HUBUNGAN ANTARA PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS WONOSOBO I SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Oleh: SRI LESTARI A2.1000380 i
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN ANTARA PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)
DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA
TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS WONOSOBO I
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh:
SRI LESTARI
A2.1000380
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2012
i
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya ajukan tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang sepengatahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Wonosobo, ..............2012
Peneliti
Sri Lestari
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa
Skripsi yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)
DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA
TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS WONOSOBO I
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : SRI LESTARI
NIM : A2.1000380
Telah dipertahankan dan dinyatakan
Memenuhi syarat untuk diujikan
Pembimbing I
(Ery Purwanti, M.Sc)
Pembimbing II
(Isma Yuniar, S.Kep Ns.,M.Kep)
Mengetahui
Ketua Prodi S1 Keperawatan
(Herniyatun, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat)
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa
Skripsi yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)
DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA
TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS WONOSOBO I
Disusun oleh:
Nama : SRI LESTARI
NIM : A2.1000380
Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji:
Pada tanggal 8 September 2012
Penguji I
H. Marsito,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom. ............................................
xvi + 51 Halaman + 4 tabel + 2 Gambar + 4 Lampiran
HUBUNGAN ANTARA PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS WONOSOBO I
ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit tuberkulosis (TBC) adalah penyakit kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Pengobatan pada penderita TBC dapat dilakukan dengan beberapa kombinasi obat yang memang ditujukan untuk membasmi kuman. WHO merekomendasikan strategi pengobatan DOTS, yaitu penderita minum obat dengan diawasi pengawas menelan obat. Tujuan : mengetahui hubungan antara peran pengawas menelan obat (PMO) dengan keberhasilan pengobatan penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Wonosobo I.Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian correlational research dengan pendekatan retrospektif dengan menggunakan uji chi square. Sampel yang digunakan terdiri dari 50 responden dengan menggunakan total sampling. Variabel independent dalam penelitian ini adalah peran pengawas menelan obat, sedangkan variabel dependentnya adalah keberhasilan pengobatan penderita tuberkulosis paru. Hasil Penelitian : PMO adalah mendukung yaitu sebanyak 27 responden (54,0%) dan yang tidak mendukung sebanyak 23 responden (46,0%). Responden yang berhasil dalam pengobatan TB yaitu sebanyak 38 responden (76,0%) dan hanya 12 responden (24,0%) yang tidak berhasil dalam pengobatan TB. Dengan uji statistik chi square menunjukkan bahwa Terdapat hubungan yang signifikan antara peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan TB di Puskesmas Wonosobo I (p: 0,008). Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan TB di Puskesmas Wonosobo I. p value:0,008(p<0,05)
Kata kunci : Pengawas menelan obat, keberhasilan pengobatan, TB paru.
v
First Degree Study Program On NursingMuhammadiyah Hygiene Academy of Gombong
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ROLE OF MEDICINE INTAKE SUPERVISOR AND THE ACHIEVEMENT ON PULMONARY
TUBERCULOSIS PATIENT MEDICATION AT WONOSOBO 1 PUBLIC HEALTH SERVICE
ABSTRACT
Background : The tuberculosis (TBC) is a chronic spreading disease which has remained to be one of the greatest cases among the world community including Indonesia. Treatment on this disease may be applied by means of devastating medication on germs. World Health Organization (WHO) has recommended DOTS medication system, the patients consume the medicine under the control of medication intake supervisor.
Purpose : In order to discover the relationship between the role of medicine intake supervisor (PMO) and the achievement on pulmonary tuberculosis patient medication at Wonosobo 1 Public Health Service.
Research Method : This research is a correlation research approaching retrospective and applying chi square test. The samples used during this research included 50 respondents applying total sampling. The independent variable during this research was the role of medicine intake supervisor, and the dependent variable was the achievement on pulmonary tuberculosis patients.Research Result : PMO supported as many 27 as respondents (54%) and unsupported as many 23 as respondents (46%). The respondents over successful medication TB reached 38 respondents (76%) and only 12 respondents came to failure (24%). By mean of chi square test it suggested that there was significant correlation between the role of PMO and the achievement of TB medication at Wonosobo 1 Public Health Service (p:0,008).
Conclusion : There is a significant correlation between the role of PMO and the achievement on TB medication at Wonosobo 1 Public Health Service, as stated by p value : 0,008 (p<0,05).
Key Words : Medicine intakes supervisor, medication achievement, pulmonary tuberculosis.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpah
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Hubungan Antara Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan
Keberhasilan Pengobatan Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Wonosobo
I”. Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas akhir pada
jenjang S1 Keperawatan Program Study Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
Penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan,
serta pengarahan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. H. Giyatmo, S.Kep, Ns , selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong.
2. Herniyatun, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat selaku Ketua Program Studi S1 STIKES
Muhammadiyah Gombong.
3. Ery Purwanti, M.Sc, selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan
waktu, pemikiran, perhatian dan memberikan pengarahan dalam
membimbing penulis untuk penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
4. Isma Yuniar, S.Kep Ns.,M.Kep, selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan waktu, pemikiran, perhatian dan memberikan pengarahaan
dalam membimbing penyusunan skripsi ini.
5. Suami serta anak-anakku tercinta yang telah memberikan dukungan dan
doanya.
6. Semua teman-teman seperjuangan penulis dari prodi S1 Keperawatan
angkatan 2012 STIKES Muhammadiyah Gombong.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan dukungan dan semangat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
segenap pembaca dan pemerhati pada umumnya, semoga Allah SWT senantiasa
vii
melimpahkan Rahmat-Nya. Amin
Gombong, ...............................2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iv
ABSTRAK................................................................................................. v
KATA PENGANTAR............................................................................... vii
DAFTAR ISI.............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 8
E. Keaslian Penelitian ......................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Pengawas Minum Obat......................................................... 11
B. Tuberkulosis Paru........................................................................... 12
C. Kerangka Teori............................................................................... 29
D. Kerangka Konsep............................................................................ 30
E. Hipotesis Penelitian........................................................................ 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian............................................................ 31
B. Populasi dan Sampel....................................................................... 31
C. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 32
D. Variabel Penelitian.......................................................................... 32
E. Definisi Operasional....................................................................... 33
F. Metode Pengumpulan Data............................................................. 34
G. Instrumen Penelitian....................................................................... 34
H. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data............................................ 35
ix
I. Etika Penelitian............................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian............................................................................... 40
B. Pembahasan..................................................................................... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..................................................................................... 47
B. Saran .............................................................................................47
1. Pengetahuan2. Sikap3. Umur 4. Pendidikan 5. Pekerjaan 6. Kepercayaan7. Pemakaian OAT8. Petugas kesehatan9. Keluarga 10.Masyarakat10.
Keberhasilan pengobatan TB Paru
Peran PMO
Variabel bebas Variabel terikat
Keterangan :
: gambar kotak: variabel yang diteliti
: gambar kotak titik-titik: variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.2: Kerangka Konsep
E. Hipotesa
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara peran
Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan keberhasilan pengobatan penderita
TB paru di Puskesmas Wonosobo I.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian correlational research yaitu
mengetahui hubungan antara peran pengawas menelan obat dengan angka
keberhasilan pengobatan TB Paru. Metode penelitian yang digunakan
adalah survey dengan wawancara dengan kuesioner melalui pendekatan
retrospektif yaitu penelitian berupa pengamatan terhadap peristiwa-
peristiwa yang yang telah terjadi bertujuan untuk mencari faktor yang
berhubungan dengan penyebab. (Arikunto, 2006).
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien penderita TB paru yang telah
mendapat pengobatan pada selama tahun 2011 dengan jumlah 50
penderita dimana akhir pengobatanya dihitung pada tahun 2011.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian yang diambil dari seluruh obyek
yang diteliti dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu sampel penelitian
diambil seluruhnya dari populasi. Jadi sampel dalam penelitian ini
sebanyak 50 penderita TB.
30
Kriteria inklusi pada penelitian ini:
a. Pasien TB yang tinggal menetap di Wilayah
Kerja Puskesmas Wonosobo I.
b. Pasien TB yang baru pertama kali menjalani
pengobatan TBC (kasus baru).
c. Pasien TBC yang mampu berkomunikasi
dengan baik dan tidak buta huruf.
d. Bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi:
a. Pasien TB yang berobat tidak teratur di Puskesmas Wonosobo I.
b. Pasien TB yang sudah selesai menjalani pengobatan TB di Puskesmas
Wonosobo I.
c. Pasien TB yang menjalani pengobatan ulang TB (kasus kambuh).
d. Pasien TB yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik.
e. Tidak bersedia menjadi responden.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Wonosobo I pada bulan Mei
2012.
Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah peran Pengawas Menelan Obat
(PMO). Sedangkan variabel terikatnya adalah keberhasilan pengobatan TB
paru.
31
Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
VariabelDefinisi
OperasionalCara Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
Peran PMO Peran Pengawas menelan obat peran yang dijalankan oleh orang yang bertugas mengawasi pasien TB dalam melaksanakan kepastian obat TB dapat diminum secara tepat oleh pasien.
Dengan menggunakan 15 butir pertanyaan tentang peran pengawas menelan obat:2: jika penderita
menjawab ya pada pertanyaan positif dan menjawab tidak pada pertanyaan negatif
1: jika penderita menjawab tidak pada pertanyaan positif dan menjawab ya pada pertanyaan negatif
Peran PMO mendukung skor >=50%
Peran PMO tidak mendukung skor <=50%
(Arikunto 2007)
Nominal
Keberhasilan pengobatan TB paru
Adalah hasil pengobatan TB Paru dari uji bakteriologik dan klinik pada penderita TB paru BTA (+) yang menjalani pengobatan OAT jangka pendek yang telah menjadi BTA (-) pada akhir fase lanjutan bulan ke 5 dengan lama pengobatan
Menggunakan lembar observasi tentang keberhasilan pengobatan TB setelah menjalani pengobatan selama 5 bulan
Berhasil jika BTA (-)
Tidak berhasil jika BTA (+)
Nominal
32
VariabelDefinisi
OperasionalCara Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
selama 6 bulan
Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung mendatangi responden
dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner pada responden.
b. Data Sekunder
Data yang didapatkan dari dokumen pencatatan dan laporan di
Puskesmas Wonosobo I.
2. Prosedur penelitian :
a. Mengurus perijinan penelitian ke Puskesmas Wonosobo I.
b. Melakukan wawancara pada responden yang datang di Puskesmas
Wonosobo I
c. Hasil dari kuesioner dilakukan pengolahan data dan diperoleh data
peran PMO terhadap tingkat keberhasilan pengobatan TB Paru.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah kuesioner tentang
PMO dan pemeriksaan mikroskopis BTA. Kuesioner penelitian tentang PMO
terdiri dari 15 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Sedangkan
instrumen keberhasilan pengobatan TB paru menggunakan pemeriksaan
makroskopis BTA dan dicatat dalam lembar penilaian keberhasilan.
Kisi-kisi kuesioner peran PMO adalah sebagai berikut:
Sebelum digunakan untuk mengambil data, terlebih dulu dilakukan uji coba
kuesioner terhadap 20 responden yang memiliki karakteristik yang sama
dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan. Uji coba dilakukan di
Puskesmas Selomerto. Hasil uji coba kuesioner peran PMO didapatkan nilai r
hitung sebesar 0,571-0,895, lebih besar dari r tabel pada n= 20 yaitu 0,444,
dengan demikian kuesioner peran PMO dikatakan valid.
Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan tahap
sebagai berikut :
a. Editing (penyuntingan)
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap semua isian pada
semua item pertanyaan dalam kuesioner untuk mengetahui beberapa
faktor tingkat keberhasilan pengobatan TB Paru. Dengan kelengkapan
pengisian konsisten dan relevansi serta kejelasan jawaban.
b. Coding (penyajian)
Kegiatan tahap ini adalah mengubah informasi dengan menggunakan
kunci jawaban yang telah disusun dalam bentuk angka untuk
memudahkan proses pengolahan selanjutnya mengenai isi kuesioner
yang meliputi peran PMO, dan keberhasilan pengobatan TB.
34
1) Peran PMO diklasifikasikan menjadi :
a) Peran PMO mendukung, jika PMO melaksanakan
perannya skor >=50% (Arikutno, 2007)
b) Peran tidak mendukung, jika PMO melaksanakan
perannya jika skor <=50% (Arikunto, 2007)
2) Keberhasilan pengobatan TB diklasifikasikan menjadi :
a) Berhasil jika hasil pemeriksaan BTA (-) negatif
b) Tidak berhasil jika hasil pemeriksaan BTA (+) positif
c. Tabulating (tabulasi)
Memasukan data hasil survai tingkat keberhasilan pengobatan
TB Paru dengan peran PMO kedalam tabel-tabel sesuai dengan kriteria
kegiatan memasukan data (entry data) dilakukan melalui bantuan
komputer. terhadap semua data pada kuesioner.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat sebagai
berikut:
a. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menggambarkan masing-masing
variabel dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan persentase.
Penghitungan analisis univariat didasarkan pada rumus:
Keterangan:
P: Proporsi
35
f: frekuensi kejadian
N: jumlah sampel
b. Analisis Bivariat.
Untuk mengnalisis hubungan antara peran PMO dengan keberhasilan
pengobatan menggunakan uji chi square (tabel silang) dengan tingkat
kemaknaan sebesar 95%. Penghitungan chi square dengan rumus:
f
ffX h
202
Keterangan :
X2 : chi square
ƒ0 : frekuensi yang diobservasi atau diperoleh melalui pengamatan
maupun perlakuan
ƒh : frekuensi yang diharapkan
Untuk uji kai kuadrat digunakan derajat kepercayaan (Confident Interval
95%), dan batas kemaknaan alfa 5% (0,05), bila diperoleh p < 0,05, berarti
secara statistik ada perbedaan yang signifikan antara variabel independen
dengan variabel dependen, dan bila p > 0,05 berarti secara statistik tidak
ada perbedaan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel
dependen (Sabri & Hastono, 2010).
Etika Penelitian
Penelitian akan dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari
institusi pendidikan kemudian mengajukan ijin kepada tempat penelitian
dengan menekankan masalah prinsip dan etika meliputi :
36
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan, artinya dalam penelitian ini tidak
menggunakan tindakan yang menyakiti atau membuat responden
menderita.
b. Bebas dari eksploitasi, artinya data yang diperoleh tidak digunakan
untuk hal-hal yang merugikan responden.
2. Prinsip menghargai hak
a. Informed consent
Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, calon responden
diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian yang
dilakukan, apabila calon responden bersedia untuk diteliti maka calon
responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, dan jika
calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh
memaksa dan tetap menghormatinya.
b. Anonymity
Untuk menjaga kerahasiaan responden dalam pengolahan dan
penelitian, peneliti akan menggunakan nomor atau kode responden.
c. Confidientiality
Informasi yang diberikan oleh responden serta semua data yang
terkumpul dijamin kerahasiaanya oleh peneliti (Hidayat, 2007).
37
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Wonosobo I dimulai pada tanggal 7 Mei 2012. Berdasarkan kriteria sampel dan persyaratan dalam pemilihan sampel ditentukan sebanyak 50 responden.
a. Peran PMO
Tabel 4.1: Distribusi frekuensi responden berdasarkan peran PMO di Puskesmas Wonosobo I, n= 50.
Peran PMO Frekuensi Persentase (%)Tidak mendukung 23 46,0Mendukung 27 54,0Jumlah 50 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa sebagian besar peran PMO adalah mendukung yaitu sebanyak 27 responden (54,0%) dan yang tidak mendukung sebanyak 23 responden (46,0%).
b. Keberhasilan Pengobatan
Tabel 4.2: Distribusi frekuensi responden berdasarkan keberhasilan pengobatan di Puskesmas Wonosobo I, n= 50.
Keberhasilan pengobatan
Frekuensi Persentase (%)
Berhasil 38 76,0Tidak berhasil 12 24,0Jumlah 50 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa sebagian besar responden berhasil dalam pengobatan TB yaitu sebanyak 38 responden (76,0%) dan hanya 12 responden (24,0%) yang tidak berhasil dalam pengobatan TB.
Peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan TBTabel 4.3: Tabel silang antara peran PMO terhadap keberhasilan
pengobatan TB di Puskesmas Wonosobo I, n= 50.
Peran PMO
Keberhasilan pengobatanJumlah
BerhasilTidak
berhasilf % f % f %
Tidak Mendukung 13 56,5 10 43,5 23 100,0Mendukung 25 92,6 2 7,4 27 100,0
Jumlah 38 76,0 12 24,0 50 100,0P value: 0,008
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa keberhasilan pengobatan TB didukung oleh peran PMO yang mendukung pada responden sebanyak 92,5% (25 responden), sedangkan ketidak berhasilan
38
pengobatan TB dipengaruhi oleh peran PMO yang tidak mendukung sebanyak 43,5% (10 responden).
Hasil uji analisis dengan menggunakan uji chi square antara peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan TB di Puskesmas Wonosobo I didapatkan nilai p 0,008, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan TB di Puskesmas Wonosobo I.
B. Pembahasan
1. Peran PMO
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar peran PMO adalah mendukung yaitu sebanyak 27 responden (54,0%) dan yang tidak mendukung sebanyak 23 responden (46,0%). Hasilnya sebagian besar peran PMO mendukung klien untuk melakukan pengobatan TB. Sebagian besar PMO mendukung terhadap pengobatan pasien TB dimungkinkan karena PMO merasa sangat perlu untuk membantu menyelesaikan masalah penyakit yang dialami oleh penderita karena khawatir jika tidak dibantu untuk menyelesaikan akan berdampak tidak baik bagi anggota keluarganya yang lainnya. Hal ini dikarenakan pasien TBC perlu mendapatkan pengawasan langsung agar meminum obat secara teratur sampai sembuh.
Peran PMO antara lain mengingatkan untuk menelan obat setiap hari, mengingatkan untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan, memberikan penyuluhan tentang gejala-gejala TB paru kepada anggota keluarga yang lain, menyarankan untuk memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan apabila ada anggota keluarga yang menederita batuk lebih dari 3 minggu, menyampaikan bahwa TB paru bukan penyakit keturunan atau kutukan, menyampaikan bahwa TB paru dapat disembuhkan dengan berobat teratur, memberikan penyuluhan tentang pentingnya berobat secara teratur, memberikan penyuluhan tentang resiko apabila tidak minum obat secara teratur, memberikan penyuluhan tentang cara penularan TB paru, menginformasikan tentang efek samping obat yang ditelan, menginformasikan tentang tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi efek samping, dan menginformasikan tentang tata cara pengobatan TB paru secara lengkap.
Peranan PMO dalam pelaksanaan metode DOTS sangat berpengaruh dalam menentukan perubahan sikap pasien terhadap keteraturan pengobatan (Hadin dan Nizar, 2005). Jika pengawasan keteraturan pengobatan dilaksanakan dengan baik, keteraturan dan kesembuhan akan lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Subekti (2007) bahwa PMO secara signifikan memberikan dukungan terhadap kesembuhan pengobatan pasien TB. Faktor yang mendukung keberhasilan pengobatan TB menurut Subekti (2007) antara lain adanya PMO, keteraturan berobat, dan pendapatan.
39
2. Keberhasilan Pengobatan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden berhasil dalam pengobatan TB yaitu sebanyak 38 responden (76,0%) dan hanya 12 responden (24,0%) yang tidak berhasil dalam pengobatan TB. Hasilnya adalah sebagian besar responden berhasil melakukan pengobatan TB. Sebagian besar responden berhasil dalam melakukan pengobatan, hal ini dimungkinkan karena adanya PMO yang ikut serta membantu mengawasi penderita minum OAT secara teratur. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Danusantoso (2000) menyatakan bahwa saat ini semua penderita secara teoritis harus dapat disembuhkan, asal saja yang bersangkutan rajin berobat sampai dinyatakan selesai, terkecuali bila dari awal basil TBC yang dihadapi sudah resisten terhadap berbagai tuberkulosis yang lazim dipakai. Hal ini mudah dimengerti karena kalau penderita tidak tekun meminum obatnya, hasil akhirnya adalah kegagalan penyembuhan ditambah dengan timbulnya basil TB multiresisten.
Pada umumnya kegagalan pengobatan disebabkan oleh karena pengobatan yang terlalu singkat, pengobatan yang tidak teratur dan obat kombinasi yang jelek (Crofton, 2002). Penelitian Dahlan (1997) yang dikutip oleh Hadin dan Nazir (2005) menyatakan bahwa kesembuhan lebih dari sama dengan 85% karena disebabkan keteraturan pengobatan yang kurang sehingga timbul resistensi obat dan pengobatan menjadi tidak tuntas.
Pengobatan yang salah atau tidak adekuat mungkin menyebabkan kegagalan dalam menyembuhkan penderita, membuat dia kebal terhadap obat-obatan dan menyulitkan penyembuhan serta membuat dia hidup dengan infeksi yang sudah kebal terhadap pengobatan sehingga memudahkan penularan kepada orang lain (Crofton, 2000).
3. Analisis hubungan antara peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan
TB di Puskesmas Wonosobo I
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa keberhasilan pengobatan TB didukung oleh peran PMO yang mendukung pada responden sebanyak 92,5% (25 responden), sedangkan ketidak berhasilan pengobatan TB dipengaruhi oleh peran PMO yang tidak mendukung sebanyak 43,5% (10 responden).
Hasil uji analisis dengan menggunakan uji chi square antara peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan TB di Puskesmas Wonosobo I didapatkan nilai p 0,008, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan TB di Puskesmas Wonosobo I.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan PMO berhubungan dengan kesembuhan penderita TB Paru dikarenakan distribusi responden yang menyatakan ada dukungan PMO. Melalui pemberdayaan keluarga sehingga anggota rumah tangga yang lain dapat berperan sebagai pengawas menelan obat (PMO), sehingga tingkat kepatuhan minum obat
40
penderita dapat ditingkatkan yang pada gilirannya kesembuhan dapat dicapai (Nova, 2007).
Peran PMO dengan keberhasilan pengobatan sangat penting, karena penderita selama menjalani pengobatan yang panjang kemungkinan ada rasa bosan harus setiap hari mengkonsumsi obat, sehingga dikhawatirkan terjadi putus obat atau lupa minum obat karena putus asa penyakitnya tidak sembuh-sembuh. Peran PMO diharapkan dapat mencegah putus obat karena bila terjadi untuk pengobatan selanjutnya memerlukan waktu yag lebih panjang. Terlaksananya peran PMO dengan baik yaitu untuk menjamin ketekunan, keteraturan pengobatan, menghindari putus pengobatan sebelum obat habis, mencegah ketidaksembuhan pengobatan, memantau konsumsi makanan penderita TB paru dalam hal ini protein (Depkes RI, 2001).
Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2005) bahwa peran PMO dalam keberhasilan pengobatan mempunyai hubungan yang erat dan terdapat hubungan sejalan semakin baik PMO dalam menjalankann tugasnya maka keberhasilan dalam pengobatan penyakit TB paru akan semakin berhasil dan hubungan tersebut yang cukup kuat. Biasanya PMO diambil dari anggota keluarga terdekat.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar peran PMO adalah mendukung yaitu sebanyak (54,0%)
dan yang tidak mendukung sebanyak (46,0%).
2. Sebagian besar responden berhasil dalam pengobatan TB yaitu sebanyak
(76,0%) dan yang tidak berhasil dalam pengobatan TB sebanyak (24,0%).
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara peran PMO terhadap
keberhasilan pengobatan TB di Puskesmas Wonosobo I p value: 0,008 (p
< 0,05)
B. Saran
1. Bagi PMO
a. PMO perlu meningkatkan kinerja terutama dalam hal memberikan
informasi (penyuluhan) pada anggota keluarga dengan TB karena jika
informasi tidak diberikan dikhawatirkan akan terjadi penularan
penyakit TB lebih banyak.
2. Bagi perawat
a. Perawat agar meningkatkan kinerja dalam memberikan perawatan pada
penderita TB, dengan selalu memotivasi dan memberikan reward pada
PMO untuk menjalankan tugasnya secara teratur.
b. Perawat dapat mengoptimalkan perannya sebagai edukator dengan
melakukan edukasi tentang pentingnya keberhasilan pengobatan dan
konsekwensi pengobatan TB yang tidak berhasil
42
3. Ilmu keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi ilmu
keperawatan tentang arti penting kinerja PMO bagi penderita TB paru
sehingga institusi keperawatan dapat bekerja sama dengan pihak-pihak
terkait tentang kebutuhan kualitas pelayanan yang memadai melalui
penyuluhan kepada pasien TB paru dan PMO.
4. Bagi peneliti lebih lanjut
a. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan variabel lain yang lebih
kompleks faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan
tuberkulosis sehingga dapat mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pengobatan pada pasien TB paru secara
lengkap.
b. Perlu dilakukan penelitian kualitatif dan penelitian dengan observasi
yang dapat menggambarkan kinerja pengawas minum obat pada pasien
TB paru secara lebih detil.
43
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. M. Idris F.2000 The Involment of the private Practioness an Tuberculosis Control Program Throught DOTS Strategy : A Discourse. Majalah Kesehatan. 50 : 497-498.
Bhisma murti. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Jogyakarta.
B.Y Yan..1992. Anti Tuberculosis Chemotherapy And It’s Rotation to Tuberculosis Control In China. Pros 12th. Asia Pasifik Congress an desease of the chest.. .
Dahlan Z.1997. Diagosa dann Penataksanaan Tberkulosis. Cermin Dunia Kedokteran., 115 : 8-12.
Depkes RI. 2002. Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis. Jakarta.
Depkes.RI. 2003. Pedoman Penemuan dan Pengobatan Penderita TB Paru. Jakarta. Depkes.
Depkes RI. 2001. Buku Petunjuk Praktis Bagi Petugas dan Pelaksana Penanggulangan TBC di Unit Pelayanan Kesehatan. Jakarta. Depkes.
Depkes RI. 2003. Pedoman Tuberkulosis Paru. Jakarta.
Dep Kes RI 2007. Pedoman Penyakit Tuberkulosis Dan Penanggulangannya. Jakarta. Depkes
Herdin Subuan, Nursalam. M. Panggabean. S.P. 2007. Gulton. Ilmu Penyakit Demam. Jakarta.
John Crofson. 2001. Norman Horne Fredmiller. Tuberkulosis Klinis. Widya Medika. Jakarta.
Kanwil Depkes Propinsi Jateng. 2000. Buku Pedoman Bagi Pengawas Menelan Obat. Semarang. P3M
Mangkunegara, H dan Suryatenggara W. 1994. Pedoman Praktisi Diagnosa dan Penatalaksana Tuberkulosis Paru. Cetakan ke-2. Jakarta : Yayasan Penerbit IDA.
Muharman Harun, Ella Sutiana. 2002. Tuberkulosis Klinis. Widya Medika.. Jakarta
Nadesul, Hendrawan. 2006. Penyebab, Pencegahan dan Pengobatan TB Paru. Jakarta : Puspas Swara.
44
Notoadmodjo, S.. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Edisi Revisi. PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Wardoyo. 1997. Waspadai Ancaman Kesehatan Kita. Aneka Ilmu. Solo
Warijan.1991. Tes gaya hasil objektif IKIP Pres. Semarang.
Wukir Sari. Skripsi 2005. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap PMO Dengan Pencegahan Penyakit Tuberculosis Paru Di Puskesmas Pandanaran Kota Semarang. UNIMUS. Semarang.
WHO. TB Control in the Workplace, Report of an Intercontry Consultan, New Delphi. 2004. Depkes 2002, http://www.depkes.go.id/index.php?option2 articles&arcid=154&item=3, 20 Mei 2004.
KUESIONERHUBUNGAN ANTARA PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)
DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS WONOSOBO I
A. Identitas Responden1. Nomor Responden :2. Jenis Kelamin :3. Umur :4. Pekerjaan :5. Lama Pengobatan :
B. Peran Pengawas Menelan Obat
No Pertanyaan Ya Tidak1 Apakah Saudara tahu siapa yang menjadi PMO2 Apakah ada orang yang mengingatkan saudara untuk
menelan obat setiap hari3 Apakah PMO selalu mengingkatkan Saudara untuk
menelan obat setiap hari4 Apakah saudara selalu diingatkan untuk periksa
ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan5 Apakah PMO memberikan penyuluhan tentang
gejala-gejala TB paru kepada anggota keluarga yang lain
6 Apakah PMO menyarankan untuk memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan apabila ada anggota keluarga yang menederita batuk lebih dari 3 minggu
7 Apakah PMO pernah menyampaikan ke Saudara bahwa TB paru bukan penyakit keturunan atau kutukan
8 Apakah PMO pernah menyampaikan kepada Saudara bahwa TB paru dapat disembuhkan dengan berobat teratur
9 Apakah PMO memberikan penyuluhan tentang pentingnya berobat secara teratur
10 Apakah Saudara percaya dengan PMO11 Apakah PMO memberikan penyuluhan tentang
resiko apabila tidak minum obat secara teratur12 Apakah PMO memberikan penyuluhan tentang cara
penularan TB paru13 Apakah PMO menginformasikan kepada saudara
tentang efek samping obat yang ditelan14 Apakah PMO menginformasikan kepada saudara
tentang tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi efek samping
15 Apakah PMO menginformasikan kepada saudara tentang tata cara pengobatan TB paru secara lengkap
47
C. Keberhasilan Pengobatan
Hasil Pemeriksaan makroskopis BTA: +/-Kesimpulan Pengobatan:1. Berhasil
2. Tidak Berhasil
48
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.Calon Responden PenelitiDi
Tempat.
Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini :Nama : SRI LESTARINIM :
Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong yang sedang melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan Antara Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan Keberhasilan Pengobatan Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Wonosobo I”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Saudara sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan akan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada Saudara. Jika Saudara tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi Saudara. Dan jika Saudara telah bersedia menjadi responden dan terjadi hal-hal yang memungkinkan untuk mengundurkan diri, maka Saudara diperbolehkan untuk tidak ikut dalam penelitian ini. Apabila Saudara menyetujui, maka saya mohon untuk menandatangani persetujuan dan mengisi kuesioner yang telah peneliti siapkan.
Atas perhatian dan kesediaan Saudara, saya ucapkan terima kasih.
Penanggung Jawab Penelitian
SRI LESTARI
49
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :Nama : (Inisial)Alamat :
Menyatakan bersedia untuk menjadikan responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong yang sedang melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan Antara Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan Keberhasilan Pengobatan Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Wonosobo I”.
Saya memahami bahwa dalam penelitian ini tidak ada unsur yang merugikan, untuk itu saya setuju dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani persetujuan ini.
Wonosobo, 2012Responden,
(Tanpa Nama)
50
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
20 100,0
0 ,0
20 100,0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,956 15
Cronbach'sAlpha N of Items
Item-Total Statistics
10,15 24,555 ,895 ,951
10,10 25,147 ,839 ,952
10,20 24,379 ,864 ,951
10,10 26,095 ,571 ,957
10,25 25,039 ,660 ,955
10,25 24,513 ,780 ,953
10,20 24,379 ,864 ,951
10,30 24,326 ,787 ,953
10,20 25,116 ,686 ,955
10,20 25,116 ,686 ,955
10,25 24,513 ,780 ,953
10,25 24,303 ,829 ,952
10,25 24,829 ,708 ,954
10,25 24,408 ,804 ,952
10,35 25,082 ,602 ,957
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Scale Statistics
10,95 28,366 5,326 15Mean Variance Std. Deviation N of Items
51
Frequencies
JK
36 72,0 72,0 72,0
14 28,0 28,0 100,0
50 100,0 100,0
L
P
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
kerja
24 48,0 48,0 48,0
26 52,0 52,0 100,0
50 100,0 100,0
bekerja
tidak bekerja
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
peranPMO
23 46,0 46,0 46,0
27 54,0 54,0 100,0
50 100,0 100,0
PMO tidak mendukung
PMO mendukung
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
berhasil
12 24,0 24,0 24,0
38 76,0 76,0 100,0
50 100,0 100,0
Tidak BErhasil
BErhasil
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
52
Crosstabs
peranPMO * berhasil Crosstabulation
10 13 23
5,5 17,5 23,0
43,5% 56,5% 100,0%
2 25 27
6,5 20,5 27,0
7,4% 92,6% 100,0%
12 38 50
12,0 38,0 50,0
24,0% 76,0% 100,0%
Count
Expected Count
% within peranPMO
Count
Expected Count
% within peranPMO
Count
Expected Count
% within peranPMO
PMO tidak mendukung
PMO mendukung
peranPMO
Total
TidakBErhasil BErhasil
berhasil
Total
Chi-Square Tests
8,860b 1 ,003
6,992 1 ,008
9,357 1 ,002
,006 ,004
8,682 1 ,003
50
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-LinearAssociation
N of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is5,52.
b.
Risk Estimate
9,615 1,829 50,546
5,870 1,429 24,105
,610 ,420 ,887
50
Odds Ratio for peranPMO(PMO tidak mendukung /PMO mendukung)