Top Banner

of 100

Skripsi Chikungunya an. Hj. Rusni

Jul 18, 2015

Download

Documents

Renti Hr
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI DESA SUKARAJA TUHA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAJA KABUPATEN OKU TIMUR TAHUN 2010

Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

HJ. RUSNI NIM. K. 08. 248

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-MAARIF BATURAJA TAHUN 2010

YAYASAN AL-MAARIF BATURAJA PROGRAM SARJANA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT EPIDEMIOLOGI Skripsi, Mei 2010 Hj. Rusni ABSTRAK Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 Chikungunya merupakan penyakit yang sering kali menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Chikungunya merupakan penyakit reemerging yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi sekarang muncul kembali. Penyakit ini pertama sekali dicatat di Tanzania, Afrika pada tahun 1952, kemudian di Uganda tahun 1963. Di Indonesia sendiri KLB Chikungunya dilaporkan pertama kali pada tahun 1973 di Samarinda dan Jakarta. Peningkatan kasus chikungunya terutama pada saat pergantian musim. Desa Sukaraja Tuha merupakan salah satu desa yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur penyakit chikungunya merupakan masalah kesehatan karena terus meningkat sejak tiga tahun terakhir. Tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 184 kasus (15,69 %). Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional, pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi dengan menggunakan kuesioner dan chek list. Pengolahan data menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji statistik Chi-Square. Populasi sampling adalah masyarakat desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur sebanyak 1.172 Orang. Populasi Sasaran adalah Kepala Keluarga baik yang anggota keluarganya pernah menderita chikungunya 3 bulan lalu dan tidak pernah menderita chikungunya. Besar sampel yaitu 174 sampel. Hasil analisis univariat diketahui bahwa responden yang menderita chikungunya sebanyak 35 (20,1%) sedangkan yang bukan penderita chikungunya sebanyak 139 (79,9%), responden dengan pekerjaan yang beresiko sebanyak 80 (46%) sedangkan responden dengan pekerjaan yang tidak beresiko sebanyak 94 (54%), responden dengan pengetahuan tidak baik sebanyak 76 (43,7%) sedangkan responden dengan pengetahuan baik sebanyak 98 (56,3%).

responden dengan sikap negatif sebanyak 85 (48,9%) sedangkan responden dengan sikap positif sebanyak 89 (51,1%), responden dengan ada tempat perindukan nyamuk sebanyak 78 (44,8%) sedangkan responden tidak ada tempat perindukan nyamuk sebanyak 96 (55,2%), ditemukan sebanyak 75 (43,1%) responden dengan peran petugas kesehatan tidak aktif, dan 99 (56,9%) responden dengan peran petugas kesehatan aktif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa semua variabel dalam penelitian ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadia chikungunya. Variabel tersebut adalah pekerjaan dengan p value = 0,005, variabel pengetahuan dengan p value = 0,047, variabel sikap dengan p value = 0,001, variabel tempat perindukan nyamuk dengan p value = 0,010, variabel peran petugas kesehatan dengan p value = 0,000. Perlunya Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur menetapkan suatu strategi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan chikungunya dengan cara meningkatkan kegiatan PSN, melakukan pengamatan penyakit serta melakukan penyemprotan minimal 2x dalam setahun terhadap nyamuk dewasa di daerah endemis. Disamping itu perlu kesiapan dan antisipasi apabila terjadi KLB. Untuk menghindari atau mencegah penyakit chikungunya hendaknya masyarakat membiasakan tidur memakai kelambu, memasang kawat kassa, mengeringkan genangan air, menguras bak mandi sekurang-kurangnya 1x seminggu, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan mengubur barang-barang bekas seperti kaleng, dan pecahan botol. Daftar Pustaka : 31 (2000 2008)

POST DEGREE PROGRAM PUBLIC HEALTH SCIENCE PROGRAM OF BATURAJA AL MAARIF FOUNDATION EPIDEMIOLOGI A thesis, Hj. Rusni ABSTRACT The Factors Whhich Related to Chikungunya Case in Sukaraja Tuha Village Work Area Of Sukaraja Public Health Centre In East Oku In 2010 Chikungunya is the deseases wich always appeared KILB (the Extra Ordinary Case). Chikungunya is reemerging deases which was used to be so long time but now it appeared any more. First time the deases is recorded in Tanzania, Africa in 1952, then in Uganda in 1963. In Indonesia 1973 Chikungunya is reported in Samarinda and Jakarta. In season regulation Chikungunya cases increasing. In 2009 Chikungunya cases were also increasing to be 184 cases (15,69%). This research is purposed to know the factors which related to Chikungunya cases in Sukaraja Tuha village work areas Sukaraja goverment clinic in East OKU in 2010. This research is analystic research. The data were analyzed by cross sectional approach. To collect the data the writer used interviewing and observation by giving quesioner and check list. Then the data were analyzed by using univariat analysis and bivariat analysis with statistic Chi Square. The test taker of this study is the societis of Sukaraja village East OKU for about 1.172 people. The focus sampling of this study is principal family who are ever suffering Chikungunya in three mounth ago and are never doing it. The sampling is 174. Based on the identification of the data, it was found that the respondent who suffered Chikungunya is about 139 (79,9%), the respondent who having hard risk job for about 80 (46%), and respondent who having hard risk job about 94 (54%), the respondent who having bad knowledge is about 76 (43,7%) and the respondent who having a good knowledge is about 98 (56,3%). The respondent who having negative attitude is about 85 (48,9%) and the respondent who having positive attitude is about 89 (51,1%), the respondent who having dirty environment is about 78 (44,8%) and the respondent who having clean environment is about 96 (55,2%), the respondent who having bad roles employee is 75 (43,1%), and the respondent who having good roles employee is 99 (56,9%). Based on the result of the research, it was got that all variables have meaning relations with Chikungunya cases. The occupation variable is p value = 0,005, knowledge variable p value = 0,047, attitude variable with p value = 0,001, place variable of masquito with p value = 0,010 and the roles healthy employee with p value = 0,000. May 2010

Healthy department of East OKU district has to make a strategy in by increasing PSN, to avoid Chikungunya, doing observation, scolding twice a year in endemis area. The society have also to be ready in facing KLB. To avoid Chikungunya, the societies are used to sleep by using mosquito net, drain flooded area, clean the bath room one a week, close the places where are flooded area and bury the former things like cans and splinter of botols. References : 31 (2000-2008)

RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI Nama Lengkap : Tempat/ Tanggal Lahir: Agama : Alamat : Hj. Rusni Muaradua, 05 April 1964 Islam Desa pemetung Basuki No. 193 RT. 11/ RW. 02 Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten OKU Timur

RIWAYAT PENDIDIKAN 1. 2. 3. tahun 1983 4. lulus tahun 1988 5. Baturaja, lulus tahun 2007 6. Program Studi Kesehatan Masyarakat Al-Maarif Baturaja, sedang mengikuti ujian akhir pendidikan Program Khusus Diploma III Kebidanan Al-Maarif Program Pendidikan Bidan DepKes Cirebon-Jawa Barat, SD Negeri I Muaradua, lulus tahun 1976 SLTP Negeri Muaradua, lulus tahun 1980 Sekolah Perawat Kesehatan DepKes Palembang, lulus

RIWAYAT PEKERJAAN Tahun 1983 1985 Tahun 1985 1989 Tahun 1989 sekarang : Staf Puskesmas Muaradua : Staf Puskesmas Cempaka : Staf Puskesmas Pemetung Basuki

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan AlMaarif Baturaja. Baturaja, Mei 2010

PEMBIMBING I,

(Marwan Baits, SKM, MKM)

PEMBIMBING II,

(Suharmasto, SKM, M.Epid)

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Al-MAARIF BATURAJABaturaja, Mei 2010

PEMBIMBING I,

(Marwan Baits, SKM, MKM)

PEMBIMBING II,

(Suharmasto, SKM, M.Epid)

PEMBIMBING SKRIPSI,

(Dedy Wijaya, SKM)

PEMBIMBING LAPANGAN,

(Faisal, SKM, MM)

Kupersembahkan Kepada . . . Kedua orang tuaku Tercinta yang telah dengan ikhlas membesarkanku, Suamiku Tersayang & Buah Hatiku yang selalu mendoakanku, Keluarga besarku yang senantiasa menanti kesuksesanku, Sahabat-sahabatku yang dalam suka dan duka tetap bersamaku. Dengan Ilmu Kehidupan Menjadi Mudah, Dengan Seni Kehidupan Menjadi Indah, Dan Dengan Agama Kehidupan Menjadi Terarah Dan Bermakna . . .

Mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti Apa yang paling baik diantaranya (Al Quran). Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat. (Q.S. Az Zumar 39: 18) dan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi atas hidayah dan ridha Allah sehingga skripsi berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 ini dapat kami selesaikan. Kami sadar bahwa skripsi ini tidak mungkin terwujud sesuai harapan tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak. Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan terima kasih kepada: Bapak Drs. H. Rachman Djalili, M.Kes sebagai Ketua Yayasan Al-Maarif Baturaja; Ibu Dra. Hj. Herawaty, Mkes sebagai Ketua STIKES Al-Maarif Baturaja; Bapak Marwan Baits, SKM, MKM sebagai Ketua Program Studi SKM STIKES Al-Maarif Baturaja yang sekaligus sebagai Pembimbing I; Bapak Suharmasto, SKM, M.Epid selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu yang sekaligus sebagai Pembimbing II; Bapak Deddy Wijaya, SKM sebagai penguji hasil penelitian; Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat Al-Maarif Baturaja; Bapak dr. H. M. Farid Fairuzi, Mkes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur; Bapak Faisal, SKM. MM selaku penguji lapangan; Ibu dr. Heliyanti selaku Kepala Puskesmas Sukaraja atas izin dan perkenannya dalam pengambilan data di desa Sukaraja Tuha; terkhusus saudari Neneng Fauziah yang telah secara sukarela membantu dalam pengumpulan data penelitian ini. Sesungguhnya masih banyak lagi pihak yang membantu, namun tidak sempat kami sebutkan satu persatu disini. Untuk itu kami mohon maaf dan menyampaikan terima kasih atas segala bantuan dan kebaikannya. Akhirnya, Allah Azza Wajaalla jualah Yang Maha Sempurna untuk membalas segala kebaikan dan bantuan, semoga limpahan rahman dan rahim Allah tercurah kepada kita semua. Mudah-mudahan Allah ridha sehingga skripsi ini dapat bermanfaat adanya. Wallahualam Bissawaf.

Baturaja, Penulis

Mei 2010

DAFTAR ISIHalaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ABSTRAK ........................................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. KATA PENGANTAR .......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR TABEL ............................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ DAFTAR ISTILAH/ SINGKATAN .................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ BAB I. PENDAHULUAN i ii iii iv v vi vii viii ix x xi

A.Latar Belakang ........................................................................... 1 B.Rumusan Masalah ...................................................................... 3 C.Pertanyaan Penelitian ................................................................. 4 D.Tujuan Penelitian ....................................................................... 4 E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5 F. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

6

A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Chikungunya 1. Pengertian Chikungunya ........................................................ 7 2. Agent penyebab Chikungunya ............................................... 7 3. Gejala Chikungunya ............................................................... 8 4. Morfologi Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti ..... 10 5. Vektor Penular ....................................................................... 11 6. Cara Penularan ....................................................................... 16 7. Cara Memutuskan Rantai Penularan ...................................... 18 8. Pemberantasan Vektor Chikungunya ..................................... 19 9. Pencegahan Chikungunya ...................................................... 22 B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit Chikungunya 1. Pekerjaan .................................................................................. 24 2. Pengetahuan ............................................................................. 26 3. Sikap ......................................................................................... 29 4. Tempat perindukan nyamuk .................................................... 30

5. Peran Petugas Kesehatan ......................................................... C. Kerangka Teori .............................................................................

31 32

BAB III. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A.Kerangka Konsep ......................................................................... 34 B.Definisi Operasional ..................................................................... 35 C.Hipotesis ....................................................................................... 38 BAB IV. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ................................................................... B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... C. Tempat Penelitian ........................................................................ D. Waktu Penelitian .......................................................................... E. Cara Pengumpulan Data .............................................................. F. Pengolahan Data ........................................................................... 41 G. Analisa Data ..................................................................................

39 39 40 41 41 42 43 45 48 53 53 61 62

BAB V. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Puskesmas Sukaraja dan Desa Sukaraja Tuha . B. Analisis Univariat ......................................................................... C. Analisis Bivariat ........................................................................... BAB VI. PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian ................................................................ B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................... B. Saran ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RALAT

DAFTAR TABELTabel 5.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Chikungunya Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tempat Perindukan Nyamuk Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan Tabel 5.7. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Kejadian Chikungunya Tabel 5.8. Hubungan Pengetahuan Responden dengan Kejadian Chikungunya Tabel 5.9. Hubungan Sikap Responden dengan Kejadian Chikungunya Tabel 5.10. Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian Chikungunya Tabel 5.11. Hubungan Peran petugas Kesehatan dengan Kejadian Chikungunya

DAFTAR GAMBARHalaman GAMBAR 2.1 Kerangka Teori Penelitian .......................................................... GAMBAR 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 31 32

DAFTAR SINGKATAN

Bti DBD DepKes KLB OKU PSN RI SPSS TPA ULV WHO

: Bacillus thuringiensisvar israeliensis : Demam Berdarah Dengue : Departemen Kesehatan : Kejadian Luar Biasa : Ogan Komering Ulu : Pemberantasan Sarang Nyamuk : Republik Indonesia : Statistical Package for the Social Science : Tempat Penampungan Air : Ultra Low Volume : World Health Organization

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-1 Surat Permohonan Pengambilan Data Lampiran-2 Surat Izin Penelitian Lampiran-3 Lembar Kuesioner Penelitian Lampiran-4 Printout Hasil Analisis Data dengan SPSS Lampiran-5 Lembar Konsultasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Chikungunya merupakan penyakit yang sering kali menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa), terutama pada saat pergantian musim, Chikungunya merupakan penyakit reemerging yaitu penyakit yang keberada-annya sudah ada sejak lama tetapi sekarang muncul kembali. Sejak tahun 1779 di Batavia (Jakarta), telah dilaporkan penyakit yang memiliki gejala mirip chikungunya yang dikenal dengan nama penyakit knuckle fever, knee trouble di Kairo (1779), scarletina rhematica di Calcuta, Madras, dan Gujarat (1824). Penyakit chikungunya dilaporkan telah berjangkit di beberapa negara Afrika misalnya Angola, Botswana, Nigeria, Zimbabwe, dan negara lainnya, dan virusnya diisolasi pertama kali pada tahun 1952 di Tanganyika (Nasronudin, 2007). Penyakit pertama sekali dicatat di Tanzania, Afrika pada tahun 1952, kemudian di Uganda tahun 1963. Di Indonesia sendiri KLB (Kejadian Luar Biasa) chikungunya dilaporkan pertama kali pada tahun 1973 di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan di Jakarta, tahun 1979 di Bengkulu. dan sejak itu menyebar ke seluruh daerah baik di Sumatera (Kuala Tungkal dan Jambi, 1982) maupun di luar Sumatera yaitu pada tahun 1983 di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 1984 terjadi KLB di Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur, sedangkan pada tahun 1985 di Maluku, Sulawesi Utara dan Irian Jaya. Setelah hampir 20 tahun

tidak ada kejadian maka mulai tahun 2001 mulai dilaporkan adanya KLB chikungunya lagi di Indonesia yaitu di Aceh, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat, sedangkan pada tahun 2002 terjadi KLB di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat. Secara epidemiologis, saat ini hampir seluruh wilayah di Indonesia berpotensi untuk timbulnya KLB chikungunya (Depkes RI, 2007). Diperkirakan sepanjang tahun 2000-2003 jumlah kasus chikungunya mencapai 3.918 dan tanpa kematian yang diakibatkan penyakit ini. Penyebaran penyakit chikungunya biasanya terjadi pada daerah endemis Demam Berdarah Dengue. Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit Chikungunya. Saat ini hampir seluruh provinsi di Indonesia potensial terjadinya KLB Chikungunya. KLB sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan (Depkes RI, 2007). Untuk provinsi Sumatera Selatan tahun 2007 penemuan kasus chikungunya tercatat 9.864 kasus, pada tahun 2008 tercatat 10.975 kasus dan pada tahun 2009 tercatat 11.028 kasus (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan, 2009) Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan OKU Timur pada tahun 2007 penemuan penderita chikungunya berjumlah 5.651 kasus (0,85 %), pada tahun 2008 berjumlah 5.830 kasus (0,88 %), dan pada tahun 2009 berjumlah 6.219 kasus (0,94 %) dari jumlah penduduk 661.274 Orang. (Dinas Kesehatan OKU Timur, 2009).

Berdasarkan data dari Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur jumlah proporsi penderita chikungunya diwilayah kerja Puskesmas Sukaraja pada tahun 2007

ditemukan penderita chikungunya sebanyak 406 kasus (1,16 %), pada tahun 2008 ditemukan penderita chikungunya sebanyak 453 kasus (1,29 %) dan pada tahun 2009 ditemukan penderita chikungunya sebanyak 497 kasus (1,42 %) dari jumlah penduduk 34.851 Orang. Sedangkan di desa Sukaraja Tuha yang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sukaraja pada tahun 2007 ditemukan penderita chikungunya sebanyak 93 kasus (7,93 %), pada tahun 2008 ditemukan penderita chikungunya sebanyak 124 kasus (10,58 %), dan pada tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 184 kasus (15,69 %) dari j umlah penduduk 1.172 Orang. (Rekapitulasi Laporan Penyakit Puskesmas Sukaraja, 2009) Berdasarkan pernyataan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun 2010. Variabel yang diteliti adalah pekerjaan responden, pengetahuan responden, sikap responden, tempat perindukan nyamuk, dan peran petugas kesehatan.

B. Rumusan Masalah Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010.

C. Pertanyaan Penelitian

1.

Apakah ada hubungan pekerjaan responden dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur ?

2.

Apakah ada hubungan pengetahuan responden dengan kejadian

chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur ? 3. Apakah ada hubungan sikap responden dengan kejadian

chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur? 4. Apakah ada hubungan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian

chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur? 5. Apakah ada hubungan peran petugas kesehatan dengan kejadian

chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan responden, pengetahuan responden, sikap responden, tempat perindukan nyamuk, serta peran petugas kesehatan pada kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010. b. Diketahuinya hubungan pekerjaan responden dengan kejadian

chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 c. Diketahuinya hubungan pengetahuan responden dengan kejadian

chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 d. Diketahuinya hubungan sikap responden dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 e. Diketahuinya hubungan hubungan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 f. Diketahuinya hubungan peran petugas kesehatan dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Kesehatan / Puskesmas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan untuk menyusun kebijakan dan pengembangan program penanggulangan penyakit chikungunya.

2. Bagi Instansi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan untuk menyusun kebijakan dan pengembangan program penanggulangan penyakit chikungunya. 3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya, sehingga dapat melakukan pencegahan agar tidak terkena virus chikungunya. 4. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan mengenai penelitian ilmiah terutama tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya, dan pengalaman yang sangat berguna serta menunjang dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.

F.

Ruang Lingkup Penelitian Mengingat keterbatasan dana dan waktu untuk menyusun skripsi, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah faktor pekerjaan responden, pengetahuan responden, sikap responden, tempat perindukan nyamuk, dan peran petugas kesehatan

yang berhubungan dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Chikungunya 1. Pengertian Chikungunya Chikungunya adalah demam mendadak yang diikuti oleh beberapa gejala berikut : nyeri sendi (artralgia), nyeri otot, nyeri kepala, ruam (rash), nyeri menelan, mual, muntah (Depkes RI, 2007). Chikungunya adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti, dengan gejala utama demam mendadak, bintik-bintik kemerahan, nyeri sendi terutama sendi lutut dan pergelangan kaki sehingga orang tersebut tidak dapat berjalan untuk sementara waktu. Biasanya menyerang sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu (Sudarmo, 2005).

2. Agent Penyebab Chikungunya Chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya kelompok Alphavirus atau group A (Antropho borne viruses). Sedangkan demam berdarah dengue

(DBD) disebabkan oleh group B (Antropho borne viruses). Chikungunya ditularkan lewat nyamuk Aedes albopictus dan nyamuk Aedes Aegypti (Judarwanto, 2007)

3. Gejala Chikungunya Gejala chikungunya mirip dengan gejala demam berdarah dengue (DBD), pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (schok) maupun kematian. Gejala Chikungunya, yaitu (Depkes RI, 2007) : a. Demam Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan. Panas tinggi selama 2-3 hari selanjutnya dilanjutkan dengan penurunan suhu tubuh selama 1-2 hari kemudian naik lagi membentuk kurva Sadle back fever (Bifasik). Bisa disertai menggigil dan muka kemerahan (flushed face). Pada beberapa penderita mengeluh nyeri di belakang bola mata dan bisa terlihat mata kemerahan (Conjunctival injection). b. Sakit Persendian Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam. Nyeri sendi dapat ringan (arthralgia) sampai berat menyerupai artritis rheumathoid, terutama disendi-sendi pergelangan kaki (dapat juga nyeri sendi tangan) sering dikeluhkan penderita. Nyeri sendi ini merupakan gejala paling dominan, pada kasus berat terdapat tanda-tanda radang sendi, yaitu

kemerahan, kaku, dan bengkak. Sendi yang sering dikeluhkan adalah pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku, jari, lutut, dan pinggul.

Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan berusaha mengurangi dan membatasi gerakan. Artritis ini dapat bertahan selama beberapa minggu, bulan bahkan ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga dapat menyerupai Rheumatoid Arthritis. sehingga kadang penderita merasa lumpuh sebelum berobat. c. Nyeri Otot Nyeri otot (fibromyalgia) bisa pada seluruh otot terutama pada otot penyangga berat badan seperti pada otot bagian leher, daerah bahu, dan anggota gerak. Kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar sendi pergelangan kaki (achilles) atau sekitar mata kaki. d. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5 demam. Kemerahan di kulit bisa terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulo-papular (viral rash), sentrifugal (mengarah ke bagian anggota gerak, telapak tangan dan telapak kaki). Lokasi kemerahan di daerah muka, badan, tangan, dan kaki. e. Kejang dan Penurunan Kesadaran Kejang biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung oleh penyakitnya. Kadang-kadang kejang disertai penurunan

kesadaran. Pemeriksaan cairan spinal (cerebro spinal) tidak ditemukan kelainan biokimia atau jumlah sel.

f. Sakit Kepala Sakit kepala merupakan keluhan sering ditemui g. Gejala lain : Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher dan kolaps pembuluh darah

4. Morfologi Nyamuk Aedes Albopictus dan Aedes aegypti Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family Togaviridae. Strain Asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type

Afrika. Virus Chikungunya

CHIK, CK. Virus Chikungunya masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus. Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti berukuran kecil dibanding nyamuk lain: ukuran badan 3-4 mm, berwarna hitam dengan hiasan titik-titik putih

dibadannya; dan pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan. Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina yang menggigit; yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti diletakkan induknya menyebar;

berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk bertelur di air bersih. Telur menjadi pupa dalam beberapa minggu. Nyamuk bila

terbang hampir tidak mengeluarkan bunyi; sehingga manusia yang diserang tidak mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari belakang; terbang sangat cepat.

Telur nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat lebih dari 1 tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur. Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya (CHIK) virus (alpha virus). Vektor Chikungunya di Asia adalah Aedes albopictus dan Aedes aegypti. Di Afrika adalah Aedes furcifer dan Aedes africanus (Judarwanto,2007)

5. Vektor Penular Di Indonesia vektor penular chikungunya ini adalah nyamuk Aedes albopictus dan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini saat hinggap posisinya sejajar. Nyamuk Aedes albopictus hidupnya dikebun-kebun, sedangkan nyamuk Aedes aegypti hidupnya bisa didalam rumah maupun dilingkungan sekitar rumah. Nyamuk ini menggigit pada pagi dan sore hari (Depkes RI, 2001) a. Tempat Perindukan vektor Tempat perindukan nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti yaitu berupa genangan air yang tertampung disuatu wadah yang disebut container yang dapat menampung air terutama air hujan, bukan pada genangan air yang berhubungan langsung dengan tanah.

Kontainer ini dapat di bedakan menjadi 3 macam yaitu Depkes RI, 2001) : 1). Tempat Penampungan Air yang bersifat tetap (TPA) Penampungan air biasanya dipakai untuk keperluan sehari-hari pada rumah tangga seperti untuk mencuci, memasak, mandi dan keperluan lainnya, yang pada umumnya airnya jernih, tenang dan tidak mengalir seperti bak mandi, bak WC, drum penyimpanan air, tempayan dan lain-lain 2). Bukan Tempat Penampungan Air (Non TPA) Adalah wadah yang dapat menampung air terutama air hujan, tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari seperti : tempat minum hewan peliharaan, plastik, bekas, pot tanaman, barang-barang bekas (ban, botol) 3). Tempat Perindukan Alami Bukan tempat penampungan air tetapi secara alami tempat tersebut dapat menjadi penampungan air, misalnya daun-daun yang berserakan di tanah terutama di kebun-kebun, potongan bambu, pelepah daun yang berisi air dan bekas tempurung kelapa yang berisi air.

b. Ekologi vektor Ekologi vektor yaitu mempelajari hubungan antara vektor dengan lingkungannya/mempelajari bagaimana pengaruh lingkungan terhadap vektor.

Lingkungan ada 2 macam yaitu lingkungan fisik dan lingkungan biologis (Depkes RI. 2001) : 1). Lingkungan Fisik Lingkungan fisik ada bermacam-macam misalnya jarak antara rumah, jenis kontainer, ketinggian tempat, dan iklim : a). Jarak antara rumah Jarak rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah kerumah lainnya, semakin dekat jarak antara rumah semakin mudah pula untuk nyamuk menyebar kerumah sebelah. b). Jenis kontainer Macam-macam kontainer yang termasuk disini adalah jenis atau bahan dari kontainer, letak kontainer, bentuk, warna, kedalaman air dan tutup yang juga mempengaruhi dalam pemilihan tempat bertelur. c). Ketinggian tempat Pengaruh variasi ketinggian terdapat syarat-syarat ekologis yang diperlukan oleh vektor penyakit. Di Indonesia nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti dapat hidup pada daerah ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut. d). Iklim Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari : suhu udara, curah hujan, dan kecepatan angin.

Rata-rata optimum suhu udara untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25C sampai 27C, pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali apabila suhu kurang dari 10C atau lebih dari 40C. Curah hujan menyebabkan naiknya kelembaban udara dan menambah jumlah tempat perindukan nyamuk, karena air hujan dapat tertampung didalam tempat perindukan alami seperti potongan bambu, lobang pagar dan daun-daun yang berserakan di tanah terutama di kebun-kebun . Angin dapat berpengaruh pada jarak terbang dan penyebaran nyamuk, bila kecepatan angin kencang akan dapat menghambat penerbangan nyamuk. 2). Lingkungan Biologik Lingkungan biologik juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan nyamuk yaitu dengan banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan yang dapat mempengaruhi kelembaban udara dan pencahayaan didalam rumah yang merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap beristirahat seperti pada baju yang bergantungan, kopiah dan tas, serta banyaknya kebun-kebun di sekitar rumah (Depkes RI, 2001)

c. Bionomik vektor

Bionomik vektor adalah kebiasaan tempat perindukan (Breeding habit), kebiasaan menggigit (Feeding habit), kebiasaan istirahat (Resting habit) dan jarak terbang

Bionomik vektor (Depkes RI, 2001) : 1). Tempat perindukan Nyamuk (Breeding habit) Tempat perindukan nyamuk Aedes albopictus yaitu genangan air yang tertampung pada daun-daun yang berserakan di tanah terutama di kebunkebun, sedangkan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti yaitu berupa genangan-genangan air yang tertampung didalam suatu wadah yang disebut container baik didalam rumah maupun diluar rumah. Tempat bertelur yang disukai oleh nyamuk betina adalah dinding vertikal bagian dalam dari suatu tempat atau kontainer yang berisi air sedikit diatas permukaan air dan terlindung terhadap cahaya matahari langsung. Tempat penampungan air yang ada di masyarakat biasanya berupa bak mandi dengan bahan yang terbuat dari perselein ataupun plesteran biasa, gentong dari tanah, drum dan lain-lain. 2). Kebiasaan menggigit (Feeding habit) Kebiasaan menggigit nyamuk betina Aedes albopictus dan Aedes Aegypti terutama antara pukul 08.00-13.00 WIB dan pukul 15.00-17.00 WIB, dengan demikian dapat dikatakan bahwa nyamuk betina menggigit pada pagi hari dan sore hari. Aedes albopictus lebih banyak menggigit di luar rumah sedangkan Aedes aegypti tempat menggigit lebih banyak didalam

rumah dari pada diluar rumah. Nyamuk Aedes albopictus dan nyamuk Aedes aegypti bersifat antropofilik (sangat menyenangi darah manusia) dan dapat menggigit beberapa kali. Orang yang sudah digigit sudah aktif bergerak, kemudian nyamuk terbang dan menggigit orang lain sampai cukup darah untuk pertumbuhan dan perkembangan telurnya. 3). Kebiasaan Istirahat (Resting habit) Setelah menggigit, selama menunggu pematangan telur nyamuk akan terkumpul ditempat-tempat dimana terdapat kondisi yang optimum untuk beristirahat, setelah itu nyamuk akan bertelur dan menggigit lagi. Tempattempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap atau istirahat adalah tempattempat yang gelap, lembab dan sedikit dingin, juga pada baju yang bergantungan, kopiah dan tas. 4). Jarak Terbang Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti sehari-hari mempunyai kebiasaan terbang dekat permukaan tanah dan bergerak kesemua arah untuk mencari mangsa, mencari tempat bertelur,beristirahat dan melakukan perkawinan. Nyamuk betina dapat terbang rata-rata 50 m, dan ada kalanya sampai 100 m.

6. Cara Penularan Penularan demam chikungunya umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes albopictus dan Aedes Aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh

Aedes Albopictus yang hidup di kebun. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir diseluruh pelosok Indonesia, kecuali tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut (Depkes RI, 2005). Penularan juga bisa bila penderita yang mengandung virus chikungunya digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita (extrinsic incubation period), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain, virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Sehingga selain menjadi vektor juga menjadi reservoir dari virus chikungunya (Depkes RI, 2001). Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum nyamuk menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus chikungunya dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Seseorang yang telah terinfeksi oleh virus chikungunya melalui gigitan nyamuk, akan mengalami masa inkubasi selama 2-12 hari tetapi umumnya 3-7 hari, selama masa inkubasi ini virus berada didalam darah yang disebut dengan fase akut/ viremia (5-7 hari). Penderita yang dalam masa viremia inilah yang dapat menularkan penyakit chikungunya ke orang lain selama terdapat vector penular penyakit (Depkes RI, 2001). Terdapat tiga faktor yang memegang peranan dalam penularan penyakit chikungunya, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus chikungunya ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes albopictus dan Aedes

aegypti, nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu penelitian lebih lanjut. Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti tersebut dapat mengandung virus chikungunya pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam timbul. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2001).

7. Cara Memutuskan Rantai Penularan Sebagaimana pemberantasan penyakit menular lainnya untuk pemberantasan chikungunya adalah dengan memutuskan mata rantai penularan dengan cara sebagai berikut (Lawuyan, 2004) : a. Melenyapkan virus dengan cara mengobati

penderita dengan obat anti virus tersebut (belum banyak di lakukan) b. Isolasi penderita agar tidak digigit oleh nyamuk

penular sehingga tidak terjadi penularan kepada orang lain. Hambatannya adalah karena virus telah berada dalam darah 1-2 hari sebelum penderita mengalami demam penderita secara dini. sehingga dirasa sulit untuk dilakukannya isolasi Selain itu tidak mudah menganjurkan pada penderita

infeksi chikungunya ini untuk diisolasi. c. Memberantas vektor agar virus tidak ditularkan

kepada orang lain meskipun sebenarnya pemberantasan nyamuk Aedes aegypti

cukup mudah, namun penyakit ini tersebar luas sehingga mengalami kesulitan untuk memberantasnya. d. Menghindari gigitan nyamuk Aedes aegypti

sehingga orang yang sehat tidak ketularan penyakit chikungunya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu diwaktu tidur, memasang kawat kassa dikamar agar nyamuk tidak bisa masuk kedalam kamar. Dari keempat cara diatas, cara pemberantasan yang paling afektif dan dapat dilakukan saat ini adalah memberantas vektor Aedes aegypti.

8. Pemberantasan Vektor Chikungunya Pemberantasan vector adalah upaya mengendalikan vector dengan cara menurunkan populasi, mencegah gigitan nyamuk atau mengubah lingkungan sehingga tidak cocok untuk berkembang biak atau tempat istirahat vector. Tujuannya untuk mencegah atau menurunkan tingkat penularan chikungunya. Kegiatan pemberantasan vektor chikungunya yang dapat dilaksanakan yaitu dengan cara pemberantasan jentik dan pemberantasan nyamuk dewasa. Kegiatan pemberantasan vektor dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Depkes RI, 2005) : a. Pemberantasan jentik

1). Cara Fisik Cara ini lebih dikenal dengan istilah 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) yaitu dengan cara menguras bak mandi, menutup tempat-

tempat penampungan air seperti tempayan, dan lain-lain, serta mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas seperti kaleng, ban bekas, botol, pecahan piring atau gelas, tempat minum hewan peliharaan, vas atau pot bunga. Pengurasan tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali sebab daur hidup nyamuk 7-10 hari, serta membersihkan tumpukan daun yang ada di kebun-kebun setiap 7-10 hari. 2). Cara Biologi Cara biologi ini dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah, ikan gupi dan lain-lain. 3). Cara Kimia Cara pemberantasan jentik Aedes Aegypti adalah dengan menggunakan racun pembasmi jentik (larvasida) ini dikenal dengan istilah abatesasi. Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah berbentuk butiran pasir (sand granules). Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram ( 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Abatesasi dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Racun pembasmi jentik ini aman meskipun digunakan ditempat penampungan air (TPA) yang airnya jernih untuk mencuci atau air minum sehari-hari. Selain itu dapat digunakan pula racun pembasmi jentik yang lain seperti : bacillus thuringiensis var israeliensis (Bti) atau Altosit golongan insect growth regulator.

b. Pemberantasan Vektor Cara pemberantasan vektor penyakit chikungunya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1). Dengan menggunakan Insektisida Penggunaan insektisida yang biasa dipakai dalam pemberantasan vektor Chikungunya adalah jenis insektisida Malathion 96 EC, yang dilakukan dengan metode pengasapan thermal fogging dan pengasapan cold fogging atau ULV (Ultra Low Volume). Pengasapan thermal fogging sangat efektif dalam memutuskan mata rantai penularan, karena dapat mematikan semua jenis nyamuk dalam waktu singkat, dengan demikian penularan dapat diputuskan. 2). Tanpa menggunakan insektisida Cara pemberantasan vektor penyakit chikungunya untuk jangka panjang adalah cara yang paling mudah dilakukan serta murah dan aman. Cara ini lebih dikenal dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yaitu dengan melakukan hal-hal sebagai berikut (Depkes RI, 2005) : a). Menutup rapat-rapat tempat penampungan air bersih, misalnya tempayan, drum dan lain-lain b). Menguras bak mandi dan tempat penampungan air bersih sekurangkurangnya seminggu sekali, mengingat perkembangan telur menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 7-10 hari

c). Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, ban bekas, botol bekas dan pecahan piring atau gelas serta lainnya yang dapat digunakan sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. d). Memelihara ikan pemakan jentik dalam kolam-kolam ikan yang ada didalam maupun diluar rumah. e). Membersihkan tumpukan daun yang ada di kebun-kebun setiap 7-10 hari.

9. Pencegahan Chikungunya a. Penyuluhan Kesehatan pada Masyarakat Tujuan penyuluhan kesehatan adalah agar keluarga dan masyarakat tahu, mau, mampu mencegah penyakit chikungunya dirumah dan di lingkungannya dengan melaksanakan PSN chikungunya secara terus menerus, sehinggga rumah dan lingkungannya bebas dari jentik nyamuk Aedes Aegypti dengan demikian wilayahnya terbebas dari penularan penyakit chikungunya (DepKes RI, 2004). b. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Chikungunya Gerakan PSN chikungunya adalah keseluruhan kegiatan masyarakat dan

pemerintah untuk mencegah penyakit chikungunya, yang disertai pemantauan hasil-hasilnya secara terus menerus. Tujuan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk adalah untuk membina peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit chikungunya, terutama

dalam pemberantasan jentik nyamuk penularnya, sehingga penularan penyakit chikungunya dapat dicegah. Sasaran utama dari gerakan ini adalah agar semua keluarga dan pengelola tempat umum melakukan PSN chikungunya serta menjaga kebersihan lingkungannya masing-masing, secara terus menerus. Gerakan PSN

diprioritaskan pada wilayah kecamatan endemis dan sporadis chikungunya (Yahya H, 2006). c. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah kegiatan pemeriksaan terhadap tempat-tempat penampungan air, dengan tujuan untuk mengevaluasi hasil penggerakan PSN chikungunya oleh masyarakat. PJB dilaksanakan disemua daerah setiap 3 bulan oleh petugas Puskesmas (DepKes RI, 2005). d. Fogging (Pengasapan/ Penyemprotan) Kegiatan fogging dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa. kegiatan fogging ini terdiri dari dua macam, yaitu (Yahya, H., 2006) : 1). Fogging Massal Kegiatan penyemprotan insektisida yang dilakukan diseluruh rumah didaerah endemis, 2 siklus dengan interval 27 hari, pada saat sebelum musim penularan. Kegiatan yang dilakukan selain penyemprotan dengan insektisida, lebih dulu diawali dengan penyuluhan dan penggerakan PSN oleh masyarakat secara massal. Tujuan kegiatan penyemprotan massal ini adalah untuk membatasi penularan dan pencegahan KLB.

2). Fogging Fokus Fogging fokus adalah kegiatan penyemprotan dengan insektisida dan PSN chikungunya dilokasi kasus chikungunya dalam radius 200 m, dilaksanakan 2 siklus dengan interval 7 hari, oleh petugas puskesmas. Maksud pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk memutuskan rantai penularan, sehingga penularan dapat dibatasi, agar tidak berkembang menjadi KLB/ wabah. e. Abatesasi Abatesasi adalah kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air baik didalam rumah maupun diluar rumah, pada seluruh rumah dan bangunan didaerah endemis juga dengan penaburan bubuk abate pada tempat penampungan air yang didapati jentik, dilaksanakan 4 kali dalam setahun Tujuan pelaksanaan abate ini adalah sebagai tindakan Sweeping (Penyapuan) dalam pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti untuk mengurangi populasi nyamuk tersebut agar tidak terjadi KLB (Selamihardja, N, 2006).

B. Penyakit Chikungunya

Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Pekerjaan Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia, sedangkan pekerjaan dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas/ kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang dalam pembicaraan sehari-hari (Notoatmodjo, 2003)

Untuk memperoleh kesuksesan dalam pekerjaan diperlukan 10 persyaratan, yaitu (Notoatmodjo, 2007) : a. Rasa percaya diri yang berlandaskan konsep diri yang sehat b. Keahlian berkomunikasi atau komunikasi dengan baik c. Hubungan antar manusia dengan baik d. Mampu memimpin diri sendiri dan orang lain e. Sikap positif terhadap orang, kerja, dan diri sendiri f. Memiliki keahlian dan keterampilan menjual ide/ gagasan g. Mampu mengingat dengan baik h. Mampu mengatasi masalah, stres, dan kekuatiran i. Memiliki antusiasme yang menyala-nyala j. Memiliki wawasan hidup yang luas Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktikasari. dkk (2006) yang melakukan penelitian tentang faktor sosiodemografi dan lingkungan yang mempengaruhi kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok. Hasil penelitian Oktikasari menunjukkan bahwa sebanyak 143 responden (60,6%) tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga, Pelajar, Pengangguran) dan menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden dengan kejadian luar biasa chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok (www.http://id.wikipedia.org/wiki/ chikungunya, diakses pada tanggal 15 Februari 2010).

Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Notoatmodjo (2007) juga menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurut dr. Indan Entjang (2006) dalam bukunya yang berjudul Ilmu kesehatan Masyarakat menyatakan bahwa salah satu usaha untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan adalah dengan cara meningkatkan taraf kecerdasan dan rohaniah yaitu patuh pada ajaran agama, cukup santapan rohani, meningkatkan pengetahuan baik dengan membaca buku-buku ilmu pengetahuan, menuntut ilmu dibangku sekolah ataupun dengan belajar dari pengalaman hidup. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman dan berbagai macam sumber misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, poster, kerabat dekat dan sebagainya. Semakin banyaknya berbagai media yang mengupas informasi pencegahan chikungunya sehingga memudahkan masyarakat untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan chikungunya.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awarenes (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu. c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana objek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi (Notoatmodjo, 2003) : a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi : 1). Penyebab penyakit 2). Gejala atau tanda-tanda penyakit 3). Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan 4). Bagaimana cara penularannya 5). Bagaimana cara pencegahannya

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi : 1). Jenis-jenis makanan bergizi 2). Manfaat makanan yang bergizi 3). Pentingnya olah raga bagi kesehatan 4). Pentingnya istirahat cukup 5). Tahu bahaya-bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba, dsb c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan : 1). Manfaat air bersih 2). Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk cara pembuangan kotoran yang sehat, dan sampah 3). Manfaat penerangan dan pencahayaan rumah yang sehat 4). Akibat polusi (air, udara, dan tanah) bagi kesehatan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktikasari. dkk (2006) yang melakukan penelitian tentang faktor sosiodemografi dan lingkungan yang mempengaruhi kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok. Hasil penelitian Oktikasari menunjukkan bahwa sebanyak 125 responden (53%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang penyakit chikungunya (dibawah atau sama dengan median hasil) dan menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan kejadian luar biasa chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok (www.http://id.wikipedia.org/wiki/chikungunya, diakses pada tanggal 15 Februari 2010).

Sikap Sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, objek-objek, dan keadaan (Notoatmodjo, 2003). Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecendrungan untuk bertingkah laku, dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk respons evaluatif yaitu suatu respons yang sudah dalam pertimbangan oleh individu bersangkutan

(Notoatmodjo, 2007). Sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yakni : 1). Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2). Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek 3). Kecendrungan untuk bertindak Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin. dkk (2003) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian chikungunya (www.wartamedika.com, diakses 15 februari 2010).

Tempat perindukan nyamuk Tempat perindukan nyamuk yang terdapat di lingkungan sekitar rumah tempat tinggal adalah genangan air yang potensial sebagai tempat

perkembangbiakan stadium pra dewasa nyamuk. Masalah lingkungan pada teori Blum dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan alamiah dan lingkungan buatan manusia. Paradigma sehat berperan untuk menciptakan lingkungan buatan yang lebih baik, yang merupakan faktor yang berperan besar dalam menentukan derajat kesehatan (Depkes RI, 2003). Lingkungan fisik tempat perindukan nyamuk sebagian besar berkaitan dengan klimatologi, karena Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari; suhu udara, curah hujan, dan kecepatan angin RI. 2001). Rata-rata optimum suhu udara untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25C sampai 27C, pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali apabila suhu kurang dari 10C atau lebih dari 40C. (Depkes

Curah hujan menyebabkan naiknya kelembaban udara dan menambah jumlah tempat perindukan nyamuk, karena air hujan dapat tertampung didalam tempat perindukan alami seperti potongan bambu, lobang pagar. Angin dapat berpengaruh pada jarak terbang dan penyebaran nyamuk, bila kecepatan angin kencang akan dapat menghambat penerbangan nyamuk (Depkes RI, 2001). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin dkk (2003) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya (www.wartamedika. com, diakses 15 februari 2010).

Peran Petugas Kesehatan Merupakan faktor yang memberikan dorongan kepada masyarakat untuk melakukan hal-hal yang diinginkan dalam bentuk sikap dan perilaku kesehatan (Depkes RI, 2005) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin. dkk (2003) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan kejadian luar biasa chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon

(www.wartamedika.com, diakses 15 februari 2010).

Peran petugas kesehatan yang berupa memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat merupakan faktor yang memberikan dorongan kepada masyarakat untuk melakukan hal-hal yang diinginkan dalam perilaku kesehatan. Teori lain mengatakan untuk meningkatkan Predisposing Factor (faktor penentu) diperlukan upaya penyuluhan, komunikasi dan informasi, sedangkan untuk meningkatkan Enabling Factor (faktor pemungkin) diperlukan community organization, serta untuk meningkatkan Reinforcing Factor (faktor Pendorong) diperlukan training dan retraining (Notoatmodjo, 2003).

C.

Kerangka Teori Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi oleh tiga faktor

pokok yakni: faktor-faktor presdiposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, dan unsur lain yang terkait dalam faktor-faktor yang mendukung (enabling factors) meliputi semua karakter lingkungan dan semua sumber daya atau fasilitas yang mendukung terjadinya perilaku. dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factor) yaitu sikap dan perilaku diluar individu yang menguatkan perilaku seseorang, misalnya pengaruh dari teman atau kelompok dan sebagainya.

Gambar kerangka teori menurut L. Green (Notoatmodjo, 2003) : Faktor predsiposisi (Predisposing factor) Umur Sex Pendidikan Sikap Pekerjaan Pengetahuan Penghasilan Kepercayaan Keyakinan Nilai dan Kebiasaan

Faktor Pendukung (Enabling factor) - Lingkungan fisik - Fasilitas pelayanan kesehatan - Sumber Daya - Sarana Penunjang Kesehatan Faktor pendorong (Reinforcing factor) Sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas lain - Sikap dan Perilaku Masyarakat

Perilaku Kesehatan

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya secara skematis kerangka konsep ini dapat digambarkan sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen

Pekerjaan Responden

Pengetahuan Responden

KEJADIAN Sikap Responden CHIKUNGUNYA

Tempat Perindukan Nyamuk

Peran Petugas Kesehatan

B.

Definisi Operasional 1. Variabel Dependen Nama Variabel: Kejadian Chikungunya Definisi Operasional : Responden dewasa maupun anak-anak yang menderita

chikungunya dengan gejala demam mendadak, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri kepala, ruam ( rash), nyeri menelan, mual, muntah dan sudah mendapat diagnosis dari petugas kesehatan profesional. Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur : Wawancara : Kuesioner : 1. Penderita chikungunya (jika pernah menderita chikungunya dalam 3 bulan terakhir) 2. Bukan penderita (jika tidak pernah menderita chikungunya dalam 3 bulan terakhir) Skala Ukur : Ordinal

2. Variabel Independen a. Nama Variabel Definisi Operasional : Pekerjaan responden : Kegiatan rutin yang dilakukan responden dalam upaya memperoleh penghasilan untuk

pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur : Wawancara : Kuesioner : 1. Beresiko (bila bekerja di kebun/ hutan) 2. Tidak beresiko (bila tidak bekerja di kebun/ hutan/ tidak bekerja) Skala Ukur : Nominal

b. Nama Variabel Definisi Operasional

: Pengetahuan responden tentang Chikungunya : Segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai Chikungunya

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

: Wawancara : Kuesioner : 1. Tidak Baik (bila responden menjawab dengan benar < 5) 2. Baik (bila responden menjawab dengan benar 5)

Skala Ukur

: Ordinal

c. Nama Variabel Definisi Operasional

: Sikap responden : Tanggapan/ respon/ reaksi responden terhadap pencegahan penyakit Chikungunya

Cara Ukur Alat Ukur

: Wawancara : Kuesioner

Hasil Ukur

: 1. Negatif (bila responden menjawab dengan benar < 5) 2. Positif (bila responden menjawab dengan benar 5)

Skala Ukur

: Nominal

d. Nama Variabel Definisi Operasional

: Tempat perindukan nyamuk : Tempat perindukan nyamuk berupa genangan air di sekitar tempat tinggal responden.

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

: Observasi : Chek List : 1. Ada (bila terdapat genangan air disekitar tempat tinggal responden) 2. Tidak ada (bila tidak terdapat genangan air disekitar tempat tinggal responden)

Skala Ukur

: Nominal

e. Nama Variabel Definisi Operasional

: Peran Petugas Kesehatan : Keaktifan petugas kesehatan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan chikungunya di masyarakat

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

: Wawancara : Kuesioner : 1. Tidak Aktif (bila petugas kesehatan

memberikan penyuluhan kesehatan dengan jadwal tidak menentu atau satu tahun sekali. 2. Aktif (bila petugas kesehatan memberikan

penyuluhan kesehatan setiap satu bulan sekali Skala Ukur : Nominal

C.

Hipotesis 1. Ada hubungan pekerjaan responden dengan kejadian chikungunya 2. Ada hubungan pengetahuan responden dengan kejadian chikungunya 3. Ada hubungan sikap responden dengan kejadian chikungunya 4. Ada hubungan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya 5. Ada hubungan peran petugas kesehatan dengan kejadian chikungunya

BAB IV METODE PENELITIAN

A.

Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana data yang dikumpulkan pada saat penelitian berlangsung dan dilakukan dalam kurun waktu tertentu.

B.

Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi sampling adalah masyarakat desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur sebanyak 1.172 Orang. Populasi Sasaran adalah Kepala Keluarga baik yang anggota keluarganya pernah menderita chikungunya 3 bulan lalu dan tidak pernah menderita chikungunya.

2. Sampel Sampel dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi masyarakat di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja kabupaten OKU Timur, dan besar sampel dalam penelitian diambil secara acak sederhana berjumlah

174 Orang dihitung dengan menggunakan rumus Estimasi Proporsi (Ariawan, 2002) sebagai berikut : n= Z1-/2. p(1-p) N . d(N-1)+ Z1-/2. p(1-p)

Keterangan : N = Jumlah sampel yang diharapkan Z = Derajat kepercayaan 95% = 1,96

p = Perkiraan proporsi Chikungunya di desa Sukaraja Tuha tahun 2009 sebesar 15,69% = 0,1569 N = Jumlah populasi = 1172 Orang d = Presisi mutlak yang diinginkan 5% = 0,05 Jadi perhitungan besar sampel dengan derajat kepercayaan 95%, presisi 5% pada penelitian ini adalah sebagai berikut : n= = = (1,96) . 0,1569 (1 0,1569) 1172 . 0,05 (1172 1) + (1,96) . 0,1569 (1 0,1569) 3,8416 . 0,1569 (0,8431) 1172 . 0,0025 (1171) + (3,8416) . 0,1569 (0,8431) 595,5822 . 2,9275 + 0,5081

= 595,5822 3,4356 n = 173,3561 dibulatkan menjadi 174 Jadi besar sampel penelitian 174 sampel

C. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur.

D. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-Mei tahun 2010

E. Cara Pengumpulan Data 1. Sumber Data a. Data primer Data primer diperoleh dari hasil kuesioner di rumah responden b. Data sekunder 1). Dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur 2). Dari Puskesmas Sukaraja 3). Kantor Kepala Desa Sukaraja Tuha yang meliputi data demografi dan data geografis desa Sukaraja 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. 3. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang diperlukan untuk pengumpulan data dalam penelitian diantaranya yaitu lembar isian (kuisioner dan chek list).

F. Pengolahan Data Data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan diolah dengan melakukan pengelompokan jawaban, sehingga memudahkan dalam melakukan analisis.

Adapun proses pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut : 1. Editing

Tahap dilakukan pemeriksaan kelengkapan data lapangan yang telah dikumpulkan oleh peneliti. 2. Coding Setelah data terkumpul, dilakukan pengelompokkan dan pemberian kode dalam bentuk angka pada masing-masing pertanyaan sesuai dengan keperluan dalam menganalisis data. 3. Entry Merupakan proses memasukkan data-data penelitian kedalam computer. 4. Cleaning Untuk melihat apakah data sudah benar-benar bebas dari kekeliruan.

G. Analisa Data 1. Analisis univariat (deskriptif) Analisis dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dengan menggunakan distribusi frekuensi dalam ukuran persentase. 2. Analisis bivariat (tabulasi silang) Menilai hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen menggunakan Uji Statistik Chi-square menggunakan derajat kepercayaan dengan kriteria = 0,05. Hubungan dikatakan bermakna apabila nilai 0,05 dan tidak ada hubungan yang bermakna apabila p value > 0,05 2001). BAB V HASIL PENELITIAN 95% p value (Hastono,

A. Gambaran Umum Desa Sukaraja Tuha 1. Keadaan Geografi Puskesmas Sukaraja dibangun pada tahun 1980 yang merupakan Puskesmas Rawat Inap. Puskesmas Sukaraja terletak pada ketinggian lebih kurang 550 meter diatas permukaan laut. Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja menaungi 15 desa antara lain: Desa Sukaraja, Desa Kurungan Nyawa I, Desa Kurungan Nyawa II, Desa Kurungan Nyawa III, Desa Way Halom, Desa Sumber Agung, Desa Tebat Jaya, Desa Pisang Jaya, Desa Sridadi, Desa Tanjung Bulan, Desa Cipta Muda, Desa Aman Jaya, Desa Ganjar Agung Desa Sukaraja Tuha. Desa Sukaraja Tuha merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Propinsi Sumatera Selatan. Desa Sukaraja Tuha terdiri dari 2 dusun yaitu dusun I dan dusun II.

2.

Keadaan Demografi

Keadaan penduduk desa Sukaraja Tuha pada tahun 2010 adalah sebagai berikut : a. Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan b. Jumlah KK Dusun I Dusun II 3. : 245 : 130 : 115 : 1.172 orang : 624 : 548

Batas Wilayah Desa Sukaraja Tuha

Desa Sukaraja Tuha mempunyai batas desa sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan dusun Jaya Makmur

2. 3. 4.

Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Sukaraja Sebelah Barat berbatasan dengan dusun Pakuan Jaya Sebelah Timur berbatasan dengan desa Kurungan Nyawa

4.

Sarana Kesehatan Puskesmas Sukaraja - Puskesmas : 1 unit : 1 orang : 2 orang : 12 orang : 5 orang

- Tenaga kesehatan : Dokter Umum SKM Perawat Bidan

5.

Sarana Kesehatan Desa Sukaraja Tuha - Poskesdes : 1 unit : 1 orang : 2 orang

- Tenaga kesehatan : Bidan Kader Posyandu - Posyandu : 1 buah

B. Analisa Univariat 1. Kejadian Chikungunya Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 No 1. 2. Kejadian Chikungunya Penderita Chikungunya Bukan Penderita Chikungunya Jumlah Jumlah 35 139 174 Persentase 20,1 79,9 100

Berdasarkan tabel 5.1, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden yang menderita chikungunya ada sebanyak 35 (20,1%), sedangkan responden yang bukan penderita chikungunya ada sebanyak 139 (79,9%)

2.

Pekerjaan Responden

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 No 1. 2. Pekerjaan Beresiko Tidak beresiko Jumlah Jumlah 80 94 174 Persentase 46 54 100

Berdasarkan tabel 5.2, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden yang dengan pekerjaan beresiko ada sebanyak 80 (46%), dan responden dengan pekerjaan yang tidak beresiko ada sebanyak 94 (54%).

3.

Pengetahuan Responden

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 No 1. 2. Pengetahuan Tidak Baik Baik Jumlah 76 98 Persentase 43,7 56,3

Jumlah

174

100

Berdasarkan tabel 5.3, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden yang dengan pengetahuan tidak baik ada sebanyak 76 (43,7%), dan responden dengan pengetahuan baik ada sebanyak 98 (56,3%)

4.

Sikap Responden

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 No 1. 2. Sikap Negatif Positif Jumlah Jumlah 85 89 174 Persentase 48,9 51,1 100

Berdasarkan tabel 5.4, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden yang dengan sikap negatif ada sebanyak 85 (48,9%) dan responden dengan sikap positif ada sebanyak 89 (51,1%).

5.

Tempat Perindukan Nyamuk

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tempat Perindukan Nyamuk di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas sukaraja Kabupaten OKU timur Tahun 2010 No 1. 2. Lingkungan Fisik Ada Tidak ada Jumlah Jumlah 78 96 174 Persentase 44,8 55,2 100

Berdasarkan tabel 5.5, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden yang dengan ada tempat perindukan nyamuk ada sebanyak 78 (44,8%), dan responden dengan tidak ada tempat perindukan nyamuk ada sebanyak 96 (55,2%).

6.

Peran Petugas Kesehatan

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 No 1. 2. Peran Petugas Kesehatan Tidak Aktif Aktif Jumlah Jumlah 75 99 174 Persentase 43,1 56,9 100

Berdasarkan tabel 5.6, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden yang dengan peran petugas kesehatan tidak aktif ada sebanyak 75 (43,1%), dan responden dengan peran petugas kesehatan aktif ada sebanyak 99 (56,9%).

C. Analisa Bivariat Tabel 5.7. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 Kejadian Chikungunya Penderita Bukan Chikungunya Penderita Chikungunya 24 56 (30%) (70%) 11 83 (11,7%) (88,3%) 35 139 (20,1%) (79,9%)

No 1. 2.

Pekerjaan Beresiko Tidak Beresiko Jumlah

Jumlah 80 (100%) 94 (100%) 174 (100%)

P Value 0,005

Berdasarkan tabel 5.7, dari hasil analisa bivariat antara pekerjaan dengan kejadian chikungunya didapatkan hasil bahwa responden yang dengan pekerjaan beresiko dan menderita chikungunya ada sebanyak 24 (30%), lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang dengan pekerjaan tidak beresiko dan menderita chikungunya yaitu sebanyak 11 (11,7%). Uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan hasil p value = 0,005 (p value