Top Banner

of 49

Skripsi Riska

Apr 04, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    1/49

    1

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam sistem

    pendidikan menggunakan Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan nasional

    adalah pendidikan yang berdasar kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan

    Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dalam UU RI No 20 Tahun 2003

    Tentang Sistem Pendidikan Nasional :

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

    suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

    aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

    spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

    akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

    masyarakat, bangsa dan negara.

    Berkenaan dengan itu pula penerimaan seseorang dalam suatu pendidikan

    diselenggarakan dengan tidak membeda-bedakan satu sama lain baik itu Jenis

    kelamin, ras, kedudukan sosial ekonomi. Jadi dengan demikian tidak ada halangan

    seseorang untuk memasuki jenjang pendidikan untuk meraih prestasi prestasi

    yang setinggi-tingginya, khususnya dalam rangka menghadapi era globalisasi

    yaitu dapat dilihat dari kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

    sekarang ini dengan digunakannya alat-alat industri diantaranya media televisi,

    komputer, dan jenis alat lainnya yang dapat membantu usaha untuk mencapai

    tujuan pendidikan nasional. Disisi lain dunia pendidikan berkembang sangat pesat

    dalam berbagai aspek dan permasalahannya. Permasalahan yang ada diantaranya

    adalah rendahnya hasil belajar IPA Fisika. Fisika adalah suatu ilmu dasar yang

    1

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    2/49

    2

    2

    mempunyai peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi.

    Untuk pembaharuan sistem kurikulum, pemerintah menetapkan kurikulum

    tingkat satuan pendidikan (KTSP), proses pembelajaran IPA menekankan

    pemberian pengalaman langsung agar peserta didik menjelajahi dan memahami

    alam sekitar secara ilmiah.pelaksanaan pembelajaran IPA yang didalamnya

    mencakup mata pelajaran fisika, diusahakan setiap guru dalam proses belajar

    mengajar lebih menekankan pada proses penekanan konsep-konsep fisika dan

    keterkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh hasil belajar yang

    lebih baik.

    Suatu proses pembelajaran dapat berjalan efektif bila seluruh komponen

    pembelajaran dapat saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan tingkat

    pencapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran. Sedikitnya ada 2 faktor yang

    mempengaruhi, yaitu peserta didik (siswa) dan pengajar (guru). Faktor siswa,

    sangat ditentukan oleh sikap dan minat siswa terhadap fisika. sedangkan faktor

    guru sangat ditentukan oleh strategi dalam proses belajar mengajar, yaitu

    meliputi pemilihan metode, teknik dan pendekatan mengajar.

    Pelajaran fisika menurut sebagian pelajar, merupakan pelajaran yang sulit

    dipahami dan tidak menarik sehingga mereka enggan untuk belajar fisika dan

    hasil belajar fisika siswa menjadi kurang baik

    Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya hasil belajar fisika siswa di

    SMP Negeri 1 Muara Kelingi kelas VIII pada semester II 2009/2010. Di kelas

    VIII.A yang mendapat nilai 6,5 sebanyak 30 siswa dan yang mendapat nilai

    5,6 sebanyak 10 siswa, sedangkan di kelas VIII.B yang mendapatkan nilai 6,5

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    3/49

    3

    3

    sebanyak 25 siswa dan yang mendapat nilai 5,6 sebanyak 15 siswa (Sumber:

    Guru Mata Pelajaran Fisika SMP Negeri 1 Muara Kelingi).

    Dari data di atas siswa yang mendapat nilai 5,6 kurang dari 50 %. Hal

    ini berarti bahwa ketuntasan belajar belum tercapai, karena siswa dikatakan tuntas

    perorangan apabila mendapat nilai 6,5 ke atas. Secara klasikal ketuntasan belajar

    secara perorangan mencapai 85 % lebih dari jumlah seluruh siswa kelas tersebut.

    Salah satu penyebab belum tercapainya ketuntasan belajar adalah tidak

    tepatnya dalam penggunaan sistem pengajaran pada pokok materi pembelajaran

    yang akan diajarkan, Hal menyebabkan perlu suatu sistem pengajaran yang

    sistematis dan efektif, yakni sistem pengajaran yang dapat dilaksanakan menurut

    kurikulum tertentu dan tepat guna, hal ini sesuai dengan pernyataan Hudoyo

    (1990:9) :

    Guru seharusnya mampu memilih metode mengajar yang sesuai

    dengan pokok bahasan, karena apabila guru tidak tepat memilih

    metode mengajar dengan pokok bahasan yang diajarkan dapat

    menimbulkan kesulitan siswa dalam memahami pengajaran fisika,

    akibatnya siswa enggan belajar fisika bahkan mungkin terjadi

    frustasi. Hal ini berarti proses belajar mengajar fisika tidak langsung

    efektif dan efisien, tentunya siswa akan gagal dalam belajar fisika.

    Lebih lanjut Hudoyo (1990:40) menyatakan:

    Selain memilih pendekatan mengajar yang sesuai dengan pokokbahasan yang diajarkan, guru juga harus mempertimbangkan

    perkembangan intelektual siswa serta kemampuan dan kesiapan siswa

    tersebut. Fisika itu tersusun secara hirarki, maksudnya untuk

    mempelajari konsep B, yang mendasar pada konsep A seorang perlu

    memahami dulu konsep A tidak mungkin orang itu memahami konsep

    B. Ini berarti belajar fisika itu haruslah bertahap dan berurutan serta

    mendasarkan kepada pengalaman yang lalu.

    Untuk mengatasi masalah tersebut perlu pemilihan metode belajar yang

    tepat agar siswa mudah memahami dan tertarik untuk belajar. Salah satu metode

    yang bisa digunakan adalah metode inquiry.

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    4/49

    4

    4

    Metode inquiry ini bertujuan agar siswa terangsang mengerjakan tugas

    dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah, dan belajar bersama

    dalam kelompok, diharapkan siswa mampu mengemukakan pendapat dan

    merumuskan kesimpulan, juga diharapkan siswa dapat berdebat, menyanggah dan

    mempertahankan pendapatnya.

    Metode inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi

    tingkatannya. Seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen,

    mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap

    objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.

    Berdasarkan keterangan di atas metode inquiry sangat cocok digunakan

    dalam menjelaskan materi gelombang, Maka dari itu penulis mengambil judul

    Pengaruh Metode Inquiry Terhadap Hasil Belajar Fisika pada Pokok Bahasan

    Gelombang di Kelas VIII SMP Negeri 1 Muara Kelingi.

    B. Rumusan Masalah

    1. Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan

    dalam penelitian ini adalah : Adakah pengaruh yang signifikan pembelajaran

    fisika dengan menggunakan metode inquiry terhadap hasil belajar siswa di kelas

    VIII SMP Negeri 1 Muara Kelingi ?

    2. Batasan Masalah

    Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dan supaya

    gambaran penelitian ini jelas, terarah, dan dapat mencapai sasaran maka perlu

    batasan sebagai berikut :

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    5/49

    5

    5

    a. Metode Inquiry Bebas yang dimodifikasi adalah suatu metode yang

    permasalahannya diajukan oleh guru, dengan konsep atau teori yang telah

    dipahami, siswa

    melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenaran dibantu oleh guru.

    b. Materi yang diajarkan adalah materi tentang gelombang.

    c. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini hanya dibatasi pada

    aspek kognitif siswa yang dapat dilihat dari nilai yang diperoleh dari tes hasil

    belajar.

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan masalah dalam penelitian ini maka yang

    menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penggaruh metode

    inquiry terhadap hasil belajar fisika siswa pada pokok bahasan gelombang di kelas

    VIII SMP Negeri 1 Muara Kelingi.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapakan dari hasil penelitian ini adalah :

    1.

    Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa bisa

    menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada pokok bahasan

    Gelombang.

    2. Bagi guru, dapat menggunakan metode inquiry ini sebagai salah satu alternatifmetode yang efektif dan efisien untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

    materi fisika, khusus tentang Gelombang

    3. Bagi sekolah, untuk meberikan bahan masukan yang positif bagi SMP Negeri1 Muara Kelingi.

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    6/49

    6

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Deskripsi Teoritik

    Deskripsi teoritik merupakan penjelasan variabel penelitian yang

    dikembangkan dari suatu teori tertentu. Dalam deskripsi teoritik ini penulis

    menyajikan berbagai teori yang mendukung permasalahan penelitian ini, yaitu :

    1. Metode Pembelajaran

    Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam pekerjaan

    memerlukan cara yang tepat dalam memilih metode untuk mengajar. Dalam

    pembelajaran fisika dikenal istilah-istilah pendekatan, metode, teknik dan strategi

    pembelajaran. Untuk membedakan istilah-istilah tersebut, Sugitno dkk (1997: 22)

    menjelaskan :

    a. Pendekatan pembelajaran adalah arah atau kebiksanaan yang ditempuh olehguru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat dari materi itu

    disajikan.

    b.

    Metode mengajar adalah cara megajar yang digunakan untuk mengajarkan

    semua materi pembelajaran misalnya : metode ceramah, inquiry, tanya jawab

    dan sebagainya.

    c. Teknik mengajar adalah cara mengajar yang memerlukan bakat khusus(keahlian khusus).

    d. Strategi pembelajaran adalah siasat yang dipandang tepat dalam pembelajaransehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

    6

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    7/49

    7

    7

    Untuk memilih strategi dalam proses belajar mengajar yang melingkupi

    pemilihan metode, teknik, dan pendekatan mengajar fisika, guru harus menguasai

    teori belajar fisika. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hudoyo (1990 : 3) bahwa :

    Teori belajar dapat membantu guru dalam menyampaikan bahan

    pengajaran pada siswa, dengan memahami teori guru akan

    memahami proses terjadinya belajar manusia, guru mengerti

    bagaimana memberikan stimulasi sehingga siswa menyukai belajar,

    guru dapat memprediksi secara jitu tentang keberhasilan siswa.

    Ada bermacam-macam metode mengajar yang biasa digunakan, dimana

    tiap-tiap metode tidak dapat berdiri sendiri tanpa terlibat metode lain. Misalnya

    pada ekspositori terlihat ceramah dan inquiry, masing-masing metode mempunyai

    kekuatan (kebaikan). Penilaian kombinasi metode mengajar yang tepat dapat lebih

    menetapkan hasil proses belajar mengajar dengan kata lain prestasi belajar siswa.

    Beberapa metode belajar mengajar fisika menurut Suherman (1993: 24)

    adalah sebagai berikut : a.) Metode ceramah, b.) Metode demonstrasi, c.) Metode

    dalih dan metode latihan, d.) Metode tanya jawab, e.) Metode penemuan, f.)

    Metode pemecahan masalah, g.) Metode inquiry, h.) Metode permainan, i.)

    Metode pemberian langkah.

    2. Metode inquiry

    Menurut Rostiyah (1991:75) Metode inquiry adalah penyelidikan yang

    dilakukan siswa yang akhirnya memperoleh suatu penemuan berdasarkan

    petunjuk guru. Metode inquiry dalam pelaksanaannya menurut Ali (1983:87)

    mempunyai tiga macam cara yaitu:

    a. Inquiry terpimpin (pada inquiry terpimpin pelaksanaan penyelidikandilaksanakan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru).

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    8/49

    8

    8

    b. Inquiry bebas (pada inquiry bebas masalah dirumuskan oleh siswa,eksperimen penyelidikan dilakukan oleh siswa sendiri dan kesimpulan konsep

    diperoleh sendiri oleh siswa).

    c. Inquiry bebas yang dimodifikasi (berdasarkan masalah yang diajukan olehguru, dengan konsep atau teori yang telah dipahami, siswa melakukan

    penyelidikan untuk membuktikan kebenaran dibantu oleh guru).

    Dalam penyelidikan ini metode inquiry yang digunakan adalah metode

    inquiry bebas yang dimodifikasi, penggunaan metode inquiry yang dimodifikasi

    dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa siswa SMP kelas VIII sudah

    memiliki pengetahuan fisika di kelas VII.

    Dengan diberikan metode inquiry siswa termotivasi untuk belajar

    sekaligus merupakan komunikasi antara siswa dan guru pada akhirnya melalui

    metode inquiry bebas yang dimodifikasi ini guru dapat meningkatkan hasil

    belajar. Menurut Suherman (dalam Slavin, 1998:354) membagi dan menetapkan

    langkah-langkah pembelajaran dengan metode inquiry dalam 4 langkah sebagai

    berikut :

    a. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan.b.

    Guru memotivasi siswa.

    c. Guru membimbing siswa untuk mencari jawaban sementara atas jawaban yangdiberikan.

    d. Guru menguji jawaban sementara dan mengarahkan siswa untuk menarikkesimpulan yang merupakan hal baru bagi siswa, tetapi jawaban sudah

    diketahui oleh guru.

    Sedangkan Roestiyah (1991: 75) menerapkan langkah-langkah

    pembelajaran denga metode inquiry sebagai berikut :

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    9/49

    9

    9

    a. Langkah pertama guru memberi petunjuk kepada siswa tentang kegiatanpercobaan/penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep/prinsip-prinsip

    yang telah ditetapkan oleh guru.

    b. Langkah kedua dalam hal ini guru hanya mengajukan masalah-masalah danmenyediakan bahan/alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara

    perorangan maupun kelompok, penentuan yang bisa diberikan harus berupa

    pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan siswa dapat berpikir dan

    menemukan cara-cara penelitian yang tepat.

    c. Langkah ketiga setelah siswa mempelajari dan mengerti tentang bagaimanamemecahkan suatu problema dan memperoleh yang cukup tentang mata

    pelajaran tertentu, serta telah melakukan kebebasan inquiry, maka siswa

    untuk melibatkan diri dalam kegiatan kebebasan inquiry dari siswa dapat

    mengidentifikasi untuk merumuskan macam-macam masalah yang akan

    dipelajari.

    d. Langkah keempat siswa dilibatkan dalam kegiatan pemecahan masalah, yangcara-caranya serupa dengan cara-cara yang biasa diikuti oleh para ilmuwan

    siswa dimotivasi dan diarahkan untuk melakukan beberapa kegiatan seperti :

    merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan pengawasan dan

    seterusnya.

    e. Langkah kelima merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswadalam teamnya yang masing-masing terdiri dari empat anggota untuk

    memecahkan masalah, masing-masing anggota diberikan tugas suatu peran

    yang berbeda-beda seperti : koordinator team, penasehat teknis, merekam data

    dan proses penilaian. Anggota team menggambarkan peranan-peranan di atas

    bekerjasama untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan topik yang

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    10/49

    10

    10

    akan dipelajari, gambar, peragaan/situasi yang sesungguhnya dapat digunakan

    untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa.

    f. Langkah keenam pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa,misalnya seinence dan ilmu sastra lebih lanjut dikatakan bahwa emosi, efektif

    dan komponen-komponen orisinal kreatif pada permulaan adalah penting

    dibandingkan dengan pikiran-pikiran rasional. Pada dasar synecties

    memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk

    kiasan agar supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan

    kreatifitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena kiasan dapat membantu

    dalam melepaskan ikatan struktur mental yang melekat kuat dalam

    memandang suatu masalah sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide

    kreatif.

    g. Langkah ketujuh perlu diadakan evaluasi lebih lanjut tentang keuntungan-keuntungan pendekatan ini, terutama yang menyangkut sikap, nilai-nilai dan

    pembentukan self-consept siswa ternyata dengan teknik inquiry siswa

    melakukan tugas-tugas kognitif lebihg baik.

    Berdasarkan dua pendapat di atas peneliti menetapkan langkah-langkah

    pembelajaran dengan metode inquiry sebagai berikut :

    a. Langkah pertama guru mengajukan pertanyaan masalah yang akan dipecahkansecara kelompok sekaligus memberikan alat (bahan) yang diperlukan untuk

    pembelajaran.

    b. Langkah kedua guru meminta siswa membuat perencanaan untukmemecahkan masalah, misalnya mencari data tentang apa yang diketahui, apa

    yang ditanyakan, syarat-syarat apa yang diperlukan untuk memecahkan

    masalah.

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    11/49

    11

    11

    c. Langkah ketiga guru memotivasi dan mengarahkan siswa untuk merumuskanjawaban sementara terhadap masalah yang ditanyakan.

    d. Langkah keempat guru melibatkan siswa dalam team-team yang masing-masing anggota diberikan tugas suatu peranan yang berbedabeda seperti

    koordinator team menggambarkan peranan-peranan diatas, bekerja sama untuk

    memecahkan masalah yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari.

    Gambar peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk

    meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif pendekatan ini untuk

    menstimulus bakat-bakat kreatif siswa.

    e. Langkah kelima guru membimbing Siswa untuk menarik kesimpulan darihasil kerja kelompok dan mendiskusikan bersama untuk mengambilkan

    kesimpulan. Contoh metode inquiry dalam kegiatan belajar mengajar.

    1) Pendahuluan

    Guru meminta siswa menyebutkan contoh peristiwa sederhana yang

    menghasilkan gelombang.

    2) Pengembangana) Guru mengajukan masalah yang berkaitan dengan terjadinya

    gelombang dan sifat-sifatnya.

    b) Siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut dengan bahanmistar, tali, air, baskom.

    c) Siswa melakukan percobaan tersebut dengan petunjuk yang diberikanguru.

    d) Guru mengarahkan siswa mendiskusikan hasil kesimpulan.

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    12/49

    12

    12

    e) Siswa menyimpulkan hasil kesimpulan secara berkelompok sehinggamenentukan yang benar dan jawaban tersebut diberikan kepada guru

    untuk diberikan kepada guru untuk diberikan kebenarannya.

    3) Penerapan

    Siswa mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan Gelombang.

    4) Penutup

    a) Guru menyimpulkan hasil percobaan.b) Guru memberi PR dari latihan yang belum dikerjakan.

    3. Pentingnya Metode Inquiry Dalam Proses Pembelajaran

    Metode Inquiry sangat penting dalam proses pembelajaran fisika karena

    hubungan antara guru dengan siswa pada hakekatnya adalah hubungan antara dua

    pihak yang setara, yaitu hubungan antara dua manusia yang tengah

    mendewasakan diri. Meskipun yang satu telah ada tahap lebih maju, baik akal,

    moral maupun emosional (Rakajoni T, 1981: 4). Dengan menyadari pola

    hubungan tersebut akan memungkinkan keterlibatan mental siswa yang optimal

    didalam merealisasikan pengalaman belajar.

    Dalam metode inquiry guru tidak hanya menyajikan mata pelajaran dalam

    bentuk jadi, siswa belajar fisika dengan hanya menerima dan menghapal saja,

    tetapi harus belajar bermakna. Dengan demikian penyajian materi pelajaran fisika

    diatur sedemikian rupa sehingga menentang siswa untuk berpikir lebih lanjut. Hal

    ini dapat dilakukan dengan metode inquiry, pemecahan masalah dan sebagainya.

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    13/49

    13

    13

    4. Penilaian Hasil Belajar

    Untuk menilai hasil belajar siswa dapat dilaksanakan dalam dua tahap.

    Pertama tahap jangka pendek yakni penilaian yang dilaksanakan guru pada akhir

    proses belajar mengajar. penilaian ini disebut penilaian formatif. Kedua tahap

    belajar mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode

    tertentu, misalnya penilaian tengah semester atau penilaian pada akhir semester.

    Penilaian ini disebut penilaian sumatif (Sudjana, 1989:122)

    Dalam penelitian ini penilaian hasil belajar siswa, diartikan sebagai

    pengumpulan informasi untuk mengatur seberapa jauh pengetahuan dan

    kemampuan yang telah dicapai oleh siswa pada akhir proses belajar mengajar

    dikelas VIII SMP Negeri 1 Muara Kelingi.

    5. Tujuan Pembelajaran Fisika di SMP

    Setiap kegiatan atau pekerjaan sudah pasti ada tujuan yang hendak dicapai

    juga dalam pengajaran fisika di SMP ada tujuan yang hendak dicapai baik secara

    umum maupun secara khusus.

    Tujuan umum pengajaran fisika di SMP adalah:

    a.

    Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam

    kehidupan dan dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas

    dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.

    b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan fisika dan pola pikir fisikadalm kehidupan sehari-hari dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

    Dalam demikian tujuan fisika pada jenjang pendidikan menengah Pertama

    (SMP) memberi tekanan pada penataan nalar, dasar, dan pembentukan sifat siswa

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    14/49

    14

    14

    serta memberikan keterampilan dalam penerapan fisika. Tujuan khusus

    pengajaran fisika di SMP adalah:

    a. Siswa memiliki pengetahuan fisika sebagai bekal untuk melanjutkankependidikan tinggi.

    b. Siswa memiliki keterampilan fisika sebagai peningkatan fisika dasar untukdapat digunakan dalam kehidupan yang lebih luas (didunia kerja) dan dalam

    kehidupan sehari-hari.

    c. Siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta memiliki, sifat menghargaikegunaan fisika, sikap kritis, logis dan objektif melalui fisika di SMP.

    Dengan mengetahui tujuan fisika baik secara umum maupun secara

    khusus, guna dapat memberikan motivasi kepada siswa agar siswa berminat

    belajar fisika, karena fisika dilihat dari tujuannya, fisika itu sendiri maupun ilmu

    pengetahuan lainnya, bahkan dapat di manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

    6. Sub Materi

    6.1 Pengertian Gelombang

    Pernahkah kamu melemparkan kerikil (batu kecil) ke dalam air yang

    tenang? Jika kita melemparkan kerikil ke dalam air yang tenang, permukaan air

    tersebut nampak bergerak. Gerakan itu menyebar ke segala arah menjauhi titik

    yang merupakan tempat jatuhnya kerikil. Gerakan seperti itu dinamakan

    gelombang. Dalam hal ini, medium gelombang tidak ikut merambat.

    Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa gelombang tidak

    terjadi dengan sendirinya. Menurut Purwanto (2007: 142) gelombang yang terjadi

    pada air tenang disebabkan oleh kerikil yang jatuh ke dalamnya. Jika penyebab

    terjadinya gelombang disebut usikan, dapat dikatakan bahwa gelombang terjadi

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    15/49

    15

    15

    karena adanya usikan yang merambat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

    gelombang adalah getaran yang merambat. Perambatan gelombang dapat terjadi

    melalui medium (zat perantara) dan tanpa melalui medium. Gelombang yang

    memerlukan medium untuk merambat disebut gelombang mekanik, contohnya

    gelombang air laut, gelombang pada tali, gelombang bunyi, dan slinki. Adapun

    gelombang yang tidak memerlukan medium untuk merambat disebut gelombang

    elektromagnetik, contohnya gelombang cahaya, gelombang radio, dan gelombang

    sinar-X. Selain itu gelombang elektromagnetik dapat dipengaruhi oleh medan

    magnet dan medan listrik.

    6.2 Gelombang MekanikGetaran yang merambat sepanjang tali disebut gelombang tali. Gelombang

    tali merupakan gelombang satu dimensi. Dalam hal ini, medium gelombang tidak

    ikut merambat, tetapi bergetar (bergerak naik turun) di tempatnya. Gelombang tali

    memerlukan medium untuk merambat. Demikian pula dengan gelombang

    mekanik lain, seperti gelombang air atau gelombang satu dimensi dan gelombang

    bunyi atau gelombang tiga dimensi

    Kita sudah mengetahui bahwa gelombang air laut kadang-kadang besar

    dan kadang- kadang kecil. Besar kecilnya gelombang tersebut bergantung pada

    kencangnya tiupan angin di atas permukaan air laut. Makin kencang tiupan angin,

    makin besar gelombang air laut yang ditimbulkan. Hal ini menunjukkan bahwa

    makin besar energi yang diberikan angin kepada permukaan air laut, makin besar

    gelombang yang terjadi. Dengan demikian, gelombang merambat membawa

    energi. Hal itulah yang menyebabkan gelombang air laut dapat menghempaskan

    kapal dan menghasilkan suara yang keras memekakkan telinga.

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    16/49

    16

    16

    6.3 Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal

    6.3.1 Gelombang Transversal

    Berdasarkan arah getaran dan arah rambatannya gelombang dibedakan

    menjadi dua macam, yaitu gelombang transversal dan longitudinal. Gelombang

    transversal adalah gelombang dengan arah getaran naik-turun atau kiri-kanan

    yang tegak lurus terhadap arah rambatannya (Sutanto, 1991:73-74).

    Gelombang ini terdiri atas bukit gelombang dan lembah gelombang.

    Dalam kehidupan sehari-hari banyak fenomena yang berhubungan dengan

    gelombang transversal, misalnya gelombang tali dan gelombang air gelombang

    tranversal dapat dapat dilihat pada gambar 1.

    Gambar 1. Gelombang Tranversal

    6.3.2 Gelombang Longitudinal

    Gelombang longitudinal adalah gelombang dengan arah getaran maju-

    mundur yang sejajar/searah dengan arah rambatannya. Panjang satu

    gelombang longitudinal adalah jarak satu rapatan kerapatan berikutnya, atau

    jarak antara satu regangan ke regangan berikutnya (Sutanto, 1991:75-76).

    Gelombang longitudinal ditunjukkan pada gambar 2.

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    17/49

    17

    17

    Gambar 2. Gelombang longitudinal

    6.3.3 Frekuensi, Periode, Panjang Gelombang.

    Seperti halnya getaran dalam pembahasan gelombang juga terdapat

    besaran-besaran frekuensi (f) dan periode (T). selain kedua besaran tersebut, pada

    gelombang terdapat besaran panjang gelombang, bagaimanakah hubungan antara

    besaran-besaran itu?

    1. Frekuensi Gelombang (f)Frekuensi gelombang adalah jumlah gelombang yang terbentuk dalam satu

    sekon. Gelombang memiliki frekuensi 1 Hz, artinya 1 gelombang dihasilkan

    dalam 1 sekon, dapat dilihat pada gambar 3.a, sedangkan gelombang yang

    memiliki frekuensi 2 Hz artinya 2 gelombang dihasilkan dalam 1 sekon, dapat

    dilihat pada gambar 3.b.

    f = 1 Hz f = 2 Hz

    (a) (b)

    Gambar 3.Frekuensi gelombang

    (Sutanto, 2006:175-176)

    rapatan rapatan

    renggangan renggangan

    1 sekon 1 sekon

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    18/49

    18

    18

    Jumlah gelombang yang terjadi setiap sekon tersebut disebut

    frekuensi.

    Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan :

    t

    nf

    (Sutanto,1991:73-74)

    Keterangan :

    f = frekuensi (gelombang per detik atau hertz);

    n = jumlah gelombang

    t = waktu (sekon).

    b) Periode Gelombang (T)

    Frekuensi gelombang menunjukkan berapa jumlah gelombang yang

    terjadi dalam waktu 1 sekon. Dengan demikian, maka dapat ditentukan waktu

    yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang. Waktu yang dibutuhkan

    untuk terjadinya satu gelombang disebut periode, jika frekuensi gelombang 100

    Hz, berarti dalam 1 sekon terjadi gelombang sebanyak 100 gelombang. Ini berarti

    untuk membentuk 1 gelombang diperlukan waktu 1/100 sekon (= 0,01 sekon).

    Dengan demikian, periode gelombang tersebut adalah 0,01 s. Selanjutnya

    hubungan antara frekuensi ( f ) dan periode (T) dapat ditulis dengan persamaan :

    Tf

    1

    (Sutanto, 1991:77)

    dengan :

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    19/49

    19

    19

    T = periode (detik atau sekon);

    f = frekuensi

    c) Panjang Gelombang

    Panjang satu gelombang atau panjang gelombang adalah jarak yang

    ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu periode, dapat dilihat pada gambar 4.

    Misalnya pada suatu gelombang yang setiap 10 gelombang panjangnya 10 m,

    maka panjang setiap gelombang dapat ditentukan sebagai berikut :

    10 gelombang = 10 m

    10 = 10 m

    = 1 m

    b f

    a c g

    e i

    d h

    Gambar 4. Panjang Gelombang

    Keterangan :

    a. Dasar gelombang : titik terendah pada gelombangan yaitu d dan hb. Puncak gelombang : titik tertinggi pada gelombangan yaitu b dan fc. Lembah gelombang : lengkungan c,d,e dan g,h,i.d. Bukit gelombang : lengkungan a,b,c dan e,f,g.

    d)Kelajuan Rambat Gelombang v

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    20/49

    20

    20

    Kelajuan rambat gelombang ialah jarak yang ditempuh oleh gelombang

    setiap sekon (Sutanto, 1991:79). Jika jarak tempuhnya adalah s dan waktu yang

    diperlukan adalah t, maka kelajuan rambat gelombang v dapat dinyatakan dengan

    persamaan :

    t

    sv

    Dalam SI, satuan jarak s adalah meter (m), satuan waktu t adalah sekon

    (s), dan satuan kelajuan v adalah m/s.

    Hubungan antara frekuensi ( f ), panjang gelombang , dan kelajuan

    rambat gelombang (v) dapat dituliskan dengan persamaan :

    t

    sv

    KarenafvT , maka persamaan di atas juga dapat ditulis :

    vT

    dengan :

    = panjang gelombang (m)

    v = kelajuan rambat gelombang (m/s);

    f = frekuensi (gelombang per detik atau hertz);

    T = periode (s).

    6.3.4. Hubungan antara Panjang Gelombang, Frekuensi, Cepat Rambat, dan

    Periode Gelombang

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    21/49

    21

    21

    Gelombang merambat dari ujung yang satu ke ujung yang lain memiliki

    kecepatan tertentu dan menempuh jarak tertentu dalam waktu tertentu. Dalam SI,

    satuan jarak (s) adalah meter (m), satuan waktu t adalah sekon (s), dan satuan

    cepat rambat (v) adalah m/s.

    Hubungan antara frekuensi ( f ), panjang gelombang ( ), dan cepat rambat

    gelombang (v) dapat dituliskan dengan persamaan :

    f

    v

    Karenaf

    T1

    , maka persamaan di atas juga dapat ditulis :

    vT

    Keterangan :

    = panjang gelombang (m)

    v = cepat rambat gelombang (m/s);

    f = frekuensi (Hz);

    T = periode (s).

    B.Hipotesis

    Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh yang

    signifikan pembelajaran fisika dengan menggunakan metode Inquiry pada pokok

    bahasan gelombang terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 1

    Muara Kelingi.

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    22/49

    22

    22

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A.Desain PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

    Metode eksperimen merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui ada

    tidaknya akibat dari perlakuan yang diberikan pada subjek selidik (Arikunto,

    1997: 272). Dalam penelitian ini dilaksanakan pretes-postes yang melibatkan

    dua kelas dimana satu kelas mendapatkan perlakuan pengajaran dengan metode

    inquiry, sedangkan 1 kelas lagi mendapatkan perlakuan pengajaran dengan

    menggunakan metodek konvensional. Pada pokok bahasan gelombang untuk

    kelas yang mendapatkan perlakuan metode inquiry disebut kelas eksperimen dan

    kelas yang mendapat perlakuan menggunakan metode konvensional disebut kelas

    kontrol. Desain yang digunakan adalah Control Group Pretest-postest design

    umum menurut Sukardi (2007: 186) dapat dilihat pada tabel 3.1

    Tabel 3.1Desain Penelitian

    Kelompok Pretest Perlakuan Post test

    Eksperimen YE PembelajaranMetode Inquiry (X1) YE

    Kontrol YK PembelajaranMetode konvensional (X2) YK

    B. Populasi dan Sampel

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    23/49

    23

    23

    1. Populasi

    Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil

    menghitung maupun penghitung pengukuran kuantitatif maupun kualitatif

    mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan

    jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Soedjana,1996: 6). Adapun populasi

    dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Muara Kelingi tahun

    ajaran 2009/2010, yang terdiri dari lima kelas : VIII.A sampai VIII.E, dengan

    jumlah 101 siswa laki-laki dan 107 siswa perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat

    dilihat pada tabel 3.2

    Tabel 3.2

    Jumlah Populasi

    No Kelas

    Jenis Kelamin

    Jumlah

    Laki-laki Perempuan

    1

    2

    3

    4

    5

    VIII.A

    VIII.B

    VIII.C

    VIII.D

    VIII.E

    13

    20

    17

    22

    29

    19

    23

    28

    22

    15

    32

    43

    45

    44

    44

    Jumlah 101 107 208

    Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 1 Muara Kelingi

    2. Sampel

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dipilih (Arikunto,

    1990:104) dari seluruh siswa kelas VIII diambil dua kelas secara acak untuk

    22

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    24/49

    24

    24

    dijadikan sebagai sampel penelitian. Digunakan teknik ini karena setiap kelas dari

    seluruh subjek mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel

    (Suharsimi, Arikunto, 1998: 120). Kemudian dari dua kelas yang dipilih diundi

    secara acak untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Siswa kelas

    eksperimen diberi pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry,

    sedangkan siswa kelas kontrol diberi pembelajaran dengan menggunakan metode

    konvensional. Pada tabel 3.3 menjelaskan jumlah sampel kelas eksperimen dan

    kelas kontrol.

    Tabel 3.3

    Jumlah Sampel

    Kelas Jumlah

    Kelas Eksperimen VIII.A 32

    Kelas Kontrol VIII.B 43

    Jumlah 75

    C. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan melakukan tes.

    Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

    keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu

    (Arikunto,1998: 103).

    Metode ini diberikan pada siswa sampel setelah pembelajaran pokok

    bahasan gelombang dilakukan. Tes ini disusun dalam bentuk soal-soal essai yang

    terdiri dari 5 butir soal dan dilaksanakan pada jam pelajaran fisika, sehingga tidak

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    25/49

    25

    25

    mengganggu jam pelajaran lain. Penilaian diberikan berdasarkan skor yang telah

    ditentukan oleh penulis.

    D.Variabel PenelitianBerdasarkan judul penelitian yang akan penulis lakukan yaitu :

    Pengaruh Metode Inquiry terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan

    Gelombang dikelas VIII SMP Negeri 1 Muara Kelingi. Maka terdapat dua

    variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah

    penggunaan metode inquiry atau variabel (X), sedangkan variabel terikatnya

    adalah hasil belajar fisika siswa atau variabel (Y)

    E. Pengujian Instrumen Penelitian.

    Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil

    belajar. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai

    Gelombang. Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian instrumen tersebut di

    uji coba terlebih dahulu pada siswa soal tes yang diambil dari materi Gelombang.

    Uji coba instrumen akan dilaksanakan dikelas X MAN Muara Kelingi. Uji coba

    ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan

    tingkat kesukaran soal. Dengan demikian instrumen yang digunakan dalam

    penelitian ini telah diketahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat

    kesukaran soal.

    1. Validitas Tes

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    26/49

    26

    26

    Suatu tes dikatakan valid jika tes tesebut mampu mengevaluasi dengan

    tepat apa yang seharusnya dievaluasi. Untuk mengetahui validitas butir soal,

    dihitung dengan korelasiproduct moment. Adapun rumus yang digunakan adalah

    korelasi product moment dari pearson (Arikunto, 2000:225) sebagai berikut :

    2222 )()()()())(()(

    YYNXXN

    YXXYNrXY

    Keterangan :

    XYr : Koefisien korelasi

    X : Skor butir soal

    Y : Skor soal

    n : Banyak subyek

    Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilaiXYr tersebut terbagi dalam

    kategori sebagai berikut :

    00,0XYr tidak valit

    20,000,0 XYr validitas sangat rendah

    40,020,0 XYr validitas rendah

    60,040,0 XYr validitas sedang

    80,060,0 XYr validitas tinggi

    00,180,0 XYr validitas sangat tinggi

    Untuk mengetahui keberartian dari koefisien validitas, digunakan uji t

    seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (1996:380) dengan rumus sebagai

    berikut:

    XYXY

    r

    nrt

    21

    2

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    27/49

    27

    27

    Dari hasil perhitungan dapat dirangkum hasil analisis validitas butir soal

    pada table 3.4

    Tabel 3.4

    Analisis Hasil Validitas

    No SoalXYr Hit ungt Tabelt Ket

    1

    2

    3

    4

    5

    0,78

    0,66

    0,55

    0,70

    0,65

    6,63

    4,66

    3,46

    3,03

    4,52

    2,05

    2,05

    2,05

    2,05

    2,05

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    2. Reliabelitas Tes

    Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan

    reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap walaupun diberikan

    pada orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula.

    Untuk mengetahui reliabelitas tes berbentuk uraian digunakan rumus Alpa,

    yang dikemukakan oleh Suherman dan Sudjaya (1990 : 194) sebagai berikut :

    2

    2

    11 11

    t

    i

    k

    kr

    Keterangan :

    11r = Reliabelitas instrumen

    k = Banyak butir soal

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    28/49

    28

    28

    2

    i = Jumlah varians skor tiap butir soal

    2

    t = Jumlah varians skor total

    Interprestasi yang lebih rinci mengenai11r tersebut dibagi kedalam

    kategori-kategori sebagai berikut: (Suherman dan Sukjaya, 1990 : 177)

    11r 0,20 Reliabelitas sangat rendah

    0,20 11r 0,40 Reliabelitas rendah

    0,40 11r 0,60 Reliabelitas sedang

    0,60 11r 0,80 Reliabelitas tinggi

    0,80 11r 1,00 Reliabelitas sangat tinggi

    Setelah hasil data uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus alpa

    diatas diperoleh koefisien reliabelitas sebesar 0,70. Ini berarti soal tes tersebut

    menpunyai derajat reliabelitas tinggi, sehingga dipercaya sebagai alat ukur.

    3. Daya Pembeda

    Daya pembeda soal adalah kemampuan soal tersebut dalam memisahkan

    antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Besarnya daya

    pembeda tersebut juga dengan indeks deskriminasi (daya penbeda).

    Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus yang

    dikemukakan oleh Karnoto (1996 : 15) sebagai berikut :

    Ii

    SBSADP

    Ket :

    DP = Daya Pembeda

    SA = Jumlah Skor Kelompok Atas

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    29/49

    29

    29

    SB = Jumlah Skor Kelompok Bawah

    Ii = Jumlah Skor Ideal salah satu kelompok (kelompok atas/bawah)

    Klasifikasi interprestasi untuk daya pembeda yang digunakan menurut

    Suherman dan Sudjaya (1990 : 202) sebagai berikut :

    DP = 0,00 sangat jelek

    0,00 DP 0,20 jelek

    0,20 DP 0,40 cukup

    0,40 DP 0,80 baik

    0,80 DP 1,00 sangat baik

    Dari hasil perhitungan dapat kemukakan rekapitulasi hasil analisis daya

    penbeda tes penguasaan materi gelombang seperti pada tabel.3.5

    Tabel 3.5

    Hasil Analisis Daya Pembeda

    No Soal Skor

    K. Atas

    Skor

    K. BawahSkor Ideal DP Ket

    1

    2

    3

    4

    5

    73

    57

    50

    57

    59

    47

    41

    36

    42

    44

    105

    60

    60

    60

    60

    0,24

    0,20

    0,23

    0,25

    0,25

    Cukup

    Cukup

    Cukup

    Cukup

    Cukup

    296 210 345 0,25 Cukup

    4. Tingkat Kesukaran

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    30/49

    30

    30

    Tingkat kesukaran soal adalah kemampuan soal tersebut dalam menjaring

    banyaknya siswa peserta tes yang dapat mengerjakan soal dengan benar. Jika

    banyak siswa yang menjawab benar maka taraf kesukaran soal rendah, sebaliknya

    jika sedikit siswa yang menjawab benar maka taraf kesukaran tinggi. Soal yang

    baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

    Untuk menghitung tingkat kesukaran (Tk) butir soal terbetuk essay,

    digunakan rumus yang dikemukakan karnoto, (1996:16) sebagai berikut:

    IBIA

    SBSATk

    Ket:

    Tk= Indeks tingkat kesukaran

    SA= Jumlah skor kelompok atas

    SB = Jumlah skor kelompok bawah

    IA = Jumlah skor ideal kelompok atas

    IB = Jumlah skor kelompok bawah

    Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan seperti yang

    dikemukakan oleh Suherman dan Sukjaya (1990: 213) yaitu:

    Tk = 0,00 terlalu sukar

    0,00 < Tk 0,30 sukar

    0,30 < Tk 0,70 sedang

    0,07 < Tk 1,00 mudah

    Tk = 1,00 terlalu mudah

    Dari hasil perhitungan (Lampiran A) dapat kemukakan rekapitulasi hasil

    analisis taraf kesukaran tes penguasaan materi gelombang seperti pada Tabel 3.6.

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    31/49

    31

    31

    Tabel 3.6

    Hasil Analisis Tingkat Kesukaran

    No

    Soal

    Skor K.

    Atas

    Skor

    K. Bawah Skor IA + IB TK Ket

    1

    2

    3

    4

    5

    73

    53

    50

    57

    59

    47

    41

    36

    42

    44

    210

    120

    120

    120

    120

    0,57

    0,82

    0,72

    0,82

    0,85

    Sedang

    Mudah

    Mudah

    Mudah

    Mudah

    296 210 690 0,78 Mudah

    Berdasarkan analisis hasil uji coba tes hasil belajar, maka rekapitulasi hasil

    uji coba dapat disajikan dalam tabel 3.7

    Tabel 7.

    Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar

    No

    SoalValiditas

    Tingkat

    KesukaranDaya Pembeda Keterangan

    1

    2

    0,78

    0,66

    Tinggi

    Tinggi

    0,57

    0,82

    Sedang

    Mudah

    0,24

    0,20

    Cukup

    Cukup

    Dipakai

    Dipakai

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    32/49

    32

    32

    3

    4

    5

    0,55

    0,70

    0,65

    Sedang

    Tinggi

    Tinggi

    0,72

    0,82

    0,85

    Mudah

    Mudah

    Mudah

    0,23

    0,25

    0,25

    Cukup

    Cukup

    Cukup

    Dipakai

    Dipakai

    Dipakai

    F. Teknik Analisis Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

    dan angket. Pertanyaan-pertanyaan digunakan untuk mengetahui pemahaman dan

    tanggapan siswa tentang pengajaran dengan menggunakan metode inquiry,

    sedangkan tes tertulis, digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam

    enyelesaikan soal-soal latihan dalam prestasi belajar siswa, secara lengkap dapat

    diuraikan sebagai berikut:

    1. Teknik TesTeknik tes digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan

    intelegensi, kemampuan, dan bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok

    (Arikunto, 2002:127).

    Data tes hasil belajar didapat dengan memeriksa lembar tes siswa,

    kemudian dianalisis untuk melihat tingkat pencapaian hasil belajar setelah

    menggunakan metode inquiry pada materi gelombang.

    Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data tes hasil

    belajar siswa, yaitu:

    a. Mencari rata-rata hitung yang disusun dalam daftar distribusi frekuensi,dengan menggunakan rumus:

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    33/49

    33

    33

    i

    ii

    f

    xfx (Sudjana, 2002:67)

    Keterangan :

    x = Nilai rata-rata sampel

    fi = Frekuensi

    xi = Titik tengah nilai tes

    b. Menghitung simpangan baku, dengan rumus: )1(

    22

    n

    xfxfS

    ii

    (Sudjana, 2002:93)

    Keterangan :

    S = Simpangan baku

    xi = Titik tengah nilai tes

    x = Nilai rata-rata sampel

    n = Banyaknya siswa dalam sampel

    fi = Frekuensi

    c. Menentukan Uji Normalitas Data ( 2 )Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui kenormalan data.

    Rumus yang digunakan dalam uji normalitas adalah uji kecocokan chi-kuadrat

    (2

    ) yaitu:

    k

    ih

    h

    f

    ff

    1

    2

    02

    (Sugiyono, 2007:107)

    Keterangan :

  • 7/30/2019 Skripsi Riska

    34/49

    34

    34

    2 = Harga chi-kuadrat yang dicari

    fo = Frekuensi dari hasil observasi

    fe = Frekuensi dari hasil estimasi

    Selanjutnya2

    hitung dibandingkan dengan2

    tabel dengan derajat kebebasan

    (dk) = k-1. Di mana k adalah banyaknya kelas interval. Adapun kriteria

    pengujiannya Jika2

    hitung