Top Banner
8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141 http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 1/93 SKRIPSI Pengaruh Ekstrak Methanol Daging Buah Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa  (Scheff.  ) Boerl  dan Metformin terhadap Gambaran Histologi Tubulus Proksimal Ginjal Studi pada Tikus Model Diabetes Melitus Tipe-2 Oleh : Betha Purba Praj Rahmatika G1A012141 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN JURUSAN KEDOKTERAN UMUM PURWOKERTO 2016
93

Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

Jul 06, 2018

Download

Documents

Betha456
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 1/93

SKRIPSI

Pengaruh Ekstrak Methanol Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria

macrocarpa  (Scheff. ) Boerl  dan Metformin terhadap Gambaran HistologiTubulus Proksimal Ginjal

Studi pada Tikus Model Diabetes Melitus Tipe-2

Oleh :

Betha Purba Praj Rahmatika

G1A012141

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN UMUM

PURWOKERTO

2016

Page 2: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 2/93

Page 3: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 3/93

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

hidayah, beserta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul ”Pengaruh Ekstrak Methanol Daging Buah Mahkota Dewa

( Phaleria macrocarpa  (Scheff. ) Boerl   dan Metformin terhadap Gambaran

Histologi Tubulus Proksimal Ginjal pada Tikus Model DM Tipe-2”.  Sholawat

serta salam ditujukkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, beserta sahabat dan

 pengikutnya yang selalu setia sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal

Soedirman Purwokerto tahun 2016. Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak

lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moral

maupun material. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih, penghargaan, serta rasa hormat kepada:

1.  dr. Fitranto Arjadi, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Jenderal Soedirman sekaligus penelaah yang telah memberikan kesempatan

untuk melaksanakan penelitian, memberikan masukan dan saran, serta

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 

2. 

dr. M. Zaenuri Syamsu Hidayat, Sp.KF., M.Si., Med., selaku Ketua Jurusan

Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan

kesempatan untuk melaksanakan penelitian skripsi ini. 

Page 4: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 4/93

3.  dr. Joko Setyono, M.Sc., selaku Ketua Komisi Skripsi Jurusan Kedokteran

Universitas Jenderal Soedirman yang telah berkenan memberikan izin kepada

 penulis untuk melaksanakan penelitian.

4.  dr. Alfi Muntafiah, M.Sc., selaku pembimbing satu yang senantiasa

meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan serta memberikan

semangat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5.  dr. Nur Signa Aini Gumilas, M.Biotech., selaku pembimbing dua yang

 berkenan membimbing serta selalu memberikan masukan selama penulisan

skripsi.

6.  dr. Ika Murti Harini, M.Sc selaku wakil dari tim komisi skripsi yang berkenan

memandu rangkaian seminar dan memberikan masukan kepada penulis.

7.  dr. Nendyah Roestijawati, M.KK selaku ketua komisi skripsi yang telah

mengizinkan terlaksananya penelitian dan seminar hasil skripsi.

8. 

dr. Evy Sulistyoningrum, M.Sc yang telah memberikan masukan dan saran.

9.  dr. Hidayat Sulistyo, Sp.PA.,M.Si.Med yang telah membantu, membimbing,

dan mengedukasi penulis dalam pengamatan preparat.

10.  Pak Wahyu selaku laboran Laboratorium Riset FK Unsoed yang telah

membantu dalam menyelesaikan pengerjaan preparat.

11. 

Pak Mumuh selaku laboran laboratorium farmakologi dan hewan coba FK

Unpad yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan perlakuan hewan

coba.

12. 

Kedua orang tua penulis, Ir. H. Sugiono, MT. dan Dra. Hj. Sri Wahyuni yang

selalu memberikan do’a, semangat, bantuan, perhatian, dan dorongan baik

material maupun spiritual kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 5: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 5/93

13.  Kakak dan adik dari penulis, Alfa Adib Ash-Shiddiqi dan Gama Candra Tri

Kartika yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

14.  Teman spesial saya Agnes Indah Nugraheni yang senantiasa memberikan

semangat dan dukungan moril kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.

15. 

Rekan seperjuangan penelitian, Emma Puspadhini, Siti Syifa Rabiah, Firyal

Maulia, Tomy Gyanovan, Qurrotu ‘Aini, dan M. Helrino Fajar yang

senantiasa memberikan semangat dan masukan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

16.  Teman-teman Kost Bunda, Andini Senja Andira, Nadya Marcia, Ong Rey,

Inez Ann Marie, Agung Maulana, Ghiyas Ulinnuha, Andika Rianil, Giga

Hasabi Alkarani, Rendy Faris Anggono, Dev Anand Pramakrisna, Lintang

Sandya yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. 

Teman-teman angkatan 2012 (Hypoglossus) Kedokteran Unsoed yang

senantiasa memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar menjadi

lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi

semua pihak.

Purwokerto, Januari 2016

Penulis

Betha Purba Praj Rahmatika 

Page 6: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 6/93

  iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vDAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang ....................................................................................... 1

B.  Rumusan Masalah .................................................................................. 4

C.  Tujuan Penelitian ................................................................................... 4

D.  Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKAA. 

Landasan Teori

1.  Mahkota Dewa ................................................................................. 6

2.  Diabetes Melitus Tipe 2 ................................................................... 8

1)  Definisi DM Tipe 2 .............................................................. 8

2)  Patofisiologi ......................................................................... 9

3)  Komplikasi DM Tipe 2 ........................................................ 10

4)  Stress Oksidatif DM Tipe 2.................................................. 10

5) 

 Nefropati Diabetikum........................................................... 14

6)  Atrofi dan Fibrosis Tubulus Proksimal Ginjal ..................... 15

3.  Metformin ........................................................................................ 18

4.  Streptozotocin dan Nicotinamid  ....................................................... 20

B.  Kerangka Teori....................................................................................... 22

C.  Kerangka Konsep ................................................................................... 23

D.  Hipotesis ................................................................................................. 23

III. METODE PENELITIAN

A. 

Materi dan Bahan ................................................................................... 24 

1.  Hewan coba ...................................................................................... 24 

2.  Alat dan Bahan ................................................................................. 25

B.  Metode Penelitian................................................................................... 26 

C.  Rancangan Percobaan ............................................................................ 27 

Page 7: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 7/93

  iv

D.  Variabel Penelitian ................................................................................. 28 

E.  Definisi Operasional............................................................................... 29 

F.  Cara Mengukur Variabel ........................................................................ 31 

G. 

Tata Urutan Kerja ................................................................................... 32 

1.  Persiapan hewan coba ...................................................................... 32 

2.  Pembuatan ekstrak ........................................................................... 32 

3.  Pemberian perlakuan ........................................................................ 33 

4.  Pengambilan dan fiksasi organ ........................................................ 34 

5.  Pembuatan preparat mikroskopis ..................................................... 34 

6.  Pengamatan mikroskopis dan dokumentasi ..................................... 36 

7.  Pengolahan dan analisis data ............................................................ 37 

H.  Analisis Data .......................................................................................... 37 

I.  Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 37 

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. 

Hasil Penelitian ....................................................................................... 39

1.  Pelaksanaan penelitian ..................................................................... 39

2.  Glukosa Darah Tikus ....................................................................... 40

3.  Pengamatan Atrofi Tubulus Proksimal Ginjal ................................. 42

B. 

Pembahasan............................................................................................. 46

C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 54

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................. 55

B. Saran........................................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 57 

Page 8: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 8/93

  v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Mahkota Dewa........................................................... 6

Gambar 2.2 Fibrosis Tubulus Proksimal Ginjal............................................. 18

Gambar 2.3 Atrofi Tubulus Proksimal Ginjal................................................ 18

Gambar 2.4 Kerangka Teori........................................................................... 22

Gambar 2.5 Kerangka Konsep....................................................................... 23

Gambar 4.1 Glukosa Darah Pre, Post Induksi dan post perlakuan................ 41

Gambar 4.2 Gambaran Mikroskopis Tubulus Proksimal Ginjal……………  44

Gambar 4.3 Rerata (SD) Skor Atrofi Tubulus Proksimal Ginjal…………... 45

Page 9: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 9/93

  vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Alur Penelitian .................................................................... 63

Lampiran 2. Penentuan Dosis ............................................................................. 64

Lampiran 3. Aspek Etik Penelitian ..................................................................... 65

Lampiran 4. Pemeriksaan Glukosa Darah Metode GOD-PAP ........................... 66

Lampiran 5. Kandungan Pakan Hewan Coba ..................................................... 67

Lampiran 6. Data Induk Glukosa Darah Hewan Coba ....................................... 68

Lampiran 7. Uji Normalitas Glukosa Darah Hewan Coba ................................. 69

Lampiran 8. Analisis T-Tes Berpasangan Glukosa Darah Hewan Coba ............ 70

Lampiran 9. Uji Interrater Reliability Kappa ..................................................... 71

Lampiran 10 Uji normalitas data Saphiro-Wilk  .................................................. 72

Lampiran 11. Uji non parametrik Kruskall-Wallis. ............................................ 73

Lampiran 12. Uji Analisis post hoc Mann-Whitney ........................................... 74

Lampiran 13. Ethical Approval  .......................................................................... 78

Lampiran 14. Determinasi Tumbuhan ................................................................ 79

Lampiran 15. Dokumentasi ................................................................................ 80

Lampiran 16. Surat Pernyataan Penelitian .......................................................... 81

Lampiran 17. Riwayat Hidup ............................................................................. 82

Page 10: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 10/93

 vii

Pengaruh Ekstrak Methanol DagingBuah Mahkota Dewa (Phaleri a macrocarpa  

(Scheff. ) Boerl  dan Metformin terhadap Gambaran Histologi Tubulus

Proksimal Ginjal pada Tikus Model DM Tipe-2

Studi pada Tikus Model Diabetes Melitus Tipe-2

ABSTRAK

Prevalensi diabetes melitus (DM) tipe-2 di Indonesia semakin meningkat.

Hiperglikemia pada DM menginduksi peningkatan ROS dan menyebabkan

glukotoksisitas pada sel tubulus ginjal. Kondisi tersebut mengakibatkan atrofi seltubulus proksimal ginjal. Mahkota dewa diketahui memiliki efek antihiperglikemia

dan antioksidan yang dapat memperbaiki gambaran atrofi tubulus proksimal ginjal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak methanol dagingmahkota dewa dan metformin terhadap gambaran tubulus proksimal ginjal pada tikusmodel DM tipe-2. Tiga puluh ekor tikus putih galur Sprague Dawley dibagi ke dalam

enam kelompok yaitu: kelompok A (kontrol sehat), kelompok B (kontrol sakit),

kelompok C, D, E (tikus diabetik+ekstrak methanol mahkota dewa 200 mg/kgBB,250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB), dan kelompok F (tikus diabetik+metformin 150

mg/kgBB). Perlakuan dilakukan selama 21 hari. Hari ke-22 tikus diterminasi dan

diambil ginjalnya kemudian dibuat sediaan dengan pewarnaan  Periodic Acid Schiff .

Pengamatan atrofi tubulus proksimal ginjal dilakukan dengan memilih 10 tubulussecara acak dan dihitung dalam 5 lapang pandang. Atrofi tubulus diklasifikasikan

 berdasarkan kriteria skoring 0-4 dimana 0 = 0%, 1= <10%, 2 = 10%-25%, 3 = 26%-

50%, 4 = >50%. Uji Kruskall-Wallis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna skoratrofi tubulus proksimal ginjal pada minimal 2 kelompok perlakuan dengan nilai

(p=0,001). Dilanjutkan uji  Mann-Whitnney yang menunjukkan hasil signifikan pada

kelompok A dengan B (p=0,016), B dengan C (p=0,029), B dengan E (p=0,016), Bdengan F (p=0,029) dan tidak signifikan pada kelompok C dengan D (0,686), D

dengan E (p=0,190), E dengan F (p=0,556). Hasil penelitian menunjukkan dosis

mahkota dewa 250 mg/kgBB dan metformin 150 mg/kgBB memiliki skor rerata

atrofi tubulus proksimal yang sama sebesar (1,75±0,5).

Kata kunci :  diabetes melitus, mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa), metformin,

tubulus proksimal ginjal, skor atrofi

Page 11: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 11/93

 viii

The Effect Of Methanol Extract Of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl.) Mesocarp and Metformin On Histological Structure Of Renal

Proximal Tubules

Study in Type 2 Diabetes Mellitus Rat Models

ABSTRACT

The prevalence of type 2 Diabetes mellitus (DM) in Indonesia continues to increase.

Hyperglycemia in DM induces the increase of reactive oxygen species (ROS) causing

glucotoxicity to renal proximal tubular cells atrophy. Mahkota Dewa known for

having antihyperglycemia and antioxidant effect which decrease renal proximal

tubular cells atrophy. The purpose of this study is to investigate the effect of

methanol extract of mahkota dewa and metformin on renal proximal tubuleshistogical changes in type 2 DM rat models. Thirty albino rats were divided into 6

groups. Group A (healthy control), group B (diabetic control), group C (MD 200

mg/kgBW/day), group D (MD 250 mg/kgBW/day), group E (MD 300

mg/kgBW/day), and group F (metformin 150 mg/kgBW/day). All of the rats were

treated using aquades, metformin, and mahkota dewa methanol extract for 21 days.

Termination was done at the 22nd day to take the kidney for renal histological

staining using Periodic Acid Schiff. Renal proximal tubular atrophy observation was

done by choosing 10 tubules randomly in 5 fields of view. Tubular atrophy was

classified by score 0-4: 0 = 0%, 1= <10%, 2 = 10%-25%, 3 = 26%-50%, 4 = >50%.

 Kruskall-Wallis  test result was significant (p=0,001) which means there weredifferences in mean of tubular atrophy scores in 2 groups minimum. Post hoc test

 Mann-Whitney result was significant: group A and B (p=0,016), B and C (p=0,029),

B and E (p=0,016), B and F (p=0,029) and not significant in group C and D (0,686),

D and E (p=0,190), E and F (p=0,556). The result of this study showed methanol

extract of mahkota dewa 250mg/kgBW/day and metformin 150mg/kgBW/day had

the same mean of tubular atrophy score (1,75±0,5).

Keywords :  diabetes mellitus, mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa), metformin,

renal proximal tubular, atrophy scores

Page 12: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 12/93

1

I.  PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia kronik yang terjadi karena defek sekresi

insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Power, 2008; PERKENI, 2006).

Prevalensi DM di dunia terus meningkat. Di dunia pada tahun 2010, prevalensi

DM pada usia 20-79 tahun mencapai 6,4%. Pada tahun 2014 jumlah penderita

DM sebesar 387 juta jiwa dan diperkirakan tahun 2030 akan meningkat hingga

7,7%. Penderita DM diperkirakan pada tahun 2035 meningkat menjadi 592 juta

 penderita. Pada tahun 2010 Indonesia menduduki rangking kelima jumlah

 penderita diabetes terbanyak setelah China, India, Amerika Serikat dan Rusia

(Sicree et al., 2010). Tahun 2014 penderita DM tipe-2 di Indonesia mencapai 5,81

% atau sekitar 9,2 juta jiwa (PERKENI, 2011). Angka ini diprediksi akan

meningkat menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (IDF, 2014). Selain prevalensi yang

semakin meningkat setiap tahun, DM juga penyebab terjadinya komplikasi pada

 berbagai organ. 

Diabetes melitus menyebabkan komplikasi terhadap berbagai organ,

diantaranya yaitu ginjal akibat stres oksidatif pada kondisi hiperglikemia.

Hiperglikemia menginduksi peningkatan produksi reactive oxygen species (ROS)

seperti superoksida (O2), hidrogen peroksida (H2O2), nitrit oksida (NO) dan

 penurunan kadar antioksidan endogen (Fioretto & Mauer, 2007; Wei et al., 2009).

Ketidakseimbangan jumlah radikal bebas dan antioksidan menimbulkan stress

Page 13: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 13/93

2

oksidatif yang menyebabkan lesi pada glomerolus dan tubulus renalis (Taneda et

al . , 2010). Lesi pada tubulus renalis menunjukkan kerusakan yang bertahap dan

 perubahan struktur sel tubulus renalis.Penelitian Singh & Farrington (2010) menunjukkan bahwa perubahan

struktur histologi dan fungsi tubulus terjadi karena proses  glucotoxicity pada sel

tubulus akibat resistensi insulin pada kondisi hiperglikemia. Perubahan struktur

histologi tubulus terjadi secara bertahap. Pada tahap awal terjadi hipertrofi sel

tubulus, akumulasi glikogen intraseluler, penebalan membran basal tubulus dan

dilatasi tubulus. Pada tahap lanjut terjadi atrofi tubulus dan fibrosis peritubuler

(Singh & Farrington, 2010). Menurut Trihono (2011) atrofi tubulus proksimal

dipengaruhi oleh rekasi sitokin TGF-β. TGF-β mempunyai kapasitas untuk

mengaktivasi fibroblas interstisial dan  menginduksi apoptosis sel, atrofi terjadi

terlebih dahulu dibandingkan dengan fibrosis, maka pada penelitian ini peneliti

hanya melihat perubahan atrofi saja. Salah satu obat lini pertama penurun kadar

glukosa dalam darah yang dapat mengurangi faktor resiko terjadinya glucotoxicity 

adalah metformin.

Metformin merupakan obat hipoglikemik oral golongan biguanid, paling

 banyak digunakan di dunia sebagai anti hiperglikemia oral dan telah ditetapkan

oleh  American Diabetes Associations  (ADA) sebagai obat lini pertama dalam

 penatalaksanaan farmakologi DM tipe-2 (ADA, 2015). Obat ini memiliki efek

menurunkan kadar glukosa plasma puasa dan  post prandial (Gong et al ., 2012).

Hampir 20% pasien dengan metformin mengalami mual muntah, diare serta kecap

logam (metalic taste), tetapi dengan menurunkan dosis keluhan-keluhan tersebut

Page 14: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 14/93

3

segera hilang. Mekanisme obat ini yaitu mengurangi produksi glukosa berlebih

oleh hepar dengan menekan proses  gluconeogenesis  tanpa menaikkan kadar

insulin, dan jarang menyebabkan hipoglikemia secara signifikan jika digunakansebagai monoterapi (Nathan, 2009). Oleh karena itu secara luas dianggap sebagai

obat ideal lini pertama dalam pengobatan DM (Gunawan, 2012). Selain

metformin, menurut penelitian Arjadi et al . (2008) menyebutkan bahwa terdapat

tanaman herbal yang sudah banyak digunakan dalam pengobatan DM yaitu

mahkota dewa.

Mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa  (Scheff. ) Boerl merupakan jenis

tanaman herbal asli Indonesia yang telah banyak digunakan dalam pengobatan

DM. Tanaman endemik Indonesia ini mudah dibiakkan di lingkungan pedesaan

dan berbuah sepanjang tahun. Kandungan flavonoid saponin dan alkaloid pada

daging buah mahkota dewa berpotensi sebagai zat antioksidan, antiperadangan,

dan antibakterial. Potensi mahkota dewa telah terbukti bermanfaat pada DM,

diantaranya menurunkan kadar glukosa darah dan memiliki efek protektif pada

 jaringan ginjal pada kondisi diabetik (Arjadi et al., 2008; Sulistyoningrum et al .,

2013). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian

menggunakan ekstrak methanol daging buah mahkota dewa terhadap gambaran

histologi tubulus proksimal ginjal. Penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi

ekstrak methanol daging buah mahkota dewa sebagai pengobatan herbal dalam

mencegah komplikasi DM, khususnya komplikasi nefropati.

Page 15: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 15/93

4

B.  Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh ekstrak methanol daging buah mahkota dewa( Phaleria macrocarpa  (Scheff. ) Boerl   dan metformin terhadap gambaran

histologi tubulus proksimal ginjal tikus model DM tipe-2

C.  Tujuan Penelitian

1.  Tujuan umum

Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak methanol daging buah mahkota

dewa ( Phaleria macrocarpa  (Scheff. ) Boerl   dan metformin pada gambaran

histologi tubulus proksimal ginjal tikus model DM tipe-2

2.  Tujuan khusus

a.  Mengetahui gambaran histologi tubulus proksimal ginjal tikus model DM

tipe-2 yang diberi ekstrak methanol daging buah mahkota dewa ( Phaleria

macrocarpa (Scheff. ) Boerl  pada dosis 200 mg/KgBB/hari

 b.  Mengetahui gambaran histologi tubulus proksimal ginjal tikus model DM

tipe-2 yang diberi ekstrak methanol daging buah mahkota dewa ( Phaleria

macrocarpa (Scheff. ) Boerl  pada dosis 250 mg/KgBB/hari

c.  Mengetahui gambaran histologi tubulus proksimal ginjal tikus model DM

tipe-2 yang diberi ekstrak methanol daging buah mahkota dewa ( Phaleria

macrocarpa (Scheff. ) Boerl  pada dosis 300 mg/KgBB/hari

d.  Mengetahui gambaran histologi tubulus proksimal ginjal tikus model DM

tipe-2 yang diberi metformin dosis 150 mg/KgBB/hari

Page 16: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 16/93

5

e.  Menentukan dosis ekstrak methanol daging buah mahkota dewa ( Phaleria

macrocarpa  (Scheff. ) Boerl yang berpengaruh paling efektif terhadap

gambaran histologi tubulus proksimal ginjal tikus model DM tipe-2.D.  Manfaat Penelitian

1.  Manfaat Pendidikan / Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu

 pengetahuan mengenai pengaruh ekstrak methanol daging buah mahkota dewa

( Phaleria macrocarpa  (Scheff. ) Boerl   dan metformin terhadap gambaran

histologi tubulus proksimal ginjal tikus model DM tipe-2.

2.  Manfaat Penelitian

a.  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

dilakukan uji klinis ekstrak methanol daging buah mahkota dewa kepada

manusia dalam pencegahan komplikasi DM.

 b.  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk

 penelitian selanjutnya terutama mengenai pengaruh ekstrak methanol

daging buah makota dewa ( Phaleria macrocarpa  (Scheff. ) Boerl dalam

mencegah komplikasi DM.

3.  Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru

mengenai pengaruh ekstrak methanol daging buah mahkota dewa

( Phaleria macrocarpa (Scheff. ) Boerl  terhadap pencegahan & pengobatan

komplikasi DM yang diujikan pada tikus model DM tipe-2.

Page 17: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 17/93

6

II.  TINJAUAN PUSTAKA

1.  Landasan Teori

1.  Mahkota Dewa

Mahkota Dewa merupakan salah satu tanaman obat yang sering

digunakan di Indonesia. Mahkota dewa tumbuh sepanjang tahun pada

daerah tropis dan tumbuh subur pada dataran rendah dengan ketinggian

1200 m diatas permukaan laut (Soeksmanto et al ., 2007). Tinggi pohon

dapat mencapai 1-6 m. Struktur pohon terdiri dari batang, daun, bunga dan

 buah. Buah mahkota dewa berbentuk bulat dengan diameter sekitar 3 cm

dan ketebalan kulit antara 0,1-0,5 mm. Warna buah hijau jika belum

matang dan berubah menjadi merah setelah matang. Mahkota dewa

 berkembang biak secara generatif dan vegetatif sehingga memudahkan

 pembudidayaan tanaman tersebut (Soeksmanto et al ., 2007; Hendra et al .,

2007).

Gambar 2.1. Tanaman Mahkota Dewahttp ://lipur .staf .isi-ska.ac.id/files/2011/05/IMG_15741.jpg

Page 18: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 18/93

7

Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa  (Scheff.)  Boerl , merupakan

tanaman obat yang sudah dikenal dan saat ini semakin diminati

masyarakat. Tanaman yang berasal dari Papua ini berkhasiat untukmengobati luka, diabetes, lever, flu, alergi, sesak nafas, desentri, penyakit

kulit, jantung, ginjal, kanker, darah tinggi, asam urat, penambah stamina,

ketergantungan narkoba, dan pemicu kontraksi rahim (Rohyami, 2008).

Komponen utama dari buah mahkota dewa adalah flavonoid. Tanaman ini

 juga mengandung alkaloid, saponin, tanin, dan terpenoid (Dalimartha,

2003). Selain itu menurut Arjadi (2010), pada daging buah mahkota dewa

terdapat senyawa flavonoid, saponin dan alkaloid. Senyawa kimia aktif

yang diduga mempunyai efek hipoglikemik mirip insulin adalah

flavonoid. Salah satu zat flavonoid dengan efek hipoglikemik adalah

quercetin  yang dapat meningkatkan pengeluaran insulin dari sel pulau

langerhans melalui perubahan metabolisme Ca2+.

Flavonoid yang terkandung dalam daging buah mahkota dewa

mempunyai kemampuan merangsang pengeluaran insulin atau mempunyai

senyawa mirip insulin yang dapat diekstraksi. Flavonoid yang terdapat

 pada daging buah mahkota dewa diduga dapat menyebabkan regenerasi

sel pulau langerhans, meregenerasi sel β  pankreas, merangsang

 pengeluaran insulin dan atau sebagai senyawa mirip insulin. Quercetin

 juga dapat menginduksi hepatik glukokinase dan hasilnya akan

menciptakan efek hipoglikemik (Yosie et al ., 2011).

Page 19: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 19/93

8

Ekstrak methanol daging buah mahkota dewa mengandung salah

satu senyawa flavonoid yaitu magniferin yang telah terbukti memiliki

aktivitas hipoglikemik terhadap tikus DM tipe-2 yang diinduksi streptozotocin (Ali et al., 2012). Magniferin meningkatkan aktivitas enzim

hexokinase yang berperan dalam menurunkan glukosa darah pada proses

fosforilasi glukosa saat glikolisis. Selain itu, magniferin juga

meningkatkan aktivitas  pyruvate kinase  yang akan diikuti dengan

 peningkatan utilisasi glukosa. Magniferin akan memperbaiki rasio

 NAD+/NADH pada sitosol dengan meningkatkan kerja enzim laktat

dehydrogenase hingga mendekati aktivitas normal pada tikus DM tipe-2

yang diberikan magniferin. Magniferin mampu meningkatkan utilisasi

glukosa dengan meningkatkan aktivitas  glucose-6-phosphate

dehydrogenase  sekaligus menghambat proses  gluconeogenesis  dengan

menurunkan aktivitas  glucose-6-phosphatase  dan  fructose-1,6-

bisphosphatase. Magniferin juga mempengaruhi metabolisme glikogen

yaitu mengurangi pemecahan glikogen menjadi glukosa dan

meningkatkan utilisasi glukosa menjadi glikogen dengan mengurangi

aktivitas  glycogen  phosporilase dan meningkatkan aktivitas glikogen

sintase (Sellamuthu et al ., 2008).

2.  Diabetes Melitus Tipe 2

1)  Definisi Diabetes Melitus tipe-2

Diabetes melitus tipe-2 merupakan penyakit hiperglikemi

akibat insensivitas sel terhadap insulin (insulin resistance). Kadar

Page 20: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 20/93

9

insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal.

Insulin tetap dihasilkan oleh sel β pankreas, sehingga diabetes melitus

tipe-2 dianggap sebagai non-insulin dependent diabetes melitus (Slamet, 2008). Diabetes melitus tipe-2 adalah penyakit gangguan

metabolik yang ditandai oleh kenaikan glukosa darah sewaktu >200

mg/dl akibat penurunan sekresi insulin oleh sel β  pankreas (Bennet,

2008; Sujaya, 2009).

2)  Patofisologi

Patofisiologi DM tipe-2 terjadi melalui beberapa keadaan yang

 berperan yaitu :

a. Resistensi insulin

Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan

kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita DM tipe-2

dapat juga terjadi kerusakan sel β  pancreas  yang mengakibatkan

defesiensi insulin. Defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe-

2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut (Harding, 2003; Hastuti,

2008).

 b. Disfungsi sel B pankreas

Pada awal perkembangan DM tipe-2, sel β   pancreas

menunjukkan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya

sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila

tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan

terjadi kerusakan sel-sel β  pankreas. Kerusakan sel-sel β  pankreas

Page 21: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 21/93

10

akan terjadi secara progresif yang seringkali akan menyebabkan

defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin

eksogen. Pada penderita DM tipe-2 memang umumnya ditemukankedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin

(Bennet, 2008; Teixeria, 2011).

3)  Komplikas DM Tipe 2

Komplikasi DM tipe-2 terbagi menjadi komplikasi

mikroangiopati yang dapat menyebabkan nefropati, retinopati,

neuropati dan komplikasi makroangiopati yang dapat menyebabkan

hipertensi, stroke, penyakit pembuluh darah kapiler (Permana, 2009).

4) Stres Oksidatif DM Tipe 2

Stres oksidatif disebabkan oleh ketidakseimbangan antara

 produksi oksidan atau spesies oksigen reaktif dengan kapasitas sistem

 biologis untuk mendetoksifikasi senyawa reaktif atau untuk

memperbaiki kerusakan yang dihasilkan. Hasil akhir dari stress

oksidatif adalah oksidasi makromolekul, termasuk protein, lemak,

karbohidrat, dan DNA. Bukti yang sedang berkembang

mengindikasikan bahwa stres oksidatif berperan vital terhadap

 perkembangan komplikasi mikro dan makrovaskuler dari diabetes

(Forbes et al., 2008).

Spesies oksigen reaktif meliputi radikal bebas seperti

superoksida, hidroksil, dan peroksil, serta spesies nonradikal seperti

hidrogen dan peroksida. Terdapat pula spesies nitrogen reaktif, seperti

Page 22: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 22/93

11

nitrit oksida radikal, nitrogen dioksida, peroksinitrit nonradikal. Jalur

 pembentukan spesies nitrit reaktif mirip dengan jalur pembentukan

spesies oksigen reaktif (Giacco et al., 2010). Penelitian-penelitianterbaru menunjukkan peran berbagai enzim dan jalur dalam stres

oksidatif dan pengaktifan mekanisme inflamasi yang terlibat dalam

 patofisiologi nefropati diabetikum. Beberapa jalur tersebut sebagai

 berikut (Rodriguez et al., 2012) :

a.  Jalur Polyol

Jalur  polyol  aktif ketika kadar glukosa intraseluler meningkat.

Enzim lini pertama pada jalur ini adalah aldose reductase  yang

mereduksi glukosa menjadi sorbitol menggunakan nicotinamide

adenine dinucleotide phosphate  (NADPH) sebagai kofaktor.

Sorbitol selanjutnya dimetabolisme menjadi fruktosa oleh enzim

 sorbitol dehydrogenase  yang menggunakan NAD+  sebagai

kofaktor. Afinitas enzim aldose reductase  terhadap glukosa

meningkat pada keadaan hiperglikemia dan menyebabkan

 penumpukan  sorbitol   dan peningkatan penggunaan NADPH.

Aktivasi dari aldose reductase  sendiri dapat menimbulkan

kerusakan melalui pembentukan spesies oksigen reaktif.

Mekanisme lain dari kerusakan sel oleh enzim ini adalah melalui

 pengaktifan protein kinase C (PKC) dan menimbulkan glikasi

 protein (Chung et al., 2003; Ramana et al., 2005).

Page 23: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 23/93

12

Pengaktifan jalur polyol  berlebih menimbulkan penumpukan

fruktosa dan sorbitol intraseluler. Fruktosa mengalami fosforilasi

menjadi  fructose-3-phospate  yang akan dipecah lagi menjadi 3-

deoxyglucosone. Kedua senyawa tersebut adalah agen glikasi yang

sangat kuat dan berpartisipasi dalam pembentukan advanced

 glycation end products  (AGEs). Sorbitol merupakan senyawa

alkohol hidrofilik yang tidak dapat menembus membran sel,

sehingga menumpuk di dalam sel dan menyebabkan peningkatan

tekanan osmotik intrasel (Chung et al., 2003; Ramana et al., 2005).

 b.  Jalur Protein Kinase C (PKC)

Protein Kinase C adalah enzim dengan berbagai isoform

 berbeda. PKC memfosforilasi beragam protein target yang

 bertanggung jawab untuk transduksi sinyal yang terlibat pada

reglukosasi kontraktilitas, aliran, proliferasi sel, permeabilitas

vaskuler dan fungsi vaskuler. Aktivasi PKC menghasilkan

serangkaian efek berbahaya yang berhubungan dengan komplikasi

diabetes (Way et al., 2001; Geraldes et al., 2010).

Lingkungan hiperglikemik menginduksi peningkatan

aktivitas PKC-β2 pada sel endotel ginjal.  Aktivitas PKC-β2 yang

meningkat memicu endotel untuk memproduksi prostaglandin E2

dan tromboksan A2, substansi yang mengubah permeabilitas dan

respon vaskuler terhadap angiostensin II. PKC juga berkontribusi

 pada akumulasi protein matriks mikrovaskuler dengan menginduksi

Page 24: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 24/93

13

tumor growth factor (TGF)-β, fibronektin, dan kolagen tipe IV pada

sel mesangial pada hewan coba (Way et al ., 2001; Geraldes et al .,

2010).c.  Jalur Advanced Glycation End-Products (AGEs)

Serangkaian proses dan kaskade glikasi protein non-enzimatis

oleh glukosa yang menghasilkan berbagai senyawa heterogen yang

secara kumulatif sisebut sebagai produk akhir glikasi atau advanced

 glycation end-products (AGEs). Proses ini dimulai dengan reaksi

 Maillard , yaitu grup karbonil (aldehid atau keton) dari glukosa yang

mereduksi bereaksi dengan grup asam amino dari molekul organik

dan membentuk basa Schiff. Setelah proses awal ini, basa-basa

Schiff mengalami perubahan intramolekuler dan membentuk

 produk Amadori. Produk Amadori pada akhirnya akan membentuk

AGEs permanen. Ketika AGEs terbentuk pada bagian vital pada

enzim atau protein, AGEs dapat merubah struktur dan fungsi enzim

dalam plasma, dinding arteri, sel-sel mesangial, dan membran basal

tubulus proksimal ginjal (Tan et al., 2007; Busch et al., 2010).

AGEs dapat memunculkan efeknya melalui ikatan dengan

reseptor spesifik AGEs (RAGEs) pada berbagai sel berbeda,

termasuk podosit, endotel, sel otot polos, mesangial, dan sel epitel

tubulus. Interaksi AGE-RAGE menentukan aktivasi jalur

 pengiriman sinyal yang memicu pembentukan spesies oksigen

reaktif, pelepasan sitokin inflamasi seperti tumor necrosis factor

Page 25: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 25/93

14

alpha (TNF)-α  dan interleukin (IL)-1 dan 6, dan factor

 pertumbuhan seperti connective tissue growth factor (CTGF) atau

TGF-β1 (Tan et al., 2007; Busch et al., 2010).Kemampuan sel untuk memproses glukosa adalah faktor

terpenting dalam pembentukan spesies oksigen reaktif yang

diinduksi hiperglikemia. Oleh karena itu, kontrol influks glukosa ke

dalam sitosol pada keadaan hiperglikemia sangat penting dalam

mempertahankan homeostasis glukosa intrasel (Tan et al., 2007;

Busch et al., 2010). Akan tetapi, populasi sel ginjal tertentu, seperti

endotel, sel mesangial, epitel dan sel tubulus sangat rentan karena

tidak dapat mengurangi laju transpor glukosa secara adekuat

(Thorens & Mueckler, 2010).

Faktor penting untuk mencegah kerusakan oksidatif oleh

spesies oksigen reaktif adalah sistem enzim antioksidan endogen.

Enzim-enzim yang termasuk dalam sistem ini adalah superoksida

dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx), dan katalase (CAT).

Reduksi pada ekspresi dan aktivitas enzim-enzim dibuktikan

terdapat pada penyakit mikrovaskuler diabetes. Ekspresi berlebih

enzim-enzim ini terbukti protektif melawan kerusakan pada hewan

model nefropati diabetikum (Rodriguez et al., 2012).

5)   Nefropati diabetikum

 Nefropati Diabetik (ND) merupakan salah satu komplikasi

diabetes mellitus (DM) yang mempunyai prevalensi di Indonesia

Page 26: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 26/93

15

sebanyak 26-7,3%. Komplikasi DM ini menyerang nefron ginjal

mengakibatkan kerusakan struktur dan fungsi ginjal serta penyebab

tersering terjadinya end-stage renal disease (ESRD) di dunia (Lim,2012).

Diagnosis ND ditegakkan apabila ditemukan mikroalbuminuria

nyata yaitukadar albumin>30 mg/24 jam atau >20 µg/menit (Lubis,

2009). Keadaan hiperglikemi memicu ikatan biokimia antara glukosa

dan protein di matriks ginjal sehingga terbentuk advanced glycation

end-products (AGEs) yang lebih banyak melalui aktivasi beberapa

 jalur seperti  polyol pathway  dan  protein kinase C   (PKC). AGEs

memicu apoptosis dan peningkatan ekspresi vascular endothelial

 growth factor  (VEGF) serta menstimulasi transforming growth factor-

 β  (TGF-β) (Yamagishi, 2010).

Peningkatan reactive oxygen species (ROS) akan bersifat

sitotoksik bagi ginjal dengan memicu inflamasi, stimulasi TGF-β, dan

reaksi fibrogenik. TGF-β yang dihasilkan karena adanya AGEs dan

ROS ini merupakan faktor fibrogenik yang menstimulasi sintesis

matriks dan menghambat degradasinya. Reaksi inflamasi, fibrogenik

dan peningkatan ROS akan memicu kondisi hipoksia pada tubulus

 proksimal ginjal.

6)  Atrofi dan Fibrosis Tubulus Proksimal Ginjal

Kerusakan tubulointerstisial akibat hipoksia melalui

mekanisme yang multifaktorial diantaranya adalah inflamasi, reaksi

Page 27: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 27/93

16

fibrogenik dan peningkatan ROS. Hipoksia dapat mengaktivasi

fibroblas, perubahan metabolisme matriks ekstrasel pada sel-sel ginjal,

dan fibrogenesis. Aktivasi interstisial fibrosis akibat hipoksia dan peningkatan deposit matriks ekstrasel akan mengakibatkan gangguan

aliran darah dan asupan oksigen (Sastrawan & Suwitra, 2008).

Sel tubulus proksimal ginjal yang mengalami hipoksia lebih

mudah mengalami gangguan fungsi mitokondria dan defisit energi

yang menetap (Sastrawan & Suwitra, 2008). Observasi yang lebih

dalam dilaporkan pada penelitian korelasi antara penurunan aliran

kapiler peritubuler dan disfungsi tubular pada pasien DM tipe-2

dengan normoalbuminuria. Hasil penelitian ini mendukung konsep

hipoksia dapat menginduksi jejas tubulointerstisial, yang

mengakibatkan terjadinya gagal ginjal terminal, mengakibatkan

kerusakan sel epitel tubulus yang memipih akibat hipoksia yang

semakin lama menjadi sel atrofi dan jika terjadi kematian sel

(nekrosis), akan digantikan dengan jaring parut (fibrosis) (Sastrawan

& Suwitra, 2008).

Atrofi tubulus proksimal dipengaruhi oleh rekasi sitokin TGF-

β. TGF-β mempunyai kapasitas untuk mengaktivasi fibroblas

interstisial, menginduksi apoptosis (yang menyebabkan sel intrinsik

ginjal hilang, digantikan dengan jaringan fibrotik), dan diferensiasi sel

tubulus menjadi miofibroblas, sehingga terjadi pembentukan jaringan

Page 28: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 28/93

17

 parut ginjal. Jumlah TGF-β di daerah tubulo-interstisial berkorelasi

dengan derajat inflamasi interstisial dan atrofi tubulus.  Gambaran

atrofi dapat dilihat dengan ciri-ciri hilangnya beberapa sel dengan pembentukan sel nekrotik dalam lumen tubulus proksimal, beberapa

ditandai deng sel epitel tubulus yang memipih. Keterlibatan TGF-β

 pada pembentukan jaringan parut ginjal juga melalui peningkatan

sintesis matriks ekstra selular. Diketahui bahwa TGF-β berperan

dalam pembentukan atrofi tubulus proksimal ginjal (Trihono, 2011).

Penelitian Lubis (2013) menyatakan fibrosis pada ginjal timbul

melalui dua mediator yaitu tumor nekrotic  factor α  (TNF α) dan

angiotensin II. TNF α merupakan sitokin penyebab inflamasi yang

diproduksi oleh makrofage dan sel-sel epitel ginjal mesangial dan

tubular (Lubis et al ., 2013). Dalam menanggapi rangsangan inflamasi

sel ginjal intrinsik, termasuk sel-sel mesangial akan memproduksi

sitokin seperti  platelet-derived growth factor   (PDGF) dan TNF-α.

Angiotensin II merupakan peptida utama dari system rennin

angiotensin sebagai faktor pertumbuhan yang mengatur proliferasi sel,

apoptosis dan fibrosis. Angiotensin II sebagai mediator penyebab

inflamasi yang berperan dalam respon inflamasi, di ginjal angiotensin

II dan TNF-α berkontribusi menyebabkan  atrofi yang semakin lama

sel akan mati (nekrosis) sehingga digantikan jaringan fibrous dan

terjadi fibrosis tubulus proksimal ginjal (Lubis et al., 2013).

Page 29: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 29/93

18

Gambar 2.2. Fibrosis Tubulus Proksimal GinjalFibrosis terlihat dari peningkatan matriks ekstraseluler yang terjadi karena penumpukan sel

fibroblas “panah hitam”, akibat meregangnya sel epitel tubulus proksimal(Cotran et al ., 2007) 

Gamabar 2.3. Atrofi Tubulus Proksimal GinjalAtrofi ditandai dengan hilangnya beberapa sel dengan pembentukan sel nekrotik “panahhitam” dalam lumen tubulus proksimal, meninggalkan membran dasar tubulus. Beberapa

ditandai dengan sel epitel tubulus yang memipih “panah merah” (http://www.kidneypathology.com) 

3.  Metformin

Metformin merupakan obat golongan biguanida berupa insulin-

 sensitizing  yang digunakan sebagai agen lini pertama untuk menurunkan

hiperglikemia pada DM tipe-2 (Rocha et al., 2013). Penjelesan mengenai

mekanisme kerja biguanida sulit dimengerti. Proses penurunan glukosa

Page 30: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 30/93

19

darah golongan ini tidak tergantung fungsi sel beta pankreas. Mekanisme

kerja metformin berupa : 1) mengurangi glukoneogenesis hepatik dan

renal, 2) memperlambat absorpsi glukosa di  gastrointestinal tract , yangmenyebabkan konversi glukosa menjadi laktat oleh enterosit, 3) stimulasi

glikolisis di jaringan dengan meningkatkan penggunaan glukosa darah,

dan 4) mengurangi level glukagon plasma (Katzung, 2006).

Metformin tidak terikat pada protein plasma, tidak dimetabolisme,

dan diekskresi oleh ginjal sebagai ikatan molekul yang aktif. Akibat dari

 penghambatan glukoneogenesis oleh metformin adalah terganggunya

metabolisme asam laktat di hepar. Pada pasien dengan penurunan fungsi

ginjal, metformin dan bigudanida lainnya terakumulasi dan meningkatkan

resiko asidosis laktat (Katzung, 2006).

Menurut Erejuwa (2011) efek samping obat (ESO) metformin

adalah hipoglikemi, ketidakmampuan degenerasi pankreas, dan

komplikasi DM yang berkaitan dengan stres oksidatif dimana salah

satunya adalah ND. Namun, menurut Rocha et al . (2013) metformin

 bukan obat dengan sifat nefrotoksik, karena metformin mampu

menghentikan apoptosis yang diinduksi oleh stres oksidatif di endotel

sehingga mencegah disfungsi vaskuler (Morales et al., 2010).

Hasil penelitian Morales et al . (2010) menunjukkan bahwa

metformin mampu mencegah kerusakan struktur histologi, fungsi, dan

 biokimia ginjal pada induksi gentamisin yang meningkatkan stres

oksidatif pada ginjal. Tanda dari efek metformin adalah peningkatan renal

Page 31: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 31/93

Page 32: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 32/93

21

hidrofilik, serta stabil pada pH 7,4 dan suhu 37oC. STZ toksik terhadap sel

 beta pankreas karena kemampuannya menempel pada glukosa dan

sifatnya yang hidrofilik sehingga mampu masuk ke sel beta melalui low

affinity glucose 2 transporter (GLUT 2) di membran plasma (Eleauzu et

al ., 2013).

Kerusakan sel beta pankreas menunjukkan bahwa GLUT 2 yang

terpapar STZ tidak menjadi resisten akan STZ namun menjadi lemah dan

rapuh. Sel lain yang juga mengekspresikan GLUT 2 seperti pada hepatosit

dan sel-sel ginjal mengalami kelemahan yang sama terhadap STZ. Inilah

yang mendasari bahwa induksi menggunakan STZ mengakibatkan hewan

coba mengalami kerusakan hati dan ginjal (Eleazu et al ., 2013).

Streptozotocin dosis 60 mg/kgBB terbukti dapat menginduksi

DM tipe 2 dengan dikombinasikan nicotinamide  (NAD) 120 mg/kgBB.

 NAD memiliki kemampuan untuk menurunkan radikal bebas akibat dari

efek sitotoksisitas yang ditimbulkan oleh STZ sehingga sel beta pankreas

hanya mengalami kerusakan minor. Kerusakan minor ini akan

memberikan situasi diabetes kronik seperti pada DM tipe 2 (Ahangarpour

et al., 2014). Pemberian NAD dapat mengurangi 40% alkilasi pada DNA

sel pankreas sehingga kematian sel beta pankreas tidak separah pada

model DM tipe 1 (Ghasemi, 2014; Szkudelski, 2001).

Page 33: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 33/93

22

2.  Kerangka Teori

Gambar 2.4. Kerangka Teori

Keterangan :

: Hubungan kausatif

: Memberi efek penghambatan

Streptozotocin (STZ) Nikotinamid

Kerusakan sel β pankreas

Defisiensi Insulin

Hiperglikemia

Jalur Poliol

Angiotensin II

VEGF & TGF β 

TNF α 

Deposit matriksekstraselSitokin inflamasimeningkat

Kondisi hipoksiadalam selApoptosis danFibrosis sel

Atrofi & FibrosisTubulus proksimal

Ekstrak MethanolMahkota Dewa

Metformin

Flavonoid(antioksidan):Quercetin,

 Magniferin

Stres Oksidatif >> 

AGEs Jalur PKC

Ginjal

GLUT-2

Hepar

Page 34: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 34/93

23

3.  Kerangka Konsep

Gambar 2.5. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Mempengaruhi

4.  Hipotesis

1. Ekstrak methanol daging buah mahkota dewa  Phaleria macrocarpa

(scheff.)  Boerl   dapat memperbaiki gambaran histologi tubulus proksimal

ginjal tikus galur Sprague Dawley model DM tipe-2

2. Metformin dapat memperbaiki gambaran histologi tubulus proksimal ginjal

tikus galur Sprague Dawley model DM tipe-2 

Pemberian berbagai dosis ekstrakmethanol daging buah mahkota dewa

( Phaleria macrocarpa (Scheff)Boerl.) pada tikus DM tipe-2

Pemberian metformin pada tikus

DM tipe-2 Gambaran HistologiTubulus Proksimal

Ginjal

Page 35: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 35/93

24

III.  METODE PENELITIAN

A.  Materi dan Bahan

1.  Hewan Coba

Pada penelitian ini, hewan yang digunakan adalah tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur Sprague Dawley berumur 2-3 bulan, memiliki berat

 badan 160-200 gram dan sehat. Hewan coba didapatkan dari Laboratorium

Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Univeristas Padjadjaran (UNPAD)

Bandung beserta perlakuan sampai terminasi.

Tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley 

dipelihara dalam lingkungan dengan suhu 22 + 3 °C dan kelembaban 30%

serta siklus gelap-terang selama 12 jam. Hewan coba diaklimatisasi selama 7

hari dan ditempatkan dalam kandang dengan bahan, bentuk dan ukuran yang

sama, mendapat makanan dan minuman dengan jenis, jumlah dan komposisi

yang sama secara ad libitum (Kusumawati, 2004).

Jumlah hewan coba yang dibutuhkan untuk setiap kelompok

disesuaikan dengan banyaknya perlakuan yang diberikan, dan dihitung

 berdasarkan rumus Federer seperti di bawah ini (Kemas, 2003):

Keterangan :

t :jumlah perlakuan

r :jumlah pengulangan

Maka, tikus yang digunakan tiap kelompok adalah:

(t - 1) (r - 1) ≥ 15 

Page 36: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 36/93

25

(t-1)(r-1) ≥ 15 

(6-1)(r-1) ≥ 15 

5(r-1) ≥ 15 (r-1) ≥ 15/5 

r ≥ 3+1 

r ≥ 4 

Antisipasi drop out hewan coba:

r’ = r + 20% .r

= 4 + 20%.4

= 4 + 0,8

r’  = 4,8 ≈ 5 

Berdasarkan perhitungan, dengan nilai t = 6 (enam kelompok

 perlakuan), didapatkan nilai r ≥ 4, yang berarti setiap kelompok minimal

terdiri atas empat ekor hewan coba. Untuk mengantisipasi adanya drop out

hewan coba, maka peneliti menambahkan 20% dari jumlah minimal hewan

coba, sehingga jumlah hewan coba per kelompok menjadi lima ekor. Total

hewan coba yang dibutuhkan pada penelitian ini (dengan enam kelompok

 perlakuan) berjumlah 30 ekor.

2.  Alat dan Bahan

a.  Alat

1)  Timbangan elektrik skala gram Kenko® 

2)  Kandang tikus berukuran 60 x 30 x 30 cm

3)  Timbangan tikus skala gram Foxanone® 

Page 37: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 37/93

26

4)  Wadah penampung organ ginjal

5)  Alat sonde oral OneMed® 

6)  Sarung tangan Gamex

®

 7)  Set alat bedah OneMed® 

8)  Seperangkat alat pembuat preparat

9)  Mikroskop cahaya Motic®B2 series 

10)  Optilab®Viewer

 b.  Bahan

1)  Hewan coba, yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Sprague Dawley.

2)  Bahan ekstraksi daging buah mahkota dewa

3)  Metformin Dexa Medica® 

4)  Streptozotocin & Nikotinamid Sigma® 

5)  Pelet 511® yang digunakan sebagai pakan tikus

6)  Air isi ulang RO® yang digunakan untuk minum

7)  Bahan pembuat sediaan histologi dengan pewarnaan  Periodic Acid

Schiff (PAS), alkohol berbagai tingkat, parafin, dan mounting media.

B.  Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental terhadap hewan coba

tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan Sprague Dawley yang menggunakan post

test only with control group design.

Page 38: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 38/93

27

C.  Rancangan Percobaan

Rancangan penelitian menggunakan metode Completely Randomized

 Design (CRD) atau Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hewan coba diaklimatisasiselama 7 hari dan diberi tanda untuk masing-masing kelompok dan masing-

masing tikus. Kemudian, masing-masing tikus pada lima kelompok perlakuan

diinduksi dengan nicotinamid   120 mg/kgBB dilarutkan dengan normal saline 

melalui injeksi intraperitoneal satu kali. Enam puluh menit kemudian dilakukan

injeksi intraperitoneal menggunakan  streptozotocin  dosis 60 mg/kgBB yang

diencerkan dengan sitrat bufer pH 4,5. Induksi dinyatakan berhasil saat

 pemeriksaan glukosa darah puasa menggunakan metode spektrofotometer GOD-

PAP setelah 72 jam > 250 mg/dL (Ahangarpour et al., 2014a., Ahangarpour et al .,

2014b).

Hewan coba dibagi menjadi enam kelompok perlakuan secara acak atau

random allocation  untuk mulai diberikan intervensi dengan ketentuan sebagai

 berikut :

1. Kelompok A : Hewan coba tidak diinduksi DM, hanya diberikan akuades

(kelompok kontrol sehat).

2. Kelompok B : Kelompok tikus DM diberi akuades (kelompok kontrol

sakit).

3. Kelompok C : Kelompok tikus DM diberi ekstrak methanol daging buah

mahkota dewa dosis 200 mg/kgBB per hari per sonde

lambung

Page 39: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 39/93

28

4. Kelompok D : Kelompok tikus DM diberi ekstrak methanol daging buah

mahkota dewa dosis 250 mg/kgBB per hari per sonde

lambung5. Kelompok E : Kelompok tikus DM diberi ekstrak methanol daging buah

mahkota dewa dosis 300 mg/kgBB per hari per sonde

lambung

6. Kelompok F : Kelompok tikus DM diberi metformin dosis 150 mg/kgBB

 per hari per sonde lambung

Perlakuan menggunakan ekstrak methanol daging buah mahkota dewa dan

metformin dilakukan setiap pagi selama 21 hari berturut-turut. Hari ke-22

dilakukan terminasi tikus dengan cara dekapitasi, kemudian dilakukan

 pengambilan jaringan ginjal. Jaringan ginjal dibuat preparat histopatologis,

kemudian dilakukan pengamatan.

D.  Variabel Penelitian Yang Diukur

1.  Variabel Bebas : Pemberian antidiabetik, dibagi atas metformin 150

mg/kgBB/hari dan ekstrak methanol daging buah mahkota dewa dengan dosis

200 mg/kgBB/hari, 250 mg/kgBB/hari, dan 300 mg/kgBB/hari.

2.  Variabel Terikat : Gambaran histologi tubulus proksimal ginjal tikus model

DM tipe-2.

Page 40: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 40/93

29

E.  Definisi Operasional

1. Metformin

Definisi Operasional : Obat anti hiperglikemi lini pertama golongan biguanida. Merek generik Metformin HCL OGB

Dexa®  produksi Dexa Medica dan didapatkan di

apotek. Bentuk sediaan obat adalah tablet yang

dibuat puyer dan dilarutkan dengan akuades.

 Nilai : 150 mg/kgBB

Skala : Rasio

2. Ekstrak methanol daging buah mahkota dewa

Definisi Operasional : Ekstrak methanol daging buah mahkota dewa

[ Phaleria macrocarpa (Scheff.)  Boerl.] melalui

maserasi dengan menggunakan methanol merek

Brataco®  selama 3 hari berturut-turut dengan

 pergantian pelarut setelah itu dijadikan satu di

evaporator kemudian diuapkan dengan waterbath

sehingga menghasilkan ekstrak kental. Intervensi

menggunakan sonde lambung dengan bentuk

sediaan berupa ekstrak basah yang dilarutkan

dengan akuades.

 Nilai : 200 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB

Skala : Rasio

Page 41: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 41/93

30

3. Gambaran Histologi Tubulus Proksimal Ginjal

Definisi Operasional : Gambaran histologi tubulus proksimal ginjal

meliputi gambaran atrofi tubulus, ditandaihilangnya beberapa sel dengan pembentukan sel

nekrotik dalam lumen tubulus proksimal,

 beberapa juga ditandai dengan sel epitel tubulus

yang memipih dan terbentuk jaringan fibrous

sehingga membran basal terlihat tebal diikuti

 penurunan diameter tubulus proksimal ginjal

(Trihono, 2011). Dihitung pada 10 tubulus secara

acak di korteks renalis pada 5 lapang pandang tiap

hewan coba dengan pewarnaan  Periodic Acid

Schiff   (PAS) yang diamati menggunakan

mikroskop cahaya Motic®B2  series dengan

 perbesaran 400x (Zhang H et al ., 2009).

 Nilai : Atrofi tubulus proksimal (Zhang H et al ., 2009).

0 = 0%

1 = <10%

2 = 10%-25%

3 = 26%-50%

4 = >50%

Skala : Rasio

Page 42: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 42/93

31

F.  Cara Mengukur Variabel

Pengambilan ginjal tikus dengan pembedahan dilakukan setelah tikus

didekapitasi. Ginjal yang sudah diambil difiksasi dalam larutan bufer formalin10%. Setiap kelompok diberikan kode untuk dimasukan pada larutan alcohol

 bertingkat yang sebelumnya ginjal sudah dipotong menjadi dua pada bidang

median ginjal. Kemudian ginjal diberikan cairan paraffin dan setelah itu

dimasukan pada lemari es pada suhu minus dua derajat. Setelah semua

 paraffin mengeras menjadi blok parafin yang sudah dikode kemudian dikirim

ke laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah

Mada untuk dilakukan pewarnaan  Periodic acid Schiff   (PAS). Penilaian

mikroskopis dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran

Universitas Jenderal Soedirman dengan menggunakan mikroskop cahaya

Motic®B2 series perbesaran 400x yang dihubungkan dengan Optilab®.

Pengamatan dilakukan terhadap kerusakan tubulus proksimal akibat nefropati

yang menjadikan gambaran atrofi pada sel tubulus proksimal ginjal tikus

model DM tipe-2, diamati dalam lima lapang pandang yaitu keempat sudut

dan bagian tengah dengan memilih 10 tubulus secara acak pada setiap area

 pada 5 lapang pandang dengan pewarnaan PAS (Power, 2008;Wei et al .,

2009).

Atrofi tubulus proksimal ginjal adalah gambaran membran basal

tubulus yang tebal dengan penurunan diameter akibat glukotoksisitas sehingga

mengalami hipoksia yang berlanjut menjadi kematian sel tubulus. Sebelum

dilakukan pengamatan, tubulus dibandingkan dengan tubulus normal. Atrofi

Page 43: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 43/93

32

tubulus diklasifikasikan berdasarkan kriteria skoring 0-4 dimana 0 = 0%, 1 =

<10%, 2 = 10% - 25%, 3 = 26% - 50%, 4 = > 50% (Zhang H et al ., 2009).

G.  Tata Urutan Kerja

1.  Persiapan hewan coba

Hewan coba ditimbang dan dipilih berat badannya antara 160-200

gram, dibagi menjadi enam kelompok perlakuan. Tikus dibagi menjadi 6

kelompok : Kelompok A (kontrol sehat) yang tidak diinduksi DM dan tidak

diberikan ekstrak methanol mahkota dewa. Kelompok B (kontrol sakit), yaitu

kelompok yang diinduksi DM dan diberikan aquades. Kelompok C, D dan E

merupakan kelompok tikus DM dan diberikan ekstrak methanol mahkota

dewa dengan dosis masing-masing 200 mg/KgBB (MD 200), 250 mg/KgBB

(MD 250), dan 300 mg/kgBB (MD 300) per hari per sonde lambung.

Kelompok F yaitu kelompok tikus DM yang diberikan metformin dengan

dosis 150 mg/KgBB per hari per sonde lambung.

Aklimatisasi dilakukan selama 7 hari pada kandang berukuran 60 x 30

x 30 cm dengan tujuan agar hewan coba dapat beradaptasi dengan lingkungan

laboratorium. Nutrisi hewan coba tetap diperhatikan dengan memberi pakan

 berupa pelet 511®  dan minum air isi ulang RO®  yang diberikan secara ad

libitum (Kusumawati, 2004).

2.  Pembuatan ekstrak

Pembuatan serbuk simplisia kulit mahkota dewa :

Buah diiris-iris dan dimasukan oven pada suhu 70o C selama 3 hari,

setelah buah kering, selanjutnya ditumbuk dan diperoleh serbuk berserat

Page 44: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 44/93

33

(tidak bisa diblender karena liat sekali, banyak serat kasar). Kemudian

diperoleh 1800 gram serbuk simplisia kering.

Pembuatan ekstrak methanol daging buah mahkota dewa :Serbuk 900 gram ditambahkan methanol selama 3 hari berturut-turut

dengan pergantian pelarut yang baru. Hari pertama, serbuk ditambahkan

methanol 5,5 liter selama 24 jam, hari ke-2 serbuk yang telah direndam

kemudian disaring. Filtrat disimpan dan residu ditambahkan methanol 5,5

liter. Hari ke-3, dengan cara yang sama ditambahkan 4 liter methanol,

kemudian filtrat hari pertama, kedua dan ketiga dijadikan satu dievaporator.

Hasil evaporator (masih mengandung methanol) kemudian diuapkan dengan

waterbath sampai diperoleh ekstrak kental.

3.  Pemberian perlakuan

Tahap pemberian perlakuan hewan coba pada tiap kelompok

dilakukan berdasarkan aturan sebagai berikut :

a.  Kelompok perlakuan A (kontrol sehat) yaitu kelompok normal,

hanya diberikan akuades selama 21 hari.

 b.  Kelompok perlakuan B (kontrol sakit) yaitu kelompok diabetik, tikus

DM dan diberi plasebo (akuades) selama 21 hari.

c.  Kelompok perlakuan C, yaitu kelompok tikus DM yang diberi

ekstrak methanol mahkota dewa dengan dosis 200 mg/kgBB per hari

 per sonde lambung selama 21 hari.

Page 45: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 45/93

34

d.  Kelompok perlakuan D, yaitu kelompok tikus DM yang diberi

ekstrak methanol mahkota dewa dengan dosis 250 mg/kgBB per hari

 per sonde lambung selama 21 hari.e.  Kelompok perlakuan E, yaitu kelompok tikus DM yang diberi

ekstrak methanol mahkota dewa dengan dosis 300 mg/kgBB per hari

 per sonde lambung selama 21 hari.

f.  Kelompok perlakuan F, yaitu kelompok tikus DM yang diberi

metformin dosis 150 mg/kgBB per hari per sonde lambung selama

21 hari.

4.  Pengambilan dan fiksasi organ

Pengambilan organ dilakukan setelah terminasi hewan coba dengan

cara dekapitasi pada hari ke-22. Sebelum dekapitasi, hewan coba diukur kadar

glukosa darah terlebih dahulu dengan spektrofotometer metode GOD-PAP

sebagai hasil glukosa darah  post   perlakuan. Setelah dekapitasi, organ ginjal

diambil melalui pembedahan pada bagian perut bawah secara melintang,

kemudian dibedah vertikal sepanjang abdomen hingga bagian torakal,

sehingga membentuk seperti huruf T terbalik. Organ ginjal ditimbang, diukur

volumenya dan dimasukkan ke dalam pot untuk difiksasi dengan  Neutral

 Buffered Formalin (NBF) 10%.

5.  Pembuatan preparat mikroskopis

a.  Memotong jaringan organ

Organ ginjal yang sudah difiksasi dengan NBF 10% kemudian

ditiriskan pada saringan selanjutnya dipotong dari regio pusat dan kedua

Page 46: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 46/93

35

sisi perifer organ dengan ketebalan + 2 cm dan dimasukkan ke dalam

keranjang khusus (basket ).

a.  Proses dehidrasiKeranjang (basket ) berisi jaringan dimasukkan ke dalam mesin

 processor   otomatis. Jaringan mengalami proses dehidrasi bertahap yaitu

ethanol 70% (2 jam), ethanol 80% (2 jam), ethanol 90% (2 jam), ethanol

absolut (2 jam), ethanol absolut (2 jam),  xylol   (2 jam),  xylol   (2 jam),

 parafin cair (2 jam), parafin cair (2 jam).

 b.  Vakum

Proses ini bermaksud untuk menghilangkan udara dari jaringan.

Keranjang jaringan diisi parafin cair dengan temperatur 59-60oC divakum

selama 30 menit. Keranjang kemudian disimpan pada temperatur 60oC

untuk sementar waktu sebelum pencetakan dilakukan dengan parafin cair.

c.  Mencetak blok parafin

Isi tempat pengeblokan dengan sedikit parafin cair. Kemudian

 jaringan diambil dari cassette kemudian diletakan di tempat pengeblokan.

Blok disempurnakan dengan memberikan parafin cair sampai terisi

hampir penuh atau ketebalan sekitar 8-10 mm. Tutup dengan cassette.

d.  Memotong blok jaringan

Blok parafin yang berisi jaringan dibiarkan sampai konsistensinya

 baik untuk dilakukan pemotongan. Konsistensi yang baik adalah yang

tidak lembek karena akan menyebabkan potongan jaringan menjadi

menggulung. Konsistensi terlalu keras juga tidak baik karena akan

Page 47: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 47/93

36

menyebakan blok parafin hancur saat dipotong. Proses pemotongan blok

 jaringan dilakukan dengan microtome.

e.  Pewarnaan dengan Periodic Acid Schiff (PAS)Deparafinisasi dan hidrasi pada air tanpa ion (deionized water )

dilakukan pada jaringan, kemudian dioksidasi dengan larutan  Periodic

 Acid 0,5% selama 5 menit, bilas. Meletakkan spesimen ke dalam reagen

Schiff  selama 15 menit dan spesimen menjadi berwarna pink terang. Cuci

di bawah air mengalir selama 5 menit, dan spesimen berubah menjadi

 pink gelap. Dilakukan pewarnaan kontras dengan  Mayer’s hematoxylin 

selama 1 menit kemudian cuci di bawah air mengalir selama 5 menit dan

dilanjutkan dengan mounting .

6.  Pengamatan miskrokopis dan dokumentasi

Pengamatan tubulus proksimal ginjal dilakukan oleh peneliti dan

dibantu oleh interobserver   yang sebelumnya disupervisi oleh spesialis

Patologi Anatomi. Dilakukan pengamatan di Laboratorium Histologi, Jurusan

Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman dengan

menggunakan mikroskop cahaya Motic®B2  series yang dihubungkan dengan

Optilab® untuk mempermudah pengamatan. Hasil pengamatan antara peneliti

dengan interobserver  selanjutnya diuji dengan uji interrater Reability Kappa

dan mendapatkan hasil tidak didapatkan perbedaan di antara kedua data,

sehingga data dapat dikatakan valid. Setelah pengamatan, dilanjutkan

dokumentasi.

Page 48: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 48/93

37

7.  Pengolahan dan analisis data

Pengolahan dan analisis data hasil penelitian dilakukan dengan

menggunakan perangkat lunak komputer.H.  Analisa Data

Analisis dilakukan dengan bantuan piranti lunak SPSS® untuk Windows.

Karakteristik hewan coba ditampilkan dalam rerata ± standar deviasi (SD).

Penilaian normalitas dan distribusi data peneliti dan interobserver dilakukan

dengan uji interrater Reability Kappa yang sebelumnya sudah dilakukan supervisi

dengan dokter spesialis Patologi Anatomi. Dilakukan uji normalitas Saphiro-Wilk .

Pada analisis uji normalitas Saphiro-Wilk , diketahui data tidak terdistribusi normal

dan homogen, dilakukan transformasi Log dan uji distribusi ulang, namun data

masih tidak terdistribusi normal maka peneliti melakukan analisis statistik dengan

uji non parametrik  Kruskall-Wallis  yang dilanjutkan dengan analisis  post hoc

 Mann-Whitney, yang sebelumnya data sudah di uji validitas menggunakan

Wilcoxon.

I.  Waktu dan Tempat Penelitian

1.  Waku penelitian 

Penelitian dilaksanakan selama 9 bulan dari Maret 2015-November 2015  

2.  Tempat penelitian 

a.  Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas

Jenderal Soedirman sebagai tempat determinasi tumbuhan 

 b.  Laboratorium Biologi, Jurusan Farmasi, FIK, Universitas Jenderal

Soedirman sebagai tempat pembuatan ekstrak  

Page 49: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 49/93

38

c.   Animal house Laboratorium Farmakologi, Jurusan Kedokteran Umum, FK,

Universitas Padjajaran Bandung sebagai tempat pemberian perlakuan

hewan coba 

d.  Laboratorium Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah

Mada sebagai tempat pembuatan preparat histologi 

e.  Laboratorium Histologi, Jurusan Kedokteran Umum, FK, Universitas

Jenderal Soedirman sebagai tempat pengamatan dan dokumentasi preparat

histologi 

Page 50: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 50/93

39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pelaksanaan penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-November 2015. Perlakuan terhadap

hewan coba dilakukan di animal house Laboratorium Farmokologi Fakultas

Kedokteran Universitas Padjajaran. Penelitian bertujuan untuk mengetahui

 pengaruh ekstrak methanol daging buah mahkota dewa dan metformin terhadap

gambaran atrofi tubulus proksimal ginjal pada tikus model diabetes mellitus (DM)

tipe 2. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus putih yang dibagi dalam 6

kelompok yaitu kelompok A sebagai kontrol sehat, kelompok B sebagai kontrol

sakit, kelompok C diinduksi DM dan diberi ekstrak methanol mahkota dewa

sebanyak 200 mg/kgBB/hari (MD 200), kelompok D diinduksi DM dan diberi

ekstrak methanol mahkota dewa sebanyak 250 mg/kgBB/hari (MD 250), kelompok

E diinduksi DM dan diberi ekstrak methanol mahkota dewa sebanyak 300

mg/kgBB/hari (MD 300), serta kelompok F diinduksi DM dan diberi metformin

sebanyak 150 mg/kgBB/hari. Masing-masing 1 ekor tikus dari kelompok B, C, D,

dan F mati setelah diinduksi DM, sehingga total jumlah hewan coba yang dilibatkan

dalam penelitian ini sebanyak 26 ekor tikus. Menurut rumus Federer jumlah tikus

minimal untuk penelitian ini sebanyak 4 ekor, maka jumlah tikus yang hidup masih

dapat dianalisis secara kuantitatif.

Seluruh hewan coba diamati tingkah laku serta pola makan selama 21 hari

 perlakuan, yang sebelumnya sudah diaklimatisasi selama 7 hari dan didapatkan

Page 51: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 51/93

40

 pada kelompok A kontrol sehat dan kelompok perlakuan C, D, E, dan F tidak

mengalami aktivitas berlebihan, pola makan dan frekuensi makan yang normal

selayaknya tikus sehat, akan tetapi hanya pada kelompok B yaitu kelompok sakityang mengalami peningkatan pola makan dan intensitas buang air kecil dan air

 besar. Selama perlakuan tikus diberikan makanan berupa pelet 551®, diberikan

makan setiap hari sejumalah 500 gr/hari per kelompok tikus yang berisi 5 ekor tikus

dan diberikan minum air mineral RO®. Tikus dibuatkan kandang berukuran 48 x 30

cm dengan tinggi 14 cm untuk tiap kelompok, dibersihkan setiap hari. Alas

kandang diberikan bekas jerami untuk menjaga supaya tidak terlalu lembab, atap

kandang menggunakan kawat berlubang yang sudah disesuaikan ukurannya dengan

kandang.

2. Glukosa Darah Tikus

Kadar glukosa darah seluruh hewan coba diperiksa menggunakan

spektrofotometer metode GOD-PAP, sebelum dilakukan induksi ( pre  induksi)

nikotinamid dan  streptozotocyn, setelah induksi ( post   induksi) dan setelah

 perlakuan ( post perlakuan). Pemeriksaan kadar glukosa darah sebelum induksi ( pre 

induksi) dilakukan untuk memastikan tikus dalam kondisi sehat, pemeriksaan kadar

glukosa darah setelah induksi ( post   induksi) dilakukan untuk melihat keberhasilan

induksi, dan pemeriksaan kadar glukosa darah setelah perlakuan untuk mengetahui

efek perlakuan terhadap hewan coba. Gambar 4.1. menunjukkan rerata perubahan

glukosa darah sebelum induksi, setelah induksi dan setelah perlakuan. Semua

hewan coba dari kelompok B, C, D, E dan F memiliki kadar glukosa darah  post

induksi > 250 mg/dL yang menunjukkan keberhasilan induksi nikotinamid dan

Page 52: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 52/93

41

 streptozotocyn. Data keseluruhan kadar glukosa darah hewan coba dapat dilihat

 pada Lampiran 7.

Gambar 4.1. Rerata Kadar Glukosa Darah Pre, Post  Induksi, dan Post  PerlakuanKelompok A (kontrol sehat), kelompok B (kontrol sakit), kelompok C (MD 200), kelompok

D (MD 250), kelompok E (MD 300) *(p<0,05), kelompok F (metformin 150)

Kelompok A menunjukkan kadar glukosa darah sebelum induksi sebesar

111,8 mg/dL dan kadar glukosa darah setelah induksi sebesar 83,4 mg/dL. Hasil ini

tidak menunjukkan kegagalan karena kelompok ini tidak diinduksi  streptozotocyn 

n=5 n=5n=4n=4 n=4n=4

Kelompok

Kelompok

B

Kelompok

C

Kelompok

D

Kelompok

E

Kelompok

F

Kelompok

A

Page 53: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 53/93

42

dan nikotinamid. Meskipun mengalami penurunan kadar glukosa darah, namun

masih berada dalam batas kadar glukosa darah normal. Kelompok ini digunakan

sebagai kelompok kontrol sehat. Setelah induksi dinyatakan berhasil, hewan cobadiberi perlakuan sesuai kelompok. Perlakuan diberikan selama 21 hari. Pada hari

ke-22, kadar glukosa darah hewan coba kembali diperiksa.

Gambar 4.1 menunjukkan perubahan kadar glukosa darah setelah diinduksi

dan setelah perlakuan. Kelompok B, C, D, dan E mengalami penurunan kadar

glukosa darah setelah diberi perlakuan berupa aquades RO®  (kelompok B) dan

ekstrak methanol mahkota dewa (kelompok C, D, dan E). Kelompok A

menunjukkan kenaikan kadar glukosa darah, namun masih berada dalam range 

kadar glukosa darah yang normal begitu juga pada kelompok F.

Penurunan glukosa darah signifikan (p<0,05) terjadi pada kelompok E yaitu

kelompok tikus yang diberi ekstrak methanol daging mahkota dewa dosis 300

mg/kgBB/hari dengan rerata penurunan kadar glukosa darah  post   induksi dan  post  

 perlakuan sebesar 139 mg/dL (p=0,048). Sementara itu, kelompok B, C, dan D

mengalami penurunan kadar glukosa darah yang tidak signifikan, sedangkan

kelompok F mengalami peningkatan kadar glukosa darah setelah pemberian

metformin 150 mg/kgBB/hari selama 21 hari. Data rerata glukosa darah  post  

induksi dan  post   perlakuan serta analisis statistik perubahan glukosa darah dapat

dilihat pada Lampiran 8.

3. Pengamatan Atrofi Tubulus Proksimal Ginjal

Pada hari ke-22 dilakukan terminasi dan pengambilan jaringan ginjal.

Jaringan ginjal kemudian diproses untuk pembuatan preparat histologi di

Page 54: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 54/93

43

laboratorium riset Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman. Fiksasi

dilakukan dengan larutan NBF 10% kemudian ditiriskan pada saringan, selanjutnya

dipotong dari regio pusat dan kedua sisi perifer organ dengan ketebalan + 2 cm dandimasukkan ke dalam keranjang (basket ). Setelah itu dilakukan proses dehidrasi

dengan ethanol bertingkat 70%, 80%, 90% dan absolute. Mencetak blok paraffin

dengan cara jaringan diambil dari cassette  kemudian diletakkan di tempat

 pengeblokan. Blok disempurnakan dengan memberikan parafin cair sampai

ketebalan sekitar 8-10 mm. Tutup dengan cassette dilanjutkan pemotongan jaringan

dengan microtome. Pewarnaan jaringan dilakukan dengan cara dioksidasi dengan

larutan Periodic Acid  0,5% selama 5 menit dan bilas dengan air mengalir. Spesimen

diletakkan dalam reagen  schiff   selama 15 menit sehingga berwarna pink terang

kemudian cuci di bawah air mengalir selama 5 menit sampai spesimen berubah

menjadi pink gelap, selanjutnya dilakukan pewarnaan kontras dengan  Mayer’s

hematoxylin selama 1 menit, selanjutnya dilakukan pencucian di bawah air mengalir

selama 5 menit dan dilanjutkan dengan mounting .

Atrofi tubulus proksimal ginjal diamati pada 5 lapang pandang tiap preparat,

 pada setiap lapang pandang dipilih 10 tubulus secara acak dan dilakukan

 pengamatan dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Jumlah sel atrofi pada

tiap tubulus dihitung pada tiap lapang pandang dalam 5 lapang pandang dan dibuat

 presentase dan diberikan skoring atrofi tubulus proksimal ginjal. Skor 0 jika tidak

ditemukan atrofi, skor 1 jika terdapat presentase <10%, skor 2 jika terdapat

 presentase 10%-25%, skor 3 jika terdapat persentase 26%-50%, dan skor 4 jika

terdapat persentase >50%. Atrofi tubulus proksimal ginjal ditandai hilangnya

Page 55: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 55/93

44

 beberapa sel dengan pembentukan sel nekrotik dalam lumen tubulus proksimal,

 beberapa juga ditandai dengan sel epitel tubulus yang memipih dan terbentuk

 jaringan fibrous sehingga membran basal terlihat tebal diikuti penurunan diametertubulus proksimal ginjal Gambar 4.2. (Trihono, 2011). 

Gambar 4.2. Gambaran Mikroskopis Tubulus Proksimal Ginjal tiap Kelompokdilihat pada Perbesaran 400x dengan Pewarnaan Periodic Acid Schiff  (PAS)

A: tubulus proksimal normal dengan ciri epitel berbentuk kuboid selapis dengan inti seltersusun berjarak disertai brush border, B: panah hitam menunjuk sel nekrotik yang

mengalami penyusutan inti menjadi padat dan berwarna gelap, C: panah hitam menunjuk selepitel yang memipih disertai kehilangan inti, D: panah hitam menunjuk membran basal

tubulus yang menebal akibat timbunan matriks ekstraseluler, E: panah hitam menunjuk selepitel atrofi ditandai dengan penyusutan inti sel dan ukuran sel epitel tubulus proksimal, F:

 panah hitam menunjuk sel epitel yang memipih disertai kerusakan mikrovili dan terdapat sel

nekrotik disekitarnya

Pengamatan atrofi tubulus proksimal ginjal dilakukan oleh peneliti dan

interobserver. Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengamatan dengan supervisi

oleh spesialis Patologi Anatomi. Hasil pengamatan diuji dengan interrater Reability

B

C

D

E F

Page 56: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 56/93

45

Kelompok E(MD 300)

(Sumber: data primer yang diolah)Kelompok

 Kappa (Lampiran 9) yang menunjukan tidak ada perbedaan pengamatan peneliti

dengan interobserver dengan nilai kappa 0,65 (nilai kappa >0,06).

Gambar 4.3. Rerata Standar Deviasi Skor Atrofi Tubulus Proksimal GinjalPada uji antar kelompok perlakuan menggunakan post hoc Mann-Whitney didapatkan hasil

signifikan pada kelompok A dengan B *(p=0,016), B dengan C *(p=0,029), B dengan E*(p=0,016), B dengan F *(p=0,029) dan tidak signifikan pada kelompok C dengan D (0,686),

D dengan E (p=0,190), E dengan F (p=0,556)

Gambar 4.3 adalah rerata standar deviasi ± (SD) skor atrofi tubulus

 proksimal ginjal pada tiap kelompok. Kelompok A memiliki skor atrofi paling

sedikit dibandingkan kelompok lain. Kelompok D memilik jumlah skor atrofi

 paling sedikit dibandingkan dengan kelompok B, C, dan E hal ini dibuktikan

dengan analisis statistik. Analisis juga menunjukkan kelompok F memiliki skor

Kelompok D(MD 250)

Kelompok F(Metformin 150)

Kelompok C(MD 200)

Kelompok A(KontrolSehat)

Kelompok B(Kontrol

Sakit)

Kelompok E(MD 300)

Page 57: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 57/93

46

atrofi lebih kecil dibandingkan kelompok B, C, E, dan sebanding dengan kelompok

D.

Hasil pengamatan penelitian diuji normalitas data menggunakan Saphiro-

Wilk . Data penelitian dinyatakan tidak terdistribusi normal. Data penelitian

terdistribusi normal apabila nilai (p>0,05) (Lampiran 10). Selanjutnya dilakukan

transformasi Log yang dilanjutkan dengan uji normalitas kembali, namun data

 penelitian dinyatakan tidak terdistribusi normal sehingga dilakukan uji non

 parametrik. Uji non parametrik yang dilakukan adalah uji Kruskall-Wallis. Hasil uji

 Kruskall-Wallis  dapat dilihat pada (Lampiran 11) yang menunjukkan terdapat

 perbedaan bermakna pada skor atrofi tubulus proksimal ginjal pada minimal dua

kelompok perlakuan dengan nilai p = 0,001 (p<0,05) dan dilanjutkan dengan uji

analisis  post hoc Mann-Whitney. Uji  post hoc Mann-Whitney dilakukan untuk

mengetahui perbedaan skoring atrofi tubulus proksimal tiap kelompok terdiri dari

kelompok A (kontrol sehat), kelompok B (kontrol sakit), kelompok C, D, E

 perlakuan ekstrak mahkota dewa dosis bertingkat 200, 250, 300 mg/kgBB/hari dan

metformin dosis 150 mg/kgBB/hari (Lampiran 12).

B. Pembahasan

Pada penelitian, hasil uji kadar glukosa darah hewan coba menggunakan

spektrofotometer metode GOD-PAP menunjukkan bahwa kadar glukosa darah

kelompok B, C, D, dan E setelah perlakuan menunjukkan kadar glukosa darah

yang lebih rendah dibandingkan kadar glukosa darah setelah induksi nikotinamid

dan streptozotocyn (induksi DM), dengan perubahan glukosa darah yang bermakna

Page 58: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 58/93

47

terjadi pada kelompok E. Rerata penurunan kadar glukosa darah  post   perlakuan

dengan ekstrak daging mahkota dewa dosis 300 mg/kgBB/hari sebesar 139 mg/dL,

dan secara statistik signifikan. Sehingga, pemberian ekstrak daging mahkota dewadosis 300 mg/kgBB/hari selama 21 hari dapat menurukan kadar glukosa darah

secara signifikan, meskipun masih berada dalam kondisi hiperglikemia

(Aharangpour, 2014a).

Penurunan kadar glukosa darah setelah diberikan terapi berupa ekstrak

daging buah mahkota dewa didukung beberapa penelitian. Penelitian oleh Sharma

(2014) mengatakan bahwa ekstrak daging buah mahkota dewa yang diberikan pada

tikus Sprague Dawley  jantan terbukti mengandung senyawa antihiperglikemia

 berupa flavonoid, tepenoid, dan tannin. Senyawa tersebut memiliki efek

 penghambatan pada enzim alfa-glukosidase yang bisa menurunkan glukosa darah

 post-prandial . Alfa-glukosidase adalah enzim yang berperan dalam konversi

karbohidrat menjadi glukosa, karbohidrat akan dicerna oleh enzim-enzim alfa-

glukosidasi (maltase, isomaltase, glukomaltase, dan sukrase) di dalam mulut dan

usus menjadi gula yang lebih sederhana kemudian diserap oleh tubuh yang

mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah. Dengan dihambatnya enzim

alfa-glukosidase, kadar glukosa darah dapat dikembalikan kedalam kondisi normal

(Bosenberg, 2008).

Penelitian lain menyatakan bahwa ekstrak daging buah mahkota dewa selain

sebagai antihiperglikemia juga memiliki efek protektif pada jaringan ginjal pada

kondisi diabetik (Arjadi et al ., 2008). Pada penelitian digunakan ekstrak methanol

daging buah mahkota dewa, ekstrak methanol mahkota dewa mengandung salah

Page 59: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 59/93

48

satu senyawa flavonoid yaitu magniferin dan quercetin  yang telah terbukti

memiliki aktivitas hipoglikemik terhadap tikus model DM tipe-2 yang diinduksi

 streptozotocyn (Ali et al ., 2012).Kelompok F adalah kelompok dengan hewan coba yang diinduksi DM dan

diberikan perlakuan metformin 150 mg/kgBB/hari selama 21 hari. Terdapat

kenaikan rerata kadar glukosa darah  post   induksi kelompok ini sebesar 351,25 ±

44,92 mg/dL sedangkan kadar glukosa darah  post   perlakuannya sebesar 364,5 ±

62,34 mg/dL, namun kenaikan tersebut tidak signifikan secara statistik. Metformin

sebagai obat lini pertama DM tipe 2 seharusnya memiliki efek anti hiperglikemia,

namun pada kasus ini, kadar glukosa darah hewan coba meningkat. Hal ini

dikarenakan waktu pemaparan metformin yang singkat yaitu 21 hari sedangkan

menurut Erejuwa et al . (2011) metformin menunjukkan aktifitas penurunan kadar

glukosa darah pada hewan coba setelah 4 minggu atau 28 hari. Penelitian lain juga

menunjukkan bahwa tikus model diabetik yang diinduksi STZ dan diberikan obat

metformin mengalami peningkatan kadar glukosa darah dari hari pertama induksi

sampai hari ke lima puluh induksi, setelah hari ke lima puluh terjadi penurunan

yang signifikan pada kadar glukosa darah tikus (Syamsul, 2011).

Sedangkan pada kelompok A adalah kelompok kontrol sehat yang tidak

diinduksi DM. Rata-rata kadar glukosa kelompok A sebelum perlakuan adalah

83,4 ± 18,43 mg/dL sedangkan glukosa setelah perlakuan yang berupa pemberian

air mineral RO®  dan pakan pellet 511®  adalah 96,4 ± 14,40 mg/dL. Meskipun

terjadi kenaikan kadar glukosa darah namun, kenaikan ini tidak signifikan dan

masih dalam rentang kadar glukosa darah normal (Aharangpour et al ., 2014a).

Page 60: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 60/93

49

Pengamatan dan analisis statistik pada skor atrofi tubulus proksimal

ginjal dilakukan oleh peneliti dan interobserver yang sebelumnya terlebih dahulu

dilakukan supervisi dengan dokter spesialis Patologi Anatomi. Tidak ada perbedaan antara data peneliti dan interobserver, sehingga analisis statistik dapat

dilanjutkan. Hasil analisis  Mann-Whitney  menunjukkan perbedaan signifikan

terjadi antara kelompok A dengan B, kelompok B dengan C, kelompok B dengan

D, kelompok B dengan E, dan B dengan F. Tidak signifikan pada kelompok C

dengan D, kelompok D dengan E, dan kelompok E dengan F.

Kelompok A sebagai kelompok kontrol sehat memiliki skor atrofi paling

sedikit dibanding kelompok lain dengan rerata SD 0,60 ± 0,89, namun pada

kelompok kontrol sehat seharusnya tidak diketemukan atrofi pada sel tubulus

 proksimal. Hal tersebut dapat terjadi diakibatkan karena perawatan kandang yang

kurang ideal dapat menumbuhkan suatu jamur akibat makanan yang memiliki

kandungan protein yang bercampur dengan serabut jerami. Jamur yang tumbuh

dapat menghasilkan toksin jenis Ochratoxyn  yang mampu menyebabkan

terjadingya kerusakan sel tubulus proksimal sehingga mengakibatkan gambaran

atrofi. Hifa yang masuk melalui kapiler glomerolus mengakibatkan kondisi

hipoksia jaringan ginjal (Hope, 2012).

Kelompok B sebagai kelompok kontrol sakit memilik skor atrofi paling

 banyak dibanding kelompok lain dengan rerata SD 3,25 ± 0,5. Hal ini

menunjukkan bahwa kelompok B mengalami kondisi diabetik yang sangat tinggi

dikarenakan induksi nikotinamid dan streptozotocyn (STZ). Hal ini sesuai dengan

 penelitian Chinedeum (2013) bahwa STZ sebagai agen diabetogenik lebih baik

Page 61: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 61/93

50

dibandingkan dengan aloxan, dengan keefektifitasan lebih luas dalam berbagai

spesies hewan coba. Hewan coba yang diinduksi STZ dapat menyerupai

komplikasi akut dan kronik DM pada manusia serta memiliki kesamaan struktur,fungsi dan abnormalitas penyakit pada manusia.

Menurut penelitian Indranila (2013) kondisi hyperglycemic  kronik pada

hewan coba yang diinduksi STZ mengakibatkan kerusakan microvascular   yang

mirip dengan komplikasi nefropati diabetik. Nefropati diabetik (ND) memicu

ikatan biokimiawi antara glukosa dan protein di matriks ginjal sehingga terbentuk

advance glycation end-product (AGEs) yang teraktivasi lewat jalur polyol pathway

dan  protein kinase C (PKC) yang memicu terjadinya apoptosis dan peningkatan

ekspresi vascular endothelial growth factor (VEGF) serta menstimulasi

transforming growth factor- β   (TGF-B) (Yamagishi, 2010). Peningkatan ekspresi

VEGF & TGF-β memicu terjadinya peningkatan reactive oxygen species (ROS),

hal tersebut mengakibatkan terjadinya kerusakan sel tubulus proksimal sehingga

mengakibatkan atrofi (Trihono, 2011).

Pada kelompok perlakuan ekstrak methanol daging buah mahkota dewa

dosis bertingkat 200, 250, 300 mg/kgBB/hari memiliki skor atrofi lebih tinggi dari

kelompok A (kontrol sehat), yaitu kelompok yang tidak diinduksi DM dan

diberikan aquades dengan skor rerata atrofi 0,60 ± 0,89. Kelompok C ekstrak

methanol daging buah mahkota dewa dosis 200 mg/kgBB/hari memiliki skor atrofi

lebih rendah dibanding dengan kelompok B (kontrol sakit) dengan skor rerata 2,25

± 0,5. Kelompok D dengan pemberian ekstrak methanol daging buah mahkota

dewa dosis 250 mg/kg/BB/hari memiliki skor atrofi tubulus proksimal paling

Page 62: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 62/93

51

rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan mahkota dewa yang lain,

dengan rerata skor atrofi tubulus proksimal adalah 1,75 ± 0,5. Kelompok E ekstrak

methanol daging buah mahkota dewa dosis 300 mg/kgBB/hari memiliki skor rerataatrofi lebih kecil dibandingkan kelompok B (kontrol sakit) dan C (MD 200) yaitu

dengan rerata yaitu 1,8 ± 0,45. Berdasarkan analisis data skor atrofi yang sudah

dinyatakan tersebut, peneliti berpendapat bahwa ekstrak methanol mahkota dewa

dosis 250 mg/kgBB/hari mempunyai skor atrofi tubulus proksimal ginjal lebih baik

dibandingkan dengan dosis ekstrak methanol mahkota dewa 200 mg/kgBB/hari

dan 300 mg/kgBB/hari.

Hasil penelitian yang sudah dilakukan menyatakan bahwa tikus yang

diberikan perlakuan dengan ekstrak methanol daging buah mahkota dewa memiliki

skor atrofi lebih rendah dibandingkan dengan tikus yang diinduksi DM tipe-2

(kelompok sakit). Hal ini sesuai dengan penelitian Sellamuthu (2008) & Yosie et

al .  (2011) yang menyatakan bahwa kandungan ekstrak methanol daging buah

mahkota dewa terutama senyawa flavonoid yang terdiri dari magniferin dan

quercetin, memiliki efek meningkatkan utilisasi glukosa dengan meningkatkan

aktivitas  glucose-6-phosphate sekaligus meningkatkan pengeluaran insulin dari

sel β pankreas melalui perubahan metabolisme Ca2+ dan juga meregenerasi sel β

 pancreas pada kondisi hiperglikemia.

Kondisi hiperglikemia dapat mengakibatkan glukotosisitas yang semakin

lama mengakibatkan hipoksia jaringan, terutama jaringan ginjal yang

mengakibatkan kerusakan sel. Dalam penelitian ini sel yang diteliti adalah sel

tubulus proksimal. Menurut Satrawan & Suwitran (2008) sel tubulus proksimal

Page 63: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 63/93

52

ginjal yang mengalami hipoksia lebih mudah mengalami gangguan fungsi

mitokondria dan defisit energi yang menetap. Hipoksia dapat menginduksi jejas

tubulointerstisial, mengakibatkan kerusakan sel epitel tubulus yang memipihakibat hipoksia sehingga semakin lama menjadi sel atrofi dan jika terjadi kematian

sel (nekrosis) sehingga digantikan dengan jaringan parut (fibrosis) (Sastrawan &

Suwitra, 2008).

Pada kelompok F yang diberikan perlakuan metformin dosis 150

mg/kgBB/hari memiliki skor atrofi lebih tinggi dari kelompok A (kontrol sehat),

yaitu kelompok yang tidak diinduksi DM dan diberikan aquades dengan skor

rerata atrofi 0,60 ± 0,89. Namun, kelompok F memiliki rerata skor atrofi lebih

rendah dibanding kelompok B (kelompok sakit), kelompok C (MD 200),

kelompok E (MD 300) dan mempunyai rerata skor atrofi yang sama dengan

kelompok D (MD 250), dengan rerata 1,75 ± 0,5. Hasil ini menyatakan bahwa

metformin adalah obat lini pertama terapi DM tipe-2 menurut  American Diabetes

 Asscotiation (ADA, 2015) yang mampu menghentikan apoptosis yang diinduksi

oleh stres oksidatif di endotel sehingga mencegah disfungsi vaskuler (Morales et

al., 2010). Metformin dapat menghambat kondisi diabetik akibat hiperglikemia

dan menghambat keluarnya AGEs melalui aktivasi beberapa jalur seperti  polyol

 pathway  dan  protein kinase C   (PKC). AGEs memicu apoptosis dan peningkatan

ekspresi vascular endothelial growth factor   (VEGF) serta menstimulasi

transforming growth factor- β  (TGF-β) (Ishibasi, 2012).

Hasil penelitian Morales et al . (2010) menunjukkan bahwa metformin

mampu mencegah kerusakan struktur histologi, fungsi, dan biokimia ginjal pada

Page 64: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 64/93

53

induksi gentamisin yang meningkatkan stres oksidatif pada ginjal. Tanda dari efek

metformin adalah peningkatan renal blood flow  dan aliran urin. Mekanisme

 proteksi dari metformin adalah dengan memperbaiki mitokondria sel-sel ginjalyang rusak karena induksi dari gentamisin. Metformin juga menghambat

 pembentukan reactive oxygen species (ROS) melalui aktivitas mitokondrial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak methanol daging buah

mahkota dewa dosis 250 mg/kgBB/hari memberikan hasil gambaran histologi

yang sama menurut analisis data dengan metformin dosis 150 mg/kgBB/hari yang

dilihat dari skoring atrofi tubulus proksimal ginjal. Hal tersebut didukung dengan

 penelitian sebelumnya, menyebutkan bahwa metformin dan ekstrak methanol

daging buah mahkota dewa dapat menurunkan ekspresi TGF-α dan VEGF

(Sulistyoningrum & Setiawati, 2013). Berdasarkan pernyataan Lubis et al . (2013)

 bahwa TNF-α merupakan sitokin penyebab inflamasi yang diproduksi sel

macrofage dan sel epitel ginjal mesangial tubulus. Ekspresi sitokin lain yaitu TGF-

β mempunyai kapasitas untuk mengaktivasi fibroblas intersisial dan menginduksi

apoptosis sehingga terjadi hipoksia akibat peningkatan ROS yang mengakibatkan

terjadinya atrofi tubulus proksimal ginjal.

Berdasarkan hasil penelitian yang lain, hasil diatas menunjukkan

 perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Rabyah et al . (2012) yang

mengatakan bahwa ekstrak methanol mahkota dewa yang diberikan pada tikus

yang sudah diinduksi dengan STZ menunjukkan hasil yang signifikan dibanding

metformin, eter extract dan water extract . Akan tetapi hal tersebut hanya dapat

terjadi pada kondisi diabetik kronik, dikarenakan kandungan flavonoid dari ekstrak

Page 65: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 65/93

54

methanol daging buah mahkota dewa bukan merupakan insulin secretogenic 

melainkan meningkatkan kemampuan insulin untuk merangsang pembuangan

glukosa dalam darah.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah jarak yang jauh antara tempat

 penelitian yang berada di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dengan

 peneliti yang berada di Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto hal ini mengakibatkan kontrol terhadap hewan coba tidak dapat setiap

hari dilakukan, sehingga dikhawatirkan terdapat kesalahan prosedur dalam

melakukan perlakuan. Peneliti belum mengetahui tentang adanya efek toksik

ekstrak methanol daging buah mahkota dewa terhadap jaringan ginjal pada tikus

model diabetik. Peneliti hanya menghitung skor atrofi tubulus proksimal ginjal

saja, hal ini disebabkan jika ingin menghitung skor fibrosis tubulus proksimal

ginjal harus dilakukan pewarnaan khusus mengunakan pewarnaan trichome. Pada

 penelitian juga belum dilakukan perlakuan hewan coba dengan menggunakan

kombinasi ekstrak methanol daging buah mahkota dewa dan metformin dengan

dosis yang sudah disesuaikan.

Page 66: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 66/93

55

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1.  Gambaran histologi tubulus proksimal ginjal model DM tipe- 2 yang dinilai

dari skoring atrofi memperlihatkan hasil skor atrofi lebih rendah pada dosis

ekstrak methanol daging buah mahkota dewa dosis 200, 250, dan 300

mg/kgBB/hari dibandingkan dengan kelompok kontrol sakit yang diberikan

induksi DM dan plasebo akuades.

2.  Gambaran histologi tubulus proksimal ginjal model DM tipe-2 yang dinilai

dari skoring atrofi memperlihatkan hasil skor atrofi lebih rendah pada dosis

metformin 150 mg/kgBB/hari dibandingkan dengan kelompok kontrol sakit

yang diberikan induksi DM dan plasebo akuades.

3.  Gambaran histologi tubulus proksimal ginjal model DM tipe- 2 yang dinilai

dari skoring atrofi menurut analisis data bahwa skor atrofi ekstrak methanol

daging buah mahkota dewa 250 mg/kgBB/hari sebanding dengan metformin

150 mg/kgBB/hari.

4.  Dosis ekstrak methanol daging buah mahkota dewa yang paling efektif

terhadap gambaran histologi tubulus proksimal ginjal yang dinilai dari

skoring atrofi terdapat pada dosis 250 mg/kgBB/hari.

Page 67: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 67/93

56

B. Saran

1.  Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ekstrak daging buah

mahkota dewa dengan gambaran fibrosis tubulus proksimal ginjal pada tikusmodel DM tipe-2.

2.  Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan ekstrak methanol

daging buah mahkota sebagai agen antidiabetik dalam pengobatan

komplikasi DM.

3.  Perlu dilakukan uji toksisitas ekstrak methanol daging buah mahkota dewa

 pada berbagai dosis terhadap organ ginjal.

4.  Perlu dilakukan penelitian kombinasi ekstrak methanol daging buah mahkota

dewa dengan metformin terhadap gambaran histologi tubulus proksimal

ginjal.

Page 68: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 68/93

57

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2015. Standards of Medical Care in Diabetes.

 Diabetes Care, Vol. 38 Page 41-48Ahangarpour, A., Zamaneh, H.T., Jabari, A., Nia, H.M., Heidari. 2014.

Antidiabetic and Hypolipidemic Effects of  Dorema aucheriHydroalcoholic Leave Extract in Streptozotocin-Nicotinamide InducedType 2 Diabetes in Male Rats.  Iranian Journal of Basic Medicine

Sciences, Vol. 17 : 808-814.

Ali, R.B., Atangwho, N., Kaur, O.S., Abraika, M., Ahmad, R., Mahmud, M. Z.,Asmawi. 2012. Bioassay-Guided Antidiabetic Study of Phaleriamacrocarpa Fruit Extract. Molecules, Vol. 17: 4986-5000.

Arjadi, F., Mustofa, Sulistyoningrum, E. 2008. Kajian ekstrak buah mahkota dewa(Phaleria macrocarpa (scheff.)Boerl. terhadap regenerasi sel pulauLangerhans pankreas pada tikus putih (Rattus norvegicus) diabetes. Jurnal Kedokteran & Kesehatan. Vol. 40 : 1-4

Arjadi, F., Susanto, P. 2010. Regenerasi Sel Pulau Langerhans Pada Tikus Putih(Rattus norvegicus) Diabetes yang Diberi Rebusan Daging MahkotaDewa (Phaleria macrocarp (scheff.)Boerl.). Sains Medika Jurnal

 Kedokteran dan Kesehatan.

Bennett, P., Fieto, K., Harley, N., Roowman. 2008.  Epidemiology of Type2

 Diabetes, Diabetes Millitusa Fundamental and Clinical Text .Philadelphia: Lippincott William & Wilkins Page : 43 (1): 544-547.

Bosenberg, L.H. 2008. The mechanism of action oral antdiabetic drugs: a reviewof recent literature. The Journal of Endocrinology. Metabolism and

 Diabetes of South Africa, Vol. 13: 80-88

Buraerah, H. 2010. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe-2 di PuskesmasTanrutedong, Sidenreg Rappan.  Jurnal Ilmiah Nasional ; Available:http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a&id=186192. 

Busch, M.S., Franke, C., Rüster, G., Wolf. 2010. Advanced Glycation End-Products and The Kidney.  European Journal of Clinical Investigation,Vol. 40: 742-755

Page 69: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 69/93

58

Chinedum, O., Eleazu, K.C. 2013. Review of Mechanism of Cell Death Resultingfrom Streptozotocin Challenge in Experimental Animals, Its Practical Useand Potential Risk to Humans.  Journal of Diabetes & Metabolic

 Disorders, Vol. 12-60.

Chung, S.S.M., Ho, M.K.C., Lam, K.S., Chung, S.K. 2003. Contribution of PolyolPathway to Diabetes-Induced Oxidative Stress.  Journal of American

Society of Nephrology, Vol. 14: 233-236

Cotran, R.S., Kumar, V. Robbins, S.L. 2007.  Pathology Basic of Disease.6th edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Eleazu, C.O., Eleazu, K.C., Chukwuma, S., Essien, U.N. 2013. Review of themechanism of cell death resulting from streptozotocin challenge inexperimental animals, its practical use and potential risk to humans. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders, Vol. 12: 1-7.

Erejuwa, O., Sulaiman, S., Wahab, M.S., Salam, Salleh, Gurtu. 2011. Comparisonof antioxidant effects of honey, glibenclamide, metformin, and theircombinations in the kidneys of streptozotocin induced diabetic rats. International Journal Molecular Science, Vol. 12: 829-843.

Fioretto, P., Mauer, M. 2007. Histopathology of diabetic nephropathy. Seminars of

 Nephrology Journal, Vol. 27 : 195-207.

Forbes, J.M., Coughan, M.T., Cooper, M.E. 2008. Oxidative Stress As A MajorCulprit in Kidney Disease in Diabetes.  American Diabetes Journal , Vol.57 :1446-1454

Gandhi, S., Srinivassan, B.P., Akarte, A.S. 2013. Potential Nephrotoxic EffectsProduced by Steroidal Saponin in STZ-induced Diabetic Rats.  National

Center for Biotechnology Information, Vol. 2: 3-12

Geraldes, P., and King, G.L. 2010. Activation Protein Kinase C Isoform and ItsImpact on Diabetic Complications. Circulation Research, Vol. 106: 1319-1331

Ghasemi A. 2014. Streptozotocin-nicotinamid induced rat model of type 2diabetes.  Acta Physiologica Hungaria, Vol. 101 : 408-420.

Gunawan, Gan S. 2012. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen Farmakologidan Terapeutik. Jakarta: FKUI.

Page 70: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 70/93

59

Harding, Helen, A., Fierto, G., Alan, K.V., Augosto, S. 2003. Dietary Fat adn Riskof Clinic Type Diabetes.  American Journal of Epidemiology, Vol.15;150-159.

Hastuti, R.T. 2008.  Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

[dissertation]. Universitas Diponegoro (Semarang).

Hope, J.H. 2013. A Review of Diagnosis and Treatment of Ochratoxyn aInhalation Exposure Associated with Human Illness and Kidney Diseaseincluding Focal Segment Glomerulosklerosis.  Journal of Environmental

and Public Health, Vol. 12 :1-20.

Indranila, K.S. 2013. Aspek Biomolekuler Apoptosis, Caspase-3 & RAK padaPemberian  Morinda Citrofolia (Mengkudu) Tikus Sprague DawleyDiabetes Nefropati yang diinduksi Streptozotocy (STZ).  Medica

 Hospitalia, Journal of Clinical Medicine, Vol. 1 : 150-158

International Diabetes Federation. 2014.  Diabetes Atlas Sixth Edition. International Diabetes Federation (IDF).

Ishibasi, Y., Matsui, T., Sho-ichi, Yamagishi. 2012. Beneficial effects ofMetformin and Irbestan on advance glycation end product (AGEs)-RAGE-induced proximal tubule injury.  Journal Pharmacological

 Research, Vol. 65 : 297-302

Katzung, Bertram G. 2006.  Basic and Clinical Pharmacology.Edisi 10.USA : McGraw Hill Lange.

Kemas, A.H. 2003. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Edisi 3.Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada.

Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba.Yogyakarta : GadjahMada University Press.

Kim, H.J., Kong, M.K., Kim, Y.C. 2008. Benefical effects of phellodendri cortexextract on hyperglycemia and diabetic nephropathy in streptozotocin-induced diabetic rats. British Medical Bulletin reports. Vol. 18 : 24-67

Lubis, M., Alvarino, Tofrizal, Erkaidus. 2013. Pengaruh Pemberian Valsartan dan Kurkumin Terhadap Pembentukan Fibrosis di Tubulus Proksimal Ginjal

 Akibat Obstruksi Ureter Unilateral pada Tikus Wistar . Diakses dari:http://jurnal.fk.unand.ac.id 

Page 71: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 71/93

60

Lim, A.K.H. & Tesch, G.H. 2012. Inflammation in diabetic nephropathy.  Hindawi

 Publishing Corporation, page 1-12.

Morales, A.I., Detaille, D., Prieto, Marta., Puente, Angel., Briones, Elsa., Arevalo,

Miguel. 2010. Metformin prevents experimental gentamicin-inducednephropathy by a mitochondria-dependent pathway. Kidney International ,Vol. 77 : 861-869.

PB PERKENI.  Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2. Jakarta: PBPERKENI: 2006.

Permana, H. 2009.  Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta pada Diabetes.Bandung : Division of Endocrinology and Metabolism Departmen ofInternal Medicine Padjadjaran University Medical School

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011.  Konsensus Pengelolaan dan

 Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni.

Powers, A.C., Fauci, S.A., Kasper, L.D., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser,L.S., Jameson, J.L. 2008. Diabetes mellitus. In : Harrison’s Principles ofInternal Medicine, 17th ed.New York: McGraw-Hill. Page : 2275-2304.

Ramana, K.V., Friedrich, B., Tammali, R., West, M.B., Bhatnagar, M.B.,Srivastava, S.K. 2005. Requirement of Aldose Reductase forHyperglycemic Activation of Protein Kinase C and Formation ofDiacylglycerol in Vascular Smooth Muscle Cells.  American Diabetes

 Journal , Vol. 54: 818-829

Rabyah, B., Ali, Item, J., Atangwho, Navneet K., Elssnouassi, Mohammed, Ali, J.,Mohd, Z., Asmawi, Rohzianim. 2012. Hypoglycemic and anti-hyperglicemyc study of Phaleria macrocarpa Fruits pericarp.  Academic

 Journal . Penang : Malaysia.

Rohyami, Y. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol DagingBuah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl).  Jurnal

 Penelitian & Pengabdian,Vol. 5 : 1

Rocha, Ana., Almeida, Marta., Santos, Josefina., Carvalho, Andre. 2013.

Metformin in patients with chronic kidney disease: strengths andweakness. Journal of Nephrology, Vol. 26 : 55-60.

Rodriguez, D.L., Castelao, A.M., Górriz, J.L., Álvaro, F.D., González, J.F.N.2012. Phatophysiological Role and Therapeutic Implications ofInflammation in Diabetic Nephropathy. World Journal of Diabetes, Vol.3: 7-18

Page 72: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 72/93

61

Rudge, M.V.C. Zidayeh, F., Rudge, L., Komar, Z. 2014. Streptozotocin-InducedDiabetes Models: Pathophysiological Mechanisms and Fetal Outcomes.Hindawi Publishing Corporation.  Biochemistry Medical Research

 International ; Vol. 11, Article ID 819065, diakses di :http://dx.doi.org/10.1155/2014/819065. 

Sastrawan, I.G.P., Suwitra, K. 2008. Peran Hipoksia pada Patogenesis PenyakitGinjal. Bali : FK UniversitasUdayana

Sellamuthu, P.S., Muniappan, B.P., Perumal, S.M., Kandasamy, M. 2009.Bioassay-Guided Antidiabetic Study of Phaleria macrocarpa FruitExtract. Journal of Health Sciences, Vol. 55: 206-214.

Sharma, T., Sidhu, M.C. 2014. A review on antidiabetic medicinal plants. World Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 2 : 1356-1374.

Singh, D.K., Farrington, K. 2010. The tubulointrstitium in early diabeticnephropathy: prime target or bystander. International Journal of Diabetesin Developing Country, Vol. 30 :1-4.

Sicree, J.E. Shaw, R.A., Zimmet P.Z. 2010. Global estimates of the prevalence ofdiabetes for 2010 and 2030.  Diabetes Research and Clinical Practice,Volume 87: 4-14.

Szkudelski T. 2001. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in BCells of The Rat Pancreas. Department of Animal Physiology andBiochemistry, University of Agriculture, Poznan, Poland.  Physiology

 Research, Vol. 50 : 536-546.

Slamet, S. 2008. Diet pada penyakit Diabetes.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi III. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.

Sujaya, Nyoman I. 2009. Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai FaktorRisiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada, Vol. 6:75-81.

Sulistyoningrum, E., Setiawati. 2013. Phaleria macrocarpa reduces glomerulargrowth factor expression in alloxan-induced diabetic rats, Universa

medicina, Vol. 3 :71-90

Syamsul, E.S., Nugroho, A.H., Pramono, S. 2011. Aktivitas antidiabeteskombinasi Ekstrak terpurifikasi Herba Sambiloto ( Andrographis

 paniculata (Burn. F.) Ness.) dan Metformin pada tikus DM tipe-2Resisten Insulin. Majalah Obat Tradisional , Vol. 16 : 124-131

Page 73: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 73/93

62

Taneda, S., Honda, K., Tomidokoro, K., Uto, K., Nitta, K. 2010. Eicosapentaenoicacid restores diabetic tubular injury through regulation oxidative stressand mitochondrial aoptosis.  American Journal Renal Physiology, Vol.299 :1451 : 1461.

Tan, A.L, Forbes, J.M., Cooper, M.E. 2007. AGE, RAGE, and ROS in Diabetic Nephropathy. Seminars in Nephrology, Vol. 27: 130-143

Teixeria, L. 2011. Regulation glucose physical exercise training assists in preventing type 2 diabetes development: focus on its antioxidant andanti-inflammantory properties.  Biomed Central Cardiovascular

 Diabetology. Vol. 10 ;1-15.

Thorens, B., Mueckler, M. 2010. Glucose Transporters in The 21st Century. American Journal of Physiology-Endocrinology and Metabolism,Vol. 298:141-145

Trihono, P.P. 2011. Peran Transforming Growth Factor B pada PenyakitGinjal.Jakarta : Sariperdiatri, Vol. 13:49-54

Way, K.J., Katai, N., King, G.L. 2001. Protein Kinase C and The Development ofDiabetic Vascular Complications. Diabetic Medicine, Vol. 18: 945-959

Wei, W., Liu, Q., Tan, Y., Liu, L., Cai, L. 2009. Oxidative stress, diabetes, anddiabetic complications. Hemoglobin, Vol. 33 :370-377.

Widyahening, S.I., Soewondo, P. 2012. Kapasitas Manajemen Diabetes MelitusTipe 2 (DM T2) di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer di Indonesia.Jakarta : FKUI.

Yamagishi, S., Matsui, T. 2010. Advanced glycation end products, oxidative stressand diabetic nephropathy. Oxidative Medicine and Cellular Longetivity,Vol. 3 :101-108.

Yosie, Andriani, John, Roland, Diego, Xavier, Z. 2011. "Antibacterial, radical-

scavenging activities and cytotoxicity properties of Phaleria Macrocarpa

(Scheff.) Boerl leaves in HEPG2 cell lines.  Journal of PharmaceuticalSciences and Research, Vol. 2 :1700-1706.

Zhang, H., Liu, J., Lim, S., Huang, Z. 2009. The Oxford classification of IgAnephropathy: rationale, clinicopathological correlations, andclassification. International Society of Nephrology.

Page 74: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 74/93

63

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Alur Penelitian

v

Tikus putih (galur Sprague Dawley)

Pengelompokkan dengan random allocation 

Aklimatisasi selama 7 hari

Akuades Akuades Mahkota dewa

200 mg/kgBB

Mahkota dewa

250 mg/kgBB

Kelompok A(Kontrol Sehat)

Mahkota dewa

300 mg/kgBB

Metformin

150 mg/kgBB

Perlakuan diberikan selama 21 hari

Terminasi dan pengambilan organ dengan fiksasi NBF 10%

Pembuatan preparat mikroskopis tubulus proksimal ginjal pewarnaan PAS

Kelompok B(Kontrol Sakit)

Pengamatan mikroskopis dan dokumentasi

Kelompok C(Perlakuan)

Pengolahan dan analisis data

Kelompok D(Perlakuan) Kelompok E(Perlakuan) Kelompok F(Perlakuan)

Tidak DiInduksi DM

Induksi DM Induksi DM Induksi DM Induksi DM Induksi DM

Page 75: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 75/93

64

Lampiran 2. Penentuan Dosis

a.  Metformin

Penentuan dosis metformin menggunakan dosis manusia yangdikonversikan menjadi dosis tikus. Bentuk sediaan metformin adalah tablet 500

mg yang dikonsumsi 3x sehari sehingga dalam sehari dosis metformin yang

diperlukan manusia adalah 1500 mg. Dosis konversi yang digunakan untuk tikus

dengan berat badan 200 gram adalah 0,018. Berikut adalah perhitungan besar dosis

konversi metformin :

Dosis manusia per hari x 0,018 = besar dosis konversi

1500 mg per hari x 0,018 = 27 mg per hari

≈ 30 mg per hari per 200 gram tikus 

= 150 mg/kgBB

 b.  Ekstrak methanol daging buah mahkota dewa

Penelitian ini mencari dosis yang paling efektif dari ekstrak methanol

daging buah mahkota dewa. Penentuan dosis dalam penelitian ini menggunakan

 penelitian sebelumnya yang dapat memberikan efek renoprotektif, yaitu 200

mg/kgBB, 250 mg/kgBB (Sulistyoningrum, 2013), dan 300 mg/kgBB (Yanti,

2014). Oleh karena itu, digunakan dosis tersebut untuk membuktikan efeknya

terhadap regenerasi sel β pankreas. 

Page 76: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 76/93

65

Lampiran 3. Aspek Etik Penelitian

Penelitian ini menggunakan hewan coba yang akan diberi perlakuan yang

harus benar secara etik, yaitu :a.  Penelitian ini berlangsung cukup lama yaitu 7 hari aklimatisasi dan 21 hari

 perlakuan.

 b.  Hewan coba akan diberi perlakuan menggunakan obat yang mungkin memiliki

efek toksik.

c.  Hewan coba akan dikorbankan, diambil organnya, dan dianalisis sesuai dengan

tujuan penelitian.

d.  Setelah hewan coba dikorbankan terdapat sisa jaringan yang tidak digunakan.

e.  Upaya untuk meminimalisir aspek etik dilakukan oleh peneliti menuruti prinsip

etik hewan coba.  Reduction, peneliti meminimalkan jumlah hewan coba yang

digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Federer sehingga

memenuhi kaidah etik dan kaidan penelitian.  Replacement , hewan coba yang

digunakan adalah hewan paling mirip dengan manusia namun memiliki

kemampuan reproduktif yang baik serta merupakan ordo terrendah yang mirip

dengan manusia.  Refinement , peneliti mempertahankan kesejahteraan hewan coba

dengan menempatkan hewan coba pada kandang yang cukup dan bersih,

 pemberian makan dan minum yang tepat waktu dan bergizi, penjagaan suhu dan

kelembaban ruang penyimpanan kandang, penetapan dosis yang berdasar untuk

meminimalisir efek toksik, penggunaan anestesi saat akan mengorbankan hewan

coba sehingga mengurangi morbiditas, dan sisa jaringan yang tidak digunakan

dimusnahkan dengan dikubur sehingga tidak mencemari lingkungan.

Page 77: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 77/93

66

Lampiran 4. Pemeriksaan Glukosa Darah Metode GOD-PAP

a.  Prinsip pemeriksaan

Tes enzymatic-colorimetric yang mengikuti kaidah reaksi seperti berikut :Glukosa + O2 + H2O Glukonat + H2O2 

2H2O2 + fenol + 4-aminoantipirin 4-(p-bezoquinon-mono-

imino)fenazon + 4H2O

Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase menjadi glukonat dan hidrogen

 peroksida.Karena kemunculan peroksida, fenol bereaksi dengan 4-AAP dan

hidrogen peroksida untuk memproduksi quinonimin hijau, intensitas warna

tersebut diukur pada 505 nm.

 b.  Prosedur

Panjang gelombang yang digunakan adalah 546 nm (492-550 nm) dengan

spektrofotometer 505 nm dan reaksi end point .Inkubasi 8 menit pada suhu 37oC

atau 20-25oC.

c.  Perhitungan

Konsentrasi glukosa (mg/dL) = ( Absorbance  sampel /  Absorbance  standard) x

konsentrasi standard (mg/dL).

GOD

Peroksidase

Page 78: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 78/93

67

Lampiran 5. Kandungan Pakan Hewan Coba

PAKAN AYAM PEDAGING 511®

Produksi : PT. CHAROEND POKPHAN INDONESIA

PROTEIN : Maks. 21-23 %

LEMAK : Min. 5-8 %

SERAT : 3 3-5 %

ABU : 2,0 4-7 %

KALORI : Maks. 2.800-3.100 kcal

AIR : 11-12 %

PHOSPOR : 1,0 %

ANTIBIOTIKA : +

Page 79: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 79/93

68

Lampiran 6 . Data Induk Glukosa Darah Hewan Coba

Kelompok Awal Induksi Perlakuan SATUAN

A.1 120 72 90 mg/dlA.2 112 85 187 mg/dlA.3 100 60 112 mg/dlA.4 118 108 75 mg/dlA.5 109 92 105 mg/dl

B.1 113 198 371 mg/dlB.2 111 370 - mg/dlB.3 113 352 219 mg/dlB.4 119 376 385 mg/dl

B.5 117 417 120 mg/dl

C.1 116 370 274 mg/dlC.2 113 322 300 mg/dlC.3 112 344 313 mg/dlC.4 116 368 - mg/dlC.5 110 321 393 mg/dl

D.1 110 355 366 mg/dlD.2 125 389 205 mg/dl

D.3 119 357 150 mg/dlD.4 82 325 394 mg/dlD.5 107 163 - mg/dl

E.1 109 389 114 mg/dlE.2 107 409 195 mg/dlE.3 119 225 198 mg/dlE.4 104 154 392 mg/dlE.5 111 336 188 mg/dl

F.1 109 384 465 mg/dlF.2 108 296 398 mg/dlF.3 116 370 409 mg/dlF.4 122 401 378 mg/dlF.5 116 329 - mg/dl

Page 80: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 80/93

69

Lampiran 7. Uji Normalitas Glukosa Darah Hewan Coba

Tests of Normality 

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova  Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Glukosa_Awal Kelompok A ,182 5 ,200*  ,946 5 ,709

Kelompok B ,298 4 . ,849 4 ,224

Kelompok C ,210 4 . ,982 4 ,911

Kelompok D ,271 4 . ,888 4 ,373

Kelompok E ,250 5 ,200*  ,885 5 ,332

Kelompok F ,285 4 . ,935 4 ,625

Glukosa_PP Kelompok A ,199 5 ,200*  ,960 5 ,807

Kelompok B ,278 4 . ,888 4 ,372

Kelompok C ,304 4 . ,893 4 ,396

Kelompok D ,267 4 . ,881 4 ,344

Kelompok E ,337 5 ,066 ,874 5 ,284

Kelompok F ,336 4 . ,804 4 ,109

Glukosa_PI Kelompok A ,135 5 ,200*  ,993 5 ,988

Kelompok B ,317 4 . ,869 4 ,295

Kelompok C ,273 4 . ,872 4 ,305

Kelompok D ,242 4 . ,958 4 ,764

Kelompok E ,255 5 ,200*  ,877 5 ,298

Kelompok F ,162 4 . ,992 4 ,966

Page 81: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 81/93

70

Lampiran 8. Analisis T-Tes Berpasangan Glukosa Darah Hewan Coba

Paired Samples Test 

Paired Differences

t Df

Sig.

(2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Glukosa_A_PI -

Glukosa_A_PP-13,00000 30,27375 13,53883 -50,58983 24,58983 -,960 4 ,391

Pair 2 Glukosa_B_PI -

Glukosa_B_PP 62,00000 200,44284 100,22142 -256,94929 380,94929 ,619 3 ,580

Pair 3 Glukosa_C_PI -

Glukosa_C_PP19,25000 69,19236 34,59618 -90,85049 129,35049 ,556 3 ,617

Pair 4 Glukosa_D_PI -

Glukosa_D_PP77,75000 138,33143 69,16571 -142,36617 297,86617 1,124 3 ,343

Pair 5 Glukosa_E_PI -

Glukosa_E_PP139,00000 110,01136 49,19858 2,40285 275,59715 2,825 4 ,048

Pair 6 Glukosa_F_PI -

Glukosa_F_PP-13,25000 72,97659 36,48830 -129,37205 102,87205 -,363 3 ,741

Page 82: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 82/93

71

Lampiran 9. Uji Interrater Reliability Kappa

Page 83: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 83/93

72

Lampiran 10. Uji normalitas data Saphiro-Wilk

Page 84: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 84/93

73

Lampiran 11. Uji non parametrik Kruskall-Wallis

Page 85: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 85/93

74

Lampiran 12. Uji Analisis post hoc Mann-Whitney

Kelompok A dengan B

Kelompok B dengan C

Page 86: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 86/93

75

Kelompok B dengan E

Kelompok B dengan F

Page 87: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 87/93

Page 88: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 88/93

77

Kelompok E dengan F

Page 89: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 89/93

78

Lampirann 13.  Ethical Approval

Page 90: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 90/93

79

Lampiran 14. Determinasi Tumbuhan

Page 91: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 91/93

80

Lampiran 15. Dokumentasi

Page 92: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 92/93

81

Lampiran 16. Surat Pernyataan Penelitian

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

 Nama : Betha Purba Praj Rahmatika

 NIM : G1A012141

Judul Skripsi : Pengaruh Ekstrak Methanol Daging Buah Mahkota Dewa

( Phaleria macrocarpa (Scheff. ) Boerl  dan Metformin terhadap

Gambaran Histologi Tubulus Proksimal Ginjal pada Tikus

Model DM Tipe-2

Pembimbing : I. dr. Alfi Muntafiah, M.Sc

II. dr. Nur Signa Aini G., M.Biotech

Menyatakan Bahwa :

1.  Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri bukan hasil plagiasi

2.  Pelaksanaan penelitian ini merupakan bagian dari payung yang berjudul Efektifitas

Ekstrak Daging Buah Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa (Scheff. ) Boerl  Untuk

Pencegahan Nefropati Diabetika Sebagai Upaya Pengembangan Obat Herbal

dengan sususnan tim peneliti adalah dr. Nur Signa A.G., M.Biotech, dr. Mustofa,

M.Sc, dan Dr. dr. Eman Sutrisna, M.Kes.3.  Hak kekayaan intelektual penelitian berikut data-data hasil penelitian menjadi

milik dr. Nur Signa A.G.,M.Biotech

4.  Hak publikasi peneltian ini berada pada dr. Nur Signa A.G., M.Biotech.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa paksaan atau tekanan dari

siapapun. Saya bersedia bertanggung jawab jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai

di dalam penelitian ini.

Purwokerto, Januari 2016

Betha Purba Praj Rahmatika

G1A012141

Page 93: Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

8/16/2019 Skripsi Betha Purba Praja Rahmatika g1a012141

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-betha-purba-praja-rahmatika-g1a012141 93/93

82

Lampiran 17. Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

A.  Data Pribadi1.   Nama : Betha Purba Praj Rahmatika

2.  Tempat, Tanggal Lahir : Kendal 24 Mei 1994

3.  Jenis Kelamin : Laki-laki

4.  Agama : Islam

5.  Kewarganegaraan : Indonesia

6.  Alamat : Tlogosari Parangkesit V/01 Semarang

7.   No. HP : 085643706610

8.  Email :  [email protected] 

B.  Riwayat Pendidikan

2000-2006 : SD Negeri 1 Purwosari

2006-2009 : SMP Negeri 2 Kendal

2009-2012 : SMA Negeri 5 Semarang