SKRIPSI PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEPUASAN KERJA, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DI PEMERINTAH KOTA MEDAN OLEH YUANITA LAROSA HUSNI 130503076 PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
104
Embed
SKRIPSI PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SKRIPSI
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEPUASAN KERJA, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA
MANAJERIAL DI PEMERINTAH KOTA MEDAN
OLEH
YUANITA LAROSA HUSNI 130503076
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan
Anggaran, Kepuasan Kerja, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Akuntabilitas
Publik terhadap Kinerja Manajerial di Pemerintah Kota Medan” adalah
benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
Program Strata-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh
telah dinyatakan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini
tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas
Sumatera Utara.
Medan, 2017 Yang Membuat Pernyataan,
NIM : 130503076 Nama : Yuanita Larosa Husni
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEPUASAN KERJA, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN AKUNTABILITAS
PUBLIK TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DI PEMERINTAH KOTA MEDAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apakah
partisipasi penyusunan anggaran, kepuasan kerja, kejelasan sasaran anggaran dan akuntabilitas publik terhadap kinerja manajerial di Pemerintah Kota Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah PPK-SKPD dan Bendahara pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Medan.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah analisis statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Variabel Independen pada penelitian ini adalah partisipasi penyusunan anggaran, kepuasan kerja, kejelasan sasaran anggaran dan akuntabilitas publik sedangkan Variabel Dependennya adalah kinerja manajerial dengan. Jumlah populasi penelitian ini terdiri dari 19 Dinas, 12 Badan, dan 8 Kantor/Inspektorat dengan menggunakan sampel jenuh diperoleh 78 orang sebagai sampel. Jenis data yang dipakai adalah data primer.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan partisipasi penyusunan anggaran, kepuasan kerja, kejelasan sasaran anggaran dan akuntabilitas publik berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Medan. Secara parsial variabel partisipasi penyusunan anggaran, kepuasan kerja, kejelasan sasaran anggaran dan akuntabilitas publik berpengaruh signifikan terhadap kinerja manjerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Medan. Kata Kunci : Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kepuasan Kerja, Kejelasan
EFFECT OF PARTICIPATION BUDGET PREPARATION, JOB SATISFACTION, CLARITY AND BUDGET TARGET PUBLIC
ACCOUNTABILITY TO PERFORMANCE MANAGERIAL CITY GOVERNMENT IN MEDAN
This study aims to identify and analyze whether budgetary participation, job satisfaction, budget goal clarity and accountability to managerial performance in Medan City government. The population in this study is the KDP-SKPD and Treasurer at Work Unit (SKPD) of Medan. The method of this thesis is a descriptive statistical analysis, test data quality, classic assumption test, and hypothesis testing. Independent variables in this study are budgeting participation, job satisfaction, budget goal clarity and accountability, while the dependent variable is the performance of managerial. The study population consisted of 19 Office, 12 the Agency, and 8 Office / Inspectorate using saturated sample obtained 78 votes in the sample. The type of data used is primary data. The results of this study prove that simultaneous budget participation, job satisfaction, budget goal clarity and public accountability significant effect on managerial performance in the regional work units (SKPD) of Medan. In partial budgeting participation, job satisfaction, budget goal clarity and public accountability significant effect on the performance of manjerial on regional work units (SKPD) of Medan. Keywords: Budgeting Participation, Job Satisfaction, Goal Clarity Budget,
Public Accountability, Managerial Performance
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat serta karunia yang telah diberikan-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh
Mutia, Popo dan Karimah. Adik- Adik cantik tapi cabe: Namira Friliandita dan
Namira Ayasha. Yang paling di sayang dan selalu ada: Miftah Muflih, Fadly
Hasan Siregar, Kanik, Kanada, Kain, Kamiti dan Kanica. Teman-teman lainnya
yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang selalu memberikan dukungan
dalam pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Medan, 2017 Yang Membuat Pernyataan,
NIM : 130503076
Nama : Yuanita Larosa Husni
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ..................................................................................... i ABSTRAK .............................................................................................. ii ABSTRACT ........................................................................................... iii KATA PENGANTAR ............................................................................ iv DAFTAR ISI .......................................................................................... vi DAFTAR TABEL .................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 8 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 10 2.1 Pertisipasi Penyusunan Anggaran..................................... 10
2.2 Kepuasan Kerja ............................................................... 12 2.2.1 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ...................................................... 13 2.2.2 Model-model Kepuasan Kerja ................................ 14 2.2.3 Indikator Kepuasan Kerja ...................................... 15 2.2.4 Tindakan Atas Kepuasan Kerja .............................. 16
BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 30 3.1 Jenis Penelitian ............................................................... 30 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 30 3.3 Tempat dan Jadwal Penelitian .......................................... 32 3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ..................... 32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5 Jenis dan Sumber Data ..................................................... 35 3.6 Metode Pengumpulan Data ............................................. 36 3.1 Metode Analisis Data. ...................................................... 37
3.7.1 Uji Kualitas Data ..................................................... 37 3.7.2 Analisis Statistik Deskriptif ..................................... 37 3.7.3 Uji Asumsi Klasik ................................................... 38 3.7.4 Analisis Regresi Linear Berganda ............................ 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 42 4.1. Gambaran Umum Kota Medan ......................................... 42 4.1.1 Sejarah singkat Kota Medan ..................................... 42 4.1.2 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan ............ 43
4.2. Data Penelitian.................................................................. 44 4.3. Analisis Statistik Deskriptif .............................................. 45 4.4. Analsis Data ..................................................................... 44
4.4.1 Uji Kualitas Data ....................................................... 46 4.4.2 Uji Asumsi Klasik ..................................................... 48 4.4.3 Hasil Uji Regresi Berganda ....................................... 51 4.4.4 Hasil Pengujian Hipotesis.......................................... 53 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian .............................................. 58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 60 5.1. Kesimpulan....................................................................... 60 5.2. Keterbatasan Penelitian ..................................................... 60 5.3. Saran ................................................................................ 61 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 63 LAMPIRAN............................................................................................... 66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 23 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian SKPD Pemerintahan Kota Medan ................................................ 31 3.2 Daftar Populasi dan Sampel ....................................................... 34 4.1 Data Hasil Kuisoner .................................................................... 44 4.2 Statistik Deskriptif ...................................................................... 45 4.3 Hasil Uji Validitas ....................................................................... 46 4.4 Hasil Uji Realibilitas ................................................................... 48 4.5 Hasil Uji Normalitas ................................................................... 49 4.6 Hasil Uji Multikoleniaritas .......................................................... 50 4.7 Hasil Analisi Regresi Berganda ................................................... 52 4.8 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ......................................... 54 4.9 Hasil Uji F .................................................................................. 54 4.10 Hasil Uji t ................................................................................... 55
a. Sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para pengurus. b. Alasan-alasan pihak manajer pada saat anggaran diproses. c. Keinginan memberikan partisipasi penyusunan anggaran kepada pihak manajer tanpa diminta. d. Sejauh mana manajer mempunyai pengaruh dalam anggaran akhir. e. Kepentingan manajer dalam partisipasinya terhadap anggaran. f. Anggaran didiskusikan antara pihak manajer puncak dengan manajer pusat pertanggungjawaban pada saat anggaran disusun. 2.1.1 Manfaat Partisipasi Penyusunan Anggaran
Menurut Siegel dan Marconi (1989:139), manfaat dari partisipasi
penyusunan anggaran, yaitu:
1. Memacu peningkatan moral dan inisiatif untuk mengembangkan ide dan informasi pada seluruh tingkat manajemen. 2. Meningkatkan group cohesiveness yang kemudian meningkatkan kerjasama antarindividu dalam pencapaian tujuan. 3. Terbentuknya group internalization, yaitu penyatuan tujuan individu dan organsiasi. 4. Menghindari tekanan dan kebingungan dalam melaksanakan pekerjaan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Manajer menjadi tanggap pada masalah-masalah subunit tertentu serta memiliki pemahaman yang lebih baik tentang ketergantungan antardepartemen. 2.1.2 Pendekatan Dalam Partisipasi Penyusunan Anggaran
Anthony dan Govindarajan (2005:86) menyatakan bahwa terdapat dua
pendekatan dalam penyusunan anggaran, yaitu pendekatan dari atas ke bawah (top
down approach) dan pendekatan dari bawah ke atas (bottom up approach). Selain
itu, terdapat satu pendekatan lain yang merupakan penggabungan dari kedua
pendekatan tersebut, yaitu pendekatan partisipasi.
Dalam pendekatan bersifat dari atas ke bawah (top down approach),
manajemen senior menetapkan anggaran bagi tingkat yang lebih rendah sehingga
pelaksana anggaran hanya melakukan apa saja yang telah disusun. Tapi
pendekatan ini jarang berhasil karena mengarah kepada kurangnya komitmen dari
sisi pembuat anggaran dan hal ini membahayakan keberhasilan rencana anggaran.
Dalam pendekatan bersifat dari bawah ke atas (bottom up approach),
anggaran sepenuhnya disusun oleh bawahan dan selanjutnya, diserahkan kepada
atasan untuk mendapatkan pengesahan. Dalam pendekatan ini, manajer tingkat
yang lebih rendah berpartisipasi dalam menentukan besarnya anggaran.
Pendekatan dari bawah ke atas dapat menciptakan komitmen untuk
mencapai tujuan anggaran, tetapi apabila tidak dikendalikan dengan hati-hati
dapat menghasilkan jumlah yang sangat mudah atau tidak sesuai dengan tujuan
keseluruhan perusahaan.
2.2 Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan satu diantara beberapa faktor penting dalam
peningkatan kinerja seorang pegawai dalam suatu instansi atau perusahaan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan
kinerja pegawai yang tentunya akan berdampak pula terhadap instansi.
Setiap karyawan secara individual mempunyai kepuasan kerja yang
berbeda, sekalipun berada dalam tipe pekerjaan yang sama hal ini tergantung
tingkat kebutuhannya dan sistem yang berlaku pada dirinya. Husain Umar
(2008:213), medefinisikan kepuasan kerja adalah perasaan dan penilaian seorang
atas pekerjaannya, khususnya menegenai kondisi kerjanya, dalam hubungannya
dengan apakah pekerjaannya mampu memenuhi harapan, kebutuhan, dan
keinginannya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
adalah keadaan psikis yang menyenangkan yang dirasakan oleh pekerja dalam
suatu lingkungan pekerjaan karena terpenuhinya kebutuhan secara memadai.
Menurut Harianja (2002:290) kepuasan kerja didefinisikan dengan sejauh
mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau
dimensi dari tugas-tugas dalam pekerjaannya. Kepuasan kerja pada dasarnya
merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada
dirinya.
Semakin tinggi penilaian terhadap kegiatan yang dirasakan sesuai dengan
keinginan individu, maka semakin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut.
Jadi, secara garis besar kepuasan kerja dapat diartikan sebagai hal yang
menyenangkan atau yang tidak menyenangkan ketika pegawai memandang
pekerjannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Baron & Byrne (1994:45) ada dua faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja. Faktor pertama yaitu faktor organisasi yang berisi kebijaksanaan
perusahaan dan iklim kerja. Faktor kedua yaitu faktor individual atau
karakteristik karyawan. Pada faktor individual ada dua predictor penting terhadap
kepuasan kerja yaitu status dan senioritas. Status kerja yang rendah dan pekerjaan
yang rutin akan banyak kemungkinan mendorong pegawai untuk mencari
pekerjaan lain, hal itu berarti dua faktor tersebut dapat menyebabkan
ketidakpuasan kerja dan pegawai yang memiliki ketertarikan dan tantangan kerja
akan lebih merasa puas dengan hasil kerjanya apabila mereka dapat
menyelesaikan dengan maksimal.
Kedua faktor di atas tentunya sangat mempengaruhi pegawai dalam hal
kepuasan kerja. Semakin baik faktor tersebut diterima oleh pegawai, maka akan
semakin besar pula tingkat kepuasan kerja yang ia dapatkan. Begitu pula
sebaliknya, semakin buruk faktor tersebut diterima oleh pegawai, maka akan
semakin kecil pula tingkat kepuasan kerja yang ia dapatkan.
2.2.2 Model-Model Kepuasan Kerja
Dalam membangun kepuasan kerja, dikenal beberapa model kepuasan
kerja yang harus diketahui seorang pimpinan jika ingin meningkatkan kepuasan
kerja pegawainya. Menurut Kreitner dan Kinicki (2008:271) ada 5 model
kepuasan kerja yang menyatakan sebab-sebab kepuasan kerja, yaitu:
a. Pemenuhan kebutuhan Model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan oleh karakteristik dari sebuah pekerjaan memungkinkan seorang individu untuk memenuhi kebutuhannya. Hal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ini menyatakan kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat mempengaruhi kepuasan maupun berhentinya pegawai. b. Ketidakcocokan Model ini menjelaskan bahwa kepuasan adalah hasil dari harapan yang terpenuhi. Harapan yang terpenuhi mewakili perbedaan antara apa yang diharapkan oleh seorang individu dari sebuah pekerjaan, seperti upah dan kesempatan promosi yang baik, dan apa yang pada kenyataannya diterimanya. Pada saat harapan lebih besar daripada yang diterima, seseorang akan merasa tidak puas. c. Pencapaian Nilai Model ini menjelaskan kepuasan berasal dari persepsi bahwa suatu pekerjaan untuk pemenuhan nilai-nilai kerja yang penting dari seorang individu. Pimpinan dapat meningkatkan kepuasan pegawainya dengan melakukan strukturisasi lingkungan kerja, penghargaan, dan pengakuan yang berhubung dengan nilai-nilai pegawai. d. Persamaan Model ini menjelaskan bahwa kepuasan adalah suatu fungsi dari bagaimana seorang individu diperlakukan secara adil di tempat kerja. Kepuasan berasal dari persepsi seseorang bahwa output pekerjaan relatif sama dengan inputnya. e. Komponen watak/genetik Model ini menunjukkan bahwa perbedaan individu yang stabil sama pentingnya dengan menjelaskan kepuasan kerja dan karakteristik lingkungan kerja. Faktor-faktor genetik juga ditemukan secara signifikan dapat memprediksi kepuasan hidup, kesejahteraan, dan kepuasan kerja secara umum. Dapat disimpulkan bahwa kelima model kepuasan kerja di atas menyatakan sebab-sebab kepuasan kerja ditentukan oleh karakteristik dari sebuah pekerjaan, hasil dari harapan yang terpenuhi, persepsi bahwa suatu pekerjaan untuk pemenuhan nilai-nilai kerja yang penting dari seorang individu, bagaimana seorang individu diperlakukan secara adil di tempat kerja, dan juga faktor-faktor genetik. 2.2.3 Indikator Kepuasan Kerja
Seorang pimpinan harus mengetahui dengan pasti mengenai indikator-
indikator yang dapat memberikan kepuasan kerja terhadap pegawainya. Menurut
Mangkunegara (2002:118), indikator-indikator kepuasan kerja, antara lain :
a. Kedisiplinan Kepuasan kerja berdasarkan disiplin waktu diperoleh dari pekerjaan maka kedisiplinan pegawai menjadi lebih baik. Sebaliknya, kepuasan kerja yang kurang tercapai akan mengakibatkan kedisiplinan pegawai rendah. b. Perputaran tenaga kerja (turnover) Kepuasan kerja lebih tinggi dihubungkan dengan turnover pegawai yang rendah. Sedangkan pegawai-pegawai yang kurang puas biasanya turnover-nya lebih tinggi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Moral kerja Moral kerja sifatnya subjektif, yakni bergantung kepada perasaan seseorang sehubungan dengan pekerjaannya maka dapat dikatakan moral kerja pegawai tersebut dapat menjadi baik dan begitu juga sebaliknya. d. Umur Pegawai yang tua kecenderungan merasa puas daripada pegawai yang berumur relatif muda. Hal ini diasumsikan bahwa pegawai yang lebih tua lebih berpengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan. Sedangkan pegawai usia muda biasanya mempunyai harapan yang ideal tentang dunia kerjanya, sehingga apabila antara harapannya dengan realita kerja terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan dapat menyebabkan mereka menjadi tidak puas. e. Ukuran Organisasi Perusahaan Ukuran organisasi perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Hal ini karena besar kecil suatu perusahaan berhubungan pula dengan koordinasi, komunikasi, dan partisipasi pegawai. Indikator kepuasan kerja di atas secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kepuasan kerja seorang pegawai terhadap pekerjaannya. 2.2.4 Tindakan atas Ketidakpuasan Kerja
Kepuasan kerja tidak selamanya muncul sesuai harapan pimpinan.
Menurut Robbin dan Judge (2008:111) ada 4 tindakan/respon yang dikeluarkan
oleh pegawai ketika pegawai tersebut merasa tidak puas, yaitu:
a. Keluar (Exit) : Perilaku yang agresif untuk meninggalkan organisasi termasuk mencari posisi baru dan mengundurkan diri. b. Aspirasi (Voice) : Secara aktif dan konstruktif berusaha untuk memperbaiki kondisi termasuk menyarankan perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan beberapa bentuk aktivitas serikat kerja. c. Kesetiaan (Loyality) : Secara pasif tetapi optimis menunggu membaiknya kondisi, termasuk membela organisasi ketika berhadapan dengan kecaman eksternal dan mempercayai organisasi dan manajemen untuk melakukan hal yang benar. d. Pengabaian (Reglect) : Secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih buruk termasuk ketidakhadiran atau keterlambatan yang terus menerus, kurangnya usaha, dan meningkatnya kesalahan.
Keempat hal di atas merupakan bentuk yang biasanya kita lihat di dalam
dunia kerja apabila seorang pegawai merasa tidak puas terhadap kondisi
lingkungan kerja yang ia hadapi. Guna menghindari hal tersebut, pimpinan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
diharapkan melakukan pendekatan kepada para bawahannya untuk dapat
mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan kerja yang dirasakan oleh pegawai.
2.3 Kejelasan Sasaran Anggaran
Kenis (1979) mengungkapkan salah satu karakteristik sistem
penganggaran adalah kejelasan sasaran anggaran yang menunjukkan tujuan
anggaran ditetapkan dengan jelas dan spesifik agar anggaran tersebut dapat
dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran
tersebut. Sasaran anggaran yang jelas ini tentunya akan membantu aparat
pelaksana anggaran untuk mencapai target realisasi anggaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sasaran anggaran yang jelas juga akan mempermudah
SKPD untuk menyusun target anggaran. Kemudian, target-target anggaran yang
disusun akan disesuaikan dengan sasaran yang ingin dicapai pemerintah daerah.
Penentuan sasaran anggaran secara spesifik akan membuat suatu
organisasi menjadi lebih produktif dibandingkan jika tidak ada penentuan sasaran.
Hal tersebut akan mendorong pegawai untuk dapat melakukan kinerja yang
terbaik. Kesenjangan anggaran merupakan tindakan bawahan yang mengecilkan
kapasitas produktifnya ketika bawahan diberi kesempatan untuk menentukan
standar kinerjanya. Hal ini menyebabkan perbedaan antara anggaran yang
dilaporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi organisasi.
Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas
organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang, dan tidak puas dalam bekerja.
Hal ini menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak pasti (Suhartono dan
Mochammad, 2006).
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kejelasan sasaran
anggaran menggambarkan seberapa luas suatu sasaran anggaran yang selanjutnya
dinyatakan secara jelas dan spesifik serta dimengerti oleh pihak yang
bertanggungjawab terhadap pencapaiannya. Sasaran anggaran yang tidak jelas
dapat menyebabkan kebingungan, tekanan, dan ketidakpuasan dari pegawai yang
akan berdampak buruk terhadap kinerja manajerial.
2.4 Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban pihak pemegang amanah
(agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, serta
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan
untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mahsun, 2006:83). Selain itu,
akuntabilitas juga merupakan pertanggungjawaban kepada publik atas setiap
aktivitas yang dilakukan.
Akuntabilitas publik mengandung makna bahwa hasil dari suatu entitas,
baik dalam bentuk fungsinya, program, dan kegiatan, maupun kebijakan suatu
lembaga publik harus dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat (public disclosure), dan masyarakat dapat dengan mudah mengakses
informasi dimaksud tanpa hambatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas berhubungan
dengan kewajiban dari institusi pemerintahan maupun para aparat yang bekerja di
dalamnya untuk membuat kebijakan maupun melakukan aksi yang sesuai dengan
nilai yang berlaku.
2.4.1 Akuntabilitas dalam Pelaporan Keuangan
Menurut Sadjiarto (2000:143), pemerintah daerah memiliki kewajiban
untuk mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran kepada publik dalam
bentuk penyajian informasi keuangan organisasi. Pelaporan keuangan pemerintah
pada umumnya hanya menekankan pada pertanggungjawaban apakah sumber
dana yang diperoleh sudah digunakan sesuai dengan anggaran atau
perundangundangan yang berlaku, dan apakah penggunaan dana telah sesuai
dengan prinsip - prinsip pengelolaan sebagaimana termuat dalam prinsip tata
kelola pemerintahan yang baik.
2.4.2 Sifat Akuntabilitas Pemerintah
Menurut Mardiasmo (2002:21), laporan keuangan pemerintah dapat
dipakai untuk menilai akuntabilitas pemerintah. Dalam konteks penyelenggaraan
pemerintahan, akuntabilitas pemerintah dapat dipandang dari berbagai perspektif.
Dari perspektif akuntansi, American Accounting Association (1970) dalam
Sadjiarto (2000:140) menyatakan bahwa akuntabilitas sebagai suatu entitas
pemerintahan dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu akuntabilitas terhadap:
a. Sumber daya finansial b. Kepatuhan terhadap aturan hukum dan kebijaksanaan administratif c. Efisiensi dan ekonomisnya suatu kegiatan d. Hasil program dan kegiatan pemerintah yang tercermin dalam pencapaian tujuan, manfaat, dan efektivitas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sedangkan dari perspektif fungsional, akuntabilitas dilihat sebagai suatu
tingkatan dengan lima tahap yang berbeda yang diawali dari tahap yang lebih
banyak membutuhkan ukuran-ukuran obyektif (legal compliance) ke tahap yang
membutuhkan lebih banyak ukuran-ukuran subyektif. Tahap-tahap tersebut
adalah:
a. Probity and legality accountability
Hal ini menyangkut pertanggungjawaban penggunaan dana sesuai dengan
anggaran yang telah disetujui dan sesuai dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku (compliance).
b. Process accountability
Dalam hal ini digunakan proses, prosedur, atau ukuran-ukuran dalam
melaksanakan kegiatan yang ditentukan (planning, allocating, and managing).
c. Performance accountability
Pada tahap ini, dilihat apakah kegiatan yang dilakukan sudah efisien dan
ekonomis (efficient and economy).
d. Program accountability
Pada tahap ini, akan disoroti penetapan dan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan tersebut (outcomes and effectiveness).
e. Policy accountability
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan berbagai kebijakan yang akan diterapkan atau
tidak (value).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari perspektif sistem akuntabilitas, American Accounting Association (1970)
dalam Sadjiarto (2000:141) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa
karakteristik pokok sistem akuntabilitas, yaitu:
a. Berfokus pada hasil (outcomes) b. Menggunakan beberapa indikator yang telah dipilih untuk mengukur kinerja c. Menghasilkan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan atas suatu program atau kebijakan d. Menghasilkan data secara konsisten dari waktu ke waktu e. Melaporkan hasil (outcomes) dan mempublikasikannya secara teratur
Berdasarkan penjelasan di atas, disimpulkan bahwa konsep akuntabilitas publik
didasari pada persepsi atau pemikiran bahwa rakyat tidak hanya berhak mengetahui
pada pelaporan pertanggungjawaban keuangan saja, tetapi juga nonkeuangan, atau
yang lebih dikenal dengan sebutan akuntabilitas kerja. Dengan terwujudnya
akuntabilitas kerja, diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi akuntabilitas menjadi
sebuah kebutuhan bagi setiap penyelenggaraan kepemerintahan dalam
mempertanggungjawabkan amanah yang diterima sesuai dengan prinsip demokrasi.
2.5 Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial merupakan hasil dari proses aktivitas manajerial yang efektif
mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan
pertanggungjawaban, pembinaan, dan pengawasan. Variabel kinerja manajerial diukur
dengan menggunakan instrumen self rating yang dikembangkan oleh Mahoney (1963),
di mana setiap responden diminta untuk mengukur kinerja sendiri ke dalam delapan
dimensi, yaitu perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan,
pemilihan staf, negosiasi, dan perwakilan, serta satu dimensi pengukuran kinerja
seorang kepala dinas, kepala bagian dan kepala bidang secara keseluruhan. Kinerja
manajerial merupakan seberapa jauh manajer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kinerja manajerial ini diukur dengan menggunakan indikator (Mahoney,
1963):
1. Perencanaan Adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur, penganggaran, dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. 2. Investigasi Merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan. 3. Koordinasi Menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan. 4. Evaluasi Adalah penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana yang telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan. 5. Supervisi Yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan. 6. Staffing Yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan, dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unitnya atau unit kerja lainnya. 7. Negosiasi Yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan, atau kontrak untuk barang-barang dan jasa. 8. Representasi Yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan kegiatan- kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan kantor-kantor lain.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja manajerial didefinisikan
sebagai seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan
organisasi. Kinerja tersebut dinyatakan efektif apabila tujuan anggaran tercapai dan
bawahan mendapatkan kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam proses
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penyusunan anggaran. Adapun bentuk lain dari kinerja manajerial ini dapat berupa
motivasi bawahan, mengidentifikasi dan melakukan negosiasi dengan atasan mengenai
target anggaran, menerima kesepakatan anggaran, serta melaksanakannya.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penilitian ini adalah merupakan replikasi dari penelitian-penelitian
terdahulu yaitu penelitian Soetrisno (2010), penelitian Solina (2014) dan
penelitian Zikrayati (2016) Adapun ringkasan dari penelitian terdahulu dapat
dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1. Soetrisno (2010) Pengaruh Partisipasi, Motivasi, dan Pelimpahan Wewenang dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di Kabupaten Rembang)
Variabel Independen: Pengaruh Partisipasi, Motivasi, dan Pelimpahan Wewenang dalam Penyusunan Anggaran Variabel Dependen: Kinerja Manajerial
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dan pelimpahan wewenang berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial dengan hasil sedang, sedangkan variabel motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial ditunjukkan perhitungan hasil pengujian statistik bahwa nilai koefisien regresi variabel motivasi adalah 0,039. Nilai ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 dengan p value 0,306.
Variabel Independen: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran
Hasil penelitian membuktikan bahwa 1) Akuntabilitas Publik berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD (H1 diterima), 2) partisipasi penyusunan anggaran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Anggaran, dan Struktur Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD Kota Tanjung Pinang
Anggaran, dan Struktur Desentralisasi Variabel Dependen: Kinerja Manajerial
berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD (H2 diterima), 3) Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD (H3 diterima), 4) Struktur desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD, dan 5) Akuntabilitas, partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan struktur desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.
3. Zikrayati (2016) Pengaruh Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran, Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Manajerial dan Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi pada PTPN 1 Langsa)
Variabel Independen: Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran, dan Kepuasan Kerja Variabel Intervening: Motivasi Variabel Dependen: Kinerja Manajerial
1) Komitmen organisasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2009) dan Oktavia (2009) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial. 2) Partisipasi anggaran secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramesthiningtyas (2011) dan Sinaga (2009) yang menyatakan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. 3) Kepuasan kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian ini sejalan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tunti (2008) yang menyatakan bahwa Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial. 4) Komitmen or ganisasi, partisipasi anggaran dan kepuasan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial 5) Motivasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuhri (2015) yang menyatakan bahwa motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial
2.7 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan yang
mencerminkan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya dari
penelitian yang sedang diteliti.
Menurut Soetrisno (2010), motivasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja
manajerial. Keberhasilan seorang manajer ditentukan oleh kemampuannya
memotivasi orang lain, baik bawahan, sejawat, maupun setiap orang yang
diharapkan dapat menerima motivasi yang disampaikan. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Soetrisno (2010) menunjukkan bahwa variabel motivasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada dinas daerah dan
lembaga teknis daerah di Kabupaten Rembang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Partisipasi anggaran menggambarkan keterlibatan manajer pusat
pertanggungjawaban mulai dari tingkat bawah, menengah dan tingkat atas dalam
proses penyusunan anggaran. Keterlibatan para manajer ini sangat penting dalam
upaya memotivasi mereka guna mencapai tujuan perusahaan.
Partisipasi merupakan suatu proses dimana individu-individu terlibat langsung
didalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan anggaran. Partisipasi para
manajer dalam proses penyusunan anggaran menciptakan terjadinya komunikasi yang
baik, interaksi satu sama lain serta bekerja sama dalam team guna mencapai tujuan
perusahaan. Sedangkan kinerja merupakan evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan
lewat atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan. terhadap pekerjaan yang
dilakukan lewat atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan.
Kenis (1979) mengungkapkan salah satu karakteristik sistem penganggaran
adalah kejelasan sasaran anggaran yang menunjukkan sejauh mana tujuan anggaran
ditetapkan dengan jelas dan spesifik agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh
orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Sasaran
anggaran yang jelas akan membantu aparat pelaksana anggaran dalam mencapai
target realisasi anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya, yang tentunya secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kinerja manajerial.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk. (2014) menunjukkan bahwa kejelasan
sasaran anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng Bali.
Menurut Mardiasmo (2006:203), akuntabilitas merupakan prinsip
pertanggungjawaban yang berarti bahwa proses penganggaran dimulai dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Definisi ini menegaskan
pentingnya akuntabilitas publik dalam peningkatan kinerja manajerial, karena dengan
adanya akuntabilitas, pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran kepada publik dalam bentuk
penyajian informasi keuangan organisasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Solina (2014) menunjukkan bahwa
akuntabilitas publik berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD
Kota Tanjung Balai Provinsi Kepulauan Riau. Adapun hubungan antarapartisipasi
penyusunan anggaran, kepuasan kerja, kejelasan sasaran anggaran, dan
akuntabilitas publik terhadap kinerja manajerial dapat dilihat pada kerangka
konseptual pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
H4 Akuntabilitas Publik
(X4)
Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1)
Kepuasan Kerja (X2)
Kejelasan Sasaran Anggaran (X3)
Kinerja Manajerial (Y)
H1
H2
H3
H5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.8 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian (Sugiyono, 2007:51). Dari kerangka konseptual di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
H1
H
: Partisipasi Penyusunan Anggaran secara parsial berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial di Pemerintah Kota Medan.
2
H
: Kepuasan kerja secara parsial berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial di Pemerintah Kota Medan.
3
H
: Kejelasan Sasaran Anggaran secara parsial berpengaruh positif terhadap
kinerja manajerial di Pemerintah Kota Medan.
4
H
: Akuntabilitas Publik secara parsial berpengaruh positif terhadap kinerja
Anggaran, dan Akuntabilitas Publik secara simultan berpengaruh positif
terhadap Kinerja Manajerial di Pemerintah Kota Medan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah asosiatif kausal
(hubungan sebab akibat) dimana jika variabel dependen dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen tertentu, maka dapat dinyatakan bahwa
variabel X menyebabkan variabel Y (Erlina, 2007:66). Unit analisis dalam
penelitian ini yaitu SKPD di Kota Medan yang berjumlah 39 yang terdiri dari
Inspektorat/Badan/Kantor, dan Dinas Daerah. Horizon waktu yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi cross-sectional, yaitu studi yang dilakukan
dengan data yang hanya sekali dikumpulkan (Sekaran, 2004:177).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, sesuatu yang mempunyai
karakteristik tertentu (Erlina, 2007:73). Populasi dalam penelitian ini adalah PPK-
SKPD dan Bendahara pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Medan,
yang terdiri dari 19 Dinas, 12 Badan, dan 8 Kantor/Inspektorat (Tabel 3.1).
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua
anggota populasi, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2006:56).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian SKPD Pemerintahan Kota Medan
No. Badan/Dinas/Kantor 1. Dinas Komunikasi dan Informasi. 2. Dinas Perhubungan 3. Dinas Koperasi dan UMKM 4. Dinas Pendidikan 5. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 6. Dinas Kesehatan 7. Dinas Pertanian dan Kelautan 8. Dinas Perumahan dan Pemukiman 9. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan 10. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 11. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja 12. Dinas Kebersihan 13. Dinas Pendapatan Daerah 14. Dinas Pemuda dan Olahraga 15. Dinas Penanaman Modal 16. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 17. Dinas Pemadam Kebakaran 18. Dinas Pertamanan 19. Dinas Bina Marga 20. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu 21. Badan Penelitian dan Pengembangan 22. Badan Ketahanan Pangan 23. Badan Lingkungan Hidup 24. Badan Pengelola Keuangan Daerah 25. Badan Penanggulangan Bencana Daerah 26. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB 27. Badan Pemberdayaan Masyarakat 28. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat 29. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 30. Badan Kepegawaian Daerah 31. Badan Penanaman Modal 32. Kantor Aset 33. Kantor KORPRI 34. Kantor Diklat 35. Kantor Sandi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36. Kantor Arsip 37 Inspektorat Kota Medan 38 Satpol PP 39 Perpustakaan Kota Medan
Total
Sumber : http://pemkomedan.go.id
Teknik pengambilan yang digunakan adalah sampling jenuh. Menurut
Sugiyono (2011 : 156) sampling jenuh merupakan teknik pengambilan sampel
dimana seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel. Oleh karena itu,
jumlah sampel penelitian sebanyak 39 SKPD (Tabel 3.1).
3.3 Tempat dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 39 SKPD di Kota Medan. Waktu penelitian ini
dilakukan selama 1 (satu bulan), dimulai sejak penyebaran kuesioner hingga
pengumpulan kembali kuesioner terkait.
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai.
Nilai dapat berbeda pada waktu yang berbeda untuk obyek atau orang yang sama,
atau nilai dapat berbeda dalam waktu yang sama untuk orang atau obyek yang
berebeda (Erlina 2007:33)
a. Variabel Dependen
Variabel ini sering juga disebut dengan variabel terikat atau variabel tidak
bebas. Variabel ini merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku
dalam investigasi. Melalui analisis terhadap variabel terikat memungkinkan untuk
menemukan jawaban atau solusi masalah (Sekaran, 2004:116). Variabel ini
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Jadi, variabel dependen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adalah konsekuensi dari variabel independen. Dalam penelitian ini, variabel
dependennya adalah Kinerja Manajerial. Kinerja manajerial satuan kerja
perangkat daerah merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran atau
tujuan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi instansi pemerintah daerah
yang mengindikasikan tingkat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan-
kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi aparatur pemerintah. Skala yang
digunakan adalah skala sikap Likert Interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai
berikut :
1. Sangat Setuju (SS) skor 5
2. Setuju (S) skor 4
3. Kurang Setuju (KS) skor 3
4. Tidak Setuju (TS) skor 2
5. Sangat Tidak Setuju (STJ) skor 1
b. Variabel Independen
Variabel ini sering juga disebut dengan variabel bebas, variabel stimulus
prediktor, atau antecedent. Variabel ini adalah variabel yang mempengaruhi
variabel terikat, baik secara positif atau negatif (Sekaran, 2004:117). Dalam
penelitian ini variabel independennya adalah Partisipasi Penyusunan Anggaran,
Kepuasan Kerja, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Akuntabilitas Publik.
Skala yang digunakan adalah skala sikap Likert Interval. Untuk penilaiannya
adalah sebagai berikut :
1. Sangat Setuju (SS) skor 5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Setuju (S) skor 4
3. Kurang Setuju (KS) skor 3
4. Tidak Setuju (TS) skor 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1
Berdasarkan keempat variabel tersebut, maka disusun kuesioner yang memuat
indikator-indikator yang tercantum pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Ukur
Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1)
Partisipasi anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran.
1. Melibatkan Bawahan 2. Memberi Kesempatan Bawahan 3. Informasi Kepada Bawahan 4. Kontribusi Bawahan Dalam Anggaran SKPD.
Likert
Kepuasan Kerja (X2)
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana karyawan memandang perkerjaannya.
1.Kepuasan dengan gaji 2.Kepuasan dengan promosi 3.Kepuasan dengan rekan sekerja 4.Kepuasan dengan penyelia 5.Kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri.
Likert
Kejelasan Sasaran Anggaran (X3)
Kejelasan sasaran anggaran merupakan salah satu karakteristik sistem penganggaran yang menunjukkan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan dengan jelas dan spesifik agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut.
1. Tujuan 2. Kinerja 3. Standar 4. Jangka Waku 5. Sasaran Prioritas 6. Tingkat Kesulitan 7. Koordinasi
Likert
Akuntabilitas Publik (X4)
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
1. Kebijakan 2. Program 3. Manajerial 4. Manfaat 5. Horizontal 6. Perencanaan 7. Proses 8. Hukum
Likert
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
9. Keuangan
Kinerja Manajerial (Y)
Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial, antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negoisasi, representasi, dan kinerja secara keseluruhan.
Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer adalah data yang
didapat dari sumber pertama baik dari individu maupun perorangan seperti hasil
wawancara atau hasil pengisian kuisioner (Umar, 2001:69). Survei kuesioner
merupakan metode survei dengan menggunakan kuesioner penelitian. Kuesioner
merupakan alat pengumpulan data yang efektif karena dapat diperolehnya data
standar yang dapat dipertanggungjawabkan untuk keperluan analisis menyeluruh
tentang karakteristik populasi yang diteliti (Supranto, 2000). Kuesioner penelitian
ini diserahkan langsung kepada responden atau meminta bantuan kepada salah
satu staf/pegawai untuk mengkoordinir penyebaran dan pengumpulan kuesioner
pada SKPD tersebut sesuai jangka waktu yang dtentukan.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah menggunakan angket dan kuesioner. Metode ini merupakan metode
pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara
membagi daftar pertanyaan kepada responden agar responden tersebut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memberikan jawabannya. Langkah-langkah dalam pengumpulan data primer
adalah sebagai berikut :
1. Kuesioner-kuesioner diberikan langsung kepada semua responden
2. Setelah 1 (satu) minggu peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi
responden.
3. Jika ada responden yang belum mengembalikan kuesioner tersebut, maka
kepada mereka diberi waktu satu minggu lagi.
Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan oleh
responden, maka peneliti akan mengolah data tersebut.
3.7 Metode Analisis Data
Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain pengujian asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, dan uji hipotesis
dengan uji simultan (uji-F) dan uji parsial (uji-t) dengan menggunakan software
SPSS (Statistica Product and Service Solutions).
3.7.1 Uji Kualitas Instrumendan Data
3.7.1.1 Uji Validitas
Uji Validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat
setelah penelitian merupakan data yang valid dari alat ukur yang digunakan
(kuesioner). Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai korelasi
atau rhitung dari variabel penelitian dengan nilai rtabel. Kriteria dalam
menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut :
1. Jika rhitung> rtabel maka pertanyaan dinyatakan valid.
2. Jika rhitung< rtabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.7.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan
yaitu kuesioner menunjukkan konsistensi dalam mengukur gejala yang sama.
Pertanyaan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas, maka akan ditentukan
reliabilitasnya dengan melihat nilai dari Cronbach’s Alpha. Apabila koefisien
cronbach’s alpha lebih dari 0,60, maka instrumen yang digunakan dikatakan
reliabel (Ghozali, 2001:133).
3.7.2 Analisis Statistik Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan kegiatan menyimpulkan data mentah
dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya dapat ditafsirkan. Mengelompokkan
atau memisahkan komponen atau bagian yang relevan dari keseluruhan data, juga
merupakan salah satu bentuk analisis untuk menjadikan data mudah dikelola.
3.7.3 Uji Asumsi Klasik
3.7.3.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Kolmogorov – Smirnov. Dengan menggunakan tingkat
signifikan 5% maka jika nilai Pvalue (Sig.) di atas nilai signifikan 5% dapat
disimpulkan bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
3.7.3.2 Uji Heteroskedastisitas
Adanya varians variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai
tertentu variabel independen (Homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah
tidak terjadi heteroskedastisitas, atau terjadi homoskedastisitas.Heteroskedastisitas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
diuji dengan menggunakan uji Scatterplot dengan pengambilan keputusan jika di
mana tidak terjadi heteroskedastisitas apabila titik-titik menyebar secara acak,
tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, dan tersebar baik di atas
maupun di bawah angka nol pada sumbu Y.
3.7.3.3 Uji Multikolinearitas
Uji ini untuk melihat variabel independen yang satu dengan yang lain
dalam model regresi linier berganda tidak saling berhubungan secara sempurna.
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari
besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program
SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai
Tolerance> 1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang,
2010:153)
3.7.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis statistik regresi linier
berganda. Persamaan yang digunakan adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan:
Y = Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
a = Konstanta
b1;b2;b3;b4= Koefesien regresi berganda
X1 = Partisipasi Penyusunan Anggaran.
X2 = Kepuasan Kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
X3 = Kejelasan Sasaran Anggaran
X4= Akuntabilitas Publik
e = Standar eror
3.7.5 Uji Hipotesis Penelitian
Untuk mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji statistik t,
uji statistik F, dan uji koefisien determinasi.
3.7.5.1 Uji Parsial (Uji Statistik t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu
variabel independen secara parsial (individual) terhadap variasi variabel
dependen.
Kriteria pengujiannya adalah:
H1-H4: b1 ≠ 0, artinya secara simultan terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusannya adalah:
H1-H4 diterima jika thitung> ttabeldan sig < α = 5%
H1-H4 tidak dapat diterima jika thitung<ttabel dan sig >α = 5%
3.7.5.2 Uji Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel terikat.
Kriteria pengujiannya adalah:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
H4: b1, b2, b3, b4 ≠ 0, artinya secara simultan terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria pengambilan keputusannya adalah:
H4 diterima jika Fhitung> Ftabel dan sig < α = 5%.
H4 tidak dapat diterima jika Fhitung< Ftabel dan > α = 5%.
3.7.5.3 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Penelitian ini menggunakan koefisien determinasi adjusted R2, karena
penggunaan koefisien adjusted (R2) mempunyai kelemahan yaitu bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan
satu variabel independen, maka nilai R2 pasti meningkat tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
(Ghozali, 2009:97).
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model
regresi. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. (Ghozali, 2013:177)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kota Medan
4.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan
Pada tahun 1918 Medan dijadikan Kotapraja tetapi tidak termasuk didalamnya
daerah Kota Matsum dan daerah Sungai Kera yang tetap berada di bawah
kekuasaan Sultan Deli. Dengan Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara
Nomor 66/III/PSU, terhitung mulai tanggal 21 September 1961, daerah Kota
Medan diperluas tiga kali lipat. Keputusan tersebut disusul oleh Maklumat
Walikota Medan Nomor 21 Tanggal 29 September 1951 yang menetapkan luas
Kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 kecamatan yaitu : kecamatan
Medan Kota, Timur, Barat, Baru dengan 59 kepenghuluan. Kemudian melalui
Undang-Undang Darurat No. 7 dan 8 Tahun 1956 yang dibentuk di Provinsi
Sumatera Utara daerah-daerah tingkat II antara lain Kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Kotamadya Medan.
Perkembangan selanjutnya, di Provinsi Sumatera Utara umumnya dan kotamadya
khususnya memerlukan perluasan daerah untuk mampu menampung laju
perkembangan. Oleh karena itu maka dikeluarkan Peraturan No. 22 Tahun 1973
dimana dimasukkan beberapa bagian dari kabupaten Deli Serdang ke dalam
Kotamadya Kota Medan, sehingga yang tersebut belakangan ini menjadi 26.510
Ha yang terdiri dari 11 kecamatan dan 116 kelurahan, kemudian dengan surat
persetujuan Mendagri No 140/22771/PUOD tanggal 5 Mei 1986 jumlah kelurahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
di Kotamadya Medan menjadi 114 kelurahan. Melalui Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 50 Tahun 1991 tentang pembentukan beberapa kecamatan
di Sumatera Utara termasuk 8 kecamatan pemekaran di Kotamadya Medan tingkat
II Medan, sehingga yang belum terdiri dari 11 kecamatan dimekarkan menjadi 19
kecamatan.
4.1.2 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan
Adapun struktur organisasi Pemerintah Kota Medan adalah sebagai berikut:
(1) Sekretariat
a. Sekretariat Pemerintah Kota Medan : 13 Bagian;
b. Sekretariat DPRD Kota Medan;
c. Sekretariat Dewan pengurus Korpri;
(2) 4 Asisten Walikota;
(3) 5 Staf Ahli Walikota;
(4) 18 Dinas;
(5) 12 Badan;
(6) 1 Satuan Polisi Pamong Praja;
(7) 1 Inspektorat Kota;
(8) 1 RSUD Dr. Pringadi Medan;
(9) 5 Kantor;
(10) 21 Kecamatan;
(11) 151 Kelurahan;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2.Data Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Partisipasi Penyusunan
Anggaran, Kepuasan Kerja, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Akuntabilitas Publik
terhadap Kinerja Manajerial di Pemerintah Kota Medan. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disampaikan
langsung kepada para responden. Kuesioner yang telah selesai diisi oleh
responden dikumpulkan kembali untuk selanjutnya ditabulasikan dalam Microsoft
Office Excel dan diolah dengan menggunakan program SPSS for windows.
Adapun waktu yang dikumpulkan kuesioner-kuesioner tersebut berkisar antara 2
minggu sampai 3 minggu.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu
dengan menyebarkan 78 kuesioner kepada responden yang berada pada SKPD di
lingkungan Pemerintah Kota Medan yang dibatasi yaitu Badan, Dinas, Kantor dan
Inspektorat yaitu sebanyak 39 SKPD yang terdiri dari 1 Inspektorat, 12 Badan, 18
Dinas, 1 Satuan Polisi Pamong Praja, 5 kantor, dan 1 Rumah Sakit Umum Daerah.
Sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Dari 78 kuesioner yang
dibagikan sebanyak 78 kuesioner yang kembali.
Tabel 4.1. Data Hasil Kuesioner
Keterangan Jumlah Kuisioner yang dikirim 78 Kuisioner yang kembali 78 Kuisioner yang tidak kembali - Kuisioner yang ditolak - Kuisioner yang digunakan dalam penelitian 78 Tingkat pengembalian (respon rate) 100%
Sumber : ouput yang diolah oleh penulis, 2017.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3.Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu
data yang dilihat berdasarkan distribusi frekuensi dan persentase dari variabel
Marpaung, Lodewik. 2010. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran
Terhadap Kinerja Manajerial Di Pemerintah Kabupaten Toba Samosir.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba
Empat.
Nasution, Miftah Fadil. 2013. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Dan
Pengendalian Akuntansi Terhadap Kinerja Manajerial Di Perusahaan
Panin Sekuritas. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Natalia, Dewinda Putri. 2010. Pengaruh Komitmen Organisasional dan Peran
Manajer Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Manajerial
Satuan Kerja Perangkat Daerah. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Nordiawan, D. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Dan Kabupaten/Kota.
Putra, D. (2013). Pengaruh Akuntabilitas Publik dan Kejelasan Sasaran Anggaran
terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota
Padang. Padang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Robbins dan Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi Dua Belas. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat
Siegel, G. Marconi, 1989. Behavioral Accounting. South-Western Publishing Co.,
Second Edition.
Sinuraya, Candra. 2009. “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan
Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan”.
Jurnal Akuntansi, Volume 1, Nomor 1. Universitas Kristen Maranatha.
Solina, Meria. 2014. Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Penyusunan
Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Dan Struktur Desentralisasi
Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kota Tanjung Pinang. Skripsi.
Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Suhartono, Ehrmann dan Mochammad Solichin. (Agustus 2006). Pengaruh
Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Instansi
Pemerintah Daerah Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi.
Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26
Umar, Husein, 2003, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,
Jakarta. : PT. Gramedia Pustaka.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diamandemen dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Zikrayati. 2016. Pengaruh Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran, Kepuasan
Kerja Terhadap Kinerja Manajerial dan Motivasi Sebagai Variabel
Intervening (Studi pada PTPN 1 Langsa). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 1
KUESIONER
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEPUASAN KERJA, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN AKUNTABILITAS PUBLIK
TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DI PEMERINTAH KOTA MEDAN
Responden yang terhormat,
Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu sejenak guna
mengisi angket ini. Kuesioner ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi saya
di Jurusan S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
Saya berharap Bapak/Ibu menjawab dengan leluasa, sesuai dengan apa yang
Bapak/Ibu rasakan, lakukan dan alami, bukan apa yang seharusnya / yang ideal.
Bapak/Ibu diharapkan menjawab dengan jujur dan terbuka, sebab tidak ada
jawaban yang benar atau salah. Sesuai dengan kode etik penelitian, saya
menjamin kerahasiaan semua data. Kesediaan Bapak/Ibu mengisi angket ini
adalah bantuan tak ternilai bagi saya.
Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan
Bapak/Ibu yang telah meluangkan waktu untuk mengisi angket ini, dan saya
mohon maaf apabila ada pernyataan yang tidak berkenan di hati Bapak/Ibu.
Hormat Saya,
Yuanita Larosa Husni
NIM. 130503076
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DATA RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur : Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
Perempuan
4. Pendidikan Ditamatkan : SLTA
Diploma 3
Strata 1
Strata 2
Lainnya
5. Lama Bekerja : Tahun/bulan
6. Bagian/Departemen :
7. Jabatan/Pekerjaan :
Petunjuk Pengisian :
a. Isilah semua nomor dalam angket ini dan sebaiknya jangan ada yang
terlewatkan.
b. Pengisian jawaban cukup dengan memberi tanda (X atau √) pada pernyataan
yang dianggap sesuai dengan pendapat responden (satu jawaban dalam setiap
nomor pernyataan).
c. Pilhan jawaban :
1. Sangat Tidak Setuju (STS)
2. Tidak Setuju (TS)
3. Ragu-Ragu (RR)
4. Setuju (S)
5. Sangat Setuju (SS)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KUESIONER PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN
No. Pertanyaan STS TS RR S SS
1. Dalam menyusun anggaran, program, dan kegiatan, semua pihak ikut dilibatkan
2. Saya diberikan banyak kesempatan untuk ikut dalam penyusunan anggaran
3. Saya memberikan banyak informasi dalam pelaksanaan anggaran
4. Kontribusi semua pihak terhadap partisipasi anggaran sangat besar.
5. Saya memiliki pengaruh yang kuat terhadap proses penyusunan rencana anggaran.
6. Pendapat saya jarang diterima ketika menetapkan perencanaan anggaran di satuan unit kerja.
7. Karena kendala waktu, saya sering menetapkan anggaran yang tidak sesuai dengan rencana anggaran di satuan unit kerja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KUISIONER KEPUASAN KERJA
No. Pertanyaan STS TS RR S SS
1 Saya menyukai pekerjaan saya. 2 Saya puas dengan pekerjaan saya. 3 Pekerjaan ini sangat tepat buat saya,
karena itu saya merasa senang di sini.
4 Mengenai pekerjaan saya, saya telah menjadi begitu senang sejak pertama kali bekerja.
5 Saya merasa dibayar dengan gaji yang adil untuk pekerjaan yang saya kerjakan.
6 Ketika saya mengerjakan pekerjaan dengan baik, saya menerima pengakuan yang seharusnya saya terima.
7 Kenaikan gaji terlalu sedikit dan jarang dilakukan.
8 Saya tidak merasa usaha saya diberi imbalan yang seharusnya saya terima.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KUISIONER KEJELASAN SASARAN ANGGARAN
No. Pertanyaan STS TS RR S SS
1 Saya memahami persis apa yang harus saya lakukan dalam pekerjaan saya.
2 Saya mengerti tujuan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang didefinisikan secara jelas dan komprehensif.
3 Saya menyadari bahwa tujuan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) merupakan hal yang penting dan perlu diprioritaskan.
4 Tujuan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) secara umum cukup jelas dan tidak membingungkan.
5 Jika saya mempunyai lebih dari satu sasaran untuk dicapai, saya mengetahui mana yang paling penting dan yang kurang penting.
6 Menurut saya, tujuan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) disesuaikan dengan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
7 Dalam instansi ini, tim bekerja sama untuk mencapai sasaran.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KUISIONER AKUNTABILITAS PUBLIK
No. Pertanyaan STS TS RR S SS
1 Pelaksanaan kebijakan dipertanggungjawabkan pemerintah daerah kepada DPRD dan masyarakat luas.
2 Anggaran yang dirancang dan ditetapkan pemerintah daerah bersama DPRD sesuai dengan realisasinya bagi kepentingan publik.
3 Program-program anggaran dirancang dengan mempertimbangkan prinsip efisiensi bahwa dana masyarakat menghasilkan output maksimal.
4 Program-program anggaran dirancang dengan mempertimbangkan prinsip efektifitas bahwa penggunaan anggaran mencapai target atau tujuan kepentingan publik.
5 Pelaksanaan program-program APBD benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
6 Anggaran yang diusulkan mencerminkan visi, misi, tujuan, sasaran, dan hasil yang ditetapkan.
7 Pengalokasian dana anggaran mengikuti proses-proses dan prosedur yang berlaku.
8 Penggunaan dana anggaran didasarkan atas hukum dan peraturan yang berlaku.
9 Audit kepatuhan dilakukan agar setiap penggunaan dana dilandasi peraturan dan hukum yang berlaku.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KUISIONER KINERJA MANAJERIAL
No. Pertanyaan STS TS RR S SS
1 Saya berperan dalam penentuan tujuan, kebijakan, rencana kegiatan seperti penjadwalan kerja, penyusunan anggaran, dan penyusunan program.
2 Saya berperan dalam pengumpulan dan penyiapan informasi yang biasanya berbentuk catatan dan laporan.
3 Saya ikut berperan dalam tukar menukar informasi dalam organisasi untuk mengkoordinasikan dan menyesuaikan laporan.
4 Saya berperan dalam mengevaluasi dan menilai rencana kerja yang diamati pada unit/sub unit saya.
5 Saya berperan dalam mengevaluasi dan menilai laporan kinerja yang diamati pada unit/sub unit saya.
6 Saya berperan dalam mengevaluasi dan menilai kinerja yang diamati pada unit/sub unit saya.
7 Saya berperan dalam mewakilkan organisasi saya untuk berhubungan dengan pihak lain diluar organisasi.