BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan internasional merupakan suatu sistem hubungan antar negara yang berdaulat dalam pergaulan internasional yang menjadikan kegiatan diplomasi sebagai suatu elemen utama bagi suatu negara sebagai faktor penentu eksistensinya dalam hubungan internasional. Diplomasi merupakan proses politik untuk memelihara kebijakan luar negeri suatu Pemerintah dalam 3333mempengaruhi kebijakan dan sikap Pemerintah negara lain. 1 Diplomasi kekinian juga tidak hanya menyangkut kegiatan politik saja tapi juga bersifat multi-dimensional yang menyangkut aspek ekonomi, sosial-budaya, hak asasi manusia dan lingkungan hidup yang digunakan di situasi apapun dalam hubungan antarbangsa untuk menciptakan perdamaian dalam percaturan politik global serta mencapai kepentingan nasional suatu negara. 1 Sumaryo Suryokusumo. 2004. Praktik Diplomasi. Jakarta: STIH IBLAM. Hal.1. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan internasional merupakan suatu sistem hubungan antar
negara yang berdaulat dalam pergaulan internasional yang menjadikan
kegiatan diplomasi sebagai suatu elemen utama bagi suatu negara sebagai
faktor penentu eksistensinya dalam hubungan internasional. Diplomasi
merupakan proses politik untuk memelihara kebijakan luar negeri suatu
Pemerintah dalam 3333mempengaruhi kebijakan dan sikap Pemerintah
negara lain.1 Diplomasi kekinian juga tidak hanya menyangkut kegiatan
politik saja tapi juga bersifat multi-dimensional yang menyangkut aspek
ekonomi, sosial-budaya, hak asasi manusia dan lingkungan hidup yang
digunakan di situasi apapun dalam hubungan antarbangsa untuk menciptakan
perdamaian dalam percaturan politik global serta mencapai kepentingan
nasional suatu negara.
Munculnya soft power sebagai salah satu bentuk power selain hard
power dalam kegiatan hubungan internasional membawa implikasi pada
pelaksanaan diplomasi. Soft power menjadi tool utama diplomasi masa kini
yang disebut soft diplomacy. Kecenderungan pelaksanaan soft diplomacy
dengan menggunakan aplikasi soft power dianggap efektif dan efisien
sehingga mudah untuk dilakukan tanpa harus menelan korban dan
menghabiskan biaya besar. Seiring berubahnya paradigma aktor hubungan
internasional, pelaksanaan soft diplomacy melibatkan berbagai kalangan aktor
non-Pemerintahan. Oleh karena itu, soft diplomacy merupakan bentuk nyata
dari penggunaan instrument selain tekanan politik, militer dan tekanan
ekonomi yakni dengan mengedepankan unsur budaya dalam kegiatan
diplomasi. Maka dari itu, platform politik luar negeri dilakukan melalui soft
diplomacy, seperti apa yang di lakukan oleh Korea Selatan melalui budaya
Korean wave.2
Korean wave adalah sebuah istilah yang merujuk pada popularitas
budaya pop Korea di luar negeri. Genre Korean wave berkisar dari film,
drama televisi, dan musik pop (K-pop). Perkembangan yang sangat pesat
dialami oleh industri budaya Korea melalui produk tayangan drama televisi,
film, dan musik menjadikannya suatu fenomena yang menarik untuk
diimplementasikan sebagai sebuah bagian dalam pelaksanaan soft diplomacy
yang mampu membangun citra Korea Selatan dan mendukung peningkatan
posisi Korea Selatan di forum internasional secara umum dan Indonesia
secara khusus.3
Dewasa ini, Korea Selatan telah berkembang menjadi salah satu
negara paling makmur di Asia yang ditandai dengan perekonomian Korea
Selatan kini terbesar ketiga di Asia dan ke-13 di dunia.4 Hal penunjang
kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak lain karena sektor industri
teknologi transportasi dan teknologi komunikasi yang juga didukung oleh
2 Reza Lukmanda Yudhantara. 2011. Korean wave Sebagai Soft Diplomasi Korea Selatan. INAKOS dan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada (eds). Politik dan Pemerintahan Korea. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 183.
3 KOCIS. Korean wave. [Online]. http://www.korea.net/Government/Current-Affairs/Korean-Wave?affairId=209. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011 pukul 14.15 Wita.
4 BBC News. South Korea Profile. [Online]. http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-15289563. Diakses pada tanggal 25 Desember 2011 pukul 21.14 Wita.
sektor kebudayaannya melalui Korean wave. Pada tahun 2004, ekspor film
dan program televisi bersama dengan pariwisata dan produk K-Pop
menghasilkan pendapatan total hampir US$2 miliar.5 Selain itu, menurut
statistik Bank Of Korea dari bidang ekspor budaya dan jasa hiburan, industri
musik K-pop telah menghasilkan US$794 juta tahun 2011 dan mengalami
peningkatan 25% dari US$637 juta di tahun 2010 seiring K-pop semakin
diminati oleh masyarakat internasional.6
Hubungan diplomatik Korea Selatan-Indonesia secara resmi telah
terjalin sejak 18 September 1973 dan direkatkan melalui pembentukan
Kemitraan Strategis pada kunjungan Presiden Roh Moo Hyun ke Jakarta
tanggal 4-6 Desember 2006. Pembentukan Kemitraan Strategis tersebut
mencakup kerja sama di bidang politik, keamanan, ekonomi, perdagangan
dan sosial budaya. Hubungan bilateral melalui sosial-kebudayaan Korea
Selatan-Indonesia semakin intens dijalankan seiring budaya Korean wave
semakin digemari masyarakat Indonesia. Popularitas Korean wave di
Indonesia ditandai dengan diselenggarakannya serangkaian kegiatan pameran
kebudayaan Korea sejak tahun 2009 hingga 2011 yakni “Korea-Indonesia
Week”. Pergelaran budaya tersebut diselenggarakan oleh Kedutaan Besar
Republik Korea di Indonesia untuk memperkuat hubungan bilateral di bidang
sosial kebudayaan karena melihat respon positif masyarakat Indonesia
terhadap budaya Korea Selatan. Di samping itu, Pemerintah Korea Selatan 5 VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. [Online].
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/2006010761003.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita.
6 Chosun Ilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/2012020700892.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 17.45 Wita.
membangun Pusat Kebudayaan Korea di Jakarta agar dapat berfungsi sebagai
pusat informasi kebudayaan Korea Selatan.7
Perkembangan K-pop didukung oleh peran sinkronisasi antara aktor
negara, yakni Pemerintah Korea Selatan itu sendiri dengan aktor non-negara
seperti para pelaku bisnis, masyarakat, selebritis dan media. Pemerintah
Korea menjadikan K-Pop sebagai upaya pembangunan citra ataupun nation-
branding Korea Selatan. Adapun pembangunan citra dinilai penting untuk
menciptakan ketertarikan negara lain guna menjalin dan memperat hubungan
bilateralnya sekaligus untuk memperkukuh posisinya di forum internasional.
Di era globalisasi yang ditunjang kemajuan teknologi dan peran
industri kreatif juga sangat memungkinkan pengembangan soft diplomacy
apalagi Korea Selatan termasuk negara yang terdepan dalam revolusi digital
yang memiliki daya koneksi internet yang cepat dan kuat.8 Melalui koneksi
jaringan internet tersebut dapat mendukung dan memudahkan penyebaran
Korean wave ke berbagai belahan dunia sebagai bagian pelaksanaan soft
diplomacy Korea Selatan. Korean wave kini semakin populer tidak hanya di
daratan Asia melainkan juga sudah mulai masuk secara perlahan ke Eropa
dan Amerika. Jika melihat lima puluhan tahun yang lalu, Korea menjadi salah
satu negara termiskin di dunia namun dewasa ini Korea Selatan sudah mulai
bangkit dan dapat bersaing dengan negara-negara maju.
7 Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia. [Online]. http://idn.mofat.go.kr/worldlanguage/asia/idn/bilateral/politik/sejarah/index.jsp Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 22.25 Wita.
8 Wonjun Chung dan Taejun David Lee. 2011. Hallyu As A Strategic Marketing Key in the Korean Media Content Industry. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal. 449
Dengan demikian, ketika Korea Selatan memperluas kegiatan
diplomasinya ke negara-negara yang masih berkembang, Korea Selatan
memiliki perspektif yang dapat menarik hati negara yang dituju dengan
menggunakan perspektif senasib sebagai bangsa Asia seperti apa yang Korea
Selatan alami di masa lampau. Hal tersebut membuat transisi yang sukses
untuk sebuah negara yang sangat demokratis dan bergerak maju di bidang
industri manufaktur serta ingin mengubah image budayanya yang lebih
modern dan disukai oleh masyarakat internasional. Korea Selatan juga
membangun citra Global Korea sebagai negara yang terpercaya dan
kooperatif dalam melakukan kegiatan hubungan internasional.
Berdasarkan pandangan tersebut dan semakin menjamurnya
penggemar musik K-pop di Indonesia dan didukung dengan landasan
kerjasama di bidang kebudayaan antara Pemerintah Korea Selatan-Indonesia
dengan melibatkan peran aktor non-negara dalam soft diplomacy tersebut
melandasi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Soft
Diplomacy dalam Membangun Citra Korea Selatan di Indonesia”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dalam hubungan internasional penggunaan power yang lebih
cenderung terhadap soft power juga mempengaruhi pelaksanaan diplomasi,
yakni soft diplomacy. Ketenaran Korean wave di Asia Tenggara terkhusus
Indonesia menjadikan Korea Selatan semakin meningkatkan intensitas jalan
soft diplomacy dengan mengedepankan unsur kebudayaannya. Salah satu
elemen budaya Korean wave yakni musik pop Korea (K-Pop) menjadi batasan
5
penelitian yang dibahas dalam penulisan ini terkait pengaruh K-pop sebagai
aset soft power dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia
guna membangun citra Global Korea agar dapat semakin memperkuat
hubungan bilateral Korea Selatan-Indonesia dalam kurun waktu tahun 2008-
2012.
Pelaksanaan soft diplomacy Korea ini sangat relevan dengan
keterlibatan aktor negara dan aktor non-negara di dalamnya sehingga
pengimplementasian pelaksanaan diplomasinya didukung oleh bentuk-bentuk
diplomasi multi jalur atau multi-track diplomacy. Oleh karena itu, penulis
mengkaji strategi pelaksanaan soft diplomacy melalui peran Pemerintah yang
juga didukung oleh para pelaku bisnis, selebrtitis K-Pop dan masyarakat
secara umum serta pemanfaatan fasilitas teknologi media informasi.
Berdasarkan penjelasan latar belakang serta batasan masalah yang
telah diuraikan, penulis mengangkat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pelaksanaan soft diplomacy dalam membangun
citra Korea Selatan di Indonesia?
2. Apa pengaruh yang ditimbulkan oleh soft diplomacy dalam
membangun citra Korea Selatan di Indonesia?
3. Bagaimana prospek pelaksanaan soft diplomacy dalam
membangun citra Korea Selatan di Indonesia?
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana strategi soft diplomacy
melalui musik K-pop dalam membangun citra Korea Selatan di
Indonesia.
b. Mengetahui dan menjelaskan apa pengaruh dari pelaksanaan soft
diplomacy melalui musik K-pop dalam membangun citra Korea
Selatan di Indonesia.
c. Mengetahui dan menjelaskan prospek dalam membangun citra Korea
Selatan di Indonesia melalui soft diplomacy, khususnya melalui musik
K-Pop.
2. Kegunaan Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan referensi bagi
pelajar studi ilmu hubungan internasional dalam hal kajian mengenai
soft diplomacy dan pembangunan citra suatu bangsa melalui
kebudayaan.
b. Penelitian ini pula diharapkan dapat menjadi sumbangsih informasi
dan bahan kajian bagi para stakeholder ataupun pengambil kebijakan
terutama Pemerintah Korea Selatan dan Indonesia dalam
meningkatkan hubungan bilateral melalui soft diplomacy.
7
D. Kerangka Konseptual
Peningkatan kebutuhan suatu negara untuk terus saling berinteraksi
dan melakukan hubungan kerjasama dalam rangka untuk memenuhi
kebutuhan warga negaranya yang semakin beranekaragam dan berubah seiring
waktu apalagi dalam berkehidupan internasional, negara satu sama lain saling
membutuhkan untuk mencapai kepentingan ataupun tujuan politik luar negeri
mereka maka dilakukan hubungan kerjasama secara bilateral. Hubungan
bilateral merupakan hubungan timbal balik antar dua negara. Hubungan
bilateral yang dijalin meliputi berbagai isu di bidang politik, militer,
pertahanan dan keamanan, ekonomi, budaya dan pendidikan yang dibangun
melalui kesamaan kepentingan dan persepsi.
Dalam memahami konsep hubungan bilateral, Budiono
Kusumohamidjojo menyatakan pengertian hubungan bilateral adalah:
Suatu bentuk kerjasama diantara dua negara baik yang berdekatan secara geografis maupun yang jauh dari seberang lautan dengan sasaran utama untuk menciptakan kerjasama politik kebudayaan dan struktur ekonomi9
Dengan demikian, hubungan bilateral tersebut dijalin tanpa
mempermasalahkan letak geografis suatu negara namun bagaimana kedua
negara dapat berinteraksi untuk memenuhi kepentingan nasional di berbagai
bidang. Hubungan bilateral yang dijalin tersebut tentunya dilandasi dengan
adanya kepentingan nasional yang ingin dicapai. Kepentingan nasional adalah
sebagai dasar dalam menjelaskan bagaimana karakteristik negara tersebut
dalam menjalin hubungan internasional. Kepentingan nasional merupakan
9 Budiono Kusumohamidjojo. 1987. Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analisis. Jakarta: Bina Cipta. Hal. 3.
8
tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat
keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar
negerinya.10Untuk mencapai kepentingan nasional tersebut, setiap negara
melaksanakan kegiatan diplomasi.
Kegiatan diplomasi kekinian mulai dijalankan dengan mengedepankan
unsur soft power yang dimiliki oleh suatu negara yakni melalui soft
diplomacy. Munculnya kecenderungan penggunaan soft power dalam
berdiplomasi juga ditunjang karena pesatnya kemajuan teknologi informasi di
era globalisasi.11 Pelaksanaan soft diplomacy tidak hanya karena proses politik
tapi juga dapat diterjemahkan menjadi kemanfaatan ekonomi ataupun budaya.
Susanto Pudjomartono seorang mantan Dubes untuk Rusia untuk Indonesia
menyatakan bahwa soft diplomacy ini diartikan sebagai pertukaran gagasan,
informasi, seni dan aspek-aspek kebudayaan lain antara negara dan bangsa,
dengan harapan bisa menciptakan pengertian bersama.12
Diplomasi kekinian juga identik dengan paradigma multi-track
diplomacy yang merupakan kelanjutan dari first track diplomacy dan second
track diplomacy seiring dengan munculnya aktor non-negara dalam hubungan
internasional. Multi-track diplomacy dinyatakan oleh Louis Diamond sebagai
hubungan diplomasi antar bangsa yang dapat dikategorikan dengan diplomasi
masyarakat atau diplomasi publik yang merupakan sistem dari beberapa
10 Anak Agung Banyu Perwita. dan Yanyan M.Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Rosdakarya. Hal.35
11 Aleksius Jemadu. 2008.Politik Global dalam Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.11812 Susanto Pudjomartono. 2011. Soft diplomacy. [Online]. http://www.suarakarya-
online.com/news.html?id=293039. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul 16.51 Wita.
komponen proses dari suatu tindak diplomasi.13 Hubungan antara
kecenderungan dan kegiatan dengan cara yang akan membantu memahami
bagian peran kegiatan diplomasi suatu negara dalam mengungkapkan nila-
nilai pendekatan politik ataupun budaya dan bidang lainnya ditandai dengan
citra yang dimiliki oleh suatu negara.
Citra adalah segala sesuatu yang telah dipelajari seseorang yang
relevan dengan situasi dan dengan tindakan yang bisa terjadi di dalamnya.
Citra membantu memberikan alasan yang dapat diterima secara subjektif
tentang mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang
preferensi politik ataupun yang lainnya. Pencitraan berasal dari dalam namun
dinilai oleh pihak luar mengenai meningkat atau tidaknya suatu citra.
Penilaian atau tanggapan suatu negara ataupun masyarakat tersebut dapat
menimbulkan rasa hormat, kesan yang baik dan menguntungkan terhadap
pencitraan suatu negara yang mana landasan pencitraan itu biasanya dari nilai-
nilai kepercayaan ataupun budaya masyarakat yang terbentuk.14 Adapun
pengertian pencitraan menurut Aleksius Jemadu adalah:
Upaya suatu bangsa untuk mendefinisikan dirinya baik kepada rakyatnya sendiri maupun dalam pergaulan internasional dengan menonjolkan keunggulan nilai-nilai budaya yang dimilikinya dengan tujuan untuk menciptakan pengaruh internasional yang sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan politik luar negeri dan diplomasi secara umum.15
Bentuk upaya pencitraan diri Korea Selatan itupun diwujudkan
melalui budaya popularnya yakni Korean wave yang menjadi suatu kegiatan 13 Louise Diamond and John McDonald. 1996 Multi-Track Diplomacy: A Systems
Approach to Peace Third Edition. Kumarian Pres.14 Dan Nimmo. 2006. Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja
penting dalam persaingan dunia bisnis dan sebagai soft power Korea yang
diimplementasikan dalam pelaksanaan soft diplomacy. Pembangunan citra
positif dari pandangan masyarakat Indonesia terhadap Korea Selatan tentunya
dapat membangun citra politik negara itu sendiri. Pembangunan citra juga
dapat menimbulkan ketertarikan dan kepercayaan publik negara lain untuk
melakukan kerjasama dengan Korea Selatan.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif untuk
menggambarkan bagaimana strategi, pengaruh dan prospek soft diplomacy
dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
telaah pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang
berhubungan dengan permasalahan yang dibahas berupa buku-buku,
dokumen, jurnal dan surat kabar atau majalah yang menunjang penelitian
yang dilakukan oleh penulis.
Selain itu, observasi lapangan baik secara langsung maupun tidak
langsung juga menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
oleh penulis. Adapun langkah-langkah observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengamati langsung pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan
melalui Korean wave dalam membangun citranya di Indonesia.
11
b. Mengamati perkembangan soft diplomacy Korea Selatan dalam
membangun citranya di Indonesia melalui media.
Dalam penelitian ini juga dilakukan teknik pengumpulan data
melalui metode wawancara terhadap informan ahli ataupun dengan orang-
orang yang memiliki pengetahuan lebih tentang objek penelitian. Dalam
penelitian ini, informan yang diwawancarai adalah tokoh Pemerintahan
Korea dan diplomat Indonesia serta wawancara terhadap tokoh akademisi,
peneliti dan masyarakat yang dianggap mengetahui mengenai budaya
Korean wave sebagai soft diplomacy Korea Selatan.
Tabel 1. Daftar Informan
No Nama Informan Jabatan dan Institusi Alasan1. Kim Do Hyung First Secretary
Republic Of Korea Embassy
Diplomat Korea yang menangani bagian pendidikan.
2. Prof. Yang Seung Yoon Professor (Emiritus), Hankuk University of Foreign Studies. Seoul
Pakar Studi Malay-Indonesia.
3. Indriana Kartini Peneliti PerkembanganPolitik Internasional, LIPI. Jakarta
Peneliti kajian studi politik Internasional, globalisasi dan peserta Youth Worker Training di Korea.
4. Kukuh Adirizky Information Manager, Pusat Kebudayaan Korea di Indonesia
Penanggung jawab bagian informasi mengenai budaya Korea.
5. Dwi Hapsari Mintorahardjo
Marketing Manager Korea Tourism Organization. Jakarta
Penanggung jawab bagian pemasaran pariwisata Korea.
12
6. Gufron Sakaril Head section of Public Relation-Indosiar. Jakarta
Penanggung jawab hubungan masyarakat stasiun TV Indosiar
7. Fransiska Monika Diplomat Indonesia, Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia
Diplomat bagian Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik
8. Ridho Marketing Manager Exo Digital Agency
Penyelenggara K-Pop Gathering ”Tribute to Super Junior”
9. Tokoh Masyarakat Pelajar, Penyanyi Mereka yang mengetahui perkembangan K-Pop dan mendapat pengaruh langsung dalam pelaksanaan soft diplomacy.
Sumber: Diolah sendiri berdasarkan metodologi yang dipilih.
Adapun tempat-tempat yang dikunjungi selama pengumpulan data,
antara lain:
1. Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta
2. Kedutaan Besar Republik Korea, Jakarta
3. Korean Culture Centre of The Republic of Korea in Indonesia,
Jakarta
4. Korean Tourism Organization, Jakarta
5. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta
6. Centre of Strategic International Studies, Jakarta
7. Freedom Institute, Jakarta
3. Jenis Data
13
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara
dari informan secara mendalam guna mendapatkan informasi yang
obyektif.16 Sedangkan data sekunder diperoleh dari teknik pengumpulan
data melalui telaah pustaka, yaitu penelusuran literatur data kepustakaan
dari berbagai terbitan resmi yang terdiri dari buku, dokumen, jurnal,
majalah dan surat kabar.17
4. Teknis Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik
analisis data kualitatif dimana permasalahan digambarkan berdasarkan
fakta-fakta yang ada kemudian mengkorelasikannya satu sama lain untuk
kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Teknik analisis yang dilakukan
secara kualitatif ini juga bertujuan untuk membuat penjelasan secara
sistematis, faktual, sifat dan fenomena yang diteliti melalui studi telaah
pustaka, observasi dan wawancara dari para informan untuk mendalami
studi penelitian permasalahan ini.
5. Unit Analisis Data
Dalam penelitian ini, unit analisis data yang diamati oleh penulis
yakni aktor negara dan aktor non-negara. Penulis meneliti mengenai
sejauhmana pengaruh soft diplomacy yang dijalankan oleh Pemerintah
Korea Selatan ke Indonesia dalam mengembangkan K-pop di Indonesia.
16 Husain Umar. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hal. 131.
17 Murti Sumarni dan Salamah Wahyuni. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hal. 85
14
Serta apa pengaruh yang ditimbulkan dari hal tersebut terhadap
pembangunan citra Korea dalam meningkatkan hubungan bilateral Korea
Selatan-Indonesia yang didukung oleh peran pelaku bisnis industri musik
dan media serta masyarakat secara umum.
6. Definisi Operasional
a. Soft diplomacy adalah salah satu bentuk kegiatan diplomasi yang
dilakukan dengan mengaplikasikan penggunaan unsur soft power suatu
negara dalam hal ini yang dimiliki oleh Korea Selatan adalah K-pop.
b. Multi-track diplomacy adalah diplomasi multipelaku, yaitu dengan
banyak cara dan jalur, tidak hanya mengandalkan aktor negara
(Pemerintah) secara langsung akan tetapi dapat pula dilakukan oleh
aktor non-negara, seperti pelaku bisnis industri musik K-pop hingga
keterlibatan para selebritis ataupun masyarakat secara umum serta
media dalam menjalankan soft diplomacy melalui K-pop di Indonesia.
c. K-pop adalah istilah untuk musik pop Korea.
d. Pencitraan yang dimaksudkan adalah upaya bagaimana Korea Selatan
meningkatkan eksistensinya dalam percaturan politik global dengan
menggunakan K-pop dalam meningkatkan nation-brandingnya
menjadi lebih positif sebagai suatu negara dan semakin dikenal oleh
masyarakat internasional pada umumnya dan Indonesia pada
khususnya.
BAB II
15
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hubungan Bilateral
Interaksi ataupun perjanjian dalam melakukan hubungan kerjasama
yang dilakukan oleh dua negara merupakan salah satu aspek dalam hubungan
internasional. Negara satu sama lain berhubungan dalam banyak kesempatan
dan permasalahan, namun banyak kegiatan diplomatik dilakukan secara
bilateral. Dewasa ini, hubungan internasional yang dicirikan oleh
interdependensi yang semakin intens dimana tidak ada satu negarapun di
dunia ini yang dapat memenuhi kebutuhan di dalam negerinya sendiri, maka
menjalin kerjasama bilateral menjadi salah satu instrumen untuk
memanfaatkan setiap peluang mencapai kepentingan nasional. 18 Ruang
lingkup hubungan internasional mulai dari politik, pertahanan dan keamanan,
ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup dan hak asasi tentunya juga
menjadi salah satu atau lebih dari sebuah isu dalam hubungan bilateral.
Dalam hubungan kerjasama yang dijalin antar dua negara diharapakan
merupakan hubungan yang saling mengisi kepentingan masing-masing.
Adapun upaya kerjasama tersebut tidak mengabaikan hak kedaulatan suatu
negara. Hal tersebut sejalan dengan definisi hubungan bilateral menurut
Juwondo yakni:
Hubungan interaksi antar dua negara yang dikembangkan dan dimajukan dengan menghormati hak-hak kedua negara untuk melakukan berbagai kerjasama pada aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan atau mengucilkan keberadaan negara tersebut serta menunjukkan dan memberikan
18 Sumaryo Suryokusumo. Op.Cit. Hal. 12.
16
nilai tambahan yang menguntungkan dari hubungan bilateral itu.19
Pelaksanaan hubungan bilateral dilakukan guna meraih mutual benefit.
Secara ideal kedua negara bekerjasama untuk saling menguntungkan dengan
menyelaraskan tujuan nasional dan politik luar negeri masing-masing negara.
Hubungan bilateral yang dijalin oleh dua negara tentunya memilki sifat dari
sasaran yang ingin dicapai dengan mempertimbangkan beberapa peluang dan
tantangan yang akan dihadapi. Hal tersebut sepatutnya lebih cenderung pada
peluang keuntungan yang akan diberikan dalam pelaksanaan kerjasama yang
dijalin, karena peluang menjadi salah satu faktor sukses atau gagalnya suatu
kerjasama.
Pada umumnya hubungan bilateral mengacu pada hubungan politik
dan budaya yang melibatkan dua negara.20 Terkait hal tersebut
Kusumohamidjojo menyatakan bahwa “kerjasama lebih mudah dijalin melalui
bidang kebudayaan daripada di bidang militer”.21 Korea Selatan memiliki
suatu peluang besar dengan mengimplementasikan budaya pop melalui musik
sebagai salah satu objek dalam menjalin hubungan kerjasama dengan
Indonesia, sehingga dapat menciptakan hubungan yang harmonis melalui
kebudayaan dan bisa memperkenalkan negaranya ke seluruh lapisan
masyarakat Indonesia.
19 Juwondo. 1991. Hubungan Bilateral: Definisi dan Teori. Jakarta: Rajawali Press. Hal.21.20 Sukawarsini Djelantik. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Hubungan diplomatik Korea Selatan dengan Indonesia secara resmi
dijalin September 1973 dan intensitas hubungan kerjasama meningkat dalam
lima tahun terakhir yang tercermin dari semakin bertambahnya ikatan
kerjasama antara kedua negara di berbagai bidang mencakup politik,
keamanan, ekonomi, perdagangan dan sosial budaya. Korea Selatan menjalin
hubungan diplomatik di bidang kebudayaan dengan Indonesia sangat
membantu menopang pemasukan sektor ekonomi-perdagangan sekaligus
dapat meningkatkan kekuatan politiknya karena Indonesia merupakan bangsa
pasar dan negara demokrasi yang besar.
B. Kepentingan Nasional
Hubungan bilateral yang dijalin antar dua negara tidak terlepas dari
kepentingan nasional masing-masing negara yang mendasarinya untuk
melakukan kerjasama. Setiap negara mengandalkan dirinya pada kekuatan
nasional untuk menyelenggarakan politik luar negeri yang mengabdi pada
kepentingan nasional. Kepentingan nasional adalah sebagai tujuan
fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat
keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya.22
Politik luar negeri tersebut menjadi manifestasi utama suatu negara dari
perilaku suatu negara dalam berhubungan dengan negara lain. Jika beberapa
negara memiliki keselarasan dalam kepentingan nasional yang diperjuangkan
masing-masing baik itu alasan ideologis maupun pragmatis maka negara-
22 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan M.Yani. Op.Cit. Hal.35.
18
negara tersebut dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dan sangat
kooperatif satu sama lain.23
Konsep kepentingan nasional itupun menjadi penting karena dapat
menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu negara dan sebagai upaya untuk
mengejar power, yang mana power tersebut adalah segala sesuatu yang dapat
mengembangkan dan memelihara kontrol atas suatu negara terhadap negara
lain.24 Oleh karena itu, kepentingan nasional merupakan suatu bentuk tindakan
survival suatu negara dalam politik internasional melalui hubungan kerjasama.
Menurut Hans J. Morgenthau, arti survival tersebut adalah kemampuan
minimum suatu suatu bangsa untuk melindungi identitas fisik, politik dan
identitas budaya mereka dari gangguan negara-negara lain.25 Menurut Joseph
S. Nye apapun bentuk Pemerintahannya, suatu negara pasti akan selalu
bertindak dalam kerangka kepentingan nasionalnya.26 Kepentingan nasional
inilah yang nantinya memberikan kontribusi yang besar bagi pembentukan
pandangan suatu negara. Dengan demikian, kepentingan nasional dianggap
sebagai suatu petunjuk dasar dari kebijakan luar negeri suatu negara yang
secara otomatis mengarahkan kapan dan kemana negara harus bergerak dalam
sistem hubungan internasional.
23 Budiono Kusumohamidjojo. Op.Cit. Hal. 86.24 Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe. 1982. Introduction to International
Relations: Power and Justice. New Jersey: Prentice Hall. Hal. 85.25 P.Anthonius Sepu. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.165.26 Jospeh S. Nye.1992. Understanding International Conflicts. USA: Harper Collins
College Publisher. Hal. 40-41.
19
Miroslav Nincic menyatakan tiga asumsi dasar dalam mendefiniskan
Kepentingan Nasional, yaitu:
Pertama, kepentingan itu harus bersifat vital sehingga pencapaiannya menjadi prioritas utama Pemerintah dan masyarakat. Kedua, kepentingan tersebut harus berkaitan dengan lingkungan internasional. Artinya, pencapaian kepentingan nasional dipengaruhi oleh lingkungan internasional. Ketiga, kepentingan nasional harus melampaui kepentingan yang bersifat partikularistik dari individu, kelompok, atau lembaga Pemerintahan sehingga menjadi kepeduliaan masyarakat secara keseluruhan.27
Kepentingan nasional yang bersifat vital bagi suatu negara jika
menyangkut mengenai eksistensi kedaulatan dan yurisdiksi suatu wilayah.
Upaya dalam mencapai kepentingan yang bersifat vital ini menggunakan
kekuatan militer (hard power) sedangkan kepentingan yang besifat sekunder
diperjuangkan dalam kebijakan luar negeri seperti melalui pertukaran misi
kebudayaan dan bentuk soft power lainnya. Dalam upaya pencapaian tujuan
nasional tersebut tidak hanya melibatkan kepentingan penguasa saja tetapi
lebih mengedepankan kepentingan rakyat secara keseluruhan.
James N. Rossenau mengatakan bahwa Kepentingan nasional
memiliki dua kegunaan, yakni:
pertama, sebagai analitis untuk menggambarkan, menjelaskan atau mengevaluasi politik luar negeri. Dan kedua, sebagai alat tindakan politik sebagai sarana untuk membenarkan, mengecam atau mengusulkan kebijaksanaan.28
27 Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal. 67.28 Mohtar Mas’oed. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.
Jakarta: LP3ES. Hal. 140.
20
Sebagai dasar politik luar negeri suatu negara, kepentingan nasional
menjadi poin utama dalam upaya menggambarkan, menjelaskan dan
memprediksi perilaku suatu negara dalam perpolitikan internasional serta
menjadi dasar penentu pembuat kebijakan luar negeri. Kepentingan nasional
suatu bangsa dengan sendirinya perlu mempertimbangkan berbagai nilai yang
berkembang dan menjadi ciri khas suatu negara. Aspek kebudayaan yang
dimiliki oleh setiap negara tentunya mempunyai karakteristik paling khas.
Kebijakan luar negeri yang telah ditetapkan oleh suatu negara
diimplementasikan pelaksanaannya melalui diplomasi. Hubungan diplomasi
Korea Selatan dengan Indonesia dijalin melalui soft diplomacy dengan
mengedepankan nilai dan aspek kebudayaan untuk mencapai kepentingan
nasional.
C. Soft Diplomacy
Salah satu bentuk penerapan hubungan bilateral adalah melalui
diplomasi. Diplomasi dapat dilakukan dalam berbagai dimensi baik bilateral,
regional maupun internasional. Unsur kekuatan diplomasi sangat diperlukan
untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan suatu negara merdeka.
Diplomasi telah menjadi bagian integral setiap negara dalam menjalankan
hubungan internasional. Kekuatan diplomatik akan sangat bermanfaat bagi
suatu negara untuk menjaga pertahanan nasional serta mencari kesempatan
baru dalam menjalin hubungan persahabatan dengan negara lain.29
29 Yang Seung Yoon. 2004. Politik Luar Negeri Korea Selatan. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 1.
21
Pengertian diplomasi menurut Sumaryo Suryokusumo adalah:
Cara-cara di mana negara melalui wakil-wakil resmi maupun wakil-wakil lainnya termasuk juga para pelaku lainnya, membicarakan dengan baik, mengkoordinasikan dan menjamin kepentingan-kepentingan tertentu atau yang lebih luas dengan mengadakan pertukaran pandangan, pendekatan, kunjungan-kunjungan dan bahkan sering dengan ancaman-ancaman dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan lainnya.30
Diplomasi sebagai upaya suatu bangsa untuk mencapai kepentingan
nasional dan instrumen dalam pelaksanaan kebijakan politik luar negeri,
tentunya ditunjang oleh power yang dimiliki suatu negara. Tujuan diplomasi
yang diharapkan suatu bangsa adalah terciptanya landasan persahabatan yang
membimbing bangsa-bangsa menuju kerjasama dan perdamaian. Dengan
demikian, diplomasi yang merupakan seni, cara atau teknik atau strategi dalam
menyampaikan kebijakan dengan wakil-wakil negara lain demi
memperjuangkan suatu kepentingan mengalami perkembangan dari bentuk
yang tradisional dengan menggunakan ancaman-ancaman menjadi diplomasi
yang lebih modern dengan pendekatan yang lebih lembut dan bersifat persuasif
yakni dengan menggunakan soft power.
Joseph Nye menyatakan pengertian Soft power adalah “getting others
to want the outcomes that you want without inducements (“carrots”) or threats
(“sticks”).31 Soft power ini sendiri melengkapai dua dimensi hard power suatu
negara yakni militer (”carrots”) dan tekanan ekonomi (“sticks”) dimana soft
power menjadi cara ataupun perilaku ketiga untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan. Hard power dan soft power hakikatnya memiliki kemampuan
30 Sumaryo Suryokusumo. Op.Cit. Hal. 11-12.31 Joseph S. Nye. 2004. Soft power: The Means to Succes In World Politics. New
York: Public Affairs. Hal.5
22
untuk mempengaruhi tindakan pihak lain namun perbedaannya terletak pada
perilaku dan sumber daya yang digunakan. Bentuk soft power merupakan
bentuk power yang mudah menarik perhatian negara lain dengan melalui
pendekatan lebih lembut dan tanpa ancaman untuk mencapai apa yang
diinginkan oleh suatu negara, seperti melalui sumber daya budaya.
Tabel 2: Tipe Power
Type of Power Behaviors Primary Currencies
Government Policies
Military Power Coercion, deterrence, protection
Threats and Force
Coercieve Diplomacy, war,
allianceEconomic Power Inducement and
coercionPayments and
sanctionsAid, bribes, sanctions
Soft Power Attraction and agenda setting
Values, culture, policies
institutions.
Public diplomacy, bilateral and multilateral diplomacy
Sumber: Joseph S. Nye. 2004. Soft power: The Means to Succes In World Politics. New York: Public Affairs. Hal.31
Adapun tiga sumber utama dalam soft power yakni, daya tarik
budayanya, nilai politik dan kebijakan luar negerinya. Budaya adalah
seperangkat nilai dan bentuk praktik dalam menciptakan makna terhadap suatu
masyarakat yang mana bentuk budaya itu sendiri dapat berupa seni artistik,
pendidikan, bahasa kesusastraan, hingga budaya pop yang fokus ke bentuk
hiburan untuk masyarakat umum (musik, tarian, film). Jika dalam kebudayaan
suatu bangsa mengandung nilai-nilai yang universal dan kebijakan
mempromosikan nilai-nilainya dan memiliki daya tarik bagi pihak lain maka
23
hal tersebut dapat meningkatkan popularitas suatu negara karena daya tarik
yang dibentuk melalui budaya tersebut.32
Dengan melihat tipe-tipe power pada Tabel 2, kekuatan diplomatik itu
dapat dijalankan tanpa menggunakan biaya politik dan kekuatan militer yang
cukup besar sehingga dapat dikatakan bahwa ada kekuatan ataupun instrumen
lain dalam penentuan kebijakan luar negeri. Soft diplomacy merupakan
pelaksanaan kebijakan pemerintah sebagai bentuk nyata dari penggunaaan
instrumen selain politik dan militer dalam hubungan internasional yang
membawa unsur soft power dalam pengaplikasiannya.33 Disamping itu, dalam
memainkan peran penting di era globalisasi ini dimana pelaksanaan diplomasi
dimudahkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga
mengharuskan pemanfaatan soft power yang dimiliki suatu negara dilakukan
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan nasional suatu negara melalui soft
diplomacy.34
Sebagai jawaban praktik hard diplomacy yang mewakili aktivitas
terkait dengan kekerasan, agresifitas, tindakan koersif, pemakaian perangkat
militer dan embargo ekonomi, soft diplomacy terkait aktivitas-aktivitas
diplomasi publik, image building, dan diplomasi kebudayaan.35 Adapun
pernyataan salah satu diplomat bagian diplomasi publik Kemenlu RI, Fransiska
Monika mengutarakan pengertian soft diplomacy, yakni sebagai berikut:
32 Ibid. Hal. 1133 Reza Lukmanda Yudhantara. Loc.Cit.34 Jack Kemp. 2007. Soft diplomacy Is The Best Plan. [Online].
http://www.humanevents.com/article.php?id=19791. Diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pada pukul 13.29 Wita.
soft diplomacy lebih menekankan kepada tata laksana dari diplomasi yang menggunakan kekuatan seperti kebijakan, nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat maupun kebijakan yang diambil oleh Pemerintah suatu negara demi memenangkan hati negara lain.36
Soft diplomacy merupakan istilah yang berkembang sebagai bentuk
diplomasi budaya seiring semakin ditinggalkannya penggunaan hard power
yang dimiliki oleh suatu negara untuk mencapai kepentingannya sejak
berakhirnya perang dingin. Awal pelaksanaan soft diplomacy ini dimulai oleh
Jepang dengan menggunakan budaya sebagai sarana mempengaruhi negara lain
untuk meningkatkan citra Jepang. Komik Jepang yang dikenal dengan nama
manga, film-film kartun seperti doraemon, atau animasi (populer dengan
sebutan anime) seperti Pokemon menghasilkan apresiasi luar biasa terhadap
Jepang.
Pada masa pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama,
pelaksanaan soft diplomacy semakin dikenal dan cenderung menjadi bentuk
diplomasi utama dalam hubungan internasional kekinian. Presiden Obama
melalui Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, semakin gencar
mengedepankan soft power dalam kegiatan hubungan internasionalnya melalui
aktivitas soft diplomacy dengan melakukan pendekatan melalui budaya.
Kebijakan Amerika Serikat tersebut tentunya memberi pengaruh terhadap
dinamika kegiatan hubungan internasional seiring semakin meningkatnya citra
Amerika setelah beralih kekuasaaan dari mantan Presiden Bush dimana saat itu
Amerika sangat identik dengan kebijakan hard power-nya.
36 Monika, F (April,2012). Personal Communication
25
Melalui soft diplomacy, negara berusaha sedapat mungkin untuk
memikat negara lain sekaligus masyarakat yang ada di dalamnya dengan
kebudayaan yang dimiliki dan nilai-nilai yang dianutnya. Oleh karena itu soft
diplomacy yang berwujud budaya lebih menghasilkan diplomasi yang kuat,
seperti apa yang telah diutarakan oleh Susanto Pudjomartono seorang mantan
Dubes Indonesia untuk Rusia bahwa soft diplomacy ini diartikan sebagai
pertukaran gagasan, informasi, seni dan aspek-aspek kebudayaan lain antara
negara dan bangsa, dengan harapan bisa menciptakan pengertian bersama.37
Aktifitas soft diplomacy dapat mengarahkan berbagai kedekatan
politik menjadi kemanfaatan ekonomi seperti melalui promosi perdagangan
dan membantu tugas promosi pariwisata. Maka dari itu, adapun senjata utama
dalam pelaksanaan soft diplomacy yakni dengan menggunakan media dalam
suatu event untuk berhubungan dan berinteraksi dalam memberi informasi baik
itu untuk mendidik ataupun untuk menghibur dengan menempatkan budaya,
nilai dan kebijakan suatu bangsa.38
Kita dapat mengenal suatu masyarakat dari budayanya sehingga Korea
Selatan berupaya untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat
internasional melalui berbagai event seni dan budaya. Melalui penggunaan seni
dan budaya popular sebagai soft diplomacy, Korea Selatan dapat menggunakan
hal tersebut untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya sekaligus
37 Susanto Pudjomartono. 2011. Soft diplomacy. [Online]. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=293039. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul 16.51 wita.
38 Mark Scott. 2009. A Global ABC Soft Diplomacy and the World of International Broadcasting. Bruce Allen Memorial Lecture, 5 November 2009, Macquarie University. Sydney.
mengukuhkan perannya dalam dunia internasional secara umum dan Indonesia
secara khusus. Aset soft diplomacy yang digunakan Korea Selatan saat ini
adalah melalui budaya pop yang dikenal dengan istilah Korean wave. Korean
wave dijadikan sebagai salah satu bentuk diplomasi budaya Korea Selatan
dalam era globalisasi informasi dan sosiologis.39
Di lain pihak, Menurut Hans J. Morgenthau, dalam pencapaian
kepentingan nasional ditunjang oleh sembilan unsur kekuatan nasional yang
mana salah satunya adalah kualitas diplomasi. Kualitas diplomasi berarti sejauh
mana diplomasi tersebut mendapati kesepakatan yang menguntungkan bagi
negara, setidaknya tidak mengalami kerugian dari kesepakatan yang dicapai.40
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Soft diplomacy memiliki kualitas
diplomasi sebagai upaya dalam pencapaian kepentingan nasional.
Soft diplomacy sebagaimana berdasarkan pada tata laksana suatu
diplomasi yang lebih atraktif dan persuasif dijalankan dengan menggunakan
kekhasan suatu bangsa seperti budaya, memang memerlukan proses yang
berjalan lama namun dampak yang ditimbulkannya dapat berlangsung lama
karena sasarannya tidak hanya langsung pada negara melainkan pada
masyarakat secara umum sehingga terbentuk opini publik yang dapat
mempengaruhi keputusan pembuat kebijakan dalam suatu negara. Dengan
perkembangan situasi internasional dewasa ini dimana meningkatkan
pendekatan yang bersifat people-to-people menjadi salah satu upaya dalam soft
39 Jeong-Nam Kim dan Lan Ni. 2011. The Nexus between Hallyu and Soft power. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). 2011. Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal 131.
40 Sri Hayati dan Ahmad Yani. 2007. Geografi Politik. Bandung: PT.Refika Aditama. Hal. 73.
27
diplomacy Korea Selatan yang tidak hanya melibatkan aktor negara (track one
diplomacy) dalam pengaktualisasiannya. Soft diplomacy juga dilakukan dalam
pertemuan yang tidak resmi tanpa harus melalui protokol formal kenegaraan
sehingga terlaksananya soft diplomacy juga didukung oleh pelaksanaan multi-
track diplomacy yang melibatkan berbagai aktor non-negara.
D. Multi-track Diplomacy
Studi diplomasi mengalami perkembangan pesat sejak berakhirnya
Perang Dingin di era 1990an dan abad ke 21 yang juga menciptakan revolusi
teknologi sehingga mendorong terjadinya perubahan aktor utama
diplomasi.41Dinamika hubungan internasional di era globaslisasi ini
menimbulkan beragam isu-isu politik global dalam pelaksanaan diplomasi dan
melibatkan banyak aktor dengan kepentingannya masing-masing.
Kompleksitas permasalahan internasional yang semakin beragam menjadikan
penyelesaian konflik untuk menciptakan dan menjaga perdamaian menjadi
lebih rumit. Brian Hocking mengemukakan bahwa bentuk diplomasi
kontemporer membutuhkan penyesuaian dengan perkembangan lingkungan
internasional yang cepat berubah sehingga Pemerintah perlu menyadari
kemunculan aktor non-negara, seperti tokoh masyarakat, perusahaan swasta,
partai politik, NGOs, seniman atau budayawan hingga media massa pun
menempati peran penting dalam upaya mencapai tujuan diplomasi secara
optimal.42
41 Ole Jacob Sending, Vincent Pouliot dan Iver B.Neumann. 2011. The Future of Diplomacy; Changing Practices, evolving relationships. International Journal, Summer 2011. Canada: Canadian International Council. Hal. 527.
42 Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal. 96.
28
Multi-track diplomacy adalah konsep yang dikembangkan oleh
Louise Diamond dan John W. McDonald. Multi-track diplomacy merupakan
suatu perluasan dan pembedaan antara first track diplomacy dan second track
diplomacy yang dibuat oleh Joseph Montville di tahun 1982.43 Pada tahun
1991, Louise Diamond dan McDonald mengembangkan kedua jalur tersebut
menjadi sembilan jalur yakni Pemerintah, conflict resolution professionals,
bisnis, warga negara, penelitian, pelatihan dan pendidikan, aktivisme, agama,
pendana atau pemberi dana dan media.44
Gambar 1: Sembilan Multi-track Diplomacy
Sumber: Louise Diamond and John McDonald. 1996 Multi-Track Diplomacy; A Systems Approach to Peace Third Edition. Kumarian Pres.Hal. 15
43 C.P.F Luhulima. Peranan Diplomasi Multi-track dalam Penyelesaian Sengketa Laut China Selatan; Upaya dan Tantangan. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 5(2). Hal 75.
44 Ibid.
29
Pelaksanaan multi-track diplomacy didasarkan pada kesadaran dan
keinginan aktor non-negara secara umum dari berbagai kalangan yang
memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda untuk melakukan
usaha menciptakan peacemaking dan peacebuilding.45 Menyikapi
bermunculannya aktor-aktor non-negara yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijakan politik luar negeri suatu negara diharapkan bisa memberi kontribusi
yang positif bagi pencapaian kepentingan nasional khususnya dalam
membangun citra bangsa yang positif di mata dunia internasional serta dalam
mengisi dan mengembangkan kerjasama di berbagai bidang dan mengatasi
permasalahan global.
Multi-track diplomacy telah menjadikan diplomasi bukan hanya tugas
diplomat professional ataupun Pemerintah dalam pengertian umum, namun
merupakan sebuah upaya untuk merangkul dan melibatkan masyarakat dari
berbagai negara dalam suatu hubungan yang harmonis guna mewujudkan
persahabatan bangsa-bangsa menuju perdamaian dunia. Selain itu pula, di era
globalisasi kini semakin memudahkan hubungan antar negara terjalin dengan
memanfaatkan kecanggihan teknologi transportasi dan komunikasi (internet).
Berkembangnya peran aktor non-negara dalam hubungan
internasional juga disadari oleh Pemerintah Korea Selatan, sehingga dalam
platform pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan, aktor negara dan aktor
non-negara bekerja sama saling mendukung dalam memperluas jaringan Korea
di dunia melalui pengembangan budaya popular Korean wave untuk
meningkatkan citra bangsa dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Diantara
45 Louise Diamond and John McDonald. Op.Cit. Hal. 14.
four dan track nine adalah aktor yang terlibat dalam pelaksanaan soft
diplomacy Korea Selatan yang diteliti dalam penulisan ini.
Track one diplomacy adalah diplomasi yang dilakukan oleh aktor
negara yakni pemerintah (government-to-government) dan merupakan elemen
penting dalam diplomasi. Track one diplomacy dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek formal dalam proses pemerintahan karena dilakukan
oleh kepala negara ataupun diplomat professional serta wakil-wakil yang telah
diberi instruksi oleh negara yang berdaulat.46
Track two diplomacy adalah bentuk diplomasi yang dilakukan oleh
aktor-aktor non-negara dalam situasi informal untuk dapat menangani konflik-
konflik antar kelompok masyarakat yang tujuannya menurunkan ketegangan
dengan cara meningkatkan komunikasi dan saling pengertian untuk
menciptakan perdamaian dunia. Menurut McDonald, diplomasi jalur kedua ini
adalah sebagai pendukung diplomasi jalur pertama dalam membuka jalan bagi
negosiasi-negosiasi dan kesepakatan yang dilakukan oleh Pemerintah.47
Track three diplomacy adalah diplomasi bisnis yang melibatkan peran
para pelaku bisnis melalui peluang kegiatan kerjasama internasional di bidang
ekonomi guna menjalin relasi dengan negara-negara lain melalui komunikasi
ataupun jaringan bisnis untuk membantu menciptakan perdamaian dan
memperkokoh interaksi kerjasama bisnis dan perekonomian antarnegara.48
46 Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal. 20.47 Louise Diamond dan John McDonald. Op.Cit. Hal. 38.48 Ibid. Hal. 52-53
31
Track four diplomacy menggambarkan keikutsertaan masyarakat
dalam diplomasi yang disebut citizen diplomacy. Peran seluruh lapisan
masyarakat akan lebih mudah dan jangkauannya luas dalam menjalin relasi
untuk mewujudkan perdamaian dan kerjasama baik itu melalui kegiatan
pertukaran, organisasi sukarela dan organisasi non-Pemerintah lainnya,
special-interest groups hingga para selebritis dinyatakan sebagai aktor baru
dalam dunia perpolitikan global. Keterlibatan masyarakat luas dalam diplomasi
multi jalur merupakan sebuah kecenderungan baru di era globalisasi sebagai
ungkapan kepedulian dan tanggung jawab terhadap masalah-masalah yang
terkait kebijakan luar negeri dan perdamaian dunia. 49
Track nine diplomacy yang memainkan peran media tentunya dapat
memberikan pengaruh yang signifikan dalam menyampaikan informasi dan
aspirasi rakyat hingga menciptakan opini publik guna menjaga perdamaian dan
meningkatkan kerjasama. Track nine diplomacy adalah bentuk diplomasi
bagaimana opini publik dibentuk dan diekspresikan oleh berbagai elemen
media. Di era globalisasi kini, media semakin berperan penting karena dengan
mudah menyebarkan informasi maupun peristiwa teraktual dari seluruh
belahan dunia melalui televisi ataupun jaringan internet, sehingga sangat
membantu dalam proses penyelenggaran diplomasi suatu negara. Media
bertindak sebagai messenger dan berada dalam lingkaran sentris untuk
menghubungkan peran para aktor multi-track diplomacy yang berperan aktif
49 Ole Jacob Sending, Vincent Pouliot dan Iver B.Neumann. Op.Cit. Hal. 533.
32
dalam membangun saling pengertian dan toleransi antarnegara, antar budaya
ataupun antar agama.50
Seluruh jalur dalam pola hubungan multi-track diplomacy
memperlihatkan hubungan antar semua jalur pada tingkat yang sama. Setiap
jalur memiliki sumber daya, nilai dan pendekatannya masing-masing namun
saling mempengaruhi satu sama lain. Multi-track diplomacy juga identik
sebagai diplomasi publik yang merupakan bentuk diplomasi dalam
menjembatani antara dinamika kepentingan nasional di percaturan politik dunia
dan aspirasi masyarakat domestik.51 Pemerintah Korea Selatan melalui Ministry
of Foreign Affairs and Trade (MOFAT) menetapkan tahun 2010 sebagai
starting point dalam mempromosikan diplomasi Publik dan mendirikan Korean
Diplomacy Public Forum serta bekerjasama dengan Korean Foundation.52
Diplomasi publik merupakan implementasi dari track two diplomacy. Isu
utama diplomasi publik adalah arus transnasional dan ide-ide kepentingan
nasional dipromosikan dengan berbagai upaya untuk menyebarkan informasi
saling pengertian dan mempengaruhi masyarakat asing.53
Bentuk diplomasi multi jalur sebagai bentuk diplomasi yang baru
dengan bermunculannya berbagai aktor non-negara di era globalisasi yang
didukung oleh inovasi teknologi diyakini dapat lebih powerfull dalam
melakukan negosiasi untuk mencapai kepentingan nasional suatu bangsa.
Penerapan multi-track diplomacy akan semakin mendorong jaringan kerjasama
50 Louise Diamond dan John McDonald. Op.cit. Hal. 15.51 Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal.7.52 Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2011. Diplomatic White Paper 2011.
Republic of Korea. Hal. 269.53 Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal. 19.
33
suatu negara dengan negara lain karena komponen para aktor dalam multi-track
diplomacy menempati posisi berbeda tetapi terkait satu sama lain dan saling
berinteraksi untuk membangun kerjasama yang strategis, terlebih lagi media
semakin bisa membentuk opini publik secara efektif yang dapat mempengaruhi
tindakan Pemerintah mengambil kebijakan melalui apa yang ditampilkan
dalam berita melalui media cetak, media elektronik dan tentunya media online
(internet).
E. Pencitraan
Konsep citra (image) dikembangkan oleh para ilmuwan sosial dalam
membahas variabel psikologis manusia dalam mensinkronkan dengan
lingkungannya, mereka beranggapan bahwa suatu citra timbul dari interaksi
berbagai sikap dan asumsi yang dikembangkan seseorang dalam mempelajari
lingkungannya.54 Hubungan antara kecenderungan dan kegiatan dengan cara
yang akan membantu memahami bagian peran kegiatan diplomasi suatu
negara dalam mengungkapkan nila-nilai pendekatan politik ataupun budaya
dan bidang lainnya ditandai dengan citra yang dibentuk. Pencitraan
membantu memberikan alasan yang dapat diterima secara subjektif tentang
mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang preferensi
politik ataupun yang lainnya yang tidak hanya bersifat politis.
54 William D. Coplin dan Marsedes Marbun. 1992. Pengantar Politik Internasional; Suatu Telaah Teoritis. Bandung: CV. Sinar Baru. Hal. 43.
34
Landasan penilaian citra terletak pada nilai-nilai kepercayaan atau
sistem nilai atau lebih luas lagi pada kebudayaan.55 Citra menentukan cara
seseorang memandang dunia dan citra tersebut digunakan untuk
mengorientasikan pengambil keputusan sehingga citra memainkan peran yang
menentukan dalam upaya untuk membentuk perilaku para pengambil
keputusan politik luar negeri.56 Citra yang berhasil dibangun oleh suatu
negara terasa sangat penting dan bermanfaat dalam melaksanakan politik luar
negerinya karena akan dimudahkan dalam menarik perhatian negara lain
dalam memandang dan menilai negara tersebut. Pencitraan yang terbentuk
merupakan modal awal suatu negara untuk menjalin hubungan bilateral dalam
mencapai kepentingan nasional. Aleksius Jemadu menyatakan pengertian
pencitraan adalah:
upaya suatu bangsa untuk mendefinisikan dirinya baik kepada rakyatnya sendiri maupun dalam pergaulan internasional dengan menonjolkan keunggulan nilai-nilai budaya yang dimilikinya dengan tujuan untuk menciptakan pengaruh internasional yang sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan politik luar negeri dan diplomasi secara umum.57
Pembangunan citra suatu bangsa tidak hanya dimaksudkan untuk
membangun citra dari kesan yang negatif menjadi positif namun dapat pula
berarti untuk memelihara atau mempertahankan citra, hingga meningkatkan
citra positif yang telah dimiliki oleh suatu bangsa. Citra itu sengaja diciptakan
agar bernilai positif. Citra positif memang penting bagi sebuah bangsa,
setidaknya dengan citra baik yang dimilikinya negara tersebut akan