Top Banner
ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD QURAISH SHIHAB TENTANG HAK-HAK POLITIK PEREMPUAN Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas Dan Memenuhi Syarat Syarat Guna Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADENINTAN LAMPUNG 1438/2017
96

Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Aug 13, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD QURAISH SHIHAB

TENTANG HAK-HAK POLITIK PEREMPUAN

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas Dan Memenuhi Syarat – Syarat Guna

Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H)

Oleh

Ayu Lestari 1321020143

Program Studi Siyasah

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADENINTAN LAMPUNG

1438/2017

Page 2: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD QURAISH SHIHAB

TENTANG HAK-HAK POLITIK PEREMPUAN

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas Dan Memenuhi Syarat – Syarat Guna

Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H)

Oleh

Ayu Lestari 1321020143

Program Studi Siyasah

Pembimbing I : Dr. Hj. Erina Pane, S.H., M.Hum.

Pembimbing II: Relit Nur Edi, S.Ag., M.Kom.I.

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1438/2017

Page 3: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

ABSTRAK

Risiko pembiayaan sering dikaitkan dengan risiko gagal bayar, risiko ini

mengacu pada potensi kerugian yang dihadapi bank ketika pembiayaan yang

diberikan kepada nasabah mengalami kemacetan.Untuk mengatasi permasalahan

pembiayaan macet, BPRS sudah seharusnya mempunyai strategi untuk menghindari

dan mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan manajemen risiko.

Manajemen risiko tersebut diaplikasikan untuk menjaga agar aktifitas operasional

bank tidak mengalami kerugian yang melebihi batas kemampuan bank. Seperti hal

nya dalam memberikan pembiayaan ijarah multijasa tidak menutup kemungkinan di

dalam operasionalnya terdapat risiko-risiko yang mungkin timbul karena, risiko

selalu ada di dalam dunia bisnis.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan

manajemen risiko yang dilakukan oleh BPRS Kota Bandar Lampung untuk

menghindari kerugian dalam pembiayaan ijarah multijasa bermasalah?; 2) Apakah

penerapanmanajemen risiko yang dilakukan oleh BPRS Kota Bandar Lampung telah

sesuai dengan prinsip syariah?. Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui

penerapan manajemen risiko pada BPRS Kota Bandar Lampung dalam pembiayaan

ijarah multjasa bermasalah dan untuk mengetahui apakah penerapan manajemen

risiko yang dilakukan oleh BPRS Kota Bandar Lampung telah sesuai dengan prinsip

syariah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, dilakukan dalam keadaan

yang sebenarnya. Data diperoleh dari wawancara dengan Direktur, Kabag

Pemasaran, dan bagian Administrasi Pembiayaan di BPRS Kota Bandar Lampung.

Selain penelitian lapangan, didukung juga dengan penelitian pustaka yang bertujuan

mengumpulkan data atau informasi yang berkaitan dengan data manajemen risiko

pembiayaan ijarah multijasa bermasalah pada BPRS Kota Bandar Lampung.

Pengolahan data dilakukan melalui editing, organizing, dan analyzing.

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwasanya BPRS

Kota Bandar Lampung menerapkan manajemen risiko melalui identifikasi risiko,

pengukuran risiko, pemantauan risiko dan pengendalian risiko, serta melakukan

analisis dengan prinsip 5C+1S yaitu: character, capacity, capital, collateral,

condition of economy dan Sharia. Penerapan manajemen risiko yang telah diterapkan

oleh BPRS Kota Bandar Lampung telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia

nomor 13/23/PBI/2011.Penerapanmanajemenrisiko di BPRS Bandar Lampung

telahsesuaidenganprinsip-prinsipdannilai-nilaisyariah karena BPRS Kota Bandar

Lampung selalu bertindak berdasarkan dengan pedoman yang sudah di tetapkan oleh

Al-Qur‟an, yaitu:1) Shiddiq;2) Tabligh; 3) Amanah; 4) Fathanah.

Kata Kunci: Manajemen Risiko, Pembiayaan Ijarah Multijasa, Pembiayaan

Bermasalah, PerspektifEkonomi Islam.

Page 4: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing
Page 5: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing
Page 6: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

MOTTO

Artinya: “Dan jika (orang yang berhutangitu) dalamkesukaran,

Makaberilahtangguhsampaidiaberkelapangan. danmenyedekahkan

(sebagianatausemuautang) itu, lebihbaikbagimu, jikakamuMengetahui”. (QS. Al-

Baqarah: 280)

Page 7: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan dan saya dedikasikan sebagai bentuk ungkapan rasa

syukur dan terimakasih saya yang mendalam kepada:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Basirindan Ibu Purwati tercinta yang selalu

memberikan dukungan semangat, materil, serta doa. Karena tanpa doa mustahil

skripsi ini dapat terselesaikan. Ketulusan kasih sayang, jerih payah, serta ridho

orang tua yang telah menghantarkanku menjadi orang yang berilmu, berbudi dan

bertanggung jawab.

2. Untuk seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan dorongan moril maupun

materil sehingga aku bisa menyelesaikan pendidikanku.

3. AlmamaterkutercintaUniversitasIslam Negeri (UIN)RadenIntan Lampung.

Page 8: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

RIWAYAT HIDUP

Penulis mempunyai nama lengkap Ayu Lestari, putri sulung dari pasangan

Bapak Basirin dan Ibu Purwati yang lahir di Pringsewu, Kabupaten Pringsewu pada

tanggal 10 Juli 1995. Penulis mempunyai adik perempuan yang bernama Anjali

Putri.

Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak-kanak (TK) Ma‟arif

Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah selesai pada tahun

2001. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2

Bangunrejo selesai pada tahun 2007. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan

menengah pertama di SMP Negeri 1 Bangunrejo selesai pada tahun 2010. Kemudian

melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Bangunrejo selesai pada

tahun 2013. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang

perguruan tinggi, yaitu pada Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung,

mengambil Program Studi Perbankan Syari‟ah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam.

Page 9: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk

sehingga skripsi dengan judul “Penerapan Manajemen Risiko Terhadap Pembiayaan

Ijarah Multijasa Bermasalah Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah Kota Bandar Lampung) dapat diselesaikan. Shalawat

serta salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan pengikut-

pengikutnya yang setia.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi

pada program Strata Satu (S1) Jurusan Perbankan Syari‟ah Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

(S.E) dalam bidang ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam.

Atas bantuan semua pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini, tak lupa

dihaturkan terima kasih sedalam-dalamnya. Secara rinci ungkapan terima kasih

disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Moh Mukri, M.Ag selaku Rektor UIN Raden Intan Lampung.

2. Bapak Dr. Moh. Bahruddin, M.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam UIN Raden Intan Lampung yang senantiasa mengayomi mahasiswa.

3. Bapak Ahmad Habibi, S.E., M.E selaku Ketua Jurusan Perbankan Syari‟ah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung yang

Page 10: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

membimbing kami selama proses akademik berlangsung sehingga kami bisa

menyelesaikan program studi Perbankan Syari‟ah dengan baik.

4. Bapak Ridwansyah, S.E., M.E.Sy., selaku Pembimbing I skripsi dan Bapak A.

Zuliansyah, S.Si., M.M selaku Pembimbing II Skripsi, yang meluangkan waktu

dalam membimbing, mengarahkan, dan memotivasi hingga skripsi ini sampai

selesai.

5. Kepada seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah

memberikan ilmu dan pelajaran kepada penulis selama proses perkuliahan.

6. Kepada seluruh staff akademik dan pegawai perpustakaan yang memberikan

pelayanan yang baik dalam mendapatkan informasi dan sumber refrensi, data dan

lain-lain.

7. Kepada Direktur Utama dan Direktur BPRS Kota Bandar Lampung yaitu Bapak

Ridwansyah, S.E., M.E.Sy., dan Bapak Marsono, S.E., yang telah memberikan

izin dan membantu penulis dalam menyelesaikan riset dan penelitian di BPRS

Kota Bandar Lampung.

8. Kepada sahabat-sahabat ku tercinta, Eli Sulastri, S.E, Emi Silvia, S.E, Laili

Maulistina, S.E, Krestina, S.E , Mirza Dwi Annisa, S.E, dan Nofrilianto M.H,

S.Eterimakasih atas kebersamaan dan persahabatan yang telah terbangun selama

ini.

9. Teman-teman ku di Asrama Lima, Alin Wahyu Rizkiyah, Sefriani Amelia Sari,

Ervina Damayanti, Siti Nur Kholifah, Diah Utami, Wahyuni Septia Kartika dan

Page 11: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih telah berbagi keceriaan

selama ini.

10. Teman-teman KKN Kelompok 115 Tahun 2016 di Desa Trimulyo Mataram

Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah, terimakasih telah

mengajarkan banyak pengalaman baru.

11. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Angkatan 2013, yang

terkhusus kelas D yang telah ikut serta membantu dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis namun telah

membantu penulis dalam penyelesauan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu

tidak lain disebabkan karena keterbatasan kemampuan, waktu dan dana yang

dimiliki. Untuk itu kiranya pada pembaca dapat memberikan masukan dan saran-

saran guna melengkapi tulisan ini.

Akhirnya, dengan iringan rasa terimakasih penulis memanjatkan doa

kehadirat Allah SWT semoga jerih payah dan amal Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta

teman-teman sekalian mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT

dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.

Bandar Lampung,

Penulis

Ayu Lestari

1351020034

Page 12: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

ABSTRAK ............................................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

MOTTO ............................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi

RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR

.............................................................................................................................. vii

i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR

.............................................................................................................................. xv

i

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................................. xvi

i

BAB I PENDAHULUAN

A. PenegasanJudul .................................................................................... 1

B. AlasanMemilihJudul ............................................................................. 3

C. LatarBelakang ...................................................................................... 4

D. RumusanMasalah ................................................................................. 11

E. TujuanPenelitian ................................................................................... 11

F. ManfaatPenelitian ................................................................................. 12

G. MetodePenelitian .................................................................................. 12

Page 13: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ............................... 18

1. PengertianBPRS ............................................................................. 18

2. Tujuan BPRS .................................................................................. 19

3. Modal Pendirian BPRS ................................................................... 20

4. Produk-produk BPRS ..................................................................... 21

5. Kegiatan Usaha BPRS .................................................................... 24

B. KonsepManajemen Risiko .................................................................... 26

1. PengertianManajemen Risiko.......................................................... 26

2. Landasan Hukum Penerapan Manajemen Risiko ............................. 28

3. Penerapan Manajemen Risiko Perbankan ........................................ 33

4. Jenis-jenis Risiko Pada Perbankan Syariah...................................... 36

C. Konsep PembiayaanIjarah Multijasa ..................................................... 41

1. PengertianIjarah .............................................................................. 41

2. DasarHukumIjarah .......................................................................... 42

3. RukundanSyarat-syaratIjarah .......................................................... 43

a. Rukun ijarah ............................................................................. 44

b. Syarat ijarah .............................................................................. 44

4. Macam-macam dan Sistem Transaksi Ijarah ................................... 46

a. Macam-macam ijarah ................................................................ 46

b. Sistem transaksi ijarah............................................................... 48

5. Ketentuan Objek Ijarah ................................................................... 51

6. Ketentuan Fiqh Muamalah Mengenai Ijarah .................................... 52

7. Definisi Pembiayaan Multijasa........................................................ 55

8. Dasar Hukum Pembiayaan Multijasa .............................................. 57

9. Fatwa DSN-MUI Pembiayaan Multijasa ......................................... 58

D. Konsep Pembiayaan Bermasalah .......................................................... 59

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah ................................................ 59

Page 14: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Pembiayaan Bermasalah ............. 60

3. Prosedur Penanganan Pembiayaan Bermasalah ............................... 62

4. Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah ................................. 65

5. Tinjauan Syariah Tentang Pembiayaan Bermasalah ........................ 70

a. Landasan Utang Piutang ............................................................ 70

b. Etika Utang Piutang .................................................................. 71

BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN

A. Gambaran Umum BPRS Bandar Lampung ........................................... 75

1. SejarahBerdirinya BPRS Bandar Lampung ..................................... 75

2. Kepengurusan BPRS Bandar Lampung ........................................... 78

3. Profil Perusahaan ............................................................................ 79

4. Dasar Hukum Operasional .............................................................. 80

5. Visi, Misi dan Motto BPRS Kota Bandar Lampung ........................ 81

6. Kepemilikan Saham BPRS Bandar Lampung .................................. 82

7. Sumber Daya Manusia .................................................................... 82

8. Pelayanan Produk BPRS Bandar Lampung ..................................... 83

9. Kegiatan Usaha ............................................................................... 85

10. Perkembangan Usaha ...................................................................... 85

11. Struktur Organisasi BPRS Bandar Lampung ................................... 86

B. Prosedur Pembiayaan Ijarah Multijasa pada BPRS Bandar Lampung ... 87

C. Manajemen Risiko Pada BPRS Bandar Lampung ................................. 90

D. Penyebab Timbulnya Risiko Pembiayaan di BPRS Kota Bandar

Lampung .............................................................................................. 91

E. Prosedur Penanganan Pembiayaan Bermasalah di BPRS Kota Bandar

Lampung .............................................................................................. 93

BAB IV ANALISIS DATA

Page 15: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

A. PenerapanManajemenRisikoPadaPembiayaan Bermasalah di BPRS Kota

Bandar Lampung .................................................................................. 97

B. PenerapanManajemenRisikodi BPRS Kota Bandar Lampung Dalam

Pandangan Ekonomi Islam

............................................................................................................. 10

6

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 111

B. Saran .................................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pembiayaan Bermasalah pada BPRS Kota Bandar Lampung Tahun 2014-

2016 ................................................................................................ 10

Tabel 3.1 Profil Perusahaan BPRS Kota Bandar Lampung tahun 2017 ...............79

Tabel 3.2 Porsi Kepemilikan Saham BPRS Kota Bandar Lampung ....................82

Tabel 3.3 Perkembangan Usaha BPRS Kota Bandar Lampung Tahun 2017 .......85

Tabel 3.4 Daftar Kolektabilitas Pembiayaan Ijarah Multi Jasa ............................93

Page 17: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Manajemen Risiko ............................................................. 33

Gambar 2 Skema Transaksi Ijarah dengan Obyek Manfaat Barang ................ 50

Gambar 3 skema Transaksi Ijarah dengan Obyek Manfaat Tenaga/Jasa......... 51

Gambar 4 Struktur Organisasi BPRS Kota Bandar Lampung ........................ 86

Page 18: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Sebagai langkah awal mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Analisis

Pemikiran M. Qurais Shihab tentang Hak-Hak Politik Perempuan, dan untuk

menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul skripsi ini, maka secara

ringkas penulis menjelaskan istilah-istilah yang terdapat didalam judul skripsi ini.

Adapun beberapa istilah yang perlu diberikan penjelasan adalah sebagai berikut :

1. Analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti : Penyelidikan

terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan) untuk mengetahui keadaan

yang sebenarnya (sebab musabah, duduk perkara dan sebagainya),

penguraian suatu pokok atau berbagai bagiannya dan penelaah bagian itu

sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian tepat dan

pemahaman arti keseluruhan dari kata tinjau yang berarti hasil meninjau,

pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari).1

2. Pemikiran adalah memikirkan suatu kebenaran yang sudah ada untuk

mendapatkan kebenaran baru, jadi pemikiran berarti suatu pandangan atau

pendapat seseorang atau kelompok untuk melahirkan suatu gagasan.2

1Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), h. 183. 2Husbullah Bakry, Sistematika Filsafat (Jakarta: Wijaya, 1979), h. 38.

Page 19: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

3. M. Quraish Shihab adalah seorang ulama dan cendikiawan muslim Indonesia

yang dikenal ahli dalam bidang tafsir al-Qur‟an.3

4. Hak-Hak adalah sesuatu yang benar, kewenangan, kekuasaan, untuk

melakukan sesuatu karna telah ditentukan oleh Undang-undang/ peraturan

lain.4

5. Politik adalah ilmu yang membahas tentang ketatanegaraan atau kenegaraan

yang meliputi sistem pemerintahan : segala sesuatu atau seluruh tindakan dan

urusan kebijakan atau siasat menyangkut masalah pemerintahan negara atau

terhadap negara lain.5

6. Perempuan dapat diartikan sebagai orang (Manusia) yang mempunyai vagina,

dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui.6

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa makna dari judul “Analisis

Pemikiran M.Quraish Shihab tentang Hak-Hak Politik Perempuan “ adalah

menganalisis kewenangan atau kekuasaan terhadap suatu negara menyangkut

masalah pemerintahan yang dipimpin seorang perempuan menurutpemikiran M.

Quraish Shihab.

3Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Islam di Indonesia(Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2005), h. 363.

4Drs. Sudarsono, SH., M.Si.,Kamus Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 154.

5Ibid, h. 367.

6Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011),

h. 1054.

Page 20: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

B. Alasan Memilih Judul

Ada beberapa alasan yang menjadi motivasi penulis untuk memilih judul ini

sebagai bahan untuk penelitian, diantaranya sebagai berikut :

1. Alasan Objektif

a. Kepemimpinan perempuan menjadi persoalan di kalangan ulama, mereka

melarang perempuan untuk menduduki suatu jabatan. Dalam hal ini

penulis menganalisis pemikiran seorang tokoh ulama yang ada di

Indonesia.

b. Permasalahan tersebut menarik untuk dibahas dan dilakukan penelitian.

Untuk mengkaji lebih dalam dan menganalisis pemikiran M. Qurais

Shihab tentang hak-hak politik perempuan.

2. Alasan Subjektif

a. Pokok bahasan skripsi ini sangat relevan dengan disiplin ilmu

pengetahuan yang penulis pelajari di Fakultas Syariah dan Hukum

Jurusan Siyasah.

b. Literatur dan bahan-bahan atau data yang diperlukan dan menunjang

sebagai referensi kajian dalam usaha menyelesaikan skripsi ini.

C. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an merupakan kitab suci pertama yang memberikan martabat kepada

perempuan sebagai manusia.Kitab suci ini memberikan banyak hak kepada

perempuan dalam masalah perkawinan, perceraian, kekayaan dan warisan. Masa

Page 21: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Nabi SAW merupakan masa yang ideal bagi kehidupan perempuan, karena mereka

dapat berpartisipasi secara bebas dalam kehidupan publik tanpa dibedakan dengan

kaum laki-laki.7

Prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah persamaan manusia, baik antara

lelaki dan perempuan maupun antarbangsa, suku dan keturunan. Perbedaan yang

digarisbawahi dan yang kemudian meninggikan atau merendahkan seseorang

hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara

kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Qs. Al-Hujurat 13).8

Pembicaraan tentang hak-hak politik perempuan dalam islam adalah bahwa

ada beberapa hak yang telah ditetapkan oleh Allah untuk perempuan dalam

masyarakatnya yang memiliki elemen-elemen utama dan ciri-ciri khas yang

membedakannya dari masyarakat lainnya. Islam adalah agama yang komprehensif

dan syariat yang tidak bisa dibagi-bagi. Artinya, ketika Islam telah menetapkan untuk

7Agus Nuryanto, Islam Teologi Pembebasan dan Kesetaraan Gender (Yogyakarta: UII Press,

2001), h. 61.

8Prof. H. Mahmud Junus, Terjemah Al-Qur‟an Al-Karim (Bandung: Al-Ma‟Arif, 1985), hlm

466.

Page 22: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

perempuan apa yang telah ia tetapkan dari hak-hak politik, yang diantaranya adalah

ikut berpartisipasi dalam urusan-urusan umum, Islam menegakkan itu untuk

menegakkan hukum di negara muslim berdasarkan kaidah musyawarah, prinsip

persamaan hak dan kewajiban bagi setiap warga negaranya, prinsip

pertanggungjawaban penguasa, prinsip keadilan, serta prinsip-prinsip mendasar

yang dijadikan Islam sebagai dasar-dasar yang baku dalam sistem hukum Islam.9

Almarhum Mahmud Syaltut, mantan Syaikh (pemimpin tertinggi) lembaga-

lembaga Al-Azhar di Mesir, menulis : “ Tabiat kemanusiaan antara lelaki dan

perempuan hampir dapat (dikatakan) sama. Allah telah menganugerahkan kepada

perempuan sebagaimana menganugerahkan kepada laki-laki.Kepada mereka berdua

dianugerahkan Tuhan potensi dan kemampuan yang cukup untuk memikul tanggung

jawab dan yang menjadikan kedua jenis kelamin ini dapat melaksanakan aktivitas-

aktivitas yang bersifat umum maupun khusus.Karena itu, hukum-hukum Syari‟at pun

meletakkan keduanya dalam satu kerangka.Yang ini (lelaki) menjual dan membeli,

mengawinkan dan kawin, melanggar dan dihukum, menuntut dan menyaksikan, dan

yang itu (perempuan) juga demikian, dapat menjual dan membeli, mengawinkan dan

kawin, melanggar dan dihukum serta menuntut dan menyaksikan”.10

Ada pendapat yang berbeda mengenai hak-hak politik perempuan, yang

masing-masing bersandar dengan dalil-dalil dari Al-Qur‟an dan Al-Hadist.Pertama,

Islam tidak mengakui prinsip persamaan antara perempuan dan laki-laki dalam hak-

9Farid Abdul Khaliq, Fikih Politik Islam (Jakarta: Amzah, 2005), hlm 144.

10M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an (Jakarta: Mizan, 1997), h. 270.

Page 23: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

hak politik. Kedua, Islam tidak menghalangi perempuan untuk mendapatkan hak-hak

politiknya, sekali ada segolongan dari golongan-golongan yang berpendapat

demikian, yang menyatakan masyarakat belummemiliki kesiapan jika perempuan di

masa sekarang menggunakan hak-hak politik itu.

Diantara dalil yang paling jelas yang digunakan oleh mereka yang berkata

bahwa Islam tidak mengakui prinsip persamaan perempuan dengan laki-laki dalam

hak-hak politik, yang diantaranya hak dalam memilih dan hak untuk dipilih sebagai

anggota legislatif.

Firman Allah SWT:

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah

melebihkan sebahagian mereka (laki-laki ) atas sebahagian yang lain ( wanita).

(Qs. An-Nisa 34).11

Al-Maududi berkata: “ Sesungguhnya Al-Qur‟an tidak membatasi

kepemimpinan laki-laki atas perempuan di dalam rumah, dan memimpin sebuah

negara lebih berbahaya dan lebih besar tanggung jawabnya dibandingkan memimpin

sebuah rumah. Dengan demikian, tertolaklah pendapat yang mengatakan bahwa

ketentuan hukum dalam ayat itu berhubungan dengan kehidupan berumah tangga,

tidak dengan politik sebuah negara.

Sabda Nabi SAW. dalam sebuah hadist shahih:

11Prof. H. Mahmud Junus, Op.Cit., h. 76.

Page 24: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

أبي بكرة، قال اننبي صهى اهلل عهيه وسهى يفهح قوو ونوا أيرهى ايرأة: ع ن

Tidak akan beruntung suatu kaum, jika yang mengatur urusan mereka adalah

perempuan(HR. Al-Bukhari). Dua nash ini merupakan nash yang pasti, menetapkan

bahwa kedudukan-kedudukan kepemimpinan dalam suatu negara , baik sebagai

presiden, menteri, anggota majelis permusyawaratan, atau lembaga-lembaga

kemaslahatan pemerintah lainnya, tidak boleh diserahkan kepada perempuan.

Berdasarkan dalil ini, dan antara hal yang menyalahi nash yang jelas dan pasti bahwa

perempuan ditempatkan pada kedudukan dalam daulah Islamiyah. Kebanyakan

ulama membatasi maksud wewenang yang disebutkan dalam hadist dengan maksud:

larangan perempuan memegang “wewenang besar” atau “wewenang umum

tertinggi”.

Menurut Farid Khalid adalah bahwa Islam tidak mengharamkan perempuan

untuk mengambil dan melakukan hak-hak politik, juga tidak menutupi persamaanya

dengan laki-laki dalam hak dan kewajiban.Ulama-ulama mazhab Maliki juga

membolehkan perempuan menjadi orang yang wasiatkan dan orang yang mewakili,

dan tidak ada nash yang melarang perempuan untuk memimpin atau mengatur

urusan-urusan.12

Terdapat perbincangan hukum ketatanegaraan Islam mengenai hak politik

bagi kaum perempuan.Mayoritas ahli hukum tata negara Islam klasik memandang

bahwa perempuan tidak di perkenankan memegang jabatan-jabatan puncak, seperti

12Farid Abdul Khaliq, Op.Cit, h. 127.

Page 25: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

menjadi panglima perang, ketua pengadilan, dan perdana menteri. Sementara itu,

beberapa ahli hukum tata negara Islam, seperti Ath-Thabari, Ibn Al-Qasim, dan Farid

Khalid menganggap sah jabatan-jabatan puncak di isi oleh kalangan perempuan13

Banyak ulama berbeda pendapat mengenai hak-hak politik bagi perempuan,

Maka disini penulis mengkaji hal-hal atau nilai-nilai serta pemikiran M. Quraish

Shihab yang tidak membatasi perempuan dalam menduduki suatu jabatan. Sejalan

dengan keterangan tersebut, M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul: “

Perempuan”. Menyatakan bahwa:

Harus diakui bahwa memang ulama dan pemikir masa lalu tidak

membenarkan perempuan menduduki jabatan kepala negara, tetapi hal ini

lebih disebabkan oleh situasi dan kondisi masa itu, antara lain kondisi

perempuan sendiri yang belum siap untuk menduduki jabatan, jangankan

kepala negara, menteri atau kepala daerah pun tidak. Perubahan fatwa dalam

pandangan pastilah terjadi akibat perubahan kondisi dan situasi, dan karena

itu tidak relevan lagi melarang perempuan terlibat dalam politik praktis atau

memimpin negara”.14

Berdasarkan latar belakang ini penulis sangat tertarik dan optimis untuk

melakukan penelitian dengan judul :Analisis Pemikiran M. Quraish Shihab tentang

Hak-Hak Politik Perempuan.

D. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang di rumuskan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :

1. Bagaimana pendapat M. Quraish Shihab tentang hak-hak politik perempuan ?

13Dr. Ija Suntana, Pemikiran Ketatanegaraan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 63.

14M. Quraish Shihab, Perempuan(Tangerang: Lentera Hati, 2014), h. 385.

Page 26: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap pendapat Muhammad Quraish

Shihab tentang hak-hak politik perempuan ?

E. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pendapat M. Quraish Shihab tentang hak-hak politik

perempuan.

2. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap pendapat Muhammad

Quraish Shihab tentang hak-hak politik perempuan.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini secara teoritis dan praktis adalah :

1. Manfaat secara teoritis

a. Hasil penelitian ini semoga dapat memberikan khazanah pengetahuan

khususnya mengenai hak-hak politik perempuan.

b. Dapat membawa perkembangan terhadap ilmu pengetahuan dan dapat

dijadikan sebagai refrensi tentang hak-hak politik perempuan.

c. Untuk menambah referensi, bahan literatur atau pustaka, khususnya

dalam memahami hak-hak politik perempuan.

2. Manfaat secara praktis

a. Memberikan wawasan kepada penulis dan dalam rangka meningkatkan

disiplin ilmu yang akan dikembangkan sesuai dengan bidang studi yang

Page 27: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

merupakan mata kuliah pokok dan diperdalam lebih lanjut lagi melalui

studi-studi yang serupa dengan disiplin ilmu tersebut.

b. Memberikan manfaat bagi semua kalangan masyarakat luas terutama

setiap orang yang ingin memperdalam ilmu hukum ketatanaegaraan di

setiap perguruan tinggi di Fakultas Syariah.

c. Bermanfaat kepada mahasiswa yang ingin mengetahui pemikiran M.

Quraish Shihab tentang hak-hak politik perempuan.

F. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Library

Research (Penelitian Kepustakaan). Library research adalah teknik

pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-

buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada

hubugannya dengan masalah yang akan diselesaikan.15

b. Sifat Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan metode

deskriptif-analitis, yaitu mendeskripsikan pemikiran seorang tokoh yaitu

M. Quraish Shihab mengenai hak-hak politik perempuan secara

komperhensif, untuk kemudian dianalisa secara logis, sehingga mendapat

kesimpulan terhadap pemikiran M. Quraish Shihab tentang hak-hak

15M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 27.

Page 28: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

politik perempuan. Penelitian juga menggunakan pendekatan metode

yuridis normatif, yaitu pendekatan yang didasari pada Al-Qur‟an, Al-

Hadist. Serta metode komparatif yaitu membandingkan antara pendapat

yang satu dengan yang lain untuk memperoleh suatu kesimpulan dalam

meneliti dan metode historis yaitu sebuah proses yang meliputi

pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa atau gagasan yang timbul

dimasa lampau, untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam

usaha memahami kenyataan-kenyataan sejarah.16

2. Sumber dan Jenis Data

a. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Penelitian ini

menggunakan penelitian kepustakaan, maka sumber data diperoleh

dengan menelusuri literatur-literatur maupun peraturan-peraturan dan

norma-norma yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji dalam

penelitian bersumber dari buku-buku yang mengkaji mengenai Al-

Qur‟an maupun Al-Hadist yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Jenis Data

Jenis-jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi:

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat berupa Al-

Qur‟an maupun Al-Hadist.

16Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Departemen Agama, 1986), h.16.

Page 29: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu literatur-literatur yang berkaitan

dengan pembahasan ini seperti buku karya M. Quraish Shihab yaitu

Perempuan.

3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk

dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa

hasil-hasil penelitian terdahulu, literatur-literatur, jurnal-jurnal, dan

buletin ilmiah, serta majalah, surat kabar, kamus, dan lainnya yang

dapat membantu menyelesaikan penelitian ini.

3. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan untuk

mendapatkan data dengan instrument pengumpulan data. Pengumpulan data

yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan studi kepustakaan yang

dilakukan dengan maksud memperoleh data dengan cara membaca, mencatat,

mengutip buku atau referensi lain.17

4. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah manipulasi data kedalam bentuk yang berupa

informasi.Kegiatan ini meliputi tahap pemeriksaan data, penandaan data

(coding) dan penyederhanaan data.Tahap pemeriksaan dan meneliti kembali

data (editing) yang sudah terkumpul bermaksud untuk mengetahui apakah

data yang terkumpul tersebut dalam kondisi baik sehingga dapat dipersiapkan

untuk tahap menganalisis berikutnya.Selain itu juga untuk mengetahui apakah

17Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 37.

Page 30: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

informasi yang didapatkan berkaitan dan dapat membantu menyelesaikan

penelitian yang sedang dilakukan.18

5. Analisis Data

Analisis data menurut Lexy J. Moeleong merupakan proses mengatur urutan

data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian

dasar. Dalam penelitian ini digunakan analisis data secara kualitatif yaitu

analisis data secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat sehingga

diperoleh gambaran jelas dan menyeluruh serta diperoleh dari bahan bacaan

atau buku-buku.Serta dengan mendeskripsikan data hasil penelitian

kepustakaan tersebut, sehingga diperoleh kesimpulan untuk menjawab

permasalahan berdasarkan penelitian.19

Penelitian ini menggunakan analisis

yuridis kualitatif.Dimana data yang telah diolah diuraikan dalam bentuk

deskriptif.

18Bagong Suyanto-Sutinah, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Kencana, 2005), h. 95.

19Burhan Ashshofa, Op.Cit, h. 43

Page 31: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK POLITIK PEREMPUAN

A. Perempuan

1.Pengertian Perempuan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perempuan diartikansebagai manusia

yang mempunyai puki (alat kemaluan), dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak,

dan menyusui.20

Perempuan adalah mata air kebahagian dalam kehidupan, sumber

kasih sayang, dan kelembutan.Perempuan adalah tiang dan rahasia kesuksesan

seorang laki-laki dalam kehidupan.Perempuan adalah teman hidup suaminya,

sekaligus menjadi sumber ketenangan dan ketentraman batinnya. Perempuan adalah

sekolah pertama, tempat anak-anak menerima nilai-nilai dasar akhlak dan ilmu

pengetahuan yang semua itu akan tercetak dalam lembaran-lembaran hati mereka

sehingga tidak akan terhapus oleh peredaran masa dan pergantian tahun.21

Menurut Moenawar Chalil dalam bukunya yang berjudul: "Nilai Wanita"

menjelaskan bahwa perempuan, yang disebut juga wanita, puteri, istri, ibu, adalah

sejenis makhluk dari bangsa manusia yang halus kulitnya, lemah sendi tulangnya dan

agak berlainan bentuk serta susunan tubuhnya dengan bentuk dan susunan tubuh

laki-laki.22

20

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 856.

21Ukasyah Athibi, Wanita Mengapa Merosot Ahlaknya (Jakarta: Gema Insani, 1998), h.74.

22Moenawar Chalil, Nilai Wanita(Solo: Ramadhani, 1984), h. 11.

Page 32: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Wanita dalam berbagai macam bangsa dihina, diperbudak, dan dicabut hak-

haknya.Martabatnya direndahkan, harga dirinya dilecehkan, dan sering menghadapi

berbagai macam penganiayaan. Bangsa India dahulu kala tidak mengenal hak wanita,

yang terpisah dari hak ayahnya, suaminya, atau anaknya dalam suasana sang ayah

dan suami sudah meninggal dan lebih kejam lagi mereka tidak mengakui haknya

dalam pergaulan masyarakat serta tidak mengakui hak wanita terhadap hidup, yang

terpisah dari kehidupan suaminya. Wanita diberi vonis, bahwa ia harus mati pada

waktu suaminya mati, dan ia harus dibakar bersama suaminya dalam satu

pembakaran.23

Masyarakat Yunani yang terkenal dengan pemikiran-pemikiran

filsafatnya, tidak banyak membicarakan hak dan kewajiban wanita. Di kalangan elite

mereka, wanita sama sekali tidak memiliki kemerdekaan dan kedudukan, wanita-

wanita ditempatkan (disekap) dalam istana-istana. Di kalangan bawah, nasib wanita

sangat menyedihkan. Mereka diperjualbelikan, sedangkan yang berumah tangga

sepenuhnya berada di bawah kekuasaan suaminya. Mereka tidak memiliki hak-hak

sipil, bahkan hak waris pun tidak ada. Pada puncak peradabanYunani, wanita diberi

kebebasan sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan dan selera lelaki.

Dalam peradaban Romawi, wanita sepenuhnya berada di bawah kekuasaan

ayahnya. Setelah kawin, kekuasaan tersebut pindah ke tangan sang suami. Kekuasaan

ini mencakup kewenangan menjual, mengusir, menganiaya, dan membunuh.

Keadaan tersebut berlangsung terus sampai abad ke-6 Masehi. Segala hasil usaha

23Abbas Mahmoud Al-„Akkad, Wanita dalam Al-Qur‟an (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h.

83.

Page 33: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

wanita, menjadi hak milik keluarganya yang laki-laki. Pada zaman Kaisar

Constantine terjadi sedikit perubahan yaitu dengan diundangkannya hak pemilikan

terbatas bagi wanita, dengan catatan bahwa setiap transaksi harus disetujui oleh

keluarga (suami atau ayah).24

Peradaban Hindu dan Cina tidak lebih baik dari peradaban-peradaban Yunani

dan Romawi. Hak hidup seorang wanita yang bersuami harus berakhir pada saat

kematian suaminya istri harus dibakar hidup-hidup pada saat mayat suaminya

dibakar. Ini baru berakhir pada abad ke-17 Masehi. Wanita pada masyarakat Hindu

ketika itu sering dijadikan sesajen bagi apa yang mereka namakan dewa-dewa.

Petuah sejarah kuno mereka mengatakan bahwa "Racun, ular dan api tidak lebih

jahat dari pada wanita". Sementara itu dalam petuah Cina kuno diajarkan "Anda

bolehmendengar pembicaraan wanita tetapi sama sekali jangan mempercayai

kebenarannya".25

Dan agama Hammurabi yang tersohor di Babylonia

memperhitungkan wanita sebagai bagian dari hewan peliharaan, yang menjadi milik

seseorang.

Aristoteles berpendapat bahwa wanita tidak berhak mengecap pendidikan,

bahkan tidak layak menerima nya, jika wanita mendapatkan hak yang lebih banyak

lagi, maka hal itu menjadi pertanda akan musnah dan hancurnya suatu negara.

24

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur'an(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2003), h. 296.

25ibid., h. 297.

Page 34: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Demikian pendapat Rousseau mengatakan bahwa wanita bukanlah makhluk yang

berdiri sendiri.Tetapi wanita adalah pelengkap bagi tabiat laki-laki.26

Fakta sejarah menjelaskan bahwa perempuan adalah kelompok yang sangat

diuntungkan oleh kehadiran Muhammad Rasulullah SAW. Nabi mengajarkan

keharusan merayakan kelahiran bayi perempuan di tengah tradisi Arab yang

memandang aib kelahiran bayi perempuan. Nabi memperkenalkan hak waris bagi

perempuan di saat perempuan diperlakukan hanya sebagai obyek atau bagian dari

komoditas yang diwariskan. Nabi menetapkan mahar sebagai hak penuh kaum

perempuan dalam perkawinan ketika masyarakat memandang mahar itu sebagai hak

para wali. Nabi melakukan koreksi total terhadap praktek poligami yang sudah

mentradisi dengan mencontohkan perkawinan monogami selama 28 tahun. Bahkan,

sebagai ayah, Nabi melarang anak perempuannya Fatimah dipoligami. Nabi memberi

kesempatan kepada perempuan menjadi imam shalat dikala masyarakat hanya

memposisikan laki-laki sebagai pemuka agama. Nabi mempromosikan posisi ibu

yang sangat tinggi, bahkan derajatnya lebih tinggi tiga kali dari ayah di tengah

masyarakat yang memandang ibu hanyalah mesin produksi. Nabi menempatkan istri

sebagai mitra sejajar suami di saat masyarakat hanya memandangnya sebagai obyek

seksual belaka.27

Fakta historis tersebut melukiskan secara terang-benderang bahwa Nabi

melakukan perubahan yang sangat radikal dalam kehidupanmasyarakat, khususnya

26Ibid, h. 78.

27

Siti Musdah Mulia, Islam dan Kesetaraan Gender(Yogyakarta: Kibar Press, 2006), h. 5.

Page 35: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

kaum perempuan. Dari posisi perempuan sebagai obyek yang dihinakan dan

dilecehkan menjadi subyek yang dihormati dan diindahkan. Nabi memproklamirkan

keutuhan kemanusiaan perempuan setara dengan saudara mereka yang laki-laki.

Keduanya sama-sama manusia, sama-sama berpotensi menjadi khalifah fi al-ardh

(pengelola kehidupan di bumi). Tidak ada yang membedakan di antara manusia

kecuali prestasi takwanya, dan soal takwa hanya Allah semata yang berhak menilai.

Tugas manusia hanyalah berlomba-lomba berbuat baik.28

2. Kedudukan Perempuan dalam Islam

Kebudayaan Mesir lama merupakan satu-satunya kebudayaan yang

menganugerahkan “Kebudayaan yang resmi” kepada wanita, yang diakui oleh negara

dan bangsa. Dan dengan kedudukan itu wanita dapat memperoleh hak-haknya, baik

di dalam lingkungan keluarga ataupun dikalangan masyarakat luas, sama dengan

hak-hak pria, dan tidak bergantung kepada baik hati dari pihak ayah, ataupun anak-

anak dan kaum keluarganya. Sedangkan dalam kebudayaan-kebudayaan yang lain,

wanita hanya memperoleh kedudukan yang lumayan, sebagai hasil dari adanya

sesuatu motif yang menyebabkan wanita dikasihani oleh masyarakat, baik karena

keadaannya yang cantik menyenangkan, ataupun karena ada kelemahannya sehingga

orang merasa kasihan. Kebudayaan Mesir lama menjadi istimewa dengan

memuliakan wanita dan memberikan hak-hak kepada kaum wanita menurut undang-

undang, hampir sama seperti hak-hak kaum pria. Wanita mesir berhak memiliki harta

28Ibid, h. 6.

Page 36: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

benda, dan juga berhak mewarisi, dan berhak juga memimpin rumah tangganya,

disaat kepala rumah tangga itu sedang pergi.Dan hak-hak ini tetap berada di tangan

wanita Mesir, selama adanya pemerintahan yang stabil, beserta undang-undang dan

tradisinya di Mesir.Tetapi kebudayaan mesir itu hilang, bersamaan dengan hilangnya

Undang-undang Nasionalnya sebelum masuknya agama Islam.29

Dalam Islam diajarkan adanya persamaan antarmanusia, baik antar pria dan

wanita, maupun antarbangsa, suku, dan keturunan.Dalam pandangan manusia,

perbedaan yang meninggikan atau merendahkan seseorang sesungguhnya hanya nilai

pengabdian dan ketakwaan-nya kepada Allah SWT.Kejadian manusia berpasangan

antara pria dan wanita merupakan bukti nyata adanya rahmat Allah SWT.

Sebagaimana firman-Nya:

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu

dari seorang diri, dan dari padanyaAllah menciptakan isterinya; dan dari pada

keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan

bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling

meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya

Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(Qs. An-Nissa1)30

Pelajaran yang diperoleh dari ayat ini adalah manusia bertaqwa kepada-Nya,

yang memelihara manusia dan melimpahkan nikmat karunia-Nya. Ajaran Islam pada

29Abbas Mahmoud Al-„Akkad, Op.Cit, h. 86.

30Prof. H. Mahmud Junus, Op.Cit, h. 70.

Page 37: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

hakikatnya memberikan perhatian sangat besar dan kedudukan terhormat kepada

wanita.

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs. Hujaraat 13). 31

Dijelaskan bahwa manusia diciptakan-Nya berbagai-bagai bangsa dan suku-

suku bangsa, berbeda-beda ras dan warna kulit bukan untuk saling mencemooh dan

merusak satu sama lain, tetapi agar saling mengenal dan saling menolong. Allah

tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan

keturunannya, kepangkatan atau kekayaannya, karena dalam pandangan Islam,

kemuliaan manusia tidak diukur dengan keturunan atau kekayaannya,melainkan yang

paling mulia di sisi Allah hanyalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya.32

Dengan tegas Islam mengajarkan dalam Al-Quran, menolak pandangan-

pandangan masyarakat yang membedakan lelaki dengan perempuan dengan

menyatakan keduanya berasal dari satu jenis yang sama dan dari keduanya secara

bersama-sama mengembangbiakkan keturunannya, baik yang pria maupun

wanita.Allah menjelaskan bahwa Dia memuliakan anak adam dengan raut muka

31Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Bandung: Diponogoro, 2000), h. 412

32Dr. A. Fauzie Nurdin, M.S., Wanita Islam dan Transformasi Keagamaan (Yogyakarta:

Gama Media, 2009), h. 33

Page 38: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

yang indah, diberi akal dan potongan tubuh yang serasi agar dapat menerima

petunjuk sehingga mampu berfikir rasional dan objektif dalam memahami makna

hidup dan mencari kebutuhan hidupnya. Demikian pula kemampuan mengelola

kekayaan alam serta menciptakan berbagai peralatan.

dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di

daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan

mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami

ciptakan.(Qs. Al-Isra 70). 33

Demikian Allah secara lugas dan tegas menyatakan bahwa manusia baik pria

maupun wanita dimuliakan dan bahkan lebih dari itu juga diberi kemampuan

menciptakan dan memanfaatkan alat angkutan berupa kendaraan, baik mobil maupun

motor, kapal udara, dan kapal laut, sebagai alat pengangkut kebutuhan hidup mereka

dari suatu negeri ke negeri lain. Dalam konteks tersebut, dapat dipahami pemenuhan

bahwa kalimat anak-anak Adam mencakup lelaki dan perempuan,demikian pula

penghormatan yang diberikan-Nya itu mencakup anak-anak Adam seluruhnya, baik

perempuan maupun lelaki (dalam arti bahwa “ sebagian kaum” (hai umat manusia

yakni lelaki) berasal dari pertemuan ovum perempuan dan sperma lelaki dan

sebagian yang lain (yakni perempuan) demikian halnya”. Kedua jenis kelamin ini

sama-sama manusia.Dengan demikian, jelas tak ada perbedaan kedudukan antara

pria dan wanita dari segi asal kejadian dan kemanusiaannya.

33Departemen Agama RI, Op.Cit, h. 231

Page 39: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara

kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari

sebagian yang lain.( Qs. Ali-Imran 195). 34

Dari ayat diatas, bahwa Allah tidak menyia-nyiakan amal seseorang yang taat

dan tidak akan membeda-bedakan antara pria dan wanita dalam memberi pahala dan

balasan, karena kedua jenis ini satu sama lain turun menurunkan, wanita berasal dari

pria dan begitu juga sebaliknya.

Islam tidak membedakan eksistensi antara laki-laki dan perempuan dalam

kapasitasnya sebagai hamba Allah, khalifah, dan perjanjian primordial dengan Allah.

Di samping itu, Islam juga tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan untuk

memperoleh kesempatan kerja dan meraih prestasi yang setinggi-tingginya pada

bidang-bidang yang dibenarkan Islam, melainkan semua manusia diberikan

kesempatan dan hak yang sama sehingga antara laki-laki dan perempuan

berkompetisi secara sehat, tanpa mengabaikan kodrat mereka masing-masing.35

Dalam melaksanakan kehidupan di dunia ini, wanita dan

priasalingmembutuhkan.Tidak akan sempurna hidup wanita tanpa pria, dantidak pula

akansempurna hidup priatanpa wanita. Tidak akan tenang danbahagia hidup

34Prof. H. Mahmud Junus, Op.Cit, h. 69.

35

Hamid Laonso dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif Solusi terhadap

MasalahFiqh Kontemporer(Jakarta: Restu Ilahi, 2005), h.77.

Page 40: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

wanitatanpa pria, dan tidak akantenang dan bahagia hiduppria tanpa wanita,

itulahsebabnya ada yang dinamakanpernikahan.36

Islam menginginkan perkawinan antara lelaki dan wanita adalah menciptakan

hubungan kasih sayang, keluarga sakinah, saling membantu, saling ikhlas dan

melalui perkawinan itu beribadah kepada Allah SWT.tidak diinginkan, perkawinan

itu menjadi sarana untuk melakukan kedzaliman satu pihak terhadap pihak lain.

Islam memberikan hak memiliki kepada kedua suami istri atas harta yang berasal

dari perolehan mereka sendiri.Suami tidak boleh menguasai harta yang menjadi milik

istrinya, demikian pula istri tidak dapat diperkenankan untuk menguasai harta milik

suaminya. Karena wanita berhak memiliki, maka ia berhak pula untuk

mempergunakan hartanya, sesuai dengan keinginannya dan tidak bertentangan

dengan ajaran islam.

Dengan adanya batas pemilikan, maka suami tidak boleh mengambil harta

wanita (istrinya) tanpa seizinnya, wanita bisa mengadakan pembekalan terhadap

harta tersebut.

dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian

kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada

bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada

bahagian dari apa yang mereka usahakan. (Qs. An-Nisa 32). 37

36

A.Mudjab Mahalli, Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), h.

159.

37Departemen Agama RI, Op. Cit, h. 66.

Page 41: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Dapat dipahami bahwa pria mempunyai bagian dari apa yang mereka

usahakan, sesuai dengan hasil usaha dan kemampuan mereka masing-masing. Karena

itu Allah SWT melarang iri hati terhadap orang yang lebih banyak memperoleh

karunia dari Allah.Kedua jenis itu sama-sama berhak melakukan pekerjaan yang

mendatangkan manfaat atau rezeki sesuai usaha masing-masing.

Dalam sejarah umat Islam wanita turut dalam berbagai pekerjaan pria, bahkan

di masa Rasulullah sekalipun wanita ikut berperan dalam kegiatan diluar rumah.

Islam mengajarkan menghormati wanita yang bekerja dengan berpakaian yang

melindungi kehormatan dan martabat dirinya dari berbagai perbuatan orang lain yang

akan berbuat jahat kepadanya. Wanita dianjurkan memiliki kemampuan bela diri dan

keberanian untuk mempertahankan diri agar terhindar dari perbuatan tercela, Islam

mengajarkan kepada manusia bahwa tidak mengekang wanita agar sama sekali tidak

keluar dari rumahnya untuk keperluan hajat tertentu. Islam membolehkan menziarahi

dan bersilaturahmi pada keluarga, mengamalkan salat berjamaah di masjid, bekerja

pada tempat yang sesuai dengan kondisinya, ikut terlibat dalam berbagai kegiatan

politik, membangun bangsa dan negara. Tuntutan bahwa agar pekerjaan yang

dilakukan wanita benar-benar halal, menurut Muslim Nasution (1996), maka ketika

melakukannya dituntut agar sesuai dengan etika yang diajarkan Islam antara lain :

a. Tidak “Khalwat” (berdua-duaan) dengan lelaki yang bukan muhrimnya.

b. Tidak menampilkan dirinya dihadapan lelaki dengan penampilan

merangsang, menggiurkan nafsu lelaki, baik pakaian, makeup, suara,

gaya, dan sebagainya.

Page 42: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

c. Tidak berjabat tangan/bersentuhan tangan dengan lelaki yang tidak

muhrimnya.

d. Tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang disana tidak ada batas-batas

malu dan adab yang Islami.

e. Tidak meniru penampilan lelaki dan begitu sebaliknya.

f. Tidak berpergian atau berjalan dengan lelaki yang bukan muhrimnya.

Menurut Abu Zahrah di perbolehkan wanita bekerja dalam empat hal.

Pertama, bila wanita itu memiliki kelebihan keistimewaan khusus yang jarang atau

tidak dimiliki lelaki dan dibutuhkan oleh masyarakat. Kedua, pekerjaan tersebut

sesuai dengan kewanitaannya, misalnya menjadi pendidik, pengasuh anak-anak,

perawat dirumah sakit, bidan, dan sebagainya. Ketiga, pekerjaan itu bersifat

membantu bersama-sama dikerjakan oleh suaminya. Keempat, pekerjaan itu

dilakukan untuk mencari rezeki memenuhi kebutuhan dirinya sendiri atau

keluarganya.38

Islam telah menempatkan wanita dalam posisi demikian mulia dan

dilindungi.Karena itu pekerjaan yang dilakukan wanita benar-benar harus menjamin

kemuliaan dan kebahagiaan serta tidak bertolak belakang dengan fitrah dan

kodratnya sebagai makhluk wanita yang berbeda dengan pria, baik dari segi aspek

biologis maupun psikologis. Islam sangat memuliakan wanita dan melindungi hak-

haknya, mengatur hubungan yang penuh dengan tanggungjawab antara pria dan

38Dr. A. Fauzie Nurdin, M,S., Op. Cit, h. 46

Page 43: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

wanita. Derlena May mengungkapkan wanita memiliki peran-peran yang

menimbulkan seperangkat hak dan kewajiban khusus. Seluruh hak dan kewajiban ini

disebutkan secara terperinci di dalam peraturan-peraturan syariah, hukum yang

diwahyukan yang berasal dari prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran yang disebutkan

dalam al-Quran dan diperjelas dalam sunnah nabi. Oleh karena adanya peran wanita

muslimah itu, maka dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu peran yang dimainkan

sebagai anggota umat manusia, peran yang dimainkan sebagai anggota keluarga, dan

perannya sebagai anggota masyarakat.

Dari beberapa uraian di atas, dapat dipahami dan diperoleh kejelasan bahwa

wanita yang berperan sebagai pekerja diberbagai kegiatan usaha tidaklah dilarang

dalam Islam. Para wanita boleh bekerja dalam berbagai bidang usaha (positif) baik di

dalam maupun di luar rumah, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain,

di lembaga pemerintahan atau swasta, selama pekerjaan itu dilakukan dalam suasana

terhormat , sopan serta dapat menjaga agamanya.

3. Hak-hak Perempuan

Hak-hak perempuan di dalam al-Qur‟an ditegakkan di atas fundamen yang

seadil-adilnya, dengan demikian orang yang mempunyai hak menjadi terbela haknya,

dan juga masyarakat luas turut dibela bersama-sama dengan dia. Fundamen yang

dimaksud ialah dasar persamaan antara hak-hak dan tugas-tugas.Persamaan yang

diperintahkan di dalam al-Qur‟an berupa persamaan laki-laki dan perempuan, antara

suami dan isteri, antara pria dan wanita. Dalam al-Qur‟an diajarkan bahwa hak

Page 44: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

wanita itu sama dengan hak laki-laki, dan tugas wanita itu juga sama dengan tugas

laki-laki.

Dan mereka (kaum wanita) mempunyai hak, seperti itu juga mereka mempunyai

tugas, dan kesemuanya harus dilaksanakan dengan baik. (Qs. Al-Baqarah 228). 39

Berikut ini beberapa hak yang dimiliki oleh kaum perempuan menurut pandangan

ajaran islam :

1. Hak Politik

Hak politik dapat diartikan sebagai hak warga negara untuk ikut berperan

aktif dan berpartisipasi langsung di dalam mengatur urusan pemerintahan, seperti

menjabat sebagai kepala negara atau menteri, maupun tidak langsung seperti

berkecimpung di lembaga-lembaga legislatif atau dewan lainnya.Tetapi pengertian

secara umum ialah bahwa hak politik berarti hak memilih dan dipilih, serta hak

menjalankan tugas-tugas umum tanpa ada perbedaan jenis kelamin.40

Salah satu ayat yang seringkali dikemukakan oleh para pemikir Islam dalam

kaitan hak-hak politik perempuan yaitu :

39Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Terjemahan (Solo: Qomari Prima, 2007), h. 45.

40Muhammad Ali Quthub, Bai‟at Kaum Wanita Terhadap Rasulullah (Surabaya: Bina Ilmu

1984) h. 90.

Page 45: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)

menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang

ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan

mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. At-Taubah 71). 41

Secara umum ayat di atas dipahami sebagai gambaran tentang kewajiban

melakukan kerjasama antar lelaki dan perempuan dalam berbgai bidang kehidupan

yang dilukiskan dengan kalimat menyuruh menegerjakan yang ma‟ruf dan mencegah

yang mungkar.Keikutsertaan perempuan bersama lelaki dalam kandungan ayat di

atas tidak dapat disangkal, sebagaimana pula dapat dipisahkan kepentingan

perempuan dari kandungan sabda Nabi Saw. :

“Barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan (urusan) kaum Muslim, ,maka

ia tidak termasuk golongan mereka.”

Partisipasi langsung kaum wanita dalam berbagai segi kehidupan, baik sosial

maupun politik bukan hanya sekedar “hak” mereka, tetapi karena kewajiban, ketika

mereka melihat penguasa telah keluar dari garis-garis agama, dari nilai-nilai dan

batas-batas kebenaran (makruf) atau ketika mereka melihat sebagian rakyatnya yang

tertindas.

41Depag RI, Op.Cit, h. 266.

Page 46: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Kepentingan (urusan) kaum Muslim mencakup banyak sisi yang dapat

menyempit atau meluas sesuai dengan latar belakang pendidikan seseorang, tingkat

pendidikannya.Dengan demikian, kalimat ini mencakup segala bidang kehidupan

termasuk bidang kehidupan politik.42

2. Hak dalam memilih pekerjaan

Islam membenarkan mereka aktif dalam berbagai aktivitas.Perempuan

mempunyai hak untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan

selama mereka membutuhkan pekerjaan tersebut. Pekerjaan dan aktivitas yang

dilakukan oleh perempuan pada masa Nabi cukup beraneka ragam, sampai-sampai

mereka terlibat langsung dalam peperangan, bahu membahu dengan lelaki. Seperti

Ummu Salamah, Shafiyah, Laila Ghaffariyah, Ummu Sinam Al-Aslamiyah dan lain-

lain. Di samping itu perempuan pada pada masa Nabi Saw.aktif pula dalam berbagai

bidang pekerjaan. Ada yang bekerja sebagai rias pengantin, ada juga yang menjadi

perawat atau bidan.Dalam bidang perdagangan, Khadijah binti Khuwaid, tercatat

sebagai seorang yang sangat sukses, Zainab binti Jahsy juga aktif bekerja sampai

pada menyamak kulit binatang dan hasil usahanya beliau sedekahkan. Serta Al-Syifa

seorang perempuan yang pandai menulis, ditugaskan oleh Khalifah Umar r.a sebagai

petugas yang menangani pasar kota Madinah.43

Tidak semua bentuk dan ragam

pekerjaan yang terdapat pada masa kini telah ada pada masa Nabi Saw. Ulama

menyimpulkan bahwa perempuan dapat melakukan pekerjaan apa pun selama ia

42M. Quraish Shihab, Op.Cit, h. 273.

43Muhammad Al-Ghazali, Al-Islam wa Al-Thaqat Al-Mu‟attala ( Kairo: Dar Al-Kutub, 1964)

h. 138.

Page 47: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

membutuhkannya atau pekerjaan itu membutuhkannya dan selama norma-norma

agama dan susila tetap terpelihara. Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki oleh setiap orang termasuk wanita, mereka mempunyai hak untuk bekerja

dan menduduki jabatan-jabatan tertingggi.

3. Hak ilmu dan Kewajiban Belajar

Rasulullah Saw. bersabda :

تطهب انعهى فريضت عهى كم يسهى ويسه

Artinya : Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah.

(HR Al-Thabarani melalui Ibnu Mas‟ud)

Hak berilmu dan kewajiban mencarinya adalah sama bagi kaum laki-laki

maupun perempuantanpaperbedaan kecuali dalam kadar kemampuan dan

kesanggupan menaklukan sektor kehidupan atau usaha mencari penghidupan dengan

ilmu pengetahuan itu. Para perempuan di zaman Nabi Saw. menyadari benar

kewajiban ini sehingga mereka memohon kepada Nabi agar beliau bersedia

menyisihkan waktu tertentu dan khusus untuk mereka dalam rangka menuntut ilmu

pengetahuan. Peremohonan ini tentu saja dikabulkan oleh Nabi Saw. Banyak wanita

yang sangat menonjol pengetahuannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,

istri Nabi Aisyah r.a adalah seorang yang sangat dalam pengetahuannya serta dikenal

pula sebagai kritikus.Imam Abu Hayyan mencatat tiga nama perempuan yang

menjadi guru-guru mazhab tersebut, yaitu Mu‟nisat Al-Ayyubiyah, Syamsiyat Al-

Taimiyah, dan Zainab putri sejarawan Abdul Latif Al-Baghdadi. Rasul Saw. tidak

membatasi anjuran dan atau kewajiban belajar hanya terhadap perempuan-

Page 48: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

perempuan merdeka tetapi juga para budak belian dan mereka berstatus sosial

rendah. Harus diakui bahwa pembidangan ilmu pada masa awal Islam belum lagi

sebanyak dan seluas masa ini. Tetapi, Islam tidak membedakan antara satu disiplin

ilmu dengan disiplin ilmu lainnya.44

4. Hak Sosial

Terdapat beberapa aspek tentang hak sosial yang menyangkut eksistensi

kaum wanita, situasi, kondisi dan posisinya. Diantaranya adalah apa yang dihasilkan

mereka dari sejak lahir dan keluarnya kealam dunia ini, kemudian yang menyangkut

apa yang di usahakannya di waktu kanak-kanak, hingga remaja, lalu berkeluarga dan

apa yang dilakukannya di dalam mengarungi kehidupan rumah tangga maupun

keluarga. Islam masih tetap memberantas pemisah untuk menjaga kehormatan dan

kesucian kaum wanita di dalam kehidupan sosialnya dan eksistensisnya di antara

undang-undang ortodoks buatan manusia yang sudah lama ditelan masa dan undang-

undang modern yang diciptakan untuk melindungi atau memperjuangkan nasib kaum

wanita. Sedangkan Allah SWT. telah menganugerahkan harga yang semestinya

terhadap kaum wanita di dalam kehidupan sosial maupun wujud kemanusiaanya,

dimana kedua aspek tersebut saling interaksi sejak pertama mereka mengenalnya,

kemudian Allah memberantas segala sumber kejahiliyaan yang jahat dan keji,

sebagaimana pernah dialami masyarakat dinegeri Arab. Hal ini tertera dalam firman-

Nya :

44M. Quraish Shihab, Op.Cit, h. 278

Page 49: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan,

hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah.(An-Nahl 58).45

Logika seperti inilah yang tersarang di dalam pikiran kaum Jahiliyah,

sedangkan Allah menggugah kesadaran mereka dengan keras agar mereka mengerti

hakikat yang ada pada diri mereka selama ini. Maka hak hidup dan hak wujud serta

hak persamaan, merupakan landasan setiap hak sosial yang diusahakan kaum wanita

di dalam medan kehidupannya.46

5. Hak Manusiawi

Hak manusiawi dan hak sosial adalah dua jalinan yang saling mengisi dan

melengkapi. Tetapi yang paling utama harus yakni mendahulukan hak manusiawi

bagi kaum wanita hak ini merupakan pokok dasar.Nilai kemusiaan kaum wanita

sangat direndahkan, dan eksistensisnya sangat di sepelekan, terletak di dalam

kenikmatan nafsu hewani.Sebelum Islam datang, kaum wanita benar-benar di dalam

lembah kesengsaraan.Mereka menderita dan merana lahir batin. Tetapi Islam secara

totalitas telah mengadakan revolusi kemanusiaan, yang dimulai mengangkat kembali

harga dan nilai kaum wanita dan hak-hak kewajibannya sebagai manusia.

45Depag RI, Op. Cit, h. 372.

46Muhammad Ali Quthub, Op.Cit, h.96

Page 50: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

B. Hak-Hak Politik

1.Pengertian Hak-Hak Politik

Hak berasal dari bahasa Arab al-haqq,yang berarti menetapkan,

menguatkan.47

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hak adalah kekuasaan untuk

berbuat sesuatu, kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu48

sedangkan menurut Kamus Politik adalah sesuatu yang benar, kepunyaan milik,

kewenagan, kekuasaan untuk melakukan sesuatu karna telah ditentukan oleh undang-

undang atau peraturan lain, kekuasaan yang benar untuk menuntut sesuatu atau

kekuasaan yang benar atas sesuatu.49

Secara terminologis ada beberapa hak yang

dikemukakan oleh para ulama fiqih Wahbah Zuhaili mendefinisikan kata hak dengan

sesuatu hukum yang ditetapkan secara syara.Menurut Maulana Abu A‟la Maududi

hak diartikan sebagai ketetapan, kewajiban, yakin, yang patut dan benar.50

Hak dapat

juga disebut hak asasi yaitu sesuatu bentuk yang dimiliki oleh seseorang karena

kelahirannya. Bukan karena diberikan oleh masyarakat atau Negara. Sedangkan

Menurut Azhar Basyir, hak adalah kepentingan yang ada pada perorangan atau

masyarakat, atau pada keduanya, yang diakui oleh syara. Berhadapan dengan hak

seseorang terhadap kewajiban orang lain untuk menghormatinya. Hukum Islam

mengenal berbagai macam hak yang pada pokoknya dapat dibagi menjadi tiga

47Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap

(Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997), h. 282

48Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2011),

h. 474

49Drs. Sudarsono, Kamus Hukum (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2007), h. 367

50Maulana Abu A‟la, Hak-hak Asasi Manusia dalam Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) h.

14

Page 51: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

macam, yaitu hak Allah, hak manusia, hak gabungan antara keduanya.51

Menurut

Hasbi Ash Shiddieqy, hak mempunyai dua makna yang asasi. Pertama, hak adalah

sekumpulan kaidah dan nash yang mengatur dasar-dasar yang harus ditaati dalam

hubungan manusia sesama manusia, baik mengenai orang, maupun harta. Kedua, hak

adalah kekuasaan menguasai sesuatu atau sesuatu yang wajib atas seseorang bagi

selainnya.52

Politik dalam Bahasa Arabnya disebutSiyasah yang berasal dari kata sasa,

berarti mengatur, mengurus dan memerintah atau pemerintahan danpembuatan

kebijaksanaan.53

Kemudian diterjemahkan menjadi siasat, atau dalam Bahasa

Inggrisnya disebut Politics.Dalam kamus bahasa Belanda yang ditulis oleh

Vandertas, kata politiek mengandung arti beleid. Kata beleid sendiri dalam bahasa

Indonesia berarti kebijakan (policy). Kebijakan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia berarti rangkaian, konsep dan asas yang menjadi garis besar dandasar

rencana dalam melaksanakan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara

bertindak.54

Asal mula kata politik berasal dari bahasa Yunani “Polis” yang berarti

negara kota.55

Polis adalah kota yang dianggap negara yang terdapat dalam

kebudayaan Yunani Purba, yang pada saat itu kota dianggap identik dengan negara,

dengan demikian “Polis” stadstaat = negara kota”, atau “ the greet citystate”, adalah

tempat- tempat tinggal bersama dari orang-orang biasa selaku para warganya

51Ahmad Azhari Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 19.

52Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah (Jakarta: Pustaka Rizky Putra, 1999), h.

120.

53Dr. Muhammad Iqbal, M.Ag, Fiqh Siyasah ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 3.

54Frenki, M.Si, Politik Hukum Islam (LP2M IAIN RADEN INTAN, 2015), h.6.

55A. Rahman H.I, Sistem Politik Indonesia (Jakarta: GrahaIlmu, 2007), h. 6.

Page 52: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

(citizend)dengan pemerintah yang biasanya terletak diatas sebuah bukit dan

dikelilingi benteng tembok untuk menjaga keamanan mereka dari serangan musuh

yang datang dari luar.56

Selanjutnya dari istilah “Polis” ini dihasilkan kata-kata seperti berikut:

a. Politeia (segala hal ihwal yang menyangkut polis atau negara)

b. Polines (warga kota atau warga negara)

c. Politicos(ahli negara)

d. Politieke techne(kemahiran politik)

e. Politieke episteme (ilmu politik)

Dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang hidup

bersama, dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan, prilaku pejabat, legalitas

kekuasaan dan akhirnya kekuasaan. Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup

negara, karena teori politik menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang

mempengaruhi hidup masyarakat. Selain itu, politik juga menyelidiki ide-ide, asas-

asas, sejarah pembentukan negara, hakikat negara, serta bentuk tujuan negara. Politik

adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, politik dapat dikatakan

ilmu karena merupakan pengetahuan yang memilik objek, subjek, metodologi, sistem

terminologi, ciri, teori yang khas dan spesifik serta di terima secara universal

diseluruh dunia.57

56Samidjo, Ilmu Negara (Bandung: Armico, 1997), h. 12.

57Dr. H. Inu Kencana Syafiie, M.Si, Ilmu Politik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 10.

Page 53: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Menurut M. Quraish Shihab, politik diartikan sebagai urusan dan tindakan

atau kebijakan mengenai pemerintahan negara atau negara lain. Politik juga berarti

kebijakan dan cara bertindak dalam menghadapi dan menangani satu masalah, baik

yang berkaitan dengan masyarakat maupun lainnya.58

Sedangkan menurut Ramlan

Surbakti, politik acapkali didefinisikan dengan keputusan pemerintah yang bersifat

otoritatif karena kewenangan paksaan dimonopoli oleh pemerintah.59

Berbeda

dengan pengertian tersebut, dalam perspektif Deliar Noer, politik adalah segala

aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk

mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk

susunan masyarakat.60

Menurut T. MayRudy, secara garis besar, politik adalah

berkenaan dengan kekuasaan, pengaruh, kewenangan pengaturan, dan ketaatan atau

ketertiban.61

Secara lebih jelas Syaikh Hasan al-Banna menyatakan bahwa politik adalah

memperhatikan urusan umat, luar dan dalam negeri, intern dan ekstern, secara

individu dan masyarakat keseluruhannya, bukan terbatas pada kepentingan golongan

semata.Beliau juga berpendapat, bahwa politik tidak hanya menyangkut

penyelenggaraan pemerintahan, tetapi juga mencakup upaya menciptakan sistem

58M. Quraish Shihab, Op.Cit, h. 377.

59

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

1999), h. 205.

60Deliar Noer, Pengantar Ke Pemikiran Politik (Jakarta: CV Rajawali, 1983), h. 6.

61

T. May Rudy, Pengantar Ilmu Politik: Wawasan Pemikiran dan Kegunaannya (Bandung:

Refika Aditama, 2003), h. 9.

Page 54: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

bersih dan berkeadilan dimana mekanisme control berperan besar.62

Senada dengan

al-Banna, Syaikh Abdul Qadim Zallum mendefinisikan bahwa politik adalah

mengatur urusan umat, dengan negara sebagai institusi yang mengatur urusan

tersebut secara praktis, sedangkan umat mengoreksi, melakukan muhasabah terhadap

pemerintah dalam melakukan tugasnya.63

Hal ini menunjukkan bahwa hakikat politik adalah perilaku manusia, baik

berupa aktivitas ataupun sikap, yang bertujuan mempengaruhi ataupun

mempertahankan tatanan sebuah masyarakat dengan menggunakan kekuasaan. Ini

berarti bahwa kekuasaan bukanlah hakikat politik, meskipun harus diakui bahwa ia

tidak dapat dipisahkan dari politik, justru politik memerlukannya agar sebuah

kebijaksanaan dapat berjalan dalam kehidupan masyarakat.

Adapun yang dimaksud hak-hak politik adalah hak-hak yang ditetapkan dan

diakui undang-undang atau konstitusi berdasarkan keanggotaan sebagai warga

negara.Hak-hak politik tersebut berlaku bagi warga negara setempat dan tidak

berlaku bagi warga asing. Dalam hak-hak politik terhimpun konsep hak dan

kewajiban sekaligus. Hak-hak politik pada tingkat tertentu menjadi kewajiban bagi

individu karena hak-hak itu menjadi wajib bagi mereka.Hak-hak politik

mengisyaratkan partisipasi individu dalam pembentukan pendapat umum, baik dalam

pemilihan wakil-wakil mereka di lembaga perwakilan rakyat atau pencalonan diri

mereka untuk menjadi anggota lemabaga perwakilan tersebut.

62Hassan al-Banna, Revisi Politik Perempuan (Bogor: Idea Pustaka Utama, 2003), h. 134.

63Abdul Qodim Zallum, Al-Afkar As-Siyasah (Beirut: Dar al-Ummah), h. 14.

Page 55: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Hak-hak politik tersebut antara lain mencakup: 1) Hak untuk mengungkapkan

pendapat dalam pemilihan dan referendum; 2) Hak untuk mencalonkan diri sebagai

anggota lembaga perwakilan rakyat; 3) Hak pencalonan menjadi presiden dan hal-hal

lain yang berkaitan dengan politik.Hak-hak politik perempuan sampai detik ini masih

merupakan masalah krusial. Sedangkan menurut al-Maududi paling tidak ada enam

macam hak politik yang diakui dalam islam, yaitu64

:

1. Hak kebebasan untuk mengeluarkan pokok pikiran, pendapat, keyakinan. Hal

ini lanjut maududi, meluputi hak kebebasan untuk mengkritik pemerintah dan

pejabatnya, termasuk kepala negara.

2. Hak untuk berserikat dan berkumpul

3. Hak untuk memilih dan dipilih sebagai kepala negara

4. Hak untuk menduduki jabatan umum dalam pemerintahan negara

5. Hak untuk memilih dan dipilih sebagai ketua atau anggota dewan

permusyawaratan rakyat( DPR)

6. Hak untuk memberikan suara dalam memilih.

Selama ribuan tahun perempuan terus-menerus berada di bawah kekuasaan

laki-laki dalam semua masyarakat patriarki.Kondisi ini terwujud karena kebanyakan

masyarakat di dunia ini adalah masyarakat patriarki.65

Dengan demikian jelas bahwa

hak politik adalah hak bagi setiap individu untuk berpartisipasi dengan menjadi ahli

badan politik dalam negara seperti contoh melibatkan diri dalam partai-partai politik,

64Mujar Ibnu Arif, Op.Cit, h. 65.

65Siti Musda Mulia & Anik Farida, Perempuan & Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2005),

h.76.

Page 56: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

hak memilih dalam pemilu, hak menjadi wakil dalam DPR, dan sebagainya lagi hak-

hak yang terkait dengan urusan-urusan negara dan pemerintahan.

B. Pendapat Para Ulama tentang Hak-hak Politik Perempuan

Masih terdapat silang pendapat di kalangan ahli hukum Islam tentang peran

sosial politik kaum wanita, bolehkah wanita menjadi pemimpin.Sementara pro-

kontra tetap ada.Sejak berabad lamanya masyarakat memandang perempuan dan dari

laki-laki dan karenanya harus tunduk kepada kekuasaan mereka.Walapun begitu,

sebagian di antaranya sikap-sikap tersebut sangat meluas, sehingga norma-norma

kitab suci yang progresif pun menjadi terpengaruh dan sebagai akibatnya, perlu

diinterpretasikan sedemikian rupa sehingga merefleksikan sikap mental yang

berlaku.Perbincangan mengenai hak-hak politik perempuan dalam wacana islam

melahirkan dua aliran besar : pertama, aliran yang mengklaim bahwa islam tidak

mengakui hak-hak politik bagi perempuan.Kedua, aliran yang berpendapat bahwa

Islam tidak menghalangi perempuan untukmendapatkan hak-hak politiknya,

sekalipun ada segolongan dari golongan-golongan yang berpendapat demikian, yang

menyatakan bahwa masyarakat kita belum memiliki kesiapan jika perempuan di

masa sekarang menggunakan hak-hak politik itu.

Ada tiga alasan yang sering dikemukakan oleh aliran pertama yaitu :

( في بيوتك (٣٣وقر

Page 57: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Menegaskan bahwa tempat yang paling cocok bagi perempuan adalah

rumah.Pelarangan keluar rumah pada ayat ini lebih ditujukan pada mereka yang

keluar rumah dengan mengumbar aurat (tabarruj al-Jahiliyah).Fikih sebenarnya

membolehkan wanita keluar rumah untuk bernuamalah dengan ketentuan menutup

auratnya.Bahkan wanita yang sedang menjalani masa idah sekalipun masih

ditoleransi oleh fikih untuk keluar rumah dengan alasan hajat (ada kebutuhan

mendesak). Apakah dengan alasan yang sama (karena kebutuhan) wanita lalu

dilarang ikut berperan aktif mengurusi umat manusia yang dimensinya sosial dan

langsung bersentuhan dengan hajat orang banyak. (QS. Al-azhab 33)66

Kedua,

عهى اننساء ) (٣٣انرجال قوايو

Para ulama, seperti ibnu abbas, menegaskan bahwa masalah kepemimpinan diambil

dari ayat tersebut.Ia mengatakan bahwa laki-laki memiliki kekuasaan atas

perempuan. Tetapi maksud kepemimpinan di sini adalah kepemimpinan atas rumah

tangga. (QS. An-Nisa 43) 67

Ketiga, hadis yang diriwayatkan Abu Bakrah yang mengatakan:

أبي يفهح قوو ونوا أيرهى ايرأة: بكرة، قال اننبي صهى اهلل عهيه وسهىع ن

Tidak akan berbahagia satu kaum yang menyerah urusan mereka kepada perempuan.

(HR. Ahmad, Bukhari, an-Nasa‟I, dan at-Tirmidzi melalui Abu Bakrah).

66Abu Yasid, Fikih Politik(Jakarta: Erlangga, 2002), h. 91.

67Yusuf Al-Qardhawy, Op.Cit, h. 233.

Page 58: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Sebenarnya, hadist tersebut tidak dapat dipahami berlaku umum, tetapi harus

dikaitkan dengan konteks pengucapannya, yakni berkenaan dengan pengangkatan

putri penguasa tertinggi Persia sebagai pewaris kekuasaan ayahnya yang mangkat.

Bagaimana mungkin dinyatakan bahwa semua penguasa tertinggi yang berjenis

kelamin perempuan pasti akan gagal. Dalam al-Qur‟an menguraikan betapa

bijaksana Ratu Saba‟ yang memimpin wilayah Yaman, kemudian banyak perempuan

yang memimpin berbagai negara berhasil dalam kepemimpinannya.Misalnya

Cleopatra (51-30 SM) di Mesir adalah seorang perempuan yang demikian kuat,

ganas dan cerdik. Kemudian permaisuri al-Malik ash-Shalih al-Ayyubi (1206-1249)

menjadi Ratu Mesir setelah suaminya wafat dan anaknya terbunuh. Kemudian

menikah dengan perdana menterinya dan pendiri Dinasti Mamalik, lalu menyerahkan

kekuasaan kepada suaminya.Namun, dibalik layar, dia lah yang sebenarnya

memimpin dan berkuasa. Pada masa modern ini, sebutlah sebagai contoh Margaret

Tathcher di Inggris, Indira Gandhi di India, Benazir Bhutto di Pakistan, Madalaine

Albright di Amerika, dan Mantan Presiden RI Megawati dan masih banyak

lainnya.68

Kemudian menurut Al-Maududi, sesungguhnya al-Qur'an tidak membatasi

kepemimpinan laki-laki atas perempuan di dalam rumah, dan memimpin sebuah

negara lebih berbahaya dan lebih besar tanggung jawabnya dibandingkan memimpin

sebuah rumah. Dengandemikian, tertolaklah pendapat yang mengatakan bahwa

68M. Quraish Shihab, Op. Cit, h. 384

Page 59: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

ketentuan hukum dalam ayat itu berhubungan dengan kehidupan berumah tangga,

tidak dengan politik sebuah negara.

Fatwa Universitas Al-Azhar menyatakan bahwa syariat Islam

menyamakan antara perempuan dan laki-laki dalam hal-hal yang berhubungan

dengan wewenang khusus dan bertindak dalam ruang lingkup urusan khususnya.

Syariat Islam tidak mengakui perempuan menjadi anggota parlemen sebab

keanggotaan parlemen itu termasuk wewenang umum.Menurut argumen nya bahwa

bentuk penciptaan fisik dan nalurinya, perempuan diciptakan untuk mengemban

tugas keibuan, mengasuh generasi penerus dan mendidiknya.69

Ibnu Abidin berkata: "Menetapkan perempuan dalam tugas

kepemimpinan, tidak diragukan lagi ketidaksahannya, karena perempuan tidak

memiliki kemampuan untuk memikul tugas itu." Adapun yang diamaksudkan dengan

kemampuan itu adalah kemampuan memimpin.70

Imam al-Ghozali menyatakan bahwa seorang perempuan tidak bisa

didudukkan sebagai imam (kepala negara).Menurutnya bagaimana bisa seorang

perempuan melaksanakan pemerintahan sedangkan dia sendiri tidak memiliki hak

untuk memutuskan perkara besar dan tidak mampu memberi kesaksian dalam

berbagai persoalan keputusan hukum.71

69Yusuf Al-Qardhawy, Fiqh Daulah dalam Persepektif Al-Qur‟an dan Sunnah (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 1998), h.239.

70Farid Abdul Khaliq, Op.Cit, h.128.

71Farid Khaliq, Op.Cit, h. 132.

Page 60: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Ibnu Hazm,ia memfatwakan bahwa perempuan dipandang oleh syariat dapat

melakukan berbagai pekerjaan umum (yakni pekerjaan apa saja) tanpa kecuali, jika

memang ia perempuan yang baik, mampu, dan mempunyai keahlian untuk

melakukan pekerjaan yang menjadi tugasnya. Kecuali, kekhalifahan atau keimaman

karena khalifah harus seorang lelaki. Tugas pekerjaan lain yang bukan kekhalifahan

pekerjaan mengurus kemaslahatan kaum muslim berhak menanganinya.72

Menurut aliran kedua, Ulama-ulama mazhab Maliki membolehkan

perempuan menjadi orang yang diwasiatkan dan orang yang mewakili, dan tidak ada

nash yang melarang perempuan untuk memimpin atau mengatur urusan-urusan

politik dan pemerintahan.

Ath-Thabari berkata: "Perempuan boleh menjadi hakim secara mutlak

dalamsegala hal. Siapa yang menolak keputusan perempuan berarti dia

menyamakannya dengan kepemimpinan besar, dan siapa yang membolehkan

hukumnya dalam masalah finansial berarti dia menyamakan dengan kebolehan

menerima kesaksiannya dalam masalah-masalah finansial. Siapa yang berpendapat

hukumnya berlaku dalam segala hal, berarti dia mengatakan: "Sesungguhnya dasar

hukumnya adalah siapa saja yang mampu memberikan penyelesaian masalah antara

manusia maka hukumnya boleh, kecuali apa yang telah dikhususkan oleh ijma' dari

kepemimpinan besar.73

72Abdurrahman Asy-Syarqawi, Riwayat Sembilan Imam Fiqih (Jakarta : Pustaka Hidayah,

1999), h. 675.

73Abu Yasid, Op.Cit, h. 87

Page 61: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Menurut Farid Abdul Khaliq adalah bahwa Islam tidak mengharamkan

perempuan untuk mengambil dan melakukan hak-hak politik ini, juga tidak menutupi

persamaannya dengan laki-laki dalam hak dan kewajiban. Islam juga tidak

menghalangi aktivitas berpolitiknya atau menghalanginya untuk ikut serta dalam

anggota majelis permusyawaratan dalam mengusulkan undang-undang atau

pengawasan atas para pejabat, dimulai dari kewajiban menasihati, selanjutnya

meminta pertanggungjawaban secara berangsur-angsur dan terakhir sebagai hak atau

wewenang majelis permusyawaratan; memberhentikan penguasa atau

menghancurkan pemerintahannya. Islam juga tidak melarang perempuan menduduki

jabatan kementerian atau jabatan yang lebih tinggi lagi. Tidak ada nash yang jelas

dan pasti dalam Al-Qur'an dan sunnah yang melarang hal demikian.74

3. Batasan-Batasan Perempuan dalam Berpolitik

Jumhur ulama telah sepakat bahwa tidak semua kerja-kerja pemerintahan atau

perpolitikan boleh dipegang perempuan, oleh karena itu perlu adanya

pemetaantentang jabatan yang boleh dipegang oleh perempuan ataupun tidak:

Pertama,menurut Imam Abu Hanifah membolehkan wanita menjabat seorang hakim

itu pun dalam urusan perdata. Misalnya urusan perniagaan, pertanian, pertambangan,

pendidikan dan lain-lain. Maka para ulama bersepakat membolehkan karena tidak

berbenturanlangsung dengan emosionalmereka

74Farid Abdul Khaliq, Op.Cit, h.148.

Page 62: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Kedua, jabatan yang berkaitan dengan urusan pidana. Misalnya urusan

pembunuhan, pemerkosaan, qishas, hudud dan lain-lain. Para ulama bersepakat untuk

tidak membolehkan perempuan terjun langsung mengurusi perkara pidana. Misalnya

dengan memegang jabatan qadhi atau hakim. Karena melalui kaidah (saddu adz-

dzarai`), bidang itu sangat berkaitan langsung dengan emosional perempuan

sehingga memungkinkan terjadi ketidakadilan dalam memutuskan perkara. Tetapi

dalam masalah fatwa dan ijtihad serta pengajaran menurut ijma‟ mereka bisa

menangani urusan-urusan tersebut, dalam pengadilan pun wanita boleh dihadirkan

sebagai saksi sebagaimana yang disebutkan oleh ulama salaf Ibnul-Qayyim.75

Ketiga, khalifah atau kepala negara. Ulama bersepakat perempuan tidak boleh

menduduki jabatan khilafah. Karena berdasarkan hadits la yufliha qaumun,

Rasulullah Saw. melarang mereka memegang kekuasaan sebagai kepala negara

dengan argumen mendasar; ketidakberuntungan yang akan mereka terima.76

Dari aspek dalil, hadis ini sebenarnya kurang cukup syarat untuk dijadikan

pelarangan keterlibatan wanita menjadi pemimpin, sebab menurut ushul fiqh sebuah

nash baru dapat dikatakan menunjukkan larangan (pengharaman) jika memuat

setidaknya hal-hal berikut :

1. Secara redaksional, nash tersebut dengan tegas mengatakan haram.

2. Nash tersebut dengan tegas melarangnya dalam bentuk nahi

3. Nash tersebut diiringi oleh ancaman siksa (uqubah).

75Yusuf Al-Qardhawy, Op.Cit, h. 234.

76Abu Yazid, Op.Cit, h. 89.

Page 63: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

4. Menggunakan redaksi lain yang menurut gramatika bahasa Arab

menunjukkan tuntutan yang harus dilaksanakan.77

Memang ada kaidah ushul fiqh yang melihat sebuah nash dari keumuman

lafalnya (al-ibrah bi‟ umum al-lafzh), tidak melihat kekhususan sebab (la bikhushush

as-sabab). Tetapi dalam hadis di atas, kaidah ini tidak relevan lagi untuk diterapkan

karena tidak ditemukan indikasi yang menunjukkan bahwa hadis ini berlaku umum.

Lafal qaum bukanlah lafal „am.78

Justru yang lebih relevan diterapkan dalam hadis

tersebut adalah kaidah yang menyatakan, al-ibrah bikhushush as-sabab la bi‟ umum

al-lafzh (yang dilihat adalah kekhususan sebab, bukan keumuman lafal). Dengan cara

ini, nas akan lebih sesuai dengan konteks asbab al-wurud serta cocok dengan

kenyataan yang ada.

77Wahbah az-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami (Beirut: Dar al-Fikr al-Mua‟shir 1989), h. 38.

78Ibid, h. 46.

Page 64: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

BAB III

PROFIL DAN KARYA-KARYA M. QURAISH SHIHAB

A. Biografi Muhammad Quraish Shihab

Muhammad Quraish Shihab lahir tanggal 16 Februari 1944 di Rapang, Ujung

Pandang, Sulawesi Selatan.Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab adalah keluarga

keturunan Arab yang terpelajar dan menjadi ulama sekaligus guru besar di IAIN

Alauddin Ujung Pandang, sebagai seorang yang berfikiran maju, Abdurrahman

percaya bahwa pendidikan merupakan agen perubahan.Sejak kecil, M. Quraish

Shihab telah menjalani pergumulan dan kecintaan terhadap al-Qur‟an. Pada umur 6-7

tahun, ia harus mengikuti pengajian al-Qur‟an yang diadakan ayahnya sendiri. Pada

waktu itu, selain menyuruh membaca al-Qur‟an, ayahnya juga menguraikan secara

sepintas tentang kisah-kisah dalam al-Qur‟an.Di sinilah mulai tumbuh benih-benih

kecintaan Quraish Shihab kepada al-Qur‟an.79

Muhammad Quraish Shihab menyelesaikan sekolah dasarnya di kota Ujung

Pandang, kemudian ia melanjutkan sekolah menengahnya di kota malang sambil

belajar agama di pesantren Dar al-Hadist al-Fiqhiyah.80

Pada tahun 1958, ketika

berusia 14 tahun, ia berangkat ke Kairo, Mesir untuk melanjutkan studi, dan

diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar. Setelah itu ia diterima sebagai mahasiswa

di Universitas Al-Azhar dengan mengambil jurusan sebagai Tafsir dan Hadits,

79Badiatul Raziqin, dkk, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia (Yogyakarta: e-Nusantara,2009),

hlm 269.

80M. Quraish Shihab, Op.Cit, hlm 6.

Page 65: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Fakultas Ushuluddin hingga menyelesaikan Lc pada tahun 1967. Kemudian ia

melanjutkan pendidikannya pada fakultas dan jurusan yang sama hingga memperoleh

gelar Master (MA) pada tahun 1969.81

Setelah menyelesaikan studinya dengan gelar M.A, untuk sementara ia

kembali ke Ujung Pandang. Dalam kurun waktu kurang lebih sebelas tahun (1969-

1980) ia terjun ke berbagai aktivitas sambil menimba pengalaman, baik dalam

bidang kegiatan akademik di IAIN Alauddin maupun di berbagai intitusi pemerintah

setempat. Dalam masa menimba pengalaman dan karier ini, ia terpilih sebagai

pembantu Rektor III IAIN Ujung Pandang. Selain itu, ia juga terlibat dalam

pengembangan pendidikan perguruan tinggi swasta wilayah timur Indonesia dan

diserahi tugas sebagai koordinator wilayah. Di tengah-tengah kesibukannya ia juga

aktif melakukan kegiatan ilmiah yang menjadi dasar kesarjanaannya. Beberapa

penelitian telah dilakukannya. Di antaranya, ia meneliti tentang “Penerapan

Kerukunan Hidup Beragama di Timur Indonesi” (1975) dan “Masalah Wakaf di

Sulawesi Selatan” (1978).

Pada tahun 1980, M. Quraish Shihab kembali ke Mesir untuk meneruskan

studinya di Program Pascasarjana Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadist,

Universitas Al-Azhar. Hanya dalam waktu dua tahun (1982) dia berhasil

menyelesaikan disertasinya yang berjudul Nazm al-Durar li al-Biqa‟i Tahqiq wa

Dirasah dan berhasil dipertahankan dengan nilai cumlaude.

81Badiatul Raziqin, dkk, Op. Cit, hlm 269.

Page 66: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Tahun 1984 M. Quraish Shihab melanjutkan kariernya, ia pindah tugas dari

IAIN Ujung Pandang ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif

mengajar bidang Tafsir dan Ulum al-Qur‟an di program S1, S2, S3 sampai

tahun1998. Ia juga menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua

periode (1992-1996 dan 1997-1998). Setelah itu ia dipercaya menduduki jabatan

sebagai Menteri Agama selama kurang lebih dua bulan di awal tahun 1998.

Kehadiran M. Quraish Shihab di ibukota Jakarta telah memberikan suasana

baru dan di sambut hangat oleh masyarakat.Hal ini terbukti dengan adanya aktivitas

yang dijalankannya di tengah-tengah masyarakat. Di samping mengajar, ia dipercaya

untuk menduduki sejumlah jabatan. Di antaranya sebagai ketua majelis ulama

Indonesia (MUI) pusat (sejak 1984), anggota lajnah pentashih al-Qur‟an departemen

agama sejak 1989. Dia juga terlibat dalam beberapa organisasi professional, antara

lain asisten ketua umum ikatan cendikiawan muslim se-Indonesia (ICMI), ketika

organisasi ini didirikan. Selanjutnya ia tercatat sebagai pengurus perhimpunan ilmu-

ilmu syari‟ah, dan pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan

sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian Journer for Islamic Studies,

Ulumul Qur‟an, Mimbar Ulama, dan Refleksi Jurnal Kajian Agama dan Filsafat.

Semua penerbitan ini berada di Jakarta.82

M. Quraish Shihab juga aktif dalam kegiatan tulis-menulis seperti untuk surat

kabar pelita dalam rubrik “Pelita Hati” , kemudian rubrik “ Tafsir al-Amanah” dalam

majalah Amanah di Jakarta yang terbit dua minggu sekali. Ia juga tercatat sebagai

82 Abuddin Nata, Op.Cit, hlm 363.

Page 67: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

anggota Dewan Redaksi majalah Ulumul Qur‟an dan Mimbar Ulama, keduanya

terbit di Jakarta, menulis berbagai buku suntingan dan jurnal-jurnal ilmiah,

diantaranya Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang:

IAIN Alauddin,1984); Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987);

dan Mahhota Tuntunan Ilahi (Tafsir Surat Al-Fatihah) (Jakarta: Untagma, 1988).83

Di samping kegiatan di atas, M. Quraish Shihab di kenal sebagai penulis dan

penceramah handal. Berdasar pada latar belakang keilmuan yang kokoh yang ia

tempuh melalui pendidikan formal serta di topang oleh kemampuannya

menyampaikan pendapat dan gagasan dengan bahasa sederhana, tetapi lugas,

rasional, dan kecendrungan pemikiran yang moderat, ia tampil sebagai penceramah

dan penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Kegiatan ceramah ini

ia lakukan di sejumlah masjid di Jakarta, seperti Masjid al-Tin, Sunda Kelapa dan

Fathullah, di lingkungan pejabat pemerintah seperti pengajian Istiqlal serta sejumlah

stasiun televisi atau media elektronik, khususnya di bulan Ramadhan. Beberapa

stasiun televisi, seperti RCTI dan Metro TV.

B. Karya-karya Muhammad Quraish Shihab

Aktivitas keorganisasian M. Quraish Shihab memang begitu padat, namun

semua itu tidak menghalangi untuk aktif dan produktif dalam wacana intelektual. Di

sela-sela berbagai kegiatan ilmiah di dalam maupun di luar negeri dan aktif dalam

kegiatan tulis menulis, berbagai buku telah di hasilkannya ialah :

83Abu Bakr Al-Jazairi, Ensiklopedia Islam (Jakarta: Jembatan Merah, 1988), hlm 111

Page 68: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

1. Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya ( Ujung Pandang, IAIN

Alauddin, 1984);

2. Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Persepektif al-Qur‟an

(Jakarta: Lentera Hati, 1998);

3. Untaian Permata Buat Annaku (Bandung: Mizan, 1999);

4. Pengantin al-Qur‟an (Jakarta: Lentera Hati, 1999);

5. Haji bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1999);

6. Sahur Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1999);

7. Panduan Puasa Bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit Republika,

November 2000);

8. Panduan Shalat bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit Republika,

September 2003);

9. Anda bertanya, Quraish Shihab Menjawab Berbagai Masalah Keislaman

(Mizan Pustaka);

10. Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah Mahdah (Bandung: Mizan,

1999);

11. Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar Al-Qur‟an dan Hadits (Bandung:

Mizan, 1999);

12. Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah dan Muamalah (Bandung:

Mizan, 1999);

13. Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar Wawasan Agama (Bandung: Mizan,

1999);

14. Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar Tafsir Al-Qur‟an (Bandung: Mizan,

1999);

15. Satu Islam, Sebuah Dilema (Bandung: Mizan, 1987);

16. Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987);

17. Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda (MUI & Unesco, 1999);

18. Kedudukan Wanita Dalam Islam (Departemen Agama);

Page 69: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

19. Membumikan al-Qur‟an; Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994)

20. Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 1994);

21. Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996);

22. Wawasan al-Qur‟an; Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat

(Bandung: Mizan, 1996);

23. Tafsir al-Qur‟an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997);

24. Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1999)

25. Hidangan Ilahi, Tafsir Ayat-ayat Tahlili (Jakarta: Lentera Hati, 1999);

26. Jalan Menuju Keabadian (Jakarta: Lentera Hati, 2000);

27. Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an (15 Volume,

Jakarta: Lentera Hati, 2003);

28. Menjemput Maut; Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT. (Jakarta: Lentera

Hati, 2003);

29. Jilbab Pakaian Wanita Muslimah; dalam Pandangan Ulama dan Cendikiawan

Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2004);

30. Dia di Mana-mana; Tangan Tuhan di Balik Setiap Fenomena (Jakarta:

Lentera Hati, 2004);

31. Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005);

32. Logika Agama; Kedudukan Wahyu & Batas-batas Akal Dalam Islam

(Jakarta: Lentera Hati, 2005);

33. Rasionalitas al-Qur‟an; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (Jakarta: Lentera

Hati, 2006);

34. Menabur Pesan Ilahi; al-Qur‟an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat

(Jakarta: Lentera Hati, 2006);

35. Wawasan al-Qur‟an Tentang Dzikir dan Doa (Jakarta: Lentera Hati, 2006);

36. Asma al-Husna; dalam perspektif al-Qur‟an (4 buku dalam 1 boks) (Jakarta:

Lentera Hati);

Page 70: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

37. Sunnah – Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?; Kajian atas Konsep

Ajaran dan Pemikiran (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2007);

38. Al-Lubab; Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fatihah dan Juz „Amma

(Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2008);

39. 40 Hadits Qudsi Pilihan (Jakarta: Lentera Hati);

40. Berbisnis dengan Allah; Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses Dunia Akhirat

(Jakarta: Lentera Hati);

41. M. Quraish Shihab Menjawab; 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda

Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, 2008);

42. Doa Harian Bersama M. Quraish Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus

2009);

43. Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Jin dalam al-Qur‟an (Jakarta: Lentera

Hati);

44. Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Malaikat dalam al-Qur‟an (Jakarta: Lentera

Hati );

45. Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Setan dalam al-Qur‟an (Jakarta: Lentera

Hati);

46. M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui

(Jakarta: Lentera Hati, Maret 2010);

47. Al-Qur‟an dan Maknanya; Terjemahan Makna disusun oleh M. Quraish

Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2010);

48. Membumikan al-Qur‟an Jilid 2; Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan

(Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2010);

49. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, dalam Sorotan Al-Qur‟an dan

Hadits Shahih (Jakarta: Lentera Hati, Juni 2011)

50. Do‟a al-Asma al-Husna (Doa yang Disukai Allah SWT.) (Jakarta: Lentera

Hati, Juli 2011);

51. Tafsir Al-Lubab; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah al-Qur‟an

(Jakarta: Lentera Hati, Juli 2012);

Page 71: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

52. Haji dan Umrah Bersama M. Quraish Shihab (Lentera Hati, 2012);

53. Jilbab (Lentera Hati, 2012);

54. Kematian adalah Nikmat (Lentera Hati, 2013);

55. M. Quraish Shihab Menjawab pertanyaan Anak tentang Islam (Lentera Hati,

2014);

56. Birrul Walidain (Lentera Hati, 2014);84

C.Karakteristik Pemikiran M. Quraish Shihab

Secara umum karakteristik pemikiran keislaman Quraish Shihab adalah

bersifat rasional dan moderat. Sifat rasional pemikirannya diabdikan tidak untuk,

misalnya, memaksakan agama mengikuti kehendak realitas kontemporer, tetapi lebih

mencoba memberikan penjelasan atau signifikansi khazanah agama klasik bagi

masyarakat kontemporer atau mengapresiasi kemungkinan pemahaman dan

penafsiran baru tetapi dengan tetap sangat menjaga kebaikan tradisi lama. Dengan

kata lain, dia tetap berpegang pada adagium ulama al-muhafadzah bi al-Qadim al-

Shalih wa al-akhdz bi al-jadidal-ashlah (memelihara tradisi lama yang masih relevan

dan mengambil tradisibaru yang lebih baik).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa Muhammad

Quraish Shihab adalah sarjana muslim kontemporer Indonesia yang berhasil tidak

hanya dalam karier keilmuannya, tetapi juga dalam karier sosial kemasyarakatan,

terutama dalam bidang pemerintahan. Kesuksesan karier keilmuannya ditunjukkan

dengan kenyataan bahwa ia berhasil menyandang gelar doktor dari Universitas Al-

84http://QuraishShihab.com (diakses pada tanggal 02/03/2017, 11:23)

Page 72: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Azhar, Kairo dengan predikatSuma Cum Laude (Dengan pujian Tingkat Pertama),

dan tercatat sebagaidoktor pertama dalam bidang tafsir lulusan perguruan tinggi

tersebut untuk kawasan Asia Tenggara. Sedangkan kesuksesan karier sosial

kemasyarakatannya mengikuti kesuksesan karier keilmuannya, dari mulai menjadi

Pembantu Rektor, Rektor, Staf Ahli Mendikbud, Ketua MUI, Menteri Agama, Duta

Besar RI untuk Mesir dan Republik Djibauti yang berkedudukan di Mesir.

Informasi tersebut memperlihatkan bahwa ia adalah seorang ahli tafsir yang

pendidik. Keahliannya dalam bidang tafsir tersebut untuk diabdikan dalam bidang

pendidikan. Kedudukannya sebagai Pembantu Rektor, Rektor, Menteri Agama,

Ketua MUI, Staf Ahli Mendikbud, Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan,

menulis karya ilmiah, dan ceramah amat erat kaitannya dengan kegiatan pendidikan.

Dengan kata lain bahwa ia adalah seorang ulama yang memanfaatkan keahliannya

untuk mendidik umat. Hal ini ia lakukan pula melalui sikap dan kepribadiannya yang

penuh dengan sikap dan sifatnya yang patut diteladani. la memiliki sifat-sifat sebagai

guru atau pendidik yang patut diteladani. Penampilannya yang sederhana, tawadlu,

sayang kepada semua orang, jujur, amanah, dan tegas dalam prinsip adalah

merupakan bagian dari sikap yang seharusnya dimiliki seorang guru.

D. Pemikiran M. Quraish Shihab tentang Hak Perempuan

Di Indonesia masih terdengar suara dari beberapa para ulama yang melarang

perempuan untuk menduduki jabatan presiden, walaupun sudah tidak ada persoalan

Page 73: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

buat bangsa Indonesia dan ulamanya menyangkut hak perempuan untuk memilih dan

dipilih serta terlibat dalam lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, atau yudikatif.

Banyak dalil yang dikemukakan oleh para penentang hak perempuan, baik

dengan penafsiran ayat al-Qur‟an dan hadits Nabi saw. maupun dengan menunjuk

beberapa hal yang berkaitan dengan perempuan yang mereka nilai sebagai

kelemahan yang menghalangi mereka menyandang hak tersebut.

Misalnya merujuk kepada ayat :

عهى اننساء ) (٣٣انرجال قوايو

“Lelaki adalah pemimpin bagi perempuan” (Qs. An-Nisa 34).85

Mereka

memahaminya bersifat umum, padahal memahami penggalan ayat diatas dalam arti

khusus, yakni kehidupan berumah tangga justru lebih sesuai dengan konteks uraian

ayat, lanjutan ayat tersebut menegaskan sebab kepemimpinan itu, yakni antara lain

karena lelaki berkewajiban menanggung biaya hidup istri atau keluarga mereka

masing-masing. Quraish Shihab menafsirkan ayat ini bahwa ia tidak menolak

kepemimpinan perempuan selain dirumah tangga, uraian tentang ayat ini ternyata

hanya terfokus pada kepemimpinan rumah tangga sebagai hak suami.

Ada lagi yang merujuk pada firman Allah :

( في بيوتك (٣٣وقر

85Agus Hidayatulloh, Lc., M.A, dkk, Alwasim (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2013) h. 84.

Page 74: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

“ Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu” (Qs. Al-Azhab 33)86

Sebagai

perintah Allah kepada perempuan untuk tetap tinggal dirumah, tidak boleh keluar

kecuali bila ada keperluan mendesak. Pendapat ini pun tidak tepat. Kalaulah ayat ini

dipahami, di tujukan kepada semua perempuan bukan terbatas kepada istri-istri Nabi

saw. sebagaimana dipahami oleh sebagian ulama itu sama sekali bukan berarti

larangan terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan, termasuk kegiatan politik.

Tidak ditemukan dasar yang kuat bagi larangan tersebut. Justru sebaliknya

ditemukan sekian banyak dalil keagamaan yang dapat dijadikan dasar untuk

mendukung hak-hak perempuan dalam bidang politik, yakni :

dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka

adalahauliya menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh

(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,

menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi

rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs.

Taubah 71)87

Pengertian kata auliya mencakup kerjasama, bantuan, dan penguasaan,

sedangkan pengertian menyuruh yang makruf mencakup segala kebaikan kehidupan,

termasuk memberi nasihat kepada penguasa.Dengan demikian, setiap lelaki dan

86Ibid, h. 422.

87Departemen Agama RI, Op. Cit, h. 158

Page 75: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

perempuan hendaknya mampu mengikuti perkembangan masyarakatnya agar

masing-masing mampu melihat dan memberi saran (nasihat) dalam berbagai bidang

kehidupan, termasuk kehidupan politik.Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-

Misbah bahwa setiap warga negara; perempuan dan laki-laki hendaknya

berpartisipasi dalam mengelola kehidupan bersama masyarakat. Perempuan sama

halnya dengan laki-laki, memiliki hak dalam mengatur kepentingan umum, termasuk

di dalamnya menyuruh pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran ( amr ma‟ruf

nahy munkar). Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa perempuan mampu

mengemukakan pendapat yang benar, berpartisipasi dalam kegiatan politik, dan

bertanggung jawab atas semua tindakannya. Dengan kata lain, ayat di atas

menegaskan bahwa perempuan punya hak untuk menduduki seluruh jabatan politik,

termasuk menjadi pemimpin negara.88

Disisi lain, al-Quran juga mengajak umatnya (lelaki dan perempuan) untuk

bermusyawarah, yang terkandung dalam Firman-Nya :

dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan

shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan

mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (Q.S

Asy-Syuura 38)89

Ayat tersebut dijadikan dasar oleh banyak ulama untuk membuktikan adanya

hak berpolitik bagi setiap lelaki dan perempuan.Syura (musyawarah) telah

88M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah( Tangerang: Lentera Hati, 2006), h. 651.

89Prof. H. Mahmud Junus, Op. Cit, h. 439.

Page 76: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

merupakan salah satu prinsip pengelolaan bidang-bidang kehidupan bersama

menurut al-Qur‟an, termasuk kehidupan politik, dalam arti setiap warga masyarakat

dalam kehidupan bersamanya dituntut untuk senantiasa mengadakan

musyawarah.Atas dasar ini, dapat dikatakan bahawa setiap lelaki maupun perempuan

memiliki hak tersebut, karena tidak di temukan satu ketentuan agama pun yang dapat

dipahami sebagai melarang keterlibatan perempuan dalam bidang kehidupan

bermasyarakat termasuk dalam bidang politik.90

Al-Qur‟an menguraikan permintaan para perempuan pada zaman Nabi

Muhammad untuk melakukan baiat (janji setia kepada Nabi saw. dan ajaran Islam).

Permintaan ini terlaksana, sebagaimana di sebutkan dalam Firman-Nya :

Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk

Mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan

mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat

Dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan

mendurhakaimu dalam urusan yang baik, Maka terimalah janji setia mereka dan

mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q.S al-Mumtahanah 12)91

90M. Quraish Shihab, Op. Cit, h. 274

91Departemen Agama RI, Op.Cit, h. 439.

Page 77: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Diterimanya baiat para perempuan dapat menjadi bukti tentang hak mereka

untuk menentukan pilihannya yang berkaitan dengan kehidupan serta kebebasan

mereka untuk berbeda dengan kelompok lain dalam masyarakatnya.92

Kenyataan sejarah menunjukkan sekian banyak diantara kaum wanita yang

terlibat dalam politik praktis. Ummu Hani misalnya, dibenarkan sikapnya oleh Nabi

Muhammad saw. ketika memberi jaminan keamanan kepada sementara orang

musyrik (jaminan keamanan merupakan salah satu aspek bidang politik). Bahkan

istri Nabi Muhammad saw. sendiri, yakni Aisyah r.a., memimpin langsung

peperangan melawan Ali ibn Abi Thalib yang ketika itu menduduki jabatan Kepala

Negara. Peperanagan itu dikenal dalam sejarah Islam dengan nama Perang Unta (656

M). keterlibatan Aisyah r.a. bersama sekian banyak sahabat Nabi dan

kepemimpinannya dalam peperangan itu, menunjukkan bahwa beliau bersama para

pengikutnya menganut paham kebolehan keterlibatan perempuan dalam politik

praktis sekalipun.

92M.Qurais Shihab, Op.Cit. h. 382.

Page 78: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

BAB IV

ANALISIS PENDAPAT M. QURAISH SHIHAB TENTANG HAK-HAK

POLITIK PEREMPUAN

A. Pendapat M. Quraish Shihab tentang Hak-hak Politik Perempuan

Hak politik dapat diartikan sebagai hak warga negara untuk ikut berperan

aktif dan berpartisipasi langsung di dalam mengatur urusan pemerintahan, seperti

menjabat sebagai kepala negara atau menteri, maupun tidak langsung seperti

berkecimpung di lembaga-lembaga legislatif atau dewan lainnya.Tetapi pengertian

secara umum ialah bahwa hak politik berarti hak memilih dan dipilih, serta hak

menjalankan tugas-tugas umum tanpa ada perbedaan jenis kelamin.Menurut M.

Quraish Shihab, politik diartikan sebagai urusan dan tindakan atau kebijakan

mengenai pemerintahan negara atau negara lain. Politik juga berarti kebijakan dan

cara bertindak dalam menghadapi dan menangani satu masalah, baik yang berkaitan

dengan masyarakat maupun lainnya.93

M. Quraish Shihab dalam buku nya yang berjudul “Perempuan” menyatakan

Harus diakui bahwa memang ulama dan pemikir masa lalu tidak membenarkan

perempuan menduduki jabatan kepala negara, tetapi hal ini lebih disebabkan oleh

situasi dan kondisi masa itu, antara lain kondisi perempuan sendiri yang belum siap

untuk menduduki jabatan, jangankan kepala negara, menteri, atau kepala daerah pun

tidak. Perubahan fatwa dalam pandangan pastilah terjadi akibat perubahan kondisi

93Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,

1999), h. 205.

Page 79: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

dan situasi, dankarena itu tidak relevan lagi melarang perempuan terlibat dalam

politik praktis atau memimpin negara.94

Dalam kaitannya dengan hak-hak perempuan dalam bidang politik, M.Quraish

Shihab dalam bukunya yang berjudul"Wawasan al-Qur'an: TafsirMaudhu'i atas Pelbagai

Persoalan Umat" menegaskantidak ditemukan satu ketentuan agama pun yang dapat

dipahamisebagai larangan keterlibatan perempuan dalam bidang politik, atau

ketentuan agama yang membatasi bidang tersebut hanya untuk kaum lelaki. Di sisi

lain,cukup banyak ayat dan hadis yang dapat dijadikan dasar pemahaman untuk

menetapkan adanya hak-hak tersebut.95

M. Quraish Shihab dalam buku lainnya yang berjudul “ Membumikan al-

Qur‟an menyatakan salah satu tema utama sekaligus prinsip pokok dalam ajaran

Islam adalah persamaan antara manusia, baik antara lelaki dan perempuan maupun

antara bangsa , suku dan keturunan. Perbedaan yang digaris bawahi dan kemudian

meninggikan atau merendahkan seseorang hanyalah nilai pengabdian dan

ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.96

Apabila memperhatikan dan menyikapi pandangan dan pendapat M.Quraish

Shihab maka dalam perspektifnya bahwa perempuan mempunyai hak-hak politik.

Menurut analisis penulis bahwa pokok-pokok pikiran M.Quraish Shihab yang

menjadi esensi dari perjuangan wanita adalah “memanusiakan wanita”. Wanita tidak

94M.Quraish Shihab, Perempuan(Tangerang: Lentera Hati, 2014), h. 385.

95M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an; Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat

(Bandung: Mizan Pustaka, 2003), h. 314.

96M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an (Jakarta: Mizan Pustaka, 1997), h. 296.

Page 80: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

lagi sekedar dilihat sebagai objek, pelayan suami, atau keluarganya, tetapi wanita

juga dilihat sebagai manusia yang merdeka serta adanya persamaan hak antara laki-

laki dan perempuan. Beliau tidak menghalangi apa yang menjadi hak kaum wanita

dan memberi kesempatan terhadap suatu potensi yang dimiliki oleh wanita untuk

dapat memimpin atau berperan dalam usaha memakmurkan umat dan berposisi

dalam arti menyeru kepada kebenaran dan mencegah kebathilan.Dan setiap manusia

akan kembali kepada Tuhan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Wanita

sejajar dengan pria, punya fitrah yang suci, dan kemuliaannya disisi Allah diukur

bukan berdasarkan jenis kelaminnya, tetapidari ketebalan taqwanya. Dengan

demikian, Islam menempatkan perempuan dalam posisi yang tinggi. Quraish Shihab

mempunyai penafsiran tersendiri, yang tidak sepenuhnya mengikuti pandangan para

mufassir tradisional ataupun mufassir kontemporer. Latar belakang kehidupan

Quraish Shihab berpengaruh terhadap penafsirannya. Pemikirannya terhadap suatu

ayat dalam Al-Qur‟an tak lain karena pemikiran tersebut sesungguhnya merupakan

satu bagian dari usahanya untuk mendekatkan teks dengan realitas kontemporer.

Beberapa pranata sosial Arab jahiliah yang diskriminatif, bahkan cenderung

tidak menghargai perempuan, berhasil diperbaiki. Di antaranya adalah masalah

warisan. Semula, perempuan tidak berhak mendapat warisan, bahkan perempuan di

zaman jahiliah dipandang sebagai barang yang dapat diwariskan. Tradisi itu hilang

setelah Islam diturunkan dan perempuan mendapat kedudukan dan hak yang setara

dengan laki-laki.Dalam bidang politik, banyak wanita muslimah yang ikut dalam

kegiatan politik praktis. Dalam pertempuran, Ummu Aiman dan 'Aisyah tercatat

Page 81: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

sebagai anggota regu penolong korban yang terluka dan menyiapkan kebutuhan

makan dan minum pasukan. Bahkan, Aisyah pernah memimpin pasukan dalam

Perang Jamal.

Beberapa perempuan lainnya yang dikenal sebagai kepala negara, antara lain

dari dinasti Mongol terdapat Sultanah Kuthugh Turkan (681 H /1282 M ), Absh

Khatun (1287 M), Padisyah Khatun (1295 M), Dawlat Khatun, dan Sati Bek

(739H).Di Baghdad terdapat Sultanah Tindu, Sultanah Fatema di Asia Tengah

(1679-1681). Di Meldives/Maladewa ada Sultanah Khodija (1379 M), Sultanah

Myriam (1383), Sultanah Fatima (1388). Di Aceh juga pemah diperintah oleh para

sultanah, yaitu Taj al Alam Din Shah (1641-1675), Nur Al Alam Din Shah(1675-

1678), mayat Shah Din Shah(1678-1688), dan Kamalat Shah (1699).97

Dari beberapa sejarah pemerintahan terdahulu dapat diketahui bahwa

perempuan memiliki kemampuan untuk memimpin negara. Tampaknya, budaya

masyarakat patriarki yang menempatkan perempuan pada posisi inferior sering

menjadi penyebab timbulnya penilaian subjektif yang meragukan kemampuan

perempuan untuk menduduki suatu jabatan. Penilaian atas hasil kerja pejabat

perempuan sering dimaksudkan untuk mencari-cari kelemahan dan kesalahannya,

dan jarang menampilkan keberhasilannya. Akibatnya timbul persepsi bahwa

perempuan tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Diskriminasi

penilaian semacam ini sering terjadi karena evaluasi tentang kekurangan itu tidak

diberlakukan pada pejabat yang berjenis kelamin pria. Hal ini didasarkan adanya

97Fatima Memmisi ,Setara di Hadapan Allah (Yogyakarta: LSPPA, 1995), h. 227.

Page 82: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

persepsi bahwa laki laki memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan tinggi.

Persepsi yang bias jender semacam ini perlu diluruskan. Hal itu disebabkan oleh

realitas sejarah yang tersebut dalam Al-Qur'an ataupun yang terjadi di beberapa

negeri menunjukkan bahwa perempuan memiliki kapabilitas sebagai pemimpin

negara.

Page 83: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

B. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap pendapat Muhammad Quraish

Shihab tentang hak-hak politik perempuan.

Al-Qur‟an merupakan kitab suci pertama yang memberikan martabat kepada

perempuan sebagai manusia.Kitab suci ini memberikan banyak hak kepada

perempuan dalam masalah perkawinan, perceraian, kekayaan dan warisan.Masa Nabi

SAW merupakan masa yang ideal bagi kehidupan perempuan, karena mereka dapat

berpartisipasi secara bebas dalam kehidupan publik tanpa dibedakan dengan kaum

laki-laki.98

Islam tidak membedakan eksistensi antara laki-laki dan perempuan dalam

kapasitasnya sebagai hamba Allah, khalifah, dan perjanjian primordial dengan Allah.

Di samping itu, Islam juga tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan untuk

memperoleh kesempatan kerja dan meraih prestasi yang setinggi-tingginya pada

bidang-bidang yang dibenarkan Islam, melainkan semua manusia diberikan

kesempatan dan hak yang sama sehingga antara laki-laki dan perempuan

berkompetisi secara sehat, tanpa mengabaikan kodrat mereka masing-masing

Pembicaraan tentang hak-hak politik perempuan dalam islam adalah bahwa

ada beberapa hak yang telah ditetapkan oleh Allah untuk perempuan dalam

masyarakatnya yang memiliki elemen-elemen utama dan ciri-ciri khas yang

membedakannya dari masyarakat lainnya. Islam adalah agama yang komprehensif

dan syariat yang tidak bisa dibagi-bagi. Artinya, ketika Islam telah menetapkan untuk

98Agus Nuryanto, Islam Teologi Pembebasan dan Kesetaraan Gender ( Yogyakarta: UII

Press, 2001), h. 61.

Page 84: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

perempuan apa yang telah ia tetapkan dari hak-hak politik, yang diantaranya adalah

ikut berpartisipasi dalam urusan-urusan umum, Islam menegakkan itu untuk

menegakkan hukum di negara muslim berdasarkan kaidah musyawarah, prinsip

persamaan hak dan kewajiban bagi setiap warga negaranya, prinsip

pertanggungjawaban penguasa, prinsip keadilan, serta prinsip-prinsip mendasar

yang dijadikan Islam sebagai dasar-dasar yang baku dalam sistem hukum Islam.99

Selain pendapat yang memperbolehkan perempuan memimpin negara, ada

pula pendapat yang tidak memperbolehkannya. Hal ini mengundang adanya pro dan

kontra di kalangan kaum muslimin. Jangankan sebagai kepala negara, sebagai kepala

rumah tangga pun masih banyak yang keberatan. Masing-masing pendapat tersebut

diperkuat dengan dalil yang bersumber pada Al-Qur'an dan hadis sehingga hal

tersebut sering membingungkan masyarakat, karena dalil Al-Qur'an dan hadis

merupakan sumber pokok ajaran Islam

Dalam Islam, hak-hak politik perempuan memunculkan dua pendapat yang

berbeda dengan masing-masing bersandar pada Al-Qur‟an dan sunnah. Pertama,

Islam tidak mengakui prinsip persamaan antara perempuan dan laki-laki dalam hak-

hak politik.Kedua, Islam tidak menghalangi perempuan untuk mendapatkan hak-hak

politiknya sekalipun ada segolongan dari golongan-golongan yang berpendapat

demikian, yang menyatakan bahwa masyarakat belum memiliki kesiapan jika

perempuan di masa sekarang menggunakan hak politik tersebut.

99Farid Abdul Khalid, Op.cit, h. 144.

Page 85: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Dalil yang digunakan bahwa islam tidak mengakui prinsip persamaan

perempuan dengan laki-laki dalam hak-hak politik yaitu firman Allah SWT dalam

surah An-Nissa :

عهى اننساء (٤٣)انرجال قوايو

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah

melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). (Qs. An-

Nisa 34).

Ayat tersebut banyak dijadikan alasan pembenaran untuk membatasi hak-

hak perempuan. Menurut M. Quraish Shihab, berbicara mengenai hal ini, ayat Ar-

rijalu qawammuna 'alan nisa' biasanya dijadikan sebagai salah satu rujukan, karena

ayat tersebut berbicara tentang pembagian kerja antara suami-istri. Memahami pesan

ayat ini, perlu menggarisbawahi terlebih dahulu dua butir prinsip yang melandasi hak

dan kewajiban suami-istri:

1. Terdapat perbedaan antara pria dan wanita, bukan hanya pada bentuk fisik

mereka, tetapi juga dalam bidang psikis.

2. Pola pembagian kerja yang ditetapkan agama tidak menjadikan salah satu

pihak bebas dari tuntutan minimal dari segi moral untuk membantu

pasangannya.100

Ayat ini tidak tepat dijadikan alasan untuk menolak perempuan menjadi

pemimpin di dalam masyarakat. Ayat ini terkait dengan kepemimpinan di dalam

100M. Quraish Shihab, Op.Cit, 309.

Page 86: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

rumah tangga, bukan dalam pengertian umum. Karenanya, perempuan yang memiliki

sifat maskulin, seperti independen, tidak emosional, rasional, ataupun percaya diri

dapat menjadi pemimpin dalam rumah tangganya. Fakta di masyarakat menunjukkan

bahwa banyak perempuan yang dinilai berhasil sebagai kepala rumah tangga, seperti

kasus istri ditinggal mati suami, suami sakit dalamwaktu lama.

Para ulama, seperti ibnu abbas, menegaskan bahwa masalah kepemimpinan

diambil dari ayat tersebut.Ia mengatakan bahwa laki-laki memiliki kekuasaan atas

perempuan. Tetapi mereka memahaminya bersifat umum, padahal memahami

penggalan ayat diatas dalam arti khusus, yakni kehidupan berumah tangga justru

lebih sesuai dengan konteks uraian ayat, lanjutan ayat tersebut menegaskan sebab

kepemimpinan itu, yakni antara lain karena lelaki berkewajiban menanggung biaya

hidup istri atau keluarga mereka masing-masing.

Seruan Allah dalam hal aktivitas perempuan di dunia publik secara umum

mempunyai implikasi pada hukum yang berkaitan dengan wanita dalam

kedudukannya sebagai individu manusia. Islam menetapkan hukum yang sama

antara pria dan wanita dalam masalah kewajiban berdakwah (amar ma'rufnahi

munkar), kewajiban menuntut ilmu, serta kewajiban menunaikan ibadah-ibadah

ritual (mahdhah).101

Serta hadis yang diriwayatkan Abu Bakrah yang mengatakan:

أبي ب يفهح قوو ونوا أيرهى ايرأة: كرة، قال اننبي صهى اهلل عهيه وسهىع ن

101Siti Muslikhati, Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbangan Islam

(Jakarta: Gema Insani, 2004) h. 130.

Page 87: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Tidak akan berbahagia suatu kaum yang menyerah urusan mereka kepada

perempuan.(H.R al-Bukhari). Menurut Quraish Shihab, hadis ini khusus berlaku pada

masyarakat Persia ketika itu, bukan untuk semua masyarakat dan dalam semua

urusan. Memang ada kaidah ushul fiqh yang melihat sebuah nas dari keumuman

lafalnya (al-ibrah bi‟umum al-lafzh), tidak melihat kekhususan sebab (la bikhushus

as-sabab).Tetapi dalam kasus hadis di atas, kaidah ini tidak relevan untuk diterapkan

karena tidak ditemukan indikasi yang menunjukkan bahwa hadis ini berlaku umum.

Lafal qaum bukanlah lafal „am102

. Justru yang lebih relevan diterapkan dalam kasus

hadis tadi adalah kaidah yang menyatakan, al-ibrah bikhushus as-sabab la bi‟umum

al-lafzh(yang dilihat adalah kekhususan sebab, bukan keumuman lafal). Dengan cara

ini, nas akan lebih sesuai dengan konteks asbab al-wurud serta cocok dengan

kenyataan yang ada.

Dengan alur pemikiran seperti ini maka hadis tadi sesungguhnya tidak

melarang secara tegas seorang perempuan menjabat sebagai pemimpin.Kalau

dijadikan alasan bahwa wanita memiliki kemampuan nalar di bawah laki-laki, maka

alasan ini dapat dimengerti sebab perempuan pada masa itu minim akses

informasi.Wajar saja jika wanita di abad pertengahan terpinggirkan dalam peran

sosial politik karena lingkungan ketika itu kurang memberikan peluang secara

berimbang antara laki-laki dan perempuan.Padahal, pada masa Rasulullah, Siti

Aisyah mampu meriwayatkan 2210 hadis dan mengalahkan kalangan sahabat Nabi

laki-laki.Mengenai bahwa perempuan memiliki kemampuan fisik yang lemah

102Wahbah az-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami( Beirut: Dar al-Fikr al- Mua‟shir 1989), h. 38.

Page 88: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

memang demikian halnya.Namun, kelemahan ini tidak terlalu berpengaruh jika

ditunjang oleh fasilitas yang memadai.Ini juga sekaligus merupakan faktor yang

menutupi kekhawatiran banyak orang tentang ketidakmampuan wanita dalam menata

mental-spritualnya.

Sebab-sebab perbedaan antara ulama terdahulu dan ulama sekarang dalam

masalah hak-hak politik perempuan merujuk kepada dua perkara mendasar, yaitu:

Pertama, terjadinya beberapa kejadian yang baru dalam bidang politik keagamaan

yang tidak ada nash atas hukumnya, dan ijtihad ulama-ulama terdahulu tentang

masalah politik keagamaan ini tidak banyak. Seperti tentang pemilihan umum,

partai-partai politik, lembaga-lembaga konstitusional, perempuan menduduki

jabatan-jabatan dalam pemerintahan yang termasuk dalam wewenang umum,

misalnya jabatan kementrian dan jabatan presiden, juga tentang ketetapan undang-

undang negara-negara Arab dan Islam yang memberikan kepada perempuan hak-hak

politiknya atas dasar persamaan antara perempuan dan laki-laki dalam hak-hak

politik tersebut, misalnya hak memilih dan di pilih untuk menjadi anggota parlemen.

Oleh karena itu, diperlukan dibukanya pintu ijtihad dari jalan kiasan, ini merupakan

suatu perkara yang dituntut oleh sunah Allah (ketentuan Allah ) dalam

perkembangan dan perubahan kondisi. Perlu adanya ijtihad yang sah di setiap zaman,

sebab semua kejadian tidak hanya terjadi di satu zaman saja.

Page 89: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Kedua,adanya kesalahan-kesalahan fundamental dan perbedaan dalam memahami

nash, juga perbedaan dalam mengambil hukum dari ayat-ayat dan hadis-hadis

hukum.103

Tidak ditemukan dasar yang kuat bagi larangan tersebut.Justru sebaliknya

ditemukan sekian banyak dalil keagamaan yang dapat dijadikan dasar untuk

mendukung hak-hak perempuan dalam bidang politik.Yang diantaranya mengajak

umatnya (lelaki dan perempuan) untuk bermusyawarah :

dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan

shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan

mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (Qs.

Asy-Syuura 38)

Ayat tersebut dijadikan dasar oleh banyak ulama untuk membuktikan adanya

hak berpolitik bagi setiap lelaki dan perempuan. Syura (musyawarah) telah

merupakan salah satu prinsip pengelolaan bidang-bidang kehidupan bersama

menurut al-Qur‟an, termasuk kehidupan politik, dalam arti setiap warga masyarakat

dalam kehidupan bersamanya dituntut untuk senantiasa mengadakan musyawarah.

Atas dasar ini, dapat dikatakan bahawa setiap lelaki maupun perempuan memiliki

hak tersebut, karena tidak di temukan satu ketentuan agama pun yang dapat dipahami

103Farid Abdul Khalid, Fikih Politik Islam (Jakarta: Amzah, 1998), h. 139.

Page 90: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

sebagai melarang keterlibatan perempuan dalam bidang kehidupan bermasyarakat

termasuk dalam bidang politik.104

dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka

adalahauliya menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh

(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,

menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi

rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Qs. at-

Taubah 71)

Pengertian kata auliya mencakup kerjasama, bantuan, dan penguasaan,

sedangkan pengertian menyuruh yang makruf mencakup segala kebaikan kehidupan,

termasuk memberi nasihat kepada penguasa. Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir

al-Misbah bahwa setiap warga negara, perempuan maupun laki-laki hendaknya

berpartisipasi dalam mengelola kehidupan bersama masyarakat. Perempuan sama

halnya dengan laki-laki, memiliki hak dalam mengatur kepentingan umum, termasuk

didalamnya menyuruh pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Dengan kata

lain, ayat di atas menegaskan bahwa perempuan mempunyai hak untuk menduduki

seluruh jabatan politik, termasuk menjadi pemimpin negara.

Islam tidak mengharamkan perempuan untuk mengambil dan melakukan hak-

hak politik, juga tidak menutupi persamaannya dengan laki-laki dalam hak dan

104M. Quraish Shihab, Op.Cit. h. 439.

Page 91: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

kewajiban. Islam juga tidak menghalangi aktivitas berpolitiknya atau

menghalanginya untuk ikut serta dalam anggota majelis permusyawaratan dalam

mengusulkan undang-undang atau pengawasan atas para pejabat, dimulai dari

kewajiban menasihati, selanjutnya meminta pertanggungjawaban secara berangsur-

angsur dan terakhir sebagai hak atau wewenang majelis permusyawaratan;

memberhentikan penguasa atau menghancurkan pemerintahannya. Islam juga tidak

melarang perempuan menduduki jabatan kementerian atau jabatan yang lebih tinggi

lagi. Tidak ada nash yang jelas dan pasti dalam Al-Qur'an dan sunnah yang melarang

hal demikian.105

105Farid Abdul Khalid, Op.Cit, h. 148.

Page 92: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian yang penyusun lakukan, akhirnya dapat

ditarik kesimpulan bahwa Analisis Pemikiran M. Qurais Shihab tentang Hak-Hak

Politik Perempuan sebagai berikut:

1. Pendapat M. Quraish Shihab tentang hak-hak politik perempuan bahwa

menurutnya, perempuan mempunyai hak-hak politik yang sama dengan kaum

pria seperti hak untuk menjadi kepala negara, menteri, atau kepala daerah.

ulama dan pemikir masa lalu tidak membenarkan perempuan menduduki

suatu jabatandisebabkan karena situasi dan kondisi masa itu. Perubahan fatwa

dan pandangan pastilah terjadi akibat perubahan kondisi dan situasi, dan

karena itu tidak relevan lagi melarang perempuan terlibat dalam politik

praktis atau memimpin negara.

2. Menurut tinjauan hukum Islam adalah bahwa Islam tidak mengharamkan

perempuan untuk mengambil dan melakukan hak-hak politik, Islam juga

tidak menghalangi aktivitas berpolitiknya, Islam juga tidak melarang

perempuan menduduki jabatan kementerian atau jabatan yang lebih tinggi

lagi. Tidak ada nash yang jelas dan pasti dalam Al-Qur'an dan sunnah yang

melarang hal demikian dan dalam implikasinya perempuan menurut Quraish

Shihab, memiliki hak di bidang politik, seperti terdapat dalam Q.S. 9:71.

Page 93: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

Dalam ayat tersebut dikemukakan bahwalaki-laki dan perempuan memiliki

kewajiban melakukan kerja sama dalamberbagai bidang kehidupan, termasuk

bidang politik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis di atas, maka penulis dapat memberikan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Kepemimpinan adalah sesuatu yang harus dilatih dan diupayakan, bukan

sesuatu yang sudah melekat sejak lahir. Ini berarti bahwa baik laki-laki

maupun perempuan sama-sama memiliki hak kepemimpinan dalam

kehidupan.

2. Kepada para ulama tidak ada dalil atau nash yang melarang pasti bahwa

perempuan tidak mempunyai hak untuk menjadi pemimpin, karena

kemitrasejajaran telah diajarkan dalam Islam dan setiap fatwa pasti lah

berubah sesuai kondisi dan situasi.

3. Hendaknya para perempuan untuk meningkatkan kemampuan, kualitas serta

melibatkan diri dalam berbagai kegiatan politik dimasyarakat maupun

bernegara terutama hal kepemimpinan dalam membangun bangsa.

Page 94: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

94

DAFTAR PUSTAKA

Abu A‟la, Maulana. Hak-hak Asasi Manusia dalam Islam, Jakarta: Bumi Aksara,

2004.

Al-Banna, Hasan.Revisi Politik Perempuan. Bogor: Idea Pustaka Utama. 2003.

Al-Ghazali, Muhammad.Al-Islam wa Al-Thaqat al-Mu‟athalak. Kairo: Dar al-

Kutub. 1964.

Al-Munawwir, Ahmad Warson.Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia

Terlengkap. Yogjakarta: Pustaka Progresif. 1997.

Al-Qardhawy, Yusuf.Fiqh Daulah dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sunnah.

Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 1998.

Ashiddieqy, Hasbi. Pengantar Fiqh Muamalah. Jakarta: Pustaka Risky Putra.

1999.

Ashofa, Burhan. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.1998.

Asy-Syarqawi, Abdurrahman Riwayat Sembilan Imam Fiqih. Jakarta: Pustaka

Hidayah 1999.

Athibi, Ukasyah. Wanita Mengapa Merosot Ahlaknya. Jakarta: Gema Insani.

1998.

Az-Zuhaili, Wahbah.Ushul Fiqh al-Islami. Beirut: Dar al-Fikr al-Mua‟ashir.

1989.

Bakry, Husbullah. Sistematika Filsafat, wijaya Jakarta: 1979.

Basyir, Ahmad Azhari. Asas-asas Hukum Muamalat. Yogyakarta: UII Pres. 2004.

KBBI, Edisi Keempat.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2011.

Chalil, Moenawir. NilaiWanita. Solo: Ramadhani. 1984.

Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahannya.Bandung: Diponogoro.

2000.

Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahan.Solo: Qomari Prima. 2007.

Depdiknas.KBBI. Jakarta: Balai Pustaka. 2002.

Frenki.Politik Hukum Islam.LP2M IAIN Raden Intan. 2015.

Page 95: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

95

Hidayatulloh, Agus Lc., M.A, dkk. Alwasim.Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2013.

http://quraishshihab.com (diakses pada tanggal 02/03/2017, 11:23).

Iqbal, M. Fiqh Siyasah. Jakarta: Prenadamedia. 2014.

Khaliq, Farid Abdul. Fikih Politik Islam.Jakarta: Amzah. 2005.

Laonso, Ahmad dan M. Jamil.Hukum Islam Solusi Altenatif terhadap Masalah

Fiqh Kontemporer. Jakarta: Restu Ilahi. 2005.

Mahali, A. Mudjab. Menikahlah Engkau Menjadi Kaya. Yogyakarta: Mitra

Pustaka. 2001.

Mahmud, Junus. Terjemah Al-Qur‟an Al-Karim ,Bandung: Al-Ma‟Arif. 1985.

Mahmoud, Abbas. Wanita dalam Al-Qur‟an. Jakarta: Bulan Bintang. 1985.

Memmisi, Fatima.Setara di Hadapan Allah. Yogyakarta: LSPPA. 1995. h. 227.

Mulia, Siti Musda. Islam & Kesetaraan Gender. Yogyakarta: Kibar Press. 2006.

Mulia, Siti Musda dan Anik Farida.Perempuan & Politik. Jakarta: Gramedia

Pustaka. 2005.

Muslikhati, Siti.Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbangan

Islam Jakarta: Gema Insani, 2004

Nata, Abuddin Tokoh-Tokoh Pembaharuan Islam di Indonesia,. Jakarta: Raja

Grafindo Persada. 2005.

Nazir,M. Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia. 2003

Noer, Deliar. Pengantar ke Pemikiran Politik. Jakarta: Rajawali. 1983.

Nurdin, A. Fauzie. Wanita Islam & Transformasi Keagamaan. Yogyakarta: Gama

Media. 2009.

Nuryanto, Agus. Islam Teologi Pembebasan dan Kesetaraan Gender,

Yogyakarta: UII Press.2001.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesi.Jakarta:Balai Pustaka. 2007.

Quthub, M. Ali. Bai‟at Kaum Wanita terhadap Rasulullah. Surabaya: Bina Ilmu.

1984.

Page 96: Skripsi - UIN Raden Intanrepository.radenintan.ac.id/2838/1/SKRIPSI_AYU_LESTARI.pdf · Mendapatkan Gelar Serjana Hukum (S.H) Oleh Ayu Lestari 1321020143 Program Studi Siyasah Pembimbing

96

Raziqin, Badiatul. dkk. 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia. Yogyakarta: e-

Nusantara. 2009.

Rudi, T. May. Pengantar Ilmu Politik: Wawasan Pemikiran & Kegunaannya.

Bandung: Refika Aditama. 2003.

Samidjo.Ilmu Negara. Bandung: Armico. 1997.

Surbakti, Ramlan. Memahami Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana. 1999.

Syafiie, Inu Kencana. Ilmu Politik. Jakarta: Rineka Cipta. 2010

Shihab. M. Quraish. Membumikan Al-Qur‟an, Jakarta: Mizan. 1997.

Shihab, M. Quraish.Perempuan .Tangerang: Lentera Hati. 2014

Shihab,M. Quraish. Tafsir Al-Misbah.Tangerang: Lentera Hati. 2006

Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Qur‟an. Bandung: Mizan Pustaka. 2003.

Sudarsono.Kamus Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.2007.

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif , Bandung: Alfabeta. 2010.

Suntana, Ija. Pemikiran Ketatanegaraan Islam.Bandung: Pustaka Setia. 2010.

Sutinah, Bagong Suyanto. Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Kencana. 2005.

Usman, Hasan. Metode Penelitian Sejarah, Departemen Agama. 1986.

Yazid, Abu. Fikih Politik. Jakarta: Erlangga. 2002.