BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha sedang berada pada masa transisi dari era persaingan industri ke persaingan informasi. Persaingan abad industri telah bergeser kepada persaingan dalam lingkungan yang lebih bergolak, dan para manager senior perlu menerima umpan balik dari strategi yang lebih kompleks. Strategi yang direncanakan, walaupun dimulai dengan maksud yang baik dengan informasi serta pengetahuan terbaik yang tersedia, mungkin tidak lagi sesuai atau valid untuk kondisi saat ini. Manajemen perusahaan perlu mendesain, memasang dan mengoperasikan sistem perumusan strategi, sistem perencanaan strategik, dan sistem penyusunan program untuk memotivasi seluruh personel perusahaan dalam mencari dan merumuskan langkah-langkah strategik untuk membangun masa depan perusahaan mereka. Perusahaan yang memiliki kemampuan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Saat ini dunia usaha sedang berada pada masa transisi dari era persaingan
industri ke persaingan informasi. Persaingan abad industri telah bergeser kepada
persaingan dalam lingkungan yang lebih bergolak, dan para manager senior perlu
menerima umpan balik dari strategi yang lebih kompleks. Strategi yang direncanakan,
walaupun dimulai dengan maksud yang baik dengan informasi serta pengetahuan
terbaik yang tersedia, mungkin tidak lagi sesuai atau valid untuk kondisi saat ini.
Manajemen perusahaan perlu mendesain, memasang dan mengoperasikan sistem
perumusan strategi, sistem perencanaan strategik, dan sistem penyusunan program
untuk memotivasi seluruh personel perusahaan dalam mencari dan merumuskan
langkah-langkah strategik untuk membangun masa depan perusahaan mereka.
Perusahaan yang memiliki kemampuan untuk melipatgandakan kinerja maka dia akan
mampu bertahan dan tumbuh dalam lingkungan bisnis yang kompetitif sekarang ini.
Peningkatan kualitas melalui pengukuran kinerja organisasi harus mendapat
perhatian khusus. Keberhasilan suatu organisasi dilihat dari kinerja yang telah
dilaksanakan yaitu gambaran mengenai pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam
mewujudkan visi dan misi organisasi. Secara umum kinerja dikatakan sebagai prestasi
yang dapat dicapai organisasi, apabila melalui proses yang telah ditentukan.
Tujuan perusahaan adalah untuk berhasil dan tetap tumbuh dalam persaingan di
abad informasi, maka perusahaan harus menggunakan sistem pengukuran dan
1
manajemen yang diturunkan dari strategi dan kapabilitas yang dimiliki perusahaan.
Tujuan tersebut dapat tercapai, bila perusahaan dalam menilai kinerja perusahaannya
tidak hanya diukur dari aspek keuangan saja. Ukuran keuangan tidak cukup untuk
menuntun dan mengevaluasi perjalanan perusahaan melalui lingkungan yang
kompetitif, serta ukuran keuangan hanya menceritakan sebagian tindakan masa lalu dan
tidak mampu memberikan pedoman yang memadai bagi upaya penciptaan nilai
keuangan masa depan yang dilaksanakan saat ini dan jangka panjang. Untuk mengatasi
masalah tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja perusahaan yang berfokus pada
aspek keuangan dan mengabaikan kinerja non keuangan, diciptakanlah model
pengukuran kinerja yang tidak hanya mencakup keuangan melainkan non keuangan
yaitu model balanced scorecard (BSC).
Kaplan dan Norton (2000:9) bahwa balanced scorecard lebih dari sekedar
sistem pengukuran taktis dalam operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan
scorecard sebagai sebuah sistem manajemen strategis. Fokus pengeluaran scorecard
untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting yaitu: memperjelas dan
menerjemahkan visi dan strategi, mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan
pengukuran strategi, merencanakan, menetapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai
inisiatif strategi, serta meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategi. Model ini
untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton, yang
kemudian disimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja perusahaan di masa depan
diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif yaitu keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
2
Model balanced scorecard mampu memberikan kepada eksekutif kerangka
kerja yang komprehensif untuk menerjemahkan visi dan strategi perusahaan ke dalam
seperangkat ukuran kinerja yang terpadu. balanced scorecard merupakan alat
manajemen kontemporer, yang membantu perusahaan dalam memasuki lingkungan
bisnis kompetitif dan perubahan sistem manajemen yang harus disesuaikan dengan
tuntutan lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan.
Kota Makassar adalah sebuah kota yang terus berkembang secara pesat, menuju
kota metropolis dengan dinamika dan aktivitas penduduknya yang terus berkembang,
itu artinya tingkat kebutuhan penduduk kota makassar akan air bersih juga terus
meningkat. Dalam hal ini Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar
sebagai satu-satunya perusahaan daerah di kota Makassar yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab vital menyediakan air bersih juga terus meningkat. Sesuai dengan
visinya “Menjadi salah satu perusahaan daerah air minum terkemuka di Indonesia yang
memiliki daya saing global”, PDAM Kota Makassar dalam menjalankan perannya
secara konsisten diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta terus maju
dalam menghadapi kemajuan informasi yang terus berubah.
Manajemen perusahaan dalam hal ini PDAM Kota Makassar perlu mendesain,
memasang dan mengoperasikan sistem perumusan strategi, sistem perencanaan
strategik, dan sistem penyusunan program untuk memotivasi seluruh personel
perusahaan dalam mencari dan merumuskan langkah-langkah strategik untuk
membangun masa depan perusahaan mereka. Perjalanan menuju masa depan yang lebih
kompetitif, padat teknologi, dan ditentukan oleh kapabilitas tidak dapat dicapai semata-
mata melalui pemantauan dan pengendalian berbagai ukuran kinerja masa lalu.
3
Adanya kelebihan dari model balanced scorecard yang diberikan, maka dalam
Pada penelitian ini penulis mencoba untuk menerapkannya pada Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Makassar. Hal ini dilihat dari aspek-aspek kinerja yang dilaksanakan oleh
PDAM meliputi tiga aspek diantaranya: aspek keuangan, operasional dan aspek
administrasi yang masing-masing di dalamnya terdapat indikator kinerja. Ketiga aspek
ini sejalan dengan empat perspektif yang ada dalam balanced scorecard.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebut diatas, maka penulis mencoba
untuk membahas dan membatasi permasalahan. Adapun perumusan masalah pada
penelitian ini yaitu “Bagaimana kinerja pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Makassar ditinjau dari pendekatan balanced scorecard ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk menganalisis dan
menerapkan pendekatan balanced scorecard sebagai alat pengukuran kinerja pada
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar .
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Memberi masukan kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Makassar akan kajian tentang penerapan balanced scorecard sebagai salah
satu konsep dalam pengukuran kinerja organisasi yang komprehensif.
4
2. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi dasar penilaian kinerja dan
penyususunan program dalam rangka pengembangan perusahaan dimasa
yang akan datang.
3. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai topik dan masalah yang sama.
5
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar Jl.
Sam Ratulangi No. 3 Makassar dan pengambilan sampel pelanggan berupa pengedaran
kuisioner di wilayah unit pelayanan Tamalanrea, dimana waktu penelitian selama satu
bulan lebih dimulai pada tanggal 19 Mei s/d 30 Juni 2008.
2.2. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui penelitian lapangan dengan melakukan penelusuran
dokumen, observasi langsung, wawancara, dan pembagian kuisioner kepada pegawai
serta pelanggan PDAM Kota Makassar.
Dalam pengumpulan data melalui kuisioner, penulis membagikan kuisioner dan
memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk mengisi kuisioner tersebut selama
satu sampai tujuh hari, sedangkan kepada pegawai PDAM Kota Makassar selama dua
sampai tiga hari.
Sampel penelitian diambil dengan metode cluster sampling yaitu; sampel
diambil dari populasi yang telah dibagi-bagi dalam beberapa kelompok atau bagian dan
pemilihan anggota sampel dilakukan secara accidental sampling (pemilihan sampel
secara subjektif oleh penulis) dimana populasi yang diteliti bersifat homogen. Populasi
homogen adalah sumber data yang unsur-unsur atau elemennya memiliki sifat yang
mendekati sama sehingga tidak perlu ditetapkan jumlahnya secara kuantitatif.
6
2.3. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan adalah ;
1. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama
baik dari individu atau orang yang dianggap berkompeten terhadap
penelitian, seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuisioner.
2. Data sekunder, merupakan data yang telah diolah secara lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data
ini kemudian akan diproses lebih lanjut oleh peneliti.
2.4. Metode Analisia Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan empat perspektif balanced scorecard.
2.4.1. Perspektif Keuangan
Dalam mengukur tingkat kesehatan pada perspektif keuangan penulis
menggunakan metode analisis berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik
Negara Nomor : KEP-100/MBU/2002, tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan
Usaha Milik Negara. Dalam hal penilaian bobot PDAM Kota Makassar tergolong
dalam kategori BUMD Infrastruktur. BUMN/BUMD yang tergolong Infrasturuktur
menurut KEP-100/MBU/2002 adalah BUMN/BUMD yang kegiatannya
menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat luas.
7
TABEL 2.1DAFTAR INDIKATOR DAN BOBOT
INDIKATOR Bobot Infra1. Imbalan kepada pemegang saham (ROE) 152. Imbalan Investasi (ROI) 103. Rasio Kas 34. Rasio Lancar 45. Colection Periods 46. Perputaran persediaan 47. Perputaran total asset 4
8. Rasio modal sendiri terhadap total aktiva 6
Total Bobot 50 Sumber : KEP-100/MBU/2002
Adapun indikator keuangan pada KEP-100/MBU/2002, sebagai berikut ;
1. Imbalan kepada pemegang saham/Return On Equity (ROE)
Rumus :
Laba Setelah PajakROE = x 100%
Modal SendiriDefinisi :
a. Laba setelah Pajak adalah Laba setelah Pajak dikurangi
dengan laba hasil penjualan dari : aktiva tetap, aktiva non produktif,
aktiva lain-lain dan saham penyertaan langsung.
b. Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri
dalam neraca perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi
dengan komponen Modal sendiri yang digunakan untuk membiayai
Aktiva Tetap dalam Pelaksanaan dan laba tahun berjalan. Dalam
Modal sendiri tersebut di atas termasuk komponen kewajiban yang
belum ditetapkan statusnya.
8
c. Aktiva Tetap dalam pelaksanaan adalah posisi pada akhir
tahun buku Aktiva Tetap yang sedang dalam tahap pembangunan.
2. Imbalan Investasi Return/Return On Investment (ROI)
Rumus : EBIT + PenyusutanROI = x 100%
Capital EmployedDefinisi :
a. EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi
laba dari hasil penjualan dari : aktiva tetap, aktiva lain-lain, aktiva
non produktif, saham penyertaan langsung.
b. Penyusutan adalah Depresiasi, Amortisasi dan Deplesi.
c. Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku
Total Aktiva dikurangi Aktiva Tetap dalam pelaksanaan.
TABEL 2.3
9
DAFTAR SKOR PENILAIAN ROI
ROI (%) Skor Infra18 < ROI 1015 < ROI < = 18 913 < ROI < = 15 812 < ROI < = 13 710,5 < ROI < = 12 69 < ROI < = 10,5 57 < ROI < = 9 45 < ROI < = 7 3,53 < ROI < = 5 31 < ROI < = 3 2,50 < ROI < = 1 2ROI < 0 0
Sumber : KEP-100/MBU/2002
3. Rasio Kas/Cash Ratio
Rumus : Kas + Bank + Surat Berharga Jangka Pendek
Cash Ratio = x 100% Current Liabilities
Definisi :
a. Kas, Bank dan surat Berharga Jangka Pendek adalah posisi masing-
masing pada akhir tahun buku.
b. Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban Lancar pada akhir
tahun buku.
TABEL 2.4DAFTAR SKOR PENILAIAN CASH RATIO
Cash Ratio = x (%) Skor Infra
x > = 35 3
25 < = x < 35 2,5
15 < = x < 25 2
10 < = x < 15 1,5
5 < = x < 10 10 < = x < 5 0
Sumber : KEP-100/MBU/20024. Rasio Lancar/Current Ratio
10
Rumus : Current Asset
Current Ratio = x 100% Current Liabilities
Definisi :
a. Current Asset adalah posisi Total Aktiva Lancar pada akhir tahun
buku.
b. Current Liabilities adalah posisi Total Kewajiban Lancar pada akhir
tahun buku .
TABEL 2.5DAFTAR SKOR PENILAIAN CURRENT RATIO
Cash Ratio = x (%) Skor Infra
125 < = X 3
110 < = X < 125 2,5
100 < = X < 110 2
95 < = X < 100 1,5
90 < = X < 95 1
X < 90 0Sumber : KEP-100/MBU/2002
5. Collection Periods (CP)
Rumus : Total Piutang Usaha
CP = x 365 hari Total Pendapatan Usaha
Definisi :
a. Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi
Cadangan Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku.
b. Total Pendapatan Usaha adalah jumlah Pendapatan Usaha selama
tahun buku.
TABEL 2.6DAFTAR SKOR PENILAIAN COLLECTION PERIODS
11
CP = X (Hari) Perbaikan = X (Hari) Skor Infrax <= 60 x > 35 460 < x <= 90 30 < x <=35 3,590 < x <= 120 25 < x <=30 3120 < x <= 150 20 < x <=25 2,5150 < x <= 180 15 < x <=20 2180 < x <= 210 10 < x <=15 1,6210 < x <= 240 6 < x <=10 1,2240 < x <= 270 3 < x <= 6 0,8270 < x <= 300 1 < x <= 3 0,4300< x 0 < x <=1 0
Sumber : KEP-100/MBU/2002
6. Perputaran Persedian (PP)
Rumus : Total Persedian
PP = x 365 hari Total Pendapatan Usaha
Definisi :
a. Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk
proses produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan
bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang
jadi ditambah persediaan peralatan dan suku cadang.
b. Total Pendapatan Usaha adalah Total Pendapatan Usaha dalam tahun
CP = X (Hari) Perbaikan = X (Hari) Skor Infrax <= 60 35 < x 460 < x <= 90 30 < x <=35 3,590 < x <= 120 25 < x <=30 3120 < x <= 150 20 < x <=25 2,5150 < x <= 180 15 < x <=20 2180 < x <= 210 10 < x <=15 1,6210 < x <= 240 6 < x <=10 1,2240 < x <= 270 3 < x <= 6 0,8270 < x <= 300 1 < x <= 3 0,4300< x 0 < x <=1 0
Sumber : KEP-100/MBU/2002
7. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO)
Rumus :
Total PendapatanTATO = x 100%
Capital Employed
Definisi :
a. Total Pendapatan adalah Total Pendapatan Usaha dan Non Usaha
tidak termasuk pendapatan hasil penjualan Aktiva Tetap.
b. Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku total Aktiva
dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan.
TABEL 2.8DAFTAR SKOR PENILAIAN PERPUTARAN TOTAL ASSET (TATO)
13
TATO = x (%) Perbaikan = x (%) Skor Infra120< x 20 < x 4105< x <= 120 15 < x <=20 3,590 < x <= 105 10 < x <=15 375 < x <= 90 5 < x <=10 2,560 < x <= 75 0 < x <= 5 240 < x <= 60 x <=0 1,520 < x <= 40 x < 0 1x <= 20 x < 0 0,5
Sumber : KEP-100/MBU/2002
8. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset (TMS terhadap TA)
Rumus : Total Modal Sendiri
TMS terhadap TA = x 100% Total Asset
Definisi :
a. Total Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri pada
akhir tahun buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya.
b. Total Asset adalah Total Asset dikurangi dengan dana-dana yang
belum ditetapkan statusnya pada poisisi akhir tahun buku yang
bersangkutan.
TABEL 2.9DAFTAR SKOR PENILAIAN RASIO TMS TERHADAP TA
TMS Terhadap TA (%) = X Skor Infra
14
x < 0 0
0 < = x < 10 2
10 < = x < 20 3
20 < = x < 30 4
30 < = x < 40 6
40 < = x < 50 5,5
50 < = x < 60 5
60 < = x < 70 4,5
70 < = x < 80 4,25
80 < = x < 90 4
90 < = x < 100 3,5Sumber : KEP-100/MBU/2002
Sesuai dengan KEP-100/MBU/2002, Penilaian Tingkat Kesehatan
BUMN/BUMD digolongkan menjadi :
a. SEHAT, yang terdiri dari : AAA apabila total (TS) lebih besar dari 95, AA
apabila 80 < TS < = 95 , dan A apabila 65 < TS < = 80.
b. KURANG SEHAT, yang terdiri dari :BBB apabila 50 < TS < = 65, BB
apabila 40 < TS < = 50, dan B apabila 30 < TS < = 40.
c. TIDAK SEHAT, yang terdiri dari : CCC apabila 20 < TS < = 30, CC apabila
10 < TS < = 20, dan C apabila TS < = 10
2.4.2. Perspektif Pelanggan
Dalam mengukur tingkat kepuasan pelanggan penulis mengembangkan alat
ukur kuisioner yang dipakai oleh Hasbianti Nur Fatimah yang dibagikan kepada
pelanggan di wilayah unit pelayanan Tamalanrea sebanyak 90 pelanggan dimana
pelanggan aktifnya berjumlah 8017. Dalam hal ini metode pengambilan sampel
menggunakan teknik cluster sampling dari populasi pelanggan PDAM kota
Makassar secara keseluruhan dan pemilihan jumlah atau anggota sampel
15
menggunakan teknik accidental sampling yaitu; pemilihan anggota sampel
dilakukan secara subjektif oleh penulis. Sedangkan untuk menganalisa data yang
didapat penulis menggunkan teknik pembobotan dengan Skala Likert. Skala Likert
adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan perspektif
seseorang atau sekelompok orang tentang hal sosial..
Skala Likert didesain untuk menelah seberapa kuat subjek setuju dengan
pernyataan pada skala 5 titik dengan susunan sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju (STS) Memiliki Bobot 1
Tidak Setuju (TS) Memiliki Bobot 2
Tidak Berpendapat (TB) Memiliki Bobot 3
Setuju (S) Memiliki Bobot 4
Sangat Setuju (SS) Memiliki Bobot 5
Hasil dari penjumlahan seluruh nilai yang diperoleh dari responden akan
diketahui pencapaian indeks kepuasan konsumen, dengan rumus:
IKK=PP
Dimana :
IKK = Indeks Kepuasan Konsumen
PP = Percieved Performance
Untuk mencari Interval kepuasan digunakan rumus sebagai berikut :
Interval = (IKmaks-IKmin) : 5
IKmaks = PP x R x EKmaks
IKmin = PP x R x EKmin
Dengan Keterangan :
16
PP = Banyaknya item pertanyaan
R = Jumlah Responden
Exmaks = Skor maksimal yang bisa diberikan
Exmin = Skor minimal yang bisa diberikan
Setelah mengetahui IKK kemudian mengkategorikan nilai tersebut pada
keterangan :sangat tidak puas, tidak puas, cukup, puas, dan sangat puas
2.4.2. Perspektif Proses Bisnis Internal
Proses Bisnis Internal meliputi tiga masa pelayanan yaitu: Inovasi, proses
pelayanan dan proses evaluasi. Pada penelitian ini penulis mengukur tiga indikator
perspektif bisnis internal yaitu tingkat kualitas dan kontinuitas air serta kemudahan
pelayanan yang diberikan. Pada tingkat kualitas dan kontinuitas air penulis memakai
kuisioner yang dikembangkan sendiri oleh penulis dan membagikannya kepada
pelanggan di wilayah unit pelayanan Tamalanrea sedangkan dalam hal kemudahan
pelayanan yang diberikan penulis menggunakan metode pengamatan selama
penelitian. Penilaian kinerja pada perspektif ini meliputi:
1. Tingkat Kualitas Air
Menurut SK Mendagri N0. 47 Tahun 1999, kualitas air digolongkan
dalam tiga kategori yaitu: memenuhi syarat air minum, memenuhi syarat
air bersih, dan tidak memenuhi syarat.
2. Tingkat Kontinuitas Air
17
Indikator ini melihat aliran air yang mengalir ke pelanggan selama 24
jam.
3. Kemudahan Pelayanan
Kemudahan pelayanan dilihat dari penyedia sarana penunjang diluar
kantor pusat.
2.4.2. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Pada perspektif ini perusahaan melihat 3 faktor utama, yaitu orang, sistem,
dan prosedur organisasi, yang berperan dalam pertumbuhan jangka panjang
perusahaan. Ukuran yang digunakan penulis adalah:
1. Employee Satisfaction Index (Tingkat Kepuasan Karyawan)
2. Employee Learning Index (Tingkat Pelatihan /Pembelajaran)
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan dan
pelatihan/pembelajaran pegawai, penulis mengembangkan kuisioner yang dipakai
oleh Hasbianti Nur Fatimah yang dibagikan kepada pegawai pada bagian anggaran,
personalia dan PDE yang semuanya berjumlah 30 kuisioner dimana jumlah pegawai
PDAM seluruhnya kurang lebih 750 pegawai. Dalam hal ini metode pengambilan
sampel menggunakan teknik cluster sampling dari populasi pegawai PDAM kota
Makassar secara keseluruhan dan sampelnya adalah pegawai pada bagian keuangan,
personalia dan PDE, sedangkan untuk menganalisis data penulis menggunakan
teknik pembobotan dengan skala likert (Kaplan dan Norton, 2000:112).
2.5. Sistematika Penulisan
18
Adapun sistematika penulisan pada skripsi ini, sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan. Pada bab ini memberikan penjelasan tentang gambaran umum dari
masalah yang akan dibahas.
BAB II. METODE PENELITIAN
Berisi tentang lokasi penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber
data, metode analisis, dan sistematika penulisan.
BAB III. LANDASAN TEORI
Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan pokok pembahasan yang
diuraikan dalam tinjauan pustaka dimana berisikan pengertian pengukuran
kinerja, konsep, sejarah, dan pengertian balanced scorecard, perspektif
balanced scorecard, keunggulan dan manfaat balanced scorecard bagi
perusahaan.
BAB IV.GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Berisi tentang sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, dan pembagian
tugas pada PDAM Kota Makassar.
BAB V. PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan analisis pengukuran kinerja PDAM Kota Makassar
berdasarkan metode balanced scorecard.
BAB VI. PENUTUP
Merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB III
19
LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja telah diakui sebagai komponen inti dari sistem pengendalian
manajemen. Pengukuran kinerja diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mengetahui
sampai dimana tingkat keberhasilan perusahaan dimana pengukuran kinerja
memperlihatkan suatu hubungan antara perencanaan yang telah ditetapkan perusahaan
dengan hasil yang telah dicapai perusahaan untuk menilai keberhasilan suatu
perusahaan.
Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap
berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran
tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi
tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan
penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian (Sony
Yuwono,dkk. 2006:23). Tujuan pokok pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku
yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang
diinginkan.
Jadi secara umum pengertian pengukuran kinerja disimpulkan sebagai suatu
usaha yang dilaksanakan manajemen perusahaan untuk mengevaluasi hasil-hasil dari
berbagai aktivitas-aktivitas dalam rantai nilai yang telah dilaksanakan.
20
Menurut Sony Yuwono,dkk. (2006:29) dengan munculnya berbagai paradigma
baru dimana bisnis harus digerakkan oleh customer-focused, suatu sistem pengukuran
kinarja paling tidak harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu
sendiri sesuai perspektif pelanggan.
2. Evaluasi atas berbagai aktivitas, menggunakan ukuran-ukuran kinerja
yang customer-validated.
3. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi
pelanggan, sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif.
4. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi
mengenali masalah-masalah yang ada kemungkinan untuk diperbaiki.
Adapun manfaaat pengukuran kinerja bagi manajemen perusahaan (Sony
Yuwono,dkk. 2006:29) adalah sebagai berikut :
a. Menelusuri kenerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa
perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang
dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada
pelanggan.
b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari
mata – rantai pelanggan dan pemasok internal.
c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-
upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).
d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
21
e. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan
memberi “reward” atas perilaku yang diharapkan tersebut.
3.2. Konsep, Sejarah, dan Pengertian Balanced Scorecard
3.2.1. Konsep Balanced Scorecard
Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan
implementasinya. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu : kartu skor
(scorecard) dan berimbang (balanced).
Kartu score adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja
seseorang. Kartu skor ini dapat juga digunakan untuk merencanakan skor yang
hendak dicapai atau yang diwujudkan personel di masa depan.
Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel
diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan nonkeuangan, jangka pendek
dan jangka panjang, intern dan ekstern.
3.1.2. Sejarah Balanced Scorecard
Konsep balanced scorecard pertama kali diperkenalkan oleh Robert S.
Kaplan dari Harvard Business School dan David P. Norton President of Rainaissance
Solution Inc. pada sebuah artikel dalam Harvard Business Review (Januari-Februari
1992) yang merupakan suatu alat manajemen strategi yang terdiri dari suatu kerangka
kerja yang komprehensif dengan menjabarkan tujuan-tujuan strategik perusahaan
dalam beberapa himpunan penilaian kinerja yang terkait secara logis satu sama lain.
Balanced Scorecard terdiri dari kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang
22
diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara
keseluruhan
Balanced Scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja
eksekutif pada tahap awal perkembangannya. Sebelum tahun 1990-an, kinerja
eksekutif hanya diukur dari perspektif keuangan. Sebagai akibatnya, fokus perhatian
dari usaha eksekutif lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja keuangan, sehingga
terdapat kencendrugan eksekutif untuk mengabaikan kinerja nonkeuangan, seperti
kepuasan customers produktivitas dan cost-effectiviness proses yang digunakan untuk
menghasilkan produk dan jasa bagi kepuasan customer.
Pada tahun 1990 Nolan Norton Institute, bagian riset kantor akuntan publik
KPMG di U.S.A yang dipimpin oleh David P. Norton, mensponsori studi tentang
“Pegukuran Kinerja dalam Organisasi Masa Depan”. Hasil studi tersebut diterbitkan
dalam sebuah artikel berjudul “Balanced Scorecard-Measures That Drive
Performance” dalam Harvard Business Review (Januari-Februari 1992). Hasil studi
tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di masa depan
diperlihatkan ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif, yaitu:
keuangan, customer, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Ukuran ini disebut balanced scorecard yang cukup komprehensif untuk memotivasi
eksekutif dalam mewujudkan kinerja dalam keempat perspektif tersebut agar
keberhasilan keuangan yang diwujudkan perusahaan bersifat sustainable (berjangka
panjang).
Balanced Scorecard telah menjadi inti sistem menajemen strategik (stategic
management system) pada awal tahun 2000, tidak hanya bagi eksekutif namun bagi
23
seluruh personel perusahaan terutama dalam perusahaan yang telah memanfaatkan
secara intensif teknologi informasi dalam operasi bisnisnya.
3.1.3 Pengertian Balanced Scorecard
Beberapa pengertian Balanced Scorecard menurut para ahli :
Menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton terjemahan Peter R. Yosi Pasla
(2000:7) :
“Balanced Scorecard melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan. Tujuan dan ukuran Scorecard diturunkan dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif, yaitu: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Empat perspektif ini memberi kerangka kerja bagi balanced scorecard.”
Menurut Vincent Gaspersz (2005:9)
“Balanced Scorecard merupakan suatu konsep manajemen yang membantu menerjemahkan strategi ke dalam tindakan. Balanced Scorecard adalah lebih dari sekedar suatu sistem pengukuran operasional atau taktis. Perusahaan-perusahaan yang inovatif menggunakannya sebagai suatu sistem manajemen strategis yang mengelola strategi perusahaan sepanjang waktu.”
Menurut Sony Yuwono, dkk. (2006:8)
“Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian yang secara cepat, tepat, dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan serta proses pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui mekanisme sebab akibat (cause and effect), perspektif keuangan menjadi tolak ukur utama yang dijelaskan oleh tolak ukur operasional pada tiga perspektif lainnya sebagai driver (lead indicators).”
24
Menurut Maman Suhendra (2004:83)
“Balanced Scorecard merupakan suatu kerangka kerja baru yang mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Selain ukuran finansial masa lalu, balanced scorecard juga menggunakan pendorong kinerja masa depan. Pendorong kinerja yang meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan, diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata.”
Menurut Siti Mirhani (2001:1)
“Balanced Scorecard merupakan alternatif dalam mengukur kinerja, selain mempertimbangkan faktor financial juga faktor nonfinancial, dengan empat perspektif yaitu customer, internal, learning and growth dan financial yang diharapkan dapat memberikan penilaian yang komprehensif kepada manajemen. Sistem ini diciptakan untuk menetapkan goals dan sekaligus melakukan pengukuran atas pencapaiannya, sehingga secara tidak langsung dalam aplikasnya sistem ini dapat dipakai sebagai alat penetapan strategi bagi perusahaan.”
Dari beberapa pengertian balanced scorecard di atas dapat disimpulkan bahwa
balanced scorecard adalah suatu suatu sistem pengukuran, manajemen, dan
pengendalian perusahaan yang dirancang dalam bentuk yang terintegrasi yang
diturunkan dari strategi perusahaan untuk memberikan gambaran baik segi keuangan
maupun nonkeuangan yang pengukurannya mencakup empat perspektif yaitu:
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
3.3. Perspektif Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan suatu metode penilaian kinerja perusahaan yang
terdiri dari 4 (empat) perpektif yaiu : perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Dari
keempat perspektif tersebut dapat dilihat bahwa balanced scorecrad menekankan pada
perspektif keuangan dan nonkeuangan.
25
Menurut Vincent Gaspersz (2005:213) pendekatan balanced scorecard pada
usaha pemerintah dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pokok, yaitu:
1. Perspektif Finansial
Manajer pemerintah harus berfokus pada pemenuhan kebutuhan pelayanan
publik dalam cara-cara yang efesien. Pertanyaannya adalah: Apakah
pelayanan publik diberikan pada tingkat biaya yang kompetitif dan efesien.
2. Perspektif Kepuasan Pelanggan
Manajer pemerintah harus mengetahui apakah pelayanan publik yang
mereka berikan telah memenuhi kebutuhan mesyarakat sebagai warga
negara dan membayar pajak. Pertanyaannya adalah: Apakah organisasi
pemerintah telah memberikan pelayanan publik yang sesuai dengan
kebutuhan dan ekspektasi rasional masyarakat.
3. Perspektif Proses Internal
Manajer pemerintah harus berfokus pada operasi-operasi kritis yang
memungkinkan mereka mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pertanyaannya adalah: Dapatkah organisasi pemerintah meningkatkan
pelayanan publik melalui pengubahan cara (metode) pelayanan.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Kemampuan suatu organisasi pemerintah meningkatkan dan memenuhi
kebutuhan masyarakat berkaitan secara langsung dengan kemampuan
karyawan (sumber daya manusia) untuk memenuhi permintaan masyarakat
itu. Pertanyaannya adalah: Apakah organisasi pemerintah mempertahankan
teknologi dan pelatihan karyawan untuk peningkatan terus-menerus.
26
GAMBAR 3.1
Sumber: Kaplan dan Norton, Balanced Scorecard; Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, terjemahan : Peter R.Yosi Pasla, M.B.A , 2000, hal 8.
Hubungan sebab-akibat dari keempat perspektif dalam balanced scorecard
diperlihatkan dalam gambar berikut:
27
GAMBAR 3.2 HUBUNGAN KEEMPAT PERSPEKTIF DALAM BALANCED SCORECARD
Perspektif Pengukuran Kinerja
Keuangan Tingkat pengembalian Investasi ( ROI )
Pelanggan Loyalitas Pelanggan
Pengiriman tepat waktu
Proses Peningkatan Kualitas Penurunan WaktuInternal produksiBisnis
Pembelajaran Keahlian PekerjaDan Perumbuhan
Sumber : Gaspersz, Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard Dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah , 2005, hal 7.
3.3.1. Perspektif Keuangan
Tujuan perspektif finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran di semua
perspektif lainnya. Setiap ukuran terpilih harus merupakan hubungan sebab akibat
yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja keuangan. Tujuan dan ukuran
finansial harus memainkan peran ganda, yakni: menentukan kinerja finansial yang
diharapkan dari strategi dan menjadi sasaran akhir tujuan serta ukuran perspektif
scorecard lainnya. Perspektif finansial menunjukkan apakah strategi, sasaran
strategik, dan implementasinya mampu memberikan kontribusi dalam menghasilkan
28
laba bagi perusahaan. Kaplan & Norton (2000:42) mengidentifikasikan tiga tahapan
dari siklus kehidupan bisnis yaitu :
1. Pertumbuhan (growth)
Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada
tahap ini suatu perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikan
memiliki tingkat pertumbuhan yang baik sekali atau paling tidak memiliki potensi
untuk berkembang. Perusahaan dalam tahap ini mungkin secara aktual beroperasi
dalam arus kas yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal investasi yang
rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada tahap ini menekankan
pengukuran pada tingkat pertumbuhan penerimaan atau penjualan dalam pasar
yang ditargetkan.
2. Bertahan (Sustain Stage)
Sustain Stage merupakan suatu tahap dimana perusahaan masih melakukan
investasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam hal
ini perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan
mengembangkannya apabila mungkin. Secara konsisten pada tahap ini
perusahaan tidak lagi bertumpuk pada strategi-strategi jangka panjang. Sasaran
keuntungan pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas
investasi yang dilakukan.
3. Menuai (Harvest)
Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana perusahaan
melakukan panen terhadap investasi yang dibuat pada dua tahap sebelumnya.
Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk
29
pemeliharaan peralatan dan perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan
ekspansi/membangun suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini
adalah memaksimumkan kas yang masuk ke perusahaan. Melalui keunggulan di
bidang ini organisasi menguasai sumber daya yang sangat diperlukan untuk
mewujudkan tiga perspektif strategi lain yaitu perspektif pelanggan, perspektif
proses bisnis internal, dan perspektif proses pertumbuhan dan pembelajaran.
Pada BUMN dan BUMD telah ada pedoman yang mengatur secara rinci
penilaian tingkat kesehatan sejak tahun 1998. Pedoman tersebut tertuang dalam
Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 198/KMK.016/1998
tanggal 24 Maret 1998 dan diperbaharui dalam Surat Keputusan Menteri Badan
Usaha Milik Negara Nomor : Kep-100/MBU/2002, tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (Sutrisno, 2001:243). Dalam hal ini rasio
yang digunakan ada delapan rasio yaitu:
a. Imbalan kepada pemegang saham/Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) sering disebut rate of return on Net Worth yaitu
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal
sendiri yang dimiliki.
b. Imbalan Investasi Return/Return On Investment (ROI)
Return On Investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi
yang dikeluarkan.
30
c. Rasio Kas/Cash Ratio
Cash Ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar
yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan untuk membayar hutang yang
segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
d. Rasio Lancar/Current Ratio
Current Ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus
dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan.
e. Collection Periods (CP)
Collection Periods merupakan ukuran efektivitas pengelolaan piutang.
Semakin cepat periode pengumpulan piutang semakin efektif pengelolaan
piutang.
f. Perputaran Persedian (PP)
Perputaran Persedian merupakan komponen utama barang dijual untuk
mengukuran keefektif perusahaan dalam mengelola persedian.
g. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO)
Total Asset Turn Over merupakan perbandingan antara pendapatan dengan
total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur
efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan pendapatan.
31
h. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset (TMS terhadap TA)
TMS terhadap TA merupakan perbandingan komponen modal sendiri pada
akhir tahun buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya
terhadap total asset.
3.3.2. Perspektif Kepuasan Pelanggan
Tujuan utama organisasi publik adalah bukan memaksimalkan hasil-hasil
finansial, tetapi keseimbangan pertanggungjawaban finansial melalui pelayanan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan visi dan misi organisasi
pemerintah dimana fokus utama sektor publik adalah masyarakat dan kelompok-
kelompok tertentu ( Gaspersz, 2005:210).
Dalam dunia usaha, pelanggan adalah sasaran kedua setelah keuangan, tetapi
pada sektor publik faktor yang harus diperhatikan adalah pelanggan. Suatu produk
atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi konsumennya jika manfaat yang
diterimanya relatif lebih tinggi dari pada pengorbanan yang dikeluarkan oleh
konsumen tersebut untuk mendapat produk dan jasa itu. Produk atau jasa tersebut
akan semakin mempunyai nilai apabila manfaatnya mendekati ataupun melebihi dari
apa yang diharapkan oleh konsumen.
Menurut Kaplan dan Norton (2000:56) perusahaan diharapkan mampu
membuat suatu segmentasi pasar dan menentukan target pasarnya yang paling
mungkin untuk dijadikan sasaran sesuai dengan kamampuan sumber daya dan
rencana jangka panjang perusahaan. Dalam perspektif pelanggan terdapat dua
kelompok perusahaan yaitu :
32
1. Kelompok perusahaan inti konsumen (customer core measurement group)
a. Pangsa pasar (market share)
Menggambarkan seberapa besar penjualan yang dikuasai oleh perusahaan
dalam suatu segmen tertentu.
b. Kemampuan mempertahankan konsumen (customer retention)
Tingkat kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hubungan dengan
konsumennya dan juga seberapa besar perusahaan berhasil mempertahankan
pelanggan lama.
c. Kemampuan meraih konsumen baru (customer acquisition)
Tingkat kemampuan perusahaan demi memperoleh dan menarik konsumen
baru dalam pasar.
d. Tingkat kepuasan konsumen (customer satisfaction)
Merupakan suatu tingkat kepuasan konsumen terhadap kriteria kinerja/nilai
tertentu yang diberikan oleh perusahaan.
e. Tingkat protabilitas konsumen (customer profitability)
Mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan dari
penjualan kepada konsumen atau segmen pasar.
33
GAMBAR 3.3PERSPEKTIF PELANGGAN-UKURAN UTAMA
Sumber: Kaplan dan Norton, Balanced Scorecard; Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, terjemahan : Peter R.Yosi Pasla, M.B.A , 2000, hal 60.
2. Kelompok pengukur nilai konsumen (customer value measement)
Merupakan kelompok penunjang yang merupakan konsep kunci untuk memahami
pemicu-pemicu (driver) dari kelompok-kelompok pengukuran inti konsumen
kelompok. Pengukuran nilai konsumen terdiri dari :
a. Atribut-atribut produk dan jasa (product/service)
Atribut-atribut produk-produk jasa harga dan fasilitasnya.
b. Hubungan dengan konsumen (customer relationship)
Meliputi hubungan dengan konsumen yang meliputi melalui pengisian
produk/jasa kepada konsumen, termasuk dimensi respon dan waktu
pengirimannya dan bagaimana pula kesan yang timbul dari konsumen setelah
membeli produk atau jasa perusahaan tersebut.
34
Akuisisi Pelanggan
Profitabilitas Pelanggan
Pangsa Pasar
Kepuasan Pelanggan
Retensi Pelanggan
c. Citra dan reputasi (image & reputation)
Dalam dimensi ini termuat faktor-faktor yang membuat konsumen merasa
tertarik pada perusahaan seperti hasil promosi baik secara personal (melalui
pameran-pameran, door to door) maupun lewat media masa atau elektronik
ataupun ungkapan-ungkapan yang mudah diingat oleh konsumen.
GAMBAR 3.4PROPORSI NILAI PELANGGAN
= + +
Sumber: Kaplan dan Norton, Balanced Scorecard; Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, terjemahan : Peter R.Yosi Pasla, M.B.A , 2000, hal 65.
Untuk mengetahui tingkat kepuasan pada masyarakat maka harus
dilaksanakan survey terhadap masyarakat tersebut dimana ada tiga faktor yang harus
diperhatikan yaitu; waktu, kualitas dan harga. Prinsip dari perspektif ini adalah
bagaimana institusi pemerintah daerah menyajikan pelayanan yang mengatalisasi
pertumbuhan ekonomi dan daya saing daerah. Sebagai katalisator, reorientasi
institusi pemerintah daerah berfokus pada pemuasan kebutuhan publik (masyarakat)
dan efesiensi.
3.3.3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif bisnis internal, perusahaan harus mengidentifikasikan
proses internal yang penting dimana perusahaan harus melakukannya dengan sebaik-
baiknya. Karena proses internal tersebut memiliki nilai-nilai yang diinginkan
35
Nilai Atribut Produk/Jasa Citra Hubungan
Fungsi-onalitas WaktuHargaMutu
pelanggan dan akan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh
pemegang saham.
Para manajer harus memfokuskan perhatiannya pada proses bisnis internal
yang menjadi penentu kepuasan pelanggan kinerja perusahaan dari perspektif
pelanggan. Kinerja dari perspektif tersebut diperoleh dari proses kinerja bisnis
internal yang diselenggarakan perusahaan. Perusahaan harus memilih proses dan
kompetensi yang menjadi unggulannya dan menentukan ukuran-ukuran untuk
menilai kinerja-kinerja proses dan kompetensi tersebut.
Perspektif ini megindentifikasi berbagai proses penting dan berfokus pada
peningkatan proses operasi saat ini. Pada proses ini, seluruh aktivitas instansi
dipandang dalam satuan mata rantai nilai. Mulai dari inovasi yang dihasilkan dari
pemahaman terhadap kebutuhan masyarakat sampai pada evaluasi sebagai purna
pelayanan. Mata rantai krisis yang perlu ditinggalkan untuk memuaskan kebutuhan
masyarakat perlu diidentifikasikan secara jelas. Perusahaan menganalisis
kemungkinan direformasinya proses pelayanan untuk meningkatkan kinerja dari
masyarakat, sehingga tidak sekedar sebatas memperbaiki proses pelayanan yang
sudah ada.
Menurut Kaplan dan Norton (2000:83), rantai nilai proses bisnis internal
terdiri atas tiga proses utama, yaitu:
1. Inovasi
Pengukuran kinerja dalam proses inovasi selama ini kurang mendapatkan
perhatian, dibandingkan pengukuran kinerja yang dilakukan dalam proses
operasi. Pada tahap ini perusahaan mengidentifikasikan keinginan dan
36
LayaniPelanggan
kebutuhan para pelanggan di masa mendatang serta merumuskan cara
untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut.
2. Operasi
Tahap ini merupakan tahap akhir di mana perusahaan secara nyata
berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggannya dalam
memenuhi keinginan dan kebutuhan langganan dan kebutuhan mereka.
Kegiatan operasional berasal dari penerimaan pesanan dari pelanggan dan
berakhir dengan pengiriman produk atau jasa pada pelanggan. Kegiatan ini
lebih mudah diukur kejadiannya yang rutin dan terulang.
3. Layanan Purna Jual
Dalam tahap ini perusahaan berupaya memberikan manfaat tambahan
kepada para pelanggan yang telah membeli produk-produknya dalam
bentuk layanan pasca transaksi.
GAMBAR 3.5MODEL RANTAI NILAI GENERIK
Proses Layanan Proses Inovasi Proses Operasi Purna Jual
Sumber: Kaplan dan Norton, Balanced Scorecard; Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, terjemahan : Peter R.Yosi Pasla, M.B.A, 2000, hal 84.
Pada PDAM Kota Makassar proses operasi didasarkan pada Kepmendagri
Nomor 47 Tahun 1999 yaitu tentang Kinerja Operasional Perusahaan Daerah Air
Minum, dimana proses operasi dilihat dari 10 indikator yaitu : cakupan pelayanan,
kualitas air distribusi, kontinuitas air, produktivitas pemanfaatan instalasi produksi,
37
Kebutuhan Pelanggan
Diidentifikasi
Kenali Pasar LuncurkanProduk/
Jasa
Bangun Produk/Jasa
Kebutuhan Pelanggan
Terpuaskan
Ciptakan Produk/
Jasa
Kebutuhan Pelanggan
Diidentifikasi
tingkat kehilangan air, peneraan meter air, kecepatan penyambungan baru,
kemampuan penanganan pengaduan, kemudahan pelayanan, dan rasio karyawan per
seribu pelanggan.
3.3.4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Fokus pada perspektif ini adalah menyediakan infrastruktur yang
memungkinkan tujuan dari tiga perspektif lainnya dapat tercapai. Perspektif ini
memberikan penilaian yang merupakan pemicu kompetisi personal, prasarana sistem
informasi, suasana lingkungan kerja yang diperlukan untuk mewujudkan target
finansial, dan proses internal bisnis.
Proses pembelajaran dan pertumbuhan bersumber dari faktor sumber daya
manusia, sistem, dan prosedur organisasi. Perspektif ini menekankan pada bagaimana
perusahaan dapat berinovasi dan terus tumbuh berkembang agar dapat bersaing
dimasa sekarang dan kelak. Karena itu sumber daya dituntut untuk produktif dan
terus belajar, agar mampu berinovasi dan mengembangkan produknya. Termasuk
dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang
berhubungan dengan perbaikan individu dan organisasi, dimana perspektif ini
merupakan pondasi atau dasar organisasi.
Tujuan dimasukkannya kinerja ini adalah untuk mendorong perusahaan
menjadi organisasi belajar (learning organization) sekaligus mendorong
pertumbuhannya. Kaplan dan Norton (2000:110) membagi tolak ukur perspektif ini
dalam tiga prinsip yaitu :
38
1. Kapabilitas Pekerja (Employee Capabilities)
Tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih lanjut dituntut untuk dapat
berpikir kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan lingkungan untuk
dapat memberikan usulan perbaikan. Oleh sebab itu, dalam pengukuran strategi
perusahaan, salah satunya harus berkaitan secara spesifik dengan kemampuan
pegawai yaitu; apakah perusahaan telah mencanangkan peningkatan kemampuan
sumber daya manusia yang dimiliki. Dalam kaitannya dengan sumber daya
manusia ada tiga hal yang perlu ditinjau dalam menerapkan balanced scorecard :
a. Tingkat Kepuasan Karyawan
Kepuasan karyawan merupakan suatu kondisi untuk meningkatkan
produktivitas, kualitas, pelayanan kepada konsumen dan kecepatan bereaksi.
Kepuasan karyawan menjadi hal yang penting khususnya bagi perusahaan
jasa.
b. Tingkat Perputaran Karyawan (Retensi Karyawan)
Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
pekerja-pekerja terbaiknya untuk terus berada dalam organisasinya.
Perusahaan yang telah melakukan investasi dalam sumber daya manusia akan
sia-sia apabila tidak mempertahankan karyawannya untuk terus berada dalam
perusahaan.
c. Produktivitas Karyawan
Produktivitas merupakan hasil dari pengaruh rata-rata dari peningkatan
keahlian dan semangat inovasi, perbaikan proses internal, dan tingkat
39
kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah menghubungkan output yang
dilakukan para pekerja terhadap jumlah keseluruhan pekerja.
2. Kapabilitas Sistem Informasi (Information Systems Capabilities)
Motivasi dan ketrampilan karyawan saja tidak cukup untuk menunjang
pencapaian tujuan proses pembelajaran dan pertumbuhan apabila mereka tidak
memiliki informasi yang memadai, cepat, tepat waktu, serta akurat sebagai umpan
balik. Oleh karena itu karyawan membutuhkan suatu system informasi yang
mempunyai kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
3. Kepuasan Kerja, Motivasi, Pemberdayaan dan Keselarasan
Prosedur yang dilakukan suatu organisasi perlu diperhatikan untuk mencapai
suatu kinerja yang handal. Prosedur dan perbaikan rutinitas harus diteruskan
karena karyawan yang sempurna dengan informasi yang berlimpah tidak akan
memberikan kontribusi pada keberhasilan usaha apabila mereka tidak dimotivasi
untuk bertindak selaras dengan tujuan perusahaan atau apabila mereka tidak
diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan atau bertindak.
40
GAMBAR 3.6KERANGKA KERJA UKURAN PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN
Ukuran Inti
Faktor yang Mempengaruhi
Sumber: Kaplan dan Norton, Balanced Scorecard; Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, terjemahan : Peter R.Yosi Pasla, M.B.A, 2000, hal 112.
3.4. Balanced Scorecard sebagai Alat Pengukuran Kinerja
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem pengukuran kinerja manajemen
atau sistem manajemen strategis, yang diturunkan dari visi dan strategi dan
merefleksikan aspek-aspek terpenting dalam suatu bisnis. Tujuan dan ukurannya
memandang kinerja empat perspektif, yaitu: finansial, pelanggan, proses bisnis internal,
serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Menurut Siti Mirhani (2001:1), pengembangan balanced scorecard meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
41
RetensiPekerja
Hasil
Kepuasan Pekerja
ProduktivitasPekerja
InfrastrukturTeknologi
Kompetensi Staf
Iklim UntukBertindak
1. Persiapan, dimana suatu organisasi harus menentukan dan mendefinisikan
unit bisnis yang sesuai dengan unit balanced scorecard system yang akan
dikembangkan biasanya unit bisnis yang memiliki sendiri konsumen, saluran
distribusi, fasilitas produksi dan tolok ukur keuangan sendiri.
2. Penentuan dan pengembangan visi, misi dan strategi perusahaan. Visi
perusahaan ialah kemampuan atau daya perusahaan untuk melihat atau
mengimajinasikan dirinya sendiri dimasa depan. Misi perusahaan artinya tugas
khusus yang akan diemban oleh perusahaan dalam mencapai tujuannya
sehingga memberikan arah dan fokus bagi manajemen terhadap aktivitas-
aktivitasnya. Sedangkan strategi perusahaan didefinisikan sebagai apa yang
sedang dan akan dikerjakan organisasi.
3. Memformulasikan balanced scorecard dimana dapat mengintegrasikan
tolok ukur keuangan sebagai satu kesatuan tolok ukur kinerja
4. Mengimplementasikan balanced scorecard dengan cara
mengintegrasikannya kedalam filosofi manajemen dan budaya perusahaan,
mengkomunikasikannya kepada karyawan dan mengembangkan sistem
informasi yang mendukung pengukuran kinerja menurut balanced scorecard
system serta mengimplementasikan balanced scorecard kedalam aktivitas-
aktivitas perusahaan sehari-hari.
5. Mengevaluasi balanced scorecard pada setiap akhir suatu periode yang
telah ditetapkan sebagai saat evaluasi misalnya bulanan, semesteran atau
tahunan dan mendiskusikannya kepada seluruh jenjang manajemen sebagai
42
bagian dari penetapan tujuan strategi perusahaan dan proses alokasi sumber
daya.
Keempat perspektif balanced scorecard yang komprehensif, koheren, seimbang,
dan terukur sangat bermanfaat bagi para pemakainya terutama perusahaan karena dapat
mengidentifikasi feedback (umpan-balik) yang membantu manajer dalam
mengidentifikasi masalah yang timbul, membantu untuk mencari pemecahannya
sekaligus sebagai pembelajaran strategis untuk peningkatan terus-menerus di masa yang
akan datang. Balanced Scorecard menekankan bahwa pengukuran keuangan dan non
keuangan harus merupakan bagian dari informasi bagi seluruh pegawai dari semua
tingkatan bagi organisasi. Tujuan dan pengukuran dalam balanced scorecard bukan
hanya penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan yang ada,
melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas bawah (top-down) berdasarkan misi
dan strategi dari suatu unit usaha, misi dan strategi tersebut harus diterjemahkan dalam
tujuan dan pengukuran yang lebih nyata.
Menurut Kaplan dan Norton (2000:9), perusahaan yang inovatif menggunakan
balanced scorecard sebagai sistem manajemen strategis untuk mengelola strategi
jangka panjang, dimana fokus pengukuran scorecard menghasilkan berbagai proses
manajemen penting yaitu:
a. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi.
Proses ini adalah klarifikasi visi dan strategi bersama yang hendak dicapai oleh
seluruh organisasi yang merupakan titik tolak atau referensi bagi keseluruhan
proses manajemen dalam menerjemahkan berbagai konsep yang rumit dan
43
sering kali samar-samar ke dalam suatu bentuk yang lebih pasti yang dapat
memperoleh konsensius dari para eksekutif senior.
b. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran
strategis.
Proses ini merupakan proses untuk memobilisasi semua individu untuk
bertindak menuju tercapainya tujuan perusahaan dimana pendidikan dan
komunikasi yang terbuka tentang strategi adalah basis bagi pemberdayaan.
Penekanan hubungan sebab dan akibat dalam membentuk scorecard
memperkenalkan pemikiran sistem yang dinamis yang seluruh sasarannya
harus selaras dari manajemen tingkat atas sampai individu paling bawah.
c. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai
inisiatif strategis.
Proses ini mendefenisikan tujuan kinerja spesifik dan kuantitatif bagi
organisasi pada seperangkat hasil dan faktor pendorong (driver) kinerja yang
seimbang. Contoh penerapanya pada aspek keuangan sebagai berikut: stretch
targets dibuat dan disetujui, kemudian inisiatif strategis secara jelas
diidentifikasikan, selanjutnya investasi ditentukan oleh strategi, dan anggaran
tahunan dihubungkan ke perencanaan jangka panjang.
d. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.
Proses ini menyertakan balanced scorecard dalam suatu kerangka kinerja
pembelajaran strategik bagi perusahaan pada tingkat eksekutif. Tahap ini
memungkinkan manejer memantau dan menyesuaikan pelaksanaan satrategik
44
dan jika perlu membuat perubahan-perubahan mendasar terhadap strategi itu
sendiri. Penerapan umpan balik digunakan untuk menguji hipotesis dimana
strategi didasarkan, kemudian dibentuk tim problem solving, yang selanjutnya
pengembangan strategi dilakukan secara berkesinambungan.
GAMBAR 3.7BALANCED SCORECARD SEBAGAI SUATU KERANGKA KERJA
TINDAKAN STRATEGIS
Sumber: Kaplan dan Norton, Balanced Scorecard; Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, terjemahan : Peter R.Yosi Pasla, M.B.A , 2000, hal 11.
3.5. Proses Penyusunan dan Penerapan Balanced Scorecard
3.5.1. Proses Penyusunan Balanced Scorecard
Bangunan balanced scorecard dimulai dari visi perusahaan. Visi di sini
adalah situasi masa depan perusahaan yang diinginkan. Kemudian visi ini diuraikan
45
dalam perspektif-perspektif pengukuran. Pada masing-masing perspektif tersebut
ditetapkan tujuan-tujuan strategis yang lebih spesifik yang merupakan penjabaran
dari visi perusahaan. Atas dasar tujuan strategis ini, perusahaan kemudian
menetapkan faktor-faktor keberhasilan kritikal agar visi perusahaan bisa diwujudkan.
Setelah penetapan faktor-faktor keberhasilan kritikal ini, kemudian ditentukan
ukuran-ukuran strategis yang mencerminkan strategi perusahaan. Terakhir,
perusahaan menyiapkan langkah-langkah spesifik yang akan dilakukan pada masa
mendatang agar tercapai tujuan-tujuan strategis yang merupakan syarat bagi
pencapaian misi perusahaan.
GAMBAR 3.8IKHTISAR BAGAIMANA BALANCED SCORECARD DIKEMBANGKAN
VisiApa visi kami mendatang?
Perspektif
Tujuan StrategisJika visi kami sukses, bagaimana kamiakan berbeda?
Faktor-faktor Keberhasilan kritikal
Faktor-faktor sukses kritis apakahuntuk mencapai tujuan strategik kami?
Tolak Ukur StrategisPengukuran kritis apakah yang dapatmemberi kami petunjuk strategis?
Langkah-langkah ke depanLangkah-langkah apa yang akan
46
ditempuh kedepan supaya berhasil?
Sumber : Suhendra. Evaluasi Atas Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan: Studi Kasus PT X. 2004. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol 8, No. 2, Hal 88.
Menurut Sony Yuwono, dkk. (2006:83) langkah-langkah penyusunan
balanced scorecard adalah sebagai berikut:
1.Membangun konsensius tentang pentingnya perubahan manajemen.
2.Pembentukan tim proyek balanced scorecard.
3.Mendefenisikan industri, menjelaskan perkembangan dan peran
perusahaan.
4.Menentukan unit atau strategic business unit (SBU).
5.Mengevaluasi sitem pengukuran yang ada.
6.Merumuskan/mengkonfirmasikan visi perusahaan.
7.Merumuskan perspektif.
8.Merinci visi berdasarkan masing-masing perspektif dan merumuskan
seluruh tujuan strategis.
9. Identifikasi faktor-faktor penting bagi kesuksesan.
10. Mengembangkan tolak ukur, identifikasi sebab dan akibat, dan menyusun
keseimbangan.
11. Mengembangkan top-level scorecard.
12. Rincian scorecard dan tolak ukur oleh unit organisasi.
13. Merumuskan tujuan-tujuan.
14. Mengembangkan rencana tindakan.
15. Implementasi scorecard.
47
Dorongan untuk menyusun sebuah balanced scorecard menurut Maman
Suhendra (2004:87) dapat timbul dari kebutuhan untuk:
a. Mengklarifikasi dan memperoleh konsensus tentang visi dan
strategi.
b. Membangun sebuah tim manajemen.
c. Mengkomunikasikan strategi.
d. Mengaitkan imbalan dengan pencapaian tujuan strategis.
e. Menentukan target strategis.
f. Menyelaraskan sumber daya dengan inisiatif strategis.
g. Mempertahankan investasi di dalam aktiva intelektual dan tidak
berwujud.
h. Menyediakan dasar bagi pembelajaran strategis.
3.5.2. Proses Penerapan Balanced Scorecard
Tahap ini membutuhkan pengembangan sistem dan IT (Information
Technology) untuk mengimbangi perubahan lingkungan bisnis yang terus terjadi.
Pengendalian strategis mengantarkan organisasi untuk terus belajar menyempurnakan
ukuran-ukuran agar selalu merefleksikan strategi perusahaan. Proses penerapan ini
dapat dilihat secara ringkas pada gambar berikut:
GAMBAR 3.9PROSES PENERAPAN BALANCED SCORECARD
48
Sistem Pengendalian Manajemen
Sumber : Suhendra. Evaluasi Atas Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan: Studi Kasus PT X. 2004. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol 8, No. 2, Hal 88.Model balanced scorecard hanya memberikan perusahaan sebuah struktur
yang menyatakan visi dan strategi perusahaan ke dalam sasaran dan ukuran yang
nyata. Perusahaan masih menghadapi tantangan untuk membangun sebuah sistem
serta prosedur yang mampu mengumpulkan informasi sekaligus
mengkomunikasikannya kepada karyawan dan pihak-pihak yang memerlukan.
Banyak perusahaan yang telah mengklaim bahwa mereka telah menerapkan
balanced scorecard karena telah menggunakan campuran ukuran keuangan dan
nonkeuangan. Padahal pada kenyataannya mereka baru menggunakan ukuran yang
lebih seimbang dibandingkan dengan perusahaan yang hanya menggunakan ukuran
finansial semata-mata dalam mengukur kinerjanya. Hal ini dikarenakan mereka
menggunakan ukuran yang sifatnya tidak mendukung strategi perusahaan.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan penerapan balanced
scorecard menurut Sony Yuwono, dkk. (2006:126) adalah sebagai berikut:
1. Memandang bahwa balanced scorecard merupakan suatu pendekatan yang
berdiri sendiri, yang berbeda dengan pendekatan lain (eksklusif).
2. Kekeliruan dalam menentukan variabel dan tolak ukur balanced scorecard
yang tidak sejalan dengan ekspektasi stakeholder, terutama non-owners
pemasok, masyarakat, dan bahkan juga generasi mendatang).
3. Improvement goals (tujuan-tujuan pengembangan manajerial dan bisnis)
dalam perusahaan tidak didasarkan pada kebutuhan stakeholders.
4. Tidak ada sistem yang dapat diandalkan yang dapat merinci sasaran-sasaran
pada tingkat manajemen puncak hingga level di bawahnya secara efektif,
yang pada dasarnya merupakan alat aktualisasi strategi dan pengembangan
bisnis.
5. Karyawan (employess) kurang mempunyai rasa memiliki terhadap
perusahaan dimana penerapan balanced scorecard membutuhkan peran
serta seluruh individu dalam seluruh lini organisasi.
Balanced Scorecard yang baik mampu merefleksikan strategi perusahaan.
Cara yang paling tepat untuk untuk mengujinya adalah apakah kita bisa memahami
strategi perusahaan dengan hanya melihat scorecard tersebut. Strategy scorecard
menyediakan cara yang logis serta komprehensif untuk menjelaskan strategi
perusahaan. Scorecard ini dengan jelas mengkomunikasikan keluaran yang
diinginkan perusahaan sekaligus hipotesis mengenai bagaimana keluaran tersebut
dapat dicapai.
Keadaan yang menunjukkan penerapan balanced scorecard yang berhasil
(Suhendra, 2004:90) sebagai berikut:
a. Dukungan dan partisipasi.
b. Adanya prioritas.
c. Komposisi project group dan cakupan project.
50
d. Mendasarkan scorecard pada strategi perusahaan.
e. Berbagai tolak ukur yang didefenisikan secara jelas dan
konsisten.
f. Keseimbangan dan hubungan sebab akibat antara berbgai tolak
ukur.
g. Hubungan dengan sistem pengendalian yang ada.
h. Menyakinkan kemungkinan dikerjakannya tolak ukur dan
pengukuran.
i. Adanya teknologi informasi berbasis persentase dan sistem
pendukung.
j. Pelatihan dan informasi.
k. Pengembangan dan pembelajaran organisasi.
l. Menindak lanjuti konsep.
3.6. Balanced Scorecard Dalam Sektor Publik
Pengukuran kinerja yang telah dilaksanakan oleh PDAM Kota Makassar sejalan
dengan balanced scorecard walaupun aspek-aspek penilaian kinerjanya berbada, namun
indikator-indikator yang dimuat dalam aspek penilaian kinerja PDAM dapat mewakili
indikator kinerja dalam keempat perspektif balanced scorecard. Walaupun perusahaan
daerah juga berfokus pada laba tetapi perusahaan ini masih tetap dapat dikategorikan
dalam sektor publik karena merupakan salah satu bagian dari instansi pemerintah yang
juga berfokus kesejahtraan masyarakat.
51
Menurut Gaspersz (2005:210), penerapan balanced scorecard organisasi
pemerintah memerlukan beberapa penyesuaian, karena :
1. Fokus utama sektor publik adalah masyarakat dan kelompok-kelompok
tertentu, sedangkan fokus utama sektor bisnis adalah pelanggan dan
pemegang saham.
2. Tujuan utama organisasi publik adalah bukan maksimalisasi hasil-hasil
finansial, tetapi keseimbangan finansial (anggaran) melalui pelayanan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakehokders) sesuai dengan visi
dan misi organisasi pemerintah.
3. Mendefenisikan ukuran dan target dalam perspektif
customer/stakehoklder membutuhkan pandangan dan kepedulian yang tinggi
sebagai konsekuensi dari peran kepengurusan organisasi pemerintah, dan
membutuhkan defenisi yang jelas serta hasil strategis yang diinginkan.
Konsep manajemen pemerintah berfokus pada pada masyarakat membutuhkan
pardigma baru serta menghilangkan paradigma lama yang masih banyak dianut oleh
aparatur pemerintah. Menurut Gaspersz (2005:205) perbedaannya adalah:
TABEL 3.1PERBEDAAN PARADIGMA LAMA DENGAN PARADIGMA BARU PADA
KONSEP MANAJEMEN PEMERINTAH
Paradigma Baru Paradigma Lama
Pemerintah harus bekerjasama dengan elemen-elemen utama dalam masyarakat untuk menentukan visi, misi, dan tujuan bersama untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat, yang kemudian dilaksanakan oleh masyarakat dengan pengarah dan pembimbing pemerintah.
Pemerintah membuat semua kebijakan dan melaksanakan sendiri sesuai dengtan keinginannya.
52
Pemerintah harus memberdayakan masyarakat untuk mengambil alih tanggung jawab, misalnya: keamanan dan kebersihan lingkungan.
Pemerintah harus menumbuhkembangkan semangat kompetensi yang sehat di segala kehidupan.
Pemerintah menumbuhkembangkan kreativitas aparat bawahannya dengan tetap melakukan pengarahan dan bimbingan untuk menuju tujuan bersama meningkatkan kesejahtraan masyarakat.
Pemerintah harus berorientasi pada manfaat proyek pembangunan untuk mencapai tujuan bersama meningkatkan kesejahtraan masyarakat (benefit oriented).Tabel 3.1. LanjutanPemerintah harus berorientasi pada kepuasan masyarakat.
Pemerintah harus kreatif untuk mencari dana pembangunan melalui kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak yang potensial dalam masyarakat.
Pemerintah harus memiliki daya antisipasi dan proaktif untuk mencegah masalah-masalah potensial yang diperkirakan akan muncul dengan pembangun komunikasi dan interaksi aktif dengan berbagai elemen penting dalam masyarakat.
Pemerintah harus menerapkan indikator pengukuran dan target kinerja yang berfokus pada kepuasan masyarakat yang secara transparan dapat dievaluasi oleh
Pemerintah terus-menerus melayani masyarakat dalam segala hal dan urusan.
Pemerintah tidak menumbuhkembangkan semangat kompetensi yang sehat.
Pemerintah menerbitkan segala bentuk petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis secara ketat dan kaku kepada aparat bawahannya.
Pemerintah hanya berorientasi pada pelaksanaan proyek-proyek pembangunan tanpa memikirkan menfaatnya bagi masyarakat (cost or budget oriented).
Pemerintah hanya berorientasi pada kepuasan diri sendiri atau kepuasan birokrat.
Pemerintah tidak kreatif mencari dana pembangunan, hanya mengharapkan dana dari anggaran yang diperoleh, kemudian membelanjakannya dengan boros.
Pemerintah bersikap reaktif, hanya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang telah muncul.
Pemerintah tidak memiliki indikator pengukuran target kinerja kepuasan masyarakat yang jelas, sehingga sulit untuk menentukan efektivitas dan
53
semua pihak yang berkepentingan.
Pemerintah harus berorientasi pola kerjasama dan partisipasi aktif dengan membentuk dan mengembangkan kelompok-kelompok pengendalian kualitas pelayanan publik.
efesiensi pemerintah.
Pemerintah hanya berorientasi pola kerja berhirarki ketat, hubungan atasan bawahan yang kaku serta birokrasi yang tidak efesien.
Sumber : Gaspersz, Sistem manajemen Terintegrasi Balanced Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organiasasi Bisnis Dan Pemerintah, 2005, hal 205.
Menurut Gaspersz (2005:207) terdapat perbadaan perspektif balanced scorecard
yang diteapkan pada sektor swasta dan sektor pemerintah yaitu :
TABEL 3.2PERBADAAN PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD PADA SEKTOR
SWASTA DAN PEMERINTAH
Perspektif Sektor Swasta(private sector)
Sektor Pemerintah(public sector)
Keuangan(Finansial)
Palanggan
PembelajaranDan Pertumbuhan
Bagaimana kita melihat/memandang dan memberikan nilai kepada pemegang saham.
Bagaimana pelanggan melihat atau memandang dan mengevaluasi kinerja kami.
Dapatkah kita melanjutkan untuk meningkatkan dan menciptakan nilai kepada pelanggan, pemegang saham,
Bagaimana kita melihat/memandang dan memberikan nilai kepada masyarakat dan atau pembayar pajak.
Bagaimana orang-orang yang menggunakan jasa/pelayanan publik melihat atau memandang dan mengevaluasi kinerja kami.
Dapatkah kita melanjutkan untuk meningkatkan dan menciptakan nilai kepada masyarakat atau pembayar
54
Proses dan Produk
karyawan, manajemen serta organisasi.
Apa yang harus diunggulkan dari proses dan produk kami.
pajak, aparatur dan pejabat pemerintah, organisasi pemerintahan, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Apakah program-program pembangunan yang dilaksanakan telah memberikan hasil-hasil sesuai dengan yang diinginkan/diharapkan.
Sumber : Gaspersz, Sistem manajemen Terintegrasi Balanced Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organiasasi Bisnis Dan Pemerintah , 2005, hal 207.
Awalnya penerapan balanced scorecard mungkin akan berjalan sulit dengan
melihat paradigma lama yang telah membudaya di sektor publik, namun jika hal
tersebut diimplementasikan secara profesional dan kerjasama yang baik maka pasti akan
berjalan dengan baik.
3.7. Manfaat Balanced Scorecard Bagi Perusahaan
Menurut Kaplan dan Norton (2000:17) manfaat dari pengukuran kinerja dengan
balanced scorecard yaitu:
1. Mengklarifikasikan dan menghasilkan konsensius mengenai strategi.
2. Mengkomunikasikan strategi ke seluruh perusahaan.
3. Menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan strategi
perusahaan.
4. Mengaitkan berbagai tujuan strategis dengan sasaran jangka panjang dan
anggaran tahunan.
5. Mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.
6. Melaksanakan peninjauan ulang strategis secara periodik dan sistematis.
55
7. Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan
memperbaiki strategi.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah Singkat
Dinamika perkembangan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar
(PDAM KM) terus menerus mengalami perkembangan melalui lintas sejarah yang
cukup panjang, yang berawal pada tahun 1924 dengan dibangunya Instalasi
Pengelolahan Air (IPA) I Ratulangi oleh pemerintah Hindia Belanda dengan nama
Waterleidjding Bedrijf yang kapasitas produksinya terpasang 50 liter per detik.
Kemudian pada zaman pendudukan Jepang pada tahun 1937 ditingkatkan manjadi 100
56
liter perdetik. Air baku diambil dari sungai Jeneberang yang terletak di sebelah selatan
pusat kota, dipompa melalui saluran tertutup ke instalasi Ratulangi.
Pada tahun 1974 nama perusahaan ini dinamakan Dinas Air Minum Kota
Madya Ujung Pandang, seiring dengan usianya IPA I Ratulangi berangsur-angsur
mengalami penurunan kapasitas produksi.
Pada tahun 1976 terjadi perubahan status dari Dinas Air Minum menjadi
Perusahaan Air Minum Kodya Ujung Pandang, sesuai dengan Perda No. 21/P/II/1976,
dimana kapasitas produksi terpasang PDAM turun menjadi 50 liter per detik disebabkan
karena usia.
Pada tahun 1977 dibangun Instalasi II Panaikang dengan kapasitas tahap
pertama 500 liter per detik. Sumber air baku diambil dari Bendungan Lekopancing
sungai Maros sejauh 29, 6 Km dari kota Makassar.
Pada tahun 1983 melalui paket pembangunan Perum Perumnas dibangun
Instalasi II Antang dengan kapasitas awal 20 liter per detik. Kemudian tahun 1989 IPA
Panaikang ditingkatkan menjadi 1000 liter perdetik.
Pada tahun 1992 dibangun lagi IPA Antang II, dengan demikian total kapasitas
IPA Antang menjadi 40 liter per detik dari dua IPA. Tahun 1993 lewat paket bantuan
hibah pemerintah pusat, dibangun lagi Instalasi IV, kapasitas terpasang 200 liter per
detik di Maccini Sombala dengan sumber aur baku dari sungai Jeneberang.
Penambahan kapasitas produksi rupanya belum mampu mengimbangi laju
pertumbuhan penduduk, pemukiman dan industri sehingga melalui Proyek
Pengembangan Sistem Penyedian Air Bersih Kotamadya Ujung Pandang pada tahun
2000 dibangun Instalasi V Somba Opu dengan kapasitas 1000 liter per detik di
57
Kabupaten Gowa dengan sumber air baku dari Dam Bili-bili sejauh 16 Km yang
diresmikan oleh Presiden RI, Ibu Megawati Soekarno Putri.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih khususunya wilayah pelayanan Antang
dimana pelanggannya terus bertambah, maka pada tahun 2003 PDAM Kota Makassar
menambah kapasitas produksi IPA Antang dari 40 liter perdetik menjadi 90 liter per
detik. Melalui pembangunan IPA Antang III. Dengan demikian produksi air bersih
PDAM Kota Makassar menjadi 2.340 liter per detik.
PDAM Kota Makassar sampai saat ini telah menjangkau 842.654 jiwa penduduk
dari 1.160.011 jiwa total penduduk kota Makassar atau 70,38 %. Luas wilayah distribusi
telah mencapai radius 12,37 Ha, ini berarti bahwa pelayanan air bersih PDAM Kota
Makassar telah menjangkau 70,38 % dari luas wilayah kota Makassar yang mempunyai
luas 17.577 Ha (175,77 Km2 ). Sistem distribusi air bersih dilakukan dengan
pemompaan. Hingga tahun 2007 PDAM terus menjalankan operasinya melayani
kebutuhan penduduk kota Makassar akan air bersih.
Tabel 4.1Instalasi Pengolahan Air (IPA)
NO INSTALASI PENGOLAHAN AIR KAPASITAS PRODUKSI
1 Instalasi I Ratulangi 50 liter per detik
2 Instalasi II Panaikang 1000 liter per detik
3 Instalasi III Antang 90 liter per detik
4 Instalasi IV Maccini Sombala 200 liter per detik
5 Instalasi V Somba Opu 1000 liter per detik
Total 2.340 liter per detik
Sumber : PDAM Kota Makassar
58
4.2. Profil PDAM Kota Makassar
Peruasahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar memiliki 12 kantor
unit pelayanan yaitu:
1. Kantor Unit Pelayanan Ujung Pandang.
2. Kantor Unit Pelayanan Wajo.
3. Kantor Unit Pelayanan Panakukang.
4. Kantor Unit Pelayanan Rappocini.
5. Kantor Unit Pelayanan Tamalanrea.
6. Kantor Unit Pelayanan Mariso.
7. Kantor Unit Pelayanan Mamajang.
8. Kantor Unit Pelayanan Bontoala.
9. Kantor Unit Pelayanan Manggala.
10. Kantor Unit Pelayanan Tamalate.
11. Kantor Unit Pelayanan Kima.
12. Kantor Unit Pelayanan Biringkanaya.
PDAM Kota Makassar adalah satu-satunya badan usaha milik daerah Kota
Makassar yang mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam penyediaan air bersih bagi
masyarakat. Unit Pelayanan PDAM Kota Makassar dibagi kedalam beberapa tipe
dimana penentuan jenis tipe dilihat dari banyaknya pelanggan, yaitu :
a. Kategori tipe A mempunyai jumlah pelanggan minimal 10.000
b. Kategori tipe B mempunyai jumlah pelanggan minimal 5.000
c. Kategori tipe C mempunyai jumlah pelanggan dibawah 5.000
59
Setiap unit pelayanan dipimpin oleh seorang kepala unit dan dibantu oleh tiga
kepala urusan (KAUR) yakni kepala urusan administrasi dan keuangan, kepala urusan
hubungan langganan, dan serta kepala urusan teknik operasional.Sesuai dengan motto
PDAM Kota Makassar yaitu “Commited to serve you better”, yaitu komitmen kami
melayani anda lebih baik, maka setiap unit berkomitmen untuk selalu berusaha dan siap
memberikan pelayanan yang terbaik.
4.3. Visi dan Misi
PDAM mempunyai visi dan misi yang menjadi pedoman setiap gerak dan
langkah organisasi sebagai berikut :
1. Visi PDAM
Menjadi salah satu perusahaan daerah air minum terkemuka di Indonesia
yang memiliki daya saing global.
2. Misi PDAM
a. Memberikan pelayanan air minum yang terbaik bagi masyarakat.
b. Menunjang pembangunan dan pelayanan perkotaan.
c. Mewujudkan profesionalisme pengelolaan perusahaan.
4.4. Struktur Organisasi Perusahaan
Secara umum dapat dikemukakan bahwa organisasi adalah suatu sistem hirarki
dan satuan administrasi dan operasional dari perusahaan. Dalam suatu perusahaan,
struktur organisasi memgang peranan penting bagi kelangsungan organisasi perusahaan
60
karena hal ini menyangkut tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap individu yang
ada di dalmnya.
Struktur organisasi yang baik akan sangat mendukung suksesnya sebuah
perusahaan dalam mencapai tujuan dan asaran yang ditargetkan oleh perusahan tersebut
karena didalamnya terdapat hubungan kerjasama yang baik terhadap para karyawan
yang ada dalam perusahaan. Untuk memelihat hubungan kerjasamanya maka diperlukan
adanya pembangian tugas atau job description yang jelas sehingga antara satu pekerjaan
dengan pekerjaan lainya tidak saling tumpang tindih atau tidak asanya monopoli pada
satu bagian. Oleh karena itu, suatu perusahaan hendaknya membuat suatu struktur
organisasi yang akan menggambarkan hubungan kerja, baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga demikian akan terjadi rasa tanggung jawab terhadap setiap
pekerjaan yang diberikan karywan sesuai dengan profesinya.
Dengan adanya struktur organisasi yang baik akan mendorong tercapainya tujuan
perusahaan dengan sebaik-baiknya, karena organisasi merupakan suatu kelopok orang-
orang yang mau bekerja sama dalam usaha mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama. Oleh karena itu, maka Perusahaan Daerah Air Minum kota Makassar
menyususn suatu struktur organisasi dengan tujuan untuk memperjelas tugas dan
tanggunng jawab para karywannya. Selain itu, struktur organisasi menunjang
tercapainya sasaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.
Susunan organisasi PDAM Kota Makassar sesuai dengan Peraturan Walikota
Makassar Nomor : 116 Tahun 2006, tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar, terdiri dari :
1. Badan Pengawas.
61
2. Direksi, terdiri atas:
a. Direktur Utama.
b. Direktur Umum.
c. Direktur Keuangan.
d. Direktur Teknik.
3. Direktur Umum, terdiri atas:
1) Bagian Personalia, terdiri atas:
a) Seksi Kepegawaian.
b) Seksi Pengembangan SDM.
c) Seksi Pengamanan.
2) Bagian Logistik, terdiri atas:
a) Seksi Pengadaan.
b) Seksi Gudang.
c) Seksi Aset.
3) Bagian Tata Usaha dan Kepelangganan, terdiri atas:
a) Seksi Sekretariat & Hukum.
b) Seksi Pelayanan Pelanggan.
c) Seksi Humas.
4. Direktur Keuangan, terdiri atas:
1) Bagian Perbendaharaan, terdiri atas:
a) Seksi Penagihan.
b) Seksi Kas.
2) Bagian Anggaran, terdiri atas:
62
a) Seksi Akuntansi.
b) Seksi Perencanaan Keuangan.
5. Direktur Teknik, terdiri atas:
1) Bagian Produksi, terdiri atas:
a) Seksi Instalasi II & III;
1. Urusan Laboratorium / Pengolahan IPA II.
2. Urusan Laboratorium / Pengolahan IPA III.
3. Urusan Maintenance IPA II.
4. Urusan Maintenance IPA III.
b) Seksi Instalasi I, IV & V;
1. Urusan Laboratorium / Pengolahan IPA I.
2. Urusan Laboratorium / Pengolahan IPA IV.
3. Urusan Laboratorium / Pengolahan IPA V.
4. Urusan Maintenance IPA I.
5. Urusan Maintenance IPA IV.
6. Urusan Maintenance IPA V.
c) Seksi Laboratorium;
d) Seksi Air Baku & Intake.
2) Bagian Pengendalian Kehilangan Air, terdiri atas:
a) Seksi Meter.
b) Seksi Distribusi.
c) Seksi Kebocoran.
63
d) Seksi Pemeliharaan & Booster.
3) Bagian Perencanaan, terdiri atas:
a) Seksi Konstruksi & Jaringan.
b) Seksi Dokumentasi & Pemetaan.
c) Seksi Pengawasan Teknik.
6. Satuan Pengawas Internal (SPI)
a. Pemeriksaan Operasional.
b. Pemeriksaan Umum & Keuangan.
7. Penelitian & Pengembangan (Litbang)
a. Pengelolaan Evaluasi Data & Pelaporan.
b. Pengelolaan Pengembangan.
c. Pengelolaan Pengolahan Data Elektronik.
8. Unit Pelayanan
a. Urusan Administrasi & Keuangan;
b. Urusan Teknik Operasional;
c. Urusan Kepelangganan.
Struktur organisasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota Makassar
dapat dilihat pada ganbar berikut ini :
64
65
WALI KOTA
DIREKTURUTAMA
BADAN PENGAWAS
DI REKTURTEKNI K
DI REKTURKEUANGAN
DI REKTURUMUM
BAGI ANPRODUKSI
BAGI AN ANGGARAN
BAGI AN PERBENDA-
HARAAN
BAGI AN PERSONALI A
BAGI AN LOGI STI K
KEPALASPI
KEPALALI TBANG
BAGI ANPENGENDALI AN
KEHI LANGAN AI R
BAGI AN TATA USAHA &
KEPELANGGANAN
BAGI AN PERENCANAAN
KASI EPENGAWASANOPERASI ONAL
KASI EPENGAWASAN UMUM & KU
KASI EEVALUASI DATA& PELAPORAN
KASI EPENGOLAH DATA
ELEKTRONI K
KASI EPENGEMBANGAN
KASI EI NSTALASI I I ,I I I
KASI EAI R BAKU& I NTAKE
KASI EI NSTALASI I ,I V,V
KASI E LABORATORI UM
KASI EMETER
KASI EDI STRI BUSI
KASI EKEBOCORAN
KASI EPERENCANAAN
KASI EDOKUMENTASI& PEMETAAN
KASI EPENGAWASAN
TEKNI K
KASI EPENAGI HAN
KASI EKAS
KASI EAKUNTASI
KASI EPERENCANAAN
KEUANGAN
KASI EPENGEMBANGAN
SDM
KASI EKEPEGAWAI AN
KASI EPENGAMANAN
KASI EPENGADAAN
KASI EGUDANG
KASI EASET
KASI EHUMAS
KASI ESEKRETARI AT
& HUKUM
KASI ERUMAH TANGGA
KASI EPEMELI HARAAN
& BOOSTER
UNI TKI MA
UNI TUJ UNG
PANDANG
UNI TTAMALANREA
UNI TBI RI NGKANAYA
UNI TMARI SO
UNI TTAMALATE
UNI TMAMAJ ANG
UNI TBONTOALA
UNI TWAJ O
UNI TPANAKUKANG
UNI TRAPPOCI NI
UNI TBONTOALA
Uraian tugas dari struktur organisasi tersebut atl :
1. Badan Pengawas, bertugas :
a. Menetapkan rencana kerja dan pembagian tugas para anggota menurut
bidang masing-masing untuk masa 12 (dua belas) bulan dan sesuai dengan
tahun buku Perusahaan.
b. Menyelenggarakan rapat kerja sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
sekali untuk membicarakan dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
oleh Perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya. Bila diperlukan sewaktu-
waktu mengadakan rapat untuk menentukan keputusan mengenai hal-hal
yang mendesak.
c. Merumuskan kebijakan Perusahaan secara terarah dalam bidang
perencanaan modal/penggunaan dana, pemanfaatan dan pengamanan air
66
baku, meningkatkan kapasitas produksi air, perluasan maupun rehabilitasi
jaringan transmisi dan distribusi air minum sesuai program jangka pendek,
menengah dan panjang pemerintah sebagai dasar kebijakan Walikota.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Badan Pengawas bertanggung
jawab kepada Walikota.
2. Direktur Utama, bertugas :
a. Merencanakan program perusahaan untuk jangka pendek,
menengah dan panjang, mengawasi dan mengkoordinir kegiatan di bidang
umum, bidang keuangan dan bidang teknik untuk mencapai tujuan
perusahaan.
b. Merumuskan strategi perusahaan dan menjalankan program
kerja yang ditetapkan oleh Badan Pengawas dalam melaksanakan operasi
perundang-undangan yang berlaku.
c. Memelihara suasana kerja yang baik dalam organisasi dan
berusaha mencapai efektifitas dan produktivitas kerja, efisiensi keuangan
dan administrasi yang baik.
3. Direktur Umum, bertugas :
a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan di bidang administrasi
umum, kepegawaian, kesekretariatan dan kepelangganan.
b. Merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan, serta
mengatur penggunaan kekayaan perusahaan.
67
c. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadaan,
pengelolaan aset dan perlengkapan perusahaan.
Dalam melaksanakan tugasnya Direktur Umum dibantu oleh :
1) Bagian Personalia;
a) Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan pegawai
pada Seksi Kepegawaian, Seksi Pengembangan SDM serta Seksi
Pengamanan.
b) Mengurus segala hal yang berhubungan dengan kepegawaian.
c) Melaksanakan administrasi kepegawaian, kesejahteraan pegawai dan
pembinaan pegawai dalam hal pengangkatan/pemberhentian,
mutasi/promosi.
Dalam melaksanakan tugas Bagian Personalia dibantu oleh:
Seksi Kepegawaian, Seksi Pengembangan SDM, dan Seksi
Pengamanan.
2) Bagian Logistik;
a) Pelaksanaan tugas dari seksi pengadaan, seksi gudang dan seksi aset.
b) Mengkoordinir, mengatur dan mengawasi penggunaan kendaraan
dinas sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.
c) Melaksanakan pengadaan/pembelian material dan jasa yang
dibutuhkan oleh perusahaan.
Dalam melaksanakan tugas Bagian Logistik dibantu oleh: Seksi
Pengadaan, Seksi Gudang, dan Seksi Aset.
68
3) Bagian Tata Usaha dan Kepelangganan;
a) Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas
dari seksi sekretariat & hukum, seksi pelayanan pelanggan dan seksi
humas.
b) Mengkoordinasikan segala kegiatan yang berhubungan dengan
pelayanan pelanggan atau calon pelanggan serta melaksanakan
kegiatan lain yang berkaitan dengan upaya pemeliharaan hubungan
antara perusahaan dengan masyarakat.
c) Mengkoordinir tugas dan fungsi pelayanan serta pengelolaan data
pelanggan.
Dalam melaksanakan tugas Bagian Tata Usaha dan
Kepelangganan dibantu oleh ;Seksi Sekretariat & Hukum, Seksi
Pelayanan Pelanggan, dan Seksi Humas.
4. Direktur Keungan, bertugas :
a. Mengkoordinasikan Dan Mengendalikan Kegiatan Di Bidang Keuangan.
b. Mengendalikan Pendapatan Hasil Penagihan Rekening Air, Non Air Dan
Pendapatan Lainnya.
c. Mengadakan Pengelolaan Keuangan Kas Masuk Dan Kas Keluar Secara
Baik.
d. Mengawasi Penyusunan Anggaran Belanja/Menetapkan Besarnya
Investasi, Menetapkan Kebijakan Penggunaan Keuangan Agar Lebih
Efektif Bersama Dengan Direktur Lainnya.
69
e. Menyelenggarakan Pembukuan ”Up To Date” Dan Membuat Laporan
Keuangan Kepada Direktur Utama.
Dalam melaksanakan tugasnya Direktur Keungan dibantu oleh :
1) Bagian Perbendaharaan;
a) Merencanakan, Mengkoordinir Dan Mengawasi Pelaksanaan Tugas
Dari Seksi Kas Dan Seksi Penagihan.
b) Mengkoordinir Transaksi Penerimaan Dan Pengeluaran Perusahaan
Baik Melalui Bank Maupun Melalui Kas Perusahaan.
c) Mengkoordinir Pemeriksaan Kas Setiap Saat Dan Menutup Transaksi
Setiap Bulan.
Dalam melaksanakan tugas Bagian Perbendaharaan dibantu oleh:
Seksi Kas dan Seksi Penagihan.
2) Bagian Anggaran;
a) Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan dari seksi
akuntansi dan seksi perencanaan keuangan.
b) Membuat dan mengevaluasi laporan keuangan secara berkala.
c) Mengkoordinir penyusunan rencana kerja anggaran perusahaan
(RKAP) dan RKAP perubahan setiap tahun.
70
Dalam melaksanakan tugas Bagian Anggaran dibantu oleh: Seksi
Akuntansi dan Seksi Perencanaan Keuangan
5. Direktur Teknik, bertugas :
a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan di bidang
produksi, pengendalian kehilangan air dan perencanaan.
b. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pemanfaatan air baku, instalasi
pengolahan air, sistem transmisi dan distribusi serta mencari sumber air baku
lainnya.
c. Mengadakan koordinasi / kerjasama dengan direktur umum dan direktur
keuangan dalam mengatur, mengawasi penyediaan fasilitas dan material
yang dibutuhkan untuk kelancaran operasional.
Dalam melaksanakan tugasnya Direktur Teknik dibantu oleh :
1) Bagian Produksi;
a) Merencanakan, mengkoordinir Laboratorium, Instalasi
Pengoperasian Air, mengawasi pelaksanaan tugas dari seksi instalasi
II & III; seksi instalasi I, IV & V; seksi laboratorium serta seksi air
baku dan intake.
b) Melakukan pengendalian atas kualitas, kuantitas dan
kontinuitas produksi air minum termasuk penyusunan rencana
kebutuhan material produksi.
71
c) Mengkoordinir dan melakukan kegiatan-kegiatan
produksi di bidang perencanan dan peralatan.
Dalam melaksanakan tugas Bagian Produksi dibantu oleh: Seksi
Instalasi II & III, Seksi Instalasi I, IV & V, Seksi Laboratorium, dan
Seksi Air Baku dan Intake.
2) Bagian Pengendalian Kehilangan Air;
a) Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas
dari seksi meter, seksi distribusi, seksi kebocoran, seksi pemeliharaan
dan booster.
b) Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan baca meter, tera meter,
Sumber : Hasil kuisioner dari para pelanggan PDAM Kota Makassar (Masyarakat Penggunan)
90
Data dari kuisioner ini bersifat kualitatif dan kemudian diubah menjadi data
kuantitatif. Untuk mengubahnya, dibuat skor jawaban sebagai berikut
1) Sangat Tidak Setuju (STS) Memiliki Bobot 1
2) Tidak Setuju (TS) Memiliki Bobot 2
3) Tidak Berpendapat (TB) Memiliki Bobot 3
4) Setuju (S) Memiliki Bobot 4
5) Sangat Setuju (SS) Memiliki Bobot 5
Kuisioner yang diberikan kepada pelanggan PDAM di wilayah unit pelayanan
Tamalanrea sebanyak 90 kuisioner dengan 8 pertanyaan, seluruh nilai dari pertanyaan
tersebut dimasukkan dalam perhitungan dengan menentukan terlebih dahulu interval
kepuasan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan.
Interval = (IK maks – IK min) : 5
IK maks = PP x R x Ex maks
= 8 x 90 x 5
= 3600
IK min = PP x R x Ex min
= 8 x 90 x 1
= 720
Interval = ( 3600 – 720 ) : 5
= 576
Dari interval tersebut, maka dapat ditentukan tingkat kepuasan yang diperoleh
dari pelanggan secara keseluruhan yaitu:
91
1) 720 sampai 1296 = dikategorikan sangat tidak puas
2) 1297 sampai 1872 = dikategorikan tidak puas
3) 1873 sampai 2448 = dikategorikan cukup
4) 2449 sampai 3024 = dikategorikan puas
5) 3025 sampai 3600 = dikategorikan sangat puas
Indeks kepuasan pelanggan PDAM Kota Makassar yang diperoleh dari hasil
sampel penyebaran kuisioner sebesar 2453. Jadi dari hasil pengukuran menurut skala
likert berdasarkan sampel hasil kuisioner maka tingkat kepuasan pelanggan PDAM
Kota Makassar berada pada skala 2449 samapai 3024 yang dikategorikan puas. Hal ini
berarti bahwa secara keseluruhan kinerja PDAM Kota Makassar menurut pelangganya
sudah dapat memenuhi harapan dan keinginan meraka.
5.3. Perspektif Bisnis Internal
Pada perspektif bisnis internal dilakukan identifikasi berbagai proses penting
dan berfokus pada proses operasi saat ini yaitu kemampuan mencapai efisiensi &
produktivitas yang tinggi dalam proses bisnis. Perspektif bisnis internal memberikan
wewenang agar PDAM Kota Makassar menentukan rantai nilai internal yang membahas
langkah-langkah yang ditempuh organisasi dalam melakukan rantai nilai internal guna
membuat pelanggan merasa puas atas pelayanan yang diberikan.
Proses operasi pada PDAM Kota Makassar didasarkan pada Kepmendagri
Nomor 47 Tahun 1999 yaitu tentang Kinerja Operasional Perusahaan Daerah Air
Minum dimana proses operasi dilihat dari 10 indikator, akan tetapi oleh karena
92
keterbatasan penelitian maka penulis hanya mengambil tiga indikator yaitu; tingkat
kualitas air, tingkat kontinuitas air dan kemudahan dalam pelayanan.
5.3.1. Tingkat kualitas Air
Berdasarkan hasil sampel kuisioner kepada para pelanggan yang berjumlah 90
pada wilayah unit pelayanan Tamalanrea, maka tingkat kualitas air PDAM Kota
Makassar dilihat dalam tabel berikut:
TABEL 5.5HASIL KUISIONER TINGKAT KUALITAS AIR
PDAM KOTA MAKASSAR
Keterangan Kualitas Air Jumlah Persentase (n/90x100%)
Memenuhi Syarat Air Minum 27 30%
Memenuhi Syarat Air bersih 55 61,11%
Tidak memenuhi syarat 4 4,44%
Tidak Berpendapat 4 4,44%
Total 90 100%
Sumber : Hasil kuisioner dari para pelanggan PDAM Kota Makassar (Masyarakat Pengguna)Berdasarkan sampel diatas 30% masyarakat berpendapat bahwa tingkat
kualitas air minum PDAM Kota Makassar memenuhi syarat air minum sedangkan
61% berpendapat memenuhi syarat air bersih. Hal ini berarti bahwa kualitas air yang
di produksi PDAM Kota Makassar belum memenuhi keseluruhan kepuasan
pelanggan, oleh karena itu PDAM Kota Makassar masih harus meningkatkan kualitas
airnya menjadi air minum.
5.3.2. Tingkat Kontinuitas Air
Berdasarkan hasil kuisioner kepada para pelanggan yang berjumlah 90 pada
wilayah unit pelayanan Tamalanrea, maka tingkat kontinuitas air PDAM Kota
Makassar dapat dilihat dalam tabel berikut:
93
TABEL 5.6HASIL KUISIONER TINGKAT KONTINUITAS AIR
PDAM KOTA MAKASSAR
Keterangan Kontinuitas Air Jumlah Persentase (n/90x100%)Mengalir 24 jam 36 40%Tidak Mengalir 24 jam 50 56%Tidak Berpendapat 4 4,44%Total 90 100%
Sumber : Hasil kuisioner dari para pelanggan PDAM Kota Makassar (Masyarakat Pengguna)
Berdasarkan informasi data dari para pelanggan, hanya 40 % yang mendapat
aliran air selama 24 jam sedangakan 56% tidak mendapat aliran air selama 24 jam
terutama pada musim kemarau. Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan tidak semua
pelanggan dialiri air selama 24 jam oleh karena itu PDAM Kota Makassar masih
perlu meningkatkan kontinuitas airnya.
5.3.2. Kemudahan Pelayanan
Kemudahan pelayanan kepada pelanggan yaitu penyedian sarana penunjang
dan kantor pelayanan selain yang berada di kantor pusat. Dalam hasil pengamatan
penulis terhadap PDAM Kota Makassar, penulis mendapati:
1. PDAM Kota Makassar mempunyai 12 unit pelayanan yang tersebar di
semua penjuru kota Makassar yaitu unit pelayanan Ujung Pandang,
Total 1139 Sumber : Hasil Kuisioner kepada Pegawai PDAM Kota Makassar
Untuk menghitung tingkat kepuasan pegawai maka digunakan perhitungan
dengan skala likert, dimana sebelum menentukan standar minimal dan standar
maksimal ditentukan dahulu intervalnya.
Interval = (IK maks – IK min) : 5
IK maks = PP x R x Ex maks
= 10 x 30 x 5
= 1500
IK min = PP x R x Ex min
= 10 x 30 x 1
= 300
Interval = ( 1500 – 300 ) : 5
= 240
Dari interval tersebut, maka dapat ditentukan tingkat kepuasan yang diperoleh
dari pelanggan secara keseluruhan yaitu:
1) 300 sampai 540 = dikategorikan sangat tidak puas
2) 541 sampai 780 = dikategorikan tidak puas
3) 781 sampai 1020 = dikategorikan cukup
4) 1021 sampai 1260 = dikategorikan puas
5) 1261 sampai 1500 = dikategorikan sangat puas
101
Indeks pembelajaran pegawai PDAM Kota Makassar yang diperoleh dari
hasil sampel penyebaran kuisioner sebesar 1139 yang berada pada skala 1021 sampai
1260 yang berada pada kategori puas. Hal ini berarti bahwa PDAM Kota Makassar
sudah mampu memberikan pelatihan dan pembelajaran kepada para pegawainya.
5.5. Hubungan Keempat Perspektif
Berdasarkan hasil analisis diatas diperoleh gambaran bahwa pengukuran pada
perspektif keuangan PDAM Kota Makassar yang didasarkan KEP-100/MBU/2002
mendapat predikat CCC yang berarti apabila ditinjau dari aspek keuangan PDAM Kota
Makassar pada tahun 2007 termasuk BUMD yang dikategorikan tidak sehat.
Pada perspektif pelanggan dimana pengukuran dengan mengunakan kuisioner
yang diedarkan pada pelanggan di wilayah unit pelayanan Tamalanrea, diperoleh hasil
bahwa PDAM Kota Makassar sudah dapat memenuhi harapan dan keinginan
pelanggannya.
Pada pespektif bisnis internal diperoleh hasil bahwa PDAM Kota Makassar
dalam hal kualitas air minum belum memenuhi keseluruhan kepuasan pelanggannya,
dalam hal kontinuitas air belum semua pelanggan memperoleh air selama 24 jam, dan
dalam hal kemudahan pelayanan PDAM Kota Makassar sudah memenuhi harapan
pelanggannya.
Pada perspektif pembelajaran/pertumbuhan perusahaan PDAM Kota Makassar
sudah mampu memberikan kepuasan dan pembelajaran kepada para pegawainya.
Berdasarkan analisis keempat perspektif diatas dapat dilihat adanya masalah
ketidakseimbangan antara aspek keuangan dan nonkeuangan pada PDAM Kota
102
Makassar. Sasaran strategik PDAM Kota Makassar terlalu condong ke perspektif
kepuasan dan pembelajaran pegawai serta pengembangan perspektif bisnis internal
dimana adanya pembangunan dan pengembangan IPA selama tahun 2000 sampai
sekarang tanpa memperhatikan kekuatan keuangan, sehingga aspek kepuasan pelanggan
meningkat walaupun menurut PDAM kota Makassar kenaikan tarif yang ada belum
sebanding dengan biaya operasional perusahaan yang kesemuanya berdampak negatif
terhadap perspektif keuangan, ditambah lagi keuntungan yang didapat sebagian besar
dipakai untuk menutupi hutang, biaya pengelolaan air minum, dan biaya administrasi
dan umum yang tinggi.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis dalam skripsi ini serta pengamatan penulis di tempat
penelitian maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Perspektif Finansial
Secara keseluruhan perspektif keuangan PDAM Kota Makassar pada saat diukur
dengan menggunakan metode analisis berdasarkan Keputusan Menteri Badan
Usaha Milik Negara Nomor : KEP-100/MBU/2002, tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Badan Usaha Milik Negara, mendapat predikat CCC yang berarti
termasuk dalam kategori BUMD yang ”TIDAK SEHAT”. Walaupun demikian
PDAM Kota Makassar pada tiga tahun terakhir terus melakukan perbaikan-
103
perbaikan keuangan yang signifikan dilihat dari laporan laba rugi tiga tahun
terakhir dimana jumlah kerugian semakin diminimalisir dari Rp. 44.759.713.291
pada tahun 2005, menjadi Rp. 10.364.969.074 pada tahun 2006 ,dan pada tahun
2007 menjadi Rp. 6.726.287.083 dan jika dihubungkan dengan siklus hidup
perusahaan menurut Kaplan dan Norton, maka PDAM Kota Makassar berada
pada tahap pertumbuhan (growth) dilihat dari tingkat pertumbuhan pendapatan
dan penjualan.
2. Perspektif Pelanggan
Pada perspektif pelanggan, dimana pengukuran menggunakan kuisioner
diperoleh sampel tingkat kepuasan pelanggan berada pada kategori puas yang
berarti bahwa PDAM Kota Makassar secara keseluruhan sudah mampu
memenuhi harapan dan keinginan pelanggannya.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Pada perspektif proses bisnis internal, indikator pengukuran yang digunakan
adalah tingkat kualitas air, tingkat kontinuitas air dan kemudahan dalam
pelayanan. Berdasarkan hasil kuisioner pada pelanggan PDAM diperoleh hasil:
a. Tingkat kualitas air minum PDAM Kota Makassar 30 %
berpendapat memenuhi standar air minum, 61 % memenuhi syarat air bersih,
dan 4,44 % menyatakan tidak memenuhi syarat. Jadi kualitas air yang
diproduksi PDAM Kota Makassar secara keseluruhan belum memenuhi
kategori air minum.
b. Pada tingkat kontinuitas air 40 % pelanggan mengaku mendapat
aliran air selama 24 jam sedangkan 56 % tidak mendapat aliran air selama 24
104
jam terutama pada musim kemarau. Jadi secara keseluruhan tingkat
kontinuitas air PDAM Kota Makassar belum belum mengalir selama 24 jam.
c. Kemudahan pelayanan yang diberikan PDAM Kota Makassar
sudah memenuhi syarat ditinjau dari keberadaan unit pelyanan yang ada di
penjuru kota Makassar, sistem komputer yang digunakan, dan adanya sistem
on line dalam melakukan pembayaran.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dengan hasil kuisioner yang diedarkan kepada 30 pegawai pada bagian
keuangan, personalia, dan PDE, diperoleh hasil tingkat kepuasan dan
pembelajaran pegawai PDAM Kota Makassar berada pada kategori puas yang
berarti bahwa PDAM Kota Makassar sudah mampu memberikan kepuasan dan
pembelajaran kepada para pegawainya.
5. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, kinerja PDAM Kota Makassar
dalam mewujudkan visinya tidak terdapat ketidaksesuaian antara perspektif
keuangan dan non keuangan, dimana PDAM Kota Makassar lebih fokus pada
aspek non keuangan sehingga berdampak negatif terhadap perspektif keuangan.
6.2. Saran
1. Perspektif Keuangan
a. Disarankan agar PDAM Kota Makassar lebih lagi memperhatikan
perspektif keuangan tanpa mengurangi kualitas pelayanannya dengan
melakukan efesiensi biaya baik biaya usaha, administrasi maupun biaya
105
lain-lain, melakukan sistem pengendalian anggaran yang ketat sehingga
pengelolan keuangannya lebih dapat di kontrol.
b. Disarankan agar PDAM Kota Makassar melakukan tindakan tegas
kepada pelanggan yang menunggak melebihi batas waktu tertentu untuk
meningkatkan efektivitas penagihan tunggakan piutang usaha.
2. Perspektif Pelanggan
Disarankan agar PDAM Kota Makassar terus menjaga tingkat kepuasan
pelanggan sehingga menjaga loyalitas pelanggan dan meningkatkan jumlah
pelanggan dalam hal ini pemasangan baru pada daerah-daerah di kota Makassar
yang mulai berkembang.
3. Perspektif Bisnis Internal
a. Disarankan kepada PDAM Kota Makassar untuk terus
meningkatkan kualitas airnya sehingga sehingga termasuk kategori air
minum.
b. Disarankan kepada PDAM Kota Makassar untuk meningkatkan
kontinuitas airnya.
c. Melakukan pengawasan secara intensif terhadap pembacaan meter air,
dan menekan tingkat pencurian serta kebocoran serendah mungkin.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
a. Disarankan kepada PDAM Kota Makassar untuk terus
meningkatkan kedisiplinan, komitmen, serta kompetensi pegawainya tanpa
mengurangi tingkat kepuasan dan pembelajaran pegawai.
106
b. Dalam hal perekrutan hendaknya PDAM Kota Makassar
melakukan seleksi ketat terhadap calon pegawainya sehingga memperolah
pegawai yang berkualitas dan berkompeten.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Nomor : 02B/LHP-GA/BPK-PWK.MKS/06/2006, tentaang; Laporan Keungan PDAM Kota Makassar Untuk Tahun Yang Berakhir Pada 31 Desember 2005. Perwakilan BPK di Makassar, 30 Juni 2006.
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Propinsi Sulawesi Selatan, Nomor : LAI-4202/PW21/4/2007, tentang; Laporan Auditor Independent Atas Laporan Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar Yang Berakhir Per 31 Desember 2006 Dan 2005. Makassar, 29 Juni 2007.
______________, Nomor: LAI-4205/PW21/4/2006, tentang; Laporan Auditor Independent Atas Laporan Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar Yang Berakhir Per 31 Desember 2004 Dan 2003. Makassar, 29 Juni 2006 .
______________, Nomor: LAI-4825/PW21/4/2004, tentang; Laporan Auditor Independent Atas Laporan Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar Yang Berakhir Per 31 Desember 2003 Dan 2002. Makassar, 29 Oktober 2004.
107
Gasperz, Vincent. 2005. Sistem Manajemen Terintegrasi, Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan pemerintah. Cetakan ketiga, Jakarta; Penerbit PT. Gramedia Pustaka utama.
Kaplan, Robert dan David Norton. 2000. Balanced Scorecard. Menerapkan Strategi Menjadi Aksi. Terjemahan : Pasla Yosi Peter R. Jakarta ; Penerbit Erlangga.
Mirhani, Siti. 2001. The Balanced Scorecard. Sumber :http://www.univ -sumut.co.id/fe.
Nur Fatimah, Hasbianti. 2007. Pengukuran kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Takalar dengan Pendekatan Balanced Scorecard, Tidak diterbitkan.
PDAM Kota Makassar, Laporan Keungan Per 31 Desember 2007 (Unaudit). Makassar, 15 Februari 2008.
Pemerintah kota Makassar, Peraturan Walikota Makassar Nomor : 116 Tahun 2006, tentang; Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar. Makassar, 2006.
Republik Indonesia, Keputusan Mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-100/MBU/2002, tentang; Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara.Jakarta, 4 Juni 2002.
Suhendra, Maman. 2004. Evaluasi Atas Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan: Studi Kasus PT X, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol 8, No. 2.
Yuwono,Sony., Edy Sukarno, dan Muhammad Ichsan. 2006. Balanced Scorecard: Petunjuk Praktis Penyusunan Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi. Cetakan keempat, Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka utama.
Kepada Yth,Bapak/Ibu/Saudara(i) Pelanggan PDAM Kota MakassarDi-
Tempat
Dengan Hormat,
Saya adalah Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi UKI-Paulus Makassar, sedang melakukan penelitian untuk penyelesaian studi. Penelitian ini akan mengevaluasi bagaimana penarapan Balanced Scorecard sebagai alat pengukuran kinerja pada Perusahaan Daerah Air Minum kota Makassar.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon Bapak/Ibu, Saudara(i) agar sudi kiranya meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuisioner yang saya lampirkan pada surat ini. Kuisioner ini bertujuan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana tingkat kepuasan konsumen/pemakai terhadap layanan jasa yang diberikan oleh PDAM Kota Makassar.
109
Kuisioner yang akan diisi oleh Bapak/Ibu, Saudara(i) merupakan data yang masih akan diolah, dianalisis dan bukan merupakan hasil akhir. Data yang diisi akan digabung dengan data yang lain untuk memperoleh hasil yang diinginkan dalam penelitian ini. Dan sesuai dengan etika penelitian, data tersebut akan dijaga kerahasiannya dan hanya akan digunakan semata-mata untuk penelitian ini. Harapan saya kiranya Bapak/Ibu, Saudara(i) mau mengisi kuisioner ini dengan jujur sesuai dengan kepuasan dan pengalaman Bapak/Ibu, Saudara(i) selama menjadi pelanggan PDAM Kota Makassar.
Demikian permohonan ini, atas partisipasi dan kesedian Bapak/Ibu/Saudara(i) saya hanturkan terima kasih.
Makassar, Juni 2008
Hormat Saya,Peneliti
(Otto B. Pana)Petunjuk Pengisian Kuisioner
Jawaban atas pertanyaan berikut ini digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat kepuasan Bapak/Ibu/Saudara(i) sebagai konsumen Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar atas pelayan yang telah diberikan. Mohon Bapak/Ibu, Saudara(i) memberi tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/ Saudara(i). Untuk masing-masing jawaban anda akan diberi skor sebagai berikut:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)2 = Tidak Setuju (TS)3 = Tidak Berpendapat (TB)4 = Setuju (S)5 = Sangat Setuju (SS)
Pertanyaan STS TS TB S SSMenurut saya PDAM memberikan pelayanan dalam hal ini menyediakan air bersih yang memuaskan sesuai dengan yang diharapkan.
1 2 3 4 5
Saya merasa PDAM memberikan palayanan jasa yang sebanding dengan tarif yang telah saya bayar.
1 2 3 4 5
Menurut saya PDAM mempunyai fasilitas serta peralatan yang memadai dan sangat mendukung kelancaran pemasokan air bersih.
1 2 3 4 5
Saya jarang dan bahkan hampir tidak pernah melakukan komplain atas pelayanan yang telah diberikan.
1 2 3 4 5
Pihak PDAM selalu menanggapi keluhan saya dengan cepat dan tepat.
1 2 3 4 5
Menurut saya PDAM selalu memberikan informasi yang saya butuhkan secara tepat dan akurat.
1 2 3 4 5
Saya selalu memiliki pengalaman yang nyaman dan menyenangkan dalam interaksi saya dengan pihak PDAM
1 2 3 4 5
Secara keseluruhan saya melihat bahwa PDAM Kota Makassar memiliki citra yang positif dan baik.
1 2 3 4 5
Jawaban atas pertanyaan berikut ini digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat perspektif Proses Bisnis Internal PDAM Kota Makassar ditinjau dari sudut pandang pelanggan. Mohon Bapak/Ibu, Saudara(i) memberi tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/ Saudara(i).
1. Tingkat kualitas air PDAM Kota Makassar ;a. Memenuhi syarat air minum.b. Memenuhi syarat air bersih.c. Tidak memenuhi syarat.
2. Tingkat kontinuitas air PDAM Kota Makassar (Dalam hal ini keadaan aliran air yang mengalir ke Bapak/Ibu, Saudara(i) selama 24 jam);
a. Mendapat aliran air selama 24 jam.b. Tidak Mendapat aliran air selama 24 jam.
111
KUISIONER UNTUK PEGAWAI PDAM KOTA MAKASAR
Kepada Yth,Bapak/Ibu Pegawai PDAM Kota MakassarDi-
Tempat
Dengan Hormat,
Saya adalah Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi UKI-Paulus Makassar, sedang melakukan penelitian untuk penyelesaian studi. Penelitian ini akan mengevaluasi bagaimana penarapan Balanced Scorecard sebagai alat pengukuran kinerja pada Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon Bapak/Ibu, agar sudi kiranya meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuisioner yang saya lampirkan pada surat ini. Kuisioner ini bertujuan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana tingkat pembelajaran/pertumbuhan dan kepuasan Bapak/Ibu sebagai pegawai PDAM Kota Makassar
112
Kuisioner yang akan diisi oleh Bapak/Ibu, merupakan data yang masih akan diolah, dianalisis dan bukan merupakan hasil akhir. Data yang diisi akan digabung dengan data yang lain untuk memperoleh hasil yang diinginkan dalam penelitian ini. Dan sesuai dengan etika penelitian, data tersebut akan dijaga kerahasiannya dan hanya akan digunakan semata-mata untuk penelitian ini. Harapan saya kiranya Bapak/Ibu, mau mengisi kuisioner ini dengan jujur sesuai dengan pertumbuhan/pembelajaran dan kepuasan Bapak/Ibu, selama menjadi Pegawai PDAM Kota Makassar.
Demikian permohonan ini, atas partisipasi dan kesedian Bapak/Ibu saya hanturkan terima kasih.
Makassar, Juni 2008
Hormat Saya,Peneliti
(Otto B. Pana)Petunjuk Pengisian Kuisioner
Jawaban atas pertanyaan berikut ini digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat kepuasan yang diberikan perusahaan atas pengabdian Bapak/Ibu sebagai pegawai Perusahaan Daerah Air Minum kota Makassar. Mohon Bapak/Ibu memberi tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu. Untuk masing-masing jawaban anda akan diberi skor sebagai berikut:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)2 = Tidak Setuju (TS)3 = Tidak Berpendapat (TB)4 = Setuju (S)5 = Sangat Setuju (SS)
Pertanyaan STS TS TB S SSMenurut saya, jumlah gaji yang saya terima sesuai dengan pengorbanan fisik dan waktu yang saya berikan.
1 2 3 4 5
Menurut saya, jumlah gaji yang saya terima memungkinkan saya untuk hidup layak bersama keluarga.
1 2 3 4 5
Menurut saya, jumlah gaji yang saya terima telah sesuai dengan peraturan penggajian dan pengupahan, misalnya UMR.
1 2 3 4 5
Menurut saya, jumlah tunjangan kesehatan dan pengobatan yang diberikan kepada saya layak dan memadai.
1 2 3 4 5
Menurut saya, jumlah dan sistem pengumpulan jaminan hari tua yang dilakukan sudah cukup layak dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
1 2 3 4 5
Menurut saya, jumlah tunjangan hari raya yang diberikan sudah cukup layak, memadai dan sesuai dengan kebutuhan saya.
1 2 3 4 5
Lanjutan Pertanyaan
Menurut saya, jumlah asuransi kecelakaan kerja yang diberlakukan sudah sesuai dengan resiko kerja yang saya hadapi.
1 2 3 4 5
Menurut saya, cuti yang diberikan kepada saya setiap tahun sudah layak, memadai dan sesuai dengan apa yang telah saya lakukan.
1 2 3 4 5
Menurut saya, ditempat saya bekerja selalu diberikan kesempatan kepada para pegawai untuk naik jabatan bila hasil pekerjaannya memuaskan.
1 2 3 4 5
Menurut saya, tempat saya bekerja selalu memberikan perhatian dan penghargaan bila saya memberikan sumbangan yang berarti terhadap kemajuan perusahaan.
1 2 3 4 5
Menurut saya, standar prestasi kerja yang diterapkan kepada pegawai berada dalam batas kemampuan pegwai untuk mencapainya.
1 2 3 4 5
Menurut saya, saya selalu dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan penting.
1 2 3 4 5
Menurut saya, di tempat saya bekerja selalu memberikan dorongan aktif untuk bekerja dan menggunakan inisiatif sendiri.
1 2 3 4 5
114
Secara keseluruhan, saya sangat puas bekerja di tempat saya bekerja.
1 2 3 4 5
Jawaban atas pertanyaan berikut ini digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat pembelajaran dan pertumbuhan pada PDAM Kota Makassar.
Pertanyaan STS TS TB S SSKami selalu menunjukkan komitmen kuat untuk belajar dengan selalu mencari cara baru untuk bekerja dengan menjadikan pembelajaran sebagai bagian strategi kami.
1 2 3 4 5
Kami bersedia belajar dengan melihat dan belajar dari apa yang dilakukan perusahaan ini.
1 2 3 4 5
Kami selalu belajar dengan melakukan perbaikan terus menerus terhadap apa yang kami laksanakan sebelumnya.
1 2 3 4 5
Kami bersedia belajar dengan mencoba ide baru dan bersedia melakukan eksperimen dengan ide tersebut.
1 2 3 4 5
Perusahaan kami berfokus pada pembelajaran. 1 2 3 4 5
Lanjutan Pertanyaan
Kami selalu memiliki keinginan untuk belajar baik secara individu, kelompok maupun tingkat perusahaan secara keseluruhan .
1 2 3 4 5
Sistem manajemen kami selalu mendorong baik individu maupun kelompok yang ada dalam perusahaan untuk belajar.
1 2 3 4 5
Proses dan sistem kerja yang ada dalam perusahaan selalu mendorong untuk belajar.
1 2 3 4 5
Struktur organisasi dan proses komunikasi yang ada dalam perusahaan selalu mendorong untuk belajar.
1 2 3 4 5
Para pemimpin PDAM Kota Makassar selalu menunjukkan komitmen untuk belajar.