Top Banner
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP PESERTA DIDIK MELALUI PELATIHAN GURU DENGAN VCD PEMODELAN DAN PENDAMPINGAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERCIRIKAN PENDAYAGUNAAN ALAT PERAGA MATERI POKOK LUAS BANGUN DATAR KELAS V SD SEKARAN 2 TAHUN PELAJARAN 2006/2007 Skripsi diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Matematika oleh A. Subhan 4101403014 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007
92

skripsi PTK

Oct 20, 2015

Download

Documents

;)
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: skripsi PTK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP

PESERTA DIDIK MELALUI PELATIHAN GURU

DENGAN VCD PEMODELAN DAN PENDAMPINGAN

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERCIRIKAN

PENDAYAGUNAAN ALAT PERAGA MATERI POKOK

LUAS BANGUN DATAR KELAS V SD SEKARAN 2

TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Skripsi

diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Matematika

oleh

A. Subhan

4101403014

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

Page 2: skripsi PTK
Page 3: skripsi PTK

ABSTRAK

A. Subhan. 2007. Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Sikap Peserta Didik melalui Pelatihan Guru dengan VCD Pemodelan dan Pendampingan pada Pembelajaran Matematika Bercirikan Pendayagunaan Alat Peraga Materi pokok Luas Bangun Datar Kelas V SD Sekaran 2 Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi jurusan matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci: Pemahaman Konsep, Sikap, Pelatihan, VCD Pemodelan,

Pendampingan

Peserta didik kurang memahami konsep yang diajarkan. Hal ini karena guru jarang menggunakan alat peraga. Penggunaan alat peraga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep. Pembelajaran matematika dengan pendayagunaan alat peraga belum optimal tanpa adanya kesiapan guru sebagai pelaksana pembelajaran. Untuk meningkatkan kesiapan guru dalam pembelajaran, perlu adanya suatu pelatihan. Pelatihan ini dapat dilakukan melalui VCD pemodelan yang disertai pendampingan. Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah melalui pelatihan dengan VCD pemodelan dan pendampingan untuk guru dapat meningkatkan pemaham konsep dan sikap peserta didik kelas V SD Sekaran 2 terhadap pembelajaran matematika materi pokok luas bangun datar. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemaham konsep dan sikap peserta didik kelas V SD Sekaran 2 terhadap pembelajaran matematika materi pokok luas bangun datar.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini diawali dengan pelatihan melalui VCD pemodelan yang dilanjutkan dengan pendampingan. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, hal ini karena pemahaman konsep meerupakan pengetahuan tingkat dasar sehingga bisa diselesaikan dengan cepat. Selain itu materi luas bangun datar sedikit dan dapat diselesaikan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi pemahaman konsep, sikap, aktivitas peserta didik, dan aktivitas guru. Pemahaman konsep diambil dengan tes, sikap diambil dengan angket, aktivitas peserta didik diambil melalui lembar pengamatan aktivitas peserta didik dan aktivitas guru diambil dengan lembar pengamatan aktivitas guru. Kajian utama penelitian ini adalah pemahaman konsep. Pemahaman konsep merupakan pengetahuan dasar dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Peserta didik harus menguasai pemahaman konsep dengan baik agar bisa belajar untuk pengetahuan yang ada di atasnya yaitu pemecahan masalah, penalaran komunikasi, dan analisis, dengan demikian pembelajaran akan berlangsung secara potimal. Oleh karena itu, batas indikator keberhasilannya cukup tinggi, yaitu jika nilai rata-rata kelas ≥ 75 dengan batas ketuntasan 70% dan sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika ≥ 75% adalah positif.

Penelitian ini memberikan hasil yang baik. Pada siklus 1, rata-rata pemahaman konsep adalah 78,77 dengan ketuntasan 58,3%. Rata-rata sikap 81,67

ii

Page 4: skripsi PTK

dengan ketuntasan 66,67%. Nilai aktivitas peserta didik dan guru masing-masing adalah 78,38 dan 75. Pada siklus 2, rata-rata pemahaman konsep adalah 85,88 dengan ketuntasan 83,33%. Rata-rata sikap 86,67 dengan ketuntasan 75%. Aktivitas peserta didik dan guru masing-masing adalah 83,33 dan 81,25.

Hasil akhir yang diperoleh setelah siklus 2 terjadi peningkatan. Kesimpulannya bahwa pembelajaran matematika bercirikan pendayagunaan alat peraga yang didukung kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan sikap peserta didik. Kesiapan guru dapat ditingkatkan melalui pelatihan dengan VCD pemodelan dan pendampingan. Saran yang dapat diajukan bahwa kemampuan pemahaman konsep merupakan kemampuan dasar, di atasnya ada kemampuan pemecahan masalah, penalaran, dan analisis. Kemampuan pemahaman konsep sangat diperlukan dalam rangka menuju ke tingkat kemampuan di atasnya. Oleh karena itu, guru harus berusaha agar setiap peserta didik memahami konsep yang diajarkan. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kajian utama penalaran komunikasi, pemecahan masalah maupun analisis.

iii

Page 5: skripsi PTK

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Meningkatkan pemahaman konsep dan sikap peserta didik

melalui pelatihan guru dengan VCD pemodelan dan pendampingan pada

pembelajaran matematika bercirikan pendayagunaan alat peraga materi pokok

luas bangun datar kelas V SD Sekaran 2 tahun pelajaran 2006/2007” telah

dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada

Hari : Senin

Tanggal : 13 Agustus 2007

Panitia:

Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S., M.S. Drs. Supriyono, M.Si. NIP. 130781011 NIP.130815345

Dosen Pembimbing I Ketua Penguji,

Dra. Kusni, M.Si. Drs. Suhito, M.Pd. NIP. 130515748 NIP.130604210 Dosen Pembimbing II Anggota Penguji,

Dra. Isti Hidayah, M.Pd. Dra. Kusni, M.Si. NIP. 131813672 NIP. 130515748

Anggota Penguji,

Dra. Isti Hidayah, M.Pd. NIP. 131813672

iv

Page 6: skripsi PTK

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr:1-3) Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?(QS. Al An’aam:32)

PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: Keluargaku: Ibu, ayah, mbak mina,mas mahmudi, mas syafak, mbak khusnul, dek wahyu, kakak ipar dan keponakanku. Bapak Nursalim, bapak kos yang paling baik. Buat sahabat pendidikan matematika 2003 Buat UKKI, dan ikhwah di UNNES, tetap berjuang, berjuang dan berjuang.

v

Page 7: skripsi PTK

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala syukur hanya kita serahkan pada Alloh s.w.t., Robb semesta alam,

tempat kita bergantung dan berlindung dari berbagai problematika kehidupan.

Sholawat serta salam senantiasa terlimpah pada uswah dan qudwah terbaik

sepanjang masa, Nabi Muhammad s.a.w. beserta penegak sunnahnya hingga hari

akhir kelak.

Atas izin Allah SWT, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak membuat penulis lebih semangat untuk menyusun

skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini ucapan terimakasih penulis

tujukan kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Kasmadi Imam S., M.S., Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang,

yang telah memberikan kemudahan administrasi selama penyusunan skripsi

ini.

3. Drs. Supriyono, M.Si., Ketua Jurusan Matematika Universitas Negeri

Semarang, atas segala kemudahan administrasi yang diberikan selama

penyusunan skripsi ini.

4. Tim Research Grant Program Due-like Batch III Jurusan Matematika

Universitas Negeri Semarang atas bantuan dan dukungan selama pelaksanaan

penelitian.

vi

Page 8: skripsi PTK

5. Dra. Kusni, M.Si., Kepala Laboratorium Matematika sekaligus Dosen

Pembimbing Utama pada penyusunan skripsi ini.

6. Dra. Isti Hidayah, M.Pd., Dosen Pembimbing Pembantu yang telah

memberikan ide, bantuan, bimbingan yang sangat berarti untuk penyusunan

skripsi ini.

7. Isman, S.Pd., Kepala SD Sekaran 2 yang telah memberikan izin untuk

penelitian.

8. Siti Barokah, S.Pd., guru kelas V yang telah membantu terlaksananya

penelitian.

9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Demikian apa yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini bisa

bermanfaat untuk para pembaca yang budiman. Atas segala perhatiannya penulis

ucapkan terima kasih.

Semarang, Agustus 2007

Penulis

vii

Page 9: skripsi PTK

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................... i

ABSTRAK.................................................................................... ii

PENGESAHAN............................................................................ iv

MOTTO dan PERSEMBAHAN................................................... v

KATA PENGANTAR.................................................................. vi

DAFTAR ISI................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1

B. Permasalahan......................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7

E. Penegasan Istilah................................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan Skripsi............................................................... 11

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS............................ 13

A. Landasan Teori..................................................................................... 13

1. Belajar dan Pembelajaran............................................................... 13

2. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar (SD).............................. 15

3. Kurikulum....................................................................................... 17

a. Pengertian Kurikulum............................................................... 17

b. Kurikulum Berbasis kompetensi............................................... 18

viii

Page 10: skripsi PTK

4. Media Pembelajaran............................................................ ............ 21

5. Pelatihan.......................................................................................... 26

6. Pendampingan................................................................................. 28

a. Pengertian pendampingan......................................................... 28

b. Peran Pendamping.................................................................... 29

7. Pemahaman Konsep....................................................................... 31

8. Sikap............................................................................................... 33

a. Pengertian Sikap....................................................................... 33

b. Aspek Sikap.............................................................................. 34

c. Pembentukan dan Perubahan (pengembangan sikap).............. 35

9. Bidang Datar................................................................................... 37

a. Trapesium ................................................................................ 37

b. Jajar Genjang............................................................................ 38

B. Kerangka Berpikir................................................................................. 39

C. Hipotesis Tindakan............................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 43

A. Subjek dan Seting Penelitian................................................................ 43

B. Fokus Penelitian.................................................................................... 43

C. Desain Penelitian.................................................................................. 43

D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data...................................... 54

E. Indikator Keberhasilan.......................................................................... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................. 56

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I............................................ 56

ix

Page 11: skripsi PTK

1. Hasil Penelitian............................................................................... 56

2. Pembahasan.................................................................................... 58

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II.......................................... 66

1. Hasil Penelitian............................................................................... 66

2. Pembahasan..................................................................................... 68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.................................................... 76

A. Simpulan............................................................................................... 76

B. Saran..................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 78

x

Page 12: skripsi PTK

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar nama peserta didik....................................................... 80

Lampiran 2. Rencana pembelajaran siklus 1............................................... 81

Lampiran 3. Lembar kerja peserta didik siklus 1........................................ 87

Lampiran 4. Latihan soal siklus 1................................................................ 89

Lampiran 5. Jawaban latihan soal siklus 1 ............................................. 90

Lampiran 6. Kisi-kisi evaluasi siklus 1....................................................... 91

Lampiran 7. Lembar evaluasi siklus 1........................................................ 92

Lampiran 8. Jawaban lembar evaluasi siklus 1........................................... 93

Lampiran 9. Rencana pembelajaran siklus 2............................................... 94

Lampiran 10. Lembar kerja peserta didik siklus 2 ................................. 100

Lampiran 11. Latihan soal siklus 2.............................................................

102

Lampiran 12. Jawaban latihan soal siklus 2................................................ 103

Lampiran 13. Kisi-kisi evaluasi siklus 2..................................................... 104

Lampiran 14. Lembar evaluasi siklus 2....................................................... 105

Lampiran 15. Jawaban lembar evaluasi siklus 2.......................................... 106

Lampiran 16. Lembar pengamatan aktivitas peserta didik.......................... 107

Lampiran 17. Lembar pengamatan guru...................................................... 108

Lampiran 18. Angket sikap peserta didik.................................................... 109

Lampiran 19. Data hasil evaluasi siklus 1 tentang pemahaman konsep...... 110

Lampiran 20. Data hasil angket sikap peserta didik pada siklus 1.............. 111

Lampiran 21. Prosentase Angket Sikap Peserta didik Tiap

Butir Soal pada Siklus 1 ........................................................ 112

Lampiran 22. Data hasil lembar aktivitas guru pada siklus 1....................... 113

Lampiran 23. Data hasil lembar aktivitas peserta didik pada siklus 1......... 115

Lampiran 24. Data hasil evaluasi siklus 2 tentang pemahaman konsep...... 116

Lampiran 25. Data hasil angket sikap peserta didik pada siklus 2.............. 117

Lampiran 26. Prosentase Angket Sikap Peserta didik Tiap

Butir Soal pada Siklus 21.......................................................... 118

xi

Page 13: skripsi PTK

Lampiran 27. Data hasil lembar aktivitas guru pada siklus 2........................ 119

Lampiran 28. Data hasil lembar aktivitas peserta didik pada siklus 2........... 121

Lampiran 29. Surat ijin penelitian................................................................. 122

Lampiran 30. Surat keterangan telah melakukan penelitian.......................... 123

Lampiran 31. Dokumentasi kegiatan............................................................. 124

xii

Page 14: skripsi PTK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk

memacu penguasaan ilmu pengetahuan, matematika memegang peranan

penting dalam pendidikan baik sebagai objek langsung (fakta, konsep, prinsip)

maupun objek tak langsung (sikap kritis, logis, dan tekun). Karena pentingnya

matematika, mata pelajaran matematika menjadi salah satu mata pelajaran

wajib yang diberikan di sekolah mulai dari jenjang terendah yaitu sekolah

dasar sampai jenjang tertinggi yaitu sekolah menengah atas. Bahkan

matematika juga dipelajari sampai tingkat perguruan tinggi terutama pada

jurusan ilmu eksakta.

Mata pelajaran matematika diberikan dalam suatu proses

pembelajaran di kelas. Pembelajaran merupakan suatu sistem dengan

komponen-komponen yang saling berkaitan. Komponen-komponen

pembelajaran meliputi: peserta didik, guru, bahan ajar, kurikulum, sarana

prasarana, serta srategi pembelajaran. Suatu sistem akan mencapai suatu

keberhasilan jika komponen-komponen yang saling terkait bekerja secara

seimbang. Jika salah satu komponen saja tidak bekerja, maka dapat dipastikan

tidak akan memberikan hasil yang optimal.

Sebagai salah satu komponen pembelajaran, guru memegang fungsi

dan tanggungjawab paling besar dalam proses pembelajaran. Dari penelitian

untuk guru-guru di California, Michigan, dan Georgia (1976), guru-guru

Page 15: skripsi PTK

2

melaporkan bahwa mereka hanya menerima sedikit bantuan pengembangan

profesional pada saat mulai mengajar dan pada akhir-akhir pembelajaran pun

bantuan yang diterima sangat sedikit. Hal ini juga mungkin terjadi di

Indonesia.

Selain guru, komponen pembelajaran yang lain adalah kurikulum.

Salah satu kurikulum yang sedang berlaku di Indonesia saat ini adalah

kurikulum 2004 atau sering disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Pada kurikukum 2004 pembelajarannya harus dikaitkan dengan situasi di

dunia nyata peserta didik. Peserta didik dituntut untuk menguasai materi

sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Selain itu dalam

kurikulum ini peserta didik harus aktif untuk mencari, mengolah dan

menemukan dengan bimbingan proporsional dari guru dalam menemukan

suatu konsep.

Penggunaan sarana-prasarana juga sangat membantu proses

pembelajaran. Sarana-prasarana yang digunakan dalam pembelajaran

matematika adalah media pembelajaran. Salah satu dari media pembelajaran

adalah alat peraga. Hasil penelitian Isti dkk. (1999-2000) tentang

implementasi pembelajaran matematika bercirikan pendayagunaan alat peraga

menunjukkan bahwa pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran matematika

menjadikan pembelajaran matematika mudah dipahami oleh peserta didik,

peserta didik menjadi aktif (aktivitas belajar peserta didik meningkat), dan

menyenangkan. Hal ini sesuai dengan hal-hal yang harus diperhatikan dalam

setiap pelaksanakan pembelajaran dalam Standar Kompetensi Kurikulum

Page 16: skripsi PTK

3

2004. Hal senada juga diungkapkan oleh Piaget (Suherman, 2003:37) bahwa

perkembangan mental anak Sekolah Dasar (SD) berada pada tingkat operasi

konkret, tahap di mana pengerjaan-pengerjaan logis dapat dilakukan dengan

bantuan benda-benda konkret. Kekonkretan ini membantu peserta didik dan

guru memahami makna kata. Dengan demikian dalam pendidikan matematika

(pembelajaran matematika) dituntut adanya benda-benda konkret yang

merupakan model dari ide-ide matematika, dan juga benda konkret dapat

digunakan untuk penerapan matematika (Tim PKG, 1988: 1). Namun mereka

(para guru) belum mampu mengimplementasikan model-model pembelajaran

yang sesuai dengan rambu-rambu kurikulum 2004 dalam pembelajaran di

kelas (real teaching). Para guru masih mengalami kesulitan saat melaksanakan

tugas mengajar sesuai kurikulum 2004, diantaranya adalah pemanfaatan alat

peraga secara benar. Kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran masih

kurang, sehingga pembelajaran matematika yang ada belum optimal. Hal ini

menyebabkan peserta didik tidak menguasai konsep yang diajarkan dan hasil

belajarnya rendah. Oleh karena itu, kesiapan guru dalam melaksanakan

pembelajaran perlu ditingkatkan. Salah satu cara untuk meningkatkan

kesiapan guru adalah dengan memberi pelatihan.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimanakah strategi efektif untuk

melatih guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika sesuai kurikulum

2004? Dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, penelitian ini

dirancang untuk menerapkan strategi pelatihan dalam mengimplementasikan

pembelajaran matematika sebagai implementasi kurikulum 2004. Sesuai

Page 17: skripsi PTK

4

dengan komponen-komponen utama pelatihan, strategi pelatihan yang akan

diterapkan adalah pemodelan pembelajaran matematika bercirikan

pendayagunaan alat peraga riil di dalam kelas melalui VCD. Hal ini

dimaksudkan agar guru bisa menggunakan alat peraga secara benar dan guru

lebih siap melaksanakan pembelajaran matematika, karena seperti diketahui

bahwa penggunaan alat peraga pada pembelajaran matematika SD dapat

meningkatkan pemahaman konsep. Setelah adanya pendemonstrasian model-

model, selanjutnya diperlukan praktek yang disimulasikan dan seting kelas,

umpan balik terstruktur maupun open ended, serta pembekalan untuk aplikasi.

Maka dari itu setelah adanya pemodelan melalui VCD, penelitian ini

dirancang dengan adanya suatu pendampingan sebagai bentuk tindak lanjut

dari pemodelan. Dalam pendampingan ada suatu umpan balik dari pelatih

(guru model) baik secara terstruktur maupun open ended dengan harapan

setelah adanya suatu pendampingan guru mampu mengaplikasikan dan

mengembangkan sendiri dalam suatu pembelajaran di kelas.

Penelitian ini diawali dengan suatu pengamatan dan wawancara di SD

sekaran 2. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam

pembelajaran matematika guru kelas V selalu menggunakan metode

ekspositori tanpa adanya penggunaan alat peraga. Padahal penggunaan alat

peraga memudahkan peserta didik dalam memahami konsep. Hal ini menjadi

salah satu sebab nilai matematika peserta didiknya belum optimal. Sehingga

untuk mata pelajaran matematika guru hanya berani menetapkan batas

ketuntasan nilai 60 sebesar 60%. Padahal, pemahaman konsep merupakan ≥

Page 18: skripsi PTK

5

pengetahuan dasar dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Peserta

didik harus menguasai pemahaman konsep dengan baik agar bisa belajar

untuk pengetahuan yang ada di atasnya yaitu pemecahan masalah, penalaran

komunikasi, dan analisis, dengan demikian pembelajaran akan berlangsung

secara potimal. Oleh karena itu, batas ketuntasan pada penelitian ini yaitu jika

nilai rata-rata kelas ≥ 75 dengan batas ketuntasan 70% dan sikap peserta didik

terhadap pembelajaran matematika ≥ 75% adalah positif. Upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap peserta didik

kelas V SD Sekaran 2 sesuai indikator yang telah ditetapkan adalah dengan

pembelajaran matematika bercirikan pendayagunaan alat peraga yang

didukung dengan kesiapan guru sebagai pelaksana pembelajaran. Untuk

meningkatkan kesiapan guru dapat dilakukan dengan pelatihan melalui VCD

pemodelan yang disertai pendampingan.

Berdasarkan uraian di atas maka dilaksanakanlah penelitian tindakan

kelas untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan sikap peserta

didik kelas V SD Sekaran 2. Selanjutnya penelitian tindakan kelas ini diberi

judul “Meningkatkan pemahaman konsep dan sikap peserta didik melalui

pelatihan guru dengan VCD pemodelan dan pendampingan pada

pembelajaran matematika bercirikan pendayagunaan alat peraga materi pokok

luas bangun datar kelas V SD Sekaran 2 tahun pelajaran 2006/2007”.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 19: skripsi PTK

6

1. Apakah kemampuan pemahaman konsep peserta didik kelas V SD Negeri

Sekaran 2 pada materi pokok luas bangun datar dapat meningkat setelah

guru mendapat pelatihan dengan pemodelan melalui VCD disertai

pendampingan?

2. Apakah pelatihan dengan pemodelan melalui VCD disertai pendampingan

bagi guru dapat meningkatkan sikap peserta didik dalam pembelajaran

matematika pada materi pokok luas bangun datar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan perangkat pembelajaran (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran, Lembar Kegiatan Peserta didik, Alat Peraga) sesuai

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) khususnya materi luas daerah

trapesium dan luas daerah jajargenjang.

2. Meningkatkan kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga

mampu menjadi guru yang profesional.

3. Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta didik pada

pembelajaran matematika bercirikan pendayagunaan alat peraga materi

pokok luas bangun datar pada peserta didik kelas V SD Sekaran 2 setelah

guru mendapat pelatihan dengan pemodelan melalui VCD disertai

pendampingan.

4. Meningkatkan sikap peserta didik pada pembelajaran matematika

bercirikan pendayagunaan alat peraga materi pokok luas bangun datar

Page 20: skripsi PTK

7

pada peserta didik kelas V SD Sekaran 2 setelah guru mendapat pelatihan

dengan pemodelan melalui VCD disertai pendampingan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat yang berarti bagi pihak-pihak terkait.

1. Bagi Peserta didik

a. Peserta didik dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi

pokok luas bangun datar

b. Peserta didik memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran

matematika

c. Peserta didik dapat menjadi lebih aktif karena dilibatkan dalam proses

pembelajaran.

d. Melatih peserta didik untuk belajar bekerjasama dan berkomunikasi

dalam kelompok.

2. Bagi Guru

a. Membantu guru dalam mengimplementasikan pembelajaran

matematika sesuai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

b. Guru lebih siap untuk melaksanakan pembelajaran matematika yang

bercirikan pendayagunaan alat peraga.

c. Sebagai bahan rujukan bagi guru dalam meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep dan sikap peserta didik serta melaksanakan

pembelajaran yang menyenangkan.

d. Memberikan gambaran tentang penelitian tindakan kelas.

Page 21: skripsi PTK

8

e. Memberikan alternatif dalam mengajar materi bangun datar.

3. Bagi Peneliti

a. Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan penelitian tindakan

kelas yang nantinya dapat diterapkan setelah terjun di lapangan.

b. Mengetahui kekurangan dan kelemahan guru pada saat pembelajaran

yang dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki diri.

c. Peneliti dapat mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan

yang diperoleh selama perkuliahan ke dalam suatu pembelajaran

matematika.

4. Bagi Sekolah

a. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika khususnya

pada materi geometri.

b. Memberikan gambaran pada sekolah tentang cara melaksanakan

penelitian tindakan kelas.

E. Penegasan Istilah

Beberapa istilah yang yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Pelatihan

Pelatihan merupakan setiap usaha untuk memperbaiki performansi

pekerjaan pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung

jawabnya. Istilah pelatihan sering disamakan dengan pengembangan yaitu

suatu aktivitas yang merujuk pada peluang-peluang belajar yang didesain

khusus untuk membantu pertumbuhan profesional seseorang. Sedangkan

pelatihan yang dimaksud di sini adalah pelatihan yang ditujukan untuk

Page 22: skripsi PTK

9

guru dengan maksud agar guru lebih siap dalam melaksanakan

pembelajaran matematika. Pelatihan yang dilakukan disini merupakan

demonstrasi model pembelajaran di kelas melalui VCD.

2. Pemodelan

Menurut Nurhadi (2003:13) salah satu komponen dalam

pendekatan kontekstual adalah pemodelan atau modelling. Pada dasarnya

pemodelan membahas gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan

bagaimana guru mengiginkan para peserta didiknya untuk belajar dan

melakukan apa yang guru inginkan agar peserta didiknya melakukannya.

Sedangkan pemodelan yang dimaksud di sini adalah pemodelan yang

ditujukan untuk guru yang nantinya akan menerapkan pembelajaran pada

peserta didik sesuai dengan model yang diberikan pada pemodelan

tersebut. Pemodelan yang dilakukan untuk guru tersebut adalahpemodelan

melalui VCD yang berisi tentang pelaksanaan pembelajaran dengan

pendayagunaan alat peraga oleh guru model secara real teaching.

3. Pendampingan

Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat

bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam suatu kelompok.

Sedangkan pendampingan yang dilakukan pada penelitian ini adalah

pendampingan untuk guru dalam proses pembelajaran. Pendamping adalah

orang yang lebih ahli, sehingga pendamping pada penelitian ini adalah tim

pelatih itu sendiri. Guru dengan pendamping merupakan suatu bentuk

Page 23: skripsi PTK

10

kerjasama, sehingga antara keduanya kedudukannya seimbang.

Pendamping dan guru bukan sebagai atasan dan bawahan.

4. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk memperoleh makna

dari ide abstrak sehingga dapat digunakan atau memungkinkan seseorang

untuk mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu objek atau kejadiaan

tertentu. Pemahaman konsep untuk penelitian ini adalah pemahaman

konsep tentang materi yang akan diajarkan, yaitu luas daerah trapesium

dan jajar genjang. Adapun kriteria dari pemahaman konsep pada penelitian

ini adalah:

a Menyatakan ulang suatu konsep.

b Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

e Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi

tertentu.

g Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

5. Sikap

Sikap adalah kesediaan mental individu yang mempengaruhi

kegiatan individu yang bersangkutan dalam memberikan respon positif

atau negatif terhadap objek atau situasi yang mempunyai arti penting

Page 24: skripsi PTK

11

baginya. Sedangkan sikap pada penelitian ini lebih ditekankan pada sikap

peserta didik terhadap pembelajaran matematika.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut.

1. Bagian awal skripsi, berisi halaman judul, abstrak, halaman pengesahan,

motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran.

2. Bagian isi skripsi, terdiri atas:

Bab I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan

istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II : Landasan teori dan hipotesis, membahas teori yang melandasi

permasalahan skripsi beserta penjelasannya yang merupakan

landasan teoritis yang diterapkan dalam skripsi, materi pokok

yang terkait dengan pelaksanaan penelitian, kerangka berfikir,

dan hipotesis tindakan.

Bab III : Metode penelitian, berisi lokasi penelitian, subyek penelitian,

variabel penelitian, rencana tindakan dan indikator

keberhasilan.

Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang hasil-hasil

penelitian yang telah dilakukan disertai dengan

pembahasannya.

Page 25: skripsi PTK

12

Bab V : Penutup, berisi simpulan hasil penelitian dan saran-saran yang

diajukan.

3. Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran

Page 26: skripsi PTK

13

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Menurut Bruner (Suherman, 2003:43-44) belajar merupakan suatu

proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal yang

baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Masih menurut

Bruner, jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan (misalnya suatu

konsep matematika), pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap

tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur

kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-

sungguh (yang berarti proses pembelajaran terjadi secara optimal) jika

pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga tahap yang

macamnya dan urutanya adalah sebagai berikut.

a. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan

dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan

benda-benda konkret atau situasi yang nyata.

b. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan

dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk bayangan

visual, gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret

yang terdapat pada tahap enaktif.

c. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan

dimana pengetahuan itu direpresentasikan dengan simbol-simbol, baik

Page 27: skripsi PTK

14

simbol-simbol verbal, lambang-lambang matematika maupun lambang

lambang abstrak yang lain.

Jadi menurut Bruner, proses belajar akan berlangsung secara

optimal jika proses pembalajaran diawali dengan tahap enaktif, hal ini

berarti harus ada suatu benda-benda konkret atau situasi nyata. Benda-

benda konkret tersebut dapat berupa alat peraga.

Menurut Gagne (Suherman, 2003:33) setiap kegiatan belajar terdiri

atas 4 fase. Salah satu fasenya adalah fase aprehensi. Pada fase ini peserta

didik menyadari adanya stimulus yang terkait dengan kegiatan belajar

yang akan dilakukan. Dalam pelajaran matematika stimulus tersebut dapat

berupa seperangkat alat peraga yang berguna untuk pemahaman konsep

tertentu.

Ausubel menambahkan bahwa belajar akan bermakna jika peserta

didik mencoba menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan

yang sebelumnya (Suherman, 2003:32). Sedangkan Baruda

mengungkapkan bahwa siswa belajar melalui meniru. Siswa meniru hal-

hal yang dilakukan oleh orang lain terutama guru. Jadi jika gurunya

berperilaku baik maka siswa akan berperilaku baik pula. Dan sebaliknya

jika guru berperilaku buruk, maka siswa akan berperilaku buruk pula

(Suherman, 2005:35).

Sedangkan pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan

pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan

siswa yang beragam agar terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan

Page 28: skripsi PTK

15

siswa dan antara siswa dengan siswa. Pembelajaran matematika adalah

suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam

mengajarkan matematika kepada siswanya yang didalamnya terkandung

upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan,

potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa tentang matematika yang

beragam agar terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa dan

antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut

(Suyitno 2004:2).

Kegiatan pembelajaran berdasarkan Badan Standar Nasional

Pendidikan (2006:12) dirancang untuk memberikan pengalaman belajar

yang melibatkan poses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta

didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya

dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang

dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran

yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar

memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

2. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar (SD)

Menurut Piaget (Suherman, 2003:37-42) pembelajaran matematika

oleh seseorang akan mengikuti pola tahap-tahap perkembangan tertentu

sesuai dengan usianya. Perjenjangan ini sifatnya hierarki, artinya harus

dilalui berdasarkan urutan/tahapan.

a. Tingkat sensori motor (0-2 tahun), rabaan dan gerak merupakan hal-

hal yang penting dalam pengalamanya dan ia belajar berdasarkan

Page 29: skripsi PTK

16

pengalaman itu, serta berfikir dengan perbuatanya. Mereka

mengkoordinasi persepsi dan fungsi motorik untuk mengenal

dunianya.

b. Tingkat pra-operasional (2-7 tahun), tahap dimana anak mulai

mengenal lambang-lambang. Kemampuan melambangkan tampak

pada kegiatan bermain. Keterampilan-keterampilan mulai tumbuh

dengan baik dan faktor ini dapat mendorong anak terampil

menggunakan bahasa, mereka mulai belajar bernalar dan membentuk

konsep.

c. Tingkat operasi konkret (7-12 tahun), tahap dimana pengerjaan-

pengerjaan logis dapat dilakukan dengan benda-benda konkret.

Pengamatan dan pikiran memperlihatkan kemajuan. Anak mampu

mengkonversi angka, benda terutama yang konkret. Kekonkretan ini

membantu peserta didik dan guru memahami makna kata,

d. Tingkat operasional formal (12-dewasa), pengerjaan logis dapat

dilakukan tanpa bantuan benda-benda konkret. Pada tingkat ini anak

mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan hipotik, mereka

mampu menalar secara sistematik dan mampu menarik kesimpulan.

Pendapat Piaget ini didukung oleh Bruner yang menyatakan bahwa

usia Sekolah Dasar (SD), untuk mendapat daya tangkap dan serapnya

yang meliputi ingatan, pemahaman, dan pemahaman masih diperlukan

mata dan tangan (Tim PKG, 1988:1). Hal ini menunjukkan bahwa

pembelajaran matematika di SD diperlukan benda konkret.

Page 30: skripsi PTK

17

Prinsip prinsip pembelajaran matematika SD yang dicanangkan

Depdikbud (1993:1-2) antara lain:

a. Dalam menyajikan topik-topik baru hendaknya dimulai dari tahapan

yang paling sederhana menuju tahapan yang paling kompleks, dari

yang dekat dengan anak menuju ke lingkungan yang lebih luas;

b. Pengalaman-pengalaman sosial anak dan penggunaan benda-benda

konkret perlu dilakukan guru untuk membantu pemahaman anak

terhadap pengertian-pengertian dalam berhitung;

c. Setiap langkah dalam pembelajaran berhitung hendaknya diusahakan

melalui penyajian yang menarik untuk menghindarkan terjadinya

tekanan atau ketegangan pada diri anak.

Pembelajaran matematika harus dilakukan sesuai dengan kondisi

atau kebutuhan peserta didik, agar pembelajaran efektif dan

menyenangkan. Melalui berbagai kegiatan dalam mempelajari konsep

matematika dengan alat bantu berupa alat peraga, peserta didik akan aktif

dan asyik bekerja sama tanpa ada rasa tertekan atau tegang. Suasana

pembelajaran matematika menjadi suasana pembelajaran matematika yang

menyenangkan.

3. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Page 31: skripsi PTK

18

pendidikan tertentu. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan,

sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak (Nurhadi, dkk., 2004:85).

b. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004)

Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competency-Based Curriculum)

adalah kurikulum pendidikan yang menjadikan kompetensi sebagai acuan

pencapaian tujuan pendidikan. Kemampuan dan keterampilan apa yang

ingin dicapai peserta didik menjadi tujuan utama pembelajaran (Nurhadi,

dkk., 2004:111).

Kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakter sebagai berikut.

1) Menekankan pencapaian kompetensi peserta didik, bukan tuntasnya

materi.

2) Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, disesuaikan dengan potensi

peserta didik (normal, sedang, dan tinggi).

3) Berpusat pada peserta didik.

4) Orientasi pada proses dan hasil. Pendekatan dan metode yang

digunakan beragam dan bersifat kontekstual.

5) Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.

6) Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar.

7) Belajar sepanjang hayat (belajar mengetahui, melakukan, menjadikan

diri sendiri dan hidup dalam keberagaman) (Nurhadi, dkk., 2004:112).

Page 32: skripsi PTK

19

Dalam Kurikulum 2004 (Depdiknas, 2004:5), disebutkan bahwa

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika beberapa hal yang

harus diperhatikan adalah:

1) Mengkondisikan peserta didik untuk menemukan kembali rumus,

konsep, atau prinsip dalam matematika melalui bimbingan guru agar

peserta didik terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan

sesuatu.

2) Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

matematika, yang mencakup masalah tertutup dan masalah terbuka.

3) Beberapa keterampilan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan

masalah adalah :

a) Memahami soal, yaitu memahami dan mengidentifikasikan apa

yang diberikan, ditanyakan, diminta dicari, atau dibuktikan.

b) Memilih pendekatan atau strategi pemecahan, misalkan

menggambarkan masalah dalam diagram, memilih dan

menggunakan pengetahuan aljabar yang diketahui, serta konsep

yang relevan untuk membentuk model atau kalimat matematika.

c) Menyelesaikan model, yaitu melakukan operasi hitung secara

benar.

d) Menafsirkan solusi, yaitu mamperkirakan dan mameriksa

kebenaran jawaban.

4) Dalam setiap pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan

penguasaan materi prasyarat yang diperlukan.

Page 33: skripsi PTK

20

5) Dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya

dimulai dengan masalah kontekstual. Dengan mengajukan masalah –

masalah yang kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing

untuk menguasai konsep-konsep matematika

6) Sekolah dapat menggunakan teknologi seperti komputer, alat peraga

atau benda lainya untuk semakin meningkatkan efektivitas

pembelajaran

Sedangkan kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan

dapat tercapai dalam belajar matematika mulai dari SD sampai SMA,

adalah sebagai berikut.

1) Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari,

menjelaskan keterkaitan antar konsep (koneksi matematika) dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien

dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,

tabel, grafik atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.

3) Menggunakan penalaran pada pola, sifat, atau melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau

menjelaskan gagasan dalam pernyataan matematika.

4) Menunjukkan kemampuan strategis dalam membuat (merumuskan),

menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan

masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

Page 34: skripsi PTK

21

Pada kurikulum berbasis kompetensi ini, model pembelajaran yang

dipakai adalah model pembelajaran kontekstual. Seorang guru harus

mengaitkan dengan kehidupan nyata dalam setiap proses pembelajaranya.

Dalam pengambilan contoh-contoh maupun latihan soal, guru sebaiknya

menggunakan masalah sehari-hari. Masalah sehari-hari harus relevan

dengan daerah dimana peserta didik itu belajar. Contoh yang diberikan

adalah hal-hal yang sering dilihat dan dirasakan oleh peserta didik.

“Pembelajaran kontekstual dirancang dan dilaksanakan

berdasarkan landasan filosofis konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang

menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal” (Dirjen

Dikdasmen, 2002:11). Peserta didik harus mengkonstruksi pengetahuan di

benak pikiran mereka. Pada dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah-

pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah-pisah, akan

tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

4. Media Pembelajaran

Pada dasarnya anak belajar melalui benda atau objek konkret.

Karena itu dalam pembelajaran diperlukan media pembelajaran

matematika yang bisa dimanfaatkan untuk mengkonkretkan objek-objek

matematika yang sifatnya abstrak.

Tujuan pemanfaatan media adalah untuk menciptakan komunikasi

yang baik diantara guru dan peserta didik. Sebaliknya pemanfaatan yang

kurang tepat seringkali mengganggu komunikasi dan mengurangi

efektivitas pembelajaran. Pemanfaatan media bagus digunakan di kelas.

Page 35: skripsi PTK

22

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu komunikasi antara guru

dengan peserta didik sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan

menjadi efektif sehingga hasilnya pun optimal. Semakin banyak indra

yang dimanfaatkan oleh peserta didik, semakin baik daya ingat peserta

didik sebagaimana kerucut pengalaman E. Dale berikut (Arnie, 2002:75)

Kerucut pengalaman belajar

Yang kita ingat

Verbal

Visual

Berbuat

baca dengar

lihat

lihat dan

katakan

katakan dan lakukan

10%

20%

30%

40%

70%

90%

Salah satu media yang sering digunakan dalam proses

pembelajaran matematika adalah alat peraga. Beberapa telah menjelaskan

tentang media pembelajaran dalam pernyataan yang tidak sama,

pengertian-pengertian tersebut adalah:

a. Menurut Darhim: alat peraga yang penggunaanya diintegrasikan

dengan tujuan dan isi pembelajaran yang telah tertuang dalam Garis-

garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan bertujuan meningkatkan

untuk kualitas pembelajaran (kegiatan belajar mengajar)

b. Menurut Anderson : alat peraga sebagai media atau perlengkapan yang

digunakan untuk membantu guru mengajar

Page 36: skripsi PTK

23

c. Menurut Briggs: media pengajaran meliputi objek (benda nyata),

model, suara langsung, rekaman radio, pembelajaran terprogram,

televisi dan slide

d. Menurut Tim PKG: alat peraga merupakan benda-benda konkret

sebagai model dan ide-ide matematika dan untuk penerapanya

(Sugiarto dan Isti, 2005:4).

Alat peraga tersebut antara lain dapat berupa,

a. Model Bangun-bangun Geometri

Model bangun datar antara lain: persegi panjang, persegi, trapesium,

jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, segitiga, dan lingkaran.

Model bangun ruang seperti: balok, kubus, prisma, limas, tabung,

kerucut, bola, model kerangka, dan lain-lain.

b. Lembar Peraga

Lembar peraga ini dibuat dari kertas dengan ukuran kertas koran.

Lembar peraga dapat dibuat dari kertas koran, manila atau asturo.

Dengan lembar peraga dapat disajikan gambar-gambar geometri,

diagram dan lainya yang fungsinya di samping untuk mnjelaskan atau

membantu abstraksi peserta didik juga untuk empercepat proses

pembelajaran, juga sebagai variasi dalam mengajar.

c. Lembar Kerja Peserta Didik

Lembar kerja peserta didik berupa lembaran kertas yang berupa

informasi maupun soal-soal/ pertanyaan yang harus dijawab oleh

peserta didik. Lembar kerja peserta didik ini sangat baik digunakan

Page 37: skripsi PTK

24

dalam melibatkan peserta didik pada proses pembelajaran, baik

digunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk

memberikan latihan pengembangan.

d. Batang Berwarna

Alat peraga ini sangat bermanfaat dalam menjelaskan konsep bilangan,

pengerjaan-pengerjaan hitung, serta sifat-sifatya.

e. Alat Peraga Permainan

Alat peraga ini merupakan alat peraga matematika sebagai peraga

rekreasi, permainan, maupun teka-teki, dan biasanya digunakan untuk

meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menerapkan suatu

konsep.

Agar pemanfaatan atau penggunaan media/alat peraga dalam

pembelajaran efektif, maka strategi pendayagunaannya harus

memperhatikan kesesuaian media /alat peraga dengan:

a tujuan pembelajaran;

b materi;

c strategi pembelajaran (metode,pendekatan);

d kondisi : ruang kelas, waktu, benyak peserta didik;

e kebutuhan peserta didik (Sugiarto dan Isti, 2005:6).

Dengan menggunaan alat peraga maka:

a Proses belajar mengajar termotivasi, baik peserta didik maupun guru,

dan terutama peserta didik, minatnya akan timbul. Ia akan senang,

Page 38: skripsi PTK

25

terangsang, tertarik dan karena itu akan bersikap positif terhadap

pembelajaran matematika.

b Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan

karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan

pada tingkat-tingkat yang lebih rendah

c Hubungan antar konsep abstrak matematika dengan benda-benda di

alam sekitar lebih mudah dimengerti

d Konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk konkret yaitu

dalam bentuk model matematik yang dapat dipakai sebagai objek

penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi

baru menjadi bertambah banyak (Suherman, 2003:243).

Nilai praktis media pembelajaran antara lain adalah:

a Mampu mengatasi keterbatasan perbedaan pengalaman pribadi peserta

didik

b Mampu mengatasi keterbatasan ruang kelas

c Mampu mengatasi keterbatasan ukuran benda

d Mampu mengatasi keterbatasan kecepatan gerak benda

e Mampu mempengaruhi motivasi belajar peserta didik

f Mampu mempengaruhi daya abstraksi peserta didik

g Memungkinkan pembelajaran yang lebih bervariasi (Sugiarto dan Isti,

2005:5).

Alat peraga yang baik memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Syarat-syarat tersebut adalah :

Page 39: skripsi PTK

26

a tahan lama;

b bentuk dan warna menarik;

c dapat menyajikan dan memperjelas konsep;

d ukuran sesuai dengan kondisi fisik anak/peserta didik;

e tidak membahayakan;

f mudah disimpan saat tidak digunakan (Sugiarto dan Isti, 2005:5).

Perlu diingat bahwa pembelajaran menggunakan alat peraga tidak

selalu memberikan hasil yang lebih cepat, lebih meningkat, lebih menarik,

dan sebagainya. Kadang-kadang akan mendapatkan yang sebaliknya dan

bahkan ada kemungkinan menyebabkan peserta didik gagal dalam

pembelajaran.

a generalisasi konsep abstrak dari representasi hal-hal konkret tidak

tercapai

b alat peraga yang digunakan hanya sekedar sajian yang tidak memiliki

nilai-nilai yang tidak menunjang konsep-konsep

c tidak disajikan pada saat yang tepat

d memboroskan waktu

e digunakan kepada peserta didik yang sebenarnya tidak membutuhkan

f tidak menarik bahkan mempersulit pemahaman konsep (Sugiarto dan

Isti, 2005:6)

5. Pelatihan

Pelatihan merupakan usaha untuk memperbaiki performansi

pekerjaan pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung

Page 40: skripsi PTK

27

jawabnya. Istilah pelatihan sering disamakan dengan pengembangan yaitu

suatu aktivitas yang merujuk pada peluang-peluang belajar yang didesain

khusus untuk membantu pertumbuhan profesional seseorang.

Tujuan pelatihan atau pengembangan profesianal guru adalah

untuk memenuhi tiga kebutuhan:

a Kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan

yang efisian dan manusiawi serta melakukan adaptasi untuk

penyusunan kebutuhan-kebutuhan sosial

b Kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staff

pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas

c Kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong keinginan guru

untuk menikmati dan mendorong kehidupan pribadinya

Komponen-komponen utama pelatihan:

a. Pengajaran teori

b. Peragaan atau pendemonstrasian keterampilan-keterampilan atau

model-model

c. Praktik yang disimulasikan dan setting kelas

d. Umpan balik terstruktur

e. Umpan balik open ended

f. Pembekalan untuk aplikasi (Danim, 2002:59)

Page 41: skripsi PTK

28

6. Pendampingan

a Pengertian Pendampingan.

Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat

bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam suatu kelompok.

Kata pendampingan lebih bermakna pada kebersamaan, kesejajaran,

antara keduanya (pendamping dan yang didampingi), sehingga tidak

ada dikotomi antara atasan dan bawahan. Hal ini membawa implikasi

bahwa peran pendamping hanya sebatas pada memberikan alternatif,

saran, dan bantuan konsultatif dan tidak pada pengambilan keputusan

(BPKB Jawa Timur, 2001:5). Pendampingan berarti bantuan dari pihak

luar, baik perorangan maupun kelompok untuk menambahkan

kesadaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pemecahan

permasalahan kelompok. Pendampingan diupayakan untuk

menumbuhkan keberdayaan dan keswadayaan agar masyarakat yang

didampingi dapat hidup secara mandiri. Jadi pendampingan merupakan

kegiatan untuk membantu individu maupun kelompok yang berangkat

dari kebutuhan dan kemampuan kelompok yang didampingi dengan

mengembangkan proses interaksi dan komunikasi dari, oleh, dan untuk

anggota kelompok serta mengembangkan kesetiakawanan dan

solidaritas kelompok dalam rangka tumbuhnya kesadaran sebagai

manusia yang utuh, sehingga dapat berperan dalam kehidupan

masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Page 42: skripsi PTK

29

b Peran Pendamping

Kelompok perlu didampingi karena mereka merasa tidak mampu

mengatasi permasalahan secara sendirian dan pendamping adalah

mendampingi kelompok. Dikatakan mendampingi karena yang

melakukan kegiatan pemecahan masalah itu bukan pendamping.

Pendamping hanya berperan untuk memfasilitasi bagaimana

memecahkan masalah secara bersama-sama dengan masayarakat,

mulai dari tahap mengidentifikasi permasalahan, mencari alternatif

pemecahan masalah, sampai pada implementasinya. Dalam upaya

pemecahan masalah, peran pendamping hanya sebatas pada

memberikan alternatif-alternatif yang dapat diimplementasikan. Dan

kelompok pendampingan dapat memilih alternatif mana yang sesuai

untuk diambil. Pendamping perannya hanya sebatas memberikan

pencerahan berfikir berdasarkan hubungan sebab akibat yang logis,

artinya kelompok pendampingan disadarkan bahwa setiap alternatif

yang diambil senantiasa ada konsekuensinya. Diharapkan konsekuensi

tersebut bersifat positif terhadap kelompoknya. Dalam rangka

pendampingan ini, hubungan yang dibangun oleh pendamping adalah

hubungan konsultatif dan partisipatif. Dengan adanya hubungan itu,

maka peran yang dapat dimainkan oleh pendamping dalam

melaksanakan fungsi pendampingan adalah:

Page 43: skripsi PTK

30

1). Peran Motivator.

Upaya yang dilakukan pendamping adalah menyadarkan dan

mendorong kelompok untuk mengenali potensi dan masalah, dan

dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan

permasalahan itu.

2). Peran Fasilitator.

Pendamping mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan,

mengkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta

memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok.

3). Peran Katalisator .

Pendamping dalam hal ini dapat melakukan aktivitas sebagai

penghubung antara kelompok pendampingan dengan dengan

lembaga di luar kelompok maupun lembaga teknis lainnya, baik

lembaga teknis pelayanan permodalan maupun pelayanan

keterampilan berusaha dalam rangka pengembangan jaringan

(BPKB Jawa Timur, 2001: 8)

Peran-peran pendamping tersebut hanya akan dapat dilaksanakan

secara maksimal jika pendamping memahami kelompok yang

didampinginya, adanya suatu komunikasi yang baik, saling terbuka dalam

memecahkan masalah yang dihadapi. Pendamping bisa melepaskan

pendampingan bila, orang yang didampingi bisa menjalankan peranya

dengan baik, mampu menyelesaikan masalah yang ada dengan baik pula.

Page 44: skripsi PTK

31

7. Pemahaman konsep

Menurut Benyamin S. Bloom pemahaman dalam ranah kognitif

adalah kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran. Hal ini

ditunjukkan melalui penerjemahan materi pembelajaran, dan melalui

mengestimasikan kecenderungan masa depan (Anni dkk, 2005:6). Selain

itu menurut Sri Wardani (P3G Matematika Yogyakarta, 2005) konsep

adalah ide abstrak yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang

untuk mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu objek atau kejadian.

Suatu konsep biasa dibatasi dalam suatu ungkapan yang disebut definisi.

Beberapa konsep merupakan pengertian dasar yang dapat dipahami secara

alami.

Menurut Gagne, belajar konsep adalah kegiatan mengenali sifat

yang sama yang terdapat pada berbagai objek atau peristiwa, dan

kemudian memperlakukan objek-objek atau peristiwa-peristiwa itu sebagai

suatu kelas, disebabkan adanya sifat yang sama tersebut. Seorang peserta

didik dikatakan telah memahami konsep apabila ia telah mampu

mengenali dan mengabstraksi sifat yang sama tersebut, yang merupakan

ciri khas dari konsep yang dipelajari, dan telah mampu membuat

generalisasi terhadap konsep tersebut. Artinya, peserta didik telah

memahami keberadaan konsep tersebut tidak lagi terkait dengan suatu

benda konkret tertentu atau peristiwa tertentu tetapi bersifat umum.

Page 45: skripsi PTK

32

Beberapa konsep diturunkan dari dua atau lebih konsep lain yang

mendahuluinya. Konsep yang diturunkan tadi dikatakan berjenjang lebih

tinggi daripada konsep yang mendahuluinya.

Dari uraian di atas maka yang disebut dengan pemahaman konsep

adalah kemampuan untuk memperoleh makna dari ide abstrak sehingga

dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan

atau menggolongkan sesuat objek atau kejadiaan tertentu.

Beberapa indikator yang dapat dijadikan acuan dalam

mengembangkan pembelajaran terkait dengan kemampuan pemahaman

konsep, adalah sebagai berikut.

a Mengenal konsep/ide matematika melalui pengamatan beberapa

contoh

b Memberikan contoh lain

c Memberikan non contoh

d Melakukan perhitungan sederhana atau secara algoritmik, menerapkan

prinsip/aturan secara rutin (Depdiknas, 2003:3).

Adapun kriteria dari pemahaman konsep adalah:

a Menyatakan ulang suatu konsep.

b Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

e Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

Page 46: skripsi PTK

33

f Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi

tertentu.

g Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

8. Sikap

a. Pengertian sikap

Setiap manusia memiliki aktivitas, baik yang berhubungan

dengan fisik maupun psikis yang berusaha untuk menambah

pengetahuan. Dalam menambah pengetahuan tersebut timbul

kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan apa yang tersimpan

dalam diri pribadi kita. Hal ini dapat mempengaruhi tingkah laku dari

seluruh proses psikologi seperti belajar, minat pengetahuan dan

sebagainya yang akhirnya menimbulkan sikap.

Beberapa pengertian sikap,

1) Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai

kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu (Sutarno,

1989:41)

2) Droba mengungkapkan bahwa sikap adalah daya mental manusia

untuk bertindak menerima atau menentang suatu objek tertentu

(Natawidjaya, 1979:123)

3) Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975) adalah suatu predisposisi

yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap

suatu objek, situasi, konsep atau orang (Maryani, 2005: 34)

Page 47: skripsi PTK

34

Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kesediaan mental

individu yang mempengaruhi kegiatan individu yang bersangkutan

dalam memberikan respon positif atau negatif terhadap objek atau

situasi yang mempunyai arti penting baginya.

b. Aspek sikap

R. Natawidjaya, dalam bukunya Psikologi Umum dan Sosial

menyatakan bahwa: ” sikap individu adalah jalinan dari tiga unsur

yang pada akhirnya merupakan suatu sistem yang menetap,

menjelmakan penilaian positif atau negatif disertai dengan

permasalahan tertentu yang mengarah pada kecenderungan pro dan

kontra terhadap suatu proses sosial” (Natawidjaya: 1979: 127). Lebih

lanjut R. Natawidjaya menjelaskan ketiga unsur yang dimaksud

meliputi:

1) Unsur kognitif

Unsur kognitif biasanya disebut unsur kepercayaan. Hal yang

paling dalam unsur kognitif adalah keyakinan yang bersifat

evaluatif yang akirnya memberikan arah pada sikap terhadap objek

tertentu, ialah arah yang diinginkan atau tidak diinginkan, atau sifat

baik atau buruk terhadap objek tertentu.

2) Unsur perasaan

Unsur perasaan menunjukkan arah perasaan yang menyerta sikap

individu terhadap suatu objek yang dapat dirasakan oleh individu

yang bersangkutan sebagai suatu yang menyenangkan atau disukai

Page 48: skripsi PTK

35

atau tidak disukai. Unsur perasaan inilah yang menyebabkan sikap

tertentu yaitu menetap pada diri seseorang individu yang

menyebabkan sikapnya itu meluap atau menjadi aktif dalam

keadaan tertentu.

3) Unsur kecenderungan bertindak

Unsur ini meliputi kesediaan individu untuk bertindak terhadap

objek tertentu yang berasosiasi dengan sikap tersebut. Apabila

seorang individu memiliki sikap yang positif terhadap objek

tertentu, dia akan cenderung menguji atau mendoromg objek itu

dan apabila memiliki sikap negatif terhadapnya, ia akan cenderung

merusak atau menghukumnya bahkan menghancurkanya sama

sekali.

c. Pembentukan dan perubahan (pengembangan sikap)

Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi

berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan objek

tertentu. Interaksi soaial di dalam maupun diluar kelompok dapat

mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru. Yang dimaksud

dengan interaksi di luar kelompok adalah interaksi dengan hasil

kebudayaan manusia yang sampai kepada seseorang melalui alat-alat

komunikasi seperti surat kabar, radio televisi, buku, majalah dan lain-

lain.

Pengaruh dari luar diri manusia melalui interaksi di luar

kelompok belum cukup menimbulkan terbentuknya sikap baru. Faktor-

Page 49: skripsi PTK

36

faktor lain turut mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap,

misalnya:

1) Faktor intern

Manusia senantiasa memilih jika dihadapkan pada beberapa

perangsang yang ada diluar dirinya. Pilihan tersebut berhubungan

erat dengan motif dan sikap yang sedang bekerja di dalam dirinya,

mengarahkan perhatianya kepada objek-objek tertentu diantara

seluruh objek yang mungkin ada pada waktu itu. Pilihan selalu

terjadi karena manusia tidak dapat memberi perhatian yang tidak

sama kepada semua perangsang yang datang dari luar dirinya.

2) Faktor ekstern

Pembentukan dan perubahan (pengembangan) sikap ditentukan

pula oleh faktor-faktor ekstern, misalnya: sifat, isi dan orang-orang

yang menyokong pandangan dari itu, cara pandangan baru itu

diterangkan dan situasi tempat sikap baru itu diperbincangkan.

Jadi secara garis besar sikap dapat diubah atau dibentuk dalam

interaksi kelompok yang mengandung hubungan timbal balik atau

karena komunikasi terhadap perubahan datang dari salah satu pihak

saja. Pengaruh komunikasi terhadap pembentukan dan perubahan

(pengembangan) sikap akan berhasil jika sumber berita dipercaya

orang banyak dan jika umumnya orang belum tahu benar atau ragu-

ragu terhadap fakta yang menunjang sikap baru tersebut.

Page 50: skripsi PTK

37

9. Bidang Datar

a. Trapesium

Trapesium adalah segi empat yang mempunyai tepat satu pasang sisi

yang sejajar.

Luas trapesium jika diketahui panjang alasnya a dan tinggi t adalah

L = alas x tinggi

= a x t

Penurunan rumus luas trapesium dengan pendekatan persegi panjang

adalah sebagai berikut:

t

a

a

t

b

a

b

a b

t

Gambar (i) Gambar (ii)

Gambar (iii)

Jika gambar (ii) diubah menjadi gambar (iii) dengan memotong tepat

di tengah secara horizontal, maka bangun yang baru berbentuk persegi

panjang dengan panjang = a + b, dan lebar = 2t sehingga,

Page 51: skripsi PTK

38

⇔ Luas daerah gbr(ii) = Luas daerah gbr(iii)

⇔ Luas daerah trapesium = luas daerah persegi panjang

⇔ Luas daerah trapesium = p x l

⇔ Luas daerah trapesium = (a + b ) x 2t

b. Jajar Genjang

t

a

Jajar genjang adalah segi empat dimana sisi–sisi yang berhadapan

sejajar dan sama panjang.

Luas jajar genjang jika diketahui panjang alasnya a dan tinggi t

= alas x tinggi

= a x t

Penurunan rumus luas jajar genjang dengan pendekatan persegi

panjang

Gambar (i) Gambar (ii)

a a

t t

Gambar (iii) a

t

Perhatikan gambar (i) dan gambar (ii)

a) Bentuk jajargenjang

b) alasnya a

c) tingginya t

Page 52: skripsi PTK

39

Ubah gambar (ii) menjadi gambar (iii).

a) bentuk persegi panjang

b) panjangnya a

c) lebarnya t

d) luasnya gabar (ii) sama dengan luas gambar (iii)

⇔ Jadi,Luas daerah gambar (ii) = Luas daerah gambar (iii)

⇔ Luas daerah jajargenjang = luas daerah persegi panjang

⇔ Luas daerah jajargenjang = p x l

⇔ Luas daerah jajargenjang = a x t

B. Kerangka Berpikir

PEMBELAJARAN STRATEGI SARANA GURU

KURIKULUM PESERTA DIDIK

KESIAPAN ALAT PERAGA

PENDEKATAN Pemahaman konsep yang baik

PELATIHAN

VCD PEMODELAN

PENDAMPINGAN

PENDAMPINGAN

Page 53: skripsi PTK

40

Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika rendah. Hal

ini karena peserta didik kurang memahami konsep yang diajarkan. Rendahnya

pemahaman konsep peserta didik terhadap materi yang diajarkan karena

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru belum optimal. Pembelajaran

belum optimal karena komponen-komponen pembelajaran tidak bekerja

dengan baik. Oleh karena itu perlu adanya upaya agar setiap komponen

pembelajaran dapat bekerja dengan baik, dengan demikian pembelajaran akan

berlangsung dengan optimal.

Penggunaan sarana prasarana sangat menunjang pembelajaran. Sarana

dalam pembelajaran matematika dapat berupa alat peraga. Penggunaan alat

peraga dapat meningkatkan pemahaman konsep. Oleh karena itu,

pembelajaran matematika yang diterapkan pada penelitian ini adalah

pembelajaran matematika bercirikan pendayagunaan alat peraga.

Pembelajaran matematika dengan pendayagunaan alat peraga menjadi

sangat penting untuk diterapkan di sekolah dasar. Namun, pembelajaran

belum optimal tanpa adanya kesiapan guru sebagai pelaksana pembelajaran.

Oleh karena itu kesiapan guru perlu ditingkatkan. Untuk meningkatkan

kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika, maka guru

perlu mendapat pelatihan.

Komponen utama suatu pelatihan adalah adanya suatu peragaan atau

pendemonstrasian keterampilan-keterampilan melalui model-model kemudian

dilanjutkan dengan suatu simulasi, umpan balik dilanjutkan dengan

pembekalan untuk aplikasi. Oleh karena itu, penelitian ini diawali dengan

Page 54: skripsi PTK

41

demonstrasi keterampilan menggunakan alat peraga. Karena demonstrasi yang

diberikan harus merupakan suatu proses pembelajaran yang utuh, maka

demonstrasi dilakukan melalui VCD. Kemudian sebagai tindak lanjut harus

ada suatu simulasi dan umpan balik, maka dari itu pelatihan dirancang dengan

suatu pendampingan. Pendampingan akan dilepas jika guru sudah mampu

untuk mengembangkan sendiri pembelajaranya.

Jadi penelitian ini melatih guru melalui VCD dan pendampingan untuk

meningkatkan kesiapan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran

matematika bercirikan pendayagunaan alat peraga sesuai dengan kurikulum

berbasis kompetensi yang selanjutnya akan diterapkan pada pembelajaran

matematika di SD Sekaran 2. Dengan pembelajaran matematika bercirikan

pendayagunaan alat peraga yang didukung dengan kesiapan guru dalam

melaksanakan pembelajaran, diharapkan pembelajaran menjadi lebih optimal

dan pemahaman konsep peserta didik dapat ditingkatkan.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Adanya VCD pemodelan dan pendampingan untuk guru dapat

meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada pembelajaran

matematika bercirikan pendayagunaan alat peraga materi pokok luas

bangun kelas V SD Sekaran 2 tahun pelajaran 2006/2007.

2) Adanya VCD pemodelan dan pendampingan untuk guru dapat

meningkatkan sikap peserta didik pada pembelajaran matematika

Page 55: skripsi PTK

42

bercirikan pendayagunaan alat peraga materi pokok luas bangun kelas V

SD Sekaran 2 tahun pelajaran 2006/2007.

Page 56: skripsi PTK

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Seting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sekaran 2 yang terletak di

kecamatan Gunungpati kota Semarang. Subjek pada penelitian ini adalah

semua peserta didik kelas V yang terdiri dari 12 orang, 7 laki-laki dan 5

perempuan.

B. Fokus Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, sudah diawali dengan adanya suatu

pengamatan di kelas oleh tim peneliti agar mereka sebagai pengajar

mengetahui kondisi di kelas tersebut. Dari hasil observasi dan wawancara

diketahui kondisi peserta didik sebelum penelitian tidak aktif, peserta didik

kurang suka terhadap mata pelajaran matematka, ini menunjukkan bahwa

sikap peserta didik terhadap mata pelajaran matematika rendah. Selain itu

hasil belajar matematika kurang, hal ini disebabkan peserta didik tidak

menguasai konsep yang diajarkan. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan

pada upaya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan sikap peserta

didik terhadap pembelajaran matematika.

C. Desain Penelitian

Pelatihan pada penelitian ini didesain dengan tahap-tahap sebagai

berikut:

Page 57: skripsi PTK

44

1. Tahap perhatian, pemodelan melalui VCD kepada subjek penelitian

(guru).

2. Tahap retensi, pengulangan tertutup, subjek penelitian diberi kesempatan

mempelajari RP yang akan diimplementasikan pada pembelajaran di kelas.

3. Tahap Reproduksi, subjek penelitian mengimplementasikan RP pada

pembelajaran di kelas dibimbing oleh pendamping

4. Tahap motivasi, pemberian umpan balik (feed back) sebagai evaluasi oleh

guru model (pendamping) kepada guru, dan oleh guru kepada guru model.

Guru model dan guru merupakan pasangan kolaborator.

Pendampingan dilaksanakan selama penelitian. Pendampingan

dilaksanakan mulai dari pelatihan, dalam pembuatan RP sampai kepada

implementasi pembelajaran di kelas. Pendamping memberikan masukan-

masukan kepada guru dalam pembuatan RP maupun perangkat pembelajaran

lainya. Pendamping memberikan umpan balik kepada guru terhadap berbagai

kendala yang terjadi selama proses pembelajaran di kelas. Pendamping

berperan sebagai kolaborator, ia hanya memberikan saran. Pelaksanalah yang

punya andil dalam pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan agar tidak

terjadi ketergantungan dengan pendamping. Karena penelitian ini bertujuan

untuk mempersiapkan guru agar bisa mengatasi permasalahan dalam

pembelajaran matematika dengan arahan-arahan dari pendamping.

Pendampingan akan dihentikan jika guru sudah bisa melaksanakan

pembelajaran dengan baik. Dalam tahap mengimplementasikan hasil pelatihan

pada pembelajaran di kelas terdiri dari 2 siklus dan setiap siklusnya memiliki

Page 58: skripsi PTK

45

4 tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan terhadap jalannya

pembelajaran dan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran.

Tahapan-tahapan dari tiap siklus dijabarkan sebagai berikut.

1. Siklus 1

a. Perencanaan

1) Membuat RP dengan materi luas daerah trapesium dengan

pendekatan luas daerah persegi panjang yang dikoreksi oleh

pendamping

2) Membuat LKS dan alat peraga luas daerah trapesium dengan

pendekatan luas daerah persegi panjang. Di dalam LKS, isinya

menekankan agar peserta didik bisa menemukan rumus sendiri

dengan bimbingan-bimbingan dari guru. Alat peraga dibuat dengan

memperhatikan manfaat dari LKS itu sendiri.

3) Membuat chat tentang masalah kontekstual

4) Membuat lembar pengamatan untuk penilaian peserta didik dalam

proses pembelajaran sesuai materi pokok yang ada

5) Menyiapkan lembar observasi untuk guru

6) Membuat dan menyiapkan angket sikap peserta didik

7) Mengelompokan peserta didik menjadi beberapa kelompok diskusi

8) Menyiapkan RP

9) Membuat alat dan menyiapkan alat evaluasi beserta kunci

jawabanya

Page 59: skripsi PTK

46

b. Tindakan pada saat pembelajaran

1) Guru menyiapkan RP, LKS, alat peraga luas daerah trapesium

dengan pendekatan luas daerah persegi panjang.

2) Guru memyampaikan manfaat dan tujuan pembelajaran,

memberikan motivasi kepada peserta didik

3) Guru mengetengahkan masalah kontekstual

4) Guru menyampaikan materi prasyarat dengan diskusi dan

demonstrasi alat peraga

5) Guru membagi peserta didik menjadi kelompok – kelompok kecil

secara heterogen

6) Guru menjelaskan aturan mengerjakan dan kegiatan diskusi

7) Guru membagikan LKS ke setiap kelompok

8) Kelompok mengerjakan LKS dan guru berkeliling mengawasi

jalanya kerja kelompok

9) Guru memberikan bantuan jika diperlukan

10) Setelah selesai semua atau waktu mengerjakan telah habis, hasil

pekerjaan dipresentasikan oleh tiap-tiap kelompok dengan

perwakilan

11) Presentasi dilakukan bergantian dan kelompok lain mengoreksi

jawaban yang dibimbing oleh guru, jawaban yang benar diberi

penguatan

12) Guru meminta beberapa orang peserta didik untuk menyimpulkan

tentang materi yang baru diajarkan.

Page 60: skripsi PTK

47

13) Guru membahas masalah kontekstual yang disajikan diawal

pembelajaran

14) Guru memberikan latihan soal

15) Guru memberikan evaluasi

c. Pengamatan

Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan dilakukan

sebagai berikut.

1) Pengamatan untuk guru

a) Menyiapkan lembar pengamatan untuk guru

b) Melakukan pengamatan untuk guru sesuai dengan draf lembar

pengamatan untuk guru.

c) Kesesuaian pembelajaran dengan RP yang telah dibuat

d) Membuat kesimpulan tentang pembelajaran yang telah

dilakukan, menulis kekurangan maupun kelemahan untuk

bahan sharing antara guru dan pendamping sebagai perbaikan

pada pembelajaran siklus berikutnya

2) Pengamatan untuk peserta didik

a) Menyiapkan lembar pengamatan untuk peserta didik

b) Melakukan pengamatan untuk peserta didik sesuai dengan draf

lembar pengamatan untuk peserta didik

d) Banyaknya peserta didik yang belum jelas dengan model yang

disajikan guru.

Page 61: skripsi PTK

48

e) Banyaknya peserta didik yang tidak bisa menjawab pertanyaan

guru yang bersifat inquiry.

f) Banyaknya peserta didik yang berani menjawab pertanyaan

guru.

g) Banyaknya peserta didik yang berani menyajikan temuannya

(mengerjakan soal di depan papan tulis).

h) Banyaknya peserta didik yang berani memberikan refleksi hasil

belajarnya.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi pendamping berperan memberikan solusi

maupun umpan balik kepada guru. Selain itu pendamping memberikan

kesempatan kepada guru untuk mengungkapkan pendapatnya, sebagai

upaya agar guru mampu untuk mengembangkan pembelajarannya.

Refleksi dilakukan dengan cara mengukur baik secara kualitatif

maupun kuantitatif. Hasil refleksi digunakan unuk menentukan

rencana tindakan pada siklus 2.

2. Siklus 2

Pada siklus 2 ini, dilakukan tindakan sesuai hasil refleksi pada

siklus 1, kekurangan-kekurangan pada siklus 1 adalah:

a. Persentase ketuntasan untuk pemahaman konsep masih rendah

b. Sebagian besar peserta didik menyatakan bahwa mata pelajaran

matematika sulit

Page 62: skripsi PTK

49

c. Guru kurang memberi motivasi, sehingga peserta didik kurang

bersemangat, kurang aktif, dan tidak banyak bertanya

d. Peserta didik masih canggung dalam mempresentasikan hasil

pekerjaan LKS

e. Guru kurang memberikan penguatan

f. Bimbingan yang diberikan guru pada saat diskusi kurang merata

g. Pengelolaan waktu kurang begitu baik sehingga soal kontekstual

belum dibahas, kurang latihan soal, waktu evaluasi terbatas.

Rencana tindakan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus 1

adalah sebagai berikut.

a. Penggunaan alat peraga tetap dilakukan karena dapat mengkonkretkan

objek yang dipelajari sehingga konsep yang disampaikan mudah

dipahami. Alat peraga klasikal dibuat lebih besar sehingga terlihat

dengan jelas oleh peserta didik yang duduk dibelakang. Suara guru

lebih keras lagi sehingga terdengar lebih jelas.

b. Guru memberikan penguatan secara verbal maupun non verbal,

sesekali memberikan tepuk tangan untuk peserta didik atau kelompok

yang dapat mengerjakan dengan benar. Untuk peserta didik yang sudah

berani bertanya guru memberi penguatan. Untuk meningkatkan

aktivitas peserta didik, guru memberikan latihan soal dan peserta didik

diminta mengerjakan dipapan tulis.

c. Guru lebih mengarahkan dengan jelas tentang kerja kelompok, lebih

banyak berkeliling untuk memberikan bantuan kepada kelompok.

Page 63: skripsi PTK

50

Menunjuk salah satu peserta didik di setiap kelompok untuk menjadi

ketua kelompok. Ketua kelompok merupakan peserta didik yang

pandai di kelompoknya.

d. Guru lebih memperhatikan waktu untuk pembelajaran sehingga

seluruh kegiatan pada rencana pembelajaran dapat dilaksanakan.

Implementasi tindakan pada siklus 2 terdiri dari tahap-tahap

sebagai berikut.

a. Perencanaan

1) Membuat RP dengan materi luas daerah jajar genjang dengan

pendekatan luas daerah persegi panjang yang dikoreksi oleh

pendamping

2) Menyiapkan LKS dan alat peraga luas daerah jajar genjang dengan

pendekatan luas daerah persegi panjang

3) Membuat chat tentang masalah kontekstual

4) Membuat lembar pengamatan untuk penilaian peserta didik dalam

proses pembelajaran sesuai materi pokok yang ada

5) Menyiapkan lembar observasi untuk guru

6) Membuat dan menyiapkan angket sikap peserta didik

7) Mengelompokkan peserta didik menjadi 4 kelompok diskusi yang

dipimpin oleh seorang ketua.

8) Menyiapkan RP

9) Membuat alat dan menyiapkan alat evaluasi beserta kunci

jawabanya,

Page 64: skripsi PTK

51

10) Membuat dan menyiapkan tugas rumah

b. Tindakan pada saat pembelajaran

1) Guru menyiapkan RP, LKS, alat peraga luas daerah jajar genjang

dengan pendekatan luas daerah persegi panjang

2) Guru memyampaikan manfaat dan tujuan pembelajaran,

memberikan motivasi kepada peserta didik

3) Guru memberikan cerita yang menarik agar peserta didik senang

dan tidak tegang. Dengan guru matematika yang ramah,

diharapkan peserta didik juga senang terhadap pembelajaran

matematika.

4) Guru mengetengahkan masalah kontekstual

5) Guru menyampaikan materi prasyarat dengan diskusi dan

demonstrasi alat peraga

6) Guru menjelaskan terlebih dahulu konsep luas daerah jajar genjang

dengan tanya jawab dan demonstrasi alat peraga, kemudian

diperkuat dengan mengerjakan LKS dengan menggunakan alat

peragan sendiri

7) Guru membagi peserta didik menjadi kelompok – kelompok kecil

secara heterogen, dari setiap kelompok dipilih ketua kelompok.

Pemilihan ketua kelompok agar kerja kelompok lebih terarah

8) Guru menjelaskan aturan mengerjakan dan kegiatan diskusi

9) Guru membagikan LKS ke setiap kelompok

Page 65: skripsi PTK

52

10) Kelompok mengerjakan LKS dan guru berkeliling mengawasi

jalanya kerja kelompok dengan antusias

11) Guru memberikan bantuan jika diperlukan

12) Setelah selesai semua atau waktu mengerjakan telah habis, hasil

pekerjaan dipresentasikan oleh tiap-tiap kelompok dengan

perwakilan, guru memberikan manfaat berbicara di depan kelas,

serta mengarahkan agar peserta didik tidak canggung

13) Presentasi dilakukan bergantian dan kelompok lain mengoreksi

jawaban yang dibimbing oleh guru, jawaban yang benar diberi

penguatan

14) Guru meminta beberapa orang peserta didik untuk menyimpulkan

tentang materi yang baru diajarkan.

15) Guru membahas masalah kontekstual yang disajikan di awal

pembelajaran

16) Guru memberikan latihan soal

17) Guru memberikan evaluasi

c. Pengamatan

Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan dilakukan sebagai

berikut.

1) Pengamatan untuk guru

a) Menyiapkan lembar pengamatan untuk guru

b) Melakukan pengamatan untuk guru sesuai dengan draf lembar

pengamatan untuk guru.

Page 66: skripsi PTK

53

c) Kesesuaian pembelajaran dengan RP yang telah dibuat

d) Membuat kesimpulan tentang pembelajaran yang telah

dilakukan, menulis kekurangan maupun kelemahan untuk

bahan sharing antara guru dan pendamping perbaikan pada

pembelajaran siklus berikutnya

2) Pengamatan untuk peserta didik

a) Menyiapkan lembar pengamatan untuk peserta didik

b) Melakukan pengamatan untuk peserta didik sesuai dengan draf

lembar pengamatan untuk peserta didik

c) Banyaknya peserta didik yang belum jelas dengan model yang

disajikan guru.

d) Banyaknya peserta didik yang tidak bisa menjawab pertanyaan

guru yang bersifat inquiry.

e) Banyaknya peserta didik yang berani menjawab pertanyaan

guru.

f) Banyaknya peserta didik yang berani menyajikan temuannya

(mengerjakan soal di depan papan tulis).

g) Banyaknya peserta didik yang berani memberikan refleksi hasil

belajarnya.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan cara mengukur baik secara kualitatif

maupun kuantitatif. Sedangkan data yang diperoleh selanjutnya

disimpulkan bagaimana hasil belajar peserta didik dan hasil mengajar

Page 67: skripsi PTK

54

guru. Langkah berikutnya adalah refleksi terhadap hasil yang telah

dikerjakan, dengan memberi masukan-masukan dalam rangka

peningkatan pada siklus berikutnya jika diperlukan. Hasil refleksi baik

secara kualitatif maupun kuantitatif dijadikan acuan untuk menarik

kesimpulan.

D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber data penelitian

Sumber data penelitian ini adalah guru kelas dan peserta didik kelas V SD

Negeri 2 Sekaran yang terletak di kecamatan Gunungpati kota Semarang.

2. Jenis Data

a. Hasil belajar tentang pemahaman konsep

b. Sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika

c. Hasil observasi

1). Aktivitas peserta didik

2). Kegiatan guru

3. Cara pengambilan data

a. Kemampuan pemahaman konsep diukur dengan tes

b. Sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika diukur dengan

agket

c. Aktivitas peserta didik diukur dengan lembar observasi aktivitas

peserta didik

d. Kegiatan guru diukur dengan lembar observasi untuk guru

Page 68: skripsi PTK

55

E. Indikator Keberhasilan

1. Nilai rata-rata kelas ≥ 75 dengan batas ketuntasan 70%

2. Sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika ≥ 75% adalah

positif

Page 69: skripsi PTK

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus 1

1. Hasil Penelitian

Pembelajaran matematika siklus 1 dilaksanakan pada hari Senin, 2

april 2007. Pembalajaran berlangsung selama 2 x 35 menit. Pembelajaran

matematika pada siklus 1 memberikan hasil sebagai berikut:

a. Pemahaman konsep

Data hasil lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 107

Ketuntasan No Nama Skor Nilai Ya Tidak 1 Sunarmo 10 90,9 √ 2 Ita Rusmita 10 90,9 √ 3 Mualiman 7 63,6 √ 4 Lukman 9 81,8 √ 5 Feri Kurniawan 6 54,5 √ 6 Wasi Gunawan 11 100 √

7 Ikromi Rahmawati 6 54,5 √

8 M. Akbar. R 10 90,9 √

9 Naela Faidatunnisa 11 100 √

10 Septian David Maulana 10 90,9 √

11 Susi Eli Rahmawati 7 63,6 √

12 Ayu Indah Sari 7 63,6 √ Banyaknya peserta didik yang tuntas 7 orang

Banyaknya peserta didik yang tidak tuntas

5 orang

Ketuntasan 58,3% Rata-rata 78,77

Page 70: skripsi PTK

57

b. Sikap peserta didik

Ketuntasan No Nama Skor Nilai Ya Tidak 1 Sunarmo 7 70 √ 2 Ita Rusmita 8 80 √ 3 Mualiman 4 40 √ 4 Lukman 8 80 √ 5 Feri Kurniawan 7 70 √ 6 Wasi Gunawan 10 100 √ 7 Ikromi Rahmawati 10 100 √ 8 M. Akbar. R 10 100 √ 9 Naela Faidatunnisa 7 70 √ 10 Septian David

Maulana 10 100 √

11 Susi Eli Rahmawati 9 90 √ 12 Ayu Indah Sari 8 80 √ Banyaknya peserta didik yang tuntas 8 orang

Banyaknya peserta didik yang tidak tuntas 4 orang

Ketuntasan 66,67% Rata-rata 81,67

Data hasil lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 108

Data aktivitas peserta didik dan aktivitas guru karena penilaiannya

klasikal disajikan dalam tabel berikut.

Siklus 1 No Penilaian

Rata-rata Ketuntasan

1 Pemahaman konsep

78,77 58,3%

2 Sikap 81,67 66,67% 3 Aktivitas Peserta

didik 78,38

4 Aktivitas Guru 75 Data aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 22 halaman 110, data aktivitas peserta didik dapat dilihat pada lampiran 23 halaman 112

Page 71: skripsi PTK

58

2. Pembahasan

Pembelajaran yang berlangsung pada penelitian ini berbeda dengan

pembelajaran yang biasa dilaksanakan. Pada pembelajaran biasa, guru

menerapkan metode ekspositori. Sedangkan pembelajaran yang dilakukan

pada penelitian ini adalah pembelajaran yang bercirikan alat peraga.

Artinya, penggunaan alat peraga selalu ada sebagai ciri pembelajaranya.

Adanya pelatihan kepada guru memberikan kelebihan tersendiri. Guru

menjadi lebih siap dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

Kemampuan penggunaan alat peraga juga meningkat. Hal ini

menyebabkan guru menjadi lebih siap dalam melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi. Dalam hal ini juga ada

pendampingan. Pendamping di sini sebagai kolaborator dengan guru

sebagai pengajar. Pendamping memberikan alternatif, saran dan bantuan

konsultatif dan tidak pada pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan pada

saat penyusunan rencana pembelajaran sampai mengatasi permasalahan

yang terjadi selama proses pembelajaran. Pendampingan diupayakan untuk

menumbuhkan keberdayaan dan keswadayaan agar guru yang didampingi

dapat mengembangkan pembelajarannya sendiri. Pendamping memberikan

motivasi kepada guru untuk mengenali potensi dan permasalahan dan

dapat mengembangkan potensi untuk memecahkan masalah tersebut.

Pendamping juga berperan sebagai katalisator. Dalam hal ini, pendamping

melakukan aktivitas sebagai penghubung antara guru yang didampingi

dengan instansi yang dalam hal ini adalah Laboratorium Jurusan

Page 72: skripsi PTK

59

Matematika FMIPA UNNES dan SD Negeri Sekaran 2, Gunungpati

Semarang. Adanya pendampingan merupakan tindak lanjut dari adanya

suatu pelatihan. Dampak langsung dari adanya pelatihan dan

pendampingan adalah meningkatnya kemampuan guru dalam

pembelajaran. Sedangkan dampak tidak langsungnya adalah kepada

peserta didik itu sendiri. Guru lebih menguasai materi dan terampil dalam

menyampaikan dengan alat peraga sehingga peserta didik lebih mudah

dalam memahami konsep dan hasil belajar peserta didik menjadi lebih

baik. Untuk hasil yang dapat diukur adalah sebagai berikut.

a. Pemahaman konsep

Evaluasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus 1 memberikan

nilai rata-rata kelas 78,77 dengan ketuntasan 58,3%. Batas ketuntasan

yang menjadi acuan oleh peneliti adalah banyaknya peserta didik yang

memperoleh nilai ≥ 75 adalah ≥ 70%. Dari tabel dapat dilihat bahwa

rata-rata pemahaman konsep adalah 78,77, ini merupakan nilai rata-rata

kelas yang cukup baik. Tetapi ketuntasannya hanya mencapai 58,3%,

ini berarti target yang ingin dicapai belum terpenuhi. Nilai tertinggi

untuk pemahaman konsep adalah 100, sedangkan nilai terendah adalah

54,5. Ternyata jarak antara nilai tertinggi dan nilai terendah cukup

besar berarti kemampuan peserta didiknya tidak merata. Dari

pengamatan yang peneliti lakukan di kelas, terdapat peserta didik yang

pandai tetapi peserta didik yang benar-benar lemah penyerapan

materinya juga ada. Jadi di kelas V ini, perbedaan kemampuan antar

Page 73: skripsi PTK

60

peserta didik cukup besar. Bahkan dari penuturan guru kelas sendiri,

jika peserta didik itu memang pandai nilainya selalu baik pada setiap

aspek penilaian di kelas. Hal ini yang menyebabkan nilai rata-rata yang

cukup baik tetapi ketuntasannya rendah. Dari hasil pembelajaran, dalam

mengerjakan LKS sudah cukup baik meskipun sebelumnya belum

pernah menggunakan LKS. Namun kelemahanya adalah pembagian

kerja dalam mengerjakan LKS belum merata. Pengerjaan LKS masih

didominasi oleh peserta didik yang pandai dalam kelompoknya. Masih

ada peserta didik yang pasif dalam kerja kelompok. Pada umumnya

kesalahan mengerjakan LKS terdapat pada pertanyaan pada kolom 3.

Jika gambar (ii) diubah menjadi gambar (iii) dengan memotong

tepat di tengah secara horizontal,maka

Apakah luasnya sama?

Jadi,Luas daerah gbr(ii) = Luas daerah gbr(iii)

Luas daerah trapesium = luas daerah .....

Luas daerah trapesium = ..... x ....

Luas daerah trapesium = ..... x ....

Lihat LKS di lampiran halaman 70

Ada 3 kelompok yang tidak bisa menyimpulkan bahwa panjang persegi

panjang adalah jumlah sisi sejajar pada trapesium, dan lebar persegi

panjang adalah setengah tinggi trapesium. Sehingga mereka belum bisa

menyimpulkan rumus luas daerah trapesium. Usaha yang dilakukan

guru melihat keadaan ini adalah mengulang kembali penjelasan

seperlunya dengan menggunakan alat peraga, dipertegas dan diperjelas.

Page 74: skripsi PTK

61

Dalam hal ini berarti peserta didik masih sulit membuat generalisasi.

Namun pada umumnya pemahaman konsep peserta didik terhadap

materi luas daerah trapesium cukup baik. Hal ini karena penggunaan

alat peraga dapat meningkatkan pemahaman konsep. Dalam

menerapkan alat peraga, sudah sesuai sebagaimana mestinya, sehingga

manfaat dan tujuan penggunaan alat peraga tercapai. Hal ini dapat

dilihat dari rata-rata pemahaman konsep yang cukup baik.

Pada umumnya pemahaman konsep peserta didik cukup baik, dengan

pengarahan dari guru mereka memahami konsep yang diajarkan.

Namun dalam latihan soal, mereka ada yang kesulitan dalam menjawab

apa yang ditanyakan. Soal latihan no 2 adalah sebagai berikut.

Sebuah model trapesium terbuat dari kertas tampak seperti pada gambar di samping. Jika luas model trapesiumtersebut adalah 24 cm2, maka tinggi trapesium tersebut adalah…. A

C

B

D

8cm

4cm

t

Pertanyaan pada soal tersebut bukan luas daerah dari trapesium,

melainkan tinggi trapesium. Untuk menjawabnya maka ada perubahan

posisi dari rumus.

Jawaban peserta didik langsung tertuju kepada rumus yang ada.

Luas daerah trapesium = (a + b ) x 2t

24 = (4 + 8) x 2t

24 = 12 x 2t

Page 75: skripsi PTK

62

24 = 6t

Beberapa peserta didik bingung untuk menentukan nilai t. Disini guru

memberikan pertanyaan sebagai berikut.

⇔ 6 dikalikan t hasilnya 24, 6 kali berapa hasilnya 24?

Dengan mudah beberapa peserta didik menjawab 4. Untuk

meningkatkan keterampilan peserta didik menyelesaikan soal-soal yang

sejenis, guru memberikan beberapa contoh. Penggunaan alat peraga

memberikan pembelajaran lebih bermakna. Peserta didik dapat

menemukan sendiri rumus luas daerah trapesium dengan bimbingan

guru. Guru tidak menyebutkan langsung rumus luas daerah trapesium,

melainkan peserta didik sendiri yang diminta untuk menyebutkan

rumusnya. Jadi, peserta didik lebih yakin dengan pengetahuan yang

baru diperolehnya.

b. Sikap

Dari tabel dapat dilihat bahwa rata-rata sikap peserta didik adalah 81,67

dengan ketuntasan 66,67%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa rata-rata

peserta didik mempunyai sikap yang positif terhadap pelajaran

matematika. Dari 12 peserta didik di kelas V, ternyata ada 4 peserta

didik yang nilai sikapnya kurang dari 70. Dari sini peneliti berusaha

untuk bisa meningkatkan sikap peserta didik pada siklus 2. Dari 10

butir soal pada angket peserta didik, ternyata butir soal yang ke 7 yaitu

pembelajaran matematika tidaklah sulit hanya mencapai ketuntasan

41,67%. Berarti hanya 5 peserta didik yang setuju kalau pembelajaran

Page 76: skripsi PTK

63

matematika tidaklah sulit, sementara 7 peserta didik lainya tidak setuju

kalau pembelajaran matematika tidaklah sulit, ini berarti 7 peserta didik

tersebut menyatakan pelajaran matematika sulit. Masalah ini muncul

karena pada pembelajaran matematika sebelumnya peserta didik jarang

menggunakan alat peraga. Peserta didik masih belum terbiasa dengan

pembelajaran yang dilakukan pada penelitian ini. Oleh karena itu

pendayagunaan alat peraga menjadi ciri pembelajaran untuk siklus

berikutnya. Karena penggunaan alat peraga dapat meningkatkan

pemahaman konsep. Sementara untuk butir soal yang lain cukup baik

prosentasinya. Peneliti menyimpulkan bahwa peserta didik memiliki

sikap positif terhadap pembelajaran matematika.

c. Aktivitas peserta didik

Dari tabel aktivitas, dapat dilihat bahwa nilai aktivitas peserta didik

secara klasikal adalah 78,38. Hal ini berarti aktivitas peserta didik

dalam proses pembelajaran matematika cukup baik. Karena dalam hal

ini guru berusaha memunculkan aktivitas peserta didik. Pembelajaran

seperti ini jarang dilakukan oleh guru, oleh sebab itu peserta didik

belum terbiasa dengan model pembelajaran seperti yang peneliti

lakukan. Banyak aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik yang

jarang dilakukan pada pembelajaran matematika biasanya, seperti:

menggunting, mengerjakan LKS maupun presentasi hasil pekerjaan.

Hal ini sengaja dilakukan dalam rangka meningkatkan aktivitas peserta

didik. Dari pengamatan yang dilakukan oleh pengamat, pada saat guru

Page 77: skripsi PTK

64

memberi penjelasan peserta didik tidak banyak yang bertanya meskipun

guru sudah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

bertanya. Pertanyaan peserta didik justru banyak muncul ketika

mengerjakan LKS. Dalam mengerjakan LKS, guru berkeliling dari

kelompok satu ke kelompok yang lain. Terlihat bahwa ada kelompok

yang aktif mengerjakan, hal ini karena kelompok paham dengan apa

yang dimaksud di dalam LKS. Namun ada juga peserta didik yang

kurang aktif dalam bekerja kelompok, sehingga guru berkeliling untuk

memberikan pengarahan.

d. Aktivitas Guru

Pada penelitian ini, diharapkan adanya peningkatan kualitas guru dalam

proses pembelajaran terutama pembelajaran matematika. Kualitas guru

dapat diukur melalui lembar pengamatan yang sengaja dibuat. Pada

lembar pengamatan ini terdapat banyak aktivitas guru dalam rangka

mengetahui kualitas guru. Sebelum pembelajaran dilaksanakan

pelatihan terlebih dahulu, hal ini dalam upaya peningkatan kualitas guru

dalam pembelajaran matematika. Dari hasil pengamatan pengamat

memberikan penilaian aktivitas guru sebesar 75. Ini adalah nilai yag

cukup baik. Aktivitas guru yang baik ini tentunya ada pengaruh dari

pelatihan maupun pendampingan. Dengan adanya pelatihan maka

kemampuan guru dalam mengajar meningkat. Tetapi dalam

pelaksanaanya masih ada kekurangan-kekurangan yang harapanya bisa

Page 78: skripsi PTK

65

dikurangi pada siklus 2. Kekurangan yang sering dilakukan oleh guru

adalah sebagai berikut.

1) Pada pendahuluan, pada umumnya pelaksanaan pembelajaran sudah

sesuai dengan Rencana Pembelajaran yang sudah dibuat, indikator

dari pembelajaran sudah disampaikan, masalah kontektual juga

sudah dimunculkan tapi guru kurang memberi motivasi.

2) Pada kegiatan inti, kekurangan menurut pengamat adalah bahwa

guru tidak memberikan petunjuk dengan jelas ketika bekerja

kelompok, misalnya waktu pengerjaan, adanya presentasi, maupun

cara bekerja kelompoknya. Selain itu guru tidak memberi motivasi,

guru kurang memberi penguatan, serta tidak memberikan kegiatan

yang mengejutkan peserta didik. Dalam poenyampaian materi, guru

tidak terlalu cepat. Tetapi mengingat waktu pelaksanaan yang

terbatas, guru berusaha agar setiap aktivitas pembelajaran dapat

terlaksana. Karena adanya upacara hari senin, waktu yang digunakan

untuk pembelajaran berkurang, setiap 1 jam pembelajaran yang

semula 35 menit dikurangi menjadi 30 menit. Tetapi dalam hal ini

tidak menjadi permasalahan karena guru kelas memberikan waktu

sesuai dengan RP. Sedangkan kegiatan yang lain pada angket

aktivitas guru pada umumnya sudah muncul, hanya saja belum

maksimal.

3) Pada kegiatan penutup aktivitas guru hampir semua dilakukan. Guru

sudah membimbing peserta didik dalam membuat kesimpulan

Page 79: skripsi PTK

66

dengan baik. Namun satu aktivitas yang belum muncul adalah

memberikan PR. Disampaikan oleh guru bahwa siklus 1 ini hanya

terdiri dari 1 pertemuan, sehingga pada pertemuan berikutnya sudah

masuk siklus 2, sehingga materi yang diajarkan juga berbeda. Oleh

karena itu, guru merasa tidak perlu memberikan PR, karena materi

yang diajarkan pada siklus 2 tidak ada kaitanya dengan siklus 1.

Selain itu waktu yang tersedia juga sedikit, padahal guru harus

memberikan evaluasi.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus 2

1. Hasil Penelitian

Siklus 2 dilaksanakan pada hari Rabu, 4 April 2007. hasil penelitian

pembelajaran matematika pada siklus 2 disajikan pada tabel berikut.

a. Pehaman konsep

Ketuntasan No Nama Skor Nilai ya tidak

1 Sunarmo 11 84,6 √ 2 Ita Rusmita 13 100 √ 3 Mualiman 10 76,9 √ 4 Lukman 11 84,6 √ 5 Feri Kurniawan 11 84,6 √ 6 Wasi Gunawan 12 92,3 √ 7 Ikromi

Rahmawati 13 100 √

8 M. Akbar. R 12 92,3 √ 9 Naela

Faidatunnisa 12 92,3 √

10 Septian David Maulana

9 69,2 √

11 Susi Eli Rahmawati

8 61,5 √

12 Ayu Indah Sari 12 92,3 √ Rata-rata 85,88

Page 80: skripsi PTK

67

Banyaknya peserta didik yang tuntas 10

Banyaknya peserta didik yang tidak

tuntas tuntas 2

Ketuntasan 83,33% Data hasil lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 113

b. Sikap peserta didik

Ketuntasan No Nama Skor Nilai Ya Tidak1 Sunarmo 7 70 √ 2 Ita Rusmita 9 90 √ 3 Mualiman 8 80 √ 4 Lukman 7 70 √ 5 Feri

Kurniawan 7 70 √

6 Wasi Gunawan 10 100 √

7 Ikromi Rahmawati 10 100 √

8 M. Akbar. R 10 100 √ 9 Naela

Faidatunnisa 8 80 √

10 Septian David Maulana

10 100 √

11 Susi Eli Rahmawati 9 90 √

12 Ayu Indah Sari 9 90 √

Ketuntasan 75% Rata-rata 86,67

Data hasil lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 114

Sedangkan untuk aktivitas peserta didik dan aktivitas guru disajikan

lengkap dengan siklus 1 agar lebih mudah untuk melihat

peningkatannya. Data aktivitas guru dan peserta didik disajikan dalam

tabel berikut ini.

Page 81: skripsi PTK

68

Siklus 1 Siklus 2 No Penilaian

Rata-rata Ketuntasan Rata-rata Ketuntasan

1 Pemahaman konsep 78,77 58,33% 85,88 83,33%

2 Sikap 81,67 66,67% 86,67 75% 3 Aktivitas Peserta

didik 78,38 83,33

4 Aktivitas Guru 75 81,25 Data aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 116, data aktivitas peserta didik dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 118

2. Pembahasan

a. Pemahaman konsep

Dapat dilihat di tabel bahwa rata-rata kelas mengalami

peningkatan dari 78,77 menjadi 85,88. yang lebih penting lagi adalah

persentase ketuntasan. Dalam jal ini mengalami peningkatan yang

cukup baik, yaitu dari 58,3% meningkat menjadi 83,33%. Batas

ketuntasan yang menjadi acuan oleh peneliti adalah banyaknya peserta

didik yang memperoleh nilai ≥ 75 adalah lebih dari 70% (≥ 70%). Ini

berarti apa yang diharapkan oleh peneliti sudah tercapai. Nilai tertinggi

untuk pemahaman konsep adalah 100, sedangkan nilai terendah adalah

61,5. Ternyata jarak antara nilai tertinggi dan nilai terendah masih

cukup besar tetapi hanya ada 2 peserta didik yang memiliki nilai

kurang dari 75. peserta didik yang belum mencapai 75 adalah Septian

David Maulana dengan nilai 69,2 dan Susi Eli Rahmawati yaitu 61,5.

Ini berarti secara umum nilai peserta didik sudah baik, yang mendapat

nilai diatas 75 adalah 10 anak sehingga peneliti menyimpulkan bahwa

kemampuan peserta didik merata.

Page 82: skripsi PTK

69

Dari hasil penelitian diatas memang bisa dikatakan memuaskan,

hal ini karena teori-teori yang ada juga mendukung. Piaget menyatakan

bahwa pada usia 7-12 tahun yang merupakan tahap operasi konkret,

anak bisa berpikir objektif maupun berpikir logis tentang berbagai hal

dengan syarat hal-hal tersebut disajkan secara konkret. Kekonkretan

itu dapat ditunjukkan dengan adanya alat peraga. Tanpa adanya benda-

benda konkret anak akan mengalami kesulitan dalam memahami

banyak hal atau dalam berpikir logis. Hal ini sangat sesuai dengan

pembelajaran matematika yang diterapkan pada penelitian ini, karena

peserta didiknya kelas V maka pembelajaranya bercirikan

pendayagunaan alat peraga. Tidak hanya Piaget yang menyatakan

demikian, Brunner menyatakan bahwa proses belajar akan berlangsung

secara optimal jika proses pembelajaran diawali dengan tahap enaktif,

yaitu suatu tahap dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif

dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi

yang nyata. Ini berarti pembelajaran dilakukan secara kontekstual

dengan menggunakan alat peraga. Oleh karena itu Ausubel

menyatakan bahwa belajar akan bermakna jika peserta didik mencoba

menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang

sebelumnya. Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah luas

daerah trapesium dan jajargenjang dengan pendekatan luas daerah

persegi panjang. Hal ini berarti bahwa pengetahuan yang diperoleh

pada pembelajaran sebelumnya yaitu tentang konsep luas daerah

Page 83: skripsi PTK

70

persegi panjang dikaitkan dengan pengetahuan yang baru sehingga

pembelajaran ini lebih bermakna. Teori ini tidak akan berlaku jika

guru tidak mampu memanfaatkan alat peraga dengan benar. Oleh

sebab itu, dilakukannya pelatihan mengenai penggunaan alat peraga

dapat memberikan hasil yang optimal. Sehingga pada penelitian ini

pun hasil yang diperoleh membanggakan. Dengan pelatihan dan

pendampingan, kemampuan guru dalam pembelajaran meningkat.

Guru bisa membawa pembelajaran di kelas menjadi lebih baik. Guru

bisa menggunakan alat peraga dengan baik. Oleh karena itu peserta

didik lebih mudah memahami materi yang diajarkan, sehingga hasil

belajarnya pun meningkat.

b. Sikap

Salah satu dari penelitian tindakan kelas ini adalah

meningkatkan sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika.

Sikap yang dimaksud di sini adalah sikap positif sesuai dengan angket

yang ada. Pembentukan sikap telah terjadi dengan sendirinya tetapi

berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan objek

tertentu. Interaksi di dalam maupun di luar kelompok dapat mengubah

sikap maupun membentuk sikap yang baru. Pembelajaran matematika

pada penelitian ini disertai dengan aktivitas yang bekerja dalam

kelompok. Hal ini dimaksudkan agar tejadi interaksi antara peserta

didik dengan peserta didik disamping interaksi peserta didik dengan

guru. Hal ini juga dimaksudkan dalam rangka membentuk sikap.

Page 84: skripsi PTK

71

Pembelajaran ini pun didesain berbeda dengan pembelajaran

matematika yang biasa dilakukan sehingga peserta didik merasa

adanya hal baru sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak

membosankan. Dengan demikian peserta didik akan merasa senang

dengan pembelajaran matematika. Selain itu pemberian penguatan juga

dapat meningkatkan sikap peserta didik. Tujuan dari penggunaan

penguatan adalah membangkitkan dan memelihara motivasi. Jika

peserta didik termotivasi maka peserta didik akan lebih semangat

dalam belajar, sehingga peserta didik akan senang terhadap

pembelajaran matematika dan akhirnya peserta didik memiliki sikap

yang positif terhadap pembelajaran matematika. Pada pembelajaran

matematika kali ini, peserta didik dilibatkan langsung dalam

penggunaan alat peraga, hal ini tidak pernah dilakukan pada

pembelajaran matematika sebelumnya. Itulah yang dilakukan pada

pembelajaran matematika kali ini dan hasil angket peserta didik cukup

baik.

Dari data hasil angket sikap peserta didik diperoleh bahwa rata-

rata sikap peserta didik mengalami peningkatan dari 81,67 menjadi

86,67. yang lebih penting lagi adalah persentase ketuntasan. Dalam hal

ini mengalami peningkatan, yaitu dari 66,67% meningkat menjadi

75%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sikap peserta didik terhadap

pembelajaran matematika semakin baik. Dari 12 peserta didik di kelas

V, ternyata ada 3 peserta didik yang nilai sikapnya kurang dari 75.

Page 85: skripsi PTK

72

Tetapi nilai dari ketiga peserta didik tersebut tidak terlalu rendah,

masing-masing mendapat nilai 70 . Dari 10 butir soal pada angket

sikap peserta didik, rata-rata tiap butir soal cukup baik, hampir setiap

butir soal ada peningkatan sikap peserta didik yang positif. Pada soal

yang ke 7 yaitu ”pembelajaran matematika tidaklah sulit” juga

mengalami peningkatan. Pada siklus 1 ada 7 peserta didik yang tidak

setuju kalau pembelajaran matematika tidaklah sulit, ini berarti 7

peserta didik menyatakan pembelajaran matematika sulit. Sedangkan

pada siklus 2 hanya 6 peserta didik yang menyatakan kalau

pembelajaran matematika sulit.

c. Aktivitas peserta didik

Dari tabel aktivitas, dapat dilihat bahwa nilai aktivitas peserta

didik secara klasikal adalah 83,33. Dari sini berarti aktivitas peserta

didik dalam proses pembelajatan matematika mengalami peningkatan

dari siklus 1 ke siklus 2, hal ini adalah yang diharapkan oleh peneliti.

Kekurangan-kekurangan yang muncul pada siklus 1 sebisa mungkin

untuk diperbaiki pada siklus 2. Guru berusaha memunculkan aktivitas

peserta didik yang belum muncul. Guru juga berusaha meningkatkan

aktivitas peserta didik yang sudah muncul pada siklus 1. Hampir

setiap aktivitas peserta didik yang terdapat pada lembar aktivitas

peserta didik muncul dalam proses pembelajaran pada siklus 2. Hanya

satu aktivitas peserta didik yang belum muncul pada siklus 2, yaitu

kegiatan simulasi atau bermain peran. Dalam pembelajaran

Page 86: skripsi PTK

73

matematika kali ini, guru memang tidak mengonsep adanya simulasi

atau bermain peran maka dari itu indikator ini tidak muncul.

Berdasarkan pengamatan observer aktivitas peserta didik selama

pembelajaran berlangsung juga terlihat cukup aktif. Terbukti dari

beberapa item yang menjadi indikator, hampir semuanya muncul,

mulai dari munculnya kegembiraan dan kesenangan selama

pembelajaran berlangsung, memiliki perhatian dan minat dalam

mempelajari matematika, rasa ingin tahu yang ditunjukkan dengan

banyaknya pertanyaan yang diajukan peserta didik terutama pada saat

mengerjakan LKS. Pembelajaran pada siklus 2 merupakan

pembelajaran yang kedua. Pada pembelajaran kedua ini, peserta didik

mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang dibawakan oleh guru.

Sehingga peserta didik sudah tidak merasa tegang lagi seperti pada

siklus 1, terbukti dengan aktivitas peserta didik yang meningkat.

d. Aktivitas Guru

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh observer

aktivitas guru dalam pembelajaran siklus 2 ini cukup baik. Ada

peningkatan aktivitas guru, misalnya guru banyak berkeliling untuk

mengetahui aktivitas peserta didik dalam bekerja kelompok. Guru

berusaha sebisa mungkin agar setiap pertanyaan dapat memberikan

umpan balik. Guru berusaha memperbaiki dan menambahkan

aktivitas-aktivitas yang tidak muncul pada siklus 1. Guru lebih antusias

dalam proses pembelajaran. Hampir setiap indikator aktivitas guru

Page 87: skripsi PTK

74

muncul pada pembelajaran pada siklus 2. Yang lebih penting lagi

adalah kualitas dari aktivitas yang dilakukan oleh guru. Rata-rata

kualitas aktivitas yang dilakukan oleh guru lebih baik. Namun pada

siklus 2 ini masih ada aktivitas guru yang belum muncul, yaitu

melakukan aktivitas yang mengejutkan peserta didik. Selain aktivitas

yang mengejutkan peserta didik, aktivitas guru yang belum muncul

adalah guru tidak memberikan PR. Dalam hal ini memang waktu yang

tersedia tidak banyak. Selain itu mengingat satu siklus adalah satu

pertemuan, sehingga sebisa mungkin setiap kegiatan dimunculkan

pada setiap pertemuan dari membuka pelajaran sampai evaluasi akhir.

Sehingga setelah evaluasi akhir, pemberian PR jadi kurang bermanfaat,

mengingat pembelajaran berikutnya materi tidak lagi berkaitan. Dari

hasil yang dicapai untuk aktivitas guru ini, skor yang diperoleh dalam

kategori baik. Ini merupakan hasil dari adanya pelatihan. Dalam hal ini

pelatihan memberikan banyak ilmu bagi guru, guru diarahkan agar

dapat menyelesaikan permasalahan yang muncul pada saat

pembelajaran. Guru lebih terampil dalam menggunakan alat peraga,

mampu mengaplikasikan alat peraga dengan benar sehingga manfaat

alat peraga yang begitu besar dalam pembelajaran dapat terealisasikan.

Guru yang ahli dibidangnya dia akan mengajar tanpa adanya suatu

beban. Penguasaan materi yang dimiliki menjadikan guru tidak ragu

dalam menyampaikan kepada peserta didik. Hasilnya, peserta didik

menerimanya dengan baik. Lebih baik lagi, selain penguasaan materi

Page 88: skripsi PTK

75

yang dimiliki, penelitian ini ditunjang dengan sarana yang cukup

memadai, terutama alat peraga. Jadi hasil yang diperolehnya pun lebih

optimal. Secara tidak langsung hasil pembelajaran yang baik ini

disebabkan oleh adanya pelatihan dan pendampingan. Dengan

pelatihan dan pendampingan, kesiapan guru dalam pembelajaran

meningkat. Guru bisa membawa pembelajaran di kelas menjadi lebih

baik. Guru bisa menggunakan alat peraga dengan baik. Oleh karena itu

peserta didik lebih mudah memahami materi yang diajarkan, sehingga

hasil belajarnya pun meningkat.

Page 89: skripsi PTK

76

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari seluruh pelaksanaan kegiatan tindakan kelas di kelas V SD N

Sekaran 2, Kec. Gunungpati, Semarang dapat disimpulkan.

1. Pelatihan dengan pemodelan melalui VCD yang disertai pendampingan

dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta didik kelas V

SD Negeri Sekaran 02 pada materi pokok luas bangun datar. Peningkatan

kemampuan pemahaman konsep ini terlihat dari adanya peningkatan hasil

tes akhir pada setiap siklus dari 78,77 pada siklus 1 menjadi 85,88 pada

siklus 2. Begitu pula dalam hal ketuntasan belajar secara klasikal juga

mengalami peningkatan dari 58,33% pada siklus 1 menjadi 83,33% pada

siklus 2. Angka ini telah melampaui kriteria ketuntasan belajar yang

ditetapkan kelas yang bersangkutan dimana syarat ketuntasan belajar

adalah jika rata-rata hasil tes minimal 75 dengan persentase ketuntasan ≥

70 %.

2. Pelatihan dengan pemodelan melalui VCD yang disertai pendampingan

dapat meningkatkan sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika

3. Pembelajaran matematika dengan pendayagunaan alat peraga, di samping

dapat meningkatkan pemahaman konsep dan sikap peserta didik juga dapat

meningkatkan aktivitas guru maupun peserta didik.

Page 90: skripsi PTK

77

B. Saran

Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan

kelas maka saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan pemahaman konsep merupakan kemampuan dasar, diatasnya

ada kemampuan pemecahan masalah, penalaran, dan analisis.

Kemampuan pemahaman konsep sangat diperlukan dalam rangka menuju

ke tingkat kemampuan diatasnya. Oleh karena itu guru harus berusaha

agar setiap peserta didik memahami konsep yang diajarkan.

2. Pembelajaran matematika dengan pendayagunaan alat peraga yang

didukung kesiapan guru sebagai pelaksana pembelajaran dapat

meningkatkan pemahaman konsep dan sikap peserta didik. Tetapi

disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kajian utama

penalaran komunikasi, pemecahan masalah maupun analisis.

Page 91: skripsi PTK

78

DAFTAR PUSTAKA

Adiawan, M Cholik. 2004. Pelajaran Matematika SD Jilid V. Jakarta: Erlangga Anni, C. T. dkk. 2005. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press. Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).

Jakarta: Bumi Aksara. Arni, F. 2002. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Mata Pelajaran

Matematika Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas. Dimyati, Mudjiono. 1998. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Dikdasmen. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning). Jakarta: Depdiknas. Hujono, Herman. 2005.Pengembangan Kurikulum dan Pengembangan

Matematika. Malang: UM Press Malang. Isti H dkk. 2006. Srategi Pelatihan Guru SD untuk Melaksanakan Pembelajaran

Matematika Kurikulum 2004 dengan Pemodelan melalui VCD dan Pendampingan. Usulan Research Grant Program Due-like Batch III . Semarang: UNNES.

Isti H dkk. 2000. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Bercirikan

Pendayagunaan Alat Peraga di sekolah Dasar.Jurnal Penelitian Pendidikan. Semarang: Lembaga Penelitian UNNES.

Maryani, Sri. 2005. Pengembangan Sikap Kritis Peserta didik Melalui

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Partisipatoris pada Peserta didik Kelas II E Semester 1 SMP Negeri 1 Garung Wonosobo Tahun Pelajaran 2004/2005. (Skripsi Sarjana Pendidikan Matematika). FMIPA Uneversitas Negeri Semarang.

Muzaqi. 2007. Peran Pendampingan dalam Pelaksanaan Pembelajaran di Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat. Laporan. http://www.damandiri.or.id/file/muzaqiunair.pdf

Page 92: skripsi PTK

79

Natawidjaya, R. 1979. Psikologi Sosial dan Umum. Jakarta: Depdikbud. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapanya dalam KBK.

Malang: Universitas Negeri Malang. Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES Press. Sugiarto dan Isti H. 2005. Hand Out Workshop Pendidikan Matematika 1.

Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Sugiono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Supardjo. 2004. Matematika Gemar Berhitung 5. Solo: PT Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri. Sutarno, R. 1989. Psikologi sosial. Yogyakarta: Kanisius. Suyitno, Amin. 2005. Handout Dasar – dasar dan Proses Pembelajaran

Matematika I. Semarang: UNNES. Tim Instruktur PKG. 1988. Alat Peraga / Praktik Matematika. Kumpulan Hasil

PKG Jawa Tengah. Semarang.