8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141 http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 1/93 SKRIPSI Pengaruh Ekstrak Methanol Daging Buah Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa (Scheff. ) Boerl dan Metformin terhadap Gambaran Histologi Tubulus Proksimal Ginjal Studi pada Tikus Model Diabetes Melitus Tipe-2 Oleh : Betha Purba Praj Rahmatika G1A012141 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN JURUSAN KEDOKTERAN UMUM PURWOKERTO 2016
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vDAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
Pengaruh Ekstrak Methanol DagingBuah Mahkota Dewa (Phaleri a macrocarpa
(Scheff. ) Boerl dan Metformin terhadap Gambaran Histologi Tubulus
Proksimal Ginjal pada Tikus Model DM Tipe-2
Studi pada Tikus Model Diabetes Melitus Tipe-2
ABSTRAK
Prevalensi diabetes melitus (DM) tipe-2 di Indonesia semakin meningkat.
Hiperglikemia pada DM menginduksi peningkatan ROS dan menyebabkan
glukotoksisitas pada sel tubulus ginjal. Kondisi tersebut mengakibatkan atrofi seltubulus proksimal ginjal. Mahkota dewa diketahui memiliki efek antihiperglikemia
dan antioksidan yang dapat memperbaiki gambaran atrofi tubulus proksimal ginjal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak methanol dagingmahkota dewa dan metformin terhadap gambaran tubulus proksimal ginjal pada tikusmodel DM tipe-2. Tiga puluh ekor tikus putih galur Sprague Dawley dibagi ke dalam
enam kelompok yaitu: kelompok A (kontrol sehat), kelompok B (kontrol sakit),
kelompok C, D, E (tikus diabetik+ekstrak methanol mahkota dewa 200 mg/kgBB,250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB), dan kelompok F (tikus diabetik+metformin 150
mg/kgBB). Perlakuan dilakukan selama 21 hari. Hari ke-22 tikus diterminasi dan
diambil ginjalnya kemudian dibuat sediaan dengan pewarnaan Periodic Acid Schiff .
Pengamatan atrofi tubulus proksimal ginjal dilakukan dengan memilih 10 tubulussecara acak dan dihitung dalam 5 lapang pandang. Atrofi tubulus diklasifikasikan
berdasarkan kriteria skoring 0-4 dimana 0 = 0%, 1= <10%, 2 = 10%-25%, 3 = 26%-
50%, 4 = >50%. Uji Kruskall-Wallis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna skoratrofi tubulus proksimal ginjal pada minimal 2 kelompok perlakuan dengan nilai
(p=0,001). Dilanjutkan uji Mann-Whitnney yang menunjukkan hasil signifikan pada
kelompok A dengan B (p=0,016), B dengan C (p=0,029), B dengan E (p=0,016), Bdengan F (p=0,029) dan tidak signifikan pada kelompok C dengan D (0,686), D
dengan E (p=0,190), E dengan F (p=0,556). Hasil penelitian menunjukkan dosis
mahkota dewa 250 mg/kgBB dan metformin 150 mg/kgBB memiliki skor rerata
atrofi tubulus proksimal yang sama sebesar (1,75±0,5).
The Effect Of Methanol Extract Of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa
(Scheff.) Boerl.) Mesocarp and Metformin On Histological Structure Of Renal
Proximal Tubules
Study in Type 2 Diabetes Mellitus Rat Models
ABSTRACT
The prevalence of type 2 Diabetes mellitus (DM) in Indonesia continues to increase.
Hyperglycemia in DM induces the increase of reactive oxygen species (ROS) causing
glucotoxicity to renal proximal tubular cells atrophy. Mahkota Dewa known for
having antihyperglycemia and antioxidant effect which decrease renal proximal
tubular cells atrophy. The purpose of this study is to investigate the effect of
methanol extract of mahkota dewa and metformin on renal proximal tubuleshistogical changes in type 2 DM rat models. Thirty albino rats were divided into 6
groups. Group A (healthy control), group B (diabetic control), group C (MD 200
mg/kgBW/day), group D (MD 250 mg/kgBW/day), group E (MD 300
mg/kgBW/day), and group F (metformin 150 mg/kgBW/day). All of the rats were
treated using aquades, metformin, and mahkota dewa methanol extract for 21 days.
Termination was done at the 22nd day to take the kidney for renal histological
staining using Periodic Acid Schiff. Renal proximal tubular atrophy observation was
done by choosing 10 tubules randomly in 5 fields of view. Tubular atrophy was
Kruskall-Wallis test result was significant (p=0,001) which means there weredifferences in mean of tubular atrophy scores in 2 groups minimum. Post hoc test
Mann-Whitney result was significant: group A and B (p=0,016), B and C (p=0,029),
B and E (p=0,016), B and F (p=0,029) and not significant in group C and D (0,686),
D and E (p=0,190), E and F (p=0,556). The result of this study showed methanol
extract of mahkota dewa 250mg/kgBW/day and metformin 150mg/kgBW/day had
the same mean of tubular atrophy score (1,75±0,5).
segera hilang. Mekanisme obat ini yaitu mengurangi produksi glukosa berlebih
oleh hepar dengan menekan proses gluconeogenesis tanpa menaikkan kadar
insulin, dan jarang menyebabkan hipoglikemia secara signifikan jika digunakansebagai monoterapi (Nathan, 2009). Oleh karena itu secara luas dianggap sebagai
obat ideal lini pertama dalam pengobatan DM (Gunawan, 2012). Selain
metformin, menurut penelitian Arjadi et al . (2008) menyebutkan bahwa terdapat
tanaman herbal yang sudah banyak digunakan dalam pengobatan DM yaitu
mahkota dewa.
Mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa (Scheff. ) Boerl merupakan jenis
tanaman herbal asli Indonesia yang telah banyak digunakan dalam pengobatan
DM. Tanaman endemik Indonesia ini mudah dibiakkan di lingkungan pedesaan
dan berbuah sepanjang tahun. Kandungan flavonoid saponin dan alkaloid pada
daging buah mahkota dewa berpotensi sebagai zat antioksidan, antiperadangan,
dan antibakterial. Potensi mahkota dewa telah terbukti bermanfaat pada DM,
diantaranya menurunkan kadar glukosa darah dan memiliki efek protektif pada
jaringan ginjal pada kondisi diabetik (Arjadi et al., 2008; Sulistyoningrum et al .,
2013). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
menggunakan ekstrak methanol daging buah mahkota dewa terhadap gambaran
histologi tubulus proksimal ginjal. Penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi
ekstrak methanol daging buah mahkota dewa sebagai pengobatan herbal dalam
mencegah komplikasi DM, khususnya komplikasi nefropati.
Gambar 2.2. Fibrosis Tubulus Proksimal GinjalFibrosis terlihat dari peningkatan matriks ekstraseluler yang terjadi karena penumpukan sel
fibroblas “panah hitam”, akibat meregangnya sel epitel tubulus proksimal(Cotran et al ., 2007)
Gamabar 2.3. Atrofi Tubulus Proksimal GinjalAtrofi ditandai dengan hilangnya beberapa sel dengan pembentukan sel nekrotik “panahhitam” dalam lumen tubulus proksimal, meninggalkan membran dasar tubulus. Beberapa
ditandai dengan sel epitel tubulus yang memipih “panah merah” (http://www.kidneypathology.com)
3. Metformin
Metformin merupakan obat golongan biguanida berupa insulin-
sensitizing yang digunakan sebagai agen lini pertama untuk menurunkan
hiperglikemia pada DM tipe-2 (Rocha et al., 2013). Penjelesan mengenai
mekanisme kerja biguanida sulit dimengerti. Proses penurunan glukosa
pada kelompok A kontrol sehat dan kelompok perlakuan C, D, E, dan F tidak
mengalami aktivitas berlebihan, pola makan dan frekuensi makan yang normal
selayaknya tikus sehat, akan tetapi hanya pada kelompok B yaitu kelompok sakityang mengalami peningkatan pola makan dan intensitas buang air kecil dan air
besar. Selama perlakuan tikus diberikan makanan berupa pelet 551®, diberikan
makan setiap hari sejumalah 500 gr/hari per kelompok tikus yang berisi 5 ekor tikus
dan diberikan minum air mineral RO®. Tikus dibuatkan kandang berukuran 48 x 30
cm dengan tinggi 14 cm untuk tiap kelompok, dibersihkan setiap hari. Alas
kandang diberikan bekas jerami untuk menjaga supaya tidak terlalu lembab, atap
kandang menggunakan kawat berlubang yang sudah disesuaikan ukurannya dengan
kandang.
2. Glukosa Darah Tikus
Kadar glukosa darah seluruh hewan coba diperiksa menggunakan
spektrofotometer metode GOD-PAP, sebelum dilakukan induksi ( pre induksi)
nikotinamid dan streptozotocyn, setelah induksi ( post induksi) dan setelah
perlakuan ( post perlakuan). Pemeriksaan kadar glukosa darah sebelum induksi ( pre
induksi) dilakukan untuk memastikan tikus dalam kondisi sehat, pemeriksaan kadar
glukosa darah setelah induksi ( post induksi) dilakukan untuk melihat keberhasilan
induksi, dan pemeriksaan kadar glukosa darah setelah perlakuan untuk mengetahui
efek perlakuan terhadap hewan coba. Gambar 4.1. menunjukkan rerata perubahan
glukosa darah sebelum induksi, setelah induksi dan setelah perlakuan. Semua
hewan coba dari kelompok B, C, D, E dan F memiliki kadar glukosa darah post
induksi > 250 mg/dL yang menunjukkan keberhasilan induksi nikotinamid dan
streptozotocyn. Data keseluruhan kadar glukosa darah hewan coba dapat dilihat
pada Lampiran 7.
Gambar 4.1. Rerata Kadar Glukosa Darah Pre, Post Induksi, dan Post PerlakuanKelompok A (kontrol sehat), kelompok B (kontrol sakit), kelompok C (MD 200), kelompok
D (MD 250), kelompok E (MD 300) *(p<0,05), kelompok F (metformin 150)
Kelompok A menunjukkan kadar glukosa darah sebelum induksi sebesar
111,8 mg/dL dan kadar glukosa darah setelah induksi sebesar 83,4 mg/dL. Hasil ini
tidak menunjukkan kegagalan karena kelompok ini tidak diinduksi streptozotocyn
dan nikotinamid. Meskipun mengalami penurunan kadar glukosa darah, namun
masih berada dalam batas kadar glukosa darah normal. Kelompok ini digunakan
sebagai kelompok kontrol sehat. Setelah induksi dinyatakan berhasil, hewan cobadiberi perlakuan sesuai kelompok. Perlakuan diberikan selama 21 hari. Pada hari
ke-22, kadar glukosa darah hewan coba kembali diperiksa.
Gambar 4.1 menunjukkan perubahan kadar glukosa darah setelah diinduksi
dan setelah perlakuan. Kelompok B, C, D, dan E mengalami penurunan kadar
glukosa darah setelah diberi perlakuan berupa aquades RO® (kelompok B) dan
ekstrak methanol mahkota dewa (kelompok C, D, dan E). Kelompok A
menunjukkan kenaikan kadar glukosa darah, namun masih berada dalam range
kadar glukosa darah yang normal begitu juga pada kelompok F.
Penurunan glukosa darah signifikan (p<0,05) terjadi pada kelompok E yaitu
kelompok tikus yang diberi ekstrak methanol daging mahkota dewa dosis 300
mg/kgBB/hari dengan rerata penurunan kadar glukosa darah post induksi dan post
perlakuan sebesar 139 mg/dL (p=0,048). Sementara itu, kelompok B, C, dan D
mengalami penurunan kadar glukosa darah yang tidak signifikan, sedangkan
kelompok F mengalami peningkatan kadar glukosa darah setelah pemberian
metformin 150 mg/kgBB/hari selama 21 hari. Data rerata glukosa darah post
induksi dan post perlakuan serta analisis statistik perubahan glukosa darah dapat
dilihat pada Lampiran 8.
3. Pengamatan Atrofi Tubulus Proksimal Ginjal
Pada hari ke-22 dilakukan terminasi dan pengambilan jaringan ginjal.
Jaringan ginjal kemudian diproses untuk pembuatan preparat histologi di
laboratorium riset Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman. Fiksasi
dilakukan dengan larutan NBF 10% kemudian ditiriskan pada saringan, selanjutnya
dipotong dari regio pusat dan kedua sisi perifer organ dengan ketebalan + 2 cm dandimasukkan ke dalam keranjang (basket ). Setelah itu dilakukan proses dehidrasi
dengan ethanol bertingkat 70%, 80%, 90% dan absolute. Mencetak blok paraffin
dengan cara jaringan diambil dari cassette kemudian diletakkan di tempat
pengeblokan. Blok disempurnakan dengan memberikan parafin cair sampai
ketebalan sekitar 8-10 mm. Tutup dengan cassette dilanjutkan pemotongan jaringan
dengan microtome. Pewarnaan jaringan dilakukan dengan cara dioksidasi dengan
larutan Periodic Acid 0,5% selama 5 menit dan bilas dengan air mengalir. Spesimen
diletakkan dalam reagen schiff selama 15 menit sehingga berwarna pink terang
kemudian cuci di bawah air mengalir selama 5 menit sampai spesimen berubah
menjadi pink gelap, selanjutnya dilakukan pewarnaan kontras dengan Mayer’s
hematoxylin selama 1 menit, selanjutnya dilakukan pencucian di bawah air mengalir
beberapa sel dengan pembentukan sel nekrotik dalam lumen tubulus proksimal,
beberapa juga ditandai dengan sel epitel tubulus yang memipih dan terbentuk
jaringan fibrous sehingga membran basal terlihat tebal diikuti penurunan diametertubulus proksimal ginjal Gambar 4.2. (Trihono, 2011).
Gambar 4.2. Gambaran Mikroskopis Tubulus Proksimal Ginjal tiap Kelompokdilihat pada Perbesaran 400x dengan Pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS)
A: tubulus proksimal normal dengan ciri epitel berbentuk kuboid selapis dengan inti seltersusun berjarak disertai brush border, B: panah hitam menunjuk sel nekrotik yang
mengalami penyusutan inti menjadi padat dan berwarna gelap, C: panah hitam menunjuk selepitel yang memipih disertai kehilangan inti, D: panah hitam menunjuk membran basal
tubulus yang menebal akibat timbunan matriks ekstraseluler, E: panah hitam menunjuk selepitel atrofi ditandai dengan penyusutan inti sel dan ukuran sel epitel tubulus proksimal, F:
panah hitam menunjuk sel epitel yang memipih disertai kerusakan mikrovili dan terdapat sel
nekrotik disekitarnya
Pengamatan atrofi tubulus proksimal ginjal dilakukan oleh peneliti dan
interobserver. Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengamatan dengan supervisi
oleh spesialis Patologi Anatomi. Hasil pengamatan diuji dengan interrater Reability
Kappa (Lampiran 9) yang menunjukan tidak ada perbedaan pengamatan peneliti
dengan interobserver dengan nilai kappa 0,65 (nilai kappa >0,06).
Gambar 4.3. Rerata Standar Deviasi Skor Atrofi Tubulus Proksimal GinjalPada uji antar kelompok perlakuan menggunakan post hoc Mann-Whitney didapatkan hasil
signifikan pada kelompok A dengan B *(p=0,016), B dengan C *(p=0,029), B dengan E*(p=0,016), B dengan F *(p=0,029) dan tidak signifikan pada kelompok C dengan D (0,686),
D dengan E (p=0,190), E dengan F (p=0,556)
Gambar 4.3 adalah rerata standar deviasi ± (SD) skor atrofi tubulus
proksimal ginjal pada tiap kelompok. Kelompok A memiliki skor atrofi paling
sedikit dibandingkan kelompok lain. Kelompok D memilik jumlah skor atrofi
paling sedikit dibandingkan dengan kelompok B, C, dan E hal ini dibuktikan
dengan analisis statistik. Analisis juga menunjukkan kelompok F memiliki skor
terjadi pada kelompok E. Rerata penurunan kadar glukosa darah post perlakuan
dengan ekstrak daging mahkota dewa dosis 300 mg/kgBB/hari sebesar 139 mg/dL,
dan secara statistik signifikan. Sehingga, pemberian ekstrak daging mahkota dewadosis 300 mg/kgBB/hari selama 21 hari dapat menurukan kadar glukosa darah
secara signifikan, meskipun masih berada dalam kondisi hiperglikemia
(Aharangpour, 2014a).
Penurunan kadar glukosa darah setelah diberikan terapi berupa ekstrak
daging buah mahkota dewa didukung beberapa penelitian. Penelitian oleh Sharma
(2014) mengatakan bahwa ekstrak daging buah mahkota dewa yang diberikan pada
tikus Sprague Dawley jantan terbukti mengandung senyawa antihiperglikemia
berupa flavonoid, tepenoid, dan tannin. Senyawa tersebut memiliki efek
penghambatan pada enzim alfa-glukosidase yang bisa menurunkan glukosa darah
post-prandial . Alfa-glukosidase adalah enzim yang berperan dalam konversi
karbohidrat menjadi glukosa, karbohidrat akan dicerna oleh enzim-enzim alfa-
glukosidasi (maltase, isomaltase, glukomaltase, dan sukrase) di dalam mulut dan
usus menjadi gula yang lebih sederhana kemudian diserap oleh tubuh yang
mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah. Dengan dihambatnya enzim
alfa-glukosidase, kadar glukosa darah dapat dikembalikan kedalam kondisi normal
(Bosenberg, 2008).
Penelitian lain menyatakan bahwa ekstrak daging buah mahkota dewa selain
sebagai antihiperglikemia juga memiliki efek protektif pada jaringan ginjal pada
kondisi diabetik (Arjadi et al ., 2008). Pada penelitian digunakan ekstrak methanol
daging buah mahkota dewa, ekstrak methanol mahkota dewa mengandung salah
Pengamatan dan analisis statistik pada skor atrofi tubulus proksimal
ginjal dilakukan oleh peneliti dan interobserver yang sebelumnya terlebih dahulu
dilakukan supervisi dengan dokter spesialis Patologi Anatomi. Tidak ada perbedaan antara data peneliti dan interobserver, sehingga analisis statistik dapat
dilanjutkan. Hasil analisis Mann-Whitney menunjukkan perbedaan signifikan
terjadi antara kelompok A dengan B, kelompok B dengan C, kelompok B dengan
D, kelompok B dengan E, dan B dengan F. Tidak signifikan pada kelompok C
dengan D, kelompok D dengan E, dan kelompok E dengan F.
Kelompok A sebagai kelompok kontrol sehat memiliki skor atrofi paling
sedikit dibanding kelompok lain dengan rerata SD 0,60 ± 0,89, namun pada
kelompok kontrol sehat seharusnya tidak diketemukan atrofi pada sel tubulus
proksimal. Hal tersebut dapat terjadi diakibatkan karena perawatan kandang yang
kurang ideal dapat menumbuhkan suatu jamur akibat makanan yang memiliki
kandungan protein yang bercampur dengan serabut jerami. Jamur yang tumbuh
dapat menghasilkan toksin jenis Ochratoxyn yang mampu menyebabkan
terjadingya kerusakan sel tubulus proksimal sehingga mengakibatkan gambaran
atrofi. Hifa yang masuk melalui kapiler glomerolus mengakibatkan kondisi
hipoksia jaringan ginjal (Hope, 2012).
Kelompok B sebagai kelompok kontrol sakit memilik skor atrofi paling
banyak dibanding kelompok lain dengan rerata SD 3,25 ± 0,5. Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok B mengalami kondisi diabetik yang sangat tinggi
dikarenakan induksi nikotinamid dan streptozotocyn (STZ). Hal ini sesuai dengan
penelitian Chinedeum (2013) bahwa STZ sebagai agen diabetogenik lebih baik
rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan mahkota dewa yang lain,
dengan rerata skor atrofi tubulus proksimal adalah 1,75 ± 0,5. Kelompok E ekstrak
methanol daging buah mahkota dewa dosis 300 mg/kgBB/hari memiliki skor rerataatrofi lebih kecil dibandingkan kelompok B (kontrol sakit) dan C (MD 200) yaitu
dengan rerata yaitu 1,8 ± 0,45. Berdasarkan analisis data skor atrofi yang sudah
dinyatakan tersebut, peneliti berpendapat bahwa ekstrak methanol mahkota dewa
dosis 250 mg/kgBB/hari mempunyai skor atrofi tubulus proksimal ginjal lebih baik
dibandingkan dengan dosis ekstrak methanol mahkota dewa 200 mg/kgBB/hari
dan 300 mg/kgBB/hari.
Hasil penelitian yang sudah dilakukan menyatakan bahwa tikus yang
diberikan perlakuan dengan ekstrak methanol daging buah mahkota dewa memiliki
skor atrofi lebih rendah dibandingkan dengan tikus yang diinduksi DM tipe-2
(kelompok sakit). Hal ini sesuai dengan penelitian Sellamuthu (2008) & Yosie et
al . (2011) yang menyatakan bahwa kandungan ekstrak methanol daging buah
mahkota dewa terutama senyawa flavonoid yang terdiri dari magniferin dan
quercetin, memiliki efek meningkatkan utilisasi glukosa dengan meningkatkan
aktivitas glucose-6-phosphate sekaligus meningkatkan pengeluaran insulin dari
sel β pankreas melalui perubahan metabolisme Ca2+ dan juga meregenerasi sel β
pancreas pada kondisi hiperglikemia.
Kondisi hiperglikemia dapat mengakibatkan glukotosisitas yang semakin
lama mengakibatkan hipoksia jaringan, terutama jaringan ginjal yang
mengakibatkan kerusakan sel. Dalam penelitian ini sel yang diteliti adalah sel
tubulus proksimal. Menurut Satrawan & Suwitran (2008) sel tubulus proksimal
ginjal yang mengalami hipoksia lebih mudah mengalami gangguan fungsi
mitokondria dan defisit energi yang menetap. Hipoksia dapat menginduksi jejas
tubulointerstisial, mengakibatkan kerusakan sel epitel tubulus yang memipihakibat hipoksia sehingga semakin lama menjadi sel atrofi dan jika terjadi kematian
sel (nekrosis) sehingga digantikan dengan jaringan parut (fibrosis) (Sastrawan &
Suwitra, 2008).
Pada kelompok F yang diberikan perlakuan metformin dosis 150
mg/kgBB/hari memiliki skor atrofi lebih tinggi dari kelompok A (kontrol sehat),
yaitu kelompok yang tidak diinduksi DM dan diberikan aquades dengan skor
rerata atrofi 0,60 ± 0,89. Namun, kelompok F memiliki rerata skor atrofi lebih
rendah dibanding kelompok B (kelompok sakit), kelompok C (MD 200),
kelompok E (MD 300) dan mempunyai rerata skor atrofi yang sama dengan
kelompok D (MD 250), dengan rerata 1,75 ± 0,5. Hasil ini menyatakan bahwa
metformin adalah obat lini pertama terapi DM tipe-2 menurut American Diabetes
Asscotiation (ADA, 2015) yang mampu menghentikan apoptosis yang diinduksi
oleh stres oksidatif di endotel sehingga mencegah disfungsi vaskuler (Morales et
al., 2010). Metformin dapat menghambat kondisi diabetik akibat hiperglikemia
dan menghambat keluarnya AGEs melalui aktivasi beberapa jalur seperti polyol
pathway dan protein kinase C (PKC). AGEs memicu apoptosis dan peningkatan
ekspresi vascular endothelial growth factor (VEGF) serta menstimulasi
American Diabetes Association. 2015. Standards of Medical Care in Diabetes.
Diabetes Care, Vol. 38 Page 41-48Ahangarpour, A., Zamaneh, H.T., Jabari, A., Nia, H.M., Heidari. 2014.
Antidiabetic and Hypolipidemic Effects of Dorema aucheriHydroalcoholic Leave Extract in Streptozotocin-Nicotinamide InducedType 2 Diabetes in Male Rats. Iranian Journal of Basic Medicine
Sciences, Vol. 17 : 808-814.
Ali, R.B., Atangwho, N., Kaur, O.S., Abraika, M., Ahmad, R., Mahmud, M. Z.,Asmawi. 2012. Bioassay-Guided Antidiabetic Study of Phaleriamacrocarpa Fruit Extract. Molecules, Vol. 17: 4986-5000.
Arjadi, F., Mustofa, Sulistyoningrum, E. 2008. Kajian ekstrak buah mahkota dewa(Phaleria macrocarpa (scheff.)Boerl. terhadap regenerasi sel pulauLangerhans pankreas pada tikus putih (Rattus norvegicus) diabetes. Jurnal Kedokteran & Kesehatan. Vol. 40 : 1-4
Arjadi, F., Susanto, P. 2010. Regenerasi Sel Pulau Langerhans Pada Tikus Putih(Rattus norvegicus) Diabetes yang Diberi Rebusan Daging MahkotaDewa (Phaleria macrocarp (scheff.)Boerl.). Sains Medika Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan.
Bennett, P., Fieto, K., Harley, N., Roowman. 2008. Epidemiology of Type2
Diabetes, Diabetes Millitusa Fundamental and Clinical Text .Philadelphia: Lippincott William & Wilkins Page : 43 (1): 544-547.
Bosenberg, L.H. 2008. The mechanism of action oral antdiabetic drugs: a reviewof recent literature. The Journal of Endocrinology. Metabolism and
Diabetes of South Africa, Vol. 13: 80-88
Buraerah, H. 2010. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe-2 di PuskesmasTanrutedong, Sidenreg Rappan. Jurnal Ilmiah Nasional ; Available:http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a&id=186192.
Busch, M.S., Franke, C., Rüster, G., Wolf. 2010. Advanced Glycation End-Products and The Kidney. European Journal of Clinical Investigation,Vol. 40: 742-755
Chinedum, O., Eleazu, K.C. 2013. Review of Mechanism of Cell Death Resultingfrom Streptozotocin Challenge in Experimental Animals, Its Practical Useand Potential Risk to Humans. Journal of Diabetes & Metabolic
Disorders, Vol. 12-60.
Chung, S.S.M., Ho, M.K.C., Lam, K.S., Chung, S.K. 2003. Contribution of PolyolPathway to Diabetes-Induced Oxidative Stress. Journal of American
Society of Nephrology, Vol. 14: 233-236
Cotran, R.S., Kumar, V. Robbins, S.L. 2007. Pathology Basic of Disease.6th edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Eleazu, C.O., Eleazu, K.C., Chukwuma, S., Essien, U.N. 2013. Review of themechanism of cell death resulting from streptozotocin challenge inexperimental animals, its practical use and potential risk to humans. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders, Vol. 12: 1-7.
Erejuwa, O., Sulaiman, S., Wahab, M.S., Salam, Salleh, Gurtu. 2011. Comparisonof antioxidant effects of honey, glibenclamide, metformin, and theircombinations in the kidneys of streptozotocin induced diabetic rats. International Journal Molecular Science, Vol. 12: 829-843.
Fioretto, P., Mauer, M. 2007. Histopathology of diabetic nephropathy. Seminars of
Nephrology Journal, Vol. 27 : 195-207.
Forbes, J.M., Coughan, M.T., Cooper, M.E. 2008. Oxidative Stress As A MajorCulprit in Kidney Disease in Diabetes. American Diabetes Journal , Vol.57 :1446-1454
Gandhi, S., Srinivassan, B.P., Akarte, A.S. 2013. Potential Nephrotoxic EffectsProduced by Steroidal Saponin in STZ-induced Diabetic Rats. National
Center for Biotechnology Information, Vol. 2: 3-12
Geraldes, P., and King, G.L. 2010. Activation Protein Kinase C Isoform and ItsImpact on Diabetic Complications. Circulation Research, Vol. 106: 1319-1331
Ghasemi A. 2014. Streptozotocin-nicotinamid induced rat model of type 2diabetes. Acta Physiologica Hungaria, Vol. 101 : 408-420.
Gunawan, Gan S. 2012. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen Farmakologidan Terapeutik. Jakarta: FKUI.
Harding, Helen, A., Fierto, G., Alan, K.V., Augosto, S. 2003. Dietary Fat adn Riskof Clinic Type Diabetes. American Journal of Epidemiology, Vol.15;150-159.
Hastuti, R.T. 2008. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
[dissertation]. Universitas Diponegoro (Semarang).
Hope, J.H. 2013. A Review of Diagnosis and Treatment of Ochratoxyn aInhalation Exposure Associated with Human Illness and Kidney Diseaseincluding Focal Segment Glomerulosklerosis. Journal of Environmental
Hospitalia, Journal of Clinical Medicine, Vol. 1 : 150-158
International Diabetes Federation. 2014. Diabetes Atlas Sixth Edition. International Diabetes Federation (IDF).
Ishibasi, Y., Matsui, T., Sho-ichi, Yamagishi. 2012. Beneficial effects ofMetformin and Irbestan on advance glycation end product (AGEs)-RAGE-induced proximal tubule injury. Journal Pharmacological
Research, Vol. 65 : 297-302
Katzung, Bertram G. 2006. Basic and Clinical Pharmacology.Edisi 10.USA : McGraw Hill Lange.
Kemas, A.H. 2003. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Edisi 3.Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada.
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba.Yogyakarta : GadjahMada University Press.
Kim, H.J., Kong, M.K., Kim, Y.C. 2008. Benefical effects of phellodendri cortexextract on hyperglycemia and diabetic nephropathy in streptozotocin-induced diabetic rats. British Medical Bulletin reports. Vol. 18 : 24-67
Lubis, M., Alvarino, Tofrizal, Erkaidus. 2013. Pengaruh Pemberian Valsartan dan Kurkumin Terhadap Pembentukan Fibrosis di Tubulus Proksimal Ginjal
Akibat Obstruksi Ureter Unilateral pada Tikus Wistar . Diakses dari:http://jurnal.fk.unand.ac.id
Permana, H. 2009. Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta pada Diabetes.Bandung : Division of Endocrinology and Metabolism Departmen ofInternal Medicine Padjadjaran University Medical School
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni.
Ramana, K.V., Friedrich, B., Tammali, R., West, M.B., Bhatnagar, M.B.,Srivastava, S.K. 2005. Requirement of Aldose Reductase forHyperglycemic Activation of Protein Kinase C and Formation ofDiacylglycerol in Vascular Smooth Muscle Cells. American Diabetes
Journal , Vol. 54: 818-829
Rabyah, B., Ali, Item, J., Atangwho, Navneet K., Elssnouassi, Mohammed, Ali, J.,Mohd, Z., Asmawi, Rohzianim. 2012. Hypoglycemic and anti-hyperglicemyc study of Phaleria macrocarpa Fruits pericarp. Academic
Journal . Penang : Malaysia.
Rohyami, Y. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol DagingBuah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl). Jurnal
Metformin in patients with chronic kidney disease: strengths andweakness. Journal of Nephrology, Vol. 26 : 55-60.
Rodriguez, D.L., Castelao, A.M., Górriz, J.L., Álvaro, F.D., González, J.F.N.2012. Phatophysiological Role and Therapeutic Implications ofInflammation in Diabetic Nephropathy. World Journal of Diabetes, Vol.3: 7-18
Rudge, M.V.C. Zidayeh, F., Rudge, L., Komar, Z. 2014. Streptozotocin-InducedDiabetes Models: Pathophysiological Mechanisms and Fetal Outcomes.Hindawi Publishing Corporation. Biochemistry Medical Research
International ; Vol. 11, Article ID 819065, diakses di :http://dx.doi.org/10.1155/2014/819065.
Sastrawan, I.G.P., Suwitra, K. 2008. Peran Hipoksia pada Patogenesis PenyakitGinjal. Bali : FK UniversitasUdayana
Sellamuthu, P.S., Muniappan, B.P., Perumal, S.M., Kandasamy, M. 2009.Bioassay-Guided Antidiabetic Study of Phaleria macrocarpa FruitExtract. Journal of Health Sciences, Vol. 55: 206-214.
Sharma, T., Sidhu, M.C. 2014. A review on antidiabetic medicinal plants. World Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 2 : 1356-1374.
Singh, D.K., Farrington, K. 2010. The tubulointrstitium in early diabeticnephropathy: prime target or bystander. International Journal of Diabetesin Developing Country, Vol. 30 :1-4.
Sicree, J.E. Shaw, R.A., Zimmet P.Z. 2010. Global estimates of the prevalence ofdiabetes for 2010 and 2030. Diabetes Research and Clinical Practice,Volume 87: 4-14.
Szkudelski T. 2001. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in BCells of The Rat Pancreas. Department of Animal Physiology andBiochemistry, University of Agriculture, Poznan, Poland. Physiology
Research, Vol. 50 : 536-546.
Slamet, S. 2008. Diet pada penyakit Diabetes. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi III. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.
Sujaya, Nyoman I. 2009. Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai FaktorRisiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada, Vol. 6:75-81.
Sulistyoningrum, E., Setiawati. 2013. Phaleria macrocarpa reduces glomerulargrowth factor expression in alloxan-induced diabetic rats, Universa
Taneda, S., Honda, K., Tomidokoro, K., Uto, K., Nitta, K. 2010. Eicosapentaenoicacid restores diabetic tubular injury through regulation oxidative stressand mitochondrial aoptosis. American Journal Renal Physiology, Vol.299 :1451 : 1461.
Tan, A.L, Forbes, J.M., Cooper, M.E. 2007. AGE, RAGE, and ROS in Diabetic Nephropathy. Seminars in Nephrology, Vol. 27: 130-143
Teixeria, L. 2011. Regulation glucose physical exercise training assists in preventing type 2 diabetes development: focus on its antioxidant andanti-inflammantory properties. Biomed Central Cardiovascular
Diabetology. Vol. 10 ;1-15.
Thorens, B., Mueckler, M. 2010. Glucose Transporters in The 21st Century. American Journal of Physiology-Endocrinology and Metabolism,Vol. 298:141-145
Trihono, P.P. 2011. Peran Transforming Growth Factor B pada PenyakitGinjal.Jakarta : Sariperdiatri, Vol. 13:49-54
Way, K.J., Katai, N., King, G.L. 2001. Protein Kinase C and The Development ofDiabetic Vascular Complications. Diabetic Medicine, Vol. 18: 945-959
Wei, W., Liu, Q., Tan, Y., Liu, L., Cai, L. 2009. Oxidative stress, diabetes, anddiabetic complications. Hemoglobin, Vol. 33 :370-377.
Widyahening, S.I., Soewondo, P. 2012. Kapasitas Manajemen Diabetes MelitusTipe 2 (DM T2) di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer di Indonesia.Jakarta : FKUI.
Yamagishi, S., Matsui, T. 2010. Advanced glycation end products, oxidative stressand diabetic nephropathy. Oxidative Medicine and Cellular Longetivity,Vol. 3 :101-108.
Yosie, Andriani, John, Roland, Diego, Xavier, Z. 2011. "Antibacterial, radical-
scavenging activities and cytotoxicity properties of Phaleria Macrocarpa
(Scheff.) Boerl leaves in HEPG2 cell lines. Journal of PharmaceuticalSciences and Research, Vol. 2 :1700-1706.
Zhang, H., Liu, J., Lim, S., Huang, Z. 2009. The Oxford classification of IgAnephropathy: rationale, clinicopathological correlations, andclassification. International Society of Nephrology.