Top Banner

of 36

Skrip Si Fix

Oct 31, 2015

Download

Documents

Ardhana Harnash
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Di Indonesia, kaum tunanetra secara stereotip digambarkan sebagai seseorang yang tidak berdaya, tidak mandiri, dan menyedihkan. Sehingga terbentuk pandangan dikalangan masyarakat bahwa para kaum tunanetra itu patut dikasihani, selalu membutuhkan perlindungan dan bantuan.

Selama ini sikap dan pandangan masyarakat yang negatif itu menyebabkan para remaja tunanetra kurang percaya diri, menjadi rendah diri, minder dan merasa tidak berguna. Hal ini akan berakibat pada aktualisasi dan pengembangan potensi kepribadian menjadi terhambat, sehingga remaja tunanetra menjadi pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan khawatir dalam menyampaikan gagasan, ragu-ragu dalam menentukan pilihan dan memiliki sedikit keinginan untuk bersaing dengan orang lain.

Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, mempunyai tuntutan kebutuhan yang harus dipenuhi, baik kebutuhan fisik, psikis, maupun sosial. Tuntutan kebutuhan membuat seseorang aktif dan terus aktif sampai situasi seseorang dan lingkungan diubah untuk meredakan kebutuhan tersebut. Beberapa tuntutan kebutuhan disertai dengan emosi atau perasaan tertentu dan seringkali disertai dengan perilaku/tindakan instrumental tertentu yang efektif untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan.

Seseorang yang mempunyai kecacatan biasanya disebut dengan kondisi luar biasa. Pada umumnya, yang termasuk dalam kondisi luar biasa adalah seseorang atau individu yang mengalami cacat baik jasmani maupun rohani, berupa kelainan fisik, mental, ataupun sosial, sehingga mengalami hambatan dalam mencapai tujuan atau kebutuhan dalam hidupnya.

Seorang tunanetra, dalam kondisinya yang khusus atau luar biasa dengan berbagai kesulitannya, sering menghadapi berbagai masalah karena hambatan dalam fungsi penglihatannya.

Dengan gambaran kondisi seperti diatas, maka sudah dapat dilihat bagaimana sulitnya penderita tunanetra membangun semangat dan pola hidupnya. Termasuk dalam pola hidup kesehatan penderita tunanetra itu sendiri, terkhusus dalam kesehatan gigi dan mulutnya.

Dalam kaitannya dengan stomatitis, dengan memperhatikan faktor penyebab terjadinya stomatitis, maka penderita tunanetra seharusnya memperoleh perhatian yang lebih lagi. Mengingat pola hidup dan lingkungan penyandang tunanetra yang sangat mendukung terjadinya stomatitis.

Stomatitis itu sendiri adalah lesi yang timbul di rongga mulut yang disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh yang dapat dipicu oleh beberapa faktor antara lain akibat defisiensi nutrisi, kebiasaan hidup yang kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut, akibat kebiasaan buruk (badhabbit), sehingga virus dan bakteri mudah menyerang jaringan lunak rongga mulut. Penyakit ini sangat mengganggu dengan rasa sakit dan seperti terbakar, membuat penderitanya susah makan dan susah minum.

Stomatitis dapat menyerang siapa saja, tidak mengenal umur maupun jenis kelamin. Biasanya daerah bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit-langit.

I.2 Dasar Pemikiran

Dengan memperhatikan faktor penyebab terjadinya stomatitis berupa defisiensi nutrisi, kebiasaan hidup yang kurang memperhatikan kebersihan gigi dan mulut, kebiasaan buruk (badhabbit), trauma, infeksi, dan penyakit sistemik, maka penulis ingin mengetahui dan membuktikan apa sebenarnya yang menjadi penyebab paling dominan terjadinya stomatitis pada penderita tunanetra.

I.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui tingkat kejadian dan faktor yang mempengaruhi terjadinya stomatitis pada penderita tunanetra.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian StomatitisStomatitis merupakan istilah untuk menerangkan berbagai macam lesi yang timbul di rongga mulut. Gejalanya berupa rasa sakit atau rasa terbakar satu sampai dua hari yang kemudian bisa timbul luka (ulser) di rongga mulut. Rasa sakit dan rasa panas pada stomatitis ini membuat kita susah makan dan minum. Sehingga pasien dengan stomatitis datang ke dokter gigi dalam keadaan lemas. Stomatitis biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan agak cekung, dapat berupa bercak tunggal maupun bercak kelompok.1,2Walaupun stomatitis memang bukan penyakit yang mematikan, namun jika penyakit ini terjadi di dalam mulut, maka akan sangat menyiksa penderitanya. Mulut terasa nyeri, tidak nyaman dan di dalamnya muncul luka-luka yang terbuka, sehingga sangat tidak nyaman jika luka tersebut disentuh oleh makanan atau benda asing yang masuk ke dalam mulut. Kondisi tersebut menyebabkan penderita sulit makan dan bicara. Apalagi, bila penyakit di rongga mulut ini menimbulkan komplikasi berupa selulitis (radang sel) mulut akibat infeksi bakteri sekunder sariawan, infeksi dental (abses gigi) dan kanker mulut.4Stomatitis dikatakan sering kambuh jika dalam sebulan 2-3 kali. Proses penyembunhannya juga cukup lama, rata-rata 7-9 hari atau sampai 2 minggu.

Masyarakat awam kebanyakan menganggap bahwa stomatitis diakibatkan karena kekurangan vitamin C. Maka dari itu, ketika penyakit tersebut menyerang, banyak yang langsung berusaha menyembuhkannya dengan mengkonsumsi vitamin C. Baik vitamin C dalam bentuk tablet, hisap, telan, effervescent (tablet yang dilarutkan), dan lain sebagainya dalam takar berlebih. Pemahaman semacam ini tidak selamanya benar, sebab stomatitis bisa terjadi akibat beberapa faktor, misalnya trauma. Trauma bisa terjadi pada saat makan, di mana proses pengunyahan bahan makanan yang padat atau keras berikbat pada rusaknya jaringan lunak rungga mulut. Stomatitis yang disebabkan karena trauma biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan. Selain trauma, beberapa infeksi bisa menjadi penyebab timbulnya stomatitis seperti herpes simpleks, tuberculosis (TBC), hingga infeksi karena HIV/AIDS. Selain itu, stomatitis dapat juga diakibatkan munculnya penyakit sistemik.4II.2 Jenis-jenis StomatitisSetelah kita membahas pengertia dari stomatitis, selanjutnya kita akan membahas tentang pembagian dari stomatitis. Secara garis besar stomatitis terbagi atas:

1. Stomatitis Apthous

Yaitu sariawan yang terjadi akibat tergigit atau luka akibat benturan dengan sikat gigi. Bila kuman masuk dan daya tahan tubuh anak sedang turun, maka bisa terjadi infeksi, timbul peradangan dan melahirkan rasa sakit atau nyeri. Stomatitis jenis ini dibagi atas dua jenis yaitu akut dan kronis.5,6 Stomatitis akut

Stomatitis akut adalah stomatitis yang disebabkan oleh trauma akibat sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Bila dibiarkan saja stomatitis ini akan sembuh dengan sednirinya dalam beberapa hari.

Stomatitis kronis

Stomatitis kronis adalah stomatitis yang disebabkan xerostomia (mulut kering). Jenis ini jika dibiarkan akan sulit sembuh.5Stomatitis apthous yang sifatnya rekuren dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinis yaitu ulser minor, ulser mayor, dan ulser hipertiform:

Rekuren Apthous Stomatitis Minor

Sebagian besar pasien (80%) yang menderita bentuk minor (MIRAS, ditandai dengan ulser berbentuk bulat atau oval dan dangkal dengan diameter yang kurang daro 5 mm serta pada bagian tepinya terdiri dari eritematous. Ulserasi bisa tunggal ataupun merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima.

Gambar 1: Recurrent Apthous Stomatitis Minor

Sumber : http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/564/resources/image/bp/1.htmlFrekuensi RAS lebih sering pada laki-laki daripada wanita dan mayoritas penyakit terjadi pada usia antara 10 dan 30 tahun. Pasien dengan MIRAS mengalami ulserasu yang berulang dan lesi individual dpapat terjadi dalam jangka waktu yang pendek dibandingkan dengan tiga jenis yang lain. Ulser ini sering muncul pada mukosa non-keratin. Lesi ini didahului dengan rasa terbakar, gatal, atau rasa pedih dan adanya pertumbuhan macula eritematous. Klasiknya, ulserasi berdiameter 3 sampai 10 mm dan sembuh tanpa luka dalam 7 sampai 14 hari.

Rekuren Apthous Stomatitis Major

Rekuren aphtous stomatitis major (MARAS), yang diderita kira-kira 10% dari penderita RAS dan lebih hebat dari MIRAS. Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm dan berlangsung 4 minggu termasuk daerah-daerah yang berkeratin. Tanda adanya ulser seringkali dilihat pada MARAS. Jaringan parut terbentukkarena keparahan dan lamanya lesi terjadi.

Gambar 2: Recurrent Apthous Stomatitis Mayor

Sumber : http://dentosca.wordpress.com/2011/04/08/recurrent-aphthous-stomatitis-ras/ Rekuren apthous stomatitis major lebih besar disbanding MIRAS dan terjadi dalam jangkan waktu yang panjang. Awal dari MARAS terjadi setelah masa puberty dan akan terus menerus hingga 20 tahun atau lebih. Hipertiformis Apthous StomatitisIstilah herpertiformis digunakan karena bentuk klinis HU (yang dapat terdiri dari atas 100 ulser kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetic primer tetapi virus-virus herpes tidak mempunyai peranan dalam etioologi HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aptosa.

Gambar 3: Herpertiformis Apthous Stomatitis

Sumber : http://dentosca.wordpress.com/2011/04/08/recurrent-aphthous-stomatitis-ras/Herpertiformis apthous stomatitis menunjukkan lesi yang besar dan frekuensi terjadinya berulang. Pada beberapa individu, lesi berbentuk kecil dan berdiameter rata-rata 1 sampai 3 mm.

Etiologi yang utama dari RAS adalah faktor keturunan. Faktor ini mempunyai pengaruh yang cukup besar, karena itu bila dalam satu keluarga ada yang memiliki sariwan maka anggota lainnya biasanya juga terkena. Adanya peningkatan terjadinya RAS pada anak dengan orang tua yang positif RAS.2. Oral thrush/moniliasis

Yaitu Sariawan yang disebabkan jamur candidas albican, biasanya banyak dijumpai di lidah. Pada keadaan normal, jamur memang terdapat dalam mulut. Namun, saat daya tahan tubuh anak menurun, ditambah penggunaan obat antibiotika yang berlangsung lama atau melebihi jangka waktu pemakaian, jamur Candida Albican tumbuh lebih banyak lagi.73. Stomatitis herpeticYaitu sariawan yang disebabkan virus herpes simplek dan berlokasi di bagian belakang tenggorokan. Sariawan di tenggorokan boasanya langsung terjadi jika ada virus yang sedang mewabah dan pada saat itu daya tahan tubuh sedang rendah, sehingga system imun tidak dapat mentralisir / mengatasi virus yang masuk sehingga terjadilah ulser.8II.3 Faktor Penyebab Terjadinya StomatitisSampai saat ini penyebab utama dari Sariawan belum diketahui. Namun para ahli telah menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya sariawan ini, diantaranya adalah :91. Faktor General antara lain :

Hormonal maupun penyakit sistemik

Stres2. Faktor Lokal antara lain :

Overhang tambalan atau karies, protesa (gigi tiruan)

Luka pada bibir akibat tergigit/benturan

Defisiensi (kekurangan) vitamin B12 dan zat besi

Infeksi virus dan bkteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya stomatitis ini. Ada pula yang mengatakan bahwa stomatitis merupakan reakasi imunologik abnormal pada rongga mulut. Sedangkan yang cukup sering terjadi pada kita, terutama warga kota yang sibuk, adalah stres. Faktor psikologis ini (stres) telah diselidiki berhubungan dengan timbulnya stomatitis.9Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya stomatitis adalah sebagai berikut :

1. Trauma

Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa trauma pada bagian dalam rongga mulut dapat menyebabkan RAS. Dalam banyak kasus, trauma ini disebabkan masalah-masalah yang sangat sederhana. Trauma merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan ulser teruatama pada pasien yang mempunyai kelainan tetapi kebanyakan RAS mempunyai daya perlindungan yang rlatif dan mukosa mastikasi adalah salah satu proteksi yang paling umum.10Faktor lain yang dapat menyebabkan trauma di dalam rongga mulut meliputi :10 Pemakaian gigi tiruan

Rekuren apthous stomatitis disebabkan oleh pemasangan gigi palsu. Seringkali, gigitiruan yang dipasang secara tidak tepat dapat mengiritasi dan melukai jaringan yang ada di dalam rongga mulut. Masalah yang sama sering pula dialami oleh porang-orang yang menggunakan gigitiruan kerangka logam. Logam dapat melukai bagian dalam rongga mulut.

Trauma sikat gigi

Beberapa pasien berpikir bahwa ulser terjadi karena trauma pada mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh cara penggunaan dari sikat gigi yang berlebihan dan cara menyikat gigi yang salah dapat merusak gigi dan jaringan yang ada di dalam rongga mulut.

Trauma makanan

Banyak jenis makanan yang kita makan dapat menorah, menggores atau melukai jaringan-jaringan yang ada di dalam rongga mulut dan menyebabkan terjadinya RAS. Contohnya adalah keripik kentang, kue kering yang keras, apel dan setelah mengunya permen keras.

Prosedur Dental

Prosedur dental dapat mengiritasi jaringan lunak mulut yang tipis dan menyebabkan RAS. Terdapat informasi bahwa hanya dengan injeksi novacaine dengan jarum dapat menyebabkan timbulnya RAS beberapa hari setelah dilakukan penyuntikan.

Menggigit bagian dalam mulut

Banyak orang menderita luka di daam mulutnya karena menggigit bibir dan jaringan lunak yang ada di dalam rongga mulut secara tidak sengaja. Sering kali, hal ini dapat menjadi sebuah kebiasaan yang tidak disadari atau dapat terjadi selama tidur dan luka juga disebabkan oleh tergigitnya mukosa ketika makan dan tertusuk kawat gigi sehingga dapat menimbulkan ulser yang mengakibatkan RAS. Luka gigit pada bibir atau lidah akibat susunan gigi yang tidak teratur.

2. Infeksi

Tidak terdapat fakta yang menunjukkan bahwa stomatitis secara langsung disebabkan oleh mikroba karena hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh infeksi silang dari Streptococci. Biasanya, untuk mencegah infeksi rongga mulut dapat digunakan providone-iodine (obat kumur).11Namun pada dasarnya, providone-iodine merupakan iodine kompleks yang berfungsi sebagai antiseptic. Povidone-iodine mapu membunuh mikroorganisme seperti jamur, bakteri, virus, protozoa, dan spora bakteri. Tak heran agen ini berguna untuk terapi infeksi yang berkaitan dengan makhluk-makhluk renik tesebut. Selain sebagai obat kumur (mouthwash) yang digunakan setelah gosok gigi, povidone-iodine gargle memang digunakan untuk mengatasi infeksi-infeksi mulut dan tenggorokan, seperti gingivitis (inflamasi di gusi) dan tukak mulut (sariawan).113. Abnormalitas Imunologi

Abnormalitas imonologi kemungkinan juga dapat menybabkan ulser. Sirkulasi antibody diduga berhubungan dengan keadaan mukosa dari rongga mulut. Dimana antibody tersebut bergantung pada mekanisme sitoksik atau proses penetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh. Sehingga jika system immunologi mengalami abnormalitas, maka dengan mudah bakteri ataupun virus menginfeksi jaringan lunak disekitar mulut.114. Penyakit Gastrointestinal

Walaupun diketahui bahwa ulser dapat menyebabakn penderitan sukar mencerna makanan, namun hal tersebut jarang dihubungkan dengan penyakit gastrointestinal. Tetapi lebih sering dihubungkan dengan defisiensi vitamin B12. Akan tetapi, ditemukan bahwa 5% psien dengan penyakit tersebut disebabkan oleh penyakit gastrointestinal.115. Defisiensi Hematologi

Pasien dengan RAS yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12, folat atau besi mencapai 20%. Seperti frekuensi defisiensi pada pasien awalnya akan menjadi lebih buruk pada pertengahan usia. Banyak pasien yang defisiensinya tersembunyi, hemoglobin dengan batasan normal dan cirri utama adalah mikrositosis atau makrositosis pada sel darah merah. Defisiensi hematologi juga dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau folat.116. Faktor Hormonal

Pada umumnya penyakit stomatitis banyak menyerang wanita, khususnya terjadi pada fase stres dengan sirkulasi menstruasi. Dalam sebuah penlitian, ditemukan kadar hormone progesterone yang lebih rendah dari normal pada penderita RAS. Sementara kadar hormone Estradiol, LH, Prolaktin, FSH pada kedua group adalah normal. Pada wawancara didapat adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami RAS pada kelompok penderita dibandingkan bukan penderita RAS (5% versus 10%, p=0,002). Dari penelitian tersebut dapat disimpukan bahwa penderita RAS pada umumnya mempunyai kadar hormone progesterone yang lebih rendah dari normal dan ada salah satu keluarganya yang menderita RAS.117. Stres

Faktor stres dapat memicu terjadinya stomatitis sebab stres dapat mengganggu proses kerja dari tubuh sehingga mengganggu proses metabolism tubuh dan menyebabkan tubuh rentan terhadap serangan penyakit, tidak hanya kejadian stomatitis bahkan gangguan-gangguan lainnya dapat dapat dipicu oleh stres.11Biasanya pasien mengalami ulser pada saat stres dan beberapa fakta menunjukkan hal tersebut. Namun, stres sulit untuk diukur dan beberapa penelitian belum dapat menemukan hubungan antara sters dengan munculnya ulser. Faktor psikologis (seperti emosi dan stres) juga merupakan faktor penyebab terjadinya stomatitis.128. Infeksi HIV

Stomatitis dapat digunakan sebagai tanda adanya infeksi HIV, dimana stomatitis memiliki frekuensi yang lebih tinggi pada keadaan defisiensi imun, seperti yang telah dibahas sebelumnya. Namun infeksi akibat virus HIV biasanya menunjukkan tanda klinis yang sangat jelas. Dimana jaringan sudah parah.11Infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan infeksi kronik, yang memiliki 2 pola pada anak, yaitu :11 Pola pertama adalah yang didapati pada bayi dan anak-anak akibat penularan prenatal.

Pola kedua adalah pada remaja melalui perilaku risiko tinggi seperti orang dewasa.

9. Kebiasaan merokok

Kelainan stomatitis biasanya terjadi pada pasien yang merokok. Bahkan dapat terjadi ketika kebiasaan merokok dihentikan.11,12II.2 Penanganan StomatitisPada umumnya stomatitis dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali stomatitis yang disebabkan jamur karena harus diobati dengan obat anti jamur. Biasanya butuh waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika tak diobati, bisa berkelanjutan. Walaupun tidak sampai menyebar ke seluruh tubuh dan hanya disekitar mulut, akan tetapi stomatitis yang diakibatkan oleh jamur segera diobati. Sebab jika jamur ikut tertelan, sangat mungkin terjadi diare.11,13Pengobatan untuk menyembuhkan stomatitis secara umum ada dua, yaitu :13 Dengan menghilangkan penyebabnya seperti anemia, avitaminosis (kekurangan vitamin dan mineral) dan infeksi berat.

Dengan menghindarkan penyebab seperti kebiasaan merokok, bumbu masak yang merangsang, makan makanan panas, serta selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Pengobatan secara local di mulut biasanya dengan memakai obat-obatan yang diminum atau yang dikumur sehingga mengurangi keluhan penderita. Ada sifat unik dari jaringa mulut yang memudahkan proses penyembuhan stomatitis tetapi juga rentan untuk kambuh kembali yakni banyaknya pembuluh darah. Sering terkena trauma/ perlukaan, dan terdapat sel-sel yang daya regenerasinya cepat.13Dengan mengetahui penyebabnya, diharapkan kita dapat menghindari timbulnya stomatitis ini, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Juga selain itu, menghindari stres. Namun bila ternyata stomatitis timbul, maka dapat mencoba denga kumur-kumur air garam dan pergi ke dokter gigi untuk meminta obat yang tepat. Hal tersebut untuk menghindari kita dari mengkonsumsi obat yang salah.13Pengobatan sebaiknya diberika berdasarkan faktor penyebabnya. Dengan tujuan menghindari efek samping dai obat tersebut, apakah obat tersebut bersifat karsinogenik, atau merangsang kanker13.

Apabila telah diberi obat dan berkumur dengan obat kumur, anak tidak juga sembuh, maka harus dicari penyebab lain. Mungkin karena jumlah kuman bertambah, dosis pemakaian obat kurang, atau akibat mengunyah terjadi lagi trauma baru di lidah. Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak memang randah atau karena kebersihan mulut dan gigi tidak terjaga.13Selain cara penanganan stomatitis yang telah dibahas diatas ada beberapa bentuk penanganan lain yaitu sebagai berikut :13 Sebelum tidur, daerah yang mengalami stomatitis diolesi kenalog (sejenis salep untuk sariawan) ditambah minum suplemen vitamin C cair.

Olesi bagian yang terkena stomatitis dengan madu, namun hati-hati dalam mengkonsumsi madu, karena jika kelebihan madu dapat menyebabkan panas dalam.

Timbulnya sariawan bisa jadi karena pertanda akan sakit flu, oleh karena itu disarankan mengkonsumsi vitamin C 1000mg agar tidak terkena sakit flu.

Gunakan pasta gigi yang dapat meringankan sariawan.

Perbanyaklah minum jus tomat, karena dapat mengurangi pembesaran dari stomatitis dan mengurangi gejala klinisnya.

Minum the bunga teratai/chyrantenum, teh ini juga sangat efektif untuk mengobati panas dalam.

Hindari gejala stres dan kecapekan, karena dapat menimbulkan dan memperparah gejala stomatitis.

Gejala stomatitis dapat juga dihilangkan dengan berkumur air rebusan daun saga.

Minumlah air kacang hijau setiap pagi. Kacang hijaunya tidak direbus tapi hanya diseduh dengan air panas sampai airnya warna hijau baru diminum ditambah denga gula sedikit agar rasanya lebih enak.

Gunakan obat-obatan yang dapat meredakan gejala stomatitis.II.5 Pengertian Kebutaan

Ketajaman penglihatan (visus) seseorang dapat diukur, secara subjektif, dengan Optotype, ialah lembar papan yang memuat / huruf atau tanda-tanda lain. Bila seseorang tidak mampu menyebutkan huruf atau gambar pada papan Optotype itu maka dinyatakan orang itu tergolong low vision. Pengukuran visusnya dengan cara mengenal jari (finger counting) dan tangan (hand movement) dari pemeriksa, maka diminta mengenal pacuan sinar yang biasanya digunakan lampus senter.14,16Departemen Kesehatan telah menetapkan batasan dari kebutaan, ialah golongan social blind bila visusnya finger counting jarak satu meter (visus = 1/60) dan medical ophthahmological blind bila tidak ada persepsi sinar. (visus = nol)16Tunanetra itu sendiri adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan.16II.6 Kondisi Psikologi Tunanetra

Seseorang yang mempunyai kecacatan biasanya disebut dengan kondisi luar biasa. Pada umumnya, yang termasuk dalam kondisi luar biasa adalah seseorang atau individu yang mengalami cacat baik jasmani maupun rohani, yang berupa kelainan fisik, mental, ataupun sosial, sehingga mengalami hambatan dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dalam hidupnya.15Seorang tunanetra, dalam kondisinya yang khusus atau luar biasa dengan berbagai kesulitannya, sering menghadapi berbagai masalah karena hambatan dalam fungsi penglihatannya.15Menurut Sukini Pradopo (1976) terdapat beberapa gambaran sifat anak tunanetra diantaranya ialah ragu-ragu, rendah diri, dan curiga pada orang lain. Sedangkan Sommer(dalam Somantri, 2005) mengatakan bahwa anak tunanetra cenderung memiliki sifat-sifat takut yang berlebihan, menghindari kontak sosial, mempertahankan diri dan menyalahkan orang lain, serta tidak mengakui kecacatannya.16Hasil penelitian El-Gilany dan kawan-kawan (2002) terhadap 113 orang dengan gangguan penglihatan di Mesir menunjukkan bahwa meskipun 90,3% sampel mempersepsikan masyarakat sebagai suportif dan memuaskan, namun mayoritas dari sampel memandang diri mereka sebagai tidak mampu/disable (71,7%), meragukan kemampuan diri sendiri (78,8%), dan tidak puas dengan kehidupan (88,5%).17Sedangkan penelitian Rosa (1993) menunjukkan bahwa usia terjadinya kebutaan atau gangguan penglihatan memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan afektif individu. Berdasarkan pengamatannya, seseorang yang buta sejak lahir tetap merasa bahagia dengan ketunanetraannya karena mereka tidak merasa kehilangan apapun seperti halnya mereka pun tidak punya harapan tentang apa yang bisa diperoleh dengan melihat. Seseorang yang buta sejak lahir, hampir secara otomatis menerima keadaan mereka. Sebaliknya dengan orang yang mengalami kebutaan setelah pernah mampu melihat.19,20BAB III

METODOLOGI PENELITIANIII.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian observasional yaitu suatu rancangan penelitian dimana mengamati objek tanpa melakukan intervensi kepada objek tersebut.

III.2 Rancangan Penelitian

Rancangan peneltian berupa penelitian survey yang bersifat analitik yaitu study retrospektif

III.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Tunanetra Yukartuni, Panti Guna Yapti, dan YPKCNI Makassar

III.4 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 2 hari, pada tanggal 27-28 Juli 2011.III.5 Populasi Penelitian

Populasi yang ditetapkan adalah penderita tunanetra yang bermukim di panti Yukartuni, Yapti, dan YPKCNI, Makassar

III.6 Metode Sampling

Total sampling atau quota sampling adalah metode pengambilan sampel yang berdasarkan suatu jumlah unit sampel tertentu dari kategori berbeda dengan ciri khas yang ada sehingga semua karakteristik yang ada di populasi diwakili.

III.7 Kriteria Sampel

Sampel adalah penderita kebutaan visual.

III.8 Data

1. Jenis data : Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil yang diamati langsung di lapangan.

2. Pengumpulan data : Pengumpulan data diperoleh dari hasil tanya jawab antara pasien dengan operator berupa anamnesis yang dilakukan pada pemeriksaan klinik.

3. Penyajian data : Tabel

III.9 Alat dan Bahan

Alat :

Alat diagnostic : Untuk melakukan pemeriksaan klinis oral Neer Beckhen : Untuk menyimpan alat diagnostik Senter kecil : Membantu jangkauan penglihatan pemeriksaan klinis oral Alat tulis menulis : Untuk mencatat hasil penelitianBahan :

Alkohol / Betadine : Untuk sterilisasi alat Kapas / kasa dan tissue : Untuk membersihkan dan mengeringkan alatIII.10 Definisi Operasional

Stomatitis adalah peradangan yang terjadi pada mukosa mulut, yang ditandai dengan adanya gejala inflamasi seperti rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri), tumor (pembengkakan). Function laesa, serta ditandai dengan adanya bercak. Bercak dapat berupa bercak tunggal maupun jamak. Stomatitis dapat menyerang selaput lender pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut.

III.11 Jalannya Penelitian

1. Populasi yang ada dianamnesis terlebih dahulu.

2. Setelah itu dilakukan pemeriksaan secara klinis keterpaparan stomatitis dan kondisi oral hygiene nya.3. Setelah data dari pemeriksaan sampel tersebut, sampel dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Kelompok I : Usia kebutaan sejak lahirb. Kelompok II: Usia kebutaan kurang dari satu tahunc. Kelompok III: Usia kebutaan lebih dari satu tahun4. Ketiga kelompok tersebut kemudian didata keterpaparan dan riwayat stomatitisnya.5. Data yang ada dianalisa berdasarkan pengelompokkannya kemudian ditarik kesimpulan.III.12 Bagan Rancangan Penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada panti tunanetra yang terdapat di Makassar, Sulawesi Selatan, yaitu Panti YPKCNI dan Panti Guna Yapti pada tanggal 27 Juli 2011, kemudian Panti Yukartuni pada tanggal 28 Juli 2011, dengan penyebaran jumlah sampel yaitu 11 orang di Panti YPKCNI, 33 orang di Panti Guna Yapti, dan 17 orang di Panti Yukartuni, totalnya menjadi 61 orang sampel. Kemudian berdasarkan pemeriksaan oral klinis dan wawancara dengan sampel, maka diperoleh data tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kebutaan

NoUsia KebutaanJumlah

N%

1Sejak Lahir3455,74

20 < n < 1 tahun lalu813,11

4n >1 tahun lalu1931,15

Total61100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui bahwa penderita tunanetra dengan usia kebutaan sejak lahir sebanyak 34 orang, sedangkan yang usia kebutaannya kurang dari setahun sebanyak 8 orang, dan yang lebih dari setahun sebanyak 19 orang.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Keterpaparan Stomatitis

NoKeterpaparanUsia Kebutaan (tahun)Jumlah

Sejak Lahir 0