Top Banner

of 78

Skripsi Edy

Mar 02, 2018

Download

Documents

Miftah Arifin
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    1/78

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Pekerja/ buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena

    adanya pekerjaan yang harus dilakukan dimana ada unsur perintah, upah dan

    waktu. Hubungan kerja ini terjadi antara pekerja/buruh dengan pemberi kerja yang

    sifatnya individual. Para pekerja/buruh mempunyai hak untuk membentuk suatu

    organisasi pekerja bagi kepentingan para pekerja/buruh tersebut sebagaimana

    diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/

    Serikat Buruh.

    Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,

    milik orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum, baik milik swasta

    maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan memberi upah

    atau imbalan dalam bentuk lain.

    Antara pekerja/buruh dan pengusaha mempunyai persamaan kepentingan

    ialah kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan, tetapi di sisi lain hubungan

    antar keduanya juga memiliki perbedaan dan bahkan potensi konflik, terutama

    apabila berkaitan dengan persepsi atau interpretasi yang tidak sama tentang

    kepentingan masing-masing pihak yang pada dasarnya memang ada perbedaan.

    Pemerintah berfungsi utama mengadakan pengaturan agar hubungan antara

    pekerja/ buruh dengan pengusaha berjalan serasi dan seimbang yang dilandasi

    oleh pengaturan hak dan kewajiban secara adil serta berfungsi sebagai penegak

    hukum. Disamping itu pemerintah juga berperan sebagai penengah dalam

    1

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    2/78

    2

    menyelesaikan konflik atau perselisihan yang terjadi secara adil. Pada dasarnya

    pemerintah juga menjaga kelangsungan proses produksi demi kepentingan yang

    lebih luas.

    Dengan adanya Hubungan kerja yaitu hubungan antara pengusaha dengan

    pekerja/ buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan,

    upah dan perintah atau Hubungan Industrial yaitu suatu sistem hubungan yang

    terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang

    terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh dan pemerintah yang didasarkan pada

    nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

    Tahun 1945, 1 maka antara pekerja/buruh dengan pengusaha akan menimbulkan

    adanya hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, baik dari pihak

    pekerja/buruh maupun pihak pengusaha. Hak dan kewajiban tersebut telah diatur

    dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

    Pengaturan hak dan kewajiban dituangkan didalam Perjanjian Kerja, Peraturan

    Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

    Hubungan Industrial tersebut perlu diatur dengan tujuan akhir adalah

    terciptanya produktivitas atau kinerja perusahaan dalam bentuk peningkatan

    produktivitas serta kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan pengusaha secara adil.

    Untuk dapat mencapai tujuan akhir tersebut maka perlu adanya ketenangan kerja

    dan berusaha atau industrial peace, sebagai tujuan antara. Meningkatnya

    produktivitas dan kesejahteraan saling kait mengait, tidak dapat dipisahkan satu

    dengan yang lainnya dan bahkan saling mempengaruhi. Produktivitas perusahaan

    yang diawali dengan produktivitas kerja hanya mungkin terjadi apabila didukung

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    3/78

    3

    oleh kondisi pekerja/buruh yang sejahtera atau ada harapan yang nyata akan

    adanya peningkatan kesejahteraan diwaktu yang akan datang.

    Sebaliknya kesejahteraan semua pihak khususnya para pekerja/ buruh hanya

    mungkin dapat dipenuhi apabila didukung oleh tingkat produktivitas tertentu, atau

    adanya peningkatan produktivitas yang memadai mengarah pada tingkat

    produktivitas yang diharapkan.

    Pengupahan merupakan sisi yang paling rawan di dalam hubungan

    industrial. Di satu sisi upah adalah merupakan hak bagi pekerja/buruh sebagai

    imbalan atas jasa dan/ atau tenaga yang diberikan, di lain pihak pengusaha melihat

    upah sebagai biaya. Dalam rangka memberikan perlindungan terhadap

    pekerja/buruh atas jumlah penghasilan yang diperolehnya, maka ditetapkan upah

    minimum oleh pemerintah.

    Upah merupakan hak pekerja/ buruh yang seharusnya dapat memenuhi

    kebutuhan mereka dan keluarganya. Sistem pengupahan perlu dikembangkan

    dengan memperhatikan keseimbangan antara prestasi atau produktivitas kerja,

    kebutuhan pekerja dan kemampuan perusahaan. Disamping itu perlu

    dikembangkan struktur upah yang tidak rumit dan adanya komponen upah yang

    jelas sesuai kebutuhan. Mekanisme penetapan upah dan kenaikan upah sebaiknya

    diatur didalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja

    bersama.

    Pengaturan pengupahan utamanya perlu mempertimbangkan dapat

    memenuhi kebutuhan pekerja/ buruh yang dari waktu ke waktu senantiasa

    meningkat, serta kelangsungan hidup perusahaan. Untuk itu, penetapan Upah

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    4/78

    4

    Minimum dan kenaikan Upah Minimum perlu dilakukan dan dikaji secara cermat

    sehingga semua pihak dapat menarik manfaat. Kenaikan Upah Minimum yang

    terlalu drastis akan merugikan perusahaan. Sebaliknya kenaikan yang terlalu

    datar/ landai tidak menguntungkan pekerja/ buruh, karena kenaikan tersebut akan

    kalah oleh inflasi sehingga tujuan menaikkan kesejahteraan pekerja/buruh tidak

    akan tercapai. Oleh karena itu kenaikan Upah Minimum perlu diketahui dan

    disetujui oleh semua pihak.

    Penetapan Upah Minimum sampai saat ini umumnya masih jauh dibawah

    Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Upah Minimum setidaknya dapat diarahkan

    pada pencapaian upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup minimum. Hal ini

    dikarenakan pada faktor kemampuan perusahaan yang masih cukup kesulitan

    apabila Upah Minimum disesuaikan dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

    sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

    tentang Ketenagakerjaan.

    Diakui maupun tidak, keadaan penawaran tenaga kerja jauh lebih besar

    dibanding dengan permintaan (excess supply), maka kekuatan tawar tenaga kerja

    menjadi lemah. Hal ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tingkat

    upah, khususnya bagi tenaga kerja dengan tingkat kemampuan rendah. Hal ini

    karena lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah tenaga

    kerja. Terhadap pekerja/ buruh yang terlalu menuntut macam-macam seperti

    misalnya menuntut upah yang terlalu tinggi maka tidak segan-segan pengusaha

    akan menawarkan dua pilihan kepada pekerja/ buruh tersebut untuk memilih tetap

    bekerja dengan upah yang telah ditetapkan atau dilakukan Pemutusan Hubungan

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    5/78

    5

    kerja (PHK).

    Ketika pekerja/ buruh dihadapkan pada kondisi tersebut, maka tidak ada

    pilihan lain dan tidak ada daya tawar lagi kecuali memilih untuk tetap bekerja

    walaupun dengan upah tidak sepadan dengan pekerjaan yang dilakukannya.

    Apabila pekerja memilih untuk keluar dari pekerjaannya, pasti pekerja/buruh

    tersebut akan mengalami kesulitan karena rata-rata kemampuan Sumber Daya

    Manusia (SDM) para pekerja/ buruh hanya pas-pasan sehinggauntuk mencari

    pekerjaan yang lain akan kesulitan karena harus bersaing dengan para pencari

    kerja yang masih menganggur dan karena lapangan pekerjaan yang sangat

    terbatas.

    Untuk itu sangat diperlukan adanya penetapan Upah Minimum sebagai

    upaya melindungi para pekerja/ buruh sehingga upah yang diterimanya dapat

    menjamin kesejahteraan bagi dirinya maupun keluarganya dan para pekerja/buruh

    tidak diperlakukan semena-mena oleh pengusaha yang mempunyai kewenangan

    dan kekuasaan dibalik kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh para pekerja/

    buruh.

    Disisi lain perlu diperhitungkan dampak dari penetapan Upah Minimum

    terhadap peningkatan dan pertumbuhan perusahaan. Penetapan Upah Minimum

    yang hanya melihat dari sudut kepentingan pekerja/buruh sangat tidak

    menguntungkan terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini dikarenakan

    adanya dua sisi yang perlu mendapatkan perlindungan secara adil. Pekerja/buruh

    sangat membutuhkan upah yang memadai demi pemenuhan kebutuhan hidupnya

    beserta keluarga namun demikian perusahaan perlu mendapatkan jaminan dalam

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    6/78

    6

    peningkatan dan pengembangan usahanya.

    Ketika penetapan Upah Minimum mengabaikan kepentingan dan

    kemampuan perusahaan dan semata-mata hanya memperhatikan kepentingan

    pekerja/ buruh saja, maka tidak menutup kemungkinan akan banyak perusahaan

    yang tidak mampu melaksanakan Upah Minimum yang ditetapkan dan karena

    diwajibkan untuk melaksanakan ketentuan ketetapan Upah Minimum maka harus

    berakhir dengan penutupan perusahaan (lock out).

    Permasalahan utama yang terjadi mengenai penetapan Upah Minimum

    adalah kekeliruan penafsiran tentang arti Upah Minimum. Sementara pengusaha

    menafsirkan bahwa Upah Minimum adalah tingkat upah pekerja/ buruh. Sehingga

    apabila pengusaha telah membayar upah sebesar Upah Minimum tanpa

    mempertimbangkan tingkat, masa kerja, dan lain sebagainya sudah dianggap

    memenuhi ketentuan yang berlaku.

    Sedangkan pengertian Upah Minimum sebenarnya adalah upah terendah,

    bagi pekerja/buruh tingkat terbawah, dalam masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun.

    Sehingga pekerja/buruh yang mempunyai tingkat lebih tinggi atau masa lebih dari

    1 (satu) tahun seharusnya menerima upah lebih besar dari sekedar Upah

    Minimum. Untuk itu maka perlu adanya skala upah pekerja perusahaan.

    Perlu kebijaksanaan dalam penetapan Upah Minimum sebagai upaya untuk

    memberikan perlindungan bagi pekerja/ buruh namun dengan tetap

    memperhitungkan kemampuan perusahaan sehingga dalam penetapan upah

    minimum mampu memberikan jaminan kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan

    kelangsungan hidup serta perkembangan perusahaan juga terjamin.

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    7/78

    7

    Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu faktor pendukung

    pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara- negara berkembang

    mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang

    hasilnya secara merata. Menurut Kusumowindo (1981) memberikan pengertian

    bahwa tenaga kerja adalah jumlah semua penduduk dalam suatu negara yang

    dapat memproduksi barang atau jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja

    meraka, mereka pun berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

    Dalam undang- undang pokok ketenagakerjaan no.4 tahun 1969 dinyatakan

    bahwa, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik

    dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk

    memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

    tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat

    produksi utamanya dalam proses produksi adalah tenaga kerja sendiri baik tenaga

    kerja fisik maupun tenaga kerja pikiran. (Soeroto, 1986)

    Salah satu usaha untuk meningkatkan kesempatan kerja adalah melalui

    pembangunan di sektor industri. Pembangunan di sektor industri merupakan

    bagian dari usaha jangka panjang untuk memperbaiki struktur ekonomi yang tidak

    seimbang. Sehubungan dengan upaya pelaksanaan pembangunan secara

    menyeluruh dan mengglobal dimana segenap kemampuan modal dan potensi

    sumber daya alam dan sumber daya lainnya perlu dimaksimalkan. Hal ini perlu

    ditunjang oleh kebijaksanaan dan langkah- langkah yang tepat untuk

    meningkatkan kemampuan yang lebih besar.

    Penerimaan negara dari ekspor mebel mengalami peningkatan selama tahun

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    8/78

    8

    20082011 sebesar 18%, dimana pada tahun 2011 jumlah ekspor mencapai US$

    1,01 milyar - 1,78 milyar. Dalam perdagangan global selama tahun 2008 - 2011,

    mebel Indonesia menguasai 3,5% dari pangsa pasar dunia. (www. Cifor.cgiar.org/

    Furniture).

    Dari sisi pertambahan nilai atas kayu yang digunakan pada pasar ekspor,

    besarnya pertambahan nilai total per m3 bahan baku untuk kayu yang berasal dari

    rakyat adalah Rp 1.938.000, dimana nilai tambah terbesar diperoleh eksportir

    yaitu 36,79%. Selanjutnya pengrajin 28,48%, pedagang kayu Jepara 16,67%,

    petani 11,30%, pedagang kayu Sumedang 5,06% dan penggergajian 1,70%.

    Sedangkan untuk pasar ekspor dengan bahan baku yang berasal dari Perhutani,

    total pertambahan nilai per m3 bahan baku adalah Rp. 2.300.000 dengan eksportir

    masih memperoleh bagian nilai tambah paling besar yaitu 31%. Selanjutnya

    diikuti oleh Perhutani 27,74%, pengrajin 24%, pedagang kayu Jepara 15,83% dan

    penggergajian 1,43%. (www. Cifor.cgiar.org/ Furniture).

    Permasalahan pokok dibidang makro ekonomi Kabupaten Jepara adalah

    walaupun pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita mengalami

    peningkatan, namun masih relatif kecil sehingga belum dapat menambah lapangan

    pekerjaan untuk menyerap pengangguran yang masih besar. Walaupun pencapaian

    nilai ekspor untuk berbagai komoditi, pada tahun 2004 sebesar

    Rp.158.149.990.000, tahun 2011 meningkat menjadi Rp.687.947.420.000. Ekspor

    Kabupaten Jepara didominasi oleh 3 (tiga) komoditas unggulan sektor

    perdagangan, yaitu: mebel (furniture), kerajinan kayu (handycraf), dan karet.

    (JDA. 2012. Bappeda Jepara).

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    9/78

    9

    Kabupaten Jepara mempunyai jumlah tenaga kerja dengan etos kerja yang

    tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya jumlah angkatan kerja, dimana pada

    tahun 2010 sebanyak 477.955 orang meningkat menjadi 540.555 orang pada tahun

    2011. Jumlah penganggur terbuka tahun 2010 sebanyak 33.458 orang dan tahun

    2011 meningkat menjadi 37.837 orang. Permasalahan yang dihadapi di bidang

    ketenagakerjaan adalah rendahnya kualitas tenaga kerja, terbatasnya lapangan

    kerja dan masih tingginya jumlah pengangguran. (Dinas Tenaga Kerja, Jepara.

    2012).

    Berdasarkan pengamatan sementara peneliti, maka penulis merasa tertarik

    untuk melakukan penelitian tentang DAMPAK KEBIJAKAN UPAH

    MINIMUM KABUPATEN JEPARA PADA PENYERAPAN TENAGA

    KERJA SEKTOR FURNITURE JEPARA.

    1.2. Ruang Lingkup Masalah.

    Dalam penelitian inipenelitimemberi batasan masalah sebagai berikut:

    1.2.1. Penelitian ini hanya di khususkan untuk mengetahui bagaimana gambaran

    kebijakan upah minimum dikabupaten Jepara.

    1.2.2.

    Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana dampak kebijakan penetapan

    UMR pada penyerapan tenaga kerja di sektor furniture di Jepara.

    1.3. Rumusan Masalah.

    Berdasarkan uraian diatas,pokok rumusan masalah penelitian ini adalah:

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    10/78

    10

    1.3.1. Mendeskripsikan bagaimana gambaran kebijakan upah minimum di

    kabupaten Jepara?

    1.3.2. Bagaimana dampak kebijakan penetapan UMR pada penyerapan tenaga

    kerja di sektor furniture di Jepara?

    1.4. TujuanPenelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

    1.4.1. Untuk mendeskripsikan gambaran kebijakan upah minimum di kabupaten

    Jepara.

    1.4.2. Untuk mendeskripsikan dampak kebijakan penetapan UMR pada

    penyerapan tenaga kerja di sektor furniture di Jepara.

    1.5. ManfaatPenelitian

    Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah:

    1.5.1. Manfaat Teoritis

    Menambah ilmu pengetahuan terutama tentang kebijakan upah

    minimum di kabupaten Jepara dan dampaknya pada penyerapan tenaga

    kerja di sektor furniture di Jepara.

    1.5.2. Manfaat Bagi peneliti

    1.5.2.1. Menambah keilmuan penelitian di bidang ketenagakerjaan.

    1.5.2.2. Menambah pengetahuan bagi peneliti tentang kebijakan UMR di

    Kabupaten.

    1.5.2.3.

    Sebagai syarat untuk mendaat gelar S1 Ekonomi di STIENU Jepara.

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    11/78

    11

    1.5.3. Manfaat Bagi Dinas tenaga Kerja Jepara.

    1.5.3.1.

    Sebagai informasi bagi Dinas tenaga Kerja Jepara dalam memberikan

    masukan untuk kebijakan UMR di masa yang akan datang.

    1.5.3.2. Sebagai informasi bagi perusahaan dan asosiasi tenaga kerja dan buruh

    di Jepara agar mencapai rumusan terbaik untuk furniture dimasa yang

    akan dating.

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    12/78

    12

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Landasan Teori

    2.1.1. Prosedur penetapan Upah Minimum

    Pada dasarnya pengertian upah menganut pada apa yang termuat dalam

    konvensi ILO mengenai Perlindungan Upah atau Protection of wage. Indonesia

    juga mengikuti acuan tersebut dengan sedikit penyesuaian. Pengertian upah yang

    di anut oleh Negara Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 08 tahun

    1981 mengenai Perlindungan Upah adalah Suatu penerimaan sebagai imbalan dari

    pengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan

    dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut

    suatu persetujuan atau peraturan-perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar

    suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik

    untuk buruh sendiri maupun keluarganya. Dengan pengertian upah tersebut, maka

    upah di satu sisi adalah merupakan hak pekerja/buruh dan kewajiban pengusaha,

    di sisi lain pekerja/buruh berkewajiban memberikan waktu, tenaga dan pikiran

    untuk bekerja atau memberikan jasa. Di samping itu negara kita juga menganut

    bahwa upah juga memiliki sifat sosial, di mana besarnya upah dan tunjangan

    harus dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

    Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang

    Ketenagakerjaan, mengatur dengan tegas dan jelas mengenai pengupahan yang

    diatur pada Bagian Kedua Pengupahan tepatnya dimulai dari Pasal 88 sampai

    12

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    13/78

    13

    dengan Pasal 98. Untuk lebih memberikan penjelasan mengenai pengupahan di

    kutip secara keseluruhan terhadap Pasal-Pasal dimaksud sebagai berikut:

    Pasal 88 ayat (1): Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan

    yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. (2). Untuk

    mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi

    kemanusiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah menetapkan

    kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh. (3). Kebijakan

    pengupahan yang melindungi pekerja/ buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    meliputi:

    a. Upah Minimum.

    b. Upah kerja lembur.

    c. Upah tidakmasuk kerja karena berhalangan.

    d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar

    pekerjaannya.

    e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya.

    f. Bentuk dan cara pembayaran upah.

    g. Denda dan potongan upah.

    h.

    Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah.

    i.

    Struktur dan skala pengupahan yang proporsional.

    j. Upah untuk pembayaran pesangon, dan

    k. Upah untuk perhitunganpajak penghasilan.

    Masih dalam Pasal 88 pada ayat (4) ditentukan bahwa Pemerintah

    menetapkan Upah Minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf (a)

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    14/78

    14

    berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan

    pertumbuhan ekonomi. Dalam penetapan Upah Minimum tersebut sesuai Pasal

    89 ayat (1) dan ayat (2), dibagi menjadi dua yaitu (a). Berdasarkan wilayah

    Propinsi atau kabupaten/ kota, (b). Berdasarkan sektor pada wilayah Propinsi atau

    kabupaten/kota yang diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.

    Sedangkan untuk penetapan Upah Minimum dilakukan oleh Gubernur

    sebagaimana ditentukan dalam Pasal: 89 ayat (3) Upah Minimum sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dengan mempertimbangkan

    rekomendasi dari Dewan Pengupahan Propinsi dan/ atau Bupati/ Walikota. Ayat

    (4) Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak

    diatur dengan Keputusan Menteri..

    Para pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari Upah

    Minimum (sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89) namun apabila pengusaha

    ternyata tidak mampu membayar Upah Minimum yang telah ditetapkan oleh

    pemerintah, maka dapat memohon penangguhan yang tatacaranya diatur dengan

    Keputusan Menteri Tenaga Kerja. Hal ini diatur dalam Pasal 90 UndangUndang

    Nomor 13 Tahun 2003.

    Pasal 91 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa Pengaturan pengupahan yang

    ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat

    pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang

    ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal kesepakatan

    dalam penetapan upah antara pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat

    pekerja/serikat buruh ternyata lebih rendah maka kesepakatan tersebut batal demi

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    15/78

    15

    hukum dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    Penetapan Upah Minimum yang menjadi kewenangan pemerintah dalam

    hal ini adalah Gubernur perlu dibentuk adanya Dewan Pengupahan yang diatur

    dalam Pasal 98 ayat (1): Untuk memberikan saran, pertimbangan, dan

    merumuskan kebijakan pengupahan yang akan ditetapkan oleh pemerintah, serta

    untuk pengembangan sistem pengupahan nasional dibentuk Dewan Pengupahan

    Nasional, Propinsi dan Kabupaten/Kota. Ayat (2): Keanggotaan Dewan

    Pengupahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur pemerintah,

    organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, perguruan tinggi dan pakar.

    Ayat (3): Keanggotaan Dewan Pengupahan tingkat Nasional diangkat dan

    diberhentikan oleh Presiden, sedangkan keanggotaan Dewan Pengupahan

    Propinsi, Kabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur/ Bupati/

    Walikota.

    Dalam prakteknya banyak perusahaan yang belum memahami secara

    benar sistem pengupahan. Ada sementara yang beranggapan bahwa dengan

    melaksanakan Upah Minimum sudah merasa memenuhi ketentuan pengupahan

    yang berlaku, sehingga mereka berharap tidak akan terjadi masalah yang berkaitan

    dengan upah pekerja/ buruh. Pemahaman semacam ini perlu diluruskan dengan

    mendalami makna dan pengertian Upah Minimum dan sistem pengupahan secara

    keseluruhan.

    Makna sebenarnya dari Upah Minimum adalah upah terendah untuk

    pekerja/ buruh golongan terendah dengan masa kerja kurang dari satu tahun.

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    16/78

    16

    Sehingga bagi pekerja/ buruh di atas ketentuan tersebut seharusnya mendapatkan

    upah di atas Upah Minimum yang berlaku. Permasalahan yang senantiasa timbul

    adalah berapa besar upah di atas Upah Minimum tersebut.

    Berbagai hal yang cukup rentan dalam bidang pengupahan antara lain

    mengenai jenis dan bentuk tunjangan, kenaikan upah di atas Upah Minimum

    terutama pada saat kenaikan upah minimum (yang disebut upah sundulan),

    struktur upah dan jenjang pengupahan atau skala upah. Untuk inilah maka

    pengusaha perlu memberikan perhatian yang cukup terhadap hal-hal tersebut dan

    bukan semata-mata perhatian terhadap pelaksanaan Upah Minimum.

    Kebijakan pengupahan dan penggajian disusun sedemikian rupa supaya

    secara seimbang mampu mendorong peningkatan produktivitas pekerja/buruh dan

    pertumbuhan produksi serta meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan

    pekerja/buruh pada khususnya dan peningkatan daya beli masyarakat pada

    umumnya. Oleh karena itu kebijakan penetapan Upah Minimum untuk mencapai

    tingkat upah dengan kriteria tertentu merupakan cara yang tepat.

    Bagi pekerja/ buruh, upah merupakan sumber pendapatan yang dapat

    digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu sesuai dengan

    tujuan seseorang bekerja maka melalui peningkatan upah kesejahteraan seseorang

    dapat ditingkatkan. Sebab apabila upah semakin besar, maka semakin besar

    peluang seseorang untuk dapat memenuhi dan memperbaiki tingkat hisupnya,

    seperti pemenuhan kebutuhan akan sandang, pangan, papan, kesehatan, rekreasi

    dan lain sebagainya.

    Dilain pihak, pengusaha melihat upah sebagai salah satu bagian biaya

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    17/78

    17

    produksi. Oleh karena itu upah sudah seharusnya dikaitkan dengan produktivitas

    kerja, yang pada dasarnya tingkat produktivitasnya harus lebih tinggi dari tingkat

    upah. Dengan demikian maka upah merupakan salah satu cara untuk memberikan

    motivasi peningkatan produktivitas dan etos kerja.

    Namun dalam manajemen sumber daya manusia upah juga harus dilihat

    sebagai investasi atau human investment. Sebagai human investment, kenaikan

    upah atau kesejahteraan tenaga kerja dapat dilihat sebagai perbaikan atau

    peningkatan kualitas SDM atau pekerja/buruh, yang hasilnya akan diperoleh

    kemudian. Apabila upah dan kesejahteraan lebih baik, maka dimungkinkan

    adanya perbaikan kesehatan dan gizi, perbaikan ketrampilan melalui tambahan

    pendidikan, latihan, bacaan, perbaikan disiplin, perbaikan syarat kerja,

    peningkatan semangat kerja, adanya ketenangan kerja dan lain-lain. Faktor-faktor

    tersebut akan mendorong naiknya produktivitas kerja.

    Sementara itu, pemerintah melihat upah merupakan jaring pengaman agar

    kesejahteraan pekerja/buruh tidak merosot, disamping untuk meningkatkan

    penghasilan masyarakat tingkat bawah. Dilihat dari aspek makro tingkat upah

    mencerminkan pemerataan, tingkat daya beli masyarakat, peningkatan

    produktivitas nasional yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan

    kesempatan kerja, serta memelihara hubungan industrial yang aman.

    Pada dasarnya Upah Minimum ditetapkan oleh pemerintah untuk menahan

    merosotnya tingkat upah, khususnya bagi pekerja/ buruh tingkat terbawah.

    Dengan kata lain Upah Minimum merupakan jaring pengaman agar tingkat

    upah tidak lebih rendah dari jaring tersebut. Di lain pihak pemerintah memberi

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    18/78

    18

    kebebasan untuk mengatur upah yang berada di atas Upah Minimum.

    Dalam keadaan penawaran tenaga kerja jauh lebih besar dibanding dengan

    permintaan (excess supply), maka kekuatan tawar tenaga kerja menjadi sangat

    lemah. Hal ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tingka tupah,

    khususnya bagi tenaga kerja dengan tingkat kemampuan rendah. Di lain pihak ada

    pendapat bahwa apabila Upah Minimum tidak diatur, maka bisa membuka

    peluang kerja yang lebih besar. Tetapi harus diakui bahwa setiap perusahaan

    memiliki batas jumlah kesempatan kerja. Apalagi tingkat upah membawa

    berbagai implikasi bidang lain di masyarakat.

    Idealnya tingkat upah ditetapkan di masing-masing perusahaan melalui

    perundingan antara pekerja/ buruh dengan pimpinan perusahaan. Untuk dapat

    melakukan perundingan secara efektif, maka pekerja/buruh sebaiknya diwakili

    oleh Serikat Pekerja/ Serikat Buruh, sehingga perundingan dapat dilakukan

    dengan menggunakan mekanisme baku untuk membentuk Perjanjian Kerja

    Bersama (PKB). Kendala utama yang cukup besar adalah kemampuan Serikat

    Pekerja/Serikat Buruh masih terbatas untuk melakukan perundingan PKB dengan

    pengusaha. Oleh karena itu pengaturan pengupahan secara intern perusahaan

    dinilai belum cukup efektif.

    Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/MEN/1999 tentang Upah

    Minimum pada Bab I Pengertian Pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan Upah

    Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk

    tunjangan tetap. Ayat (2):Upah Minimum Regional Tingkat I untuk selanjutnya

    disebut UMR Tk I adalah Upah Minimum yang berlaku di satu Propinsi. Ayat

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    19/78

    19

    (3) : Upah Minimum Regional Tingkat II untuk selanjutnya disebut UMR TK II

    adalah Upah Minimum yang berlaku di daerah Kabupaten/Kota atau menurut

    wilayah pembangunan ekonomi daerah atau karena kekhususan wilayah tertentu.

    Masalah upah juga telah dihasilkan dalam Konvensi ILO Nomor 100/1951

    yaitu tentang Pengupahan yang sama bagi pekerja laki-laki dan wanita untuk

    pekerjaan yang sama nilainya (Equal Remuneration for Men and Women Workers

    for Work of Equal Value) yang diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor : 80

    tahun 1957. Inti dari konvensi ini adalah:

    a. Upah meliputi upah/ gaji pokok/ Upah Minimum dan pendapatan apapun juga

    dibayar langsung atau tidak, termasuk barang.

    b. Negara harus menjamin tidak adanya diskriminasi pengupahan bagi laki-laki dan

    wanita.

    c. Perlu dilakukan penilaian pekerjaan yang obyektif oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

    Penetapan Upah Minimum dan kenaikan Upah Minimum mempunyai 2

    (dua) tujuan (Suwarto, P. 202) yaitu tujuan makro dan tujuan mikro. Tujuan

    makro ialah merupakan:

    a. Pemerataan

    Kenaikan Upah Minimum akan mempersempit kesenjangan antara

    pekerja/ buruh tingkat atas dan tingkat paling bawah.

    b. Peningkatan daya beli pekerja/ buruh

    Kenaikan Upah Minimum secara langsung akan meningkatkan daya beli

    pekerja/ buruh, yang akan mendorong ekonomi rakyat.

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    20/78

    20

    c. Perubahan struktur biaya perusahaan

    Kenaikan Upah Minimum akan memperbaiki/merubah struktur upah

    terhadap struktur upah terhadap struktur biaya produksi.

    d. Peningkatan produktivitas nasional

    Peningkatan Upah Minimum akan memberikan insentif bagi pekerja/buruh

    untuk bekerja lebih giat yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas

    nasional.

    Tujuan mikro ialah berupa:

    a. Sebagai jaring pengaman, agar upah terendah tidak semakin merosot.

    b. Mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi.

    c. Meningkatkan penghasilan pekerja/buruh tingkat terendah.

    d. Meningkatkan etos dan disiplin kerja

    e. Memperlancar komunikasi antara pekerja/buruh dan pengusaha.

    Dasar penetapan Upah Minimum menggunakan dasar sebagai berikut:

    Nilai KHM setempat Indeks harga konsumen (IHK) Tingkat Upah Minimum

    daerah yang bersangkutan Perkembangan perluasan kesempatan kerja. Sejak

    tahun 1995 penetapan Upah Minimum diarahkan untuk mencapai standar

    kebutuhan hidup minimum (KHM). Di samping itu perhitungan Upah Minimum

    tidak lagi atas dasar harian, tetapi bulanan di mana satu bulan adalah 30 hari,

    demikian pula perhitungan KHM.

    Komponen upah selalu berkembang sesuai dengan perkembangan pola

    produksi. Pada prinsipnya perkembangan komponen upah terkait erat dengan

    lajunya upaya mendorong peningkatan produktivitas kerja. Dari sudut

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    21/78

    21

    perlindungan tenaga kerja, hal ini dapat mengorbankan perlindungan tenaga kerja,

    apabila pengembangan komponen upah tidak dilandasi dengan pertimbangan yang

    rasional.

    Dengan perkembangan jenis komponen upah, maka dalam prakteknya

    dapat meningkatkan jumlah jenis tunjangan di luar upah pokok yang diterima

    pekerja/ buruh. Hal ini dapat enimbulkan salah pengertian yang terkait dengan

    hubungan kerja, sehingga dapat menimbulkan gangguan di dalam hubungan kerja

    antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Oleh karena itu perlu adanya kejelasan

    antara komponen upah dan pendapatan non upah bagi pekerja/buruh. Komponen

    upah pada umumnya terdiri dari:

    1. Upah Pokok

    Upah pokok adalah imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja/buruh

    menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan

    kesepakatan.

    2. Tunjangan Tetap

    Adalah suatu pembayaran yang teratur dan tetap berkaitan dengan pekerjaan

    yang dibayarkan dalam waktu yang sama dengan pembayaran upah pokok.

    Tunjangan tetap ini misalnya tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan

    perumahan, tunjangan kemahalan, tunjangan daerah, dll.

    3. Tunjangan Tidak Tetap

    Adalah suatu pembayaran yang langsung atau tidak langsungberkaitan

    dengan pekerjaan yang diberikan secara tidak tetap yang pada umumnya

    dikaitkan dengan kehadiran pekerja/buruh dan dibayarkan dalam waktu yang

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    22/78

    22

    biasanya tidak sama dengan pembayaran upah pokok. Tunjangan tidak tetap

    ini misalnya tunjangan makan, tunjangan transport, tunjangan hadir dsb.

    Perlu adanya kesepahaman dan persamaan pengertian terhadap hal-hal

    sebagai berikut:

    1. Upah Minimum Propinsi (UMP)

    UMP ini adalah merupakan tingkat upah terendah bagi kabupaten/kota yang

    berada di wilayah propinsi yang bersangkutan tanpa mempertimbangkan

    sektor tertentu. Apabila kabupaten/kota bermaksud mengatur besarnya Upah

    Minimum untuk daerah yang bersangkutan (UMK), maka UMK yang

    bersangkutan harus lebih tinggi dari UMP. Apabila UMK yang dimaksud

    sama atau lebih rendah dari UMP, maka tidak perlu pemerintah

    kabupaten/ kota mengatur sendiri, tetapi menggunakan standar yang telah

    ditetapkan oleh UMP.

    2. Upah Minimum Sektoral

    Upah Minimum sektoral adalah Upah Minimum bagi sektor yang

    bersangkutan dan harus lebih tinggi dari UMP maupun UMK. Oleh karena itu

    Upah Minimum sektoral hanya diberlakukan terhadap sektor-sektor tertentu

    yang memiliki kemampuan lebih baik. Sektor lain yang kemampuannya

    rendah tidak perlu diatur Upah Minimum sektoralnya, tetapi menggunakan

    acuan UMP/ UMK. Upah Minimum sektoral dapat diberlakukan untuk

    tingkat propinsi sehingga menjadi Upah Minimum sektoral propinsi (UMSP),

    tingkat kabupaten/ kota sehingga menjadi Upah Minimum sektoral

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    23/78

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    24/78

    24

    lapangan kerja tersebut dapat dilakukan dengan menghasilkan barang dan jasa

    dimana kegiatan tersebut memerlukan faktor- faktor produksi sehingga dengan

    adanya proses produksi dapat menciptakan lapangan kerja (Suroto, 1980).

    Manusia bukan saja merupakan faktor produksi (economic resources)

    tetapi juga merupakan sasaran (objectives) dalam pembangunan nasional.

    Pemanfaatan SDM secara efektif untuk mengelola kekuatan ekonomi potensial

    (SDA) dengan bantuan peralatan modal (dana). Teknologi merupakan sasaran

    strategis dalam sub sistem ekonomi yang harus dibina dan dikembangkan.

    Analisis ekonomi Harrod dan Domar mengatakan bahwa, apabila

    penduduk bertambah maka pendapatan per kapita akan berkurang, kecuali bila

    pendapatan rill bertambah. Selanjutnya bila angkatan kerja bertambah, maka

    output juga harus bertambah untuk mempertahankan kesempatan kerja penuh dan

    bila ada investasi maka pendapatan rill juga harus bertambah untuk mencegah

    adanya kapasitas menganggur (Irawan W. Suparmoko).

    Sasaran pembangunan dewasa ini adalah meningkatkan pembangunan

    industri yang relative padat karya dalam rangka penanggulangan masalah

    ketenagakerjaan. Akhir- akhir ini pertambahan angkatan kerja yang berlangsung

    jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuan menyerap tenaga kerja, ini

    dikarenakan semakin berkembangnya sistem padat modal (Priyono

    Tjiptoheriyanto, 1982).

    Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor perekonomian. Sektor

    yang mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang

    relatif besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    25/78

    25

    pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan

    laju pertumbuhan tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat perbedaan

    laju peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara

    berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja

    maupun dalam kontribusinya dalam pendapatan nasional (Payaman Simanjuntak,

    1985). Jadi yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini

    adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di berbagai sektor

    perekonomian.

    2.1.3. Pengertian Industri

    Pengertian industri adalah suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat

    kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi dan atau

    barang setengah jadi. Berdasarkan pada karakteristiknya, industri kecil dapat

    dilihat berdasarkan karakteristik berikut ini:

    Menurut Biro Statistik (BPS) industri kecil adalah perusahaan dengan

    tenaga kerja 5-19 orang, sedangkan indsutri rumah tangga adalah perusahaan yang

    menggunakan tenaga kerja di bawah 4 orang. Industri kecil dapat dibedakan

    menjadi 2 jenis yaitu indsutri kecil yang menggunakan teknologi tradisional dan

    industri kecil yang menggunakan teknologi modern

    Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi

    manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah

    jadi atau barang jadi yang disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing).

    Dari pengertian diatas dan perkembangan industri saat ini terlihat bahwa industri

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    26/78

    26

    hanya menekankan pada kegiatan pengolahan saja, padahal kegiatan industri tidak

    hanya kegiatan mengolah, namun kegiatan yang terkait langsung dengan

    produktivitas dan komersial. Dengan kata lain, industri tidak terlepas dari aspek

    untung-rugi yang tentunya terkait pula dengan pengelolaan yang berbasis pada

    efisiensi dan efektivitas.

    Pengklasifikasian kegiatan industri berbeda antara satu negara dengan

    Negara lain tergantung dari tingkat kemajuan industrinya. Negara maju

    merupakan negara dengan klasifikasi yang lebih beragam dibandingkan dengan

    negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh semakin kompleksnya suatu negara

    yang telah maju di bidang industri. Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang

    digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

    1. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja

    kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat

    terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau

    pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota

    keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri

    tempe/ tahu, dan industri makanan ringan.

    2.

    Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5

    sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative

    kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada

    hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan

    industri pengolahan rotan.

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    27/78

    27

    3. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20

    sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup

    besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan

    perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri

    konveksi, industri bordir, dan industri keramik.

    4. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100

    orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun

    secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus

    memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui

    uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil,

    industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    28/78

    28

    2.2.

    Hasil PenelitianTerdahulu

    Table .2.1.

    Hasil Penelitian Terdahulu

    Peneliti Judul Hasil Alat Uji

    IifSyarifudin,2007

    Analisistingkatpenyerapantenaga kerja

    pada sektorindustrimanufaictur diindonesiaperiode 1980-2004.

    1. Perubahan jumlah perusahaan (N)berpengaruh positif dan signifikanterhadap penyerapan tenaga kerja, yangberarti bahwa apabila terjadi kenaikanjumlah perusahaan maka akanmenyebabkan peningkatan penyerapan

    tenaga kerja pada industri manufaktur diIndonesia.2. Penyerapan tenaga kerja periode

    sebelumnya berpengaruh positif dansignifikan terhadap penyerapan tenagakerja pada industri manufaktur diIndonesia.

    Metodedeskriptifdankuantitatif

    TriWahyuningsih,2009

    Analisispenyerapantenaga kerjasektor primer,

    sekunderdan tersier diprovinsiMaluku

    Semakin besarnya angkatan kerja yangmasuk ke pasar tenaga kerja menyebabkansupply tenaga kerja (tenaga kerja baru danpengangguran) yang melonjak tinggi

    dibandingkan dengan permintaan yangsemakin menurun. Sementara sektor primerdan sekunder berperan sebagai penampungtenaga kerja dari sektor tersier sehinggamemberikan kontribusi yang positifterhadap pertumbuhan penyerapan tenagakerja

    Metodestatistikdeskriptif

    SMERU2001

    DampakKebijakanUpah

    MinimumterhadapTingkat UpahdanpenyerapanTenagaKerja diDaerahPerkotaanIndonesia

    Kebijakan upah mimimum yangdilaksanakan dengan ketat akan membantupara pekerja yang lebih produktif yang dapat

    mempertahankan pekerjaannya di sektormodern. Namun kecil kemungkinannyabahwa para pekerja ini berada dalamkelompok yang hidup di bawah gariskemiskinan. Bila kebijakan upah minimummengurangi tingkat penyerapan tenaga kerjadi sektor modern hingga di bawahpertumbuhan jumlah angkatan kerja, makapekerja yang tidak mempunyai keterampilanmungkin akan terpaksa memasukipekerjaan-pekerjaan yang lebih rendah

    tingkatnya di sektor informal.

    MetodeDeskriptifkualitatif

    Sumber: Iif Syarifu din (2007), Tri Wahyu ningsih (2009), SMERU (2001).

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    29/78

    29

    2.3. KerangkaPenelitian

    Penelitian ini mendeskripsikan tentang kebijakan pemerintah Kabupaten

    Jepara dalam penetapan upah minimum kabupaten Jepara. Fokus penelitian ini

    adalah bagaimana penetapan UMK serta dampaknya pada tenaga kerja di sektor

    furniture.

    ALUR KERANGKA BERPIKIR

    A.

    B.

    Gambar 2.1. Kerangka berpikir

    Penelitian ini berusaha untuk mempelajari proses penetapan upah

    perusahaan Furniture di Jepara. Baik yang ditetapkan bersama dengan pemerintah

    maupun oleh perusahaan sendiri, dan bagaimana harapan dan kendala pengusaha

    dan buruh untuk mencapai titik temu yang terbaik dan saling menguntungkan.

    PengusahaFurniture

    Proses PenetapanUpah

    Tri Partied

    Hubungan antarapengusaha dengan

    karyawan

    Keadaan UsahaFurniture

    Sekarang

    Karyawan danBuruhFurniture

    Oleh perusahaan Sendiri

    1.

    Harapan2.Kendala

    1.Harapan2.kendala

    Dinas tenaga KerjaKab. Jepara

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    30/78

    30

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan metode deskriptif.

    Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (1990: 3) menyebutkan

    bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif,

    berupa kata - kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati.

    Sedangkan menurut Arikunto (1998: 122) metode deskriptif adalah suatu

    penelitian yang maksudnya tidak menggunakan hipotesis tertentu, tetapi hanya

    menggambarkan tentang satu variabel atau gejala-gejala tertentu.

    Dengan demikian penelitian kualitatif yang menggunakan metode

    deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran, deskripsi

    dan lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta

    hubungan antara fenomena yang diselidiki.

    Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk

    membuat deskripsi bagaimana penetapan UMK serta dampaknya pada tenaga

    kerja di sektor furniture Jepara.

    3.2. Subjek dan Informan Penelitian

    3.2.1. Subjek penelitian

    Subjek penelitian merupakan tanda, hal, orang atau tempat data untuk

    variabel penelitian yang melekat dan dipermasalahkan (Arikunto, 1998: 109).

    30

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    31/78

    31

    Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pengusaha dan pekerja di sektor

    furniture serta pemerintah.

    3.2.2. Informan penelitian

    Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

    informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian Moleong (1990: 97).

    Informan dibedakan atas: pertama informan kunci, yaitu orang-orang yang betul-

    betul memahami permasalahan, yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini

    adalah Kepala Dinas Tenaga kerja Jepara, Ketua Asosiasi Meubel Indonesia

    (ASMINDO), ketua (Asosiasi pengusaha Kecil Jepara) APKJ dan Ketua (Kamar

    Dagang Indonesia) KADIN Jepara.. Yang kedua informan non kunci, yaitu orang

    yang dianggap mengetahui masalah yang diteliti. Dalam hal ini informan non

    kunci adalah para pemerhati buruh yakni (Lembaga Bantuan Hukum Himpunan

    Kerukunan Tani Indonesia) LBH HKTI Jepara.

    3.3. Fokus penelitian

    Fokus dalam suatu penelitian sangat penting sekali, sebab fokus penelitian

    ini berfungsi sebagai pedoman dan arahan dalam melakukan penelitian serta untuk

    mengetahui secara rinci data yang diperlukan yang relevan dengan penelitian.

    Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka yang menjadi fokus

    penelitian adalah sebagai berikut:

    a. Proses penetapan UMK di Jepara.

    b. Dampak penetapan UMK pada penyerapan tenaga kerja di sektor furniture

    di Jepara.

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    32/78

    32

    c. Apa kendala untuk menerapkan aturan pemerintah bagi buruh dan

    pengusaha furniture berkaitan dengan UMK.

    3.4. Jenis dan Sumber Data

    3.4.1. Dataprimer

    Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan dengan

    Kepala Dinas Tenaga kerja Jepara, Ketua ASMINDO, ketua APKJ dan Ketua

    KADIN Jepara serta para pemerhati buruh yakni LBH HKTI Jepara.

    3.4.2. Data sekunder

    Dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan

    berupa dokumen-dokumen, buku- buku dan dokumen lain yang menunjang

    penelitian ini. Seperti halnya di Perpustakaan Jepara yang dapat dilihat yaitu

    mengenai penerapan UMK di Jepara.

    3.5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    3.5.1.

    Teknik wawancara

    Teknik wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang berhubung

    dengan hal-hal sebagai berikut:

    1.Pendapat Kepala Dinas Tenaga kerja Jepara, Ketua ASMINDO, ketua

    APKJ (Asosiasi pengusaha Kecil Jepara) dan Ketua KADIN Jepara serta

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    33/78

    33

    para pemerhati buruh seerti LBH HKTI Jepara mengenai proses

    penetapan UMK di Jepara.

    2.Pendapat nara sumber mengenai dampak penetapan UMK pada

    penyerapan tenaga kerja di sektor furniture di Jepara.

    3.Kendala dalam menerapkan aturan pemerintah bagi buruh dan pengusaha

    furniture berkaitan dengan UMK.

    3.5.2.

    Studi Dokumentasi

    Digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan deskripsi

    kebijakan perundangan dan ketetapan pemerintah, proses penetapan UMK, data

    pekerja dan pengusaha furniture di Jepara.

    3.6. Teknik Menguji Keabsahan Data

    Dalam menguji keabsahan data dalam penelitian ini digunakan teknik

    triangulasi sumber. Teknik triangulasi sumber berarti membandingkan dan

    mengecek balik derajat kepercayaan terhadap suatu objek yang berbeda dalam

    metode kualitatif.

    Sebagaimana yang dikemukakan Moleong (1990: 178) apabila data yang

    diperoleh dari beberapa sumber, teknik triangulasi yang paling tepat dipakai

    adalah triangulasi sumber atau pemeriksaan data melalui sumber lain. Hal ini

    dapat dicapai melalui beberapa cara diantaranya adalah:

    3.6.1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

    3.6.2. Membandingkan keadaan dan perspektif Kepala Dinas Tenaga kerja

    Jepara, dengan berbagai pendapat Ketua ASMINDO, ketua APKJ

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    34/78

    34

    (Asosiasi pengusaha Kecil Jepara) dan Ketua KADIN Jepara serta para

    pemerhati buruh seperti LBH HKTI Jepara

    3.6.3. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi.

    Jadi teknik triangulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah,

    membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dan berbagai pendapat orang

    dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi.

    3.7. Teknik Analisis data

    Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, data

    yang diperoleh dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan analisis kualitatif

    yang melalui tahapan sebagai berikut:

    3.7.1. Tahapan seleksi dan reduksi data

    Data-data yang telah dikumpulkan diseleksi mana yang betul dibutuhkan

    sebagai data utama dan mana sebagai data pelengkap.

    3.7.2. Tahapan klasifikasi data

    Data yang dikumpulkan dikelompok-kelompokan atau diklasifikasikan

    sesuai dengan kelompok-kelompoknya.

    3.7.3.

    Bersamaan dengan itu setelah dilakukan dua tahap diatas,

    Data diolah selama penelitian berlangsung, untuk kemudian diambil

    kesimpulan.

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    35/78

    35

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Dinas Tenaga Kerja Jepara.

    4.1.1. Dinas Tenaga Kerja Daerah Kabupaten Jepara

    Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 17 Tahun 2010 tentang

    organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Jepara Bab XI pasal 29

    menjelaskan bahwa, Tugas pokok dan Fungsi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

    Transmigrasi Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut:

    1. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jepara mempunyai

    tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas

    otonomi dan tugas pembantuan dibidang sosial, tenaga kerja dan

    transmigrasi.

    2. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jepara dalam

    meraksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, menyelenggarakan

    fungsi:

    a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

    b.

    Penyerenggaraan urusan pernerintahan dan perayanan umum sesuai

    dengan lingkup tugasnya.

    c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya.

    d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas

    dan fungsinya.

    35

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    36/78

    36

    4.1.2. Bagian Pengupahan Dinas Tenaga Kerja

    Untuk melaksanakan tugas Bidang Hubungan Industrial Dinas Tenaga

    Kerja mempunyai fungsi dalam pengumpulan dan pengolahan data sebagai bahan

    penyusunan rencana penyelesaian perselisihan hubungan industrial, perundingan

    dan pembuatan kesepakatan antara pekerja/serikat kerja dengan pengusaha,

    pemberdayaan organisasi pekerja dan organisasi pengusaha serta pemberdayaan

    Lembaga Kerjasama Bipartit dan Tripartit;

    1. Penyusunan pedoman pengembangan kelembagaan hubungan industrial;

    2. penyusunan pedoman dan pelaksanaan fasilitasi pembinaan kesejahteraan

    pekerja dan purna kerja;

    3. pelaksanaan fasilitasi kegiatan Dewan Pengupahan dalam rangka usulan

    penetapan Upah Minimum Kota (UMK);

    4. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang hubungan industrial;

    5. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi serta

    pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai bidang

    tugas dan fungsinya.

    Seksi Persyaratan Kerja dan Pengupahan melaksanakan tugas pokok

    pembinaan dan pengawasan persyaratan kerja dan pengupahan. Untuk melakukan

    tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Persyaratan Kerja dan Pengupahan

    mempunyai fungsi:

    1. Pengumpulan dan pengolahan data sebagai bahan penyusunan rencana

    kegiatan pembinaan persyaratan kerja dan pengupahan;

    2.

    Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan petunjuk teknis persyaratan kerja

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    37/78

    37

    yang meliputi Perjanjian Kerja (PK), Peraturan Perusahaan (PP) dan

    Perjanjian Kerja Bersama (PKB);

    3. Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan petunjuk teknis penetapan upah

    minimum dan pengusulan penetapan upah minimum;

    4. pelaksanaan analisa data Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebagai bahan

    penetapan Upah Minimum Kota (UMK) Malang;

    5.

    penyiapan bahan dalam rangka penyusunan petunjuk teknis struktur dan skala

    upah;

    6. pelaksanaan pembinaan persyaratan kerja pada perusahaan swasta dan Badan

    Usaha Milik Negara (BUMN);

    7. pemberian bimbingan aplikasi pengupahan di perusahaan;

    8. pelaksanaan pembinaan persyaratan kerja yang meliputi Perjanjian Kerja

    (PK), Peraturan Perusahaan (PP) dan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB);

    4.1.3. Struktur Organisasi

    Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Organisasi

    dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Jepara Bab XI pasal 28 menjelaskan

    tentang susunan organisasi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transrnigrasi sebagai

    berikut:

    1. Kepala

    2. Sekretariat, terdiri dari:

    a. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi

    b.

    Sub Bagian Keuangan

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    38/78

    38

    c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

    3.

    Bidang Kesejahteraan Sosial, terdiri dari:

    a. Seksi Bimbingan Penyuluhan Sosial

    b. Seksi Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial

    4. Bidang Penempatan, Pelatihan dan Produktifitas, terdiri dari:

    a. Seksi Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja

    b.

    Seksi Pelatihan dan produktifitas Tenaga Kerja

    c. Seksi Transmigrasi

    5. Bidang Hubungan lndustrial dan Pengawasan Tenaga Kerja, terdiri dari:

    a. Seksi Pengawasan Tenaga Kerja

    b. Seksi Hubungan lndustrial dan Syarat Kerja

    6. Kelompok Jabatan Fungsional

    Sedangkan dukungan SDM yang dimiliki berdasarkan jumlah pegawai

    menurut jabatan, Pangkat/ Golongan dan tingkat pendidikan, terdiri dari:

    Tabel 4.1.

    Jumlah Pegawai Berdasarkan Status Kepegawaian dan Tingkat Pendidikan

    NoStatus

    Kepegawaian

    Jenis Pendidikan

    SD SMP SMA D3 D4 S1 S2Jumlah

    L P L P L P L P L P L P L P

    1 PNS 0 0 0 0 14 8 2 0 1 0 8 5 5 2 45

    2TenagaKontrak/Honor

    0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 5

    Jumlah 0 0 2 0 14 9 2 0 1 0 10 5 5 2 50

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    39/78

    39

    Tabel 4.2.

    Jumlah PNS Berdasarkan Golongan/ Ruang:

    Tabel 4.3.Jumlah PNS berdasarkan Jabatan / Eselon

    No. Eselon Jabatan L P Jumlah

    1 II Kepala Dinas 1 0 1

    2 IIIa. Sekretariat Dinas 1 0 1

    b. Kepala Bidang 3 0 3

    3 IVa. Kepala Sub Bidang 1 2 3

    b. Kepala Seksi 7 0 7

    4Pejabat

    FungsionalPengawas TenagaKerja

    0 1 1

    Jumlah 13 3 16

    4.2.Gambaran Usaha Furniture Jepara.

    4.2.1.Gambaran Usaha Furniture Jepara.

    Sejak tahun 2002 hingga 2012 nilai ekspor industri furniture kayu

    mengalami pertumbuhan yang berfluktuasi. Pada tahun 2003 nilai ekspor

    mengalami peningkatan 19 persen dari tahun 2002, namun kemudian pada tahun

    2004 nilainya mengalami penurunan hingga mencapai 11 persen dari tahun

    sebelumnya. Setelah mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun

    2005, yaitu sebesar 42 persen, pada tahun 2006, nilai ekspor industri ini

    No. Golongan/Ruang L P Jumlah

    1 Golongan IV 5 2 7

    2 Golongan III 20 12 32

    3 Golongan II 5 1 6

    4 Golongan I 0 0 0

    Jumlah 30 15 45

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    40/78

    40

    mengalami penurunan hingga 14 persen di dari tahun sebelumnya. Nilai ekspor

    industri furniture kayu Jawa tengah meningkat lagi pada tahun 2007 meskipun

    hanya sebesar 8 persen dari tahun 2006. Pada th. 2008, nilai ekspor industri

    furnitur Jawa Tengah hanya mencapai peningkatan 3 persen dari tahun 2007.

    Dengan demikian, secara rata-rata, sejak tahun 2002 hingga Mei 2008, nilai

    ekspor industri furniture kayu mengalami peningkatan sekitar 8 persen

    pertahun.(www. Cifor.cgiar.org).

    Akibat krisis global yang melanda dunia paruh semester kedua tahun 2008,

    industri furniture dari kayu terkena dampaknya. Seperti diketahui, industri

    furniture kayu merupakan komoditas unggulan Jawa Tengah dan telah

    menyumbang sekitar 22 24 persen terhadap nilai ekspor non migas nasional.

    Dan pada tahun 2012 furniture Jawa Tengah mengalami kebangkitan untuk

    menyongsong perbaikan penjualan, walau banyak pengusaha mengeluh dengan

    adanya system verivikasi legalitas kayu (SVLK) yang diberlakukan mulai 2013

    dan furniture mulai tahun 2014. Industrifurnitureterbesar di Jawa Tengah adalah

    di Jepara, disusul kemudian Surakarta dan selanjutnya kota-kota lain seperti

    Semarang, Blora (ASMINDO, 2012).

    Jepara merupakan sentra dari industri furnitureyang paling merasakan

    dampak krisis ekonomi paruh pertama semester kedua tahun 2012. Di Jepara

    terjadi penurunan pesanan, khususnya dari Amerika Serikat sebesar 60 persen.

    Volume order yang biasanya 30 40 container pertahun turun menjadi 12 15

    container dengan nilai uang sekitar 15.000 19.000 dollar sekali kirim. Namun

    demikian, apabila diprosensentasekan secara makro, penurunan industri furniture

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    41/78

    41

    tidak begitu signifikan karena hanya menurun sekitar 1520 persen. Mebel masih

    merupakan komoditas andalan, meski terjadi krisis global. Menurut data dari

    TPKS (Terminal Peti Kemas Semarang) komoditas unggulan masih berpihak pada

    industri mebel dengan persentase mencapai 15 %, disusul komoditas kayu olahan

    13 %, garmen 7%, benang 7 %, tekstil 5 % dan polyester 3 % (ASMINDO, 2012).

    4.2.2.

    Proses Penetapan Kebijakan Upah di Jepara

    Penetapan upah minimum dilakukan melalui beberapa tahap yang

    dilakukan setiap tahunnya untuk memperoleh angka kebutuhan hidup layak sesuai

    dengan kondisi pasar yang dilakukan oleh Dewan Pengupahan yang terdiri dari

    tiga unsur, yaitu unsur pemerintah, pengusaha dan pekerja ditambah dari unsur

    pakar dan perguruan tinggi. Dalam memberikan rekomendasi besaran upah

    minimum adalah didasarkan pada nilai KHL, produktivitas, pertumbuhan

    ekonomi, usaha yang paling tidak mampu dan kondisi pasar kerja.

    Pertimbangan besaran upah minimum tersebut dilakukan berdasar

    pembahasan secara independen dan perundingan secara mendalam. Unsur pakar

    dan perguruan tinggi sebagai pihak yang netral di dalam Dewan Pengupahan,

    perannya sangat strategis untuk memberikan masukan berupa kajian dan

    pertimbangan secara akademis. Kajian dasar pertimbangan yang diberikan pakar

    dan perguruan tinggi tersebut dij adikan sebagai bahan perundingan Dewan

    Pengupahan untuk menyepakati besaran upah minimum yang akan

    direkomendasikan kepada Gubernur. Penetapan upah minimum dilakukan dengan

    mempertimbangkan:

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    42/78

    42

    1. Kebutuhan Hidup Minimum (KHM);

    2.

    Indeks Harga Konsumen (IHK);

    3. Kemampuan, perkembangan, dan kelangsungan perusahaan;

    4. Upah pada umumnya berlaku di daerah tertentu dan antar daerah;

    5. Kondisi pasar kerja;

    6. Tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan perkapita.

    Adapun proses dari penetapan upah minimum kabupaten Jepara dilakukan

    melalui enam tahap (Sumber: Dinas Sosial dan Tenaga kerja Jepara), yaitu:

    1. Survei harga kebutuhan di pasar

    Terlebih dahulu dibentuk tim survei Kebutuhan Jepara oleh Dewan

    Pengupahan yang bertugas dari bulan Januari hingga bulan Agustus, dimana

    setiap bulannya tim survei ini menghasilkan angka Kebutuhan Hidup Layak.

    Dari delapan bulan ini dihasilkan angka Kebutuhan Hidup Layak yang

    nyata, sedangkan untuk nilai Kebutuhan Hidup Layak pada bulan

    kesembilan hingga dua belas, diprediksi oleh Badan Pusat Statistik dengan

    mengacu pada Kebutuhan Hidup Layak delapan bulan sebelumnya. Dari dua

    belas angka KHL tersebut, maka diambil rata-rata untuk menjadi nilai

    Kebutuhan Hidup Layak. Proses pendataan harga kebutuhan masyarakat ini

    dilakukan di pasar tradisional untuk mendapatkan nilai kebutuhan hidup

    minimum di wilayah kabupaten Jepara.

    2. Penetapan nilai kebutuhan hidup layak.

    Dewan Pengupahan mengeluarkan Surat Keputusan penetapan nilai

    kebutuhan hidup layak dari hasil rata-rata survei kebutuhan masyarakat

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    43/78

    43

    Jepara selama dua belas bulan.

    3.

    Penetapan upah minimum kabupaten Jepara.

    Dari nilai kebutuhan hidup layak tersebut, digunakan untuk menentukan

    nilai upah minimum kabupaten tahun berikutnya. Setiap tahunnya ada

    kesepakan dari ketiga unsur dalam penetapan nilai upah minimum, dilihat

    dari berapa besar prosentase nilai upah minimum dibanding dengan nilai

    KHL yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengupahan. Pada tahun 2012, ada

    kesepakatan upah minimum kabupaten hanya 94,6% dari nilai KHL. Pada

    tahun 2013 meningkat menjadi 96,8% dari nilai KHL, dan tahun 2014

    menjadi 100% nilai KHL. Kesepakatan ini ditetapkan dalam berita acara

    kesepakatan.

    4. Dewan Pengupahan memberikan usulan pertimbangan nilai upah minimum

    kabupaten ke Bupati.

    5. Dari saran yang diberikan oleh Dewan pengupahan, Bupati melanjutkan

    rekomendasi usulan nilai upah minimum kabupaten tersebut ke Gubernur.

    6. Gubernur mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur yang berisi penetapan

    nilai upah minimum kabupaten. Nilai upah minimum tersebut sesuai dengan

    usulan yang diberikan oleh Dewan Pengupahan.

    Dalam Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: 561.4/58 tahun 2012

    tentang Upah Minimum 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013,

    dan akan efektif berlaku mulai 01 Januari 2013, bahwa Upah Minimum

    Kabupaten Jepara ditetapkan sebesar Rp. 875.000,-. (Sumber: Dinas Sosial dan

    Tenaga kerja Jepara),

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    44/78

    44

    4.3.Analisis dan Pembahasan

    4.3.1.

    Proses Penetapan Upah Tri Partid di Japara

    Pengusaha memberikan Upah Minimum untuk memenuhi tanggung

    jawabnya kepada para pekerja. Upah Minimum merupakan Jaring Pengaman

    yaitu ditentukan hanya untuk pekerja/ buruh yang bekerja dengan masa kerja

    kurang dari satu tahun. Ketentuan tersebut menuntut diberikannya upah yang lebih

    besar dari pada Upah Minimum bagi para pekerja/ buruh yang telah mempunyai

    masa kerja lebih dari satu tahun.

    Menurut Bapak Hidayat,Kepala Seksi, Hubungan Industrial dan syarat

    kerja, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jepara. Penetapan

    upah di Kabupaten Jepara di tentukan oleh Pengusaha (APINDO) asosiasi

    pengusaha Indonesia, Serikat Pekerja dan pemerintah untuk menyepakatinya. Dan

    sekarang pengupahan di Jepara sudah 96,8% dari Kebutuhan Hidup Layak (KHL).

    Walaupun bel;um mencapai 100 %, akan kami upayakan untuk mencapai KHL.

    Dan hal itu menjadi pertimbangan pemerintah agar terjadi kesejahteraan bagi

    masyarakat.

    Menurut Bapak Hidayat, kendala yang dihadapi adalah penetapan upah

    yang sudah di sepakati antara pengusaha dengan pekerja dan di Jepara adalah Rp.

    775.000 per bulan, ternyata di lapangan belum dilaksanakan sepenuhnya oleh

    pengusaha. Sehingga para pekerja seringkali mengeluh, dengan keadaannya yang

    susah untuk memenuhi kebutuhan harian mereka.

    Berdasarkan survey peneliti ke lokasi perusahaan dan menanyakan kepada

    para pengusaha dan karyawan di Jepara. Ada beberapa pengusaha yang merasa

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    45/78

    45

    tidak mampu memberikan upah kepada pekerja/ buruhnya sesuai ketentuan

    ketetapan Upah Minimum tidak semuanya mengajukan permohonan penangguhan

    pemberlakuan Upah Minimum. Pengusaha mengabaikan ketentuan permohonan

    penangguhan Upah Minimum dikarenakan berbagai alasan diantaranya:

    1. Pengusaha merasa malu dikatakan Perusahaannya dalam kondisi kesulitan

    likuiditas sehingga menurunkan tingkat kepercayaan konsumen.

    2.

    Ada Pengusaha yang sebenarnya mampu memberlakukan Upah Minimum

    tetapi melakukan kecurangan dengan membuat laporan fiktif sehingga

    apabila mengajukan permohonan penangguhan pemberlakuan Upah

    Minimum takut kalau ketahuan.

    3. Pengusaha khawatir apabila permohonannya justru ditolak oleh Pemerintah

    dan harus memberlakukan ketentuan Upah Minimum.

    4. Tidak ada sanksi yang tegas apabila Pengusaha tidak memberlakukan Upah

    Minimum tanpa melalui pengajuan permohonan penangguhan Upah

    Minimum.

    Menurut Khoirul Lisan, dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH)

    Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Kebanyakan para pengusaha

    memanfaatkan kelemahan posisi pekerja/ buruh dalam hal tersedianya lapangan

    pekerjaan. Banyaknya pengangguran dan terbatasnya lapangan pekerjaan

    dimanfaatkan oleh para pengusaha dengan memberikan upah atau gaji dibawah

    Upah Minimum. Hal ini sama sekali tidak akan mendapatkan perlawanan dari

    pekerja/buruh karena pekerja/ buruh berfikiran lebih baik tetap bekerja dan

    mendapatkan penghasilan daripada tidak sama sekali. Dan hal inilah yang baru

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    46/78

    46

    saja terjadi di PT.Satin Abadi Ngabul Jepara, dimana perusahaan memberhentikan

    pekerjanya dan tidak memberikan upah serta pesangon sesuai ketentuan yang

    berlaku. Hingga akhirnya dari LSM HKTI Jepara yang diwakili Khoirul Lisan

    melakukan gugatan kepada perusahaan agar memberikan upah buruh sesuai

    ketentuan yang berlaku.

    Menurut Khoirul Lisan pengusaha di Jepara seringkali hanya melihat

    upah sebagai biaya produksi, dan jarang sekali yang melihat bahwa upah adalah

    sebagai investasi yang akan dikembalikan oleh pekerja/ buruh dalam bentuk

    produktivitas. Hal inilah yang menyebabkan para pengusaha dalam pemberlakuan

    upah bagi pekerja/ buruhnya merasa sangat berat. Padahal apabila upah yang

    diberikan kepada pekerja/ buruh dianggap sebagai investasi yang akan

    dikembalikan kemudian, tentunya pengusaha tidak perlu khawatir membayar upah

    sesuai dengan ketentuan Upah Minimum yang berlaku. Karena biaya yang telah

    dikeluarkan akan dikembalikan oleh para pekerja/ buruh dalam produktivitas kerja

    mereka.

    Menurut Bapak Hidayat, dalam penetapan Upah Minimum sebenarnya

    sudah mempertimbangkan kepentingan pekerja/ buruh dan kepentingan

    perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya keterwakilan dari masing-masing

    pihak dalam Dewan Pengupahan. Dengan adanya wakil pekerja/ buruh dan wakil

    pengusaha, maka ketika melakukan survey harga pasar untuk menentukan

    besarnya Upah Minimum, masing-masing pihak diberikan kesempatan yang sama

    untuk memperjuangkan pihak masing-masing. Sementara itu Pemerintah

    berfungsi sebagai fasilitator yang menjembatani kepentingan antara kedua belah

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    47/78

    47

    pihak yang diharapkan mampu berdiri di tengah dan tidak berpihak pada salah

    satu pihak. Sebagai pihak yang independent, Pemerintah dituntut untuk dapat

    mengarahkan dan memberikan masukan demi perlindungan kepada masing-

    masing pihak.

    Menurut Bapak Hidayat, hal yang cukup penting bagi pemerintah

    Kabupaten Jepara kaitannya dengan penetapan Upah Minimum adalah

    mengupayakan bagaimana agar Upah Minimum yang akan ditetapkan tidak

    merosot dibandingkan dengan Upah Minimum yang telah ditetapkan dan diterima

    oleh para pekerja/ buruh pada tahun sebelumnya. Tentunya hal ini dalam rangka

    memberikan perlindungan pengupahan bagi para pekerja/ buruh.

    Sebagai contoh sesuai hasil penelitian di beberapa perusahaan di daerah

    Kabupaten Jepara, karena ketetapan Upah Minimum Kabupaten Jepara tahun

    2012 Rp. 900.000 adalah sebesar Rp. 900.000,- maka semua perusahaan di

    Kabupaten Jepara harus memberikan Upah Minimum kepada pekerja/ buruhnya

    pada tahun 2012 sebesar Rp. 900.000,- per bulan. Bagi perusahaan yang

    mempunyai jumlah pekerja/ buruh cukup banyak seperti PT. Kota Jati, PT. Els

    Artisindo, dan PT. Cia Jian maka Upah Minimum sebesar Rp. 900.000,- dianggap

    terlalu memberatkan. Sementara bagi para pekerja/ buruhnya yang kebanyakan

    berada di perkotaan upah sebesar Rp. 900.000,- masih jauh dari cukup untuk

    memenuhi kebutuhan mereka.

    Di lain pihak, terdapat perusahaan yang mempunyai pekerja/ buruh tidak

    terlalu banyak tetapi mempunyai kinerja perusahaan yang sangat baik, seperti

    Kobo Pimpinan Bapak Naryo di Senenan, yang memproduksi furniture untuk

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    48/78

    48

    pasar high class Jepang, memandang upah sebesar Rp. 900.000,- terlalu kecil bagi

    pekerja/ buruhnya. Namun demikian pengusaha dengan kondisi tersebut karena

    hanya sekedar melaksanakan ketentuan maka cukup memberikan upah sebesar

    ketetapan Upah Minimum bagi pekerja/buruhnya. Sementara sama halnya bagi

    pekerja/ buruh sebenarnya menginginkan upah yang lebih besar dari Upah

    Minimum karena melihat faktor kemampuan perusahaan.

    Menurut Khoirul Lisan, meskipun Upah Minimum Kabupaten Jepara

    merupakan upah yang cukup rendah dibanding Semarang, bagi pekerja/ buruh

    dengan masa kerja kurang dari satu tahun, tetapi bagi pekerja/ buruh yang bekerja

    di perusahaan yang mempunyai tingkat perputaran (penerimaan dan pemecatan

    karyawan) yang tinggi menjadi penghambat dalam peningkatan kesejahteraannya.

    Di manapun dan siapapun para pengusaha selalu menginginkan biaya operasional

    perusahaan sekecil mungkin. Oleh karena itu meskipun perusahaan tersebut

    sebenarnya mampu memberikan upah jauh lebih besar diatas Upah Minimum,

    namun pengusaha tetap saja memberikan upah dengan mengacu pada ketentuan

    yang berlaku.

    Dari sisi perusahaan sebenarnya terdapat ketentuan yang menguntungkan

    yaitu adanya kesempatan untuk mengajukan penangguhan pemberlakuan Upah

    Minimum. Bagi perusahaan yang tidak mampu melaksanakan ketentuan besarnya

    Upah Minimum yang telah ditetapkan, diberikan peluang untuk mengajukan

    permohonan penangguhan pemberlakuan Upah Minimum. Apabila pengajuan

    penangguhan tersebut disetujui oleh Pemerintah maka permasalahan selesai dan

    pengusaha diperkenankan membayar upah bagi pekerja/buruhnya dibawah

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    49/78

    49

    ketentuan dalam Upah Minimum atau sebesar upah hasil penangguhan yang

    disetujui oleh Bupati Jepara.

    Namun apabila permohonan penangguhan pemberlakuan Upah Minimum

    disetujui dan pengusaha membayar upah pekerja/buruh sesuai dengan upah yang

    telah ditetapkan, maka pihak pekerja/ buruh yang menjadi korbannya, meskipun

    pekerja/ buruh melalui Serikat Pekerja/ Serikat Buruh telah menyetujui

    permohonan penangguhan ini.

    Dari uraian tersebut di atas terdapat juga Perusahaan yang telah memenuhi

    ketentuan dalam pemberlakuan Upah Minimum yaitu dengan memberikan Upah

    Minimum kepada pekerja/ buruhnya yang mempunyai masa kerja kurang dari satu

    tahun dan memberikan upah kepada pekerja/ buruhnya yang telah memiliki masa

    kerja lebih dari satu tahun sesuai tingkatannya dengan menggunakan sistem

    pengupahan/ penggajian dalam bentuk golongan. Seperti yang dilakukan Duta

    Jepara, Asia Concept milik Mr. Claudio dari German dan Kobeks.

    Sistem pengupahan/ penggajian ini sangat baik diterapkan untuk

    memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi pekerja/ buruh karena upah

    antara pekerja/ buruh dengan masa kerja yang berlainan akan berbeda. Perbedaan

    upah antara pekerja/ buruh yang berlainan masa kerjanya tersebut dapat memacu

    prestasi dan kinerja pekerja/ buruh.

    Dengan adanya survey Kebutuhan Hidup Layak akan diketahui berapa

    besarnya Upah Minimum yang seharusnya ditetapkan demi pemenuhan kebutuhan

    hidup para pekerja/ buruh. Namun pada kenyataannya penetapan Upah Minimum

    baru diarahkan menuju pada pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak. Hal ini

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    50/78

    50

    menimbulkan pandangan bagi para pekerja/ buruh bahwa Upah Minimum yang

    telah ditetapkan sebenarnya belum memenuhi kebutuhan bagi para pekerja/ buruh.

    Jaminan kapan Upah Minimum yang ditetapkan oleh Pemerintah sesuai

    dengan Kebutuhan Hidup Layak sama sekali tidak ada. Hal ini dikarenakan dalam

    hal penetapan Upah Minimum Pemerintah juga memperhatikan tingkat

    perkembangan perekonomian dan kondisi perusahaan. Sedangkan tingkat

    perkembangan perekonomian dan kondisi perusahaan sangat fluktuatif dan sulit

    untuk diprediksi.

    Menurut pengurus KADIN Jepara Bapak Legiman, bahwa penetapan

    Upah Minimum yang diarahkan pada pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak

    menjadi sulit untuk diberlakukan mengingat berbagai faktor yang mempengaruhi

    antara lain faktor kemampuan perusahaan yang berbeda-beda dan laju

    perkembangan perekonomian yang fluktuatif.

    Ketentuan bagi Perusahaan yang tidak mampu untuk memberlakukan

    Upah Minimum dengan mengajukan permohonan penangguhan Upah Minimum

    juga menjadi kendala terhadap ketetapan Upah Minimum itu sendiri. Hal ini

    sepertinya kontradiksi karena penetapan Upah Minimum dalam rangka

    memberikan perlindungan bagi pekerja/ buruh dan sudah dilaksanakan melalui

    mekanisme yang sudah mewakili kepentingan semua pihak.

    Upah Minimum yang sudah ditetapkan dimentahkan dengan adanya

    ketentuan penangguhan. Padahal Upah Minimum adalah upah terendah bagi

    pekerja/ buruh tetapi kenapa harus ada ketentuan dapat ditangguhkan meskipun

    permohonan penangguhan tersebut dapat saja ditolak oleh Pemerintah. Ketentuan

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    51/78

    51

    kemungkinan mengajukan penangguhan tersebut menunjukkan bahwa dalam

    penetapan Upah Minimum masih belum dapat dilaksanakan dengan baik sehingga

    diamankan dengan ketentuan tersebut.

    Survey Kebutuhan Hidup Layak dilakukan dengan transparan dan jujur

    serta adil sehingga besarnya Upah Minimum yang ditetapkan oleh Pemerintah

    mengacu pada besarnya nilai Kebutuhan hidup layak tersebut. Apabila penetapan

    Upah Minimum diarahkan menuju pada pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak,

    perlu ditetapkan kapan Kebutuhan Hidup Layak tersebut harus sudah

    diberlakukan. Hal ini agar menimbulkan pandangan bagi para pekerja/ buruh

    bahwa Upah Minimum yang telah ditetapkan sudah sesuai dengan kebutuhan para

    pekerja/ buruh.

    4.3.2.Perkembangan usaha Furniture dari dampak penetapan Upah

    Menurut bapak Legiman, adanya penetapan Upah Minimum di Jepara

    akan mempengaruhi kinerja dan perkembangan Perusahaan. Upah Minimum yang

    telah ditetapkan oleh Pemerintah Jepara di dalam pelaksanaannya mengalami

    beberapa hambatan antara lain:

    1.

    Adanya perbedaan tingkat kemampuan dan likuiditas antar Perusahaan,

    meskipun disebut dengan Upah Minimum namun ternyata masih ada

    perusahaan yang sama sekali tidak mampu melaksanakan ketentuan

    besarnya Upah Minimum dan apabila dipaksakan akan mengakibatkan

    penutupan Perusahaan.

    2.

    Akibat adanya penetapan Upah Minimum yang mengharuskan untuk

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    52/78

    52

    terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dikarenakan Perusahaan

    memandang perlu adanya efisiensi tenaga kerja.

    3. Pengawasan terhadap pemberlakuan Upah Minimum tidak dapat

    dilaksanakan secara optimal, karena adanya faktor pertimbangan demi

    kelangsungan hidup Perusahaan yang diterapkan oleh Pegawai Pengawas

    Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi.

    4.

    Penetapan Upah Minimum yang terlalu rendah akan menimbulkan gejolak

    dari kalangan pekerja/buruh dan tidak melindungi kesejahteraan pekerja/

    buruh namun menguntung-kan perusahaan dan meningkatkan daya tarik

    bagi investor.

    5. Penetapan Upah Minimum yang terlalu tinggi akan memberatkan para

    Pengusaha dan menurunkan daya tarik investor meskipun hal ini sangat

    menguntungkan pekerja/ buruh.

    6. Peninjauan besarnya Upah Minimum setiap tahun sekali mempunyai

    dampak psikologis bagi Pengusaha, karena berpandangan bahwa suatu saat

    Perusahaanya tidak akan lagi mampu beroperasi karena tingginya biaya

    tenaga kerja.

    Dengan adanya kenaikan harga-harga kebutuhan hidup otomatis

    meningkatkan pula biaya untuk pemenuhan kebutuhan hidup bagi para pekerja/

    buruh. Hal ini membuat para pekerja/ buruh menuntut adanya pemberian upah

    yang mencukupi untuk keperluan tersebut. Upah yang diminta oleh para pekerja

    minimal adalah sesuai Kebutuhan Hidup Layak yang telah disurvey oleh Dewan

    Pengupahan.

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    53/78

    53

    Beragamnya Perusahaan dengan komoditas yang berbeda-beda juga

    menjadi kendala dalam pelaksanaan ketetapan Upah Minimum. Perusahaan

    dengan komiditas seperti furniture, rokok, tekstil, garment, makanan dan

    minuman yang dapat mematok harga sendiri tanpa dipengaruhi oleh adanya harga

    pasar bisa saja meningkatkan harga jual produksinya untuk menutup kenaikan

    Upah Minimum.

    Namun bagi Perusahaan tertentu yang harga jual produksinya tidak dapat

    ditentukan sendiri tetapi ditentukan oleh pasar akan sangat berat dalam

    menghadapi kenaikan Upah Minimum setiap tahunnya. Perusahaan semacam ini

    misalnya Pabrik Gula, Perkebunan, Transportasi, dan lain sebagainya, dimana

    harga ditentukan oleh pasar atau ditentukan oleh Pemerintah.

    Di sisi lain, bagi Perusahaan yang padat karya akan sangat terpengaruh

    dengan penetapan Upah Minimum karena banyaknya tenaga kerja yang

    dipekerjakan, karena semakin banyak tenaga kerja yang digunakan maka biaya

    tenaga kerja akan sangat tinggi. Lain halnya dengan Perusahaan yang padat

    tekhnologi tentunya tidak akan terlalu terpengaruh dengan adanya Upah Minimum

    tersebut karena Perusahaan padat tekhnologi tidak terlalu banyak menggunakan

    tenaga kerja.

    Menurut bapak Legiman, dalam menetapkan Upah Minimum,

    Pemerintah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

    2. Perbedaan tingkat kemampuan dan likuiditas antar Perusahaan, sehingga

    Upah Minimum yang ditetapkan mampu dilaksanakan oleh semua

    Perusahaan tanpa adanya dampak kemungkinan terjadinya Pemutusan

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    54/78

    54

    Hubungan Kerja (PHK) atau penutupan Perusahaan (lock out).

    3.

    Pengawasan terhadap pemberlakuan Upah Minimum dilaksanakan secara

    optimal tanpa pilih kasih demi tegaknya peraturan atau ketentuan yang telah

    ditetapkan.

    4.

    Penetapan Upah Minimum tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi

    sehingga mampu memberikan perlindungan bagi pekerja/ buruh sekaligus

    juga mampu memberikan perlindungan bagi Perusahaan.

    5. Peninjauan besarnya Upah Minimum tidak dilaksanakan setiap tahun sekali

    tetapi disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan perekonomian dan laju

    inflasi.

    Pertimbangan selanjutnya adalah dengan adanya keragaman Perusahaan

    dengan komoditas yang berbeda-beda. Perusahaan dengan komiditas tertentu

    seperti rokok, tekstil, garment, makanan dan minuman yang dapat mematok harga

    sendiri tanpa dipengaruhi oleh adanya harga pasar tidak bisa di-samakan dengan

    Perusahaan tertentu yang harga jual produksinya tidak dapat ditentukan sendiri

    tetapi ditentukan oleh pasar.

    Perusahaan yang padat karya dengan Perusahaan padat tekhnologi juga

    tidak bisa disamakan dan harus dipertimbangkan oleh Pemerintah dalam

    menetapkan Upah Minimum karena antara kedua Perusahaan tersebut mempunyai

    dampak yang berbeda akibat adanya ketetapan Upah Minimum.

    Apabila dalam penetapan Upah Minimum sudah sesuai dengan ketentuan

    dan norma yang berlaku, maka ketentuan bagi Perusahaan yang tidak mampu

    untuk memberlakukan Upah Minimum dengan mengajukan permohonan

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    55/78

    55

    penangguhan Upah Minimum tidak perlu ada. Karena hal ini justru kontradiktif

    karena penetapan Upah Minimum dalam rangka memberikan perlindungan bagi

    pekerja/ buruh.

    Justru sebaliknya bahwa dalam penetapan Upah Minimum perlu baik

    namun mempunyai pekerja/ buruh yang sedikit untuk memberi upah kepada

    pekerja/ buruhnya dengan upah yang lebih tinggi daripada Upah Minimum yang

    telah ditetapkan.

    Kelemahan penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota sebagaimana

    uraian diatas yaitu menjadi penghambat bagi perusahaanperusahaan yang

    mempunyai pekerja/ buruh dengan jumlah yang besar dan menjadi penghambat

    bagi para pekerja/ buruh yang bekerja di perusahaan dengan jumlah pekerja/buruh

    yang sedikit tetapi kinerja perusahaannya sangat baik.

    Gubernur dalam menetapkan Upah Minimum Kabupaten/ Kota dalam

    ketentuannya hanya mengatur bagaimana perusahaan yang tidak mampu

    melaksanakan ketentuan Upah Minimum saja tetapi tidak mengatur bagaimana

    perusahaan yang mempunyai tingkat kemampuan yang tinggi untuk melaksanakan

    Upah Minimum tersebut. Oleh karena itu untuk memberlakukan Upah Minimum

    kepada para Pekerja/ buruhnya maka para Pengusaha harus menyikapi kenaikan

    Upah Minimum tersebut dengan berbagai upaya yang dapat menekan biaya

    sehingga kinerja Perusahaan dapat tetap dicapai antara lain dengan melakukan

    berbagai efisiensi dan strategi perusahaan.

    Dalam menyikapi kenaikan Upah Minimum, para pengusaha bidang.

    Upaya lain dilakukan dengan upaya meningkatkan produktivitas dari para

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    56/78

    56

    pekerja/buruh. Upaya ini dilakukan dengan pengawasan, pembinaan dan

    pemberian reward and punishmen.

    Pemberian reward ternyata mampu meningkatkan kinerja para pekerja/

    buruh dan mampu memberikan motivasi kepada para pekerja/buruh, sehingga

    produktivitas dapat meningkat. Dengan peningkatan produkrivitas tersebut maka

    akan mengimbagi besarnya biaya tenaga kerja yang telah dikeluarkan oleh

    pengusaha.

    4.3.3.Hubungan Majikan dan Buruh di Jepara

    Menurut Ahmad Rifai, Sekretaris Asosiasi pengusaha Mebel dan

    Kerajinan Indonesia (AMKRI) Jepara. Di Jepara hubungan majikan dan buruh di

    Jepara banyak diserahkan pada mekanisme pasar, dengan sesedikit mungkin

    campur tangan pemerintah. Hal ini muncul dengan didasari perpektif pengusaha

    dalam menghadapi permasalahan tenaga kerja yang tidak kunjung selesai, upah

    yang semakin mahal dengan produktivitas rendah, padahal menurut pengusaha

    merekalah yang memiliki posisi tawar yang lebih tinggi. Berlarut-larutnya situasi

    ketenagakerjaan yang merugikan ini membuat pemilik modal sudah bersiap-siap

    mereposisi strategi industrinya dengan meninggalkan pilihan padat karya menjadi

    padat modal, atau pindah dari Jepara ke daerah lain.

    Dengan kata lain mereka lebih memilih menjadi "pemasar" dengan

    mengimpor produk dari tempat lain, ketimbang harus memproduksi sendiri

    dengan beban tenaga kerja yang menurut mereka terus membebani. Melihat

    kondisi ini mau tidak mau pemerintah kemudian harus turun tangan, karena

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    57/78

    57

    pemerintah tidak ingin perusahaan yang menyerap banyak tenaga kerja merelokasi

    industrinya ke daerah lain yang akan menimbulkan efek domino mulai

    pengangguran, kemiskinan hingga meningkatnya angka kriminalitas dan

    menurunnya kesehatan masyarakat.

    Kebijakan pemerintah tentang penerapan fleksibilitas pasar tenaga kerja

    merupakan respon yang semakin memantapkan asumsi bahwa akibat 'crisis,

    negeri kita semakin fanatik pada sistem pasar bebas. pasar tenaga kerja dianggap

    sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan daya tahan korporasi dalam

    menghadapi krisis. Mekanisme upah dan kesejahteraan buruh pun kemudian oleh

    negara diserahkan pada korporasi sehingga merekalah yang menentukan seberapa

    besar kesejateraan buruh. Bila sektor korporasi bisa bertahan hidup, permintaan

    terhadap pasar tenaga kerja akan stabil atau ditingkatkan, sehingga harus

    diupayakan sektor korporasi semakin kuat menghadapi gelombang krisis. Dengan

    kata lain, pasar tenaga kerja mendorong daya saing korporasi melalui

    penyingkiran berbagai hambatan bagi operasi modal, salah satunya adalah reduksi

    atau pencabutan berbagai peraturan yang melindungi buruh. Peraturan perburuhan

    yang sangat liberal dan memudahkan prosedur rekrut dan pecat justru

    dikembangkan. Peraturan perburuhan yang semakin liberal, dengan sendirinya

    justru telah menarik negara dari perannya sebagai pelindung buruh.

    Secara umum, kemudian pasar tenaga kerja dipahami sebagai kemampuan

    pasar tenaga kerja menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi ekonomi.

    Dengan kata lain, pasar tenaga kerja sebenarnya adalah sebuah mekanisme

    pengalihan resiko dari korporasi kepada karyawan. Sistem gugur tidak

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    58/78

    58

    diberlakukan terhadap korporasi, tetapi justru ditimpakan kepada pasar tenaga

    kerja. Asumsi inilah yang merupakan salah satu analisis dikeluarkannya SKB 4

    menteri baru-baru ini, yang salah satu pasalnya mengatur tentang upah dan

    kesejahteraan pekerja yang diserahkan/ disesuaikan dengan kemampuan

    perusahaan dan kenaikan upah buruh mengikuti pertumbuhan ekonomi.

    Kesejahteraan buruh semakin dipingirkan karena ketika krisis global terjadi maka

    pertumbuhan ekonomi akan menurun sehingga kesejahteraan buruh pun akan ikut

    turun. Pemilik modal memiliki alasan untuk tidak menaikkan upah, sedangkan

    buruh semakin terpuruk karena kebutuhan riil justru semakin naik.

    Ditinjau dari kesejahteraan buruh, LMF akan menghasilkan degradasi

    kesejahteraan dan kondisi kerja buruh (pengurangan upah dan kesempatan

    lembur, ketidakpastian kerja dan penghasilan). Kondisi kerja mereka terus

    memburuk yang diikuti dengan menurunnya upah riil yang diterima buruh.

    Dengan LMF memungkinkan korporasi menarik karyawan kontrak dimana buruh

    ini hanya menerima gaji pokok saja, tidak ada tunjangan dan fasilitas dari

    perusahaan dan masih diperparah dengan keharusan mereka menyisihkan upah

    mereka untuk memberi komisi bagi penyalur.

    Bagi pemilik modal, fleksibilitas pasar tenaga kerja diyakini sebagai salah

    satu kebijakan publik yang akan mendorong minat investor kembali menanamkan

    modal di Indonesia. Sementara bagi buruh, ini adalah legitimasi dari praktek

    kekejaman hukum pasar yang selama ini sudah dipraktekkan oleh banyak pemilik

    modal.

  • 7/26/2019 Skripsi Edy

    59/78

    59

    4.3.4.Kesejahteraan Buruh di Jepara.

    Buruh merupakan salah satu unsur pendukung dari unit produksi yang

    memegang peran penting dalam menghasilkan suatu produk. Berbicara tentang

    produksi tidak akan lepas dari konteks upah dan kebutuhan fisik minimum buruh.

    Dalam suatu proses produksi, buruh hanya akan menghasilkan produktivitas yang

    tinggi apabila keadaan fisiknya cukup memadai. Hal itu akan bisa tercapai apabila

    upah yang diterimanya dap