Top Banner
PENGELOLAAN PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN PT RUMPUN SARI ANTAN 1, CILACAP, JAWA TENGAH ONY NUR ANNA A24062296 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
74

Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

Mar 20, 2019

Download

Documents

phungthu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

PENGELOLAAN PANEN DAN PASCA PANEN

TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN

PT RUMPUN SARI ANTAN 1, CILACAP, JAWA TENGAH

ONY NUR ANNA

A24062296

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

ii

RINGKASAN Ony Nur Anna. Pengelolaan Panen dan Pasca Panen Tanaman Kakao (Theobroma cacao l.) kebun PT Rumpun Sari Antan 1, Cilacap, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh SUWARTO).

Magang ini dilakukan untuk mengetahui kondisi yang nyata di lingkungan

perkebunan kakao, kegiatan budidaya, pasca panen dan manajemen perkebunan

kakao serta mengetahui dan memahami masalah-masalah yang dihadapi dalam

pemanenan dan pasca panen kakao serta diharapkan mampu memberikan

pemecahan masalah. Magang ini dilaksanakan di PT Rumpun Sari Antan I pada 15

Februari – 15 Juni 2010.

Metode magang terdiri atas tiga tahap yaitu bekerja aktif di lapangan,

pengumpulan data dan pengkajian data. Penulis bekerja di lapangan sebagai

karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor rawat, mandor panen, mandor

pabrik dan pendamping asisten Afdeling serta pendamping asisten pabrik. Magang

mengambil aspek khusus pemanenan dan pasca panen kakao. Pengamatan yang

dilakukan yaitu presentase tingkat ketepatan pemanen, kesalahan pemanen,

analisis biji kakao basah (BCB) dan analisis biji kakao kering (BCK) serta hasil

sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat

kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen dari Afdeling B2.

Buah yang diamati berasal dari umbukan hasil panen masing-masing pemanen.

Kesalahan pemanen dilihat dari presentase kerusakan bantalan buah. Pengamatan

dilakukan terhadap 10 orang pemanen Afdeling B2. Analisis biji kakao basah,

analisis biji kakao kering dan hasil sortasi menggunakan data sekunder

perusahaan.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat ketepatan pemanen sebesar

65.8 % dan tingkat kesalahan pemanen 11.6 %. Masalah yang terjadi dalam proses

pemanenan yaitu kehilangan hasil dan pengangkutan BCB. Kondisi jalan dan

sarana transportasi yang kurang memadai menyebabkan proses pengangkutan

BCB terhambat. Perlu dipilih alat transportasi yang lebih efektif dan dilakukan

perbaikan jalan. Sedangkan hasil analisis BCB dan BCK selama 5 tahun terakhir

mengalami penurunan kualitas. Namun, penurunan kualitas BCK masih memenuhi

Standar Nasional Indonesia. Pada tahun 2009 kualitas biji kakao kering yang

Page 3: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

iii

dihasilkan PT RSA 1 mengalami penurunan, grade IA yang mengalami penurunan

sebesar 1.8 % sementara grade IC dan UG mengalami peningkatan sebesar 1.4 %

dan 0.4 %. Diperlukan peran mandor untuk mengawasi dan memberi instruksi

sesuai prosedur yang seharusnya kepada karyawan untuk mengurangi kesalahan

kerja.

Page 4: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

iv

PENGELOLAAN PANEN DAN PASCA PANEN

TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN

PT RUMPUN SARI ANTAN 1, CILACAP, JAWA TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ONY NUR ANNA

A24062296

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 5: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

v

Judul : PENGELOLAAN PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN

KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN PT RUMPUN

SARI ANTAN 1, CILACAP, JAWA TENGAH

Nama : ONY NUR ANNA

NIM : A24062296

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Suwarto, MSi NIP. 19630212 198903 1 004

Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc NIP. 1961110 198703 1 003

Tanggal Lulus:

Page 6: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 12

Mei 1988. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Gini Lelor dan Ibu Umi.

Tahun 2000 penulis lulus dari SDN Tlogosari Kulon 07, kemudian pada

tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SMPN 4 Semarang. Selanjutnya

penulis lulus dari SMAN 1 Semarang pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis

diterima di IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya tahun

2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Fakultas Pertanian.

Penulis aktif diberbagai organisasi mahasiswa. Tahun 2007 sebagai

bendahara OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) Patra ATLAS IPB, tahun

2007/2008 menjadi staf Departemen Pengembangan Pertanian Himagron

(Himpunan Mahasiswa Agronomi) Faperta IPB, tahun 2008/2009 menjadi staf

Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia Himagron Faperta IPB dan

menjadi kepala Divisi Produksi Tanaman Agrifarma FEMA IPB.

Page 7: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah

memberi kekuatan dan hidayah sehingga magang ini dapat dilaksanakan dan

diselesaikan dengan baik. Magang pengelolaan panen dan pasca panen tanaman

kakao (Theobroma cacao L.) dilaksanakan karena terdorong oleh keinginan untuk

mengetahui keadaan di lapangan tentang budidaya dan pengolahan primer kakao

serta manajemen perkebunan yang efektif. Magang dilaksanakan di PT Rumpun

Sari Antan I, Cilacap, Jawa tengah.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Suwarto, MSi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS dan Ir. Supijatno, MS selaku dosen penguji

3. Direksi PT Sumber Abadi Sentosa yang telah menginjinkan penulis melakukan

kegiatan magang di kebun PT Rumpun Sari Antan I.

4. Administratur PT Rumpun Sari Antan I yang telah memberikan bantuan dan

bimbingan selama pelaksanaan magang.

5. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan yang tulus

baik moriil maupun materiil.

6. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura 43 dan PATRA ATLAS yang telah

memberi dukungan dan bantuannya.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga hasil

magang ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, April 2011

Penulis

Page 8: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR …. ..................................................................... ……. xi

DAFTAR LAMPIRAN. ......................................................................... … .. xii

PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 Latar Belakang ................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................ 2

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3 Syarat Tumbuh ................................................................................... 3 Budidaya ............................................................................................ 3

Persiapan Lahan ..................................................................... 3 Persiapan Pohon Penaung ...................................................... 4 Pembibitan ............................................................................. 4 Pemupukan ............................................................................. 4 Pemangkasan .......................................................................... 5 Pengendalian Hama dan penyakit .......................................... 5 Pengendalian Gulma .............................................................. 6

Panen .................................................................................................. 6 Taksasi Produksi .................................................................... 7 Kriteria Panen ........................................................................ 7

Pasca Panen ........................................................................................ 8 Fermentasi .............................................................................. 8 Penjemuran ............................................................................ 9 Pengeringan ............................................................................ 10 Sortasi .................................................................................... 10 Grading .................................................................................. 10 Uji Belah ................................................................................ 11

METODE MAGANG .................................................................................... 12 Tempat dan Waktu ............................................................................. 12 Metode Pelaksanaan ........................................................................... 12 Pengamatan dan Pengumpulan Data .................................................. 12 Analisis Data dan Informasi ............................................................... 14

KEADAAN UMUM ...................................................................................... 15 Letak Administratif ............................................................................ 15 Keadaan Tanah dan Iklim .................................................................. 15 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ...................................................... 15 Keadaan Tanaman dan Produksi ........................................................ 16 Struktur Organisasi ............................................................................ 17

Page 9: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

ix

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ................................................. 19 Aspek Teknis ..................................................................................... 19

Pembuangan Tunas Air (Wiwilan) ........................................ 19 Pengendalian Hama dan Penyakit .......................................... 19 Pemangkasan .......................................................................... 21 Pengendalian Gulma .............................................................. 22 Pemupukan ............................................................................. 24 Panen ...................................................................................... 25 Pasca Panen ............................................................................ 29

Aspek Manajerial ............................................................................... 34 Karyawan Harian Lepas ......................................................... 34 Pendamping Mandor .............................................................. 34

PEMBAHASAN ............................................................................................ 38 Pemanenan ......................................................................................... 37 Pasca Panen ........................................................................................ 43

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 49 Kesimpulan ........................................................................................ 49 Saran .................................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 50

LAMPIRAN .................................................................................................... 52

Page 10: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kelas Mutu Biji Kakao .................................................................... 11

2. Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari Antan I ..................................... 16

3. Produksi dan Produktivitas Kebun PT Rumpun Sari Antan I, Cilacap, Jawa Tengah. ..................................................................... 17

4. Dosis Pupuk Afdeling B2 ................................................................. 25

5. Data Tingkat Ketepatan Pemanen ..................................................... 42

6. Data Kesalahan Pemanen .................................................................. 43

7. Presentase Hasil Sortasi PT RSA I 2005-2009 ................................. 48

Page 11: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tahapan Pengolahan Kakao Primer .................................................. 9

2. Tingkat Kematangan Buah................................................................ 13

3. Buah Terserang Busuk Buah Phythopthora ..................................... 21

4. Alat Panen: Golok dan Cungkring .................................................... 28

5. Letak Buah Terlalu Tinggi dan Tertutup Daun ................................. 39

6. Analisis Biji Kakao Basah Tahun 2005-2009 ................................... 45

7. Analisis Biji Kakao Kering Tahun 2005-2009 ................................. 47

Page 12: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta Kebun PT RSA I, Cilacap, Jawa Tengah............................... 53

2. Curah Hujan Bulanan di Kebun PT RSA I, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2000-2009....................................... 54

3. Kriteria Teknis Kesesuaian Lahan untuk Kakao............................ 55

4. Struktur Organisasi PT Rumpun Sari Antan I, Cilacap, Jawa Tengah.................................................................... 56

5. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di PT RSAI, Cilacap Jawa Tengah................................................ 57

6. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di PT RSA I, Cilacap Jawa Tengah.............................................. 60

7. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di PT RSA I, Cilacap, Jawa Tengah............................................. 61

8. Surat Pengantar Buah PT RSA I, Cilacap, Jawa Tengah............ 62

Page 13: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) termasuk famili Sterculiaceae

merupakan tanaman yang dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun sehingga

dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi petani. Cokelat yang

dikenal oleh masyarakat diperoleh dari hasil pengolahan biji-biji tanaman kakao,

baik berupa bubuk cokelat untuk bahan baku pembuatan kue, permen cokelat dan

makanan kecil lainnya serta lemak cokelat digunakan sebagai bahan pembuat

kosmetik.

Perkebunan kakao peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional

yaitu sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, dan devisa negara.

Perkebunan kakao merupakan sumber devisa yang cukup potensial. Pada tahun

2008 kakao tercatat memberikan sumbangan devisa sebesar US$ 1.15 juta, yang

merupakan penghasil devisa terbesar sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit

dan karet. Pada tahun 2009 luas areal tanaman kakao di Indonesia mencapai 1.5

juta hektar dengan produksi sebesar 790 000 ton yang menempatkan Indonseia

sebagai negara produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan

Ghana (Suswono, 2009).

Perkembangan produksi kakao di Indonesia tidak diimbangi dengan

perbaikan mutu biji keringnya. Mutu biji kakao kering yang dihasilkan Indonesia

masih tergolong rendah. Menurut Wahyudi dan Misnawi (1993), permasalahan

yang dihadapi oleh kakao Indonesia adalah rendahnya daya hasil dan mutu biji

yang dihasilkan. Rendahnya mutu biji kakao disebabkan kurangnya penanganan

panen dan pasca panen. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Adi et al., (2006),

bahwa biji kakao yang dihasilkan kurang baik, yaitu biji tidak difermentasi atau

proses fermentasi yang kurang sempurna.

Panen merupakan kegiatan memetik buah dari pohon dan memecahnya

untuk memanfaatkan biji basah didalamnya. Agar tujuan panen tercapai dan

diperoleh produktivitas yang tinggi maka diperlukan pengelolaan panen yang

tepat. Pengelolaan panen terdiri dari organisasi panen dan sistem panen.

Page 14: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

2

Kesalahan dalam pengelolaan panen akan mempengaruhi pelaksanaan kegiatan

pemanenan dilapang yang selanjutnya berdampak pada tingkat produtivitas yang

dihasilkan dan kualitas buah yang dipanen.

Kegiatan pasca panen dimulai dari pengupasan buah, fermentasi,

pencucian, pengeringan dan penentuan mutu serta pengepakan. Setiap tahapan

kegiatan dalam pasca panen akan menetukkan mutu kakao yang dihasilkan,

terutama proses fermentasi. Biji kakao kering yang difermentasi dan yang tidak

difermentasi akan mempunyai mutu yang berbeda.

Sebagai komoditi yang bernilai komersial, mutu kakao merupakan faktor

yang penting dalam menentukkan keberhasilan merebut persaingan pasar kakao

dunia. Banyak faktor yang menentukkan keberhasilan tinggi rendahnya mutu biji

diantaranya adalah teknologi pasca panen. Mengingat pentingnya kakao sebagai

salah satu komoditas perkebunan yang merupakan sumber devisa bagi negara

serta mutu biji kakao yang sangat menentukan kemampuan daya saing dalam

perdagangan dunia maka usaha-usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas biji

kakao kering harus dilakukan. Perlu dilakukan tindakan budidaya dan penanganan

pasca panen yang tepat.

Tujuan

Tujuan dilakukan magang di kebun PT Rumpun Sari Antan I yaitu :

1. Memperdalam pengetahuan dalam kuliah melalui kegiatan praktik kerja

lapangan di kebun.

2. Mengetahui kondisi yang nyata di lingkungan perkebunanan kakao dan

memahami masalah-masalah yang dihadapi dalam pemanenan dan pasca

panen kakao serta diharapkan mampu memberikan pemecahan masalah.

3. Meningkatkan ketrampilan dalam pemanenan dan pasca panen kakao.

Page 15: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

3

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh

Suhu harian yang baik bagi pertumbuhan tanaman kakao dengan suhu

minimum 15oC dan suhu tahunan rata-rata tidak boleh kurang dari 21oC

(Urquhart, 1961). Suhu maksimal untuk pertumbuhan kakao berkisar antara 30

sampai 32oC dengan suhu minimal mutlak 10oC (Wood, 1985). Suhu erat

kaitannya dengan ketinggian tempat. Altitude yang cocok untuk pertumbuhan

kakao adalah 700 m di atas permukaan laut.

Tanaman kakao dapat tumbuh di 20o LU – 20o LS (Urquhart, 1961).

Kakao tersebar dari 18o LU – 20o LS. Persyaratan penting lainnya adalah curah

hujan dengan kisaran 1 500 – 2 500 mm/tahun. Sedangkan bulan kering tidak

boleh lebih dari tiga bulan (Wood and Lass, 1985)

Budidaya

Persiapan Lahan

Kegiatan setelah pembukaan lahan adalah persiapan lahan tanaman kakao.

Kondisi tanah di lapangan yang belum tentu memenuhi syarat sebagai media

tumbuh tanaman. Oleh karena itu pengolahan tanah seperti bentuk lubang tanam

perlu dilakukan agar tanaman kakao bisa tumbuh di lingkungan yang optimal.

Persiapan lahan lainnya yaitu pembuatan teras, pembuatan saluran pembuangan

air hujan dan drainase menurut kontur, dan pembuatan rorak serta pengajiran.

Teras dibuat searah dengan garis kontur, agar aliran air di dalam teras tidak deras.

Jenis teras seperti teras gulud, teras bangku dan teras individu. Pengajiran dengan

menggunakan jarak tanan kakao 3 m x 3 m atau 4 m x 2 m. Pembuatan lubang

tanam bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang optimal bagi bibit kakao,

baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Ukuran lubang tanam umumnya 60 x 60

x 60 cm (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2004).

Page 16: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

4

Persiapan Pohon Penaung

Habitat asli tanaman kakao adalah hutan tropika basah. Tanaman kakao

tumbuh di bawah naungan pohon-pohon tinggi. Habitat seperti ini masih

dipertahankan dengan cara memberi tanaman penaung. Berdasarkan fungsinya

ada dua jenis tanaman penaung yaitu penaung sementara dan penaung tetap.

Tanaman yang sesuai sebagai tanaman penaung sementara adalah Tephrosia

candida atau Moghania macrophylla. Tanaman penaung tetap yang dianggap

paling ideal adalah Leucaena leucocephala (lamtoro). Tanaman penaung dapat

menggunakan jarak tanam 10 m x 10 m atau 10 m x 12 m. (Pusat Penelitian Kopi

dan Kakao, 2004).

Pembibitan

Benih kakao berasal dari buah sehat, dipetik pada saat fase tepat masak,

bentuk dan ukuran buah normal. Buah dipecah diambil bijinya kemudian dikupas

kulit biji (testa). Biji yang diambil untuk benih berasal dari semua bagian buah

(ujung, tengah, dan pangkal) sepanjang buah tersebut bernas. Perkecambahan

benih dapat dilakukan dengan bedengan atau dengan karung goni. Benih

berkecambah setelah 4 – 5 hari dan dalam 12 hari, sebagian besar benih telah

berkecambah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2004).

Media pembibitan dibuat dari campuran tanah lapisan atas (top soil) yang

subur, pupuk kandang, dan pasir halus dengan perbandingan 1: 1: 1 atau 2: 1: 1.

Wadah pembibitan yang sering digunakan adalah polibag hitam berukuran

30 x 20 cm dan tebal 0,8 mm dengan lubang drainase 18 lubang per kantong.

Tindakan pemeliharaan bibit yang diperlukan meliputi penyiraman, pemupukan

serta pengendalian hama dan penyakit. Bentuk pemeliharaan lain berupa

membuang tunas samping yang tumbuh dari ketiak daun pertama kecambah dari

keping biji. Bibit siap dipindahkan ke kebun jika sudah berumur 4 sampai 6 bulan

(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2004).

Pemupukan

Budidaya tanaman cenderung menyebabkan kemunduran lahan jika tidak

diimbangi dengan pemupukan yang memadai. Berkurangnya kesuburan terjadi

Page 17: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

5

karena tanah kehilangan unsur hara dari daerah perakaran melalui panen,

pencucian, denitrifikasi, dan erosi. Pemupukan bertujuan menambah unsur hara

tertentu di dalam tanah yang tidak mencukupi bagi kebutuhan tanaman yang

diusahakan. Cara pemupukan pada tanaman kakao secara umum dibedakan

menjadi dua yaitu pemupukan melalui tanah dan melalui daun. Pemberian pupuk

anorganik melalui tanah dilakukan dengan meletakkan pupuk di parit atau alur

yang dibuat mengelilingi pohon dan kemudian menutupnya kembali. Umumnya,

pemupukan dilakukan dua kali setahun yaitu pada awal musim hujan (Oktober –

November) dan pada awal musim hujan (Maret – April). Secara garis besar

terdapat lima metode pendekatan untuk mengetahui kebutuhan unsur hara

tanaman, yakni berdasarkan gejala visual kekurangan, hasil percobaan

pemupukan, berdasarkan macam dan jumlah unsur hara yang diangkut hasil

panen, analisis tanah dan analisis jaringan tanaman (Pusat Penelitian Kopi dan

Kakao, 2004).

Pemangkasan

Pemangkasan kakao merupakan salah satu upaya agar laju fotosintesis

berlangsung optimal. Pada dasarnya pemangkasan kakao dimaksudkan untuk

memperoleh angka ILD yang optimal agar hasil bersih fotosintesis maksimal.

Dasar pertimbangan lain adalah pemangkasan kakao memacu tumbuhnya tunas

dan daun-daun baru. Pemangkasan kakao dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu

pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan produksi.

Pemangkasan pemeliharaan dilakukan secara ringan disela-sela pemangkasan

produksi dengan frekuensi 2-3 bulan sedangkan pemangkasan produksi dilakukan

2 kali setahun, yaitu pada akhir musim hujan dan akhir musim kemarau (Pusat

Penelitian Kopi dan Kakao, 2004).

Pengendalian Hama dan penyakit

Jenis serangga hama pada tanaman kakao diantaranya penggerek buah

kakao atau PBK (Conopomorpha cranerella), kepik penghisap buah (Helopeltis

antonii), ulat jengkal, penggerek batang (Zeuzera coffea), dan ulat api (Darna

trima). Pengendalian yang dapat dilakukan seperti pengendalian hayati dengan

Page 18: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

6

memanfaatkan semut hitam, sanitasi, penyemprotan insektisida berdasarkan

Sistem Pengendalian Dini (SPD) atau Early Warning System (EWS), dan

penyarungan buah. Pada seluruh bagian tanaman mulai dari akar, batang dan daun

serta buah dapat diserang penyakit. Penyakit yang sering menyerang tanaman

kakao seperti penyakit busuk buah (Phythopthora palmivora), penyakit kanker

batang, penyakit antraknose Collectotrichum (Collectotrichum gloesporiodes),

penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) yang disebabkan oleh Oncobasidium

theobromae, penyakit jamur upas (Corticium salmonicolor) dan penyakit akar.

Usaha penanganan penyakit yang menyerang tanaman kakao tidak hanya jenis

penyakitnya yang perlu diperhatikan, tetapi lingkungan serta tanaman inang

alternatifnya juga harus diperhatikan. Untuk menekan keadaan awal penyakit

dapat dilakukan dengan cara sanitasi, eradikasi dan penggunaan fungisida (Pusat

Penelitian Kopi dan Kakao, 2004).

Pengendalian Gulma

Gulma dominan pada tanaman kakao seperti alang-alang (Imperata

cylindrica), pahitan (Paspalum conjugatum), jambean (Setaria plicata), sembung

rambat (Mikania micrantha), lumut, dan picisan (Drygmoglossum piloselloides).

Gulma yang tidak dikendalikan akan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

dan produksi kakao. Cara pengendalian gulma yang dapat dilakukan seperti

pengendalian mekanis, pengendalian kultur teknik dengan penanaman tanaman

penutup, tanaman sela atau tanaman penaung, pengendalian secara biologi, dan

pengendalian secara kimiawi (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2004).

Panen

Kegiatan panen mempengaruhi hasil kakao oleh karena itu pelaksanaan

harus dilakukan secara tepat. Buah kakao umumnya dapat dipanen hampir

sepanjang tahun. Selama setahun, biasanya terdapat satu atau dua puncak panen.

Panen kakao menurut Roesmanto (1991) didefinisikan sebagai kegiatan memetik

buah-buahan dari pohon dan memecahnya untuk memanfaatkan biji basah yang

ada di dalamnya. Berlianto (2002), menyatakan kegiatan panen meliputi persiapan

tenaga kerja, alat panen, penentuan lokasi panen dan pemetikan buah,

Page 19: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

7

pengumpulan buah dan sortasi, pemecahan buah dan pelepasan biji, serta

pengangkutan biji dari kebun ke tempat pengolahan.

Alat yang digunakan untuk memanen yaitu antel, canik, gaet, pisau,

ember, plastik, tali raffia, dan kantung plastik. Antel dan canik harus tajam agar

tidak merusak bantalan bunga. Buah yang telah masak, busuk, berlubang-lubang

karena tupai baik yang berada di atas ataupun di bawah dipetik dengan

menyisakan 1/3 bagian dari tingkat buah (Widyaningsih, 2004).

Taksasi Produksi

Tujuan taksasi produksi adalah untuk memperkirakan hasil yang akan

dipanen pada musim panen yang akan datang dan untuk memperkirakan

keperluan bahan, alat, tenaga, pemanen dan pengolahan hasil. Taksasi dilakukan

setiap tiga bulan dengan underconstructive methode artinya buah yang ditaksir

berada dipohon tidak dipetik. Menghitung taksasi produksi menggunakan rumus

sebagai berikut:

P = (A x 20% + B x 60% + C x 90%) F Keterangan: A = Buah dengan panjang 2-5 cm B = Buah dengan panjang 6-10 cm C = Buah dengan panjang lebih dari 11 cm 20%, 60%, 90% = Presentasi peluang masak

F = Jumlah buah untuk 1 kg biji kering atau yang disebut pod value (Widyaningsih, 2004). Rata-rata 30 – 35 buah.

Kriteria Panen

Buah yang siap dipanen atau dipetik adalah buah-buahan yang masak

optimal. Kriteria buah masak umumnya berdasarkan warna luarnya. Warna ini

dipengaruhi oleh jenis atau varietas tanaman kakao. Buah yang semula berwarna

merah jika masak akan berwarna jingga dan buah yang semula hijau jika masak

akan berwarna kuning (Heddy, 1990).

Buah kakao yang telah masak ditandai oleh perubahan warna dari hijau

menjadi kekuningan dan dari merah menjadi jingga terutama pada alur-alur

buahnya (Roesmanto, 1991). Selanjutnya Widyotomo et al. (2004) menambahkan

bahwa buah kakao sebaiknya dipetik tepat matang. Kulit buah kakao matang

Page 20: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

8

mempunyai warna kulit kuning atau jingga yang saat masih muda berwarna hijau

atau merah. Buah matang mempunyai kondisi fisiologis yang optimal dalam hal

pembentukan senyawa penyusun lemak di dalam biji, sedangkan buah yang lewat

masak akan menyebabkan biji berkecambah di dalam buah dan terserang hama.

Pemetikan buah dilakukan hanya dengan memotong tangkai buah.

Tangkai buah disisakan kurang dari 0.5 cm untuk menghindari kerusakan pada

bantalan buah (Rasnasari, 1994). Pemetikan buah menggunakan pisau berbentuk

seperti huruf “L” yang disematkan pada galah panjang. Pemetikan buah yang sulit

dengan menancapkan ujung pisau kait yang runcing pada buah kemudian diputar

atau pemanen memanjat pohon. Hal ini dapat meningkatkan kerusakan bantalan

buah (Hayati, 2001).

Pasca Panen

Tahap setelah pemanenan yaitu tahap pasca panen yang merupakan proses

pengolahan buah kakao menjadi bjij kakao kering (Gambar 1). Komponen

teknologi pasca panen yang berpengaruh terhadap kualitas biji kakao antara lain

fermentasi, pencucian, pengeringan, sortasi, grading dan pengepakan.

Fermentasi

Tahap pasca panen yang paling penting menentukan mutu biji kakao yaitu

fermentasi. Yusianto (1994) menyatakan bahwa fermentasi menjadi proses mutlak

yang harus dilakukan agar biji kakao kering mempunyai calon aroma dan citarasa.

Biji kakao kering yang tanpa mengalami proses fermentasi terlebih dahulu tidak

mempunyai citarasa khas cokelat. Yusianto et al. (1995) menambahkan bahwa biji

kakao yang tidak difermentasi kurang menghasilkan citarasa cokelat dan

mempunyai cacat citarasa bitter, astringent, dan nutty yang tinggi.

Pada cara konvensional, proses fermetasi dilakukan di dalam peti dalam

(tinggi 90 cm) terbuat dari papan kayu. Fermentasi dilakukan selama lima hari

dengan pembalikkan, untuk keseragaman reaksi dilakukan setiap 24 jam sehingga

metode ini memerlukan 5 buah peti. Sedangkan metode Sime-Cadbury hanya

membutuhkan dua peti fermentasi tipe dangkal (tinggi 40 cm) karena

pembalikkan hanya dilakukan satu kali (Mulato, 2002).

Page 21: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

9

Gambar 1. Tahapan pengolahan kakao primer (Sumber: Widyotomo, et al., 2004)

Penjemuran

Pengeringan kakao merupakan salah satu proses penting pembentuk cita

rasa cokelat selain fermentasi. Pengeringan biji kakao yang dilakukan dengan baik

akan menghasilkan biji kakao dengan warna cokelat khas pada keping biji,

memiliki citarasa yang khas, beraroma kuat dengan rasa pahit dan sepat yang

rendah (Jinap dan Thien dalam Misnawi, 2005). Selanjutnya Yusianto et al.

(2008) menambahkan bahwa proses fermentasi adalah kelanjutan dari tahap

oksidatif dari fermentasi yang berperan penting dalam mengurangi rasa kelat dan

pahit.

Penjemuran merupakan pengeringan dengan sinar matahari. Penjemuran

memerlukan tempat yang rata, bersih, permukaannya kering dan terbuka terhadap

sinar matahari. Cara yang baik untuk pengeringan dengan sinar matahari adalah

Penggudangan

Sortasi

Penjemuran

Pengeringan

Fermentasi

Sortasi Buah

Penyimpanan buah

Pengupasan buah manual

Panen Buah Masak

Grading

Page 22: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

10

menggunakan rak-rak pengering (anjang anyaman bambu) yang dapat

dimasukkan dan dikeluarkan dari bangsal tempat penyimpanan secara mudah.

Dapat juga dibuat lantai jemur yang dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.

Pengeringan

Penjemuran dan pengeringan mempunyai maksud yang sama yaitu

mengurangi kadar air dari dalam bahan, tetapi dalam hal ini dibedakan caranya.

Penjemuran dilakukan dibawah matahari, sedang pengeringan dilakukan pada alat

pengering buatan. Berenergi surya atau lainnya (Amin, 2005).

Sortasi

Kriteria yang dipakai dalam sortasi adalah warna, ukuran, kesehatan dan

bentuk. Warna biji dibedakan atas cokelat, ungu dan hitam. Ukuran dibedakan

atas, besar, sedang dan kecil. Biji yang tidak sehat dan cacat dipisahkan dari yang

sehat. Bentuk biji terbagi atas bulat, lonjong, dan gepeng. Sortasi bertujuan untuk

memisahkan biji kakao dari kotoran yang melekat dan mengelompokkan biji

berdasarkan kenampakan fisik dan ukuran biji (Yusianto et al. 2008).

Grading

Biji kakao dipisahkan dalam 5 kelas mutu, yaitu AA, A, B, C dan SS (Sub

standar). Dalam syarat mutu karakteristik yang dinilai adalah kadar air biji, biji

berbau, biji berserangga, kadar biji pecah, dan kadar benda-benda asing. Tabel 1

menunjukkan kelas mutu biji kakao mulia dan kakao lindak.

Page 23: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

11

Tabel 1. Kelas Mutu Biji Kakao

Jenis uji Persyaratan Jenis

mutu Kakao Mulia (Fine

Cocoa)

Kakao Lindak (Bulk

Cocoa)

Jumlah biji

per 100 gr

Kadar biji Berkapang (biji/biji)

Kadar biji tidak

terfermentasi (biji/biji)

Kadar biji berserangga

(biji/biji)

Kadar biji berkecambah

(biji/biji)

I-AA-F I-AA Maks. 85 Maks. 2 Maks. 3 Maks. 1 Maks. 2 I-A-F I-A 86-100 Maks. 2 Maks. 3 Maks. 1 Maks. 2 I-B-F I-B 101-110 Maks. 2 Maks. 3 Maks. 1 Maks. 2 I-C-F I- C 111-120 Maks. 2 Maks. 3 Maks. 1 Maks. 2 I-S-F I-S >120 Maks. 2 Maks. 3 Maks. 1 Maks. 2

II-AA-F II-AA Maks. 85 Maks. 4 Maks. 8 Maks. 2 Maks. 3 II-A-F II-A 86-100 Maks. 4 Maks. 8 Maks. 2 Maks. 3 II-B-F II-B 101-110 Maks. 4 Maks. 8 Maks. 2 Maks. 3 II-C-F II- C 111-120 Maks. 4 Maks. 8 Maks. 2 Maks. 3 II-S-F II-S >120 Maks. 4 Maks. 8 Maks. 2 Maks. 3

III-A-F III-A 86-100 Maks. 4 Maks. 50 Maks. 2 Maks. 3 III-B-F III-B 101-110 Maks. 4 Maks. 50 Maks. 2 Maks. 3 III-C-F III- C 111-120 Maks. 4 Maks. 50 Maks. 2 Maks. 3 III-S-F III-S >120 Maks. 4 Maks. 50 Maks. 2 Maks. 3

Keterangan: F = Fine S = Small Sumber: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (1993)

Uji Belah

Penilaian mutu kakao dapat dilakukan secara fisik, kimia dan

organoleptik. Pengujian mutu paling yang paling umum dipergunakan adalah

penilaian fisik menggunakan metode uji belah. Biji slaty memiliki rasa pahit. Rasa

pahit disebabkan oleh adanya teobromin dan kafein pada biji kakao, sedangkan

rasa sepat disebabkan oleh tannin. Kandungan teobromin dan tannin menurun

selama fermentasi sehingga intensitas rasa pahit dan sepat juga menurun sesuai

tingkat fermentasinya. Rasa pahit dan sepat dapat menurun pada tingkat terendah

melalui fermentasi. Smoky disebabkan pengeringan atau penyimpanan di

lingkungan yang tercemar asap. Mouldy karena penyimpanan biji pada kadar air

tinggi dan fermentasi yang berlebihan. Musty karena oksidasi lemak akibat biji

kakao disimpan pada suhu tinggi (Sulistyowati, 1999).

Page 24: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

12

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan Magang dilaksanakan di kebun kakao PT Rumpun Sari Antan I

(PT RSA I), Majenang, Cilacap Jawa Tengah, selama 4 bulan mulai 15 Februari

sampai 15 Juni 2010.

Metode Pelaksanaan

Magang dilakukan dengan kegiatan yaitu bekerja aktif di lapangan,

pengumpulan data dan pengkajian data. Selama magang penulis bekerja di

lapangan sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor rawat,

mandor panen, mandor pabrik dan pendamping asisten Afdeling serta pendamping

asisten pabrik. Kegiatan KHL meliputi kegiatan pengendalian gulma,

pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan, pembuangan tunas air,

pemanenan dan pengolahan hasil. Sebagai pendamping mandor melaksanakan

tugas seperti mengontrol dan mengawasi tenaga kerja di lapangan dan setiap hari

dilakukan pencatatan prestasi kerja karyawan. Sebagai pendamping asisten kebun

bertugas mengawasi tenaga kerja dan mengontrol pelaksanaan semua kegiatan di

kebun. Sebagai pendamping asisten pabrik mengawasi tenaga kerja dan

mengontrol semua kegiatan proses pengolahan kakao. Penulis juga berpartisipasi

dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungan kebun seperti olahraga dan

keagamaan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dari pengamatan di lapangan, bekerja langsung, wawancara,

diskusi dengan staf, dan karyawan. Data primer pada aspek pemanenan yaitu

pengamatan tentang proses pemanenan secara keseluruhan. Selain itu juga

dilakukan pengamatan tingkat ketepatan pemanen dan salah satu indikator

kesalahan pemanen yaitu kerusakan bantalan buah. Pada aspek pasca panen

Page 25: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

13

dilakukan pengamatan terhadap seluruh proses pengolahan biji kakao, analisis

kualitas biji kakao basah dan analisis kualitas biji kakao kering.

Pengamatan pada tingkat ketepatan pemanen dilakukan terhadap 10 orang

pemanen yang ada di Afdeling B2. Pengamatan pada tiap pemanen hanya

dilakukan sekali. Umbukan seluruh buah hasil panen (A) dari masing-masing

pemanen diamati bagaimana tingkat seluruh kemasakan buahnya. Dihitung berapa

jumlah buah yang belum masak (B) dan jumlah buah yang lewat masak (C).

Berikut rumus menghitung presentase tingkat ketepatan pemanen dihitung dengan

rumus menurut Widyaningsih (2004):

( )% 100

CB -A (%)Pemanen Ketepatan Tingkat ×

+=

∑∑ ∑∑

A

Keterangan :

A = Seluruh buah yang dipanen pemanen

B =Buah belum masak, tingkat kemasakan < 60 %, hanya alur buah

yang berubah warna, jika buah muda berwarna hijau maka buah

berubah warna menjadi kuning, jika buah muda berwarna merah

maka buah berubah warna menjadi jingga

C = Buah lewat masak, tingkat kemasakan >80 %, seluruh kulit buah

berubah warna, jika buah muda berwarna hijau maka buah

berubah warna menjadi kuning, jika buah muda berwarna merah

maka buah berubah warna menjadi jingga

Gambar 2. Tingkat Kemasakan Buah

Pengamatan kesalahan pemanen dilihat dari presentase kerusakan bantalan

buah. Pengamatan dilakukan kepada 10 orang pemanen. Buah yang di panen

Page 26: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

14

diambil dari 25 pohon untuk setiap pemanen. Pengamatan dilakukan dengan

mengikuti kegiatan setiap pemanen saat memetik buah. Kemudian diamati

bagaimana cara pemanen memetik buah, dihitung berapa jumlah buah dipanen

dan jumlah bantalan buah yang rusak dari setiap pemanen. Pengamatan pada tiap

pemanen hanya dilakukan sekali Rumus menghitung kesalahan pemanen sebagai

berikut:

%100panen di yangBuah rusakbuah Bantalan

(%)pemanen Kesalahan ×=∑∑

Ciri bantalan buah yang rusak yaitu bantalan buah terkelupas karena

tersayat alat panen. Pengamatan bantalan buah dengan cara mengamati bekas

panenan yaitu secara langsung pada bantalan buah dan secara tidak langsung

dengan cara melihat buah yang telah dipetik. Apabila pada pangkal buah terdapat

tangkai buah dan kulit cabang maka bantalan buah tersebut rusak. Namun apabila

tangkai buah pendek atau pangkal buah yang terpotong, maka bantalan buah

tersebut tidak rusak.

Data sekunder diperoleh dari manajemen (laporan bulanan, semesteran,

dan tahunan) dan studi pustaka. Data sekunder digunakan untuk melengkapi dan

membandingkan serta menguji kebenaran data yang diperoleh di lapangan. Data

yang dikumpulkan meliputi sejarah, letak administratif, keadaan tanah dan iklim,

luas area dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, struktur organisasi

dan ketenagakerjaan serta peta lokasi.

Analisis data dan informasi

Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder diolah dengan

menggunakan metode sederhana, yaitu penjumlahan, rataan, presentase kemudian

dianalisis dengan membandingkan dengan data sekunder yang ada atau pustaka

lainnya yang berkaitan dengan masalah yang sedang dikaji.

Page 27: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

15

KEADAAN UMUM

Letak Administratif

Kebun PT Rumpun Sari Antan I berlokasi di Kecamatan Cipari,

Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kebun berbatasan dengan beberapa

desa. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sidasari, sebelah timur berbatasan

dengan Desa Mekarsari, sebelah utara berbatasan dengan PTPN IX Kawung dan

sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cidadap. Peta wilayah kebun PT Rumpun

Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Cilacap, Jawa Tengah dapat dilihat

pada Lampiran 1. Kebun PT RSA I terbagi atas tiga Afdeling, yaitu Afdeling A,

Afdeling B dan Afdeling C. Kantor kebun dan pabrik kebun terletak pada satu

lokasi.

Keadaan Tanah dan Iklim

Kebun PT RSA I memiliki jenis tanah Podsolik Merah Kuning dengan pH

berkisar 3.9 – 4.9. Topografi kebun berombak sampai bergelombang dengan

kemiringan 0 – 40 persen. Ketinggian kebun berkisar 20 – 90 m di atas

permukaan laut.

Berdasarkan data curah hujan perkebunan PT RSA 1 dari tahun 2000-

2009, rata-rata curah hujan tahunan adalah 2 469 mm/tahun, dengan rata-rata hari

hujan 132 hari/tahun. Tipe iklim menurut klasifikasi Schimdt dan Ferguson

termasuk tipe iklim C dengan nilai Q sebesar 0.41. Rata-rata bulan kering 3.1 dan

bulan basah 7.6 (Lampiran 2). Menurut kesesuaian lahan untuk kakao termasuk

kelas S3 dengan faktor pembatas curah hujan dan drainase tanah. Kriteria

kesesuaian lahan untuk kakao dapat dilihat pada Lampiran 3.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas lahan kebun PT RSA I secara keseluruhan adalah 1 050.32 ha terbagi

atas areal tanaman kakao seluas 452.82 ha, areal tanaman karet seluas 292.99 ha,

areal cadangan seluas 248.84 ha, dan areal non produktif seluas 55.67 ha. Areal

cadangan merupakan lahan untuk perencanaan tanaman karet, sorjan, dan lahan

Page 28: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

16

kering. Areal non produktif terdiri atas emplasment atau perumahan dinas kebun,

sawah, rawa, jalan, sungai dan mata air. Tata guna lahan terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari Antan I

Afd Luas Areal

Areal Produktif Areal Cadangan Areal Non Produktif Kakao Karet

……………………………(ha)…….…………………… A 285.45 127.48 23.93 124.47 13.56B 449.77 221.55 148.80 45.56 33.86C 311.10 103.78 120.26 78.81 8.25

Total 1 050.32 453.82 293.99 248.84 55.67Sumber: Kantor induk Kebun PT Rumpun Sari Antan I (2009)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kakao di kebun PT Rumpun Sari Antan I ditanam mulai tahun

1990 sampai dengan 1999 sehingga sudah berumur 11 sampai 20 tahun. Tanaman

kakao menggunakan klon hibrida antara varietas Forastero dan Criollo, tetapi

cenderung bersifat kakao lindak. Benih tanaman berasal dari PT London

Sumatera. Tanaman penaung yang digunakan yaitu kelapa (Cocos nucifera).

Namun, jumlah tanaman penaung ini sangat sedikit. Tanaman penaung ditebang

untuk dimanfaatkan kayunya.

Jarak tanam yang digunakan yaitu 3 m x 2.5 m., sehingga populasi 1 333

tanaman/ha. Namun, di kebun PT Rumpun Sari Antan I populasi tanaman/ha

hanya 528 tanaman/ha (Tabel 3). Hal ini disebabkan banyaknya tanaman mati

karena serangan penyakit, penggunaan areal untuk sorjan dan sawah, dan rencana

konversi kakao menjadi tanaman karet. Penanaman sorjan dan sawah diantara

tanaman kakao dapat menyebabkan tanaman kakao mati. Adanya persaingan hara,

mineral dan air serta rusaknya akar tanaman kakao karena pembukaan lahan

sawah.

Page 29: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

17

Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Kebun Kakao PT Rumpun Sari Antan I, Cilacap, Jawa Tengah

Tahun Sensus

Luas Areal (ha)

Jumlah Tanaman (tanaman)

Populasi Tanaman

(tanaman/ha)

Produksi (kg)

Rendemen (%)

Produktivitas (kg/ha/tahun)

2005 882.79 415 985 471 724 192 38 820.34 2006 882.79 355 593 402 458 409 37.37 519.27 2007 626.60 355 466 564 383 864 37.58 612.61 2008 626.60 355 466 567 334 092 37.86 533.18 2009 452.82 288 999 638 291 195 37.62 643.07

Rata-rata 354 301 528 438 350.40 37.69 625.70 Sumber: Kantor Induk Kebun PT Rumpun Sari Antan I (2010) Menurut data produksi tahun 2010 rata-rata, produktivitas PT RSA I dari

tahun 2005 – 2009 sebesar 625.7 kg/ha/tahun (Tabel 3). Produktivitas tersebut

lebih rendah daripada nilai produktivitas rata-rata perkebunan swasta sebesar

654.8 kg/ha/tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2010).

Fluktuasi produksi yang terjadi dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca serta

pemeliharaan terhadap tanaman.

Struktur Organisasi

Kebun PT RSA I dipimpin oleh seorang administratur yang dalam

melaksanakan pengelolaan kebun dibantu oleh kepala tata usaha, kepala afdeling,

kepala pabrik dan teknik dan kepala keamanan. Seorang kepala afdeling dalam

melaksanakan tugasnya dibantu oleh mandor rawat kakao, mandor hama penyakit

tanaman kakao, mandor panen kakao dan mandor karet serta karyawan. Karyawan

kebun terdiri dari karyawan harian tetap dan karyawan harian lepas. Kepala tata

usaha dibantu oleh staf kantor dalam pengelolaan administrasi. Struktur organisasi

kebun PT RSA I disajikan dalam gambar pada Lampiran 4.

Upah karyawan di kebun PT RSA I diberikan berdasarkan Upah Minimum

Kota (UMK) yang berlaku sebesar Rp 16 000/hari. Karyawan tetap tergabung

dalam asuransi tenaga kerja (ASTEK) dan mendapat tunjangan 100 % dari

perusahaan. Apabila karyawan tetap ada yang sakit, maka seluruh biaya

pengobatan ditanggung oleh perusahaan. Selain jaminan sosial dan kesehatan,

fasilitas lain yang disediakan untuk para karyawan kebun PT RSA I yaitu tempat

ibadah, perumahan, sekolah, kendaraan, keamanan, dan tempat berolahraga.

Page 30: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

18

Hari kerja efektif adalah 5 jam/hari. Sedangkan untuk karyawan harian

tetap, hari kerja efektif adalah 6 jam/hari. Absen karyawan harian lepas untuk

seluruh kegiatan budidaya di lapangan dilakukan setelah apel pada pukul 05.30

WIB. Setelah apel sekitar pukul 06.00 karyawan menuju kebun kemudian

diberikan waktu untuk istirahat sampai pukul 06.30 WIB. Istirahat kedua yaitu

pukul 10.00 hingga pukul 10.30 WIB.

Hari efektif karyawan harian lepas di pabrik berbeda dengan karyawan

harian di lapangan. Pekerjaan di pabrik dibagi terdiri dari 3 shift. Pembagian shift

mandor dan karyawan digilir dan diatur oleh kepala pabrik. Shift pertama pukul

06.30 – 14.30 WIB, shift kedua pukul 14.30 – 22.30 WIB, dan shift ketiga pukul

22.30 – 06.30 WIB.

Seluruh karyawan yang bekerja di PT RSA 1 kurang lebih berjumlah 210

orang. Jumlah staf 6 orang terdiri dari administrator, kepala pabrik, kepala asisten

3 orang dan kepala tata usaha. Jumlah non staf ada 4 krani bagian keuangan,

database, bagian gudang dan umum. Karyawan bulanan loka ada 13 orang terdiri

dari mandor dan driver. Pekerja harian tetap ada 37 orang terdiri dari mandor,

beberapa karyawan di kebun dan pabrik serta satpam. Karyawan harian lepas

berjumlah kurang lebih 150 orang yang bekerja di kebun dan pabrik.

Page 31: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

19

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Kegiatan magang yang diikuti oleh penulis di PT RSA I sebagai KHL,

pendamping mandor, dan pendamping asisten, masing-masing tertera pada jurnal

seperti Lampiran 5, Lampiran 6, dan Lampiran 7.

Aspek Teknis

Pembuangan Tunas Air (Wiwilan)

Pembuangan dilakukan terhadap tunas air atau wiwil yang mulai dari

pangkal batang sampai sejauh 50 - 60 cm di atas jorquette. Pembuangan tunas air

dilakukan secara rutin. Tunas air yang terlambat dibuang akan menghambat

pertumbuhan buah karena terjadi persaingan hasil fotosintat, hara, mineral dan air.

Selain itu, tunas air yang terlambat dibuang menjadi berkayu sehingga untuk

membuangnya perlu menggunkan alat seperti golok atau pisau wiwil. Tunas air

yang masih muda dapat dibuang dengan tangan karena masih lunak. Tunas air

yang berada jauh dari jangkauan tangan dapat menggunakan alat cungkring wiwil

yaitu pisau wiwil dengan galah sepanjang sekitar 2 m .

Pada daerah dengan topografi yang curam, karyawan berjalan mengikuti

kontur tanah. Wiwilan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai

bantalan buah. Bantalan buah yang rusak akan menghambat pertumbuhan bunga.

Wiwilan sebaiknya dipotong semua sampai pangkal tanpa menyisakan wiwil.

Dalam pelaksanaan di lapangan jarang terjadi wiwilan yang tertinggal namun

yang sering terjadi yaitu terlukannya bantalan buah. Untuk mengatasi hal ini,

sebaiknya membuang tunas air dengan menggunakan tangan saja. Standar prestasi

pewiwilan 2.5 ha/HK. Standar prestasi karyawan 1.5 ha/HK sedangkan prestasi

kerja penulis 1 ha/HK.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat

produksi tanaman. Hama yang terdapat di kebun PT RSA I yang tingkat

serangannya tinggi yaitu kepik penghisap (Helopelthis antonii). Serangan hama

ini pada buah muda akan menyebabkan buah mati. Hama ini menusukkan alat

Page 32: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

20

mulutnya pada jaringan kemudian menghisap cairan pada sel-sel di dalamnya.

Selanjutnya hama ini akan mengeluarkan racun yang menyebabkan jaringan di

sekitar tusukkan berbentuk cekung berwarna cokelat kehitaman. Pada serangan

berat, bercak akan menyatu dan menyebakan perubahan bentuk pada buah.

Apabila produksi buah sedang rendah, Helopelthis akan menyerang daun muda

sehingga tanaman terlihat meranggas.

Pengendalian kepik penghisap menggunakan insektisida kontak berbahan

aktif BPMC 500 gram/liter. Dosis yang digunakan 120 ml/ha dengan konsentrasi

1 ml/liter air, dan volume semprot 120 liter/ha. Alat yang digunakan adalah

knapsack sprayer. Pengendalian secara biologis untuk mengendalikan hama ini

dengan predator semut hitam. Tetapi menurut pengamatan di lapangan, populasi

semut hitam di kebun PT RSA I rendah. Agar populasi semut berlimpah

sebaiknya dilakukan kegiatan pembuatan sarang semut yang terbuat dari lipatan

daun kakao.

Hama lainnya yang menyerang tanaman kakao di PT RSA I adalah

penggerek buah kakao (PBK), penggerek batang (Zeuzera coffeae) dan tikus

pohon. Buah yang terserang penggerek buah kakao terlihat pada saat buah

dipecah. Buah yang terserang PBK memiliki biji-biji berwarna cokelat kehitaman

yang saling melekat. Hal ini menyulitkan proses pengambilan biji kakao. Hama

penggerek batang gejalanya terlihat dari cairan kental berwarna merah kehitaman

dan apabila kulit dikupas terdapat bercak merah di batang. Apabila serangan hama

ini tinggi dapat mengakibatkan kematian karena jaringan floem rusak. Selain

hama tersebut, hama lain yang perlu dikendalikan yaitu tikus. Serangan hama ini

dapat dilihat dari biji kakao yang tercecer di sekitar tanaman kakao dan terdapat

lubang di buah akibat gigitan tikus. Serangan tikus di kebun PT RSA I meningkat

setelah panen raya tanaman padi. Hal ini karena areal di sekitar kebun terdapat

lahan sawah milik penduduk sekitar kebun. Untuk mengurangi kehilangan hasil

akibat hama tikus, dilakukan kegiatan lelesan yaitu kegiatan mengambil biji yang

tercecer di kebun dan pengendalian dengan perekat.

Penyakit yang menyerang pada intensitas tinggi di kebun PT RSA I yaitu

penyakit busuk buah (Phythopthora palmivora). Gejala serangannya yaitu buah

busuk, terdapat bercak cokelat kehitaman, basah dan serbuk putih di kulit buah

Page 33: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

21

yang merupakan spora. Pengendalian penyakit ini dengan penyemprotan dengan

fungisida Dhitane M45 berbahan aktif Mankozeb 80%. Alat yang digunakan

untuk menyemprot yaitu mist blower yang menggunakan bahan bakar bensin 1.5

liter tiap unit. Penyakit lain yang menyerang tanaman kakao di kebun PT RSA I

yaitu penyakit jamur upas (Corticium sarmonicolor) Jamur ini membentuk kerak

berwarna merah jambu. Kerusakan yang parah mengakibatkan ranting kering.

Gambar 3. Buah Terserang Busuk Buah Phythopthora

Cara dan waktu pengendalian yang tepat dan efektif akan mengurangi

tingkat serangan hama dan penyakit. Pengendalian secara kimiawi di kebun PT

Rumpun Sari Antan I berdasarkan sistem peringatan dini (SPD) atau Early

Warning System (EWS). EWS dilakukan setiap 7 hari sekali. Tanaman sampel

sebanyak 10% populasi tanaman diamati apakah terdapat gejala serangan hama

dan penyakit. Standar prestasi kerja kegiatan pengendalian hama dan penyakit

tanaman adalah 2 ha/HK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0.92 ha/HK dan penulis

0.72 ha/HK.

Pemangkasan

Pemangkasan merupakan upaya untuk meningkatkan penetrasi cahaya

serta memperoleh keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.

Pemangkasan ada tiga jenis yaitu pangkasan bentuk, pangkasan pemeliharaan dan

pangkasan produksi. Pangkasan pemeliharaan dilaksanakan secara ringan disela-

sela pangkasan produksi dengan frekuensi 2 – 3 bulan. Tujuannya yaitu

membuang cabang sakit, cabang kipas, cabang kering, cabang menggantung, dan

cabang overlapping. Karyawan pemangkas harus mempunyai ketrampilan dan

Page 34: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

22

memahami tujuan pemangkasan terlebih dahulu, sehingga dapat menentukan

cabang mana yang dipotong atau tidak. Kesalahan dalam pemangkasan dapat

menurunkan produksi buah.

Alat yang digunakan untuk memangkas yaitu gergaji galah, golok dan

cungkring. Alat yang digunakan harus tajam agar tidak melukai kulit cabang

tempat tumbuh bunga. Galah gergaji digunakan untuk memangkas cabang dengan

diameter ≥ 2.5 cm, sedangkan cungkring digunakan untuk memotong cabang

≤ 2.5 m. Golok dapat digunakan untuk memotong cabang yang menggantung atau

cabang-cabang yang masih dalam jangkauan tangan. Dalam pelaksanaan di

lapangan, alat yang digunakan oleh beberapa karyawan kurang tajam sehingga

membutuhkan waktu yang lama untuk memangkas. Selain itu, menyebabkan

bantalan buah rusak. Karyawan pangkas pada Afdeling B1 termasuk karyawan

pangkas yang terampil, namun karyawan pangkas di Afdeling B2 belum termasuk

karyawan pangkas yang terampil. Agar hasil pangkasan rapi sebaiknya terdapat

karyawan khusus yang melakukan pemangkasan saja. Standar prestasi kerja

kegiatan pemangkasan yaitu 0.25 ha/HK. Prestasi kerja karyawan 0.15 ha/HK,

prestasi kerja penulis 0.11 ha/HK.

Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tanaman pengganggu yang tumbuh di tempat yang

tidak dikehendaki. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma yaitu menghambat

pertumbuhan tanaman, menurunkan produksi karena dampak persaingan hara,

cahaya, air dan ruang tumbuh, menyulitkan pekerjaan di kebun. Gulma juga dapat

meningkatkan serangan hama dan penyakit di kebun. Gulma menjadi inang hama

dan penyakit. Selain itu, adanya gulma yang meningkatkan kelembapan kebun

sehingga mendorong perekembangan hama dan penyakit.

Gulma yang terdapat di kebun PT RSA I yaitu Mikania micrantha

(sembung rambat), Ageratum conyzoides (babandotan), Clidemia hirta

(Harendong), Mimosa pudica (putri malu), Urena lobata (pulutan), Setaria plicata

(jambean), Cyperus kyllingia (teki), Stacytarpheta indica (ekor tikus), Imperata

cylindrica (alang-alang), Chromolaena odorata (krinyuh) dan Drygmoglosssum

piloslloides (sisik naga).

Page 35: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

23

Pengendalian gulma yang diterapkan oleh kebun yaitu pengendalian secara

manual dan secara kimiawi. Pengendalian manual menggunakan alat berupa

parang dan golok dilakukan di areal gulma berkayu yang sudah sangat tinggi

sehingga menutupi jalan. Pengendalian manual lainnya yaitu membersihkan

gulma yang merambat di pohon dengan cara mencabut dengan tangan. Gulma

Drygmoglosssum piloslloides tumbuh pada batang dan cabang kakao sehingga

hampir menutupi seluruh permukaan bagian tersebut. Penutupan gulma tersebut

menghambat pertumbuhan bunga dan buah serta mengakibatkan tanaman kakao

layu, kering kemudian mati. Di kebun PT RSA I, gulma Drygmoglosssum

piloslloides perlu dikendalikan. Sebagian besar tanaman kakao di kebun

ditumbuhi gulma tersebut. Standar prestasi pengendalian gulma secara manual

yaitu 3.0 HK/ha. Prestasi kerja karyawan 10 HK/ha sedangkan prestasi penulis 30

HK/ha. Gulma yang sudah terlalu rimbun dan berkayu serta lahan yang curam

menyulitkan karyawan saat di lapangan sehingga nilai HK menjadi tinggi.

Sebaiknya digunakan linggis atau alat pendongkel lainnya untuk mendongkel

gulma berkayu agar pengendalian gulma lebih efektif.

Pengendalian gulma secara kimiawi di kebun PT RSA I dengan

penyemprotan larutan herbisida menggunakan knapsack sprayer dengan nozel

VLV 200, terbuat dari tembaga berwarna kuning keemasan. Herbisida yang

digunakan merupakan herbisida sistemik dengan bahan aktif Isopropilamina

glifosat 481 g/l. Konsentrasi yang digunakan yaitu 80 ml per 10 liter larutan.

Selain itu juga digunakan Rodiamin 720 WSC dengan aplikasi konsentrasi 40 ml

per 10 liter larutan. Hasil penyemprotan dapat dilihat 5 - 7 hari setelah aplikasi.

Gulma yang mati akan berwarna kuning kecokelatan.

Keberhasilan kegiatan pengendalian gulma ditentukan oleh beberpa faktor

seperti cara penyemprotan, cara pengisian larutan, alat dan herbisida yang

digunakan. Cara penyemprotan masih belum konsisten. Areal yang seharusnya

strip wedding menjadi total weeding atau spot weeding yang tidak merata. Cara

pengisian larutan herbisida berpengaruh terhadap waktu dan keefektifan

penyemprotan. Sumber air yang terlalu jauh akan menyebabkan pengisian

memakan waktu lama. Selanjutnya, agar penyemprotan merata, karyawan yang

knapsack sprayernya sudah kosong harus menunggu di tempat di mana larutan

Page 36: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

24

tersebut habis. Apabila karyawan tersebut berpindah tempat, dikhawatirkan

karyawan akan lupa daerah mana yang sudah disemprot dan belum disemprot.

Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan kegiatan yaitu

memeriksa kondisi peralatan yang digunakan. Knapsack sprayer yang bocor akan

membuat larutan herbisida terbuang. Pemeriksaan nozel sprayer sebelum

karyawan melakukan kegiatan harus dilakukan karena ada beberapa karyawan

yang mengganti nozel atau melubangi nozel. Padahal ukuran sprayer yang terlalu

besar menyebakan volume semprot menjadi tidak efektif dan menyebabkan

larutan cepat habis.

Faktor selanjutnya yaitu tentang herbisida yang digunakan. Jenis herbisida

yang digunakan harus sesuai dengan jenis gulma yang ada. Herbisida sistemik

digunakan untuk mengendalikan gulma yang memiliki organ perkembangbiakan

seperti umbi pada teki. Herbisida 2,4 D hanya mematikan gulma berdaun lebar,

sedangkan herbisida Dalapon hanya mematikan gulma rumput (Graminae).

Herbisida yang dapat mengendalikan hampir jenis gulma dapat menggunakan

herbisida non selektif. Standar prestasi kegiatan tersebut adalah 0.6 ha/HK.

Prestasi karyawan 0.6 ha/HK sedangkan penulis 0.5 ha/HK. Permasalahan yang

sering muncul adalah penggunaan dosis herbisida yang belum tepat sehingga

menyebabkan seringnya kekurangan herbisida. Perlu pengawasan yang lebih

intensif lagi oleh mandor.

Pemupukan

Pemupukan bertujuan menambah unsur-unsur hara tertentu di dalam tanah

yang tidak mencukupi bagi kebutuhan tanaman yang diusahakan. Hal ini

dilakukan karena kesuburan tanah menurun akibat hilangnya unsur hara dari

daerah perakaran melalui pencucian, panen, dan erosi.

Pemupukan tanaman dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada awal

musim hujan dan akhir musim hujan. Dosis pemupukan diberikan berdasarkan

analisis tanah dan direksi. Pupuk yang diberikan adalah pupuk Urea (46 % N),

MOP (60 % K2O) dan RP (35 % P2O5). Dosis pemupukan Afdeling tiap blok

berbeda tergantung kondisi tanah yang dilihat dari hasil analisis tanah. Dosis

pupuk untuk Afdeling B2 tertera pada Tabel 4. Cara pemupukan tidak dengan

pembuatan alur. Pada jarak (± 1.5 m) antar tanaman dibuat lubang tempat

Page 37: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

25

menaburkan pupuk. Setelah pupuk ditaburkan kemudian lubang ditutup dengan

tanah. Pemupukan dilakukan secara berkelompok, 2 orang per kelompok. Satu

orang bertugas membuat lubang pupuk, dan satu orang lagi bertugas menaburkan

pupuk dan menutup lubang. Hal ini untuk memudahkan dan mengefektikan

pemupukan. Dalam pelaksanaannya masih terdapat karyawan yang menaburkan

pupuk melebihi dosis yang seharusnya dan belum ditutupnya lubang pupuk.

Padahal pupuk yang tidak tertutup sempurna akan menyebabkan pupuk menguap

pada suhu tinggi seperti terkena cahaya matahari. Standar prestasi kerja untuk

pemupukan sebesar 1.4 ha/HK.

Tabel 4. Dosis Pupuk Afdeling B2

Blok Pupuk (gram/tanaman/semester)

Urea MOP RP 7 47 31 47 8 62 29 51 9 50 28 50 10 50 29 50 11 76 29 51 12 74 29 49

Sumber: Kantor Induk Kebun PT Rumpun Sari Antan I (2010) Panen

Panen merupakan kegiatan memetik dari buah di pohon selanjutnya

memecah buah dan mengeluarkan biji di dalamnya agar dapat dimanfaatkan.

Sebelum panen mandor mengamati kematangan buah secara visual berdasarkan

warna buah. Buah muda yang memiliki warna hijau ketika matang akan berwarna

kuning, sedangkan buah yang pada saat muda berwarna merah ketika matang akan

berwarna jingga. Kriteria buah yang dapat dipanen yaitu buah dengan tingkat

kemasakannya lebih dari 60 % dan blok yang dapat dipanen minimal memiliki

20 % buah matang. Kerapatan panen digunakan sebagai dasar untuk mementukan

jumlah tenaga kerja. Cara menghitung kerapatan sebagai berikut:

Kerapatan Panen (KP) = on)sampel(pohpokok Jumlah

(buah) diamati yangmasak buah Jumlah x 100 %

= sampelpokok 150

masakbuah 40 100 % = 26.67 %

Page 38: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

26

Jumlah Buah yang dipanen = KP x Populasi

= 26.67 % x 6 434

= 1 716 buah

Pod Value BCK = 32 buah/kg BCK

Bobot BCK = BCKValuePod

dipanen yangBuah Jumlah

=BCK buah/kg 32

buah 716 1

= 53.6 kg BCK

Standar Panen 55 kg/HK

Bobot BCB = Rendemen

BCKBobot

= %38BCK kg 53.6

= 141 kg BCB

Kebutuhan Tenaga Kerja = PanenStandar BCBBobot

= kg/HK 55

BCB kg 141

= 2.56 HK

= 3 HK (pembulatan)

Setiap tiga bulan sekali juga dilakukan taksasi produksi. Tujuan taksasi

yaitu untuk memperkirakan hasil yang akan dipanen pada musim yang akan

datang dan memperkirakan hasil akhir setelah pengolahan hasil. Berikut cara

perhitungan taksasi produksi yang dilaksanakan oleh PT RSA I:

A = SampelPokok

% 20masak peluang cm, 5-2 panjangdengan Buah

= pohon 25buah 27

= 1.08

Page 39: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

27

B = SampelPokok

% 60masak peluang cm, 11-6 panjangdengan Buah

= pohon 25buah 45

= 1.8

C = SampelPokok

% 90masak peluang cm, 11 panjangdengan Buah >

= pohon 25buah 23

= 0.92

Hasil Panen = ValuePod

Populasi x ) C B A ( ++

= BCK buah/kg 32

964 13 x ) 0.92 1.8 1.08 ( ++

= 1 249.7 kg BCK

Sistem panen. Sistem panen yang digunakan adalah sistem hanca gilir.

Setiap pemanen mendapat hanca dengan luas tertentu, pada waktu yang berbeda

dan ada perpindahan blok panen. Dalam satu blok panen dibagi beberapa hanca.

Luas hanca ± 2 – 3 ha berlaku pada saat produksi buah rendah dan ± 1 ha untuk

panen raya. Rotasi panen yaitu 6 – 7 hari pada saat produksi rendah dan 3 – 4 hari

pada saat panen raya. Pemanen bekerja secara berkelompok. Satu kelompok

terdiri dari 2 orang pemanen. Pada areal panen dengan topografi berlereng,

kelompok panen terdiri dari 3 orang, 2 orang bertugas memanen buah dan seorang

bertugas mengangkut buah ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Pemanen di

kebun PT RSA I Afdeling B mayoritas pemanen adalah wanita. Pada saat

produksi rendah pemanen bekerja hingga pukul 12.00 sedangkan saat panen raya

pemanen bekerja hingga pukul 13.00 WIB. Upah yang diberikan pada saat

produksi rendah sebesar Rp. 16 000/hari, untuk berapapun hasil panen yang

diperoleh oleh pemanen. Sedangkan pada saat panen raya sebesar Rp. 19 000/hari

karena pemanen bekerja hingga pukul 13.00 WIB. Kondisi ini berbeda dengan di

Afdeling C yang menerapkan sistem pengupahan borongan murni. Pada sistem ini

hasil panen langsung dikalikan harga per kg biji basah.

Page 40: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

28

Pemanenan. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemanenan yaitu

cungkring, golok atau pisau dan karung. Cungkring merupakan antel bergalah.

Alat yang digunakan harus tajam agar tidak melukai bantalan bunga. Menghindari

kerusakan bantalan bunga juga dilakukan dengan cara menyisakan tangkai buah

sepanjang ± 5 mm. Bantalan buah yang rusak akan lama pulih dan menyebakan

gagalnya pembungaan untuk periode selanjutnya. Bantalan buah yang rusak

seperti tersayat alat panen hingga terkelupasnya kulit cabang.

Gambar 4. Alat Panen: Golok dan Cungkring

Buah yang sudah dipanen oleh para pemanen dimasukkan ke dalam

karung kemudian dikumpulkan di suatu areal hanca pemanen. Kegiatan

selanjutnya yaitu memecah buah yang telah dikumpulkan dan mengeluarkan biji

buah. Memecah buah menggunakan pisau atau golok. Pemecahan buah

diusahakan agar pisau tidak mengenai daging buah dan merusak biji. Kemudian

biji tanpa plasenta dikeluarkan dari buah dan dimasukkan kedalam karung. Biji

yang terserang Phythopthora dan PBK diletakkan dalam karung yang berbeda

dengan biji sehat. Namun, dalam kenyataan di lapangan masih ada pemanen yang

mencampur biji sehat dan biji tidak sehat dalam satu karung. Pencampuran biji

sehat dan biji tidak sehat sehat akan menyebabakan terkontaminasinya biji sehat

oleh bakteri biji tidak sehat pada saat proses fermentasi.

Page 41: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

29

Selanjutnya karung biji kakao basah (BCB) diangkut ke TPH untuk

dilakukan penimbangan oleh mandor panen. Hasil penimbangan BCB di kebun

dicatat di surat pengantar buah (Lampiran 8). Setelah semua karung ditimbang di

TPH oleh mandor, karung BCB diangkut oleh mobil kebun atau truk menuju ke

pabrik.

Pasca Panen

Setelah biji sampai di pabrik, biji akan melalui tahap pengolahan sebelum

dihasilkan biji kakao kering. Tahap pegolahan biji kakao meliputi fermentasi,

pengeringan, sortasi dan penyimpanan.

Fermentasi. Sebelum BCB dimasukkan kedalam kotak fermentasi

dilakukan penimbangan BCB di pabrik. Penimbangan disaksikan oleh mandor

pabrik, mandor panen dan karyawan pabrik. Hasil penimbangan di pabrik

kemudian dicatat di surat pengantar buah yang dibawa oleh mandor panen. Hasil

penimbangan BCB di Afdeling dan kebun akan berbeda. PT RSA I memberi

toleransi selisih bobot maksimal sebesar 10 %. Perbedaan ini disebabkan karena

hilangnya kandungan air pulpa biji kakao selama perjalanan dari kebun menuju ke

pabrik dan mandor panen yang hanya memperkirakan hasil timbangan di kebun

tanpa menimbangnya dengan alat timbangan. Hal ini dilakukan dengan alasan

mempercepat penimbangan dan ketidakmampuan karena karung BCB terlalu

banyak terutama pada saat panen raya.

BCB yang sudah ditimbang segera dimasukkan kedalam kotak fermentasi

kemudian ditutup dengan karung goni. Selanjutnya dilakukan analisis BCB basah

oleh mandor panen. Sampel yang digunakan adalah 0.5 kg per karung. Dari

analisis dapat diketahui presentase kandungan biji Phythopthora, plasenta, biji

berkecambah, biji muda, biji terpotong, dan biji pipih.

Kotak fermentasi yang digunakan biji kakao basah yaitu kotak fermentasi

dua tingkat yang berukuran 250 cm x 100 cm x 40 cm terbuat dari kayu dengan

kapasitas 800 kg – 1 000 kg. Setiap sisi kotak fermentasi diberi lubang. Lubang

ini merupakan tempat keluarnya cairan pulpa encer dan sebagai tempat masuknya

oksigen ke dalam tumpukan biji.

Page 42: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

30

Fermentasi dilakukan selama lima hari dengan frekuensi pembalikan

sebanyak dua kali, pembalikan pertama diawal hari ketiga dan hari kelima.

Pembalikan dilakukan dengan memindahkan massa biji kakao dari satu peti ke

peti berikutnya. Alat yang digunakan untuk pembalikan menggunakan sekop

berbahan logam. Penggunaan sekop berbahan logam dapat meningkatkan jumlah

biji terluka, terpotong dan terkontaminasi logam. Pabrik pernah mencoba

menggunakan sekop terbuat dari kayu tetapi masa pakai sekop singkat atau mudah

rusak maka pabrik tetap menggunakan sekop terbuat dari bahan logam. Setelah

selesai pembalikan dilakukan sanitasi seperti mengambil biji-biji yang tercecer

membersihkan lubang-lubang pada kotak fermentasi dan lantai fermentasi. Lantai

fermentasi yang tidak dibersihkan akan cepat terkikis akibat cairan fermentasi

yang mengandung asam asetat yang bersifat korosif.

Pengeringan. Proses ini bertujuan untuk menguapkan air di dalam biji

kakao setelah fermentasi. Metode yang digunakan yaitu penjemuran atau

pengeringan secara alami dengan sinar matahari (sun drier) dan pengeringan

panas buatan menggunakan samoan drier. Penjemuran dilakukan di lantai jemur

dan anjang-anjang. Lantai jemur terbuat dari semen, berukuran 30 m x 3 m

dengan kapasitas 22 kg/m2. Ketebalan hamparan biji kakao ± 2 – 3 lapisan biji

atau 5 – 8 kg per m2. Profil lantai dibuat miring ± 5 – 7o dengan sudut pertemuan

di bagian tengah lantai. Pinggiran lantai dilengkapi dengan saluran pembuangan

air dan tiang-tiang penyangga untuk mengkaitkan terpal penutup. Pada pukul

17.00 WIB atau sedang hujan hamparan biji kakao ditutup oleh terpal dan baru di

buka kembali pada pagi hari pukul 07.00 WIB. Anjang-anjang terbuat dari

anyaman bambu, berukuran 35 m x 1 m tinggi 0.5 m kapasitas 700 kg.

Penjemuran yang sering digunakan adalah lantai jemur, penjemuran di anjang-

anjang hanya dilakukan apabila lantai jemur sudah melebihi kapasitas. Menurut

pengamatan, hasil pengeringan di anjang-anjang lebih baik daripada di lantai

jemur. Aliran udara di bagian bawah meja anjang-anjang menyebabkan biji lebih

cepat kering.

Penjemuran sun drier menggunakan lantai jemur atau anjang-anjang

dilakukan selama dua hari dengan frekuensi pembalikan dua kali setiap hari. Saat

cuaca berawan waktu penjemuran bisa mencapai tiga hari. Pembalikan bertujuan

Page 43: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

31

untuk mempercepat laju pengeringan agar lebih cepat dan merata. Selain itu, pada

saat pembalikan dilakukan sanitasi biji kakao dari kontaminasi bahan-bahan asing,

memisahkan plasenta yang masih terbawa saat panen, dan memisahkan biji yang

tidak sehat serta mengambil biji-biji yang tercecer.

Setelah dua hari dilakukan pengeringan dengan matahari, biji kakao

dipindahkan ke samoan. Pengeringan di samoan dilakukan selama tiga hari.

Samoan drier berukuran 8 m x 3 m x 1.5 m dengan kapasitas 5 ton. Di bagian

samping samoan terdapat termometer berfungsi mengukur suhu samoan. Suhu

samoan dipertahankan pada suhu 600 – 1000 C. Apabila suhu samoan melebihi

1000 C untuk menurunkan suhu samoan, karyawan membuka pintu pipa asap dan

mematikan api kemudian menyalakan lagi setelah suhu normal. Dinding

pengering dilengkapi dengan kipas untuk meningkatkan perpindahan panas antara

pipa asap dan udara agar merata ke lantai atas samoan. Pipa asap terbuat dari

drum terletak di bagian bawah lantai samoan yang terbuat dari besi. Pipa asap

bercabang dua pada bagian awal dan menyatu lagi pada bagian pangkal. Di bagian

pangkal terdapat tungku kayu bakar. Samoan dilengkapi juga dengan cerobong

asap. Panas samoan berasal dari pembakaran kayu bakar. Kebutuhan kayu bakar

yaitu 4 - 5 m3 kayu bakar.

Masalah yang terjadi dalam pengeringan yaitu waktu pengeringan yang

lebih lama. Saat penjemuran di anjang-anjang atau lantai jemur karena cuaca yang

tidak mendukung seperti hujan, hasilnya biji kakao masih terlalu basah saat

dimasukkan ke samoan drier. Dampaknya pengeringan akan membutuhkan waktu

yang lebih lama sehingga keperluan kayu bakar juga akan meningkat. Selain itu,

pengeringan biji kakao tidak merata dan terjadinya penempelan biji kakao yang

disebabkan kurangnya pembalikkan dan terlambat. Diperlukan pengawasan

mandor untuk mengatur waktu yang tepat untuk pembalikkan dan mengawasi

pelaksanaan pembalikkan yang dilakukan karyawan.

Sortasi. Biji kakao yang sudah kering kemudian ditimbang sehingga

diperoleh rendemen pengolahan. Selanjutnya biji kakao dipindahkan ke ruangan

sortasi. Sortasi merupakan kegiatan memisahkan biji kakao kering menurut

ukuran fisik dan membersihkan dari kotoran-kotoran sebelum biji kakao kering

dilakukan pengepakan. PT RSA I menggunakan sortasi dengan dua tahap. Tahap

Page 44: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

32

sortasi pertama menggunakan ayakan mekanis dan tahap kedua sortasi secara

manual. Grade yang diterapkan yaitu IA dengan jumlah biji 86 – 110 butir per

100 gram, grade IC dengan jumlah 111 – 120 butir dan UG (under grade) yang

terdiri dari biji pecah, biji kecil dan brongkolan.

Ayakan mekanis untuk sortasi biji kakao adalah tipe silinder berputar

dengan kapasitas sortasi ± 1 – 1.25 ton per jam. Lubang ayakan terdiri dari tiga

ukuran yaitu 10 mm, 15 mm dan 18 mm. Lubang pertama merupakan pintu keluar

biji kecil dan biji pecah. Pintu kedua pintu keluar biji yang masuk grade IC, pintu

ketiga biji grade IA dan pintu terakhir untuk biji sangat besar dan brongkolan.

Brongkolan adalah biji kakao yang belum dipisahkan dari plasentanya, biji

terserang penyakit dan biji-biji yang menempel satu sama lain akibat pembalikan

yang kurang. Biji-biji yang keluar dari pintu terakhir yang akan disortasi secara

manual. Sortasi dilakukan di meja. Seorang karyawan sortasi yang terampil

mempunyai kapasitas sortasi 90 – 110 kg per hari.

Sortasi yang dilakukan oleh PT RSA 1 menggunakan kombinasi mesin

sortasi dan sortasi manual sudah optimal. Hasil sortasi menjadi lebih banyak dan

mutu sortasi baik. Hasil sortasi dari pintu terakhir mesin sortasi merupakan biji

yang sangat besar dan brongkolan yang selanjutnya akan di sortasi lagi oleh

karyawan. Biasanya masih terdapat biji yang termasuk Grade IA atau IC,

beberapa brongkolan juga masih dapat di pisahkan sehingga dapat hal ini

meningkatkan kuantitas hasil sortasi. Dengan adanya sortasi manual juga

memperbaiki kualitas sortasi. Mengurangi kandungan biji pecah, biji dempet, biji

pipih, biji yang berkecambah dan kotoran yang terbawa dai kebun dan pabrik

seperti batu, daun, atau ranting.

Page 45: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

33

Pengemasan. Setelah disortasi biji kakao kering dikemas dalam karung

goni. Berat setiap karung 62.5 kg. Karung kemudian dijahit dengan tali raffia.

Sebelum dijahit, diambil 100 gram biji kakao kering tiap karung untuk sampel

analisis mutu biji kakao kering. Analisis dilakukan oleh mandor pabrik. Sampel

yang dikumpulkan dari tiap karung hanya diambil 1 kg kakao yang kemudian

dianalisis dan dikemas sebagai inventaris pabrik dan . Dari hasil analisis mutu biji

kakao kering akan diketahui kandungan biji mouldy, slaty, waste, kadar air

serangga hidup, biji pecah, bean count, benda asing, biji berbau, biji semi

fermentasi, kotoran mamalia, biji berserangga, dan biji berkecambah. Proses

pengemasan sudah dilakukan dengan baik karena karyawan yang mengerjakan

bagian ini merupakan karyawan tetap yang sudah terampil.

Penulis melakukan analis biji kakao kering dengan sampel sebanyak

100 g. Hasil analisis sebagai berikut:

Bean count = 100 biji

Kadar kotoran (waste) = 2,5%

Biji Pecah = 2 %

Kadar air = 7 %

Biji Mouldy = 2 biji

Biji Slaty = 3 biji

Biji berserangga = 0

Benda asing = 0

Biji Berbau = 0

Biji berkecambah = 1 biji

Penggudangan. Setelah proses pengemasan tahap selajutnya

penggudangan. Karung biji kakao grade IA disimpan di gudang di sebelah ruang

sortasi. Sedangkan untuk karung biji kakao grade IC dan UG diletakkan di

gudang yang berbeda dengan grade IA. Karung-karung ditumpuk rapi diruangan

gudang dengan penyangga palet dari papan kayu setinggi 0.1 m dari permukaan

lantai gudang. Tumpukan karung bagian pinggir diberi jarak antara 0.15 – 0.2 m

dari dinding. Penggudangan di PT RSA 1 sudah baik. Pemisahan gudang antara

biji kakao grade IA dengan grade IC dan UG dapat mengurangi adanya

kontaminasi serangga atau jamur yang mungkin berasal dari biji kakao grade UG.

Page 46: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

34

Aspek Manajerial

Karyawan harian lepas

Penulis menjadi karyawan harian di Afdeling selama 7 minggu dan

karyawan harian di pabrik selama seminggu. Kegiatan yang dilakukan yaitu

pemangkasan, pemanenan, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma,

dan proses pengolahan.

Pendamping Mandor

Mandor bertugas mengabsen karyawan sebelum dan sesudah

melaksanakan pekerjaan, memberi pengarahan kepada karyawan terhadap

kegiatan yang akan dilakukan, mengawasi pekerjaan karyawan, melaporkan

kondisi Afdeling kepada asisten Afdeling, membuat laporan perincian pekerjaan

harian seperti laporan blok yang dikerjakan, jumlah tenaga kerja, hasil pekerjaan

luas areal, mencatat barang yang keluar dan masuk, mencari tenaga kerja, dan

pembayaran upah karyawan.

Penulis menjadi pendamping mandor rawat selama seminggu, pendamping

mandor panen selama seminggu dan pendamping mandor pabrik selama dua

minggu. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping mandor

melakukan pengawasan kegiatan pemupukan, pemanenan, penimbangan di kebun

dan pabrik, pengawasan proses pengolahan dan mengikuti rapat bersama

administratur, asisten Afdeling dan mandor serta membantu mandor membuat

laporan perincian pekerjaan harian.

Page 47: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

35

Pada kegiatan pemupukan penulis mengawasi sekitar 8 sampai 23

karyawan dengan prestasi kerja karyawan 70 kg pupuk/HK dan mengawasi

pengadukan pupuk. Karyawan pemupukan masih harus sering diperingatkan

karena tidak menutup lubang pupuk dan memberi pupuk melebihi dosis yang

telah ditentukan. Karena terlalu banyaknya karyawan yang memupuk, terkadang

karyawan juga perlu ditunjukkan alur yang harus dipupuk selanjutnya. Hal

lainnya yaitu ketepatan waktu mulai bekerja dan jumlah karyawan yang tidak

pasti. Kadang kegiatan pemupukan dimulai sekitar pukul 08.00 atau 09.00 dan

jumlah karyawan yang tidak sesuai target sehingga saat sudah siang hari

pemupukan masih belum selesai. Padahal suhu yang tinggi mempercepat

terjadinya penguapan pada pupuk sehingga penyerapan pupuk oleh tanah kurang

efektif.

Sebagai pendamping mandor setelah dari lapangan penulis bersama

mandor membuat Laporan Perincian Pekerjaan Harian (LPPH) perawatan kebun.

Kegiatan lain yaitu rapat bersama mandor dari seluruh Afdeling, asisten dan

adminstratur. Materi rapat yaitu tentang evaluasi produksi, pencapaian target dan

estimasi untuk bulan selanjutnya serta masalah-masalah yang sedang terjadi di

kebun dan pemecahannya.

Pada saat menjadi pendamping mandor panen, penulis mengawasi 4 orang

dengan prestasi kerja karyawan 50 kg/HK. Penulis menyisir hanca pemanen dan

melihat apakah ada buah yang tertinggal di pohon. Selain itu, penulis membantu

memecah buah dan mengeluarkan biji dari buah. Penulis juga menunggu di

tempat pengumpulan hasil (TPH), memastikan apakah semua pemanen sudah

selesai memanen dan menimbang hasil panen kemudian membuat surat pengantar

buah untuk diserahkan ke kantor afedling, pabrik dan kantor induk. Penulis juga

ke pabrik untuk melihat penimbangan hasil panen oleh mandor pabrik sehingga

diketahui berapa persen kehilangan hasil panen selama perjalanan. Kehilangan

hasil panen selama penulis menjadi pendamping mandor tidak pernah melebihi

10 %.

Page 48: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

36

Pada sore hari kegiatan di pabrik dimulai ketika penerimaan biji kakao

basah dari kebun selanjutnya mengisi papan nama untuk kotak fermentasi yang

berisi informasi tanggal masuk ke pabrik, tanggal pembalikkan pertama dan

pembongkaran fermentasi. Penulis sebagai pendamping mandor melakukan

penimbangan biji kakao basah dan mengisi surat pengantar buah dari kebun.

Sebelum memulai kegiatan pasca panen, sebagai pendamping mandor penulis

bertugas memimpin doa. Pengawasan dilakukan di semua tahap pengolahan mulai

dari penerimaan biji kakao basah dari kebun, fermentasi, pejemuran, sortasi,

pengepakan dan pembalikkan serta melakukan penimbangan biji kakao kering.

Setelah mengetahui hasil biji kakao kering selanjutnya dilakukan penghitungan

rendemen.

Agar kegiatan dilapangan berjalan sesuai rencana diperlukan koordinasi

dan kerjasama yang baik antara mandor-mandor di kebun dan mandor dengan

mandor bagian lain misalnya mandor transport. Mandor rawat harus menghubungi

mandor transport agar menyiapkan truk untuk mengangkut pupuk dan menjemput

karyawan dari Afdeling lain. Sedangkan mandor panen perlu menghubungi

mandor transport untuk mengangkut biji kakao basah. Mandor panen

menentukkan tempat pengumpulan hasil, selanjutnya mandor transport yang akan

menentukkan pukul berapa karung akan diangkut ke pabrik. Bagian pabrik juga

harus berkoordinasi dengan bagian teknik mengenai perbaikan peralatan-peralatan

pabrik.

Pendamping Asisten

Asisten bertugas memimpin, mengelola Afdeling agar pelaksanaan

kegiatan di Afdeling berjalan lancar dan kebun memiliki produksi yang maksimal.

Tugas asisten Afdeling diantaranya adalah bersama administratur menetapkan

sasaran/target produksi, membuat rencana kerja blok atau pabrik mingguan dari

dasar rencana bulanan, memberi pengarahan terhadap mandor tentang pekerjaan

yang akan dilaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kerja mandor dan

karyawan, bertanggungjawab atas kondisi kebun/pabrik, cost dan produksi serta

memotivasi dan memberikan pembinaan terhadap mandor dan karyawan.

Penulis menjadi pendamping asisten Afdeling dan asisten pabrik masing-

masing dua minggu. Kegiatan yang dilakukan yaitu pengawasan terhadap kerja

Page 49: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

37

karyawan di lapangan seperti kegiatan pemangkasan, pengendalian hama dan

penyakit, pemanenan, pengawasan proses pengolahan, membantu membuat

rencana kerja mingguan, dan membantu membuat rencana kerja dan cost bulanan.

Saat menjadi pendamping asisten Afdeling, kegiatan yang di kontrol setiap

hari bisa lebih dari satu aspek kegiatan. Misal dalam sehari penulis mengawasi

kegiatan pemangkasan dan dongkel karet atau pemanenen dan pengendalian hama

dan penyakit. Jumlah mandor yang diawasi sekitar 1 sampai 2 orang dan jumlah

karyawan yang diawasi 4 sampai 20 orang. Penulis juga membantu asisten

membuat rencana kegiatan bulanan kebun.

Selama menjadi pendamping asisten di pabrik, penulis mengontrol

karyawan shift 1 yang berkerja pada pagi hingga sore hari. Jumlah mandor yang

diawasi 2 orang dengan jumlah karyawan 10 sampai 20 orang. Pengawasan

dilakukan pada seluruh kegiatan pasca panen di pabrik mulai dari penimbangan,

fermentasi, penjemuran, pengeringan, sortasi hingga penimbangan biji kakao

kering.

Page 50: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

38

PEMBAHASAN

Pemanenan

Tanaman kakao merupakan tanaman yang dapat dipanen sepanjang tahun.

Perkembangan buah dari pembungaan sampai masak sekitar 5 – 6 bulan. Dalam

setahun buah kakao mengalami dua kali puncak panen sekitar bulan April – Mei

dan Oktober – November. Di PT RSA 1, panen raya terjadi selama bulan April

sampai Juni, kemudian terjadi panen raya kedua pada bulan Oktober sampai

November. Panen merupakan kegiatan kultur teknis yang mempengaruhi produksi

kakao terutama mutu biji kakao kering. Kegiatan pemanenan dimulai dari

pemetikan buah hingga pengeluaran biji kakao. Hal-hal yang harus diperhatikan

dalam pemanenan seperti kriteria panen, cara dan proses pemanenan hingga ke

tempat pengolahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil panen meliputi

kehilangan hasil, organisasi panen, dan ketrampilan pemanen.

Salah satu masalah dalam aspek pemanenan yaitu kehilangan hasil.

Kehilangan hasil dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti topografi lahan,

serangan hama dan penyakit tanaman, kebersihan kebun dan pemangkasan.

Kebun PT RSA I memiliki topografi dengan kemiringan 0 – 40 %. Pada areal

yang curam sering terjadi kehilangan buah yang dipetik. Selain itu, ada beberapa

pemanen yang tidak memetik buah yang ada di areal yang curam karena alasan

keselamatan. Memanen di areal panen yang curam juga membutuhkan waktu

yang lebih lama sehingga menyebabkan hanca panen tidak selesai dan output

yang diperoleh rendah. Agar semua buah terpanen, pada daerah yang curam dapat

dikerjakan oleh karyawan tetap untuk memanen.

Penyebab lain kehilangan hasil yaitu serangan hama dan penyakit.

Penyakit yang menyerang kebun PT RSA I busuk buah Phythophthora dan

penggerek buah kakao (PBK). Phythopthora menyebabkan buah menjadi busuk

sehingga biji di dalamnya tidak bisa diolah menjadi biji kakao kering bermutu

baik. Kerugian lain yang ditimbulkan yaitu pemanen mengalami kesulitan ketika

memecah buah dan mengeluarkan biji dari buah. Buah yang terserang

Phythopthora, kulit buah menjadi lebih keras sehingga sulit untuk memecahnya.

Sedangkan buah yang terserang penggerek buah kakao akan sulit mengeluarkan

Page 51: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

39

biji di dalamnya karena biji kakao saling menempel. Selain serangan penyakit,

serangan hama juga menyebabkan tingginya tingkat kehilangan hasil. Tikus akan

melubangi kulit buah dan memakan pulpa biji kakao. Biasanya biji bekas

serangan tikus berceceran di lahan. Untuk mengurangi tingkat kehilangan hasil

akibat hama tikus, dilakukan kegiatan lelesan, yaitu mengambil biji-biji yang

tercecer akibat hama tikus. Perlu ditingkatkan kegiatan pengendalian hama

penyakit agar tidak mengurangi produktivitas kebun. Pengendalian penyakit

busuk buah kakao dapat dilakukan dengan mengubur buah yang terkena penyakit

tersebut atau setelah diambil bijinya, kulit buah yang terserang busuk buah

langsung dikubur untuk mematikan Phythophthora dan penyebaran sporanya.

Sanitasi kebun meliputi kegiatan pengendalian gulma dan pemangkasan.

Gulma yang terlalu rimbun akan menyulitkan pemanen. Buah yang telah dipetik

akan jatuh di rimbunnya gulma dan membutuhkan waktu lagi untuk mencari buah

tersebut. Selain itu, menyulitkan proses pengangkutan buah. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengendalian gulma yang intensif. Tanaman yang terlalu tinggi karena

tanaman yang belum dipangkas akan menyulitkan kegiatan memetik buah.

Beberapa pemanen tidak memetik buah yang letaknya terlalu tinggi. Buah kakao

juga sering terlewat dipanen karena buah tertutup oleh daun-daun kakao yang

terlalu rimbun karena belum dipangkas. Pemangkasan pemeliharaan diusahakan

dilakukan tepat waktu dan semua areal yang terpangkas.

Gambar 5. Letak Buah Terlalu Tinggi dan Tertutup Daun

Pemanenan di PT RSA I menggunakan rotasi 6 – 7 hari pada saat

produksi rendah dan 3 – 4 hari pada saat panen raya. Blok panen, jumlah

Page 52: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

40

karyawan dan hanca panen ditentukan oleh mandor panen. Mandor panen

menggunakan dasar kerapatan panen untuk menentukan blok yang akan dipanen

dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Hanca panen yang diterapkan adalah

hanca gilir. Pemanen mendapatkan hanca yang berbeda pada pada waktu tertentu

dan ada perpindahan blok. Pemanenan dilakukan secara berkelompok, 2 – 3 orang

per kelompok. Areal yang jauh dari tepi jalan dan berlereng dilakukan oleh 3

orang, 2 orang pemanen dan 1 orang bertugas mengangkut hasil panen ke tepi

jalan agar memudahkan saat karung diangkut oleh truk ke pabrik.

Pada saat musim hujan kondisi tanah menjadi berlumpur sehingga

menyebabkan truk slip bahkan macet. Semakin lama perjalanan pengangkutan

BCB ke pabrik maka akan mengurangi bobot BCB karena hilangnya cairan pada

biji akibatnya perbedaan timbangan Afdeling dan pabrik akan semakin besar.

Selain itu, juga menyebabkan kenaikan biaya produksi karena harus membayar

HK untuk karyawan yang menjaga karung BCB agar tidak hilang. Mengatasi

kondisi tersebut perlu perencanaan, persiapan anggaran dana dan teknis untuk

perbaikan jalan serta pengadaan truk baru karena memang masa pakai truk kebun

sudah melebihi standar.

Masalah lain dalam panen yang terjadi di PT Rumpun Sari Antan I adalah

ketersediaan tenaga kerja dan alat panen. Panen raya hampir bersamaan dengan

kegiatan panen raya padi dan bersamaan dengan kegiatan pemupukan sehingga

kebutuhan tenaga kerja semakin berkurang. Kurangnya tenaga kerja akan

membuat beberapa areal panen tidak terpanen oleh karena itu dilakukan kegiatan

pemanenan oleh admnistratur, staf kantor, asisten dan mandor-mandor lain. Selain

itu, juga dilakukan kerjasama dengan para penggarap sawah yang ada di areal

kebun. Selanjutnya masalah kurangnya alat panen seperti karung. Karung yang

digunakan untuk tempat memetik buah dan BCB adalah karung bekas karung

beras dan pupuk berkapasitas 50 kg. Tingkat kerusakan karung meningkat karena

pemanen menyeret karung mereka saat membawa buah padahal kondisi lahan

terdapat banyak gulma berkayu. Peran mandor dan asisten harus ditingkatkan agar

pemanen menerapkan lagi peraturan panen yang harus menggunakan tas panen

dari karung yang telah disediakan oleh kebun. Selain itu, untuk menjaga peralatan

kebun, perlu diterapkan peraturan para karyawan dilarang membawa pulang

Page 53: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

41

peralatan kebun. Setelah menggunakan peralatan, karyawan langsung

mengembalikan ke kantor Afdeling atau dikembalikkan kepada mandor.

Sedangkan untuk mengatasi kurangnya tenaga pemanen, keputusan administratur

untuk mewajibkan staf kantor dan para penggarap sawah membantu panen sudah

tepat. Cara lain dengan pemberian premi bagi pemanen yang dapat memanen

melebihi target.

Pemecahan buah di PT Rumpun Sari Antan I ditetapkan pada pukul 10.00

WIB, namun pada kenyataan di lapangan, para pemanen masih melanggar aturan

tersebut. Menurut karyawan panen hal ini mereka lakukan dengan alasan jarak.

areal kebun mereka terlalu jauh dari TPH dan tidak efisien apabila berbalik arah

hanya untuk memecah buah. Apabila perusahaan tetap ingin menggunakan

peraturan jam pemecahan buah, untuk memudahkan pemanen sebaiknya arah

pemanenan karyawan di mulai dari tempat yang terdekat dengan TPH. Sehingga

saat semua sudah terpanen, arah pemecahan pemanen ke arah TPH. Alternatif lain

yaitu tidak menerapkan jam pemecahan buah tetapi dengan menerapkan

pemberian sanksi kepada pemanen yang tidak selesai memanen hancanya. Jadi

pemanen bisa menggunakan cara mana yang menurut pemanen efektif namun

apabila hanca tidak selesai maka mandor berhak memberikan sanksi kepada

karyawan atau mengharuskan pamanen tetap menyelesaikan hancanya walaupun

sudah saatnya jam pulang kerja.

Selain pemberian sanksi, mandor dan asisten perlu aktif bersosialisasi

dengan para pemanen, memberikan teguran dan motivasi supaya pemanen mau

bekerja lebih baik dan melakukan pengawasan yang lebih teliti. Diterapkan sistem

bonus bila target produksi pada blok tersebut tercapai dengan syarat pembatasan

presentase plasenta dan buah muda.

Tingkat ketepatan pemanen dilihat dari hasil buah yang dipetik. Tingkat

kemasakan buah akan mempengaruhi proses pengolahan dan kualitas biji kakao

kering. Data Tabel 5 menunjukkan bahwa presentase terendah 37 % dan tertinggi

hanya mencapai 79.5 %. Rendahnya tingkat ketepatan pemanen karena kurangnya

ketrampilan pemanen, mengejar target, buah yang tidak terpanen dan hanca yang

tidak terselesaikan. Ada beberapa pemanen yang masih bingung menentukan buah

muda dan buah yang tepat masak. Alasan lain karena pemanen ingin mengejar

Page 54: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

42

target produksi agar memperoleh upah yang tinggi. Penyebab tingginya tingkat

buah lewat masak adalah buah tidak terpanen karena kurang telitinya pemanen.

Hanca panen terlalu luas sehingga pemanen tidak menyelesaikan hanca panennya.

Kemudian pada rotasi selanjutnya pada hanca tersebut banyak buah yang lewat

masak. Padahal buah kakao yang masak tidak akan jatuh dari pohon dan tetap di

pohon sampai busuk.

Tabel 5. Data Tingkat Ketepatan Pemanen

Pemanen ∑ Buah muda,

kemasakan < 60 %

∑ Buah masak, kemasakan 60%-80%

∑ Buah lewat masak,

kemasakan > 80%

Total Buah yang

dipanen

Tingkat ketepatan pemanen

(%)

1 30 44 45 119 37 2 32 131 31 195 67.17 3 33 57 26 115 49.65 4 23 61 42 126 48.41 5 24 111 36 171 65 6 29 90 19 138 65.21 7 30 169 14 213 66.67 8 14 114 34 162 70.37 9 16 105 11 132 79.54

10 23 135 23 181 74.58 Rata-rata 25 102 28 155 65.8

Indikator ketrampilan pemanen dapat dilihat dari tingkat kesalahan yang

dihitung dari bantalan buah yang rusak. Apabila bantalan buah rusak maka tidak

akan tumbuh lagi bunga pada bagian tersebut. Menurut Mulato (2002) pemetikan

buah harus dilakukan secara hati-hati supaya bantalan buah tidak mengalami

kerusakan. Bagian ini merupakan titik atau lokasi tumbuh bunga pada pembuahan

berikutnya.

Ciri bantalan buah yang rusak yaitu bantalan buah terkelupas karena

tersayat alat panen. Pengamatan bantalan buah dengan cara mengamati bekas

panenan yaitu secara langsung pada bantalan buah dan secara tidak langsung

dengan cara melihat buah yang telah dipetik. Apabila pada pangkal buah terdapat

tangkai buah dan kulit cabang maka bantalan buah tersebut rusak. Namun apabila

tangkai buah pendek atau pangkal buah yang terpotong, maka bantalan buah

tersebut tidak rusak.

Data Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kesalahan pemanen 11.6 %.

Presentase kesalahan pemanen dipengaruhi oleh cara pemanenan dan alat panen.

Page 55: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

43

Pemanen mempunyai banyak cara untuk memetik buah kakao. Pada buah dengan

tangkai buah yang pendek, cungkring ditusukkan ke badan buah, diputar dan

kemudian ditarik. Cara lain yaitu menyayat buah pada pangkal buah. Namun,

kadang hal ini menyebabkan pelukaan pada biji dan menyebabkan biji tercecer.

Buah yang ada di bawah jorquette dipetik menggunakan golok. Namun, ada

beberapa pemanen memetiknya dengan menarik buah dengan tangan. Cara

terakhir meningkatkan tingkat kerusakan bantalan buah. Kurang tajamnya alat

panen juga menyebabkan pelukaan bantalan buah dan kulit tanaman. Mandor

menghimbau agar pemanen mengasah alat panen dan untuk memfasilitasi

pemanen, pihak kebun menyediakan asahannya. Peran mandor lainnya yaitu

menjelaskan lagi kepada karyawan tentang pentingnya bantalan buah untuk

produktivitas tanaman. Selama ini pemanen yang merusakkan bantalan buah tidak

dikenakan sanksi atau denda.

Tabel 6. Data Kesalahan Pemanen

Pemanen ∑ Pohon yang Dipanen

∑ Buah yang Dipanen

∑ Bantalan Rusak

Kesalahan Pemanen (%)

1 25 51 9 17.6 2 25 48 8 16.6 3 25 67 6 8.9 4 25 46 5 10.8 5 25 73 7 9.5 6 25 70 4 5.7 7 25 106 8 7.5 8 25 78 10 12.8 9 25 74 10 13.5

10 25 75 10 13.3 Rata-rata 25 69 8 11.6

Pasca Panen

Biji kakao kering yang berkualitas baik ditentukan oleh bahan tanam,

perawatan di kebun, pemanenan dan pengolahan proses biji menjadi biji kakao

kering. Pengolahan proses meliputi fermentasi, pengeringan, sortasi, pengepakan

dan penggudangan. Kegiatan pasca panen di PT RSA I dimulai dengan

penimbangan BCB di pabrik dari Afdeling. Setelah BCB ditimbang dan

selanjutnya diambil sample 0.5 kg per karung dan dilakukan analisis BCB oleh

mandor pabrik.

Page 56: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

44

Analisis kualitas BCB terdiri dari presentase plasenta, biji muda, biji

Phythophthora, biji terpotong, biji berkecambah dan biji pipih. Kualitas BCB

akan mempengaruhi proses pasca panen dan kualitas biji kakao kering.

Kandungan plasenta yang tinggi akan mempengaruhi rendemen biji kakao kering

dan menyebabkan biji saling menempel pada saat proses fermentasi dan

pengeringan sehingga akan terbentuk biji kakao kering brongkolan. Biji

brongkolan pada saat sortasi akan masuk kedalam grade UG (under grade).

Saat pemanenan harus memperhatikan kriteria kematangan buah untuk

mengurangi kesalahan pemanenan buah. Biji muda dan biji lewat masak akan

mempengaruhi proses pengolahan. Biji muda akan menghasilkan biji kakao

kering berbentuk gepeng, mengkerut dan cacat citarasa. Menurut Wahcjar et al.

(2009) biji yang kurang masak atau tidak cukup tua, menyebabkan fermentasi

tidak akan sempurna karena kandungan gula dalam pulp masih rendah dan suhu

yang dicapai hanya sekitar 350 C. Demikian pula biji yang terlalu masak, bijinya

telah berkecambah sehingga fermentasi tidak akan berlangsung sempurna.

Kebun PT Rumpun Sari Antan I menetapkan standar analisis mutu BCB

untuk masing-masing kriteria mutu adalah plasenta ≤ 0.4 %, biji muda ≤ 0.3 %,

biji yang terserang Phythophthora ≤ 0.35 %, biji terpotong ≤ 0.3 %, biji

berkecambah ≤ 0.1 % dan biji pipih ≤ 0.1 %. Kriteria mutu BCB mengalami

penurunan tiap tahunnya dan nilainya sudah melebihi dari standar yang ada

(Gambar 6). Pada tahun 2009 nilai presentase plasenta 7.37 %, biji muda 5.77 %,

biji yang terserang Phythophthora 9.43 %, biji terpotong 1.66 %, biji kecambah

1.95 % dan biji pipih 4.40 %. Masing-masing kriteria disebabkan oleh beberapa

faktor.

Page 57: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

45

Gambar 6. Analisis Biji Kakao Basah Tahun 2005-2009

(Sumber: PT Rumpun Sari Antan I , 2010)

Tingginya presentase Phythopthora disebabkan karena tingginya serangan

penyakit Phythopthora di kebun PT RSA I. Biji yang terserang Phythopthora

tetap diolah menjadi biji kering kakao namun pengolahannya dipisahkan dari biji

sehat. Oleh karena itu untuk mempermudah dan mempersingkat pengolahan di

pabrik, pemisahan biji yang terserang Phythopthora dengan biji sehat dilakukan

saat pemanenan di Afdeling. Namun dalam pelaksanaannya, beberapa pemanen

masih mencampur biji sehat dengan biji tidak sehat.

Pemanenan buah muda menyebabkan kandungan biji muda meningkat

sedangkan biji berkecambah disebabkan karena buah dipanen saat lewat masak.

Prensetase biji muda dan biji berkecambah berhubungan dengan tingkat ketepatan

pemanen. Presentase tingkat ketepatan pemanen hanya 65.8 % dengan presentase

buah muda yang dipanen sebesar 16.2 % dan presentase buah lewat masak yang

dipanen sebesar 18 %. Untuk mengurangi kesalahan pemanenan, perlu dijelaskan

lagi kepada para pemenan kriteria panen yang tepat. Selanjutnya perlu diterapkan

sanksi bagi yang memanen buah muda. Di tumpukkan buah yang akan dipecah,

mandor dapat mengetahui berapa buah muda yang dipanen. Pertama hanya diberi

peringatan, apabila pemanen mengulangi kesalahan lagi atau jumlah buah muda

yang terpanen terlalu banyak pemanen diberi sanksi seperti pemotongan upah,

membersihkan gulma atau penambahan jam kerja agar pemanen memanen lagi di

hanca lain yang belum terpanen.

Page 58: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

46

Biji terpotong diduga dipengaruhi oleh cara panen dan pemecahan buah.

Pemanen memetik buah yang memiliki tangkai pendek dengan cara memotong

buah bagian atas. Hal itu menyebabkan buah terbelah dan biji terpotong.

Penyebab lainnya karena biji terpotong oleh alat pemecah. Menurut Widyotomo,

et al. (2004) jumlah biji terpotong atau terbelah oleh alat pemotong manual

berkisar antara 3 – 6 %.

Kriteria biji pipih berbeda dengan kriteria analisis BCB yang lain. Biji

pipih kondisinya tidak stabil. Pada tahun 2008 nilainya sebesar 4.68 % menjadi

4.40 % pada tahun 2009. Biji pipih selain disebabkan karena buah muda juga

dipengaruhi oleh keadaan tanaman. Pemeliharaan tanaman yang kurang akan

mempengaruhi tanaman untuk menyerap hara, mineral, air dan cahaya yang akan

berdampak pada produksi buah dan kualitas biji.

Selain dilakukan analisis BCB juga dilakukan analisis BCK (biji kakao

kering). Tujuan analisis BCK adalah agar pihak perkebunan sebagai produsen dan

konsumen mengetahui kualitas BCK yang diproduksi oleh perkebunan tersebut

kemudian dapat ditentukan apakah biji kakao layak dipasarkan atau tidak.

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia / SNI 01 - 2323 – 1991, syarat mutu

BCK yang digunakan adalah sebagai berikut :

Grade : IA

Moisture : 7.5 % (maks)

Mouldy : 3 % (maks)

Slaty : 3 % (maks)

Kadar Waste : 2 % (maks)

Insect hidup : Tidak ada

Kadar Biji Pecah : 2 % (maks)

Bean Count : 100 – 110 g

Kadar Benda Asing : 0 %

Hasil analisis kualitas BCK PT Rumpun Sari Antan I menurut data

Gambar 7 BCK yang diproduksi oleh PT Rumpun Sari Antan I sesuai dengan

SNI. Nilai kadar air tiap tahun masih stabil sebesar 7 %. Kadar air yang ≤ 7.5 %

akan menyebabkan BCK rentan terserang mikroba atau serangga gudang.

Penurunan kadar air terjadi pada saat fermentasi dan pengeringan. Di kebun PT

Page 59: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

47

Rumpun Sari Antan, penggunaan pengeringan alami dan pengering buatan dengan

samoan drier masing-masing selama 2 dan 3 hari efektif untuk memperoleh kadar

air 7 – 7.5 %.

Gambar 7. Analisis Biji Kakao Kering Tahun 2005-2009

(Sumber: PT Rumpun Sari Antan I, 2010)

Presentase biji mouldy dan slaty diperoleh dari uji belah. Biji 100 gram

dibelah dan dianalisis lewat warna. Biji mouldy jika dibelah nampak warna

cokelat keabu-abuan. Sedangkan pada biji slaty akan berwarna ungu. Biji

Presentase biji mouldy dan slaty pada BCK kebun PT Rumpun Sari Antan I

mengalami peningkatan tiap tahun. Presentase biji mouldy pada tahun 2009

mencapai 1.78 %, sedangkan presentase biji slaty 2.36 %, BCK masih sesuai

dengan Standar Nasional Indonesia.

Biji yang sebelum dipanen sudah terserang Phythopthora akan manjadi

biji mouldy. Menurut Urquhart (1961) biji yang terserang Phtophthora tidak

terfermentasi dengan sempurna, akan memperlambat proses fermentasi, suhu

fermentasi tidak mencapai suhu fermentasi yang seharusnya dan menyebabkan

biji mouldy.

Penyebab lainnya yaitu mikroba yang timbul akibat kontaminasi biji dari

pestisida, pupuk, dan logam alat pemecah buah, suhu pengeringan yang tidak

teratur, biji kakao pra fermentasi yang dikeringkan di lantai jemur kemudian ke

hujanan dan kotoran atau benda asing pada saat penjemuran. Menurut Wood dan

Lass (1985) biji mouldy disebakan oleh biji terserang mikroba sebelum

pemanenan, selama fermentasi dan pengeringan serta selama di gudang.

Page 60: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

48

Biji slaty berwarna biru dan mempunyai rasa pahit dan sepat. Biji slaty

disebabkan karena proses fermentasi yang terlalu cepat. Menurut Prihanani (2001)

biji slaty akibat kurangnya pembalikkan selama fermentasi sehingga biji yang

terdapat di permukaan terlanjur mengering sebelum proses fermentasi sempat

berlangsung. Untuk mencegah terbentuknya biji slaty sebaiknya tumpukkan biji

pada kotak fermentasi tidak melebihi ukuran yang dianjurkan yaitu 40 cm dan

melakukan fermentasi selama lima hari untuk mengurangi rasa sepat pada biji..

Proses penting lain selain fermentasi dan pengeringan yaitu sortasi. Proses

sortasi adalah memisahkan biji menurut ukuran dan bentuk biji kakao kering.

Menurut data Tabel 7 presentase grade IA yang dihasilkan mengalami penurunan

mulai tahun 2007. Rata-rata presentase grade IA 5 tahun rata-rata terakhir sebesar

93.4 %. Presentase grade UG mengalami kenaikan sedangkan untuk grade IC

selama 5 tahun terakhir kondisinya tidak stabil. Penyebab terjadinya hal ini

dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan kebun, pemanenan, kualitas BCB yang

dihasilkan dan proses pengolahan. Pemberian pupuk dengan dosis yang kurang

sementara kondisi tanah miskin hara menyebabkan pembentukan biji kurang

sempurna sehingga dihasilkan biji kecil-kecil.

Tabel 7. Presentase Hasil Sortasi PT RSA I 2005-2009

Mutu 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

……………..………..……(%)………………..…..……..... IA 93.2 93.9 95 93.2 91.4 93.4IC 3.9 1.9 2.2 1.4 2.8 2.4UG 2.9 4.2 2.8 5.4 5.8 4.2

Grade UG didominasi oleh biji pecah, biji terpotong, kulit biji dan

brongkolan. Menurut pengamatan di lapangan, banyaknya biji yang pecah karena

terinjak oleh karyawan pada saat pembalikkan di samoan drier. Brongkolan

adalah biji yang saling menempel karena plasenta, biji yang terserang

Phythopthora dan penggerek buah kakao serta terlambat pembalikkan pada saat

pengeringan. Diperlukan peran mandor untuk mengawasi dan memberi instruksi

sesuai prosedur yang seharusnya kepada karyawan untuk mengurangi kesalahan

kerja.

Page 61: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

49

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemanenan merupakan kegiatan memetik buah dari pohon dan

mengeluarkan bijinya agar dapat dimanfaatkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kegiatan pemanenan adalah ketrampilan pemanen. Rata-rata tingkat ketepatan

pemanen kebun PT RSA I sebesar 65.8 % dan kesalahan pemanen sebesar

11.6 %, Cara pemanenan tidak benar sering merusak bantalan buah dan alat panen

kurang tajam. Masalah lain dalam pemanenan yaitu pengangkutan sering

terhambat karena truk sudah tua dan kondisi jalan kebun serta kehilangan hasil

buah karena buah tidak terpanen.

Kualitas BCB dan BCK kebun PT Rumpun Sari Antan mengalami

penurunan tiap tahun. Namun, BCK masih sesuai dengan Standar Nasional

Indonesia. Pada tahun 2009 hasil biji kakao kering PT RSA 1, grade IA yang

mengalami penurunan sebesar 1.8 % sementara grade IC dan UG mengalami

peningkatan sebesar 1.4 % dan 0.4 %.

Saran

Perlu diberikan penjelasan tentang kriteria buah masak bagi karyawan

yang belum terbiasa melakukan kegiatan panen. Perlu pengarahan dan

pemahaman kepada karyawan tentang hubungan hasil BCB yang dipanen di

kebun dengan BCK yang akan dihasilkan oleh pabrik. Perlu dipilih alat

transportasi yang lebih efektif dan dilakukan perbaikan jalan. Pada kegiatan

magang selanjutnya dalam aspek pemanenan dapat dihitung tingkat kehilangan

hasil suatu kebun. Diterapkan sanksi bagi pemanen yang merusakkan bantalan

buah.

Page 62: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

50

DAFTAR PUSTAKA

Adi, D., Elisabeth dan Rubiyo. 2006. Pengaruh lama fermentasi biji kakao terhadap mutu kimia bubuk cokelat. Warta PPKKI 22(2): 82-90.

Amin, S. 2005. Teknologi Pasca Panen Kakao Untuk Masyarakat Perkakaoan Indonesia. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Press. Jakarta. 224 hal.

Berlianto, J. 2002. Pemanenan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Perkebunan Rumpun Sari Antan IV, Banyumas PT Agro Lestari, Jawa Tengah. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan).

Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan Kakao. Departemen Pertanian. Jakarta.

Hayati, A. 2001. Pengelolaan Pemanenan Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun Batulawang PT Perkebunan Nusantara VIII, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan).

Heddy, S. 1990. Budidaya Tanaman Cokelat. Angkasa Bandung. Bandung. 130 hal.

Mulato, S. 2002. Perkembangan Teknologi Pengolahan Kakao di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember. 40 hal.

Misnawi. 2005. Peranan pengolahan terhadap pembentukan cita rasa cokelat. Warta PPKKI 21(3): 136-144

Prihanani. 2001. Kajian Pengeringan Biji Kakao dengan Pengurangan Pulp dan Pemanasan Pra Fermentasi Terhadap Mutu Biji Kakao Kering. Tesis. Program Studi Pasca Panen, Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. (Tidak Dipublikasikan).

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia. Jakarta. 328 hal.

Rasnasari. 1994. Pengelolaan Kakao (Theobroma cacao L.) di Perkebunan Rajamandala PTP XII, Jawa Barat dengan Aspek Khusus Panen dan Pengelolaan Hasil. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan).

Roesmanto, J. 1991. Kakao Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta.164 hal.

Page 63: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

51

Siregar, T., Slamet, R., dan Laela, N. 1989. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Cokelat. Penebar Swadaya. Jakarta. 157 hal.

Sulistyowati. 1999. Uji cita rasa untuk pengujian mutu biji kakao. Warta PPKKI 15(3): 324-332.

Suswono. 2009. Pencanangan gerakan nasional kakao fermentasi untuk mendukung industri dalam negeri. http://deptan.go.id [08 Desember 2009].

Urquhart, D. H. 1961. Cocoa. Longmans. London. 293 p.

Wachjar, A., Hariyadi, dan Winasa I., W. 2009. Buku Ajar Teknik Budidaya, Panen, Pasca Panen Kakao. Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB. Bogor.

Wahyudi, T. dan Misnawi. 1993. Rancang bangun dan uji coba paket pengolahan kakao rakyat. Pelita Perkebunan 9(2): 56-66.

Widyaningsih, A. 2004. Pengelolaan Panen dan Pasca Panen Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun Yunawati Kaliduren PT Dekafindo Utama, Jember, Jawa Timur. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan).

Widyotomo, S., Sri, M., dan Edy, S. 2004. Pemecahan buah dan pemisahan biji kakao secara manual. Warta PPKKI 20(3): 138-143.

Wood, G. A. R. 1985. Cocoa. Longman. Singapura. 292 p.

Wood, G. A. R and R. A Lass. 1985. Cocoa. Edisi ke 4. Longman. Singapura.

Yusianto. 1994. Fermentasi secara sederhana untuk perkebunan rakyat. Warta PPKKI 18: 11-17.

Yusianto, Budi, S., dan Wahyudi, T. 1995. Analisis mutu kakao lindak (Theobroma cacao L.) pada beberapa perlakuan fermentasi. Pelita Perkebunan 11(1): 45-55.

Yusianto, Wahyudi, dan Sulistyowati. 2008. Pasca panen kakao 201-136. Dalam Yusianto, Panggabean, dan Pujiyanto (Eds). Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. 2008. Jakarta.

Page 64: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

52

LAMPIRAN

Page 65: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

1

Lampiran 1. Peta Kebun PT Rumpun Sari Antan I, Cilacap, Jawa Tengah

= Sorjan dan lahan kering

= Tanaman Kakao = Tanaman Karet TBM II

LEGENDA:

= Tanaman Karet TBM II Tumpangsari

= Sorjan dan lahan kering

= Kantor Induk

= Pabrik

53

Page 66: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

53

Lampiran 2. Curah Hujan Bulanan Di Kebun PT Rumpun Sari Antan I, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2000-2009

Bulan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH Januari 165 11 263 16 498 19 278 10 307 18 313 12 413 22 145 9 201 13 424 24 300.6 15.4 Februari 229 14 203 16 173 11 391 18 328 12 250 11 294 19 439 19 280 19 393 16 297.9 15.5 Maret 409.5 15 478 14 422 15 390 17 274 17 275 15 373 17 185 20 422 19 228 17 345.5 16.6 April 302.5 11 407 13 193 13 133 12 142 8 209.5 12 214 19 225 20 213 14 176 17 221.3 13.9 Mei 165 7 74.5 4 85.5 5 141 10 169 10 173 11 86.5 12 376 14 16 2 136 11 142.2 8.6 Juni 66.5 8 170 11 29 2 19 5 57.5 4 91.5 12 31 5 164 8 10.5 2 99.5 10 73.75 6.7 Juli 15 4 82 4 45 2 0 0 79 9 112.5 6 3 1 2 1 0 0 31 2 36.95 2.9 Agustus 17 3 0 0 0 0 0 0 0 0 21.5 3 0 0 1 1 6 2 0 0 4.55 0.9 September 17.2 6 68.5 4 1 1 105 4 36 5 194.5 6 0 0 0 0 14.5 4 0 0 43.62 3 Oktober 605.9 15 508 19 23.5 3 149 13 97.5 7 345 14 14.5 2 361 6 274 21 256 12 263.4 11.2 November 246 17 610 18 375 24 287 21 641 23 314 14 66 10 241 12 781 26 215 22 377.5 18.7 Desember 255 10 95.5 9 416 23 357 21 775 26 497.5 22 469 24 385 17 163.5 21 209 13 362.3 18.6 Total 2493.6 121 2959 128 2259 118 2250 131 2905 139 2797 138 1964 131 2521 127 2382 143 2166 144 2469 132 BB 8 7 6 9 7 10 5 9 7 8 7.6 BK 3 1 4 3 3 1 5 3 5 3 3.1

Keterangan: CH : Curah Hujan (mm) HH : Hari Hujan BB : Bulan Basah (>100 mm) BK : Bulan Kering (< 60 mm)

Perhitungan Tipe Iklim (Q) Menurut Schimdth-Ferguson

Q = BBrata-RataBK rata-Rata

= 6.71.3

= 0.41 Berdasarkan data curah hujan 10 tahun terakhir, kebun Rumpun Sari Antan I, termasuk ke dalam tipe iklim C

54

Page 67: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

55

Lampiran 3. Kriteria Teknis Kesesuaian Lahan untuk Kakao

Tolok Ukur Kelas Kesesuaian Lahan S1 S2 S3 N

a. Iklim - Curah Hujan

tahunan (mm) 1 500-2 500 1 250-1 500 1 100-1 250 < 1 100

2 500-3 000 > 4 000 -Lama bulan kering

(<60 mm) 0-1 1-3 3-5 >5

b. Elevasi (meter dpl) - Kakao mulia 0-600 600-700 700-800 >800 - Kakao lindak 0-300 300-400 450-600 >600 c. Kemiringan Lahan

(%) 0-8 8-15 15-45 >45

d. Sifat Fisik Tanah - Kedalaman efektif

(cm) >150 100-150 60-100 >60

- Presentase batu di permukaan

0 0-3 3-15 >15

e. Ketersediaan hara (0-30 cm)

- pH 6.0-7.0 5.0-6.0 4.0-5.0 <4.0 7.0-7.5 7.5-8.0 >8.0 - C-Organik (%) 2-5 1-2 0.5-1 <0.5 5-10 10-15 >15 - KPK (me/100g) >15 10-15 5-10 <5 - N sedang-

sangat tinggi

rendah sangat rendah

-

- P sedang-sangat tinggi

rendah sangat rendah

-

- K sedang-sangat tinggi

rendah sangat rendah

-

f. Genangan kelas drainase

baik cukup baik agak buruk Sangat buruk

g. Keracunan (toksisitas)

- Salinitas (mm hos/cm)

<1 1-3 3-6 >6

- Kejenuhan Al (%) <5 5-20 20-60 >60 Sumber: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004)

Page 68: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

56

Lampiran 4. Struktur Organisasi PT Rumpun Sari Antan I, Cilacap, Jawa Tengah

56

Page 69: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

57

Lampiran 5. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di PT Rumpun Sari Antan I, Cilacap, Jawa Tengah

Tanggal Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja Lokasi

Mahasiswa Karyawan Standar 15/02/2010 Tiba di kebun - - - - 16/02/2010 Pengendalian

Gulma Bibit Karet

500 plbg 600 plbg 600 Plbg Pembibitan Karet

17/02/2010 Pengendalian Gulma Bibit Karet

500 plbg 576 plbg 600 Plbg Pembibitan Karet

18/02/2010 Pengendalian Helopelthis 0.4 ha/HK 0.9 ha/HK 2 ha/HK B10

19/02/2010 Pengendalian Helopelthis 0.5 ha/HK 1 ha/HK 2 ha/HK B11

20/02/2010 Pengendalian Gulma Kimiawi

- 0.7 ha/HK 0.6 ha/HK B8

22/02/2010 EWS 1.15 ha/HK 5 ha/HK 5 ha/HK B8 23/02/2010 EWS 1.5 ha/HK 5 ha/HK 5 ha/HK B8 24/02/2010 Pengendalian

Helopelthis 1.07 ha/HK 1.3 ha/HK 2 ha/HK B9

25/02/2010 Pengendalian Helopelthis 0.6 ha/HK 0.8 ha/HK 2 ha/HK B7

27/02/2010 Pengendalian Helopelthis 1.04 ha/HK 0.6 ha/HK 2 ha/HK B7

01/03/2010 Pengendalian Gulma Kimiawi

0.14 ha/HK 0.7 ha/HK 0.6 ha/HK B10

02/03/2010 Pengendalian Gulma Kimiawi

0.6 ha/HK 0.7 ha/HK 0.6 ha/HK B10

03/03/2010 Pengendalian Gulma Kimiawi

0.5 ha/HK 0.68 ha/HK 0.6 ha/HK B10

04/03/2010 Pengendalian Gulma Kimiawi

0.4 ha/HK 0.58 ha/HK 0.6 ha/HK B11

05/03/2010 Pengendalian Gulma Kimiawi

0.45 ha/HK 0.59 ha/HK 0.6 ha/HK B11

Lampiran 5. (Lanjutan)

Page 70: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

58

Tanggal Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja Lokasi

Mahasiswa Karyawan Standar 06/03/2010 Pengendalian

Gulma Kimiawi

0.5 ha/HK 0.66 ha/HK 0.6 ha/HK B12

08/03/2010 Pemangkasan 0.1 ha/HK 0.14 ha/HK 0.25 ha/HK B7 09/03/2010 Pemangkasan 0.12 ha/HK 0.16 ha/HK 0.25 ha/HK B8 10/03/2010 Pemangkasan 0.11 ha/HK 0.15 ha/HK 0.25 ha/HK B8 12/03/2010 Pembuangan

Parasit 0.10 ha/HK 0.13 ha/HK 0.2 ha/HK B9

13/03/2010 Pembuangan Parasit 0.12 ha/HK 0.14 ha/HK 0.2 Ha/HK B9

17/03/2010 Pemanenan - 26 kg/HK 50 kg/HK B11 18/03/2010 Pemanenan 15 kg/HK 35 kg/HK 50 kg/HK B12 19/03/2010 Pemanenan 16 kg/HK 28 kg/HK 50 kg/HK B8 20/03/2010 Pemanenan 20 kg/HK 46 kg/HK 50 kg/HK B8 22/03/2010 Pemanenan 15 kg/HK 33 kg/HK 50 kg/HK B10 23/03/2010 Pemanenan 18 kg/HK 47 kg/HK 50 kg/HK B11 24/03/2010 Pemanenan 15 kg/HK 46 kg/HK 50 kg/HK 12 25/03/2010 Pemanenan 12 kg/HK 47 kg/HK 50 kg/HK B7 26/03/2010 Pemanenan 15 kg/HK 45 kg/HK 50 kg/HK B8 27/03/2010 Pemanenan 21 kg/HK 38 kg/HK 50 kg/HK B9 29/03/2010 Pengendalian

Gulma mekanis

0.05 ha/HK 0.1 ha/HK 0.3 ha/HK B12

30/03/2010 Pembuangan tunas air 1 ha/HK 1.67 ha/HK 2.5 ha/HK B12

31/03/2010 Pembuangan tunas air 1.25 ha/HK 1.38 ha/HK 2.5 ha/HK B12

01/04/2010 Pembuangan tunas air 1.1 ha/HK 1.32 ha/HK 2.5 ha/HK B12

03/04/2010 Pembuangan tunas air 0.5 ha/HK 1.5 ha/HK 2.5 ha/HK B12

05/04/2010 Pemangkasan 0.1 ha/HK 0.18 ha/HK 0.25 ha/HK B8 06/04/2010 Pemangkasan 0.1 ha/HK 0.12 ha/HK 0.25 ha/HK B8 07/04/2010 Pemangkasan 0.15 ha/HK 0.2 ha/HK 0.25 ha/HK B8 08/04/2010 Pembalikan

Fermentasi 800 kg/HK 3 200 kg/HK - Pabrik

Page 71: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

59

Lampiran 5. (Lanjutan)

Tanggal Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja Lokasi

Mahasiswa Karyawan Standar 09/04/2010 Sortasi 100 kg/HK 400 kg/HK 450 kg/HK Pabrik

Pengisian Samoan Drier - 5 ton 5 ton

12/04/2010 Penerimaan BCB - - - Pabrik

13/04/2010 Penerimaan BCB - - - Pabrik

14/04/2010 Penerimaan BCB - - - Pabrik

Page 72: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

60

Lampiran 6. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di PT Rumpun Sari Antan I, Cilacap Jawa Tengah

Tanggal Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja Mahasiswa

Lokasi Jumlah

KH yang

diawasi (orang)

Luas Areal yang

diawasi (ha)

Lama kegiatan

(jam)

16/04/2010 Pemupukan 10 6 5 B7 17/04/2010 Pemupukan 8 6 5 B8 19/04/2010 Pemupukan 10 6 5 B8 20/04/2010 Pemupukan 15 10 5 B9 21/04/2010 Pemupukan 19 13.7 5 B8 & B10 22/04/2010 Pemupukan 12 6 5 B10 23/04/2010 Pemupukan 12 6.84 5 B10 24/04/2010 Pemupukan 23 15 5 B11 26/04/2010 Pemupukan 13 8 5 B12 27/04/2010 Pemupukan 21 17 5 B12 28/04/2010 Pemupukan 15 5 5 B5 29/04/2010 Pemupukan 16 6 5 B5 30/04/2010 Sortasi 4 - 5 Pabrik 04/05/2010 Pemanenan 4 2 6 B11 05/05/2010 Pemanenan 2 1.5 6 B12 06/05/2010 Pemanenan 4 2 6 B7 07/05/2010 Pemanenan 4 1.5 6 B7 08/05/2010 Pemanenan 4 1.6 6 B8 10/05/2010 Pengolahan Hasil 21 - 8 Pabrik 11/05/2010 Pengolahan Hasil 21 - 8 Pabrik 12/05/2010 Pengolahan Hasil 21 - 8 Pabrik 13/05/2010 Pengolahan Hasil 21 - 8 Pabrik 14/05/2010 Pengolahan Hasil 21 - 8 Pabrik 15/05/2010 Pengolahan Hasil 21 - 8 Pabrik

Page 73: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

61

Lampiran 7. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di PT Rumpun Sari Antan I, Cilacap, Jawa Tengah

Tanggal Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja Mahasiswa

Lokasi

Jumlah Mandor

yang diawasi (orang)

Luas Areal yang

diawasi (ha)

Lama kegiatan

(jam)

17/05/2010 Pengolahan Hasil 1 - 8 Pabrik 18/05/2010 Pengolahan Hasil 1 - 8 Pabrik 19/05/2010 Pengolahan Hasil 1 - 8 Pabrik 20/05/2010 Pengolahan Hasil 1 - 8 Pabrik 21/05/2010 Pengolahan Hasil 1 - 8 Pabrik 22/05/2010 Pengolahan Hasil 1 - 8 Pabrik 23/05/2010 Pengolahan Hasil 1 - 8 Pabrik 24/05/2010 Pengolahan Hasil 1 - 8 Pabrik 25/05/2010 Pengolahan Hasil 1 - 8 Pabrik 26/05/2010 Pengolahan Hasil 1 - 8 Pabrik 27/05/2010 Pengolahan Hasil 1 - 8 Pabrik 01/06/2010 Pemanenan 1 1.5 4 B9 02/06/2010 Pemanenan 1 2 3.5 B11 Pengendalian OPT 1 1 1 B7 03/06/2010 Pemanenan 1 2.5 4 B8 Pengendalian OPT 1 1 1 B8 04/06/2010 Pemangkasan 1 1 2 B6 Dongkel Karet 1 0.4 1 B6 05/06/2010 Pemanenan 1 1 3 B8 Pengendalian Tikus 1 1 2 B8 07/06/2010 Pemangkasan 1 0.5 4 B5 08/06/2010 Pengendalian Tikus 1 1 1 B9 Pemanenan 1 1 3.5 B12 09/06/2010 Pemanenan 1 2 5 B7 10/06/2010 Pemanenan 1 3 4 B9 11/06/2010 Pemanenan 1 2 3 B11 Pemangkasan 1 0.5 1 B12 12/06/2010 Pemangkasan 1 1 4 B5 14/06/2010 Pemanenan 1 2 3 B8 Pemangkasan 1 0.5 2 B12

Page 74: Skripsi Ony A24062296 - repository.ipb.ac.id · sortasi. Untuk menilai tingkat ketepatan pemanen digunakan indikator tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen

1

Lampiran 8. Surat Pengantar Buah PT Rumpun Sari Antan I, Cilacap, Jawa Tengah PT RSA-1

SURAT PENGANTAR BUAH

No.___________AFD_____________TGL:___________

Afd. Blok Th/Tnm Jumlah Karung kg Keterangan Afdeling Pabrik Afdeling Pabrik

ANALISIS KUALITAS BCB

Plasenta Biji Mentah Biji Phytopthora Biji Berkecambah Biji Terpotong Keterangan

TRANSPORT DITERIMA DISERAHKAN

SOPIR/OPERATOR KA.PABRIK MDR.PROSES ASS.AFD. MDR. PANEN

Keterangan : Lbr. 1 Kantor Induk (Putih) Lbr. 2 Pabrik (Kunng) Lbr. 3 Afdeling (Merah)

62