7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
1/94
48
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL
TENTANG INISIASI MENYUSUI DINI
(IMD) PADA BAYI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS
WALENRANG
OLEH :
RACHMI AMIR PATHA
NIM : 01.2011.102
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
KURNIA JAYA PERSADA
PALOPO
2015
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
2/94
48
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
dan hidayah-Nya yang melimpahkan dalam bentuk kesehatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan ini dengan judul
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil
Tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Walenrang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
mungkin masih banyak kekurangan atau kelemahan baik dari segi penyusunan
maupun dari pandangan pengetahuan. Oleh karena itu, penulis mengharap adanya
saran, pendapat atau kritik yang bersifat konstruktif dari semua demi
kesempurnaan penulis skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua atas segala perhatian,
pengorbanan, kasih sayang serta doa restunya yang luar biasa buat keberhasilan
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Kurnia Jaya Persada Palopo.
Demikian pula dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
3/94
48
1.
Ibu Hj. Nurhaeni Azis, S.Kp.M.Kes. selaku Ketua STIKES Kurnia Jaya
Persada Palopo.
2. Ibu Grace Tedy Tulak, S.Kep.Ns.M.Kes. selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan
3. Bapak A Zulkifli AS, S.Si.M.Kes. selaku Pembimbing I atas segala
bimbingan, perhatian, dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat waktu
4.
Ibu Sumiati, S.Kep.Ns. selaku Pembimbing II atas segala arahan,
bimbingan, dan masukan yang di berikan kepada peenulis sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo yang
telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan
pendidikan.
6. Terima kasih kepada orang tua dengan doa yang tak henti-hentinya
membantu saya dalam penelitian ini, terimah kasih kepada haryono
kekasihku yang membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini, serta
terima kasih kepada jumain dan steven yang membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini
7. Rekan-rekan mahasiswa STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu, yang secara langsung maupun tidak
langsung telah memberikan dukungan selama perkuliahan sampai
menyelesaikan penelitian.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
4/94
48
8.
Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebut namanya satu per
satu, terima kasih atas bantuan kalian.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
bernilai bagi perkembangan ilmu keperawatan. Semoga Tuhan berkenan
meridohi segala apa yang telah diupayakan hamba-Nya dan memberikan
pahala yang tak terhingga.
Palopo, Oktober 2015
Penulis
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
5/94
48
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
ABSTRAK................... ...................................................................................
ABSTRACT....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
E. Keaslian Penelitian...............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Inisiasi Menyusui Dini................................
B. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Kesehatan.................................
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan................................................
D. Tinjauan Umum Tentang Sikap............................................................
i
ii
iii
iv
vii
vii
1
5
6
6
8
11
26
38
42
48
49
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
6/94
48
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.
Kerangka Konsep.................................................................................
B. Hipotesis...............................................................................................
BAB IVMETODE PENELITIAN
A. Desain penelitian....................................................................................
B. Populasi, Sampel, dan Sampling............................................................
C. Variabel Penelitian..................................................................................
D.
Defensisi Operasional.............................................................................
E. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................
F. Instrumen Penelitian...............................................................................
G. Prosedur Pengumpulan Data...................................................................
H. Analisa Data............................................................................................
I. Etika Penelitian.......................................................................................
BAB V HASIL DAN SIKAP
A.
Hasil........B. Pembahasan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
7/94
48
DAFTAR TABEL
Table 5.1 Distribusi responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, danpekerjaan orang tua tentang inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi
diwilayah kerja Puskesmas
Walenrang........................................
Table 5.2 Distribusi frekuensi responden pre test pengetahuan ibu hamiltentang inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja
Puskesmas Walenrang.
Table 5.3 Distribusi frekuensi responden post test pengetahuan orang tua
tentang inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja
Puskesmas Walenrang.
Table 5.4 Distribusi frekuensi responden pre test sikap ibu hamil tentang
inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja Puskesmas
Walenrang.
Table 5.5 Distribusi frekuensi responden post test sikap ibu hamil tentang
inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja Puskesmas
Walenrang.
Table 5.6 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil
tentang inisiasi menyusui dini (IMD pada bayi diwilayah kerja
Puskesmas Walenrang
Table 5.7 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu hamil tentang
inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja Puskesmas
Walenrang.
60
62
62
63
64
65
65
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
8/94
48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 48
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
9/94
48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : FormulirInformed Consent
Lampiran 2 : Format Instrumen Penelitian
Lampiran 3 : Format Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 4 : Formulir izin penelitian
Lampiran 5 : Surat Keterangan Selesai Meneliti
Lampiran 6 : Master Tabel dan Hasil Pengolahan Data dengan Komputer
Lampiran 8 : Daftar Riwayat Hidup
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
10/94
48
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa dimulai dari sumber daya manusia yang
berkualitas, untuk menciptakan harus dimulai sejak dini. Salah satu cara
yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah pemberian ASI pada satu jam
pertama kelahiran atau sering disebut dengan Inisiasi Menyusui Dini.
(Roesli, 2008). Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah suatu proses
membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri untuk menyusu segera dalam
satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu (Depkes RI, 2008). Kebijakan inisiasi menyusui dini telah
disosialisasikan di Indonesia sejak Agustus 2007 (Roesli, 2008). World
Health Organization(WHO) telah merekomendasikan kepada semua bayi
untuk mendapatkan kolostrum yaitu ASI pada hari pertama dan kedua
untuk melawan berbagai infeksi dan mendapat ASI ekslusif selama 6
bulan (Kemenkes, 2012).
Inisiasi menyusui dini telah terbukti mampu menurunkan angka
kematian neonatus. Penelitian yang dilakukan oleh Ghana terhadap 10.947
bayi lahir menunjukkan bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu
dalam waktu satu jam pertama dan membiarkan kontak kulit ke kulit
antara bayi dengan ibu, maka dapat mengurangi 22% kematian bayi di 28
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
11/94
48
hari pertamanya. Penundaan dalam melakukan inisiasi menyusu dini akan
meningkatkan resiko kematian pada masa neonatus yaitu bayi usia 0-18
hari (Edmond et al, 2006).
Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI,
2008). Angka kematian bayi di Indonesia mencapai 34 per 1000 kelahiran
hidup (SDKI, 2007). AKB merupakan salah satu masalah yang menjadi
perhatian dunia sebagaimana yang tercantum dalam tujuan Millenium
Development Goals 2015 (MDGs 2015), yaitu mengurangi dua-pertiga
tingkat kematian anak usia dibawah lima tahun dari kondisi tahun 1990.
Target AKB yang harus dicapai Indonesia dalam MDGs 2015 adalah
sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup (KH). Untuk mencapai target MDGs,
pemerintah menetapkan target AKB dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010- 2014 sebesar 24 per 1000 kelahiran
hidup (Bappenas, 2010).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2007 melaporkan bahwahanya 44% yang mendapat ASI dalam satu jam
pertama setelah lahir hanya 62% yang mendapat ASI dalam hari pertama
setelah lahir (SDKI, 2007). Data UNICEF tahun 2003 menyebutkan
bahwa angka cakupan praktik inisiasi menyusu dini di dunia sebesar 42%
dalam kurun waktu 2005-2010. Perevalensi inisiasi menyusu dini di
Indonesia sendiri masih lebih rendah yaitu 39%. Angka ini masih sangat
rendah jika dibandingkan dengan Negara lain di sebagaian Negara Asia
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
12/94
48
Tenggara misalnya Myanmar (76%), Thailand (50%), dan Filipina (54%)
(UNICEF, 2013). Hal ini menunjukan program inisiasi menyusu dini di
Indonesia belum sepenuhnya terlaksana secara optimal.
Riskesdas menunjukan bahwa Inisiasi Menyusui Dini kurang dari
satu jam setelah lahir adalah 29,3% tertinggi di Nusa Tenggara Timur
56,2% dan terendah di Maluku 13%. Provinsi Sulawesi Selatan
menunjukkan Inisiasi menyusui Dini kurang dari satu jam adalah 30,1%
dan pada kisaran 1-6 jam yaitu 34,9% (Riskesdas, 2010).
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam menekan angka
kematian bayi (AKB), salah satunya dengan mencanagkan program
Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Program Inisiasi Menyusui Dini dapat
menyelamatkan sekurang kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang
meninggal pada 1 jam kelahiran. Tindakan IMD juga akan membantu
tercapainya tujuan MDGs nomor empat yaitu mengurangi angka kematian
anak (Fithananti, 2012).
Pendekatan IMD yang sekarang dianjurkan adalah dengan metode
breast crawldi mana segera setelah bayi lahir lalu di letakkan di perut ibu
dan dibiarkan merangkak mencari sendiri putting susu ibunya dan
akhirnya menghisapnya tanpa bantuan. Karena proses ini menekankan
kata menyusu bukan menyusui sebab bayilah yang menjadi pusat
perhatian untuk aktif melakukannya sendiri (Arumawati, 2012).
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
13/94
48
Studi kualitatif yang dilakukan oleh Fika dan Syafiq (2010)
menunjukan bahwa bayi yang diberi kesempatan IMD hasilnya 8 kali lebih
berhasil dalam pemberian ASI ekslusif. Pada kenyataannya penyampaiaan
informasi tentang inisiasi menyusui dini kepada masyarakat belum
menyebar secara luas pada masa sekarang ini, oleh sebab itu informasi
mengenai inisiasi menyusui dini perlu di tingkatkan lagi salah satunya
dengan memberi pendidikan kesehatan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Walenrang
Kabupaten Luwu, jumlah kunjungan ibu hamil di posyandu pada wilayah
kerja Puskesmas Walenrang Kab.Luwu bulan Januari sampai dengan Juni
2015 yaitu 186ibu hamil, jadi rata-rata kunjungan sebanyak 31 orang per
bulannya. (Data Puskesmas Walenrang, 2015)
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah termasuk
melakukan upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan pada hakikatnya
usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu, dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat
memperoleh pengetahuan, akhirnya diharapkan dapat berpengaruh
terhadap perubahan perilaku. Rencana Strategis Departemen Kesehatan RI
2005-2009 menggariskan bahwa tujuan promosi kesehatan adalah
memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mau
menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan
yang bersumber masyarakat. Kegiatan pokoknya adalah dengan
pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi,
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
14/94
48
informasi dan edukasi (KIE) mencakup mengembangkan media promosi
kesehatan, dan melaksanakan dukungan administratif dan operasional
pelaksanaan program promosi kesehatan. Upaya tersebut dilakukan
dengan menggunakan media cetak, elektronik maupun media ruang.
Dalam hal ini media diposisikan untuk membuat suasana yang kondusif
terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan. Melalui
media cetak telah dikembangkan berbagai leaflet, brosur, poster, kalender,
dan lain-lain. Setiap tahun unit promosi kesehatan memproduksinya.
Sehingga menurut peneliti perlu dirancang media yang sesuai
dengan kebutuhan dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat sehingga pesan
dapat lebih efektif untuk merubah tingkat pengetahuan ibu tentang IMD.
Media promosi kesehatan yang akan digunakan adalah leafletdengan
pertimbangan merupakan media yang peruntukan untuk massa, biaya
terjangkau, dapat menampung pesan dengan kemasan menarik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yang di angkat yaitu Apakah ada Pengaruh PendidikanKesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Walenrang?
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
15/94
48
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi
menyusui dini pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Walenrang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan tentang inisiasi menyusui dini
pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Walenrang.
b.
Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu hamil setelah
dilakukan pendidikan kesehatan tentang inisiasi menyusui dini
pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Walenrang
c.
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusui dini
pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Walenrang.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Institusi
Hasil penelitian merupakan salah satu sumber informasi yang dapat
dijadikan sebagai bahan bacaan bagi institusi perguruan tinggi
khususnya di Sikes Kurnia Jaya Persada Palopo.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
16/94
48
2.
Bagi Masyarakat
Diharapakan dari hasil penelitian ini, dapat memberi gambaran
terhadap masyarakat tentang manfaat dan pentingnya inisiasi menyusui
dini pada bayi, sehingga dapat membantu pemerintah dalam upaya
preventif untuk menurunkan AKB akibat penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, agar dapat mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
3.
Instansi yang terkait
Diharapkan dari hasil penelitian ini memberikan masukan bagi
instansi yang terkait, guna lebih efektif dalam melihat kendala-kendala
dalam masyarakat yang merupakan halangan dalam mencapai tujuan
pemerintah menurunkan AKB yang dapat dicegah melalui peningkatan
pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat melalui upaya promotif, preventif, kuratif. Dan
rehabilitative sehingga dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat.
4. Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman bagi peneliti sendiri dalam
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh
pendidikan di Stikes Kurnia Jaya Persada Palopo, melalui penelitian
lapangan serta dapat membandingkan teori yang didapatkan di
perkuliahan dengan kenyataan yang ada dilapangan.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
17/94
48
E. Keaslian Penelitian
1.
Penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari pada tahun 2010 yaitu
Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Inisiasi
Menyusui Dini oleh Bidan di Ruang Bersalin RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro, Klaten. Penelitian menggunakan jenis penelitian
kuantitatif non-eksperimental dan rancangan deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan bidan tentang inisiasi menyusu dini
sebagian besar dalam rentang baik. Sebagian besar bidan bersikap
positif terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini di ruang bersalin
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Selain itu, tindakan yang
dilakukan bidan sudah sesuai dengan ketentuan namun tingkat
keberhasian inisiasi menyusu dini masih sangat rendah.Persamaan
penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah variabel penelitian yaitu
tingkat pengetahuan dan sikap. Perbedaannya dengan penelitian ini
terletak pada metode penelitian dan populasi yang digunakan. Pada
penelitian ini menggunakan metode quasi experimentalsedangkan
populasinya ibu hamil.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Goma pada tahun 2012 yaitu
PengaruhPemberian Pamflet Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu
Hamil mengenaiInisiasi Menyusu Dini. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitianeksperimental posttest only control group design
dengan responden terdiridari 30 orang pada kelompok kontrol dan 30
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
18/94
48
orang padakelompok perlakuansehingga didapatkan jumlah total
sampel 60 orang. Hasil dari penelitian inidapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yangbermakna pada ibu
hamil yang diberi pengetahuan mengenai inisiasi menyusudini melalui
pamphlet dengan yang tidak diberi pamphlet (p=0,023).Persamaan
penelitian disini terletak pada variabel yang diteliti yaitupengetahuan
dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini.
Sedangkanperbedaan penelitian terletak pada metode, populasi, dan
media yangdigunakan untuk pemberian pendidikan kesehatan dan
dalam penelitian inimenggunakan media flip chart dan leaflet.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Carfoot, et.al. pada tahun 2005 di
rumah sakit Warrington, Inggris Utara dengan judul A Randomised
Controlled Trial in The North of England Examining The Effects of
Skin-to-skin care on Breastfeeding. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian eksperimental dengan diikuti oleh 204 ibu, yang terbagi
menjadi dua kelompok secara acak yaitu kelompok intervensi yang
diberikan perlakuan inisiasi menyusu dini atau early skin-to-skincare
dan kelompok kontrol dengan perlakuan sesuai rutinitas di rumah
sakit. Hasil penelitian didapatkan bahwa inisiasi ini memberikan angka
yang signifikan pada kelompok intervensi yaitu lebih mensukseskan
dalam hal melaksanakan ASI Eksklusif selama 4 bulan,
mempertahankan temperature bayi, meningkatkan kenyamanan dan
perasaan puas dalam menyusu dibandingkan dengan kelompok
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
19/94
48
kontrol. Penelitian Carfoot (2005) mendukung penelitian ini sebagai
landasan pentingnya inisiasi menyusu dini. Perbedaan penelitian
terletak pada variabel, metode, dan populasi.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
20/94
48
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
1. Pengertian
Inisiasi menyusui dini (IMD) atau early inisiation breastfeeding
adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu
sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli, 2010).
Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini dinamakan The
BreastCrawlatau merangkak mencari payudara. Meletakkan bayi baru
lahir dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya namun
belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah
persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dengan
ibunya,menemukan puting susu dan mendapatkan kolostrum atau ASI
yang pertama kali keluar. Setiap bayi memiliki kemampuan untuk
menemukan payudara dan melakukan hisapan untuk pertama kali
apabila bayi segera setelah lahir diletakkan pada perut ibu, kemampuan
ini yang digunakan untuk melakukan inisiasi menyusui dini (Roesli,
2010).Inisiasi Menyusui Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan
program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan
bukan menyusui merupakan gambaran bahwaIMD bukan program ibu
menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
21/94
48
susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi
yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap
untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus
dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan
menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan,
hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung
skin to skin antara bayi dan ibu (Sitti, 2011).
Waktu keberhasilan IMD adalah waktu yang dibutuhkan mulai dari
meletakkan bayi yang baru lahir di dekat payudara ibunya, tanpa
melalui proses mandi terlebih dahulu (hanya sedikit dilap dan dipotong
tali pusatnya). Setelah lahir bayi belum menunjukan kesiapannya
untuk menyusu. Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit
setelah lahir, bayi menunjukan kesiapannya untuk menyusu 30-40
menit setelah lahir (Roesli, 2010).
Kesimpulan dari berbagai pengertian diatas, inisiasi menyusui dini
adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang
sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-
aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting ibu kemudian
menyusu satu jam pertama kelahiran.
2. Prinsip Insiasi Menyusui Dini (IMD)
Prinsip dasar inisiasi menyusui dini adalah tanpa harus dibersihkan
dulu,bayi di letakkan di dada ibunya dengan posisi tengkurap dimana
telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis,sehingga terjadi kontak
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
22/94
48
kulit dan secara alami bayi mencari payudara ibu dan mulai menyusu.
Prinsip IMD adalah cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir
dengan kain atau handuk tanpa memandikan, tidak membungkus
(bedong) kemudian meletakkanya ke dada ibu dalam keadaan
tengkurap sehingga ada kontak kulit dengan ibu, selanjutnya beri
kesempatan bayi untuk menyusu sendiri pada ibu satu jam pertama
kelahiran.
3.
Alasan dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD)
Inisiasi menyusui dini penting dilakukan karena berbagai
penelitian mengemukakan alasan inisiasi menyusui dini (IMD) antara
lain :
a. Inisiasi menyusui dini (IMD) dapat mencegah 22% kematian bayi
diNegara berkembang pada usia dibawah 28 bulan, namun jika
menyusu pertama saat bayi berusia diatas satu jam setelah lahir,
maka dapat mencegah 16% kematian bayi dibawah 28 hari.
b. Menunda inisiasi menyusui dini akan meningkatkan resiko
kematian pada neonatal. Hal ini sesuai dengan Millenium
Development Goals (MDGs) yang keempat yaitu mengurangi
kematian neonatal. Hal ini juga didukung dengan rekomendasi
WHO dan UNICEF yang menyatakan agar pada setiap bayi
sebaiknya dilakukan IMD.
c. Di Indonesia pemberian ASI secara dini dapat memperbesar
kemungkinan 8 kali lipat dalam keberhasilan ASI ekslusif.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
23/94
48
d.
Inisiasi menyusui dini akan meningkatkan keberhasilan pemberian
ASI ekslusif 6 bulan karena kontak dini ibu dan bayi akan
meningkatkan lama menyusui dua kali dibandingkan dengan
kontak yang lambat
e. Selain itu, IMD juga dapat membantu tercapainya MDGs yang lain
yaitu mengurangi kemiskinan. Hal ini karena pelaksanaan IMD
berarti akan mengurangi penggunaan susu formula. Pelaksanaan
IMD juga tercantum dalam 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui (LMKM) dan Asuhan Persalinan Normal (APN).
4.
Manfaat inisiasi menyusui dini (IMD)
a. Manfaat inisiasi menyusui dini bagi bayi :
1) Mencegah hilangnya reflek menyusu
2)
Menstabilkan suhu tubuh, pernafasan dan tingkat gula darah
bayi.
3) Memberikan nutrisi lengkap
4) Membantu reflek berfikir bayi
5) Menunjang proses lancarnya ASI dikemudian hari
6)
Memperlancar pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan
7) Stimulasi dini tumbuh kembang bayi
8) Terhindar dari kesulitan dalam menyusui
9) Sebagai laktasive (obat pencuci perut) yang efektif,
membuangmekonium di usus dan memecahkan bilirubin
10) Menstimulasi hormon prolaktin dalam memproduksi ASI
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
24/94
48
11)
Meningkatkan intelektual dan motorik. Saat merangkak
mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya
dan ia akan menjilat kulit ibu, menelan bakteri baik di kulit
ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk
koloni di kulit dan usus bayi.
12)Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih
baik pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah
itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.
13)
Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang
bukan berasal dari susu manusia,misalnya dari susu hewan.
Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan
mencetuskan alergi lebih awal.
14)
Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali
keluar. Cairan emas ini juga dinamakan the gift of life. Bayi
yang diberi kesempatan Inisiasi menyusui Dini lebih dulu
mendapatkan kolostrum dari pada yang tidak diberi
kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya
tahan tubuh, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan
kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan
yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang
sekaligus mematangkan dinding usus ini.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
25/94
48
b.
Manfaat inisiasi menyusui dini bagi ibu :
1)
Mengurangi perdarahan. Hentakkan kepala bayi ke dada ibu,
sentuhan tangan bayi di puting susu dan
sekitarnya,merangsang pengeluaran hormon oksitoksin yang
berguna juga untuk kontraksi dan panutupan pembuluh darah
sehingga pendarahan lebih cepat berhenti.
2) Bonding (ikatan kasih sayang) menigkatkan ikatan khusus
antara ibu dan bayi
3)
Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan
melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi
4) Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan
bayinya utuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan
ayah, mendapat kesempatan mengazankan bayinya di dada
ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat
indah (Utami R, 2008)
5. Langkah-langkah Inisiasi Menyusui Dini
Menurut Depaetemen Kesehatan RI (2008), terdapat tiga
langkah IMD yaitu:
a. Langkah I
1) Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran.
2) Kemudian letakkan bayi di perut dibawah ibu
3) Nilai bayi apakah diperlukan resusitasi atau tidak (2 detik)
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
26/94
48
4)
Bila tidak perlu resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari
muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan dengan harus
tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu
menghangatkan tubuh bayi. Setelah kering selimuti bayi
dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali
pusat di klem.
5) Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amion pada
tangan bayi juga membantunya mencari putting ibunya yang
berbau sama.
6)
Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Pengisapan lendir di
dalam mulut atau hidung bayi dapat merusak selaput lendir dan
meningkatkan resiko infeksi pernafasan.
7)
Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus (hamil tunggal). Kemudian suntikkan
intramuskular 10 UI oksitoksin pada ibu. Jaga bayi tetap
hangat.
b. Langkah II
1)
Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap
di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu,
tetapi lebih rendah dari puting.
2) Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
pasang topi di kepala bayi.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
27/94
48
3)
Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit satu jam. Mintalah ibu memeluk dan membelai
bayinya. Bila perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk
mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian
besar bayi akan melakukan IMD dalam waktu 30-60 menit.
4) Hindari menyeka atau membasuh payudara sebelum bayi
menyusu.
c.
Langkah III
1)
Biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan mulai
menyusui.
2) Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi
upaya bayi untuk menyusu misalnya, memindahkan bayi dari
satu payudara ke payudara lainnya. Menyusui pertama bisanya
berlangsung 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
3) Menunda semua asuhan BBL lahir normal lainnya sehingga
bayi selesai menyusu. Tunda memandikan bayi 6-24 jam
setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya hipotermia.
4) Usahkan tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin
hingga bayi selesai menyusu.
5) Segera setelah BBL selesai menghisap, bayi akan berhenti
menelan dan melepaskan puting. Bayi dan ibu akan merasa
mengantuk, bayi kemudian di selimuti dengan kain bersih, lalu
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
28/94
48
lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, mengoleskan
salep antibiotika pada mata bayi dan memberikan suntikan
vitamin K. jika bayi belum melakukan IMD dalam waktu 1
jam, pastikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan
kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika
bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
pindahkan ibu ke ruangan pemulihan dengan bayi tetap di dada
ibu. Lanjutkan asuhan BBL dan kemudian kembalikan bayi
kepada ibu untuk menyusu.
6)
Kenakan pakaian pada bayi atau tetap selimuti untuk menjaga
kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama
beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin
saat di sentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan
kembali di dada ibu sampai bayi hangat kembali
7) Satu jam kemudian berikan bayi suntikan Hepatitis B pertama
8) Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Letakkan
kembali bayi dekat ibu sehingga di ruangan yang sama.
Letakkan kembali bayi dekat ibu sehingga mudah terjangkau
dan bayi bisa menyusu sesering keinginannya.
6. Langkah-langkah melakukan inisiasi menyusui dini yang kurang tepat
yaitu:
a. Begitu lahir bayi diletakkan di perut ibu yang sudah di alasi kain
kering
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
29/94
48
b.
Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan
selimut
c. Bayi diletakkan di dada ibu dalam keadaan dibedong tidak terjadi
kontak dengan kulit ibu
d. Bayi diangkat dan disusukan oleh ibu dengan cara memasukkan
puting susu ibu ke mulut bayi
7. Perilaku Bayi saat Inisiasi Menyusui Dini
Menurut (Roesli, 2012) jika bayi baru lahir segera dikeringkan
dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak
dipisahkan dari ibunya setidaknya selama satu jam, semua bayi dengan
sendirinya akan berhasil menemukan putting susu ibunya melalui lima
tahap perilaku saat menyusui pertama kali.
a.
Tahap pertama dimulai dalam 30 menit awal. Pada 30 menit
pertama, bayi berada pada stadium istirahat atau diam dan siaga.
Bayi diam tidak bergerak, terkadang matanya terbuka lebar untuk
melihat ibunya. Masa tenang ini merupakan proses penyesuaian
peralihan keadaan bayi, dari keadaan dalam kandungan ke keadaan
di luar kandungan. Menempelnya kulit dengan kulit antara ibu
dengan bayi akan menimbulkan bonding (hubungan kasih sayang)
yang merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam keadaan aman. Hal
ini akan meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan
menyusui dan mendidik bayinya (Roesli, 2012).
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
30/94
48
b.
Tahap kedua dimulai dalam 30-40 menit. Antara 30 sampai 40
menit, bayi mulai mengeluarkan suara, menggerakkan mulut,
mencium dan menjilat-jilat tanggannya. Bayi mulai mencium dan
merasakan cairan ketuban yang menempel ditangannya, bau ini
sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu dan cairan
tersebut berguna membimbing bayi untuk menemukan puting susu
ibunya (Roesli, 2012)
c.
Tahap ketiga bayi mulai mengeluarkan liur. Bayi mulai
mengeluarkan liur saat menyadari bahwa ada makanan di
sekitarnya. Kemudian bayi berusaha untuk mencapai areola
(Roesli, 2012)
d. Tahap ke empat yaitu bayi mulai bergerak ke arah payudara. Kaki
bayi akan menekan perut ibu untuk mencapai areola. Bayi akan
menjilat-jilat kulit ibu, menoleh ke kiri dan ke kanan,serta
menyentuh dan meremas daerah putting susu dan sekitarnya
(Roesli, 2013).
e. Tahap ke lima bayi mulai menemukan putting susu ibu. Kemudian
bayi akan menjilat dan mengulum putting susu ibu. Mulut bayi
akan terbuka lebar untuk menghisap putting susu ibu. Kemudian
bayi akan melekat di dada ibunya dengan baik (Roesli, 2012).
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
31/94
48
8.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusui dini
a.
Faktor-faktor pendukung.
Terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan,
sikap, pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal
sedangkan fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan,
keluarga dan orang terdekat serta lingkungan merupakan faktor
eksternal
b.
Faktor-faktor penghambat.
Menurut Roesli (2012), terdapat beberapa pendapat yang
tidak benar yang dianggap dapat menghambat terjadinya IMD
yaitu :
1) Bayi kedinginan
Bayi akan berada pada suhu yang aman jika melakukan
kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat
0,5C dalam waktu 2 menit jika bayi di letakkan di dada ibu.
Berdasarkan hasil Penelitian dr Niels Bergman (2005) dalam
Roesli (2012) ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan
menjadi 1C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak
melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini
kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1C. Jika bayi kedinginan
suhu dada ibu akan meningkat 2C untuk menghangatkan bayi.
Jadi dada ibu yang melahirkan merupakan tempat terbaik bagi
bayi baru lahir.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
32/94
48
2)
Ibu terlalu lelah
Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui
bayinya. Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk
bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak
kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu
menenangkan ibu.
3) Tenaga Kesehatan kurang tersedia
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat
melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri
payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarganya terdekat unuk
menjaga bayi sambil memberikan dukungan pada Ibu.
4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk
Tetap berikan kessempatan pada bayi untuk mencapai
payudara dan menyusu dini saat dipindahkan ke runag pulih
atau kamar perawatan.
5) Ibu harus dijahit
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di daerah
payudara. Sedangkan yang dijahit adalah bagian bawah tubuh
ibu. Sehingga tidak ada masalah bagi bayi untuk tetap
melakukan IMD.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
33/94
48
6)
Segera memberikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah
penyakit gonorrhea
Menurut American Collage of Obstetrics and Gynecology
dan Academy Breastfeeding Medicine (2007) dalam Roesli
(2012), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya
selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpaa
membahayakan bayi.
7)
Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan
diukur
Menundamemandikan bayi berarti menghindari
menghilangkan panas pada badan bayi. Selain itu, kesempatan
verniksmeresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih
besar. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai
menyusu awal selesai.
8) Bayi kurang siaga
Pada 1-2 jam kelahirannya, bayi sangat siaga. Setelah itu,
bayi akan tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk
akibat obat yang dikonsumsi ibu, justru kontak kulit akan lebih
penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk
ikatan kasih sayang (bonding).
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
34/94
48
9)
Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak mencukupi
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru
lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula
yang dapat dipakai pada saat itu.
10)Kolostrum berbahaya bagi bayi
Kolostrum sangat dibutuhkan untuk kembang bayi. Selain
sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi
baru lahir, kolostrum juga melindungi dan mematangkan
dinding usus bayi.
9.
Jenis kelahiran yang bisa dan tidak melakukan IMD
a. Kriteria bayi yang bisa dilakukan IMD yaitu :
1) Kelahiran normal
Inisiasi secara tepat memotifasi ibu dan bayi untuk
pemberian asi selanjutnya.
2) Kelahiran Vacum Ektraksi
Walaupun tidak mengalami persalinan secara normal, ibu
tetap dapat melakukan inisiasi menyusui dini.
3)
Kelahiran Operasi Caesar
Persalinan secara Caesar bukan menjadi hambatan ibu
untuk melakukan inisiasi menyusui dini. (Roesli, 2010).
b. Kriteria bayi yang tidak bisa lakukan IMD yaitu:
1) Bayi Prematur
2) Bayi Berat Lahir Rendah ( 2000-2500 gram )
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
35/94
48
3)
Bayi Asfiksia
4)
Bayi dengan cacat bawaan berat, misalnya :(hidrosefalus,
meningokel, anensefali, atresiia ani, labio, omfalokel). Selain
faktor-faktor penghambat di atas menurut Kristiyansari, (2009)
ada beberapa mitos yang menjadi penghambat pelaksanaan
IMD yaitu : Kolostrom tidak baik dan berbahaya bagi bayi,
bayi memerlukan cairan lain sebelum menyusu, kolostrom dan
ASI saja tidak mencukupi kebutuhan minum bayi, bayi akan
kedinginan saat dilakukan IMD, setelah melahirkan ibu terlalu
lelah untuk menyusu bayi.
B. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Kesehatan
1.
Defenisi
Istilah pendidikan kesehatan telah dirumuskan oleh para ahli
pendidikan kesehatan dalam berbagai pengertian, tergantung pada
sudut pandang masing-masing. Pendidikan kesehatan adalah suatu
penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan (Notoatmodjo,
2010). Pendidikan kesehatan adalah perubahan pada diri manusia yang
memiliki hubungan dengan tercapainya tujuan dari kesehatan
masyarakat ataupun perorangan (Susilo, 2011). Pendidikan kesehatan
merupakan salah satu upaya untuk mempengaruhi dan mengajak orang
lain, kelompok, serta masyarakat supaya berperilaku hidup sehat
(Adnani, 2011).
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
36/94
48
Berdasarkan ketiga defenisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan kesehatan adalah upaya perubahan yang dilakukan
di bidang kesehatan melalui suatu pendidikan dengan mempengaruhi
lingkungannya terlebih dahulu agar perilaku dan kualitas kesehatan
individu, kelompok, masyarakat dapat meningkat.
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok
atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan
oleh pelaku pendidik. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan
yaitu :
a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok,
masyarakat)
b.
Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain)
c. Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku)
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan
dalam bidang kesehatan. Aplikasi atau penerapan pendidikan
kesehatan yang dimaksud adalah suatu bentuk intervensi atau upaya
yang ditijukan kepada perilaku agar perilaku tersebut kondusif untuk
kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan
mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat
mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
37/94
48
Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu
bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien
baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang
didalamnya perawat berperan sebagai pendidik (Suliha,dkk, 2008).
2. Tujuan umum pendidikan kesehatan
Bila dilihat dari pengertian diatas maka tujuan pendidikan atau
penyuluhan yang pokok adalah : terjadinya perubahan dalam membina
individu, keluarga, atau masyarakat dalam membina dan memelihara
perilaku sehat dan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Terbentunya perilaku
sehat pada individu, kelompok, dan masyarakat yang sesuai dengan
hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan
angka kematian. Menurut WHO, tujuan penyuluhan kesehatan adalah
untuk merubah perilaku seseorang dan atau masyarakat dalam bidang
kesehatan (Notoatmodjo, 2010)
Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah
mengubah parilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan
(WHO, 1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010). Tujuan ini
diperinci lebih lanjut menjadi :
a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat.
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
38/94
48
c.
Mendorong pengembangan dan pegunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
3. Hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dalam penyuluhan kesehatan
masyarakat adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku dari
individu, kelompok, keluarga khususnya dan masyarakat untuk dapat
menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
4.
Ruang lingkup pendidikan kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari
berbagai dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan, tempat
pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan tingkat pelayanan pendidikan
kesehatan
a. Sasaran pendidikan kesehatan
Dari dimensi sasaran, ruang lingkup pendidikan kesehatan
dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
2)
Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
b. Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan
Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat
berlangsung di berbagai tempat sehingga dengan sendirinya
sasarannya juga berbeda.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
39/94
48
Misalnya
1)
Pendidikan kesehatan disekolah, dilakukan disekolah dengan
sasaran murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam
upaya kesehatan sekolah (UKS).
2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di
pusat kesehatan masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit
umum maupun khusus dengan sasaran penderita dan keluarga
penderita.
3)
Pendidikan kesehatan ditempat-tempat kerja dengan sasaran
buruh atau karyawan.
5. Metode pendidikan kesehatan
Pada hakikatnya metode pendidikan kesehatan adalah suatu
usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok,
atau individu dengan harapan dapat memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik untuk sasaran tersebut, maka metodenya
berbeda (Notoatmodjo, 2010) yaitu :
a. Metode pendidikan individual
Metode ini bersifat individual digunakan untuk membina
seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan
perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individu ini
karena setiap orang mempunyai masalah yang berbeda-beda
sehubungan dengan peneriamaan atau perilaku baru. Bentuk
pendekatan ini antara lain :
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
40/94
48
1)
Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara keluarga dengan petugas
lebih intensive. Setiap masalah dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya, akhirnya keluarga dengan sukarela
berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima
perlakuan.
2) Interview(Wawancara)
Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan,
wawancara untuk menggali informasi mengapa ia tidak tahu
atau belum menerima perubahan. Apabila belum atau kurang,
maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
b. Metode pendidikan kelompok
1)
Kelompok besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila
peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik
untuk kelompok besar adalah :
a) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah. Ceramah akan berhasil apabila
penceramah itu sendiri menguasai materi yang akan
diceramahkan. Kunci dari keberhasilan pelaksanaan
ceramah adalah penceramah tersebut dapat menguasai
sasaran ceramah.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
41/94
48
b)
Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok
besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah
cara penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli
tentang suatu topoc yang dianggap hangat masyarakat.
2) Kelompok kecil
Apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode
yang cocok untuk kelompok ini adalah :
a)
Diskusi kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota
kelompok dapat bebas berpartisipasi maka formasi duduk
para peserta diatur sedemikian rupa. Sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain
misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat.
b) Curah pendapat
Metode ini merupakan modifikasi dari diskusi
kelompok. Bedanya pada permulaannya pemimpin
kelompok memancing dengan satu maslalah kemudian
setiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan.
Tanggapan atau jawaban tersebut ditampung dan ditulis
dalam flip chart atau papan tulis, sebelum semua peserta
mencurahkan pendapatnya tidak boleh diberi komentar oleh
siapapun.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
42/94
48
c)
Bola salju
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan ( 1
pasang 2 orang) kemudian dilontarkan satu pertanyaan atau
masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasangan
bergabung menjadi 1. Mereka tetap mendiskusikan masalah
tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2
pasangan yang sudah beranggotakan 4 orang tadi
bergabung lagi dengan pasangan lainnya demikian
seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
d)
Kelompok kecil-kecil
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok
kecil-kecil kemudian dilontarkan suatu permasalahan-
permasalahan yang sama atau tidak dengan kelompok lain
dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah
tersebut.
e) Memainkan peran
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok
ditunjuk sebagai pemegang peran untuk memainkan
peranan tertentu.
f) Pemain simulasi
Metode ini adalah merupakan gabungan antara
bermain peran dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan
kesehatan disajikan dalam bentuk permainan seperti
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
43/94
48
permainan monopoli, beberapa orang menjadi pemain dan
sebagai lagi berperan sebagai nara sumber.
c. Metode pendidikan massa
Metode ini untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan
yang ditujukan untuk masyarakat yang sifatnya massa atau publik.
Pada umumnya pendekatan ini tidak langsung, biasanya
menggunakan atau melebihi media massa, beberapa contoh metode
ini antara lain :
1)
Ceramah umum : biasanya pada acara tertentu misalnya hari
Kesehatan Nasional, Mentri Kesehatan atau pejabat lain
berpidato untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
2) Pidato-pidato kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio
3) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah
kesehatan melalui TV
4) Sinetron tentang kesehatan
5)
Tulisan-tulisan dimajalah atau koran tentang kesehatan atau
penyakit
6) Bill bord yang dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster dan
sebagainya.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
44/94
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
45/94
48
7)
Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
b.
Media elektronik
Media elektronik adalah suatu media gerak, dinamis, dapat
dilihat, dan didengar.
1) Televisi, penyampaian pesan atau informasi melalui media
televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi
atau tanta jawab, pidato dan sebagainya.
2)
Radio, penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui
radio dalam bentuk antara lain adalah (Tanya jawab),
sandiwara radio, ceramah dan sebagainya.
3) Video, merupakan penyampaian informasi kesehatan yan
dikemas dalam bentuk video atau slide ataupun film strip
(Notoatmojo 2010).
4) Slide.
c. Media papan (Media Luar Ruangan)
Papan yang dipasang ditempat umum dapat dipakai atau diisi
dengan pesan pesan atau informasi kesehatan. Media papan ini
juga mencakup pesan- pesan yang ditulis pada lembaran seng dan
ditempel pada kendaraan umum.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan
a. Faktor penyuluh
1) Kurang persiapan
2) Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
46/94
48
3)
Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran
karena terlalu banyak menggunakan istilah asing
4) Suara terlalu kecil
5) Penyampaian materi penyuluhan monoton sehingga
membosankan
b. Faktor Sasaran
1) Tingkat pendidikan terlalu rendah
2)
Tingkat social ekonomi terlalu rendah
3)
Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga
sulit untuk mengubah perilaku
4) Kondisi tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi
perubahan perilaku
c.
Faktor proses dalam penyuluhan
1) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan
sasaran
2) Tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian
sehingga mengganggu proses penyuluhan
3)
Jumlah sasaran yang terlalu banyak
4) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang
5) Metode yang dipergunakan kurang tepat
6) Bahasa yang dipergunakan sulit dimengerti oleh sasaran
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
47/94
48
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui penginderaan manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pegetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (evert behavior).
1.
Proses adopsi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rongers (1974) yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2012) mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :
a. Awareness(kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek terlebih
dahulu).
b. Interess, yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus
c. Evaluation(menimbang nimbang). Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
48/94
48
e.
Adoption, yakni objek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut
Notoatmodjo (2012) mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai meningkat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja utuk mengukur bahwa orang tau tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, menyatakan,
mendefinisikan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
salah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
49/94
48
c.
Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situsasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
pengguanaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan,mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dan dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebgainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian-penilaian terhadap suatu
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
50/94
48
materi atau objek. Penelitian-penelitian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
menurut Wawan dan Dewi (2010) antara lain :
a. Faktor internal
1)
Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat untuk
mencapai keselamatan dan kebahagian. Pendidikan diperlukan
untuk mendapatkan informasi yang akhirnya dapat
mempengaruhi seseorang. Pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
2)Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga
3)Umur
Semakin cukup umur individu, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
51/94
48
4)
Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih
banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
b. Eksternal
1)Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok
2)
Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
D.
Tinjauan Umum Tentang Sikap
Menurut Ngatimin (2000) sikap dapat diartikan sebagai suatu
bentuk respon evaluatif, yaitu respon yang sudah dalam pertimbangan
dengan individu yang bersangkutan. Sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap merupakan sesuatu yang tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
52/94
48
Menurut Newcomb dalam Notoadmojo (2012), sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Diagram dibawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut.
Gambar 1. Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi
1.
Komponen pokok sikap
Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoadmojo menjelaskan
bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu ;
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c.
Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Stimulus
rangsangan
Reaksi
Tingkah laku
(terbuka)
Proses stimulus
Sikap
(tertutup)
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
53/94
48
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Dalam penentuansikap yang utuh ini,
pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan yang
penting.
2.
Tingkatan sikap
Ada beberapa tingkatan dari sikap yaitu :
a.
Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)
b. Merespon (responding)
Memeberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
mnyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Sebab dengan seseorang mengerjakan suatu pekerjaan terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima
ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
54/94
48
3.
Praktik atau tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata yang
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah faktor dukungan (support) dari pihak lain misalnya dari
suami,orang tua atau mertua dan lain-lain. Praktik ini mempunyai
beberapa tingkatan yaitu :
a.
Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkatan
pertama.
b. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau suatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia
sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d. Adaptasi (adaption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
55/94
48
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Menurut Anwar (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
sikap terhadap objek sikap antara lain :
a. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena
itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu
cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang
dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan, tanpa didasari kebudayaan telah menanamkan
garis yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena
kebudayaanlah yang member corak pengalaman individu atau
masyarakat
d. Media massa, dalam pemberian surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan
secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama, konsep moral dan ajaran
dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
56/94
48
sistem kepercayaan, tidak mengherankan pada gilirannya konsep
tersebut mempengaruhi sikap
f. Faktor emosional, kadang kala suatu bentuk merupakan pernyataan
yang disadari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
57/94
48
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Secara rinci variabel-variabel yang berhubungan dengan pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang
inisiasi menyusui dini (IMD) adalah :
IMD
Ket :
: Variabel Dependen
: Variabel Independen
: Sebelum diberikan pendidikan kesehatan
: Sesudah diberikan pendidikan kesehatan
Pendidikan Kesehatan
Pengetahuan dan
Sikap
Pengetahuan dan
Sikap
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
58/94
48
B. Hipotesis Penelitian
1.
Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil
tentang inisiasi menyusui dini pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Walenrang.
2. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu hamil tentang
inisiasi menyusui dini pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Walenrang.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
59/94
48
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah
quasy aksperimen dengan rancangan one group pre test-post test, yaitu
rancangan eksperimen dengan cara sampel diberikan kuesioner
(pengukuran) sebelum dan setelah dilakukan treatment (perlakuan).
Bentuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pre test Perlakuan Post test
T1 X T2
Keterangan :
T1 : Pre test adalah pengukuran pertama yang dilakukan pada ibu
hamil sebelum diberikan pendidikan kesehatan.
X : Pemberian perlakuan berupa pendidikan kesehatan tentang
inisiasi menyusui dini pada bayi.
T2 : Post test adalah pengukuran kedua yang dilakukan pada ibu hamil
setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pendidikan kesehatan
pada ibu hamil tentang pentingnya inisiasi menyusui dini pada bayi.
Pengukuran tingkat pengetahuan dan sikap dilakukan sebelum dan setelah
diberikan pendidikan kesehatan dengan memberikan kuesioner. Adapun
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
60/94
48
pendidikan kesehatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan
kesehatan tentang inisiasi menyusui dini pada bayi.
B. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen yang merupakan
sumber informasi dalam suatu penelitian (Dharma, 2011). Yang
dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah (ibu hamil) yang
berkunjung di Posyandu pada Wilayah kerja Puskesmas Walenrang
Kab. Luwu. Jumlah kunjungan ibu hamil dari bulan Januari sampai
dengan Juni sebanyak 186 ibu hamil. Jadi jumlah kunjungan ibu hamil
rata-rata 30 orang/bulan.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari polulasi dimana peneliti langsung
mengumpulkan data atau melakukan pengamatan pada unit ini. Jadi,
sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian dari ibu hamil sebanyak 30
responden.Berdasarkan teknik pengambilan sampel yang dilakukan
sesuai dengan keinginan peneliti yang sesuai dengan kriteria :
a. Kriteria Inklusi :
1) Semua (ibu hamil) yang berkunjung ke Posyandu wilayah kerja
Puskesmas Walenrang dengan usia kehamilan > 28 minggu
2) Ibu hamil yang pintar baca tulis
3) Bersedia untuk menjadi responden
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
61/94
48
b.
Kriteria Eksklusi :
1)
Manolak untuk dijadikan responden
3. Sampling
Teknik pengambilan sampel (sampling) adalah suatu proses seleksi
sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada
sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan polulasi yang ada
(Hidayat, 2009). Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang
sesuai dengan keinginan peneliti (pengambilan sampel berdasarkan
kriteria tertentu).
C. Variabel Penelitian
1.
Identifikasi Variabel
Variabel adalah karateristik subjek penelitian yang berubah dari
suatu subjek ke subjek lainnya, sehingga variabel dapat pula disebut
sebagai karateristik suatu benda atau subjek. Menurut fungsinya dalam
konteks penelitian secara keseluruhan, khususnya dalam hubungan
antar variabel terdapat beberapa jenis, yaitu :
a. Variabel independen
Yang menjadi variabel independen pada penelitian ini adalah
pendidikan kesehatan tentang inisiasi menyusui dini pada bayi.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
62/94
48
b.
Variabel dependen
Yang menjadi veriabel dependen pada penelitian ini adalah
pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusui dini
c. Variabel moderat
Yang menjadi veriabel moderat pada penelitian ini adalah
pendidikan dan pekerjaan ibu hamil.
D. Defenisi Operasional
1.
Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
a.
Pendidikan kesehatan
Yang dimaksud dengan pendidikan kesehatan dalam penelitian
ini adalah penyuluhan kesehatan pada ibu hamil tentang inisiasi
menyusui dini pada bayi. Adapun caranya adalah dilakukan
penyuluhan tentang pengertian inisiasi menyusui dini, prinsip
inisiasi menyusui dini, manfaat inisiasi menyusui dini, langkah-
langkah inisiasi menyusui dini, perilaku bayi saat inisiasi menyusui
dini, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi
menyusui dini pada bayi dengan alat leflet.
b. Pengertahuan ibu hamil
Yang dimaksud dengan pengetahuan ibu hamil dalam penelitian
ini adalah kemampuan ibu hamil untuk mengetahui tentang
pengertian inisiasi menyusui dini, prinsip inisiasi menyusui dini,
manfaat inisiasi menyusui dini, langkah-langkah inisiasi menyusui
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
63/94
48
dini, perilaku bayi saat inisiasi menyusui dini, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada bayi
yang diukur dengan menggunakan kuesioner dengan tipe multiple
choice yang terdiri atas 15 pertanyaan. Penilaian dilakukan dengan
skala Guttmanyakni dengan skor 1 jika benar dan 0 jika salah.
Kriteria Objektif
Baik : Bila skor responden 7,5
Kurang : Bila skor responden < 7,5
c.
Sikap ibu hamil
Yang dimaksud dengan sikap ibu hamil dalam penelitian ini adalah
kepercayaan ibu hamil sehingga dapat menerima, merespon,
menghargai, bertanggung jawab dan komitmen untuk memberikan
inisiasi menyusui dini pada bayinya. yang diukur dengan
menggunakan kuesioner skala Likert yakni dengan nilai :
4 = sangat setuju, 3 = setuju, 2= tidak setuju, 1= sangat tidak setuju
Kriteria Objektif :
Baik : Bila skor responden 25
Kurang : Bila skor responden < 25
E. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Lokasi yang dipakai penulis untuk melakukan penelitian adalah di
Posyandu pada wilayah kerja Puskesmas Walenrang.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
64/94
48
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015
F. Instrumen Penelitian
Alat dan instrument yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Leaflet mengenai IMD (terlampir)
Leaflet mengenai IMD didefinisikan sebagai leaflet yang
berisiinformasi mengenai Inisiasi Menyusu Dini bagi ibu hamil.
Informasi yangtercantum dalam leaflet antara lain pengertian inisiasi
menyusui dini, tujuan, manfaat, tatalaksana, dan faktor penghambat
inisiasi menyusui dini.
b. Surat permohonan menjadi responden (terlampir)
c. Surat pernyataan bersedia menjadi responden (terlampir)
d.
Kuesioner pengukuran tingkat pengetahuan.
Kuesioner tingkat pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan dengan
pilihan jawaban benar atau salah yang diukur dengan menggunakan
kuesioner dengan tipe multiple choicedengan menyediakan alternatif
jawaban a, b, dan c. Penilaian dilakukan dengan skala Guttman yakni
dengan skor 1 jika benardan 0 (nol) jika salah,
e. Kuesioner pengukuran sikap
Menggunakan kuesioner skala Likert yakni dengan nilai :
4 = sangat setuju (SS), 3 = setuju (S), 2= tidak setuju (TS), 1= sangat
tidak setuju (STS).
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
65/94
48
f.
Form catatan data diri responden (log book)
Form catatan diri responden (log book) disusun agar memudahkan
peneliti untuk mengetahui data responden,serta kuesioner yang telah
diisi. Form ini berisi nama, alamat, nomor telepon/HP, danchecklist
post test yang telah dilakukan.
G. Prosedur Pengumpulan Data
1.
Pengumpulan data
Pengumpulan data pada saat penelitian dilakukan dengan
caramengambil data primer dan data sekunder.
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara). Peneliti mengambil data perimer
melalui metode survey dan observasi.
b. Data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Peneliti mengambil data sekunder dari berbagai referensi
buku dan internet.
Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu
peneliti meminta izin kepada Kepala Puskesmas Walenrang untuk
melakukan penelitian di Puskesmas yang dipimpin. Setelah
mendapat izin, peneliti menyebarkan instrumen data kepada ibu
hamil yang dijadikan sebagai responden. Dimana pada saat pengisian
kuesioner, peneliti menjelaskan petunjuk pengisian data yang kurang
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
66/94
48
dimengerti. Kuesioner yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan
dicek oleh peneliti untuk diolah dan dianalisis.
2. Pengolahan data
Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu data harus diolah
dengan tujuan mengubah data menjadi informasi.
a. Seleksi
Seleksi yaitu upaya untuk memilih populasi yang akan dijadikan
sampel dalam penelitian. Sampel diambil untuk mewakili populasi
yang ada sehingga data dapat memberikan makna.
b.
Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
c. Coding
Coding merupakan kegiatan pembagian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting karena pengolahan dan analisa data dalam peneelitian
ini menggunakan komputer.
d. Data entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel, kemudian peneliti membuat
distribusi frekuensi sederhana.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
67/94
48
H. Analisa Data
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian
akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dianalisis. Pada penelitian ini, data yang telah terkumpul
dianalisis dengan teknik analisis univariat dan bivariat.
a. Analisa univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil
penelitian. Analisa ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap
variabel yang diteliti.
b.
Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas
terhadap variabel independen dengan menggunakan uji Wilcoxon
Signed Ranks Test dengan menggunakan computer program SPSS 20
I. Etika penelitian
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian ini berhubungan langsung dengan
manusia, maka segi etika penelitian harus senantiasa diperhatikan
(Hidayat, 2010), seperti :
1. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti.
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan
dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
68/94
48
pengumpulan data. Jika calon responden bersedia untuk diteliti, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Bila calon
responden menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap
menghormati haknya.
2. Tanpa nama (anonimity)
Kerahasiaan responden harus selalu terjaga. Untuk menjaga
kerahasiaan tersebut, peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden, pada lembar pengumpulan data dan pada lembar
kuesioner, cukup diberikan kode tertentu sebagai identifikasi subjek.
3.
Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
69/94
48
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Walenrang, dari tanggal
25 agustus sampai 10 september 2015. Selanjutnya peneliti melakukan kerja sama
dengan penanggung jawab Puskesmas Wara Utara dan meminta bantuan kepada
petugas Puskesmas untuk menunjukan identitas responden yang ada pada wilayah
kerjanya sesuai dengan kriteria responden yang telah ditetapkan, pengambilan data
sekunder pada rekam medik dengan jumlah sasaran yaitu sebanyak 30 responden.
Kemudian melakukan kunjungan rumah untuk pendekatan kepada calon responden
dengan memberi penjelasan sesuai dengan etika penelitian dan mempersilahkan
responden menandatangani lembar persetujuan responden. Setelah mendapat
persetujuan dari responden, peneliti mulai melakukan pre test dengan observasi
yang disertai wawancara terpimpin dilakukan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dan sikap orang tua. Setelahpre testdiberikan intervensi dalam bentuk
pendidikan kesehatan. Setelah itu responden kembali di observasi dan wawancara,
kemudian dibandingkan jawaban responden pre test dan post test . kemudian
ditampilkan tingkat pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah pemberian
pendidikan kesehatan. Hasil data yang diperoleh lalu disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi meliputi karakteristik responden dan analisa adapun data yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat distribusi
frekuensi baik yang diteliti maupun tidak diteliti.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
70/94
48
a. Karakteristik data demografi responden
Tabel 5.1
Distribusi responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan ibu hamil tentang inisiasi menyusui dini (IMD)
pada bayi diwilayah kerja Puskesmas Walenrang
No. Karakteristik Katagori Frekuensi (%)
1 Umur 20-29 tahun 14 46,7
30-39 tahun 11 36,7
40-49 tahun 5 16,7
2 Pendidikan Tidak Tamat SD 0 0,0
SD 7 23,3
SMP 5 16,7
SMA 11 36,7
PT 7 23,3
3 Pekerjaan PNS 4 13,3
Wiraswasta 5 16,7
IRT 21 70,0
Sumber : Data primer 2015
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
71/94
48
Berdasarkan Tabel 5.1 diatas menunjukan distribusi frekuensi
responden berdasarkan krakteristik demografi. Berdasarkan distribusi
frekuensi menurut kelompok umur, sebagian besar berumur 20-29 tahun yaitu
14 (46,7%) responden, setelah itu kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 11
(36,7%) responden, dan umur 40-49 tahun tahun sebanyak 5 (16,7%)
responden.
Distribusi frekuensi responden menurut tingkat pendidikan, sebagian
besar berpendidikan rendah/dasar yaitu tidak tamat SD sebanyak 0 (0,0%)
responden, SD sebanyak 7 (23,3%) responden, SMP sebanyak 5 responden
(16,7%) , SMA sebanyak 11 responden (36,7%), PT sebanyak 7 responden
(23,3%).
Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan responden yaitu
responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 4 responden (13,3%),
Wiraswasta sebanyak 5 responden (16,7%), dan IRT sebanyak 21 responden
(70,0%).
b. Karakteristik variabel yang diteliti.
1). Pre Test Pengetahuan
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden pre test pengetahuan ibu hamil tentang
inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja
Puskesmas Walenrang
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
72/94
48
Pengetahuan Frekuensi (%)
Baik 10 33,3
Kurang 20 66,7
Total 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan Tabel 5.2 diatas menunjukan bahwa distribusi
frekuensi responden Pre test pengetahuan tentang (IMD), dimana tingkat
pengetahuan baik sebanyak 10 responden (33,3%) dan responden yang
mempunyai tingkat pengetahuan kurang 20 (66,7%) responden.
2). Post Test Pengetahuan.
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden post test pengetahuan ibu hamil tentang
inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja
Puskesmas Walenrang
Pengetahuan Frekuensi (%)
Baik 21 70,0
Kurang 9 30,0
Total 30 100
Sumber : Data primer 2015
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
73/94
48
Berdasarkan Tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa distribusi
frekuensi responden Post test pengetahuan tentang (IMD), yaitu
responden dengan tingkat pengetahuan baik, yaitu 21 responden (70,0%)
rata-rata responden mempunyai tingkat kemandirian baik, jika
dibandingkan dengan tingkat kemandirian kurang sebanyak yaitu 9 (30,0
%) responden.
3). Pre Test Sikap
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden pre test sikapibu hamil tentang inisiasi
menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja
Puskesmas Walenrang
Sikap Frekuensi (%)
Positif 14 46,7
Negatif 16 53,3
Total 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan Tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa distribusi
frekuensi responden Pre test sikap tentang (IMD), dimana responden yang
memiliki sikap positif sebanyak 14 responden (46,7%) dan responden yang
memiliki sikap negatif sebanyak 16 (53,3%) responden.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
74/94
48
4). Post Test Sikap.
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi responden post test sikap ibu hamil tentang inisiasi
menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja
Puskesmas Walenrang
Sikap Frekuensi (%)
Positif 26 86,7
Negatif 4 13,3
Total 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan Tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa distribusi
frekuensi responden Post test sikap tentang (IMD), dimana responden
yang memiliki sikap positif sebanyak 26 responden (86,7%) dan
responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 4 (13,3%) responden.
2. Analisa Bivariat
Untuk melihat gambaran sebelum diberikan pendidikan kesehatan kepada
ibu hamil tentang (IMD) (pre test) dan setelah diberikan pendidikan kesehatan
(post test) terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusui
dini pada bayi. Penyebaran kuasioner diberikan kepada rersponden sebelum dan
setelah diberikan pendidikan kesehatan. Penelitian memberikan pre test dan
melakukan intervensi pada hari yang sama, kemudian tiga hari berikutnya
dilakukan kembali post test.
7/25/2019 SKRIPSI RACHMI
75/94
48
Tabel 5.6
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil
tentang inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi di wilayah
Kerja Puskesmas Walenrang
Pengetahuan
Pre Test Post Test
Sig.
Mean
Std.
Deviasi
Mean
Std.
Deviasi
1,67 0,479 1,30 0,466 0,001
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan bahwa Pengetahuan ibu hamil
sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pre test) rata-rata 1,67 dan setelah
diberikan pendidikan kesehatan (post test) rata-rata 1,30. Dengan menggunakan
uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan nilai p=0,001 yang berarti ada
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi
menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja Puskesmas Walenrang.
Tabel 5.7
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap