perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007 Disusun oleh: SKRIPSI Oleh: ANDINA SARI HANDAYANI K4408013 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2012
116
Embed
SKRIPSI ANDINA SARI HANDAYANI K4408013/Upaya...SKRIPSI ANDINA SARI HANDAYANI K4408013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN
SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007
Disusun oleh:
SKRIPSI
Oleh:
ANDINA SARI HANDAYANI
K4408013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN
SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007
Oleh:
ANDINA SARI HANDAYANI
K4408013
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Andina Sari Handayani. K4408013. UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Desember 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: (1) Latar belakang gerakan separatisme suku Kurdi di negara Turki; (2) Gerakan separatisme suku kurdi di negara Turki; dan (3) Dampak dan upaya pemerintah Turki dalam mengatasi gerakan separatisme suku Kurdi.
Penelitian ini menggunakan metode historis dengan langkah-langkah heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber primer dan sumber sekunder. Teknik pengumpulan data adalah teknik studi pustaka dengan menggunakan sistem resume katalog atau komputer dan memanfaatkan internet. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis historis dengan melakukan kritik ekstern dan intern.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, Pertama, gerakan separatisme Kurdi di Turki untuk mendapatkan otonomi dimulai 21 Maret 1984 saat dilarangnya perayaan Nevros (perayaan tahun baru suku Kurdi). Larangan ini merupakan tanda dimulainya aktivitas gerilyawan Partiya Karkeren Kurdistan (PKK) dalam memperoleh hak-hak etnis mereka dan menuntut pemberian wilayah otonom di Turki bagian tenggara. Kedua, gerakan separatisme suku Kurdi di Turki dihimpun dalam PKK. Partai ini menjadi wadah aspirasi dan perjuangan suku Kurdi dalam memperjuangkan hak-hak untuk mempertahankan identitas, sistem budaya, dan otonomi daerah Kurdistan di Turki. Ketiga, kebijakan pemerintah Turki mengenai pengurangan sanksi negatif terhadap PKK dalam bidang sosial budaya, perekonomian, dan hukum belum dapat menyelesaikan konflik antara pemerintah dan etnis Kurdi.
Kata kunci: otonomi, Kurdi, separatisme, etnis, kebijakan, Nevros
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACK Andina Sari Handayani. K4408013. THE EFFORTS BY TURKISH GOVERNMENT TO FIGHT FOR KURDS SEPARATISM IN 1984-2007. Thesis, Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta. December 2012.
This study aimed to describe: (1) Background ethnic Kurdish separatist movement in the country of Turkey; (2) Ethnic Kurdish separatist movements in the country of Turkey; and (3) The Impact and the Turkish government's efforts in addressing the tribal Kurdish separatist movement.
This study uses historical method with heuristic measures, criticism, interpretation, and historiography. The sources of data used in this study in the form of primary and secondary sources. The data collection technique is the technique of literature by using the system catalogs or computers and resume use of the Internet. The data analysis technique used is the historical analysis technique with external and internal criticism.
Based on this research can be concluded, First, the Kurdish separatist movement in Turkey for autonomy began March 21, 1984, when the ban celebrations Nevros (Kurdish new year celebration). This ban is a sign of the start of insurgent activity Partiya Karkeren Kurdistan (PKK) in obtaining their rights and demanding the provision of ethnic autonomous areas in southeastern Turkey. Second, the Kurdish separatist movement in Turkey gathered in the PKK. This party into containers aspirations and struggle in striving Kurds rights to keep identity, cultural systems, and autonomous Kurdistan region in Turkey. Third, the Turkish government policy on reducing negative sanctions against the PKK in the field of socio-cultural, economic, and law can not resolve the conflict between the government and ethnic Kurds. Key words: otonomy, Kurdi, separatism, ethnic, policy, Nevros
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Perjuangkanlah apa yang menjadi keinginanmu jika memang itu yang terbaik
dan bermanfaat untukmu, maka raihlah dengan cara terbaik pula. Jangan pernah
putus asa jika belum pernah mencoba, yakinlah bahwa Allah selalu memberikan
yang terbaik bagi setiap umat- NYA
(penulis)
Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Hal tersebut hanya dapat diraih
dengan suatu pengertian
(Einstein)
Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga, mereka
( )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur atas Rahmat Allah SWT, ku persembahkan karya ini untuk :
Bapak dan Ibu
Terima kasih untuk semua kasih sayang yang tak terbatas, do a dan
harapan yang selalu disertakan untukku. Semua ini tak berarti tanpa dukungan
Bapak dan Ibu
Adikku Dicka
Terima kasih untuk adikku yang selalu memberi dukungan untuk
menyelesaikan skripsi ini dan canda tawamu sebagai penghibur penat hari-hariku.
My Fighter
Terimakasih telah memberikan semangat, kesabaran, cinta dan sayangnya
selama ini yang selalu tercurah dalam membimbingku
.
Sahabat-sahabat Ku Tersayang
Cahyaningrum, Anita, Dessy F, Endah, Lina, Mas Umar, Mas Sigit, Mas
Didik dan Mbak Desi terima kasih atas semangat dan bimbinganya selama ini.
Semoga persahabatan kita tidak berakhir sampai disini.
Terima kasih untuk semua teman- hari-hari yang
telah kita lewati bersama, perjuangan, kerjasama, dan semangatnya.
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
UPAYA PEMERINTAH TURKI
DALAM MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI
TAHUN 1984-2007
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjan pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui
permohonan ijin dalam penyusunan skripsi.
3. Ketua Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan
skripsi ini.
4. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Tri Yuniyanto, M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ayah, Ibu, Dicka, sahabat-sahabatku dan semua keluarga tercinta yang
senantiasa memberi doa, semangat, dukungan dan kasih sayang.
7. Teman-teman Prodi Sejarah khususnya Angkatan 2008, yang telah
memberikan bantuan, doa dan dukungannya kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
..................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ v
HALAMA ABSTRAK ......................................................................... vi
HALAMAN ABSTRACK ...................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ........................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ ix
KATA PENGANTAR .................................................................. x
DAFTAR ISI . ................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN .............. .................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................. 9
A. Tinjauan Pustaka .............................................................. 9
Lampiran 12: Tragedi Bangsa Kurdi .................................................... 145
Lampiran 13: Kurdi-Turki, Serangan Bertujuan Perbaiki Citra AKP .... 147
Lampiran 14: Turki Desak Irak Soal Kurdi .......................................... 148
Lampiran 15: Surat Ijin Menyusun Skripsi dari Jurusan ....................... 149
Lampiran 16: Suran Ijin Menyusun Skripsi dari Fakultas ..................... 150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Separatise memang menjadi masalah internasional yang cukup sensitif.
Menurut data, sejak tahun 1950-an, sekitar 70 kelompok etnis yang terkonsentrasi
di dalam sebuah wilayah geografis tertentu, terlibat dalam perjuangan senjata bagi
penentuan nasib sendiri atau gerakan separatise. Angka tersebut tentu saja lebih
tinggi dari perang antar-negara yang terjadi sejak akhir Perang Dunia ke-2.
Peradaban Islam dengan pengaruh Arab dan Persia menjadi warisan
yang mendalam bagi masyarakat Turki sebagai peninggalan Dinasti Usmani.
Islam di masa kekhalifahan diterapkan sebagai agama yang mengatur hubungan
antara manusia sebagai makhluk dengan Allah SWT sebagai Khalik, Sang
Pencipta, dan juga suatu sistem sosial yang melandasi kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Islam yang muncul di Jazirah Arab dan telah berkembang lama di
wilayah Persia, berkembang di wilayah kekuasaan Kekhalifahan Turki dengan
membawa peradaban dua bangsa tersebut. Perkembangan selanjutnya
memperlihatkan pengaruh yang kuat kedua peradaban tersebut ke dalam
kebudayaan bangsa Turki. Kondisi ini menimbulkan kekeliruan pada masyarakat
awam yang sering menganggap bahwa bangsa Turki sama dengan bangsa Arab.
Suatu anggapan yang keliru yang selalu ingin diluruskan oleh bangsa Turki sejak
tumbuhnya nasionalisme pada abad ke-19. Selanjutnya, arah modernisasi yang
berkiblat ke Barat telah menyerap unsur-unsur budaya Barat yang dianggap
modern. Campuran peradaban Turki, Islam dan Barat, inilah yang telah mewarnai
identitas masyarakat Turki.
Dalam konteks pergulatan kekuatan politik antara dua kelompok yang
berseberangan, masalah penyitaan atensi dan interes publik adalah elemen krusial.
Unsur pers atau media, segmen asing, penyertaan emosional (emotional
attachment), heroisme kultural lokal, dan kehadiran simbol-simbol negara
menjadi instrumen politik yang dikelola cerdik oleh para aktor, inisiator, dan
provokator separatise. Separatise mengirim sinyal serius kepada masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
internasional tentang adanya realitas domestik sebuah negara. Separatise mudah
tersublimasi dalam domestic constraint yang memengaruhi opini publik dan sikap
pemerintah. Relevansi diplomasi dalam penanganan isu separatise terbatas pada
upaya meyakinkan publik internasional tentang tidak adanya alasan bagi mereka
untuk mendelegitimasi sikap tegas pemerintah dalam menumpas gerakan
separatise.
Pasca Perang Dunia I pada tahun 1918, dengan kekalahan pihak
Sentral yang didukung oleh Turki, Imperium Turki Usmani mengalami masa
kemunduran yang sangat menyedihkan. Satu persatu wilayah kekuasaan yang jauh
dari pusat membebaskan diri dari kekuasaan Turki Usmani. Bahkan lebih buruk
lagi negara-negara sekutu berupaya membagi-bagi wilayah kekuasaan Turki untuk
dijadikan negara koloni mereka. Kondisi porak porandanya Imperium
menumbuhkan semangat nasionalisme pada generasi muda Turki ketika itu.
Politik Kemalis ingin memutuskan hubungan Turki dengan sejarahnya yang lalu
supaya Turki dapat masuk dalam peradaban Barat. Oleh karena itulah
penghapusan kekhalifahan merupakan agenda pertama yang dilaksanakan. Pada
tanggal 1 November 1922 Dewan Agung Nasional pimpinan Mustafa Kemal
menghapuskan kekhalifahan. Selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 1923
memindahkan pusat pemerintahan dari Istanbul ke Ankara. Akhirnya Dewan
Nasional Agung pada tanggal 29 Oktober 1923 memproklamasikan terbentuknya
negara Republik Turki dan mengangkat Mustafa Kemal sebagai Presiden
Republik Turki (Zurser, Erik J, 2003).
Orang-orang Kurdi adalah suatu kelompok etnis Indo-Eropa (Indo
European tribes) yang mayoritas menganut agama Islam Sunni dan tinggal di
wilayah Kurdistan (tanah orang-orang Kurdi). Wilayah Kurdistan terdapat di
beberapa negara seperti Turki bagian tenggara, Iran Utara, Irak Utara, dan Suriah
Utara. Jumlah Suku Kurdi secara keseluruhan diperkirakan sekitar lebih dari 20
juta orang Kurdi dan terpaksa tinggal di beberapa negara berbeda. Di Turki
terdapat sekitar 10 juta orang Kurdi; di Iran sekitar 6 juta orang Kurdi; di Irak
terdapat lebih dari 5 juta orang Kurdi; dan di Suriah 1 juta lebih. Komunitas-
komunitas yang lebih kecil ada yang tinggal di republik-republik bekas Uni Soviet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dan Lebanon serta ada juga yang telah hijrah dan menetap di Eropa, Amerika dan
Australia (http://swaramuslim.com/islam/more).
Setelah meniadakan kekhalifahan, politik Kemalisme menghapuskan
lembaga-lembaga syariah, meskipun sebenarnya peranan lembaga ini sudah
sangat dibatasi oleh para pembaru Kerajaan Usmani. Bagi Kemalis, syariat adalah
benteng terakhir yang masih tersisa dari sistem keagamaan tradisional. Lebih
lanjut, Kemalis menutup sekolah-sekolah madrasah yang sudah ada sejak tahun
1300-an sebagai suatu lembaga pendidikan Islam. Setelah adanya perubahan-
perubahan pemerintahan dalam negara Turki tersebut, segera terlihat bahwa
konstitusi yang diterapkan meniru pola-pola negara Eropa. Kemudian muncul
berbagai perubahan besar-besaran di Turki diantaranya adalah diberlakukanya
hak-hak umum bagi warga Negara Turki, yakni menegaskan kebebasan dan hak-
hak istimewa warga negara seperti terjadi di Barat. Dengan demikian, isi
konstitusi ini merupakan kerangka Hukum bagi negara Turki baru. Ini adalah
karakteristik kecenderungan Turki baru bahwa konstitusinya meniru pola
demokrasi barat (http://www.seputarindonesia.com).
Turki pada masa Kemal Pasha mengalami perubahan radikal, bahkan
dengan revolusioner dari orde lama ke orde baru. Kemal dengan negara barunya
memperlihatkan kecenderungan yang sangat berbeda. Ia menegaskan bahwa Turki
sebagai republik baru harus memperjuangkan cita-cita demokrasi seperti barat.
Dari sinilah awal konflik dimulai antara Suku Kurdi dengan pemerintah Turki hal
tersebut diakibatkan kebebasan yang berlaku hanya untuk kaum mayoritas bukan
untuk kaum minoritas seperti Suku Kurdi. Dari semula perjanjian Server 1925
suku Kurdi diberikan suatu wilayah yang otonom tapi sejak masa Kemal hak-hak
kaum Kurdi mulai dibatasi (Lord. Kinross, 1979).
Konflik intranegara telah menjadi ancaman serius bagi keamanan dan
perdamaian disuatu negara. Konflik tersebut apabila tidaksegera diatasi akan
mengakibatkan kehancuran dalam skala yang luas, meruntuhkan negara,
kerusakan likungan yang parah, instabilitasregional, melonjaknya jumlah
pengungsi dan jumlah korban sipil yang tinggi. Selain itu, konflik intranegara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dapat menyababkan perpecahan suatu negara. Hal tersebut merupakan gambaran
yang terjadi di Turki.
Sejak tahun 1984 hingga saat ini, pemerintah Turki masih belum bisa
mengatasi aksi para separatisme Kurdi yang telah banyak memakan korban baik
dari Turki sendiri maupun kaum Kurdi. Etnis Kurdi di Turki menginginkan
perubahan terhadap nasib mereka kemudian menuntut hak-hak yang semestinya
mereka terima, baik hak secara etnis minoritas maupun dalam skala yang lebih
luas yakni sebagai bangsa. Pemerintah Turki menganggap tuntutan tersebut
sebagai ancaman terhadap wilayah kedaulatan negara dan harus segera
ditindaklanjuti. Bagaimanapun juga konflik antara Turki dengan etnis Kurdi harus
bisa diredam agar tidak memakan lebih banyak korban jiwa dan kerugian lainnya.
Salah satu negara yang juga mengalami permasalahan tersebut adalah
Turki. Masalah Turki dengan etnis Kurdi tidak bisa dianggap remeh. Dalam
konteks tradisi negara Turki mempengaruhi kebijakan yang mereka ambil
terhadap suku kurdi. Dalam perkembangannya suku Kurdi melakukan gerakan
separatise dan mempengaruhi kedaulatan negara.
Separatisme Kurdi merupakan konflik di Turki yang terjadi semenjak
15 Agustus 1984 karena pemerintah Turki tidak menghargai hak-hak kultural dan
identitas kaum Kurdi. Hukum ditegakkan hanya untuk menyingkirkan kaum
Kurdi. Semua upaya diberlakukan untuk membatasi ruang gerak sosio-politis
bangsa Kurdi. Serangan yang terjadi di Diyarbakir, Turki, pada 12 September
Rumah, Damai di Dunia hanyalah sekadar motto bagi negara Turki (Sigit
Jadmiko, 2009).
Penyebaran suku kurdi terkosentrasi di wilayah Turki bagian
Tenggara yang mayoritas penganut islam bermazab sunni. Dalam tahap yang
paling awal, biasanya separatise muncul sebagai gerakan politik. Nasib bangsa
Kurdi di Turki tidaklah baik. Mayoritas suku Kurdi memang tinggal di Turki
bagian tenggara dan lebih setengahnya hidup berbaur di ibukota Ankara. Sebagai
keturunan bangsa Persia, suku Kurdi menjadi salah satu hambatan gerakan
nasionalisme dan sekularisme Turki. Meskipun mereka berhasil mendirikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Negara Darurat Kurdistan di wilayah Turki pada tahun 1922-1924 dan Republik
Mahabad Kurdistan tahun 1946 tetapi dapat dihancurkan oleh militer Turki.
Dampaknya sejak tahun 1924 Turki melarang penggunaan bahasa Kurdi di tempat
umum. Operasi militer besar-besaran terus dilakukan untuk menumpas gerakan
pro kemerdekaan yang mengakibatkan ribuan jiwa kehilangan nyawa. Hingga saat
ini konflik antara kedua belah pihak masih terus berlangsung dan terus memakan
korban.
Republik Turki, sejak berdirinya telah menetapkan perdamaian sebagai
pilar utama di negaranya. Damai secara realistis dan konsisten yang dipandu oleh
prinsip at Home and Peace Abroad (damai di rumah dan perdamaian di
dunia internasional) ditetapkan oleh Mustafa Kemal Pasha Atatürk. Turki
melaksanakan kebijakan luar negeri yang merupakan generator keamanan dan
stabilitas di kawasan dan sekitarnya berdasarkan sekuler demokratis dan sistem
politik, ekonomi hidup dan mendamaikan tradisi modernitas dengan identitas
budaya (Zurser, Erik J, 2003).
Para ilmuwan berpendapat, suku kurdi berasal dari suku bangsa Medes
yang masuk ke Parsi (Iran) dari kawasan Asia Tengah. Mereka menguasai daerah
pegunungan Parsi dari Tahun 614 sampai 550 sebelum Masehi. Empat belas abad
kemudian mereka memeluk agama Islam, setelah kedatangan pasukan Arab Islam
dari daratan ke daerah pegunungan Parsi (M. Riza Sihbudi,1991: 136). Kurdi
merupakan etnis yang relatif tua usia, namun kesadaran terhadap wilayah baru
muncul belakangan, bahkan sangat terlambat. Etnitas Kurdi setidaknya telah
dimulai sejak dua ribu tahun sebelum masehi. Suku Kurdi memang punya
kesadaran etnis, tetapi tidak mempunyai kesadaran kewilayahan, sebagai
konsekuensi kultur tradisional nomaden, yang hidup berpindah-pindah dari Turki
dan Iran ke lembah Mesopotamia sambil menggembala ternak dan bertani. Pasca
Perang Dunia I, ketika negara-negara mulai menetapkan garis perbatasan, barulah
kesadaran wilayah kaum Kurdi muncul, terutama karena terdesak dan terpaksa
meninggalkan pola hidup tradisionalnya, serta mulai menetap di berbagai
pemukiman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Suku Kurdi mencita-citakan negara Kurdistan merdeka yang sekuler
dan demokratis. Suku Kurdi yang tersebar di Turki, Iran, Irak, dan Suriah sebagai
minoritas etnis sehingga kepentingan bangsa Kurdi diabaikan oleh pemerintah
masing-masing negara tersebut. Suku Kurdi ingin memisahkan diri dari negara
induk masing-masing dan bercita-cita mendirikan Negara Kurdistan.
Turki ingin membantu mengamankan dan memelihara perdamaian,
kemakmuran, stabilitas dan kerjasama lingkungan yang kondusif bagi
pembangunan manusia di dalam negeri dan dunia internasional. Namun, cita-cita
Turki tidak selamanya mulus. Pengalaman sejarah telah membuktikan peliknya
permasalah yang dihadapi oleh Turki terkait dengan perlawanan separatisme yang
terus belangsung merongrong stabilitas negara. Serangkaian pemberontakan suku
kuedi untuk melepaskan wilayah Kurdistan dari Turki namun akhirnya gagal.
Konflik tersebut tidak hanya menjadi masalah di tingkat nasional tetapi
juga di tingkat Regional dan Internasional. Dampak yang ditimbulkan di tingkat
regional adalah, menegangnya hubungan antara Turki dan Irak akibat operasi
militer lintas batas yang dilakukan Turki ke wilayah Irak bagian utara pada akhir
tahun 2006 dan pada tanggal 17 Oktober 2007 di sahkanya Undang-undang yang
mengijinkan angkatan bersenjata Turki untuk melakukan serangan lintas batas
guna melumpuhkan serangkaian pemberontakan yang dilakukan oleh para
separatisme kurdi yang terkenal sebagai Partiya Kankerran Kurdistan (PKK).
Operasi tersebut dimaksudkan untuk menumpas gerakan separatisme Kurdi
terutama PKK (Partiya Karkeran Kurdistan).
Selanjutnya, dampak yang ditimbulkan bagi dunia Internasional adalah
melonjaknyaharga minyak dunia, diakibatkan operasi militer yang dilakukan oleh
pemerintah Turki ke wilayah Irak Utara yang merupakan daerah otonomi kurdi di
Irak yang juga dijadikan basis perjuangan PKK. Wilayah otonomi tersebut berada
di Kirkuk yang merupakan salah satu penghasil minyak terbesar dunia. Dengan
adanya operasi militer Turki, maka secara otomatis akan menghambat distribusi
minyak dunia dan kenaikan harga minyak di pasar internasional. Beberapa
dampak tyersebut menunjukan bahwa separatisme Kurdi tidak hanya berdampak
pada pemerintah Turki saja tetapi juga masyarakat internasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Berdasarkan latar belakang dari fenomena diatas, maka penulis tertarik
dalam mengkaji mengenai Sejarah Upaya Pemerintah Turki Dalam Mengatasi
Gerakan Separatisme Suku Kurdi Tahun 1984-2007 .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah latar belakang gerakan separatisme Suku Kurdi di negara Turki
sejak tahun 1984 ?
2. Bagaimanakah gerakan separatisme Suku Kurdi di negara Turki tahun 1984-
2007 ?
3. Bagaimanakah dampak dan upaya pemerintah Turki dalam mengatasi gerakan
separatisme Suku Kurdi tahun 1984-2007 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penulisan ini adalah untuk mengetahui :
1. Latar belakang gerakan separatisme suku Kurdi di negara Turki sejak tahun
1984.
2. Gerakan separatisme Suku Kurdi di negara Turki tahun 1984-2007.
3. Dampak dan upaya pemerintah Turki dalam mengatasi gerakan separatisme
Suku Kurdi tahun 1984-2007.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai gerakan separatisme suku
kurdi di negara Turki.
b. Menambah wawasan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca
tentang reaksi negara lain mengenai konflik suku Kurdi dengan pemerintah
Turki dan upaya dalam mengatasi gerakan separatis tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c. Dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian yang
sejenis secara lebih mendalam.
2. Manfaat Praktis
a. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendididikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Memberikan sumbangan terhadap penelitian selanjutnya, khususnya dalam
sejarah luar negeri Turki dan negara Timur Tengah lainnya.
c. Diharapkan dapat menambah bacaan di perpustakaan bagi mahasiswa
ataupun pembaca pada umumnya mengenai Upaya Pemerintah Turki dalam
mengatasi gerakan separatisme Suku Kurdi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Perjuangan
a. Pengertian Perjuangan
Menurut Wojowasito (1972), perjuangan barasal dari kata
maksudnya. Perjuangan juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai
suatu maksud. Perjuangan mengandung unsur usaha dan tujuan. Usaha ini
dimaksud sebagai cara dan ikhtiar yang digunakan dalam proses untuk
mencari yang diinginkan. Sedangkan tujuan merupakan sasaran akhir
setiap usaha yang dilakukan, baik oleh individu maupun kelompok
(hlm.25).
Menurut Maurice Deverger (1988), mendefinisikan perjuangan
dari berbagai sudut pandang, yaitu:
1) Kaum Konsevatif tradisioanal menganggap bahwa perjuangan adalah usaha untuk merebut kekuasaan dan menempatkan elite (mereka yang mampu melaksanakan kekuasaan) melawan massa (mereka yang menolak untuk mengakui superioritasalami dari elite dan haknya untuk memerintah).
2) Kaum Liberal melihat perjuangan dalam bidang politik sama perjuangan ekonomi yaitu sebagai suatu bentuk struggle for life yang secara mendasar menempaklan suatu spesies tertentu melawan yang lain.
3) Kaum Marxis melihat perjuagan disebabkan oleh perjuangan kelas yaitu pertentangan antara kelompok social yang terjadi dalam masyarakat karenaadanya perbedaan kepentingan (hlm.171-178).
Sukarno (1984), mengartikan perjuangan dalam arti luas yaitu
membangun materiil dan moril agar mencapai kehidupan yang lebih baik.
Selanjutnya dikemukakan tentang perjuangan individu yaitu perjuangan
mempergunakan atau mengalahkan keadaan agar eksistensinya (luar
dalam) tumbuh dan berkembang. Dari pengertian ini, perjuangan oleh
Sukarno diartikan sebagai membangun. Sarana dan prasarana adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
mempergunakan keadaan agar eksistensinya tetap subur dan berkembang
(hlm.9).
Dari berbagai pengertian tentang perjuangan di atas, dapat
disimpulkan bahwa perjuangan adalah suatu usaha atau ikhtiar yang
dilakukan individu maupun kelompok untuk mencapai suatu maksud dan
tujuan yang diharapkan. Perjuangan yang dilakukan oleh suku kurdi
berjuang untuk memperoleh hak-haknya yang dibatasi oleh pemerintah
Turki serta mempertahankan identitas dan sistem budaya suku Kurdi.
b. Macam-macam Perjuangan
Maurice Deverger (1988), menyebutkan perjuagan dalam dua
bentuk yaitu perjuangan terbuka dan perjuangan diam-diam, berkaitan
dengan dua tipe rezim politik terbesar. Dalam demokrasi, perjuangan
politik terjadi secara terbuka, disaksikan secara penuh oleh publik.
Sedangkan dalam rezim Aristokrasi, perjuangan diam-diam harus
dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan ditutup-tutupi (hlm.315).
Perjuangan dikategorikan dalam dua wujud atau bentuk, yaitu
perjuangan fisik dan nonfisik. Perjuangan fisik adalah suatu bentuk usaha
perlawanan untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan benda,
baik berupa senjata maupun benda-benda lain yang digunakan. Sedangkan
perjuangan nonfisik adalah suatu usaha ikhtiar dan perlawanan dalam
mencapai tujuan yang diinginkan tanpa menggunakan benda sebagai
sarananya. Perjuangan nonfisik lepas dari kekerasan aktual dan lebih
mengarah pada usaha yang bersifat damai (Max Weber, 1985).
Perjuangan nonfisik merupakan perjuangan yang lebih
mengarah pada politik diplomasi. Diplomasi berarti tidak melakukan
tindakan politik agresif terhadap musuh. (Selo Soemarjan, 1978 : 78)
Perjuangan nonfisik atau damai dapat dilakukan dengan perundingan-
perundingan sebagai alternatif penyelesaian suatu masalah. Perjuangan ini
merupakan usaha-usaha politik yang dapat menempatkan daripada posisi
yang menguntungkan dalam arti mencegah kerugian-kerugian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
diderita jika dibandingkan dengan perjuangan yang menggunakan
kekerasan.
Perjuangan fisik lebih mengarah konfrontasi fisik dalam
mencapai tujuan. Pertempuran, peperangan, penggulingan kekuasaan
dengan kudeta, bentrokan bersebjata merupakan contoh perjuan fisik,
banyak contong kearah negatif seperti kematian, cacat seumur hidup,
kerusakan harta benda, kehilangan keluarga bahka habisnya populasi
penduduk di suatu wilayah. Sarana perjuangan fisik dapat berupa senjata-
senjata tajam, benda-benda tumpul, senjata-senjata api, bahkan senjata
yang sangat mematikan lainnya yaitu nuklir.
Perjuangan suku Kurdi untuk memperoleh hak-hak dan
otonomi sebagai warga negara Turki lebih condong pada perjuangan fisik
dengan seringnya terjadi peperangan dan melawan pemerintah Turki yang
juga mengerahkan kekuatan militernya untuk melumpuhkan gerakan
separatisme Suku Kurdi. Akibat yang ditimbulkan dari seringnya terjadi
pertempuran antara kedua belah pihak banyak terjadi korban jiwa dan
banyak orang-orang yang kehilangan tempat tinggal.
c. Faktr-Faktor Penunjang Keberhasilan Perjuangan
Menurut Sukarno (1984), besar kecilnya keberhasilan dan
kemauan untuk berjuang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, di antaranya
adalah:
1) Menarik tidaknya tujuan atau cita-cita yang memanggil. 2) Adanya rasa mampu, rasa biasa, rasa sanggup di kalangan massa
itu. 3) Adanya tenaga atau kekuatan yang ada di dalam individu maupun
kelompok massa (hlm. 6).
Dari pendapat Sukarno di atas, dapat dijabarkan bahwa suatu
perjuangan dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern, baik secara individu
maupun kelompok. Faktor intern tersebut merupakan faktor yang berasal
dari dalam individu sehingga memotivasi diri untuk melakukan
perjuangan. Faktor dari dalam diri antara lain motivasi pribadi, adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kemauan, adanya rasa optimis akan tercapainya tujuan dan rasa mampu
untuk melakukannya. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal
dari luar individu maupun kelompok yang mendukung poerjuangan.
Faktor-faktor tersebut dapat berupa materi dan nonmateri. Materi sebagai
contohnya adalah keuangan, sarana dan prasarana dalam perjuangan,
sedangkan nonmateri dapat berwujud dukungan.
Gerakan-gerakan separatisme di Turki telah menjadi duri
dalam daging bagi proses integrasi Negara Turki. Perjuangan Kurdi ini
bernama Kurdistan Workers Party ( Partiya Karkeran Kurdistan: PKK),
yang berbasis di Turki bagian Tenggara dan dianggap sebagai tanah air
bangsa Kurdi, dimana mereka menyatakan pemerintahan sendiri, dan
melancarkan kampanye serta serangan bersenjata kepada pemerintah
Turki. Aktifitas-aktifitas para gerilyawan PKK ini selain banyak
melancarkan serangan kepada pemerintah Turki, juga menyerang warga
sipil Turki yang dianggap tidak mau bekerjasama dengan PKK. Pada
dasarnya keinginan bangsa kurdi menginginkan agar hak-hak etnis Kurdi
dikembalikan termasuk hak otonom wilayah Kurdi. Pemerintah
menganggap hal ini adalah sebuah pemberontakan dan harus dilumpuhkan
agar tidak mengganggu instabilitas Negara Turki sendiri.
2. Suku Kurdi
a. Pengertian Etnis
Menurut Alo Liliweri (2001), etnisitas berhubungan dengan
konsep tentang etnis, antara lain :
1) etnichos
digunakan untuk menerangkan keberadaan sekelompok penyembah
berhala atau kafir. Dalam perkembangannya, istilah etnis mengacu
pada kelompok yang diasumsikan sebagai yang fanatik dengan
ideologinya.
2) Etnisitas yang merujuk pada penggolongan etnis berdasarkan afiliasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Etnosentrisme merupakan sikap emosional semua kelomok etnis, suku
bangsa agama, atau golongan yang merasa etnisnyasuperior daripada
etnis lainnya.
4) Etnografi adalah salah satu bidang antropologi yang mempelajari
secara deskriptif suatu kelompok etnis tertentu.
5) Etnologi mempelajari perbandingan kebudayaan kontemporer dan
masa lalu dan suatu etnis.
Menurut Kamus Indonesia Kontemporer (1991), etnis
berkenaan dengan perbedaan kelompok dalam suatu masyarakat yang
didasarkan atas adat istiadat, bahasa, kebudayaan atau sejarahnya (hlm.
409).
Menurut Barth dan Zastrow yang dikutip Alo Liliweri, etnis
adalah himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa
ataupu kombinasi dari kategori tersebut yang terkait pada system nilai
budayanya (hlm.335).
Menurut Narroll yang dikutip Fredrik Barth (1988), kelompok
etnis dikenal sebagai populasi yang :
1) Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan. 2) Mempunyai nilai-nilai yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan
dalam suatu bentuk budaya. 3) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri. 4) Menentukan ciri-ciri kelompok sendiri yang diterima oleh
keolmpok lain dan dapat dibedakan dalam kelompok populasi lain (hlm.11).
Pendapat Donal L. Horowitz yang dikutip Larry Diamond dan
Marc. F. Plattner (1998), mendefinisikan kelompok etnis sebagai suatu
kelompok yang sangat eksklusif dan relative berskala besar yang
didasarkan pada ide tentang kesamaan asal-usul, keanggotaan yang
terutama berdasarkan kekerabatan, dan secara khusus menunjukan kadar
kekhasan budaya, yang mencakup kelompok-kelompok yang dibedakan
oleh warna kulit, bahasa dan agama. Etnis meliputu suku bangsa, ras,
kebangsaan dan kasta (hlm.20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Menurut Koentjaraningrat (1990), suku bangsa atau dalam
bahasa Inggris ethnic group (kelompok etnis) adalah suatu golongan
Kesadaran dan identitas seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa
(hlm.264).
Fredrik Bart (1988), mendefinisikan kelompok etnis adalah
suatu kelompok yang terbentuk karenaadanya ciri yang ditentukan oleh
kelompok itu sendiri, yang kemudian membentuk pola tersendiri dalam
hubungan interaksi antara sesamanya (hlm.10).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa wtnis
atau kelompok etnis adalah suatu kelompok yang didasarkan pada
kesamaan asal-usul, adat istiadat, bahasa, kebudayaan dan wilayah yang
ditandai oleh persamaan ikatan batin diantara anggotanya.
Melihat dari beberapa pengertian etnis dapat disimpulkan
bahwa suku Kurdi adalah sebagai suatu kelompok etnis di Turki selain
etnis Arab dan etnis minoritas lainnya. Suku Kurdi sebagai kelompok etnis
mempunyai kesamaan asal-usul, adat istiadat, bahasa (Kurmanji dan
Sorani/Kurdi), kebudayaan, dan wilayah.
b. Suku Kurdi
kesatuan social yang yang dapat dibedakan dari kesatuan social lain
berdasarkan perbedaan kebudayaan (hlm.77). menurut Koentjaraningrat
(1990), suku bangsa dalam bahasa Inggris ethnic group (kelompok etnis)
adalah suatu golongan manusia yang terkait kesadaran dan identitas akan
kesatuan bahasa. Menurut L. Horowitz, etnis meliputi suku bangsa, ras
kebangsaan dan kasta (Larry Diamond dan Marc F. Plattner,1998)
(hlm.20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Suku Kurdi merupakan suatu kelompok etnis di Turki selain
etnis Arab dan etnis minoritas Turkoman serta Assirya. Suku Kurdi adalah
suatu kelompok etnis Indo-Eropa (Indo European tribes) yang mayoritas
menganut agama Islam Sunni dan tinggal di Wilayah Turki bagian Utara.
Wilayah orang-orang Kurdi meliputi beberapa Negara seperti Iran, Irak,
dan Suriah. Suku Kurdi berasal dari bangsa Medes yang masuk ke Parsi
dari tahun 614 sampai 550 sebelum Masehi. Suku Kurdi sebagai kelompok
etnis memiliki bahasa sendiri yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
yakni Kurmanji dan Sorani/kurdi. Suku Kurdi merupakan etnis yang relatif
tua, tetapi kesadaran terhadap wilayah sebagai tempat mereka tinggal baru
muncul belakangan dan terlambat sebagai konsekuensi atas kultur
tradisional nomaden, yang hidup berpindah-pindah sambil ternak dan
bertani. Pasca Perang Dunia I, ketika Negara-negara mulai menetapkan
garis perbatasan, barulah kesadaran wilayah suku Kurdi muncul, terutama
karena terdesak dan terpaksa meninggalkan pola hidup tradisionalnya,
serta mulai hidup menetap (M.Riza Sihbudi, 1991).
Suku Kurdi mencita-citakan negara Kurdistan merdeka yang
demokratis. Suku Kurdi yang tersebar di Turki, Iran, Irak, dan Suriah
sebagai minoritas etnis sehingga kepentingan bangsa Kurdi diabaikan oleh
pemerintah masing-masing negara tersebut. Suku Kurdi ingin memisahkan
diri dari negara induk masing-masing dan bercita-cita mendirikan Negara
Kurdistan. Hal tersebut dibuktikan dengan dijalinnya kerjasama antara
suku kurdi di negara satu dengan yang lainnya demi tujuan bersama yaitu
mendirikan Kurdistan. Sebagai contoh adalah pada tahun 1999 adanya
pembantaian suku Kurdi oleh pemerintah Irak maka bayak suku Kurdi
yang lari dan mengungsi di Turki. Dari sinilah dapat dilihat bahwa Kurdi
di Negara satu dengan yang lain saling mendukung dan membantu dan
nasionalisme antar etnis menjadi lebih kuat. Di Turki sendiri kesadaran
atas etnis kurdi diwujudkan dengan didirikannya partai PKK sebagai
wadah perjuangan para separatis kurdi dalam memperoleh hak-hak bangsa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kurdi yaitu membentuk sebuag negara yang otonom bagi bangsa Kurdi
(M.Riza Sihbudi, 1991).
3. Konflik
a. Pengertian Konflik
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
terdapat adanya suatu konflik baik konflik sosial maupun konflik politik
atas dasar kepentingan atau perbedaan.
Menurut D.O.C Hendropuspito (1989) pengertian konflik
adalah :
Kata konflik berasal dari kata Latin confligere yang berarti
didefinisikan sebagai suatu proses sosial di mana dua orang atau kelompok berusaha untuk menyingkirkan pihak lain dengan
(hlm. 247).
Menurut Soerjono Soekanto (1990), pertentangan atau
pertikaian (konflik) adalah suatu proses sosial di mana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannnya dengan jalan menantang
pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan (hlm. 98-
99).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia W. J. S. Poerwodarminto
(1990), konflik diartikan dengan percecokan, perselisihan, pertentangan
yang terjadi pada satu tokoh atau lebih. Konflik dapat terjadi karena
ketidaksesuaian ide atau ketidakcocokan suatu paham atau kepentingan
(hlm. 45).
K.J Holtsi (1988 : 168) mendefinisikan konflik secara singkat
yaitu ketidaksesuaian sasaran, nilai, kepentingan atau pandangan antara
dua pihak atau lebih. Menurut Ariyono Suyono ( 1985 : 211) konflik
adalah keadaan dimana dua atau lebih dari dua pihak berusaha
menggagalkan tujuan masing-masing pihak karena adanya perbedaan
pendapat nilai-nilai atau tuntutan dari masing-masing pihak. K.J Veerger
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(1988 : 210) yang mengutip pendapat Lewis A. Coser menyatakan bahwa
konflik adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan berkenaan
dengan status, kuasa, dan sumber-sumber kekayaan yang persediaannya
tidak mencukupi, dimana pihak-pihak yang berselisih tidak hanya
bermaksud untuk memperoleh barang yang diinginkan melainkan juga
memojokkan, merugikan atau menghancurkan lawan.
Kartini Kartono (1990) memberikan rumusan mengenai konflik
yaitu semua benturan, tabrakan, ketidaksesuain, ketidakserasian,
pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi yang antagonistis
bertentangan (hlm.173).
Clinton F. Fink dalam Kartini Kartono (1988 : 173)
mendefinisikan konflik sebagai berikut :
a. Konflik ialah relasi-relasi psikologis yang antagonistis, berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tidak bias disesuaikan, interest-interest eksklusif dan tidak bias dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan, dan struktur-struktur nilai yang berbeda.
b. Konflik ialah interaksi yang antagonistis, mencakup: tingkah laku lahiriah yang tampak jelas, mulai dari bentuk-bentuk perlawanan halus terkontrol, tidak langsung; sampai pada bentuk perlawanan terbuka, kekerasan, perjuangan tidak terkontrol, benturan latent, pemogokan, huru-hara, makar, gerilya perang dan lain-lain.
Dari berbagai pendapat tentang pengertian konflik diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang
antagonistis terjadi sebagai akibat perbedaan paham atau perselisihan
tentang tuntutan terhadap suatu nilai tertentu antara pihak-pihak yang
sedang berselisih, sehingga menimbulkan usaha untuk menjatuhkan pihak
lawan guna mencapai perubahan yang dikehendaki kelompoknya.
Konflik yang terjadi antara suku Kurdi dengan Pemerintah
Turki disebabkan karena adanya perselisihan tentang tuntutan sesuatu
yakni keinginan suku Kurdi Turki untuk memperoleh otonomi di
Kurdistan sebagai tempat untuk suku Kurdi dapat mengatur diri dan
mempertahankan identitas serta sistem budaya mereka. Tuntutan untuk
memberikan otonomi penuh ditolak oleh Pemerintah Turki. Pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Turki ingin mengamankan sumber minyaknya yang merupakan
penghasilan utama dan menjaga integritas bangsanya. Karena merasa
tuntutannya tidak terpenuhi, maka suku Kurdi melancarkan perlawanan
hingga terjadi beberapa kali peperangan antara kedua belah pihak.
b. Sebab-Sebab Timbulnya Konflik
Menurut Abu Ahmadi (1975), konflik biasanya ditimbulkan
oleh adanya kepentingan yang bertentangan terutama kepentingan
ekonomi dan sering juga karena perebutan kekuasaan dan kedudukan
(hlm.93).
Sebab atau akar dari timbulnya konflik adalah sebagai berikut:
1) Perbedaan antara individu-individu
Perbedaan pendirian dan perasaaan mungkin akan melahirkan
bentrokan antara mereka.
2) Perbedaan kebudayaan
Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari
pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta
perkembangan kepribadian tersebut. Seorang sadar maupun tidak
sadar, sedikit banyak akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan
pola-pola pendirian kelompoknya. Selanjutnya keadaan tersebut dapat
pula menyebabkan terjadinya pertentangan antara kelompok manusia.
3) Perbedaan kepentingan
Perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok merupakan
sumber lain dari konflik. Wujud kepentingan dapat bermacam-macam
ada kepentingan ekonomi, politik, dan sebagainya. Dalam hal ini
konflik yang terjadi antara suku Kurdi dengan Pemerintah Turki
disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak
yang menyangkut masalah politik, ekonomi dan budaya.
4) Perubahan sosial
Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara
waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Dan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda
pendiriannya mengenai reorganisasi sistem nilai (Soejono Soekanto,
1990).
T. Hani Handoko (1992) menyebutkan penyebab terjadinya
konflik yaitu :
1) Komunikasi
Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit
dimengerti atau informasi yang mendua dan tidal lengkap serta gaya
individu pemimpin yang tidak efektif.
2) Struktur
Pertarungan kekerasan dengan kepentingan-kepentingan atau sistem
penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan
sumber-sumber daya yang terbatas atau saling ketergantungan dua atau
lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan
mereka.
3) Pribadi
Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi pengikut atau
bawahan dengan perilaku yang diperankan atasan dan perbedaan nilai-
nilai atau persepsi.
Konflik yang terjadi antara suku Kurdi dengan Pemerintah
Turki disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak
yang menyangkut masalah politik, ekonomi dan budaya. Secara politik,
suku Kurdi menuntut pemberian status otonomi di wilayah Kurdistan di
Turki bagian tenggara kepada Pemerintah Turki, tetapi tuntutan tersebut
tidak dipenuhi oleh Pemerintah Turki dengan alasan menjaga keutuhan
bangsa. Secara ekonomi, wilayah kurdi di Turki bagian tenggara yang
merupakan penghasil minyak dan gas terbesar yang berada diantara
perbatasan Irak Mosul dan Kirkuk. Serta dikhawatirkan keinginan suku
Kurdi yang ingin mendirikan sebuah Negara otonom Kurdistan
mengganggu stabilitas pemerintahan Turki. Dalam bidang budaya suku
kurdi dilarang menggunakan bahasa kurdi, dan dilarang menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
identitas yang menunjukkan kesukuannya, dengan sebab tersebut diatas
maka timbullah rasa kekecewaan yang dalam terhadap pemerintah Turki
dan puncak kekecewaan tersebut bterjadi pada tahun 1984 dengan
dilarangnya suku kurdi merayakan tahun baru kurdi.
c. Bentuk Konflik
Menurut Pheni Chalid (2005), konflik dikelompokkan dalam
kategori sifat, motif dan bentuk, yaitu :
1) Berdasarkan sifatnya, terdiri atas :
a) Konflik bersifat laten, yaitu ketika pertentangan dan ketegangan
diantara pelaku konflik samar dan tidak jelas, namun telah ada
dalam diri pelaku konflik, seperti penilaian negatif terhadap lawan
yang dikontruksi melalui proses budaya sehingga menciptakan
penilaian stereotip satu etnis terhadap etnis lain. Selain itu, ketika
pihak yang merasa tertindas tidak dapat mengungkapkan protes
dan perlawanan, karena berada pada posisi tawar yang rendah, baik
secara kultural maupun struktural, maka konflik berlangsung
secara laten.
b) Konflik bersifat manifes, yaitu konflik yang dapat terjadi secara
spontan dan juga adanya ketidakseimbangan dalam masyarakat,
seperti perilaku tidak adil, ketimpangan sosial, politik dan
ekonomi.
2) Berdasarkan motifnya, terdiri atas :
a) Konflik irasional, yaitu konflik berdasarkan perspektif
utilitirianisme, individu selalu mempertimbangankan aspek
kepentingan pribadinya (keuntungan) dalam berhubungan dengan
sesamanya.
b) Konflik emosional, yaitu konflik yang dilandasi emosi karena
adanya perasaan untuk membela dan mempertahankan kepentingan
kelompoknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3) Berdasarkan bentuknya, terdiri atas :
a) Konflik vertikal, yaitu konflik terjadi karena suatu kelompok
menghadapi ketidakseimbangan distribusi sumber daya akibat
dominasi politik satu kelompok yang kuat menutup jalan bagi
kelompok lain untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya
yang menjadi kepentingan bersama.
b) Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjadi karena masing-
masing kelompok ingin menunjukkan identitas budaya yang
dimiliki yang melibatkan masalah sosial, politik dan ekonomi.
K. J. Holtsi (1988: 174), menyebutkan ada enam bentuk utama
dari konflik yaitu :
1) Konflik wilayah terbatas, dimana terdapat pandangan yang tidak cocok
dengan acuan pada pemilikan suatu bagian khusus wilayah atau pada
hak-hak yang dinikmati suatu negara di atau dekat wilayah negara lain.
2) Konflik yang berkaitan dengan komposisi pemerintah. Tipe konflik ini
sering mengandung nada tambahan idiologis yang kuat, maksudnya
adalah menjatuhkan rezim dan sebagai gantinya mendirikan suatu
pemerintahan yang cenderung lebih menguntungkan kepentingan
pihak yang melakukan intervensi.
3) Konflik kehormatan nasional, dimana pemerintah mengancam atau
bertindak untuk membersihkan pelanggaran tertentu yang telah diduga.
4) Imperialisme regional, di mana suatu pemerintah berusaha untuk
menghancurkan kemerdekaan negara lain, biasanya demi kombinasi
tujuan idiologis, keamanan dan perdagangan.
5) Konflik pembebasan atau perang revolusioner yang dilakukan satu
negara untuk membebasakan rakyat negara lain, biasanya karena
alasan etnis atau idiologis.
6) Konflik yang timbul dari tujuan suatu pemerintah untuk
mempersatukan suatu negara yang pecah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Menurut Ramlan Surbakti (1992) konflik dapat dibedakan
menjadi dua yaitu konflik yang berwujud kekerasan dan konflik non
kekerasan. Konflik yang mengandung kekerasan biasanya terjadi dalam
masyarakat negara yang belum memiliki konsesus bersama tentang dasar,
tujuan negara dan lembaga pengatur atau pengendali konflik yang jelas.
Pemberontakan, sabotase merupakan contoh konflik yang mengandung
tindak kekerasan. Konflik yang berwujud non kekerasan biasanya terjadi
pada masyarakat yang telah memiliki dasar tujuan yang jelas sehingga
penyelesaian konflik sudah bias ditangani melalui lembaga yang ada.
Adapun konflik non kekerasan biasanya berwujud perbedaan kelompok
antar kelompok (individu) dalam rapat, pengajuan petisi kepada
pemerintah, polemik melalui surat kabar atau sebagainya (hlm. 243).
Soerjono Soekanto (1990) menyebutkan bahwa konflik
mempunyai beberapa bentuk khusus, antara lain :
1) Konflik pribadi
Konflik ini berupa pertentangan antar individu yang terjadi dalam
suatu hubungan sosial.
2) Konflik rasial
Konflik ini terjadi karena perbedaan pada ciri-ciri fisik, perbedaan
kepentingan dan kebudayaan diantarakelompok atau golongan.
3) Konflik antara kelas-kelas sosial
Konflik ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan, misalnya
perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh.
4) Konflik politik
Konflik ini menyangkut baik antara golongan-golongan dalam suatu
masyarakat maupun antara negara-negara yang berdaulat. Konflik
yang terjadi antara suku Kurdi dengan pemerintah Turki ini termasuk
dalam konflik politik. Keberadaan gerakan separatis Kurdi ini
mengancam instabilitas dan politik Negara.
5) Konflik yang bersifat internasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Konflik ini disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang
kemudian merembes ke kedaulatan negara. Mengalah berarti
mengurangi kedaulatan negara dan itu berarti kehilangan muka dala
forum internasional.
Konflik antara suku Kurdi dengan Pemerintah Turki
merupakan bentuk konflik politik di Turki yang berujung pada tindak
kekerasaan dalam wujud pemberontakan yang dilakukan suku Kurdi
terhadap Pemerintah Turki untuk memperjuangkan tuntutannya yakni
memperoleh otonomi di Kurdistan dan memperoleh hak-hak suku kurdi
yang selama ini dibatasi oleh pemerintah. Pemberontakan yang dilakukan
suku Kurdi dihadapi oleh Pemerintah Turki dengan mengerahkan kekuatan
militernya sehingga mengakibatkan terjadinya peperangan antara kedua
belah pihak. Sebagai wadah dari perjuang suku Kurdi adalah Partiya
Karkeran Kurdistan (PKK).
d. Cara Penyelesaian Konflik
Menurut Mawasdi Rauf (2001), penyelesaian konflik adalah
usaha-usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan atau menghilangkan
konflik dengan cara mencari kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik. Penyelesaian konflik diperlukan untuk mencegah : (1)
semakin mendalamnya konflik, yang berarti semakin tajamnya perbedaan
antara pihak-pihak yang berkonflik ; (2) semakin meluasnya konflik, yang
berarti semakin banyaknya jumlah peserta masing-masing pihak yang
berkonflik yang berakibat konflik semakin mendalam dan meluas, bahkan
menimbulkan disintergrasi masyarakat yang dapat menghasilkan dua
kelompok masyarakat yang terpisah dan bermusuhan. Ada dua cara
penyelesaian konflik yaitu :
1) Secara persuasif, yaitu menggunakan perundingan dan musyawarah
untuk mecari titik temu antara pihak-pihak yang berkonflik. Pihak-
pihak yang berkonflik melakukan perundingan, baik antara mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
saja maupun manggunakan pihak ketiga yang bertindak sebagai
mediator atau juru damai.
2) Secara koersif, yaitu menggunakan kekerasan fisik atau ancaman
kekerasan fisik untuk menghilangkan perbedaan pendapat antara
pihak-pihak yang terlibat konflik.
Cara penyelesaian konflik antara suku Kurdi dengan
Pemerintah Turki lebih sering diupayakan secara koersif yakni dengan
menggunakan kekerasan fisik. Kedua belah pihak yang berkonflik terlibat
Penyelesaian konflik secara persuasif atau perundingan antara kedua belah
pihak juga sudah diupayakan, seperti di tahun 2000 diadakan perjanjian
gencatan senjata antara suku Kurdi dengan pemerintah Turki yang berhasil
menurunkan eskalasi konflik diantara kedua belah pihak. Dalam
mengatatasi gerakan separatisme kurdi pemerintah menerapkan kombinasi
antara kebijakan represi dan integrasi secara konsisten. Kedua belah pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
yang berkonflik terlibat peperangan guna mempertahankan kepentingan
masing-masing. Penyelesaian konflik secara persuasif atau perundingan
antara kedua belah pihak juga sudah diupayakan, pendekatan secara
diplomatik terhadap Negara-negara tetangga Iran, Irak, dan Suriah untuk
bersama-sama mengatasi pemberontakan separatisme kurdi.
e. Akibat Konflik
Menurut D.O.C Hendropuspito (1989), konflik fisik berupa
bentrokan antara individu dengan individu, kerabat dengan kerabat, suku
dengan suku, bangsa dengan bangsa, golongan agama yang satu dengan
yang lain, umumnya mendatangkan penderitaan bagi kedua pihak yang
terlibat, seperti korban jiwa, material dan spiritual serta berkobarnya
kebencian dan balas dendam. Apabila konflik terjadi di suatu negara yang
terdiri dari berbagai suku bangsa dan bersifat separatif, konflik juga
menghambat persatuan bangsa serta integrasi sosial dan nasional.
Menurut Soerjono Soekanto (1990) akibat yang ditimbulkan
oleh terjadinya pertentangan atau konflik adalah :
1) Tambahnya solidaritas in-group. Apabila suatu kelompok bertentangan
dengan kelompok lain, maka solidaritas antara warga-warga kelompok
biasanya akan bertambah erat. Mereka bahkan bersedia berkorban
demi keutuhan kelompoknya.
2) Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu
kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan
retaknya persatuan kelompok tersebut.
3) Perubahan kepribadian para individu. Pertentangan yang berlangsung
di dalam kelompok atau antar kelompok selalu ada orang yang
menaruh simpati kepada kedua belah pihak. Ada pribadi-pribadi yang
tahan menghadapi situasi demikian, akan tetapi banyak pula yang
merasa tertekan, sehingga merupakan penyiksaan terhadap mentalnya.
4) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. Salah satu
bentuk konflik yakni peperangan telah menyebabkan penderitaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
berat, baik bagi pemenang maupun bagi pihak yang kalah, baik dalam
bidang kebendaan maupun bagi jiwa raga manusia.
5) Akomodasi, dominasi dan takluknya salah-satu pihak.
Akibat dari konflik suku Kurdi dengan pemerintah Turki yang
sering berujung pada peperangan antara kedua belah pihak adalah jatuhnya
korban baik materiil ataupun jiwa di kedua belah pihak terutama suku
Kurdi. Hal tersebut dapat dilihat dengan hancurnya harta benda dan
banyak korban yang jatuh atas pertempuran dari kedua belah pihak, yang
menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan. Munculnya perubahan sikap
antara individu yaitu muncul kesadaran serta solidaritas antar etnis dalam
mewujudkan cita-cita mendirikan sebuah Negara Kurdistan bagi orang-
orang Kurdi. Hingga awal 2007 pembantaian suku kurdi menewaskan
hampir 40.000 korban jiwa dan ribuan warga sipil Turki yang tak bersalah.
Hingga saat ini konflik antara pemerintah Turki dengan kaum separatis
Kurdi masih berlangsung.
4. Gerakan Separatisme
a. Pengertian Gerakan Separatisme
Gerakan Separatisme menurut Julius Pour dalam bukunya
memaparkan
bahwa: Gerakan Separatis adalah suatu gerakan untuk mendapatkan
kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia,
Gerakan separatis biasanya berbasis nasionalisme atau kekuatan religious
(Julius Pour, 2008 : 3).
Gerakan Separatisme merupakan paham atau gerakan untuk
memisahkan diri (mendirikan negara sendiri) Separatisme selalu dipahami
sebagai gerakan yang bersifat politis untuk mendapatkan kedaulatan dan
memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok
dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu sama lain (atau suatu
negara lain) (Julius Pour, 2008 : 4). Gerakan Separatisme muncul akibat
berbagai faktor, seperti faktor ideologi, ketidak adilan, kesejahteraan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kebijakan politik dan penggunaan kekerasan yang melanggar HAM
sehingga timbullah pergerakan untuk membebaskan dan memerdekakan
diri.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) menyebutkan
separatisme sebagai orang atau golongan yang memiliki faham
memecahkan belah persatuan golongan (bangsa) untuk mendapatkan
dukungan (hlm.820).
Gerakan separatisme sebagaimana dijelaskan oleh Bambang
Cipto (2003) dalam Jurnal Ilmu Sosial adalah gerakan memisahkan diri
yang dilakukan sebuah komunitas dari sebuah bangsa merupakan gejala
universal yang sudah cukup lama berkembang dan mengancam keamanan
suatu Negara (hlm.13).
Konsep Separatisme berkaitan erat dengan pembentukan
negara. Sejumlah gerakan separatis memiliki sejarah panjang rasa benci
kepada pemerintah pusat dan kelompok suku atau agama yang dominan.
Hal tersebut lah yang membuat konsep ini terlahir sebagai wujud dari
penentangan terhadap pemerintah (Dewi Fortuna. A, 1998: 210).
Konsep Gerakan separatisme terlahir akbiat adanya paham atau
gerakan untuk memisahkan diri (mendirikan negara sendiri). Hal ini
merupakan salah persepsi dan penyempitan makna. Hal itu dikarenakan
bahwa separatisme dapat menunjukkan bentuknya tidak hanya dalam
negara, namun juga agama, organisasi, bahkan suku. mulai dari aksi
gerakan politik yang dilandasi prinsip agama.
Konflik antara suku Kurdi dengan pemerintah Turki ini dapat
dikatakan sebagai sebuah gerakan separatisme. Suku Kurdi menginginkan
sebuah otonomi penuh terhadap wilayah Kurdi di Turki sebagai daerah
otonom Kurdistan. Gerakan separatisme Kurdi di Turki ini menuntut
pemberlakuan Bahasa Kurdi dan Budaya Kurdi di kawasan Turki bagian
tenggara. Bagi pemerintah Turki gerakan separatis Kurdi ini merupakan
persoalan yang sangat serius karena berkaitan dengan aspek ekonomi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
militer. Bahkan juga muncul gerakan-gerakan yang berhaluan keras dari
suku Kurdi yaitu berdirinya Partiya Kankeran Kurdistan (PKK atau Partai
Pekerja Kurdi). Partai ini menjadi sarana untuk menampung aspirasi dan
perjuangan suku Kurdi di Turki. Konflik ini sering diwarnai dengan
peperangan antara kedua belah pihak dan menimbulkan akibat yang sangat
besar baik untuk Kurdi sendiri maupun pemerintah Turki.
b. Faktor Penyebab Munculnya Gerakan Separatisme
Faktor penyebab munculnya gerakan separatisme menurut
Larry Diamond yang dikutip oleh Bambang Cipto (2003) adalah:
1) Tajamnya perbedaan etnis, bahasa, agama, dan budaya pada setiap
wilayah dalam satu Negara. Dalam hal ini menunjukan tingkat
homogenitas yang cukup tinggi dan memicu terjadinya konflik.
2) Perbedaan sosial dan ekonomi yang menciptakan polarisasi kehidupan
politik dan sosial. Kemajuan ekonomi dalam setiap wilayah dan
ketidaksetaraan pembangunan, yang menimbulkan kesenjangan sosial
antar suatu wilayah.
3) Adanya rasa tidak puas terhadap kebijakan pemerintah pusat.
Munculnya rasa tidak puas terhadap pemerintah pusat ini dapat
menimbulkan konflik yang dan menciptakan gerakan separtisme yang
menuntut agar pemerintah memperhatiakan wilayah atau suku yang
dirugikan oleh kebijakan pemerintah.
4) Adayna campur tangan Negara lain, khususnya Negara besar yang
bersifat tidak menentu dan tergantung pada posisi strategis Negara
bersangkutan dan kepentingan Negara besar terhadap Negara tersebut.
Konflik antara suku Kurdi dengan pemerintah Turki ini dapat
dikatakan sebagai sebuah gerakan separatisme. Suku Kurdi menginginkan
sebuah otonomi penuh terhadap wilayah Kurdi di Turki sebagai daerah
otonom Kurdistan. Fartor penyebab konflik antar suku Kurdi dengan
pemerintah Turki diantaranya seperti yang dijelaskan oleh Bambang
Cipto yang mengutip dari bukunya Larry Diamond yaitu tajamnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
perbedaan etnis, bahasa, agama, dan budaya pada setiap wilayah dalam
satu negara. Dalam hal ini, konflik antara suku Kurdi dengan pemerintah
Turki dipicu karena adanya perbedaan etnis, bahasa, agama dan budaya
yang sangat mencolok.
Pemerintah Turki menginginkan seluruh warga negara Turki
yang diakui adalah hanya orang Turki dengan menghilangkan seluruh
aspek kesukuan baik bahasa dan budaya etnis. Jika suku Kurdi ingin
menjadi warga Negara Kurdi, harus menghilangkan segala benrtuk
kesukuannya. Adanya kesenjangan sosial ekonomi dan sosial juga menicu
timbulnya konflik antara pemerintah Turki dengan suku Kurdi yaitu hak-
hak berpolitik dan memperoleh pendidikan dari suku Kurdi dikurangi,
kemudian suku Kurdi disebut sebagai suku pegunungan yang miskin dan
tidak berpendidikan. Hal ini yang dapat menimbulkan rasa tidak puas
terhadap pemerintah pusat yang sering tidak memperhatikan hak-hak
minoritas etnis dan mimicu konflik yang diwujudkan dalam sebagai
gerakan separatisme Kurdi.
5. Kebijakan
a. Pengertian Kebijakan
Secara harifah ilmu kebijakan menurut Dror yang dikutip oleh
Masofa adalah terjemahan langsung dari kata policy science. Beberapa
penulis besar dalam ilmu ini, seperti William Dunn, Charles Jones, Lee
Friedman, dan lain-lain, menggunakan istilah publik policy dan publik
policy analysis dalam pengertian yang tidak berbeda. Istilah kebijaksanaan
atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya
dikaitkan dengan keputusan pemerintah karena pemerintahlah yang
mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat,
dan bertanggung jawab melayani kepentingan umum. Ini sejalan dengan
pengertian public itu sendiri dalam bahasa Indonesia yang berarti
pemerintah, masyarakat atau umum. Dengan demikian, perbedaan makna
antara perkataan kebijaksanaan dan kebijakan tidak menjadi persoalan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
selama kedua istilah itu diartikan sebagai keputusan pemerintah yang
relatif bersifat umum dan ditujukan kepada masyarakat umum.
Perbedaan kata kebijakan dengan kebijaksanaan berasal dari
keinginan untuk membedakan istilah policy sebagai keputusan pemerintah
yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat,
dengan istilah discretion
bersifat kasuistis untuk sesuatu hal pada suatu waktu tertentu. Keputusan
yang bersifat kausitis (hubungan sebab akibat) sering terjadi dalam
memperlakukan, ketentuan-ketentuan yang ada, yang biasanya justru
ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah (public policy).
Kata policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam
bahasa Yunani (Greek), yang berarti negara-kota. Dalam bahasa latin kata
ini menjadi politia, artinya negara. Masuk kedalam bahasa Inggris lama
(Middle English), kata tersebut menjadi policie, yang pengertiannya
berkaitan dengan urusan perintah atau administrasi pemerintah
(http://massofa.wordpress.com).
Kebijakan adalah arah tindakan yang direncanakan untuk
mencapai sesuatu sasaran. Dalam hal ini terdapat tiga masalah. Pertama,
masalah semantik, egara menunjukan
dasar-dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi terhadap
lingkungan internasional. Istilah-istilah seperti isolasionisme, balance of
power ataupun imperialisme sering disebut sebagai kebijakan luar negeri,
walaupun tidak begitu tepat. Di lain pihak, bilamana suatu kebijakan
merupakan arah tindakan yang ditujukan pada satu sasaran, maka suatu
negara akan mempunyai banyak macam kebijakan karena banyaknya
sasaran yang ada padanya. Kedua, suatu kebijakan selalu menyangkut
keputusan dan tindakan dengan pengertian bahwa keputusan adalah unsur
yang lebih penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tindakan untuk mencapai sasaran dapat dihasilkan dari
kebijakan, apabila keputusan menunjukan dengan jelas apa yag
terkandung dari pikiran pembuat kebijakan baik sebagai sasaran ataupun
sebagai prosedur. Keputusan resmi yang telah dituangkan di atas kertas
biasanya mencakup sedikitnya tiga unsur penjelasan dan petunjuk bagi
siapa saja yang bertanggung jawab dalam hal pelaksanaannya, yaitu:
1) Perumusan sasaran yang jelas.
2) Sifat tindakan yang akan diambil dinyatakan secara jelas sebagai
pembimbing dan pengarahan bagi pejabat lainnya
3) Bentuk-bentuk dan jumlah kekuatan nasional yang akan dipergunakan
dalam pencapaian sasaran.
Organisasi untuk kebijakan luar negeri dapat dikatakan sama di
semua pemerintahan. Yang berbeda di puncak organisasinya adalah kepala
pemerintahan yang memegang peranan penting dalam urusan luar negeri.
Menteri luar negeri merupakan orang terpenting dalam pemerintahan,
yang secara administratif mengepalai departemen dan mengurusi
kebijakan luar negeri serta menjadi penasehat resmi dari kepala
pemerintahan (Nasution, 1989: 15).
Kerangka analisis yang berguna untuk memahami suatu
kebijakan adalah sebagai berikut:
1) Isi hukum (content of law); yakni uraian atau penjabaran tertulis dari
suatu kebijakan yang tertuang dalam bentuk perundang-undangan,
peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pemerintah.
2) Tata laksana hukum (structure of law); yakni semua perangkat
kelembagaan dan pelaksana dari isi hukum yang berlaku.
3) Budaya hukum (culture of law); yakni persepsi, pemahaman, sikap
penerimaan, praktek-praktek pelaksanaan, penafsiran terhadap dua
aspek sistem isi hukum dan tata laksana hukum.
Dalam pengertian umum kebijakan menurut Jones diartikan
sebagai, atau
sebagai . Uniknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
diterjemahkan dari kata policy tersebut mempunyai konotasi tersendiri.
Kata tersebut mempunyai akar kata bijaksana atau bijak yang dapat
disamakan dengan pengertian wisdom, yang berasal dari kata sifat wise
dalam bahasa Inggris. Dengan pengertian ini, sifat bijaksana dibedakan
orang dari sekedar pintar (clever) atau cerdas (smart). Pintar bisa berarti
ahli dalam satu bidang ilmu, sementara cerdas biasanya diartikan sebagai
sifat seseorang yang dapat berpikir cepat atau dapat menemukan jawaban
bagi suatu persoalan yang dihadapi secara cepat. Orang yang bijaksana
mungkin tidak pakar dalam sesuatu bidang ilmu, namun memahami
hampir semua aspek kehidupan (http://massofa.wordpress.com).
Kajian tentang kebijakan dalam arti yang luas sebagai usaha
pengadaan informasi yang diperlukan untuk menunjang proses
pengambilan kebijakan telah ada sejak manusia mengenal organisasi dan
tahu arti keputusan. Kajian ini dilakukan mulai dari cara yang paling
sederhana dan irasional sampai dengan cara-cara yang bersifat kombinasi
kuantitatif dan kualitatif sekarang ini. Akan tetapi sebgai suatu disiplin
tersendiri ilmu kebijakan baru diakui kehadirannya sesudah Perang Dunia
II. H. Hugh He a course of action
intended to accomplish some end,
bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu.
Definisi Heglo ini selanjutnya diuraikan oleh Jones dalam
kaitan dengan beberapa isi dari kebijakan. Pertama, tujuan. Di sini yang
dimaksudkan adalah tujuan tertentu yang dikehendaki untuk dicapai (the
desired ends to be achieved). Bukan suatu tujuan yang sekedar diinginkan
saja. Dalam kehidupan sehari-hari tujuan yang hanya diinginkan saja
bukan tujuan, tetapi sekedar keinginan. Setiap orang boleh saja
berkeinginan apa saja, tetapi dalam kehidupan bernegara tidak perlu
diperhitungkan. Baru diperhitungkan kalau ada usaha untuk mencapainya,
Kedua, rencana atau
proposal yang merupakan alat atau cara tertentu untuk mencapainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Ketiga, program atau cara tertentu yang telah mendapat persetujuan dan
pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud Keempat, keputusan,
yakni tindakan tertentu yang diambil untuk menentukan tujuan, membuat
dan menyesuaikan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program
dalam masyarakat.
Selanjutnya, Heglo mengatakan bahwa kebijakan lebih dapat
digolongkan sebagai suatu alat analisis daripada sebagai suatu rumusan
kata-kata. Sebab itu, katanya, isi dari suatu kebijakan lebih dapat dipahami
oleh para analis daripada oleh para perumus dan pelaksana kebijakan itu
sendiri. Bertolak dari sini, Jones merumuskan kebijakan sebagai
efforts in
and through government to resolve public problems
dan berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di dalam dan
melalui pemerintah untuk memecahkan masalah umum). Definisi ini
memberi makna bahwa kebijakan itu bersifat dinamis.
Sejalan dengan perkembangan studi yang makin maju, William
Dunn mengaitkan pengertian kebijakan dengan analisis kebijakan yang
merupakan sisi baru dari perkembangan ilmu sosial untuk pengamalannya
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, dia mendefinisikan analisis
yang menggunakan berbagai
metode untuk menghasilkan dan mentransformasikan informasi yang
relevan yang dipakai dalam memecah persoalan dalam kehidupan sehari-
dari ilmu-ilmu social yang sudah ada. Metodologi yang dipakai bersifat
multidisiplin. Hal ini berhubungan dengan kondisi masyarakat yang
bersifat kompleks dan tidak memungkinkan pemisahan satu aspek dengan
aspek lain (http://massofa.wordpress.com).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
b. Bentuk Kebijakan
Kebijakan secara umum dapat dibedakan dalam tiga tingkatan :
1) Kebijakan umum
Kebijakan umum adalah kebijakan yang menjadi pedoman
atau petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun bersifat
negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang
bersangkutan. Suatu hal yang perlu diingat adalah pengertian umum di
sini bersifat relatif. Maksudnya, untuk wilayah negara, kebijakan
umum mengambil bentuk undang-undang atau keputusan presiden dan
sebagainya. Sementara untuk suatu provinsi, selain dari peraturan dan
kebijakan yang diambil pada tingkat pusat juga ada keputusan
gubernur atau peraturan daerah yang diputuskan oleh DPRD.
Suatu kebijakan umum dapat menjadi pedoman bagi
tingkatan kebijakan di bawahnya, ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi. Pertama, cakupan kebijakan itu meliputi keseluruhan
wawasannya. Artinya, kebijakan itu tidak hanya meliputi dan ditujukan
pada aspek tertentu atau sector tertentu. Kedua, tidak berjangka
pendek. Masa berlakunya atau tujuan yang ingin dicapai dengan
kebijakan tersebut berada dalam jangka panjang ataupun tidak
mempunyai batas waktu tertentu. Dengan kata lain, dalam suatu
kebijakan umum tidak tepat untuk menetapkan sasarannya secara
sangat jelas dan rumusanya secara teknis. Rumusan yang demikian
akan menghadapi kekakuan dalam perubahan waktu jangka panjang
dan akan mengalami kesulitan untuk diberlakukan dalam wilayah-
wilayah kecil yang berbeda. Ketiga, strategi kebijakan umum tidak
bersifat operasional. Seperti halnya pada pengertian umum, pengertian
operasional atau teknis juga bersifat relatif. Sesuatu yang dianggap
umum untuk tingkat kabupaten mungkin dianggap teknis atau
operasional untuk tingkat provinsi dan sangat operasional dalam
pandangan tingkat nasional. Namun, sekalipun suatu kebijakan bersifat
umum, tidak berarti kebijakan tersebut bersifat sederhana. Makin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
umum suatu kebijakan, makin kompleks dan dinamis kebijakan
tersebut. Hal ini disebabkan karena pada tingkat kebijakan umum
banyak aspek yang terlibat, banyak dimensi ilmu yang diperlukan
untuk menganalisisnya dan banyak pihak yang terkait. Sebaliknya
semakin teknis suatu kebijakan, semakin tidak kompleks kebijakan itu.
2) Kebijakan pelaksanaan
Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan
kebijakan umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang
pelaksanaan suatu undang-undang, atau keputusan menteri yang
menjabarkan pelaksanaan keputusan presiden adalah contoh dari
kebijakan pelaksanaan. Untuk tingkat provinsi, keputusan bupati atau
keputusan seorang kepala dinas yang menjabarkan keputusan gubernur
atau peraturan daerah bisa jadi suatu kebijakan pelaksanaan. Turki
dalam mengatasi konflik dengan gerilyawan PKK adalah dengan
merancang undang-undang penyerangan militer lintas perbatasan yang
disahkan pada tanggal 17 Oktober tahun 2007.
3) Kebijakan teknis
Kebijakan teknis adalah kebijakan operasional yang berada
di bawah kebijakan pelaksanaan itu. Secara umum dapat disebutkan
bahwa kebijakan umum adalah kebijakan tingkat pertama, kebijakan
pelaksanaan adalah kebijakan tingkat ke dua, dan kebijakan teknis
adalah kebijakan tingkat ke tiga atau yang terbawah. Sehubungan
dengan strata kebijakan ini kita mengenal suatu kategori lain yang
menarik dari Prof. Dr. A. Hamid Attamimi, membagi peraturan
perundang-undangan atas peraturan legislative dan peraturan
kebijakan. Peraturan kebijakan dianggapnya sebagai suatu putusan
yang dibuat dalam pelaksanaan peraturan legislatif, sedangkan putusan
legislatif tidak dipandang sebagai kebijakan. Kebijakan publik adalah
kebijakan pemerintah. Dalam ilmu hukum peraturan legislatif
dipandang bukan kebijakan. Ini mungkin dirasakan penting terutama
untuk mempertegas perbedaan fungsi legislatif dari presiden di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
samping fungsi eksekutifnya. Tetapi dalam ilmu kebijakan pemisahan
nama tersebut hanya menyangkut subyek yang membuat kebijakan,
sedangkan dilihat dari sifatnya sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pemerintahan dan dari obyek yang dituju, yaitu masyarakat secara
umum, maka kedua jenis keputusan ini dapat dikatakan sebagai
kebijakan. Selain dari perbedaan cakupan pada masing-masing strata
kebijakan, juga terlihat ada perbedaan isi atau tekanan dari masing-
masing kebijakan (http://massofa.wordpress.com).
Sesuai dengan sifatnya yang bersifat umum, kebijakan
umum berada pada level strategis, sebab itu lebih banyak berkenaan
dengan isu-isu yang mengandung hal-hal yang berdampak luas,
mempunyai resiko yang besar dan meliputi jangka yang panjang.
Karena itu pengambilan keputusan kebijakan umum perlu dilakukan
dengan pembahasan yang matang dengan melibatkan banyak pihak.
Pada kebijakan umum juga ada unsur teknis, tetapi dalam derajat yang
sangat minim. Ini berarti bahwa kebijakan umum juga perlu
memperhitungkan segi operasionalisasinya. Dalam kebijakan
pelaksanaan, unsur strategis dan unsur teknis relatif berimbang. Isu-isu
yang tercakup dalam kebijakan ini sedang-sedang saja. Dalam
kebijakan teknis unsur dari kebijakan yang dikelolanya sangat
dominan. Namun di sini, isu yang dikelolanya juga mengandung unsur
strategis. Ini berarti bahwa seteknis-seteknisnya suatu kebijakan selalu
masih lebih umum daripada suatu petunjuk pelaksanaan (Abdullah, F.,
Zakaria, 2001).
Turki merupakan Negara yang paling radikal dalam
menentang upaya pembentukan Negara Kurdistan dibandingkan
Negara-negara lain. Pemerintah Turki sangat aktif dalam upaya
menghapus identitas etnis Kurdi. Hal tersebut dapat dilihat dari
kebijakan represif yang diterapkan oleh pemerintah Turki untuk
melarang penggunaan bahasa Kurdi dan adat lainnya. Pada masa
pemerintahan Presiden Tugrut Ozal juga diterapkan kebijakan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
melegalkan penggunaan bahasa Kurdi secara terbatas. Bahasa Kurdi
hanya bias digunkan dalam percakapan sehari-hari dalam rekaman
music daerah. Serta penggunaan bahasa Kurdi di dalam kantor,
penerbitan atau pendidikan dianggap sebagai sebuah kejahatan.
Tahun 1999 pembatasan-pembatasan hak-hak suku Kurdi
tersebut masih terus berlaku, sebagai contohnya adalah dibatasinya
siaran radio Kurdi yang tidak boleh lebih dari 1 jam perhari dalam lima
hari seminggu. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk
meminimalisir dan membatasi ruang gerak sosio-politik etnis Kurdi
agar gerakan separatisme Kurdi dapat ditekan dan dilumpuhkan oleh
pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. Kerangka Berfikir
Keterangan:
Sejak tahun 1925 Turki di bawah pimpinan Mustafa Kemal Atatürk
setelah kejatuhan Khilafah Ottoman, Turki telah mulai menata pemerintahannya
dan politik luar negerinya dengan bergabung dengan Barat dan menjalin
hubungan dengan dunia Timur. Republik Turki, sejak berdirinya telah
menetapkan perdamaian sebagai pilar utama di negaranya. Damai secara realistis
Peace at Home and Peace Abroad
Kebijakan Pemerintah Tahun 1925 ( Mustafa
Kemal Attaturk)
Perjuangan Kurdi Pembatasan Hak-Hak Terhadap Suku Kurdi
Instabilitas Pemerintahan
Kebijakan Pemerintah Turki (Intern Dan
Ekstern)
Dampak Kehidupan Kenegaraan Kurdi
Gerakan Separatisme Suku Kurdi 1984
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
(damai di rumah dan perdamaian di dunia internasional) ditetapkan oleh Mustafa
Kemal Atatürk.
Turki melaksanakan kebijakan luar negeri yang merupakan generator
keamanan dan stabilitas di kawasan dan sekitarnya berdasarkan sekuler
demokratis dan sistem politik, ekonomi hidup dan mendamaikan tradisi
modernitas dengan identitas budaya. Turki ingin membantu mengamankan dan
memelihara perdamaian, kemakmuran, stabilitas dan kerjasama lingkungan yang
kondusif bagi pembangunan manusia di dalam negeri dan dunia internasional.
Namun, cita-cita Turki tidak selamanya mulus.
Pengalaman sejarah telah membuktikan peliknya permasalah yang
dihadapi oleh Turki terkait dengan perlawanan separatis yang terus belangsung
merongrong stabilitas negara. Salah satu kelompok utama gerakan separatise
datang dari etnis Kurdi yang sejak perang dunia I masuk kedalam wilayah
Republik Turki. Kurdi tidak pernah merasa puas menjadi bagian dari Turki,
sehingga hal ini menimbulkan serangkaian pemberontakan untuk melepaskan
wilayah Kurdistan dari Turki. Gerakan separatis dari suku Kurdi mengganggu
stabilitas politik dan pemerintah Turki. Konflik tersebut mencapai puncaknya
pada tahun 1984 dimana hak-hak dari suku kurdi semakin dibatasi, yaitu dengan
dilarangnya menggunakan bahasa kurdi dan perayaan tahun baru suku Kurdi.
Serta suku kurdi sendiri tidak memiliki hak berpolitik dan memperoleh
pendidikan yang layak. Dalam bidang ekonomi kesenjangan sosial juga mencolok
sangat tajam antara kurdi minoritas dan rakyat Turki. Dari sinilah dimulai
aktivitas para gerilyawan kurdi dimulai semakin meningkat.
Pemerintah berusaha mengatasi gerakan separatisme tersebut dengan
berbagai cara baik melalui internal Turki sendiri maupun secara eksternal dengan
bekerjasama dengan negara-negara dikawasan Timur Tengah. penyelesaian
konflik antara suku Kurdi dengan Pemerintah Turki lebih sering diupayakan
dengan kombinasi antara kebijakan represi dan integrasi secara konsisten. Kedua
belah pihak yang berkonflik terlibat peperangan guna mempertahankan
kepentingan masing-masing. Penyelesaian konflik secara persuasif atau
perundingan antara kedua belah pihak juga sudah diupayakan, pendekatan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
diplomatic terhadap Negara-negara tetangga Iran, Irak, dan Suriah untuk bersama-
sama mengatasi pemberontakan separatisme kurdi. Upaya yang diambil oleh
pemerintah Turki antara lain pada tanggal 17 Oktober 2007 di sahkanya Undang-
undang yang mengijinkan angkatan bersenjata Turki untuk melakukan serangan
lintas batas guna melumpuhkan serangkaian pemberontakan yang dilakukan oleh
para separatisme kurdi yang terkenal sebagai Partiya Kankeran Kurdistan (PKK).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian yang berjudul Upaya Pemerintah Turki Dalam
Mengatasi Gerakan Separatisme Suku Kurdi Tahun 1984-2007 ,
menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dari sumber
primer, sekunder dan berbagai sumber yang relevan. Adapun perpustakaan
yang digunakan sebagai tempat pencarian data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
c. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
d. Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta
e. Monumen Pers Surakarta (Perpustakaan dan Arsip Media Cetak)
f. Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada Yogyakarta
g. Perputakaan Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta
h. Perpustakaan Santa Colose Ignatius Yogyakarta
i. Perpustakaan Daerah Yogyakarta
j. Digital Library Universitas Indonesia (www.digilib.ui.co.id)
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini dimulai dari
disetujuinya judul skripsi yaitu pada bulan Juli 2012 sampai dengan selesainya
penulisan skripsi ini yaitu pada bulan Desember 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
B. Metode penelitian
Peranan metode ilmiah sangat penting dalam sebuah penelitian
karena keberhasilan tujuan yang akan dicapai tergantung dari penggunaan
metode yang tepat. Kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos yang
berarti cara atau jalan. Sehubungan dengan karya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1977: 16).
Sedangkan menurut Helius Sjamsudin (19
dengan suatu prosedur, proses atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan
suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan obyek (bahan-bahan) yang
Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha
merekonstruksikan Upaya Pemerintah Turki Dalam Mengatasi
Gerakan Separatisme Suku Kurdi Tahun 1984- . Mengingat peristiwa
yang menjadi pokok penelitian adalah peristiwa masa lampau, maka metode
yang digunakan adalah metode sejarah. Hadari Nawawi (1998: 78-79)
mengemukakan bahwa metode penelitian sejarah adalah prosedur pemecahan
masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan
baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada
masa lalu dan terlepas dari keadaan masa sekarang. Menurut seorang peneliti,
sejarah dengan menggunakan cara, prosedur atau teknik yang sistematik
sesuai dengan asas-
Gilbert J. Garraghan yang dikutip Dudung Abdurrahman (2011)
mengemukakan bahwa metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan
dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara
efektif, menilai secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang
dicapai dalam bentuk tertulis (hlm. 103). Menurut Louis Gottschalk yang
dikutip Daliman (2011), memaknai metode sejarah sebagai proses menguji
dan menganalisis secara kritis rekaman, dokumen-dokumen dan peninggalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
masa lampau yang otentik dan dapat dipercaya, serta membuat interpretasi dan
sintesis atas fakta-fakta tersebut menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya.
(hlm. 28).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
metode penelitian sejarah adalah kegiatan pemecahan masalah dengan
mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan
yang akan dikaji untuk memahami kejadian pada masa lalu kemudian menguji
dan menganalisa secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil yang dicapai
dalam bentuk tertulis dari sumber sejarah tersebut untuk dijadikan suatu cerita
sejarah yang obyektif, menarik dan dapat dipercaya.
C. Sumber Data
Sumber data sering juga disebut data sejarah. Menurut
Kuntowijoyo (1995), datum
(bahasa latin) yang berarti pemberitaan (hlm. 94). Menurut Dudung
Abdurrahman (2011), data sejarah merupakan bahan sejarah yang
memerlukan pengolahan, penyeleksian, dan pengkategori
Menurut Helius Sjamsuddin dan Ismaun (1996), sumber sejarah ialah bahan-
bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang
peristiwa yang terjadi pada masa lampau .
Helius Sjamsuddin ( 1996), mengemukakan tentang pengertian
sumber sejarah, yaitu:
Segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan kepada kita tentang sesuatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lalu (past actuality). Sumber sejarah merupakan bahan-bahan mentah (raw materials) sejarah yang mencakup segala macam evidensi (bukti) yang telah ditinggalkan oleh manusia yang menunjukkan segala aktivitas mereka di masa lalu yang berupa kata-kata yang tertulis atau kata-kata yang diucapkan (lisan) (hlm. 73).
Sumber sejarah dapat dibedakan menjadi sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang
disampaikan langsung oleh saksi mata. Dikatakan sebagai sumber sekunder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
karena tidak disampaikan langsung oleh saksi mata dan bentuknya dapat
berupa buku-buku, artikel, koran, majalah (Dudung Abdurrahman, 1999: 56).
Sumadi Suryabrata (1997) berpendapat bahwa penelitian historis
tergantung kepada dua macam data, yaitu data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dari sumber primer, yaitu peneliti secara langsung
melakukan observasi atau penyaksian yang dituliskan pada waktu peristiwa
terjadi (hlm. 17). Data sekunder diperoleh dari sumber sekunder, yaitu penulis
melaporkan hasil observasi orang lain yang satu kali atau lebih lepas dari
aslinya. Di antara kedua sumber tersebut, sumber primer dipandang memiliki
otoritas sebagai bukti tangan pertama dan diberi prioritas dalam pengumpulan
data. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer tersebut diantaranya arsip yang meliputi:
Artikel-artikel dalam surat kabar yang ditulis mengenai upaya-upaya dari
Turki dalam mengatasi gerakan separatisme Kurdi seperti pada koran
Kompas, 17 Juli 2005 Kompas, 11 November 2007, Kompas, 20 Oktober
2007, Kompas, 7 November 2007, Kompas, 25 Februari 2008, dan Kompas,
26 Februari 2008. Beberapa tulisan yang dimuat dalam situs
www.swaramuslim.com dan www.mfa.gov.tr. Selain itu, juga digunakan
artikel-artikel dan buku-buku yang relevan dengan penelitian sebagai sumber
tertulis sekunder antara lain karya Riza Sihbudi berjudul Bara Timur
1993, karya Zurcher, Erik J. berjudul
karya Toprak Binnaz, 1999 tentang Islam and Political Development in
, karya Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam Di
Turki 1991 dan Metin
Heper and Jacob M. Landau sebagai editor karangan ini, menjelaskan
mengenai perkembangan politik, partai dan demokrasi di Turki, karya Lord
Kinross Ataturk: A Biography of Mustafa Kemal, father of Modern
Turkey
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Turkey in World Politics An Emerging Multiregional Power Serta beberapa
karya dan sumber-sumber lain yang relevan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ditempuh dengan
studi kepustakaan. Studi pustaka penting sebagai proses bahan penelitian.
Tujuannya sebagai pemahaman secara menyeluruh tentang topik
permasalahan. Teknik studi pustaka adalah suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data atau fakta sejarah, dengan
cara membaca buku-buku literatur, majalah, dokumen atau arsip, surat kabar
atau brosur yang tersimpan di dalam perpustakaan (Koentjaraningrat, 1989:
31).
Teknik pengumpulan data studi pustaka adalah suatu penelitian
yang berjuang untuk mengumpulkan data dan informasi dengan menggunakan
bermacam- macam materi yang terdapat dalam buku, majalah, dokumen dan
surat kabar (Kartini Kartono, 1990: 67). Kegiatan studi pustaka ini dilakukan
dengan sistem kartu atau menggunakan katalog dengan cara mencatat
beberapa sumber tertentu mengenai masalah dengan mencantumkan
keterangan mengenai identitas sumber (Louis Gottschalk, 1985: 47).
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan
sebagai berikut:
a. Pencarian dan pengumpulan sumber-sumber data yang dibutuhkan
baik itu sumber primer maupun sumber sekunder yang berkaitan
Upaya Pemerintah Turki Dalam Mengatasi Gerakan
Separatisme Suku Kurdi Tahun 1984- Peneliti berusaha
mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti yaitu mengadakan studi referensi yang ada di
Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Monumen Pers
Surakarta, Perpustakaan Universitas Gajah Mada, Perpustakaan
Universitas Islam Negeri Yogyakarta dan Perpustakaan Santa Colese
Ignatius.
b. Membaca dan mencatat sumber primer yang berisikan separatisme
Kurdi di Turki sebelum hingga batasan tahun yang diteliti secara
menyeluruh.
c. Penggalian terhadap bahan-bahan pustaka lainnya seperti buku, jurnal,
majalah, artikel, yang dilakukan di perpustakaan yang dianggap
penting dan relevan dengan masalah yang diteliti.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis historis. Menurut Kuntowijoyo yang dikutip oleh Dudung
Abdurrahman (1999), interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut
juga dengan analisis sejarah. Analisis sendiri berarti menguraikan, dan secara
terminologis berbeda dengan sintesis yang berarti menyatukan (hlm. 64).
Analisis dan sintesis, dipandang sebagai metode-metode utama dalam
interpretasi. Menurut Helius Sjamsuddin (1996), teknik analisis data historis
adalah analisis data sejarah yang menggunakan kritik sumber sebagai metode
untuk menilai sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan sejarah
89).
Menurut Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman
(1999), analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta
yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-
teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh
64). Menurut Sartono Kartodirdjo (1992), nalisis sejarah ialah menyediakan
suatu kerangka pemikiran atau kerangka referensi yang mencakup berbagai
konsep dan teori yang akan dipakai dalam membuat analisis itu .
Data yang telah diperoleh diinterpretasikan, dianalisis isinya dan analisis data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Historiografi Heuristik Interpretasi Kritik
harus berpijak pada kerangka teori yang dipakai sehingga menghasilkan fakta-
fakta yang relevan dengan penelitian.
Analisis data merupakan langkah yang penting, dimulai dari
melakukan kegiatan pengumpulan data kemudian melakukan kritik ekstern
dan intern untuk mencari otensitas dan kredibilitas sumber yang didapatkan.
Dari langkah ini dapat diketahui sumber yang benar-benar dibutuhkan dan
relevan dengan materi penelitian. Selain itu, membandingkan data dari sumber
sejarah tersebut dengan bantuan seperangkat kerangka teori dan metode
penelitian sejarah, kemudian menjadi fakta sejarah. Agar memiliki makna
yang jelas dan dapat dipahami, fakta tersebut ditafsirkan dengan cara
merangkaikan fakta menjadi karya yang menyeluruh dan masuk akal.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah tata urutan yang harus dilaksanakan
dalam proses penelitian agar peneliti mendapat hasil yang optimal. langkah-
langkah penelitian dari awal yaitu persiapan membuat proposal sampai pada
penulisan hasil penelitian. Setiap penelitian mempunyai prosedur penelitian
yang berbeda-beda. Hal tersebut disesuaikan dengan disiplin ilmu san tujuan
yang akan dicapai oleh peneliti. Karena penelitian ini menggunakan metode
historis, maka ada empat tahap yang harus dipenuhi dalam melakukan
penelitian. Empat langkah tersebut terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi,
dan historiografi. Prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
Jejak / Peristiwa Sejarah
Fakta Sejarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Keterangan :
1. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein yang artinya
memperoleh. Dalam pengertian lain, menurut G.J. Reiner yang dikutip oleh
Dudung Abdurahman (2011), heuristik adalah suatu teknik, suatu seni dan
aturan-aturan umum. Heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan
dalam menemukan, menangani dan memperinci bibiliografi, atau
mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan.
Pada tahap ini diusahakan mencari dan menemukan sumber-
sumber tertulis berupa buku-buku yang relevan dan surat kabar. Sumber
tertulis primer berupa arsip yang meliputi: Artikel-artikel dalam surat kabar
yang ditulis mengenai Upaya-upaya dari Turki dalam mengatasi gerakan
separatisme Kurdi seperti pada Kompas, 17 Juli 2005 Kompas, 11 November
2007, Kompas, 20 Oktober 2007, Kompas, 7 November 2007, Kompas, 25
Februari 2008, dan Kompas, 26 Februari 2008. Beberapa tulisan yang dimuat
dalam situs www.swaramuslim.com dan www.mfa.gov.tr. Selain itu juga
digunakan artikel-artikel dan buku-buku yang relevan dengan penelitian
sebagai sumber tertulis sekunder antara lain karya Riza Sihbudi berjudul
1993, karya Zurcher, Erik J. berjudul Sejarah Modern
2003, karya Timur Tengah Pusaran Strategis
karya Toprak Binnaz, 1999 tentang Islam and Political
, Sejarah
Kebudayaan Islam Di Turki Political Parties and Democracy in
Turk 1991 dan Metin Heper and Jacob M. Landau sebagai editor karangan
ini, menjelaskan mengenai perkembangan politik, partai dan demokrasi di
Ataturk: A Biography of Mustafa Kemal,
father of Modern Turkey ieditori oleh Barry Rubbin and
Turkey in World Politics An Emerging Multiregional
Power Serta beberapa karya dan sumber-sumber lain yang relevan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dengan
mengunjungi beberapa perpustakaan diantaranya Perpustakaan Pusat
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Program
Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Perpustakaan Monumen Pers Surakarta, Perpustakaan Universitas Gajah
Mada. Perpustakaan Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta serta
Digital Library Universitas Indonesia (perpustakaan bersama.com).
2. Kritik
Tugas penyelidik dalam penelitian historis ini adalah mengadakan
rekonstruksi mengenai masa lampau. Tetapi di dalam mengadakan
rekonstruksi itu, tidak semua peristiwa yang sudah silam dapat diulangi
terjadinya, sehingga penyelidik harus banyak mendasarkan diri pada fakta-
fakta sejarah dan membangun pemecaham masalah atas fakta itu. Fakta yang
diterima dari berbagai sumber, banyak bergantung pada orang-orang yang
terdahulu hidup dan menjadi pelaku atau pembuat sejarah yang diselidikinya.
Karena itu, penyelidik harus mempunyai cara-cara untuk meneliti apakah
fakta itu benar-benar asli dan dapat dipercaya ataukah tidak. Cara-cara
meneliti data itulah yang dimaksud dengan kritik historis.
Kritik yaitu kegiatan untuk menyelidiki apakah sumber-sumber
sejarah itu sejati atau otentik dan dapat dipercaya atau tidak. Pada tahap ini
kritik sumber dilakukan dengan dua cara yaitu kritik ekstern dan kritik intern.
keabsahan tentang keaslian sumber (otentisitas) sedangkan kritik intern
. (hlm. 108).
Kritik ekstern adalah kritik terhadap autentisitas sumber, apakah
sumber yang dikehendaki asli atau tidak, utuh atau turunan (salinan). Kritik
ekstern dilakukan terhadap sumber yang diperoleh berdasarkan bentuk fisik
atau luarnya berupa bahan (kertas atau tinta) yang digunakan dan segi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
penampilan yang lain. Kritik ekstern dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara melihat kapan sumber itu dibuat, di mana sumber itu dibuat, siapa
pengarangnya dan bagaimana latar belakang pendidikan pengarang. Sebagai
contoh kritik ekstern terhadap buku Riza Sihbudi berjudul Bara Timur
2003 Sejarah Kebudayaan Islam Di
Turki Political Parties and Democracy in 1991 dan Metin
Heper and Jacob M. Landau sebagai editor karangan ini, menjelaskan
mengenai perkembangan politik, partai dan demokrasi di Turki, karya Lord
Ataturk: A Biography of Mustafa Kemal, father of Modern
Turkey ng dieditori oleh Barry Rubbin and Kemal Kirisci, 2002
Turkey in World Politics An Emerging Multiregional Power serta karya
Toprak Binnaz, 1999 tentang .
Kritik intern dilakukan dengan membandingkan antara isi sumber
yang satu dengan isi sumber yang lain sehingga data yang diperoleh dapat
dipercaya dan dapat memberikan sumber yang dibutuhkan. Hal tersebut
dilaksanakan agar dapat mengetahui bagaimana isi sumber sejarah dan
relevansinya dengan masalah yang dikaji. Kritik intern sumber data tertulis
dalam penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi gaya, tata bahasa, dan
ide yang digunakan penulis, sumber data, dan permasalahannya kemudian
dibandingkan dengan sumber data lainnya. Kritik ini bertujuan untuk menguji
apakah isi, fakta dan cerita dari suatu sumber sejarah dapat dipercaya dan
dapat memberikan informasi yang diperlukan. Misalnya dengan membaca
buku Riza Sihbudi berjudul 1993 yang mengupas
mengenai peristiwa-peristiwa di Timur Tengah termasuk didalamnya
pemberontakan Suku Kurdi dan membandingkannya dengan karya Zurcher,
2003 yang mengupas mengenai
kondisi pemerintahan di Turki sejak masa Kekhalifaan hingga masa modern
Turki yang berada dibawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha Attaturk, karya
Sejarah Kebudayaan Islam Di Turki
mengupas mengenai sejarah Kebudayaan Islam di Turki dan peradaban Islam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Di Turki, serta karya Toprak Binnaz, 1999 tentang tical
yang mengupas mengenai islam dan dunia politik
Political Parties and Democracy in
1991 dan Metin Heper and Jacob M. Landau sebagai editor karangan
ini, menjelaskan mengenai perkembangan politik, partai dan demokrasi di
Ataturk: A Biography of Mustafa Kemal,
father of Modern Turkey
Attaturk dan kesuksesannya dalam mencitakan Negara Turki Modern dan
kebijakan-kebijakan yang diambil untuk mengatasi gerakan separatisme Kurdi
di Turki, Dengan demikian kritik intern dapat dilakukan untuk melihat
seberapa relevan tulisan-tulisan tokoh tersebut mendukung karya peneliti.
3. Interpretasi
Menurut Nugroho Notosusanto (1978), interpretasi adalah suatu
usaha menafsirkan dan menetapkan makna serta hubungan dari fakta-fakta
yang ada, kemudian dilakukan perbandingan antara fakta yang satu dengan
fakta yang lain, sehingga terbentuk rangkaian yang selaras dan logis
40). Menurut Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (2011)
bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari
sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta
itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh, sehingga dapat dikatakan
sebagai suatu bentuk analisa. (hlm. 114).
Kegiatan menyeleksi dan menafsirkan tulisan buku dalam
penelitian ini dilakukan dengan penentuan periodisasi, merangkaikan data
secara berkesinambungan, misalnya dengan merangkaikan periode sejarah dan
menghubungkan sumber data sejarah yang ada pada tulisan Zurcher, Erik J.
berjudul 2003. Karya Kirdi Dipoyudo, yang
karya Syafiq A. Mughni,
Sejarah Kebudayaan Islam Di Turki karya Toprak Binnaz,
1999 tentang Political
1991 dan Metin Heper and Jacob M.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Ataturk: A
Biography of Mustafa Kemal, father of Modern Turkey
Turkey in World
Politics An Emerging Multiregional Power -artikel dalam Koran
terbitan Kompas, 17 Juli 2005, Kompas, 11 November 2007 sehingga, menjadi
kesatuan yang harmonis dan masuk akal melalui interpretasi. Dalam kegiatan
interpretasi ini penelitian yang dilakukan berusaha bersikap obyektif yang
disebabkan keanekaragaman data yang diperoleh.
Data-data yang didapat dari berbagai sumber sejarah kemudian
ditafsirkan, diberi makna dan ditemukan arti yang sebenarnya, sehingga dapat
dipahami makna sesuai dengan pemikiran yang relevan, logis dan berdasarkan
obyek penelitian yang dikaji. Dari kegiatan kritik sumber dan interpretasi
tersebut dihasilkan fakta sejarah.
4. Historiografi
Historiografi adalah kegiatan menyusun fakta sejarah menjadi
suatu kisah. Peristiwa sejarah yang dikisahkan melalui historiografi akan
sangat dipengaruhi oleh subyektifitas penulis dalam merekonstruksinya.
menyampaikan hasil sintesa fakta-fakta yang diperolehdalam bentuk kisah
menggunakan keterampilan teknis, penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-
catatan tetapi penulis juga dituntut untuk menggunakan pikiran kritis dan
analisis. Interpretasi yang dilakukan terhadap fakta sejarah dapat
menghasilkan suatu cerita atau kisah sejarah dan serangkaian kisah tersebut
disajikan dalam suatu penulisan atau historiografi.
Historiografi merupakan langkah terakhir dari metode sejarah
untuk merangkai fakta-fakta sejarah dengan bahasa yang lugas, ilmiah
sehingga menjadi suatu cerita sejarah yang tersusun dalam karya ilmiah
berupa skripsi yang berjudul Upaya Pemerintah Turki Dalam Mengatasi
Gerakan Separatisme Suku Kurdi Tahun 1984-2006 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Negara Turki
Maftuhin (2007), mendefinisikan negara Turki adalah negara di antara
dua benua. Dengan luas wilayah sekitar 814.578 kilometer persegi, 97% (790.200
km persegi) wilayahnya terletak di benua Asia dan sisanya sekitar 3% (24.378 km
persegi) terletak di benua Eropa. Posisi geografi yang strategis itu menjadikan
Turki jembatan antara Timur dan Barat. Bangsa Turki diperkirakan berasal dari
Asia Tengah. Secara historis, bangsa Turki mewarisi peradaban Romawi di
Anatolia, peradaban Islam, Arab dan Persia sebagai warisan dari Imperium
Usmani dan pengaruh negara-negara Barat Modern. Hingga saat ini bangunan-
bangunan bersejarah masa Bizantium masih banyak ditemukan di Istanbul dan
kota-kota lainnya di Turki.
Turki terletak di sebelah Tenggara Eropa dan Asia Barat Daya
(wilayah Bosporus yang secara geografis merupakan bagian dari Eropa),
berbatasan dengan laut hitam, diantara Bulgaria dan Georgia dengan laut Aegean
dan Laut Tengah, antara Yunani dan Suriah. Secara geografis Turki terletak pada
koordinat 39 00 di Utara dan 35 00 Timur. Total wilayahnya adalah 780. 580 km2
dengan wilayah daratan sebanyak 770.760 km2 dan wilayah perairan 9. 820 km2.
Perbatasan darat Turki sepanjang 2.648 km, dimana 268 km berbatasan dengan
Armenia, 9 km dengan Azerbaijan, 240 km dengan Bulgaria, 252 dengan Georgia,
206 km dengan Yunani, 499 km dengan Iran, 352 km dengan Irak, 822 km
dengan Suriah.
Turki merupakan sebuah Negara Republik Turki dan ibu kotanya
berada di Ankara. Hingga tahun 2011 kepala negara Turki adalah Presiden
Abdullah Gul, sedangkan perdana menteri Recep Tayyip Erdogan dan menganut
sistem pemerintahan parlementer. Turki memilki jumalah penduduk sekitar
72.561.312 jiwa pada tahun 2011. Mata uang Republik Turki adalah Turki Lira,
dan lagu kebangsaan Turki adalah Istiklal Marsi. Bahasa kebangsaan Republik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Turki disebut Turkiye Cumhuriyeti adalah sebuah negara besar di kawasan
Eurasia. Wilayahnya terbentang dari Semenanjung Anatolia di Asia Barat Daya
sampai daerah Balkan di Eropa Tenggara.
Turki berbatasan dengan Laut Hitam di sebelah utara; Bulgaria di
sebelah barat laut; Yunani dan Laut Aegea di sebelah barat; Georgia di timur laut;
Armenia, Azerbaijan, dan Iran di sebelah timur; dan Irak dan Suriah di tenggara;
dan Laut Mediterania di sebelah selatan. Laut Marmara yang merupakan bagian
dari Turki digunakan untuk menandai batas wilayah Eropa dan Asia, sehingga
Turki dikenal sebagai negara transcontinental.
Wilayah Turki dibagi ke dalam 81 provinsi untuk tujuan administrasi.
Provinsi tersebut dikelompokkan lagi ke dalam 7 wilayah untuk tujuan
kepentingan sensus. Ke-tujuh wilayah itu adalah Marmara, Ege, Karadeniz, Ic
Anadolu, Dogu Anadolu, Akdeniz, dan Guneydogu Anadolu. Provinsi-provinsi
dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Istanbul (13 juta jiwa), Ankara (5 juta
jiwa), Izmir (4 juta jiwa), Bursa (3 juta jiwa), dan Adana (2 juta jiwa). Republik
Turki adalah sebuah negara dengan empat musim diantaranya adalah musim
panas (Summer/Yaz) Juni-Agustus, musim gugur (Autumn/Sonbahar) September-
November, musim dingin ( ) Desember-Februari, musim semi (Spring/
) Maret-Mei (PPI TURKI, 2012, hal: 6).
Mata uang
uangnya dengan 1 Lira sama
pecahan 5 TL, 10 TL, 20 TL, 50 TL, 100 TL, dan 200 TL. Sedangkan mata uang
Mata uang
Lira merupakan satu-satunya alat tukar yang legal di Turki. Walaupun demikian,
di beberapa tempat wisata atau tempat tertentu mata uang asing seperti USD dan
Euro dapat dipergunakan (PPI TURKI, 2012).
Turki merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam. Diperkirakan jumlah penduduk yang beragama Islam mencapai 96%.
Walaupun demikian, pengaruh sekularisme (faham yang memisahkan agama dari
kehidupan bernegara) masih bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi
secara perlahan pengaruh itu mulai memudar seiring dengan tumbuhnya berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
macam kelompok masyarakat yang menginginkan kebebasan dalam menjalankan
keyakinannya. Anggapan masyarakat Indonesia, bahwa pelajar berkerudung atau
berjilbab tidak bisa melanjutkan pendidikan di universitas di Turki adalah
anggapan yang salah (PPI TURKI, 2012).
Pada tahun 2008, pemerintah Turki telah mencabut larangan tersebut.
Oleh karena itu, saat ini banyak pihak universitas yang mulai memperbolehkan
pelajar yang berkerudung atau berjilbab masuk ke dalam kelas-kelas. Akan tetapi,
ada sebagian kecil yang masih mempertahankan ideologi sekulernya. Di tengah
kehidupan yang sekulernya, jumlah masjid di Turki terbilang sangat banyak dan
memiliki arsitektur yang elegan dan indah. Hampir di setiap kompleks apartemen
terdapat masjid (Camii). Setiap camii dikelola oleh seorang imam yang juga
sebagai pegawai dari Departemen Urusan Agama (Diyanet Isleri Bakanligi) dan
mereka mendapat gaji tiap bulannya. Adzan untuk shalat lima waktu terdengar
menggema ke seluruh penjuru Turki.
Pengaruh dari sejarah peradaban Islam pada masa Kekhalifahan
Usman terlihat masih membekas pada kehidupan beragama penduduk Turki di
masa kini. Hubungan sosial antar umat beragama berjalan dengan harmonis penuh
dengan toleransi. Tidak ada permusuhan atau pertikaian antar penganut agama
atau sesama penganut seagama. Dengan semangat toleransi itulah para penganut
agama yang lain seperti Kristen, Yahudi, Hindu, Atheis, dan lain-lain merasakan
nyaman tinggal di Turki. Semua pihak saling bekerja sama membangun negara
yang mereka cintai (PPI TURKI, 2012).
Turki merupakan salah satu negara dengan peran dan posisi strategis di
dunia. Perekonomian Turki tumbuh sangat pesat, bahkan menempati peringkat
kedua di bawah Cina yang mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi 8% per tahun.
Pendapatan ekonomi diperoleh dari sektor pariwisata dan industri. Kemajuan
perekonomian yang pesat tersebut didukung juga dengan kualitas sumber daya
manusia yang memadai. Terdapat beberapa universitas - universitas unggulan
yang diakui di dunia. Sebagian besar universitas di Turki telah diakui oleh Uni
Eropa (PPI TURKI, 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Turki merupakan salah satu negara yang memiliki populasi Muslim
terbesar di Kawasan Eurasia dan memiliki sejarah panjang dalam
penyelenggaraan pemerintahan, khususnya pemerintahan Islam. Sekitar
pertengahan abad ke-13, Turki masih berupa kabilah kecil yang dipimpin oleh
Erthogul. Sampai kemudian, seiring jatuhnya Kesultanan Seljuk oleh Mongol,
kabilah kecil itu dapat memanfaatkan peluang untuk menggantikan posisi khalifah
dibawah Kesultanan Usmaniyah.
Selanjutnya, kabilah kecil yang sudah menjadi khalifah itu terus
menerus memperoleh kemenangan dan memperluas wilayahnya. Kekuasaan
khalifah Usmaniyah yang berpusat di Istambul menyebar hingga ke kawasan
Balkan, Hongaria, Austria, Ceko, Slovakia dan beberapa negara di kawasan bekas
Uni Soviet. Beberapa negara Islam seperti Mesir, Suriah, Irak, Palestina, Jordania,
Mekkah, Madinah dan seterusnya juga berada di bawah naungannya. Sampai
periode abad ke-18, kejayaan kekhalifahan itu berangsur-angsur memudar.
Kejatuhan khalifah Islam itu sendiri tidak lepas dari usaha konspirasi Barat atau
Eropa.
Berbagai cara dilakukan oleh Barat untuk menghancurkan
kekhalifahan, termasuk salah satunya adalah kehadiran Mustafa Kemal Ataturk,
agen Inggris keturunan Yahudi Dunamah dari Salonika sebagai pahlawan Turki.
Pada tanggal 29 November 1923, Mustafa Kemal Ataturk dipilih menjadi
Presiden Pertama Turki. Dan menjadikan Turki sebagai Republik Turki modern
dengan sistem sekuler dan paham demokrasi (Lord Kinross, 1978).
Turki merupakan Negara Republik, yang pada konvensinya dikenal
dengan Republik Turki yang dalam bahasa Turki dikenal dengan Turkiye
Cumhuriyeti. Tipe pemerintahannya adalah demokrasi parlementer yaitu sebuah
Republik Konstitusional yang demokratis, sekular, dan bersatu. Sistem politiknya
didirikan pada tahun 1923 di bawah pimpinan Mustafa Kemal Atatürk setelah
kejatuhan Khilafah Ottoman, akibat Perang Dunia I. Sejak itu, Turki telah
berangsur-angsur bergabung dengan Barat, sementara di saat yang sama menjalin
hubungan dengan dunia Timur. Negara ini merupakan salah satu anggota pendiri
Persatuan Bangsa-bangsa, Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan OSCE, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
negara anggota Dewan Eropa sejak tahun 1949, dan NATO sejak tahun 1952.
Sejak tahun 2005, Turki adalah satu-satunya Negara Islam pertama yang
berunding menyertai Uni Eropa, merupakan anggota koalisi sejak tahun 1963.
Turki juga merupakan anggota negara industri G20 yang mempertemukan 20
buah ekonomi yang terbesar di dunia.
Pasca diproklamasikannya Republik Turki modern, terjadi perubahan
yang signifikan terhadap berbagai kebijakan politik. Nilai-nilai religius
ditanggalkan dan diganti dengan nilai-nilai yang lebih berorientasi sekuler (Barat).
Tujuan utama dari pembaharuan Turki adalah memisahkan Turki dari budaya dan
tradisi kuno Arab Asia serta mengubahnya menjadi bangsa modern gaya Barat.
Langkah tersebut dilakukan demi memperlancar upaya integrasi Turki dalam
organisasi Negara Barat dan yang menjadi prioritas utama yaitu keanggotaan
Turki dalam Uni Eropa (ANKARA, 2011).
Setelah Mustafa Kemal berkuasa, pemerintahan Turki dilanjutkan oleh
suatu pemerintahan partai tunggal di bawah Partai Rakyat Republik atau
dilibatkan secara formal, militer memainkan perannya untuk mempengaruhi
kebijakan-kebijakan sekularisme radikal untuk merealisasikan ide-ide kemalisme
tradisi islam warisan kesultanan Ustmani di tekan dengan dalih untuk
mempercepat proses modernisasi. Tindakan pemerintah itu bahkan telah
menyentuh sisi religius dari masyarakat Islam. Hal itu terlihat misalnya dalam
upaya pemerintah untuk menganti bahasa Arab dalam praktek-praktek ibadah
umat islam dengan bahasa Turki (Mukti Ali, 1994).
Mustafa Kemal Ataturk menerapkan kebijakan-kebijakan yang
condong ke arah sekuler dan sangat terpengaruh oleh kebudayaan Barat. Ataturk
menginginkan Turki menjadi negara yang maju dan layak masuk sebagai anggota
Uni-Eropa. Pada masa pemerintahan Ataturk sistem kekhalifahan dihapuskan,
banyak perubahan yang terjadi dalam pemerintahan Turki. Turki menjadi sebuah
negara Republik dengan sistem pemerintahan parlementer. Pada masa
kekhalifahan Turki menerapkan nilai-nilai utama agama dalam pemerintahan dan
hukum, pasca Ataturk menjadi presiden pertama Turki agama tidak menjadi dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dalam pemerintahan, agama dipisahkan dalam sistem pemerintahan dan sekuler
menjadi kiblat modernisasi Turki. Tahun 1923 Turki melakukan perombakan
pemerintahan secara besar-besaran untuk mewujudkan kebudayaan Turki yang
baru.
B. Latar Belakang Gerakan Separatisme Suku Kurdi Di Negara Turki
Sejak Tahun 1984
Sejarah Suku Kurdi berasal dari rumpun bangsa Indo-Eropa yang
dikenal sebagai sulu yang mendiami daerah pegunungan Turki, Irak, Iran, dan
Suriah sejak 8000 tahun yang lalu. Menurut Profesor Mehrdad R Izady, seorang
pakar Kurdi di Universitas Harvard, sejarah suku Kurdi dibagi menjadi empat
periode. Periode pertama (6000 SM sampai 5400 SM) disebut periode Halaf. Ini
berdasarkan bukti-bukti arkeologi, seperti bentuk dan lukisan pada pot-pot kuno
yang ditemukan di gunung Tell Halaf yang terletak di sebelah barat Qamishli
(Suriah) (Chaidarabdullah, 2008).
Periode kedua (5300 SM 4300 SM) disebut peride al-Ubaid, nama
sebuah gunung di utara Irak Utara tempat ditemukannya banyak peninggalan
Mesopatamia dan meneruskan suku Chaldean atau Khaldi.
Periode ketiga disebut zaman Hurri, dengan pusat kehidupan pindah
kekawasan pegunungan Zogros-Taurus-Pontun dengan beberapa kerajaan kecil,
dan Mittani (Sindi) datang dan menetap di Kurdistan. Tahun 1200 SM bangsa
Arya (Indo-Eropa) melakukan invasi besar-besaran termasuk ke Kurdistan,
sehingga pada tahun 727 SM kerajaan Hurri berakhir. Selanjutnya muncul
kerajaan Medes dengan Ibu kota di Ecbatana (sekarang Hamadan Iran) yang
bertahan hingga tahun 549 SM. Kaun Medes inilah yang diakui oleh orang-orang
Kurdi sekarang ini sebagai nenek moyang mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Periode keempat disebut periode Simitik dan Turkik, menyusul
interaksi orang-orang Medes dengan orang-orang Yahudi, Nasrani dan Islam
(Arab) serta asimilasi orang mereka dengan bangsa Turki. Terbukti dengan
adanya nama-nama kabilah seperti Karachul, Oghaz, Devalu, Karaqich, Iva dan
sebagainya.
M. Riza Sihbudi (1991), menjelaskan bahwa suku Kurdi sejak dulu
kala dikenal sebagai suku yang semi-nomaden. Mereka tersebar diberbagai
wilayah (ada yang memperkirakan seluas 640.000 km persegi), dari barat laut Iran
sampai timur laut Irak, Armenia, Turki, dan timur laut Suriah. Sebagian besar
bangsa Kurdi adalah pemeluk Islam Sunni, mereka tinggal di daerah-daerah rural,
dan umumnya melakukan usaha pertanian, atau menggembalakan domba. (hlm.
136).
Jumlah suku Kurdi secara keseluruhan diperkirakan sekitar lebih dari
20 juta orang Kurdi yang terpaksa tinggal di beberapa Negara berbeda. Di Turki
terdapat sekitar 10 juta orang Kurdi, di Iran 6 juta orang Kurdi, di Irak tredapat
lebih dari 5 juta orang Kurdi, dan di Suriah 1 juta lebih. Komunitas-komunitas
yang lebih kecil ada yang tinggal di republik-republik bekas Uni Soviet dan
Lebanon serta ada juga yang telah hijrah dan menetap di Eropa, Amerika dan
Australia (Chaidarabdullah, 2008).
Sebelum masuknya Islam, suku Kurdi menganut agama-agama Parsi
Kuno seperti Zoroaster, Mithraisme, Manischairisme, dan Mazdak. Beberapa kuil
penyembahan api peninggalan zaman tersebut juga masih terdapat sampai
sekarang, antara lain di Ganzak (Takab) dan Bijar. Mereka juga sempat
dipengaruhi oleh ajaran Yahudi dan Nasrani, tetapi hampir semua agama-agama
tersebut semuanya terkikis habis oleh datangnya Islam di abad ke-7 Masehi.
dan sebagian kecil menganut Islam Syiah, khususnya yang tinggal di Kirmansyah,
Kangawar, Hamadan, Qurva dan Bijar di selatan dan Timur Kurdistan (bagian
Iran), serta mereka yang tinggal di Malatya, Adiyaman, dan Maras di barat
Kurdistan (bagian Turki). Bangsa kurdi terkenal berani, kuat dan gigih serta
banyak berperan dalam menyebarkan dan membela Islam serta tidak sedikit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
tokoh-tokoh agama (Ulama), pemimpin dan pejuang Islam yang bersal dari suku
Kurdi seperti Shalahuddin al-Ayyubi, seorang panglima perang dan pahlawan
Islam dalam Perang Salib yang berhasil merebut kembali Baitul Maqdis dari
tangan orang-orang Kristen (Gagus, 2009).
Suku Kurdi merupakan suku nomaden yang mendiami sekitar
perbatasan Iran, Irak, Turki, Armenia hingga Suriah. Pada tahun 1988 mereka
didesak oleh Pemerintah Irak ke perbatasn Turki dan disambut baik oleh
pemerintah Turki. Lama-kelamaan, populasi Kurdi semakin meningkat dan
menimbulkan masalah di Turki. Sebaliknya suku Kurdi merasa pemerintah Turki
mengekang dan akhirnya sebagai protes dan bertujuan sebagai wadah untuk
menampung aspirasi Suku Kurdi, kemudian membentuk Partai Pekerja Kurdi
(Kompas, 25 Februari 2008).
Kurdi merupakan etnis yang relatif tua usianya, namun kesadaran
terhadap wilayah baru muncul belakangan, bahkan sangat terlambat. Entitas Kurdi
setidakanya telah dimuali sejak dua ribu tahun sebelum masehi. Suku Kurdi
mempunyai kesadaran etnis, tetapi tidak mempunyai kesadaran kewilayahannya,
sebagai konsekuensi kultur tradisioanal nomaden, yang hidup berpindah-pindah
dari Turki dan Iran ke lembah Mesopotamia sambil menggembala ternak dan
bertani. Pasca Perang Dingin I, ketika Negara-negara mulai menetapkan garis
perbatasan, barulah kesadaran wilayah kaum Kurdi muncul terutama karena
terdesak dan terpaksa meninggalkan pola hidup tradisionalnya serta mulai
menetap di berbagai pemukiman (Dark. Kinnane, 1964).
Suku Kurdi mencita-citakan Negara Kurdistan yang merdeka yang
sekuler dan demokratis. Suku Kurdi yang terbesar di Turki, Iran, Irak, dan Suriah
sebagai minoritas etnis sering diabaikan oleh pemerintah masing-masing Negara
tersebut, sehingga suku Kurdi ingin memisahkan diri dari Negara induk masing-
masing dan bercita-cita mendirikan Negara Kurdistan.
Perjanjian Sevres (Treaty of Sevres) tahun 1920 di Perancis oleh pihak
Sekutu sebagai pihak yang menang dalam Perang Dunia I dengan Dinasti
Ustmaniah Turki memberikan keuntungan bagi perjuangan Suku Kurdi. Dalam
perjanjian tersebut ditetapkan pembentukan wilayah Kurdistan merdeka yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
sebelumnya berada dibawah kekuasaan Dinasti Ustmaniah Turki, tetapi
kenyataanya keputusan tersebut tidak terealisasikan. Turki tidak mau menjalankan
ketentuan mengenai Suku Kurdi, bahkan Mutafa Kemal Attaturk memaksa sekutu
untuk membatalkan Perjanjian Sevres yang merugikan dan melemahkan Turki
kareana perbatasan timur Negara Turki memanjang hingga Sulaymaniah, Arbil,
Kirkuk, dan Mosul berada di utara wilayah Irak sekarang.selain itu Mustafa
Kemal Attaturk juga berpandangan bahwa rakyat Turki dan Kurdi merupakan
suatu kesatuan yang tidak terpisahkan karena memiliki latar belakang sejarah dan
agama yang sama (Mustofa A.Rahman, 2003).
Wilayah Kurdistan dibeberapa Negara menjadi kendala utama
terwujudnya Negara Kurdistan merdeka. Jika dipaksakan sangatlah sulit karena
suku Kurdi harus menghadapi empat Negara sekaligus yakni Turki, Iran, Irak dan
Suriah. Berdasarkan kenyataan tersebut, suku Kurdi tetap mencita-citakan
berdirinya sebuah Negara Kurdistan, untuk mendapatkan suatu wilayah yang
otonom sehingga suku Kurdi dapat mengatur diri dan mempertahankan identitas
serta system budaya mereka. Erik, J. Zurcher (2003), menjelaskan bahwa pada
tahun 1925 Nasionalisme Kurdi merupakan pendatang yang relatif baru diantara
ideologi-ideologi diwilayah Turki. Warga Kurdi yang selalu terbagi-bagin dalam
suku-suku dan sejak penumpasan emirat-emirat Kurdi di masa Pemerintahan
Sultan Mahmud II, mereka semakin terpecah-belah. Pada masa Sultan Abdul
Hamid memanfaatkan perpecahan antar warga Kurdi itu dengan memanfaatkan
ketrampilan perang mereka dalam Perang Dunia I (M. Riza Sihbudi, 1991).
Di Turki sendiri, sejarah perjalanan bangsa Kurdi juga tidak terlalu
menyenangkan. Pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Attaturk, telah menjadikan
etnis-etnis tertentu di wilayah bekas Kekaisaran Ottoman itu menjadi tumbal bagi
kemerdekaan Turki dari jajahan Inggris yang salah satunya adalah etnis Kurdi,
dimana tenaga mereka digunakan dalam Perang Dunia I (PD I) dan setelah
menang maka Kurdi akan diberi hadiah otonom tetapi setelah kemenangan diraih
wilayah etnis Kurdi dipecah menjadi beberapa bagian yang diantaranya terbagi
kedalam empat Negara yaitu Turki, Iran, Irak dan Suriah. Sikap Turki terhadap
suku Kurdi dari sebelum dan sesudah PD I masih sama, yaitu hanya diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
janji akan diberi daerah otonom sebagai imbalan tenaganya dalam memperoleh
Kemerdekaan Turki dari jajahan Inggris. Pacsa PD I janji Turki tersebut tidak
pernah terealisasi hingga saat ini. Konferensi Lausane yang ditandatangani oleh
Attaturk dan Menlu Inggris Lord Curzon pada 24 Juli 1923 menegaskan bahwa
segala konstitusi Islami harus dihapuskan jikalau Turki ingin merdeka. Attaturk
kemudian setuju untuk menganut republik sekuler, dan menghapus pemerintahan
kekhilafahan sebelumnya (Mustofa A.Rahman, 2003).
Pemberontakan etnis Kurdi pertama kali muncul pada Februari 1925
dipimpin oleh Syeikh Said, namun pemberontakan ini tidak bertahan lama karena
rezim Mustafa Kemal Attaturk pada saat itu cukup sigap dengan segera
mengerahkan angkatan bersenjatanya untuk menumpas pemberontakan tersebut.
Pada tahun 1929 pemberontakan kembali terjadi namun dengan tingkat kekerasan
yang lebih kecil dibandingkan sebelumnya sehingga dengan mudah dapat segera
ditangani oleh pemerintah Turki. Pasca pemberontakan kedua ini, sejumlah
pimpinan Kurdi yang tertangkap diasingkan ke daerah-daerah pedalaman di
wilayah timur. Pengawasan secara ketat segera dilakukan atas daerah tersebut, dan
kawasan tersebut kemudian dinyatakan tertutup bagi pengunujng asing. Isolasi ini
bertujuan untuk mencegah timbulnya kembali pemberontakan etnis Kurdi yang
mengancam proyek modernisasi dan sekulerisasi Attaturk atas Turki (George,
Lenezowski, 1992).
Pada masa yang sama, Turki mengadopsi sistem numerasi
internasional dan alfabet Latin. Berikutnya Turki mengadopsi kode komersial
baru (1929), hak voting dan elektoral bagi perempuan dalam pemilu lokal (1930)
dan kemudian dalam pemilu parlemen (1934), melarang pemakaian kostum-
kostum keagamaan di luar tempat ibadah (1934), mengadopsi nama akhir (1935),
dan masih banyak lagi. Akibatnya, segala bentuk pengungkapan diri bagi kaum
Kurdi (juga kelompok-kelompok minoritas lain di Turki) yang menunjukkan
identitas etnik yang unik direpresi secara semena-mena. Kurdi tidak punya hak
berpolitik (untuk beberapa lama), tidak punya akses pendidikan, dan informasi.
(Erik, J. Zurcher, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Pasca Revolusi Konstitusional tahun 1908, para anggota elite Kurdi di
Ibu Kota mendirikan Kurt Teavun ve Terakki Cemiyeti (Perhimpunan bagi
Dukungan dan Kemajuan rakyat Kurdi), dimana Said Nursi, seorang reformis,
religious, adalah salah satu anggotanya. Namun perhimpunan ini memiliki tujuan-
tujuan sosial dan bukan politik, dan dia tetap terasing dari massa penduduk di
Tenggara. Pada tahun 1912 sejumlah mahasiswa Kurdi di Istanbul membentuk
Hevi (Harapan), sebuah perkumpulan dengan tendensi yang lebih nasionalis. Pada
masa perang kemerdekaan terdapat sebuah gerakan perlawanan rakyat Kurdi yang
menentang kaum nasionalis di Dersim (sekarang menjadi Tunceli), yang dipimpin
oleh kepala suku yang menuntut otonomi, namun dapat ditumpas dengan mudah.
Pada umumnya rakyat Kurdi mendukung perlawanan itu, meskipun ada upaya-
upaya para agen Inggris untuk mempengaruhi mereka dan meskipun terdapat
fakta bahwa mereka diberi otonomi dibawah Perjanjian Sevres. Terdapat para
wakil Kurdi di Urzurum dan di Sivas serta bahkan di Komite Representatif kaum
nasionalis (Erik, J. Zurcher, 2003: 219-220).
Batas-batas Negara baru Republik yang secara kebetulan berada
disebelah Tenggara melintas padang rumput milik suku-suku Kurdi, sekitar 20
persen penduduknya adalah asli orang Kurdi, namun mereka tidak disebut dalam
perjanjian damai di Lausanne dan janji-janji otonomi yang dibuat oleh para
pemimpin nasionalis, termasuk Mustafa Kemal Pasha sendiri, dimasa perjuangan
kemerdekan ternyata dilupakan oleh pemerintah Turki. Hal ini sangat
mengecewakan para nasionalis Kurdi. Pada tahun 1923, para mantan Perwira
Milisia Kurdi membentuk perhimpunan Azadi (Kebebasan), yang
menyelenggarakan Kongres pertamanya di tahun 1924. Didalam kongres tersebut,
salah seorang yang penampilannya memikat perhatian adalah Sheikh Said dari
Palu, sangat berpengaruh di kalangan suku-suku Zaza. Dia adalah seorang
pemuka agama, memiliki pengaruh politik yang sangat besar di Kurdistan.
Hubungan antara rakyat Kurdi dan pemerintah Republik yang
didominasi oleh orang Turki memburuk pada tahun 1924. Penghapusan
Kekhalifahan menghapuskan symbol religious penting yang menyatukan dua
komunitas tersebut. Pada waktu yang sama republik nasionalis, dalam usahanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
merekonstruksi kesadaran nasional yang baru mengembangkan kebijakan represif
terhadap terhadap identitas kurdi tersebut, kebijakan tersebut antara lain adalah
pemakaian dan pengajaran bahasa Kurdi secara umum dilarang, para pemilik
tanah dan para kepala suku Kurdi yang berpengaruh dipaksa bermukim di bagian
barat negeri itu (Erik, J. Zurcher, 2003).
Tanda pertama perlawanan dari suku Kurdi terhadap kebijakan-
kebijakan tersebut adalah sebuah pemberontakan abortif yang dilancarkan oleh
garnisium di Beytussebap di sebelah tenggara pada bulan Agustus 1924.
Pemberontakan besar juga dirancang oleh Azadi dan Sheikh Said untuk
dilancarkan bulan Mei 1925. Peristiwa ini ternyata meletus lebih cepat dari
perkiraan dan para pemberontak Kurdi kini secara cepat dapat didesak kembali ke
pegunungan. Penagkapan Sheikh Said pada tanggal 27 April betul-betul menandai
berakhirnya pemberontakan tersebut. Sekalipun kelompok-kelompok kecil
gerilyawan masih melanjutkan perang gerilya disepanjang musim panas.
Pada tahun 1926, pemberontakan Kurdi kembali meletus di Lereng
Gunung Ararat, yang memakan waktu empat tahun dan dapat dipandang sebagai
kelanjutan langsung dari pemberontakan Sheikh Said, namun pemberontakan ini
tidak begitu meluas. Pasca pemberontakan itu pemerintah melalui para pejabat
militer dan pengadilan-pengadilan kemerdekaan memperlakukan orang-orang
Kurdi secara sangat kejam. Banyak dari para pemimpin mereka yang dihukum
mati dan sejumlah besar orang Kurdi, yang berjumlah lebih dari 20.000 orang,
dideportasi dari tenggara dan dipaksa untuk tinggal dibagian barat egara Turki.
Sejak saat itu, eksistensi identitas Kurdi yang tersendiri secara resmi ditolak.
Undang-undang Pemeliharaan Ketertiban bukan hanya digunakan untuk
menumpas rakyat Kurdi. Delapan dari beberapa surat kabar dan terbitan berkala
yang trepenting (konservatif, liberal, bahkan Marxis) di Istanbul ditutup,
sebagaimana halnya surat kabar di profinsi, dengan demikian hanya tersisa
organisasi milik pemerintah Turki saja yaitu Hakimiyet-I Milliye (Kedutaan
Nasional) di Ankara dan Cumhuriyet di Istanbul sebagai satu-satunya surat kabar
nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Pada awal periode Republik Turki tahun 1926, di bawah pemerintahan
Mustafa Kemal Attaturk, penggunaan bahasa Kurdi dilarang di depan publik.
Pemerintah Turki melarang penyampaian pendidikan dan penyebaran informasi
baik dalam bentuk media cetak maupun media elektronik dalam bahasa Kurdi.
Tujuan pelarangan bahasa Kurdi ini adalah untuk menasionalisasikan suku Kurdi
menjadi warga Negara atau bangsa Turki tanpa ada unsur-unsur etnis yang
melekat pada setiap suku di Turki.
Pelarangan memakai bahasa Kurdi ini sejak dideklarasikannya
Republik Turki pada tahun 1924 istilah kewarganegaran harus disesuaikan dengan
istilah ke-Turki-an, etnis Kurdi dan etnis lainnya yang dapat dikatakan sebagai
warga Negara Turki apabila mereka menggalkan identitas keetnisannya.
Penekanan dan pengekangan terhadap identitas Kurdi inilah yang mengakibatkan
munculnya konflik antara pemerintah dan etnis Kurdi. Dalam konteks ini PKK
(Kurdistan Worker Party) untuk memperjuangkan apa yang menjadi hak-hak etnis
Kurdi, dibawah pimpinan Abdullah Ocalan memotori aksi separatisme di wilayah
Turki Tenggara. Pada awalnya organisasi ini berjalan secara rahasia, namun
kemudian tumbuh dan berkembang pesat dan berhasil menarik perhatian di
kancan internasional dan akhirnya menjadi sebuah identitas baru bagi etnis Kurdi
(Ully Nuzulian, 2009).
Masalah politik yang semakin banyak mendominasi agenda Turki
selama bertahun-tahun adalah masalah megenai hak-hak warga Kurdi. Setelah
kudeta bulan September 1980, penindasan atas ekspresi identitas Kurdi
diintensifkan. Bahkan pemakaian bahasa Kurdi dalam percakapan pribadi secara
resmi dilarang. Rakyat secara konstan dituduh melakukan propaganda separatisme
oleh Ibrahim Tatlises seorang penyanyi pop yang hendak menyanyikan lagu
rakyat dengan bahasa ibunya, yaitu bahasa Kurdi. Meskipun langkah-langkah
keras terus dilakukan oleh rezim militer Turki, kepemimpinan gerakan Kurdi yang
paling radikal, Partiya Karkeren Kurdistan ( Partai Pekerja Kurdi, yang lebih
dikenal dengan PKK), yang didirikan pada bulan November 1978 oleh Abdullah
Ocalan tetap mampu mengahadapi Negara. PKK juga bukan merupakan
organisasi politik Kurdi yang pertama muncul pada tahun 1970-an. Samapi tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
1980 organisasi-organisasi lainnya bahkan lebih penting dan secara ideologis
lebih canggih. Namun PKK satu-satunya partai yang secara sadar ditujukan
kepada kaum miskin dan warga desa yang tidak berpendidikan dan para pemuda
di kota yang merasa telah lepas dari masyarakat mereka melalui program
sederhana dan penekanan yang kuat pada aksi bersenjata. Para gerilyawan PKK
menjelaskan bahwa aksi menahan serangan dari penjaga desa (village guard)
ciptaan pemerintah Turki. Ribuan penduduk sipil menjadi korban dalam
menyebabkan pemerintah dan pasukan militer Turki frustasi. Intimidasi menjadi
motif utama dari aktivitas PKK tersebut (Erik, J. Zurcher, 2003).
September 1980, Ocalan yang tinggal di Damaskus dan dengan
bantuan dari pemerintah Syria mendirikan kamp-kamp pelatihan di lembah
Di bulan Juli 1981 kongres pertama PKK diselenggarakan di tapal batas Syria dan
Lebanon. Sejak 1982 perang Irak-Iran memberikan peluang bagi organisasi-
organisasi Kurdi di Irak Utara, Partai Demokrat Kudistan (PDK) pimpinan
Mahmud Barzani dan Persatuan Patriorik Kurdistan (PPK) pimpinan Jalal
Talabani mengijinkan para pengikut Ocalan untuk beroperasi dari bagian tapal
batas Irak-Turki yang dikuasai oleh PDK. Hal ini memberikan PKK dua rute
Infiltrasi ke Turki yaitu secara langsung dari Syria dan melalui Kurdistan wilayah
Irak (Erik, J. Zurcher, 2003).
PKK juga bukan merupakan organisasi politik Kurdi yang pertama
muncul pada tahun 1970-an. Sampai tahun 1980 organisasi-organisasi lainnya
bahkan lebih penting dan secara ideologis lebih canggih. Namun PKK satu-
satunya partai yang secara sadar ditujukan kepada kaum miskin dan warga desa
yang tidak berpendidikan dan para pemuda di kota yang merasa telah lepas dari
masyarakat mereka melalui program sederhana dan penekanan yang kuat pada
aksi bersenjata. Para gerilyawan PKK menjelaskan bahwa aksi menahan serangan
dari penjaga desa (village guard) ciptaan pemerintah Turki. Ribuan penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Intimidasi menjadi motif utama dari aktivitas PKK tersebut (Erik, J. Zurcher,
2003).
Tahun 1984, PKK mengubah dirinya menjadi sebuah organisasi
paramiliter, yang berbasis diwilayah Iran, Irak, dan Syria. Pada tahun yang sama,
serangan konvensional pertama segera dilancarkan terhadap target-target milik
pemerintah di Provinsi Anatolia, wilayah tenggara Turki. Jika sebelumnya
serangan-serangan terhadap kepentingan pemerintah pusat dilakukan secara
sporadik dan tak terorganisir dengan baik, maka pada periode ini perlawanan
bersenjata PKK dilangsungkan secara pasif, kontinyu, dan terorganisir. Pada
periode ini, PKK juga melancarkan serangan-serangan terhadap target-target
pemerintah Ankara yang berada di Negara-negara Timur Tengah dan Eropa
(http://www.globalsecurity.org).
Permasalahan politik yang semakin banyak mendominasi agenda Turki
adalah masalah megenai hak-hak warga Kurdi. Setelah kudeta bulan September
1980, penindasan atas ekspresi identitas Kurdi diintensifkan. Rakyat Kurdi secara
konstan dituduh melakukan propaganda separatisme yang mengancam stabilitas
dan keamanan negara bentukan Ataturk yang baru ini. Meskipun langkah-langkah
keras terus dilakukan oleh rezim militer Turki, kepemimpinan gerakan Kurdi yang
paling radikal, Partiya Karkeran Kurdistan ( Partai Pekerja Kurdi, yang lebih
dikenal dengan PKK), yang didirikan pada bulan November 1978 oleh Abdullah
Ocalan tetap mampu mengahadapi Negara. PKK merupakan wadah bagi etnis
Kurdi untuk menyalurkan aspirasi serta sebagai perantara perjuangan mereka
dalam mewujudkan suatu wilayah Kurdistan yang otonom. Selain itu etnis Kurdi
juga menuntut hak-hak budaya mereka dikembalikan.
C. Gerakan Separatisme Suku Kurdi Di Negara Turki Tahun 1984-2007
Diantara sekian banyak partai atas nama Kurdi, Partai Pekerja Kurdi
(PKK) merupakan satu-satunya partai yang secara sadar ditujukan kepada kaum
miskin dan warga desa yang tidak berpendidikan dan para pemuda di kota yang
merasa telah lepas dari masyarakat mereka melalui program sederhana dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
penekanan yang kuat pada aksi bersenjata. Para gerilyawan PKK menjelaskan
bahwa aksi menahan serangan dari penjaga desa (village guard) ciptaan
pemerintah Turki. Ribuan penduduk sipil menjadi korban dalam kampanye ini
y
pemerintah dan pasukan militer Turki frustasi. Intimidasi menjadi motif utama
dari aktivitas PKK tersebut (Erik, J. Zurcher, 2003).
Pada tanggal 27 Oktober 1987, Abdullah Ocalan, seorang mahasiswa
Ilmu Politik di Universitas Ankara, bersama beberapa orang rekannya
memproklamirkan berdirinya Partiya Karkeran Kurdistan (Partai Pekerja
Kurdistan/PKK). Organisasi ini menganut ideologi Marxisme-Leninisme dan
nasionalisme Kurdi serta bercita-cita mendirikan Negara Kurdi di wilayah Turki
bagian Tenggara. Sejak saat itu PKK mulai melancarkan serangan-serangan
bersenjata terhadap target-target milik pemerintah Turki, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri, dengan terbentuknya PKK inilah, tuntutan kemerdekaan
etnis Kurdi terhadap pemerintah Turki semakin mengemuka dan menguat,
sehingga pada akhirnya mendorong tindakan yang kian represif dari pihak
pemerintah Turki terhadap etnis.
Abdullah Ocalan lahir pada 4 April 1949 dalam sebuah keluarga
sederhana di Amara, Sanliurfa, di Turki bagian tenggara. Desa ini tidak memiliki
sekolah, Ocalan mulai sekolah di sebuah desa terdekat yaitu Saylakkaya (Disebut
Cibin, sebelumnya desa Armenia). Setelah belajar di Sekolah kadaster, ia bekerja
sebagai pegawai administrasi selama satu tahun. Selanjutnya, Ocalan belajar di
Fakultas Hukum Istanbul dan membuat lulus di Fakultas Ilmu Politik dari Ankara.
Tahun 1970 di Turki terjadi gerakan rakyat dan kebijakan yang intens. Gerakan
mahasiswa menjadi aktif terutama di Ankara dan Istanbul. Pendukung pertama
dari ide-ide dari beberapa keagamaan umum Islam, Ocalan akhirnya menunjukkan
tertarik dengan perkembangan gerakan-gerakan revolusioner dan demokratis
mahasiswa selama studi di sekolah kadaster. Ocalan juga ikut serta dalam
demonstrasi protes mengenai pemerintahan (http://www.mfa.gov.tr).
Pada 1972, Ocalan ditangkap dan menjalani hukuman penjara enam
bulan. Selama periode penahanan, Ocalan melakukan penelitian yang luas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
membaca dan menganalisa banyak hal terutama politik Turki. Ini bulan penahanan
akan menjadi titik balik dalam pemikiran politiknya. Setelah dibebaskan, Ocalan
berpartisipasi dalam reunifikasi gerakan mahasiswa dan berperan. Dengan cepat
disorot sebagai pemimpin pemuda dan salah satu pendiri dari Liga Mahasiswa
Demokratik Ankara. Namun, pendapat berbeda dalam liga ketika membahas
diskusi tentang masalah Kurdi. Ocalan yakin bahwa kiri Turki tidak berkembang
sebagai solusi yang efektif untuk memecahkan masalah ini dan melakukan teoritis
dan ideologis. Ocalan menyimpulkan bahwa pertanyaan Kurdi membutuhkan
organisasi dan pertimbangan khusus untuk masalah ini. Ocalan membentuk
sekelompok mahasiswa yang mengambil inisiatif untuk membuat perspektif
perjuangan mereka. Ocalan berpendapat bahwa masalah kebebasan orang Kurdi
adalah penting dalam lingkungan di mana perencanaan untuk masa depan negara.
Dengan ini kelompok mahasiswa, memperluas kegiatannya di Ankara Turki
tenggara (http://www.mfa.gov.tr).
Aktivitas-aktivitas PKK tidak terkendali dalam menteror para penjaga
desa, merampas desa-desa, dan membantai penduduk sipil. Semua kegiatan
ekonomi politik, kemiliteran, organisasi-organisasi social dan budaya yang ada
menjadi medan perang. PKK juga telah berjanji akan melenyapkan parati-partai
politik, institusi-
represntatif dan legislative, dan semua kerjasama daerah dan badan-badan yang
bekerjasama dengan pemerintah pusat wilayah Kurdistan. PKK juga telah
membentuk aliansi dengan sejumlah kelompok gerilya sayap kiri yang ekstrim di
kota, yang meningkatkan kemampuannya untuk bergerak di kota-kota besar Turki
(Erik J. Zurcher, 2003).
Citra Abdullah Ocalan di Turki mengalami perubahan melalui
wawancaranya dengan harian Milliyet yang terbit di Istanbul pada bulan Juni
1988. Orang yang bertahun-tahun dianggap sebagai momok dan musuh nomor
satu Turki berubah menjadi sosok yang biasa menjadi penggemar klub sepak bola
Galatasaray. Hal tersebut juga membuat citra PKK membaik sebab setelah 1988 ia
menghentikan taktik terornya terhadap warga pedesaan di Tenggara Turki (Erik, J.
Zurcher, 2003: 415).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Pada tahun 1989, PKK membentuk aliansi dengan sejumlah kelompok
gerilya sayap kiri yang ekstrim di kota, seperti Dev Sol, TIKKO, THKP-C dan
lain-lain dengan tujuan meningkatkan kemampuan untuk bergerak di kota-kota
besar Turki. PKK juga bias menarik dukungan masyarakat lokal yang secara
konsisten turut bergerilya dengan PKK. (hlm. 415). Aktivitas para gerilyawan
PKK ini mengakibatkan angkatan bersenjata Turki dihadapkan pada situasi perang
gerilyawan klasik. PKK juga mendapat dukungan dari sebagian besar penduduk
lokal yang ikut bergerilya. Kemarahan angkatan bersenjata Turki kemudian
diarahkan kepada warga sipil lokal.
Bentrokan antara pasukan keamanan Turki dengan PKK telah
memakan Korban yang tidak sedikit. Hingga tahun 1991 diperkirakan terdapat
sekitar 3.568 korban jiwa, yang terdiri dari 1.278 warga sipil, 1444 militan PKK
dan 846 pasukan keamanan Turki. Selain mempergunakan serangan-serangan
yang bersifat konvensional, dalam tahun 1991-1996 PKK menggunakan metode
serangan bom bunuh diri (suicide bombing). Target-target serangan dipilih secara
cermat, namun biasanya mereka tidak begitu mempedulikan dampak dan akibat
yang ditimbulkan oleh serangan bom bunuh diri tersebut. Para pelaku bom bunuh
diri juga terdiri dari kaum wanita, mereka pada umumnya berusia antara 17-27
tahun (Kemal Kirisci dan Gareth M. Winrow, 1997).
Pada bulan Oktober 1993 angkatan bersenjata Turki melakukan
serangan balasan terhadap PKK atas pembunuhan angkatan bersenjata Turki
Bahtiyar Aydin di Diyarbakir. Angkatan bersenjata Turki juga menggunakan
-penduduk desa di
pegunungan dievakuasikan kemudian dihancurkan untuk memutuskan PKK dari
basis-basisnya (Erik, J. Zurcher, 2003: 416). Bulan November 1992 pasukan
Turki bergabung dengan warga Kurdi di Irak untuk melancarkan serangan
terhadap PKK. Untuk sementara waktu pasukan Turki menyerang PKK melalui
Irak bagian Utara. Pada tahun 1995 Turki juga mengadakan serangan besar-
Hal ini juga belum
mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengatasi gerakan separatis Kurdi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Konflik antara Kurdi dengan angkatan bersenjata Turki dalam kurun
waktu antara 1984 hingga 1996 korban tewas sudah mencapai 17.000 orang.
Upaya pemerintah Turki dalam memutuskan pasokan dan rute infiltrasi PKK,
pertempuran dilaksanakan secara regular hingga ke perbatasan Irak. Pesawat-
pesawat Turki membordir kamp-kamp PKK di Irak Utara (Zucher, E, 2003).
Kelompok gerilyawan Kurdi tercatat beberapa kali melakukan
serangan bom di kota-kota wisata Aegean. Diantaranya, serangan bom di resor
Cesme pada 11 Juli, di Pantai Aegean, yang melukai sedikitnya 20 orang,
sedangkan tanggal 30 April sebuah bom juga meledak di sebuah alat pemutar
kaset, menewaskan seorang polisi dan empat warga di Kusadasi. Gerilyawan
separatis Kurdi telah mengancam akan terus melakukan serangan di sector
pariwisata Turki, yang sangat vital bagi perekonomian Turki. Pejabat militer dan
intelijen Turki menyatakan bahwa gerilyawan Kurdi memiliki ratusan kilogram C-
4 yang diperoleh dari Irak. Intelejen Turki juga mendapat sebuah laporan dari
intelijen yang belum diverifikasi menyebutkan, gerilyawan Kurdi telah
mengirimkan 70 pengeboman bunuh diri yang dipersiapkan untuk mengebom
kota-kota besar di Turki (Kompas, 17 Juli 2005).
Pada awal September 2007, terjadi pemberontakan antara gerilyawan
PKK dengan militer Turki. Menurut keterangan resmi yang diketahui dari
pemerintah Turki, kontak senjata itu terjadi karena kaum gerilyawan melakukan
serangan terhadap pos militer Turki di dekat perbatasan Irak bagian Utara.
Pemerintah Turki menduga bahwa kelompok gerilyawan PKK tersebut bermarkas
di kawasan pegununan Irak bagian Utara. Dalam kontak senjata tersebut,
sebanyak 15 orang tentara Turki dan 23 orang gerilyawan PKK tewas.
(Hidayatullah, 2007).
Kelompok gerilyawan PKK ini juga mendapatkan dukungan dari suku
Kurdi di negara-negara tetangga seperti di Irak, Iran dan Suriah selain
memberikan bantuan kelengkapan pangan, pengungsian dan juga persenjataan
bagi separatis PKK. Suku Kurdi di negara-negara tersebut memiliki keinginan
yang sama yaitu ingin mendirikan sebuah negara Kurdistan yang otonom.
Sehingga ketika ada salah satu dari mereka ada yang tersakiti rasa keetnisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
mereka juga semakin besar untuk mencapai tujuan yang sama dan saling
mendukung satu sama lain (http://www.tempointeraktif.com).
Pada tahun 1990-an Damaskus pernah mendukung PKK dan menjamin
ruang perlindungan bagi PKK di kawasan Suriah. Penyebabnya, karena pada
waktu itu Turki menjalin hubungan baik dengan Israel. Pada masa-masa Perang
Dingin, Israel dan Turki dipandang sebagai pro Barat, sementara Suriah
cenderung berorientasi kepada kepentingan Uni Soviet. Bahkan Rusia maupun
Iran bersimpati besar pada Partai Pekerja Kurdi (PKK) yang sempat melakukan
pemberontakan di Turki Tenggara melalui PKK, keduanya dapat menyerang
Turki dan menjatuhkan posisi Turki dalam Uni-Eropa. Suriah juga diduga sebagai
pemasok utama persenjataan bagi gerilyawan PKK di Turki. Hal ini dapat
diketahui antara Suriah dan Turki pasca perang dingin sudah timbul benih-benih
perbedaan, dan konflik mereka juga memilki kepentingan terhadap konflik antara
PKK dengan Turki ini. Iran juga menjadi pemasok bahan makanan PKK mereka
mendukung PKK untuk mendapatkan simpati dari Rusia (Syauqillah. M,2012).
Diyarbakir merupakan salah satu pusat konflik antara pasukan
keamanan Turki dan kelompok gerilyawan Kurdi yang ingin membentuk negara
Kurdi merdeka. Pada 14 September 2006 terjadi penegboman di kota Diyarbakir
Lima anak menjadi korban ledakan bom di sebuah halte bus di Turki tenggara.
Jumlah korban secara keseluruhan mencapai 11 orang. Pengeboman tersebut
merupakan serangan yang paling banyak merenggut korban di Turki setelah aksi
bom bunuh diri November 2003 (Chusnan Maghribi, 2008).
D. Dampak dan Upaya Pemerintah Turki Dalam Mengatasi Gerakan
Separatisme Suku Kurdi Tahun 1984-2007
Dampak atas Gerakan Separatisme Kurdi di Turki adalah adanya
serangan kelompok gerilyawan PKK tersebut mengundang reaksi keras dari
pemerintah Turki. Presiden Turki, Abdullah Gul, Perdana Menteri, Recep Tayyip
Erdogan bersama dengan sejumlah menteri dan pimpinan militer menggelar
pertemuan pada tanggal 21 Oktober 2007 untuk membahas tindakan tegas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
akan ditempuh menyusul terjadinya insiden penyerangan oleh para gerilyawan
PKK. Pada tanggal 15 Oktober 2007 pemerintah Turki juga telah mengajukan
rancangan undang-undang kepada parlemen yang akan menjadi dasar hukum
pelaksanaan operasi militer Turki ke wilayah Kurdi yang terletak di bagian Utara
Irak, yang dapat dilakukan kapan saja, guna menghancurkan basis-basis PKK di
wilayah tersebut. Pada tanggal 17 Oktober 2007, dengan suara bulat akhirnya
parlemen Turki mengesahkan rancangan Undang-undang, dan menberikan izin
kepada angkatan bersenjata Turki untuk melakukan serangan lintas batas guna
melumpuhkan basis-basis PKK di wilayah Irak Utara
(http://www.eramuslim.com). Aksi melakukan serangan darat atas Partai Pekerja
Kurdi (PKK) di Irak Utara merupakan tuntutan militer Turki sejak Oktober tahun
2007, menyusul parlemen Turki yang memberi lampu hijau kepada militer untuk
melakukan serangan atas basis PKK (Kompas, 26 Februari 2008).
Serangan Turki atas Partai Pekerja Kurdi (PKK) di Irak Utara pada
puncak musim semi sungguh sangat mengejutkan. Asumsi yang berkembang
bahwa Turki akan melancarkan serangan militer atas PKK, pasti dilakukan pada
musim semi atau sekitar akhir Maret hingga April. Secara tradisi, Turki selalu
melakukan serangan militer atas PKK pada musim semi sejak 1984. Musim semi
yang cerah membantu kesuksesan operasi militer Turki, apalagi wilayah
pertempuran berpegunungan sekitar wilayah Kurdistan Irak. Sebaliknya musim
dingin menyulitkan operasi militer (Kompas, 26 Februari 2008).
Gerakan pemberontak Kurdi telah dianggap sebagai gerakan
separatisme yang berbahaya bagi pemerintah Turki karena gerakan tersebut
mengancam kedaulatan dan keutuhan wilayah Turki. Pemberontakan Kurdi telah
memasuki arena politik Turki dengan membentuk partai politik yang radikal dan
mampu menghadapi tekanan Negara. Salah satu partai yang dikenal paling radikal
dalam memperjuangkan hak etnis Kurdi adalah Patiya Karkeran Kurdistan (PKK).
Upaya pemerintah Turki dalam menangani gerakan separatis Kurdi telah
dialakukan sejak awal pemberontakan yaitu tahun 1984 hingga saat ini konflik
antara Turki dengan Kurdi masih terus berlangsung (Metin, Yuksel, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Upaya militer dan sipil telah dilakukan oleh pemerintah Turki. Dalam
mengatasi separatisme Kurdi pemerintah Turki melakukan serangkaian upaya
yaitu melalui operasi militer yang diarahkan pada basis-basis pemberontakan
Kurdi, terutama yang berada di wilayah Irak bagian Utara. Selain upaya
penyelesaian dengan jalan militer, pemerintah Turki juga mengurangi sanksi
negatif bagi etnis Kurdi yang tinggal di Turki. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Upaya Pemaksaan Fisik
Kebijakan pemerintah Turki dalam menumpas pemberontak Kurdi
terutama yang berasal dari organisasi PKK (Partiya Karkeran Kurdistan),
adalah pemaksaan secara fisik berupa operasi militer yang dilancarkan
terhadap basis-basis PKK di Irak bagian Utara.
Pemerintah Turki mengadakan operasi militer besar-besaran untuk
menumpak separatisme Kurdi oleh PKK. Sejak tahun 1986-1987, pasukan
udara Turki menyerang kamp-kamp PKK di Irak Utara dengan persetujuan
pemerintah Irak. Pada tahun 1988 Teheren memberikan izin kepada PKK
untuk membuka kamp dan menutup perbatasan Iran.
Meningkatnya aktifitas militer Turki dalam membasmi separatisme
Kurdi tersebut, pemerintah Turki telah menghabiskan hampir 10 persen dari
incame hanya digunakan untuk menumpas gerakan seaparatisme Kurdi.
Dalam satu tahun militer Turki mengeluarkan $ 8. 000.000.000 untuk biaya
operasional, namun hasilnya aktivitas PKK justru mengalami peningkatan
(http://www.betrifft.de/dw/article/).
Pemaksaan secara fisik adalah salah satu kebijakan intervensi yang
digunakan oleh pemerintah Turki dalam upaya untuk mengatasi gerakan
separatisme Kurdi. Pemaksaan secara secara langsung ditujukan kepada para
gerilyawan PKK. Kebijakan tersebut berupa operasi militer yang ditujukan
kepada basis-basis PKK yang berada di Irak Utara dan lokasinya berada
dipegunungan yang sulit untuk dijangkau oleh militer Turki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Jenis-jenis intervensi atau pemakasaan secara fisik yang dilakukan
oleh pemerintah Turki antara lain adalah sebagai berikut:
a. Sistem Benteng Desa
Antara tahun 1984-1999, PKK dan pasukan militer Turki mulai
melakukan serangkaian perang terbuka, dan sebagian besar desa-desa
Kurdi di bagian tenggara Anatolia telah dihancurkan, dan menyebabkan
penduduk sipil etnis Kurdi bergerak ke pusat pertahanan lokal seperti
Diyarbakir, Van dan Sirnak, juga kota-kota di Turki Barat. Perang terbuka
antara militer Turki dengan gerilyawan PKK menyebabkan pengurangan
jumlah penduduk etnis Kurdi, kemiskinan di bagian Tenggara Turki, dan
status operasi militer Turki.
Beberapa bulan setelah PKK melancarkan serangan
pertamanya pada tahun 1984, pemerintah Turki memutuskan untuk
mengorganisir dan mempersenjatai warga desa sekitar dengan tujuan
untuk lebih mendekatkan mereka ke Negara dan membantu pemerintah
dalam mengatasi gerakan separatisme Kurdi. Perdana Menteri Tugrut Ozal
-wilayah
konflik untuk mencegah agresi dari gerilyawan PKK. Pembentukan sistem
benteng desa tersebut adalah keputusan awal dari pemerintah Turki ketika
masalah separatisme Kurdi tumbuh menjadi permasalahan pelik dan
konflik berdarah yang berkepanjangan di Turki. Tujuan dari sistem ini
adalah berusaha untuk menggalang dukungan dari penduduk lokal Kurdi.
Pada pertengahan tahun 1980 ada usaha dari pemerintah Turki
untuk mengasingkan komunitas-komunitas Kurdi yang dicurigai member
dukungan kepada militan PKK. Benteng-benteng desa dipersenjatai untuk
melawan dan menahan serangan para gerilyawan PKK, senjata tersebut
juga digunakan oleh militer Turki sebagai alat bantu untuk merampas
desa-desa tetangga mereka di tenggara Turki (basis PKK). Milisi benteng
desa terdiri atas orang-orang Kurdi lokal yang berjumlah sekitar 58.000
(Erik J. Zurcher, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Komisi pengawas pengawas Eropa melaporkan sistem benteng
desa merupakan salah satu dari rintangan utama bagi kembalinya orang-
orang Kurdi ke desa-desa mereka. Benteng-benteng desa ini diremehkan
oleh warga Kurdi karena dianggap sebagai pengkhianat bagi etnis Kurdi.
atmosfir ketidak-percayaan diantara orang-orang Kurdi sehingga
menimbulkan perpecahan dalam etnis kurdi itu sendiri.
dengan cara, mereka akan diberi waktu selama dua minggu untuk
tidak. Bila selama dua minggu pemerintah Turki masih belum mendapat
jawabannya, maka pasukan keamanan Turki akan menangkap para tetua
desa dan memenjarakannya hingga beberapa hari. Kemudian, warga desa
akan menyewa truk untuk membawa barang-barang rumah tangga dan
bahan makanan sebanyak mungkin sebelum desa mereka dihancurkan oleh
pasukan militer Turki dalam kurun waktu 24 jam (Erik J. Zurcher, 2003).
Pada tahun 1992 jumlah militan dan simpatisan PKK berjumlah
kurang lebih 10. 000 orang. Hal tersebut menyebabkan pemberontakan
yang dilakukan oleh PKK menjadi permasalahan utama yang mengancam
keutuhan wilayah Turki. Perdana Menteri Tugrut Ozal menilai PKK tidak
lebih dari segerombolan penjahat. Penilaian ini disebabkan perlawanan
pemerintah Turki terhadap PKK hanya menghabiskan dana, waktu dan
tenaga saja (http://www.betrifft.de/dw/article/).
Jumlah tenaga manusia yang dipekerjakan oleh tentara Turki
didalam perjuangan terus meningkat dari 150.000 pada tahun1991 menjadi
250.000 pada tahun 1994 namun jumlah tentara yang tewas dalam perang
bahkan jauh lebih banyak lagi. Antara tahun 1996 mencapai lebih dari
17.000 orang (Erik J. Zurcher, 2003: 416).
Dalam upaya untuk memutuskan pasokan dan rute infiltrasi
PKK, pertempuran dilaksanakan secara regular sampai tapal batas Irak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Pesawat-pesawat tempur Turki membombardir kamp-kamp di Irak Utara.
Pemerintah di Ankara juga berusaha untuk membentuk aliansi yang lebih
efektif dengan gerakan Kurdi di Irak, dengan PDK Barzani dan FUK
Talabani. Sejak Perang Teluk Januari 1991, dua pergerakan ini menguasai
bagian-bagian utara Irak yang dihuni warga Kurdi. PDK menguasai daerah
yang berdekatan dengan sebelah Tenggara. Bulan November 1992
pasukan Turki bergabung dengan warga Kurdi di Irak untuk melancarkan
serangan terhadap PKK. Untuk sementara pasukan Turki menyerbu PKK
dari Irak Utara, tetapi efeknya sangat terbatas. Hal ini terbukti dengan
kenyataan bahwa pasukan Turki mengadakan serangan besar-besaran
sekali lagi menyingkirkan pasukan PKK. Sebanyak 35. 000 tentara dan 13
jendral ikut andil dalam operasi ini. Setelah pasukan ini ditarik mundur
maka dilakukan negosiasi dengan Barzani mengenai penciptaan zona
keamanan dengan pola Israel di Lebanon Selatan, tetapi walaupun Barzani
bersedia menerima uang dan senjata, dia menolak kehadiran militer Turki
di daerah kekuasaannya. Sementara itu, pasukan PKK secara diam-diam
kembali kedaerah tapal batas dan meletuslah peperangan kembali antara
militer Turki dan gerilyawan PKK (Erik J. Zurcher, 2003).
b. Operasi Militer Besar-besaran dengan Persenjatan canggih dan
Pesawat Tempur
Respon pemerintah Turki terhadap pemberontakan yang
dilakukan oleh PKK, dan juga sebagai upaya pemerintah Turki untuk
memutus pasokan dan rute infiltrasi PKK. Pertempuran dilakasanakan
secara terbuka sampai tapal batas Irak. Pesawat-pesawat tempur Turki
membombardir kamp-kamp PKK yang berada di Irak Utara. Pemerintah
Turki juga berusaha untuk membentuk aliansi yang lebih efektif dengan
gerakan Kurdi di Irak. Pada akhir tahun 1992, pemerintah Turki
memutuskan untuk mengadakan operasi militer besar-besaran untuk
menumpas pemberontakan PKK. Sejak tahun 1986-1987, pasukan udara
Turki menyerang kamp-kamp PKK di Irak Utara atas persetujuan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
pemerintah Irak. Pada tahun 1988, Teheran memberikan izin kepada PKK
untuk membuka kamp dan menutup perbatasan Iran (Erik J. Zurcher,
2003).
Tahun 1990an pasukan keamanan Turki menggunakan taktik
-penduduk desa di pegunungan dievakuasi
untuk kemudian desa-desa mereka dihancurkan dengan tujuan untuk
memutuskan hubungan antara gerilyawan PKK dengan basis-basisnya
yaitu suku Kurdi yang berada di Irak, Iran dan Suriah, mereka saling
terikat satu sama lain dengan tujuan yang sama untuk mendirikan sebuah
Negara Kurdistan yang memiliki otonom. Apabila salah satu dari mereka
ada yang tersakiti maka yang lainnya juga ikut membantu walaupun hanya
sekedar bahan makanan yang disupali dari Kurdi Irak, tempat pengungsian
dari Kurdi Iran dan Irak, sedangkan perlengkapan persenjataan
diperkirakan dari Suriah. Pada akhir tahun 1993 sekitar 500 desa
dikosongkan dan pada tahun 1994 sebanyak 900 desa tahun 1996 jumlah
desa yang dikosonkan mencapai 3000 desa.
Pasca taktik bumi hangus tersebut warga desa kemudian ada
yang dimukimkan kembali di desa-desa aman atau kamp-kamp, namun
tidak sedikit dari merka hanya sekedar diusir saja. Kebanyakan dari warga
desa yang diungsikan tersebut kemudian tiba di kota-kota besar. Kota
Diyarbakir harus menampung lebih dari setengah juta orang pelarian dan
kota tersebut menjadi sangat sesak dan padat oleh para pengungsi
(http://majalah.tempointeraktif.com/id).
Pemerintah Turki mengaku bahwa akan melakukan segala cara
untuk menumpas pemberontakan kaum separatisme Kurdi yang dikenal
dengan PKK walaupun diketahui bahwa sangat sulit untuk melenyapkan
pemberontakan ini karean para gerilyaean PKK sudah sangat terlatih di
medan pertempuran. Dalam konteks ini perbatasan Irak merupakan
wilayah yang paling penting dalam setiap operasi militer Turki. Alasan
inilah yang menyebabkan pemerintah Turki seringkali melakukan operasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
militer hingga lintas batas ke wilayah perbatasan Irak dalam rangka
menghentikan aksi pemberontak PKK.
Operasi militer yang pernah dilakukan oleh pemerintah Turki
dalam mengatasi gerakan separatisme Kurdi dengan penggunaan
persenjataan canggih serta pesawat tempur adalah:
1) Operation Northern Iraq, merupakan operasi militer Turki di bagian
Irak Utara yang berlangsung sejak 5 Oktober 15 November 1992.
Operasi militer ini menyebabkan 28 tentara Turki tewas dan 125
lainnya luka-luka sedangkan dari pihak PKK korban tewas mencapai
1.551 orang dan yang berhasil tertangkap sebanyak 1.232 militan
PKK.
2) Operation Steel, merupakan operasi militer Turki di Irak yang
berlangsung pada 20 Maret 4 Mei 1995. Operasi ini menyebabkan 64
tentara Turki tewas dan 185 lainnya luka-luka, sedangkan dari pihak
PKK sebanyak 555 gerilyawan tewas dan 13 lainnya berhasil
ditangkap.
3) Operation Hammer, merupakan operasi militer Turki yang yang
dilancarkan di Irak bagian Utara sebanyak 114 tentara Turki tewas dan
38 luka-luka, sedangkan dari pihak PKK sebanyak 2.730 tewas dan
415 lainnya berhasil ditangkap.
4) Operation Down, merupakan operasi militer Turki di Irak Utara yang
berlangsung pada 25 September-15 Oktober 1997. Dalam operasi ini
terdapat 31 tentara Turki tewas dan 91 lainnya luka-luka, sedangkan
dari pihak PKK 240 gerilyawan tewas dan 3 lainnya ditangkap.
5) Operasi militer pada tangggal 12-15 April 2005 di Provinsi Siirt, 3
tentara Turki dan 21 gerilyawan PKK tewas.
6) Operasi militer pada tanggal 12 September 2007 masih dilakukan
operasi militer disekitar provinsi Siirt yang menewaskan 4 gerilyawan
PKK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
7) Operasi Militer Turki pada tanggal 25 Oktober 2007 di provinsi
Semdinli, dimana dalam operasi ini menggunakan meriam yang
menewaskan 30 gerilyawan PKK tewas.
8) Operasi Militer Turki pada tanggal 5 Desember 2007 di provinsi
Hakkari yang menewaskan 1 tentara Turki dan 6 lainnya luka-luka.
9) Operasi Militer Turki pada tanggal 22 Mei 2008 di provinsi Sirnak
dalam operesai ini 2 tentara Turki, 2 gerilyawan PKK dan 1 warga sipil
tewas.
10) Operasi Militer Turki pada tanggal 17 Juni 2008 di daerah perbatasan
Irak, dalam operasi ini terdapat 21 gerilyawan PKK tewas.
11) Operasi Militer Turki pada tanggal 16 Juli 2008 di provinsi Hakkari
sebanyak 11 gerilya PKK tewas .
12) Operasi Militer Turki pada tanggal 17 Agustus 2008 di provinsi Sirnak
menewaskan 3 oreng gerilyawan PKK.
13) Operasi Militer Turki pada tanggak 7 September 2008 di provinsi
Hakkari memekan korban senayak 3 militer Turki dan 3 penjaga desa
(http://www.betrifft.de/dw/article)
Angkatan Udara Turki terus membombardir kawasan yang
diduga tempat persembunyian pemberontak PKK di kawasan Irak Utara.
Serangan yang dilancarkan terhadap Turki untuk mencapai tujuan ini, serta
serangan balik militer Turki telah menelan sedikitnya 40.000 jiwa korban.
Selain itu, ratusan ribu orang cedera dan jutaan orang mengungsi. Biaya
operasi militer untuk mengatasi separatisme Kurdi mencapai puluhan
miliar Dollar (Gurcan Kocan & Jason J. Nash, 2007).
Operasi militer yang dilakukan oleh pemerintah Turki tersebut
membuktikan bahwa penyelesaian konflik dengan jalan militer hingga saat
ini masih belum mendapatkan titik temu. Operasi militer Turki lintas
perbatasan sampai dengan tabal batas Irak ini hingga saat ini masih terus
berlangsung setelah di tandatanganinya Undang-undang Operasi militer
atas PKK pada Oktober 2007.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
2. Upaya Pengurangan Sanksi Negatif
Penyelesaian masalah antara PKK dengan pemerintah Turki
dengan cara sanksi militer hingga saat ini belum bisa dikatakan berhasil
karena pemberontakan para separatisme Kurdi ini masih terus berlangsung
hingga tuntutan mereka terpenuhi. Selain kebijakan militer yang
dikeluarkan oleh pemerintah, Turki juga memberikan sanksi negatif
terhadap separatis Kurdi (http://europe.eu.int/com/enlargement)
Keputusan Turki sebagai anggota Council of Europe
menyebutkan bahwa warga Negara Turki keturunan Kurdi harus diberi
kesempatan dan sumber-sumber material untuk menggunakan dan
mempertahankan bahasa aslinya dan tradisi budaya dalam kondisi yang
dijamin oleh pemerintah Turki. Sebagaimana tercantum dalam perjanjian
Sevres yaitu member jaminan Otonom pada daerah Kurdistan (Ully
Nuzullian, 2009).
Pada awal periode Republik Turki tahun 1926, dibawah
pemerintahan Mustafa Kemal Attaturk, penggunaan bahasa Kurdi dilarang
di depan publik. Pemerintah Turki melarang penyampaian pendidikan dan
penyebaran informasi baik dalam bentuk media cetak maupun media
elektronik dalam bahasa Kurdi. Penekanan dan pengekangan terhadap
identitas Kurdi inilah yang mengakibatkan munculnya konflik antara
pemerintah dan etnis Kurdi. Dalam konteks ini PKK (Kurdistan Worker
Party) untuk memperjuangkan apa yang menjadi hak-hak etnis Kurdi,
dibawah pimpinan Abdullah Ocalan memotori aksi separatisme di wilayah
Turki Tenggara. Pada awalnya organisasi ini berjalan secara rahasia,
namun kemudian tumbuh dan berkembang pesat dan berhasil menarik
perhatian di kancan internasional dan akhirnya menjadi sebuah identitas
baru bagi etnis Kurdi (Ully Nuzulian, 2009).
Kebijakan pemerintah Turki dalam pengurangan sanksi negatif
terhadap etnis Kurdi adalah mencakup beberapa bidang:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
a. Bidang Sosial Budaya
Sejak runtuhnya kekhalifahan otonom dan mulai
terbentuknya Republik Modern Turki di bawah pemerintahan Mustafa
Kemal Attaturk, bahasa dan kebudayaan Kurdi secara resmi dilarang
untuk dipergunakan didepan umum oleh pemerintahan Turki (Mukti
Ali, 2003 : 5).
Mustafa Kemal Attaturk sebagai pencetus pembentukan
Nation State is Kurdi sebagai orang Turki
gunung, melarang pemakaian kostum tradisionalnya, mengubah semua
nama desa ke dalam bahasa Turki dan membatasi penggunaan bahasa
Kurdi. Etnis Kurdi menjadi subjek kampanye asimilasi Negara Turki
modern yang menawarkan status kewarganegaraan sebagai pertukaran
atas penyerahan bahasa, tradisi, dan identitas mereka. Hanya dengan
menjadi orang Turki, suku Kurdi diperlakukan sama sebagai anggota
Negara dengan hak dan kewajiban yang sama (Ceng Sagnic, 2010).
Berdasarkan ratifikasi mengenai pelaksanaan Hak Asasi
Manusia, pada tanggal 17 September 2006 pemerintah Turki
mengadakan perubahan terhadap beberapa sistem perundang-
undangan. Ratifikasi tersebut tercantum pada pasal 5 mengenai
kebijakan pembentukan organisasi yang berdasarkan kesukuan, yang
awalnya tidak diperbolehkan dan setelah diratifikasi menjadi
diperbolehkan (Cogsi, 1999).
Presiden Tugrut Ozal merupakan presiden yang mempunyai
darah keturunan Kurdi. Pada tanggal 21 januari 1991, bersama dengan
kabinetnya mengajukan Rancangan Undang-undang keparlemen Turki
yang isinya memperbolehkan penggunaan bahasa Kurdi. Rancangan
Undang-undang tersebut diajukan sebagai pengganti Undang-undang
tahun 1985 No.2987, yang berisi mengenai larangan berbahasa Kurdi
di depan publik. Rancangan Undang-undang (RUU) merupakan
langkah awal pemerintahan Turki untuk menekan angka
pemeberontakan PKKyang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Pada tanggal 12 Maret 1991 RUU tersebut berhasil disahkan oleh
parlemen Turki. Diterapkan sejak Maret 1991 dan masih berlangsung
hingga saat ini, penggunaan bahasa Kurdi tidak lagi mendapat larangan
keras oleh pemerintah Turki (Cogsci, 1999).
Dampak dari pengurangan sanksi negative terhadap
kebudayaan etnis Kurdi tersebut adalah mulai diperbolehkannya
penggunaan bahasa Kurdi di depan umum. Penerbitan buku-buku,
majalah dan surat kabar berbahasa Kurdi tersebar luas. Para imigran
Kurdi yang beremigrasi ke kota-kota besar di Turki barat tidak
mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan masyarakat Turki
lainnya. Untuk beberapa saat mereka tetap merupakan minoritas yang
kurang diuntungkan dalam perekonomian tetapi hal ini lebih karena
latar belakang pendidikannya bukan disebabkan oleh daerah etnisnya.
Pada pertengahan tahun 2002 pemerintah Turki memberikan jaminan
hak kepada setiap warga Turki untuk melestarikan kebudayaan-
kebuadayaan lokal mereka tanpa adanya diskriminasi atas dasar jenis
kelamin, asal etnis,agama dan bahasa.
Pada Juni 2004, televisi swasta Turkey (TRT) mulai
menyiarkan selama setengah jam program berbahasa Kurdi. Pada 8
Maret 2006, Radio and Television Supreme Council (RTUK)
mengijinkan dua saluran TV (Gun TV dan Soz TV) dan satu saluran
radio (Medya FM) untuk diperbolehkan siaran terbatas dalam bahasa
Kurdi. Perundang-undangan ini dijadikan usaha utama untuk bertemu
dengan salah satu syarat Uni Eropa untuk membicarakan masalah
keanggotaan. Peraturan baru tersebut akan memberikan stasiun radio 5
jam waktu siaran dan TV 4 jam waktu siaran setiap minggunya.
Perubahan ini dapat dikatakan mulai mengakui keberadaan etnis Kurdi
dalam lingkungan public dan instansi pemerintahan walaupun dapat
dikatakan masih sangat terbatas sekali. Selain itu pemerintah Turki
pada 13 Maret 1997 memberikan ijin pada etnis Kurdi di Turki untuk
merayakan hari besar mereka (Nevros) (Erik J, Zurcher, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
b. Bidang Perekonomian
Represi pemerintah Turki terhadap etnis Kurdi dalam
bidang perekonomian relative tidak banyak. Pemerintah Turki dalam
hal ini memberikan kebebasan bagi etnis Kurdi di Turki untuk
melakukan kegiatan perekonomiannya. Bahkan tidak sedikit dari
mereka yang menjadi pegawai pemerintah bahkan duduk dalam
parlemen. Pembangunan di sebelah tenggara Turki merupakan wilayah
Kurdi yang sangat relative kurang berkembang dalam bidang
pembangunan akibat seringnya terjadi pemberontakan dan operasi
militer Turki yang dilakukan untuk membasmi PKK sehingga
menghambat pembangunan secara maksimal (http://forum.detik.com).
Rata-rata pendapatan penduduk perkapita di wilayah
Tenggara Turki yang merupakan daerah permukiman Kurdi, menurut
data tahun 1995 hanya berkisar 1300 dollar pertahun, sedangkan rata-
rata pendapatan perkapita Turki adalah mencapai 5.500 dolar pertahun.
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kurdi yang tinggal di wilayah
tenggara dengan mata pencaharian di bidang pertanian tradisioanal
kondisi perekonomiannya sangat memprihatinkan
(http://www.pas.org/irp/world/).
Pemerintah Turki mengeluarkan dana sebesar 222 Milyar
dollar AS untuk investasi di wilayah Turki Tenggara yang merupakan
wilayah mayoritas etnis Kurdi di Turki. Selain itu pemerintah Turki
juga merancang sebuah proyek yang dinamakan Southeast Anatolian
Development Proyek (GAP). GAP adalah proyek pemanfaatan sumber
daya air sungai Eufrat dan Tigris dengan tujuan untuk kepentingan
pembangunan perekonomian diwilyah tengggara. Proyek ini
direncanakan pada awal tahun 1960an sebelum meletus
pemberontakan dari PKK (http://www.pas.org/irp/world/).
Proyek ini mencakup 6 propinsi dimana terdapat mayoritas
etnis Kurdi yang tinggal di wilayah tersebut diantaranya adalah, di
Adiyama 77 %, Diyarbakir 67%, Gaziantep 66%, Mardin 80%,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Sanhurta 68% dan Siirt 87%. Proyek dari pembangunan ini dapat
meningkatkan produksi pertanian yang berdasarkan pada komitmen
dalam menjembatani jurang ekonomi wilayah tenggara Turki yang
masih tertinggal dengan kawasan barat Turki yang modern.
Keberhasilan proyek ini diikuti dengan pembangunan infrastruktur
pendukungnya termasuk 6 jalan raya yang menghubungkan kota
Adana, Gaziantep, Anliurka dan Diyarbakir proyek ini juga telah
diperkirakan akan membuka kesempatan kerja bagi orang-orang Kurdi
dimana, sekitar 50.000 diantaranya hidup nomaden dan bercocok
tanam (Kementrian Luar Negeri Turki, 1991).
Beberapa kebijakan dalam bidang perekonomian tersebut
dilakukan oleh pemerintah Turki dengan tujuan memekmurkan
wilayah tenggara Turki untuk mengurangi pemberontakan PKK.
c. Bidang Hukum
Pelaksanaan hukuman bagi para gerilyawan PKK sering
mendapat kecaman dari dunia Internasional karena dianggap tidak
sesuai dengan nilai-nilai Hak Asasi Manusia. Menurut laporan dari
Human Right Watch, para tahanan gerilyawan PKK di Turki sering
mendapatkan perlakuan yang kasar dan penyiksaan dalam tahanan.
Pemerintah Turki memperlakukan mereka dengan sangat semena-
mena (Kementrian Luar Negeri Turki, 1991).
Untuk mengembalikan citra baik Turki dalam pandangan
dunia Internasional, pada 18 November 1991 Turki mengesahkan
Rancangan Undang-undang pasal 55 mengenai keringanan hukuman
bagi para tahanan politik dan gerilyawan Kurdi yang berhasil
ditangkap. Dalam undang-undang ini masa hukuman bagi para pelaku
kejahatan lebih diperpendek. Selain itu, para tahanan diberikan hak
untuk bertemu secara pribadi dengan pengacara mereka dalam setiap
sesi interogasi (Kementrian Luar Negeri Turki, 1991).
Selain itu pada 22 Maret 2000 pemerintah Turki juga
mengeluarkan amandemen pasal 312 konstitusi yang memungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
pemerintah memberikan amnesty dan membebaskan para
narapidanayang divonis memperbolehkan hukuman dibawah 10 tahun.
Pada ratifikasi mengenai undang-undang hak Asasi Manusia di Turki
dilakukan pada 14 Maret 2000. Dalam ratifikasi tersebut pemerintah
Turki secara resmi menghapus pelaksanaan hukuman mati di Turki
yang tercantum pada pasal No. 2 mengenai perjanjian dan keadilan
politik. Ratifikasi ini muncul akibat sorotan dunia internasional
terhadap vonis mati yang dijatuhkan pada Abdullah Ocallan yang
merupakan pimpinan PKK, dengan adanya perubahan ini maka dapat
meringankan hukuman bagi Abdillah Ocallan dari hukuman mati
menjadi seumur hidup(http://ec.europe.eu/enlargement).
Pengurangan terhadap sanksi negative diatas baik yang
langsung maupun tidak langsung merupakan cara pemerintah untuk
menyelesaikan masalah Kurdi dengan jalan damai. Pengurangan sanksi
negative tersebut adalah untuk menghentikan aksi pemberontakan
PKK di Turki dan mengurangi tuntutan-tuntutan otonomi yang
diajukan oleh etnis Kurdi. Walaupun, pada kenyataanya pengurangan
sanksi negatif yang dilakukan oleh pemerintah Turki masih tidak dapat
meredam pemberontakan Kurdi terutama oleh PKK yang hingga saat
ini masih terus memperjuangkan status otonomi bagi wilayah Kurdi di
tenggara Turki. Pemerintah Turki juga masih teguh pendiriannya untuk
tidak memberikan status otonom bagi wilayah Kurdi.
3. Upaya Pemerintah Turki Dalam Bentuk Kerjasama dengan Negara-
negara Lain
Dalam rangka mengatasi gangguan keamanan yang terus-
menerus dilancarkan oleh para gerilyawan PKK, Turki berupaya menjalin
kerjasama dengan meyakinkan Negara-negara tetangga untuk bekerja
sama menumpas gerakan pemberontakan Kurdi. Kerjasama tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
berupa penciptaan keamanan bersama untuk menumpas serangan PKK.
Bentuk kerjasama tersebut antara lain:
a. Kerjasama dengan Iran
Iran sebagai salah satu Negara yang berbatasan langsung
dengan wilayah Turki bagian Timurdan mempunyai suku kecil yang
didalamnya terdapat suku Kurdi dalam jumlah besar dan sebagian
besar lagi berada di bagian barat laut Negara tersebut. Data suku Kurdi
di Iran menurut tahun 1995 mencapai sekitar 4 juta jiwa
(www.kapanlagi.com).
Iran sebagai salah satu Negara yang berbatasan langsung
dengan wilayah Turki, sering menjadi tempat pelarian bagi
pemberontakan Kurdi PKK yang menjadi buruan oleh militer Turki.
Pemerintah Turki menganggap menjalin kerjasama dengan pemerintah
Iran merupakan suatau langkah penting dalam menumpas gerakan
separatisme Kurdi. Permasalahan antara pemberontak Kurdi dengan
pemerintah Turki juga menimbulkan kerugian bagi pemerintah Iran.
Turki memutuskan untuk melancarkan kerjasama diplomatik dengan
pemerintah Iran untuk sama-sama menjaga keamanan wilayah
perbatasannya masing-masing dari ancaman terror pemberontakan
Kurdi. Hal ini terlihat dalam beberapa perjanjian kerjasama dan
pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh kedua Negara untuk
membicarakan permasalahan separatisme Kurdi.
Pada 13 September 1992, menteri dalam negeri Iran dan
Turki mengadakan pertemuan di Ankara untuk membahas
permasalahan keamanan perbatasan kedua Negara. Dalam pertemuan
tersebut dihasilkan perjanjian keamanan wilayah perbatasan kedua
Negara. Pemerintah Iran mengerahkan kurang lebih 1200 pasukannya
untuk berjaga di perbatasannya dengan Turki. Sedangkan pemerintah
Turki mengerahkan sekitar 3000 pasukannya berjaga di perbatasan
Iran. Perjanjian keamanan ini berlaku mulai bulan September 1992
hingga September 1994. Pada 5 September 1994, perwakilannya dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Turki dan Iran mengadakan pertemuan di Ankara. Dalam pertemuan
ini Turki dan Iran menandatangani sebuah perjanjian kerjasama
keamanan berupaya untuk menghentikan aktivitas group oposisi Kurdi
di Negara masing-masing (www.kapanlagi.com).
b. Kerjasama dengan Irak
Irak merupakan Negara yang memberikan status wilayah
otonom terhadap wilayah Kurdi di Irak bagian Utara. Wilayah Irak
bagian utara merupakan tempat dimana PKK sering melancarkan
serangannya ke wilayah Turki. Oleh karena itu kerjasama diplomatik
dengan Irak dirasa sangat penting bagi pemerintah Turki sebab para
pemberontak biasanya membentuk basis-basis di wilayah pegunungan
di Irak Utara yang sulit untuk dijangkau. PKK menmanfaatkan wilayah
Irak Utara yang bergunung-gunung untuk melancarkan seranga-
serangannya ke wilayah Turki (http://ipsnews.net/news).
Kerjasama diplomatik yang dilakukan oleh pemerintah
Turki antara lain pada tanggal 19 Juli 2005, diadakan pertemuan
menteri dalam negeri Irak dan Turki di Istanbul. Hasil yang
dikeluarkan pada pertemuan tersebut menekankan, tiap Negara perlu
mengadakan kerjasama memerangi terorisme termasuk pemberontak
Kurdi dan PKK di dalamnya dan juga memeliharakan keamanan dan
kestabilan kawasan. Selaian itu pertemuan ini juga menghasilkan
penekanan pada masing-masing Negara untuk mengintensifkan
komunikasi dan pertukaran berbagai informasi menegenai elemen
teroris yang terkait, serta dapat mengendalikan dan mengontrol
perbatasan untuk mencegah elemen teroris untuk membangun
pangkalannya di masing-masing wilayah Negara diantaranya adalah
Iran, Irak, Suriah dan Turki sendiri. PKK merekrut dan melatih
anggotanya, merancang kegiatan terror dan memperoleh dukungan
ekonomi. Pertemuan antar kedua Negara ini, pemerintah Irak
memberikan pada pemerintah Turki dalam menangani PKK yang telah
tercatat sebagai organisasi teroris Internasioanal. Pertemuan ini juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
dihadiri menteri dalam negeri Turki sebagai tuan rumah dan pejabat
Irak (Kompas, 2005).
Perdana Menteri (PM) Irak, Nuri Al-Maliki, mengatakan
bahwa pihak Baghdad akan menutup kantor kelompok terlarang Partai
Pekerja Kurdistan (PKK) dan tidak akan mengizinkan kelompok PKK
beroperasi di wilayah Irak. Turki memperkirakan 3.000 pemberontak
PKK berpangkalan di Irak. Ankara percaya Irak memiliki kemampuan
untuk menangkap para pemimpin PKK yang bersembunyi di
pegunungan Qandil, menutup kamp mereka dan memotong jalur
pasokan serta dukungan logistik (http://www.antaranews.com).
Perdana Menteri Turki dan Irak pada tanggal 24 September
2008 mengadakan pertemuan di Ankara. Perdana Menteri Irak, Nuri
Al-Maliki dalam kunjungannya tersebut bertujuan untuk membentuk
Dewan Agung dari kerjasama strategis, yang telah diumumkan dalam
kunjungan Endorgon ke Baghdad 14 Juli 2008. Dewan itu juga akan
beranggotakan para perdana menteri. Endorgon menyatakan perang
-negara
bertetangga itu. Ankara telsh berusaha mempererat hubungan dan
kerjasama dengan Baghdad, tetapi pemebrontakan PKK yang bebas
terus bergerilya di Irak Utara telah mengganggu hubungan bilateral.
Pertemuan antara kedua Negara ini telah menimbulkan harapan baru
bagi kerjasam yang lebih luas melawan kaum separatisme Kurdi. PKK
termasuk dalam kelompok teroris oleh Negara itu dan banyak
masyarakat internasioanal. (http://www.kapanlagi.com).
c. Kerjasama dengan Suriah
Permasalahan Kurdi sempat membuat hubungan antar
kedua Negara merenggang. Dikarenakan dukungan pemerintah Syria
dalam menyembunyikan pemberontakan Kurdi. Untuk membangun
suatu hubungan kerjasama yang baik kembali, pemerintah Turki
mengadakan pendekatan diplomasi kepada pemerintah Suriah agar
mau menghentikan dukungannya pada pemberontak PKK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Beberapa pertemuan dan perjanjian antar pemerintah Turki
dan Syria telah diadakan untuk lebih merekatkan hubungan antar
kedua Negara. Pada 7 Juni 1993 diadakan pertemuan antara Turki dan
Syria yang membahas mengenai masalah Kurdi dikawasan perbatasan
kedua Negara tersebut, khususnya dalam memantau perbatasan ysng
dimanfaatkan PKK sebagai lalu lintas untuk bergerilya. Hasil
pertemuan dari kedua Negara tersebut kemudian membuat Suriah
untuk menghentikan dukungannya terhadap PKK dan masing-masing
Negara memonitori wilayah perbatasannya secara lebih intensif dalam
membendung penyusupan gerilyawan PKK dan lebih jauh lagi Turki
dan Syria menandatangani perjanjian ekstradisi bagi anggota-anggota
PKK yang tertangkap di Syria. (Departemen Luar Negeri RI, Badan
Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri, Buku I tahun
1993-1994,).
Pelaksanaan hubungan diplomatik dan kerjasama keluar negeri
Turki dalam rangka pemberantasan PKK difokuskan pada tetangga Turki
yaitu, Irak, Iran dan Suriah karena Negara-negara tersebut menruakan
Negara yang paling mendukung atas pemberontakan Kurdi bahkan
hubungan antara ketiga Negara dengan Turki pernah memburuk akibat
dari dukungan yang mereka berikan kepada PKK dengan alasan