Page 1
EFEKTIFITAS PEMANFAATAN MEDIA KOMPUTER
DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR
PADA PEMBELAJARAN TAJWID (Studi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 6 Darangdan Kabupaten Purwakarta)
EKA LUSIANDANI KONCARA
NIM: 0101.0705.610
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DR. KHEZ MUTTAQIEN
PURWAKARTA
2009
Page 2
EFEKTIFITAS PEMANFAATAN MEDIA KOMPUTER
DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR
PADA PEMBELAJARAN TAJWID (Studi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 6 Darangdan Kabupaten Purwakarta)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama
Islam pada Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI Dr. KHEZ. Muttaqien
EKA LUSIANDANI KONCARA
NIM: 0101.0705.610
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DR. KHEZ MUTTAQIEN
PURWAKARTA
2009
Page 3
ii
EFEKTIFITAS PEMANFAATAN MEDIA KOMPUTER
DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR
PADA PEMBELAJARAN TAJWID (Studi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 6 Darangdan Kabupaten Purwakarta)
EKA LUSIANDANI KONCARA
NIM: 0101.0705.610
Menyetujui,
Pembimbing 1
Dr. H. Anang Abdul Razak, M.Pd.
Pembimbing 2
Nur Aisah Jamil, S.Ag., M.Pd.
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Agama Islam
Didin Syaprudien, S.Ag.
Ketua
STAI Dr. KHEZ. Muttaqien
Yusep Solihudien, M.Ag.
Page 4
iii
EFEKTIFITAS PEMANFAATAN MEDIA KOMPUTER
DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR
PADA PEMBELAJARAN TAJWID (Studi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 6 Darangdan Kabupaten Purwakarta)
EKA LUSIANDANI KONCARA
NIM: 0101.0705.610
Dinyatakan lulus sidang munaqasah skripsi oleh tim penguji
Pada tanggal 21 Desember 2009
Tim Penguji
Penguji I :
Drs. A. Dudung Abdul Aziz, M.Pd.I
Penguji II :
Dra. Euis Nurjanah
Penguji III :
Manvan Drajat, M.Ag.
Page 5
iv
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq : 1-5)
A tribute for my parents, my sister, my lovely wife.
Hope that it’ll be useful for all mankind,
specially for education world in this country.
Page 6
v
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya bagi Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya penulis
akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tanpa halang rintang yang
cukup berarti. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Skripsi yang mengambil judul “Efektifitas Pemanfaatan Media Komputer
dalam Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran Tajwid” ini disusun guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama
Islam pada Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI Dr. KHEZ. Muttaqien
– Purwakarta.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada segenap pihak yang telah
mendukung penyusunan skripsi ini, khususnya kepada:
1. Hj. Atis Hartini, ibunda tercinta, dan adinda Ristu L. Dewanti atas do‟a
restu dan dukungannya sepanjang hayat.
2. Lilis M. Koncara, istri terkasih, yang senantiasa mendampingi segenap
langkah penulis.
3. Dr. H. Anang Abdul Razak, M.Pd. dan Nur Aisah Jamil, S.Ag., M.Pd.,
yang telah membimbing sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini.
4. Yusep Solihudien, M.Ag., Ketua STAI Dr. KHEZ Muttaqien
Purwakarta.
5. Didin Syaprudien, S.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
STAI Dr. KHEZ Muttaqien Purwakarta.
6. Cahya Andriani, S.Pd., Kepala SMP Negeri 6 Darangdan –
Purwakarta, dan seluruh stafnya.
7. Syarif Hidayat, S.Pd., Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 6
Darangdan – Purwakarta, dan seluruh siswa-siswinya.
8. Rekan-rekan dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu
yang telah membantu dan mendukung hingga rampungnya skripsi ini.
Penulisan skripsi ini juga khusus didedikasikan kepada (alm.) Yunus Loo,
ayahanda tercinta.
Penulis sadar, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun besar
harapan penulis, meski dalam ketidaksempurnaan tapi mampu memberikan
sumbangan yang cukup berarti dalam memperkaya khazanah keilmuan masa kini,
khususnya di dunia Pendidikan Agama Islam.
Purwakarta, Nopember 2009
Penulis
Page 7
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PRAKATA ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
ABSTRAKSI ................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 9
D. Kegunaan Penelitian .................................................................. 10
E. Kerangka Berpikir ..................................................................... 10
1. Media Komputer .................................................................. 10
2. Hasil Belajar ........................................................................ 12
3. Pembelajaran Tajwid ........................................................... 13
F. Hipotesis .................................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 15
A. Pendidikan dan Pembelajaran .................................................... 15
1. Pendidikan ........................................................................... 15
2. Pembelajaran ........................................................................ 21
B. Pendidikan Agama Islam ........................................................... 30
1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam .................................. 30
Page 8
vii
2. Pembelajaran Tajwid dalam Pendidikan Agama Islam ....... 32
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ............................................................ 35
A. Metode Penelitian ...................................................................... 35
B. Prosedur Penelitian .................................................................... 35
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 36
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 37
E. Teknik Analisis Data ................................................................. 38
F. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 42
A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian ........................................... 42
B. Data Responden ......................................................................... 44
C. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................... 46
1. Analisis Validitas dan Reliabilitas ....................................... 46
2. Analisis Hasil Tes Awal dan Tes Akhir .............................. 48
3. Nilai Peningkatan Hasil Belajar Siswa ................................ 49
4. Pembahasan ......................................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 53
A. Kesimpulan ................................................................................ 53
B. Saran .......................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 55
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 56
A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP/MTs
Page 9
viii
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
C. Lembar Kerja Kelompok
D. Instrumen Penelitian
E. Nilai Hasil Belajar
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
F. Analisis Butir Soal
G. Analisis Data Penelitian
H. Tabel Harga Kritik r Product Moment
I. Tabel Distribusi t
J. Screenshot Aplikasi Tajwid pada Al-Qur‟an Digital Ver. 3.1
K. Surat Keputusan Ketua STAI Dr. KHEZ Muttaqien
No. 200 tahun 2009 tentang Petunjuk Pembimbing Penyusunan
Skripsi
L. Surat Permohonan Ijin Observasi
M. Surat Keterangan Melaksanakan Observasi
dari Kepala SMP Negeri 6 Darangdan Purwakarta
N. Kartu Bimbingan Penulisan Skripsi
O. Biografi Penulis
Page 10
ix
ABSTRAKSI
Eka L. Koncara: Efektifitas Pemanfaatan Media Komputer dalam Peningkatan
Hasil Belajar pada Pembelajaran Tajwid (Studi Eksperimen di Kelas VII SMP
Negeri 6 Darangdan Kabupaten Purwakarta)
Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan yang inovatif dan kreatif
serta sesuai dengan perkembangan jaman, guru dituntut untuk dapat
memanfaatkan berbagai sumber dan media belajar yang ada, termasuk komputer.
Hal ini bertujuan untuk terus meningkatkan kualitas hasil belajar siswa,
khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk itu, penulis
merasa terdorong untuk melakukan penelitian yang mengambil judul: Efektifitas
Pemanfaatan Media Komputer dalam Peningkatan Hasil Belajar pada
Pembelajaran Tajwid (Studi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 6 Darangdan
Kabupaten Purwakarta).
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendapatkan nilai peningkatan hasil
belajar siswa yang memanfaatkan media komputer pada pembelajaran Tajwid, 2)
mendapatkan nilai peningkatan hasil belajar siswa yang tidak memanfaatkan
media komputer pada pembelajaran Tajwid, 3) mendapatkan data perbedaan nilai
peningkatan hasil belajar siswa yang memanfaatkan dan tidak memanfaatkan
media komputer pada pembelajaran Tajwid.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan metode penelitian
eksperimen, yang menggunakan 22 siswa dari 109 siswa populasi kelas VII SMP
Negeri 6 Darangdan sebagai sampel/responden. Kelompok ini mengikuti kegiatan
pembelajaran yang memanfaatkan komputer sebagai media. Sebagai pembanding,
penulis membentuk satu kelompok kontrol dari populasi yang sama dengan
jumlah sampel yang sama pula, untuk kemudian mengikuti kegiatan pembelajaran
tanpa media komputer.
Data penelitian diperoleh melalui tes prestasi/tes hasil belajar berupa tes
tulis yang berbentuk 10 soal isian singkat (short answer). Tes diberikan dua kali,
yaitu pada tes awal dan tes akhir. Penulis kemudian mengolah hasil tes hingga
diperoleh nilai-t tes awal 1,072, nilai-t tes akhir 4,357, dan nilai-t tabel 1,68
dengan derajat kebebasan 42 (1,072<1,68<4,357). Penulis juga menemukan
bahwa kelompok eksperimen mengalami peningkatan rata-rata hasil belajar
hingga 3,96 atau 103%, sedangkan kelompok kontrol 2,59 atau 76%, dengan
selisih 1,37 atau 27%.
Dari data tersebut, penulis menyimpulkan bahwa nilai hasil belajar siswa
yang memanfaatkan media komputer pada pembelajaran Tajwid ternyata
mengalami peningkatan yang lebih besar daripada siswa yang tidak
memanfaatkan media komputer. Sehingga, hipotesis “nilai peningkatan hasil
belajar siswa yang memanfaatkan media komputer lebih besar daripada siswa
yang tidak memanfaatkan media komputer pada pembelajaran Tajwid” dapat
diterima. Berdasarkan hal tersebut, penulis menyarankan khususnya kepada guru
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk dapat memanfaatkan komputer
sebagai media pembelajaran secara kreatif dan inovatif dalam kegiatan
pembelajarannya.
Page 11
x
ABSTRACT
Eka L. Koncara: The Effectivity of Using Computer as Media to Improve
Learning Result in Learning Tajwid (Experiment Study in The Seventh Grade
SMP Negeri 6 Darangdan – Purwakarta)
In order to improve education quality inovatively and creatively and also
up to date, teachers are demanded to be able to use any learning source and media,
including computer. It as a purpose to keep improving quality of students‟
learning result, specially in Islamic Subject. Therefore, the writer liked to do a
research with a title: The Effectivity of Using Computer as Media to Improve
Learning Result in Learning Tajwid (Experiment Study in The Seventh Grade
SMP Negeri 6 Darangdan – Purwakarta).
The aims of the research are: 1) to get students‟ improving value who learn
Tajwid with computer as media, 2) to get students‟ improving value who learn
Tajwid without computer as media, and 3) to get the difference of students‟
improving value who learn Tajwid with and without computer as media.
In order to achieve the aim of research, the writer used an experiment
method, which took 22 students as samples from 109 students population in the
seventh grade SMP Negeri 6 Darangdan. This group learned with computer as
media. As control, the writer took other students as a control group from same
population with same amount. They learned without computer as media.
The data needed was taken from an achievement test. The test had 10
items of short answer items. The test were given twice, in pre-test and post-test.
Then, the writer calculated the scores and got t-value of pre-test 1.072, t-value of
post-test 4.357, and t-table 1.68 with freedom degree 42 (1.072<1.68<4.357). The
writer also found that experiment group could improve their scores for about 3.96
or 103%, where as control group only 2.59 or 76%, with the difference 1.37 or
27%.
The conclusion of the research is students‟ improving value who learned
Tajwid with computer as media was higher than who learned Tajwid without
computer as media. So, the hypotesis “students‟ improving value who learn
Tajwid with computer as media is higher than who learn Tajwid without computer
as media” can be accepted. The writer suggests, specially to Islamic Subject
teachers to be able to use computer as media in their learning process creatively
and inovatively.
Page 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian
khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu
pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama
pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman.
Page 13
2
Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab
penuh dalam menjalankan amanat undang-undang tersebut. Sekolah merupakan
suatu institusi yang dirancang untuk membawa siswa pada proses belajar, di
bawah pengawasan guru atau tenaga pendidik profesional. Sekolah terdiri atas
jenjang-jenjang pendidikan, yaitu tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan.
Sejalan dengan proses perkembangannya sampai saat ini dapat dijelaskan
bahwa sekolah merupakan suatu lembaga khusus, suatu wahana, suatu tempat
untuk menyelenggarakan pendidikan, yang di dalamnya terdapat suatu proses
mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Sadulloh, 2007:185)
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan.
Belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman. Terdapat tiga ciri utama belajar, yaitu: proses, perubahan
perilaku, dan pengalaman. (Winataputra, 2005:2.3)
Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
Page 14
3
dengan baik. Pembelajaran adalah suatu proses yang akan membuat seseorang
menjadi lebih baik atau lebih meningkat sesuatunya dari sebelumnya. Inti dari
pembelajaran itu adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar
terjadi proses belajar pada diri siswa. (Sutikno, 2008:33)
Sebagai suatu proses, pembelajaran membutuhkan beberapa unsur untuk
terlaksananya proses tersebut, serta demi memperoleh hasil yang optimal. Salah
satunya adalah media pembelajaran.
Rasulullah SAW pertama kali menerima wahyu dari Allah SWT, sebagai
berikut:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-Alaq : 1-5)
Jelas sekali bahwa perintah yang pertama kali diturunkan Allah SWT
kepada umat manusia melalui Rasul-Nya adalah perintah untuk belajar. Dan
terlihat jelas bahwa proses belajar yang dicontohkan dan Allah SWT pun
menggunakan media (dengan kalam), sehingga manusia dapat mengetahui apa
yang tidak diketahuinya. Penggunaan media ini mutlak adanya dalam suatu proses
pembelajaran.
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Secara garis besar, media adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
Page 15
4
keterampilan, atau sikap. Dalam aktifitas pembelajaran, media dapat didefinisikan
sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi
yang berlangsung antara pendidik dengan siswa. (Sutikno, 2008:101)
Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan
peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri
peserta didik.
Akhmad Sudrajat dalam artikel Media Pembelajaran (http://akhmad
sudrajat/wordpress.com/, 12 Januari 2008) menyebutkan berbagai jenis media
belajar, diantaranya:
1. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya
3. Projected still media: slide, projector, dan sejenisnya
4. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),
komputer dan sejenisnya.
Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat
mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media
pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang
digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke–20 usaha
pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah
alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat
Page 16
5
bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti
adanya komputer dan internet.
Media komputer saat ini menjadi sangat populer dan menjadi salah satu
media belajar yang paling digandrungi oleh para siswa. Hal ini disebabkan karena
komputer sebagai media belajar, selain mampu menampilkan bahan ajar yang
bersifat audio-visual, tetapi juga dapat dimanfaatkan secara interaktif. Inilah salah
satu kelebihan media komputer yang tidak dimiliki oleh media apapun di dunia
saat ini.
Media komputer yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut juga
sebagai komputer pendidikan. Komputer pendidikan adalah penggunaan komputer
dalam dunia pendidikan sebagai alat bantu belajar.
Penggunaan komputer sebagai media belajar saat ini sudah tidak dapat
dipungkiri lagi. Bentuk komunikasi guru dalam budaya „talk and chalk‟ harus
mulai dihilangkan, karena nyaris tidak ada perubahan yang menonjol dalam hasil
belajar yang dicapai.
Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki seseorang sebagai
akibat proses belajar yang telah ditempuhnya. Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan
kemampuan yang dicapai oleh pembelajar/peserta didik.
Hasil belajar bukan sekedar penguasaan suatu hasil latihan melainkan
adanya perubahan perilaku tahap-demi tahap, baik dalam ranah kognitif, afektif,
ataupun psikomotor, yang lambat laun terintegrasi menjadi suatu kepribadian.
Page 17
6
Seseorang yang telah melakukan proses belajar akan terlihat perubahan dalam
salah satu atau beberapa ranah tingkah laku tersebut.
Hasil belajar hanya dapat diukur dengan suatu proses yang disebut
evaluasi hasil belajar. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan
siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. (Munandar,
2003:195)
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk
peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa
agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang
bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai,
disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Pendidikan Agama
Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan
iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan
kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat.
Guru sebagai pendidik diharapkan dapat mengembangkan proses
pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
distandarisasi oleh Badan Nasional Standar Pendidikan Republik Indonesia
melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pengembangan proses dan metode
Page 18
7
pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa dan merupakan tanggung jawab
guru sebagai pendidik untuk mencapai hasil belajar yang optimal secara efektif
dan menyenangkan.
Dalam Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP/MTs
tahun 2006 disebutkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi
aspek-aspek sebagai berikut: Al Qur‟an dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh
dan Kebudayaan Islam. Ilmu Tajwid merupakan salah satu materi pembelajaran
yang termasuk dalam aspek Al Qur‟an dan Hadits yang kemudian harus
disampaikan kepada siswa melalui proses pembelajaran yang menyenangkan.
Ilmu Tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca
Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara bacaan
Al-Quran dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari
kesalahan membaca.
Mempelajari ilmu tajwid wajib hukumnya, sebagaimana Allah SWT
berfirman:
“…dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (tartil).”
(Q.S. al-Muzzammil : 4)
Di lingkungan SMP Negeri 6 Darangdan Kabupaten Purwakarta, materi
pembelajaran Tajwid merupakan salah satu materi Pendidikan Agama Islam yang
siswanya memiliki hasil belajar di bawah rata-rata. Syarif Hidayat, S.Pd., seorang
guru Pendidikan Agama Islam sekaligus pembimbing kegiatan ekstrakurikuler
Iqra‟ Al-Qur‟an di SMP Negeri 6 Darangdan menyebutkan bahwa saat ini hanya
Page 19
8
sekitar 20% dari seluruh siswa yang mampu membaca Al-Qur‟an dengan tartil
serta mengetahui tajwidnya.
Hal ini tentu butuh perhatian dan upaya lebih, termasuk dengan mencoba
memanfaatkan media komputer untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
materi pembelajaran tajwid. SMP Negeri 6 Darangdan yang telah memiliki kelas
komputer lengkap dengan perangkat kerasnya (komputer dan proyektor), memiliki
cukup sarana, paling tidak untuk memulai upaya tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian
yang mengambil judul “Efektifitas Pemanfaatan Media Komputer dalam
Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran Tajwid” (Study Analisis di Kelas VII
SMP Negeri 6 Darangdan Kabupaten Purwakarta).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ialah pertanyaan yang dicarikan jawabannya melalui
penelitian, yang dirumuskan dalam suatu kalimat pertanyaan, merupakan hal yang
dipertanyakan. (Arikunto, 2006:61)
Mengacu pada apa yang telah diuraikan sebelumnya, penulis menyusun
suatu rumusan masalah penelitian yaitu, “Bagaimana nilai peningkatan hasil
belajar siswa yang memanfaatkan dan tidak memanfaatkan media komputer pada
pembelajaran Tajwid?”
Dari rumusan masalah tersebut, maka muncul pertanyaan masalah sebagai
berikut:
Page 20
9
1. Bagaimana nilai peningkatan hasil belajar siswa yang memanfaatkan
media komputer pada pembelajaran Tajwid?
2. Bagaimana nilai peningkatan hasil belajar siswa yang tidak memanfaatkan
media komputer pada pembelajaran Tajwid?
3. Bagaimana perbedaan nilai peningkatan hasil belajar siswa yang
memanfaatkan dan tidak memanfaatkan media komputer pada
pembelajaran Tajwid?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan keinginan yang ada pada peneliti untuk hal-
hal yang akan dihasilkan oleh penelitian, dirumuskan dalam kalimat pernyataan,
merupakan jawaban yang ingin dicari. (Arikunto, 2006:61)
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, penulis menentukan
tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan nilai peningkatan hasil belajar siswa yang
memanfaatkan media komputer pada pembelajaran Tajwid.
2. Untuk mendapatkan nilai peningkatan hasil belajar siswa yang tidak
memanfaatkan media komputer pada pembelajaran Tajwid.
3. Untuk mendapatkan data perbedaan nilai peningkatan hasil belajar siswa
yang memanfaatkan dan tidak memanfaatkan media komputer pada
pembelajaran Tajwid.
Page 21
10
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian merupakan hasil yang akan disumbangkan untuk
kemajuan ilmu pengetahuan, merupakan follow up kesimpulan. (Arikunto,
2006:61)
Dari penelitian ini, penulis berharap agar pendidik (guru), khususnya guru
Pendidikan Agama Islam, di masa mendatang dapat lebih inovatif dalam
memanfaatkan media yang ada untuk menumbuhkembangkan minat dan hasil
belajar siswa. Dengan mulai tersedianya media komputer hampir di tiap sekolah,
guru dapat memanfaatkan kesempatan dan sarana yang ada demi peningkatan
mutu pendidikan.
Diharapkan juga agar siswa lebih tertarik dan lebih terpancing untuk
belajar lebih giat, khususnya pada materi Pendidikan Agama Islam, dengan
dimanfaatkannya media komputer sebagai media pembelajaran. Hasil belajar
siswa pun diharapkan dapat meningkat secara signifikan, jika dibandingkan
dengan cara pembelajaran konvensional.
E. Kerangka Berpikir
1. Media komputer
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Secara garis besar, media adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam aktifitas pembelajaran, media dapat didefinisikan
Page 22
11
sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi
yang berlangsung antara pendidik dengan siswa. (Sutikno, 2008:101)
Akhmad Sudrajat dalam artikel Media Pembelajaran (http://akhmad
sudrajat/wordpress.com/, 12 Januari 2008) menyebutkan berbagai jenis media
belajar, diantaranya:
a. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
b. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya
c. Projected still media: slide, projector, dan sejenisnya
d. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),
komputer dan sejenisnya.
Ikhwan Arif dalam makalahnya tentang Konsep dan Perencanaan dalam
Automasi Perpustakaan, menyatakan bahwa komputer adalah sebuah mesin
elektronik yang dapat menerima dan mengolah data menjadi informasi secara
cepat dan tepat. Pendapat lain mengatakan bahwa komputer hanya sebuah
komponen fisik dari sebuah sistem yang memerlukan program untuk
menjalankannya. Komputer adalah sebuah alat dimana kemampuannya sangat
tergantung pada manusia yang mengoperasikan (user) dan perangkat lunak
(software) yang digunakan.
Dengan demikian, media komputer adalah alat bantu pembelajaran
elektronik interaktif berupa komputer atau sejenisnya (personal computer,
notebook, dsb) yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran,
Page 23
12
perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya
proses belajar yang menarik pada diri peserta didik.
Dalam hal ini, media pembelajaran yang akan penulis gunakan adalah:
a. Komputer Desktop (Personal Computer), yang didukung fasilitas
multimedia dan perangkat lunak Macromedia Flash Player.
b. Proyektor (In Focus)
c. Perangkat Lunak “Al-Qur’an Digital V.3.1”, karya: Sony Sugema
tahun 2004.
2. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan perubahan dalam disposisi atau kapabilitas
manusia selama periode waktu tertentu yang disebabkan oleh proses perubahan,
dan perubahan itu dapat diamati dalam bentuk perubahan tingkah laku yang dapat
bertahan selama beberapa periode waktu.
Hasil belajar juga merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa
dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan. (Supartini, 2008:11)
Dalam penelitian ini, penulis mendefinisikan hasil belajar sebagai nilai
perubahan perilaku yang dapat diamati, yang dicapai siswa setelah melalui suatu
proses pembelajaran.
Hasil belajar hanya dapat diukur dengan suatu proses yang disebut
evaluasi hasil belajar. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan
siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. (Munandar,
2003:195)
Page 24
13
3. Pembelajaran tajwid
Tajwid ialah memperbaiki bacaan al-Qur‟an dalam bentuk mengeluarkan
huruf-huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya, baik
yang asli maupun yang datang kemudian. Sedangkan Ma‟sum al-Abror dalam
buku Ilmu Tajwid menyatakan bahwa ilmu tajwid ialah Ilmu yang mempelajari
tentang kaidah dan tata cara membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar.
Dalam Republika Newsroom tahun 2008 disebutkan bahwa ilmu tajwid
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara membaca dengan baik. Ilmu ini
ditujukan dalam pembacaan al-Quran. Ilmu tajwid bertujuan untuk memberikan
tuntunan bagaimana cara pengucapan ayat yang tepat, sehingga lafal dan
maknanya terpelihara. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa pengucapan
hadis-hadis Rasulullah SAW pun harus dilakukan dengan aturan-aturan tajwid,
karena merupakan penjelasan dan sumber hukum kedua setelah al-Qur‟an.
Ibnul Jazri, seorang pakar di bidang ilmu tajwid mengemukakan dalam
syairnya:
“Mempraktikan tajwid merupakan kewajiban. Barangsiapa membaca al-
Qur‟an dengan tidak bertajwid dia berdosa. Karena dengan tajwidlah Tuhan
menurunkan al-Qur‟an. Dan seterusnya dengan tajwid pula al-Qur‟an sampai
kepada kita.”
Penulis menyimpulkan bahwa ilmu tajwid ialah pengetahuan tentang
kaidah serta cara-cara membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya yang
merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim untuk mempelajari dan
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembelajaran tajwid
Page 25
14
ialah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar dalam mempelajari ilmu tajwid. Materi pembelajaran tajwid
yang akan penulis gunakan pada penelitian ini adalah “Hukum Bacaan Nun
Mati/Tanwin”.
F. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
(Arikuto, 2006:71)
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
Nilai peningkatan hasil belajar siswa yang memanfaatkan media komputer
lebih besar daripada siswa yang tidak memanfaatkan media komputer pada
pembelajaran Tajwid.
Page 26
15
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
G. Pendidikan dan Pembelajaran
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian
khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu
pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama
pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Page 27
16
Dalam bahasa Inggris istilah pendidikan menggunakan kata “education”,
yang biasanya dihubungkan dengan pendidikan di sekolah. Kata “education”
berhubungan dengan kata dari bahasa Latin “educere” yang berarti
“mengeluarkan suatu kemampuan”. Karena itu, pendidikan berarti membimbing
untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan dalam diri anak (Sadulloh,
2007 : 2).
Menurut McLeod yang termaktub dalam buku Psikologi Pendidikan
karangan Muhibbin Syah (2008:10) dinyatakan bahwa pendidikan berarti
perbuaatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.
Sedangkan Rupert C. Lodge, dalam buku Metodologi Pengajaran Agama
Islam karangan Ahmad Tafsir (2008:5), menyatakan bahwa dalam pengertian
yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Sedangkan dalam arti
sempit, ia berpendapat bahwa pendidikan adalah pendidikan yang dilaksanakan di
sekolah.
Marimba, dalam buku Metodologi Pengajaran Agama Islam karangan
Ahmad Tafsir (2008:5), mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Pendidikan memiliki berbagai unsur, antara lain: tujuan pendidikan,
pendidik, anak didik, materi pendidikan, metode dan alat pendidikan, serta
lingkungan pendidikan.
Pada hakekatnya, pendidikan mengandung tiga unsur (Sadulloh, 2007:6),
yaitu:
Page 28
17
a. Mendidik, menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada
pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, kesusilaan,
ketaqwaan, dan sebagainya. Mendidik anak menyangkut seluruh
kepribadian anak didik.
b. Mengajar, yaitu memberi pelajaran tentang ilmu yang kemudian dapat
bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikirnya. Mengajar disebut
juga pembentukan intelektualitas anak didik.
c. Melatih, yaitu usaha berulang-ulang untuk membentuk suatu keterampilan
sehingga terjadi mekanisasi atau pembiasaan. Melatih hanya dilakukan
pada hal yang menyangkut segi psikomotoris kepribadian.
Tujuan pendidikan merupakan hasil yang diharapkan dari suatu proses
pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Tujuan pendidikan merupakan gambaran
dari falsafah atau pandangan hidup manusia, baik secara perseorangan maupun
kelompok. (Sadulloh, 2007:79)
Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu: memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap kegiatan pendidikan.
Tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan
UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman, bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Page 29
18
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab
penuh dalam menjalankan amanat undang-undang tersebut. Sekolah merupakan
suatu institusi yang dirancang untuk membawa siswa pada proses belajar, di
bawah pengawasan guru atau tenaga pendidik profesional. Sekolah terdiri atas
jenjang-jenjang pendidikan, yaitu tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan.
Tata urutan tujuan pendidikan diawali dari Tujuan Pendidikan Nasional,
kemudian Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler sampai pada Tujuan
Instruksional.
Sistem persekolahan di negara kita adalah berjenjang yang melembaga
pada suatu tingkatan. Untuk itu maka pada tiap lembaga hendaknya juga
digariskan adanya suatu tujuan pendidikan yang kita sebut tujuan institusional.
Suatu lembaga pendidikan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan akan
memberikan sejumlah isi pengajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga
Page 30
19
merupakan sejumlah pengalaman belajar yang menunjang tercapainya tujuan
pendidikan, inilah yang disebut dengan tujuan kurikuler.
Sedangkan tujuan instruksional merupakan penjabaran yang terakhir dari
tujuan-tujuan yang terdahulu dan lebih atas. Tujuan ini diharapkan dapat tercapai
pada saat terjadinya proses belajar mengajar secara langsung yang terjadi pada
setiap hari.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan memerlukan suatu standar sebagai
acuan yang berfungsi untuk mengendalikan jalannya proses pendidikan dalam
pencapaian tujuan pendidikan. Proses pendidikan merupakan interaksi antar
berbagai unsur pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.
Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan
pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi,
penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.
Pendidikan tidak akan berkembang tanpa adanya suatu usaha yang disebut
inovasi pendidikan. Everett M. Rogers, dalam buku Pengantar Pendidikan karya
Wahyudin (2008:9.3), mendefinisikan bahwa innovation is an idea, practice, or
object that is perceived as new by an individual or another unit of adoption.
Page 31
20
Ahli lainnya, Stephen Robbins, masih dalam Pengantar Pendidikan karya
Wahyudin (2008:9.3), mendefinisikan inovasi sebagai suatu gagasan baru yang
diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses, dan
jasa. Berdasarkan pengertian tersebut, Robbins lebih memfokuskan pada tiga hal
utama, yaitu: gagasan baru, produk dan jasa, serta upaya perbaikan.
Sedangkan Santoso S. Harnidjojo dalam Pengantar Pendidikan karya
Wahyudin (2008:9.5), menyatakan bahwa inovasi pendidikan merupakan suatu
perubahan yang baru dan secara kualitatif berbeda dari hal yang ada sebelumnya
dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan
tertentu.
Terdapat empat ciri utama inovasi (Wahyudin, 2008:9.5), termasuk inovasi
dalam pendidikan, yaitu:
a. Memiliki kekhasan khusus, artinya suatu inovasi memiliki ciri yang
khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan
hasil yang diharapkan.
b. Memiliki ciri atau unsur kebaruan, artinya suatu inovasi harus
memiliki karakteristik sebagai sebuah buah karya dan buah pikir yang
memiliki kadar orisinalitas dan kebaruan.
c. Program inovasi dilaksanakan melalui program terencana, tidak
tergesa-gesa, dan dipersiapkan secara matang.
d. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan dan arah yang ingin dicapai.
Sifat perubahan dalam inovasi pendidikan terbagi ke dalam enam
kelompok, yaitu: penggantian (substitution), perubahan (alternation),
Page 32
21
penambahan (addition), penyusunan kembali (restructuting), penghapusan
(elimination), dan penguatan (reinforcement). (Wahyudin, 2008:9.7)
2. Pembelajaran
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif.
Terdapat tiga atribut pokok belajar, yaitu: proses, perilaku, dan pengalaman
(Winataputra, 2005 : 2.3).
Sikun Pribadi, guru besar IKIP Bandung, berpendapat bahwa pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif
dan psikomotor semata. (Tafsir, 2008:7)
Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari
komponen-komponen berikut: tujuan pembelajaran, materi pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, metode, media, sumber belajar, dan evaluasi. Yang menjadi
komponen utama dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, karena semua
komponen lainnya mengacu kepada tujuan pembelajaran. Karena itu, untuk
melaksanakan suatu proses pembelajaran, hal yang harus dirumuskan pertama kali
adalah tujuan pembelajaran. (Sutikno, 2008:37)
Tujuan utama belajar adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di
kemudian hari, yakni membantu anak didik untuk dapat belajar terus dengan cara
yang lebih mudah. Apa yang dipelajari dalam situasi tertentu harus
memungkinkannya untuk memahami hal-hal lain. Belajar hanya akan terjadi
Page 33
22
dengan kegiatan anak didik itu sendiri. Anak didik bukanlah bejana yang harus
diisi oleh guru dengan berbagai pengetahuan.
Proses belajar dapat dibedakan ke dalam tiga fase, yaitu:
a. Fase informasi, yaitu fase dimana anak didik memperoleh informasi yang
menambah, memperhalus dan memperdalam, atau bahkan menentang
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
b. Fase transformasi, yaitu fase penganalisaan informasi yang telah didapat
untuk kemudian diubah ke dalam bentuk yang lebih konseptual agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.
c. Fase evaluasi, yaitu fase penilaian apakah informasi yang didapat dan telah
ditransformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Rasulullah SAW menerima wahyu pertamanya dari Allah SWT, sebagai
berikut:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-Alaq : 1-5)
Jelas sekali bahwa perintah yang pertama kali diturunkan Allah SWT
kepada umat manusia melalui Rasul-Nya adalah perintah untuk belajar. Dan
terlihat jelas bahwa proses belajar yang dicontohkan dan Allah SWT pun
menggunakan media (dengan kalam), sehingga manusia dapat mengetahui apa
yang tidak diketahuinya. Penggunaan media ini mutlak adanya dalam suatu proses
pembelajaran.
Page 34
23
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Secara garis besar, media adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam aktifitas pembelajaran, media dapat didefinisikan
sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi
yang berlangsung antara pendidik dengan siswa. (Sutikno, 2008:101)
Akhmad Sudrajat dalam artikel Media Pembelajaran (http://akhmad
sudrajat/wordpress.com/, 12 Januari 2008) menyebutkan berbagai jenis media
belajar, diantaranya:
a. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
b. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
c. Projected still media: slide, projector, dan sejenisnya
d. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),
komputer dan sejenisnya.
Terdapat beberapa karakteristik media, antara lain :
a. Kemampuan dalam menyajikan gambar (presentation)
b. Faktor ukuran (size); besar atau kecil
c. Faktor warna (color): hitam putih atau berwarna
d. Faktor gerak: diam atau bergerak
e. Faktor bahasa: tertulis atau lisan
f. Faktor keterkaitan antara gambar dan suara: gambar saja, suara saja, atau
gabungan antara gambar dan suara.
Page 35
24
Winataputra (2005:5.5) mengemukakan beberapa alasan mengapa media
pembelajaran sangat penting sehingga harus terintegrasi dalam proses
pembelajaran, yaitu:
a. Banyak hasil peenelitian yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran
akan lebih berhasil bila siswa turut aktif dalam pembelajaran tersebut, dan
hal ini hanya dapat terjdi dengan adanya media.
b. Salah satu temuan menyatakan bahwa rata-rata jumlah informasi yang
diperoleh seseorang melalui indera memiliki komposisi sebagai berikut:
1) 75% melalui penglihatan (visual)
2) 13% melalui pendengaran (audio)
3) 6% melalui sentuhan
4) 6% melalui penciuman dan pengecap.
c. Temuan lainnya menunjukkan bahwa pengetahuan yang dapat diingat
seseorang antara llain bergantung pada melalui indera apa ia memperoleh
pengetahuannya.
Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu
guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan
abad ke–20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio,
sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini
penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan
interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Page 36
25
Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur
yang telah dirumuskan. Kata computer semula dipergunakan untuk
menggambarkan orang yang perkerjaannya melakukan perhitungan aritmatika,
dengan atau tanpa alat bantu, tetapi arti kata ini kemudian dipindahkan kepada
mesin itu sendiri. Asal mulanya, pengolahan informasi hampir eksklusif
berhubungan dengan masalah aritmatika, tetapi komputer modern dipakai untuk
banyak tugas yang tidak berhubungan dengan matematika. Dalam definisi seperti
itu terdapat alat seperti slide rule, jenis kalkulator mekanik mulai dari abakus dan
seterusnya, sampai semua komputer elektronik yang kontemporer. Istilah lebih
baik yang cocok untuk arti luas seperti "komputer" adalah "yang memproses
informasi" atau "sistem pengolah informasi."
Pembelajaran dengan bantuan komputer atau Computer Assisted
Instruction (CAI) adalah pengajaran yang menggunakan komputer sebagai alat
bantu. Komputer ini membuka berbagai kemungkinan yang dapat dimanfaatkan
guna pendidikan. Bila dibandingkan dengan pengajaran konvensional, dengan
komputer anak didik dapat belajar lebih cepat. Akan tetapi, hasil belajar murid
tidak dinilai berdasarkan norma dalam kelas, karena anak didik bekerja secara
individual. (Nasution, 2000:60)
Media komputer saat ini menjadi sangat populer dan menjadi salah satu
media belajar yang paling digandrungi oleh para siswa. Hal ini disebabkan karena
komputer sebagai media belajar, selain mampu menampilkan bahan ajar yang
bersifat audio-visual, tetapi juga dapat dimanfaatkan secara interaktif. Inilah salah
Page 37
26
satu kelebihan media komputer yang tidak dimiliki oleh media apapun di dunia
saat ini.
Penggunaan komputer sebagai media belajar saat ini sudah tidak dapat
dipungkiri lagi. Bentuk komunikasi guru dalam budaya „talk and chalk‟ harus
mulai dihilangkan, karena nyaris tidak ada perubahan yang menonjol dalam hasil
belajar yang dicapai.
Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki seseorang sebagai
akibat proses belajar yang telah ditempuhnya. William Burton dalam skripsi karya
Supartini (2008:11) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan kemampuan
yang dicapai oleh pembelajar/peserta didik.
Hasil belajar bukan sekedar penguasaan suatu hasil latihan melainkan
adanya perubahan perilaku tahap-demi tahap, baik dalam ranah kognitif, afektif,
ataupun psikomotor, yang lambat laun terintegrasi menjadi suatu kepribadian.
Seseorang yang telah melakukan proses belajar akan terlihat perubahan dalam
salah satu atau beberapa ranah tingkah laku tersebut.
Oemar Hamalik dalam skripsi karya Marliani (2009:23) menyatakan bahwa
tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada
setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut, yaitu:
a. Pengetahuan
b. Kebiasaan
c. Keterampilan
d. Apresiasi
Page 38
27
e. Emosional
f. Hubungan sosial
g. Jasmani
h. Etis atau budi pekerti, dan
i. Sikap
Hasil belajar anak didik dapat dilihat dengan melakukan kegiatan evaluasi.
Evaluasi berguna untuk mengetahui sampai mana pencapaian siswa terhadap
suatu tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan evaluasi pendidik juga
dapat memperoleh timbal balik yang kemudian digunakan untuk memperbaiki
serta mengembangkan proses pembelajaran berikutnya.
Evaluasi berarti penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah
assessment yang berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang
dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. (Syah,
2006:195)
Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 58 (1), evaluasi hasil
belajar siswa dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
belajar siswa secara berkesinambungan. (Sutikno, 2008:114)
Lebih rinci, Sutikno (2008:114) menyebutkan beberapa keguanaan
evaluasi, antara lain:
a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa.
b. Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompok kelasnya.
Page 39
28
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses
belajar mengajar.
d. Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual siswa.
e. Membuat diagnosis mengenai kelemahan-kelemahan dan kemampuan
siswa.
f. Bahan pertimbangan bagi perubahan arau perbaikan kurikulum.
g. Mengetahui status akademis seorang siswa dalam kelompok.
h. Mengetahui efisiensi metode mengajar yang digunakan.
i. Memberikan laporan kepada siswa dan orang tua.
j. Sebagai alat motivasi.
k. Mengetahui efektifitas cara belajar mengajar yang telah dilakukan.
l. Sebagai bahan umpan balik bagi siswa, guru, dan program pembelajaran.
Pada umumnya, ada dua teknik evaluasi, yaitu tes dan non-tes.
Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk
yang ditujukan kepada siswa untuk mendapat respon sesuai petunjuk. (Sutikno,
2008:117)
Secara umum tes dibagi dua, yaitu tes kepribadian (personality test) dan
tes prestasi (achivement test). Adapun bentuk-bentuk tes antara lain:
a. Tes tertulis, yaitu tes yang soal dan jawaban diberikan kepada siswa
berupa bahasa tertulis, yang terdiri atas:
1) Tes uraian, yaitu tes yang menuntut anak untuk menguraikan
jawabannya dengan kata-kata dan cara tersendiri.
Page 40
29
2) Tes obyektif, yaitu tes yang itemnya dapat dijawab dengan memilih
jawaban yang sudah tersedia.
b. Tes lisan, yaitu tes yang soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.
c. Tes perbuatan/tindakan, yaitu tes dimana jawaban yang dituntut dari siswa
berupa tindakan atau tingkah laku konkrit.
Non-tes merupakan cara pengumpulan data yang tidak menggunakan alat-
alat baku, tidak bersifat mengukur, dan tidak memperoleh angka-angka sebagai
hasil pengukuran. (Sutikno, 2008:130)
Yang termasuk teknik non-tes, seperti:
a. Observasi, yaitu penghimpunan bahan-bahan keterangan yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap berbagai fenomena yang dijadikan objek pengamatan.
b. Wawancara, yaitu komunikasi langsung antara yang mewawancarai
dengan yang diwawancarai.
c. Skala sikap, yaitu kumpulan pernyataan mengenai sikap suatu objek.
d. Chek list, yaitu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan
diamati.
e. Ranting scale, yaitu daftar yang mengukur persepsi objek terhadap
berbagai fenomena lingkungan.
f. Angket, yaitu alat untuk mengumpulkan dan mencatat data/informasi,
sikap, dan faham dalam hubungan kausal.
Page 41
30
B. Pendidikan Agama Islam
1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu
pengetalman yang ditempuht atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat tertentu
atau ijazah. Di samping itu, kurikulum juga diartikan sebagai suatu rencana yang
disengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Itulah sebabnya
orang pada waktu lalu juga menyebut kurikulum dengan istilah "Rencana
Pembelajaran" yang merupakan terjemahan istilah “Learning Plan”. Rencana
pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam asas-asas didaktik yang
harus dikuasai (atau paling tidak diketahui) oleh seorang guru atau calon guru.
Kurikulum merupakan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala
kegiatan pendidikan yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas.
Dalam hal ini kita dapat memandang bahwa kurikulum merupakan suatu program
yang didesain, direncanakan, dikembangkan dan akan dilaksanakan dalam situasi
belajar mengajar yang sengaja diciptakan di sekolah. Atas dasar hal tersebut,
kurikulum kemudian dapat didefinisikan sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan
tertentu.
Abdul Mujib memaknai kurikulum sebagai perangkat perencanaan dan
media untuk menghantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan
pendidikan yang diinginkan. Ahmad Tafsir lebih jauh mengatakan pengertian
kurikulum sebagai program dalam mencapai tujuan pendidikan. Umumnya isi
kurikulum adalah nama-nama pelajaran beserta silabinya. (Hermawan, 2008:99)
Page 42
31
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk
peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Dalam Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP/MTs
Tahun 2006 dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam diberikan dengan
mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk
mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia,
serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis,
saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya
menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan
keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang
bermartabat.
Al-Syaiban, dalam buku Ilmu Pendidikan Islam karya Hermawan
(2008:102) menetapkan empat dasar pokok dalam kurikulum pendidikan Islam,
yaitu:
a. Dasar religi, yang merupakan dasar pokok dalam pendidikan Agama
Islam.
b. Dasar filsafat, yang memberikan arah dan tujuan pendidikan Islam.
c. Dasar psikologis, berkaitan dengan perkembangan psikologis peserta
didik.
Page 43
32
d. Dasar sosiologis, yang memberikan implikasi bahwa kurikulum
pendidikan memegang peranan penting dalam penyampaian dan
pengembangan budaya, sosialisasi individu, dan rekonstruksi masyarakat.
2. Pembelajaran Tajwid dalam Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai
berikut: Al Qur‟an dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh dan Kebudayaan
Islam. Ilmu tajwid merupakan salah satu materi pembelajaran yang termasuk
dalam aspek Al Qur‟an dan Hadits yang kemudian harus disampaikan kepada
siswa melalui proses pembelajaran yang menyenangkan.
Ilmu tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca
Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara dan
menjaga bacaan Al-Quran dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan
(mulut) dari kesalahan membaca.
Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah wajib, karena hukum membaca
Al-Qur‟an dengan baik dan benar juga wajib bagi setiap mukallaf, sebagaimana
Allah SWT berfirman:
“…dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (tartil).” (Q.S. al-
Muzzammil : 4)
Ruang lingkup bahasan ilmu tajwid adalah seputar huruf hijaiyah
(makharijul huruf) dan berbagai harakat (mad) serta berbagai hal lainnya yang
berkaitan dengan bacaan Al-Qur‟an, seperti: hukum bacaan nun mati dan tanwin,
hukum bacaan mim mati, hukum bacaan alif lam, hukum bacaan qalqalah, dan
hukum waqaf.
Page 44
33
Hukum bacaan nun mati dan tanwin merupakan materi pembelajaran yang
penulis angkat dalam skripsi ini, yang merupakan satu materi pembelajaran di
kelas 7 semester 2 SMP/MTs. Sebagaimana tertera dalam Standar Isi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 untuk Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam SMP/MTs yang telah disusun oleh pemerintah melalui Badan Nasional
Standar Pendidikan (BSNP), sebagai berikut:
Kelas/Semester : 7 (tujuh) / 2 (dua)
Standar Kompetensi : Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim
mati.
Kompetensi Dasar :
a. Menjelaskan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati.
b. Membedakan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati.
Terdapat empat hukum bacaan nun mati dan tanwin, yaitu:
a. Idzhar khalqi, yaitu nun mati dan tanwin harus dibaca terang, pendek dan
jelas, tidak samar dan tidak mendengung, apabila bertemu dengan salah
satu huruf khalqi (tenggorokan). Yang termasuk huruf khalqi yaitu ha,
kha, ‘ain, ghin, Ha, dan Hamzah.
b. Idgham, yang terbagi atas:
1) Idgham bighunnah, yaitu memasukkan suara nun mati dan tanwin ke
dalam suara salah satu hurufnya dengan men-tasydid-kan dan
mendengungkannya, serta dibaca agak panjang. Huruf-huruf Idgham
bighunnah yaitu ya, nun, mim, dan wau.
Page 45
34
2) Idgham bilaghunnah, yaitu memasukkan suara nun mati dan tanwin ke
dalam suara salah satu hurufnya dengan men-tasydid-kan tetapi tidak
mendengungkannya dan dibaca pendek. Huruf-huruf Idgham
bighunnah yaitu lam dan ra’.
c. Iqlab, yaitu menukar suara nun mati dan tanwin dengan suara mim apabila
bertemu dengan huruf ba, serta dibaca mendengung dan agak panjang.
d. Ikhfa haqiqi, yaitu nun mati dan tanwin harus dibaca samar
(menyembunyikan bentuk aslinya) sehingga terdengar mendengung dan
agak panjang apabila bertemu dengan salah satu hurufnya, yaitu: ta, tsa,
jim, dal, dza, zay, sin, syin, shod, dlod, tho, dzo, fa, qaf, dan kaf.
Berikut diagram hukum bacaan nun mati dan tanwin:
Page 46
35
35
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian eksperimental
dengan menggunakan kelompok yang diteliti (Experimental Group) dan
kelompok pembanding (Control Group), karena dalam penelitian ini akan diukur
seberapa besar peningkatan hasil belajar yang dicapai pada pembelajaran tajwid
dengan dan tanpa media komputer.
Eksperimen merupakan observasi di bawah kondisi buatan di mana
kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. Dengan demikian penelitian
eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi
terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. (Hatimah, 2007:104)
Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki ada
tidaknya hubungan sebab akibat, berapa besar hubungan sebab-akibat, dengan
cara memberi perlakuan tertentu pada kelompok eksperimental dan menyediakan
kontrol untuk perbandingan. (Hatimah, 2007:104)
B. Prosedur Penelitian
1. Menyusun instrumen penelitian.
2. Memilih populasi dan sampel penelitian, serta membagi kelompok
pembanding (control group) dan kelompok yang dibandingkan
(experimental group).
Page 47
36
3. Memberikan tes awal (pre-test), untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa pada materi terkait sebelum proses pembelajaran, serta
untuk mendapatkan nilai reliabilitas dan validitas instrumen penelitian.
4. Melaksanakan proses pembelajaran/tindakan penelitian.
Proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak 4 jam pelajaran (2 kali
pertemuan) untuk masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol,
untuk menyelesaikan 2 kompetensi dasar dengan materi pembelajaran
“Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin”.
5. Memberikan tes akhir (post-test), untuk mendapatkan nilai hasil belajar
siswa.
6. Menghitung dan menganalisis data.
7. Menyusun dan membahas hasil penelitian.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam Encyclopedia of
Educational Evaluation tertulis: A population is a set (or collection) of all
elements prossessing one or more attributes of ineterest. (Arikunto, 2006:130)
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian kepada populasi. (Arikunto, 2006:131)
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 6
Darangdan yang berjumlah 109 siswa, terdiri atas 65 siswa laki-laki dan 44 siswa
perempuan.
Page 48
37
Karena populasi penelitian ini bersifat homogen dan berjumlah lebih dari
100 orang, maka penulis mengambil sampel 20 % dari populasi secara acak
sederhana (simple random sampling) dengan cara diundi, yaitu sejumlah 22 siswa.
Sebagaimana pernyataan Suharsimi Arikunto (2006:134) bahwa setiap subjek
dalam populasi yang bersifat homogen memiliki kesempatan yang sama untuk
dijadikan sampel.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, atau teknik penelitian, merupakan cara yang
dipakai untuk mengumpulkan data. Sedangkan instrumen penelitian merupakan
alat penelitian/alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut.
(Suryana, 2008:157)
Beberapa metode dan jenis instrumen penelitian yang dibagi oleh
Suharsimi Arikunto (2006:149), adalah sebagai berikut:
1. Instrumen untuk metode tes ialah tes/soal tes.
2. Instrumen untuk metode angket ialah angket/kuesioner.
3. Instrumen untuk metode observasi ialah daftar cek/check-list.
4. Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi,
atau dapat juga check-list.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan,
atau bakat yang dimiliki secara individu maupun kelompok. Tes prestasi adalah
Page 49
38
tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari
sesuatu. (Arikunto, 2006:150)
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode tes dalam
mengumpulkan data. Instrumen digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran, serta seberapa besar
peningkatan yang terjadi. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ialah
berupa tes prestasi (achievement test) dalam bentuk tes tulis berupa 10 soal isian
singkat (short answer items). Instrumen yang disusun mengacu pada Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP
yang telah ditentukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, serta dengan
melihat indikator yang telah dirumuskan oleh Guru Mata Pelajaran PAI SMP
Negeri 6 Darangdan.
E. Teknik Analisis Data
Instrumen digunakan pada pre-test dan post-test. Pre-test bertujuan untuk
mengukur kemampuan siswa sebelum proses pembelajaran serta uji coba untuk
menemukan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Sedangkan post-
test bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran.
Validitas adalah suatu ukurran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
keshahihan suatu instrumen. (Arikunto, 2006:169)
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena
instrumen itu sudah baik. (Arikunto, 2006:178)
Page 50
39
Untuk itu, setelah data uji coba terkumpul, penulis kemudian menghitung
tingkat validitas dan reliabilitas instrumen dengan menggunakan Rumus Pearson:
rxy = Koefisien korelasi
N = Jumlah sample uji coba
ΣX = Jumlah skor butir pernyataan ganjil
ΣY = Jumlah skor butir pernyataan genap
ΣXY = Jumlah perkalian X dan Y (Sudjana, 2005:368)
Penulis kemudian menghitung r-hitung dan t-hitung dengan menggunakan
Rumus Spearman-Brown:
rXY = Koefisien korelasi
n = Jumlah sampel (Sudjana, 2005:377)
Seluruh data hasil penelitian yang terkumpul, baik nilai pre-test maupun
post-test dari kelompok pembanding (Control Group) maupun kelompok yang
dibandingkan (Experimental Group), kemudian dihitung dan dianalisa dengan
menggunakan uji-t (t-test) untuk mendapatkan nilai-t (t-value), yaitu nilai korelasi
antara variabel x dan variabel y, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Menghitung nilai rata-rata (M) tiap kelompok:
Page 51
40
M = Rata-rata
X = Nilai hasil tes
n = Jumlah data (Sudjana, 2005:67)
Menghitung standar deviasi (Sd) tiap kelompok:
Sd = Standar deviasi
X = Nilai hasil tes
n = Jumlah data (Sudjana, 2005:93)
Menghitung t-value (distribusi selisih) dari pre-test dan post-test:
t = Nilai t (t-value)
M1 = Rata-rata experimental group
M2 = Rata-rata control group
Sd1 = Standar deviasi experimental group
Sd2 = Standar deviasi control group
N1 = Jumlah siswa experimental group
N2 = Jumlah siswa control group (Sudjana, 2005:189)
Setelah nilai-t didapat, lalu dikonsultasikan dengan tabel nilai-t, hingga
diperoleh nilai signifikansi peningkatan hasil belajar antara kelompok
eksperimental dengan kelompok kontrol. (Arikunto, 2006:306)
Page 52
41
F. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas 7 SMP Negeri 6 Darangdan Kabupaten
Purwakarta, yang berada di Jalan Cisomang Desa Depok Kecamatan Darangdan
Kabupaten Purwakarta, pada minggu ke-1 hingga minggu ke-2 Nopember 2009.
Page 53
42
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian
Di SMP Negeri 6 Darangdan, materi pembelajaran Tajwid merupakan
salah satu materi Pendidikan Agama Islam yang siswanya memiliki hasil belajar
di bawah rata-rata. Syarif Hidayat, S.Pd., seorang guru Pendidikan Agama Islam
sekaligus pembimbing kegiatan ekstrakurikuler Iqra‟ Al-Qur‟an di SMP Negeri 6
Darangdan menyebutkan bahwa saat ini hanya sebagian kecil dari seluruh siswa
yang mampu membaca Al-Qur‟an dengan tartil serta mengetahui tajwidnya.
Hal ini tentu butuh perhatian dan upaya lebih, termasuk dengan mencoba
memanfaatkan media komputer untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
materi pembelajaran tajwid. SMP Negeri 6 Darangdan yang telah memiliki kelas
komputer lengkap dengan perangkat kerasnya (komputer dan proyektor), memiliki
cukup sarana, paling tidak untuk memulai upaya tersebut.
Berikut profil SMP Negeri 6 Darangdan per-Agustus 2009 yang penulis
dapat dari Kepala SMP Negeri 6 Darangdan - Purwakarta:
1. Nama Sekolah : SMP Negeri 6 Darangdan
2. Alamat : Jl. Cisomang- Plered KM. 06 Desa Depok
Kec. Darangdan Kab.Purwakarta 41163
3. NSS : 201022005007
4. Jenjang Akreditasi : B ( Baik )
5. Tahun didirikan : 2002
Page 54
43
6. Tahun Beroperasi SK : 2005
7. Kepemilikan Tanah : Kas Desa
a. Status tanah : Sertifikat
b. Luas Tanah : 6000 m2
8. Status bangunan milik : Pemerintah
9. Luas Seluruh Bangunan : 1237,5 m 2
10. Data Siswa dalam 5 tahun terahir
Th.
Pelajaran
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Jml
Siswa
Jml
Rombel
2005-06
2006-07
2007-08
2008-09
2009-10
75
120
131
101
109
2
3
3
3
3
60
75
120
130
101
2
2
3
3
3
45
60
75
91
130
1
2
3
3
3
11. Data Ruang Kelas
Jumlah Ruang Kelas Asli
Jml yang digunakan
untuk R. Kelas R. Kelas
Ukuran
7x9m2
(a)
Ukuran
<63m2
(b)
Ukuran
>63m2
(c)
R. Kelas VII
R. Kelas VIII
R. Kelas IX
3 ruang
3 ruang
3 ruang
- -
9 Ruang
Page 55
44
12. Data Ruang Lain
Jenis Ruang Jumlah Ukuran
(m2)
1. Perpustakaan
2. Lab IPA
3. Lab Komputer
4. Keterampilan
1
1
1
-
7x12 m2
7x12 m2
7x12 m2
-
13. Data Guru dan Tata Usaha
Status Kepegawaian Jumlah Guru
dan Pegawai
Guru Tetap (PNS)
Guru Bantu
Guru Kontrak
Guru Tidak Tetap
TU Tetap (PNS)
TU Honda
TU Sukwan
Pesuruh Sukwan
7 orang
-
-
10 orang
3 orang
1 orang
2 orang
2 orang
B. Data Responden
Penelitian yang penulis lakukan merupakan studi analisis yang bersifat
eksperimen, yang menggunakan 22 peserta didik sebagai sampel (responden)
yang diambil secara acak dari 109 total populasi di kelas VII SMP Negeri 6
Darangdan – Purwakarta. 22 responden tersebut selanjutnya disebut sebagai
kelompok eksperimen. Sebagai pembanding, penulis membentuk kelompok
Page 56
45
kontrol yang terdiri atas 22 peserta didik juga yang diambil secara acak dari sisa
siswa yang ada.
Siswa kelas VII SMP Negeri 6 Darangdan – Purwakarta pada tahun ajaran
2009/2010 berjumlah 109 siswa yang terdiri atas 65 siswa laki-laki dan 44 siswa
perempuan. Siswa dibagi dalam tiga rombongan belajar, dengan rincian sebagai
berikut:
Kelas
Total VII A VII B VII C
L P L P L P
21 siswa 15 siswa 20 siswa 17 siswa 24 siswa 12 siswa 109 siswa
Adapun responden yang penulis gunakan dalam penelitian ini diambil
secara acak dari populasi tersebut, dengan rincian sebagai berikut:
Kelompok
Kelas
Total VII A VII B VII C
L P L P L P
Eksperimen 2 5 2 5 6 2 22 siswa
Kontrol 6 1 5 3 5 2 22 siswa
Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk memperoleh data tentang
peningkatan hasil belajar siswa pada materi tajwid (hukum bacaan nun
mati/tanwin), dengan dan tanpa media komputer dalam proses pembelajarannya.
Karena itu, untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, penulis mengumpulkan
beberapa informasi yang dianggap perlu dari guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam SMP Negeri 6 Darangdan – Purwakarta, sehingga mendapat
kesimpulan keadaan siswa sebagai berikut:
Page 57
46
1. Seluruh siswa kelas VII belum pernah sekalipun mempelajari materi
ajar tajwid (hukum bacaan nun mati/tanwin) di tingkat SMP.
2. Seluruh siswa kelas VII belum pernah mengikuti kegiatan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan media
komputer.
Dari informasi tersebut diperoleh data bahwa seluruh siswa kelas VII SMP
Negeri 6 Darangdan – Purwakarta memiliki latar belakang yang sama terkait
dengan materi ajar dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Analisis Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang digunakan dalam penelitian perlu diuji nilai validitas dan
reliabilitas. Dalam hal ini, penulis menyampaikan instrumen kepada seluruh
responden, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, sebagai uji
coba (try out) sekaligus tes awal.
Dari uji coba inilah penulis melakukan analisis validitas dan reliabilitas
hingga memperoleh hasil sebagai berikut:
a. Analisis Validitas
Jumlah Responden (∑N) : 22
Jumlah Soal : 10
Nilai Korelasi (rXY) :
Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Page 58
47
0,295 0,137 0,295 0,338 0,216 0,137 0,216 0,420 0,338 0,132
Nilai r-hitung :
Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1,382 0,618 1,382 1,608 0,989 0,618 0,989 2,070 1,608 0,596
Nilai r-tabel : 0,423
Penulis melakukan analisis validitas dengan menggunakan rumus
distribusi sampling koefisien korelasi, yang hasilnya kemudian
dikonsultasikan dengan tabel r-product moment. (Sudjana, 2005:377)
Karena nilai r-hitung masing-masing nomor soal lebih besar daripada nilai
r-tabel (0,423), maka seluruh soal dalam instrumen dapat dinyatakan valid
untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.
b. Analisis Reliabilitas
Jumlah Responden (∑N) : 22
Jumlah Soal : 10
Jumlah Skor Nomor Soal Genap (∑X) : 39
Jumlah Skor Nomor Soal Ganjil (∑Y) : 36
Jumlah Kuadrat Skor Nomor Soal Genap (∑X2) : 81
Jumlah Kuadrat Skor Nomor Soal Ganjil (∑Y2) : 68
Jumlah Hasil Kali Ganjil dan Genap (∑XY) : 69
Nilai Korelasi (rXY) : 0,499
Nilai t-hitung : 0,666
Nilai t-tabel : 0,423
Page 59
48
Penulis melakukan analisis reliabilitas dengan menggunakan rumus
spearman-brown, yang hasilnya kemudian dikonsultasikan dengan tabel r-
product moment. (Arikunto, 2006:180)
Karena nilai t-hitung (0,666) lebih besar daripada nilai t-tabel (0,423),
maka instrumen dapat dinyatakan cukup reliabel untuk digunakan sebagai
instrumen penelitian.
2. Analisis Hasil Tes Awal dan Tes Akhir
Adapun data yang diperoleh dari tes awal dan tes akhir adalah sebagai
berikut:
a. Tes awal
1) Kelompok Eksperimen
Nilai Rata-Rata (M) : 3,86
Simpangan Baku (Sd) : 1,246
2) Kelompok Kontrol
Nilai Rata-Rata (M) : 3,41
Simpangan Baku (Sd) : 1,221
b. Tes akhir
1) Kelompok Eksperimen
Nilai Rata-Rata (M) : 7,82
Simpangan Baku (Sd) : 1,221
2) Kelompok Kontrol
Nilai Rata-Rata (M) : 6,00
Simpangan Baku (Sd) : 1,543
Page 60
49
Dari data di atas, penulis menghitung nilai-t (distribusi selisih) antara
kedua kelompok eksperimen dan kontrol, baik pada tes awal maupun tes akhir.
Penulis juga menentukan nilai derajat kebebasan (db) sebagai acuan untuk
mengkonsultasikan nilai-t dengan tabel distribusi t, sehingga diperoleh hasil:
Nilai-t Tes Awal (t1) : 1,072
Nilai-t Tes Akhir (t2) : 4,357
Derajat Kebebasan (db) : 42
Nilai-t Tabel (tt) : 1,68
t1 < tt < t2
1,072 < 1,68 < 4,357
Terlihat bahwa nilai-t (t1) tes awal lebih kecil daripada nilai-t tabel (tt),
dan nilai-t (t2) tes akhir lebih besar daripada nilai-t tabel (tt).
Artinya, bahwa pada tes awal (t1), kedua kelompok eksperimen dan
kontrol memiliki kemampuan dan pengetahuan yang sama pada materi ajar
hukum bacaan nun mati/tanwin, tidak terdapat kesenjangan/perbedaan yang
signifikan. Tetapi pada tes akhir (t2), terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kontrol.
3. Nilai Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Berikut data perkembangan nilai hasil belajar siswa:
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Rata-Rata Tes Awal 3,86 3,41
Rata-Rata Tes Akhir 7,82 6,00
Rata-Rata Peningkatan 3,96 2,59
Total Peningkatan 103 % 76 %
Page 61
50
Tabel di atas menunjukkan perbedaan nilai peningkatan rata-rata antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mampu
memperoleh angka rata-rata peningkatan sebesar 3,96 atau naik 103 %, sedangkan
kelompok kontrol hanya mampu memperoleh angka rata-rata peningkatan sebesar
2,59 atau naik 76 %. Hal ini menunjukkan bahwa media komputer cukup efektif
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tajwid.
Nilai Peningkatan %
Kelompok Eksperimen 3,96 103
Kelompok Kontrol 2,59 76
Selisih 1,37 27
Selisih yang diperoleh antara nilai peningkatan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol juga cukup signifikan. Hal ini terlihat pada tabel di atas, bahwa
terdapat selisih nilai peningkatan sebesar 1,37 atau sekitar 27 %.
4. Pembahasan
Di awal pembelajaran, baik kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol memiliki kemampuan yang tidak terlalu berbeda pada pembelajaran tajwid
(materi hukum bacaan nun mati/tanwin). Hal ini terlihat dari perolehan nilai rata-
rata tes awal kelompok eksperimen sebesar 3,86 dan kelompok kontrol sebesar
3,41. Kedua kelompok tersebut juga sama sekali belum pernah mempelajari
materi ajar tersebut dengan atau tanpa media komputer.
Masing-masing kelompok kemudian mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan materi ajar, metode, dan kegiatan pembelajaran yang sama persis.
Perbedaannya terdapat pada media yang dimanfaatkan, dimana kelompok kontrol
mengikuti kegiatan pembelajaran tanpa media komputer, sedangkan kelompok
Page 62
51
eksperimen mengikuti kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media
komputer.
Di akhir pembelajaran, siswa diberi tes akhir yang memperlihatkan hasil
belajar masing-masing kelompok. Kelompok eksperimen memperoleh rata-rata
nilai tes akhir sebesar 7,82, sedangkan kelompok kontrol hanya memperoleh rata-
rata nilai tes akhir sebesar 6,00. Di sini terlihat bahwa kelompok eksperimen
memperoleh rata-rata nilai yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Adapun rata-rata nilai peningkatan kelompok eksperimen adalah sebesar
3,96 atau naik 103 %, sedangkan kelompok kontrol hanya memperoleh rata-rata
nilai peningkatan sebesar 2,59 atau naik 76 %. Terdapat selisih nilai peningkatan
hasil belajar sebesar 1,37 atau 27 %.
Dari pembahasan di atas, serta berdasarkan kepada rumusan masalah yang
telah dirumuskan di awal penelitian, penulis dapat memperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
a. Nilai peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa yang memanfaatkan
komputer pada pembelajaran Tajwid adalah sebesar 3,96 atau naik 103 %
dari sebelumnya.
b. Nilai peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa yang tidak
memanfaatkan komputer pada pembelajaran Tajwid adalah sebesar 2,59
atau naik 76 % dari sebelumnya.
c. Perbedaan nilai peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa yang
memanfaatkan komputer pada pembelajaran Tajwid lebih besar 1,37 atau
27 % daripada siswa yang tidak memanfaatkan media komputer.
Page 63
52
Sehingga hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa nilai peningkatan
hasil belajar siswa yang memanfaatkan media komputer lebih besar daripada
siswa yang tidak memanfaatkan media komputer pada pembelajaran Tajwid,
dapat diterima.
Page 64
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini mengambil judul “Efektifitas Pemanfaatan Media Komputer
dalam Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran Tajwid” (Study Eksperimen
di Kelas VII SMP Negeri 6 Darangdan Kabupaten Purwakarta).
Dari penelitian ini, penulis dapat memperoleh data bahwa:
1. Nilai peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa yang memanfaatkan
komputer pada pembelajaran Tajwid adalah sebesar 3,96 atau naik 103 %
dari sebelumnya.
2. Nilai peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa yang tidak
memanfaatkan komputer pada pembelajaran Tajwid adalah sebesar 2,59
atau naik 76 % dari sebelumnya.
3. Perbedaan nilai peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa yang
memanfaatkan komputer pada pembelajaran Tajwid lebih besar 1,37 atau
27 % daripada siswa yang tidak memanfaatkan media komputer.
Dapat disimpulkan bahwa siswa yang memanfaatkan media komputer
pada pembelajaran Tajwid dapat memperoleh nilai peningkatan hasil belajar yang
lebih besar daripada siswa yang tidak memanfaatkan media komputer.
Sehingga hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa nilai peningkatan
hasil belajar siswa yang memanfaatkan media komputer lebih besar daripada
Page 65
54
siswa yang tidak memanfaatkan media komputer pada pembelajaran Tajwid,
dapat diterima.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis memiliki beberapa saran
sebagai berikut:
1. Guru Pendidikan Agama Islam di tingkat Pendidikan Menengah,
khususnya di lingkungan Kabupaten Purwakarta, perlu mencoba
berinovasi dengan memanfaatkan media komputer dalam kegiatan
pembelajarannya.
2. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, penulis
merasa perlu mengingatkan kepada seluruh guru Pendidikan Agama Islam
untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam memanfaatkan
teknologi sebagai media pembelajaran.
3. Guru juga diharapkan untuk selalu kreatif dan inovatif dalam menciptakan
media pembelajaran yang menarik bagi peserta didik, guna memperoleh
hasil belajar yang memuaskan.
4. Kepada para penyelenggara pendidikan, penulis juga menyarankan agar
senantiasa memprioritaskan pengembangan kualitas pendidikan melalui
upaya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana pendidikan, khususnya
dalam hal pengadaan dan pengembangan media pembelajaran.
Page 66
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abror, Ma‟sum. KDT. Belajar Praktis Ilmu Tajwid. Jakarta: Pustaka Ainun.
Arif, Ikhwan. Konsep dan Perencanaan dalam Automasi Perpustakaan. Makalah
Seminar dan Workshop Sehari UMM 4 Oktober 2003: Tidak diterbitkan.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Nasional Standar Pendidikan. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Tingkat SMP, MTs, dan SMP-LB. Jakarta: BNSP.
Hatimah, Ihat., Susilana, Rudi., Nuraedi. 2007. Penelitian Pendidikan. Bandung:
UPI Press.
Hermawan, Heris. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Ilmiah.
Marliani, Linda. 2009. Penerapan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran IPA di SD
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Cahaya. Skripsi S1
UPI-Purwakarta: tidak diterbitkan.
Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Republik Indonesia. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Republika Newsroom. 2008. Ilmu Tajwid. http://www.republika.co.id/.
Sadulloh, U., Robandi, B., Muharam, A. 2007. Pedagogik. Cipta Utama.
Sudjana, 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudrajat, Akhmad. Media Pembelajaran. http://akhmadsudrajat/wordpress.com/.
tanggal 12 Januari 2008.
Supartini. 2008. Hubungan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa di SMK Al-
Hidayah 1 Jakarta Selatan. Skripsi Sarjana Pendidikan STKIP Purnama
Jakarta: Tidak diterbitkan.
Surin, Bachtiar. 1978. Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an 30 Juz. Jakarta: Fa.
Sumatra.
Suryana, Y., Priatna, T. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Tsabita.
Page 67
Sutikno, M. S., 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
________. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 2008, Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2005.
Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP; Aku Cinta Islam. Klaten:
Cempaka Putih.
Wahyudin, Dinn. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka
Winataputra, Udin S. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka
Yasin, E.J.. 2007. Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP. Jakarta: PT. Sunda
Kelapa.