8
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang MasalahAnak merupakan anugerah terindah yang
diberikan oleh yang kuasa. Anak terlahir selalu menjadi harapan
setiap orang tua. Anak terlahir dengan keunikan masing-masing yang
akan terus berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan tugas
perkembangannya. Selain kondisi internal, kondisi ekternal anak
yang baik akan mendukung tumbuh kembang anak pula, sehingga anak
membutuhkan stimulus-stimulus yang baik dari lingkungannya.Untuk
mendukung tumbuh kembang anak, setiap orang tua akan melakukan
berbagai cara untuk membuat anak dapat berkembang secara maksimal
baik secara psikis maupun fisik. Sebagai contoh anak dalam usia
dini telah diberikan stimulus pembelajaran agar dapat mengembangkan
potensinya secara maksimal. Bentuk pembelajaran pada masa usia dini
ada bermacam-macam mulai dari formal hingga non formal.Pendidikan
formal untuk anak usia dini pada saat sekarang ini sangat
dianjurkan oleh pemerintah. Anjuran ini berpegang pada hasil
penelitian oleh para peneliti yang menyatakan bahwa pembelajaran
yang diberikan pada usia dini sangat mendukung perkembangan otak
anak, karena sistem perkembangan otak anak berkembang sebesar 60%
pada masa 0 sampai 6 tahun sehingga masa ini sering disebut periode
emas (golden age). (Santrok, 2012: 30)Walaupun pendiddikan anak
usia dini sangat dianjurkan, namun orang dewasa perlu memberikan
perhatian khusus terhadap proses pembelajaran yang akan dijalani
anak usia dini, seperti yang dijelaskan Mulyadi (2003:5) bahwa
Perkembangan anak sebaiknya tidak dipacu dengan berbagai beban
pembelajaran yang belum perlu dan tidak sepadan dengan ciri-ciri
tahap perkembangannya. Santrok (2010: 59) menjelaskan tentang
perkembangan anak pada umur 4 sampai 6, menyatakan bahwa selama
fase ini mereka belajar melakukan sendiri banyak hal dan berkembang
keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kesiapan untuk
bersekolah dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk bermain
sendiri ataupun dengan temannya hingga memasuki kelas satu SD
sampai berakhirnya fase ini. Bila anak berumur 4 sampai 6 tahun ini
bersekolah di TK, maka belajar dan lama kelamaan akan terbiasa
mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Proses belajar yang baik
menurut Natasya (Jarwl, 2010:20) merupakan suatu proses
pembelajaran di mana siswa dapat memusatkan perhatiannya pada satu
titik tumpu pembelajaran sehingga menghasilkan suatu perubahan
tingkah laku secara maksimal. Namun saat sebagian anak dapat belajr
dengan baik, sebahaian lainnya sering tidak dapat mengikuti proses
belajar dengan baik karena kurangnya konsentrasi.Bersadarkan hasil
observasi di TK FKIP UNSYIAH pada bulan Januari 2014, anak- anak
sangat sering menunjukkan sikap lalai dan tidak terfokus pada
pelajaran yang diberikan oleh guru, serta mereka lebih sering
bermain dan sangat sulit untuk belajar. Hasil wawancara dengan guru
di TK tersebut juga menghasilkan kesimpulan bahwa anak cenderung
sulit untuk mengikuti pembelajaran dengan baik, terlebih apabila
ada sesuatu yang menarik perhatian mereka saat belajar, misalnya
saja saat proses belajar sedang berlangsung ada suara dari luar
ruangan, teman berbicara, teman berjalan, maka konsentrasi belajar
merekapun pecah.Konsentrasi belajar ialah suatu faktor yang
menentukan keberhasilan belajar seseorang. Seperti pendapat
Purwansari (Jarwl, 2010:35) yang menyatakan bahwa konsentrasi
sangat dibutuhkan dalam belajar. Apabila memiliki konsentrasi yang
baik maka siswa akan mampu menerima semua inti
pembelajaran.Konsentrasi dapat dilatih dan dibentuk dengan
pendekatan holistik atau kegiatan seperti menyusun balok, menyusun
potongan-potongan gambar, dan berhitung (Robert & Jennifer,
2004:18-19). Menjelaskan bahwa permainan tertentu yang dilakukan
secara berulang-ulang dapat melatih konsentrasi pada diri
anak.Permainan yang digunakan untuk membentuk keterampilan atau
mengatasi masalah tertentu disebut dengan terapi bermain.
Nurhayati, (2010:20) menjelaskan tentang terapi bermain sebagai
suatu media untuk eksplorasi diri untuk memahami suatu hal dalam
diri individu dan melatih suatu kemampuan yang ada dalam diri
individu dengan menciptakan suasana yang menyenangkan. Untuk
melihat bagaimana terapi bermain tertentu dapat mempengaruhi
konsentrasi belajar maka peneliti melakukan penelitian kuasi
eksperimen yang berjudul Efektivitas Terapi Bermain Dalam
Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak Usia Dini.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan
maka pokok pembahasan yang menjadi fokus dalam penelitian ini
adalah seberapa efektifkah terapi bermain puzzle dalam meningkatkan
konsentrasi belajar anak usia dini ?
1.3 Tujuan PenelitianBerdasarkan perumusan masalah di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan
terapi bermain puzzle dalam meningkatkan konsentrasi belajar pada
anak Usia Dini.
1.4 Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dapat diperoleh
dari hasil penelitian ini adalah:Secara Teoritis1. Sebagai
sumbangan ilmiah dalam bidang ilmu pendidikan konseling, khususnya
konseling perkembangan belajar peserta didik khususnya anak usia
dini. 1. Hasil penelitian juga diharapkan dapat digunakan sebagai
kajian ilmiah dalam menyusun cara pembelajaran pada anak.
Secara Praktis1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai metode
pembelajaran bagi guru yang memiliki peserta didik sulit untuk
konsentrasi saat belajar.1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk
meningkatkan konsentrasi belajar pada anak.1. Hasil penelitian
dapat menjadi kajian lanjutan bagi mahasiswa konseling dalam
melakukan penelitian lanjutan.
1.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap permasalahan yang dihadapi atau dipernyatakan yang perlu
di uji kebenarannya melalui suatu analisa dan penelitian. Suharsimi
Arikunto (Novayanti Utari, 2013:56) menyatakan bahwa hipotesis
adalah rumusan jawaban yang sementara terhadap soal yang dimaksud
sebagai pimpinan sementara dalam penyelesaian pendidikan untuk
mencapai jawaban yang sebenar- benarnya.Hipotesis dalam penelitian
ini adalah:Ha: Terapi bermain efektif dalam meningkatkan
konsentrasi belajar anak usia dini.Ho : Terapi bermain tidak
efektif dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak usia dini.Namun
dalam penelitian ini peneliti yakin bahwa hipotesi alternatif (Ha)
akan diterima.
1.6 Definisi Operasional PenelitianRuang lingkup penilitian ini
mencakup terapi bermain dalam hubungannya dengan konsentrasi
belajar anak.Definisi Operasionalnya yaitu:3. Terapi bermainTerapi
bermain ialah suatu usaha penyembuhan untuk mencapai perkembangan
fisik, intelektual, emosi dan social anak secara optimal melalui
permainan yang disenangi oleh anak. Adapun sarana permainan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk puzzle yang
meliputi: Puzzle onet Susun balok (puzzle balok) Its me (puzzle
foto)
3. Konsentrasi belajarKonsentrasi belajar adalah pemusatan atau
memfokuskan pikiran ke sesuatu hal yaitu pelajaran yang sedang
diikuti atau dilakukan, agar sesuatu yang dipelajari ataupun
dilakukan hasilnya menjadi lebih optimal. Adapun beberapa aspek
dalam konsentrasi belajar yaitu:a. Pemusatan pikiranb. Motivasic.
Rasa khawatird. Perasaan tertekane. Gangguan Pikiranf. Gangguan
kepanikang. Kesiapan BelajarKonsentrasi pada anak usia dini dapat
diukur dengan suatu tes yang dikenal dengan nama NST (Nijmeege
Schoolbeekwaamheids Test). NST biasa digunakan untuk mengukur
aspek-aspek penunjang kesiapan siswa sebelum masuk sekolah dasar.
Salah satu aspek yang di ukur ialah aspek konsentrasi.
BAB IILANDASAN TEORI
2.1 Terapi Bermain2.1.1 Pengertian Terapi BermainBermain adalah
sebuah media untuk eksplorasi dan penemuan hubungan interpersonal,
eksperimen dalam peran orang dewasa, dan memahami perasaannya
sendiri. Bermain adalah bentuk ekspresi diri yang paling lengkap
yang pernah dikembangkan manusia. Bermain adalah rangkaian perilaku
yang sangat kompleks dan multi-dimensional, yang berubah secara
signifikan seiring pertumbuhan dan perkembangan anak, yang lebih
mudah untuk diamati dari pada untuk didefinisikan dengan kata-kata.
(Mutiah, 2010: 90)Hildebarnd (Sandiro, 2012:10) bermain berarti
berlatih, mengekploitasi, merekayasa, mengulang latihan apapun yang
dapat dilakukan untuk mentranspormasi secara imajinatif hal-hal
yang sama dengan orang dewasa. Sementara Laurance (Wahyudi, 2010:5)
mengemukakan tentang pengertian terapi permainan sebagai
berikut:Play therapy is a form psychotherapy in which a child play
in a protected and structured environment with games and toys
provided by therapist, who observes behavior, affect and
conversation of the child in order to gain in sign into this
thoughts, feelings, and fantasies. As conflicts are discovered, the
therapist often helps the child to under stand and work through
them.
Dalam teori psikoanalisa, freud (Esti, 2005:15) memandang
bermain sama seperti fantasi atau lamunan. Melalui bermain ataupun
fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapan-harapan maupun
konflik pribadi. Dengan demikian Freud percaya bahwa bermain
memegang peranan penting dalam perkembangan emosi anak dan bermain
sebagai cara yang digunakan anak untuk mengatasi masalahnya.Menurut
Frank dan Theresa (Sandiro, 2012:11) ada nilai yang terkandung
dalam bermain yaitu bermain dapat memperluas minat, pemusatan
perhatian dan konsentrasi pada anak. Jadi dapat disimpulkan terapi
bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif
oleh terapis, untuk membantu anak mencegah atau menyelesaikan
kesulitan-kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, meningkatkan kemampuan dalam diri saat
belajar seperti konsentrasi daya ingat pengetahuan melalui
kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri.
2.1.2 Jenis-Jenis Terapi BermainMenurut Mutiah (2010:105)
Terdapat beberapa jenis permainan yang dapat digunakan sebagai
terapi bermain antara lain yaitu:a. Permainan sensorimotorPermainan
sensorimotor yaitu permainan berupa perilaku yang diperlihatkan
bayi untuk memperoleh kenikmatan dari melatih perkembangan (skema)
sensomotori mereka. Permainan ini biasa di berikan pada anak-anak
umur 1 sampai 2 tahun.b. Permainan praktisPermainan praktis yaitu
permainan yang melibatkan pengulanagan perilaku ketika
keterampilan-keterampilan baru yang sedang dipelajari. Permainan
ini baik untuk membentuk kepercayaan anak dalam melatih kemampuan
barunya. Biasanya permainan ini diberikan pada anak berusia 1,5
tahun hingga 3 tahun.c. Permainan pura-puraPermaianan pura-pura
yaitu permainan yang terjadi ketika anak mentransformasikan
lingkungan fisik kedalam suatu simbolis. Permainan ini penting
diberikan oleh orang tua terhadap anak. Permainan ini dapat
membentuk prilaku sosial yang baik dalam diri anak apabila
permainnan ini dilatih dengan benar.d. Permainan sosialPermainan
sosial ialah permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan
teman sebaya. Orang tua dapat memberikan pengawasan yang terkontrol
pada anak agar anak dapat berinteraksi dengan teman sebayanya.
Permainan ini dapat diberikan uutuk melatih kepercayaan diri anak
dalam berinteraksi sosia dengan dunia luar. e. Permaianan
FungsionalPermainan fungsional ialah suatu permainan yang dilakukan
pada awal masa kanak-kanak, dimana anak mengulang-ulang kegiatan
sederhana dan menentukan kesenangan dalam bermain dengan
lingkungannya. Permaianan ini berguna untuk meningkatkan motorik
anak. Permainan fungsional dapat mulai dilatih sejak umur 1
tahun.
f. Permainan konstruktifPermainan ketika anak melibatkan diri
dalam suatu kegiatan kreasi suatu produk atau pemecahan secara
sendiri. Misalnya permainan puzzle. Rezha (2011:17) media puzzle
adalah suatu media permaianan yang bersipat edukatif. Dalam
permainan puzzle sangat dibutuhkan ketelitian, anak dilatih untuk
memusatkan pikiran/konsentrasi pada suatu hal terntu seperti bangun
ruang ataupun gambar tertentu. Warna dan bentuk kepingan pada
puzzle adalah dua hal yang sangat diperhatikan anak pada saat
bermain puzzle. Perlakuan ini dapat melatih anak memusatkan
pikiran, karena anak dituntut untuk berkonsentrasi ketika
mencocokan gambar dan bangunan. Sehingga perlakuan ini akan membawa
kebiasaan positif bagi pelatihan konsentrasi anak saat melakukan
sutu kegiatan.Misbah (Muzamil, 2010:23) menyatakan adanya beberapa
jenis puzzle berdasarkan fungsinya. Dan adapun jenis puzzle yang
yang dapat melatih konsentrasi dan melatih koordinasi tangan dan
mata ialah permainan puzzle konstruktif. Puzzle rakitan (construsi
puzzle) merupakan kumpulan potongan-potongan yang terpisah yang
dapat digabungkan kembali menjadai bebera model atau menjadi suatu
bentuk bagunan. Mainan rakitan yang paling umum adalah balok-balok
kayu sederhana berwarna warni. Fungsi permainan puzzle menurut Nani
(Muzamil 2010:18) dari sisi edukasi yaitu1. Melatih konsentrasi,
ketelitian dan kesabaran2. Melatih koordinasi mata dan tangan3.
Memperkuat daya ingat4. Mengenalkan anak pada konsep hubungan 5.
Melatih anak perpikir matematis6. Melatih logika anak
g. Game Game merupakan suatu kegiatan permaianan yang biasanya
bersifat untuk memperoleh kenikmatan atau kesenangan yang
melibatkan aturan dan sering kali bersifat kompetisi. Game mulai
dalai dapat di berikan sejak anak berusia 4 tahun. Game dapat
diberikan pada anak untuk melatih motivasi dalam mengerjakan
sesuatu dan dapat melatih mental anak dengan baik.
2.1.3 Manfaat Terapi BermainBermain adalah kegiatan yang sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain harus
dilakukan dengan inisiatif anak sendri dan dan atas keputusan anak
sendiri. Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan sehingga
dapat menghasilkan suatu proses pembelajaran bagi anak.(Mutiah,
2010:112)Menurut Suparman (Sandiro, 2012:10) media permainan dapat
digunakan untuk menarik perhatian dan konsentrasi, melatih
kekompakan, mempererat hubungan keakraban antar anak didik,
solidaritas, toleransi, kerjasama dan kepemimpinan. Menurut
Zulkifli manfaat bermain sebagai media terapi, bermain dapat
digunakan sebagai media psikoterapi atau pengobatan terhadap anak
yang dikenal dengan sebutan terapi bermain. Melalui bermain anak
dapat tampil bebas karena bermain ada secara alami pada setiap
anak. Untuk melakukan terapi ini diperlukan pendidikan dan
pelatihan khusus dari ahli yang bersangkutan dan tidak boleh
dilakukan dengan sembarangan (Nurhayati,2010:25)Tiga manfaat terapi
bermain menurut Nuryanti (2010:32) diantaranya adalah: 1. Terapi
bermain dapat dilakukan untuk membantu mengembangkan keterampilan
social, menumbuhkan kesadaran akan keberadaan orang lain dan
lingkungan sosialnya.2. Terapi bermain memberikan kebebasan kepada
anak untuk berekspresi dan eksplorasi.3. Terapi bermain untuk anak
ADHD dapat ditujukan untuk meminimalkan atau menghilangkan perilaku
hiperaktif, kurang perhatian dan impulsif
2.2 Konsentrasi2.2.1 Definisi KonsentrasiKonsentrasi adalah
pemusatan pemikiran kepada suatu objek tertentu. Semua kegiatan
kita membutuhkan konsentrasi. Kecakapan yang bisa diajarkan oleh
para orang tua dan guru yaitu begitu konsentrasi dipelajari,
kebanyakan anak bisa menerapkanya dengan baik. Dengan konsentrasi
kita dapat mengerjakan pekerjaaan lebih cepat dengan hasil yang
lebih baik. Karena kurang konsentrasi hasil pekerjaan biasanya
tidak dapat maksimal dan diselesaikan dalam waktu yang cukup
lama.Gangguan konsentrasi dapat disebut sebagai gangguan fungsi
kognitif dan pengendalian impuls. Akibatnya, anak tidak mampu
berkonsentrasi dan sangat impulsif atau tidak mampu membuat
pertimbangan sebelum bertindak. Pemusatan perhatian yang kurang
dapat dilihat dari kegagalan anak dalam memberikan perhatian secara
utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan
konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih
perhatian dari satu hal ke hal yang lain. Selain tidak bisa diam,
anak juga meledak-ledak dan bersikap agresif. Anak tidak mampu
berkonsentrasi dan menyelesaikan tugas, sering kehilangan alat
sekolah, kesulitan mematuhi perintah, banyak bicara tetapi kacau,
gaduh, gelisah, dan sering mengganggu orang lain.
2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi KonsentrasiMenurut Thorndike (
Baihaqi dan Sugiarmin, 2006: 66) dalam teori operant conditioning,
proses belajar merupakan suatu bentuk perubahan tingkah laku yang
dapat diamati dan terjadi melalui hubungan rangsang jawaban menurut
prinsip-prinsip mekanik. Terdapat beberapa pandangan diantaranya
apa yang disebut dengan hukum primer tentang proses
belajar,yaitu:1. Hukum kesiapan (law of readnees)Hukum ini
menjelaskan bahwa jika seorang anak telah memiliki kesiapan untuk
memiliki sesuatu dan diberikan kesempatan untuk melakukannya, anak
tersebut akan melakukannya dengan sepenuh hati. Sebaliknya, jika
anak belum memiliki kesiapan untuk melakukan sesuatu dan disuruh
melakukannya, ia tidak akan melakukannya dengan sepenuh hati.2.
Hukum latihan (law of exercise)Hukum ini menjelaskan adanya
penguasaan tingkah laku dan semakin meningkat jika ada pelatihan.
Hukum ini sering digunakan pada saat ini dalam melatih atau
mereduksi suatu hal pada diri anak pada proses belajar.3. Hukum
akibat (law of effect)Hukum ini menjelaskan bahwa kuat atau
lemahnya hubungan rangsang jawaban bergantung pada akibat tingkah
laku. Anak yang melakukan sesuatu perbuatan, kemudian mendapat
sambutan, ia akan cenderung mengulang perbuatanya. Sebaliknya, anak
yang memperoleh kekecewaan dari perbuatannya, ia akan meninggalkan
perbuatan itu.
2.3 Konsentrasi Belajar2.3.1 Pengertian BelajarHakekat belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dengan berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman,
sikap dan tingkah lakunya, keterampilan, kecakapan dan
kemampuannya, dan aspek-aspek lain yang ada pada individu tersebut.
Berikut ini ada beberapa pengertian konsentrasi yang penulis kutip
dari berbagai sumber, diantaranya adalah :1) Sagala (Musa, 2011:37)
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku
atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman
tertentu. 2) Suyono dan Hariyanto (Musa, 2011:9) menyatakan bahwa
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku,
sikap, dan mengokohkan kepribadian. Berdasarkan pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
laku individu sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.3) Ham Malik (1995:36)
mendefinisikan belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari
pada itu, yakni mengalami. Sejalan dengan perumusan itu, berarti
pula belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungan.
2.3.2 Definisi Konsentrasi BelajarKosentrasi belajar berasal
dari kata konsentrasi dan belajar yang artinya suatu proses
pemusatan pikiran pada sesuatu hal dalam rangka mempelajari hal
tertentu untuk merubah sesuatu hal dari yang tidak bisa menjadi
bisa. Berikut ini pengertian konsentrasi belajar yang yang
dikemukakan oleh Daud (2010:15), menjelaskan bahwa konsentrasi
belajar adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah
laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan
penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi.Konsentrasi belajar
adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan
semua hal lain yang tidak berhubungan (Emon,2009:10).
Slameto(2003:18) berpendapat bahwa dalam belajar, kerkonsentrasi
berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan
mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan
pelajarannya.Djamarah,2008 mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah
pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek. Misalnya konsentrasi
pikiran, perhatian dan sebagainya. Dalam belajar diperlukan
konsentrasi dalam perwujudhan perhatian terpusat pada satu
pelajaran. Maka konsentrasi merupakan salah satu aspek pendukung
siswa untuk mencapai prestasi baik. Apabila konsentrasi berkurang
maka dalam mengikuti pelajaran dikelas maupun belajar secara
pribadipun dapat terganggu.Menurut Deny Hendrata (Daud, 2010:21)
konsentrasi adalah sumber kekuatan pikiran akan bekerja berdasarkan
daya ingat dan lupa. pikiran tidak bisa bekerja untuk ingat dalam
waktu yang bersamaan. Apabila konsentrasi seseorang mulai lemah
maka akan cenderung mudah melupakan suatu hal. Apabila konsentrasi
seseorang masih cukup kuat maka dapat mengingat suatu hal dalam
waktu yang lama.Berdasarkan definisi- definisi diatas maka penulis
menyimpuklan bahwa konsentrasi belajar adalah suatu pemusatan
pikiran seseorang dalam mengikuti pelajaran yang berlangsung dan
mengenyampingkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan
proses pelajaran itu.
2.3.3 Aspek Konsentrasi BelajarMenurut Nugroho (Jarwl, 2010:8)
aspek-aspek konsentrasi belajar adalah sebagai berikut:a. Pemusatan
pikiran: suatu keadaan belajar yang membutuhkan
ketenangan,kenyamanan,perhatian seseorang dalam memahami isi
pelajaran yang dihadapi.b. Motivasi: keinginan atau dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan
tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.c. Rasa
kuatir: perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak
optimal dalam melakukan pekerjaannnya.d. Perasaan tertekan:
perasanaan seseorang yang bukan dari individu melainkan dorongan/
tuntutan dari orang lain maupun lingkungan.e. Gangguan pikiran:
hambatan seseorang yang berasal dari dalam individu maupun orang
sekitar sendiri. Misalnya masalah ekonomi, keluarga, dan maslah
pribadi individu.f. Gangguan kepanikan: hambatan dalam
berkonsentrasi dalam bentuk rasa was-was akan mengganggu hasil yang
akan dilakukan maupun yang sudah dilakukan oleh orang tersebut.g.
Kesiapan belajar: keadaan seseorang yang sudah siap akan menerima
pelajaran, sehingga individu dapat mengembangkan potensi yang
dimilkinya.
2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi BelajarSecara umum
faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar seseorang dalam
proses belajar dibagi dua yaitu :a. Faktor internalFaktor internal
adalah faktor yang muncul dalam diri anak itu, misalnya:
ketidaksiapan mereka dalam menerima pelajaran, kondisi fisik,
kondisi psikologis, modalitas belajar. b. Faktor Eksternal Faktor
eksternal adalah pengaruh yang berasal dari luar individu,
misalnya:adanya suara-suara berisik dari TV, radio, atau
suara-suara yang mengganggu lainya. Keberhasilan dalam pemusatan
pikiran sebagian besar tergantung pada individu itu sendiri.
Ditempat yang paling tepat sekalipun untuk belajar, orang masih
mungkin untuk mengalami kesulitan berkonsentrasi karena pikirannya
melayang-layang kehal-hal lain diluar bahan yang
dihadapinya.Menurut Nugroho ada beberapa gangguan yang dapat
menyebabkan siswa kehilangan konsentrasi belajar (Jarwl,2010:9 )
antara lain:1. Tidak memilki motivasi diri.Motivasi kuat yang
timbul dalam diri siswa dapat mendorangnya belajar sangat
diperlukan. Ada siswa yang akan dapat berprestasi bila diberikan
sebuah rangsanagn, misalnya ia dijanjikan sebuah hadiah yang bagus
dari orang tuanya apabila memperoleh nilai bagus pada tahun ini.
Akan tetapi oarang tua juga harus berhati-hati dalam memberikan
rangsanaganberupa hadiah. Jangan sampai ia malah selalu
mengharapkan hadiah, baru ia mau belajar. Untuk tahap awal pada
siswa usia dini, pengguanan hadiah masih dapat dibenarkan. Secara
perlahan kurangi pemberian hadiah dengan lebih mengutamakan
motivasi diri dalam siswa.2. Suasana lingkungan belajar yang tidak
kondusifSuasana yang ramai dan bising tentu saja sangat mengganggu
siswa yang ingin belajar dalam suasana tenang. Demikianpula bila
dalam satu rumah terdapat lebih dari satu tipe cara belajar siswa.
Disatu sisi ada salah satu siswa yang baru bisa belajar apabila
sambil mendengarkan musik keras sedangkan siswa yang laain harus
belajar dalam suasana hening.3. Kondisi kesehatan siswa.Bila siswa
terlihat bermalas-malasan pada materi pelajaran yang sedang
dialaminya, hendaknya jagan tergesa dalam memberikan materi
pelajaran.4. Siswa merasa jenuh Beban pelajaran yang harus dikuasai
sangat lah banyak. Belum lagi agar memiliki keterampilan pormal.
Karena sekian banyaknya aktivitas yang harus dilakukan oleh setiap
siswa, maka sering kali mereka di hinggapi kejenuhan. Bila hal ini
terjadi, bukan merupakan tindakan yang bijaksana apabila orang tua
tetap memaksa anaknya untuk belajar. Berikanlah mereka waktu
istirahat sejenak untuk represing agar dapat mengendorkan urat
saraf yang sudah tegang.
2.4 Anak Usia Dini2.4.1 Definisi Anak Usia Dini Anak usia dini
adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun. Menurut Beichler dan
Snowman (Liniawati, 2011:7), anak usia dini adalah anak yang
berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini menurut
Augusta (Liniawati, 2011:7) adalah individu yang unik dimana ia
memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik,
kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang
khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak
tersebut. Dari berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak
usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam
tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental.Masa
anak usia dini sering disebut dengan istilah golden age atau masa
emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka
untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan
setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan
yang berbeda.
2.4.2 Karakteristik Anak Usia DiniAnak usia dini memiliki
karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial, moral dan
sebagainya. Menurut Siti Aisyah,dkk (Liniawati, 2011;8)
karakteristik anak usia dini antara lain:a. Memiliki rasa ingin
tahu yang besarb. Merupakan pribadi yang unikc. Suka berfantasi
danberimajinasid. Masa paling potensial untuk belajare. Menunjukkan
sikap egosentrisf. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendekg.
Sebagai bagian dari makhluk sosial
2.4.3 Tugas PerkembanganTugas perkembangan masa kanak-kanak
menurut Carolyn Triyon dan J. W. Lilienthal (Hildebrand, 1986 : 45)
adalah sebagai berikut :a. Berkembang menjadi pribadi yang mandiri.
Anak belajar untuk berkembang menjadi pribadi yang bertanggung
jawab dan dapat memenuhi segala kebutuhannya sendiri sesuai dengan
tingkat perkembangannya di usiaTaman Kanak-kanak.
b. Belajar memberi, berbagi dan memperoleh kasih sayang. Pada
masa TamanKanak-kanak ini anak belajar untuk dapat hidup dalam
lingkungan yang lebih luas yang tidak hanya terbatas pada
lingkungan keluarga saja, dalam masa ini anak belajar untuk dapat
saling memberi dan berbagi dan belajar memperoleh kasih sayang dari
sesama dalam lingkungannya.
c. Belajar bergaul dengan anak lain. Anak belajar mengembangkan
kemampuannya untuk dapat bergaul dan berinteraksi dengan anak lain
dalam lingkungan di luar lingkungan keluarga.
d. Mengembangkan pengendalian diri. Pada masa ini anak belajar
untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Anak
belajar untuk mampu mengendalikan dirinya dalam berhubungan dengan
orang lain. Pada masa ini anak juga perlu menyadari bahwa apa yang
dilakukannya akan menimbulkan konsekuensi yang harus
dihadapinya.
e. Belajar bermacam-macam peran orang dalam
masyarakat.Anakbelajar bahwa dalam kehidupan bermasyarakat ada
berbagai jenis pekerjaan yang dapat dilakukan yang dapat
menghasilkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat
menghasilkan jasa bagi orang lain. Contohnya seorang dokter
mengobati orang sakit, guru mengajar anak-anak di kelas, pak polisi
mengatur lalu lintas, danlain sebagainya.
f. Belajar untuk mengenal tubuh masing-masing. Pada masa ini
anak perlu mengetahui berbagai anggota tubuhnya, apa fungsinya dan
bagaimana penggunaannya. Contoh, mulut untuk makan dan berbicara,
telinga untuk mendengar, mata untuk melihat dan sebagainya.
g. Belajar menguasai ketrampilan motorik halus dan kasar. Anak
belajarmengkoordinasikan otot-otot yang ada pada tubuhnya, baik
otot kasar maupun otot halus. Kegiatan yang memerlukan koordinasi
otot kasar diantaranya berlari, melompat, menendang, menangkap bola
dan sebagainya. Sedangkan kegiatan yang memerlukan koordinasi otot
halus adalah pekerjaan melipat, menggambar, meronce dan
sebagainya.h. Belajar mengenal lingkungan fisik dan mengendalikan.
Pada masa ini diharapkan anak mampu mengenal benda-benda yang ada
di lingkungan, dan dapat menggunakannya secara tepat. Contoh, anak
belajar mengenal ciri-ciri benda berdasarkan ukuran, bentuk, dan
warnanya. Selain dari itu, anak dapat membandingkan satu benda
dengan benda lain berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki benda
tersebut.
i. Belajar menguasai kata-kata baru Anak-anak belajar untuk
memahami anak/orang lain. Anak belajar menguasai berbagai kata-kata
baru baik yang berkaitan dengan benda-benda yang ada di sekitarnya,
maupun berinteraksi dengan lingkungannya.
j. Mengembangkan perasaan positifAnak belajar untuk
mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan.
Pada masa ini anak belajar mengembangkan perasaan kasih sayang
terhadap apa-apa yang ada dalam lingkungan, seperti pada teman
sebaya, saudara, binatang kesayangan atau pada benda-benda yang
dimilikinya. 2.5 Efektifitas Terapi Bermain Dalam Meningkatan
Konsentrasi Belajar AnakTerapi bermain juga merupakan salah satu
terapi modifikasi perilaku yang berguna untuk mengajarkan perilaku
yang diinginkan, berupa interaksi social, bahasa, peningkatan
konsentrasi dan perawatan diri sendiri.Selain itu juga untuk
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, seperti agresif, emosi
tidak stabil, self injury dan sebagainya.Terapi bermain digunakan
sebagai sarana pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut
dipakai untuk mencapai aktivitas baru dan ketrampilan sesuai dengan
kebutuhan terapi. Dengan pendekatan ini anak akan terhindar dari
perasaan frustasi, marah dan berkecil hati menjadi suatu perasaan
yang penuh percaya diri hingga dapat berkonsentrasi penuh dalam
belajar.Gerakan yang dilakukan dalam permainan oleh anak dapat
memperkuat fungsi ingatan, yang membantu penguasaan dan
perkembangan kesadaran akan dirinya sendiri. Eurythmicz (Nugraha,
2010:10) mengatakan bahwa emosi bisa dirasakan melalui gerakan dan
emosi juga bisa diungkapkan melalui gerakan, suara, sikap tubuh
serta bentuk tubuh. Dengan membantu anak-anak melatih gerakan yang
sesuai dengan permainan, maka akan tersedia penyaluran ekspresi
emosi diri.Gerakan dalam permainan juga dapat meredam emosi yang
negatif diubah secara positif. Aktif secara fisik akan membantu
memperhalus kemampuan motorik dan koordinasi tubuh yang pada
akhirnya memperhalus refleks mental dan mendorong perkembangannya.
Apabila anak mampu mengendalikan diri mereka maka anak akan bisa
memusatkan diri dalam aktivitas belajar dengan waktu lebih
lama.Terapi bermain dengan gerak dapat memulihkan kapasitas
rangsangan dan penerimaan suara sehingga anak dapat belajar
terfokus dan menangkap suara dan rangsangan yang diinginkan
langsung ke pusat bahasa di otak. Rangsangan yang dapat diterima
dengan langsung oleh otak membuat otak terlatih untuk tetap
terfokus pada satu rangsangan dan mengabaikan atau mengesampingkan
rangsangan lain saat proses belajar.Pada terapi bermain anak harus
mendapatkan rangsangan selama 15 menit dalam tiga hari sekali.
Hasil efektif umumnya terlihat selama satu bulan pasca terapi.
Aktivitas bermainnya akan tampak menurun sementara tingkat
konsentrasi belajarnya akan meningkat.Berdasarkan uraian diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi bermain berpengaruh langsung
ke otak dan berakibat ke proses belajarnya dan akan mengakibatkan
akan terfokus pada pelajaran yang sedang dijalani. Pada anak-anak
yang terlalu aktif, terapi bermain dapat menjadikan satu alternatif
dalam peningkatan konsentrasi.
2.6 Penelitian TerdahuluAdapun beberapa penelitian terdahulu
dalam penelitian ini antara lain:1. Penelitian yang dilakukan oleh
Dira Antika dalam Karya Tulis Ilmiahnya yang berjudul Terapi
Bermain Alat Musik Djembe Dalam Meningkatkan Konsentrasi Anak ADHD.
Penelitiaan ini menggunakan metode kualitatif deskriptip.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara.
Dengan jumlah 10 orang sample. Pengolahan data digunakan dengan
metode conten analisis. Berdasarkan hasil penelitian dan penelaahan
pustaka terhadap permasalahan yang diungkap, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dengan bermain alat musik djembe dapat membantu
meningkatkan konsentrasi anak ADHD, karena disamping menarik bagi
anak penggunaan alat musik djembe ini sangat mudah. Dalam
penggunaannya anak dituntut untuk memfokuskan konsentrasinya dengan
baik. Agar nada-nada yang dimainkan terdengar ritmis dan harmonis.
Teknik tepukan tangan harus sesuai agar menghasilkan bunyi yang
diinginkan dan hitungan tepukannya pun harus tepat. Selain itu
ternyata alat musik djembe dapat berpengaruh baik pada aspek yang
lainnya. Diantaranya yaitu: (1) melatih motorik kasar, (2) melatih
koordinasi mata dan tangan, (3) melatih fungsi otak kiri dan kanan,
(4) melatih memori dan persepsi, (5) juga berpengaruh baik pada
perkembangan emosi, perilaku dan sosial.2. Penelitian yang
dilakukan oleh Ari Wahyudi dalam tesisnya yang berjudul Peningkatan
Konsentrasi Anak ADHD Melalui Terapi Permainan Akustik di SDLB
SEDURI MOJOSARI. Menggunakan tiga orang sample, teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitan ini observasi dan interview.
Hasil penelitian menunjukan bahwa permainan akustik dapat
meningkatkan konsentrasi belajar. Pada subyek bernama Mei Seniwati
melalui permainan akustik bentuk bunyi-bunyian piano mainan,
sedangkan Nesfil dapat berkonsentrasi dengan permainan ketipung.
Peningkatan konsentrasi yang dialami kedua anak ADHD (Mei dan
Nisfil) dengan intervensi 8 kali berdurasi 15 menit, menunjukkan
pada tahap awal menuju perubahan konsentrasi, permainan akustik
yang ia sukai baru mengubah perilaku pada respon terhadap perintah
guru. Sedangkan bentuk konsentrasi yang lain masih harus dilatihkan
secara terus-menerus.3. Penelitian yang dilakukan oleh Danni Salim
dalam Skripsinya yang berjudul Pengaruh Musik Terhadap Konsentrasi
Belajar Siswa Kelas XI di SMK 1 Salatiga. Menggunakan sample
sebanyak 29 orang yang di ambil dari kelas 2 jurusan bahasa. Tes
dilakukan pada pelajaran bahasa Inggris dan Pelajaran Matematika.
Penelitian menggunakan metode eksperimen murni pada dua jenis musik
yaitu heavy metal dan dengung sunda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa heavy metal memberikan efek negatif bagi
konsentrasi belajar siswa, hal ini dilihat dari nilai hasil
rata-rata tes pada siswa dibandingkan hasil tes siswa setelah
mendengarkan dengung sunda ataupun tanpa mendengarkan musik. Hasil
angket juga menunjukan bahwa banyak siswa yang merasa tidak nyaman
saat di dengarkan heavy metal dan sebahagian siswa merasa pusing
saat diperdengarkan heavy metal. Sedangkan pengaruh musik latar
dengung sunda terhadap konsentrasi belajar siswa tidak dapat
disimpulkan secara sederhana seperti pada heavy metal hal ini di
karenakan hasil tes siswa yang saling berlawanan, pelajaran bahasa
inggris musik latar dengung sunda sangat mendukung hasil tes siswa
sedangkan pada pelajaran matematika hasil tes siswa lebih rendah
dari pada saat tidak mendengarkan musik. Dari hasil penelitian ini
maka dapat di simpulkan bahwa musik mempunyai pengaruh positif dan
pengaruh negatif pada konsentrasi belajar siswa.4. Penelitian yang
dilaksanakan oleh Dwi Indahwati dalam Procedia studi kasus dan
intervensi Psikologi yang berjudul Terapi bermain untuk melatik
Konsentrasi pada anak yang mengalami gangguan Autis. Metode yang
digunakan yaitu observasi dan wawancara. Intervensi dalam
penelitian ini dilakukan dalam 4 sesi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengurangi gangguan sosial berupa melatih konsentrasi anak
autis melalui terapi bermain. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa subjek mengalami gangguan
autis dengan gejala kurangnya konsentrasi saat mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Pelaksanaan intervensi yang telah dilakukan yaitu
terapi bermain dengan menggunakan permainan edukasi, dapat
meningkatkan kemampuan konsentrasi anak autis pada saat proses
belajar dan berinteraksi dengan guru pendamping yang dapat dketahui
dari peningkatan waktu yang terjadi sebelum dan sesudah
diberikannya intervensi.5. Penelitian yang dilaksanakan oleh
Saifaturahmi Hidayat dan Anggia Kargenti Evannurul meretti dalam
Jurnal mereka yang berjudul Pengaruh Musik Klasik Terhadap Daya
Tahan Konsentrasi Dalam Belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh musik klasik terhadap daya tahan konsentrasi
dalam belajar. Subjek penelitian dibedakan menjadi dua kelompok
secara acak, delapan anggota dalam kelompok eksperimen dan delapan
anggota dalam kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah
Pretest Posttest Control Group Design. Alat ukur yang digunakan
untuk mengukur daya tahan konsentrasi adalah Intellegenz Structure
Test dan Army Alpha. Hipotesis yang diajukan yaitu pemberian musik
klasik dapat meningkatkan daya tahan konsentrasi mahasiswa dalam
belajar. Berdasarkan analisis Independent Sample t-test dari SPSS
17.00, diperoleh data berupa gain score antara pretest-posttest
yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara skor
subjek sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Gain score kelompok
eksperimen (2.75) lebih tinggi dari kelompok kontrol (0.5) dengan
nilai t- hitung 3.100 lebih besar dari nilai t-tabel 2.145. Artinya
musik klasik dapat meningkatkan daya tahan konsentrasi mahasiswa
dalam belajar, dengan demikian hipotesis diterima.6. Penelitian
yang dilakukan oleh Arga Wacana dengan judul skripsinya Pengaruh
Permainan Puzzle Dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas
II SD Kristen Salatiga. Dengan jumlah sample 20 siswa. Medode yng
digunakan dalam penelitian ini yaitu one group poss dan posstest
desaing. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat
peningkatan konsentrasi siswa sebesar 25 persen setelah diberikan
terapi bermain puzzle. Alat ukur yang diguunakan dalam permainan
ini yaitu NST (Nijmeegse Schoolbeekwaamheids Test) pada aspek ke
enam yang mengukur tentang konsentrasi anak.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian3.1.1. Tempat Penelitian Tempat penelitian
ini akan dilaksanakan pada TK FKIP UNSYIAH yang terletak dalam
lingkungan Universitas Syiah Kuala. Alasan pemilihan TK FKIP
UNSYIAH ini dikarenakan penulis mendengar isu-isu dari tim guru TK
yang menyatakan kurangnya konsentrasi belajar siswa siswinya yang
sangat minim saat pelajaran berlangsung dan penulis juga sudah
pernah mengadakan observasi langsung di lokasi.
3.1.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian yang ditentukan oleh
peneliti yaitu pada akhir semester II tahun ajaran 2013/2014 yaitu
pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni. Penentuan waktu penelitian
ini mengacu pada kelender akademik sekolah karena penelitian ini
membutuhkan siklus yang membutuhkan waktu pembelajaran tahunan akan
berakhir.
3.2 Pendekatan PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode Mixed Methods. Penelitian ini merupakan suatu
langkah penelitian dengan menggabungkan atau mengkombinasikan dua
bentuk penelitian yaitu penelitian kualitatif dan penelitian
kuantitatif. Menurut Cresswel (2010 : 5) penelitian campuran
merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan antara
penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Sedangkan
pendapat Sugiyono (Hidayat, 2014 :30) menyatakan bahwa metode
penelitian kombinasi (Mixed Metods) adalah suatu metode penelitian
yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kualitatif
dan metode kuantitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam
suatu kegiatan penelitian sehingga diperoleh data yang lebih
komprehensif, valid, reliable dan objektif.
3.3 Desain PenelitianJenis desain penelitian pada penelitian
Mixed Methods dibagi menjadi dua yaitu metode sequential dan metode
concurent. Metode sequential terbagi lagi atas tiga yaitu
Secuential Explanatory Designs, Secuential Exploratory Designs dan
secuential Transformatif Strategi Designs. Pertama Secuential
Explanatory Disigns penggumpulan data kuantitatif dan kualitatif
dilaksanakan dalam dua tahap, dengan pendekatan utama pada metode
kuantitati. Kedua Secuential Exploratory Disigns yaitu penggumpulan
data kualitatif dilakukan pertama kali dan dianalisis, kemudian
data kuantitatif dikumpulkan dan dianalisis. Jenis ini lebih
menekankan pada kualitatif. Ketiga secuential Transformatif Designs
dimana peneliti menggumpulkan data kualitatif dan kuantitatif
secara berbeda dan kemudian menafsirkan hasilnya bersama-sama untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik dari fenomena yang menarik
(Creswell, 2012: 314 - 315).Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Secuential Explanatory Disigns yaitu
penggumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan dalam dua
tahap dengan penekanan utama pada metode kuantitatif. Pada
penelitian ini, data kualitatif digunakan untuk memperjelas data
kuantitatif. Data kuantitatif didapat melalui tes psikologis
sedangkan data kualitatif diperoleh melalui wawancara dengan
partisipan secara mendalam. Metode kuantitatif digunakan untuk
memperoleh data tentang seberapa efektif terapi bermain dalam
meningkatkan konsentrasi belajar anak usia dini. Sedangkan untuk
metode kualitatif digunakan untuk melihat fenomena yang nyata pada
perubahan konsentrasi anak.
3.4 Populasi Dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan objek
dari suatu penelitian. Menurut Sutrisno Hadi (Novita, 2008:45)
populasi adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal
bersama-sama dan teoritis menjadi target hasil penelitian.
Sedangkan menurut Soekardi (Winarno, 2003:50) populasi adalah semua
anggota kelompok manusia, hewan, peristiwa atau benda-benda yang
tinggal bersama dalam suatu tempat dan secara terencana menjadi
target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Sedangkan
sampel adalah sebagaian dari populasi yang dipilih untuk sumber
data. Sutrisno Hadi (Novita, 2008:45) mengatakan bahwa sebagian
individu yang diselidiki tersebut disebut sampel, sedangkan semua
individu yang ada dalam kelompok sampel tersebut disebut populasi.
Ini berarti sampel adalah bagian dari populasi yang ada. Biasanya
sampel diambil dalam suatu penelitian merupakan perwakilan dari
populasi. Pengambilan suatu sampel diharapkan dapat mewakili
keseluruhan populasi, sehingga suatu penelitian dianggap lebih
representatif.Dalam penelitian ini, 8 siswa yang direkomendasikan
sebagai populasi. Subjek penelitian adalah TK FKIP UNSYIAH.
Dikarenakan populasi yang sedikit, maka semua populasi dijadikan
sampel, sehingga penelitian ini disebut penelitian populasi.
Seperti apa yang dikatakan Surahmad (Novita, 2008: 45) Bahwa sampel
merupakan bagian dari populasi yang dikenakan dalam suatu
penelitian. Penentuan sampel diperkirakan dapat mewakili populasi
seluruhnya. Jika populasinya terlalu banyak, maka pengambilan
sampel dapat dilakukan 10 sampai 40 persen saja dan diambil secara
acak, namun jika populasinya hanya sedikit, maka semua populasi
dapat dijadikan sebagai sampel. Penelitian tersebut dinamakan
penelitian populasi.
3.5 Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data sangat penting dalam
penelitian. Data yang diperoleh akan digunakan untuk membuat
kesimpulan dalam penelitian tersebut. Berdasarkan pertimbangan
tersebut maka penelitian ini menggunakan tiga aspek dalam
mengumpulkan data. Ada tiga teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu dengan salah satu tes
psikologis yaitu tes N.S.T (Nijmeegse Schoolbeekwaamheids Test),
wawancara dan observasi.
3.5.1 Tes N.S.T Tes N.S.T (Nijmeegse Schoolbeekwaamheids Test)
merupakan alat ukur untuk mengetahui kematangan aspek-aspek yang
menunjang kesiapan anak masuk Sekolah Dasar. Tes ini disusun oleh
Prof. F. J. Monks, Drs. H. Rost dan Drs. N. H. Coffie. (Endang
Supartini, 2006:66)Adapun salah satu dari beberapa tujuan tes ini
adalah Mengetahui kemampuan-kemampuan tertentu anak yang sudah atau
belum matang dan perlu latihan, pembinaan, pengembangan serta
peningkatan dalam diri anak. Ada beberapa aspek-aspek yang diukur
dalam Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (N.S.T) yaitu:1. Pengamatan
dan kemampuan membedakan2. Motorik halus3. Pengertian tentang
ukuran, jumlah dan perbandingan4. Ketajaman pengamatan5. Pengamatan
kritis6. Konsentrasi7. Daya ingat8. Pengertian tentang objek dan
penilaian terhadap situasi9. Memahami cerita10. Gambaran orangSkor
yang digunakan dalam penelitian ini adalah skor konsentrasi, karena
dalam penelitian ini hanya ingin melihat kenaikan skor konsentrasi
pada anak.
3.5.2 WawancaraWawancara adalah proses tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau
lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Narbuko, dkk. 2005:
83). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan
untuk:2. Mengidentifikasi anak yang memiliki tingkat konsentrasi
rendah. Peneliti mewawancari guru untuk mengidentifikasi anak yang
akan dijadikan subjek penelitian dan untuk mengikuti pre test.2.
Untuk meminta pendapat guru tentang perubahan konsentrasi pada
anak-anak yang telah mengikuti kegiatan terapi bermain.Adapun yang
menjadi pedoman pada wawancara yang akan dilakukan kepada guru maka
peneliti membuat kisi-kisi wawancara sebagai berikut:Tabel 3.1
Kisi-Kisi WawancaraVariabel Item Pertanyaan Jawaban
Konsentrasi 1.Bagaimana prilaku anak saat belajar sebelum
diberikan terapi bermain?
2.Bagaimana prilaku anak saat proses belajar berlangsung setelah
diberikan treatmen terapi bermain?
3.Perubahan apa yang tampak dari setiap anak yang diberikan
treatment terapi bermain?
3.5.3 ObservasiObservasi adalah pengamatan dan pencatatan
terhadap gelaja-gelaja yang ingin diamati atau diteliti oleh
seorang peneliti. Menurut Komalasari, dkk (2011: 57) observasi
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis
dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan terhadap
gejala-gejala yang diseliki. Dalam observasi seorang pengamat harus
memiliki kriteria spesifik untuk melakukan observasi agar obsevasi
mudah untuk dilaksanakan.Ada beberapa jenis observasi menurut
Komalasari, dkk (2011: 60) yaitu pengamatan partisipan, pengamatan
nonpartisipasi, pengamatan sistematis/terstuktur, pengamatan
nonsistematis, free situation, manipulated situation/experimental
situation, dan partially controlled situation observation. Adapun
jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi sistematis/tersruktur yaitu pengamatan yang dilakukan
dengan menggunakan kerangka rencana terlebih dahulu, dimana sudah
ditetapkan tujuan pengamatan, individu yang akan diamati, apa yang
diamati, dan metode pengamatan seperti menggunakan lembar
pengamatan. Pada jenis observasi ini segala gejala ataupun prilaku
yang akan menjadi objek pengamatan telah ditentukan kategorinya
sehingga pengamat hanya tinggal melakukan pengecekan ataupun
pengisian. Adapun kisi-kisi pada lembar observasi peneliti ialah
sebagai berikut:Tabel 3.2 Kisi-Kisi ObservasiVariabelIndikator
Catatan
Konsentrasi1.Pemusatan perhatian
2. Motivasi
3. Rasa Khawatir
4.Perasaan Tertekan
5.gangguan Pikiran
6.Gangguan Kepanikan
7.Kesipan Belajar
3.5 Teknik Analisis DataPenelitian ini memiliki tujuan untuk
melihat efektivitas terapi bermain untuk meningkatkan konsentrasi
belajar anak. Oleh karena itu menurut Tashakkori & Charles
(2010:15) ada dua hal yang dominan dalam analisis data menggunakan
metode campuran yaitu reprensentasi dan legitimasi. Reprensentasi
mengacu pada kemampuan untuk menggali dan merangkum informasi yang
memadai dari data yang ada, sedangkan legitimasi merujuk pada
validasi interprestasi data. Untuk mendapatkan validasi
interprestasi data maka peneliti harus mengetahui perbedaan
konsentrasi anak sebelum dan sesudah pemberian intervensi terapi
bermain. Karena dalam penelitian hanya terdapat satu kelompok saja,
dan sample penelitian ini kecil, menurut Hendri ( Zailani,
2011:45), pengujian hipotesis yang sesuai menggunakan rancangan
paired sample T test.Rancangan paired sample T test menurut Hendri
(Zailani, 2011:45), digunakan untuk menguji beda dari suatu
perlakuan dengan satu kelompok sample dan membanding suatu
perlakuan terhadap kelompo sample. Sampel tersebut diberi
pengukuran, lalu diberi perlakuann dan kemudian diberi lagi
pengukuran, serta diukur perbedaan yang terjadi. Menurut Isparjadi
(1988: 57) untuk mengetahui beda antara dua sample berhubungan dari
data dengan skala interval ataupun rasio sering digunakan uji beda
mean. Sample yang berhubungan ini, mungkin hanya satu sample tetapi
dikenakan perlakuan dua kali. Atau dua sample yang disamakan
(dengan caekualisasi/matching), atau berpasangan tetapi kedua
sample trsebut mendapat perlakuan yang sama.Rumus paired sample T
test secara matematis dapat ditulis:
(Riska, 2013:67)ket: = mean sample ke1 = mean sample ke2D = Beda
antara nilai tindakan 1 dan nilai tindakan 2 = Beda pangkat dua =
jumlah semua beda = jumlah semua deda yang telah di pangkat dua =
jumlah sampleDerajat kebebasan (dk/df)= N-1
Sedangkan untuk representasi pada data kualitatif, seperti
pendapat dari Miles dan Hubermas ( Tohirin, 2012 : 141) menjelaskan
analisis data merupakan langkah-langkah untuk memproses temuan
penelitian yang telah ditraskripsikan melalui proses reduksi data
yaitu data disaring dan disusun lagi, dipaparkan diverifikasi atau
dibuat kesimpulan. Selanjutnya data yang telah direduksi dibaca
dengan berhati-hati untuk mengenal secara pasti pola dan tema
fenomena yang diteliti. Setiap kalimat yang telah direduksi disebut
unit dan diberikan kode (Daymon & Holloway dalam Tohirin, 2012:
142).Analisis data menurut Patton (Tohirin, 2012:143) yaitu proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
katagori, dan suatu uraian dasar. Analisis data dalam penelitian
kualitatip dilaksanakan sejak awal penelitian dilaksanakan bukan
hanya dilakukan ketikan pengumpulan data saja (Tohirin 2012: 142)
Analisis data kualitatif ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan
masalah mengenai seberapa efektif terapi bermain puzzle dalam
meningkatkan konsentrasi belajar anak usia dini.Kemudian langkah
terakhir analisis dalam pendekatan mixed methods ini yaitu analisis
data kuantitatif dan kualitatif. Menurut Ustman dan Purnomo (2012:
35) langkah ini dilakukan dengan cara membandingkan data
kuantitatif hasil penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tahap
pertama, dan data kualitatif hasil penelitian kualitatif tahap ke
dua. Melalui analisis data ini akan dapat diperoleh informasi
apakah kedua data saling melengkapi, memperluas memperdalam atau
malah bertentangan. Bila ditemukan kedua kelompok data ada yang
bertentangan, maka data hasil penelitian kualitatif diuji
kredibilitasnya lagi sampai ditemukan kebenaran data, dengan cara
memperpanjang pengamatan, meningkatkan ketekunan, melakukan
triangulasi, analisis kasus negatif dan Member Check. Selanjutnya
hasil penelitian yang digunakan adalah hasil penelitian kualitatif
yang telah benar yang telah diuji kredibilitasnya.
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1 Pelaksanaan
PenelitianPenelitian ini ditujukan untuk melihat efektivitas terapi
bermain dalam meningkatkan konsentrasi belajar pada anak usia dini.
Pengumpulan data penelitian dilakukan selama 36 hari dimulai sejak
tanggal 6 mei hingga tanggal 13 juni 2014. Lokasi penelitian
bertempat di TK FKIP UNSYIAH yang beralamat di jalan Chik Pante
Kulu No: 06, sektor utara kopelma Darussalam Kecamatan Syiah Kuala
Kota Banda Aceh. Alasan peneliti melaksanakan penelitian disekolah
tersebut karena memiliki karakteristik tertentu yang dianggap
memiliki kesamaan dengan sampel yang dibutuhkan oleh peneliti.
Kriteria anak yang menjadi sampel oleh peneliti didapat berdasarkan
observasi yang dilakukan oleh peneliti kepada pihak sekolah yaitu
kepada kepala sekolah dan guru-guru kelas melalui teknik wawancara
dan observasi langsung pada siswa TK tersebut. Dari hasil wawancara
dan observasi peneliti mendapatkan beberapa siswa yang memiliki
konsentrasi rendah dan dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Adapun sampel penelitian ini diberikan pada anak usia dini tingkat
B tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah 8 orang anak yang memiliki
tingkat konsentrasi belajar rendah. Pre test diberikan kepada 8
orang anak tersebut dan selanjutnya akan diberikan perlakuan berupa
terapi bermain puzzle.Pelaksanaan terapi bermain diberikan sebanyak
17 kali pertemuan dengan 1 kali pertemuan awal melakukan pre test,
15 kali pertemuan untuk pemberian treatment terapi bermain dan
setelah selesai pemberian treatmen maka peneliti melakukan post
test pada tertemuan terakhir berupa pemberian test NST sama seperti
test awal agar peneliti dapat mengetahui perubahan tingkat
konsentrasi yang di miliki anak. Adapun jadwal pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut:Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan
Penelitian No Hari dan Tanggal Kegiatan
1Jumat, 16 Mei 2014Pre test
2Sabtu, 17 Mei 2014Perkenalan dan treatment terapi konsentrasi
pertama
3Jumat, 23 Mei 2014treatment terapi konsentrasi ke 2
4Sabtu, 24 Mei 2014treatment terapi konsentrasi ke 3
5Senin, 26 Mei 2014treatment terapi konsentrasi ke 4
6Rabu,28 Mei 2014treatment terapi konsentrasi ke 5
7Jumat 30 Mei 2014treatment terapi konsentrasi ke 6
8Sabtu, 31 Mei 2014treatment terapi konsentrasi ke 7
9Senin, 02 Juni 2014treatment terapi konsentrasi ke 8
10Selasa, 03 Juni 2014treatment terapi konsentrasi ke 9
11Rabu, 04 Juni 2014treatment terapi konsentrasi ke 10
12Kamis, 05 Juni 2014treatment terapi konsentrasi ke 11
13Jumat, 06 Juni 2014treatment terapi konsentrasi ke 12
14Sabtu, 07 Juni 2014treatment terapi konsentrasi ke 13
15Senin, 09 Juni 2014treatment terapi konsentrasi ke 14
16Selasa, 10 Juni 2014treatment terapi konsentrasi ke 15
17Rabu, 11 Juni 2014Post test
4.2 Hasil PenelitianBerdasarkan pada hasil pemeriksaan
psikologik test NST yang terdiri dari beberapa subtest dan nilai
kriteria anak maka pengolahan data untuk mengetahui efektivitas
terapi bermain dalam meningkatkan konsentrasi belajar pada anak
usia dini dapat dijabarkan kedalam tabel-tabel sebagai
berikut:4.2.1 Identifikasi siswa yang memiliki tingkat konsentrasi
rendahBerdasarkan hasil pemeriksaan psikologik pada tes NST skala
konsentrasi dalam belajar yang terdiri dari tiga kategori nilai
subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:Tabel 4.2
Kategori Subjek PenelitianRumusan Norma KategoriKategori
0 - 2Belum Siap
3 - 4Ragu
5 - 8Tinggi
Adapun hasil tes psikologik yang di lakukan pada delapan subjek
yang menjadi sample dalam penelitian ini ialah sebagai
berikut:Tabel 4.3 Daftar Nilai Konsentrasi Anak Yang Menjadi Subjek
PenelitianNoInisial SubjekSkor Konsentrasi
1MAA5
NoInisial SubjekSkor Konsentrasi
2SA4
3NS3
4NA6
5SR4
6TZH2
7RAK0
8IM5
4.2.2 Observasi Gambaran Anak Sebelum Treatment2. MAASaat ini
berusia 5 tahun 9 bulan, menurut hasil tes psilogis NST menunjukkan
ia kurang siap untuk masuk sekolah dasar, secara keseluruhan masih
banyak kemampuannya yang kurang berkembang dengan baik. Walaupun
ada beberapa hal yang telah tampak baik namun diharapkan pada usia
ini ia harus memiliki kematangan yang lebih baik. MAA memiliki
kriteria anak yang sedikit agresif dalam melakukan sesuatu
aktifitas. Dalam belajar cenderung lebih suka mengganggu temannya
yang sedang belajar, saat proses belajar ia juga cepat jenuh
terutama pada pelajaran yang kurang diminatinya. Ia sangat meminati
permainan yang bersifat susunan seperti susun balok, bermain
lempar-lempar dan kejar-kejaran. Dalam bekerja kelompok ia lebih
ingin berkuasa dan sedikit kasar dan memaksa dalam bermain. Saat
diberikan tugas ia kurang termotivasi untuk mengerjakannya dan ia
juga sulit untuk memusatkan perhatiannya pada hal yang sedang ia
kerjakan.
2. SASaat ini berusia 5 tahun 9 bulan, berdasarkan pemeriksaan
psikologis melalui tes NST masih sangat banyak aspek dalam dirinya
yang belum berkembang dengan baik, hal seperti ini dikhawatirkan
dapat menghambat perkembangannya dalam mengikuti pembelajaran.
Kematangan emosionalnya masih kurang berkembang dengan baik hal ini
ditunjukkan dengan kurang mampunya ia menjalin kerja sama dengan
orang lain. Saat dalam kelas mengikuti pembelajaran ia lebih sering
hanyut dalam kegiatannya tanpa perduli dengan perintah guru. Ia
juga kurang suka untuk bermain bersama-sama dengan teman temannya
dan ia lebih suka bermain sendiri atau bermain dengan 1 atau dua
orang teman saja. Namun ia cepat dalam memahami cerita yang
diceritakan dan ia juga memiliki nilai paling baik dalam memahami
cerita dalam belajar. Dalam kelompok belajar ia sedikit sulit untuk
memusatkan perhatiannya serta motivasinya dalam mengerjakan tugas
oleh guru masih cenderung lemah.
3. NSPada saat ini NS berusia 6 tahun 1 bulan, berdasarkan hasil
tes psiologis melalui tes NST menunjukkan bahwa ia hampir siap
untuk mesuk seolah dasar hanya saja ada beberapa aspek yang belum
berkembang secara baik. Menurut hasil NST, NS masih belum mampu
untuk berkonsentrasi dengan baik dalam belajar, ia juga belum mampu
melakukan pengamatan dengan serta kurang mampu untuk memahami
cerita orang lain. Pola belajar yang di miliki NS ia kurang mampu
belajar bersama dan beramai-ramai karena ia sulit untuk memahami
perintah guru bila tidak dijelaskan ulang. NS termasuk anak yang
patuh dalam belajar dan cenderung lebih diam dalam kelas, namun NS
sulit untuk menyimak arahan yang guru berikan dan ia sangat mudah
tergangggu oleh kericuhan teman-teman saat belajar. Sering kali ia
tidak mampu menyelesaikan tugas karena ia cemas akan ketidak
siapannya serta terkadang ia sulit untuk memusatkan perhatiannya
pada penjelasan yang diberikan guru sehingga ia kurang mengerti
tugas yang diberikan.
4. NASaat ini NA berusia 5 tahun 11 bulan. Berdasarkan hasil
pemeriksaan psikologis melalui tes NST menjelaskan bahwa ada
beberapa aspek kemampuan siswa yang belum berkembang dengan baik,
ia belum dapat melakukan pengamatan dengan baik. Namun NA telah
memiliki nilai konsentrasi yang baik dan hal yang paling menonjol
yaitu kematangan emosi yang telah berkembang dengan baik berarti ia
telah mampu untuk bekerja sama dengan baik dengan temannya.
Kemampuan lain yang perlu untuk ditingkatkan yaitu memahami cerita,
NA cenderung belum mampu untuk memahami isi cerita dan walaupun
nilai konsentrasi NA baik namun sering kali dikelas NA kurang mampu
untuk memahami perintah guru saat belajar dan juga saat belajar NA
lebih suka melakukan aktivitas yang sedangdilakukan tanpa
mempedulikan perintah guru. NA tergolong anak yang cepat jenuh
dalam belajar.
5. SRSaat ini SR berusia 5 tahun 10 bulan menurut hasil tes
psikologi melalui tes NST dan melalui observasi menunjukkan bahwa
SR memilki kematangan yang cukup baik hanya saja ada beberapa aspek
dala diri SR yang kurang berkembang seperti kemampuan motorik halus
dan kurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi serta fokus dalam
suatu hal yang terkadang menyebabkan SR kurang berkembang dalam
belajar. Saat belajar SR sangat mudah terganggu dengan aktivitas
teman-temannya. Pola belajar SR yang membutuhkan suasana yang
santai dan jauh dari kericuhan.
6. TZHTZH saat ini berusia 6 tahun 4 bulan berdasarkan
pemeriksaan psikologis melalui tes kesiapan anak masuk sekolah
dasar dan hasil observasi TZH masih kurang siap untuk masuk sekolah
dasar dikarenakan hampir semua aspek memiliki nilai yang sangat
rendah. Demikian juga dengan kematangan emosinya yang kurang
berkembang dengan dengan baik. Saat belajar dalam kelas TZH juga
sangat sering mengganggu temannya yang sedang belajar, ia belum
mampu mengikuti instruksi guru dalam belajar mudah jenuh dan
terkadang menunjukkan sikap agresif kepada temannya. Saat belajar
ia hanya mau belajar dengan apa yang ia senangi sering menolak
untuk belajar, serta sangat mudah terganggu konsentrasi dalam
belajar.
7. RAKSaat ini RAK berusia 6 tahun, berdasarkan hasil tes
pemeriksaan psikologi melalui tes kesiapan anak masuk sekolah dasar
maka menunjukkan bahwa ia masih sangat kurang siap untuk masuk
sekolah di mana ada beberapa kemampuannya yang masih belum dapat
berkembang dengan baik. Ia belum mampu untuk melakukan pengamatan
dan juga pada aspek konsentrasi masih sangat rendah yang berarti ia
belum mampu untuk fokus pada pembelajaran yang dilaluinya.
Berdasarkan hasil pengamatan saat belajar ia cenderung sangat
agresif dalam bertindak, dan sifat memaksanya juga masih begitu
kuat. Dalam belajar daya konsentrasinya sangat mudah terganggu
walau dengan hal yang kecil. Dalam tugas kelompok ia belum mampu
untuk menjalin kerja sama dengan teman-teman lainnya, kontrol
emosinya yang sering meledak-ledak membuat ia sangat sering
menggangu temannya dalam belajar.
8. IMIM saat ini berusia 5 tahun 10 bulan, berdasarkan
pemeriksaan psikologis melalui tes kesiapan anak masuk sekolah
dasar, dimana beberapa kemampuannya masih belum dapat berkembang
denagn baik. Walau ia telah mampu untuk mengkoordinasikan gerakan
mata dan tangan dengan baik namun dalam hal lain seperti membedakan
pengertian dan juga dalam hal konsentrasi nya belum berkembang
dengan baik, ia belum mampu memfokuskan perhatiannya pada saat
belajar. Hal ini juga didukung dengan hasil observasi saat belajar
bahwa pada saat belajar ia sangat mudah terganggu oleh kericuhan
teman-teman lain. Dalam belajar ia kurang memiliki motivasi untuk
melakukan suatu hal baru dalam belajar dan dalam belajar ia juga
perlu perlakuan khusus agar ia dapat mengerti penjelasan guru.
4.2.3 Efektifitas Terapi Bermain Dalam meningkatkan Konsentrasi
Belajar Anak Usia Dini.Berdasarkan hasil pemberian treatmen terapi
bermain sebanyak 15 kali pertemuan yang diberikan pada 8 orang anak
dan diakhiri dengan memberikan post tes maka didapatkanlah hasil
penelitian dengan data sebagai berikut:Tabel 4.4 Tingkat
Konsentrasi Anak Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi
Bermain.NoKodeSubyekSkor Konsentrasi BelajarPeningkatan Skor
Pre test Post Test
1MAA561
2SA4
3NS385
4NA671
5SR473
6TZH253
7RAK077
8IM583
Dari tebel diatas terdapat satu orang anak yang tidak memiliki
nilai post test karena saat post tes SA tidak hadir ke sekolah dan
nilai SA dianggap gugur sebagai subjek .Dari hasil perhitungan pre
test dan post test diatas dapat digambarkan, bahwa sampel
penelitian dalam kelompok perlakuan mengalami peningkatan
konsentrasi belajar yang cukup signifikan. Pada mulanya setiap anak
memiliki tingkat konsentrasi yang relatif belum siap ataupun ragu,
dengan nilai konsentrasi terendah yaitu 0. Skor kenaikan tertinggi
pada anak mencapai nilai 7. Setelah semua data penelitian
terpenuhi, maka dapat dilakukan analisis data untuk menguji
hipotesis penelitian dengan metode statistik Uji-t berpasangan
(Paired Sample T Test), untuk menguji perbedaan tingkat konsentrasi
belajar anak sebelum dan sesudah diberikan terapi
bermain.Berdasarkan hasil dari uji statistik paired sample T Test
dapat diketahui bahwa nilai tengah (mean) untuk pree test lebih
kecil dari nilai post test yaitu 3,571 < 6,857, sedangkan untuk
nilai t-hitung > t-tabel yaitu 4,059 > 2,447 dengan taraf
signifikansi 5% atau 0,005 yang berarti bahwa peneliti mengambil
resiko salah dalam pengambilan keputusan untuk menolak hipotesis
yang benar sebanyak-banyaknya sebesar 5%. Kemudian ditentukan
t-hitung dari tabel di atas dapatkan bahwa nilai t-hitung adalah
4,059 dan t-tabel pada distribusi harga kritik t-test (Isparjadi,
183: 1988) pada taraf 5% : 2 = 2,5 % (uji dua sisi) dengan derejat
kebebasan (df) = n-1 atau 7-1= 6. Dengan penguji 2 sisi
(signifikansi=0,025). Hasil diperoleh untuk t-tabel sebesar 2,447.
Maka kriteria pengujiannya adalah: Ho diterima jika t-hitung
t-tabel Ho ditolak jika t-hitung t-tabelBerdasarkan hasil pengujian
hipotesis diatas, maka diperoleh t-hitung > t-tabel yaitu (4,059
> 2,447). Dengan demikian maka hipotesis nihil ditolak dan
Hipotesis alternatif (Ha) diterima. Kesimpulan ini menyatakan bahwa
adanya perbedaan atau perubahan rata-rata skor konsentrasi belajar
sebelum diberikan terapi bermain dan sesudah diberikan terapi
bermain. Maka dapat diartikan hasil hipotesis ini berhasil dan
sesuai dengan teori yang menyatkan bahwa terapi bermain efektif
dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak usia dini.Adanya hasil
uji hipotesis pre test dan post test pada tabel di atas dapat
dilihat melalui grafik histogram sebagai berikut:Gambar 4.1 Grafik
Histogram Hasil Pre Test Dan Post Test
4.2.4 Observasi Keadaan Anak dalam Melaksanakan Terapi Bermain
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam melaksanakan
terapi bermain adalah sebagai berikut:a. Pertemuan ke-1Berdasarkan
hasil observasi dari pemberian treatmen pertama anak menunjukkan
sikap antusias dalam mengikuti permainan, namun semua anak tidak
menunjukan sikap serius dalam mengikuti permainan. Mereka masih
asik dengan aktivitas mereka tanpa memperdulikan
instruksi-instruksi yang diberikan oleh peneliti. Anak-anak
menunjukkan sikap yang kurang baik dan sulit untuk konsentrasi
dalam permainan sehingga mereka mengeluh karena tidak bisa
menyelesaikan permainan dengan waktu yang diberikan oleh peneliti.
Peneliti terus memberikan arahan berupa instruksi-instruksi dalam
permainan kepada anak agar mereka mengikuti instruksi permainan
seperti yang diberikan oleh peneliti. Setelah memberikan treatmen
pertama peneliti bertanya kepada guru kelas masing-masing anak
tentang pola belajar anak saat berada di dalam kelas. Anak-anak
yang mengikuti treatment terapi bermain ini memilki pola belajar
yang kurang baik saat berada dalam kelas, mereka memang sering
mengganggu teman teman yang lain saat belajar. Kurang konsentrasi
pada instruksi yang diberikan guru, dan tidak fokus pada media
belajar yang mereka pelajari. Kendala yang sangat berat menurut
peneliti ialah belum begitu akrab dengan peneliti dan peneliti
belum begitu hafal dengan nama anak. Sehingga anak-anak menjadi
ribut saat peneliti salah saat menyebutkan nama anak.
b. Pertemuan ke-2Berdasarkan hasil observasi dari pertemuan ke-2
hampir tidak ada perbedaan antara pertemuan pertama dan pertemuan
ke-2, namun pada pertemuan ini anak mulai akrab pada peneliti dan
menunjukkan sikap ceria saat bermain bersama-sama dengan
teman-teman lainnya.
c. Pertemuan ke-3Pada pertemuan ini telah tampak perkembangan
yang begitu baik pada anak-anak mereka telah mampu untuk melakukan
permainan dengan waktu yang relatif cepat walaupun ada beberapa
orang di antara mereka yang belum begitu cepat dan masih perlu
bantuan namun telah tampak perkembangan pada diri anak, dan juga
pada pertemuan ini anak-anak telah mampu mengikuti petunjuk yang
diberikan peneliti dengan baik. Setelah treatmen selesai dilakukan
untuk menghilangkan kejenuhan anak-anak dalam bermain permainan
ini, terapi memberikan permain lipat kertas origami dan membuat
anak-anak senang dan mereka kembali mengikuti kegiatan ini keesokan
harinya.
d. Pertemuan ke-4Pada pertemuan ini anak-anak menunjukkan sikap
tertib dan bersemangat dalam mengikuti terapi. Namun pada saat 15
menit permainan dimulai anak-anak mulai ricuh akibat terbawa
suasana di luar yang sedikit kacau karena ada teman mereka yang
akan merayakan ulang tahun di sekolah dan semua ikut merayakannya.
Namun hal ini dapat di kendalikan karena peneliti berjanji akan
mengijinkan kembali ke kelas apabila telah menyelesaikan
permainannya.
e. Pertemuan ke-5Pada pertemuan ini berdasarkan hasil observasi
anak-anak sangat aktif, pada treatment ini anak anak sudah sangat
cepat dalam menyelesaikan tugas sekalipun dalam pertemuan ini
anak-anak diberikan beban unuk melakukan permainan sebanyak dua
kali. f. Pertemuan ke-6Pada pertemuan kali ini anak-anak terlihat
sangat antusias untuk mengikuti permainanan karena hari ini
anak-anak bermain permainan baru yaitu permainan puzzle onet dimana
mereka harus mencari potongan gambar yang sama dan harus
ditempelkan pada gambar yang sama. Namun pada pertemuan ini anak
anak masih bingung dengan permainan yang diberikan mereka sangat
kesulitan untuk mencari potongan gambar yang ada dengan gambar yang
sama pada gambar dan waktu yang mereka gunakan dalam mengerjakan
tugas ini tergolong lama dan membutuhkan instruksi yang
berulang-ulang.
g. Pertemuan ke-7Pertemuan hari ini masih dengan permainan yang
sama, anak-anak diminta untuk mencari pasangan dari potongan gambar
dan ditempelkan pada gambar yang sama. Hari ini anak-anak terlihat
sedikit lebih mengerti tentang permainan dan peneliti hanya
memberikan instruksi satu kali dalam permainan dan mereka telah
mampu untuk menyelesaikan tugas dalam permainan secara mandiri
hanya ada beberapa anak yang masih kesulitan dalam mencari gamabar
yang sama. Hari ini anak-anak dapat mengerjakan tugas permainan
dengan tepat waktu. h. Pertemuan ke-8Berdasarkan observasi peneliti
pada pertemuan hari ini perkembangan anak masi sama seperti
pertemuan ke 7 namun pada pertemuan ini semua anak telah mampu
mengerjakan tugas permainan secara mandiri dan dengan waktu yang
relatif lebih cepat dibandingkan dengan hari kemarin.
i. Pertemuan ke-9Berdasarkan observasi peneliti pada pertemuan
hari ini anak-anak terlihat sedikit jenuh dengan permainan yang
diberikan ini terlihat saat anak anak kurang termotivasi memulai
permaianan namun peneliti mengajak anak-anak untuk bermain
lingkaran sambil bernyanyi dan untuk membuat pola duduk saat
treatment diberikan dan anak-anak diarahkan untuk bernyanyi sambil
mengerjakan tugas permaian dan terlihat ada beberapa anak yang
tidak terpengaruh dengan nyanyian yang mereka nyanyikan samabil
mengerjakan tugas namun ada beberapa anak yang lambat bahkan tidak
bisa bernyanyi sambil mengerjakan tugas.
j. Pertemuan ke-10Berdasarkan observasi peneliti pada pertemuan
ke-10 ini anak anak mulai bersemangat lagi dalam mengikuti
permainan walaupun permainan ini telah sering dimainkan oleh
anak-anak. Tingginya motivasi mereka dalam mengikuti permainan
terlihat dari keinginan mereka untuk ingin bernyanyi sambil
mengerjakan tugas permaian. Dalam pertemuan ke-10 ini anak anak
diberikan potongan gambar yang lebih banyak namun anak-anak mampu
menyelesaikan permainan tepat waktu.
k. Pertemuan ke-11Pada pertemuan ini berdasarkan hasil observasi
peneliti tampak motivasi anak dalam mengikuti permainan. Permainan
yang diberikan pada pertemuan ini ialah menyusun potongan-potongan
kayu pada sebuah kotak kayu hingga terisi penuh, setelah
mendengarkan instruksi yang diberikan oleh peneliti anak-anak
diberikan kebebasan untuk menyusun kotak. Semua anak berusaha untuk
mengisi kotak dengan cara mereka sendiri. Walaupun ada anak yang
tidak bisa namun sebenarnya ia mampu hanya saja rasa cemasnya
mendorongnya untuk tidak berusaha dalam mengerjakan tugas
permaianan. Pada pertemuan ini anak-anak menyelesaikan permainan
dengan waktu lebih lama dibandingkan waktu yang telah
ditentukan.
l. Pertemuan ke-12Berdasarkan observasi peneliti pada pertemuan
ke-12 anak-anak yang mengikuti treatment lebih sedikit daripada
biasanya, hal ini disebabkan karena cuaca yang kurang mendukung
oleh sebab itu anak-anak yang mengikuti permainan hanya berjumlah 3
anak. Pada pertemuan ini anak-anak terlihat mengikuti permainan
lebih terfokus pada tugasnya masing masing. Mereka mengerjakan
tugas dengan tertib dan tidak saling mengganggu satu dengan yang
lainnya.
m. Pertemuan ke-13Perdasarkan observasi peneliti pada pertemuan
ke-13 ini anak anak yang mengikuti treatment berjumlah 6 anak. Pada
pertemuan hari ini peneliti membuat permainan ini dalam bentuk
lingkaran dengan semua potongan dicampur menjadi satu tumpukan dan
anak-anak diberi tugas seperti biasa yaitu menyusun potongan kayu
ke dalam kotak hingga terisi penuh dan anak anak melakukan kegiatan
dengan gembira. Pada pertemuan ini agar menghilangkan kejenuhan
anak, saat bermain peneliti mengajak anak untuk bernyanyi bersama
sambil mengerjakan tugasnya. Kendala pada hari ini yaitu ada dua
oarang anak yang bertengkar dan peneliti harus memisahkan dan
mendamaikan keduanya, walaupun awalnya suasana sedikit terganggu
namun dapat kembali membaik dan anak-anak dapat bermain kembali
seperti biasa.
n. Pertemuan ke-14Berdasarkan observasi dari pertemuan ke-14
yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan terapi bermain anak
anak tampak telah berkembang dengan baik walaupun pada pertemuan
ini anak yang hadir hanya berjumlah 5 anak namun permainan
berlangsung dengan baik. Anak-anak memiliki motivasi yang baik
dalam mengikuti permainan. Pada pertemuan ini anak terlihat
perkembangan anak dalam menyimak dan memperhatikan
instruksi-instruksi yang diberikan peneliti terlihat bahwa
anak-anak telah mampu memusatkan perhatiannnya pada permainan yang
dilakukannya hal ini terlihat saat treatment sedang diberikan dan
teman-temannya yang lain menari namun anak anak tetap dapat
memusatkan perhatiannya pada permainan mereka dan tidak berusaha
untuk keluar dari lingkaran ataupun berlari keluar hanya saja
sesekali mereka melihat keadaan ke arah luar dan kembali
menyelesaikan permainan mereka dengan baik dan mengguanakan waktu
yang sedikit lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan.
o. Pertemuan ke-15Berdasarkan pada observasi di pertemuan
terakhir semua anak hadir, pada pertemuan kali ini semua anak mampu
mengikuti instruksi peneliti dengan baik, semua anak tertib dalm
mengikuti permainnan. Semua anak yang mengikuti terapi sangat
senang saat diberikan terapi bermain. Pada pertemuan ini semua anak
sudah terlihat akur antara satu dan lainnya.Dari adanya gambaran
observasi diatas dapat diamati bahwa setiap sesi pertemuan pada
terapi bermain setiap anak mengalami kenaikan waupun kenaikan yang
terlihat terkadang masih belum terlihat jelas. Dan ada juga dalam
beberapa pertemuan perkembangan anak terlihat menurun namun hal ini
terjadi disebabkan oleh pergantian permainan seperti pada pertemuan
ke-6 dan pertemuan ke-11. Adapun hal yang muncul berupa kebosanan
pada anak muncul disebabkan karena permainan yang di mainkan secara
berulang-ulang dan anak merasa telah cukup mampu untuk
mengerjakannya hal ini tampak pada pertemuan ke-4,ke-8, ke-9, dan
ke-13. Perkembangan anak sangat terlihat pada pertemuan ke-14 dan
ke-15 yaitu anak telah mampu memusatkan perhatiannya walaupun
terpadat stimulus berbeda dari luar kegiatan.Berdasarkan hal-hal
tersebut peneliti menyimpulkan bahwa sesi pelaksanan terapi bermain
sebaiknya tidak lebih dari 5 kali pertemuan dalam 1 jenis
permainan, dan terapi bermain akan lebih baik bila dilakukan lebih
dari 15 kali pertemuan sehingga dapat dilihat tingkat keefektifan
dari terapi bermain itu sendiri.
4.2.5 Wawancara Keadaan AnakDari hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti menyatakan bahwa sebelum pemberian terapi bermain
anak-anak yang mengikuti terapi bermain cenderung tidak mampu untuk
mengikuti instruksi-instruksi guru saat belajar, anak-anak juga
sering mengganggu teman-teman lain, dan juga ada beberapa dari
mereka yang selalu sibuk dengan kegiatan mereka tanpa menghiraukan
perkataan guru. Sejalan dengan pemberian terapi bermain kondisi
anak mulai tampak berubah kearah yang lebih baik dalam belajar dan
menunjukkan konsentrasi baik dalam belajar. Setelah memberian
terapi bermain anak-anak cenderung dapat dan mampu untuk
berkonsentrasi dalam belajar hal ini ditunjukkan melalui tumbuhnya
motivasi anak dalam melaksanakan proses belajar, adanya pemusatan
perhatian anak dalam mengikuti proses belajar baik dalam kelas
ataupun diluar kelas, rendahnya rasa khawatir saat belajar, dan
tampaknya nilai-nilai kesiapan belajar pada setiap anak, dan hal
yang sangat tanpak menurun ialah gangguan kepanikan pada diri anak
pada saat belajar yang saat sekarang cenderung berkurang dalam diri
anak misalnya saja dalam belajar anak tidak terburu-buru dalam
menyelesaikan suatu tugas namun mereka berusaha agar menyelesaikan
tugas dengan benar.
4.3 PembahasanSetelah hasil penelitian diuraikan secara
terperinci, maka selanjutnya peneliti akan membahas dengan
pandangan teoritis yang mendukung hasil penelitian ini dan juga
menganalisa pada hasil penelitian terhadap hasil penelitian yang
sebelumnya.
4.3.1 Efektifitas Terapi Bermain Dalam meningkatkan Konsentrasi
Belajar Anak Usia DiniKonsentrasi ialah suatu faktor yang
menentukan keberhasilan dalam belajar seseorang baik belajar dalam
kelas, kelompok belajar ataupun belajar secara mandiri. Kurangnya
konsentrasi seseorang dalam belajar dapat menyebabkan seseorang
akan kurang mampu untuk menerima semua inti pembelajaran dan juga
menurunkan hasil belajar seseorang. Dengan adanya permasalahan
tersebut maka dibutuhkan suatu teknik dalam pembelajaran yang dapat
meningkatkan konsentrasi anak, salah satu teknik yang dapat
membantu untuk meningkatkan konsentrasi anak ialah terapi bermain.
Terapi bermain adalah suatu teknik untuk memahami dan melatih suatu
kemampuan dalam diri anak dengan menciptakan suasana yang
menyenangkan.(Mutiah, 2010:112)Berdasarkan pembahasan tersebut ada
beberapa anak kelas B di TK induk FKIP unsyiah yang memiliki
konsentrasi rendah dalam belajar. Hal ini diketahui dari hasil
wawancara dan didukung oleh hasil observasi untuk kategori anak
yang mengalami masalah berjumlah 8 orang anak yang memiliki
konsentrasi rendah. Setelah dilakukan tes psikologis maka terbukti
anak memiliki konsentrasi rendah dengan skor 0 5. Setelah
mendapatkan perlakuan terapi bermain, anak-anak tersebut mengalami
kenaikan konsentrasi belajar yang baik. Hal ini dibuktikan dengan
perubahan hasil skor post test konsentrasi belajar anak dengan skor
yang diperoleh yaitu 5-8. Gambaran ini menunjukkan bahwa dari tiap
kategori permasalahan konsentrasi belajar yang dimiliki siswa
mengalami peningkatan konsentrasi. Gambaran tersebut didukung oleh
pernyataan Zulkifli (Nurhayati, 2010:25) bahwa bermain dapat
digunakan sebagai media psikoterapi atau pengobatan terhadap anak.
Dan didukung oleh pendapat Suparman (Sandiro, 2012:10) bahwa media
permainan dapat digunakan untuk menarik perhatian, melatih
konsentrasi, kekompakan, mempererat hubungan solidaritas, kerjasama
dan kepemimpinan dalam diri individu.Peningkatan konsentrasi
belajar siswa ketika diberikan terapi bermain dapat dilihat melalui
gejala fisiologis yang ditunjukkan anak berupa keharmonisan prilaku
anak dalam belajar yang semangkin membaik setiap harinya. Dan juga
gejala-gejala emosional berupa kedisiplinan yang perlahan-lahan
muncul dari setiap anak yang mengikuti terapi bermain. Dan serta
hal-hal lain yang muncul saat bermain bersama teman dan dalam
belajar bekerja sama pada teman-teman sebayanya. Hal-hal tersebut
diketahui dengan melalui observasi yang lakukan oleh peneliti dan
serta hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada guru-guru kelas
anak yang mengikuti terapi bermain. Berdasarkan dengan adanya
perubahan tingkah laku yang dialami oleh anak, maka hal ini sesuai
dengan hal yang dikatakan oleh Frank dan Theresa (Sandiro, 2012:11)
bahwa ada nilai yang terkandung dalam bermain yaitu bermain dapat
memperluas minat, pemusatan perhatian dan konsentrasi pada
anak.Pada pelaksanaan terapi anak-anak bermain dalam bentuk suasana
yang bahagia, gembira dan menyenangkan agar anak-anak terlatih
untuk terfokus dan konsentrasi pada kegiatan ataupun aktivitas yang
sedang dilakukannya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Nurhayati
(2010:20) bahwa terapi bermain sebagai suatu media untuk
mengekplorasi dalam memahami suatu hal pada diri individu dan
melatih suatu kemampuan yang ada dalam diri individu dengan
menciptakan suasana yang menyenangkan.Dalam terapi bermain ini
media yang digunakan ialah permainan puzzle, karena dengan media
puzzle anak akan terlatih dalam memusatkan perhatian dan
berkonsentrasi pada saat melakukan aktifitas permainan dan dengan
pembiasaan serta instruksi yang selalu diberikan maka anak akan
terbiasa memusatkan perhatiannya saat melaksanakan aktivitas
belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Rezha (2011:17) bahwa dalam
permainan puzzle sangat dibutuhkan ketelitian, anak dilatih untuk
memusatkan pikiran/ perhatian, konsentarsi pada suatu hal tertentu
seperti bangun ruang ataupun gambar dan bentuk tertentu. Warna dan
bentuk kepingan pada puzzle adalah dua hal yang sangat diperhatikan
anak pada saat bermain puzzle. Perlakuan ini dapat melatih anak
memusatkan pikiran, karena anak dituntut untuk berkonsentrasi
ketika mencocokan gambar dan bangunan. Sehingga perlakuan ini akan
membawa kebiasaan positif bagi pelatihan konsentrasi anak saat
melakukan sutu kegiatan. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat
Misbah (Muzamil, 2010:23) yang menyatakan adanya jenis puzzle
rakitan (construsition puzzle) menggunakan kumpulan
potongan-potongan terpisah yang dapat digabungkan, permainan ini
dapat melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran pada diri anak.
Terapi bermain ini dilakukan secara berulang-ulang guna untuk
melatih kesiapan anak dalam belajar sehingga anak dapat
berkonsentrasi pada proses belajar. Hal ini sesuai dengan pandangan
Thordike (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006:66) tentang faktor yang
mempengaruhi konsentrasi di antaranya hukum kesiapan yang telah
memiliki kesiapan akan mampu berkonsentrasi dalam belajar dan hukum
latihan yaitu penguasaan tingkah laku seseorang dapat ditingkatkan
jika adanya pelatihan.Efektifnya terapi bermain juga ditentukan
oleh terapis yang melakukan terapi. Karena apabila terapis tidak
benar-benar mampu memahami cara berkomunikasi kepada peserta terapi
maka hubugan antara keduanya akan sulit untuk terjalin dengan akrab
sehingga akan mempengaruhi keefektifan suatu terapi yang diakukan.
Hal ini didukung oleh pendapat Zulkifli (Nurhayati, 2010:25) bahwa
seorang terapis harus memiliki keahlian khusus dan memiliki
pelatihan dan tidak boleh dilaksanakan sembarangan karena akan
mempengaruhi hasil dari terapi itu sendiri.Terapi bermain yang
dapat meningkatkan konsentrasi belajar juga dapat menggunakan
terapi bermain alat musik djembel. Hal ini pernah dilakukan oleh
Dira Antika, dimana peneliti menerapkan terapi bermain musik
djembel unuk meningkatkan konsentrasi pada anak ADHD dengan jumlah
10 orang sample. Media yang digunakan yaitu tepukan tangan hingga
menghasilkan nada yang indah didengar oleh telinga. Penelitian itu
menghasilkan adanya perubahan tingkat konsentrasi pada anak-anak
ADHD.Penelitian berubungan lain dilaksanakan oleh Saifaturahmi
Hidayat dan Anggia Kargenti Evannurul meretti dalam Jurnal mereka
yang berjudul Pengaruh Musik Klasik Terhadap Daya Tahan Konsentrasi
Dalam Belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh musik klasik terhadap daya tahan konsentrasi dalam
belajar. Desain yang digunakan adalah Pretest Posttest Control
Group Design. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur daya tahan
konsentrasi adalah Intellegenz Structure Test dan Army Alpha.
Hipotesis yang diajukan yaitu pemberian musik klasik dapat
meningkatkan daya tahan konsentrasi mahasiswa dalam belajar. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa musik klasik dapat
meningkatkan daya tahan konsentrasi mahasiswa dalam
belajar.Selanjutnya ada pula penelitian yang dilakukan oleh Arga
Wacana dengan judul skripsinya Pengaruh Permainan Puzzle Dalam
Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas II SD Kristen
Salatiga. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat
peningkatan konsentrasi siswa sebesar 25 persen setelah diberikan
terapi bermain puzzle. Alat ukur yang diguunakan dalam permainan
ini yaitu NST (Nijmeegse Schoolbeekwaamheids Test) pada aspek ke
enam yang mengukur tentang konsentrasi anak.Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan sebagaimana telah dideskripsikan diatas,
penulis dapat menyimpulkan bahwa anak-anak yang memiliki
konsentrasi rendah dapat dibantu dengan pemberian terapi bermain
yang merupakan satu teknik terapi konseling yang efektif untuk
digunakan dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak.
BAB VPENUTUP5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah penulis laksanakan tentang Efektifitas Terapi
Bermain Dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak Usia Dini yang
dilaksanakan di TK FKIP UNSYIAH, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:1. Terdapat berbedaan nilai konsentrasi belajar secara
signifikan pada kelompok subjek perlakuan sebelum dan sesudah
diberikannya terapi bermain. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peningkatan skor pada tingkat konsentrasi anak setelah diberikan
terapi bermain puzzle, yang merupakan perbandingan antara skor
kelompok subjek perlakuan sebelum laksanakan terapi (pre test) dan
sesudah di berikan perlakuan terapi bermain (post test) dengan
rentangan nilai skor pre test mulai 0 6 dan rentangan nilai skor
post test mulai 6 8.2. Terdapat perubahan tingkah laku yang
ditunjukkan oleh subjek penelitian. Hal ini dapat dilihat dari hari
wawancara pada guru kelas masing-masing anak dan didukung oleh
hasil observasi peneliti yang menyatakan bahwa terdapatnya
perubahan prilaku anak saat sebelum dan sesudah diberikannya terapi
bermain, perubahan itu antar lain yaitu anak-anak yang mengikuti
terapi main lebih berkonsentrasi saat belajar dalam kelompok maupun
dalam kelas belajar. 3. Setelah melakukan uji statistik paired T
test dengan nilai tengah (mean) pada pree test lebih kecil
dibandingkan pada post test yaitu 3.571 < 6.857, sedangkan untuk
nilai t-hitung > t-tabel (4.059 > 2.447) dengan taraf
signifikansi 5% atau 0,05. Ho ditolak dan Ha diterima artinya dalam
penelitian ini ada terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai
test konsentrasi belajar anak usia dini pada sebelum dan sesudah
diberikan terapi bermain. Hal ini menunjukkan bahwa terapi bermain
efektif dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak usia dini. 5.2
Saran Setelah melihat dan mengkaji hasil-hasil dari penelitian,
maka ada beberapa saran yang ingin ditemukan oleh peneliti,
yaitu:1. Terapi bermain juga dapak di terapkan pada konselor
sekolah dengan menggunakan permainan yang sesuai dengan kebutuhan
anak untuk membantu melatih konsentrasi belajar siswa. 2. Pihak
sekolah dapat meminta bantuan kepada terapis untuk memberikan
terapi bermain kepada peserta didik yang mengalami kendala dalam
belajar berupa gangguan konsentrasi belajar.3. Dalam pelaksanaan
terapi bermain, terapis perlu memperhatikan beberapa hal yang di
antaranya yaitu keterampilan komunikasi, penyesuian diri terapis
pada objek terapi, tempat dan waktu dalam pelaksanaan terapi yang
baik dan benar, kesukarelaan anak dalam mengikuti terapi agar
terapi bermain yang dilaksanakan dapat menghasilkan hasil yang
optimal.4. Terapis dapat memberikan permainan seperti game ice
breaking untuk mengurangi kejenuhan anak dalam mengikuti permainan
yang diulang-ulang dalam bebera waktu pertemuan.5. Terapis dapat
memberikan terapi bermain dengan menggunakan waktu minimal 30 menit
setiap pertemuan dengan 15 kali pertemuan.6. Penelitian ini hanya
terbatas pada pengukuran konsentrasi saja akan tetapi terapi ini
juga dapat diberikan untuk untuk pengukuran daya ingat, pemahaman
cerita, pengamatan kritis ataupun pengamatan tajam.7. Dalam
penelitian ini penelitian melakukan terapi hanya terbatas pada 15
kali pertemuan saja namun hendaknya pertemuan dapat diperbanyak
lagi agar peningkatan konsentrasi dapat lebih tinggi.8. Hendaknya
penelitian ini diuji cobakan pada subjek penelitian lain agar lebih
mengetahui tindakan kecocokan terapi ini pada subjek lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi & Sugiarman. 2006. Memahami dan Membantu Anak ADHD.
Bandung:PT. Refika Aditama
Creswell. Jhon W. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif,
Pendekatan Kuantitatif dan Mix Methods. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Daud, Abu. 2010. Analisis Konsentrasi Belajar Siswa.skripsi
Tidak diterbitkan.Medan: UNIMED
Dilts,Robert & Dilts Jennifer.The Bright Mind Strategi
Mengatasi kesulitan Konsentrasi Anak.Jakarta: Prestasi Pustaka
Djamarah, S.B. (2006). Prestasi Belajar dan kompetensi Guru.
Surabaya : Usaha Nasional
Endang Astuti.sri.2008.Pengaruh Terapi Bermain Terhadap
peningkatan konsentrasi Siswa Sekolah Dasar Dengan Gangguan
Adhd.Skripsi Tidak diterbitkan.Bandung
Engkoswara. (2012). Ciri-ciri Siswa yang Dapat Berkonsentrasi
Belajar. www.gadis.co.id: Diakses Tanggal 28 September 2013
Esti Wuryani djiwardono.Sri.2005.konseling dan terapi dengan
anak dan orang tua.Jakarta: PT Gramedia Widiana Indonesia
Hidayat,Rudi. 2014. Profosal. Pengaruh Dukungan sosial Orang tua
Terhadap minat Membaca Anak. Banda Aceh: Unsyiah
Isparjadi. 1988. Statistik Pendidikan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Jarwl,2010.Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok dalam
meningkatkan konsentrasi belajar siswa.Skripsi Tidak diterbitkan
SMK 2 PGRI Salatiga Jurusan Sekertaris.Djokyakarta:UKSW
Komalasari,Gantina, Eka Wahyuni, Karsih. 2011. Asesmen Tekni
nontes dalam Perspektif BK Komprehensif. Jakarta :PT Indeks
Liniawati.V.Peran Orang tua dalam meningkatkan kecakapan
berbahasa anak usia dini.Skripsi Tidak diterbitkan.Padang:UNP
Mahardika,Dila.Efektifitas Terapi Bermain Dalam meningkatkan
Konsentrasi Anak ADHD.Skripsi Tidak Diterbitkan.Medan: UNIMED
Mutiah.Diana.2010.Psikologi Bermain Anak Usia
Dini.Jakarta:Penerbit Kencana.
Muzamil. (2010). Permainan Puzzle. Bandung: ITB