BAB I
PAGE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangUpaya pemerintah dalam memperbaiki paradigma
pendidikan dari tahun ke tahun semakin tampak. Hal ini terlihat
dari perubahan dan perbaikan kurikulum, metode, model pembelajaran
serta pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas.
Salah satu bukti konkrit realisasi upaya pemerintah dimaksud adalah
dilaksanakannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum tersebut diharapkan mampu mengubah sistem pembelajaran di
kelas terutama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.Sesuai
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan terdapat sejumlah kompetensi dasar yang
harus dipenuhi guna membangun keterampilan siswa. Kompetensi dasar
tersebut harus mendapat perhatian semua pengajar supaya mampu
dikuasai dan dipahami oleh siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara mencasting metode, strategi, pendekatan dan model belajar yang
sesuai dengan kompetensi yang diajarkan kepada peserta didik.
Dengan langkah ini diharapkan hasil belajar atau prestasi belajar
menjadi lebih baik. Bahkan, suasana belajar pun menjadi lebih
kreatif, variatif, inovatif, dan menyenangkan
(meaningfull).Pendidikan juga merupakan interaksi pribadi antara
para siswa dan siswa, juga interaksi antara guru dan para siswa.
Dalam hal ini, kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang
tidak akan terjadi tanpa interaksi antarpribadi. Belajar adalah
suatu proses pribadi tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika
masing-masing orang berhubungan dengan yang lain dan membangun
pengertian serta pengetahuan bersama (Johnson dan Smith dalam
Antalie, 2004:6). Jadi belajar merupakan proses interaksi yang
terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang
lain.Berdasarkan argumen tersebut, perlu adanya perubahan dalam
proses belajar mengajar di kelas. Sudah saatnya kegiatan mengajar
lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong
yang bisa diisi begitu saja tanpa mempertimbangkan kebutuhan siswa.
Sudah semestinya metode, pendekatan, model belajar dan strategi
pengajaran guru di sekolah lebih variatif dalam memotivasi potensi
otak siswa.Banyak orang yang sudah mengetahui bahwa potensi yang
dimiliki oleh otak manusia sungguh luar biasa. Akan tetapi,
sebagian orang tidak mengerti dan tidak mengetahui cara menggali
potensi itu. Hal itu menyebabkan potensi itu tidak saja belum
tergali melainkan juga terisolasi rapat-rapat sehingga potensi
tersebut tidak berkembang.Hal semacam ini pada gilirannya membuat
siswa tidak mampu mengaktifkan potensi otaknya sehingga mereka
tidak berani menyampaikan apa yang diinginkan, lemah, penalaran,
dan tergantung pada orang lain. Pada kondisi ini diperlukan teknik
yang melibatkan aktivitas siswa secara maksimal sehingga
kreativitas yang dimiliki akan berkembang dan dapat menyalurkan ide
dan kerangka berpikirnya melalui belajar.Berdasarkan teori
nativisme bahwa perkembangan potensi anak ditentukan oleh faktor
nativus yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor
keturunan yang dibawa sejak lahir. Teori ini meyakini bahwa faktor
yang paling mempengaruhi dalam perkembangan potensi anak adalah
pembawaan sejak lahir atau ditentukan oleh bakat. Para ahli yang
menganut teori ini mengklaim bahwa unsur yang paling mempengaruhi
perkembangan anak adalah unsur genetik individu yang diturunkan
dari orang tuanya. Individu berkembang dengan cara yang
terpola.Berbagai macam keterampilan dan kemampuan yang dimiliki
manusia bersifat alamiah atau sudah tertanam dalam otak sejak
manusia dilahirkan ke bumi ini. Teori nativisme ini bersumber dari
leibnitzion tradition yang menekankan pada kemampuan dalam diri
anak. Dengan demikan, keterampilan dan kemampuan anak atau peserta
didik harus ditingkatkan secara maksimal. Hal ini dapat dilakukan
dengan teknik, strategi dan pendekatan belajar yang relevan.
Seiring dengan kondisi tersebut dan sesuai dengan apa yang terjadi
di SDN 3 Batu Mekar Lingsar bahwa motivasi dan prestasi belajar
dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa masih rendah.
Rendahnya motivasi dan prestasi belajar siswa tersebut terjadi
karena beberapa faktor yaitu: (1) Dari diri siswa, kurang percaya
diri terhadap kemampuan yang dimilikinya, (2) Masih ada perasaan
takut salah dalam mengungkapkan perasaan sehingga perlu diberikan
suatu stimulus atau respon yang baik terhadap proses belajar
mengajar, (3) Kurangnya reinforcemant dari guru, (4) Dari luar
siswa, metode, strategi, pendekatan, model belajar dan teknik yang
digunakan oleh guru masih kurang tepat.Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan guru Pendidikan Kewarganegaraan dan hasil
pengamatan peneliti terhadap pelaksanaan proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaan di kelas IV SDN 3 Batu Mekar Lingsar
diperoleh beberapa informasi bahwa: (1) Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan telah diajarkan kepada siswa tetapi hasilnya belum
maksimal karena motivasi dan kemauan dalam diri siswa masih kurang;
(2) pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih bersifat monoton
atau satu arah; (3) materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
diajarkan dengan masih bersifat teoritis; (4) ketika proses belajar
mengajar, siswa masih kesulitan mengungkapkan ide atau pendapatnya,
(5) proses belajar mengajar di dalam kelas masih menggunakan metode
konvensional, (6) guru kurang kreatif dalam memilih metode, teknik,
strategi dan model belajar yang sesuai dengan materi yang diajakan,
(7) kemampuan siswa belum diberdayakan dengan maksimal. Berdasarkan
uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang
Penggunaan model pengajaran langsung (Expilicit Instruction) dalam
meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan siswa kelas IV SDN 3 Batu Mekar
Lingsar tahun pelajaran 2013-2014.1.2 Rumusan MasalahDalam
penelitian ini, peneliti akan membatasi masalah pada hal-hal
sebagai berikut :
a. Penggunaan model pengajaran langsung (explicit instruction)
dalam meningkatkan prestasi belajar pada pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn).b. Penelitian ini dilakukan
pada siswa kelas IV SDN 3 Batu Mekar Kecamatan Lingsar Kabupaten
Lombok Barat tahun pelajaran 2013-2014.Berdasarkan latar belakang
dan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah
perhatian, keaktifan, kreativitas dan antusiasme siswa belajar mata
pelajaran PKn dengan menggunakan model pengajaran langsung
(explicit instruction)?b. Bagaimanakah penggunaan model pengajaran
langsung (explicit instruction) dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas IV SDN 3 Batu Mekar Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok
Barat tahun pelajaran 2013-2014?1.3 Tujuan dan Manfaat
PenelitianTujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui : a. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dengan menggunakan model pengajaran langsung
(explisit instruction).b. Peningkatan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan model
pengajaran langsung (explicit instruction) siswa kelas IV SDN 3
Batu Mekar tahun pelajaran 2013-2014.c. Penggunaan model pengajaran
langsung (explicit instruction) dalam meningkatkan prestasi belajar
pada pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan siswa kelas
IV SDN 3 Batu Mekar Lingsar tahun pelajaran 2013-2014.Dengan
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Bagi Siswa
1) Merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis komprehensif.2) Mendorong siswa dalam memahami
materi pelajaran secara baik.b. Bagi Guru1) Sebagai acuan bagi guru
dalam menemukan dan mencari metode pembelajaran yang bervariasi
sehingga dapat memperbaiki metode pembelajaran di kelas.2) Sebagai
bahan evaluasi dalam penyusunan dan pengembangan tugas-tugas
profesi guru.3) Sebagai pedoman bagi guru untuk melaksanakan proses
belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan agar lebih kreatif,
inovatif, variatif dan lebih bermakna.c. Bagi Sekolah
1) Sebagai bahan evaluasi dalam penyusunan dan pengembangan
kebijakan sekolah.2) Untuk memberikan kontribusi yang berarti dalam
rangka perbaikan mutu pembelajaran di sekolah.1.4 Asumsi Asumsi
disebut juga dengan istilah anggapan dasar. Asumsi adalah sebuah
titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti
(Surahmad, 1991 : 55). Anggapan dasar atau asumsi berfungsi sebagai
tempat berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti dan
untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatiannya
(Arikunto, 2009:56). Asumsi yang peneliti rumuskan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Model pengajaran langsung (explicit instruction) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.b. Dalam penerapan model
pengajaran langsung (explicit instruction) kemampuan guru
bervariasi.c. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai
faktor. 1.5 HipotesisDalam buku Metodelogi Penelitian dijelaskan
bahwa : Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang sebenarnya masih harus diuji secara empiris
(Suryabrata, 2002: 69). Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa:
Hipotesis berasal dari dua penggalan kata yaitu Hypo yang artinya
lemah dan Thesa yang artinya kebenaran jadi hipotesis adalah
kebenaran yang masih perlu diuji (Arikunto, 2009: 68).Hipotesis
tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Penggunaan
model pengajaran langsung (explicit instruction) dapat meningkatkan
prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PKn) siswa kelas IV SDN 3 Batu Mekar Kecamatan
Lingsar Kabupaten Lombok Barat tahun pelajaran 2013-2014. BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Model Pengajaran Langsung (Explicit Instruction) Model
pengajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati
perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.
Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar
peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching
style) yang keduanya disingkat menjadi SOLAT atau style of learning
and teaching. Model pengajaran langsung (Explicit instruction)
merupakan salah satu jenis model pengajaran. Explicit instruction
secara bahasa berarti model pembelajaran langsung. Pembelajaran
langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar peserta didik
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah (Hanafiah,
2012:51). Pendapat di atas sesuai dengan pendapat Arends (dalam
Trianto,2009:41) yang mengatakan bahwa :
Model pengajaran langsung (explicit instruction) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapa
diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah(2009:41). Model
pengajaran langsung (explicit instruction) merupakan suatu
pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari
keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan
selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut
model pengajaran langsung (explicit instruction). Bila guru
menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung
jawab yang besar terhadap penstrukturan isi, materi atau
keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan atau
pendemonstrasian yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan
kesempatan pada siswa utuk berlatih menerapkan konsep atau
keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan
balik.
Tujuan model pengajaran (explicit instruction) yaitu agar siswa
dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara
menyeluruh dan aktif dalam proses pembelajaran. Model pengajaran
ini sangat cocok untuk diterapkan di kelas dalam materi tertentu
yang bersifat dalil pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat
mempunyai keterampilan prosedural. Model pengajaran langsung
(explicit instruction) ini mempunyai kelemahan dan kelebihan.
Kelebihan atau keunggulan model pengajaran langsung (explicit
instruction) ini adalah siswa benar-benar dapat menguasai
pengetahuannya dan siswa dapat aktif terlibat dalam proses belajar
mengajar. Sedangkan kelemahan model pembelajaran ini adalah
memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lam
dan model pembelajaran ini hanya dapat digunakan untuk mata
pelajaran tertentu saja.
Menurut Hanafiah bahwa langkah-langkah pelaksaksanaan model
pengajaran langsung (explicit instruction) adalah : a) menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan peserta didik, b) mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, c) membimbing pelatihan, d) mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik, e) memberikan kesempatan
untuk latihan lanjutan(Hanafiah, 2012:53).
Langkah-langkah model pengajaran langsung (explicit instruction)
disajikan dalam lima tahap (fase) yaitu :
No.FasePeran Guru
1. 1.2. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Guru
menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya
pelajara.
3. 2.4. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilanGuru
mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan
informasi tahap demi tahap.
5. 3.6. Membimbing pelatihanGuru merencanakan dan memberikan
bimbingan pelatihan awal.
7. 4.8. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.Mengecek
apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberi
umpan balik.
9. 5.10. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
penerapanGuru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan
dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih
kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
( Kardi dan Nur dalam Trianto, 2009:43).2.2 Prestasi
BelajarPrestasi belajar merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam
proses belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai
usaha telah dilakukan oleh seseorang seperti belajar dengan rajin,
tekun, disiplin, dan lain-lain. Semua itu bermuara pada satu tujuan
yaitu mencapai prestasi belajar. Untuk mencapai prestasi belajar
yang diinginkan, seseorang harus memperoleh sejumlah pengetahuan
tertentu dalam waktu yang lama.Prestasi adalah hasil yang telah
dicapai ( dari yang telah dilakukan dikerjakan, dilaksanakan, dan
lain-lain). Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditujukan dengan tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru ( Kamus Besar Bahasa Indonesia,1989 : 700 ).
Menurut Ismail bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang dicapai
oleh siswa atau mahasiswa setelah menjalani proses belajar mengajar
yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai. Kemudian Sujana
mengatakan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki
oleh siswa setelah menerima pelajaran atau pengalaman belajar
(2010:23). Selanjutnya menurut Nurkencana bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai oleh individu setelah mengalami
proses belajar mengajar dan setelah diajarkan pengetahuan tertentu.
Prestasi belajar dapat berupa kecakapan nyata (actual ability) yang
diperoleh oleh seseorang setelah belajar suatu pengetahuan tertentu
(2009:2).Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang
yang bersangkutan memperoleh pengetahuan tertentu dalam kurun waktu
tertentu pula. Prestasi belajar memiliki unsur yang terdiri atas
sejumlah pengetahuan, penanaman konsep, kecakapan serta membentuk
sikap dan pengetahuan.Setiap individu yang belajar selalu
menunjukan suasana perubahan baik perubahan jasmani maupun
perubahan rohani. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan positif
yaitu perubahan ke arah kemajuan. Hal ini berarti perbuatan belajar
yang dilakukan seseorang dapat menyebabkan terjadinya perubahan.
Peruabahan yang dicapai dalam belajar meliputi aspek kognitif,
aspek psikomotor dan afektif. Perubahan yang dicapai dapat dimulai
dari perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam bentuk angka dan
pengalaman yang mencerminkan tingkat penguasaan materi tertentu,
kemudian disebut sebagai kualitas merupakan eksistensi dari
prestasi belajar. Menurut Ruslan bahwa tidak dapat disangkal lagi
prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh
seseorang yang mencakup tiga aspek. Ketiga aspek tersebut yaitu
aspek kognitif, aspek psikomotor dan aspek apektif (dalam Ismail,
2009:4). Selanjutnya menurut Horward Kingley membagi hasil beljar
menjadi tiga bagian yaitu keterampilan dan kebiasaan , sikap dan
cita-cita. Kemudian Gagne membagi hasil belajar menjadi lima bagian
yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, sikap strategi
kognitif dan keterampilan motoris ( dalam Ismail, 2009:5).
Dalam sistem pendidikan nasional yang dirumuskan dalam tujuan
instraksional menggunakan hasil belajar dari Benyamin S.Bloom yang
secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah yaiut :
a) ranah kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri atas enam aspek yaitu aspek pengetahuan
atau ingatan, pemahamn, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat
aspek berikutnya disebut kognitif tingkat tinggi. b) Ranah afektif
terdiri atas lima aspek yaitu penerimaan, jawaban, penilaian,
organisasi dan internalisasi. c) ranah psikmotor yaitu terdiri atas
enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan perseptual, keharmoisan, gerakan keterampilan kompleks,
gerakan ekspresif dan iterpretatif (Sujana, 2009:23).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Perlu disadari
bahwa di dalam kelas terdiri atas beberapa individu yang
masing-masing memiliki corak karakteristik dan ciri yang
berbeda-beda. Perbedan tersebut dapat berupa bakat, kegemaran,
latar belakang keluarga, kebiasaan, sifat dan kadar kepandaian dan
dimiliki oleh masing-masing siswa. Salah satu dari sekian banyak
perbedaan tersebut yang paling menonjol dapat diketahui dari
prestasi belajar yang dicapai seorang siswa. Di dalam kelas
ditemukan beberapa siswa yang memiliki perbedaan prestasi belajar.
Di satu pihak akan ditemukan beberaa siswa yang mempunyai prestasi
belajar sangat baik, sedang, dan dipihak lain akan ditemukan
prestasi belajar siswa yang sangat rendah. Berkaitan dengan hal di
atas, ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
Menurut Johan B. Carrol bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar adalah : waktu yang tersedia untuk menyelesaikan materi
atau bahan pelajaran yang telah ditentukan, usaha yang dilakukan
oleh seseorang untuk menguasai materi pelajaran, bakat, kemampuan
siswa mendapat manfaat yang optimal dalam keseluruhan proses
belajar mengajar yang dihadapi (dalam Dep. P dan K, 2009:4).
Menurut Slameto (2009 : 54-72) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal yaitu
:A. Faktor Internal
Faktor internal ialah faktor yang timbul dari dalam diri anak
itu sendiri, seperti : kesehatan, rasa aman, kemampuan minat dan
lain sebagainya. Faktor internal ini masih dapat digolongkan
menjadi 3 bagiam yaitu :
a. Faktor Jasmani
Faktor jasmani ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor
kesehatan dan faktor cacat tubuh.
1. Faktor kesehatan sangant berpengaruh terhadap proses belajar
siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan
kurang dara ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya.2. Faktor
cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta,
setengah buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan
lain-lain.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat,
minat, motivasi, kematangan dan kesiapan.
1. Intelegensi atau kecapakan terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyeseuaikan ke dalam situasi yang
baru, cepat dan efektif mengetahui atau menggunakan konsep-konsep
yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan cepat.2. Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa itu pun bertujuan semata-mata kepada suatu benda, hal atau
sekumpulan objek.3. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat
adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.4. Minat adalah
menyangkut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh
individu.5. Motivasi erat hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat
disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu
berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi
itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.6. Kematangan
adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di
mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.7.
Kesiapan artinya kesediaan untuk memeberikan respon atau
reaksi.
c. Faktor kelelahan
Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sebagaimana dikemukanan
oleh slameto berikut :
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani
terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh,
sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan
kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang
berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak
sesuai dengan minat dan perhatian (2009:59).B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal dapat dipahami sebagai unsur-unsur yang
terdapat di sekitar subjek yang sedang belajar karenanya dalam
faktor eksternal ini yang dapat berperngaruh terhadap belajar dapat
dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor
sekolah dan faktor masyarakat.Adapun ketiga faktor tersebut dapat
dikelaskan sebagai berikut :
a. Faktor Keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat
mempengaruhi dari keluarga antara lain :
1. Cara orang tua mendidik. Keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan utama.2. Relasi antar anggota keluarga. Bahwa yang
penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya, relasi
anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain. Wujud dari
relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu
keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.3. Keadaan keluarga.
Keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat
menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan
orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap
keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.4.
Pengertian orang tua. Anak belajar perlu dorongan dan pengertian
orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan
tugas-tugas rumah.5. Keadaan ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi
keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang
belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan,
pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan
fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan,
alat tulis menulis, dan sebagainya.6. Latar belakang kebudayaan,
tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi
sikap anak dalam belajar.7. Suasana rumah, suasana rumah sangat
mempengaruhi prestasi belajar. Suasana rumah merupakan situasi atau
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak
berada dan belajar (Slameto,2009:63).b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat
pelajaran, kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid,
disiplin sekolah, dan media pendidikan.
1. Guru dan cara mengajar. Guru dan cara mengajarnya merupakan
faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi
rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara
guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya
turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.2.
Model pembelajaran atau metode pembelajaran sangat penting dan
berpengaruh sekali terhadap prestasi belajar siswa, terutama pada
pelajaran pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.3. Alat- alat
belajar adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan,
laboratorium, dan sebagaianya.4. Kurikulum diartikan sejumlah
kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar
menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran itu.5. Waktu sekolah adalah waktu
terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu sekolah dapat
pagi hari, siang, sore bahkan malam hari.6. Interaksi guru dan
murid. Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim,
menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar.7.
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam
sekolah dan juga dalam belajar.8. Media pendidikan Kenyataan saat
ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka
memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam
jumlah yang besar pula, (Slameto,2009:67).c. Faktor Lingkungan
MasyarakatMasyarakat sebagai salah satu unsur yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar anak adalah sebagaimana yang
disebutkan dalam satu buku bahwa yang datang dari masyarakat
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kegiatan
siswa dalam masyarkat, teman bergaul, dan cara hidup
lingkungan.
1. Kegiatan siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam
masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya.2.
Teman bergaul. Agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik
akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya,
teman bergaul yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat
buruknya juga, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman
bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta
pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana.3. Cara
hidup lingkungan. Cara hidup tetangga di sekitar rumah di mana anak
tinggal, besar pengaruh terhadap pertumbuhan anak (Roestiyah, 2009
: 23).Dari beberapa uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa prestasi belajar merupakan tujuan akhir yang hendak dicapai
dalam kegiatan proses belajar mengajar. Prestasi belajar yang
merupakan tujuan akhir dalam proses belajar mengajar terdiri atas
tiga bagian atau aspek yaitu : aspek kognitif atau pengetahuan,
aspek psikomotor atau keterampilan dan aspek afektif atau sikap.
Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa di sekolah sangat
dipengaruhi oleh dua faktor. Kedua faktor tersebut adalah faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri atas :
faktor jasmani (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologi
(intelegnsi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan dan
kesiapan), serta faktor kelelahan baik kelelahan jasmani maupun
kelelahan rohani. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor
yang berasal dari luar diri peserta didik seperti : faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.Prestasi belajar
sangat perlu ditingkatkan terutama dalam pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar (SD). Hal dapat
dilaksanakanan dengan proses belajar mengajar yang efektif,
kreatif, variatif dan menyenangkan (meaningfull). Hal ini dapat
dilakukan dengan cara penggunaan model pengajaran langsung
(explicit instruction). Dengan model pengajaran ini dapat
diharapkan prestasi belajar siswa yang meliputi aspek kognitif,
psikomotor dan afektif dapat ditingkatkan.
2.3 Pendidikan PKn
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan mata
pelajaran inti dan wajib diajarkan pada peserta didik mulai dari
Sekolah Dasar (SD) Sampai sekolah Menengah Atas (SMA) atau
sederajat. Mata pelajaran ini merupakan pelajaran pendidikan
nilai-nilai moral atau pendidikan afektif. Deengan demikian, pada
kurikulum 1975 mata pelajaran ini disebut Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) (Solihatin, 2012:116).Azyumardi Azra mengatakan
bahwa Pendidikan kewarganegaraan adalah:
Pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan,
konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan
kewajiban warganegara serta proses demokrasi. Pendidikan demokrasi
menyangkut: sosialisasi, diseminasi dan aktualisasi konsep, sistem,
nilai, budaya, praktik demokrasi melalui pendidikan (dalam Haris,
2012:1).Pendidikan kewarganegaraan ( civic education) tidak lepas
dari pendidikan Ham. Pendidikan HAM mengandung pengertian sebagai
aktivitas mentransformasikan nilai-nilai HAM agar tumbuh kesadaran
akan penghormatan, perlindungan dan penjaminan HAM sebagai sesuatu
yang kodrati dan dimiliki setiap manusia.Selanjutnya Zamroni
mengatakan bahwa : Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat
berpikir kritis dan bertindak demokratis. Pendidikan
kewarganegaraan merupakan pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mendidik generasi muda menjadi warganegara yang demokratis dan
partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial. Jadi
Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang
bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warganegara
yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik
yang demokratis(dalam Haris, 2012:2).Sedangkan menurut pendapat Tim
ICCE UIN Jakarta bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan
kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan di mana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan
perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political
knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan political
participation serta kemampuan mengambil keputusan politik secara
rasional (dalam Haris, 2012:2). Berdasarkan pendapat Tim ICCE UIN
Jakarta bahwa unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam menyusun
program mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau civic
education yang diharapkan akan menolong para peserta didik untuk:
(a) Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita nasional; (b)
Dapat membuat keputusan-keputusan cerdas dan bertanggung jawab
dalam berbagai macam masalah pribadi, masalah masyarakat dan
masalah negara (dalam Haris, 2012:2). Civics education adalah ilmu
kewarganegaraan yang membicarakan hubungan manusia dengan: a)
manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi (sosial,
ekonomi, politik); b) individu-individu dengan negara. Civic
Education adalah pendidikan yang mencakup pemahaman dasar tentang
cara kerja demokrasi dan lembaga-lembaganya, pemahaman tentang rule
of law, HAM, penguatan ketrampilan partisipatif yang demokratis,
pengembangan budaya demokratis dan perdamaian.Pendidikan
Kewarganegaraan mencakup :a) kegiatan yang meliputi seluruh program
sekolah; b) meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat
menumbuhkan hidup dan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat
yang demokratis; c) termasuk pula hal-hal yang menyangkut
pengalaman, kepentingan masyarakat, pribadi dan syarat-syarat
objektif untuk hidup bernegara. Pendidikan kewarganegaraan (civic
education) adalah program: 1) yang memuat bahasan tentang: masalah
kebangsaan dan masalah kewarganegaraan; 2) Dalam hubungannya
dengan: negara, demokrasi, HAM, masyarakat madani; 3) Dalam
implementasinya menerapkan prinsip-prinsip pendidikan demokratis
dan humanis. Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) memiliki
beberapa tujuan.Tujuan pendidikan kewarganegaraan tersebut adalah:
a) Membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung
jawab; b) Menjadi warganegara yang baik dan demokratis. c) Mampu
berpikir komprehensif, analitis dan kritis.d) Membentuk mahasiswa
yang memiliki good and responsible citizen ( Haris, 2012:4).Sebagai
mata pelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki beberapa
urgensi. Urgensi pendidikan kewarganegaraan menurut Azyumardi Azra
adalah sebagai berikut: a) Meningkatnya gejala dan kecenderungan
political literacy, tidak melek politik, tidak mengetahui cara
kerja demokrasi dan lembaga politik di kalangan warganegara; b)
Meningkatnya political apathies yang ditunjukkan dengan sedikitnya
keterlibatan warganegara dalam proses-proses politik; c) Sebagai
salah satu instrument pendidikan politik yang mampu melakukan
empowerment bagi masyarakat, terutama masyarakat kampus; d) Sebagai
wahana dan instrument untuk melakukan social engineering dalam
rangka membanguan social capital yang efektif bagi tumbuhnya kultur
demokrasi dalam kehidupan masyarakat berbangsa, bernegara serta
tumbuhnya masyarakat madani.
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk karakter
bangsa.Tiga pendekatan dalam membangun karakter bangsa:
1)Social-cultural development, melalui penciptaan dan pembiasaan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari masyarakat; 2)
Psycho-paedagogical development, melalui perkembangan psikologis
seseorang melalui proses belajar; 3) Socio-political development,
melalui berbagai intervensi kebijakan politik pemerintah.Paradigma
pendidikan kewarganegaraan: 1) Feodalistik; siswa sebagai objek
sedangkan guru sebagai figur sumber ilmu, tempat kebenaran,
otoriter dan birokratik; 2) Humanistik; siswa sebagai subjek dan
objek sedangkan guru sebagai fasilitator atau mitra dialog.2.4
Kerangka Berpikir
Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) pada siswa SD/MI atau sederajat dapat
dikatakan masih sangat rendah terutama dalam materi Sistem
Pemerintahan Pusat. Di samping itu, pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan cenderung bersifat teoritis artinya siswa dalam
proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan hanya
mengutamakan teori, sementara aspek moral dan aplikasinya sangat
sedikit.Berdasarkan kenyataan di atas, peneliti akan menggunakan
model pengajaran langsung (explicit instruction) dalam usaha
meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan pada siswa kelas IV SDN 3 Batu Mekar
Lingsar. Latar belakang peneliti mengambil model pengajaran
langsung (explicit instruction) adalah bahwa selama ini model yang
digunakan guru dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PKn) dengan menggunakan metode konvensional
seperti metode ceramah dan pemberian tugas melalui LKS tanpa adanya
penjelasan lengkap dari guru. Oleh karena itu, siswa menjadi kurang
terampil dalam menuangkan ide dan gagasannya. Kurangnya penjelasan,
latihan, bimbingan, pemilihan metode yang tidak tepat dan jarangnya
penggunaan media pembelajaran dari guru mengakibatkan pemahaman dan
presasi belajar siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan menjadi kurang maksimal karena siswa merasa
jenuh.BAB III
METODE PENELITIAN3.1 Metode Penelitian Yang
DipergunakanPenelitian ini membahas masalah Penggunaan model
pengajaran langsung atau explisit instruction dalam meningkatkan
prestasi belajar pada mata pelajaran PKn siswa kelas IV SDN 3 Batu
Mekar Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat tahun pelajaran
2013-2014. Oleh sebab itu, metode yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah metode tindakan kelas atau classroom action.
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas atau classroom action research (CAR)
merupakan penelitian tentang hal-hal yang terjadi di dalam kelas
atau kelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada
siswa yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik penelitian ini
adalah adanya partisipatori dan kolaborasi antara peneliti dengan
sekelompok siswa yang ada di dalam kelas. Penelitian ini dilakukan
dalam beberapa siklus.Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti
akan melaksanakan 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri atas empat
langkah yaitu : perencanaan, pelaksanaan, oservasi atau evaluasi
dan refleksi. Setiap siklus akan dievaluasi keberhasilan siswa
dalam belajar untuk melakukan siklus berikutnya.3.2 Metode
Penentuan Subjek Penelitian3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2006 :
130). Sugiono mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (2010:117). Sedangkan menurut Riduwan
bahwa populasi adalah objek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian
(2003:8). Dalam penelitian ini, yang menjadi populasinya adalah
siswa kelas IV SDN Batu Mekar 3 Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok
Barat tahun pelajaran 2013-2014. Jumlah siswa keseluruhan kelas IV
SDN Batu Mekar Kecamatan Linsar Kabupaten Lombok Barat 21 orang
siswa. Semua orang siswa itu sebagai populasi. Objek penelitian
tersebut sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu
di dalam penelitian.3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010 : 131). Sugiono mengatakan bahwa sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(2010:118).Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
random sampling atau sampel random. Menurut Arikunto bahwa :
Teknik sampling atau sampel acak ini diberi nama demikian karena
di dalam pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subjek-subjek di
dalam populasinya sehingga subjek dianggap sama.dengan demikian,
peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk
memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh karena
itu hak setiap subjek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan
ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan
sampel(2010:134).Selanjutnya, Arikunto mengatakan bahwa :
Untuk sekedar Ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah sampelnya besar, dapat
diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih tergantung
setidak-tidaknya dari: a) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,
dana dan tempat; b) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap
subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data; c) Besar
kecilnya risiko yang ditanggung peneliti. Untuk penelitian yang
risikonya besar, tentu saja sampel besar, hasilnya akan lebih baik
(2010:134).Karena siswa kelas IV kurang dari 100 orang siswa yaitu
sebanyak 21 orang siswa dengan rincian 12 orang perempuan dan 9
orang laki-laki maka semua siswa tersebut akan dijadikan sampel.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 21 orang siswa. Dengan
demikian, penelitian tersebut disebut penelitian populasi. Subjek
penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah siswa kelas IV SDN 3
Batu Mekar Lingsar yang berjumlah 21 orang dengan rincian 12 orang
perempuan dan 9 orang laki-laki. Adapun yang menjadi objek
penelitian ini adalah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
dengan menggunakan model pengajaran langsung (explicit
instruction).Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SDN 3 Batu
Mekar Lingsar tahun pelajaran 2013-2014. Penelitian ini juga
penulis lakukan selama 2 bulan yaitu bulan Januari - Februari 2014.
Penelitian ini dilakukan pada semester genap atau semester
II.Sementara itu, yang menjadi objek penelitian dalam penelitian
ini adalah prestasi belajar siswa yang masih rendah. Rendahnya
prestasi belajar ini disebabkan oleh proses belajar mengajar yang
masih satu arah dan monoton, pendekatan, model, metode, dan
strategi pembelajaran yang digunakan masih konvensional, guru
kurang variatif dan kurang inovatif dalam menggunakan pendekatan
dan media belajar sehingga proses belajar berjalan kurang kondusif
dan menyenangkan.Rendahnya prestasi belajar ini hendaknya dapat
diatasi dengan model pengajaran langsung (explicit instruction).
Dengan pendekatan ini diharapkan proses belajar menjadi kondusif
dan lebih bermakna (meaningfull) sehingga prsentasi belajar siswa
dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi lebih
baik.3.3 ProsedurPenelitianDalam metode penelitian dijelaskan bahwa
rancangan penelitian pada dasarnya merupakan keseluruhan proses
pemikiran dan perencanaan yang matang tentang hal-hal yang
dilakukan serta dapat dijadikan dasar penelitian baik oleh peneliti
sendiri maupun orang lain terhadap penelitian dan tujuan memberikan
petunjuk terhadap langkah-langkah yang diambil.Penelitain tindakan
kelas ini direncanakan dua siklus, masing-masing siklus tersebut
terdiri dari empat tahapan kegiatan yaitu: perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi.1.
Perencanaan dapat dilakukan beberapa tahapan:a. Menyusun skenario
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.b. Menyusun bahan dan
pedoman evaluasi hasil belajar Pendidikan Kewarganegaran (PKn).c.
Membuat lembaran observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru.
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini yaitu melaksanakan
kegiatan pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana yang telah
dituangkan dalam sekenario pembelajaran. Adapun rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam adalah sebagai berikut:a. Menentukan
jenis materi pelajaran yang akan dibuat pada siklus pertama.b.
Menentukan tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) agar siswa mampu memahami materi pelajaran
secara baik serta logis.c. Mendiskusikan materi pelajaran yang
sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan.
3. ObservasiTahap observasi adalah tahap untuk melihat
pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas.
Proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan
dengan memperhatikan kegiatan dalam proses pembelajaran yang
dilakukan di kelas sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan tindakan
siklus berikutnya. Kegiatan observasi dilakukan secara kontinu
setiap kali berlangsungnya pelaksanaan tindakan dengan mengamati
aktivitas belajar siswa dan kegiatan guru dalam proses belajar
mengajar.4. Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Pada tahap ini, peneliti
bersama guru mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh secara
rinci dalam pemberian tindakan tiap siklus. Hal ini dilakukan
dengan melihat data hasil evaluasi yang dicapai siswa. Hasil ini
digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan
perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.Bagan
siklus penelitian
(Arikunto, 2009:92)
1. Tahap perencanaan yaitu menyusun rancangan tindakan seperti
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan
bagaimana tindakan tersebut.2. Tahap pelaksanaan tindakan yaitu
implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah yaitu
mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa
dalam tahap ini guru harus ingat dan taat pada apa yang telah
dirumuskan dalam rancangan dan harus pula berlaku wajar. Tentu saja
membuat modifikasi tetap diperbolehkan selama tidak mengubah
prinsip.3. Tahap pengamatan yaitu melakukan pengamatan proses
belajar mengajar di kelas. Pengamat harus mencatat sedikit demi
sedikit apa yang terjadi selama proses belajar mengajar di kelas.4.
Tahap refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
telah terjadi. Pada tahap ini pengamat mengkaji pelaksanaan dan
hasil yang diperoleh secara rinci dalam pemberian tindakan. Hal ini
dilakukan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan
perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya
(Arikunto, 2006:98-99).3.4 Metode Pengumpulan DataUntuk memperoleh
data yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan penelitian, diperlukan
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian disebut instrumen
penelitian. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap dan
sistematis sehingga lebih mudah diolah. Variasi jenis instrumen
penelitian adalah angket, pedoman wawancara dan pedoman pengamatan
atau observasi (Arikunto, 2006:160). Pemilihan instrumen penelitian
sangat ditentukan oleh beberapa faktor seperti objek penelitian,
sumber data, waktu yang tersedia, keadaan peneliti dan teknik yang
digunakan dalam memperoleh data. Sebagai contoh mungkin saja
seorang peneliti ingin menggunakan metode wawancara untuk
mengumpulkan data tetapi karena waktu yang tersedia terbatas maka
digunakan instrumen yang berbentuk angket.Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi dan wawancara.
Selanjutnya, tes, observasi dan wawancara yang digunakan untuk
mendapatkan data tentang penggunaan model pengajaran langsung
(explicit instruction) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran Pendidikan dan Kewarganegaraan (PKn) siswa
kelas IV SDN 3 Batu Mekar Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat
tahun pelajaran 2013-2014. Untuk mengumpulkan data, teknik yang
digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:3.4.1 Observasi
Orang sering mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit
yaitu memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Observasi atau
pengamatan langsung yaitu kegiatan pemuatan perhatian terhadap
suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.
Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung kegiatan
proses belajar mengajar di dalam kelas. Pengamatan langsung atau
observasi ini dilakukan oleh peneliti atau guru kelas. Hal ini
sesuai dengan pendapat Suyadi yang mengatakan bahwa :Observasi
dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh dua orang, yaitu
peneliti dan teman sejawat atau guru kelas pada sekolah tersebut.
Teman sejawat atau guru kelas membantu mengamati perilaku siswa,
baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Perilaku
-perilaku siswa tersebut dituliskan dalam lembar observasi.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam observasi adalah (1) menyiapkan
lembar observasi yang berisi butir-butir pengamatan mengenai
perilaku siswa dalam pembelajaran; (2) melaksanakan observasi
selama proses pembelajaran ; dan (3) mencatat hasil observasi
dengan mengisi lemabar observasi dengan mengisi lembar observasi
yang telah dipersiapkan (2010:42).Teknik observasi digunakan untuk
mengumpulkan data kualitatif. Data kualitatif yaitu data-data yang
berbentuk pernyataan-pernyataan. Dengan data ini diharapkan mampu
memberikan gambaran tentang kreativitas siswa dalam proses belajar
mengajar. Format Observasi Aktivitas Siswa dan Guru
No.Yang DiobservasiYaTidak
1234
Guru
1.Membuat RPP
2.Mempersiapkan tugas siswa
3.Membuka pembelajaran
4.Menjelaskan tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
5.Memberikan penekanan terhadap materi pelajaran Pemerintahan
Pusat.
6.Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
7.Mampu benciptakan kondisi belajar yang kondusif atau
tenang.
8.Kesesuaian RPP dengan pelaksanaan pembelajaran Sistem
Pemerintahan Pusat.
Siswa
1.Bergairah dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran Sistem
Pemerintahan Pusat.
2.Menanyakan materi yang belum dikuasai atau kurang
dipahami.
3.Kreativitas dan inovatif dalam belajar Sistem Pemerintahan
Pusat.
4.Mengalami kesulitan dalam belajar Pemerintahan Pusat.
5.Aktif saling memberi tanggapan.
6.Aktif dalam mengikuti pelajaran Sistem Pemerinahan Pusat.
3.4.2 Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok (Arikunto,2010:150).
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis atau
essay. Dengan tes ini diharapkan peneliti memperoleh data-data yang
valid tentang prestasi belajar siswa dalam Penddidikan
Kewarganegaraan dengan menggunakan model pengajaran langsung
(explicit instruction).
Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif. Data
kuantitatif yaitu data-data yang berbentuk angka
(Arikunto:2010:118). Dengan data ini diharapkan mampu memberikan
deskripsi tentang prestasi belajar siswa dalam pemelajaran
Pndidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model pengajaran
langsung (explicit instruction). Menurut Arikunto bahwa :
Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan
pencapaian atau prestasi. Untuk mengukur kemampuan dasar antara
lain : tes dugunakan untuk mengukur inteligensi (IQ), tes minat,
tes bakat khusus, dan sebagainya. Khusus untuk tes prestasi belajar
yang biasa digunakan di sekolah dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu tes buatan guru dan tes standar(2010:223).Di samping itu
juga, teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data-data primer.
Data primer adalah data-data yang bersifat utama atau pokok
(Suryana, 2010:31). Data ini digunakan untuk membuktikan terjadi
peningkatan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dengan menggunakan model pengajaran langsung
(explicit instruction) pada siswa kelas IV SDN 3 Batu Mekar Lingsar
tahun pelajaran 2013-2014.3.4.3 WawancaraWawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara
penyelidik dengan subjek atau responden. Metode wawancara disebut
juga interview yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(interviewer). Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai
keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel
latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap
terhadap sesuatu. (Arikunto, 2010 : 155).Secara fisik interview
dapat dibedakan atas interview terstruktur dan interview tidak
terstruktur. Pada umumnya interview terstruktur di luar negeri
telah dibuat terstandar (Standardised). Seperti halnya kuesioner,
interview terstruktur terdiri dari serentetan pertanyaan, dimana
pewawancara tinggal memberikan tanda check () pada pilihan jawaban
yang telah disiapkan. Interview terstandar ini kadang-kadang
disembunyikan oleh pewawancara, akan tetapi tidak sedikit pula yang
diperlihatkan kepada responden. Bahkan respondenlah yang
dipersilahkan memberikan tanda. Dalam keadaan yang terakhir, maka
interview ini tidak ubahnya sebagai kuesioner saja
(Arikunto,2010:155).Menurut Arikunto bahwa ditinjau dari segi
pelaksanaannya wawancara dapat dibedakan menjadi :
(a) interview bebas, yaitu wawancara bebas menanyakan apa saja
tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. (b)
interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh
pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur. (c)
interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas
dan interview terpimpin (2010:156).Metode wawancara digunakan oleh
peneliti untuk memperoleh informasi langsung tentang penggunaan
model pengajaran langsung (explicit instruction) dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas IV SDN 3 Batu Mekar Linngsar tahun
pelajaran 2013-2014.3.5 Jenis dan Sumber Data3.5.1 Jenis Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti baik yang berupa fakta
maupun angka. Dari sumber SK menteri P dan K No. 0259/U/1997
tanggal 11 juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan
angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi.
Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk
suatu keperluan (Arikunto, 2006:118).
Dalam penelitian terdapat dua jenis data. Kedua data tersebut
adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu
data-data yang berupa angka-angka (Arikunto,2006:118). Data-data
kuantitatif ini diperoleh dari hasil para siswa mengerjakan tes.
Sedangkan data kualitatif yaitu data-data yang berbentuk
pernyataan-pernyataan seperti : sangat bagus, bagus, cukup, jelek
dan sangat jelek, (Arikunto,2006:118). Data-data ini diperoleh dari
hasil observasi terhadap kegiatan proses belajar mengajar di dalam
kelas. Data kualitatif juga diperoleh dari hasil wawancara peneliti
dengan guru PKn kelas IV SDN 3 Batu Mekar Kecamatan Lingsar
Kabupaten Lombok Barat. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahya S.
yang mengatakan bahwa:Data kualitatif adalah data yang berbentuk
kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh
melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara,
analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data
kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau
rekaman video.Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka
atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat
diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika
atau statistika. Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya,
data kuantitatif dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu data
diskrit dan data kontinum, (2010:2-3).3.5.2 Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Responden
adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti baik pertanyaan lisan maupun tertulis (Arikunto,
2006:129).
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis dua macam data. Kedua
macam data tersebut adalah data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data-data utama, sedangkan data sekunder adalah
data-data tambahan sebagai pendukung data utama. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suryana yang mengatakan bahwa :
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita
tinggal mencari dan mengumpulkan; sedangkan data primer adalah data
yang hanya dapat kita peroleh dari sumber asli atau pertama. Jika
data sekunder dapat kita peroleh dengan lebih mudah dan cepat
karena sudah tersedia, misalnya di perpustakaan,
perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi perdagangan, biro
pusat statistik, dan kantor-kantor pemerintah; maka data primer
harus secara langsung kita ambil dari sumber aslinya, melalui nara
sumber yang tepat dan yang kita jadikan responden dalam penelitian
kita,(2010:31).Selanjutnya Cahya S mengatakan bahwa :
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut
juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to
date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya
secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi
terfokus (focus grup discussion FGD) dan penyebaran kuesioner.Data
Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).
Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro
Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan
lain-lain(2010:28).Data dalam penelitian ini adalah data primer
diperoleh dari hasil tes atau mengerjakan soal oleh siswa dan hasil
kegiatan observasi atau pengamatan terhadap kegiatan proses belajar
mengajar siswa serta hasil wawancara peneliti dengan guru PKn kelas
IV SDN 3 Batu Mekar Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen sekolah berupa
nilai, hasil-hasil penelitian, serta catatan-catatan lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.3.6 Identifikasi dan Definisi
Operasional (Variabel)3.6.1 Identifikasi VariabelVariabel adalah
objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2006:118). Sedangkan menuruti Priyatno
mengatakan bahwa Variabel adalah suatu konsep yang beragam atau
bervariasi. (2010 : 08).
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel. Kedua jenis
variabel tersebut adalah variabel bebas (independent variable) dan
variabel terikat (dependent variable). a. Variabel Bebas
(Independent Variabel) adalah suatu gejala atau objek penelitian
yang menurut tata urutan waktu terjadi lebih dahulu. Variabel yang
mempengaruhi disebu variabel penyebab, variabel bebas atau
independent variable (X), (Arikunto, 2006:118). Dalam penelitian
ini sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran langsung atau
explicit insruction, selanjutnya diberi simbol (X).b. Variabel
Terikat (Dependent Variabel) adalah suatu gejala atau objek
penelitian yang menurut tata urutan waktu terjadi kemudian.
Variabel akibat disebut variabel terikat atau dependent variable
(Y), (Arikunto, 2006:118). Dalam penelitian ini sebagai variabel
terikat adalah prestasi belajar siswa, selanjutnya diberi simbol
(Y).3.6.2 Definisi Operasional Variabel a. Model Pengajaran
Langsung atau Explicit Instruction merupakan salah satu jenis model
pengajaran. Explicit instruction secara bahasa berarti model
pengajaran langsung. Pengajaran langsung khusus dirancang untuk
mengembangkan belajar peserta didik tentang pengetahuan prosedural
dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola
selangkah demi selangkah.
b. Prestasi Belajar adalah tujuan yang hendak dicapai dalam
proses belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai
usaha telah dilakukan oleh seseorang seperti belajar dengan rajin,
tekun, disiplin, dan lain-lain. Semua itu bermuara pada satu tujuan
yaitu mencapai prestasi belajar. Untuk mencapai prestasi belajar
yang diinginkan, seseorang harus memperoleh sejumlah pengetahuan
tertentu dalam waktu yang lama.c. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
adalah: Pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan,
konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan
kewajiban warganegara serta proses demokrasi. Pendidikan demokrasi
menyangkut: sosialisasi, diseminasi dan aktualisasi konsep, sistem,
nilai, budaya, praktek demokrasi melalui pendidikan.3.7 Metode
Analisis Data Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis
dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan teknik
deskriptif kuantitatif. Teknik deskriptif kualitatif digunakan
untuk menganalisis data tentang aktivitas belajar siswa dan
aktivitas mengajar guru yang diperoleh dengan menggunakan teknik
observasi. Sedangkan teknik deskriptif kuantitatif digunakan untuk
menganalisis data tentang prestasi belajar siswa dalam pemelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan khususnya pada mata pelajaran
Pemerintahan Desa dengan menggunakan model pengajaran langsung
(explicit instruction) siswa kelas IV SDN 3 Batu Mekar Lingsar
tahun pelajaran 2013-2014 yang didapatkan melalui teknik tes yang
diberikan pada akhir setiap siklus tindakan.Teknik kuantitatif
digunakan untuk menganalisis data kuantitatif, yaitu data yang
diperoleh dari hasil tes terhadap materi pelajaran Pemerintahan
Desa dengan menggunakan model pengajaran langsung (explicit
instruction) pada siklus I, maupun siklus II. Analisis karangan
siswa dilakukan dengan langkah sebagai berikut: (1) menentukan
perolehan skor siswa pada setiap aspek yang menjadi kriteria
penilaian berdasarkan pedoman penskoran; (2) menjumlahkan skor
komulatif siswa; dan (3) menghitung nilai akhir siswa.
Keterangan:
M
= Mean (nilai rata-rata)
= Total skor siswa
N
= Jumlah siswa
Sebelum mencari tingkat kemampuan menulis siswa dan persentase
ketuntasan belajar siswa, terlebih dahulu dicari :
M I = ( skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
SDI = 1/6 ( skor maksimal ideal skor minimal ideal )
MI + 1 SDI MI + 3 SDI - Kemampuan tinggi
MI 1 SDI MI + 1 SDI - Kemampuan sedang
MI 3 SDI MI I SDI - Kemampuan rendahUntuk mengukur ketuntasan
belajar klasikal setiap siklus digunakan rumus berikut :
Jumlah siswa yang mendapat nilai 65 Jumlah siswaHasil
perhitungan nilai akhir siswa masing-masing tes kemudian
dibandingkan hasil tes siklus I, dengan tes siklus II. Hasil inilah
yang dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui persentase
peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).Sedangkan untuk mengukur
persentase ketuntasan siswa secara individual dalam pembelajaran
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan menggunakan
model pengajaran langsung (explicit instruction) adalah :
A = Keterangan:
A = Proporsi aktualn = Jumlah seluruh siswa tuntas
N = Jumlah siswa keseluruhanPenelitian tindakan ini dianggap
telah berhasil dengan menggunakan dua macam kriteria ketuntasan,
yakni ketuntasan secara individual dan ketuntasan secara
klasikal.Ketuntasan secara individual dalam penelitian ini
menggunakan KKM yang ditetapkan peneliti yaitu 75. Nilai 75
merupakan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di SDN 3 Batu Mekar Kecamatan Lingsar
Kabupaten Lombok Barat yang disusun dan ditetapkan oleh guru bidang
studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berdasarkan kompleksitas,
intake siswa dan daya dukung standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD). Sedangkan ketuntasan klasikal dalam penelitian ini
dianggap berhasil apabila 85% dari siswa yang menjadi subjek
penelitian telah berhasil mencapai ketuntasan secara
individual.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
4.1.1 Gambaran Umum Sekolah
Sekolah Dasar (SD) 3 Batu Mekar Kecamatan Lingsar Lombok Barat
ini merupakan Sekolah Dasar Negeri. Sekolah Dasar ini berdiri tahun
1978. Sekolah ini termasuk sekolah yang sudah cukup lama berdiri.
Sekolah ini menjadi harapan bagi masyarakat untuk mencetak sumber
daya manusia yang beriman, berkualitas, mandiri, memiliki daya
saing dan bermartabat. Selama berdiri sekolah ini sudah banyak
mencetak sumber daya manusia yang sukses di berbagai bidang,
profesi dan jabatan. Sehingga, sekolah ini menjadi kebanggan bagi
masyarakat yang berada di sekitarnya.
Sekolah Dasar ini memiliki sarana prasarana masih terbatas.
Ruang Kepala Sekolah 1 buah, ruang kelas atau ruang belajar 6 buah,
1 buah ruang WC guru, 1 buah ruang WC siswa, 1 buah ruang
perpustakaan, 1 buah ruang UKS dan 1 buah ruang gudang. Sarana dan
prasarana tersebut dibangun atas dana dari pemerintah dareah.Untuk
melaksanakan proses belajar mengajar sehari-hari, SDN ini memiliki
12 orang guru. Delapan orang guru kelas dan dua orang guru mata
pelajaran. Dari 12orang guru tersebut, 5 orang guru berstatus
sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan 7 orang guru honorer. Empat
orang guru dan kepala sekolah sudah mengikuti sertifikasi.
Sedangkan untuk pelayanan administrasi sehari-hari bagi guru dan
para siswa, terdapat 1 orang tenaga tata usaha (TU) dan berstatus
sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
Sementara itu, jumlah siswa Sekolah Dasar Negeri 3 Batu Mekar
Lingsar ini 137 orang dengan rincian : kelas I sebanyak 20 orang
siswa, kelas II sebanyak 18 orang, kelas III sebanyak 20 orang,
kelas IV sebanyak 21 orang, kelas V sebanyak 26 orang dan kelas VI
sebanyak 30 orang. Siswa-siswa tersebut berasal dari dusun-dusun
yang berada di sekitarnya.
4.2 Penyajian Data
Pada bagian penyajian data ini penulis akan menyajikan tiga
macam data. Data tersebut adalah data prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebelum melakukan
tindakan (prasiklus). Data selanjutnya berupa data kemampuan atau
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) setelah melakukan tindakan melalui penggunaan
model pengajaran langsung (explicit instruction) yang terdiri atas
siklus I, siklus II dan siklus III. Dengan penyajian data-data
seperti ini diharapkan dapat memberikan deskripsi atau gambaran
tentang kemampuan atau prestasi belajar siswa dalam belajar
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebelum melakukan tindakan dengan
setelah melakukan tindakan serta perbandingan antara prestasi
belajar siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III. 4.2.1
PrasiklusHasil penelitian tindakan kelas pada pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dengan menggunakan model pengajaran langsung
(explicit instruction) diperoleh dari hasil tes, observasi dan
wawancara terdiri dari siklus I, siklus II dan siklus III. Pada tes
sebelum tindakan ( prasiklus ) hasilnya diperoleh dari rata-rata
nilai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebelum
diterapkan model pengajaran langsung (explicit instruction). Hasil
evaluasi pembelajaran pada tahap sebelum tindakan ( prasiklus )
digunakan sebagai acuan atau pedoman untuk menyusun rancangan
pembelajaran pada tahap siklus I. Selanjutnya hasil penilaian atau
evaluasi pembelajaran pada tahap siklus I disempurnakan pada
rancangan pembelajaran siklus II dan siklus III.Tabel 1. Data
Prestasi Belajar Siswa Pada PrasiklusNo.Nama SiswaAspek yang
dinilaiKKMJml
SkorJmlNilaiKet.
1
0 42
0 43
0 44
0 45
0 4
1.Alpia Dwi Andika33333751575Tuntas
2.Artini Risnawati233221260Belum
3.Hidayatul Hikmah443221575Tuntas
4.I Ketut Sanu Putra223331365Belum
5.I Nengah Puspa Dewi222221050Belum
6.I Nengah Sumentha323341575Tuntas
7.I Nyoman Adi Arsana12122840Belum
8.Lina Purnama Dewi343421680Tuntas
9.Nopian Zulkia R223231260Belum
10.Widya Andi Resta333231470Belum
11.Muhanis Afrilia222231155Belum
12.Sarmila 333441680Tuntas
13.Rian Saputra22211840Belum
14.Witriah 223321260Belum
15.Sahnun 222221050Belum
16.Zulkarnaen22221945Belum
17.Wirahadi Kusuma333221365Belum
18.Komang Dwiyangi332431575Tuntas
19.Emi Andini222221050 Belum
20.Liyanti 333331575Tuntas
21.Irfan Hakim22112840 Belum
Jumlah1330T = 7B = 14
Nilai rata-rata63
Persentase Ketuntasan33%
Untuk mengetahui persentase ketuntasan siswa dalam proses
belajar mengajar Bahasa Indonesia pada siklus I digunakan
rumus:
A = Keterangan:
A = Proporsi aktual
n = Jumlah seluruh siswa tuntas
N = Jumlah siswa keseluruhanJika A < 75 maka proses belajar
mengajar dikatakan belum tuntas dan jika A > 75 maka kegiatan
belajar mengajar dikatakan tuntas. Nilai 75 merupakan nilai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah dirumuskan dan
ditetapkan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kelas IV SDN
3 Batu Mekar Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat tahun
pelajaran 2013-2014. Nilai KKM ini disusun dengan memperhatikan
aspek kompleksitas, intake, dan daya dukung standar kompetensi (SK)
dan kompetensi dasar (KD) mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn).
Berdasarkan tabel di atas bahwa dari 21 orang siswa, jumlah
siswa yang tuntas dalam belajar adalah 7 orang siswa atau 33%,
sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas 14 orang siswa atau 67%.
A= =
= 33%
Sedangkan nilai rata-rata siswa pada tahap prasiklus hanya 64.
Hal ini masih jauh dari yang diharapkan.
X =
=
= 63Dari hasil tes sebelum tindakan, terlihat persentase
ketuntasan siswa kelas IV SDN 3 Batu Mekar Kecamatan Lingsar
Kabupaten Lombok Barat masih rendah yaitu hanya 33% dengan nilai
rata-rata 63. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) disebabkan karena faktor internal
yaitu dari siswa sendiri dan faktor eksternal diantaranya model
pembelajaran yang digunakan kurang sesuai. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam belajar Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) , peneliti menggunakan model pengajaran
langsung (explicit instruction). Dengan model pengajaran ini
diharapkan mampu menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.4.2.2 Siklus Ia. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahap menyusun rencana tindakan,
pada tahap ini peneliti melakukan persiapan pemeblajaran yang
meliputi:
Menyusun skenario atau rencana pelaksanaan pemebelajran (RPP)
yang akan digunakan pada siklus I. Menyiapkan materi yang relevan
yaitu materi Sistem Pemerintahan Pusat. Penguasaan materi pelajaran
Sistem Pemerintahan Pusat Membuat LKS yang berkaitan dengan materi
pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu
materi Sistem Pemerintahan Pusat. Menyusun hasil belajar mata
pelajaran Pendiddikan Kewarganegaraan (PKn) pada materi Sistem
Pemerintahan Pusat. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan
aktivitas guru.b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini yaitu melaksanakan
kegiatan pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana yang sudah
dituangkan dalam skenario pembelajaran untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
pada materi Sistem Pemerintahan Pusat. Kegiatan pembelajaran
tersebut dibagi menjadi tiga fase yaitu:1. Kegiatan awal Kegiatan
awal yang dilakukan adalah kegiatan guru mengecek kehadiran siswa
serta melihat kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran. Dalam
kegiatan awal ini juga dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Sebelum pembelajaran dimulai guru mengatur tempat duduk siswa
sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Guru memberikan penjelasan
kepada siswa tentang materi pembelajaran Sistem Pemerintahan Pusat
dan kesiapan belajarnya. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai oleh siswa.2. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti ini siswa melakukan kegiatan proses
pembelajaran yang berkaitan dan sesuai dengan apa yang ada pada
indikator yang tercantum di dalam RPP
Guru mengajak para siswa untuk membaca materi pelajaran yang
sudah ditentukan yaitu Sistem Pemerintahan Pusat. Siswa
mendiskusikan materi pelajaran yang telah ditentukan tersebut
bersama teman-temannya. Siswa menanyakan materi pelajaran yang
belum dipahami dan belum jelas. Guru menjelaskan materi pelajaran
yang belum dipahami siswa.
3. Kegiatan penutup
Pada tahap ini guru atau peneliti melakukan beberapa kegiatan
seperti:
Siswa dan guru melakukan refleksi. Pada akhir pemebelajaran guru
menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas dan menutup
kegiatan pembelajaran.
Sesuai dengan rancangan tindakan yang telah disusun dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada materi Sistem
Pemerintahan Pusat dengan menggunakan model pengajaran langsung
(explicit instruction) pada siklus pertama dirancang untuk satu
kompetensi dasar (KD). Pada awal pembelajaran guru membuka
pembelajaran dengan sama-sama berdoa dan menyampaikan indikator
pembelajaran yaitu: 1) Dapat menjelaskan sistem pemerintahan pusat;
2) Dapat menyebutkan lembaga-lembaga negara pada pemerintah pusat;
3) Dapat menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat seperti
presiden dan wakil presiden; 4) Dapat menjelaskan perbedaan antara
lembaga legislatif dan lembaga eksekutif; 5) Dapat menyebutkan
contoh-contoh lembaga yudikatif.
c. Observasi
Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan pada
siklus I, peneliti akan mendeskripsikan hasil observasi tersebut
secara berurutan atau sistematis. Hal ini dilakukan dengan harapan
supaya mendapat gambaran yang jelas tentang aktivitas guru dan
siswa dalam proses belajar-mengajar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) pada materi Sistem Pemerintahan Pusat dengan
mengunakan model pengajaran langsung (expplicit instruction) di
dalam kelas. Peneliti memasuki ruang kelas dan membuka proses
pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun yaitu
menyampaikan salam dan membuka pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) pada materi Sistem Pemerintahan Pusat dengan mengunakan model
pengajaran langsung (explicit instruction). Untuk mengetahui
kedisiplinan dan memastikan jumlah siswa yang hadir, peneliti
menyapa tiap-tiap siswa yang hadir (mengabsen) dan dilanjutkan
dengan mengisi jurnal kelas.Sebelum proses belajar-mengajar
dimulai, terlebih dahulu peneliti menugaskan siswa untuk membentuk
kelompok-kelompok belajar. Setiap kelompok terdiri atas 3 orang
siswa. Tiap-tiap kelompok membentuk posisi duduk sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh peneliti. Dengan cara ini
diharapkan siswa dapat mengikuti pelajaran secara nyaman, kondusif
dan lebih bermakna (meaningfull).Selanjutnya, peneliti memberikan
respon dan apersepsi yang berkaitan dengan materi Pendidikan dan
Kewarganegaraan (PKn) yaitu materi Sistem Pemerintahan Pusat yang
dibahas pada pertemuan tersebut. Terkait dengan materi pelajaran
yang dibahas tersebut, guru menyampaikan pokok-pokok materi
pelajaran, indikator pembelajaran yang harus dikuasai siswa serta
langkah-langkah yang akan ditempuh untuk membahas materi pelajaran
selama berlangsungnya proses pembelajaran di dalam kelas.Agar
proses pembelajaran berjalan dengan baik dan lancar, peneliti
membagikan lembar kerja siswa (LKS) yang berkaitan dengan materi
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu materi Sistem
Pemerintahan Pusat kepada masing-masing kelompok belajar. Peneliti
mempersilakan siswa untuk membaca lembar kerja siswa (LKS) dan
mengerjakan soal atau tes sesuai dengan petunjuk yang sudah
ditentukan pada Lembar Kerja Siswa (LKS).Selama kegiatan observasi
berlangsung, proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dengan mengunakan model pengajaran langsung
(explicit instruction) berjalan dengan baik, aktif, kreatif,
menyenangkan (meaningfull) serta dalam suasana yang kondusif.
Banyak siswa yang bertanya tentang materi pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yaitu materi Sistem Pemerintahan Pusat yang
dibahas seperti: lembaga legislatif, lembaga eksekutif, lembaga
yudiatif, tugas presiden dan wakil presiden, tugas MPR, tugas DPR,
tugas BPK, tugas MA, dan lain-lain. Pada saat proses pembelajaran
berlangsung, masih ada juga siswa yang masih kurang kreatif, aktif
dan malu-malu bertanya dalam mengikuti proses pembelajaran mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada materi Sistem
Pemerintahan Pusat.Untuk memastikan para siswa bekerja dengan baik
sesuai dengan perintah, peneliti berkeliling kelas untuk mengontrol
dan mengawasi dengan cara mendatangi masing-masing kelompok siswa
secara bergantian. Jika terdapat siswa yang masih terlihat kurang
kreatif dan masih pasif, peneliti memancing siswa dengan cara
menanyakan apakah ada kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) khususnya materi Sistem
Pemerintahan Pusat.Setelah semua kelompok belajar menyelesaikan
tugasnya, peneliti meminta semua kelompok mengumpulkan hasil
pekerjaannya. Peneliti mengambil secara acak salah satu hasil kerja
setiap kelompok dan menyebutkan nama kelompok yang hasil kerjanya
terpilih. Guru meminta salah seorang anggota kelompok yang
bersangkutan membaca hasil pekerjaannya di depan kelas sementara
kelompok yang lain mendengar dan menanggapi hasil pekerjaan
temannya tersebut. Sebelum pembelajaran ditutup peneliti bersama
para kelompok melakukan evaluasi atau refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran mata pelajaran tersebut. Tabel 2. Format Observasi
Aktivitas Siswa dan Guru
No.Yang DiobservasiYaTidak
1234
Guru
1.Membuat RPPV
2.Mempersiapkan tugas siswaV
3.Membuka pembelajaranV
4.Menjelaskan tujuan pembelajaranV
5.Memberikan penekanan terhadap materi pelajaran Sistem
Pemerintahan Pusat. V
6.Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa atau kelompok
belajar.V
7.Mampu benciptakan kondisi belajar yang kondusif atau tenang
V
8.Kesesuaian RPP dengan pelaksanaan pembelajaran Sistem
Pemerintahan Pusat.V
Siswa
1.Bergairah dan termotiasi dalam mengikuti pembelajaran Sistem
Pemerintahan Pusat.V
2.Menanyakan materi yang belum dikuasai atau kurang
dipahamiV
3.Kreativitas dalam belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
khususnya materi Sistem Pemerintahan Pusat.V
4.Mengalami kesulitan belajar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) terutama materi Sistem Pemerintahan Pusat.
V
5.Aktif dalam memberi tanggapan seperti bertanya, menjawab
pertanyaan teman, memberikan saran, memberikan masukan dan
lain-lain.v
6.Aktif dan kreatif mengikuti pelajaran mata pelajaran
Pendidikan dan Kewaraganegaraan (PKn).V
Setelah pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dengan menggunakan model pengajaran langsung
(explicit instruction) selesai, siswa diberikan tugas menjawab soal
atau tes . Soal atau tes kemampuan tersebut terdiri atas 5
pertanyaan dengan diberikan alokasi waktu 2 x 40 menit (2 jam
pelajaran). Soal atau tes tersebut diberikan dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar siswa.Aspek yang dinilai dalam soal
atau tes tersebut adalah: 1) kemampuan siswa menjelaskan sistem
pemerintahan pusat; 2) kemampuan siswa menyebutkan lembaga negara
pada tingkat pusat; 3) kemampuan menyebutkan organisasi
pemerintahan tingkat pusat; 4) kemampuan siswa dalam menjelaskan
perbedaan antara lembaga legislatif dengan lembaga eksekutif ; dan
5) kemampuan siswa dalam menyebutkan contoh lembaga yudikatif.
Masing-masing aspek yang dinilai memiliki skor 4 sehingga jumlah
skor maksimal 20 dan nilai maksimalnya 100. Selanjutnya, skor yang
diperoleh setiap siswa akan dihitung dengan menggunakan
formula:
Berdasarkan tes yang diberikan pada akhir siklus pertama
diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:Tabel 3. Data Prestasi
Belajar Siswa Siklus INo.Nama SiswaAspek yang dinilaiKKMJml
SkorJmlNilaiKet.
1
0 42
0 43
0 44
0 45
0 4
1.Alpia Dwi Andika33333751575Tuntas
2.Artini Risnawati233221260Belum
3.Hidayatul Hikmah443221575Tuntas
4.I Ketut Sanu Putra223331365Belum
5.I Nengah Puspa Dewi222221050Belum
6.I Nengah Sumentha323341575Tuntas
7.I Nyoman Adi Arsana12122840Belum
8.Lina Purnama Dewi343421680Tuntas
9.Nopian Zulkia R343231575Tuntas
10.Widya Andi Resta333231470Belum
11.Muhanis Afrilia333331575Tuntas
12.Sarmila 333441680Tuntas
13.Rian Saputra222331260Belum
14.Witriah 333331575Tuntas
15.Sahnun 222221050Belum
16.Zulkarnaen22221945Belum
17.Wirahadi Kusuma333331575Tuntas
18.Komang Dwiyanti332431575Tuntas
19.Emi Andini334331680 Tuntas
20.Liyanti 333331575Tuntas
21.Irfan Hakim222221260 Belum
Jumlah1415T = 12B = 9
Nilai rata-rata67
Persentase Ketuntasan57%
Untuk mengetahui persentase ketuntasan siswa dalam proses
belajar mengajar pada siklus I menggunakan rumus:
QUOTE
Keterangan:
A = Proporsi aktual
n = Jumlah seluruh siswa tuntas
N = Jumlah siswa keseluruhan
Jika A < 75 maka belajar dikatakan belum tuntas. Namun jika A
> 75 maka belajar dikatakan tuntas.
A=
= QUOTE
= 57 %
Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar
siswa adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rumus
statistik deskriptif untuk menghitung nilai rata-rata, rata-rata
ideal, dan standar deviasi ideal untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diberi tindakan dengan menggunakan
rumus :
Keterangan:
X
= mean atau rata-rata
= jumlah seluruh skor rata-rata
N
= jumlah individu atau siswa
=
= 67Mi = QUOTE
( 80 + 40 )
= QUOTE
( 120 )
= 60
SDi = ( 80 - 40 )
= ( 40 )
= 6,6
Untuk menghitung posisi kreativitas siswa menggunakan pedoman
konversi :
Mi + 1 SDi=Mi + 3 SDi
=Tinggi
60 + 1 (6,6)=60 + 3 ( 6,6 )
60 + 6,6=60 + 19,8
66,6
=79,8
Mi 1 SDi =Mi + 1 SDi
= Sedang
60 1 (6,6)=60 + 1 ( 6,6 )
60 6,6 =60 + 6,6
53,4
=66,6
Mi 3 SDi = Mi 1SDi
= Rendah60 3 (6,6)=60 1 ( 6,6 )
60 19,8=60 6,6
40,2
=53,4Perolehan data tentang persentase keberhasilan atau
ketuntasan siswa pada pelaksanaan siklus I. Dari 21 siswa kelas IV
SDN 3 Batu Mekar Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan menggunakan model
pengajaran langsung (explicit instruction). Dengan memperhatikan
hasil siswa setelah mengerjakan soal atau tes yang berjumlah 5
soal, diperoleh data bahwa peserta didik yang mendapatkan nilai 75
ke atas dikategorikan tuntas atau sudah tuntas dalam proses belajar
mengajar. Siswa yang sudah tuntas dalam siklus pertama ini sebanyak
12 orang atau 57%. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 9
orang siswa atau 43%.Sementara itu, dari jumlah 21 orang siswa yang
termasuk kategori kemampuannya tinggi (66,6 79,8) adalah 13 orang
siswa atau 62%, yang kategori kemampuannya sedang ( 53,4 66,6 )
adalah 4 orang siswa atau 19% serta yang memiliki kemampuan rendah
(40,2 53,4) berjumlah 4 orang siswa atau 19%.Sementara itu, nilai
rata-rata siswa pada siklus pertama adalah 67. Sedangkan jumlah
siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar minimal berjumlah 12
orang siswa atau 57%, dan jumlah yang belum mencapai ketuntasan
belajar minimal sebanyak 9 orang atau 43%. Karena belum mencapai
standar yang ditetapkan yaitu 85% siswa harus mencapai ketuntasan
belajar minimal maka harus diadakan siklus kedua.d. Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi siklus 1, diperoleh data bahwa nilai
rata-rata siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) dengan menggunakan model pengajaran langsung (explicit
instruction) adalah sebesar 67. Sedangkan persentase ketuntasan
siswa secara klasikal sebesar 55%. Hal ini menunjukkan bahwa target
yang diharapkan sebesar 85% ketuntasan secara klasikal belum
tercapai.Oleh sebab itu, masih perlu dilaksanakan perbaikan pada
siklus II dengan memperhatikan :
Motivasi siswa dalam belajar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) terutama pada materi Sistem Pemerintahan
Pusat; Keaktifan dan partisipasi siswa dalam proses belajar dan
mengajar; Pemberian reinforcemant atau rangsangan kepada para siswa
seperti pemberian hadiah.4.2.3 Siklus IIa. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahap menyusun rencana tindakan.
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan pembelajaran yang
berupa penyusunan skenario atau rencana pelaksanaan pemebelajran
yang akan dibahas pada siklus II dan menyusun hasil belajar mata
pelajaran Pendiddikan Kewarganegaraan (PKn) pada siklus II.b. Tahap
Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini yaitu melaksanakan
kegiatan pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana yang sudah
dituangkan dalam skenario pembelajaran untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Kegiatan pembelajaran tersebut dibagi menjadi tiga fase yaitu:1.
Kegiatan awal Kegiatan awal yang dilakukan adalah kegiatan guru
mengecek kehadiran siswa serta melihat kesiapan siswa dalam
menerima pembelajaran. Pada tahap ini juga peneliti atau guru
melakukan apersepsi tentang materi pelajaran pada siklus
sebelumnya.2. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti ini siswa melakukan kegiatan proses
pembelajaran yang berkaitan dan sesuai dengan apa yang ada pada
indikator yang tercantum di dalam RPP seperti : siswa menanyakan,
membahas atau mendiskusikan materi pelajaran yang belum dipahami
dan belum jelas pada siklus I dan peneliti atau guru menjelaskan
materi pelajaran yang belum dipahami oleh siswa pada siklus I.3.
Kegiatan penutup
Pada tahap ini guru atau peneliti melakukan refleksi untuk
proses pelajaran siklus II. Pada akhir pemebelajaran guru juga
menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas dan menutup
kegiatan pembelajaran siklus II.
c. Observasi
Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan pada
siklus II, peneliti akan mendeskripsikan hasil observasi tersebut
secara berurutan atau sistematis. Hal ini dilakukan dengan harapan
supaya mendapat gambaran yang jelas tentang aktivitas guru dan
siswa dalam proses belajar-mengajar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) pada materi Sistem Pemerintahan Pusat dengan
mengunakan model pengajaran langsung (expplicit instruction) di
dalam kelas. Selama kegiatan observasi berlangsung, proses
pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan
mengunakan model pengajaran langsung (explicit instruction)
berjalan dengan baik, aktif, kreatif, menyenangkan (meaningfull)
serta dalam suasana yang kondusif. Untuk memastikan para siswa
bekerja dengan baik sesuai dengan perintah, peneliti berkeliling
kelas untuk mengontrol dan mengawasi dengan cara mendatangi
masing-masing kelompok siswa secara bergantian. Jika terdapat siswa
yang masih terlihat kurang kreatif dan masih pasif, peneliti
memancing siswa dengan cara menanyakan apakah ada kesulitan yang
dihadapi oleh siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn). Tabel 4. Format Observasi Aktivitas Siswa dan Guru
No.Yang DiobservasiYaTidak
1234
Guru
1.Membuat RPPV
2.Mempersiapkan tugas siswaV
3.Membuka pembelajaranV
4.Menjelaskan tujuan pembelajaranV
5.Memberikan penekanan terhadap materi pelajaran Sistem
Pemerintahan Pusat. V
6.Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa atau kelompok
belajar.V
7.Mampu benciptakan kondisi belajar yang kondusif atau tenang
V
8.Kesesuaian RPP dengan pelaksanaan pembelajaran Sistem
Pemerintahan Pusat.V
Siswa
1.Bergairah dan termotiasi dalam mengikuti pembelajaran Sistem
Pemerintahan Pusat.V
2.Menanyakan materi yang belum dikuasai atau kurang
dipahamiV
3.Kreativitas dalam belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
khususnya materi Sistem Pemerintahan Pusat.V
4.Mengalami kesulitan belajar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) terutama materi Sistem Pemerintahan Pusat.
V
5.Aktif dalam memberi tanggapan seperti bertanya, menjawab
pertanyaan teman, memberikan saran, memberikan masukan dan
lain-lain.v V
6.Aktif dan kreatif mengikuti pelajaran mata pelajaran
Pendidikan dan Kewaraganegaraan (PKn).V
Setelah pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dengan menggunakan model pengajaran langsung
(explicit instruction) pada siklus II selesai, siswa diberikan
tugas menjawab soal atau tes . Soal atau tes kemampuan tersebut
terdiri atas 5 pertanyaan dengan diberikan alokasi waktu 2 x 40
menit (2 jam pelajaran). Soal atau tes tersebut diberikan dengan
tujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa.
Berdasarkan tes yang diberikan pada akhir siklus pertama
diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:
Tabel 5. Data Prestasi Belajar Siswa Siklus IINo.Nama SiswaAspek
yang dinilaiKKMJml
SkorJmlNilaiKet.
1
0 42
0 43
0 44
0 45
0 4
1.Alpia Dwi Andika33334751680Tuntas
2.Artini Risnawati334431575Tunas
3.Hidayatul Hikmah443221575Tuntas
4.I Ketut Sanu Putra223331365Belum
5.I Nengah Puspa Dewi333341680Tuntas
6.I Nengah Sumentha323341575Tuntas
7.I Nyoman Adi Arsana12122840Belum
8.Lina Purnama Dewi343421680Tuntas
9.Nopian Zulkia R343231575Tuntas
10.Widya Andi Resta333341680Tuntas
11.Muhanis Afrilia222221050Belum
12.Sarmila 333441680Tuntas
13.Rian Saputra222331260Belum
14.Witriah 333331575Tuntas
15.Sahnun 334331680Tuntas
16.Zulkarnaen22221945Belum
17.Wirahadi Kusuma333331575Tuntas
18.Komang Dwiyanti332431575Tuntas
19.Emi Andini334331680 Tuntas
20.Liyanti 333331575Tuntas
21.Irfan Hakim333341680 Tuntas
Jumlah1520T = 16B = 5
Nilai rata-rata72
Persentase Ketuntasan76%
Untuk mengetahui persentase ketuntasan siswa dalam proses
belajar mengajar pada siklus I menggunakan rumus:
QUOTE
Keterangan:
A = Proporsi aktual
n = Jumlah seluruh siswa tuntas
N = Jumlah siswa keseluruhan
Jika A < 75 maka belajar dikatakan belum tuntas. Namun jika A
> 75 maka belajar dikatakan tuntas.
A=
= QUOTE
= 76 %
Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar
siswa adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rumus
statistik deskriptif untuk menghitung nilai rata-rata, rata-rata
ideal, dan standar deviasi ideal untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diberi tindakan dengan menggunakan
rumus :
Keterangan:
X
= mean atau rata-rata
= jumlah seluruh skor rata-rata
N
= jumlah individu atau siswa
=
= 72Mi = QUOTE
( 80 + 40 )
= QUOTE
( 120 )
= 60
SDi = ( 80 - 40 )
= ( 40 )
= 6,6
Untuk menghitung posisi kreativitas siswa menggunakan pedoman
konversi :
Mi + 1 SDi=Mi + 3 SDi
=Tinggi
60 + 1 (6,6)=60 + 3 ( 6,6 )
60 + 6,6=60 + 19,8
66,6
=79,8
Mi 1 SDi =Mi + 1 SDi
= Sedang
60 1 (6,6)=60 + 1 ( 6,6 )
60 6,6 =60 + 6,6
53,4
=66,6
Mi 3 SDi = Mi 1SDi
= Rendah60 3 (6,6)=60 1 ( 6,6 )
60 19,8=60 6,6
40,2
=53,4Perolehan data tentang persentase keberhasilan atau
ketuntasan siswa pada pelaksanaan siklus II dari 21 siswa kelas IV
SDN 3 Batu Mekar Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan menggunakan model
pengajaran langsung (explicit instruction). Dengan memperhatikan
hasil siswa setelah mengerjakan soal atau tes yang berjumlah 5
soal, diperoleh data bahwa peserta didik yang mendapatkan nilai 75
ke atas dikategorikan tuntas atau sudah tuntas dalam proses belajar
mengajar. Siswa yang sudah tuntas dalam siklus kedua ini sebanyak
16 orang atau 76%. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 5
orang siswa atau 24%.Sementara itu, dari jumlah 21 orang siswa yang
termasuk kategori kemampuannya tinggi (66,6 79,8) adalah 16 orang
s