompok).

10. Menyimpulkanstrategipenggunaanbuku guru danbuku siswauntuk kegiatanpembelajaran.

Page 32: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 25

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

MATERI PELATIHAN: 3. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARANALOKASI WAKTU: 8 JP (@ 45 MENIT)JENJANG: SMA/MA, SMK/MAKMATA PELAJARAN: MATEMATIKA

NOSUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUK

INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

3.1 PenyusunanRPP

Menyusun RPPyangmenerapkanpendekatanscientific sesuaimodel belajaryang relevandenganmempertimbangkan karakteristikpeserta didik baikdari aspek fisik,moral, sosial,kultural,emosional,

1. Menunjukkansikap tanggungjawab dankreatif dalammenyusun RPP.

2. Mengidentifikasirambu-rambupenyusunanRPP.

1. Pesertapelatihanmenilai RPP yangdibawa olehpeserta lain.

2. Mendiskusikanrambu-rambupenyusunan RPPyang mengacupada StandarProses danpendekatanscientific.

SikapTanggungjawab dankreatif dalammenyusunRPP

KeterampilanMenyusunRPP yangmengacupada StandarProses danpendekatanscientific

Pengamatan

Penugasan

LembarPengamatanSikap

RubrikPenilaianTelaah RPP(R-3.1/3.2)

1. BahanTayang

2. Hand out

a. Rambu-rambupenyusunanRPP mengacupada StandarProses danpendekatanscientific(PPT-3.1-1)

b. Panduantugas telaahRPP(PPT-3.1-2)

a. SKL, KI, dan KD(HO-1.3/2.4/

5

Page 33: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 26

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NOSUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUK

INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

maupunintelektual 3. Menyusun RPP

yang sesuaidengan SKL, KI,dan KD; StandarProses; danpendekatanscientific.

4. Menelaah RPPyang disusunkelompok lain

3. Menyusun RPPyang sesuaidengan SKL, KI,dan KD; StandarProses; danpendekatanscientific secaraberkelompok(terutama KDawal semester I)

4. MendiskusikanformattelaahRPP .

5. MenelaahRPPyang disusunkelompok lainsesuai formattelaah RPP.

6. Merevisi RPPberdasarkanhasil telaah.

7. Mempresentasi-kan hasil RPPyang sudahdirevisi (sampel)

PengetahuanRPPyangmenerapkanpendekatanscientific

Tes Tertulis Tes ObjektifPilihanGanda

3. LembarKerja

3.1/3.2b. Rambu-rambu

penyusunanRPP mengacupada StandarProses danpendekatanscientific(HO-3.1-1)

c. Contoh RPPMatematika(HO-3.1-2)

Telaah RPP(LK-3.1/3.2)

Page 34: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 27

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NOSUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUK

INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

3.2 PerancanganPenilaianAutentik padaProses danHasil Belajar

Merancangpenilaianautentik padaproses dan hasilbelajar

1. Menunjukkansikap tanggungdan kreatifdalammenyusunrancanganpenilaianautentik.

2. Mengidentifikasikaidahperancanganpenilaianautentik padaproses dan hasilbelajar.

3. Mengidentifikasijenis dan bentukpenilaian padaproses dan hasilbelajar sesuaikarakteristikmata pelajaranMatematika.

4. Menelaahrancanganpenilaian

1. Mendiskusikandan melakukantanyajawabtentangpenilaianautentik dalambentuk tes dannontes.

2. Mendiskusikantentang kaidahmerancangpenilaianautentikberbentuk tesdan nontes,termasukportofolio.

3. Mengkajipenerapanpenilaianautentik dalampembelajaranMatematikamelalui contoh.

4. Menelaahrancanganpenilaian

SikapTanggungjawabdankreatifdalammenyusunrancanganpenilaianautentik.

KeterampilanMerancangpenilaianautentik

PengetahuanPenerapanpenilaianautentik padapembelajaranMatematika.

Pengamatan

Penugasan

Tes Tertulis

LembarPengamatanSikap

RubrikPenilaianTelaah RPP(R-3.1/3.2)

Tes ObjektifPilihanGanda

1. BahanTayang

2. Hand out

a. Contohpenerapanpenilaianautentik padapembelajaranMatematika(PPT-2.3/3.2)

b. Panduantugasmenelaahrancanganpenilaianpada RPPyang telahdibuat(PPT-3.2)

a. SKL, KI, dan KD(HO-1.3/2.4/3.1/3.2)

b. Contohpenerapanpenilaianautentik padapembelajaranMatematika(HO-2.3/3.2)

3

Page 35: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 28

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NOSUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUK

INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

autentik padaproses dan hasilbelajar yang adadalam RPP.

autentik padaRPP yang telahdisusun.

5. Merevisirancanganpenilaian padaRPP yang telahdisusunberdasarkanhasil telaah.

6. Mempresentasikan rancanganpenilaian prosesdan hasil belajaryang sudahdirevisi (sampel)

Page 36: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 29

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

MATERIPELATIHAN: 4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBINGALOKASI WAKTU: 22 JP (@ 45 MENIT)JENJANG: SMA/MA, SMK/MAKMATA PELAJARAN: MATEMATIKA

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUK

INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

4.1 SimulasiPembelajaran

Mengkajipelaksanaanpembelajaranyangmenerapkanpendekatanscientific(mengamati,menanya,mencoba,mengolah,menyaji,menalar,mencipta)dengan tetapmemperhatikankarakteristikpeserta didikbaik dari aspekfisik, moral,sosial, kultural,emosional,

1. Ketelitian dankeseriusandalammenganalisissimulasipembelajaran.

2. Menganalisissimulasipembelajaranmelaluitayangan videopembelajaran.

1. Mengamatitayangan videopembelajaran

2. Melalui diskusi,menganalisistayangan videopelaksanaanpembelajarandengan fokuspada penerapanpendekatanscientificdanpenilaianautentik.

3. Mengkonfirmasipenerapanpendekatan

SikapKetelitian dankeseriusandalammenganalisissimulasipembelajaran

KeterampilanMenganalisispembelajaranpadatayanganvideo.

PengetahuanPrinsip-prinsippendekatanscientific dan

Pengamatan

Penugasan

Tes Tertulis

LembarPengamatanSikap

RubrikPenilaianAnalisispembelajaranpadatayanganvideo(R-4.1)

Tes ObjektifPilihan Ganda

1. Video

2. BahanTayang

3. LembarKerja

PembelajaranMatematika(V-2.1/4.1)

Strategipengamatanvideopembelajaran(PPT-4.1)

Analisispembelajaranpada tayanganvideo(LK-4.1)

8

Page 37: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 30

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUK

INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

maupun,intelektual.

3. Merevisi RPPsehinggamenerapkanpendekatanscientific danpenilaianautentik untukkegiatan peerteaching.

scientific danpenilaianautentikmengacu padatayangan videopembelajaran.

4. Merevisi RPPsesuai denganhasil analisistayangan videopembelajaran.

5. Mempresentasikan contoh RPPuntuk kegiatanpeer teaching.

penerapanpenilaianautentikdalampembelajaranMatematika.

4.2 Peer Teaching Melaksanakanpembelajaranyangmenerapkanpendekatanscientific(mengamati,menanya,mencoba,mengolah,menyaji,menalar,mencipta)

1. Kreatif dankomunikatifdalammelakukan peerteaching.

2. Melaksanakanpeer teachingyangmenerapkanpendekatan

1. Menginformasikan panduantugas praktikpelaksanaanpembelajaranmelalui peerteaching.

2. Menjelaskangaris besarinstrumenpenilaianpelaksanaan

SikapKreatif dankomunikatifdalammelakukanpeer teaching

KeterampilanMelaksana-kanpembelajaranyangmenerapkan

Pengamatan

Penugasan

Tes Tertulis

LembarPengamatanSikap

Rubrikpenilaianpelaksanaanpembelajaran(R-4.2)Tes

1. BahanTayang

a. Panduan tugaspraktikpelaksanaanpembelajaranmelalui peerteaching(PPT-4.2-1)

b. Instrumenpenilaianpelaksanaanpembelajaran(PPT-4.2-2)

14

Page 38: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 31

SMA/MA/SMK Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

NO SUBMATERIPELATIHAN

KOMPETENSIPESERTA

PELATIHANINDIKATOR KEGIATAN

PELATIHAN

PENILAIAN BAHAN PELATIHANWAKTU

(JP)ASPEK TEKNIK BENTUK

INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI

dengan tetapmemperhatikankarakteristikpeserta didikbaik dari aspekfisik, moral,sosial, kultural,emosional,maupun,intelektual.

scientific danpenilaianautentikmenggunakanRPP yang telahdisusun.

3. Menilaipelaksanaanpeer teachingpeserta lain.

pembelajaran

3. Mempersiapkanpelaksanaanpeer teachingberdasarkan RPPyang telahdisusun.

4. Mempraktikkanpembelajaranmelalui peerteaching secaraindividual.

5. Menilai kegiatanpeer teachingmenggunakaninstrumenpenilaianpelaksanaanpembelajaran

6. Melakukanrefleksi terhadappelaksanaanpeer teaching.

pendekatanscientific.PengetahuanPrinsip-prinsippendekatanscientific danpenerapanpenilaianautentikdalampembelajaranMatematika.

ObjektifGanda

2. LembarKerja

Instrumenpenilaianpelaksanaanpembelajaran(LK-4.2)

Page 39: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 32

BAGIAN III

MATERI PELATIHAN

Page 40: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 33

MATERI PELATIHAN: PERUBAHAN MINDSET

Page 41: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 34

MATERI PELATIHAN: PERUBAHAN MINDSET

A. KOMPETENSI

Peserta pelatihan dapat:

1. Memiliki sikap yang terbuka untuk menerima Kurikulum 2013.2. Memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013.

B. LINGKUP MATERI

1. Tantangan Indonesia dalam Abad ke-21 (Mengapa Kita Harus Berubah).

2. Berpikir Berbasis Kendala (Constraint-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Kesempatan(Opportunity Based)

3. Cara Baru dalam Belajar

4. Enam Pendorong Utama Teknologi Pendidikan yang Harus Diperhatikan.

5. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill).

C. INDIKATOR

3. Menunjukkan sikap menerima secara terbuka terhadap perubahan Kurikulum dalamrangka menghadapi tantangan Indonesia dalam Abad ke-21.

4. Menunjukkan sikap menghargai perubahan kurikulum.

5. Merespon secara positif terhadap cara baru dalam belajar.

6. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan materi pelatihan perubahan mindset.

D. PERANGKAT PELATIHAN

1. Bahan Tayang: Tantangan Indonesia dalam Abad 21 (Mengapa Kita Harus Berubah)

2. ATK

Page 42: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 35

SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN

MATERI PELATIHAN: PERUBAHAN MINDSETALOKASI WAKTU: 2 JP (@ 45 MENIT)JENJANG: SMA/MA, SMK/MAKMATA PELAJARAN: MATEMATIKA

TAHAPANKEGIATAN

DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU

PERSIAPAN Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran,seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan LaserPointer, atau media pembelajaran lainnnya.

KEGIATANPENDAHULUAN

Pengkondisian Peserta 15 Menit

Perkenalan

Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasiwaktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihanPerubahan Mindset.

Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agar salingmengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat prosespembelajaran berlangsung.

KEGIATAN INTI Perubahan Mindset 60 Menit

Tanya jawab tentang tantangan Indonesia dalam Abad ke-21(mengapa kita harus berubah).

15 Menit

Curah pendapat untuk membandingkan berpikir berbasis kendala(Constraint-Based Thinking) dan Berpikir berbasis kesempatan(Opportunity Based).

15 menit

Mendiskusikan cara baru dalam belajar. 10 Menit

Mendiskusikan enam pendorong utama teknologi pendidikan yangharus diperhatikan dilanjutkan dengan tanya jawab tentangketerampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill)

20 Menit

KEGIATANPENUTUP

Membuat rangkuman materi pelatihan Perubahan Mindset. 15 Menit

Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.

Fasilitator mengingatkankan peserta agar membaca referensi yangrelevan.

Fasilitator menutup pembelajaran

Page 43: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 36

Langkah Kegiatan Inti

PengkondisianPeserta

dilanjutkanTanya Jawab

CurahPendapat Diskusi

DiskusiDilanjutkan

Tanya Jawab

30 Menit 15 Menit 10 Menit 20 Menit

Pengkondisian Peserta dilanjutkan Tanya Jawab

Perkenalan, fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi waktu, danskenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Perubahan Mindset. Fasilitator memotivasipeserta, mengajak berdinamika agar saling mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saatproses pembelajaran berlangsung.Tanya jawab tentang Tantangan Indonesia dalam Abad ke-21(mengapa kita harus berubah).

Curah Pendapat

Curah pendapat untuk membandingkan berpikir berbasis kendala (Constraint-Based Thinking)dan Berpikir berbasis kesempatan (Opportunity Based).

Diskusi

Diskusi cara baru dalam belajar

Diskusi, Tanya Jawab, dan Penutup

Mendiskusikan enam pendorong utama teknologi pendidikan yang harus diperhatikandilanjutkan dengan tanya jawab tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi, diakhiri membuatrangkuman, refleksi, dan umpan balik.

Page 44: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 37

Page 45: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 38

Page 46: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 39

Page 47: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 40

Page 48: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 41

Page 49: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 42

Page 50: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 43

Page 51: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 44

Page 52: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 45

Page 53: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 46

Page 54: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 47

Page 55: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 48

Page 56: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 49

Page 57: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 50

Page 58: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 51

Page 59: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 52

Page 60: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 53

Page 61: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 54

Page 62: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 55

Page 63: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 56

Page 64: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 57

Page 65: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 58

Page 66: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 59

MATERI PELATIHAN 1: KONSEP KURIKULUM 2013

1.1 Rasional

1.2 Elemen Perubahan

1.3 SKL, KI, dan KD

1.4 Strategi Implementasi

Page 67: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 60

MATERI PELATIHAN 1: KONSEP KURIKULUM

A. KOMPETENSI

Peserta pelatihan dapat:

1. memahami secara utuh rasional Kurikulum 2013;2. memahami secara utuh elemen perubahan Kurikulum 2013;3. memahami keterkaitan antara SKL, KI, dan KD pada Kurikulum 2013; dan4. memahami secara utuh strategi implementasi Kurikulum 2013.

B. LINGKUP MATERI

1. Rasional Kurikulum 20132. Elemen Perubahan Kurikulum 20133. Standar Nasional Pendidikan

a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)b. Standar Isi yang berisi Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)c. Standar Prosesd. Standar Penilaian

4. Strategi Implementasi Kurikulum 2013

C. INDIKATOR

1. Menerima rasional pengembangan Kurikulum 2013 dalam kaitannya denganperkembangan masa depan.

2. Menjelaskan rasional pengembangan Kurikulum 2013 dalam kaitannya denganperkembangan masa depan.

3. Menjelaskan permasalahan Kurikulum 2006 (KTSP).

4. Mengidentifikasi kesenjangan implementasi kurikulum antara kondisi saat ini dengankondisi ideal.

5. Menjelaskan alasan pengembangan kurikulum.

6. Menerima empat elemen perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup: SKL, SI, StandarProses, dan Standar Penilaian.

7. Menjelaskan empat elemen perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup: SKL, SI, StandarProses, dan Standar Penilaian.

8. Menjelaskan empat elemen perubahan kurikulum dalam hubungannya dengankompetensi yang dibutuhkan pada masa depan.

9. Menganalisis keterkaitan SKL, KI, dan KDpada kurikulum 2013.

10. Menganalisis keterkaitan antara SKL, KI, dan KD.

Page 68: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 61

11. Mengidentifikasi elemen-elemen penting strategi implementasi Kurikulum 2013 denganbahasa yang runtut dan komunikatif.

12. Mengidentifikasi elemen-elemen penting strategi implementasi Kurikulum 2013.

D. PERANGKAT PELATIHAN

1. Video tentang Rasional Kurikulum 2013 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

2. Bahan Tayang

a. Rasional Kurikulum 2013b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013c. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi

Dasar (KD)d. Strategi Implementasi Kurikulum 2013

3. Lembar Kerja Analisis SKL, KI, dan KD

4. Hand-Out

a. Rasional Kurikulum 2013b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013c. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD)d. Strategi Implementasi Kurikulum 2013

5. ATK

Page 69: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 62

SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN

MATERI PELATIHAN: 1. KONSEP KURIKULUMALOKASI WAKTU: 4 JP (@45 MENIT)JENJANG: SMA/MA, SMK/MAKMATA PELAJARAN: MATEMATIKA

TAHAPANKEGIATAN

DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU

PERSIAPAN Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alatpembelajaran seperti LCD Projector, Laptop, File, ActiveSpeaker, dan Laser Pointer, atau media pembelajaranlainnya.

KEGIATANPENDAHULUAN

Pengkondisian Peserta 15 Menit

Perkenalan

Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi,indikator, alokasi waktu, dan skenario kegiatanpembelajaran materi pelatihan Konsep Kurikulum.

Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agarsaling mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saatproses pembelajaran berlangsung.

KEGIATAN INTI 1.1 Rasional 25 Menit

Penayangan VideoMendikbud tentang Paparan Kurikulum2013 dengan menggunakan V-1.1.

10 Menit

Pemaparan olehfasilitator tentangRasional Kurikulum 2013dengan menggunakan PPT-1.1.

10 Menit

Tanya jawab tentang Rasional Kurikulum 2013 yangmencakup: permasalahan kurikulum 2006 (KTSP),kesenjangan kurikulum antara kondisi saat ini dan kondisiideal, serta alasan pengembangan kurikulum.

5 Menit

1.2 Elemen Perubahan Kurikulum 20 Menit

Pemaparan oleh fasilitator tentang Elemen PerubahanKurikulum yang mencakup SKL, SI, Standar Proses, danStandar Penilaian dan hubungannya dengan kompetensiyang dibutuhkan pada masa depan dengan menggunakan

10 Menit

Page 70: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 63

PPT-1.2.

Tanya jawab tentang Elemen Perubahan Kurikulum,kemudian fasilitator menyimpulkannya.

10 Menit

ICE BREAKER 5 Menit

1.3 SKL, KI, dan KD 60 Menit

Pemaparan olehfasilitator tentang SKL, KI, dan KD denganmenggunakan PPT-1.3

10 Menit

Memberi contoh analisis keterkaitan antara SKL, KI, dan KDdengan menggunakan HO-1.3.

5 Menit

Kerja kelompok untuk menganalisis keterkaitan SKL, KI, danKD yang akan dijadikan dasar untuk membuat RPP denganmenggunakan LK-1.3.

30 Menit

Presentasi hasil kerja kelompok, sementara kelompoklainnnya memberi komentar/ tanggapan dan menilai hasilkerja kelompok.

15 Menit

1.4 Strategi Implementasi Kurikulum 2013 45 Menit

Pemaparan oleh fasilitatortentang Strategi ImplementasiKurikulum 2013 dengan menggunakan PPT-1.4.

10 Menit

Diskusi kelas tentang elemen-elemen penting StrategiImplementasi Kurikulum 2013, kemudian merangkum danmenyimpulkan hasil diskusi.

25 Menit

Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok. 10 Menit

KEGIATAN PENUTUP Membuat rangkumanmateri pelatihanKonsep Kurikulum. 15 Menit

Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.

Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensiyang relevan.

Fasilitator menutup pembelajaran

Page 71: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 64

SUBMATERI PELATIHAN : 1.1RASIONAL KURIKULUM

Langkah Kegiatan Inti

Pemaparanoleh

Instrukturdengan

menggunakanPPT-1.1 dan

PPT-1.2

Tanya Jawab

10 Menit 10 Menit

Pemaparan

Instruktur menyampaikan materi Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum yang mencakup: 4standar, tematik terpadu untuk SD kls 1 dan 4, TIK merupakan sarana pembelajaran yangdipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain, perubahan pendekatanpembelajaran yaitu Scientific Approach, bahasa sebagai alat komunikasi dan carrier ofknowledge, penetapan platform untuk mata pelajaran tertentu (geografi untuk IPS, Biologi untukIPA)dengan menggunakan PPT-1.2.

Tanya Jawab

Diskusi dan tanya jawab terkait dengan Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013 yangmencakup:

a. Alasan pengembangan kurikulum.

b. Identifikasi perubahan yang penting dalam kurikulum 2013 dibandingkan kurikulumsebelumnya (struktur kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar).

c. Manfaat adanya perubahan kurikulum.

Kemudian fasilitator menyimpulkannya.

Page 72: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 65Matematika – SMA/MA/SMK| 65Matematika – SMA/MA/SMK| 65

Page 73: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 66Matematika – SMA/MA/SMK| 66Matematika – SMA/MA/SMK| 66

Page 74: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 67Matematika – SMA/MA/SMK| 67Matematika – SMA/MA/SMK| 67

Page 75: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 68Matematika – SMA/MA/SMK| 68Matematika – SMA/MA/SMK| 68

Page 76: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 69Matematika – SMA/MA/SMK| 69Matematika – SMA/MA/SMK| 69

Page 77: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 70Matematika – SMA/MA/SMK| 70Matematika – SMA/MA/SMK| 70

Page 78: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 71

I. RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013

A. LATAR BELAKANGPERLUNYA PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan prosesberkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan,yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negaraIndonesia sepanjang zaman.

Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yangmemberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitaspotensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkandengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkanpeserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantanganzaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negarayang demokratis dan bertanggung jawab.

Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahanpelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaranuntuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkahlanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 danKTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilansecara terpadu.

B. RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013

Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baiktantangan internal maupun tantangan eksternal.

1. Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutanpendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan)Standar Nasional Pendidikan yang meliputistandar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenagakependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan.Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihatdari pertumbuhan penduduk usia produktif.

HO-1.1/1.2/1.4

Page 79: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 72

Terkait dengan tantangan internal pertama, berbagai kegiatan dilaksanakan untukmengupayakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat mencapai ke delapan standar yangtelah ditetapkan. (Gambar 1).

Gambar 1

Terkait dengan perkembangan penduduk, SDM usia produktif yang melimpah apabila memilikikompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya.Namun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi bebanpembangunan. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimanamengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadiSDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadibeban (Gambar 2).

Gambar 2

-Rehab Gedung Sekolah-Penyediaan Lab dan

Perpustakaan-Penyediaan Buku

Kurikulum 2013

-BOS-Bantuan Siswa Miskin-BOPTN/Bidik Misi (di PT)

Manajemen Berbasis Sekolah

-Peningkatan Kualifikasi &Sertifikasi

-Pembayaran TunjanganSertifikasi

-Uji Kompetensi danPengukuran Kinerja

Reformasi Pendidikan Mengacu Pada 8 Standar

Sedang Dikerjakan

Telah dan terusDikerjakan

Page 80: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 73

2. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantanganmasa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat,perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yangmengemuka.

Gambar 3

3. Penyempurnaan Pola Pikir

Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabilaterjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Pergeseran itu meliputi proses pembelajaransebagai berikut:

a. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa.b. Dari satu arah menuju interaktif.c. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring.d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.e. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.f. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.g. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan.h. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru.i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia.j. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.k. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan.l. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.m. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.o. Dari pemikiran faktual menuju kritis.p. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.

Tekanan Untuk Pengembangan KurikulumTantangan Masa Depan• Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA• Masalah lingkungan hidup• Kemajuan teknologi informasi• Konvergensi ilmu dan teknologi• Ekonomi berbasis pengetahuan• Kebangkitan industri kreatif dan budaya• Pergeseran kekuatan ekonomi dunia• Pengaruh dan imbas teknosains• Mutu, investasi dan transformasi pada sektor

pendidikan• Materi TIMSS dan PISA

Kompetensi Masa Depan• Kemampuan berkomunikasi• Kemampuan berpikir jernih dan kritis• Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu

permasalahan• Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab• Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap

pandangan yang berbeda• Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal• Memiliki minat luas dalam kehidupan• Memiliki kesiapan untuk bekerja• Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya• Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan

Fenomena Negatif yang Mengemuka

§Perkelahian pelajar§Narkoba§Korupsi§Plagiarisme§Kecurangan dalam Ujian (Contek, Kerpek..)§Gejolak masyarakat (social unrest)

Persepsi Masyarakat• Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif• Beban siswa terlalu berat• Kurang bermuatan karakter

Perkembangan Pengetahuan dan Pedagogi

• Neurologi• Psikologi• Observation based [discovery] learning dan

Collaborative learning

Page 81: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 74

Sejalan dengan itu, perlu dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan pendekatanbaru dalam perumusan Standar Kompetensi Lulusan. Perumusan SKL di dalam KBK 2004 danKTSP 2006 yang diturunkan dari SI harus diubah menjadi perumusan yang diturunkan darikebutuhan. Pendekatan dalam penyusunan SKL pada KBK 2004 dan KTSP 2006 dapat dilihat diGambar 4 dan penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1

4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan standarkompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dankebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiridari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidakdiberikan kewenangan menyusun silabus, tapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebihdiberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengantugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukanpenguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru. Perbandingan kerangka kerjapenyusunan kurikulum dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 82: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 75

Gambar 5

Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yangdilakukan Balitbang pada tahun 2010 juga menunjukkan bahwa secara umum total waktupembelajaran yang dialokasikan oleh banyak guru untuk beberapa mata pelajaran di SD, SMP,dan SMA lebih kecil dari total waktu pembelajaran yang dialokasikan menurut Standar Isi.Disamping itu, dikaitkan dengan kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan KTSP, adakemungkinan waktu yang dialokasikan dalam Standar Isi tidak dapat dilaksanakansepenuhnya. Hasil monitoring dan evaluasi ini juga menunjukkan bahwa banyak kompetensiyang perumusannya sulit dipahami guru, dan kalau diajarkan kepada siswa sulit dicapai olehsiswa.Rumusan kompetensi juga sulit dijabarkan ke dalam indikator dengan akibat sulitdijabarkan ke pembelajaran, sulit dijabarkan ke penilaian, sulit diajarkan karena terlalukompleks, dan sulit diajarkan karena keterbatasan sarana, media, dan sumber belajar.

Untuk menjamin ketercapaian kompetensi sesuai dengan yang telah ditetapkan dan untukmemudahkan pemantauan dan supervisi pelaksanaan pengajaran, perlu diambil langkahpenguatan tata kelola antara lain dengan menyiapkan pada tingkat pusat buku peganganpembelajaran yang terdiri dari buku pegangan siswa dan buku pegangan guru. Karena gurumerupakan faktor yang sangat penting di dalam pelaksanaan kurikulum, maka sangat pentinguntuk menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkandan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan. Untuk menjamin keterlaksanaanimplementasi kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran, juga perlu diperkuat peranpendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah.

5. Pendalaman dan Perluasan Materi

Berdasarkan analisis hasil PISA 2009, ditemukan bahwa dari 6 (enam) level kemampuan yangdirumuskan di dalam studi PISA, hampir semua peserta didik Indonesia hanya mampumenguasai pelajaran sampai level 3 (tiga) saja, sementara negara lain yang terlibat di dalamstudi ini banyak yang mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam). Dengan keyakinan

1

TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

STANDAR ISI (SKL MAPEL, SK MAPEL, KD MAPEL)

KERANGKA DASAR KURIKULUM(Filosofis, Yuridis, Konseptual)

STRUKTUR KURIKULUM

STANDAR KOMPETENSILULUSAN

SILABUS

RENCANA PELAKSANAANPEMBELAJARAN

STANDARPROSES

STANDARPENILAIAN

BUKU TEKSSISWA

PEMBELAJARAN &PENILAIAN

PEDOMAN

Kerangka Kerja Penyusunan KTSP 2006

Oleh Satuan Pendidikan

TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) SATUAN PENDIDIKAN

KERANGKA DASAR KURIKULUM(Filosofis, Yuridis, Konseptual)

STRUKTUR KURIKULUM

KI KELAS & KD MAPEL(STANDAR ISI)

STANDARPROSES

STANDARPENILAIAN

SILABUS

Kerangka Kerja Penyusunan Kurikulum 2013

PEMBELAJARAN &PENILAIAN (KTSP)

PANDUANGURU

BUKU TEKSSISWA

KESIAPAN PESERTA DIDIK KEBUTUHAN

Oleh SatuanPendidikan

TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

STANDAR ISI (SKL MAPEL, SK MAPEL, KD MAPEL)

KERANGKA DASAR KURIKULUM(Filosofis, Yuridis, Konseptual)

STRUKTUR KURIKULUM

STANDAR KOMPETENSILULUSAN

SILABUS

RENCANA PELAKSANAANPEMBELAJARAN

STANDARPROSES

STANDARPENILAIAN

BUKU TEKSSISWA

PEMBELAJARAN &PENILAIAN

PEDOMAN

Kerangka Kerja Penyusunan KBK 2004

Oleh Satuan Pendidikan

Page 83: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 76

bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi yang dapat disimpulkan dari hasil studiini, hanya satu, yaitu yang kita ajarkan berbeda dengan tuntutan zaman (Gambar 6).

Gambar 6

Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 di bidang matematika dan IPA untuk peserta didikkelas 2 SMP juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk bidang matematika, lebihdari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level menengah, sementaramisalnya di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu mencapai level tinggi dan advance.Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yangdiujikan atau yang distandarkan di tingkat internasional (Gambar 7).

Gambar 7

Untuk bidang IPA, pencapaian peserta didik kelas 2 SMP juga tidak jauh berbeda denganpencapaian yang mereka peroleh untuk bidang matematika. Hasil studi pada tahun 2007 dan2011 menunjukkan bahwa lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapailevel menengah, sementara hampir 40% peserta didik Taiwan mampu mencapai level tinggi

Page 84: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 77

dan lanjut (advanced). Dengan keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulanyang dapat diambil dari studi ini adalah bahwa apa yang diajarkan kepada peserta didik diIndonesia berbeda dengan apa yang diujikan atau distandarkan di tingkat internasional.(Gambar 8).

Gambar 8

Hasil studi internasional untuk reading dan literacy (PIRLS) yang ditujukan untuk kelas IV SDjuga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi untuk tingkat SMP sepertiyang dipaparkan terdahulu. Dalam hal membaca, lebih dari 95% peserta didik Indonesia di SDkelas IV juga hanya mampu mencapai level menengah, sementara lebih dari 50% siswa Taiwanmampu mencapai level tinggi dan advance. Hal ini juga menunjukkan bahwa apa yangdiajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan dan distandarkan pada tingkatinternasional (Gambar 9).

Gambar 9

Hasil analisis lebih jauh untuk studi TIMSS dan PIRLS menunjukkan bahwa soal-soal yangdigunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

Page 85: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 78

- low mengukur kemampuan sampai level knowing- intermediate mengukur kemampuan sampai level applying- high mengukur kemampuan sampai level reasoning- advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with incomplete information.

Tabel 2

Analisis lebih jauh untuk membandingkan kurikulum IPA SMP kelas VIII yang ada di Indonesiadengan materi yang terdapat di TIMSS menunjukkan bahwa terdapat beberapa topik yangsebenarnya belum diajarkan di kelas VIII SMP (Tabel 2). Hal yang sama juga terdapat dikurikulum matematika kelas VIII SMP di mana juga terdapat beberapa topik yang belumdiajarkan di kelas XIII. Lebih parahnya lagi, malah terdapat beberapa topik yang sama sekalitidak terdapat di dalam kurikulum saat ini, sehingga menyulitkan bagi peserta didik kelas VIIISMP menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam TIMSS (Tabel 3).

Tabel 3

Page 86: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 79

Hal yang sama juga terjadi di kurikulum matematika kelas IV SD pada studi internasional dimana juga terdapat topik yang belum diajarkan pada kelas IV dan topik yang sama sekali tidakterdapat di dalam kurikulum saat ini, seperti bisa dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Dalam kaitan itu, perlu dilakukan langkah penguatan materi dengan mengevaluasi ulang ruanglingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidakesensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengankebutuhan peserta didik, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalamperbandingan internasional. Disamping itu juga perlu dievaluasi ulang tingkat kedalamanmateri sesuai dengan tuntutan perbandingan internasional dan menyusun kompetensi dasaryang sesuai dengan materi yang dibutuhkan.

II. TUJUAN KURIKULUM

Tujuan Pendidikan nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yangberiman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secarasingkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat membuat peserta didk menjadikompeten dalam bidangnya. Dimana kompeten tersebut, sejalan dengan tujuan pendidikannasional yang telah disampaikan diatas, harus mencakup kompetensi dalam ranah sikap,pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 35 undang-undang tersebut.

Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi pendidikan tahun2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang dimaksud disiniadalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas sosial/emosional dalam ranahsikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan, serta cerdas kinestetis dalam ranahketerampilan.

Page 87: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 80

Dengan demikian Kurikulum 2013 adalah dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insanIndonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman,produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupanbermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumenpendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, danketerampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif,dan afektif

III. KERANGKA DASAR KURIKULUM 2013

Kerangka dasar adalah pedoman yang digunakan untuk mengembangkan dokumen kurikulum,implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Kerangka Dasar juga digunakan sebagaipedoman untuk mengembangkan kurikulum tingkat nasional, daerah, dan KTSP.

A. LANDASAN KURIKULUM 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanyapengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empirik. Landasan yuridismerupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum dan yangmengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yangmengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoritikmemberikan dasar-dasar teoritik pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses.Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlakudi lapangan.

1. Landasan Yuridis

Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undangnomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 32tahun 2013 tentang Perubahan PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 tentang StandarKompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 tahunPeraturan Menteri Pendidikan Dan KebudayaanNomor 69 Tahun 2013Tentang Kerangka Dasardan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.Lebih lanjut,pengembangan Kurikulum 2013 diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Pendidikan MenengahNasional (RJPMN). Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 lainnya adalah InstruksiPresiden Republik Indonesia tahun 2010 tentang Pendidikan Karakter, Pembelajaran Aktif danPendidikan Kewirausahaan.

2. Landasan Filosofis

Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akandatang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan pretasi bangsa di masa lalu, sertakemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensikehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasanfilosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa lampaumemberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu sebagai anggota masyarakat, modalyang digunakan dan dikembangkan untuk membangun kualitas kehidupan bangsa danindividu yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan

Page 88: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 81

warganegara di masa mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut kurikulum selalumenempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-budayanya, mengembangkan kehidupanindividu peserta didik sebagai warganegara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitasuntuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yanglebih baik lagi.

3. Landasan Empiris

Pada saat ini perekonomian Indonesia terus tumbuh di tengah bayang-bayang resesi dunia.Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai dengan 2008 berturut-turut 5,7%, 5,5%,6,3%, 2008: 6,4% (www.presidenri.go.id/index.php/indikator). Pertumbuhan ekonomiIndonesia tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara –negara ASEAN sebesar 6,5 – 6,9 % (Agus D.W. Martowardojo, dalam Rapat Paripurna DPR,31/05/2012). Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus dijaga dan ditingkatkan.Generasi muda berjiwa wirausaha yang tangguh, kreatif,ulet, jujur, dan mandiri, sangatdiperlukan untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Generasiseperti ini seharusnya tidak muncul karena hasil seleksi alam, namun karena hasil gemblenganpada tiap jenjang satuan pendidikan dengan kurikulum sebagai pengarahnya.

Sebagai negara bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, danberagamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapunancaman disintegrasi bangsa masih tetap ada. Maka, kurikulum harus mampu membentukmanusia Indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untukmemajukan jatidiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasisebagai satu entitas bangsa Indonesia.

Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaankehendak sering muncul di Indonesia. Kecenderungan ini juga menimpa generasi muda,misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal. Walaupun belum ada kajian ilmiah bahwakekerasan tersebut berhulu dari kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan dan tokohmasyarakat menyatakan bahwa salah satu akar masalahnya adalah implementasi kurikulumyang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruangbelajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik. Oleh karena itu, kurikulumperlu direorientasi dan direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran yangdapat menjawab kebutuhan ini.

Berbagai elemen masyarakat telah memberikan kritikan, komentar, dan saran berkaitandengan beban belajar siswa, khususnya siswa sekolah dasar. Beban belajar ini bahkan secarakasatmata terwujud pada beratnya beban buku yang harus dibawa ke sekolah. Beban belajarini salah satunya berhulu dari banyaknya matapelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar.Maka, kurikulum pada tingkat sekolah dasar perlu diarahkan kepada peningkatan 3 (tiga)kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung, dan pembentukan karakter.

Berbagai kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang, manipulasi, termasukmasih adanya kecurangan di dalam Ujian Nasional menunjukkan mendesaknya upayamenumbuhkan budaya jujur dan antikorupsi melalui kegiatan pembelajaran di dalam satuanpendidikan. Maka, kurikulum harus mampu memandu upaya karakterisasi nilai-nilai kejujuranpada peserta didik.

Page 89: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 82

Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah secara nyata mempengaruhi secaranegatif lingkungan alam. Pencemaran, semakin berkurangnya sumber air bersih adanyapotensi rawan pangan pada berbagai beahan dunia, dan pemanasan global merupakantantangan yang harus dihadapi generasi muda di masa kini dan di masa yang akan datang.Kurikulum seharusnya juga diarahkan untuk membangun kesadaran dan kepedulian generasimuda terhadap lingkungan alam dan menumbuhkan kemampuan untuk merumuskanpemecahan masalah secara kreatif terhadap isu-isu lingkungan dan ketahanan pangan.

Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus terusditingkatkan. Hasil riset PISA (Program for International Student Assessment),studi yangmemfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPAmenunjukkan peringkat Indonesiabaru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil Riset TIMSS (Trends inInternational Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada padarangking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori,analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan(4) melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasikurikulum, dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspekkemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperanserta dalammembangun negaranya pada abad 21.

Page 90: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 83

4. Landasan Teoritik

Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi.

Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasionalsebagai kualitas minimal warganegara untuk suatu jenjang pendidikan. Standar bukankurikulum dan kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standarnasional atau di atasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar KompetensiLulusan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan SatuanPendidikan yaitu SKL SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

Kompetensi adalah kemampuan sesorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan danketrampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimanayang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untukmemberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkansikap, ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan yangdirumuskan dalam SKL. Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar pesertadidik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.

B. KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalahoutcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan padapencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasilkurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagaipencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:

1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI)kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.

2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalamaspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajaripeserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalahkualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KDyang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.

3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu temauntuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA,SMK/MAK.

Page 91: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 84

4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan padaranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual(kemampuan kognitif tinggi).

5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitusemua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalamKompetensi Inti.

6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, salingmemperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjangpendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dansatu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KDuntuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajarandan kelas tersebut.

C. PROSES PEMBELAJARAN

Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan pembelajaranekstra-kurikuler.

1. Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip berikut:

a. Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan denganmata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.

b. Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, danSMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.

c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasaiKompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).

d. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi yaitupengetahuan yang merupakan konten yang bersifat mastery dan diajarkan secaralangsung (direct teaching), ketrampilan kognitif dan psikomotorik adalah konten yangbersifat developmental yang dapat dilatih (trainable) dan diajarkan secara langsung (directteaching), sedangkan sikap adalah konten developmental dan dikembangkan melaluiproses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching).

e. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmentaldilaksanakanberkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan lainnya, dan salingmemperkuat antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

f. Proses pembelajaran tidak langsung (indirect) terjadi pada setiap kegiatan belajar yangterjadi di kelas, sekolah, rumah dan masyarakat. Proses pembelajaran tidak langsungbukan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) karena sikap yang dikembangkan dalam

Page 92: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 85

proses pembelajaran tidak langsung harus tercantum dalam silabus, dan RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru.

g. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatanmengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalis(menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasi-kan (lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain).

h. Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik menguasaikompetensi yang masih kurang. Pembelajaran remedial dirancang dan dilaksanakanberdasarkan kelemahan yang ditemukan berdasarkan analisis hasil tes, ulangan, dan tugassetiap peserta didik. Pembelajaran remedial dirancang untuk individu, kelompok atau kelassesuai dengan hasil analisis jawaban peserta didik.

i. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnyasegera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensipada tingkat memuaskan.

2. Pembelajaran ekstrakurikuler

Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancangsebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatanekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatanekstrakurikuler wajib.

Kegiatan ekstrakurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukungkegiatan intrakurikuler.

D. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013

Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaranhanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.

2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuanpendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakanPemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yangmenjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didiksetelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.

3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasiskompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan,ketrampilan berpikir, ketrampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.

4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yangdirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasaisetiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.

5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untukmengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.

Page 93: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 86

6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didikdan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik beradapada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, danseni.

8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan

peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.10.Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.11.Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi.

Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimilikisetiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikutidengan proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atausekelompok peserta didik.

IV. STRUKTUR KURIKULUM

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk matapelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajarandalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per mingguuntuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasiankonten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datangadalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaranberdasarkan jam pelajaran per semester.

A. STRUKTUR KURIKULUM SD/MI

Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satusemester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untukkelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD/MI adalah 35 menit.

Struktur Kurikulum SD/MI adalah sebagai berikut:

MATA PELAJARANALOKASI WAKTU BELAJAR

PER MINGGU

I II III IV V VIKelompok A1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 42. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5 6 6 4 4 43. Bahasa Indonesia 8 8 10 7 7 74. Matematika 5 6 6 6 6 65. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 36. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3Kelompok B1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 5 5 52. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4

Page 94: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 87

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30 32 34 36 36 36

Keterangan:Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat Bahasa Daerah.

Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari kontenKompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PendidikanPancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan III. Sedangkan untuk kelas IV, V dan VI,Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-temayang ada untuk kelas IV, V dan VI.

B. STRUKTUR KURIKULUM SMP/MTS

Dalam struktur kurikulum SMP/MTs ada penambahan jam belajar per minggu dari semula 32, 32,dan 32 menjadi 38, 38 dan 38 untuk masing-masing kelas VII, VIII, dan IX. Sedangkan lama belajaruntuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40 menit.

Struktur Kurikulum SMP/MTS adalah sebagai berikut:

MATA PELAJARANALOKASI WAKTU BELAJAR

PER MINGGUVII VIII IX

Kelompok A1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 32. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 33. Bahasa Indonesia 6 6 64. Matematika 5 5 55. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 56. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 47. Bahasa Inggris 4 4 4Kelompok B1. Seni Budaya 3 3 32. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3 3 33. Prakarya 2 2 2

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 38 38 38Keterangan:Mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah.

IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative socialstudies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasiaplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, danpengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.Disamping itu, tujuan pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya,semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruangatau space wilayah NKRI. IPA juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi dan alamsekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara.

= Pembelajaran Tematik Integratif

Page 95: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 88

Seni Budaya terdiri atas empat aspek, yakni seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater.Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan dapat memilihaspek yang diajarkan sesuai dengan kemampuan (guru dan fasilitas) pada satuan pendidikan itu.

Prakarya terdiri atas empat aspek, yakni kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan menyelenggarakanpembelajaran prakarya paling sedikit dua aspek prakarya sesuai dengan kemampuan dan potensidaerah pada satuan pendidikan itu.

C. STRUKTUR KURIKULUM PENDIDIKAN MENENGAH (SMA/MA/SMK/MAK)

Struktur kurikulum SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas:

- Kelompok mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh peserta didik- Kelompok mata pelajaran peminatan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat,

minat, dan kemampuannya.

Adanya kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran peminatan dimaksudkan untukmenerapkan prinsip kesamaan antara SMA/MA dan SMK/MAK. Mata pelajaran wajib sebanyak 9(sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 24 jam per minggu. Kelompok mata pelajaranpeminatan SMA/MA terdiri atas 18 jam per minggu untuk kelas X, dan 20 jam per minggu untukkelas XI dan XII. Kelompok mata pelajaran peminatan SMK/MAK masing-masing 24 jam per kelas.Kelompok mata pelajaran peminatan SMA/MA bersifat akademik, sedangkan untuk SMK/MAKbersifat vokasional. Struktur ini menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subjek dalambelajar dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya.

1. Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah

Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah adalah sebagaimana yang tertera di dalam tabelberikut ini:

Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata pelajaran wajib:

MATA PELAJARANALOKASI WAKTU BELAJAR

PER MINGGUX XI XII

Kelompok A (Wajib)1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 32. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 23. Bahasa Indonesia 4 4 44. Matematika 4 4 45. Sejarah Indonesia 2 2 26. Bahasa Inggris 2 2 2Kelompok B (Wajib)7. Seni Budaya 2 2 28. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3 3 39. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu 24 24 24

Kelompok C (Peminatan)

Page 96: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 89

Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA) 18 20 20

Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per Minggu 42 44 44

Beban belajar di SMA/MA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar perminggu. Satu jam belajar adalah 45 menit.

2. Struktur Kurikulum SMA/MA

MATA PELAJARAN KelasX XI XII

Kelompok A dan B (Wajib) 24 24 24C. Kelompok PeminatanPeminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu AlamI 1 Matematika 3 4 4

2 Biologi 3 4 43 Fisika 3 4 44 Kimia 3 4 4

Peminatan Ilmu-Ilmu SosialII 1 Geografi 3 4 4

2 Sejarah 3 4 43 Sosiologi 3 4 44 Ekonomi 3 4 4

Peminatan Ilmu-Ilmu Bahasa dan BudayaIII 1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4

2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 43 Bahasa dan Sastra Asing Lainnya 3 4 44 Antropologi 3 4 4

Mata Pelajaran Pilihan dan PendalamanPilihan Lintas Minat dan/atauPendalaman Minat 6 4 4

Jumlah jam pelajaran yang tersedia per minggu 66 76 76Jumlah jam pelajaran yang harus ditempuh perminggu 42 44 44

Kelompok Peminatan terdiri atas Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, PeminatanIlmu-ilmu Sosial, dan Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya. Sejak kelas X peserta didiksudah harus memilih kelompok peminatan yang akan dimasuki. Pemilihan peminatanberdasarkan nilai rapor di SMP/MTsdan/atau nilai UN SMP/MTs dan/atau rekomendasi guruBK di SMP/MTs dan/atau hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA/MAdan/atau tes bakat minat oleh psikolog dan/atau rekomendasi guru BK di SMA/MA. Pada akhirminggu ketiga semester pertama peserta didik masih mungkin mengubah pilihanpeminatannya berdasarkan rekomendasi para guru dan ketersediaan tempat duduk. Untuksekolah yang mampu menyediakan layanan khusus maka setelah akhir semester pertamapeserta didik masih mungkin mengubah pilihan peminatannya. Untuk MA, selain ketigapeminatan tersebut ditambah dengan Kelompok Peminatan Keagamaan.

Semua mata pelajaran yang terdapat dalam suatu Kelompok Peminatanyang dipilih pesertadidik harus diikuti. Setiap Kelompok Peminatan terdiri atas 4 (empat) mata pelajaran dan

Page 97: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 90

masing-masing mata pelajaran berdurasi 3 jampelajaran untuk kelas X, dan 4 jampelajaranuntuk kelas XI dan XII.

Setiap peserta didik memiliki beban belajar per semester selama 42 jam pelajaran untuk kelasX dan 44 jam pelajaran untuk kelas XI dan XII. Beban belajar ini terdiri atas Kelompok MataPelajaran Wajib A dan B dengan durasi 24 jam pelajaran dan Kelompok Mata PelajaranPeminatan dengan durasi 12 jam pelajaran untuk kelas X dan 16 jampelajaran untuk kelas XIdan XII.

Untuk Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat kelas X, jumlah jampelajaran pilihan per minggu berdurasi 6 jam pelajaran yang dapat diambil dengan pilihansebagai berikut:

a. Dua mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam satuKelompok Peminatan lainnya, dan/atau

b. Satu mata pelajaran dari masing-masing Kelompok Peminatan yang lainnya.

Sedangkan pada kelas XI dan XII, peserta didik mengambil Pilihan Lintas Minat dan/atauPendalaman Minat dengan jumlah jam pelajaran pilihan per minggu berdurasi 4 jam pelajaranyang dapat diambil dengan pilihan sebagai berikut:

a. Satu mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalamKelompok Peminatan lainnya, dan/atau

b. Mata pelajaran Pendalaman Kelompok Peminatan yang dipilihnya.

V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KURIKULUM

A. IMPLEMENTASI

1. Pengembangan Kurikulum 2013 pada Satuan PendidikanPengembangan Kurikulum 2013 dilakukan atas prinsip:a. bahwa sekolah adalah satu kesatuan lembaga pendidikan dan kurikulum adalah kurikulum

satuan pendidikan, bukan daftar mata pelajaranb. Guru di satu satuan pendidikan adalah satu satuan pendidik (community of educators),

mengembangkan kurikulum secara bersama-sama.c. Pengembangan kurikulum di jenjang satuan pendidikan dipimpin langsung oleh kepala

sekolahd. Pelaksanaan implementasi kurikulum di satuan pendidikan dievaluasi oleh kepala sekolah.

2. Manajemen Implementasia. Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan

pemerintah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.b. Pemerintah bertangungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk

melaksanakan kurikulum.c. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum

secara nasional.

Page 98: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 91

d. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan evaluasiterhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.

e. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuanprofesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum dikabupaten/kota terkait.

3. Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:a. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:

- Juli 2013: Kelas I, IV terbatas pada sejumlah SD/MI (30%), dan seluruh VII (SMP/MTs),dan X (SMA/MA, SMK/MAK). Ini adalah tahun pertama implementasi dan dilakukan diseluruh wilayah NKRI. Untuk SD akan dipilih 30% SD dari setiap kabupaten/kota disetiap propinsi.

- Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI: tahun 2014 adalah tahun keduaimplementasi. Seperti tahun pertama maka SD akan dipilih sebanyak 30% sehinggasecara keseluruhan implementasi kurikulum pada tahun kedua sudah mencakup 60%SD di seluruh wilayah NKRI. Pada tahun kedua ini, hanya kelas terakhir SMP/MTs,SMA/MA, SMK/MAK yang belum melaksanakan kurikulum.

- Juli 2015: seluruh kelas dan seluruh sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAKtelah melaksanakan sepenuhnya Kurikulum 2013.

b. Pelatihan Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, dari tahun 2013 – 2016. Pelatihan guru,kepala sekolah dan pengawas adalah untuk guru, kepala sekolah yang akan melaksanakanKurikulum 2013 dan dilakukan sebelum Kurikulum 2013 diimplementasikan. Prinsip inimenjadi prinsip utama implementasi dimana guru, kepala sekolah dan pengawas di wilayahsekolah terkait yang akan mengimplemntasikan kurikulum adalah mereka yang sudahterlatih. Dengan demikian, ketika Kurikulum 2013 akan diimplementasikan pada tahunpembelajaran 2015-2016, seluruh guru, kepala sekolah dan pengawas di seluruh Indonesiasudah mendapatkan pelatihan untuk melaksanakan kurikulum.

c. Pengembangan buku babon, dari tahun 2013 – 2016. Sejalan dengan strategiimplementasi, penulisan dan percetakan serta distribusi buku babon akan seluruhnyaselesai pada awal tahun terakhir implementasi kurikulum atau sebelumnya. Padaprinsipnya ketika implementasi Kurikulum 2013 memasuki tahun 2015-2016 seluruh bukubabon sudah teredia di setiap sekolah.Buku babon terdiri atas buku untuk peserta didik dan buku untuk guru. Isi buku babon guruadalah sama dengan buku babon peserta didik dengan tambahan strategi pembelajarandan penilaian hasil belajar. Sedangkan pedoman pembelajaran dan penilaian hasil belajarasecara rinci tercantum dalam buku pedoman pembelajaran dan penilaian.

d. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembanganbudaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA/MA dan SMK/MAK, dimulai daribulan Januari – Desember 2013. Implementasi Kurikulum 2013 mensyaratkan penataanadministrasi, manajemen, kepemimpinan dan budaya kerja guru yang baru. Oleh karena itudalam persiapan implementasi Kurikulum 2013, pelatihan juga berkenaan dengan tatakerja baru para guru dan kepemimpinan kepala sekolah.Dengan penerapan pelatihan inimaka implementasi Kurikulum tidak hanya berkenaan dengan upaya realisasi ide danrancangan kurikulum tetapi juga pembenahan pada pelaksanaan pendidikan di satuanpendidikan.

Page 99: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 92

e. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan danmasalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016. Strategi implementasiKurikulum 2013 menghindari pelatihan yang dinamakan one-shot training sebagai strategiimplementasi mengingat kelemahan strategi tersebut. Pleatihan yang dilakukan untuk paraguru, kepala sekolah, dan pengawas akan diikuti dengan monitoring dan evaluasisepanjang pelaksanaan paling tidak dari tahun pertama sampai tahun ketiga implementasi.Pada akhir tahun ketiga implementasi diharapkan permasalahan yang dihadapi parapelaksana sudah tidak lagi merupakan masalah mendasar dan kurikulum sudah dapatdilaksanakan sebagaimana seharusnya. Permasalahan lapangan yang muncul adalah yangdapat diselesaikan oleh kolaborasi guru, kepala sekolah dan pengawas di bawah supervisidinas pendidikan kabupaten/kota.

B. EVALUASI KURIKULUM

Evaluasi Kurikulum dilaksanakan selama masa pengembangan ide (deliberation process),pengembangan desain dan dokumen kurikulum, dan selama masa implementasi kurikulum.Evaluasi dalam deliberation process menghasilkan penyempurnaan dalam Kompetensi Inti yangdijadikan organising element dalam mengikat Kompetensi dasar mata pelajaran.Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:1. Sampai tahun pelajaran 2015-2016: untuk memperbaiki berbagai kesulitan pelaksanaan

kurikulum.2. Sampai tahun pelajaran 2016 secara menyeluruh untuk menentukan efektivitas, kelayakan,

kekuatan, dan kelemahan implementasi kurikulum.

Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum (implementasi kurikulum) diselenggarakan dengantujuan untuk mengidentifikai masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah danguru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dandilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran.

Hasil evaluasi dilakukan sebagai bahan untuk memperbaiki kelemahan kurikulum agar lebihefektif lagi di masa yang akan datang.

Page 100: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 93

SUBMATERI PELATIHAN : 1.2 ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM

Langkah Kegiatan Inti

Pemaparanoleh

Instrukturdengan

menggunakanPPT-1.1 dan

PPT-1.2

Tanya Jawab

10 Menit 10 Menit

Pemaparan

Instruktur menyampaikan materi Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum yang mencakup: 4standar, tematik terpadu untuk SD kls 1 dan 4, TIK merupakan sarana pembelajaran yangdipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain, perubahan pendekatanpembelajaran yaitu Scientific Approach, bahasa sebagai alat komunikasi dan carrier ofknowledge, penetapan platform untuk mata pelajaran tertentu (geografi untuk IPS, Biologi untukIPA)dengan menggunakan PPT-1.2.

Tanya Jawab

Diskusi dan tanya jawab terkait dengan Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013 yangmencakup:

d. Alasan pengembangan kurikulum.

e. Identifikasi perubahan yang penting dalam kurikulum 2013 dibandingkan kurikulumsebelumnya (struktur kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar).

f. Manfaat adanya perubahan kurikulum.

Kemudian fasilitator menyimpulkannya.

Page 101: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 94Matematika – SMA/MA/SMK| 94Matematika – SMA/MA/SMK| 94

Page 102: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 95Matematika – SMA/MA/SMK| 95Matematika – SMA/MA/SMK| 95

Page 103: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 96Matematika – SMA/MA/SMK| 96Matematika – SMA/MA/SMK| 96

Page 104: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 97Matematika – SMA/MA/SMK| 97Matematika – SMA/MA/SMK| 97

Page 105: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 98Matematika – SMA/MA/SMK| 98Matematika – SMA/MA/SMK| 98

Page 106: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 99

SUBMATERI PELATIHAN1.3:SKL, KI, DAN KD

Langkah Kegiatan Inti

Pemaparanoleh

Instruktur

MemberiContohAnalisis

KeterkaitanSKL, KI, KD

KerjaKelompok

PresentasiHasil

Kelompok

10 Menit 5 Menit 30 Menit 15 Menit

Pemaparan

Instuktur memberikan materi SKL, KI, dan KD dengan menggunakan PPT-1.3/2.1/2.3/3.1/3.2

Kerja Kelompok

Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok diberi tugas menganalisis keterkaitan SKL,KI, KD masing-masing mapel selama 1 tahun yang akan dijadikan dasar untuk membuat RPPdengan menggunakan LK 1.3. Masing-masing kelompok mengerjakan KD yang berbeda agarpeserta mendapat bahan hasil analisis semua KI dan KD selama 1 tahun kelas X.

Presentasi Hasil Kerja Kelompok

Masing-masing kelompok memaparkan hasil kerja kelompok. Peserta yang akan memaparkanakan ditunjuk oleh Intruktur.Sementara kelompok lainnnya memberi komentar/ tanggapan danmenilai hasil kerja kelompok lainnya.

Memberi Contoh

Instruktur memberikan contoh analisis keterkaitan antara SKL, KI, dan KD dengan menggunakanHO-1.3

Page 107: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 100Matematika – SMA/MA/SMK| 100Matematika – SMA/MA/SMK| 100

Page 108: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 101Matematika – SMA/MA/SMK| 101Matematika – SMA/MA/SMK| 101

Page 109: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 102Matematika – SMA/MA/SMK| 102Matematika – SMA/MA/SMK| 102

Page 110: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 103Matematika – SMA/MA/SMK| 103Matematika – SMA/MA/SMK| 103

Page 111: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 104

Page 112: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 105

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) SMA/MA/SMALB*/PaketC

Aspek Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia,berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektifdengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagaicerminan bangsa dalam pergaulan dunia

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmupengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampakfenomena dan kejadian.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrakdan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secaramandiri.

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASARMATEMATIKA (WAJIB)

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)/MADRASAH ALIYAH (MA)

KELAS: X

HO-1.3/2.1/2.4/3.1/3.2

Page 113: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 106

Page 114: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 107

Page 115: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 108

Page 116: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 109

Page 117: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 110

Page 118: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 111

Page 119: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 112

Page 120: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 113

Page 121: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 114

Page 122: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 115

Page 123: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 116

Page 124: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 117

Page 125: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 118

Page 126: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 119

CONTOH ANALISIS SKL, KI dan KD

Mata Pelajaran : MatematikaKelas : XMateri Pokok : Perbandingan Trigonometri

AspekStandar

KompetensiLulusan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Lingkup Materi Aktivitas yang Dilakukan agarSiswaMemperoleh Kompetensi

Penilaian Autentik(Teknik Penilaian

dan BentukInstrumen)

Sikap Memiliki perilakuyang mencerminkansikap orangberiman, berakhlakmulia, percaya diri,dan bertanggungjawab dalamberinteraksi secaraefektif denganlingkungan sosialdan alam sertadalam menempatkandirinya sebagaicerminan bangsadalam pergaulandunia

1. Menghayati danmengamalkanajaran agama yangdianutnya.

2. Menghayati danmengamalkanperilaku jujur, disiplin,tanggungjawab,peduli (gotongroyong, kerjasama,toleran, damai),santun, responsifdan pro-aktif danmenunjukkan sikapsebagai bagian darisolusi atas berbagaipermasalahan dalamberinteraksi secaraefektif denganlingkungan sosial

2.1 Memilikimotivasi internal,kemampuanbekerjasama,konsisten, sikapdisiplin,rasa percayadiri,dan sikaptoleransidalamperbedaanstrategi berpikirdalammemilihdan menerapkanstrategimenyelesaikan

Perbandingantrigonometri segitigasiku-siku, macam danukuran sudut sertaidentitas trigonometriuntukmengembangkandisiplin, konsisten,jujur dan bekerjasama.

Identitas Trigonometri,problem soving sertamacam dan ukuransudut untukmengembangkantoleransi, bekerjasama

Siswa menelaah hubunganperbandingan trigonometridengan sudut pada segitiga siku-siku

Siswa memecahkan masalahperbandingan trigonometri untuksudut lebih dari 90° atau kurangdari 0° dengan/tanpa bimbinganguru

Siswa memecahkan masalahperbandingan trigonometri untuksudut lebih dari satu putaran

Teknik Penilaian:Non tes(pengamatan)

Bentuk Instrumen:Lembarpengamatanperkembangansikap

HO – 1.3

Page 127: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 120

AspekStandar

KompetensiLulusan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Lingkup Materi Aktivitas yang Dilakukan agarSiswaMemperoleh Kompetensi

Penilaian Autentik(Teknik Penilaian

dan BentukInstrumen)

dan alam sertadalam menempatkandiri sebagai cerminanbangsa dalampergaulan dunia

masalah.

2.2 Mampumentransformasidiri dalamberpilaku jujur,tangguhmengadapimasalah, kritisdan disiplindalammelakukantugas belajarmatematika.

2.3 Menunjukkansikapbertanggungjawab, rasa ingintahu, jujur danperilaku pedulilingkungan.

serta kesadaran hakdan kewajiban

Fungsi Trigonometrisudut lebih dari 900

s.d. 3600, sudut lebihdari 3600 dan sudutnegatif untukmengembangkanperilaku kritis, sikaprasa ingin tahu.

Problem solving untukmengembangkan rasapercaya diri dan pedulilingkungan

Pengeta-huan

Memilikipengetahuanfaktual, konseptual,prosedural, dan

3. Memahami,menerapkan, danmenganalisispengetahuan

3.14 Mendeskripsikankonsepperbandingantrigonometri

Nilai perbandingansisi-sisi segitiga siku-siku (perbandingatrigonometri)

Melakukan kegiatanmengamati fakta matematika,menanya (berfikir divergen),menalar, mencoba dan

Teknik Penilaian: Tes tertulis

terkait :perbandingan

Page 128: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 121

AspekStandar

KompetensiLulusan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Lingkup Materi Aktivitas yang Dilakukan agarSiswaMemperoleh Kompetensi

Penilaian Autentik(Teknik Penilaian

dan BentukInstrumen)

metakognitif dalamilmu pengetahuan,teknologi, seni, danbudaya denganwawasankemanusiaan,kebangsaan,kenegaraan, danperadaban terkaitpenyebab sertadampak fenomenadan kejadian.

faktual, konseptual,dan proseduralberdasarkan rasaingin tahunyatentang ilmupengetahuan,teknologi, seni,budaya, danhumaniora denganwawasankemanusiaan,kebangsaan,kenegaraan, danperadaban terkaitpenyebabfenomena dankejadian, sertamenerapkanpengetahuanprosedural padabidang kajian yangspesifik sesuaidengan bakat danminatnya untukmemecahkanmasalah

padasegitigasiku-siku melaluipenyelidikan dandiskusitentanghubunganperbandingansisi-sisiyangbersesuaiandalambeberapasegitigasiku- sikusebangun.

3.15 Menemukan sifat-sifat danhubungan antarperbandingantrigonometridalam segitigasiku-siku.

3.16 Mendeskripsikandan menentukanhubunganperbandingantrigonometri darisudut di setiapkuadran, memilihdan menerapkandalam

Hubungan antarperbandingantrigonometri dalamsegitiga siku-siku

Nilai perbandingantrigonometridiperluas denganmengaitkan kordinat

Perbandingantrigonometri diberbagai kuadrandan pemahaman

membuktikan danmenyimpulkano terkait nilai perbandingan

sisi segitiga siku-sikuo terkait dengan perluasan

nilai perbandingantrigonometri untuk sudutsiku-siku, sudut tumpuldan sudut tumpul

Melakukan kegiatanmengamati fakta matematika,menanya (berfikir divergen),menalar, mencoba danmembuktikan sertamenyimpulkan terkait sudutberelasi (sudut di kuadrani,kuadran II, kuadran III dankuadran IV)

segitiga siku-siku(kuadran I) ,misalnyasin = ,perluasan konseppada kordinatkartesius dalamkaitannya dengansudut berelasi

Portofolio hasilkerja siswa dancatatan guru

Bentuk instrumenpenilaian: Soal uraian Portofolio

Page 129: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 122

AspekStandar

KompetensiLulusan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Lingkup Materi Aktivitas yang Dilakukan agarSiswaMemperoleh Kompetensi

Penilaian Autentik(Teknik Penilaian

dan BentukInstrumen)

penyelesaianmasalah nyatadan matematika

3.17 Mendeskripsikankonsep fungsitrigonometri danmenganalisisgrafik fungsinyaserta menentukanhubungan nilaifungsitrigonometri darisudut-sudutistimewa

sudut berelasi

Grafik fungsitrigonometri

Keteram-pilan

Memiliki kemampuanpikir dan tindak yangefektif dan kreatifdalam ranah abstrakdan konkret sebagaipengembangan dariyang dipelajari disekolah secaramandiri.

4 Mengolah,menalar, danmenyaji dalamranah konkret danranah abstrakterkait denganpengembangandari yangdipelajarinya disekolah secaramandiri, danmampumenggunakan

4.14 Menerapkanperbandingantrigonometridalammenyelesaikanmasalah

4.15 Menyajikan grafikfungsitrigonometri

Penerapanperbandingantrigonometri

Melukis grafik fungsitrigonometri

Menentukan tinggi gedungdengan memanfaatkanperbandingan trigonometridengan berbagai cara.(misalnya menggunakanbayangan, busur, klinometerdan sebagainya)

Unjuk kerja(denganinstrumenpengamatan)

Page 130: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 123

AspekStandar

KompetensiLulusan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Lingkup Materi Aktivitas yang Dilakukan agarSiswaMemperoleh Kompetensi

Penilaian Autentik(Teknik Penilaian

dan BentukInstrumen)

metoda sesuaikaidah keilmuan

Page 131: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 124

LEMBAR KERJA

ANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD

MATEMATIKA KELASX

PETUNJUK KEGIATAN ANALISIS SKL, KI DAN KD

Kompetensi : Memahami keterkaitan antara SKL, KI dan KD pada Kurikulum 2013

Tujuan Kegiatan : Menganalisis keterkaitan SKL, KI dan KD

Kelompok Kerja :

1. Bacalah substansi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Tahun 2013.

2. Bacalah dan komparasikan dengan SKL Tahun 2006 (Permendiknas Th 2006).

3. Bacalah KI mata pelajaran matematika SMA kelas X.

4. BacalahKD mata pelajaran matematika SMA kelas X.

5. Analisislah lingup materi dari setiap KD mengacu silabus mata pelajaran

6. Tulislah aktivitas/ kegiatan belajar siswa untuk mencapai kompetensi tersebut denganmengacu silabus mata pelajaran

7. Tentukan teknik dan instrumen penilaiannya dengan mengacu silabus mata pelajaran

8. Setelah selesai masukkan dalam Lembar Kerja Analisis Keterkaitan SKL, KI, dan KD matematikakelas X yang sudah disiapkan!

LK – 1.3

Page 132: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 125

LEMBAR KERJAANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD

MATA PELAJARAN : MATEMATIKAKELAS : XMATERI AJAR :

Domain Standar KompetensiLulusan Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Lingkup Materi

Aktivitas/KegiatanBelajar Siswa

untuk MencapaiKompetensi

Teknik danBentuk

InstrumenPenilaian

Sikap Memilikiperilakuyangmencerminkansikaporangberiman,berakhlakmulia,berilmu,percayadiri,danbertanggungjawabdalamberinteraksisecaraefektifdenganlingkungansosialdanalamdalammenempatkandirisebagaicerminanbangsadalampergaulandunia.

Menghargai dan menghayatiajaran agama yangdianutnya

Menghayati danmengamalkan perilaku jujur,disiplin, tanggungjawab,peduli (gotong royong,kerjasama, toleran, damai),santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikapsebagai bagian dari solusiatas berbagai permasalahandalam berinteraksi secaraefektif dengan lingkungansosial dan alam serta dalammenempatkan diri sebagaicerminan bangsa dalampergaulan dunia

Pengetahuan Memilikipengetahuanfaktual,konseptual,prosedural,danmetakognitifdalammatematika,ilmupengetahuan,teknologi,seni,

Memahami ,menerapkan,menganalisis pengetahuanfaktual, konseptual,prosedural berdasarkan rasaingintahunya tentang ilmu

LK – 1.3

Page 133: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 126

Domain Standar KompetensiLulusan Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Lingkup Materi

Aktivitas/KegiatanBelajar Siswa

untuk MencapaiKompetensi

Teknik danBentuk

InstrumenPenilaian

danbudayadenganwawasankemanusiaan,kebangsaan,kenegaraan,danperadabanterkaitpenyebabsertadampakfenomenadankejadian.

pengetahuan, teknologi,seni, budaya, danhumaniora denganwawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan,dan peradaban terkaitpenyebab fenomena dankejadian, serta menerapkanpengetahuan proseduralpada bidang kajian yangspesifik sesuai dengan bakatdan minatnya untukmemecahkan masalah.

Keterampilan Memilikikemampuanpikirdantindakyangefektifdankreatifdalamranahabstrakdankonkretdalammenyelesaikanmasalahsecaramandiri.

Mengolah, menalar, danmenyaji dalam ranahkonkret dan ranah abstrakterkait denganpengembangan dari yangdipelajarinya di sekolahsecara mandiri, dan mampumenggunakan metodasesuai kaidah keilmuan

-

Page 134: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 127

MATERI PELATIHAN 1.4:STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Langkah Kegiatan Inti

Pemaparanoleh

InstrukturDiskusi Kelas

MerangkumHasil Diskusi

Kelas

Refleksi danumpan balik

untukseluruhmateri

pelatihan

10 Menit 20 Menit 10 Menit 15 Menit

Pemaparan

Paparan oleh fasilitatortentang Strategi Implementasi Kurikulum 2013 dengan menggunakan PPT-1.4

Diskusi Kelas

Mendiskusikan elemen penting dalam implementasi kurikulum 2013, meliputi berikut ini.

1. Peran guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan guru BK.2. Dukungan manajemen sekolah atau kultur sekolah dalam mensukseskan pembelajaran

dengan menggunakan kurikulum 2013.3. Dukungan dinas pendidikan kabupaten dan organisasi profesi dalam implementasi kurikulum

2013.

Membuat Rangkuman

Instruktur merangkum semua materi pelatihan Konsep Kurikulum yang telah disampaikan selama4 JP sebagai kegiatan penutup.

Page 135: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 128Matematika – SMA/MA/SMK| 128Matematika – SMA/MA/SMK| 128

Page 136: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 129Matematika – SMA/MA/SMK| 129Matematika – SMA/MA/SMK| 129

Page 137: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 130Matematika – SMA/MA/SMK| 130Matematika – SMA/MA/SMK| 130

Page 138: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 131

BAGIAN III

MATERI PELATIHAN 2: ANALISIS MATERI AJAR

2.1 Konsep Pendekatan Scientific

2.2 Model Pembelajaran

2.3 Konsep Penilaian Autentik

2.4 Analisis Buku Guru dan Siswa

Page 139: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 132

MATERI PELATIHAN 2: ANALISIS MATERI AJAR

A. KOMPETENSI

Peserta pelatihan dapat:

1. mendeskripsikan konsep pendekatan scientific dalam pembelajaran;2. mendeskripsikan konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar;3. menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD;4. menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman

materi;5. menguasai secara utuh materi, struktur, dan pola pikir keilmuan materi pelajaran;6. menguasai penerapan materi pelajaran pada bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-

hari; dan

7. memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatanpembelajaran.

B. LINGKUP MATERI

1. Konsep Pendekatan Scientific2. Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Pembelajaran3. Analisis Buku Guru dan Buku Siswa (Kesesuaian,Kecukupan, dan Kedalaman Materi)

C. INDIKATOR

1. Menerima konsep pendekatan scientific dan menghargai pendapat orang lain.2. Menjelaskan konsep pendekatan scientific.3. Menjelaskan penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran.4. Menerima penerapan konsep penilaian autentik di sekolah/ madrasah dan menghargai

pendapat orang lain.5. Menjelaskan konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.6. Menganalisis kesesuaian buku guru dan siswa dengan SKL, KI, dan KD secara teliti dan

serius.7. Mengidentifikasi kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan

KD.8. Menganalisis kecukupan dan kedalaman materi buku guru dan buku siswa.9. Menganalisis kesesuaian proses, pendekatan belajar , serta strategi evaluasi yang

diintegrasikan dalam buku.10. Menjelaskan secara utuh materi, struktur, dan pola pikir keilmuan materi pelajaran yang

terdapat dalam buku siswa.11. Menerapkan materi pelajaran yang terdapat dalam buku guru dan buku siswa pada

bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.

Page 140: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 133

12. Menjelaskan strategi penggunaan buku guru dan buku siswa untuk kegiatanpembelajaran.

D. PERANGKAT PELATIHAN

1. Video Pembelajaran

2. Bahan Tayang

a. Konsep Pendekatan Scientificb. Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaranc. Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajard. Analisis Buku Guru dan Buku Siswa

3. Lembar Kerja

4. Dokumen Bahan Bacaan

a. Konsep Pendekatan Scientificb. Konsep Penilaian Autentik

5. ATK

Page 141: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 134

SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN

MATERI PELATIHAN: 2. ANALISIS MATERI AJARALOKASI WAKTU: 12 JP (@ 45 MENIT)JENJANG: SMA/MA, SMK/MAKMATA PELAJARAN: MATEMATIKA

TAHAPANKEGIATAN

DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU

PERSIAPAN Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, sepertiLCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser Pointer, ataumedia pembelajaran lainnya.

KEGIATANPENDAHULUAN

Pengkondisian Peserta 15 Menit

Perkenalan

Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasiwaktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan AnalisisMateri Ajar.

Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, danbekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.

KEGIATAN INTI 2.1 Konsep Pendekatan Scientific 90 Menit

Penayangan Video pembelajaran Matematika dengan menggunakanV-2.1/4.1.

20 Menit

Diskusi kelompok untuk mengkaji pendekatan scientific yangmengacu pada tayangan video,dilanjutkan dengan paparan materioleh fasilitator tentang Konsep Pendekatan Scientific denganmenggunakan PPT-2.2-1 dan Contoh Penerapan PendekatanScientific dalam Pembelajaran Matematika dengan menggunakanPPT-2.2.2 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut.

40 Menit

Diskusi kelompok tentang konsep pendekatan scientific denganmenggunakan HO-2.1-1 dan contoh-contoh penerapan pendekatanscientific dalam pembelajaran Matematika dengan mengacu padaHO-2.1-2.

30 Menit

2.3 Model-model Pembelajaran 90 Menit

Page 142: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 135

Mengamati tayangantiga jenis model pembelajaran (Project BasedLearning, Problem Based Learning, dan Discovery Learning).

20 menit

Menerapkan Focus Group Discussionuntuk mengidentifikasikarakteristik tiga model pembelajaran.

30 menit

Kerja kelompok untuk mengidentifikasi penerapan PendekatanScientific pada tiga model pembelajaran.

40 menit

2.3 Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Pembelajaran 90 Menit

Kegiatan interaktif untuk menyamakan persepsi tentang jenis danbentuk penilaian autentik.

15 Menit

Diskusi tentang konsep penilaian autentik pada proses dan hasilbelajar.

30 Menit

Presentasi hasil diskusi kelompok 25 Menit

Paparan materi tentang Konsep Penilaian Autentik pada Proses danHasil Belajar dengan menggunakan bahan tayang PPT-2.3 danContoh Penerapan Penilaian Autentik pada PembelajaranMatematika menggunakan bahan tayang PPT-2.2/3.2.

15 Menit

ICE BREAKER 5 Menit

2.4 Analisis Buku Guru dan Buku Siswa (Kesesuaian,

Kecukupan, dan Kedalaman Materi)

240 Menit

Menilai buku dilakukan oleh peserta dengan bimbingan fasilitatordilihat dari aspek kesesuaian, kecukupan, dan kedalaman materi.

20 Menit

Diskusi kelompok hasil penilaian buku dilanjutkan denganpemaparan materitentangAnalisis Buku Guru dan Buku Siswadengan menggunakan PPT-2.3 yang disisipkan dalam kegiatandiskusi tersebut.

30 Menit

Menyimpulkan hasil diskusi dan menyampaikan format lembarkerja yang telah disiapkan.

15 Menit

Kerja kelompok untuk menganalisis kesesuaian buku guru dan bukusiswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD dengan menggunakan LK-2.4-1 dan LK -2.4-2.

60 Menit

ICE BREAKER 5 Menit

Page 143: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 136

Diskusi kelompok untuk menganalisis kesesuaian proses,pendekatan scientific, serta strategi evaluasi yang diintegrasikandalam buku.

30 Menit

Kerja kelompok untuk membuat contoh-contoh penerapan materipelajaran yang terdapat dalam buku guru dan buku siswa padabidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.

30 Menit

Presentasi hasil kerja kelompok. 30 Menit

Menyimpulkan materi analisis buku oleh fasilitator. 20 Menit

KEGIATANPENUTUP

Membuat rangkumanmateri pelatihanAnalisis materi Ajar. 15 Menit

Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.

Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yangrelevan.

Fasilitator menutup pembelajaran

Page 144: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 137

Materi Pelatihan 2.1: Konsep Pendekatan Scientific

Langkah Kegiatan Inti

DiskusiKelompok

PendekatanScientific

DiskusiKelompokContoh-contoh

PendekatanScientific danPenerapan-

nya45 Menit 45 Menit

Diskusi Kelompok

1. Mengkaji pendekatan scientific yang mengacu pada tayangan video.2. Mengidentifikasi konsep pendekatan scientific yang disampaikan pada tayangan video.3. Membuat urutan aktivitas pada pendekatan scientific.

Pemaparan Hasil Diskusi Kelompok

1. Masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya, kelompok lain dapat dijadikanpembahas dan penanya.

2. Instruktur memberikan masukan terhadap hasil diskusi kelompok.3. Pada akhir diskusi instruktur menyimpulkan hasil diskusi kelompok.

Paparan Materi

Fasilitator menyampaikan Konsep Pendekatan Scientific dengan menggunakan PPT-2.2.1 danContoh Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.2-2yang disisipkan dalam kegiatan diskusi.

Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok Contoh-contoh Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran, tugasdiskusi kelompok sebagai berikut.

1. Membuat contoh pembelajaran salah satu KD dengan menggunakan pendekatan scientific.2. KD yang ditetapkan adalah KD semester 1.

Page 145: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 138

Pemaparan Hasil Diskusi Kelompok

1. Masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya, kelompok lain dapat dijadikanpembahas dan penanya.

2. Instruktur memberikan masukan terhadap hasil diskusi kelompok.3. Pada akhir diskusi instruktur menyimpulkan hasil diskusi kelompok.

Matematika – SMA/MA/SMK| 138

Pemaparan Hasil Diskusi Kelompok

1. Masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya, kelompok lain dapat dijadikanpembahas dan penanya.

2. Instruktur memberikan masukan terhadap hasil diskusi kelompok.3. Pada akhir diskusi instruktur menyimpulkan hasil diskusi kelompok.

Matematika – SMA/MA/SMK| 138

Pemaparan Hasil Diskusi Kelompok

1. Masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya, kelompok lain dapat dijadikanpembahas dan penanya.

2. Instruktur memberikan masukan terhadap hasil diskusi kelompok.3. Pada akhir diskusi instruktur menyimpulkan hasil diskusi kelompok.

Page 146: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 139Matematika – SMA/MA/SMK| 139Matematika – SMA/MA/SMK| 139

Page 147: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 140Matematika – SMA/MA/SMK| 140Matematika – SMA/MA/SMK| 140

Page 148: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 141

PENDEKATAN ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN

A. Esensi Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013

mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.Pendekatan ilmiah diyakini

sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan

lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive

reasoning)ketimbang penalaran deduktif

(deductivereasoning). Penalaran deduktif melihat

fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan

yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif

memandang fenomena atau situasi spesifik untuk

kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.

Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-

bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan

fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau

gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan

sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis

pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip

penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas

pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data,

menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

B. Pendekatan Ilmiah dan Non-ilmiah dalam Pembelajaran

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan

pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional,

retensi informasi dari guru sebesar 10 persensetelah 15 menit dan perolehan pemahaman

kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi

dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual

sebesar 50-70 persen.

HO-2.1-1

Matematika – SMA/MA/SMK| 141

PENDEKATAN ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN

A. Esensi Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013

mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.Pendekatan ilmiah diyakini

sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan

lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive

reasoning)ketimbang penalaran deduktif

(deductivereasoning). Penalaran deduktif melihat

fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan

yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif

memandang fenomena atau situasi spesifik untuk

kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.

Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-

bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan

fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau

gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan

sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis

pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip

penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas

pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data,

menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

B. Pendekatan Ilmiah dan Non-ilmiah dalam Pembelajaran

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan

pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional,

retensi informasi dari guru sebesar 10 persensetelah 15 menit dan perolehan pemahaman

kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi

dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual

sebesar 50-70 persen.

HO-2.1-1

Matematika – SMA/MA/SMK| 141

PENDEKATAN ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN

A. Esensi Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013

mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.Pendekatan ilmiah diyakini

sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan

lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive

reasoning)ketimbang penalaran deduktif

(deductivereasoning). Penalaran deduktif melihat

fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan

yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif

memandang fenomena atau situasi spesifik untuk

kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.

Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-

bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan

fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau

gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan

sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis

pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip

penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas

pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data,

menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

B. Pendekatan Ilmiah dan Non-ilmiah dalam Pembelajaran

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan

pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional,

retensi informasi dari guru sebesar 10 persensetelah 15 menit dan perolehan pemahaman

kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi

dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual

sebesar 50-70 persen.

HO-2.1-1

Page 149: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 142

Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaida-kaidah

pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,

penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses

pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.

Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.

Substansi atau materipembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,

legenda, atau dongeng semata.

Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik

terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang

menyimpang dari alur berpikir logis.

Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat

dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan

substansi atau materi pembelajaran.

Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat

perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi

pembelajaran.

Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi

atau materi pembelajaran.

Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung-jawabkan.

Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem

penyajiannya.

Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah yang meliputiintuisi,

akal sehat,prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.

Intuisi.

Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat

irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki

oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga

dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara

cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat

secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian,

intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik.

Page 150: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 143

Akal sehat.

Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran,

karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan

pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya semata-

mata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkanmereka dalam proses dan

pencapaian tujuan pembelajaran.

Prasangka.Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas

dasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan

seseorang (guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal

sehat terlalu kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka

menjeneralisasi hal-hal khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan

penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir

skeptis atau prasangka itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan

berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh

kepentingan subjektif guru dan peserta didik.

Penemuan coba-coba.Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau

temuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang

ditemukan dengan caracoba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki

kepastian, dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada

manfaatnya bahkanmampu mendorong kreatifitas.Karena itu, kalau memang

tindakan coba-coba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap

tindakan, sampai dengan menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta

didik mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia

kaget komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang

menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya, hingga

dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang seperti apa yang

bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa menyala.

Berpikir kritis.Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya

mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis

itu umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya

pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu

Page 151: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 144

tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan

reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.

C. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan denganmenggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranahsikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang‘mengapa’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta

didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranahpengetahuan menggamit transformasisubstansi atau materi ajar agar peserta didiktahu tentang ‘apa’.Hasil akhirnyaadalahpeningkatan dan keseimbangan antarakemampuan untuk menjadi manusia yangbaik(soft skills) dan manusia yang memilikikecakapan dan pengetahuan untuk hidupsecara layak (hard skills)dari peserta didikyang meliputi aspek kompetensi sikap,keterampilan, dan pengetahuan.

Kurikulum 2013 menekankanpada dimensi pedagogikmodern dalam pembelajaran,yaitu menggunakanpendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah (scientific

appoach) dalampembelajaran semua matapelajaran meliputi menggaliinformasi melauipengamatan, bertanya,

Matematika – SMA/MA/SMK| 144

tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan

reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.

C. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan denganmenggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranahsikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang‘mengapa’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta

didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranahpengetahuan menggamit transformasisubstansi atau materi ajar agar peserta didiktahu tentang ‘apa’.Hasil akhirnyaadalahpeningkatan dan keseimbangan antarakemampuan untuk menjadi manusia yangbaik(soft skills) dan manusia yang memilikikecakapan dan pengetahuan untuk hidupsecara layak (hard skills)dari peserta didikyang meliputi aspek kompetensi sikap,keterampilan, dan pengetahuan.

Kurikulum 2013 menekankanpada dimensi pedagogikmodern dalam pembelajaran,yaitu menggunakanpendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah (scientific

appoach) dalampembelajaran semua matapelajaran meliputi menggaliinformasi melauipengamatan, bertanya,

Matematika – SMA/MA/SMK| 144

tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan

reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.

C. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan denganmenggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranahsikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang‘mengapa’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta

didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranahpengetahuan menggamit transformasisubstansi atau materi ajar agar peserta didiktahu tentang ‘apa’.Hasil akhirnyaadalahpeningkatan dan keseimbangan antarakemampuan untuk menjadi manusia yangbaik(soft skills) dan manusia yang memilikikecakapan dan pengetahuan untuk hidupsecara layak (hard skills)dari peserta didikyang meliputi aspek kompetensi sikap,keterampilan, dan pengetahuan.

Kurikulum 2013 menekankanpada dimensi pedagogikmodern dalam pembelajaran,yaitu menggunakanpendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah (scientific

appoach) dalampembelajaran semua matapelajaran meliputi menggaliinformasi melauipengamatan, bertanya,

Page 152: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 145

percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkandengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran,materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepatdiaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harustetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifatnonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.1. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfulllearning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secaranyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatanmengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lamadan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkanmakna serta tujuan pembelajaran.Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metodeobservasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisisdengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkahseperti berikut ini.

Menentukan objek apa yang akan diobservasi Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun

sekunder Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan

data agar berjalan mudah dan lancar Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti

menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulislainnya.

Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didiksecara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didikdalam observasi tersebut.

Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentinganpembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukanobservasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diridengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.

Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi biasa,padaobservasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didiksama sekalitidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.Merepa jugatidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendalipelakuatau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan.

Page 153: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 146

Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilaipercobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.

Observasipartisipatif (participant observation). Pada observasipartisipatif, pesertadidik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati.Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologikhususnya etnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkandiri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa,misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan“bermukim” langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan pada waktutertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibakandiri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.

Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan dua carapelibatan diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasitidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini.

Observasiberstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran,fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didiktelah direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.

Observasitidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangkaproses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yangharus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta didik membuatcatatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek,objektif, atau situasi yang diobservasi.

Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan gurumelengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti: (1) taperecorder, untuk merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek atau kegiatansecara visual; (2) film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual;dan (3) alat-alat lain sesuai dengan keperluan.Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapatberupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotalrecord), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupasuatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akandiobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menuruttingkatannya. Catatan anekdotalberupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan gurumengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yangdiobservasi. Alat mekanikalberupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk memotret ataumerekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yangdiobservasi.Prinsip-rinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasipembelajaran disajikan berikut ini.

Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untukkepentingan pembelajaran.

Page 154: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 147

Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasiyang diobservasi. Makin banyak dan hiterogensubjek, objek, atau situasi yangdiobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasidilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati caradan prosedur pengamatan.

Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dansejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.

2. MenanyaGuru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan danmengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya,pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorongasuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyara, pertanyaan dimaksudkanuntuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk“kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanyamenginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yangefektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimay efektif!

a. Fungsi bertanya Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu

tema atau topik pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan

pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk

mencari solusinya. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaranyang diberikan.

Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan,dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baikdan benar.

Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkankemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat ataugagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidupberkelompok.

Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam meresponpersoalan yang tiba-tiba muncul.

Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satusama lain.

b. Kriteria pertanyaan yang baik Singkat dan jelas.

Page 155: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 148

Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yangmenyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2)Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika danobat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkandengan pertanyaan pertama.

Menginspirasi jawaban.Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting padabangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukanberagama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba jelaskandampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunanumat beragama?Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contohyang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan.

Memiliki fokus.Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan? Untukpertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkansatu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan,kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, danketerisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yangkeenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas seperti di atasdapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan?Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secaraperorangan.

Bersifat probing atau divergen.Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik harus rajinbelajar?(2) Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar cenderung menjadi putussekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh peserta didik dengan Ya atau Tidak.Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban danpenjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.

Bersifat validatif atau penguatan.Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik yang berbedauntuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkanuntuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya.Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknyaguru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yanglain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan.Contoh:

o Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?o Peserta didik I: “karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang bekerja.”

Page 156: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 149

o Guru: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”o Peserta didik II: “karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang malas

tidak produktif”o Guru : “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”o Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu

terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”

Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukupuntuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu,setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelummeminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.

Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang bisa menjawah denganbaik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: (1) Apa faktor picuutama Belanda menjajah Indonesia?; (2) Apa motif utama Belanda menjajahIndonesia? Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawaban yangmemuaskan, ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua.

Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkankemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkatkognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawabandengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta kepertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang lebih tinggi, sepertipemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaanini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.

Merangsang proses interaksi.Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasanamenyenangkan pada diri peserta didik.Dalam kaitan ini, setelah menyampaikanpertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikanjawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapaorang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Polabertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.

c. Tingkatan PertanyaanPertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawabanyang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkantingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebihtinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yanglebih tinggi disajikan berikut ini.

Page 157: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 150

Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan

Kognitifyanglebihrendah

Pengetahuan(knowledge)

Apa... Siapa... Kapan... Di mana... Sebutkan... Jodohkan atau

pasangkan... Persamaan kata... Golongkan... Berilah nama... Dll.

Pemahaman(comprehension)

Terangkahlah... Bedakanlah... Terjemahkanlah... Simpulkan... Bandingkan... Ubahlah... Berikanlah interpretasi...

Penerapan(application

Gunakanlah... Tunjukkanlah... Buatlah... Demonstrasikanlah... Carilah hubungan... Tulislah contoh... Siapkanlah... Klasifikasikanlah...

Kognitifyanglebihtinggi

Analisis (analysis) Analisislah... Kemukakan bukti-bukti… Mengapa… Identifikasikan… Tunjukkanlah sebabnya… Berilah alasan-alasan…

Sintesis(synthesis)

Ramalkanlah… Bentuk… Ciptakanlah… Susunlah… Rancanglah... Tulislah… Bagaimana kita dapat

memecahkan… Apa yang terjadi

seaindainya… Bagaimana kita dapat

memperbaiki… Kembangkan…

Page 158: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 151

Evaluasi(evaluation)

Berilah pendapat… Alternatif mana yang lebih

baik… Setujukah anda… Kritiklah… Berilah alasan… Nilailah… Bandingkan… Bedakanlah…

3. Menalara. Esensi MenalarIstilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yangdianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didikmerupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik haruslebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalutidak bermanfaat.Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanandari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilahaktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatanilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasidalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide danmengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalanmemori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpandalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan dimemori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujukpada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antarapikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara efektif jikaterjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola ineraksi itu dilakukanmelalui stimulus dan respons (S-R). Teori ini dikembangan kerdasarkan hasil eksperimenThorndike, yang kemudian dikenal dengan teori asosiasi. Jadi, prinsip dasar prosespembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang juga dikenal dengan teoriStimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses pembelajaran, lebih khusus lagi prosesbelajar peserta didik terjadi secara perlahan atau inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba. Thorndike mengemukakan berapa hukum dalam proses pembelajaran. Hukum efek (The Law of Effect), di mana intensitas hubungan antara stimulus (S) dan

respon (R) selama proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh konsekuensi darihubungan yang terjadi. Jika akibat dari hubungan S-R itu dirasa menyenangkan, makaperilaku peserta didik akan mengalami penguatan. Sebaliknya, jika akibat hubungan S-Rdirasa tidak menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan melemah. MenurutThorndike, efek dari reward (akibat yang menyenangkan) jauh lebih besar dalammemperkuat perilaku peserta didik dibandingkan efek punishment (akibat yang tidakmenyenangkan) dalam memperlemah perilakunya. Ini bermakna bahwa reward akanmeningkatkan perilaku peserta didik, tetapi punishment belum tentu akan mengurangiatau menghilangkan perilakunya.

Page 159: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 152

Hukum latihan (The Law of Exercise). Awalnya, hukum ini terdiri dari duajenis, yangsetelah tahun 1930 dinyatakan dicabut oleh Thorndike. Karena dia menyadari bahwalatihan saja tidak dapat memperkuat atau membentuk perilaku. Pertama, Law of Useyaitu hubungan antara S-R akan semakin kuat jika sering digunakan atau berulang-ulang.Kedua, Law of Disuse, yaitu hubungan antara S-R akan semakin melemah jika tidak dilatihatau dilakukan berulang-ulang.Menurut Thorndike, perilaku dapat dibentuk denganmenggunakan penguatan (reinforcement). Memang, latihan berulang tetap dapatdiberikan, tetapi yang terpenting adalah individu menyadari konsekuensi perilakunya.

Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya apakahsesuatu itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari tergantungpada kesiapan belajar individunya. Dalam proses pembelajaran, hal ini bermakna bahwajika peserta dalam keadaan siap dan belajar dilakukan, maka mereka akan merasa puas.Sebaliknya, jika pesert didik dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan,maka mereka akan merasa tidak puas bahkan mengalami frustrasi. Prinsip-prinsip dasardari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant Conditioning ataupelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan adalah bentuk pembelajaran dimanakonsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitasperilaku itu akan diulangi.

Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta didik makin giatbelajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya dalam menghubungkan Sdengan R. Kaidah dasar yang digunakan dalam teori S-R adalah: Kesiapan (readiness). Kesiapan diidentifikasi berkaitan langsung dengan motivasi peserta

didik. Kesiapan itu harus ada pada diri guru dan peserta didik. Guru harus benar-benarsiap mengajar dan peserta didik benar-benar siap menerima pelajaran dari gurunya.Sejalan dengan itu, segala sumber daya pembelajaran pun perlu disiapkan secara baik dansaksama.

Latihan (exercise). Latihan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secaraberulang oleh peserta didik. Pengulangan ini memungkinkan hubungan antara S dengan Rmakin intensif dan ekstensif.

Pengaruh (effect). Hubungan yang intensif dan berulang-ulang antara S dengan R akanmeningkatkan kualitas ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik sebagaihasil belajarnya. Manfaat hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik dirasakanlangsung oleh mereka dalam dalam dunia kehidupannya.

Kaidah atau prinsip “pengaruh” dalam pembelajaran berkaitan dengan kemamouan gurumenciptakan suasana, memberi penghargaan, celaan, hukuman, dan ganjaran. Teori S – S inimemang terkesan robotik. Karenanya, teori ini terkesan mengenyampingkan peranan minat,kreativitas, dan apirasi peserta didik. Oleh karena tidak semua perilaku belajar atau pembelajaran dapat dijelaskan dengan

pelaziman sebagaimana dikembangkan oleh Ivan Pavlov, teori asosiasi biasanyamenambahkan teori belajar sosial (social learning) yang dikembangkan oleh Bandura.Menurut Bandura, belajar terjadi karena proses peniruan (imitation). Kemampuan pesertadidik dalam meniru respons menjadi pengungkit utama aktivitas belajarnya. Ada empatkonsep dasar teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura.

Pertama, pemodelan (modelling), dimana peserta didik belajar dengan cara meniruperilaku orang lain (guru, teman, anggota masyarakat, dan lain-lain) dan pengalamanvicarious yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain itu.

Kedua, fase belajar, meliputi fase memberi perhatian terhadap model (attentional),mengendapkan hasil memperhatikan model dalam pikiran pebelajar (retention),

Page 160: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 153

menampilkan ulang perilaku model oleh pebelajar (reproduction), dan motivasi(motivation) ketika peserta didik berkeinginan mengulang-ulang perilaku model yangmendatangkan konsekuensi-konsekuensi positif dari lingkungan.

Ketiga, belajar vicarious, dimana peserta didik belajar dengan melihat apakah orang laindiberi ganjaran atau hukuman selama terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu.

Keempat, pengaturan-diri (self-regulation), dimana peserta didik mengamati,mempertimbangkan, memberi ganjaran atau hukuman terhadap perilakunya sendiri.

Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi padapeserta didik berkenaan dengan nilai-nilai instrinsik dari pembelajaran partisipatif. Dengancara ini peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya darikinerja guru dan temannya di kelas.Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitaspembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan caraberikut ini. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan

tuntutan kurikulum. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru

adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukansendiri maupun dengan cara simulasi.

Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yangsederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).

Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi

kebiasaan atau pelaziman. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik. Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan

pembelajaran perbaikan.

b. Cara menalarSeperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif danpenalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalardengan menarik simpulandari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalarsecara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secaraindividual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum.Kegiatan menalar secarainduktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik.Contoh:

Singa binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan Harimau binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan Ikan Paus binatang berdaun telinga berkembangbiak dengan melahirkan Simpulan: Semua binatang yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan

Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Polapenalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif adalahmenerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalambagian-bagiannya yang khusus.Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif.Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi menarik simpulan. Penarikansimpulan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Simpulan

Page 161: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 154

secara langsung ditarik dari satu premis,sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari duapremis.Contoh :

Kamera adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi Telepon genggam adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk

beroperas. Simpulan: semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

Analogi dalam PembelajaranSelama proses pembelajaran, guru dan pesert didik sering kali menemukan fenomena yangbersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian, guru dan peserta didikadakalamua menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran dalampembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan ataupersamaan.Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam dayanalar peserta didik. Seperti halnya penalaran, analogi terdiri dari dua jenis, yaitu analogiinduktif dan analogi deduktif. Kedua analogi itu dijelaskan berikut ini.Analogi induktifdisusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala.Atas dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik simpulan bahwa apa yang adapada fenomena atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena atau gejala kedua. Analogiinduktif merupakan suatu ‘metode menalar’yang sangat bermanfaat untuk membuat suatusimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada duafenomena atau gejala khusus yang diperbandingkan.Contoh:Peserta didik Pulan merupakan pebelajar yang tekun. Dia lulus seleksi Olimpiade Sains TingkatNasional tahun ini. Dengan demikian, tahun ini juga,Peserta didik Pulan akan mengikutikompetisi pada Olimpiade Sains Tingkat Internasional. Untuk itu dia harus belajar lebih tekunlagi.Analogi deklaratif merupakan suatu‘metode menalar’untuk menjelaskan atau menegaskansesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yangsudah dikenal.Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru, fenomena, ataugejala menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudahdketahui secara nyata dan dipercayai.Contoh:Kegiatan kepeserta didikan akan berjalan baik jika terjadi sinergitas kerja antara kepalasekolah, guru, staf tatalaksana, pengurus organisasi peserta didik intra sekolah, dan pesertadidik. Seperti halnya kegiatan belajar, untuk mewujudkan hasil yang baik diperlukan sinergitasantara ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Hubungan AntarfenonenaSeperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan antarfenomena ataugejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam dayanalar peserta didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknaihubungan antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satudengan datu atau beberapa fakta yang lain.Suatu simpulan yang menjadi sebab dari satu ataubeberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satuatau beberapa fakta tersebut.Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang disebut denganpenalaran induktif sebab-akibat. Penalaran induksi sebab akibat terdiri dri tiga jenis.

Page 162: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 155

Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal yangmenjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang berupaakibat.Contoh:Bekerja keras, belajar tekun, berdoa, dan tidak putus asa adalah faktor pengungkityang bisa membuat kita mencapai puncak kesuksesan.

Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yangmenjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik simpulan yangmerupakan penyebabnya.Contoh :Akhir-ahir ini sangat marak kenakalan remaja, angka putus sekolah, penyalahgunaanNakoba di kalangan generasi muda, perkelahian antarpeserta didik, yang disebabkanoleh pengabaian orang tua dan ketidaan keteladanan tokoh masyarakat, sehinggamengalami dekandensi moral secara massal.

Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sbab-akibat 1 –akibat2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang pertamamenjadi penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadipenyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.Contoh:Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya terisolasi. Keterisolasian itumenyebabkan mereka kehilangan akses untuk melakukan aktivitas ekonomi, sehinggamuncullah kemiskinan keluarga yang akut. Kemiskinan keluarga yang akutmenyebabkan anak-anak mereka tidak berkesempatan menempuh pendidikan yangbaik. Dampak lanjutannya, bukan tidak mungkin terjadi kemiskinan yang terusberlangsung secara siklikal.

4. MencobaUntuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba ataumelakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaranIPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupansehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkanpengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikapilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranahtujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyatauntuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menuruttuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia danharus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimensebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)membuatlaporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskantujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkanperlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Gurumenyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalahyanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Muridmelaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja muriddan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

Page 163: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 156

Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tigatahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen ataumencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.

a. Persiapan Menentapkan tujuan eksperimen Mempersiapkan alat atau bahan Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didikserta alat

atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akanmelaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadibeberapa kelompok secara paralel atau bergiliran

Memertimbangkanmasalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil ataumenghindari risiko yang mungkin timbul

Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapanyang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang ataumembahayakan.

b. Pelaksanaan

Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamatiproses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadapkesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil denganbaik.

Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasisecara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.

c. Tindak lanjut Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen. Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama

eksperimen. Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat

yang digunakan

5. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran KolaboratifApa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif? Pembelajaran kolaboratif merupakansuatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah.Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkandan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengajarupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Pada pembelajaran kolaboratif kewenanganguru fungsi guru lebih bersifat direktif ataumanajer belajar, sebaliknya, peserta didiklahyang harus lebih aktif. Jika pembelajarankolaboratif diposisikan sebagai satu falsafahperibadi, maka ia menyentuh tentang identitaspeserta didik terutama jika merekaberhubungan atau berinteraksi dengan yang

Page 164: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 157

lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, salingmenghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacamini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahandan tntutan belajar secara bersama-sama.Hasil penelitian Vygotsky membuktikan bahwa ketika peserta didik diberi tugas untuk dirinyasediri, mereka akan bekerja sebaik-baiknya ketika bekerjasama atau berkolaborasi dengantemannya. Vigotsky merupakan salah satu pengagas teori konstruktivisme sosial. Pakar ini sangatterkenal dengan teori “Zone of Proximal Development” atau ZPD. Istilah ”Proximal” yangdigunakan di sini bisa bermakna “next“. Menurut Vygotsky, setiap manusia (dalam konteks inidisebut peserta didik) mempunyai potensi tertentu. Potensi tersebut dapat teraktualisasi dengancara menerapkan ketuntasan belajar (mastery learning). Akan tetapi di antara potensi danaktualisasi peserta didik itu terdapat terdapat wilayah abu-abu. Guru memiliki berkewajibanmenjadikan wilayah “abu-abu”yang ada pada peserta didik itu dapat teraktualisasi dengan carabelajar kelompok.Seperti termuat dalam gambar, Vygostsky mengemukakan tiga wilayah yang tergamit dalam ZPDyang disebut dengan “cannot yet do”, “can do with help“, dan “can do alone“. ZPD merupakanwilayah “can do with help”yang sifatnya tidak permanen, jika proses pembelajaran mampumenarik pebelajar dari zona tersebut dengan cara kolaborasi atau pembelajaran kolaboratif.Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif. Dua sifatberkenaan dengan perubahanhubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru daripenyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas ataupembelajaran kolaboratif.

1. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi.Dengan pembelajaran kolaboratif, peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai danmembina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konseppembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasipembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajarketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid.Contoh:Jika guru mengajarkan topik “hidup bersama secara damai.” Peserta didik yang mempunyaipengalaman yang berkaitan dengan topik tersebut berpeluang menyatakan sesuatu pada sesipembelajaran, berbagi idea, dan memberi garis-garis besar arus komunikasi antar peserta didik.Jika peserta didikmemahami dan melihat fenomena nyata kehidupan bersama yang damai itu,pengalaman dan pengetahuannya dihargai dan dapat dibagikan dalam jaringan pembelajaranmereka. Mereka pun akan termotivasi untuk melihat dan mendengar. Di sini peserta didik jugadapat merumuskan kaitan antara proses pembelajaran yang sedang dilakukan dengan duniasebenarnya.

2. Berbagi tugas dan kewenangan.Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan pesertadidik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimbapengalaman mereka sendiri, berbagi strategi dan informasi, menghormati antarsesa,mendoorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis sertamemupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna.

Guru sebagai mediator.Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai mediator atauperantara. Guru berperan membantu menghubungkan informasi baru denganpengalaman yang ada serta membantu peserta didik jika mereka mengalami kebutuandan bersedia menunjukkan cara bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk belajar.

Page 165: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 158

Kelompok peserta didik yang heterogen.Sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didk yang tumbuh dan berkembangsangatpenting untuk memperkaya pembelajaran di kelas. Pada kelas kolaboratif pesertadidikdapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi informasi,sertamendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya. Dengan caraseperti ini akan muncul “keseragaman” di dalam heterogenitas peserta didik.

Guru ingin mengajarkan tentang konsep, penggolongan sifat, fakta, atau mengulangiinformasi tentang objek. Untuk keperluan pembelajaran ini dia menggunakan media sortirkartu (card sort). Prosedurnya dapat dilakukan seperti berikut ini.

Kepada peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau contoh yangcocok dengan satu atau lebih katagori.

Peserta didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang memilikikartu dengan katagori yang sama.

Berikan kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepadarekanhya.

Selama masing-masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah catatandengan kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting.

3. Macam-macam Pembelajaran KolaboratifBanyak merode yang dipakai dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Beberapa di antaranyadijelaskan berikut ini.

JP = Jigsaw Proscedure.Pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik sebagai anggota suatu kelompokdiberi tugas yang berbeda-beda mengenai suatu pokok bahasan. Agar masing-masingpeserta didik anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikandengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasari pada rata-rata skor teskelompok.

STAD = Student Team Achievement Divisions.Peserta didik dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok bertindak saling membelajarkan. Fokusnya adalahkeberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dandemikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilanindividu peserta didik lainnya. Penilaian didasari pada pencapaian hasil belajarindividual maupun kelompok peserta didik.

CI = Complex Instruction.Titik tekan metode ini adalam pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi padapenemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan ilmu pengetahuan sosial.Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua peserta didiksebagaianggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalampembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara parapeserta didik yang sangat heterogen. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerjakelompok.

TAI = Team Accelerated Instruction.Metodeini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/kolaboratif denganpembelajaran individual. Secara bertahap, setiap peserta didik sebagai anggotakelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelahitu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertamatelah diselesaikan dengan benar, setiap peserta didik mengerjakan soal-soal

Page 166: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 159

berikutnya. Namun jika seorang peserta didik belum dapat menyelesaikan soal tahappertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama.Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasaripada hasil belajar individual maupun kelompok.

CLS = Cooperative Learning Stuctures.Pada penerapan metode pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggotadua peserta didik (berpasangan). Seorang peserta didik bertindak sebagai tutor danyang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee.Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkanterlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, keduapeserta didik yang saling berpasangan itu berganti peran.

LT = Learning TogetherPada metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan peserta didik yangberagam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugasyang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu setlembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.

TGT = Teams-Games-Tournament.Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatukelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkatkemampuan masing-masing. Penilaian didasari pada jumlah nilai yang diperolehkelompok peserta didik.

GI = Group Investigation.Pada metode ini semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatupenelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompokmenentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akanmelaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forumkelas. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.

AC = Academic-Constructive Controversy.Pada metode ini setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk beradadalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain.Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitaspemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi,kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiapanggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.

CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition.Pada metode pembelajaran ini mirip dengan TAI. Metode pembelajaran inimenekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaranini, para peserta didik saling menilai kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa,baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.

a. Pemanfaatan InternetPemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelaskolaboratif. Karena memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajarandengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah. Saat ini internettelah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didikatau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia.Penggunaan internet disarakan makin mendesak sejalan denan perkembanganpengetahuan terjadi secara eksponensial. Masa depan adalah milik peserta didik

Page 167: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 160

yang memiliki akses hampir ke seluruh informasi tanpa batas dan mereka yangmampu memanfaatkan informasi diterima secepat mungkin.

Daftar Pustaka

Allen, L. (1973). An examination of the ability of third grade children from the ScienceCurriculum Improvement Study to identify experimental variables and to recognizechange. Science Education, 57, 123-151.

Padilla, M., Cronin, L., & Twiest, M. (1985). The development and validation of the test ofbasic process skills. Paper presented at the annual meeting of the National Association forResearch in Science Teaching, French Lick, IN.

Quinn, M., & George, K. D. (1975). Teaching hypothesis formation. Science Education, 59,289-296.Science Education, 62, 215-221.

Thiel, R., & George, D. K. (1976). Some factors affecting the use of the science process skill ofprediction by elementary school children. Journal of Research in Science Teaching, 13,155-166.

Tomera, A. (1974). Transfer and retention of transfer of the science processes of observationand comparison in junior high school students. Science Education, 58, 195-203.

Page 168: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 161

CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMA

A. PengantarPendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah menjadi keniscayaandalam kurikulum 2013. Sebelum membicarakan mengenai pendekatan ilmiah, perludipahami lagi mengenai metode ilmiah. Pada umumnya sesorang selalu ingin memperolehpengetahuan. Pengetahuan dapat merupakan pengetahuan ilmiah dan pengetahuan tidakilmiah. Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah. Metode ilmiahpada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian spesifik dan detail untukkemudian merumuskan pada simpulan. Dengan demikian diperlukan adanya penalarandalam rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi,empiris, dan terukurdengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metodeilmiah umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau fakta melalui observasi danekperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis. Sebenarnya apa yang kitabicarakan dengan metode ilmiah merujuk pada: (1) adanyafakta, (2) sifat bebas prasangka,(3) sifat objektif, dan (4) adanya analisa. Dengan metode ilmiah seperti ini diharapkan kitaakan mempunya sifat1) Kecintaan pada kebenaran yang objektif2) Tidak gampang percaya pada hal-hal yang tidak rasional (takhayul, ramalan dsb)3) Ingin tahu4) Tidak mudah membuat prasangka5) Selalu optimisSelanjutnya secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau mekanismeuntuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metodeilmiah. Ada juga yang mengartikan pendekatan ilmiah sebagai mekanisme untukmemperoleh pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis. Pendekatan ilmiah inimemerlukan langkah-langkah pokok (umum):1) Mengamati2) Menanya3) Menalar4) Mencoba

HO – 2.1.2

Page 169: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 162

5) Membentuk jejaringDalam kenyataanya karakter keilmuan dari setiap materi pelajaran tidak sama. Oleh karenaitu pendekatan ilmiah dalam pelajaran tertentu tidak sama persis dengan pelajaran tertentulainnya. Misalnya dalam pelajaran matematika, maka langkah-langkahnya dalam pendekatanilmiah sebagai berikut:1) Mengamati fakta (matematika)2) Menanya (perwujudan dari berfikir divergen)3) Menalar (menentukan/menemukan solusi selanjutnya)4) Mencoba5) Menyimpulkan (mengaitkan dengan konsep lain)Langkah-langkah di atas boleh dikatakan sebagai pengejaran terhadap pengetahuan ilmiahyang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis dalam matematika dan juga tidak kakudalam urutan. Karena yang dikehendaki adalah jawaban mengenai fakta-fakta (matematika)maka pendekatan dengan langkah-langkah tersebut dikatakan sangat erat dengan metodeilmiah. Ada juga refensi yang menyatakan bahwa metode ilmiah adalah wujud daripendekatan ilmiah.B. Contoh pendekatan ilmiah dalam matematikaSeperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa karakter keilmuan dari setiap materipelajaran tidak sama maka khusus untuk matematika langkah dalam pendekatan ilmiahdapat dicontohkan sebagai berikut:1) Mengamati faktaMengamati fakta matematika dapat dibagi dalam dua pengertiana. Pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan.Pengamatan seperti ini cocok untuk anak sekolah dasar atau sekolah menengah padakelas rendah dimana karakter penalarannya masih bertaraf induktif. Fenomena alam akanmenghasilkan suatu fakta yang dituangkan dalam bahasa matematika. Secara mudahdapat dipahami seperti halnya “matematika kontekstual”. Misalkan kita mengamati airmancur

Page 170: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 163

Sebenarnya (nantinya) gerakan air mancur ini terkait dengan konsep fungsi kuadratb. Pengamatan objek matematikaPengamatan seperti ini sangat cocok untuk siswa yang mulai menerima kebenaranlogis, sehingga mereka tidak mempermasalahkan suatu rangkaian kebenaransebelumnya yang didapatkan dari penalaran yang benar, walaupun objeknya tidaknyata. Pengamatan seperti ini lebih tepat dikatakan sebagai pengumpulan danpemahaman kebenaran matematika. Fakta yang didapatkan dapat berupa definisi,aksioma, postulat, teorema, sifat, grafik dan lain sebagainya. Misalnya, siswa dimintamenggambar fungsi kuadrat( ) = + + dengan nilai , dan tertentu. Selanjutnya nilai diubahdalam berbagai nilai sedangkan b dan c tetap. Maka (nantinya) akan terlihat bahwamempengaruhi “runcingnya” titik puncak parabola yang terbentuk. Pengamatan iniakan sangat terbantu jika dalam penyampaian menggunakan TIK. Contoh lainmisalnya dalam geometri datar, siswa memahami kebenaran postulat setiap dua titikpasti hanya dapat dibuat tepat satu garis yang melaluinya.

Artinya, jika ada garis lain, garis itu pasti garis yang tadi juga. Jadi jika digambarkan(diamati), tidak mungkin terjadi gambar seperti di bawah.

Page 171: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 164

2) MenanyaKecenderungan yang ada sekarang adalah siswa gagal menyelesaikan suatu masalahmatematika jika konteksnya diubah sedikit saja. Ini terjadi karena siswa cenderungmenghafal algoritma atau prosedur tertentu. Tidak terbangun suatu pemikiran yangdivergen. Pemikiran yang divergen ini dapat dibangkitkan dari suatu pertanyaan. Untukmenggalinya dapat dilakukan dengan memanfaatkan solusi yang mereka hasilkan(pemikiran siswa), dengan menanyakan alternatif-alternatif yang mungkindari solusi itu.Dalam hal ini guru tidak boleh memberi tahu, guru hanya memberikanpertanyaanpancingan, sampai siswa sendiri yang menyelesaikan dan mencari alternatifyang lain. Misalkan dalam grafik fungsi kuadrat ( ) = + + , bagaimana untuknegatif, untuk bernilai positif besar, untuk bernilai positif kecil dan sebagainya. Contohlain, bagaimana menentukan nilai sinus untuk dimana 90° < < 180°, sedangkandefinisi (fakta) awal sin =Karena banyak guru membuat jembatan keledai dengan menyingkat “SINDEMI, KOSAMI,TANDESA” yaitu = , = , =

Pertanyaan seperti di atas memerlukan adanya solusi (jawaban) melalui suatu penalaran.Dalam matematika permasalahan seperti ini dapat dijawab dengan mengaitkan teoremalain atau pendefinisian baru terutama bagi siswa yang sudah dapat menerima kebenaranlogis. Sebaliknya, bagi siswa sekolah dasar kebenaran empirik masih dominan dibanding

Page 172: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 165

kebenaran logis. Oleh karena itu pertanyaan yang diajukan tentu berbeda siswa padasekolah menengah.3) PenalaranSejatinya penalaran secara umum adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atasfakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupapengetahuan. Disini penalaran dapat bermakna penyerupaan (associating) dan juga dapatbermakna akibat (reasoning). Ada dua cara menalar, yaitu penalaran induktif danpenalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menariksimpulan dari fenomena khusus untuk hal-hal yang bersifat umum.Kegiatan menalarsecara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik.Misalkan menemukan volum kerucut dengan takaran.

= 3 ×= 13 ×Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus.Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebihdahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus. Penalaranyang paling dikenal dalam matematika terkait penarikan kesimpiulan adalah modusponen, modus tolen dan silogisme. Sedangkan pada contoh sebelumnya yaitu menentukannilai sinus sudut di kuadran II maka dengan kejadian seperti ini perlu adanya pengertianatau definisi baru sebagai perluasan (memikirkan perlunya hal baru). Demikian pulauntuk sudut siku-siku (90°) dan sudut lurus (180°). Perlu diingat juga bahwa penalarandiartikan juga sebagai penyerupaan atau analogi atau dalam bahasa sosial asosiasiTerkait dengan contoh diatas dapat digambarkan sebagai berikut

3 kali

Page 173: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 166

Dalam hal ini (nantinya) definisi sinus tidak sebatas pada perbandingan panjang sisisegitiga siku-siku seperti pada definisi awal, tetapi terkait dengan posisi kordinat. Dengandefinisi akan mewadahi atau memenuhi sistem dalam matematika itu sendiri. Dari sinidiperlukan adanya langkah atau tahap berikutnya yaitu mencoba atau secara lebih luasmembuktikan.

Page 174: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 167

4) MencobaPengertian mencoba disini dapat diartikan secara sempit seperti menunjukkan dan dapatdiartikan secara luas yaitu membuktikan. Sebagai cotoh nilai sinus sebagai perluasanternyata merupakan perbandingan ordinat dengan panjang jari-jari. Untuk sudut dikuadran I, nilai ordinat (komponen-y) positif dan panjang jari-jari positif. Demikian pulauntuk sudut di kuadran II, nilai ordinat (komponen-y) positif dan panjang jari-jari positif.

Dari pengertian awal sin 60° = √3 ,sedangkan dengan perluasan sin 120° = 12 √3Jadi disini terlihat bahwa sin 60° = sin 120°Selanjutnya dicoba untuk besar sudut yang lain. Pada akhirnya langakah ini untukmenunjukkan bahwa jika besar sudut berada di kuadran II ( < < ) maka dipenuhisin = sin( − ). Namun contoh seperti ini bukan merupakan pembuktian dalammatematika, hanya sekedar contoh tahapan/langkah dalam pendekatan ilmiah. Adapuntahapan yang lebih spesifik dalam matematika yaitu membuktikan berlakunyasin = sin( − ) untuk ( < < ) masih memerlukan pengerjaan lanjutan

Page 175: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 168

5) Menyimpulkan (mengaitkan dengan konsep dan aplikasi lain)Pengertian menyimpulkan disini mengandung dua pengertian, yaitu mengaitkan konsepdalam matematika itu sendiri (matematika vertikal) dan mengaitkan konsep yangdiperoleh dengan dunia nyata (matematika horizontal).(i). Dengan diperolehnya hubungan sin = sin( − ) maka siswa memahami kaitanantara sudut dan sudut − yaitu mempunyai nilai sinus yang sama.Misalnya dalam pengerjaan dimunculkan hasil berikut:

Selanjutnya diharapkan siswa dapat menyimpulkan bahwa sudut yang demikianadalah sudut yang berelasi. Persisnya berelasi melalui nilai sinus yang sama.Simpulan ini kemudian dikaitkan dengan pengertian matematka lain misalnyacos , tan , sin 2 , cos 2 , tan 2 dan sebagainya.Contohnya hubungan sin(90 + ) = cos ; cos( + 90) = − sin(ii). Disamping itu hasil yang diperoleh oleh siswa digunakan untuk aplikasi dalam dunianyata maupun dikaitkan dengan pengetahuan lain (fisika, geografi dll). Sebagaicontoh siswa ingin mengetahui tinggi suatu pohon. Dengan menerapkan prinsipperbandingan pada tangen maka dapat ditentukan tinggi pohon secara tidak langsung

Page 176: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 169

Contoh lain, siswa mengaitkan fungsi trigonometri dengan gerak ayunan dalam fisika

Ada juga literasi yang memaknai tahapan menyimpulkan sebagai tindakan membentukjejaring (networking) secara fisik yaitu bekerjasama atau berkolaborasi antar siswa.C. PenutupLangkah-langkah dalam pendekatan ilmiah seperti dijelaskan di atas tentu saja harusdijiwai oleh perilaku(jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramahlingkungan,gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikapsebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secaraefektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagaicerminan bangsa dalam pergaulan dunia.Disamping itu pemahaman, penerapan dan analisis dari pengetahuan faktual, konseptual,prosedural, dan metakognitif terkait bidang kajian matematikadapat digunakan untukmemecahkan masalah.

Page 177: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 170

Referensi:[1] Shelly Frei, (2008), Teaching Mathematics Today, Huntington Beach, CA 92649-1030:Shell Education[2] Sudarwan, Prof., (2013), Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran, Makalahpada Workshop Kurikulum, Jakarta[3] http://www.the-scientist.com/?articles.view/articleNo/24488/title/The-Scientific-Approach/: diakses 16 Februari 2013[4] http://ariasusman.wordpress.com/2009/07/06/pendekatan-ilmiah/ : diakses 16Februari 2013

Page 178: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 171

Materi Pelatihan2.2: Model Pembelajaran

Langkah Kegiatan Inti

Mengamatitayangan

pembelajaran

DiskusiKelompok

(Focus GroupDiscussion)

KerjaKelompok

20 Menit 30 Menit 40 Menit

Mengamatitayangantigajenis model pembelajaran (Project Based Learning, Problem BasedLearning, danDiscovery Learning).

MenerapkanFocus Group Discussionuntukmengidentifikasikarakteristiktiga model pembelajaran.

KerjakelompokuntukmengidentifikasipenerapanPendekatanScientificpadatigamodelpembelajaran.

Page 179: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 172Matematika – SMA/MA/SMK| 172Matematika – SMA/MA/SMK| 172

Page 180: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 173Matematika – SMA/MA/SMK| 173Matematika – SMA/MA/SMK| 173

Page 181: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 174Matematika – SMA/MA/SMK| 174Matematika – SMA/MA/SMK| 174

Page 182: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 175Matematika – SMA/MA/SMK| 175Matematika – SMA/MA/SMK| 175

Page 183: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 176

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK/PROJECT BASED LEARNING

A. KONSEP/DEFINISI

Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning=PjBL)adalah metoda pembelajaranyang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi,penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasilbelajar.

Pembelajaran Berbasis Proyekmerupakan metode belajar yang menggunakan masalahsebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baruberdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran BerbasisProyekdirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan pesertadidik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.Melalui PjBL, proses inquirydimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) danmembimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikanberbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secaralangsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsipdalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi mendalamtentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha pesertadidik.

Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda,maka Pembelajaran Berbasis Proyekmemberikan kesempatan kepada para peserta didikuntuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagidirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran BerbasisProyekmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akanberharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Pembelajaran Berbasis Proyekdapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep“Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan(SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja didunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensiterstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing. Denganpembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasanadan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian modelpembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek.

Pembelajaran Berbasis Proyekmemiliki karakteristik sebagai berikut:

1. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,

2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,

HO-2.2-1

Page 184: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 177

3. peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atautantangan yang diajukan,

4. peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses danmengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,

5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,

6. peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudahdijalankan,

7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,

8. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan

Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyeksebaiknya sebagaifasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuaidengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.

Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyekantaralain:

1. Pembelajaran Berbasis Proyekmemerlukan banyak waktu yang harus disediakan untukmenyelesaikan permasalahan yang komplek.

2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untukmemasuki system baru.

3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur memegangperan utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instrukturyang kurang atau tidak menguasai teknologi.

4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.

Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akanlebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahanlay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsepdan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle(presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapatdilakukan di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas.

B. FAKTA EMPIRIK KEBERHASILAN

Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyekdapat dijelaskansebagai berikut.

1. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek:

a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuanmereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.

b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Page 185: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 178

c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.

d. Meningkatkan kolaborasi.

e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilankomunikasi.

f. Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.

g. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalammengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain sepertiperlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

h. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dandirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

i. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkanpengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupunpendidik menikmati proses pembelajaran.

2. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek:

a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak

c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instrukturmemegang peran utama di kelas.

d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasiakan mengalami kesulitan.

f. Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.

g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkanpeserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidikharus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah,membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakanperalatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yangmudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakansuasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasanyaman dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilanseperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek

Page 186: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 179

membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkanabsensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percayadiri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa. Pelajaran berbasis proyekjuga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan antusiastentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalamsubjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusiaspeserta didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari, bukanmelupakannya secepat mereka telah lulus tes.

C. LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL

Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan dengandiagram sebagai berikut.

Diagram 1. Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek

Penjelasan langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.

1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapatmemberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topikyang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasimendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para pesertadidik.

2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Denganemikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukungdalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagaisubjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk

1PENENTUAN PERTANYAAN

MENDASAR

2MENYUSUN PERECANAAN

PROYEK

3MENYUSUN JADUAL

4MONITORING

5MENGUJI HASIL

6EVALUASI PENGALAMAN

Page 187: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 180

membantu penyelesaian proyek.

3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalammenyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timelineuntuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3)membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbingpeserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek,dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihansuatu cara.

4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and theProgress of the Project)

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas pesertadidik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasipeserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentorbagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuahrubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaianstandar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik,memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksiterhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukanbaik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untukmengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaikikinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatutemuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahappertama pembelajaran.

Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagaiberikut.

1. Peran Guru

a. Merencanakan dan mendesain pembelajaranb. Membuat strategi pembelajaranc. Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswad. Mencari keunikan siswae. Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaianf. Membuat portofolio pekerjaan siswa

Page 188: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 181

2. Peran Peserta Didik

a. Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikirb. Melakukan riset sederhanac. Mempelajari ide dan konsep barud. Belajar mengatur waktu dengan baike. Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompokf. Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakang. Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).

D. SISTEM PENILAIAN

Penilaian pembelajaran dengan metoda Pembelajaran Berbasis Proyek harus diakukan secaramenyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalammelaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapatmenggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian PendidikanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk.Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Penilaian Proyek

a. Pengertian

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harusdiselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasisejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan danpenyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuanmenginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1) Kemampuan pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelolawaktu pengumpulan data serta penulisan laporan.

2) Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahappengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

3) Keaslian

Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, denganmempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadapproyek peserta didik.

Page 189: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 182

b. Teknik Penilaian Proyek

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasilakhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perludinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkanlaporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentukposter. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupadaftar cek ataupun skala penilaian.

Contoh Teknik Penilaian Proyek

Mata Pelajaran :Nama Proyek :Alokasi Waktu :Guru Pembimbing :

Nama :NIS :Kelas :

No. ASPEK SKOR (1 - 5)1 PERENCANAAN :

a. Persiapanb. Rumusan Judul

2 PELAKSANAAN :a. Sistematika Penulisanb. Keakuratan Sumber Data / Informasic. Kuantitas Sumber Datad. Analisis Datae. Penarikan Kesimpulan

3 LAPORAN PROYEK :a. Performansb. Presentasi / Penguasaan

TOTAL SKOR

Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses pengerjaan sampaidengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perludinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist.

Page 190: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 183

2. Penilaian Produk

a. Pengertian

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatuproduk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuatproduk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni(patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, danlogam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakanpenilaian yaitu:

1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik danmerencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.

2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didikdalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.

3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkanpeserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

b. Teknik Penilaian Produk

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.

1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanyadilakukan pada tahap appraisal.

2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukanterhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap prosespengembangan.

Page 191: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 184

Contoh Penilaian ProdukMata Ajar :Nama Proyek :Alokasi Waktu :Nama Peserta didik :Kelas/SMT :

No. Tahapan Skor ( 1 – 5 )*1 Tahap Perencanaan Bahan2 Tahap Proses Pembuatan :

a. Persiapan alat dan bahanb. Teknik Pengolahanc. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan

kebersihan)3 Tahap Akhir (Hasil Produk)

a. Bentuk fisikb. Inovasi

TOTAL SKOR

Catatan :*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuansemakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakintinggi nilainya.

E. Daftar Pustaka

Alexander, D. (2000). The learning that lies between play and academics in afterschoolprograms. National Institute on Out-of-School Time. Retrieved from http://www.niost.org/

Publications/papers.

Admin.Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) [online]. Diakses dihttp://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-ellyikasus-7509-3-babii.pdf (17Oktober 2011).

Barron, B., & Darling-Hammond, L. (2008). Teaching for meaningful learning: A review ofresearch on inquiry-based and cooperative learning. Retrieved from http://www.edutopia.

org/pdfs/edutopia-teaching-for-meaningful-learning.pdf.

Buck Institute for Education. Introduction to Project Based Learning. [Online]. Diakses dihttp://www.bie.org/images/uploads/general/20fa7d42c216e2ec171a212e97fd4a9e.pdf (18Oktober 2011).

Page 192: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 185

Daniel K. Schneider. 2005. Project-based learning. [Online]. Diaksesdihttp://edutechwiki.unige.ch/en/Project-based_learning (18 Oktober 2011).

Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based Learning. [Online]. Diakses dihttp://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx (18 Oktober 2011)

Grant, M. (2009, April). Understanding projects in projectbased learning: A student’sperspective. Paper presented at Annual Meeting of the American Educational ResearchAssociation, San Diego, CA.

Lucas, George .(2005). Instructional Module Project Based Learning.http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php. Diakses tanggal 13 Juli 2010.

Markham, T. (2003). Project-based learning handbook (2nd ed.). Novato, CA: Buck Institutefor Education.

Research summary: Project-based learning in middle grades mathematics. Retrieved fromhttp://www.nmsa.org/Research/ResearchSummaries.

ResearchSummaries/ProjectBasedLearninginMath/tabid/1570/Default.aspx.

Savery, J. R. (2006). Overview of problem-based learning: Definitions and distinctions. TheInterdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 1(1), 9–20. Journal of Problem-BasedLearning, 3(1), 12–43.

Page 193: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 186Matematika – SMA/MA/SMK| 186Matematika – SMA/MA/SMK| 186

Page 194: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 187Matematika – SMA/MA/SMK| 187Matematika – SMA/MA/SMK| 187

Page 195: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 188Matematika – SMA/MA/SMK| 188Matematika – SMA/MA/SMK| 188

Page 196: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 189Matematika – SMA/MA/SMK| 189Matematika – SMA/MA/SMK| 189

Page 197: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 190Matematika – SMA/MA/SMK| 190Matematika – SMA/MA/SMK| 190

Page 198: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 191Matematika – SMA/MA/SMK| 191Matematika – SMA/MA/SMK| 191

Page 199: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 192Matematika – SMA/MA/SMK| 192Matematika – SMA/MA/SMK| 192

Page 200: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 193

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH(PROBLEM BASED LEARNING)

Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya,dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yangmembuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri sertamemiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatanyang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukandalam kehidupan sehari-hari.

A. Konsep/Definisi

Definisi:

1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yangmenyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalamkelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam timuntuk memecahkan masalah dunia nyata (real world)

2) Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantangpeserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untukmencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakanuntuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep ataumateri yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan..

Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsanganberupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didikyang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materipembelajaran.

Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) yaitu:

1) Permasalahan sebagai kajian.2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman

HO-2.2-2

Page 201: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 194

3) Permasalahan sebagai contoh4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas otentik

Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapatdigambarkan sebagai berikut:

Guru sebagai pelatihPeserta didik sebagai

problem solverMasalah sebagai awal

tantangan dan motivasi

o Asking about thinking (bertanyatentang pemikiran)

o memonitor pembelajarano probbing ( menantang peserta didik

untuk berfikir )o menjaga agar peserta didik terlibato mengatur dinamika kelompoko menjaga berlangsungnya proses

o peserta yang aktifo terlibat langsung

dalam pembelajarano membangun

pembelajaran

o menarik untukdipecahkan

o menyediakan kebutuhanyang ada hubungannyadengan pelajaran yangdipelajari

Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:

1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah

Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilanberpikir tingkat tinggi.

2) Pemodelan peranan orang dewasa.

Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaransekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah.Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah :

PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas. PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog

dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yangdiamati tersebut.

PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkanmereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata danmembangun femannya tentang fenomena itu.

3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)

Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapatmenentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh,di bawah bimbingan guru.

Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut :

a. Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatustrategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.

Page 202: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 195

b. Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diridan panutannya.

c. Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasiyang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikapprofesional.

d. Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginanpeserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telahterjadi proses pembelajaran yang mandiri.

e. Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkanumpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkanpengalaman.

f. Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok danpengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yangmendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.

g. Driving Questions :PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicupeserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip danilmu pengetahuan yang sesuai.

h. Constructive Investigations :sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan denganpengetahuan para peserta didik.

i. Autonomy :proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.

B. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran

Kelebihan menggunakan PBL, antara lain;

(1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yangbelajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yangdimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapatsemakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didikberhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan;

(2) Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan danketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan; dan

(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif pesertadidik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapatmengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan,terutama dalam hal sebagai berikut :

1. peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences)yang berguna untukmemecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya,

Page 203: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 196

2. peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi danrelevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered,

3. peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.

Berikut adalah beberapa hasil penelitian berkaitan dengan model PBL.

1. Wagiran, dkk, 2010,Pengembangan Pembelajaran Model Problem Based Learning DenganMedia Pembelajaran Berbantuan Komputer dalam Matadiklat Measuring Bagi Pesertadidik SMK (Hibah Bersaing Perguruan Tinggi), 2010: Fakultas Teknik Universitas NegeriYogyakarta.

Penelitian dirancang dalam tiga tahap dalam kurun waktu 3 tahun. Pada tahun pertamapenelitian bertujuan untuk merancang, membuat dan mengembangkan mediapembelajaran berbantuan komputer berikut perangkatnya dalam mendukung modelpembelajaran PBL-PBK. Pada tahun kedua, penelitian ini bertujuan untuk menerapkandan menguji model pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup luas sekaligus melihatefektivitasnya. Pada tahun ketiga, penelitian ini memfokuskan pada tahap sosialisasimodel pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup yang lebih luas. Penelitian dirancangmenggunakan pendekatan Research and Development Sumber data dalam penelitian inimeliputi kalangan industri permesinan, perumus kebijakan, kepala sekolah, guru, pesertadidik, dan ahli pendidikan. Penerapan model direncanakan di 5 SMK dengan metodeeksperimen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dandokumentasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif yaitu deskriptif, dan komparatif.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah diperolehnya kompetensi Measuring dandiperolehnya media pembelajaran berbantuan komputer dalam mendukungpembelajaran PBL-PBK yang teruji. Hasil evaluasi ahli tentang kualitas media dilihat darisisi materi menunjukkan skor 3,38 (dalam kategori baik), dari kualitas tampilanmenunjukkan skor 3,04 (dalam kategori baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian materipenunjukan skornya adalah: konsistensi sebesar 2,92 (cukup baik), format sebesar 3,13(baik), pengorganisasian sebesar 3,25 (baik), bentuk dan ukuran huruf sebesar 2,63(cukup baik). Hasil uji kelayakan(ujicoba) kepada peserta didik menunjukkan bahwakualitas media dilihat dari sisi materi menunjukkan skor 3,28 (dalam kategori baik), darikualitas tampilan dan daya tarik menunjukkan skor 3,30 (dalam kategori baik), sedangkandari sisi pengorganisasian materi penunjukan skornya adalah: sebesar 3,22 (baik) Dengandemikian media berbantuan komputer dalam matadiklat measuring layak untukditerapkan. Media berbantuan komputer yang disusun telah memnuhi aspek kelayakanbaik dari segi teoritis maupun dari segi empiris. Tedapat tiga pola implementasipembelajaran menggunakan media berbantuan komputer yaitu: (a) sebagai mediatayamg, (b) sebagai media pendukung praktek, dan (c) sebagai media pembelajaranindividual dan interaktif.

2. Dian Mala Sari, Pebriyenni ., Yulfia Nora, 2013, Peningkatan Partisipasi dan Hasil BelajarPeserta didik Kelas IVBdalam Pembelajaran IPS Melalui Model Problem Based Learning diSDN 20 Kurao Pagang, Faculty of Education, Bung Hatta University

Page 204: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 197

Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya partisipasi peserta didik kelas IVB padapembelajaran IPS. Yang berdampak terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik.Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatan partisipasi dan hasil belajarpeserta didik kelas IVB dalam pembelajaran IPS melalui model PBLdi SDN 20 KuraoPagang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secarapartisipan. Subjek penelitian ini peserta didik kelas IVB SDN 20 Kurao Pagang. Instrumenpenelitian yang digunakan lembar observasi partisipasi peserta didik, lembar observasiaktivitas guru, tes hasil belajar dan catatan lapangan. Hasil penelitian diketahui bahwapartisipasi dalam menjawab pertanyaan meningkat dari 52,5 % di siklus I menjadi 70%, disiklus II. Partisipasi peserta didik menanggapi jawaban meningkat dari 40% di siklus Imenjadi 65% di siklus II, dan partisipasi peserta didik dalam presentasi meningkat dari27,5% di siklus I menjadi 67,5% di siklus II. Hasil belajar peserta didik siklus I meningkatdari 57,25% menjadi 72,75% di siklus II. Sedangkan persentase ketuntasan belajar yangditentukan 70%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi dan hasil belajarpeserta didik kelas IVB dapat ditingkatkan melalui model PBL dalam pembelajaran IPS diSDN 20 Kurao Pagang.

C. Langkah-langkah Operasional Imlementasi dalam Proses Pembelajaran

Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai basis modeldilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah PBL dengan bobot atau kedalaman setiaplangkahnya disesuaikan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.

1. Konsep Dasar (Basic Concept)

Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi,atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agarpeserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untukmemastikan peserta didik memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidakada kemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika pesertadidik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakandalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secaramandiri secara mendalam.

2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalamkelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yangdilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dantanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagaimacam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama dalammemberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta mendokumentasikan secaratertulis pendapat masing-masing dalam kertas kerja.

Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenariotersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada peserta didik yang

Page 205: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 198

mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yangbelum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahankelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompoktersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.

Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga,menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untukmencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitatormemvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang diinginkan olehfasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator mengusulkannya denganmemberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaranyang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, danpengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikansetiap peserta didik mengikuti langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan denganmengikuti petunjuk.

3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumberyang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapatdalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkanpakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1)agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevandengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkandengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevandan dapat dipahami.

Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan pertemuandan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut peserta didik akan salingbertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah merekabangun. Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehinggaanggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang dihadapi.

4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkahpembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusidalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi daripermasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan carapeserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik menyampaikan hasilpembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untukmendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno(kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir,dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah inimaka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.

Page 206: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 199

5. Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakupseluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujiantengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapandapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupunkemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikapdititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaianuntuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

D. Contoh Penerapan

Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahuludiminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didikdiminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransangpeserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalahmengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkanpendapat yang berbeda dari mereka.

Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Gurumemberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik,antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh gurumemberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didikdiharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari.Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalamrangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materipembelajaran.

Tahapan-Tahapan Model PBL

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1Orientasi peserta didik kepadamasalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskanlogistik yg dibutuhkan

Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktifdalam pemecahan masalah yang dipilih

Fase 2Mengorganisasikan peserta didik

Membantu peserta didik mendefinisikandanmengorganisasikan tugas belajar yangberhubungan dengan masalah tersebut

Fase 3Membimbing penyelidikan individudan kelompok

Mendorong peserta didik untuk mengumpulkaninformasi yang sesuai, melaksanakan eksperimenuntuk mendapatkan penjelasan dan pemecahanmasalah

Fase 4Mengembangkan dan menyajikanhasil karya

Membantu peserta didik dalam merencanakandan menyiapkan karya yang sesuai sepertilaporan, model dan berbagi tugas dengan teman

Page 207: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 200

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 5Menganalisa dan mengevaluasi prosespemecahan masalah

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yangtelah dipelajari /meminta kelompok presentasihasil kerja

Fase 1: Mengorientasikan peserta didik pada masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat pentingdimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh pesertadidik dan juga oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi prosespembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didikdapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perludilakukan dalam proses ini, yaitu:

1. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasibaru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalahpenting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri,

2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak“benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyakpenyelesaian dan seringkali bertentangan,

3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untukmengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagaipembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untukbekerja mandiri atau dengan temannya, dan

4. Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untukmenyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yangakan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberipeluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-idemereka.

Fase 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBLjuga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalahsangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, gurudapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompokpeserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkanmasalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalampembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harusheterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutorsebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja

Page 208: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 201

masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selamapembelajaran.

Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentukkelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopikyang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru padatahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalamsejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkanpenyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukanteknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakteryang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakanaspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untukmengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampaimereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agarpeserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangunide mereka sendiri. Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasisebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukanpertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasiyang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahantentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkanpenjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaranpada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenyadan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaanyang membuat peserta didik berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yangmereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan mempamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran.Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkansituasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik darisituasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia.Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berfikir peserta didik.Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagaiorganisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan pesertadidik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi“penilai” atau memberikan umpan balik.

Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Page 209: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 202

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantupeserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilanpenyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru memintapeserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukanselama proses kegiatan belajarnya

E. Sistem Penilaian

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakupseluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujiantengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapatdiukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupunkemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkanpada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuanbekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketigaaspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapatdilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaanpeserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentudalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukandengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.

1. Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai(standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.

2. Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaianterhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendirimaupun oleh teman dalam kelompoknya.

Penilaian yang relevan dalam PBL antara lain sebagai berikut:

1. Penilaian kinerja peserta didik.

Pada penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja ataumendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu, seperti menuliskarangan, melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatumasalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.

2. Penilaian portofolio peserta didik.

Penilaian portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulaninformasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu

Page 210: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 203

periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik dapat berupa hasil karya terbaikpeserta didik selama proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam penghargaan, ataubentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam suatu mata pelajaran. Dariinformasi perkembangan itu peserta didik dan guru dapat menilai kemajuan belajar yangdicapai dan peserta didik terus berusaha memperbaiki diri. Penilain dengan portofoliodapat dipakai untuk penilaian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif. Penilaiankolaboratif dalam PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self assesment) dan peerassesment. Self assessment adalah penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiriterhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingindicapai oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar. Peer assessment adalah peniliandimana peserta didik berdiskusi untuk memberikan penilaian upaya dan hasilpenyelesaian tugas-tugas yang diselesaikan sendiri maupun teman dalam kelompoknya.

3. Penilaian potensi belajar.

Penilaian yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik yaitu mengukurkemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yanglebih maju. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan pesertadidik untuk mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.

4. Penilaian usaha kelompok.

Menilai usaha kelompok seperti yang dlakukan pada pembelajaran kooperatif dapatdilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi merugikan yangsering terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan temannya. Penilaian danevaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah menilaipekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil pekerjaan mereka danmendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama.

Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik tersebut,penilaian ini antara lain: 1).assesment kerja, 2). assesment autentik dan 3). portofolio.Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana peserta didikmerencanakan pemecahan masalah, melihat bagaimana peserta didik menunjukkanpengetahuan dan keterampilannya. Penilaian kinerja memungkinkan peserta didikmenunjukkan apa yang dapat mereka lakukan dalam situasi yang sebenarnya. Sebagianmasalah dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zamandan konteks atau lingkungannya, maka di samping pengembangan kurikulum juga perludikembangkan model pembelajaran yang sesuai tujuan kurikulum yang memungkinkanpeserta didik dapat secara aktif mengembangkan kerangka berfikir dalam memecahkanmasalah serta kemampuannya untuk bagaimana belajar (learning how to learn).

Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik akan mudahberadaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuaidengan pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan peserta didik untukmenyelidiki lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuanbermakna. Tahap evaluasi pada PBM terdiri atas tiga hal : 1. bagaimana peserta didik danevaluator menilai produk (hasil akhir) proses 2. bagaimana mereka menerapkan tahapan

Page 211: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 204

PBM untuk bekerja melalui masalah 3. bagaimana peserta didik akan menyampaikanpengetahuan hasil pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk pertanggungjawabanmereka belajar menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalamberbagai bentuk yang beragam, misalnya secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atausebagai suatu bentuk penyajian formal lainnya. Sebagian dari evaluasi memfokuskan padapemecahan masalah oleh peserta didik maupun dengan cara melakukan proses belajarkolaborasi (bekerja bersama pihak lain).

F.Daftar PustakaAlbanese, M.A. & Mitchell, S.. (1993). Problem BasedLearning: a Review of The Literature onOutcomes and Implementation Issues. Journal of Academic Medicine

Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. (1980). Problem BasedLearning: an Approach to MedicalEducation. New York: Springer Publishing

Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar . Bandung: Diponegoro. Sugiyono, Prof. Dr. (2008).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Das Salirawati, 2009, Penerapan Problem Based Learning Sebagai Upaya MeningkatkanKemampuan Peserta Didik Dalam Memecahkan Masalah, Makalah

Duch, J. Barbara. (1995). Problems: A Key Factor in PBL. [Online]. Tersedia :http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-phys.html. [21 Juli 2010].

Glazer, Evan. (2001). Problem Based Instruction. In M. Orey (Ed.), Emerging perspectives onlearning, teaching, and technology [Online]. Tersedia:http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.htm. [17 Juni 2005].

Ibrahim, M dan Nur. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press

Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untukMeningkatkan Penguasaan konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir TingkatTinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan

Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the Effectiveness of Problem-Based Learningin Higher Education: Lessons from the Literature. [Online]. Tersedia :http://www.rapidintellect.com/AE Qweb/mop4spr01.htm [14 Juli 2010]

Page 212: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 205

Melvin L. & Silberman. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach any Subject. USA: Allyn &Bacon

Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri, Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP)UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)

Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004: Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo

Proyek DUeLike Universitas Indonesia. (2002). Panduan Pelaksanaan Collaborative Learning&Problem BasedLearning. Depok: UI

Siburian, Jodion. 2010. Model Pembelajaran Sains, Jambi: Universitas Jambi

Sudjana, D. (1982). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Bandung : Lembaga PenelitianIKIP Bandung

Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran, Jambi: Gaung Persada Press

Page 213: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 206Matematika – SMA/MA/SMK| 206Matematika – SMA/MA/SMK| 206

Page 214: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 207Matematika – SMA/MA/SMK| 207Matematika – SMA/MA/SMK| 207

Page 215: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 208Matematika – SMA/MA/SMK| 208Matematika – SMA/MA/SMK| 208

Page 216: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 209Matematika – SMA/MA/SMK| 209Matematika – SMA/MA/SMK| 209

Page 217: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 210Matematika – SMA/MA/SMK| 210Matematika – SMA/MA/SMK| 210

Page 218: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 211Matematika – SMA/MA/SMK| 211Matematika – SMA/MA/SMK| 211

Page 219: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 212

MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN(DISCOVERY LEARNING)

A. Definisi/ Konsep

1. Definisi

Metode Discovery Learningadalah teori belajar yang didefinisikan sebagai prosespembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentukfinalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner,bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when thestudent is not presented with subject matter in the final form, but rather is required toorganize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Yang menjadikan dasar ideBruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktifdalam belajar di kelas.

Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, dimana muridmengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41).Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui prosesintuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discoveryterjadi bila indifidu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untukmenemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalaui observasi,klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitiveprocess sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig concepsand principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

Sebagai strategi belajar,Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri(inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini,pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yangsebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discoverymasalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harusmengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuandi dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Problem Solving lebih memberitekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Akan tetapi prinsip belajar yangnampak jelas dalam Discovery Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akandisampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didikdidorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencariinformasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yangmereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.

Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang dapatmeningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaanmetode Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dankreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah

HO-2.2-3

Page 220: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 213

modus Ekspository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru kemodus Discovery siswa menemukan informasisendiri.

2. KonsepDalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning merupakanpembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkanterjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang nampakdalam Discovery, bahwa Discovery adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebihsering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistemcoding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang terjadidiantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian (events). Bruner memandang bahwa suatukonsep atau kategorisasi memiliki lima unsur, dan siswa dikatakan memahami suatukonsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negative; 3) Karakteristik, baik yang pokok maupuntidak; 4) Rentangan karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner menjelaskanbahwa pembentukan konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yangmenuntut proses berfikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputimengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.

Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, danmengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajarperlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan inidinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapatmelakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertianyang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswadalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.

Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan padamanipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalamberfikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya.Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yangditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahapenaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahamilingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakanpengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambardan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajarmelalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic,seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangatdipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami duniasekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dansebagainya.

Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matangseseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara

Page 221: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 214

sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anakmenjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papanmainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive.Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan danakhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fasesymbolic (Syaodih, 85:2001). Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guruberperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untukbelajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing danmengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisiseperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadistudent oriented. Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan:hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorangproblem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode DiscoveryLearning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukanberbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan,menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri mereka sendiri, danmemungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yangdimengerti mereka. Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi metode DiscoveryLearning harus dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajaryang lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baikdan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatukonsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalamkehidupannya (Budiningsih, 2005:41).

Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning menurut Bruneradalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadiseorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melaluikegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yangbermanfaat bagi dirinya. Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagaimetode mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar,bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya.Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelahproblema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangidirektifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri.

B. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil PembelajaranBerdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan Discovery Learning dalampembelajaran memiliki kelebhihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan.1.Kelebihan Penerapan Discovery Learning

a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilandan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuhkarenamenguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki danberhasil.

Page 222: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 215

d. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengankecepatannyasendiri.

e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkanakalnya dan motivasi sendiri.

f. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperolehkepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalamsituasi diskusi.

h. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar

yang baru;k. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;l. Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik;n. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang;o. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukanmanusia

seutuhnya;p. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;q. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;r. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

2. KelemahanPenerapan Discovery Learninga. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa

yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir ataumengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehinggapada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karenamembutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori ataupemecahan masalah lainnya.

c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapandengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkanmengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurangmendapat perhatian.

e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasanyang dikemukakan oleh para siswa

f. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan olehsiswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

C. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses PembelajaranLangkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas adalah sebagaiberikut:1. Langkah Persiapan Metode Discovery Learning

a. Menentukan tujuan pembelajaranb. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya

belajar, dan sebagainya)

Page 223: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 216

c. Memilih materi pelajaran.d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-

contoh generalisasi)e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas

dan sebagainya untuk dipelajari siswaf. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yangkonkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolikg. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

2. Prosedur Aplikasi Metode Discovery LearningMenurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secaraumum sebagai berikut:

a.Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkankebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbulkeinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBMdengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnyayang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsiuntuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan danmembantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikanstimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukanpertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yangmendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknikdalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untukmengeksplorasi dapat tercapai.

b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatankepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yangrelevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalambentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).Sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalambentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawabansementara atas pertanyaan yang diajukan.Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisapermasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalammembangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

c. Data collection (pengumpulan data).Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untukmengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benaratau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawabpertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didikdiberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan ujicoba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif

Page 224: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 217

untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi,dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah denganpengetahuan yang telah dimiliki.

d. Data processing (pengolahan data)Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data daninformasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dansebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dansebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perludihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu(Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Darigeneralisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatifjawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis

e. Verification (pembuktian)Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benaratau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkandengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuanagar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikankesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan ataupemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkanhasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yangtelah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakahterbukti atau tidak.

f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yangdapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yangsama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasilverifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelahmenarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankanpentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luasyang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dangeneralisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

Page 225: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 218

D. Sistem PenilaianDalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan denganmenggunakan tes maupun non tes. Sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupapenilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnyaberupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapatmenggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap,atau penilaian hasil kerja siswa, maka pelaksanaan penilaian dapat menggunakan contoh-contoh format penilaian seperti tersebut di bawah ini.

1. Penilaian TertulisPenilaian tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada pesertadidik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespondalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberitanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.Ada dua bentuk soal tes tertulis,yaitu:

Soal dengan memilih jawabana. pilihan gandab. dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)c. menjodohkan

Soal dengan mensuplai-jawaban.a. isian atau melengkapib. jawaban singkatc. soal uraian

Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, danmenjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitukemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilaikemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitupeserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilihjawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, makapeserta didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidakbelajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alatpenilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidakmenggambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.

Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untukmengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudahdipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalambentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilaiberbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, danmenyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakanterbatas.Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-halberikut:

a. materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;b. konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.c. bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang

menimbulkan

Page 226: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 219

penafsiran ganda.

2. Penilaian DiriPenilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subyek yang ingindinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkatpencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitandengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di kelas,berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untukmenilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalammata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitandengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisanyang memuat curahan perasaannya terhadap suatu obyek sikap tertentu. Selanjutnya,peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yangtelah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat dimintauntuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajarberdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangankepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan teknik ini dalam penilaian di kelas antaralain sebagai berikut:a. dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi

kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;b. peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka

melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahanyang dimilikinya

c. dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur,karena mereka dituntut untuk jujur dan obyektif dalam melakukan penilaian.

3. Penilaian Sikap

ContohFormat Penilaian Sikap

Mata Pelajaran: _________ Semester: _________Kelompok : _________ Kelas : _________

No Nama SiswaSkor

NilaiKomitmenTugas

KerjaSama Ketelitian Minat

JumlahSkor

12345....

Page 227: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 220

4. Penilaian KinerjaContoh Format Penilaian Kinerja

Nama Siswa: ……………… Tanggal: ……………… Kelas: ………………

NO Aspek YangDinilai

Tingkat Kemampuan1 2 3 4

1.

2.

Jumlah

Kriteria Penskoran Kriteria Penilaian

1. Baik Sekali 4 10 – 12 A2. Baik 3 7 – 9 B3. Cukup 2 4 – 6 C4. Kurang 1 ≤ 3 D

A: Pengelompokan yang dilakukan siswa sangat baik, uraian yang dijabarkan rinci dandiperoleh dengan menggunakan seluruh indra disertai dengan gambar-gambarataudiagramB: Pengelompokan yang dilakukan siswa baik, uraian yang dijabarkan kurang rinci dandiperoleh dengan menggunakan sebagian besar indra dengan gambar-gambar ataudiagramC:Pengelompokan yang dilakukan siswa cukup baik, uraian yang dijabarkan tidak rincidan diperoleh dengan menggunakan sebagian kecil indra dengan gambar-gambar ataudiagramD:Pengelompokan yang dilakukan siswa kurang baik, uraian yang dijabarkan kurangsesuai dan diperoleh dengan menggunakan sebagian besar indra dengan gambar-gambar atau diagram

5. Penilaian Hasil Kerja Siswa

Nama Siswa: ……………… Tanggal: ……………… Kelas: ………………

Input Proses OutPut/Hasil

Nilai

Page 228: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 221

Daftar Pustaka

Dahar, RW., 1991. Teori-Teori Belajar. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Holiwarni, B., dkk., 2008. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing pada Mata PelajaranSains untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 016 Pekanbaru Kota (LaporanPenelitian). Lemlit UNRI, Pekanbaru.

http://darussholahjember.blogspot.com/2011/05/aplikasi-metode-discovery-learning.html(23Mei 2013).

http://ebookbrowse.com/pengertian-model-pembelajaran-discovery-learning-menurut-para-ahli-pdf-d368189396 (23 Mei 2013).

http://prismabekasi.blogspot.com/2012/10/definisi-belajar-menurut-para-ahli.html (23Mei 2013)

Jurnal Geliga Sains 3 (2), 8-13, 2009 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas RiauISSN 1978-502X.

Rizqi, 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pembelajaran PenemuanTerbimbing (Guide-Discovery Learning) yang Mengintegrasikan Kegiatan Laboratorium untukFisika SLTP Bahan Kajian Pengukuran. Tesis, UNESA (tidak dipublikasikan).

Syamsudini , 2012. Aplikasi Metode Discovery Learning Dalam Meningkatkan KemampuanMemecahkan Masalah, Motivasi Belajar Dan Daya Ingat Siswa.

Syah, M., 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. PT Remaja Rosdakarya,Bandung.

Page 229: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 222

Materi Pelatihan2.3: Konsep Penilaian Autentik

pada Proses dan Hasil Pembelajaran

Langkah Kegiatan Inti

KegiatanInteraktif Diskusi

KelompokPaparanMateri

15 Menit 50 Menit 20 Menit

Kegiatan interaktif untuk menyamakan persepsi tentang jenis dan bentuk penilaian autentik.

Diskusi materi Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar.

Paparan materi Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar dengan menggunakanbahan tayang PPT-2.3

Paparan materi Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakanbahan tayang PPT-2.3/3.2.

Page 230: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 223Matematika – SMA/MA/SMK| 223Matematika – SMA/MA/SMK| 223

Page 231: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 224Matematika – SMA/MA/SMK| 224Matematika – SMA/MA/SMK| 224

Page 232: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 225Matematika – SMA/MA/SMK| 225Matematika – SMA/MA/SMK| 225

Page 233: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 226Matematika – SMA/MA/SMK| 226Matematika – SMA/MA/SMK| 226

Page 234: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 227Matematika – SMA/MA/SMK| 227Matematika – SMA/MA/SMK| 227

Page 235: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 228Matematika – SMA/MA/SMK| 228Matematika – SMA/MA/SMK| 228

Page 236: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 229

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK

A. Definsi dan Makna Asesmen Autentik

Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar pesertadidik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim daripenilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli,nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen autentik danpenilaian autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik,tidak lazim digunakan.

Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tespilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasildan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksipengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik, berikutini dikemukakan beberapa definisi.Dalam American Librabry Associationasesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi,motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran. DalamNewton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yangberhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins mendefinisikanasesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkanprioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti,menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa,berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.

B. Asesmen Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013

Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuaidengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkanpeningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,membangun jejaring, dan lain-lain.Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleksatau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalampengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatantematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaranyang sesuai.

Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek.Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populeruntuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka

HO-2.3-1

Page 237: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 230

yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Asesmenautentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuanpada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran.

Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tesberbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memanglzim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen autentik dapat dibuat olehguru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam asesmenautentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukanaktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.

Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangkameningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorongkemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan kriteria yangberkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dariluar sekolah.

Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar,motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itumerupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentangkriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikanharapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.

Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karenaberfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yangsudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya,dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untukmateri apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.

C. Asesmen Autentik dan Belajar Autentik

Asesmen Autentik menicayakan proses belajar yang Autentik pula. Menurut Ormiston belajarautentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didikdikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya.Asesmen semacam inicenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yangmemungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yangdimilikinya. Contoh asesmen autentik antara lain keterampilan kerja, kemampuanmengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermainperan, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu.

Page 238: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 231

Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston belajarautentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya diluar sekolah.Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuranlangsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikanseperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukanketerlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untukmenghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yangada.

Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-caraterbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di manapeserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalammelaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.

Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi denganpendekatan saintifik, memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lainsecara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Disini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahuapa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawabuntuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi,mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasiinformasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guruautentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian.Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu sepertidisajikan berikut ini.

1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desainpembelajaran.

2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuanmereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdayamemadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.

3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikanpemahaman peserta didik.

4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas denganmenimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun 1990an.Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, sepertites pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja pesertadidik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh

Page 239: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 232

mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyatamereka di luar sekolah atau masyarakat.

Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum, karenatidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik. Ketika asesmentradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensidasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap, keterampilan, dan kemampuanberpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pulaasesmen autentik memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang, pendekatan apa pun yangdipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun demikian, sudahsaatnya guru profesional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensipeserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil belajar yang autentik.

Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakanakuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen autentikdapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dariasesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya,mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya.Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist)untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dariempat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidakmahir). Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skorkeseluruhan kinerja peserta didik, seperti menilai kompetisi Olimpiade Sains Nasional.

D. Jenis-jenis Asesmen Autentik

Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami secara jelastujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitandengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian akandilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkatpengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses. Beberapa jenisasesmen autentik disajikan berikut ini.

1. Penilaian Kinerja

Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalamproses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan memintapara peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakanuntuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, gurudapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporannaratif mauun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaianberbasis kinerja:

Page 240: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 233

a. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsurtertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwaatau tindakan.

b. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara gurumenulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didikselama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapabaik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.

c. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerikberikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 =kurang sekali.

d. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan caramengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan.Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didiksudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukupdianjurkan.

Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuksuatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu.Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspekkinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh pesertadidik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.Keempat, fokus utama dari kinerjayang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan darikemampuan atau keerampilan peserta didik yang akan diamati.

Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteksuntuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilanberbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapatmengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, danwawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud.Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, sepertipenilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.

Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian dirimerupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinyasendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yangdipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untukmengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.

Penilaian ranah sikap.Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahanperasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telahdisiapkan.

Page 241: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 234

Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapanatau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuanyang telah disiapkan.

Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaanpengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajarantertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatandan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didikberperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.

2. Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yangharus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaiantugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dariperencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajiandata. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman,mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.

Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperolehkesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu,pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khususdari guru.

a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data,mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, danmenulis laporan.

b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

c. Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkanoleh peserta didik.

Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk proyek. Dalamkaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangandan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan.Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi.Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.

Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaianproduk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhirsecara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian ataskemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya

Page 242: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 235

seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas,kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam.Penilaian secara analitik merujuk padasemua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaiansecara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yangdihasilkan.

3. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkankemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisaberangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secaraberkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapadimensi.

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulaninformasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satuperiode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari prosespembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yangreleban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau matapelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalahkumpulan karya peserta didik secaraindividu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutamadilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.

Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuanbelajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuatkarangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur,laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau pesertadidik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.

Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.

a. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.b. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.c. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru

menyusun portofolio pembelajaran.d. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang

sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.e. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.f. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen

portofolio yang dihasilkan.g. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

Page 243: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 236

4. Penilaian Tertulis

Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yanglazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetaplazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian.Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda,pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiridari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,dan sebagainya atasmateri yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisamungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannyasendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilaiyang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisipandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdayaalam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetapterbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentukesai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung padabobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guruuntuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi ataukompleks.

Daftar Pustaka

Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, TahapanPengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI

Coutinho, M., & Malouf, D. (1993). Performance assessment and children with disabilities: Issuesand possibilities. Teaching Exceptional Children, 25(4), 63–67.

Cumming, J. J., & Maxwell, G. S. (1999). Contextualizing Authentic Assessment. Assessment inEducation, 6(2), 177–194.

Page 244: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 237

Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan ProdukDalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi (Makalah disampaikan pada In HouseTraining (IHT) SMA N 1 Kuta Utara).Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Gatlin, L., & Jacob, S. (2002). Standards-based digital portfolios: A component of authenticassessment for preservice teachers. Action in Teacher Education, 23(4), 28–34.

Grisham-Brown, J., Hallam, R., & Brookshire, R. (2006). Using authentic assessment to evidencechildren's progress toward early learning standards. Early Childhood Education Journal, 34(1),45–51.

Salvia, J., & Ysseldyke, J. E. (2004). Assessment in special and inclusive education (9th ed.). NewYork: Houghton Mifflin.

Wiggins, G. (1993). Assessment: Authenticity, context and validity. Phi Delta Kappan, 75(3), 200–214.

Page 245: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 238

CONTOH PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

A. PengantarDalam proses pembelajaran, penilaian (asesmen) merupakan bagian yang sangat penting dantidak bisa lepas dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Sejatinya tujuan penilaian adalahuntuk meningkatkan kompetensi dan kualitas belajar siswa. Jadi penilaian bukan sekedaruntuk menentukan rangking atau skor siswa yang pada akhirnya justru dapat menjadipenghalang bagi peningkatan kualitas belajar. Tambahan lagi bahwa penilaian bukan akhirdari pembelajaran tapi yang paling utama adalah balikan dari proses belajar yang telahberlangsung. Menurut de Lange (dalam Tatang Herman) terdapat lima prinsip utama yangmelandasi asesmen dalam pembelajaran, kelima prinsip tersebut adalah sebagai berikut:(i). Prinsip pertama: Asesmen harus ditujukan untuk meningkatkan kualitas belajar danpengajaran. Walaupun ide ini bukan hal yang baru, akan tetapi maknanya seringdisalahartikan dalam proses belajar mengajar. Asesmen seringkali dipandang sebagaiproduk akhir dari suatu proses pembelajaran yang tujuan utamanya untuk memberikanpenilaian bagi masing-masing siswa. Makna yang sebenarnya dari asesmen tidak hanyamenyangkut penyedian informasi tentang hasil belajar dalam bentuk nilai, akan tetapiyang terpenting adalah adanya balikan tentang proses belajar yang telah terjadi.(ii). Prinsip kedua: Metode asesmen harus dirancang sedemikian rupa sehinggamemungkinkan siswa mampu mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui bukanmengungkap apa yang tidak diketahui. Berdasarkan pengalaman asesmen seringdiartiakan sebagai upaya untuk mengungkap aspek-aspek yang belum diketahui siswa.Walaupun hal ini tidak sepenuhnya salah, tetapi pendekatan yang digunakan lebihbersifat negatif, karena tidak memberikan kesempatan kepada siswa untukmenunjukkan kemampuan yang sudah mereka miliki. Jika pendekatan negatif yangcenderung digunakan, maka siswa akan kehilangan rasa percaya diri.(iii). Prinsip ketiga: Asesmen harus bersifat operasional untuk mencapai tujuan-tujuanpembelajaran. Dengan demikian alat asesmen yang digunakan tentunya tidak hanyamencakup tingkatan tertentu saja, melainkan harus mencakup ketiga tingkatan asesmen,yaitu: rendah, menengah dan tinggi. Karena kemampuan berpikir tingkat tinggi lebihsulit untuk diases, maka seperangkat alat asesmen harus mencakup berbagai variasiyang bisa secara efektif mengungkap kemampuan yang dimiliki siswa.

HO-2.3-2

Page 246: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 239

(iv). Prinsip keempat: Kualitas alat asesmen tidak ditentukan oleh mudahnya pemberian skorsecara objektif. Umumnya pemberian skor secara objektif bagi setiap siswa menjadifaktor yang sangat dominan manakala dilakukan asesmen terhadap kualitas suatu tes.Akibat dari penerapan pandangan ini adalah bahwa suatu alat asesmen hanya terdiriatas sejumlah soal dengan tingkatan rendah yang memudahkan dalam melakukanpenskoran. Walaupun untuk menyusun alat asesmen dengan tingkatan tinggi lebih sulit,pengalaman menunjukkan bahwa tugas-tugas yang ada didalamnya memiliki banyakkeunggulan. Salah satu keunggulannya siswa memiliki kebebasan untukmengekspresikan ide-idenya sehingga jawaban yangdiberikan mereka biasanya sangatbervariasi. Selain itu guru dimungkinkan untuk melihat secara mendalam prosesberpikir yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.(v). Prinsip kelima: Alat asesmen hendaknya bersifat praktis. Dengan demikian konstruksites dapat disusun dengan format yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan sertapencapaian tujuan yang ingin diungkap.Sementara itu dalam Permendikbud No.66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikandisebutkan bahwa penilaian hasil peserta didik didasarkan prinsip objektif, terpadu,ekonomis, transparan, akuntabel dan edukatif.Terkait dengan konsep penilaian autentik, penilaian adalah proses pengumpulan berbagaiinformasi yang dapat memberikan gambaran sebenarnya tentang perkembangan belajarsiswa. Gambaran perkembangan belajar siswa ini perlu diketahui oleh guru agar bisamenentukan tindakan selanjutnya disamping memastikan bahwa siswa telah mengalamipembelajaran dengan benar. Artinya, jika ada tanda-tandasiswa mengalami kemacetan dalambelajar, guru segara bisa mengambil langkah yang tepat. Konsep ini sesungguhnyamempunya core bahwa kemajuan belajar itu diperlukan selama proses pembelajaran.Sehinggapenilaian tidak hanya dilakukan di akhir periode pembelajaran tetapi dilakukanbersama (simultan) dan merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran.Kaitannya dengan pengertian ada beberapa definisi mengenai penilaian autentik, diantaranyaadalaha. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untukmenilai mulai dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaranb. Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasilbelajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan

Page 247: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 240

c. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan menggunakan beragam sumber,pada saat/setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, dan menjadi bagian takterpisahkan dari pembelajaran.d. Penilaian autentik merupakan proses pengamatan, perekaman danpendokumentasian karya (apa yang dilakukan anak dan bagaimana hal itu dilakukan)sebagai dasar penentuan keputusan yang dapat menuju pada pembentukan anaksebagai individual learner (pembelajar mandiri).e. Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentangperkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didikmelalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan ataumenunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasaidan dicapai.Dari berbagai pendefinisian diatas ada satu benang merah yang mengaitkan ketiganya yaitupenilaian yang mengutamakan perolehan fakta aktual (pada saat itu) tentang pengetahuan,keterampilan dan sikap dengan berbagai cara. Dibawah ini adalah gambaran penilaianautentik dibanding penilaian tradisionalPenilaian autentik

Penilaian tradisional

komprehensif

Page 248: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 241

B. Penilaian autentik dalam matematikaSeperti penjelasan terdahulu, penilaian tradisional yang selama ini kita terapkan tidak akanmenggambarkan kompetensi atau kualitas belajar siswa. Sebagai contoh, kita inginmengetahui kompetensi siswa dalam belajar (memahami) solusi persamaan linear.Kemudian diberikan soal/instrumen untuk menilai sebagai berikut.

Ternyata ada dua siswa yang memilih jawaban yang benar (Jawaban: E), namun sebenarnyamereka mengerjakan dengan cara yang sangat berbeda.

Jelas bahwa siswa 1 tidak memahami cara menyelesaikan persamaan linear karena dia hanyamenerapkan prinsip “asal sama dicoret”, sementara siswa 2 amat paham proses penyelesaianpersamaan linear. Terlihat adanya upaya ‘isolasi’ variabel di ruas kiri. Dari contoh tersebut,terlihat sangat nyata kelemahan penilaian dengan instrumen pilihan ganda seperti di atasyang tidak melihat proses pengerjaan, dimana kedua siswa terjaring (oleh penilaiantradisional) sebagai berkemampuan sama padahal sejatinya sangat berbeda.

SISWA 1 SISWA 2

Page 249: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 242

Aspek penilaian autentikSemangat kurikulum sekarang mengamanatkan bahwa kompetensi harus meliputi tiga ranah,yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan dari semua bidang. Oleh karena itu perlu adanyajabaran mengenai aspek penilaian autentik dalam matematika. Secara khusus aspek yangakan dimunculkan dalam untuk mengetahui kualitas belajar matematika adalah (1)pemahaman konsep matematika, (2) keterampilan matematika, (3) kemampuan pemecahanmasalah dan (4) sikap matematisTeknik dan instrumen dalam penilaian autentikBerbagai macam cara untuk memperoleh informasi kemampuan atau kualitas belajar siswadalam rangka penilaian autentik. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaiankompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.Aspek Teknik Instrumena. Penilaiankompetensisikap

Observasi Penilaian diri Penilaian antarpeserta didik Jurnal

Daftar cek/skala penilaian (rating scale) yangdisertai rubric

b. penilaiankompetensipengetahuan tes tulis Soal pilihan ganda, isian, jawab singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumenuraian dilengkapi pedoman penskoran. Tes lisan Daftar pertanyaan Penugasan pekerjaan rumah dan/atauprojek yang dikerjakan secara individu ataukelompok sesuaidengan karakteristik tugasc. penilaiankompetensiketrampilan praktik proyek praktik

Daftar cek/skala penilaian (rating scale) yangdisertai rubrik

Page 250: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 243

Berikut ini contoh penilaian autentik:1. Pengamatan langsung (observasi)Sesungguhnya pengamatan langsung ini sering kita lakukan dalam kegiatanpembelajaran, namun dengan dipersiapkan secara nyata akan lebih membantu dalammelakukan pengamatan, walaupun sekedar menyiapkan catatan. Contoh dari hasilpengamatan kelas didapatkanNama Siswa Hasil PengamatanJabar Jabar tidak begitu menanggapi jika ditanya teman sebangkunyaAlfa

Alfa tidak memahami pencoretan dalam persamaan, karena untukmenentukan nilai dia melakukan pengerjaan:

Trigono Trigono sering keliru dalam mengalikan dan menjumlah kanpecahanGamma Gamma berpikirnya divergen dan sangat terampil dalammenggunakan jangka.... dst

2. Tanya jawabWujud dari tanya jawab ini boleh saja berupa kegiatan presentasi oleh siswa atau tanyajawab secara personal.

3. TugasGambaran mengenai perkembangan kualitas belajar matematika dapat dilihat dari tugasyang diselesaikan. Tugas dapat dapat dikaitkan dengan fenomena lingkungan atau bisajuga murni mengenai konsep yang ada di matematika. Oleh karena penilaiannya setelah

Page 251: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 244

tugas diselesaikan maka akan sangat bagus jika dikombinasikan dengan teknik lainnyamisalnya dengan wawancara. Misalnya siswa diminta mengukur tinggi tiang benderadengan menggunakan identiitas trigonometri.4. TesSesuai dengan penjelasan sebelumnya, tes dilakukan setelah proses pembelajaran ataukegiatan selesai. Sayangnya tes seperti biasanya berujung pada penyekoran. Pragmatispenyekoran sering sebagai pertimbangan, sehingga cenderung mangabaikan proses.Pada kenyataannya, model pilihan ganda yang paling banyak digunakan. Untukmemberikan ruang bagi penilaian autentik maka pilihan ganda perlu ditambah dengancara pengerjaan.

5. PortofolioBahasa sederhana dari potofolio adalah kumpulan pekerjaan yang telah dilakukan olehsiswa. Di dalamnya bisa termasuk tugas, hasil tes, laporan, catatan guru, dan sebagainya.Portofolio merupakan sumber data yang sangat baik bagi guru. Selain itu portofoliodapat digunakan oleh siswa untuk melihat perkembangan yang terjadi terhadap dirinyadalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu setiap portofolio harus diberi catatantanggal penyusunannyaUntuk menjamin penilaian benar-benar faktual maka perlu adanya kombinasi dari berbagaiteknik di atasC. PenutupKegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran adalah penilaian.Penilaian haruslah tertuju pada peningkatan kualitas belajar siswa dan kualitaspembelajaran. Penilaian autentik hakekatnya adalah menggali informasi sebenarnya

Page 252: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 245

tentang kemampuan siswa dalam belajar. Tetapi perlu dicatat bahwa penilaian autentikbukan refleksi dari kemampuan yang telah dimiliki melainkan refleksi terhadapkemampuan yang dapat dikembangkan..ReferensiKemdikbud, (2013), Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, JakartaSudarwan, Prof., (2013), Asesmen Otentik, Makalah pada Workshop Kurikulum, JakartaTatang Herman,(_____), Asesmen dalam Pembelajaran Matematika, Jurusan PendidikanMatematikahttp://www.eduplace.com/rdg/res/litass/auth.html diakses 17 Februari 2013http://www.ntu.edu.vn diakses 17 Februari 2013

Page 253: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 246

Materi Pelatihan : 2.4Analisis Buku Guru dan Buku Siswa

Langkah Kegiatan Inti

Menilai Buku DiskusiKelompok

MenyimpulkanHasil

KerjaKelompok

20 Menit 80 Menit 20 Menit 40 Menit

Menyimpulkan Presentasi KerjaKelompok

DiskusiKelompok

15 Menit 30 Menit 30 Menit 30 Menit

Menilai Buku

Peserta menilai buku dengan bimbingan fasilitator dilihat dari aspek kesesuaian, kecukupan, dankedalaman materi.

Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok hasil penilaian buku dilanjutkan dengan pemaparan materiAnalisis Buku Gurudan Buku Siswa dengan menggunakan PPT-2.4 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut.

Simpulan

Menyimpulkan hasil diskusi dan menyampaikan format lembar kerja yang telah disiapkan.

Kerja Kelompok

Kerja kelompok menganalisis kesesuaian buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, danKD dengan menggunakan LK-2.4-1 dan LK -2.4-2.

Page 254: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 247

Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok untuk menganalisis kesesuaian proses, pendekatan belajar, serta strategievaluasi yang diintegrasikan dalam buku.

Kerja Kelompok

Kerja kelompokmembuat contoh-contoh penerapan materi pelajaran yang terdapat dalam bukuguru dan buku siswa pada bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.

Presentasi

Presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.

Simpulan

Fasilitatormenyimpulkan materi analisis buku.

Page 255: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 248Matematika – SMA/MA/SMK| 248Matematika – SMA/MA/SMK| 248

Page 256: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 249Matematika – SMA/MA/SMK| 249Matematika – SMA/MA/SMK| 249

Page 257: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 250Matematika – SMA/MA/SMK| 250Matematika – SMA/MA/SMK| 250

Page 258: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 251Matematika – SMA/MA/SMK| 251Matematika – SMA/MA/SMK| 251

Page 259: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 252Matematika – SMA/MA/SMK| 252Matematika – SMA/MA/SMK| 252

Page 260: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 253

Page 261: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 254

LEMBAR KERJA

ANALISIS BUKU GURU

PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU GURU

Kompetensi

1. Memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan pembelajaran.

2. Menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.

3. Menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman materi.

Tujuan

1. Menganalisis kesesuaian isi buku siswa dengan SKL, KI dan KD.

2. Menganalisis keterpaduan antar mata pelajaran atau antar konsep/topik.

3. Menganalisis kesesuaian isi buku dengan konsep pendekatan scientificdan penialain autentik.

4. Merencanakan tindak lanjut dari hasil analisis .

Panduan Kegiatan

1. Kerjakanlah secara berkelompok!

2. Pelajari format Analisis Buku Sswa!

3. Siapkan SKL, KI dan KD sesuai jenjang pendidikan dan mata pelajaran!

4. Cermatilah buku siswa yang sesuai dengan materi ajar yang Anda ampu!

5. Lakukanlah analisis terhadap buku tersebut dengan menggunakan format yang tersedia!

6. Berdasarkan hasil analisis, tuliskan tindak lanjut hasil analisis sebagai berikut!

a. Jika sesuai dengan kebutuhan, buku bisa digunakan dalam pembelajaran.

b. Jika kurang/tidak sesuai, Anda disarankan untuk memberikan rekomendasi tindak lanjutyang harus dikerjakan guru sebagai pengguna buku guru tersebut.

LK-2.4-2

LK–2.4-1

Page 262: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 255

LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU GURU

Judul buku : ....................................................................................................Kelas : ....................................................................................................Jenjang : ....................................................................................................Tema/Topik : ....................................................................................................

NO. ASPEK YANG DIANALISISHASIL ANALISIS TINDAK LANJUT HASIL

ANALISISTIDAKSESUAI

SESUAISEBAGIAN SESUAI

1. Kesesuaian dengan SKL

2. Kesesuaian dengan KI

3. Kesesuaian dengan KD

4. Kesesuaian dengan Topik

5. Kecukupan materi ditinjau dari:

a. cakupan konsep/materiesensial; dan

b. alokasi waktu.

6. Kedalaman materi ditinjau dari:

a. Pola pikir keilmuan; dan

b. Karakteristik siswa

7. Penerapan PendekatanScientific

8. Penilaian Autentik yangTersedia dalam Buku Siswa

Page 263: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 256

LEMBAR KERJA

ANALISIS BUKU SISWA

PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU SISWA

Kompetensi

1. Memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan pembelajaran.

2. Menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.

3. Menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman materi.

Tujuan

1. Menganalisis kesesuaian isi buku siswa dengan SKL, KI dan KD.

2. Menganalisis keterpaduan antar mata pelajaran atau antar konsep/topik.

3. Menganalisis kesesuaian isi buku dengan konsep pendekatan scientificdan penialain autentik.

4. Merencanakan tindak lanjut dari hasil analisis .

Panduan Kegiatan

1. Kerjakanlah secara berkelompok!

2. Pelajari format Analisis Buku Sswa!

3. Siapkan SKL, KI dan KD sesuai jenjang pendidikan dan mata pelajaran!

4. Cermatilah buku siswa yang sesuai dengan materi ajar yang Anda ampu!

5. Lakukanlah analisis terhadap buku tersebut dengan menggunakan format yang tersedia!

6. Berdasarkan hasil analisis, tuliskan tindak lanjut hasil analisis sebagai berikut!

a. Jika sesuai dengan kebutuhan, buku bisa digunakan dalam pembelajaran.

b. Jika kurang/tidak sesuai, Anda disarankan untuk memberikan rekomendasi tindak lanjutyang harus dikerjakan guru sebagai pengguna buku guru tersebut.

LK-2.4-2

LK–2.4-2

Page 264: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 257

LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU SISWA

Judul buku : ....................................................................................................Kelas : ....................................................................................................Jenjang : ....................................................................................................Tema/Topik : ....................................................................................................

NO. ASPEK YANG DIANALISISHASIL ANALISIS TINDAK LANJUT HASIL

ANALISISTIDAKSESUAI

SESUAISEBAGIAN SESUAI

1. Kesesuaian dengan SKL

2. Kesesuaian dengan KI

3. Kesesuaian dengan KD

4. Kesesuaian dengan Topik

5. Kecukupan materi ditinjaudari:

c. cakupan konsep/materiesensial; dan

d. alokasi waktu.

6. Kedalaman materi ditinjaudari:

c. Pola pikir keilmuan; dan

d. Karakteristik siswa

7. Penerapan PendekatanScientific

8. Penilaian Autentik yangTersedia dalam Buku Siswa

Page 265: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 258

RUBRIK

PENILAIAN HASIL ANALISIS BUKUGURU DAN SISWA

Rubrik penilaian analisis buku guru dan buku siswa digunakan fasilitator untuk menilai hasilanalisis peserta terhadap buku guru dan buku siswa sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.

Langkah-langkah penilaian hasil analisis.

1. Cermati format penilaian analisis buku guru atau buku siswa serta hasil analisis pesertayang akan dinilai!

2. Berikan nilai pada setiap aspek yang dianalisis sesuai dengan penilaian Anda terhadap hasilanalisis peserta menggunakan rentang nilai sebagai berikut!

3. Setelah selesai penilaian masing-masing komponen, jumlahkan nilai seluruh komponensehingga menghasilkan nilai hasil analisis buku guru/siswa.

PERINGKAT NILAI KRITERIA

Amat Baik ( AB) 90 <A ≤ 100 Hasil analisis tepat, tindak lanjut logis dan bisadilaksanakan

Baik (B) 75≤ B < 90 Hasil analisis tepat, tindak lanjut kurang logis

Cukup (C) 60≤ C < 80 Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut logisKurang (K) < 70 Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut tidak logis

R–2.4

Page 266: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 259

MATERI PELATIHAN 3 : MODEL RANCANGANPEMBELAJARAN (8 JP)

3.1. Penyusunan RPP

3.2. Perancangan Penilaian Autentik pada Proses danHasil Belajar

Page 267: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 260

MATERI PELATIHAN 3: MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN

A. KOMPETENSI

Peserta pelatihan dapat:

1. menyusun RPP yang menerapkan pendekatan scientific sesuai model belajar yangrelevan dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik,moral, sosial, kultural, emosional, maupun intelektual; dan

2. merancang penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.

B. LINGKUP MATERI

1. Penyusunan RPP.2. Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar.

C. INDIKATOR

1. Menunjukkan sikap tanggung jawab dan kreatif dalam menyusun RPP.2. Mengidentifikasi rambu-rambu penyusunan RPP.3. Menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI dan KD; Standar Proses; dan pendekatan

scientific.4. Menelaah RPP.5. Menunjukkan sikap tanggung dan kreatif dalam menyusun rancangan penilaian autentik.6. Mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.7. Menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaran.8. Menelaah rancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar yang ada dalam

RPP.9. Merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun.

D. PERANGKAT PELATIHAN

1. Bahan Tayang

a. Rambu-rambu Penyusunan RPP mengacu pada Standar Proses dan Pendekatanscientific dengan mengggunakan PPT-3.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalamkegiatan diskusi tersebut.

b. Panduan tugas telaah RPP.c. Panduan tugas menelaah rancangan penilaian pada RPP.

2. Lembar KerjaTelaah RPP

3. ATK

Page 268: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 261

SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN

MATERI PELATIHAN: 3. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARANALOKASI WAKTU: 8 JP (@45 MENIT)JENJANG: SMA/MA, SMK/MAKMATA PELAJARAN: MATEMATIKA

TAHAPANKEGIATAN

DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU

PERSIAPAN Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran,seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan LaserPointer, atau media pembelajaran lainnya.

KEGIATANPENDAHULUAN

Pengkondisian Peserta 15 Menit

Perkenalan

Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator,alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materipelatihan Model Rancangan Pembelajaran.

Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, danbekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.

KEGIATAN INTI 3.1 Penyusunan RPP 205 Menit

Saling menilai RPP yang dibawa setiap peserta. 15 menit

Menyimpulkan hasil penilaian RPP dengan dipandu olehfasilitator.

10 Menit

Diskusi rambu-rambu penyusunan RPP yang mengacu padaStandar Proses dan pendekatan scientific, dilanjutkan denganpaparan materi tentang Rambu-rambu Penyusunan RPPMengacu pada Standar Proses dan Pendekatan scientific denganmengggunakan PPT-3.1.1 dan Panduan Tugas Telaah RPPdengan menggunakan PPT-3.1.2 oleh fasilitator yang disisipkandalam kegiatan diskusi tersebut.

40 Menit

Kerja kelompok untuk menyusun RPP yang sesuai dengan SKL,KI, dan KD; Standar Proses; dan pendekatan scientific (terutamaKD di awal semester 1).

80 Menit

Page 269: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 262

Diskusi format telaah RPPdengan mengacu pada bahantayangPPT-3.1.2.

20 Menit

Kerja Kelompok untuk menelaah RPP yang disusun kelompoklain dengan menggunakan LK-3.1/3.2.

35 menit

ICE BREAKER 5 Menit

3.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan HasilBelajar

120 Menit

Diskusi dan tanya jawab tentang penilaian autentik dalambentuk tes dan nontes termasuk portofolio, dilanjutkan denganpemaparan oleh fasilitator tentang Contoh Penerapan PenilaianAutentik pada Pembelajaran Matematika menggunakan PPT2.2/3.2 serta Panduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaianpada RPP yang tealh dibuat dengan menggunakan PPT-3.2 yangdisisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut.

40 Menit

Kerja kelompok untuk menelaah contoh penerapan penilaianautentik pada pembelajaran Matematika menggunakanHO-2.2/3.2.

30 Menit

Kerja kelompok untuk menelaah dan merevisi rancanganpenilaian autentik pada RPP yang telah disusun berdasarkanpanduan tugas menelaah rancangan penilaian

60 Menit

Presentasi hasil kerja kelompok (sampel) 10 Menit

ICE BREAKER 5 Menit

KEGIATANPENUTUP

Membuat rangkumanmateri pelatihanModel RancanganPembelajaran.

15 Menit

Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.

Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yangrelevan.

Fasilitator menutup pembelajaran

Page 270: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 263

Materi Pelatihan3.1: Penyusunan RPP

Langkah Kegiatan Inti

Tugas Individu:Saling Menilai

RPP

MenyimpulkanHasil Penilaian

RPPDiskusi

15 Menit 10 Menit 40 Menit

Kerja Kelompok Diskusi Kerja Kelompok

35 Menit 20 Menit 80 Menit

Aktivitas 1: Menilai RPP

Menilai RPP Peserta Lain

a. Setiap peserta diwajibkan membawa dua set RPP yang telah digunakan dalam prosespembelajaran sesuai mata pelajaran yang diampu.

b. RPP tersebut dikumpulkan kepada panitia untuk kemudian dibagikan kembali ke pesertauntuk dinilai oleh peserta lainnya dengan menggunakan acuan pengetahuan masing-masingpeserta.

c. Hasil penilaian dituliskan langsung pada halaman depan RPP.

Hasil penilaian dipresentasikan oleh peserta yang ditunjuk instruktur. Peserta lainnyamenyampaikan hasil penilaian yang tidak sama dengan peserta lainnya. Instruktur mencatat hasilpenilaian yang dilaporkan peserta.

Peserta menyimpulkan hasil penilaian RPP dengan dipandu oleh Instruktur.

Diskusirambu-rambu penyusunan RPPyang mengacu pada Standar Proses dan PendekatanScientific.

Page 271: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 264

Paparan materi tentang Rambu-rambu Penyusunan RPP mengacu pada Standar Proses danPendekatan scientific dengan mengggunakan PPT-3.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalamkegiatan diskusi tersebut.

Aktivitas 2: Kerja Kelompok

Kerja kelompokuntuk menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI, dan KD; Standar Proses; danpendekatan scientific (terutama KD di awal semester 1).

Diskusi format telaah RPPdengan mengacu pada bahan tayangPPT-3.1.

Aktivitas 3: Kerja Kelompok

Kerja Kelompokuntuk menelaah RPP yang disusun kelompok lain dengan menggunakan

LK-3.1/3.2.

Page 272: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 265Matematika – SMA/MA/SMK| 265Matematika – SMA/MA/SMK| 265

Page 273: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 266Matematika – SMA/MA/SMK| 266Matematika – SMA/MA/SMK| 266

Page 274: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 267Matematika – SMA/MA/SMK| 267Matematika – SMA/MA/SMK| 267

Page 275: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 268Matematika – SMA/MA/SMK| 268Matematika – SMA/MA/SMK| 268

Page 276: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 269

CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA

Kelas/Semester :X/2

Mata Pelajaran : Matematika-Wajib

Topik : Trigonometri

Waktu : 2 × 45 menit

A. Kompetensi Inti SMA kelas X:1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan,

gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikapsebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secaraefektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminanbangsa dalam pergaulan dunia

3. Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, proseduralberdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, danhumaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradabanterkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidangkajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkaitdengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampumenggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar2.1 Menunjukkan sikap senang, percaya diri, motivasi internal, sikap kritis, bekerjasama, jujur

dan percaya diri dalam menyelesaikan berbagai permasalahan nyata.2.2 Memiliki sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif3.17Memahami dan menentukan hubungan perbandingan Trigonometri dari sudut di setiap

kuadran, memilih dan menerapkan dalam penyelesaian masalah nyata dan matematika

4.7 Memanfaatkan informasi dari suatu permasalahan nyata, membuat model berupa fungsi danpersamaan Trigonometri serta menggunakannya dalam menyelesaikan masalah.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi1. Terlibat aktif dalam pembelajaran trigonometri.2. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.3. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.

HO-3.1-2

Page 277: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 270

4. Menjelaskan kembali pengertian fungsi trigonometri pada segitiga siku-siku denganmenggunakan istilah absis, ordinat, dan jari-jari pada sumbu koordinat.

5. Menyatakan kembali hubungan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, dan IV denganperbandingan trigonometri di kuadran I.

6. Terampil menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yangberkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran.

D. Tujuan Pembelajaran

Dengan kegiatan diskusi dan pembelajaran kelompok dalam pembelajaran trigonometri iniidiharapkan siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab dalammenyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta dapat

1. Menjelaskan kembali pengertian fungsi trigonometri pada segitiga siku-siku denganmenggunakan istilah absis, ordinat, dan jari-jari pada sumbu koordinat kartesius secaratepat, sistematis, dan menggunakan simbol yang benar.

2. Menyatakan kembali hubungan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, dan IV denganperbandingan trigonometri di kuadran I secara tepat dan kreatif.

E. Materi Matematika1. Mengingat kembali mengenai perbandingan trigonometri, fungsi trigonometri, besar sudut

(tumpul dan refleks), dan koordinat kartesian.

Dengan domain { : 0o 90o}, fungsi trigonometri didefinisikan lewat perbandingantrigonometri, sbb.

sin = (panjang sisi di depan sudut ) / panjang hipotenusacos = (panjang sisi di samping sudut ) / panjang hipotenusatan = (panjang sisi di depan sudut ) / (panjang sisi di samping sudut )sec = 1/cos csc = 1/sin cot = 1/tan

Sudut telah didefinisikan sebagai bangun geometri yang dibentuk oleh dua sinar bertitikpangkal sama. Dengan definisi tsb, dikenal beberapa macam sudut berdasarkan besarnya,sbb.sudut nol : = 0o

sudut lancip : 0o 90o

sudut siku-siku: : = 90o

sudut tumpul : 90o 180o

sudut lurus : = 180o

sudut refleks : 180o 360o

Page 278: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 271

Bidang datar berdasarkan sistem koordinat kartesian terbagi ke dalam 4 region/daerah:kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV.

Kuadran I : absis dan ordinat positifKuadran II : absis negatif, ordinat positifKuadran III : absis dan ordinat negatifKuadran IV : absis positif, ordinat negatif

2. Perluasan definisi fungsi trigonometri dari perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku menjadiperbandingan absis, ordinat dan jari-jari.

Beberapa pertanyaan penggugah: Apakah perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, dapat mendefinisikan

fungsi trigonometri untuk sudut 90o? Apakah perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, juga dapat mendefinisikan

fungsi trigonometri untuk sudut di atas 90o, misalnya kosinus dari 120o? Dapatkah kita memperluas definisi fungsi trigonometri menggunakan cara lain (yang

tidak bertentangan dengan definisi perbandingan trigonomeri pada segitiga siku-siku)?

Jika titik sudut ditempatkan pada titik pusat sumbu koordinat kartesian dan salah satu kakisudut berimpit dengan sumbu x positif, serta daerah interior sudut terletak pada kuadran Imaka posisi yang demikian disebut posisi standar (baku) sudut tsb.

Pada posisi standar maka perbandingan sisi-sisi pada segitiga siku-siku dapat digantimenjadi perbandingan absis, ordinat dan jari-jari.

panjang sisi di depan sudut diganti menjadi ordinatpanjang sisi di samping sudut diganti menjadi absishipotenusa segitiga siku-siku diganti menjadi jari-jari

Jadi,

sin = ordinat / jari-jaricos = absis / jari-jaritan = ordinat / absis

III

IVIII

b c

a

O

P(x,y)

r

Page 279: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 272

sin =c

b sin =r

y

cos =c

a cos =r

x

tan =a

b tan =x

y

3. Hubungan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, dan IV dengan nilai fungsi trigonometri dikuadran I.

Jika pada posisi standar, salah satu kaki sudut berada di kuadran II maka sudut tsb kitanamakan sudut di kuadran II. Pengertian yang sama untuk konsep sudut di kuadran II, dansudut di kuadran IV.

Berdasarkan definisi fungsi trigonometri berdasarkan absis, ordinat dan jari-jari maka nilaifungsi trigonometri untuk sudut-sudut di kuadran II, II, dan IV sebagai berikut.

Misalkan 0o 90o makaKuadran II (sudut (180o ) atau (90o + ) di kuadran II)

sin (180o ) = sin atau sin (90o + ) = cos cos (180o ) = cos atau cos (90o + ) = sin tan (180o ) = tan atau tan (90o + ) = cot

Kuadran III (sudut (180o + ) atau (270o ) di kuadran III)sin (180o + ) = sin atau sin (270o ) = cos cos (180o + ) = cos atau cos (270o ) = sin tan (180o + ) = tan atau tan (270o ) = cot

Kuadran IV (sudut (360o ) di kuadran IV)sin (360o ) = sin atau sin (270o + ) = cos cos (360o ) = cos atau cos (270o + ) = sin

Page 280: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 273

tan (360o ) = tan atau tan (270o + ) = cot

Tampak bahwa Pada kuadran II hanya nilai sinus yang positif, pada kuadran III hanya nilai tangen

yang positif, dan pada kuadran IV hanya nilai kosinus yang positif. Untuk relasi sudut yang jumlah atau selisihnya merupakan kelipatan 180o maka

jenis fungsi trigonometrinya tidak berubah. Untuk relasi sudut yang jumlah atau selisihnya merupakan kelipatan 90o maka

jenis fungsi trigonometrinya berbeda saling komplementer. (sinus dengan kosinus,tangen dengan kotangen).

F. Model/Metode Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah pendekatan saintifik (scientific). Pembelajaran koperatif(cooperative learning) menggunakan kelompok diskusi yang berbasis masalah (problem-basedlearning).

G. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan AlokasiWaktu

Pendahuluan 1. Guru memberikan gambaran tentang pentingnyamemahami Trigonometri dan memberikan gambarantentang aplikasi Trigonometri dalam kehidupan sehari-hari.

2. Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu danberpikir kritis, siswa diajak memecahkan masalahmengenai bagaimana mendapatkan nilai sinus sudut 90o

dan nilai sinus sudut di atas 90o, misalnya 120o. (tidakterpecahkan bila menggunakan definisi menggunakansisi-sisi pada segitiga siku-siku).

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingindicapai yaitu memperluas definisi fungsi trigonometriagar nilai fungsi trigonometri dapat diperoleh untuk besarsudut 0o, 90o, sudut tumpul dan sudut refleks.

10 menit

Inti 1. Guru bertanya tentang bagaimana mengaitkan sisi-sisipada segitiga siku-siku dengan koordinat pada sumbukoordinat kartesius.

2. Bila siswa belum mampu menjawabnya, guru memberiscaffolding dengan mengingatkan siswa dengan sudutsebagai besar putaran.

3. Dengan tanya jawab, disimpulkan bahwa pada kuadranI, istilah panjang sisi di depan sudut dapat diganti

70 menit

Page 281: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 274

ordinat, panjang sisi di samping sudut diganti absis, danhipotenusa diganti jari-jari.

4. Dengan tanya jawab, siswa diyakinkan bahwa definisimenggunakan absis, ordinat, dan jari-jari ini lebih luasdari pada definisi menggunakan sisi-sisi segitiga siku-siku.

5. Selanjutnya, guru membuka cakrawala penerapandefinisi fungsi yang diperluas itu untuk sudut yang samaatau lebih besar dari 90o, yaitu bila salah satu kaki sudutdi kuadran II, III, atau IV. Dengan bantuan presentasikomputer, guru mengingatkan pengertian sudut dikuadran II, sudut di kuadran II, dan sudut di kuadran IV.

6. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompokdengan tiap kelompok terdiri atas 4 siswa.

7. Tiap kelompok mendapat tugas untuk mendefinisikanfungsi-fungsi trigonometri untuk sudut di kuadran II atauIII atau IV atau sudut negatif, serta menentukanhubungannya dengan fungsi trigonometri sudut dikuadran I. Tugas diselesaikan berdasarkan worksheetatau lembar kerja yang dibagikan.

8. Selama siswa bekerja di dalam kelompok, gurumemperhatikan dan mendorong semua siswa untukterlibat diskusi, dan mengarahkan bila ada kelompokyang melenceng jauh pekerjaannya.

9. Salah satu kelompok diskusi (tidak harus yang terbaik)diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas. Sementara kelompok lain, menanggapi danmenyempurnakan apa yang dipresentasikan.

10. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi tiap kelompok11. Dengan tanya jawab, guru mengarahkan semua siswa

pada kesimpulan mengenai fungsi trigonometri diberbagai kuadran dan hubungannya dengan fungsitrigonometri di kuadran I, berdasarkan hasil reviuterhadap presentasi salah satu kelompok.

12. Guru memberikan dua (2) soal yang terkait dengan nilaifungsi trigonometri di kuadran II, III, atau IV. Dengantanya jawab, siswa dan guru menyelesaikan kedua soalyang telah diberikan dengan menggunakan strategi yangtepat.

13. Guru memberikan lima (5) soal untuk dikerjakan tiapsiswa, dan dikumpulkan.

Penutup 1. Siswa diminta menyimpulkan tentang bagaimanamenentukan nilai fungsi trigonometri sudut di berbagaikuadran.

2. Dengan bantuan presentasi komputer, gurumenayangkan apa yang telah dipelajari dan disimpulkanmengenai nilai fungsi trigonometri untuk sudut diberbagai kuadran.

10 menit

Page 282: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 275

3. Guru memberikan tugas PR beberapa soal mengenaipenerapan nilai fungsi di berbagai kuadran.

4. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikanpesan untuk tetap belajar.

H. Alat/Media/Sumber Pembelajaran1. Penggaris, busur, jangkaWorksheet atau lembar kerja (siswa)2. Bahan tayang3. Lembar penilaian4. Video tentang lebah

I. Penilaian Hasil Belajar1. Teknik Penilaian: pengamatan, tes tertulis2. Prosedur Penilaian:

No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian

1. Sikap

a. Terlibat aktif dalampembelajarantrigonometri.

b. Bekerjasama dalamkegiatan kelompok.

c. Toleran terhadap prosespemecahan masalahyang berbeda dankreatif.

Pengamatan Selama pembelajaran dan saatdiskusi

2. Pengetahuan

a. Menjelaskan kembalipengertian fungsitrigonometri padasegitiga siku-sikudengan menggunakanistilah absis, ordinat,dan jari-jari pada sumbukoordinat kartesiussecara tepat, sistematis,dan menggunakansimbol yang benar.

b. Menyatakan kembalihubungan nilai fungsitrigonometri di kuadran

Pengamatan dan tes Penyelesaian tugas individu dankelompok

Page 283: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 276

No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian

II, III, dan IV denganperbandingantrigonometri di kuadran Isecara tepat dan kreatif.

3. Keterampilan

a. Terampil menerapkankonsep/prinsip danstrategi pemecahanmasalah yang relevanyang berkaitan dengannilai fungsi di berbagaikuadran.

Pengamatan Penyelesaian tugas (baik individumaupun kelompok) dan saatdiskusi

J. Instrumen Penilaian Hasil belajar

Tes tertulis

1. Gambarlah pada sebuah sumbu koordinat kartesian sebuah sudut pada kuadran III, lalunyatakan pengertian fungsi secan untuk sudut tersebut!

2. Tentukanlah nilai dari sin 150o secara eksak (tidak menggunakan desimal) menggunakansifat relasi sudut pada fungsi trigonometri!

3. Dengan menuliskan langkah-langkah yang jelas, hitunglah nilai dari[sin 321o + cos 0,13 (rad)]. tan 150 grad dengan menggunakan kalkulator saintifik.

4. Setelah melalui studi yang mendalam, gelombang suara dari seekor ikan Paus akhirnyadapat digambarkan dengan suatu pendekatan menggunakan fungsi trigonometri sebagaiberikut I(t) = 2,7.tan (2t) + cos t dengan t dalam derajat. Berapa tinggi gelombang suaraPaus tsb untuk t = 120o?

5. Pada sebuah permainan, Ari ditempatkan tepat di tengah-tengah sebuah gang yangbertembok tepat di tepi kiri dan kanannya. Mula-mula Ari menghadap searah dengan arahjalan, kemudian Ari diputar oleh temannya searah dengan arah perputaran jarum jamsebesar 660o. Jika lebar gang adalah 4 meter, berapa jarak yang ditempuh Ari jikakemudian ia berjalan lurus hingga menyentuh tembok gang?

Catatan:

Penyekoran bersifat holistik dan komprehensif, tidak saja memberi skor untuk jawaban akhir,tetapi juga proses pemecahan yang terutama meliputi pemahaman, komunikasi matematis

Page 284: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 277

(ketepatan penggunaan simbol dan istilah), penalaran (logis), serta ketepatan strategimemecahkan masalah.

WORKSHEET

(untuk tugas kelompok)

Page 285: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 278

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : X/2

Tahun Pelajaran : 2013/2014

Waktu Pengamatan :

Indikator sikap aktif dalam pembelajaran trigonometri

1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam pembelajaran2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam pembelajaran tetapi belum

ajeg/konsisten3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan tugas kelompok

secara terus menerus dan ajeg/konsisten

Indikator sikap bekerjasama dalam kegiatan kelompok.

1. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok.2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok tetapi

masih belum ajeg/konsisten.3. Sangat baik jika menunjukkan adanya usaha bekerjasama dalam kegiatan kelompok secara

terus menerus dan ajeg/konsisten.

Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.

1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yangberbeda dan kreatif.

2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahanmasalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum ajeg/konsisten.

3. Sangat baik jika menunjukkansudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap prosespemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus menerus dan ajeg/konsisten.

Bubuhkan tanda √pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No Nama Siswa Sikap

Aktif Bekerjasama ToleranKB B SB KB B SB KB B SB

1 Dhianika Rahma Nur Fadillah

2 Galuh Lalita Mahaghora3 Muhammad Rasyid Alfaruqi4 Nur Endah Filaili

Page 286: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 279

5 Zerarita Amalia Ramadhani6 Febrian Anggoro Widiyanto

7 Rizky Rachmadewi8 Elvan Saffria Charta9 R. Aj. Shikarini Amirul P

10 Arinta Destri Larasati11 Khanza Adzkia Vujira12 Joean Akbar Saputra

13 Khansa Sitostra Tufana Arsy A.14 Bagaskara Adi Pamungkas15 Bram Yudhistira

16 Hasna Amalia Faza17 Daniawan Dwi Nurrohman18 Devi Ristiyanti

19 Nitya Sekar Tresnaningtyas20 Rafi Ibnu Ramadhan

21 Ivan Akhir Julian22 Gasik Prawestri23 Intan Aringtyas Junaidi

24 Muhammad Rafi Nurdiansyah25 Elvana Novita Candra26 Danuja Widigdaya

27 Isnaeni Putri Nur Afifah28 Intan Putri Ristyaningrum29 Lisa Dewi Afrilita

30 Gea Hanin Nisacita31 Rizki Kartika Angkasa Yudha32 Putri Adipertiwi A-Bach

Keterangan:

KB : Kurang baikB : BaikSB : Sangat baik

Page 287: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 280

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILAN

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : X/2

Tahun Pelajaran : 2013/2014

Waktu Pengamatan :

Indikator terampil menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yangberkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran.

1. Kurangterampiljika sama sekali tidak dapat menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahanmasalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran

2. Terampiljika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategipemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadrantetapibelum tepat.

3. Sangat terampill,jika menunjukkan adanya usaha untuk menerapkan konsep/prinsip danstrategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagaikuadran dan sudah tepat.

Bubuhkan tanda √pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.No Nama Siswa Keterampilan

Menerapkan konsep/prinsip danstrategi pemecahan masalahKT T ST

1 Dhianika Rahma Nur Fadillah

2 Galuh Lalita Mahaghora3 Muhammad Rasyid Alfaruqi4 Nur Endah Filaili

5 Zerarita Amalia Ramadhani6 Febrian Anggoro Widiyanto7 Rizky Rachmadewi

8 Elvan Saffria Charta9 R. Aj. Shikarini Amirul P10 Arinta Destri Larasati

11 Khanza Adzkia Vujira12 Joean Akbar Saputra

13 Khansa Sitostra Tufana Arsy A.14 Bagaskara Adi Pamungkas

Page 288: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 281

15 Bram Yudhistira16 Hasna Amalia Faza

17 Daniawan Dwi Nurrohman18 Devi Ristiyanti19 Nitya Sekar Tresnaningtyas

20 Rafi Ibnu Ramadhan21 Ivan Akhir Julian22 Gasik Prawestri

23 Intan Aringtyas Junaidi24 Muhammad Rafi Nurdiansyah25 Elvana Novita Candra

26 Danuja Widigdaya27 Isnaeni Putri Nur Afifah28 Intan Putri Ristyaningrum

29 Lisa Dewi Afrilita30 Gea Hanin Nisacita

31 Rizki Kartika Angkasa Yudha32 Putri Adipertiwi A-Bach

Keterangan:

KT : Kurang terampilT : TerampilST : Sangat terampil

Page 289: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 282Matematika – SMA/MA/SMK| 282Matematika – SMA/MA/SMK| 282

Page 290: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 283Matematika – SMA/MA/SMK| 283Matematika – SMA/MA/SMK| 283

Page 291: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 284

LEMBAR KERJA

PENELAAHAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Identitas RPP yang ditelaah: …………………………………

Berilah tanda cek ( V) pada kolom skor (1, 2, 3 ) sesuai dengan kriteria yang tertera pada kolomtersebut! Berikan catatan atau saran untuk perbaikan RPP sesuai penilaian Anda!

No.Komponen

Rencana Pelaksanaan PembelajaranHasil Penelaahan dan Skor

Catatan1 2 3

A Identitas Mata PelajaranTidakAda

KurangLengkap

SudahLengkap

1. Satuan pendidikan,kelas, semester,program/program keahlian, mata pelajaranatau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

B. Perumusan IndikatorTidakSesuai

SesuaiSebagian

SesuaiSeluruhnya

1. Kesesuaian dengan SKL,KI dan KD.

2. Kesesuaian penggunaan kata kerjaoperasional dengan kompetensi yangdiukur.

3. Kesesuaian dengan aspek sikap,pengetahuan, dan keterampilan.

C. Perumusan Tujuan PembelajaranTidakSesuai

SesuaiSebagian

SesuaiSeluruhnya

1. Kesesuaian dengan proses dan hasilbelajar yang diharapkan dicapai.

2. Kesesuaian dengan kompetensi dasar.

D. Pemilihan Materi AjarTidakSesuai

SesuaiSebagian

SesuaiSeluruhnya

1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

2. Kesesuaian dengan karakteristik pesertadidik.

LK - 3.1/3.2

Page 292: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 285

No.Komponen

Rencana Pelaksanaan PembelajaranHasil Penelaahan dan Skor

Catatan1 2 3

3. Kesesuaian dengan alokasi waktu.

E. Pemilihan Sumber BelajarTidakSesuai

SesuaiSebagian

SesuaiSeluruhnya

1. Kesesuaian dengan KI dan KD.

2. Kesesuaian dengan materipembelajaran dan pendekatan scientific.

3. Kesesuaian dengan karakteristik pesertadidik.

F. Pemilihan Media BelajarTidakSesuai

SesuaiSebagian

SesuaiSeluruhnya

1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.

2. Kesesuaian dengan materipembelajaran dan pendekatan scientific.

3. Kesesuaian dengan karakteristik pesertadidik.

G. Model PembelajaranTidakSesuai

SesuaiSebagian

SesuaiSeluruhnya

1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.

2. Kesesuaian dengan pendekatanScientific.

H. Skenario PembelajaranTidakSesuai

SesuaiSebagian

SesuaiSeluruhnya

1. Menampilkan kegiatan pendahuluan,inti, dan penutup dengan jelas.

2. Kesesuaian kegiatan denganpendekatan scientific.

3. Kesesuaian penyajian dengansistematika materi.

4. Kesesuaian alokasi waktu dengancakupan materi.

I. PenilaianTidakSesuai

SesuaiSebagian

SesuaiSeluruhnya

Page 293: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 286

No.Komponen

Rencana Pelaksanaan PembelajaranHasil Penelaahan dan Skor

Catatan1 2 3

1. Kesesuaian dengan teknik dan bentukpenilaian autentik.

2. Kesesuaian dengan dengan indikatorpencapaian kompetensi.

3. Kesesuaian kunci jawaban dengan soal.

4. Kesesuaian pedoman penskoran dengansoal.

Jumlah

Komentar terhadap RPP secara umum.

........................................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

Page 294: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 287

RUBRIK

PENILAIAN TELAAH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Rubrik penilaian RPP digunakan fasilitator untuk menilai RPP peserta yang digunakan

peerteaching. Selanjutnya nilai RPP dimasukkan ke dalam nilai portofolio peserta.

Langkah-langkah penilaian RPP sebagai berikut.

1. Cermati format penilaian RPP dan RPP yang akan dinilai!

2. Berikan nilai setiap komponen RPP dengan cara membubuhkan tanda cek (√) pada kolom

pilihan skor (1 ), (2) dan (3) sesuai dengan penilaian Anda terhadap RPP tersebut!

3. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan setiap komponen RPP jika diperlukan!

4. Setelah selesai penilaian, jumlahkan skor seluruh komponen!

5. Tentukan nilai RPP menggunakan rumus sbb:

= Skor yang diperoleh75 × 100%PERINGKAT NILAI

Amat Baik ( AB) 90 ≤ A ≤ 100

Baik (B) 75≤ B < 90

Cukup (C) 60 ≤ C <75

Kurang (K) < 60

R-3.1/3.2

Page 295: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 288

Materi Pelatihan : 3.2Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar

Langkah Kegiatan Inti

Diskusi danTanya jawab

KerjaKelompok

KerjaKelompok Presentasi Merangkum

dan Refleksi

40 Menit 30 Menit 25 Menit 20 Menit 20 Menit

Diskusi dan tanya jawab tentang penilaian autentik dalam bentuk tes dan nontes termasukportofolio, dilanjutkan dengan Pemaparan materi oleh fasilitator tentang Contoh PenerapanPenilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.3/3.2 dan Panduan TugasMenelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2 yang disisipkan dalamkegiatan diskusi tersebut.

Kerja kelompok untuk menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaranyangterdapat dalam HO-2.3/3.2.

Kerja kelompok untuk merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun.

Presentasi hasil kerja kelompok.

Membuat rangkuman materi pelatihan Model Rancangan Pembelajaran.

Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.

Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan.

Fasilitator menutup pembelajaran.

Bahan Tayang

Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.3/3.2 danPanduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2-2.

Page 296: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 289Matematika – SMA/MA/SMK| 289Matematika – SMA/MA/SMK| 289

Page 297: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 290Matematika – SMA/MA/SMK| 290Matematika – SMA/MA/SMK| 290

Page 298: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 291

MATERI PELATIHAN 4 : PRAKTIK PEMBELAJARANTERBIMBING (24 JP)

4.1 Simulasi Pembelajaran4.2 Peer Teaching

Page 299: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 292

MATERI PELATIHAN 4: PRAKTEK PEMBELAJARAN TERBIMBING (24 JP)

A. KOMPETENSI

Peserta pelatihan dapat:

1. mengkaji pelaksanaan pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific(mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) dengan tetapmemperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,emosional, maupun, intelektual; dan

2. melaksanakan pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific (mengamati,menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) dengan tetapmemperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,emosional, maupun, intelektual.

B. LINGKUP MATERI

1. Simulasi Pembelajaran

2. Peer Teaching

C. KOMPETENSI PESERTA PELATIHAN

1. Ketelitian dan keseriusan dalam menganalisis simulasi pembelajaran.

2. Menganalisis simulasi pembelajaran melalui tayangan video pembelajaran.

3. Menyimpulkan alur pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan scientific danpenilaian autentik.

4. Merevisi RPP sehingga menerapkan pendekatan scientific dan penilaian autentik untukkegiatan peer teaching.

5. Kreatif dan komunikatif dalam melakukan peer teaching.

6. Melaksanakan peer teaching pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific danpenilaian autentik.

7. Menilai pelaksanaan peer teaching peserta lain.

D. PERANGKAT PELATIHAN

1. Bahan Tayang

a. Strategi Pengamatan tayangan video.

b. Panduan tugas praktik pelaksanaan pembelajaran.

c. Garis besar instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran.

Page 300: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 293

2. Lembar Kerja

a. Analisis pembelajaran pada tayangan video.

b. Instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran (Alat Penilaian Kinerja Guru).

3. ATK

Page 301: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 294

SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN

MATERI PELATIHAN: 4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBINGALOKASI WAKTU: 22 JP (@ 45 MENIT)JENJANG: SMA/MA, SMK/MAKMATA PELAJARAN: MATEMATIKA

TAHAPANKEGIATAN

DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU

PERSIAPAN Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, sepertiLCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser Pointer, ataumedia pembelajaran lainnya.

KEGIATANPENDAHULUAN

Pengkondisian Peserta 15 Menit

Perkenalan

Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasiwaktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan PraktikPembelajaran Terbimbing.

Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agar salingmengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat prosespembelajaran berlangsung.

KEGIATAN INTI 4.1 Simulasi Pembelajaran 360 Menit

Pemaparan Strategi Pengamatan Video Pembelajaran denganmenggunakan bahan tayang PPT-4.1 oleh fasilitator.

20 Menit

Penayangan video pembelajaran Matematika dengan menggunakanV-2.1/4.1.

20 Menit

Kerja kelompok untuk menganalisis tayangan video pembelajarandengan fokus pada penerapan pendekatan scientific dan penilaianautentik dengan menggunakan LK -4.1.

60 Menit

Mengkonfirmasi penerapan pendekatan scientific dan penilaianautentik mengacu pada tayangan video pembelajaran

30 Menit

Kerja kelompok untuk merevisi RPP sesuai dengan hasil analisistayangan video pembelajaran.

135 Menit

Page 302: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 295

Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peerteaching.

90 Menit

ICE BREAKER 5 Menit

4.2 Peer Teaching 600 Menit

Paparan oleh fasilitator tentang Panduan Tugas Praktik PelaksanaanPembelajaran melalui peer teaching dengan menggunakan PPT- 4.2.1

20 Menit

Paparan oleh fasilitator tentang Garis Besar Instrumen PenilaianPelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan PPT-4.2.2.

20 Menit

Persiapan peer teaching. 20 Menit

Praktik peer teachingpembelajaran Matematikasecara individual, untuksetiap peserta 30 menit dipandu fasilitator.

510 Menit

Menilai kegiatan peer teachingmenggunakan instrumen penilaianpelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan LK-4.2.

Refleksi terhadap pelaksanaan peer teaching. 30 Menit

KEGIATANPENUTUP

Membuat rangkumanmateri pelatihan Praktik PembelajaranTerbimbing.

15 Menit

Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.

Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan.

Fasilitator menutup pembelajaran.

Page 303: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 296

Materi Pelatihan : 4.1 Simulasi Pembelajaran

Langkah Kegiatan Inti

Paparan Tayangan Video Kerja Kelompok

20 Menit 20 Menit 60 Menit

Presentasi Kerja Kelompok Menyimpulkan

90 Menit 135 Menit 30 Menit

Pemaparan Strategi Pengamatan Video Pembelajaran dengan menggunakan bahan tayang PPT-4.1 oleh fasilitator.

Penayangan video pembelajaran dengan menggunakan V-2.1/4.1.

Kerja kelompok untuk menganalisis tayangan video pembelajaran dengan fokus pada penerapanpendekatan scientific dan penilaian autentik dengan menggunakan LK 4.1.

Menyimpulkan alur pembelajaranyang berorientasi pada pendekatan scientific dan penilaianautentik.

Kerja kelompok untuk merevisi RPP sesuai dengan hasil analisis tayangan video pembelajaran.

Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peer teaching.

Page 304: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 297Matematika – SMA/MA/SMK| 297Matematika – SMA/MA/SMK| 297

Page 305: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 298Matematika – SMA/MA/SMK| 298Matematika – SMA/MA/SMK| 298

Page 306: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 299Matematika – SMA/MA/SMK| 299Matematika – SMA/MA/SMK| 299

Page 307: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 300

LEMBAR KERJA

ANALISIS PEMBELAJARANDALAM TAYANGAN VIDEO PEMBELAJARAN

1. Nama Peserta : ..............................................

2. Asal Sekolah : ..............................................

3. Mata Pelajaran : ..............................................

3. Tema : ..............................................

Aspek yang Diamati Ya Tidak CatatanKegiatan Pendahuluan

Melakukan apersepsi dan motivasi.a Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali

kegiatan pembelajaran.b Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman

peserta didik dalam perjalanan menuju sekolah atau dengantema sebelumnya.

c Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitan dengan temayang akan dibelajarkan.

d Mengajak peserta didik berdinamika/melakukan sesuatukegiatan yang terkait dengan materi.

Kegiatan Inti

Guru menguasai materi yang diajarkan.

a. Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuanpembelajaran.

b. Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lainyang diintegrasikan secara relevandengan perkembangan Iptekdankehidupan nyata .

c. Menyajikan materi dalam tema secara sistematis dan gradual(dari yang mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak)

Guru menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik.a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang

akan dicapai.b. Melaksanakan pembelajaran secara runtut.c. Menguasai kelas dengan baik.d. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.

LK - 4.1

Page 308: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 301

Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatane. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya

kebiasaan positif (nurturant effect).f. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang

direncanakan.Guru menerapkan pendekatan scientific.

a Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.

b Memancing peserta didik untuk peserta didik bertanya.

c Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilanmengamati.

d Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilanmenganalisis.

f Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilanmengkomunikasikan.Guru melaksanakan penilaian autentik.

a Mengamati sikap dan perilaku peserta didik dalam mengikutipelajaran.

b Melakukan penilaian keterampilan peserta didik dalammelakukan aktifitas individu/kelompok.

c Mendokumentasikan hasil pengamatan skap, perilaku danketerampilan peserta didik.Guru memanfaatan sumber belajar/media dalampembelajaran.

a. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajarpembelajaran.

b. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan mediapembelajaran.

c. Menghasilkan pesan yang menarik.d. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar

pembelajaran.e. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media

pembelajaran.Guru memicu dan/atau memelihara keterlibatan peserta didikdalam pembelajaran.

a. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksiguru, peserta didik, sumber belajar.

b. Merespon positif partisipasi peserta didik,c. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik,d. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.

e. Menumbuhkan keceriaan dan antusisme peserta didik dalambelajar.

Page 309: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 302

Aspek yang Diamati Ya Tidak CatatanGuru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalampembelajaran

a. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.

b. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.c. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai.

Penutup PembelajaranGuru mengakhiri pembelajaran dengan efektif

a. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman denganmelibatkan peserta didik.

b. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, ataukegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.

Page 310: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 303

RUBRIK

PENILAIAN HASIL ANALISIS PEMBELAJARANPADA TAYANGAN VIDEO

NAMA PESERTA DIKLAT :…………………………………………………………..KELAS/ :…………………………………………………………..TANGGAL PENILAIAN :…………………………………………………………..

Aspek Kriteria RentanganNilai

NilaiPeserta

PengamatanVideo

(15-30)

Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal,kegiataninti,dankegiatanpenutupdenganlengkapdanterinci yangdisertaicontohkongkrethasilpengamatan.

25 - 30

Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal,kegiataninti,dankegiatanpenutupdenganlengkapnamunkurangterinci.

21 - 24

Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal,kegiataninti, dankegiatanpenutupnamuntidaklengkap. 15 - 20

Lembarkerjaanalisispembelajaran

dalam Video(15-30)

Mendeskripsikansetiap item padalembarkerjaanalisisproses belajarmengajarsesuaidengankompetensidasaryang disajikandalamtayangan video denganjelas,lengkapdanbenar.

25 - 30

Mendeskripsikansetiap item padalembarkerjaanalisisproses belajarmengajarsesuaidengankompetensidasaryang disajikandalamtayangan video denganjelas.

21 - 24

Hanyamenandaisetiap item padalembarkerjaanalisisproses belajarmengajarsesuaidengankompetensidasaryang disajikandalamtayangan video.

15 - 20

Sikapselamamengamati(5-15)

Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguh-sungguhdenganpenuh rasa ingintahu yangdisertaidenganpolaberpikiranalitikdalammengamatidanberdiskusi.

12 - 15

Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguh-sungguhdenganpenuh rasa ingintahudanaktifdalamberdiskusi.

8 - 11

Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguh-sungguhdenganpenuh rasa ingintahu saja.

5 - 7

KomentardanSimpulan

(10-25)

Memberikankomentar yangfaktualdanterstruktursesuaidenganketerlaksanaanskenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBMvideo pembelajaranyang terdiridaripengalaman yangdapatdiambildaritayangan video dankesimpulan.

21 - 25

R - 4.1

Page 311: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 304

Aspek Kriteria RentanganNilai

NilaiPeserta

Memberikankomentar yangfaktualdanterstruktursesuaidenganketerlaksanaanskenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBMvideo pembelajaranyang terdiridaripengalaman yangdapatdiambildaritayangan video.

16 -20

Memberikankomentarsesuaidengan keterlaksanaanskenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBMvideo pembelajaran.

10 -15

JUMLAH 100

………………, ……….……………. 2013Fasilitator,

(.................................................)

Page 312: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 305

Materi Pelatihan : 4.2Peer Teaching

Langkah Kegiatan Inti

PaparanPanduan

PaparanInstrumenPenilaian

PersiapanPeer Teaching

20 Menit 20 Menit 20 Menit

Refleksi PraktikPeer Teaching

30 Menit 510 Menit

Paparan oleh fasilitator tentang Panduan Tugas Praktik Pelaksanaan Pembelajaran melalui peerteaching dengan menggunakan PPT- 4.2-1.

Paparan oleh fasilitator tentang Garis Besar Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajarandengan menggunakan PPT-4.2-2.

Persiapan peer teaching.

Praktik peer teachingpembelajaran secara individual, untuk setiap peserta 30menit dipandufasilitator.

Menilai kegiatan peer teachingoleh fasilitator dengan menggunakan instrumen penilaianpelaksanaan pembelajaran LK-4.2.

Refleksi terhadap pelaksanaan peer teaching.

Page 313: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 306Matematika – SMA/MA/SMK| 306Matematika – SMA/MA/SMK| 306

Page 314: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 307Matematika – SMA/MA/SMK| 307Matematika – SMA/MA/SMK| 307

Page 315: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 308Matematika – SMA/MA/SMK| 308Matematika – SMA/MA/SMK| 308

Page 316: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 309Matematika – SMA/MA/SMK| 309Matematika – SMA/MA/SMK| 309

Page 317: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 310

LEMBAR KERJA

INSTRUMEN PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

1. Nama Peserta : .................................................

2. Asal Sekolah : .................................................

3. Topik : .................................................

Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatan

Kegiatan Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan

pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.2 Mengajukan pertanyaan menantang.3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran.4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi

pembelajaran.

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta

didik.2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja

kelompok, dan melakukan observasi.

Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1 Kemampuan menyesuiakan materi dengan tujuanpembelajaran.

2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lainyang relevan, perkembangan iptek , dan kehidupan nyata.

3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengantepat.

4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, darikonkrit ke abstrak)

Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang

akan dicapai.2 Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi,

elaborasi dan konfirmasi.3 Melaksanakan pembelajaran secara runtut.4 Menguasai kelas.

LK - 4.2

Page 318: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 311

Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatan5 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.

6 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkantumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect).

7 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktuyang direncanakan.

Penerapan Pendekatan scientific

1 Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.

2 Memancing peserta didik untuk bertanya.

3 Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba.

4 Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati.

5 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.

6 Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar(proses berfikir yang logis dan sistematis).

7 Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.

Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran

1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumberbelajar pembelajaran.

2 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan mediapembelajaran.

3 Menghasilkan pesan yang menarik.

4 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumberbelajar pembelajaran.

5 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan mediapembelajaran.

Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran

1 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melaluiinteraksi guru, peserta didik, sumber belajar.

2 Merespon positif partisipasi peserta didik.

3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik.

4 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.

5 Menumbuhkan keceriaan atau antuisme peserta didik dalambelajar.

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.

2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.

Kegiatan Penutup

Penutup pembelajaran

Page 319: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 312

Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatan

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman denganmelibatkan peserta didik.

2 Memberikan tes lisan atau tulisan .

3 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio.

4 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahankegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.

Jumlah

Page 320: Sma Matematika

Matematika – SMA/MA/SMK| 313

RUBRIK

PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ini digunakan fasilitator untuk menilai kompetensiguru dalam melaksanakan pembelajaran pada saat Peer Teaching. Selanjutnya nilai PeerTeachingdimasukkan ke dalam nilai portofolio peserta.

Langkah Kegiatan

1. Berikan tanda cek (√) pada kolom pilihan YA atau TIDAK sesuai dengan penilaian Andaterhadap penyajian guru pada saat pelaksanaan pembelajaran!

2. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan pelaksanaan pembelajaran!

3. Hitung jumlah nilai YA dan TIDAK !

4. Tentukan Nilai menggunakan rumus berikut ini!

= × %PERINGKAT NILAI

Amat Baik ( A) 90 < AB ≤ 100

Baik (B) 75≤ B < 90

Cukup (C) 60≤ C <75

Kurang (K) < 60

R - 4.2