Top Banner
PROFIL DARAH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN BERENERGI TINGGI PADA PERIODE OBESITAS EMPAT BULAN KEDUA SKRIPSI DIANTI DESITA SARI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
77

Skripsi Macaca fascicularis

Jun 13, 2015

Download

Documents

diantidesita
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Skripsi Macaca fascicularis

PROFIL DARAH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN BERENERGI

TINGGI PADA PERIODE OBESITAS EMPAT BULAN KEDUA

SKRIPSI

DIANTI DESITA SARI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 2: Skripsi Macaca fascicularis

RINGKASAN

DIANTI DESITA SARI. D14051159. 2009. Profil Darah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang Diberi Pakan Berenergi Tinggi pada Periode Obesitas Empat Bulan Kedua. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Jakaria S.Pt, MSi Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer Prevalensi obesitas semakin meningkat, hampir setengah milyar penduduk dunia saat ini tergolong obes. Keadaan ini tidak hanya terjadi di negara maju tapi sudah mulai meningkat di negara berkembang. Jumlah penderita obesitas semakin meningkat dan kalangannyapun semakin luas. Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan bobot badan akibat dari terdeposisinya lemak secara berlebih di dalam tubuh. Proses obesitas ini dapat dilihat pada salah satu primata yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang diberi pakan berenergi tinggi dan diharapkan mengalami kegemukan (obesitas). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi pengaruh pemberian pakan berenergi tinggi pada periode empat bulan kedua (delapan bulan) terhadap profil darah pada masa pembentukan monyet obes.

Penelitian dilakukan selama empat bulan yaitu Juli hingga Oktober 2008 di PT IndoAnilab Taman Kencana dan pemeriksaan sampel darah dilakukan di Laboratorium Patologi dan Lipid, Pusat Studi Satwa Primata-IPB (PSSP-IPB), Bogor. Pemberian pakan pada 15 ekor monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dibagi dalam tiga kelompok sama banyak yang terdiri dari kelompok pakan A yang berbahan dasar lemak sapi dengan kandungan energi 4,48 Kal/kg dan kelompok pakan B berbahan dasar lemak sapi dan kuning telur dengan kandungan energi 4,21 Kal/kg serta kelompok pakan C yaitu pakan komersial yang berbentuk biskuit (padat, kering dan agak keras) bermerk monkey chow dengan kandungan energi 4,67 Kal/kg. Peubah yang diamati adalah jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH), Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) dan diferensiasi sel darah putih (jumlah neutrofil, eosinofil, limfosit, monosit dan basofil).

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa hematologi Macaca fascicularis sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi oleh perlakuan pakan yaitu jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, Mean Corpuscular Volume (MCV) dan Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH). Periode yang tersarang pada perlakuan pakan sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC), serta nyata (P<0,05) mempengaruhi jumlah monosit. Hubungan erat terjalin positif antar peubah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit serta pada MCV, MCH dan MCHC. Hubungan erat negatif terjalin antara jumlah limfosit dengan jumlah neutrofil. Pakan B sama pengaruhnya dengan pakan C (monkey chow) terhadap profil darah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) pada periode obesitas empat bulan kedua. Kata-kata kunci: monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), obesitas, pakan energi

tinggi, profil darah

Page 3: Skripsi Macaca fascicularis

ABSTRACT

Long-tailed Macaque’s (Macaca fascicularis) Haematology Fed by High Energy Diet for Four Months at Second Obese Periods

Dianti D. S., Jakaria, and S. S. Mansjoer

The aim of this research was to observe Macaque’s (Macaca fascicularis) blood and get information of the haematology. This research was done during four months with four times collected, at IndoAnilab, Taman Kencana, Bogor and were analysed in pathology and lipid laboratory of primate centre, Pusat Studi Satwa Primata (PSSP), Bogor. Macaca fascicularis were being fed with three kinds of diets. Two kinds were high energy diet with different composition, both with tallow but one with yolk egg and the other one with monkey chow. There were fifteen adult males M. fascicularis and every five monkeys got different maintenance. This research observed erythrocytes number (million/ml), haemoglobin concentration (g/dl), hematocrit value (%), Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH), Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) the differentiations of leucocytes (eosinophil, neutrophil, basophil, lymphocyte and monocyte). The results of this research were high energy diet extremely significant (P<0.01) affected in erythrocytes number, haemoglobin concentration, hematocrit value, MCV and MCH. Periods nested in treatment extremely significant (P<0.01) affected in erythrocytes number, haemoglobin concentration, hematocrit value, MCHC and significant (P<0.05) affected in monocyte. Positive relationship was present between erythrocytes number, haemoglobin concentration and hematocrit value as well as MCV, MCH and MCHC. Negative relationship was present between lymphocyte and neutrophil. The highest influence showed in high energy diet with tallow and yolk egg. Keywords: haematology, high energy diet and long-tailed macaque (Macaca

fascicularis)

Page 4: Skripsi Macaca fascicularis

PROFIL DARAH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN BERENERGI

TINGGI PADA PERIODE OBESITAS EMPAT BULAN KEDUA

DIANTI DESITA SARI

D14051159

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 5: Skripsi Macaca fascicularis

PROFIL DARAH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN BERENERGI

TINGGI PADA PERIODE OBESITAS EMPAT BULAN KEDUA

Oleh

DIANTI DESITA SARI

D14051159

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 20 Agustus 2009

Pembimbing Utama Dr. Jakaria S.Pt, MSi Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr

Pembimbing Anggota Prof. Dr. Ir. Sri S. Mansjoer Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri M.Agr.Sc

Page 6: Skripsi Macaca fascicularis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Juli 1987 di Palu, Sulawesi Tengah. Penulis

adalah anak terakhir dari dua bersaudara dari pasangan Bapak (Alm) Bachruddin dan

Ibu Tri Apriyani.

Pendidikan taman kanak-kanak diselesaikan pada tahun 1992 di TK Putra Palu

dan pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SDN 3 Palu. Pendidikan lanjutan

menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SMPN 1 Palu dan pendidikan

lanjutan tingkat atas diselesaikan pada tahun 2005 di SMAN 1 Palu.

Penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan sistem Mayor Minor dan

pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selama

mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis mengikuti beberapa kepanitiaan dalam acara

IPB maupun acara Fakultas.

Page 7: Skripsi Macaca fascicularis

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

nikmat, ilmu, dan atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Profil Darah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang Diberi Pakan

Berenergi Tinggi pada Periode Obesitas Empat Bulan Kedua. Shalawat serta salam

senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Peternakan pada Program Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran

serta dalam dunia peternakan. Harapan penulis dalam menyusun skripsi ini yaitu

penambahan pengetahuan terhadap profil darah pada individu yang mengkonsumsi

makanan berenergi tinggi, khususnya monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan

manusia pada umumnya. Skripsi ini juga diharapkan dapat memberi gambaran sehingga

jumlah penderita penyakit yang disebabkan kelebihan bobot badan (obesitas) dapat

dikurangi atau dicegah dengan metode yang tepat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap

agar skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, dan dapat menambah

khazanah ilmu pengetahuan serta digunakan dalam pengembangan peternakan di masa

yang akan datang.

Penulis

Page 8: Skripsi Macaca fascicularis

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN .................................................................................

ABSTRACT ....................................................................................

RIWAYAT HIDUP .........................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................

DAFTAR TABEL ...........................................................................

DAFTAR GAMBAR ......................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................

PENDAHULUAN ..........................................................................

Latar Belakang ................................................................... Perumusan Masalah ............................................................ Tujuan ................................................................................. Manfaat ...............................................................................

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................

Monyet Ekor Panjang ......................................................... Klasifikasi ............................................................... Pemanfaatan Monyet Ekor Panjang ........................ Habitat dan Kandang ............................................... Karakteristik ............................................................ Pakan .......................................................................

Obesitas .............................................................................. Darah .................................................................................. Benda-benda Darah ............................................................ Sindrom Metabolik ..............................................................

METODE ........................................................................................

Lokasi dan Waktu ............................................................... Materi .................................................................................

Hewan Percobaan ................................................... Kandang .................................................................. Pakan Penelitian ....................................................... Pemeriksaan Darah ..................................................

Rancangan ........................................................................... Prosedur ...............................................................................

Prosedur Umum ......................................................

i

ii

iii

iv

v

vii

ix

x

1

1 2 2 2

3

3 3 4 5 6 7

11 13 14 17

19

19 19 19 19 20 22 23 24 24

Page 9: Skripsi Macaca fascicularis

ii

Pengambilan Contoh Darah .................................... Pengumpulan Data Jumlah Sel Darah Merah .......... Pengumpulan Data Kadar Hemoglobin .................... Pengumpulan Data Nilai Hematokrit ..................... Perhitungan Nilai Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) ................................................................. Pengumpulan Data Jumlah Sel Darah Merah, Kadar Hemoglobin, Nilai Hematokrit, MCV, MCH, MCHC Menggunakan Alat (Hematology Analyzer) ............................................................... Pengumpulan Data Diferensiasi Leukosit .............

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................

Profil Darah Monyet Ekor Panjang ................................... Pemeriksaan Darah Merah ............................................... Jumlah Sel Darah Merah .......................................

Kadar Hemoglobin ................................................. Nilai Hematokrit .....................................................

Mean Corpuscular Volume (MCV) ........................ Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) .............. Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration

(MCHC) .................................................................. Diferensiasi Sel Darah Putih ............................................. Jumlah Neutrofil .....................................................

Jumlah Eosinofil ..................................................... Jumlah Basofil .........................................................

Jumlah Limfosit ...................................................... Jumlah Monosit .......................................................

Hubungan Antar Sifat ........................................................ Bahasan Umum .................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................

Kesimpulan ....................................................................... Saran ..................................................................................

UCAPAN TERIMA KASIH ...........................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................

LAMPIRAN .......................................................................................

25 25 26 26

26

27 27

28

28 28 28 30 32 33 35

37 38 39 40 42 42 44 45 51

55

55 55

56

57

61

Page 10: Skripsi Macaca fascicularis

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kebutuhan Nutrisi Monyet Ekor Panjang Dewasa ........................

2. Kandungan Beberapa Buah Segar per 100 gram ...........................

3. Komposisi Zat Makanan Ransum Impor (monkey chow) dan Ransum Berbahan Baku Pakan Lokal ............................................

4. Keadaan Normal Fisiologis dan Biologis Monyet .........................

5. Nilai Normal Hematokrit Monyet ..................................................

6. Kriteria Diagnosa Sindrom Metabolik ...........................................

7. Komposisi Pakan A dan Pakan B yang Digunakan dalam Penelitian ........................................................................................

8. Hasil Analisis Proksimat Kandungan Nutrisi Pakan Perlakuan .....

9. Rataan, Simpangan dan Nilai Koefisien Keragaman (%) Jumlah Sel Darah Merah Macaca fascicularis ..........................................

10. Rataan, Simpangan dan Nilai Koefisien Keragaman (%) Konsentrasi Hemoglobin Macaca fascicularis .............................

11. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman Nilai Hematokrit Macaca fascicularis ...................................................

12. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman (%) Mean Corpuscular Volume (MCV) Macaca fascicularis .............

13. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman (%) Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) Macaca fascicularis ...

14. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman (%) Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) Macaca fascicularis ......................................................................

15. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman Jumlah Neutrofil Macaca fascicularis .......................................................

16. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman Jumlah Eosinofil Macaca fascicularis .......................................................

17. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman Jumlah Limfosit Macaca fascicularis ........................................................

18. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman Jumlah Monosit Macaca fascicularis ........................................................

19. Nilai Korelasi dan Nilai-P Hematologi Darah Monyet Ekor Panjang pada Pengukuran Bulan ke-4 ............................................

8

9

9

12

17

18

20

21

29

31

32

34

35

37

39

41

43

44

46

Page 11: Skripsi Macaca fascicularis

iv

20. Nilai Korelasi dan Nilai-P Hematologi Darah Monyet Ekor Panjang pada Pengukuran Bulan ke-5 ............................................

21. Nilai Korelasi dan Nilai-P Hematologi Darah Monyet Ekor Panjang pada Pengukuran Bulan ke-6 ............................................

22. Nilai Korelasi dan Nilai-P Hematologi Darah Monyet Ekor Panjang pada Pengukuran Bulan ke-7 ............................................

23. Nilai Korelasi dan Nilai-P Hematologi Darah Monyet Ekor Panjang pada Pengukuran Bulan ke-8 ............................................

24. Perubahan Nilai Hematologi pada Periode Obesitas Empat Bulan Kedua ............................................................................................

47

49

50

51

53

Page 12: Skripsi Macaca fascicularis

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Monyet Ekor Panjang Macaca fascicularis ....................................

2. Monyet Ekor Penjang (Macaca fascicularis) yang Menunjukkan Tanda Obesitas ................................................................................

3. Kandang Individu, House Fan dan Alat Pembersih ........................

4. Bentuk Pakan yang Digunakan dalam Penelitian ............................

5. Alat Analisis Darah merek Nihon Kohden, Celltax .........................

6. Grafik Jumlah Sel Darah Merah Macaca fascicularis .....................

7. Grafik Kadar Hemoglobin Macaca fascicularis ...............................

8. Grafik Nilai Hematokrit Macaca fascicularis ...................................

9. Grafik Mean Corpuscular Volume Macaca fascicularis ..................

10. Grafik Mean Corpuscular Haemoglobin Macaca fascicularis .........

11. Grafik Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration Macaca fascicularis .......................................................................................

12. Grafik Jumlah Neutrofil Macaca fascicularis ...................................

13. Grafik Jumlah Eosinofil Macaca fascicularis ...................................

14. Grafik Jumlah Limfosit Macaca fascicularis ....................................

15. Grafik Jumlah Monosit Macaca fascicularis .....................................

4

12

19

22

23

30

31

33

34

36

38

40

41

43

45

Page 13: Skripsi Macaca fascicularis

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Analisis Ragam Jumlah Sel Darah Merah .............................

2. Hasil Analisis Ragam Kadar Hemoglobin .....................................

3. Hasil Analisis Ragam Nilai Hematokrit ........................................

4. Hasil Analisis Ragam Mean Corpuscular Volume (MCV) ............

5. Hasil Analisis Ragam Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) ...

6. Hasil Analisis Ragam Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) ..................................................................

7. Hasil Analisis Ragam Jumlah Neutrofil ..........................................

8. Hasil Analisis Ragam Jumlah Eosinofil ..........................................

9. Hasil Analisis Ragam Jumlah Limfosit ...........................................

10. Hasil Analisis Ragam Jumlah Monosit ...........................................

64

64

64

64

65

65

65

65

66

66

Page 14: Skripsi Macaca fascicularis

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perhatian terhadap masalah kesehatan akhir-akhir ini semakin meningkat.

Prevalensi obesitas saat ini semakin meningkat, hampir setengah milyar penduduk

dunia tergolong overweight atau obes. Keadaan ini tidak hanya terjadi di negara maju

tapi sudah mulai meningkat di negara berkembang karena kesejahteraan masyarakat

meningkat dan berkembangnya tempat-tempat makanan siap saji. Prevalensi obesitas

di Eropa berkisar antara 10-40% dalam 10 tahun terakhir ini. Kini, banyak

masyarakat di negara berkembang, seperti Indonesia, mengalami masalah

kegemukan (obesitas). Kegemukan biasanya disebabkan ketidakseimbangan antara

jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan yang dibutuhkan oleh tubuh itu

sendiri.

Obesitas adalah suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang

dapat menyebabkan berbagai efek negatif bagi tubuh. Orang yang dianggap obes

adalah yang memiliki Body Mass Index (BMI) 30 kg/m2 atau lebih. Anggapan lain

yaitu bila seseorang memiliki kelebihan bobot badan akibat dari terdeposisinya

lemak dengan bobot badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran bobot badan

normal. Faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas antara lain genetik,

lingkungan dan psikis. Obesitas dapat menimbulkan berbagai penyakit yang

memiliki risiko kematian tinggi, antara lain penyakit kardiovaskuler, diabetes

melitus, hipertensi, stroke dan penyakit jantung, sehingga penting untuk mengetahui

pengaruh obesitas terhadap metabolisme tubuh.

Proses obesitas dapat terjadi pada salah satu primata yang dijadikan hewan

percobaan agar mengalami kegemukan dengan memberi pakan yang berenergi

tinggi. Hal ini disebabkan satwa primata merupakan mamalia yang memiliki banyak

kemiripan dengan manusia dalam hal anatomi maupun fisiologi. Jenis satwa primata

yang sering digunakan dalam penelitian adalah monyet Asia, terutama monyet ekor

panjang (Macaca fascicularis) karena mudah ditemukan dan dapat ditangkarkan.

Informasi mengenai profil darah pada tubuh satwa primata yang diberikan

pakan berenergi tinggi diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran bagi manusia

yang biasa mengkonsumsi pangan berenergi tinggi, meskipun proses primata ini

untuk kemudian menjadi obese tidak terjadi dalam hitungan bulan. Hal ini penting

Page 15: Skripsi Macaca fascicularis

2

mengingat obesitas tidak hanya menyebabkan adanya perubahan fisik yang

mengganggu aktivitas, tetapi juga memicu terjadinya penyakit lain yang

berhubungan dengan darah atau saluran pembuluh darahnya.

Perubahan fisiologis dapat merubah gambaran darah. Perubahan fisiologis ini

dapat disebabkan karena faktor internal seperti pertambahan umur, jenis kelamin,

keadaan gizi, latihan, kesehatan, cekaman, proses produksi darah, emosi,

kebuntingan dan suhu tubuh. Perubahan eksternal antara lain infeksi kuman penyakit,

fraktura, dan perubahan suhu lingkungan.

Perumusan Masalah

Hewan obes diperlukan untuk percobaan dalam bidang kesehatan manusia.

Meningkatnya penelitian di bidang itulah, maka kini kebutuhan terhadap monyet

obes meningkat. Pembentukan monyet obes telah dilakukan pada periode empat

bulan pertama dan hasilnya belum memperlihatkan signifikansi pada ciri-ciri hewan

obes serta perubahan hematologi yang terjadi tidak mengganggu fisiologis dan

metabolis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamatan pada empat bulan

berikutnya, meliputi aktivitas makan serta kemungkinan perubahan dalam kesehatan

yang ditunjukkan pada perubahan hematologi yaitu jumlah sel darah merah, kadar

hemoglobin, nilai hematokrit, Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean

Corpuscular Haemoglobin (MCH), Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration

(MCHC) dan diferensiasi leukosit (neutrofil, eosinofil, limfosit, monosit dan basofil).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi pengaruh pemberian pakan

berenergi tinggi pada periode empat bulan kedua terhadap profil darah pada masa

pembentukan monyet obes.

Manfaat

Hasil penelitian dapat memberikan informasi secara spesifik tentang

karakteristik profil darah hewan model monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

sebagai indikator terjadinya metabolik sindrom pada proses obesitas.

Page 16: Skripsi Macaca fascicularis

TINJAUAN PUSTAKA

Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

Klasifikasi dan Morfologi

Menurut Lang (2006) taksonomi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

sebagai berikut :

Kelas : Mamalia

Ordo : Primata

Sub Ordo : Anthropoidea

Infra Ordo : Catarrhini

Super Famli : Cercopithecoidea

Famili : Cercopithecidae

Genus : Macaca

Spesies : Macaca fascicularis

Sub Spesies : M. f. atriceps, M. f. aurea, M. f. condorensis, M. f.

fascicularis, M. f. fusca, M. f. karimondjawae, M. f. lasiae,

M. f. philipines, M. f. tua, M. f. umbosa.

Monyet ekor panjang sering disebut juga long-tailed macaque, crab eating

monkey, dan cinomolgus monkey. Nama lokal monyet ekor panjang di berbagai

daerah di Indonesia adalah Cigaq (Minangkabau), Karau (Sumatera), Warik

(Kalimantan), Warek (Dusun), Bedes (Tengger), Ketek (Jawa), Kunyuk (Sunda),

Motak (Madura) dan Belo (Timor) (Supriatna dan Wahyono, 2000).

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah satwa primata yang

menggunakan kaki depan dan belakang dalam berbagai variasi untuk berjalan dan

berlari (quandrapedalisme), memiliki ekor yang lebih panjang dari panjang kepala

dan badan. Disamping itu memiliki bantalan duduk (ischial sallosity) yang melekat

pada tulang duduk (ischial) dan memiliki kantong makanan di pipi (cheek pouches)

(Napier dan Napier, 1985).

Lekagul dan McNeely (1977) juga menjelaskan Macaca fascicularis

dinamakan monyet ekor panjang karena memilki ekor yang panjang, berkisar antara

80% hingga 110% dari total panjang kepala dan tubuh. Ukuran tubuh jantan adalah

412 mm hingga 648 mm dengan bobot badan 4,7 kg hingga 8,3 kg. Betina

mempunyai panjang 385 mm hingga 503 mm dan bobot badan 2,5 kg hingga 5,7 kg.

Page 17: Skripsi Macaca fascicularis

4

Ekor berbentuk silindris dan muskular serta ditutupi oleh rambut. Monyet ekor

panjang dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: NBII (2009)

Gambar 1. Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

Supriatna dan Wahyono (2000) menyatakan bahwa monyet ekor panjang

(Macaca fascicularis) memiliki panjang tubuh berkisar antara 385 mm hingga 668

mm. Bobot tubuh jantan dewasa berkisar antara 3,5 kg hingga 8,0 kg, sedangkan

bobot tubuh rata-rata betina 3 kg. Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan

bahwa monyet jantan dewasa mempunyai bobot badan berkisar antara 5,5 kg hingga

10,9 kg dan betina antara 4,3 kg hingga 10,6 kg.

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) mempunyai dua warna utama

yaitu coklat keabu-abuan dan kemerah-merahan dengan berbagai variasi warna

menurut musim, umur dan lokasi (Lekagul dan McNeely, 1977). Napier dan Napier

(1985) secara umum menyatakan warna bulu monyet ekor panjang (Macaca

fascicularis) agak kecoklatan sampai abu-abu, pada bagian punggung lebih gelap

dibanding dengan bagian perut dan dada, rambut kepalanya pendek tertarik

kebelakang dahi, rambut-rambut sekeliling wajahnya berbentuk jambang yang lebat,

ekornya tertutup bulu halus.

Pemanfaatan Monyet Ekor Panjang

Satwa primata adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki peranan

penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena secara anatomis dan

Page 18: Skripsi Macaca fascicularis

5

fisiologis satwa primata memiliki kemiripan dengan manusia dibandingkan dengan

hewan model lainnya (Sajuthi et al., 1993).

Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), jenis satwa primata yang sangat

sering digunakan dalam penelitian adalah monyet asia, terutama Monyet rhesus

(Macaca mulata) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Bennett et al.

(1995) menyatakan bahwa nilai ilmiah satwa primata untuk penelitian biomedis

diperoleh dari persamaan ciri anatomi dan fisiologis karena kedekatan hubungan

filogenetik dan perbedaan evolusi yang pendek.

Menurut Sulaksono (2002), bahwa variasi nilai rujukan parameter faal

Macaca fascicularis menurut sentra hewan dan jenis kelamin, masih dalam batas

yang dapat ditolerir untuk hewan percobaan yang dipelihara dengan kondisi

pemeliharaan konvensional, sehingga dengan demikian para peneliti Indonesia yang

menggunakan kera sebagai model penelitiannya dapat menggunakan nilai rujukan

tersebut sebagai salah satu referensinya.

Pemeliharaan monyet sebagai hewan penelitian harus memenuhi persyaratan

yang telah diatur oleh sebuah komisi kesejahteraan hewan. Menurut Moss (1992)

kesejahteraan dalam arti luas yaitu menyangkut masalah fisik atau mental dari hewan

dan dapat bertingkah laku sesuai dengan kebiasaannya di alam bebas. Komisi

kesejahteraan memperhitungkan keselamatan hewan, orang disekitarnya dan

kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. Komisi tersebut memutuskan yang terbaik

bagi hewan yaitu mendapat cukup kebebasan dalam bergerak tanpa kesulitan

berputar, merawat diri, berdiri, berbaring dan merengangkan badan. Komisi ini juga

mempertimbangkan keadaan pakan yang diberikan. Hewan harus terbebas dari rasa

lapar dan haus.

Habitat dan Kandang

Habitat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) tersebar mulai dari hutan

hujan tropika, hutan musim sampai hutan rawa-mangrove. Disamping itu juga

terdapat di hutan iklim sedang (Cina dan Jepang) (Napier dan Napier, 1985).

Supriatna dan Wahyono (2000) menyatakan bahwa monyet ekor panjang (Macaca

fascicularis) hidup pada habitat hutan primer dan sekunder mulai dari dataran rendah

sampai dataran tinggi sekitar 1.000 m di atas permukaan laut.

Page 19: Skripsi Macaca fascicularis

6

Menurut Napier dan Napier (1985), habitat dan penyebarannya ditentukan

oleh beberapa hal yang dibutuhkan untuk bertahan hidup yaitu sumber makanan,

sungai atau mata air, dan pohon untuk tidur dan beristirahat. Keterbatasan sumber

makanan dan minuman menyebabkan kemungkinan adanya daerah tertentu yang

merupakan daerah jelajah dari dua kelompok atau lebih. Perkelahian kelompok

sering terjadi untuk memperebutkan wilayah jelajah tersebut.

Kandang monyet harus mempertimbangkan keperluan tingkah laku, emosi,

dan sosial. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) tidak boleh dikandangkan

sendirian dan terpencil, karena akan menimbulkan suatu bentuk cekaman yang

mengganggu proses tingkah laku dan fisiologi normal. Satwa primata harus

dikandangkan di ruang atau daerah sejauh mungkin dari kandang hewan lain. Syarat

ini untuk mengurangi resiko penularan penyakit dan keamanan dalam memelihara

(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Sajuthi (1984) menyatakan, kandang monyet harus dibuat dengan konstruksi

yang kuat. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan yang disebabkan dari

monyet itu sendiri. Jenis kandang kelompok yang terbuat dari ram kawat perlu

dilengkapi tempat peristirahatan yang agak tinggi dan bentuknya harus memadai.

Kandang individu harus dilengkapi dinding belakang geser (kandang jepit), sehingga

monyet dapat didorong ke bagian depan kandang. Fungsi kandang tersebut untuk

mempermudah dalam melakukan pemeriksaan, pemberian obat atau penyuntikan dan

penanganan lain yang harus dilakukan terhadap monyet tersebut. Setiap jenis

kandang baik kandang kelompok maupun kandang individu harus dilengkapi dengan

tempat makan dan minum yang memadai dan cukup kuat.

Karaktiristik

Napier dan Napier (1985) menyatakan bahwa monyet ekor panjang bersifat

diurnal (aktivitas harian pada siang hari), teresterial (banyak melakukan aktivitas di

atas tanah) dan tidur di atas pohon untuk menghindari pemangsa. Monyet ekor

panjang hidup dalam grup dengan sistem multimale atau multifemale yang terdiri dari

6–58 individu. Sistem hierarki di dalam grup berdasarkan sistem metrilineal.

Menurut Davies dan Krebs (1978), tingkah laku atau aktivitas hewan

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam individu. Faktor dari

Page 20: Skripsi Macaca fascicularis

7

dalam antara lain hormon dan sistim syaraf, sedangkan faktor luar yang berpengaruh

terhadap aktivitas hewan adalah cahaya, suhu, suara dan kelembaban.

Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa genus Macaca sp.

memiliki lama hidup 25–30 tahun, lama bunting 167 hari, umur disapih 5–6 bulan,

umur dewasa 4,5–6,5 tahun, umur dikawinkan 36–48 bulan, siklus estrus 31 hari,

periode estrus tiga sampai empat hari. Perkawinan terjadi sewaktu-waktu, ovulasi

spontan pada hari kedua belas atau ketiga belas pada siklus estrus, implantasi

15–21 hari sesudah fertilisasi, jumlah anak satu ekor, jarang terjadi beranak dua ekor.

Pakan

Ransum berupa campuran beberapa jenis bahan pakan yang diberikan kepada

hewan untuk sehari semalam selama seumur hidupnya untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi bagi tubuhnya. Hewan mengkonsumsi pakan bertujuan untuk mendapatkan

zat-zat makanan yang berguna dalam berbagai proses dan fungsi dalam tubuhnya,

seperti kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan reproduksi. Monyet akan

menghentikan konsumsinya jika kebutuhan energinya sudah terpenuhi (Ensminger et

al., 1990).

Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

termasuk hewan omnivora atau pemakan segala macam makanan. Jenis makanan

yang dimakan oleh monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) antara lain buah-

buahan, akar-akaran, daun-daunan, serangga, hasil pertanian dan molusca. Smith dan

Mangkoewidjojo (1988), menyatakan bahwa dalam keadaan liar, monyet mencari

berbagai makanan seperti buah-buahan, akar, daun muda, serangga, tempayah, biji-

bijian, keong, bangsa udang dan telur burung.

Inglis (1980) menyatakan, bahwa kandungan zat makanan monyet terdiri

45-55% karbohidrat, 15-20% protein kasar, 3-5% lemak kasar, 2,5-5,5% serat kasar,

0,86% kalsium dan 0,47 fosfor. Makanan yang diberikan setiap hari sejumlah 4%

dari bobot badan satwa (Sajuthi, 1984). Menurut Junaedi (2001), pakan yang

diberikan untuk monyet jantan dewasa 160 g/ekor/hari dan untuk monyet muda

80 g/ekor/hari. Kebutuhan nutrisi bagi monyet ekor panjang dewasa dapat dilihat

pada Tabel 1.

Page 21: Skripsi Macaca fascicularis

8

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Monyet Ekor Panjang Dewasa

Zat makanan Kadar

Protein kasar (%)

Serat Kasar (%)

Lemak (%)

Essential n-3 fatty acids (%)

Essential n-6 fatty acids (%)

Ca (%)

P (%)

Mg (%)

Fe (mg·kg-1)

Mn (mg·kg-1)

Cu (mg·kg-1)

Vitamin A (IU·kg-1)

Vitamin D (IU·kg-1)

Vitamin K (IU·kg-1)

Thiamin (mg·kg-1)

Riboflavin (mg·kg-1)

Asam pantotenik (mg·kg-1)

Niasin (mg·kg-1)

Vitamin B6 (mg·kg-1)

Biotin (mg·kg-1)

Folasin (mg·kg-1)

Vitamin B12 (mg·kg 1)

Vitamin C (mg·kg-1)

Energi (Kal/kg/hari)

8,00

2,00-8,00

5,00-9,00

0,50

2,00

0,55

0,33

0,04

100,00 44,00

15,00

10.000,00-15.000,00

2.000,00-9.000,00

68,00

15,00-30,00

25,00-30,00 20,00

50,00-110,00

4,40

100,00

1,50

0,01

1,00-25,00

0,72-1,20

Sumber : National Research Council, 2003

Iwamoto (1980) menyatakan, bahwa komposisi nutrisi pakan alami pada

umumnya terdiri atas daun-daunan yang banyak mengandung selulosa struktural dan

buah-buahan serta biji-bijian yang banyak mengandung lipida. Pakan yang sengaja

dibuat pada umumnya memiliki kandungan sedikit serat kasar, karbohidrat yang

mudah tersedia (seperti ubi jalar, apel, gandum dan padi), protein kasar (seperti

kacang kedelai) atau lipid (seperti kacang tanah), yang ketiga zat makanan tersebut

proporsinya dalam ransum cukup tinggi.

Page 22: Skripsi Macaca fascicularis

9

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dapat tumbuh baik di dalam

kandang dengan makanan yang terdiri dari buah-buahan, nasi, roti, dedaunan hijau

yang ditambah daging, susu, telur dan lain-lain. Masing-masing jenis makanan

mempunyai proporsi yang tersendiri bagi monyet (Junaedi, 2001). Monyet yang

dikandangkan dapat diberi makanan dalam bentuk pelet yang mengandung protein

kasar 24,0%, lemak 7,5% dan serat kasar 2,5%. Monyet ekor panjang (Macaca

fascicularis) mengkonsumsi buah-buahan 86%, rumput 7%, daun 2% dan tanah 1%

(Ismanto, 1999). Kandungan dari beberapa buah yang dikonsumsi monyet ekor

panjang dapat dilihat pada Tabel 2 dan komposisi zat makanan ransum impor

(monkey chow) dan ransum berbahan baku pakan lokal dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Kandungan Beberapa Buah Segar per 100 gram

Nama Buah

Kandungan per 100 gram buah segar

Energi Protein Karbohidrat Lemak Serat Vit A

Vit B6

Vit C

Vit E

Vit K

(kal/g) ------------------- (%) -------------------- (ui) ----- (mg) ----- ---- (µg) ----

Apel 52 0,26 13,81 0,17 2,40 54 0,04 4,60 0,18 2,20

Jambu biji 68 2,55 14,32 0,95 5,40 624 0,11 228,30 0,73 2,60

Jeruk 47 0,94 11,75 0,12 2,40 200 0,04 50,00 0,04 0,10

Mangga 65 0,51 17,00 0,27 1,80 765 0,13 27,70 1,12 4,20

Pepaya 39 0,61 9,81 0,14 1,80 1094 0,02 61,80 0,73 2,60

Pisang 89 1,09 22,84 0,33 2,60 64 0,37 8,70 0,10 0,50

Sumber : Kelpiesoft (2008)

Tabel 3. Komposisi Zat Makanan Ransum Impor (monkey chow) dan Ransum Berbahan Baku Pakan Lokal

Zat Makanan Ransum Impor Ransum Lokal* Ransum Lokal**

Serat kasar (%) 5,18 2,63 2,81

Protein kasar (%) 27,20 19,97 15,00

Lemak (%) 4,90 4,63 4,51

Kalsium (%) 1,31 0,89 0,67

Fhosfor (%) 1,09 0,62 0,48

Energi bruto (kal/kg) 4.386,00 3.717,00 4.145,00

Keterangan : * Mustaqimatin (1998) ** Rohman (1993)

Page 23: Skripsi Macaca fascicularis

10

Menurut Rohman (1993) ransum lokal yang layak untuk menggantikan

ransum impor (monkey chow) adalah ransum yang mempunyai kandungan protein

15%. Mustaqimatin (1998) menyatakan, bahwa ransum berbahan baku lokal dapat

menggantikan ransum impor (monkey chow) dengan kandungan protein sebasar

19,97%.

North (1984) menyatakan, bahwa jumlah ransum yang dikonsumsi tergantung

pada bobot badan, galur, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktivitas ternak,

mortalitas, kandungan energi dalam ransum dan suhu lingkungan. Wiseman dan Cole

(1990) menyatakan, bahwa konsumsi ransum dipengaruhi oleh palatabilitas ransum

yang tergantung pada cita rasa (flavour), suhu, ukuran, tekstur dan konsistensi pakan.

Mustaqimatin (1998) menyatakan, ransum dengan bahan baku lokal kurang disukai

oleh monyet dibanding dengan ransum impor. Hal ini disebabkan oleh

kecenderungan untuk mengkonsumsi pakan yang sudah terbiasa diberikan kepada

monyet. Astuti et al. (2007) menyatakan, dengan pembiasaan pakan terlebih dahulu,

konsumsi pakan lokal lebih tinggi dari pada pakan impor (monkey chow).

Monyet-monyet yang diberi ransum buatan ternyata akan mengkonsumsi

pakan lebih rendah daripada yang diberi ransum alami. Hal ini diduga karena adanya

serat kasar yang rendah atau kandungan energi yang tinggi pada ransum buatan

(Iwamoto, 1988). Mustaqimatin (1998) juga menyatakan, bahwa ransum yang

mempunyai kandungan protein dan energi tinggi mempunyai tingkat konsumsi yang

rendah.

Menurut McDonald et al. (2002), pakan sumber energi adalah semua bahan

pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi

serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi

dibedakan menjadi empat kelompok yaitu kelompok serealia atau biji-bijian (jagung,

gandum, sorgum), kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan),

kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya) dan kelompok

hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala

dan rumput setaria.

Bennet et al. (1995) mendefinisikan pakan obes adalah pakan yang di

dalamnya terkandung energi sebesar 4,2 kkal/kg, terdiri dari 21-31% lemak dan

50-70% soluble carbohidrates (sukrosa dan dextrin). North (1984) berpendapat,

Page 24: Skripsi Macaca fascicularis

11

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konversi ransum antara lain kesehatan

ternak, keaktivan, jenis kelamin, jumlah konsumsi ransum dan temperatur.

Ensminger et al. (1990) menyatakan bahwa, pertambahan bobot badan

dipengaruhi oleh umur, individu, jenis kelamin dan kesehatan. Cekaman dapat

menurunkan bobot badan dan ketahanan terhadap penyakit. Cekaman terhadap

hewan disebabkan oleh temperatur, umur, pemberian pakan yang berbeda,

pengelolaan dan kehadiran orang lain. Menurut Anggorodi (1979), pertambahan

bobot badan tidak hanya dipengaruhi konsumsi ransum tetapi juga dipengaruhi oleh

faktor lain seperti konversi ransum, aktivitas fisik dan genetik.

Obesitas

Obesitas disebabkan oleh bebarapa faktor yaitu faktor genetik, tingkah laku,

lingkungan, fisiologi, sosial dan budaya (Racette et al., 2003). Menurut The World

Health Organization (2008) bahwa standart BMI (Body Mass Index) orang Eropa

untuk overweigh adalah lebih dari sama dengan 25 dan BMI untuk obesitas adalah

lebih dari sama dengan 30. BMI untuk orang Asia normal adalah 18,5 hingga 22,9

sedangkan untuk golongan overweight adalah lebih dari sama dengan 23, preobesitas

adalah 23,0 hingga 27,5; BMI untuk obesitas adalah 27,6 hingga 40 dan sangat

obesitas adalah lebih dari sama dengan 40. BMI dihitung dengan membagi bobot

badan (kg) dengan tinggi badan yang dipangkat dua (m2), namun untuk monyet ekor

panjang dilakuakan modifikasi perhitungan yaitu dengan membagi bobot badan (kg)

dengan tinggi duduk yang dipangkat dua (m2).

Menurut Adam (2006), banyak cara untuk menentukan apakah seseorang

obes atau tidak, tetapi cara yang paling mudah secara medis adalah dengan mengukur

Body Mass Index (BMI). Selain dengan menggunakan BMI, obesitas juga dapat

diukur dengan menentukan distribusi jaringan lemak yaitu obesitas sentral atau

perifer. Obesitas sentral merupakan penimbunan lemak yang terdapat di abdomen

baik subkutan maupun intra abdominal (visceral abdomen). Jaringan intra abdominal

terdiri atas lemak intraperitoneal (omentum dan mesenteric) dan retroperitoneal.

Lemak di dalam tubuh didistribusikan (ditimbun) terutama pada dua tempat yang

berbeda yaitu pada bagian perut (abdomen) dan bagian bokong (gluteus). Lemak

tubuh pria banyak didistribusikan di bagian atas tubuh yaitu bagian perut.

Page 25: Skripsi Macaca fascicularis

12

Sumber: NBII (2009)

Gambar 2. Monyet Ekor Penjang (Macaca fascicularis) yang Menunjukkan Tanda Obesitas

Gambar 2 menunjukkan monyet yang mulai memiliki lipatan lemak di

beberapa bagian tubuhnya. Obesitas terjadi pada monyet ekor panjang jantan dan

betina, baik dewasa atau remaja. Monyet ekor panjang memiliki kemiripan pola

obesitas dengan manusia yang ditunjukkan dengan adanya penimbunan lemak

disekitar perut. Keadaan normal fisiologis dan biologis monyet dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Keadaan Normal Fisiologis dan Biologis Monyet

Parameter (Satuan) M. mulatta M. fascicularis Papio spp.

Bobot jantan dewasa (kg)

Bobot betina dewasa (kg)

Kecepatan respirasi (per menit)

Detak jantung (detak/menit)

Suhu rektal : a. oF b. oC

Konsumsi air per hari (ml)

Konsumsi pakan per hari (g)

Jumlah urin per hari (ml)

Volume darah (ml/kg)

6-11

4-9

35-50

98-122

98-103 37-39

400-600

400-600

-

50-96

4-8

2-6

30-54

115-243

98-103 37-39

350-950

350-550

150-550

55-75

22-30

11-15

22-35

85-90

98-103 37-39

400-600

1000-1500

150-400

50-70

Sumber: Fortman et al. (2002)

Page 26: Skripsi Macaca fascicularis

13

Monyet ekor panjang yang hidup di kawasan wisata Bali menunjukkan tanda-

tanda obesitas dengan Body Mass Index (BMI) sampai 61,57 kg/m2 pada jantan dan

60,07 kg/m2 pada betina (Putra et al., 2006). Obesitas dapat disebabkan oleh virus

penginfeksi lemak yang berasal dari golongan adenovirus-36. Adenovirus biasanya

ditularkan melalui udara, kontak langsung, bahkan lewat air. Virus lemak ini cara

penularanya sama seperti flu biasa dari seorang yang terinfeksi kepada orang yang

tidak terinfeksi (Kurnianingsih, 2005). Selain itu juga, obesitas dapat dipengaruhi

secara genetik. Sampai saat ini, terdapat tujuh gen penyebab obesitas pada manusia

yaitu leptin receptor, melanocortin receptor-4 (MC4R), alpha melanocyte

stimulating hormone (alfa MSH), prohormone convertase-1 (PC-1), leptin, Barder5t-

Biedl, dan Dunnigan partial lypo-dystrophy (Merdikoputro, 2006).

Darah

Darah merupakan jaringan yaitu sekumpulan sel yang sama dan mempunyai

fungsi tertentu dalam tubuh. Tortora dan Anagnostakos (1990) mengelompokkan

peranan penting darah menjadi tiga fungsi utama yaitu fungsi transportasi, fungsi

pengaturan dan fungsi pertahanan tubuh. Darah mendistribusikan oksigen dari paru-

paru ke seluruh jaringan tubuh dan mengangkut karbondioksida dari seluruh jaringan

tubuh ke paru-paru. Makanan yang telah dicerna pada saluran pencernaan diangkut

oleh darah ke seluruh sel. Darah juga mengangkut sisa metabolisme seperti urea,

asam urat, creatine, air, karbondioksida dibawa keluar tubuh melalui ginjal, paru-

paru, kulit dan saluran pencernaaan oleh darah. Disamping itu, darah juga berperan

penting dalam mengangkut hormon dari kelenjar endokrin dan enzim ke organ-organ

lain di dalam tubuh (Rastogi, 1977).

Fungsi pengaturan ditujukan agar kondisi tubuh tetap dalam keadaan

homeostatis. Dalam hal ini, darah berperan dalam menjaga keseimbangan pH dan

komposisi elektrolit dalam cairan interstisial dan mengatur suhu tubuh tetap normal

dengan mendistribusikan panas ke seluruh tubuh melalui oksidasi karbohidrat dan

lemak, serta menjaga keseimbangan air tubuh melalui pertukaran air antara darah

dengan cairan yang terdapat pada jaringan. Fungsi ketiga yaitu fungsi pertahanan

tubuh. Darah mengandung komponen-komponen yang dapat menjaga tubuh dari

benda asing dan infeksi. Disamping itu, terdapat mekanisme pembekuan darah

Page 27: Skripsi Macaca fascicularis

14

apabila terjadi kerusakan pada pembuluh darah untuk mencegah terjadinya

kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (Rastogi, 1977).

Benda-benda Darah

Darah akan menghasilkan dua fraksi yang berpisah apabila disentrifusi yaitu

fraksi padatan yang disebut butir-butir darah dan fraksi plasma. Butir darah dapat

digolongkan menjadi 3 komponen penting yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah

putih (leukosit) dan platelet atau trombosit (Rastogi, 1977).

Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf. Eritrosit mempunyai diameter

sebesar 7,5μ (Frandson, 1986). Dalam proses pembentukannya, eritrosit kehilangan

organela dan kekurangan mitokondria, ribosom dan nukleus (Martini et al., 1992).

Walaupun jumlah eritrosit dalam peredarannya bervariasi, dalam keadaan normal

terdapat 4,5-5,5 juta sel dalam setiap mm3 darah (Marieb, 1988).

Rastogi (1977) menyatakan bahwa warna merah pada darah disebabkan

adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah kompleks protein dan besi. Hemoglobin

mengikat oksigen dalam bentuk oksihemoglobin dan CO2 dalam bentuk

karboksihemoglobin. Semakin banyak jumlah molekul hemoglobin yang terkandung

dalam sel darah merah, semakin banyak oksigen yang dapat diikat. Kadar rata-rata

hemoglobin darah normal pada adalah 12-18 gram per 100 ml darah (Marieb, 1988).

Hematokrit menunjukkan berapa banyak ruang di dalam darah yang

berhubungan dengan sel darah merah. Hal ini sangat berguna untuk mengevaluasi

apakah seseorang menderita anemia atau tidak. Thalassemia adalah sebuah kondisi

dimana jumlah sel darah merah meningkat namun mengalami penurunan ukuran dan

hematokrit. Nilai hematokrit berkurang ketika ukuran atau jumlah sel darah merah

menurun. Hal ini menyebabkan anemia, namun kondisi lain memiliki dampak yang

sama yaitu apabila terjadi pendarahan yang berlebihan, kerusakan sel akibat katub

jantung, sakit liver, dan kanker sum-sum tulang. Nilai hematokrit meningkat ketika

ukuran atau jumlah sel darah merah meningkat, seperti pada polycythemia

(Wikipedia, 2008).

Jumlah eritrosit dalam peredaran darah dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya umur, jenis kelamin, keadaan gizi, masa laktasi, kebuntingan, produksi

telur, pelepasan epinefrin, siklus estrus, volume darah, waktu harian, temperatur

lingkungan dan ketinggian (Swenson, 1984). Jika jumlah eritrosit dalam setiap mm3

Page 28: Skripsi Macaca fascicularis

15

darah meningkat, viskositas darah ikut meningkat dan darah mengalir lebih lambat.

Sebaliknya jika terjadi penurunan dalam jumlah eritrosit, darah akan menjadi encer

dan mengalir lebih cepat. Hematokrit merupakan tes yang rutin dilakukan untuk

menentukan kenormalan jumlah eritrosit. Hematokrit dianggap setara dengan volume

sel darah merah. Hematokrit normal berkisar antara 42-47%. Hematokrit dalam

jumlah yang normal menunjukkan jumlah eritrosit normal (Marieb, 1988).

Jumlah sel darah merah, hematokrit atau hemoglobin dapat dijadikan sebagai

petunjuk anemia dan polycythemia. Colville dan Bassert (2002) mendefinisikan

anemia adalah kondisi patologis disebabkan karena terjadinya penurunan

kemampuan darah mengangkut oksigen. Diagnosis tipe anemia dapat dilakukan

dengan menghubungkan pengukuran jumlah sel darah merah, hematokrit dan

hemoglobin terhadap derivatnya yaitu Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean

Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration

(MCHC). MCV merupakan ukuran rata-rata sel darah merah. MCH merupakan

jumlah hemoglobin dalam sel darah merah. MCHC merupakan kadar hemoglobin

relatif terhadap ukuran sel setiap sel darah.

Eritrosit dengan ukuran per volume normal (MCV normal) disebut

normocytic. Saat MCV lebih tinggi dari normal disebut macrocytic, sedangkan saat

lebih rendah disebut microcytic. MCH dengan nilai normal disebut normochromic

anemia. Jika nilai MCH lebih rendah dari nilai normal disebut hypochromic anemia,

sedangkan jika lebih besar dari nilai normal disebut hyperchromic anemia. Eritrosit

yang mengandung kadar hemoglobin normal (MCHC normal) disebut

normochromic. Saat MCHC abnormal lebih rendah disebut hypochromic dan MCHC

abnormal lebih tinggi disebut hypercromic (McGill Virtual Lab, 2009).

Anemia memiliki banyak tipe berdasarkan penyebabnya. Berikut ini

dijabarkan tipe-tipe anemia dan penyebabnya (McGill Virtual Lab, 2009):

a. Normocytic atau normochromic anemia disebabkan oleh kehilangan

banyak darah, kerusakan klep jantung, tumor atau aplastic anemia.

b. Microcytic atau hypochromic anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi,

keracunan timah atau thalassemia.

c. Microcytic atau normochromic anemia disebabkan oleh kekurangan

hormon erythropoietin karena gagal ginjal;

Page 29: Skripsi Macaca fascicularis

16

d. Macrocytic atau normochromic anemia sebagai akibat dari kemoterapi,

defisiensi folat atau vitamin B12.

Polycythemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah yang di atas nilai

normal. Terdapat tiga tipe polycythemia menurut Colville dan Bassert (2002) sebagai

berikut:

1. Polycythemia relatif, terjadi melalui kehilangan cairan pada darah

(hemoconcentration). Biasa terjadi pada hewan yang mengalami dehidrasi

karena muntah, diare, keringat berlebihan, dan tidak mengkonsumsi air

dalam jumlah yang cukup.

2. Compensatory polycythemia, terjadi sebagai akibat dari hypoxia. Sumsum

tulang diransang untuk memproduksi lebih banyak sel darah merah,

karena jaringan tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup.

Kemungkinan compensatory polycythemia terutama pada satwa yang

hidup di daerah dengan altitude tinggi.

3. Polycythemia rubra vera, merupakan kelainan sumsum tulang yang

jarang terjadi, ditandai dengan peningkatan produksi sel darah merah

tetapi tidak diketahui penyebabnya.

Benda darah selain sel darah merah (eritrosit) adalah sel darah putih

(leukosit). Leukosit berjumlah 5-6 ribu per mm3 darah. Leukosit dihasilkan pada sel

hati retikuloendotel, empedu, saluran limpa dan sumsum tulang (Marshal dan

Hughes, 1972). Leukosit digolongkan menjadi granulosit dan agranulosit. Granulosit

terdiri dari neutrofil, eosonofil dan basofil, sedangkan agranulosit terdiri dari monosit

dan limfosit. Keping darah (trombosit) merupakan fragmen megakariosit yaitu sel-sel

besar yang terbentuk di dalam sumsum tulang belakang. Trombosit berukuran 2-4μ.

Trombosit berfungsi untuk mengurangi hilangnya darah ketika pembuluh darah

terluka. Terdapat sekitar 350.000-500.000 keping darah setiap satu mm3 darah.

Jumlah trombosit bervariasi dari waktu ke waktu, biasanya akan meningkat setelah

olahraga dan hemoragi (Frandson, 1986). Nilai normal hematokrit monyet dapat

dilihat pada Tabel 5.

Page 30: Skripsi Macaca fascicularis

17

Tabel 5. Nilai Normal Hematokrit Monyet

Parameter (Satuan) M. mulatta M. fascicularis Papio spp.

Hematokrit (%)

RBC (× 106/ml)

WBC (× 106/ml)

Hemoglobin (g/dl)

Neutrofil (%)

Limfosit (%)

Eosinofil (%)

Basofil (%)

Monosit (%)

Platelet (× 103)

MCV (fl)

MCH (ρg)

MCHC (g/dl)

37,0-40,0

5,1-5,6

4,2-8,1

12,0-13,1

26,0-52,0

39,0-72,0

0,0-4,0

0,0-0,4

1,0-4,0

260,0-361,0

71,0-75,0

22,8-24,5

31,0-33,4

33,1-37,5

5,3-6,3

6,1-12,5

11,0-12,4

35,0-61,0

34,0-56,0

1,3-9,1

0,0-0,2

0,4-3,0

300,0-512,0

59,0-66,0

19,0-21,0

32,0-35,0

36,0-41,0

4,6-5,3

6,7-12,5

11,7-13,5

48,0-76,0

22,0-50,0

0,0-2,0

0,0

0,5-3,5

233,0-399,0

74,0-80,0

24,0-26,0

32,0-34,0

Sumber: Fortman et al. (2002)

Nilai rujukan hematologi untuk kera jantan berdasarkan hasil penelitian

Sulaksono (2002) bahwa jumlah sel darah merah 5,6-6,6 (5,9 ± 0,4) (juta/ml); jumlah

sel darah putih 6.700-19.000 (10.732 ± 4.296) (juta/ml); konsentrasi hemoglobin

9,6-12,1 (10,9 ± 0,9) (g/dl) dan nilai hematokrit 30-38 (35 ± 4) (%). Menurut

Schermer (1967) monyet yang kehilangan darah sebanyak 37% dari bobot tubuhnya

akan meningkatkan jumlah darahnya mulai hari ke empat hingga hari ke tujuh dan

setelah 28 hari jumlah darah akan kembali normal.

Sindrom Metabolik

Sindrom metabolik adalah kondisi dimana seseorang memiliki tekanan darah

tinggi, kegemukan, kadar gula darah tinggi dan kadar lemak darah tidak normal.

Ketika kondisi-kondisi tersebut diderita oleh seseorang dalam satu waktu, maka

orang tersebut memiliki risiko lebih besar untuk menderita penyakit jantung koroner,

stroke dan diabetes. Sindroma metabolik adalah suatu faktor risiko multipel untuk

penyakit kardioserebrovaskular. Sindrom ini berkembang melalui kerjasama antara

obesitas dan kerentanan metabolik (Bathesda Stroke Center, 2008). Seseorang dapat

dinyatakan menderita sindrom metabolik apabila memenuhi tiga dari lima kriteria

yang dicantumkan pada Tabel 6.

Page 31: Skripsi Macaca fascicularis

18

Tabel 6. Kriteria Diagnosa Sindrom Metabolik

Kriteria untuk sindrom metabolik Keterangan

Peningkatan lingkar pinggang (obesitas sentral)

≥ 120 cm pada laki-laki atau ≥ 88 cm pada perempuan

Peningkatan nilai trigliserida ≥ 150 mg/dl atau sedang dalam proses

Nilai HDL-kolesterol yang rendah < 40 mg/dl pada laki-laki atau < 50 mg/dl pada perempuan atau sedang dalam proses

Penigkatan tekanan darah ≥ 130 mm Hg untuk tekanan darah sistolik atau ≥ 85 mm Hg untuk tekanan darah diastolik atau sedang dalam proses

Peningkatan gula darah puasa ≥ 100 mg/dl atau sedang dalam proses

Sumber : Bathesda Stroke Center (2008)

Sindrom metabolik merupakan kombinasi antara gangguan kesehatan yang

dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes. Terjadi pada satu

dari lima orang dan berbanding lurus dengan peningkatan usia (Wikipedia, 2008).

Sindroma ini pertama kali diamati pada tahun 1923 yang mengkategorikannya

sebagai gabungan dari hipertensi dan hiperglikemia. Berbagai abnormalitas

metabolik lain dikaitkan dengan sindroma ini diantaranya obesitas, mikroalbuminuria

serta abnormalitas fibribolisis dan koagulasi. Tahun 1998, WHO memperkenalkan

istilah sindrom metabolik. Kriteria diagnosa untuk menentukan sindrom ini

kemudian dikemukakan oleh National Cholesterol Education Program (NCEP).

Page 32: Skripsi Macaca fascicularis

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu pada awal Juni sampai

akhir Oktober 2008 di PT. IndoAnilab Jalan Taman Kencana No. 3 dan

Laboratorium Patologi dan Lipid, Pusat Studi Satwa Primata-IPB (PSSP-IPB) di

Jalan Lodaya II No. 5, Bogor.

Materi

Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 ekor monyet ekor

panjang (Macaca fascicularis) dewasa berjenis kelamin jantan dengan bobot badan

berkisar antara 3–6 kg, dengan umur 6–8 tahun. Seluruh monyet ekor panjang

(Macaca fascicularis) yang digunakan berasal dari Sumatera dan bebas dari penyakit

tuberkulosis dan simian retrovirus (SRV). Seluruh perlakuan yang melibatkan hewan

percobaan dilakukan berdasarkan peraturan yang telah ditentukan oleh Animal Care

and Use Commitee (ACUC) yaitu Komisi Kesejahteraan Hewan Percobaan dari PT.

IndoAnilab dengan nomor protokol: 02-IA-ACUC-08.

Kandang

Kandang yang digunakan adalah kandang individu stainless steel (squeeze

back cage) untuk mempermudah dalam pemeliharaan dan pengendalian. Kandang

dengan ukuran 0,6 x 0,6 x 0,9 m dapat dilihat dalam Gambar 3.

Gambar 3. Kandang Individu, House Fan dan Alat Pembersih

Page 33: Skripsi Macaca fascicularis

20

Peletakan kandang dibuat dalam bentuk satu sama lain individu masih dapat

saling melihat dan mendengar. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan

tempat air minum berupa mangkuk yang terbuat dari logam anti karat dan air minum

disediakan adlibitum, ditempatkan pada ruang tertutup dan bersih serta dilengkapi

dengan lampu, keran air, selang air, alat kebersihan dan house fan.

Pakan Penelitian

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) jantan telah mengkonsumsi

pakan formulasi selama empat bulan dan selama penelitian empat bulan berikutnya

monyet tersebut tetap mendapat pakan formulasi yang sama. Pakan formulasi dibuat

dari bahan pakan lokal berenergi tinggi dan diformulasi sebanyak 100-150

g/ekor/hari. Bahan pakan terdiri dari gandum, gula, tallow (lemak sapi), minyak

goreng, tepung ikan, tepung maizena, bungkil kedelai, dedak padi, agar-agar, CMC

(carboxymethyl cellulose), Premix®, kalsium karbonat, kalsium fosfat serta kuning

telur. Komposisi dari formulasi pakan A dan pakan B dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7. Komposisi Pakan A dan Pakan B yang Digunakan dalam Penelitian

Bahan Pakan Pakan A Pakan B

---------------------- (%) ---------------------

Gandum

Gula

Minyak goreng

Tepung ikan

Tepung maizena

Bungkil kedelai

Dedak padi

Agar-agar

CMC (carboxymethyl cellulose)

Mineral mix

Kuning telur

Tallow

42,0

10,0

10,0

6,5

8,0

5,0

4,0

1,5

1,0

2,0

-

10,0

42,0

8,0

10,0

4,0

8,0

4,0

4,0

1,0

1,0

2,0

10,0

6,0

Keterangan: - Tidak diberikan

Perlakuan pakan formulasi ini menggunakan lima ekor monyet ekor panjang

(Macaca fascicularis) jantan yang diberi pakan A yaitu pakan dengan formula yang

mengandung bahan sumber energi dari gandum dan dikombinasi dengan tallow,

Page 34: Skripsi Macaca fascicularis

21

sedangkan lima ekor lainnya mendapat pakan B yaitu terbuat dari bahan sumber

energi gandum dan tallow yang dikombinasikan dengan kuning telur. Monyet ekor

panjang (Macaca fascicularis) jantan sebanyak lima ekor mendapat pakan komersial

buatan Bangkok dengan merk dagang monkey chow sebanyak 50-80 g/ekor/hari.

Monkey chow berbentuk biskuit padat, kering dan agak keras yang kandungan

protein dan energi tinggi. Kandungan zat-zat makanan dalam pakan A, pakan B dan

pakan monkey chow dapat dilihat dalam Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Analisis Proksimat Kandungan Nutrisi Pakan Perlakuan

No Nutrisi Pakan A Pakan B Pakan C

(lemak sapi) (lemak sapi dan kuning telur) (monkey chow)

1 2 1 2 1 2 1 Bahan Kering (%) 68,09 100 70,18 100 92,75 100 2 Kadar abu (%) 4,73 6,95 3,89 5,54 7,65 8,25

3 Protein Kasar (%) 14,42 21,18 15,01 21,39 29,39 31,69

4 Serat Kasar (%) 1,81 2,66 1,14 1,62 6,02 6,49 5 Lemak Kasar (%) 19,62 28,81 19,62 27,96 5,55 5,98

6 BETN (%) 59,62 87,56 60,34 85,98 51,38 55,40

7 Ca (%) 1,41 2,07 1,25 1,78 1,66 1,79

8 P (%) 0,65 0,95 0,58 0,83 1,55 1,67

9 Gross energi (Kal/kg) 4,48 6,58 4,21 6,00 4,33 4,67

Keterangan : 1 = jumlah aktual 2 = jumlah berdasarkan 100% bahan kering setiap unsur nutrisi Hasil analisis proksimat Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, 2008

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) selain mendapat pakan di atas

juga mendapat pakan tambahan berupa buah pisang (± 70 g/ekor/hari) dan untuk

menarik minat monyet mengkonsumsi pakan formulasi maka dilakukan pengkayaan

lingkungan (environmental enrichment) dengan cara diberi tambahan buah jeruk,

pepaya dan jambu biji (± 10 g/ekor/hari) yang telah dibekukan dalam air yang

dibekukan secara bergantian setiap pagi hari sebelum diberi pakan. Bentuk pakan

yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 35: Skripsi Macaca fascicularis

22

a b c

Keterangan : a. Pakan Perlakuan A b. Pakan Perlakuan B

c. Pakan Komersial (monkey chow)

Gambar 4. Bentuk Pakan yang Digunakan dalam Penelitian

Bentuk fisik pakan A yaitu berwarna cokelat kemerahan dan dibentuk bulat

lonjong dengan tekstur lembek dan agak kasar, sedangkan pakan B berwarna cokelat

dan dibentuk bulat lonjong dengan tekstur lembek namun lebih lembut (kalis)

daripada pakan A. Pakan monkey chow berwarna coklat kekuningan dan berbentuk

pipih, lonjong dan keras (kering).

Pemeriksaan Darah

Bahan yang digunakan dalam pengambilan darah yaitu ketamin 5–25 mg/kg

alkohol 70% dan indikator tuberkulosis. Bahan yang digunakan dalam analisis darah

adalah contoh darah, alkohol 70%, Giemsa 10%, metanol dan minyak imersi.

Alat yang digunakan adalah syringe 5 ml, mikroskop cahaya (merek Nikon

YB100), tabung vacum dengan larutan EDTA K3 (merek Ges Vacuum Tube), kotak

pendingin, alat penghitung manual, kaca objek (merek Sail Brand), kaca penutup

preparat, pipet mikro dan alat analisis darah (merek Nihon Kohden, Celltax) dapat

dilihat pada Gambar 5.

Page 36: Skripsi Macaca fascicularis

23

Gambar 5. Alat Analisis Darah merek Nihon Kohden, Celltax

Bahan yang digunakan dengan analisis manual adalah contoh darah yang

akan dianalisis, aquadestilata, alkohol 70%, larutan EDTA, larutan Hayem, HCl 0,1

N, Giemsa 10%, natrium sitrat 3,8 g, formaldehida 40% 0,2 ml, brilliant cresyl blue

0,1 g, air destilasi 100 ml dan metanol. Alat yang digunakan adalah syringe 5 ml,

pipet Sahli (0,02 cc), tabung Sahli, mikroskop, kapas, colin jar, kertas filter,

crestaseal, hemositometer, sentrifuse, hemoglobinometer, hand counter, gelas

penutup, pipet BDM, buluh kapiler yang mengandung antikoagulan, pipet Pasteur

dan skala untuk membaca nilai hematokrit.

Rancangan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola tersarang dengan

faktor perlakuan pemberian pakan (A, B dan C) dan periode pengambilan data

tersarang pada perlakuan. Rancangan ini seolah-olah terdiri dari dua atau lebih

rancangan acak lengkap yang responsnya sama kemudian digabung menjadi satu

model percobaan. Transformasi arcsin dilakuakan untuk data diferensiasi leukosit

yang datanya dibawah nilai 30%. Pengolahan data dan perhitungan peubah yang

berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan menggunakan program

aplikasi SAS. Model persamaan rancangan acak lengkap pola tersarang (Gasperz,

1992) yaitu

Page 37: Skripsi Macaca fascicularis

24

Yij = µ + τ i + β j(i) + ε ijk

Keterangan:

i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3, 4

Yij = pengamatan faktor τ taraf ke-i, faktor β taraf ke-j dan ulangan ke-k,

µ = rataan umum,

τ i = pengaruh faktor τ pada taraf ke-i,

β j(i) = pengaruh faktor β pada taraf ke-j tersarang pada taraf ke-i dan

ε ijk = pengaruh galat faktor τ taraf ke-i, faktor β taraf ke-j dan ulangan ke-k.

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan anatar

peubah. Koefisien korelasi antara dua peubah dapat dicari dengan rumus (Mattjik

dan Sumertajaya, 2002) sebagai berikut

Keterangan :

r XY = koefisien korelasi,

n = jumlah data,

xi = peubah x ke i dan

yi = peubah y ke i.

Peubah yang diamati adalah nilai hematologi darah diantaranya jumlah sel

darah merah (juta/ml), kadar hemoglobin (g/dl), nilai hematokrit (%), nilai Mean

Corpuscular Volume (MCV) (fl), nilai Mean Corpusular Hemoglobin (MCH) (ρg)

dan nilai Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (g/dl) dan

diferensiasi leukosit (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit).

Prosedur

Prosedur Umum

Peneliti diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan sebelum melakukan

penelitian berupa röntgen toraks dan mendapat surat keterangan sehat. Peneliti

maupun petugas kandang wajib menerima materi pelatihan dan memakai pakaian

kandang khusus lengkap dengan kacamata, sarung tangan, masker, penutup kepala

serta sepatu boot. Sebelum memasuki ruang kandang, sepatu boot dicelupkan ke

dalam cairan desinfektan.

Page 38: Skripsi Macaca fascicularis

25

Pengambilan Contoh Darah

Pengambilan contoh darah dan analisis darah dilakukan pada bulan ke–5,

ke–6, ke–7 dan ke–8 penelitian. Sebelum darah diambil, monyet dibius terlebih

dahulu dengan ketamin 5–25 mg/kg secara intramusculer (Fortman et al., 2002).

Darah diambil di daerah vena femoralis menggunakan syringe 5 ml dan dimasukan

ke dalam tabung vakum yang berisi antikoagulan EDTA K3. Sampel darah

dimasukkan ke dalam kotak pendingin agar darah tetap dalam kondisi baik dan

dibawa ke laboratorium.

Pengumpulan Data Jumlah Sel Darah Merah

Perhitungan jumlah sel darah merah dilakukan pada kamar hitung eritrosit

dengan menggunakan mikroskop pembesaran 100 kali (objektif 10 kali dan okuler 10

kali). Prosedur pengerjaannya adalah aspirator dipasang pada pipet eritrosit lalu

darah dihisap sampai batas angka 0,5 pada pipet. Ujung pipet dibersihkan dengan

menggunakan tisu. Larutan Hayem dengan cepat dan hati-hati dihisap sampai tanda

101 yang tertera pada pipet. Pada penghisapan ini dihindari terbentuknya gelembung

udara, jika terdapat gelembung udara maka prosedur harus diulang. Selanjutnya

aspirator dilepas dari pipet eritrosit.

Ibu jari dan telunjuk kanan digunakan untuk memegang kedua ujung pipet,

lalu isi pipet dikocok dengan membuat gerakan angka 8 selama 3 menit. Bagian yang

tidak ikut terkocok dibuang. Selanjutnya dengan hati-hati cairan dimasukan ke dalam

kamar hitung dengan cara menempelkan ujung pipet pada pertemuan antara dasar

kamar hitung dan kaca penutup. Butir-butir darah dibiarkan mengendap selama

kurang lebih satu menit. Agar tidak terjadi penghitungan yang berulang sebaiknya

digunakan hand counter.

Menghitung eritrosit dalam hemositometer, digunakan kotak eritrosit yang

berjumlah 25 buah dengan mengambil bagian satu kotak pojok kanan atas, satu kotak

pojok kiri atas, satu kotak di tengah, satu kotak di pojok kanan bawah dan satu kotak

di pojok kiri bawah dan untuk membedakan kotak eritrosit dengan kotak leukosit

dapat berpatokan pada tiga garis pemisah pada kotak eritrosit. Luas kotak eritrosit

relatif lebih kecil dibandingkan dengan kotak leukosit. Setelah jumlah eritrosit

didapatkan maka jumlah darah merah dikalikan dengan 104, untuk mengetahui

jumlah eritrosit dalam 1 mm3 darah (Sastradipraja et al., 1989).

Page 39: Skripsi Macaca fascicularis

26

Pengumpulan Data Kadar Hemoglobin

Metode yang digunakan untuk uji kadar hemoglobin adalah metode Sahli.

Larutan HCl 0,1 N diteteskan pada tabung Sahli sampai angka 10 atau garis bawah,

kemudian sampel darah dihisap menggunakan pipet hingga mencapai batas garis 20

mm3 (0,02 cc). Sampel darah segera dimasukkan ke dalam tabung dan ditunggu

selama 3 menit atau hingga berubah warna menjadi coklat kehitaman akibat reaksi

antara HCl dengan hemoglobin membentuk asam hematid. Larutan ditambah dengan

aquadestilata, teteskan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk. Aquadestilata

ditambah hingga warna larutan sama dengan warna standar hemoglobinometer.

Kadar hemoglobin dapat dilihat di kolom g % yang tertera pada tabung hemoglobin

(Sastradipraja et al., 1989).

Pengumpulan Data Nilai Hematokrit

Nilai hematokrit secara manual yaitu dengan pengisian pipa mikrometer yang

dilakukan dengan memiringkan tabung yang berisi sampel darah dengan

menempatkan ujung mikrokapiler yang bertanda merah. Pipa diisi sampai mencapai

2/3 bagian, kemudian ujung pipa disumbat dengan crestoseal dan pipa mikrokapiler

tersebut disentrifusi selama 15 menit dengan kecepatan 2.500–4.000 rpm. Bagian

yang tersumbat diletakkan menjauhi pusat sentrifuse. Nilai hematokrit ditentukan

dengan mengukur persentase volume eritrosit dengan menggunakan alat baca

mikrohemotokrit (microcapillary hematocrit reader) (Sastradipraja et al., 1989).

Perhitungan Nilai Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)

McGill Virtual Lab (2009) menghitung nilai MCV, MCH dan MCHC, digunakan rumus berikut :

MCV (fl) = Hematokrit (%) x 10 Jumlah sel darah merah (106/ml)

MCH (ρg) = Hemoglobin (g/dl) x 10 Jumlah sel darah merah (106/ml)

MCHC (g/dl) = Hemoglobin (g/dl) x 100 Hematokrit (%)

Satuan untuk MCV, MCH dan MCHC secara berturut-turut adalah femtoliters (fl,

1 fl = 10-15 liter), picograms (ρg) dan gram per desiliter (g/dl).

Page 40: Skripsi Macaca fascicularis

27

Pengumpulan Data Jumlah Sel Darah Merah, Kadar Hemoglobin, Nilai Hematokrit, MCV, MCH, MCHC Menggunakan Alat (Hematology Analyzer)

Perhitungan jumlah sel darah merah (×106/ml), konsentrasi hemoglobin (g/dl)

dan nilai hematokrit (%) dilakukan dengan alat analisis darah secara bersamaan. Alat

diatur sesuai kehendak dan dipastikan dalam kondisi baik dengan diuji kontrol.

Sampel darah dari tabung vacutainer diuji satu per satu. Hasil dari pembacaan akan

tampil pada layar dan tersimpan di memory alat.

Pengumpulan Data Diferensiasi Leukosit

Darah yang telah disiapkan diteteskan ke kaca objek yang dipegang dengan

ibu jari dan telunjuk salah satu tangan. Kaca penutup berbeda dipegang tangan lainya

kemudian ujung kaca penutup ditempelkan dengan membentuk sudut kurang lebih

30o setelah itu, kaca penutup didorong dengan kecepatan konstan sehingga

didapatkan ulasan yang tidak terlalu tebal. Ulasan dikeringkan selama beberapa

menit. Lalu ulasan difiksasi dalam metanol selama 5–10 menit. Ulasan dicelupkan ke

dalam pewarna Giemsa sekitar 30 menit kemudian ulasan diangkat dan dicuci

menggunakan air mengalir sampai air bilasan tidak membawa warna Giemsa.

Preparat ulas dikeringkan dan perhitungan dilakukan di bawah mikroskop cahaya

dengan ditetesi minyak imersi, perbesaran 100 x 10 (Sastradipraja et al., 1989).

Page 41: Skripsi Macaca fascicularis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Darah Monyet Ekor Panjang

Pemeriksaan Darah Merah

Berdasarkan hasil pemeriksaan sel darah merah monyet ekor panjang

(Macaca fascicularis) pada periode obesitas empat bulan kedua meliputi jumlah sel

darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit sangat nyata dipengaruhi oleh

perlakuan pakan berenergi tinggi dan periode yang tersarang di dalam pakan

(P<0,01). Mean Corpuscular Volume (MCV) dan Mean Corpuscular Haemoglobin

(MCH) sangat nyata dipengaruhi oleh perlakuan pakan (P<0,01) namun tidak nyata

dipengaruhi oleh periode yang tersarang di dalam pakan (P>0,05). Mean

Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) tidak nyata dipengaruhi oleh

perlakuan pakan (P>0,05) namun sangat nyata dipengaruhi olah periode yang

tersarang di dalam pakan (P<0,01). Keadaan fisik monyet ekor panjang yang diberi

pakan berenergi tinggi mengalami perubahan bagian-bagian tubuh yang menjadi

tanda didepositkannya lemak tubuh. Perubahan yang terjadi yaitu pada lingkar

pinggul, lingkar pinggang, lingkar dada, tebal lipatan kulit punggung, serta tebal

lipatan kulit perut (Caraka I, 2008 dan Ningsih, 2009).

Periode empat bulan pertama menunjukkan bahwa profil darah merah monyet

ekor panjang dipengaruhi oleh perlakuan pakan dan terjadi peningkatan dan

penurunan nilai namun masih dalam kisaran yang dapat ditoleransi sehingga tidak

menyebabkan gangguan fisilogis dan metabolis yang berarti. Jumlah sel darah

merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV dan MCH sangat nyata

dipengaruhi oleh perlakuan pakan (P<0,01) namun tidak nyata dipengaruhi oleh

periode di dalam pakan (P>0,05) (Afiza, 2009). Secara umum, keberadaan benda

darah dalam tubuh dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksogen dan faktor

endogen. Faktor eksogen terdiri dari agen penyebab infeksi dan perubahan

lingkungan. Sedangkan faktor endogen dipengaruhi oleh pertambahan umur, status

gizi, kesehatan, stres, siklus estrus dan suhu tubuh (Guyton dan Hall, 1997).

Jumlah Sel Darah Merah

Berdasarkan analisis darah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) pada

periode obesitas empat bulan kedua, didapat hasil perhitungan jumlah sel darah

merah sangat nyata dipengaruhi oleh perlakuan pakan berenergi tinggi (P<0,01).

Page 42: Skripsi Macaca fascicularis

29

Pengaruh perlakuan pakan B nyata (P<0,05) lebih tinggi bila dibandingkan dengan

perlakuan pakan A. Pakan A berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi bila dibandingkan

dengan pakan C (monkey chow). Hal ini disebabkan oleh pakan B memiliki sumber

nutrisi dari kuning telur yang baik untuk pembentukan darah. Kuning telur banyak

mengandung asam amino, vitamin dan mineral yang penting dalam pembentukan sel

darah merah. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 6.

Tabel 9. Rataan, Simpangan dan Nilai Koefisien Keragaman (%) Jumlah Sel Darah Merah Macaca fascicularis

Periode Perlakuan

Pakan A ± SB (KK)

Pakan B ± SB (KK)

Pakan C ± SB (KK)

----------------------------------- (× 106/ml) ------------------------------------

4 6,69 ± 0,15 (2,20)b 7,14 ± 0,58 (8,07)a 6,44 ± 0,36 (5,63)c

5 7,07 ± 0,23 (3,18)b 7,45 ± 0,64 (8,65)a 6,99 ± 0,52 (7,38)c

6 6,57 ± 0,07 (1,02)b 6,76 ± 0,46 (6,75)a 6,16 ± 0,21 (3,33)c

7 6,33 ± 0,24 (3,86)b 6,62 ± 0,55 (8,28)a 5,10 ± 0,36 (6,04)c

8 6,41 ± 0,31 (4,83)b 6,54 ± 0,33 (5,02)a 6,11 ± 0,45 (7,43)c

Keterangan: Huruf superscrip yang sama pada kolom yang berbeda menunjukkan nilai yang sama.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jumlah sel darah merah sangat

nyata dipengaruhi oleh periode yang tersarang pada perlakuan pakan (P<0,01).

Pemberian pakan pada periode ke-5 berbeda lebih tinggi pengaruhnya daripada

periode ke-4 dan periode ke-6 berbeda lebih rendah daripada periode ke-4. Berturut-

turut dari perolehan nilai rataan yang tertinggi hingga terendah periode ke-6, ke-8

dan ke-7 sama pengaruhnya. Hal ini disebabkan karena pada periode ke-5 monyet

ekor panjang masih dapat menerima perlakuan pakan dan pada periode berikutnya

monyet mulai mengurangi jumlah konsumsi sehingga berpengaruh terhadap jumlah

sel darah merah. Pembentukan sel darah merah dipengaruhi oleh kandungan nutrisi

pakan khususnya protein.

Periode obesitas empat bulan pertama menunjukkan sel darah merah sangat

nyata dipengaruhi oleh perlakuan pakan berenergi tinggi (P<0,01) namun tidak nyata

dipengaruhi oleh periode yang tersarang pada perlakuan. Pakan B memiliki pengaruh

yang paling tinggi. Jumlah sel darah merah masih dalam kisaran normal (Afiza,

Page 43: Skripsi Macaca fascicularis

30

2009). Pakan B lebih disukai oleh hewan penelitian, hal ini dapat diamati selama

penelitian berlangsung, sebagaimana yang dilaporkan oleh Oktarina (2009).

5.05.56.06.57.07.58.0

4 5 6 7 8

Periode (bulan)

Jum

lah

Sel D

arah

Mer

ah(1

06 /ml)

Pakan A Pakan B Pakan C

Gambar 6. Grafik Jumlah Sel Darah Merah Macaca fascicularis

Monyet akan menghentikan konsumsinya jika kebutuhan energinya sudah

terpenuhi (Ensminger et al., 1990). Mustaqimatin (1998) juga menyatakan, bahwa

ransum yang mempunyai kandungan protein dan energi tinggi mempunyai tingkat

konsumsi yang rendah. Tabel 9 dan Gambar 6 memperlihatkan adanya peningkatan

dan penurunan jumlah sel darah merah namun masih dalam kisaran normal.

Peningkatan atau penurunan jumlah sel darah merah dipengaruhi oleh berbagai

faktor diantaranya adalah ras (breed), aktivitas dan ketinggian tempat (Schalm,

1975). Jumlah sel darah merah juga bisa disebabkan karena kekurangan zat gizi besi,

penyakit pada sumsum tulang, kekurangan zat seperti asam folat, vitamin B12 yang

diperlukan untuk pembentukan atau memproduksi sel-sel darah merah (Tumbelaka,

2005). Menurut Fortman et al. (2002), jumlah sel darah merah normal bagi Macaca

fascicularis adalah 5,3×106/ml hingga 6,3×106/ml.

Kadar Hemoglobin

Perhitungan kadar hemoglobin sangat nyata dipengaruhi oleh perlakuan

pakan (P<0,01). Pengaruh perlakuan pakan B nyata (P<0,05) lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan pakan C (monkey chow). Pakan A berbeda nyata

(P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan pakan C. Hal ini disebabkan oleh pakan

B memiliki sumber nutrisi dari kuning telur yang baik untuk pembentukan darah

yaitu asam amino, vitamin dan mineral. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 44: Skripsi Macaca fascicularis

31

Tabel 10. Rataan, Simpangan dan Nilai Koefisien Keragaman (%) Konsentrasi Hemoglobin Macaca fascicularis

Periode Perlakuan

Pakan A ± SB (KK)

Pakan B ± SB (KK)

Pakan C ± SB (KK)

-------------------------------------- (g/dl) ----------------------------------------

4 12,18 ± 0,55 (4,47)c 13,66 ± 0,66 (4,84)a 12,94 ± 1,22 (9,44)b

5 12,32 ± 0,37 (3,00)c 13,44 ± 0,92 (6,75)a 13,20 ± 1,42 (10,75)b

6 11,96 ± 0,65 (5,47)c 12,96 ± 0,77 (5,94)a 12,24 ± 0,88 (7,21)b

7 11,18 ± 0,37 (3,31)c 12,32 ± 0,81 (7,27)a 11,72 ± 0,94 (7,99)b

8 11,26 ± 0,49 (4,38)c 12,14 ± 0,72 (5,90)a 11,88 ± 1,17 (9,88)b

Keterangan: Huruf superscrip yang sama pada kolom yang berbeda menunjukkan nilai yang sama.

10

11

12

13

14

4 5 6 7 8

Periode (bulan)

Kad

ar H

emog

lobi

n(g

/dl)

Pakan A Pakan B Pakan C

Gambar 7. Grafik Kadar Hemoglobin Macaca fascicularis

Menurut hasil analisis ragam, perbedaan kadar hemoglobin sangat nyata

(P<0,01) dipengaruhi oleh periode yang tersarang pada perlakuan pakan. Pakan pada

periode ke-5 sama pengaruhnya dengan periode ke-4, dilanjutkan dengan periode

ke-6 yang berbeda lebih rendah pengaruhnya daripada periode ke-4. Periode ke-8

berbeda lebih rendah pengaruhnya daripada periode ke-6 dan dilanjutkan dengan

periode ke-7. Antara periode ke-7 dan ke-8 memiliki pengaruh yang sama. Lebih

jelas ditunjukkan pada Gambar 7.

Bahan pakan kuning telur membantu pembentukan hemoglobin sebab banyak

mengandung asam amino, lemak, vitamin dan mineral. Bahan-bahan tersebut dapat

membantu dalam proses pembentukan darah maupun membantu dalam proses

Page 45: Skripsi Macaca fascicularis

32

pencernaan dan penyerapan. Peningkatan jumlah sel darah merah biasanya juga

menyebabkan peningkatan kadar hemoglobin sebab hemoglobin adalah bagian dari

sel darah merah. Kadar hemoglobin eriode sebelumnya sangat nyata dipengaruhi

oleh perlakuan pakan (P<0,01) namun tidak nyata dipengaruhi oleh periode yang

tersarang dalam pakan. Pakan B memiliki pengaruh yang paling tinggi. Kadar

hemoglobin masih dalam kisaran normal (Afiza, 2009).

Tabel 10 dan Gambar 7, setelah periode ke-5 memperlihatkan penurunan

grafik pada semua jenis pakan. Namun penurunan kadar hemoglobin kedua jenis

pakan formulasi masih tergolong normal karena kadar hemoglobin pakan formulasi

tersebut masih berada di dalam kisaran kadar hemoglobin pakan C (monkey chow).

Menurut Fortman et al. (2002), kadar hemoglobin normal bagi monyet ekor panjang

(Macaca fascicularis) 11,0 g/dl hingga 12,4 g/dl.

Nilai Hematokrit

Berdasarkan analisis darah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis),

didapat hasil perhitungan nilai hematokrit sangat nyata dipengaruhi oleh perlakuan

pakan (P<0,01). Pengaruh perlakuan pakan B nyata (P<0,05) lebih tinggi bila

dibandingkan dengan perlakuan pakan C (monkey chow). Pakan A berbeda nyata

(P<0,05) lebih rendah bila dibandingkan dengan pakan C. Hal ini disebabkan oleh

pakan B memiliki sumber nutrisi dari kuning telur yang baik untuk pembentukan

darah walaupun memiliki energi pakan yang tinggi. Lebih jelas dapat dilihat pada

Tabel 11 dan Gambar 8.

Tabel 11. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman Nilai Hematokrit Macaca fascicularis

Periode Perlakuan

Pakan A ± SB (KK)

Pakan B ± SB (KK)

Pakan C ± SB (KK)

--------------------------------------- (%) ----------------------------------------

4 38,04 ± 1,16 (3,04)c 41,98 ± 1,72 (4,09)a 39,56 ± 3,05 (7,71)b

5 39,98 ± 0,99 (2,47)c 43,64 ± 2,68 (6,15)a 43,08 ± 3,97 (9,22)b

6 37,08 ± 1,66 (4,47)c 39,78 ± 2,33 (5,86)a 37,94 ± 2,28 (6,02)b

7 35,94 ± 1,38 (3,84)c 39,02 ± 2,40 (6,14)a 37,20 ± 2,54 (6,83)b

8 36,34 ± 2,02 (5,55)c 38,70 ± 1,31 (3,60)a 38,04 ± 3,30 (8,69)b

Keterangan: Huruf superscrip yang sama pada kolom yang berbeda menunjukkan nilai yang sama.

Page 46: Skripsi Macaca fascicularis

33

Menurut hasil analisis ragam, perbedaan nilai hematokrit sangat nyata

(P<0,01) dipengaruhi oleh periode yang tersarang pada perlakuan pakan. Pakan pada

periode ke-5 berbeda lebih tinggi pengaruhnya bila dibandingkan dengan periode

ke-4, dilanjutkan dengan periode ke-6 yang berbeda lebih rendah pengaruhnya

daripada periode ke-4. Secara berurutan dari nilai rataan tertinggi, periode ke-6, ke-8

dan ke-7 memiliki pengaruh yang sama.

30

35

40

45

4 5 6 7 8

Periode (bulan)

Nila

i Hem

atok

rit

(%)

Pakan A Pakan B Pakan C

Gambar 8. Grafik Nilai Hematokrit Macaca fascicularis

Tabel 11 dan Gambar 8 memperlihatkan penurunan grafik pada semua jenis

pakan setelah periode ke-5. Namun penurunan nilai hematokrit kedua jenis pakan

formulasi masih tergolong normal karena nilai hematokrit pakan formulasi tersebut

masih berada di dalam kisaran nilai hematokrit pakan monkey chow yang juga dalam

kisaran normal. Menurut Fortman et al. (2002), nilai hematokrit normal bagi Macaca

fascicularis sebesar 33,1% hingga 37,5%. Periode obesitas empat bulan pertama juga

memiliki nilai hematokrit yang normal (Afiza, 2009).

Mean Corpuscular Volume (MCV)

Perhitungan Mean Corpuscular Volume (MCV) sangat nyata dipengaruhi

oleh perlakuan pakan (P<0,01). Pengaruh perlakuan pakan C (monkey chow) nyata

(P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pakan B dan pakan A. Pakan A

berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan pakan B. MCV

dipengaruhi nilai hematokrit dan jumlah sel darah merah. Pakan monkey chow

memiliki MCV lebih tinggi daripada MCV perlakuan pakan formulasi sebab jumlah

Page 47: Skripsi Macaca fascicularis

34

sel darah merah, sebagai faktor pembagi, dari pakan monkey chow paling rendah

jumlahnya daripada jumlah sel darah merah perlakuan pakan lainnya. Lebih jelas

dapat dilihat pada Tabel 12 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 9.

Tabel 12. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman (%) Mean Corpuscular Volume (MCV) Macaca fascicularis

Periode Perlakuan

Pakan A ± SB (KK)

Pakan B ± SB (KK)

Pakan C ± SB (KK)

---------------------------------------- (fl) ----------------------------------------

4 56,84 ± 1,66 (2,92)c 59,00 ± 3,08 (5,21)b 61,39 ± 2,16 (3,52)a

5 56,55 ± 1,76 (3,11)c 58,75 ± 2,86 (4,87)b 61,58 ± 2,20 (3,57)a

6 56,41 ± 1,10 (3,54)c 58,89 ± 2,78 (4,72)b 61,52 ± 2,09 (3,39)a

7 56,82 ± 1,75 (3,08)c 59,04 ± 2,57 (4,35)b 62,03 ± 2,03 (3,27)a

8 56,74 ± 1,95 (3,44)c 59,22 ± 2,62 (4,42)b 62,21 ± 2,03 (3,27)a

Rataan 56,67 ± 1,64 58,98 ± 2,78 61,75 ± 2,10

Keterangan: Huruf superscrip yang sama pada kolom yang berbeda menunjukkan nilai yang sama.

52545658606264

4 5 6 7 8

Periode (bulan)

MC

V(fl

)

Pakan A Pakan B Pakan C

Gambar 9. Grafik Mean Corpuscular Volume Macaca fascicularis

Menurut hasil analisis ragam, Mean Corpuscular Volume (MCV) tidak nyata

(P>0,05) dipengaruhi oleh periode yang tersarang pada perlakuan pakan. Hal ini

dapat dilihat pada grafik, MCV memiliki grafik yang hampir datar yang

menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan MCV pada setiap periode tidak

berarti. Disajikan pada Tabel 12, MCV perlakuan pakan formulasi lebih rendah

daripada MCV pakan C (monkey chow) yang memiliki rataan sebesar 61,75 ± 2,10 fl.

Page 48: Skripsi Macaca fascicularis

35

MCV rendah menunjukkan bahwa ukuran sel darah merah pakan perlakuan

formulasi lebih kecil dari ukuran normal cenderung tergolong ke dalam anemia

microcytic. Periode obesitas empat bulan pertama juga menunjukkan bahwa MCV

pakan berenergi tinggi cenderung mengalami anemia micricytic (Afiza, 2009).

Mean Corpuscular Volume (MCV) menunjukkan ukuran rata-rata dari sel

darah merah. MCV akan naik bila ukuran sel darah merah lebih besar dari ukuran

normal (macrocytic), contohnya pada anemia yang disebabkan oleh defisiensi

vitamin B12. MCV turun berarti ukuran sel darah merah lebih kecil dari ukuran

normal (microcytic), biasanya terjadi karena defisiensi zat besi atau thalasemia

(McGill Virtual Lab, 2009). Menurut Fortman et al. (2002), MCV normal bagi

Macaca fascicularis sebesar 59,0 fl hingga 66,0 fl.

Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH)

Perhitungan Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) sangat nyata

dipengaruhi oleh perlakuan pakan (P<0,01). Pengaruh perlakuan pakan monkey chow

nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pakan B dan pakan A.

Pakan A berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan pakan B. Lebih

jelas dapat dilihat pada Tabel 13 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 10.

Tabel 13. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman (%) Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) Macaca fascicularis

Periode Perlakuan

Pakan A ± SB (KK)

Pakan B ± SB (KK)

Pakan C ± SB (KK)

-------------------------------------- (ρg) -----------------------------------------

4 18,20 ± 0,80 (4,39)c 19,22 ± 1,45 (7,54)b 20,07 ± 1,04 (5,19)a

5 17,43 ± 0,69 (3,98)c 18,12 ± 1,29 (7,12)b 18,85 ± 0,89 (4,71)a

6 18,20 ± 0,87 (4,76)c 19,21 ± 1,42 (7,40)b 19,84 ± 0,93 (4,67)a

7 17,68 ± 0,66 (3,76)c 18,66 ± 1,35 (7,23)b 19,54 ± 0,94 (4,82)a

8 17,59 ± 0,63 (3,57)c 18,59 ± 1,41 (7,57)b 19,42 ± 0,91 (4,67)a

Rataan 17,82 ± 0,73 18,76 ± 1,18 19,54 ± 0,94

Keterangan: Huruf superscrip yang sama pada kolom yang berbeda menunjukkan nilai yang sama.

MCH dipengaruhi kadar hemoglobin dan jumlah sel darah merah. Pakan

monkey chow memiliki MCH lebih tinggi daripada MCH perlakuan pakan formulasi

Page 49: Skripsi Macaca fascicularis

36

sebab jumlah sel darah merah, sebagai faktor pembagi, dari pakan C (monkey chow)

paling rendah jumlahnya daripada jumlah sel darah merah perlakuan pakan lainnya.

Menurut hasil analisis ragam, Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) tidak nyata

(P>0,05) dipengaruhi oleh periode yang tersarang pada perlakuan pakan. Hal ini

dapat dilihat pada grafik, walaupun MCH menunjukkan peningkatan atau penurunan

pada setiap periode, namun keadaan tersebut tidak berarti.

Tabel 13 menunjukkan bahwa MCH perlakuan pakan formulasi lebih rendah

daripada MCH pakan monkey chow yang memiliki rataan sebesar 19,54 ± 0,94 ñg.

Kondisi MCH rendah menunjukkan bahwa rendahnya oksigen yang terikat. Hasil ini

memberi petunjuk bahwa monyet ekor panjang memiliki MCH lebih rendah dari

nilai normal yang berarti cenderung mengalami anemia hypochromic. Periode

obesitas sebelumnya juga menunjukkan bahwa MCV sangat nyata dipengaruhi oleh

perlakuan pakan berenergi tinggi (P<0,01) dan tidak nyata dipengaruhi oleh periode

yang tersarang dalam pakan (P>0,05). Pakan formulasi cenderung mengalami anemia

hypocromic walaupun pakan C berada dalam kisaran yang masih normal (Afiza,

2009).

16

17

18

19

20

21

4 5 6 7 8

Periode (bulan)

MC

H(ρ

g)

Pakan A Pakan B Pakan C

Gambar 10. Grafik Mean Corpuscular Haemoglobin Macaca fascicularis

Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) menunjukkan rata-rata jumlah

oksigen terikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah. MCH yang rendah

mengindikasikan sel darah mengandung hemoglobin yang rendah. Hal ini

disebabkan karena produksi hemoglobin yang kurang. Saat diperiksa di bawah

mikroskop, sel darah terlihat pucat. MCH yang rendah ini disebut anemia

Page 50: Skripsi Macaca fascicularis

37

hypochromic. Anemia hypochromic biasanya disebabkan oleh kekurangan zat besi.

MCH biasanya akan meningkat dalam keadaan anemia macrocytic yang

berhubungan dengan defisiensi vitamin B12 dan asam folat (American Association for

Clinical Chemistry, 2009). Menurut Fortman et al. (2002), MCH normal bagi

Macaca fascicularis sebesar 19,0 ñg hingga 21,0 ñg.

Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)

Berdasarkan analisis ragam monyet ekor panjang (Macaca fascicularis),

didapat hasil bahwa Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) tidak

nyata dipengaruhi oleh perlakuan pakan (P>0,05), namun sangat nyata dipengaruhi

oleh periode yang terserang pada perlakuan pakan. Perlakuan pakan tidak

mempengaruhi MCHC menunjukkan bahwa pakan masih menyebabkan rata-rata

konsentrasi hemoglobin pada setiap darah merah dalam keadaan berimbang. Hal ini

juga disebabkan oleh kadar hemoglobin dan nilai hematokrit yang normal sehingga

keadaan MCHC juga normal. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 11.

Tabel 14. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman (%) Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) Macaca fascicularis

Periode Perlakuan

Pakan A ± SB (KK)

Pakan B ± SB (KK)

Pakan C ± SB (KK)

------------------------------------- (g/dl) ---------------------------------------

4 32,01 ± 0,65 (2,02) 32,54 ± 0,89 (2,72) 32,67 ± 0,73 (2,22)

5 30,82 ± 0,70 (2,25) 30,79 ± 0,76 (2,45) 30,61 ± 0,73 (2,37)

6 32,25 ± 0,73 (2,27) 32,60 ± 1,23 (3,76) 32,24 ± 0,62 (1,92)

7 31,12 ± 0,51 (1,63) 31,57 ± 0,98 (3,09) 31,49 ± 0,56 (1,79)

8 31,00 ± 0,56 (1,79) 31,36 ± 1,08 (3,44) 31,20 ± 0,59 (1,89)

Hasil uji lanjut menyatakan bahwa periode ke-4 dan ke-6 memiliki pengaruh

yang sama. Kedua periode tersebut lebih tinggi berpengruh bila dibandingkan dengan

periode ke-7 dan ke-8. Periode ke-7 dan ke-8 ini memiliki pengaruh yang sama.

Periode ke-5 memiliki pengaruh yang berbeda dan paling rendah daripada periode

lainnya. MCHC pada periode obesitas empat bulan pertama tidak dipengaruhi oleh

Page 51: Skripsi Macaca fascicularis

38

perlakuan pakan dan sangat nyata dipengaruhi oleh periode perlauan pakan. MCHC

masih dalam kisaran normal (Afiza, 2009).

3030313132323333

4 5 6 7 8

Periode (bulan)

MC

HC

(g/d

l)

Pakan A Pakan B Pakan C

Gambar 11. Grafik Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration Macaca fascicularis

Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) merupakan

konsentrasi hemoglobin rata-rata pada setiap sel darah merah. Penurunan nilai

MCHC (hypochromia) terlihat pada kondisi hemoglobin dalam sel darah merah yang

encer. Hal ini dapat terjadi karena anemia defisiensi zat besi dan thalasemia.

Peningkatan nilai MCHC (hyperchromia) terlihat pada kondisi hemoglobin dalam sel

darah merah yang pekat. Hemoglobin yang pekat dalam darah terjadi pada pasien

yang mengalami kebakaran (luka bakar berat), kelainan bawaan spherocytosis

(American Association for Clinical Chemistry, 2009). Menurut Fortman et al.

(2002), MCHC normal bagi Macaca fascicularis sebesar 32,0 g/dl hingga 35,0 g/dl.

Diferensiasi Sel Darah Putih

Darah putih idientik dengan sistem pertahanan tubuh. Umumnya sel darah

putih berfungsi untuk mengatasi serangan benda asing yang masuk ke dalam tubuh

misalnya serangan virus, alergen, bakteri, mikroorganisme, parasit dan jamur. Sel

darah putih itu sendiri terbagi atas lima tipe dasar yaitu eosinofil, basofil, neutrofil,

monosit dan limfosit. Fungsi dari masing-masing jenis sel berbeda namun ada yang

berfungsi hampir sama. Pemberian pakan berenergi tinggi diharapkan tidak

mengganggu kesehatan tubuh monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Gangguan

kesehatan ini dapat diketahui melalui perhitungan jumlah diferensiasi sel darah putih.

Page 52: Skripsi Macaca fascicularis

39

Periode empat bulan pertama menunjukkan bahwa diferensiasi sel darah putih

monyet ekor panjang tidak nyata dipengaruhi oleh perlakuan pakan maupun periode

yang tersarang dalam pakan (P<0,01). Terjadi peningkatan dan penurunan nilai

namun masih dalam kisaran yang dapat ditoleransi sehingga tidak menyebabkan

gangguan fisilogis (Afiza, 2009).

Jumlah Neutrofil

Berdasarkan analisis ragam, jumlah neutrofil tidak dipengaruhi oleh

perlakuan pakan maupun periode yang tersarang pada perlakuan pakan (P>0,05).

Tabel 15 menunjukkan rataan, simpangan baku dan nilai koefisien keragaman dari

jumlah neutrofil. Jumlah neutrofil yang sama dapat mengartikan bahwa pemberian

pakan berenergi tinggi ataupun periodenya tidak mengganggu keadaan kesehatan

monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Tabel 15. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman Jumlah Neutrofil Macaca fascicularis

Periode Perlakuan

Pakan A ± SB (KK)

Pakan B ± SB (KK)

Pakan C ± SB (KK)

--------------------------------------- (%) -----------------------------------------

4 46,60 ± 7,70 (16,52) 46,00 ± 13,95 (30,32) 42,20 ± 12,70 (24,99)

5 46,60 ± 7,13 (15,29) 46,20 ± 18,70 (40,48) 36,00 ± 13,10 (36,38)

6 48,20 ± 4,82 (9,99) 50,80 ± 16,72 (32,92) 43,00 ± 15,39 (35,80)

7 37,20 ± 9,42 (25,32) 46,00 ± 13,98 (30,40) 37,00 ± 14,11 (38,13)

8 39,20 ± 3,42 (8,73) 39,80 ± 14,60 (36,69) 42,60 ± 22,80 (53,60)

Rataan 43,56 ± 6,50 45,76 ± 15,57 40,16 ± 15,62

Gambar 12 menunjukkan bahwa jumlah neutrofil terjadi peningkatan dan

penurunan yang tidak berbeda dan masih dalam kisaran normal 40,16 ± 15,62 %. Hal

ini menunjukkan bahwa monyet ekor panjang dalam keadaan sehat dan tidak

terserang bakteri. Jumlah neutrofil normal yaitu antara 35% hingga 61% (Fortman et

al., 2002). Jumlah neutrofil paling banyak dari total sel darah putih yaitu berkisar

antara 50% hingga 70% dan mudah dikenali dengan adanya nukleus bersegmen tiga

atau lima di dalam sitoplasmanya (Silverthorn dan Pearson, 2009).

Page 53: Skripsi Macaca fascicularis

40

30

35

40

45

50

55

4 5 6 7 8

Periode (bulan)

Jum

lah

Neu

trof

il(%

)

Pakan A Pakan B Pakan C

Gambar 12. Grafik Jumlah Neutrofil Macaca fascicularis

Koefisien keragaman yang tinggi dapat mengartikan bahwa antar individu

monyet ekor panjang yang menerima perlakuan pakan yang sama belum tentu

memiliki respon yang sama terhadap pakan tersebut. Jumlah neutrofil yang dimiliki

antar individu tidak seragam, juga dapat menyatakan bahwa monyet ekor panjang

adalah hewan yang memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap bakteri atau benda

asing yang masuk ke dalam tubuh.

Neutrofil merupakan salah satu tipe dari sel darah putih yang memiliki

peranan penting dalam melindungi tubuh guna melawan penyakit dan infeksi.

Neutrofil dikenal sebagai garis pertahanan pertama yang bekerja sangat cepat bila

terdapat mikroorganisme asing atau agen penyakit yang masuk ke dalam tubuh.

Neutrofil memiliki kemampuan ke luar dari sirkulasi darah menuju jaringan tempat

terjadinya infeksi sebagai respon terhadap infeksi tersebut melalui proses fagositosis

dan membersihkan sisa jaringan yang rusak (Guyton dan Hall, 2007). Sebagai efek

dari fagositosis bakteri dan pertikel asing tersebut, neutrofil melepaskan sitokinin

yang dapat menyebabkan tubuh membengkak serta terasa panas (Silverthorn dan

Pearson, 2009).

Jumlah Eosinofil

Berdasarkan analisis ragam, jumlah eosinofil tidak dipengaruhi oleh

perlakuan pakan maupun periode yang tersarang pada perlakuan pakan (P>0,05).

Tabel 16 menunjukkan rataan, simpangan baku dan nilai koefisien keragaman dari

jumlah eosinofil. Jumlah eosinofil yang sama dapat mengartikan bahwa pemberian

Page 54: Skripsi Macaca fascicularis

41

pakan berenergi tinggi ataupun periodenya tidak mengganggu keadaan kesehatan

monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Gambar 13 menunjukkan bahwa jumlah eosinofil terjadi peningkatan dan

penurunan yang tidak berbeda dan masih dalam kisaran normal 2,24 ± 1,69 %. Hal

ini menunjukkan bahwa monyet ekor panjang dalam keadaan sehat dan tidak

terserang parasit serta pakan tidak mengandung bahan alergen. Jumlah eosinofil

normal yaitu antara 1,3% hingga 9,1% (Fortman et al., 2002).

Tabel 16. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman Jumlah Eosinofil Macaca fascicularis

Periode Perlakuan

Pakan A ± SB (KK)

Pakan B ± SB (KK)

Pakan C ± SB (KK)

--------------------------------------- (%) ----------------------------------------

4 3,20 ± 1,79 (55,90) 2,60 ± 1,67 (64,36) 2,80 ± 1,79 (63,89)

5 2,60 ± 1,95 (74,98) 3,60 ± 2,19 (60,86) 1,40 ± 0,89 (63,89)

6 2,80 ± 1,92 (68,70) 1,40 ± 1,52 (108,33) 2,40 ± 1,52 (63,19)

7 3,80 ± 2,05 (53,93) 3,40 ± 2,88 (84,73) 1,40 ± 1,67 (119,52)

8 5,00 ± 2,35 (46,90) 3,20 ± 1,79 (55,90) 3,20 ± 2,59 (80,89)

Rataan 3,48 ± 2,01 2,84 ± 2,01 2,24 ± 1,69

0123456

4 5 6 7 8

Periode (bulan)

Jum

lah

Eos

inof

il(%

)

Pakan A Pakan B Pakan C

Gambar 13. Grafik Jumlah Eosinofil Macaca fascicularis

Koefisien keragaman yang tinggi dapat mengartikan bahwa antar individu

monyet ekor panjang yang menerima perlakuan pakan yang sama belum tentu

memiliki respon yang sama terhadap pakan tersebut. Jumlah eosinofil yang dimiliki

Page 55: Skripsi Macaca fascicularis

42

antar individu tidak seragam, juga dapat menyatakan bahwa monyet ekor panjang

adalah hewan yang memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap parasit atau bahan

alergen.

Eosinofil adalah tipe sel darah putih yang memiliki granula merah muda

terang di dalam sitoplasmanya. Eosinofil berfungsi untuk melawan parasit dan

mengatasi reaksi alergen. Eosinofil banyak ditemukan pada saluran pencernaan,

paru-paru, seluran reproduksi dan saluran urin, jaringan ikat kulit atau lokasi lain

tergantung dari serangan parasit. Eosinofil jarang terdapat pada sirkulasi darah yaitu

hanya 1% hingga 3% dari total sel darah putih (Silverthorn dan Pearson, 2009).

Eosinofil mempunyai kecenderungan untuk berkumpul dalam jaringan yang

mengalami reaksi alergik, juga memfagositosis dan menghancurkan kompleks

antibodi-alergen sehingga mencegah penyebaran proses peradangan setempat

(Guyton dan Hall, 2007).

Jumlah Basofil

Berdasarkan perhitungan jumlah basofil selama penelitian, tidak ditemukan

adanya basofil. Hal ini mengartikan bahwa pemberian pakan berenergi tinggi tidak

mengganggu keadaan kesehatan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Basofil

sangat jarang ditemukan di darah yaitu 0% hingga 0,2% dari total sel darah putih

(Fortman et al., 2002).

Basofil dibentuk di sumsum tulang merah dan kemampuan fagositiknya

hampir tidak ada. Peningkatan jumlah basofil merupakan indikasi adanya peradangan

akut yang menyebabkan reaksi hipersensitivitas dan adanya infeksi saluran

pernafasan dan kerusakan jaringan yang hebat (Tizard, 1982). Basofil melepaskan

bahan kimia yang menyebabkan peradangan. Granula dari sel ini mengandung

histamin, heparin (adalah antikoagulan yang mencegah pembekuan darah), sitokinin

dan bahan kimia lain yang berperan mengatasi alergi dan sebagai respon imun

(Silverthorn dan Pearson, 2009).

Jumlah Limfosit

Berdasarkan analisis ragam, jumlah limfosit tidak dipengaruhi oleh perlakuan

pakan maupun periode yang tersarang pada perlakuan pakan (P>0,05). Tabel 17

menunjukkan rataan, simpangan baku dan nilai koefisien keragaman dari jumlah

limfosit. Jumlah limfosit yang tidak berbeda dapat mengartikan bahwa pemberian

Page 56: Skripsi Macaca fascicularis

43

pakan berenergi tinggi ataupun periodenya tidak mengganggu keadaan kesehatan

monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Gambar 14 menunjukkan bahwa jumlah limfosit terjadi peningkatan dan

penurunan yang tidak berbeda dan masih dalam kisaran normal 56,56 ± 14,70 %. Hal

ini menunjukkan bahwa monyet ekor panjang dalam keadaan sehat dan memiliki

sistem imun yang baik. Jumlah limfosit normal yaitu antara 34% hingga 56%

(Fortman et al., 2002).

Tabel 17. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman Jumlah Limfosit Macaca fascicularis

Periode Perlakuan

Pakan A ± SB (KK)

Pakan B ± SB (KK)

Pakan C ± SB (KK)

--------------------------------------- (%) -------------------------------------------

4 49,60 ± 8,88 (17,90) 49,80 ± 11,48 (23,04) 53,60 ± 12,76 (23,80)

5 49,20 ± 8,17 (16,60) 48,80 ± 19,25 (39,45) 61,40 ± 13,13 (21,38)

6 48,40 ± 3,85 (7,95) 47,80 ± 17,24 (36,07) 53,00 ± 13,82 (26,08)

7 58,60 ± 10,43 (17,80) 49,80 ± 14,24 (28,59) 61,20 ± 13,29 (21,72)

8 55,40 ± 4,56 (8,23) 56,20 ± 12,79 (22,77) 53,60 ± 20,50 (38,25)

Rataan 52,24 ± 7,18 50,48 ± 15,00 56,56 ± 14,70

3035404550556065

4 5 6 7 8

Periode (bulan)

Jum

lah

Lim

fosit

(%)

Pakan A Pakan B Pakan C

Gambar 14. Grafik Jumlah Limfosit Macaca fascicularis

Koefisien keragaman yang tinggi dapat mengartikan bahwa antar individu

monyet ekor panjang yang menerima perlakuan pakan yang sama belum tentu

Page 57: Skripsi Macaca fascicularis

44

memiliki respon yang sama terhadap pakan tersebut. Jumlah limfosit yang dimiliki

antar individu tidak seragam, juga dapat menyatakan bahwa monyet ekor panjang

adalah hewan yang memiliki sensitivitas yang tinggi dalam melindungi tubuh dari

serangan penyakit.

Limfosit merupakan kunci dari respon imun tubuh dan hanya terdapat 5%

ditemukan di dalam sirkulasi darah, namun berjumlah 20% hingga 35% dari total sel

darah putih. Walaupun memiliki bentuk yang mirip satu dengan yang lain, namun

masing-masing memiliki fungsi dan spesifikasi yang banyak (Silverthorn dan

Pearson, 2009). Tizard (1982), menyatakan bahwa limfosit mempuyai fungsi

kompleks dengan fungsi utama yaitu memproduksi antibodi atau sebagai sel efektor

khusus dalam merespon antigen yang melekat pada makrofage. Limfosit berperan

penting dalam sistem imun.

Jumlah Monosit

Berdasarkan analisis ragam, jumlah monosit tidak dipengaruhi oleh perlakuan

pakan (P>0,05), namun nyata dipengaruhi oleh periode yang tersarang pada

perlakuan pakan (P<0,05). Pakan pada periode ke-4 dan ke-5 memiliki pengaruh

yang sama. Pada kedua periode tersebut berbeda lebih tinggi berpengaruh daripada

pada periode ke-6, ke-7 dan ke-8. Periode ke-5, ke-6, ke-7 dan ke-8 memiliki

pengaruh yang sama. Tabel 18 menunjukkan rataan, simpangan baku dan nilai

koefisien keragaman dari jumlah monosit. Jumlah monosit yang sama dapat

mengartikan bahwa pemberian pakan berenergi tinggi tidak mengganggu keadaan

kesehatan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Tabel 18. Rataan, Simpangan Baku dan Nilai Koefisien Keragaman Jumlah Monosit Macaca fascicularis

Periode Perlakuan

Pakan A ± SB (KK)

Pakan B ± SB (KK)

Pakan C ± SB (KK)

----------------------------------------- (%) ---------------------------------------

4 0,60 ± 0,55 (91,29) 1,40 ± 1,34 (95,83) 1,20 ± 1,10 (91,29)

5 1,60 ± 1,14 (71,26) 1,40 ± 1,34 (95,83) 1,20 ± 0,84 (69,72)

6 0,80 ± 1,30 (162,98) 0 1,60 ± 1,34 (83,85)

7 0,40 ± 0,89 (223,66) 0,80 ± 1,10 (136,93) 0,20 ± 0,45 (223,61)

8 0,40 ± 0,55 (136,93) 0,80 ± 0,84 (104,58) 0,60 ± 0,89 (149,07)

Page 58: Skripsi Macaca fascicularis

45

Gambar 15 menunjukkan naik dan turunnya jumlah monosit dari setiap

periode. Jumlah monosit tersebut masih dalam kisaran normal menunjukkan pakan

tidak mengandung bakteri. Kisaran normal perhitungan monosit adalah 0,4% hingga

3,0% (Fortman et al., 2002). Koefisien keragaman tinggi menunjukkan bahwa respon

individu yang beragam walaupun mendapat perlakuan yang sama. Jumlah monosit

saat pengukuran berbeda-beda antar individu sebab kondisi kesehatan yang antar

individu tidak seragam, juga dapat menyatakan bahwa monyet ekor panjang adalah

hewan yang memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap bakteri.

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

4 5 6 7 8

Periode (bulan)

Jum

lah

Mon

osit

(%)

Pakan A Pakan B Pakan C

Gambar 15. Grafik Jumlah Monosit Macaca fascicularis

Monosit adalah prekursor sel dari jaringan makrofage. Monosit tidak banyak

terdapat di dalam darah yaitu antara 1% hingga 6% dari total sel darah putih. Waktu

hidupnya hanya 8 jam dan selama hidupnya tersebut dapat menelan lebih dari 100

bakteri, sel darah merah dan neutrofil yang telah mati (Silverthorn dan Pearson,

2009).

Hubungan Antar Sifat

Korelasi adalah suatu ukuran derajat bervariasinya dua peubah atau lebih

secara bersama-sama atau ukuran keeratan hubungan linier antara dua peubah atau

lebih. Besaran dari koefisien korelasi tidak menggambarkan hubungan sebab akibat

antara dua peubah atau lebih tetapi semata-mata menggambarkan keterkaitan linier

antar peubah (Mattjik dan Sumertajaya, 2002).

Tabel 19 yang memperlihatkan nilai korelasi hematologi darah monyet ekor

panjang pada pengukuran periode ke-4 memiliki nilai korelasi yang berbeda pada

Page 59: Skripsi Macaca fascicularis

46

periode lainnya. Pada periode ke-4 jumlah sel darah merah memiliki hubungan erat

dengan kadar hemoglobin (P<0,05) dan berhubungan sangat erat dengan nilai

hematokrit (P<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan jumlah sel darah merah

dapat mempengaruhi konsentrasi hemoglobin dan nilai hematokrit. Hubungan sangat

erat juga terjadi antara nilai hematokrit dengan konsentrasi hemoglobin (P<0,01).

Hubungan antara ketiganya saling mempengaruhi berbanding lurus

Tabel 19. Nilai Korelasi dan Nilai-P Hematologi Darah Monyet Ekor Panjang pada Pengukuran Periode ke-4

Peubah Jmlh SDM

Kadar Hb

Nilai Hema

MCV MCH MCHC Jmlh Neutro

Jmlh Eosin

Jmlh Limfo

Kadar Hemoglobin

0,56*

0,03

Nilai Hematokrit

0,72** 0,00

0,96** 0,00

MCV -0,43 0,11

0,48 0,07

0,31 0,26

MCH -0,34 0,22

0,59*

0,02 0,39 0,15

0,97**

0,00

MCHC -0,09 0,75

0,69**

0,00 0,48 0,07

0,74**

0,00 0,87**

0,00

Jumlah Neutrofil

0,12 0,68

0,27 0,33

0,18 0,53

0,04 0,90

0,16 0,56

0,41 0,13

Jumlah Eosinofil

0,10 0,71

0,34 0,22

0,36 0,19

0,33 0,23

0,28 0,31

0,13 0,66

-0,08 0,77

Jumlah Limfosit

-0,03 0,92

-0,10 0,73

-0,03 0,93

0,04 0,90

-0,05 0,86

-0,23 0,41

-0,89** 0,00

0,06 0,83

Jumlah Monosit

-0,37 0,18

-0,51 0,06

-0,47 0,08

-0,08 0,77

-0,19 0,49

-0,39 0,16

-0,39 0,15

-0,13 0,64

0,27 0,33

Keterangan : * = nyata ** = sangat nyata

Terdapat hubungan erat antara kadar hemoglobin dengan MCH (P<0,05)dan

hubungan sangat erat dengan MCHC (P<0,01). Sebab kadar hemoglobin merupakan

faktor yang digunakan dalam menghitung MCH dan MCHC. Antara MCV, MCH

dan MCHC memiliki hubungan yang sangat erat positif antara ketiganya (P<0,01).

Hubungan negatif juga terjadi antara jumlah neutrofil dengan jumlah limfosit yang

memiliki hubungan sangat erat (P<0,01). Nilai negatif mengartikan bahwa hubungan

kedua peubah ini berbanding terbalik.

Tabel 20 menunjukkan nilai yang berbeda dengan Tabel 19. Hubungan

keeratan di antara kedua periode juga berubah. Hal ini menunjukkan pada setiap

Page 60: Skripsi Macaca fascicularis

47

periode terjadi perubahan kondisi profil darah. Pada periode ke-5 ini hubungan

jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit sangat erat (P<0,01).

Hubungan antara kadar hemoglobin dengan MCHC menjadi tidak erat seperti pada

periode sebelumnya. Kadar hemoglobin tetap berhubungan erat dengan MCH

(P<0,05).

Tabel 20. Nilai Korelasi dan Nilai-P Hematologi Darah Monyet Ekor Panjang pada Pengukuran Periode ke-5

Peubah Jmlh SDM

Kadar Hb

Nilai Hema

MCV MCH MCHC Jmlh Neutro

Jmlh Eosin

Jmlh Limfo

Kadar Hemoglobin

0,67**

0,00

Nilai Hematokrit

0,73** 0,00

0,96**

0,00

MCV -0,29 0,30

0,47 0,08

0,44 0,10

MCH -0,23 0,42

0,57*

0,03 0,46 0,09

0,94**

0,00

MCHC 0,02 0,93

0,46 0,08

0,21 0,45

0,25 0,38

0,57* 0,03

Jumlah Neutrofil

-0,05 0,86

0,28 0,36

0,12 0,68

0,21 0,45

0,39 0,15

0,57*

0,03

Jumlah Eosinofil

0,18 0,52

-0,14 0,61

-0,15 0,60

-0,44 0,10

-0,39 0,15

-0,05 0,85

0,09 0,74

Jumlah Limfosit

-0,00 0,99

-0,25 0,38

-0,11 0,69

-0,14 0,62

-0,32 0,25

-0,53* 0,04

-0,99** 0,00

-0,21 0,45

Jumlah Monosit

0,22 0,43

0,05 0,86

0,08 0,78

-0,19 0,50

-0,19 0,51

-0,06 0,82

0,13 0,64

0,03 0,93

-0,22 0,42

Keterangan : * = nyata ** = sangat nyata

Periode ke-5 memiliki jumlah sel darah merah yang lebih tinggi daripada

periode lainnya sehingga perhitungan yang berkaitan dengan sel darah merah

memiliki hubungan yang melemah keeratannya. Hubungan antara MCV dengan

MCHC menjadi tidak erat (P>0,05). Hubungan keeratan MCH dengan MCHC juga

menjadi lemah.

Terjadi hubungan erat positif antara MCHC dengan jumlah neutrofil dan

hubungan erat negatif dengan jumlah limfosit. Hubungan jumlah neutrofil dengan

jumlah limfosit negatif sangat erat. Hubungan negatif ini mengartikan terjadi

hubungan berbanding terbalik. Perbedaan nilai korelasi antar periode dapat terjadi

Page 61: Skripsi Macaca fascicularis

48

berhubungan dengan tingkat kesehatan atau tingkat cekaman yang dimiliki pada

periode tersebut.

Jumlah sel darah merah akan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin sebab

hemoglobin adalah pigmen dari sel darah merah. Rastogi (1977) menyatakan bahwa

warna merah pada darah disebabkan adanya hemoglobin. Jumlah sel darah merah

juga mempengaruhi nilai hematokrit sebab hematokrit menunjukkan berapa banyak

ruang di dalam darah. Hubungan keeratan dari ketiga peubah ini wajar terjadi dan

dapat digunakan sebagai indikator kesehatan.

Perbedaan erat dan tidaknya peubah juga terjadi pada periode ke-6. Pada

Tabel 21 menampilkan bahwa banyak hubungan yang melemah keeratannya.

Terjalin beberapa hubungan lainnya yaitu hubungan erat antara jumlah sel darah

merah dengan monosit, hubungan erat antara kadar hemoglobin dengan neutrofil dan

hubungan erat negatif dengan limfosit, hubungan erat antara nilai hematokrit dengan

neutrofil dan hubungan erat negatif dengan limfosit. Hal ini menunjukkan bahwa

konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit, limfosit dan neutrofil saling

mempengaruhi satu dengan lainnya pada periode ke-6.

Menurut Cunningham (2002), hematokrit mempengaruhi viskositas darah.

Penyimpangan dari nilai hematokrit berpengaruh penting terhadap kemampuan darah

untuk membawa oksigen semakin besar persentase sel dalam darah (hematokrit)

akan semakin besar gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah dan gesekan

ini membentuk viskositas (Guyton dan Hall, 2007).

Periode ini memperlihatkan bahwa jumlah sel darah merah tidak berkorelasi

dengan kadar hemoglobin, namun tetap berhubungan erat dengan nilai hematokrit.

Hubungan sangat erat juga masih diperlihatkan antara konsentrasi hemoglobin

dengan nilai hematokrit dan hubungan negatif sangat erat anrata neutrofil dengan

limfosit. Terjalinnya hubungan-hubungan antara peubah pada periode ke enam

berkaitan dengan kondisi monyet saat itu. Periode ke enam memiliki variasi rataan

yang paling terlihat daripada periode lainnya. Berkaitan dengan menejemen saat

penelitian berlangsung, periode ke enam adalah periode dimana terjadi pergantian

peneliti secara penuh. Monyet mengalami cekaman akibat perbedaan penanganan,

walaupun telah diusahakan agar dalam kondisi yang seragam.

Page 62: Skripsi Macaca fascicularis

49

Tabel 21. Nilai Korelasi dan Nilai-P Hematologi Darah Monyet Ekor Panjang pada Pengukuran Periode ke-6

Peubah Jmlh SDM

Kadar Hb

Nilai Hema

MCV MCH MCHC Jmlh Neutro

Jmlh Eosin

Jmlh Limfo

Kadar Hemoglobin

0,46 0,08

Nilai Hematokrit

0,60* 0,02

0,93**

0,00

MCV -0,40 0,14

0,55* 0,03

0,49 0,07

MCH -0,38 0,16

0,64* 0,01

0,44 0,10

0,92**

0,00

MCHC -0,17 0,55

0,50 0,06

0,13 0,64

0,33 0,23

0,66*

0,01

Jumlah Neutrofil

0,40 0,14

0,58*

0,02 0,60*

0,02 0,22 0,42

0,23 0,41

0,12 0,67

Jumlah Eosinofil

-0,20 0,47

-0,27 0,34

-0,34 0,22

-0,16 0,57

-0,11 0,71

0,06 0,84

-0,26 0,36

Jumlah Limfosit

-0,34 0,21

-0,55*

0,04 -0,55*

0,03 -0,23 0,41

-0,25 0,38

-0,15 0,60

-0,98**

0,00 0,09 0,75

Jumlah Monosit

-0,60*

0,02 -0,43 0,12

-0,48 0,07

0,12 0,68

0,08 0,79

-0,03 0,92

-0,41 0,13

0,50 0,06

0,25 0,37

Keterangan : * = nyata ** = sangat nyata

Tabel 22 memperlihatkan hubungan dari beberapa peubah tidak erat seperti

pada periode sebelumnya. Korelasi yang masih terjalin yaitu jumlah sel darah merah,

kadar hemoglobin dan nilai hematokrit, serta hubungan antara neutrofil dengan

limfosit. Hubungan erat antara kadar hemoglobin dengan MCHC kembali terjalin.

Terdapat pula hubungan sangat erat antara MCV, MCH dan MCHC. Hematokrit

adalah angka yang menunjukkan persentasi sel darah terhadap cairan darah. Bila

terjadi perembesan cairan atau plasma darah dan keluar dari pembuluh darah

sementara bagian selnya tetap dalam pembuluh darah akan terjadi peningkatan

hematokrit. Jadi berkurangnya cairan membuat persentase sel darah terhadap

cairannya naik sehingga kadar hematokritnya juga meningkat (Tumbelaka, 2005).

Jumlah sel darah merah erat hubungannya dengan kadar hemoglobin dan

sangat erat dengan nilai hematokrit. Kadar hemoglobin sangat erat hubungannya

dengan nilai hematokrit. Hubungan negatif sangat erat terjalin antara jumlah neutrofil

dengan limfosit. Erat atau tidak eratnya hubungan tergantung pada periode. Hal ini

menggambarkan bahwa kondisi monyet ekor panjang setiap periodenya berbeda.

Page 63: Skripsi Macaca fascicularis

50

Tabel 22. Nilai Korelasi dan Nilai-P Hematologi Darah Monyet Ekor Panjang pada Pengukuran Periode ke-7

Peubah Jmlh SDM

Kadar Hb

Nilai Hema

MCV MCH MCHC Jmlh Neutro

Jmlh Eosin

Jmlh Limfo

Kadar Hemoglobin

0,58*

0,02

Nilai Hematokrit

0,74**

0,00 0,96**

0,00

MCV -0,49 0,06

0,39 0,15

0,23 0,42

MCH -0,43 0,11

0,49 0,07

0,28 0,32

0,97**

0,00

MCHC -0,19 0,51

0,56*

0,03 0,30 0,28

0,63**

0,01 0,81**

0,00

Jumlah Neutrofil

0,12 0,66

0,24 0,38

0,19 0,49

0,08 0,78

0,15 0,58

0,26 0,34

Jumlah Eosinofil

0,10 0,71

-0,20 0,49

-0,21 0,44

-0,43 0,11

-0,34 0,21

-0,04 0,88

0,03 0,91

Jumlah Limfosit

-0,16 0,57

-0,23 0,41

-0,18 0,53

-0,00 0,10

-0,09 0,75

-0,26 0,35

-0,99**

0,00 -0,18 0,53

Jumlah Monosit

0,13 0,63

-0,07 0,79

-0,05 0,87

-0,26 0,36

-0,24 0,40

-0,12 0,67

-0,25 0,37

-0,30 0,28

0,26 0,35

Keterangan : * = nyata ** = sangat nyata

Peningkatan nilai MCHC (hyperchromia) terlihat pada kondisi hemoglobin

dalam sel darah merah yang pekat. Hemoglobin yang pekat dalam darah terjadi pada

pasien yang mengalami kebakaran (luka bakar berat), kelainan bawaan

spherocytosis. MCHC dapat turun saat nilai MCV turun, sedangkan peningkatannya

terbatas hanya sampai pada jumlah hemoglobin yang layak dalam kapasitas tampung

sebuah sel darah merah (American Association for Clinical Chemistry, 2009).

Tabel 23 memperlihatkan nilai korelasi pada periode ke-8. Terjalin banyak

hubungan pada periode selain jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai

hematokrit, serta neutrofil dan limfosit. Pada periode ini terdapat hubungan negatif

sangat erat antara eosinofil dengan kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan jumlah

neutrofil. Hubungan eosinofil ini juga terjalin erat dengan jumlah limfosit. Hal ini

menunjukkan bahwa eosinofil, neutrofil dan limfosit juga saling mempengaruhi satu

dengan lainnya dalam melindungi tubuh.

Page 64: Skripsi Macaca fascicularis

51

Tabel 23. Nilai Korelasi dan Nilai-P Hematologi Darah Monyet Ekor Panjang pada Pengukuran Periode ke-8

Peubah Jmlh SDM

Kadar Hb

Nilai Hema

MCV MCH MCHC Jmlh Neutro

Jmlh Eosin

Jmlh Limfo

Kadar Hemoglobin

0,52 0,05

Nilai Hematokrit

0,65*

0,01 0,95**

0,00

MCV -0,37 0,18

0,56*

0,03 0,47 0,08

MCH -0,34 0,22

0,63*

0,01 0,46 0,09

0,95**

0,00

MCHC -0,15 0,60

0,53*

0,04 0,24 0,39

0,46 0,09

0,71**

0,00

Jumlah Neutrofil

0,28 0,31

0,59*

0,02 0,50 0,06

0,27 0,33

0,39 0,16

0,47 0,08

Jumlah Eosinofil

-0,32 0,24

-0,74**

0,00 -0,73**

0,00 -0,51 0,05

-0,52 0,05

-0,32 0,24

-0,77**

0,00

Jumlah Limfosit

-0,24 0,38

-0,51 0,05

-0,41 0,13

-0,20 0,47

-0,33 0,23

-0,47 0,08

-0,99**

0,00 0,68*

0,01

Jumlah Monosit

-0,29 0,29

-0,27 0,33

-0,33 0,24

-0,07 0,81

-0,05 0,87

0,04 0,90

-0,10 0,72

0,14 0,61

0,01 0,98

Keterangan : * = nyata ** = sangat nyata

Hubungan antar peubah berbeda-beda setiap periodenya, hal ini menunjukkan

bahwa antar peubah memiliki hubungan yang belum pasti terjalin. Jumlah sel darah

merah, konsentrasi hemoglobin dan nilai hematokrit saling mempengaruhi satu sama

lain. Hubungan neutrofil dan limfosit saling berbanding terbalik, sedangkan

hubungan neutrofil dan eosinofil saling berbanding lurus. Hal ini dapat

menggambarkan bahwa bila neutrofil meningkat, maka eosinofil meningkat tetapi

limfosit rendah. Neutrofil merupakan fagosit bakteri yang sangat aktif dan terdapat

banyak pada luka. Sayangnya sel ini tidak memiliki kemampuan untuk memulihkan

lisosom yang digunakan untuk memakan mikroba sehingga akan mati setelah

memakan beberapa bakteri. Eosinofil menyerang parasit dan fagosit kompleks

antigen-antibodi. Sedangkan fungsi utama dari limfosit adalah menghasilkan

antibodi.

Bahasan Umum

Keadaan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) lebih banyak

dipengaruhi oleh perlakuan pakan formulasi yang berbahan dasar lemak sapi dan

Page 65: Skripsi Macaca fascicularis

52

kuning telur (pakan B). Pakan B lebih banyak dikonsumsi dan memiliki nutrisi yang

bersumber dari kuning telur yang baik bagi pembentukan darah sehingga lebih

banyak mempengaruhi kondisi darah. Akibat konsumsi yang baik, maka bobot badan

juga lebih tinggi dipengaruhi oleh perlakuan pakan B.

Konsumsi yang lebih tinggi pada kelompok pakan B dapat menyebabkan

peningkatan bobot badan pada kelompok pakan B lebih besar dari pada dua

perlakuan lainnya, walaupun secara angka kandungan energi pakan A dan pakan C

(monkey chow) lebih tinggi dari pakan B. Sumber energi pakan C berasal dari

protein, sehingga secara metabolisme kurang efisien bila dijadikan sumber energi

tubuh. Oleh sebab itu kelompok pakan C menghasilkan bobot badan yang lebih

rendah jika dibandingkan dengan kelompok pakan B (Oktarina, 2009).

Bobot badan dipengaruhi oleh perlakuan pakan B. Hal ini karena pakan B

terkandung kuning telur yang dapat meningkatkan rasa gurih pada pakan sehingga

monyet yang diberi pakan B lebih banyak mengkonsumsi pakan (Caraka I, 2008).

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang mendapat pakan perlakuan dengan

bahan dasar lemak sapi dan kuning telur (pakan B) pada periode obesitas empat

bulan kedua diidentifikasi mengalami pra-obes berdasarkan pengelompokan Body

Mass Index (BMI) Asia (pada manusia) dengan rataan BMI 24,85 kg/m2 (Ningsih,

2009).

Darah sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, ras (breed), emosi, serta

latihan yang berlebihan. Jika tubuh hewan mengalami perubahan fisiologis, maka

gambaran darah juga akan mengalami perubahan. Perubahan fisiologis ini dapat

disebabkan karena faktor internal seperti pertambahan umur, keadaan gizi, latihan,

kesehatan, stres, proses produksi darah, kebuntingan, dan suhu tubuh. Perubahan

eksternal antara lain infeksi kuman penyakit, fraktura, dan perubahan suhu

lingkungan (Guyton dan Hall, 2007).

Tabel 24 menyatakan bahwa pakan A dapat menyebabkan penurunan peubah

hematologi kecuali jumlah eosinofil dan jumlah limfosit. Pakan B dapat

menyebabkan penurunan peubah hematologi kecuali MCV, jumlah eosinofil dan

jumlah limfosit. Pakan B dapat menyebabkan penurunan peubah hematologi kecuali

MCV, jumlah neutrofil, jumlah eosinofil dan jumlah limfosit. Hal ini berarti pakan B

memiliki pengaruh yang sama dengan pakan C. Pakan A adalah pakan yang paling

Page 66: Skripsi Macaca fascicularis

53

banyak mempengaruhi terjadi penurunan nilai dari peubah hematologi. Pernyataan

ini sesuai dengan periode obesitas pada empat bulan pertama didapat bahwa pakan B

cenderung sama pengaruhnya dengan pakan B. Pakan C dan pakan B cenderung

meningkatkan peubah hematologi (Afiza, 2009).

Tabel 24. Perubahan Nilai Hematologi pada Periode Obesitas Empat Bulan Kedua

No. Peubah (Satuan) Perubahan Persentase (%)

Pakan A Pakan B Pakan C Pakan A Pakan B Pakan C

1. Jumlah sel darah merah (× 106/ml) -0,28** -0,60** -0,33** -4,19 -8,40 -5,12

2. Kadar Hemoglobin (g/dl)

-0,92** -1,52** -1,06** -7,55 -11,13 -8,19

3. Nilai Hematokrit (%)

-1,70** -3,28** -1,52** -4,47 -7,81 -3,84

4. Mean Corpuscular Volume (fl)

-0,10 0,22 0,82 -0,18 0,37 1,34

5. Mean Corpuscular Hemaglobin (ρg)

-0,61 -0,63 -0,65 -3,35 -3,28 -3,30

6. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (g/dl)

-1,01** -1,18** -1,47** -3,16 -3,63 -4,50

7. Jumlah Neutrofil (%)

-7,40 -6,20 0,40 -15,88 -13,48 0,95

8. Jumlah Eosinofil (%)

1,80 0,60 0,40 56,25 23,08 14,29

9. Jumlah Limfosit (%)

5,80 6,40 0 11,69 12,85 0

10. Jumlah Monosit (%)

-0,20* -0,60* -1,00* -33,33 -42,86 -83,33

Keterangan: * = nyata ** = sangat nyata

Keadaan fisik monyet ekor panjang yang diberi pakan berenergi tinggi

mengalami perubahan bagian-bagian tubuh yang menjadi tanda didepositkannya

lemak tubuh. Perubahan yang terjadi yaitu pada lingkar pinggul, lingkar pinggang,

lingkar dada, tebal lipatan kulit punggung, serta tebal lipatan kulit perut (Caraka I,

Page 67: Skripsi Macaca fascicularis

54

2008 dan Ningsih, 2009). Pemberian perlakuan pakan formulasi A dan B

memungkinkan terjadinya obesitas pada monyet ekor panjang jika diberikan dalam

jangka waktu lebih lama. (Caraka I, 2008), sedangkan menurut Ningsih (2009)

proses obesitas pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) selama penelitian

empat bulan kedua dapat terjadi jika mengkonsumsi perlakuan pakan B dengan

jangka waktu yang lebih lama.

Akibat kandungan nutrisi pakan yang melebihi kebutuhan hidupnya, maka

tubuh monyet ekor panjang dengan sendirinya akan mengurangi jumlah konsumsi.

Hal ini dilakukan untuk menjaga homeostasis tubuh. Homeostasis merujuk pada

ketahanan atau mekanisme pengaturan lingkungan kesetimbangan dinamis dalam

(badan organisme) yang konstan. Homeostasis merupakan salah satu konsep yang

paling penting dalam biologi. Bidang fisiologi dapat mengklasifkasikan mekanisme

homeostasis pengaturan dalam organisme. Umpan balik homeostasis terjadi pada

setiap organisme. Agar tubuh dapat enyelenggarakan homeostasis, maka tubuh harus

senantiasa memantau adanya perubahan-perubahan nilai berbagai parameter, lalu

mengkoordinasikan respon yang sesuai sehingga perubahan yang terjadi dapat

diredam (Siagian, 2004). Oleh sebab itu, walaupun terjadi perubahan fisik akibat

pengaruh perlakuan pakan berenergi tinggi namun secara periodik terjadi penurunan

hampir di setiap peubah hematologi pada periode obesitas empat bulan kedua untuk

mendapatkan kondisi yang kembali seimbang.

Page 68: Skripsi Macaca fascicularis

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa profil darah monyet ekor

panjang (Macaca fascicularis) pada periode obesitas empat bulan kedua dipengaruhi

oleh pakan B (pakan berenergi tinggi berbahan dasar tallow dan kuning telur) yang

sama pengaruhnya dengan pakan C (komersial monkey chow).

Saran

Profil darah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) mengalami

perubahan dipengaruhi oleh pakan B (tallow dan kuning telur) sehingga dapat

digunakan sebagai pakan alternatif pengganti pakan komersial (monkey chow) untuk

pembentukan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) obes.

Page 69: Skripsi Macaca fascicularis

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Mama Tri Apriyani, Papa (Alm) Bachruddin,

Kakak Hardian Nugraha Adi dan seluruh keluarga tersayang atas segala bantuan doa,

semangat dan dukungan batin. Juga kepada Bapak Dr. Jakaria SPt., MSi dan Ibu

Prof. Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer selaku dosen pembimbing pertama dan kedua,

atas segala bimbingan dan arahan selama penulis menyelesaikan skripsi. Bapak Ir.

Andi Murfi MSi selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan

akademiknya sejak penulis terdaftar sebagai mahasiswa Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan. Kepada Bapak Dr. Ir. Cece Sumantri M.AgrSc. selaku ketua

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan juga selaku dosen penguji

seminar. Terimakasih kepada Ibu Ir. Sri Darwati MS dan Dr. Ir. Dewi Apri Astuti

MS selaku dosen penguji sidang.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh staf pengajar Fakultas

Peternakan yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman selama penulis

menyelesaikan pendidikan. Terimakasih kepada Ibu Dr. dr. Irma Herawati Suparto,

MS dari Pusat Studi Satwa Primata (PSSP), Ibu Dr. drh. Erni Sulistiawati, SpP1

penanggung jawab Laboratorium PSSP beserta Mba Lis, Ibu Dr. Ir. Dewi A. Astuti,

MS, Bapak Deyv Pijoh SPt. MSi, Laboratorium Genetika Fakultas Peternakan IPB,

drh. Maesaroh, drh. Dewi, dan Kak Sudirman serta segenap staf pegawai PT.

IndoAnilab, atas segala bantuan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada

Mba’ Ria Oktarina SPt., MSi., Mba’ Meri Afiza SPt., Mas H. Alfa Caraka I SPt. dan

Tia Irmayanty A. N. SPt. rekan yang banyak membantu selama penelitian. Juga

banyak terimakasih kepada Ade I. S. Harahap, Anggisthia Dewi, Nolis Nilareswati,

Mutia Fani serta teman-teman tercinta di IPTP 42 yang selalu memberi semangat,

juga kepada Dwi Novianthy yang banyak memberi saran yang membangun, serta

seluruh sahabat penulis yang ada di Palu dan Bogor serta dimanapun berada.

Bogor, Agustus 2009

Penulis

Page 70: Skripsi Macaca fascicularis

57

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J. M. F. 2006. Obesitas dan Sindroma Metabolik. Bandung.

Afiza, M. 2009. Perkembangan profil darah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang diberi pakan berenergi tinggi pada periode obesitas empat bulan pertama. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.

Astuti, D. A., I. H. Suparto, D. Sajuthi dan I. N. Budiarsa. 2007. Nutrient intake and digestibility of Cynomolgus Monkey (Macaca fascicularis) fed with obese diet compared to monkey chow. International Symposium on Food Security Agricultural Development and Environmental Concervation in Southeast and East Asia. Bogor 4-6 2007, Bogor.

American Association for Clinical Chemistry. 2009. Lab test online-complete blood count-the test. http://www.labtest-online.org/understanding/ analytes/cbc/test.htm. [25 Juni 2009].

Bathesda Stroke Center. 2002. Bathesda stroke center literatur. http://www.strokebathesda.com. [28 Desember 2008].

Bennett, B. T., R. C. Abee, and R. Henrickson. 1995. Nonhuman Primates in Biomedical Research Biology and Management. Academic Press, New York.

Caraka I, H. A. 2008. Perkembangan ukuran bagian-bagian tubuh monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang diberi pakan obes. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Colville, T. and J. M. Bassert. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary Technicians. Mosby, Inc., Missouri.

Cunningham, J. G. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. USA : Saunders Company.

Davies, N.B and J. R. Krebs. 1978. Behavioural Ecology : An Evolutionary Approach. Blackwell Scientific Publication, London.

Ensminger, M. E., J. E. Oldfield and W. W. Heinemann. 1990. Feed and Nutrition Digest. 2nd Edition. Ensminger Publishing Company, California.

Frandson, R. D. 1986. Anatomi Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Fortman, J. D., T. A. Hewett and B. T. Bennett. 2002. The Laboratory Nonhuman Primates. CRC Press, London.

Gasperz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Jilid 2. Tarsito, Bandung.

Guyton, A. C. and J. E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan: L. Y. Rachman. ECG, Jakarta.

Page 71: Skripsi Macaca fascicularis

58

Inglis, J. K. 1980. Introduction to Laboratory Animal Science and Technology. Pergamon Press, New York.

Ismanto, A. 1999. Tiga macam ransum monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan pengaruhnya terhadap performa. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Iwamoto, T. 1980. Food and Energetics of Provisioned Wild Japanese Macaques (Macaca fuscata). Ecology and Behavior of Food-Enhanced Primate Groups.

Junaedi. 2001. Pertumbuhan monyet ekor panjang di Unit Penangkaran Pusat Studi Satwa Primata LP-IPB di Pulau Tinjil dan Darmaga, Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kelpiesoft. 2008. Kenali tubuh kita. http://www.kelpiesoft.com. [24 Desember 2008].

Kurnianingsih N. 2005. Waspadai infeksi virus penyebab obesitas. http://www.pikiranrakyat.com/EDITORIAL. [ 30 Juli 2007].

Lang, C. K. A. 2006. Primate factsheets: long-tailed macaque (Macaca fascicularis) taxonomy, morphology & ecology. http://pin.primate.wisc.edu/factsheets/ long-tailed_macaque. [10 Juli 2007].

Lekagul, B and Mc Neely. 1977. Mamals of Thailand. Kurusapha Ladprao Press, Bangkok.

Mareib, E. N. 1988. Essensial of Human Anatomy and Physiology. Second Edition. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Menlo Park, California.

Marshall, P. T. and G. M. Hughes. 1972. The Physiology of Mammals and Other Vetebrates. The University Press, Cambridge.

Martini, F., W. C. Ober, C. W. Garrison and K. Welch. 1992. Fundamentals of Anatomy and Physiology. Second Edition. Prentise Hall, New Jersey.

Mattjik, A. A. dan I. M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dangan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.

McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh, and C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Prentice Hall, London.

McGill Physiology Virtual Lab. 2009. Blood cell indices_MCH and MCHC. http://www.medicine.mcgill.ca/physio/vlab/bloodlab/mcv-mchc_n.htm. [8 April 2009].

Merdikoputro, J. 2006. Mampu menurunkan 100 kg. http://www.suaramerdeka. com/html. [13 November 2007].

Moss, R. 1992. Livestock Health and Welfare. Longman Scientific & Technical, United Kingdom.

Mustaqimatin. 1998. Formulasi ransum berbahan dasar utama pakan lokal untuk monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Unit Penangkaran Pusat Studi Satwa Primata LP-IPB. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 72: Skripsi Macaca fascicularis

59

Napier, J. R. and P. H. Napier. 1985. The Natural History of the Primates. The MIT Press, Cambridge, Massachusetts.

National Research Council. 2003. Nutrient Requirement Consumtion of Nonhuman Primate. Ed 2nd Rev. Washington DC. The National Academic Press.

NBII. 2009. http://www.images.nbii.gov. [20 April 2009].

Ningsih, T. I. A. 2009. Performa obesitas monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang diberi pakan berenergi tinggi. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

North, M. O. 1984. Commercial Chicken Production on Manual. 3rd Ed. The Avi Publishing Company, Inc, Westport, Connecticut.

Oktarina, R. 2009. Kajian pakan bersumber energi tinggi pada pembentukan monyet obes. Tesis. Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Putra, I. G. A. A., I. N. Wandia, I. G. Soma dan D. Sajuthi. 2006. Indeks massa tubuh dan morfometri monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Bali. J. Vet 7:119-124.

Racette, S. B., S. S. Deusinger and R. H. Deusinger. 2003. Obesity: Overview of Prevalence, Ethiology, and Treatment. Phys Ther. 83: 276-288.

Rastogi, S. C. 1977. Essensial of Animal Physiology. Wiley Eastern Limited, New Delhi.

Rohman, N. 1993. Pengaruh kadar protein ransum terhadap penampilan kera ekor panjang (Macaca fascicularis). Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sajuthi, D. 1984. Satwa Primata Sebagai Hewan Laboratorium. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sajuthi, D., F. P. A. Lelana, D. Iskandriati dan B. Joeniman. 1993. Karakteristik satwa primata sebagai hewan model untuk penelitian biomedis. Makalah Seminar. Bogor.

Sastradipraja, D., S. H. S. Sikar, R. Widjajakusuma, T. Ungerer, A. Maad, H. Nasution, R. Sunawinata dan R. Hamzah. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Schermer, S. 1967. The Blood Morphology of Laboratory Animals 3rd Ed. F. A. Davis Company, Philadelphia.

Siagian, M. 2004. Homeostasis keseimbangan yang halus dan dinamis. Karya Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Silverthorn and D. U. Pearson. 2009. Human Physiology an Integrated Aproach. 4th Edition. Benjamin Cummings, New York.

Smith J. B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiaakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Page 73: Skripsi Macaca fascicularis

60

Sulaksono, M. E. 2002. Penentuan nilai rujukan parameter faal hewan percobaan sebagai model penyakit manusia dan hewan. http://digilib.litbang. depkes.go.id. [10 September 2007].

Supriatna, J. dan E. H. Wahyono. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Swenson, M. J. 1984. Dukes Physiology of Domestic Animals. 10th Ed. Cornell University, London.

The World Health Organization. 2006. Obesity and overweight. http:// www.who.int/mediacentre/factsheets/index.html. [10 September 2007].

The World Health Organization. 2008. Body mass index classification. http:// www.who.int. [Januari 2009].

Tizard, I. 1982. Veterinary Immunology, an Introduction. 3rd Ed. W, B. Saunders Company, Canada.

Tortora, G. J. and N. P. Anagnostakos. 1990. Principles of Anatomy and Physiology. Harper and Row Publisher, New York.

Tumbelaka, A. R. 2005. Kesehatan. http://www.kompas.com/kesehatan/news/ 0403/20/085238.htm. [3 Agustus 2006].

Wikipedia. 2008. Hematologi. http://id.wikipedia.org/wiki/hematologi. [10 Mei 2008].

Wikipedia. 2008. Metabolic syndrome. http://id.wikipedia.org/wiki/metabolic_ syndrome. [26 Des 2008].

Wiseman, J. and P. J. A. Cole. 1990. Feedstuff Evaluation. University Press, Cambridge.

Page 74: Skripsi Macaca fascicularis

LAMPIRAN

Page 75: Skripsi Macaca fascicularis

62

Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Jumlah Sel Darah Merah

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Perlakuan 2 3,9488 1,9744 12,48** 0,000

Periode (Perlakuan)

12 7,7746 0,6479 4,10** 0,000

Error 60 9,4930 0,1582

Total 74 21,2164 Keterangan : ** = sangat nyata

Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam Kadar Hemoglobin

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Perlakuan 2 15,8408 7,9204 10,85** 0,000

Periode (Perlakuan)

12 22,9552 1,9129 2,62** 0,007

Error 60 43,8040 0,7301

Total 74 82,6000 Keterangan : ** = sangat nyata

Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Nilai Hematokrit

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Perlakuan 2 124,0904 62,0452 11,35** 0,000

Periode (Perlakuan)

12 252,1368 21,0114 3,85** 0,000

Error 60 327,8720 5,4645

Total 74 704,0992 Keterangan : ** = sangat nyata

Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Mean Corpuscular Volume (MCV)

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Perlakuan 2 322,9325 161,4663 31,20** 0,000

Periode (Perlakuan)

12 3,8378 0,3198 0,06tn 1,000

Error 60 310,5198 5,1753

Total 74 637,2901 Keterangan : tn = tidak nyata ** = sangat nyata

Page 76: Skripsi Macaca fascicularis

63

Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH)

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Perlakuan 2 37,2819 18,6410 16,71** 0,000

Periode (Perlakuan)

12 11,2373 0,9364 0,84tn 0,610

Error 60 66,9290 1,1155

Total 74 115,4482 Keterangan : tn = tidak nyata ** = sangat nyata

Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Perlakuan 2 1,3968 0,6984 1,15tn 0,322

Periode (Perlakuan)

12 34,0103 2,8342 4,69** 0,000

Error 60 36,2888 0,6048

Total 74 71,6958 Keterangan : tn = tidak nyata ** = sangat nyata

Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Jumlah Neutrofil

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Perlakuan 2 450,6667 225,3333 1,24tn 0,298

Periode (Perlakuan)

12 948,7200 79,0600 0,43tn 0,943

Error 60 10931,2000 182,1867

Total 74 12330,5867 Keterangan : tn = tidak nyata

Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Jumlah Eusinofil

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Perlakuan 2 83,3826 41,6913 2,76tn 0,071

Periode (Perlakuan)

12 227,7845 18,9820 1,26tn 0,267

Error 60 904,9599 15,0827

Total 74 1216,1270 Keterangan : tn = tidak nyata

Page 77: Skripsi Macaca fascicularis

64

Lampiran 9. Hasil Analisis Ragam Jumlah Limfosit

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Perlakuan 2 622,8267 311,4133 1,80tn 0,174

Periode (Perlakuan)

12 981,1200 81,7600 0,47tn 0,923

Error 60 3638,9860 60,6498

Total 74 4212,3195 Keterangan : tn = tidak nyata

Lampiran 10. Hasil Analisis Ragam Jumlah Monosit

Sumber db JK KT F hitung Nilai P

Perlakuan 2 10,1449 5,0724 0,44tn 0,649

Periode (Perlakuan)

12 335,6054 27,9671 2,40* 0,013

Error 60 699,3730 11,6562

Total 74 1045,1233 Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata