TUGAS : FARMASETIK LANJUTAN DOSEN : ANDI HASRAWATI, S.Si, M.Si, Apt TGL MASUK : Rabu, 4 DESEMBER 2015 TUGAS SKRINING RESEP OLEH : KELOMPOK III WAHYU INDAH PERMATASARI IIN FATIMAH AHMAD IIN INDRIANI ODE WINDA PUTRI SALENDA HAIDIR PUA MBUSA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS : FARMASETIK LANJUTAN
DOSEN : ANDI HASRAWATI, S.Si, M.Si, Apt
TGL MASUK : Rabu, 4 DESEMBER 2015
TUGAS SKRINING RESEP
OLEH : KELOMPOK III
WAHYU
INDAH PERMATASARI
IIN FATIMAH AHMAD
IIN INDRIANI ODE
WINDA PUTRI SALENDA
HAIDIR PUA MBUSA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Analisa resep dalam tugas khusus ini bertujuan untuk menilai apakah
suatu resep obat yang diberikan oleh dokter kepada pasien telah rasional, serta
apakah berpotensi menimbulkan Drugs Related Problems (DRP) serta
kemungkinan terjadinya medication error (ME).
Penggunaan obat yang rasional dapat dijabarkan sebagai penggunaan
obat yang tepat dengan memperhitungkan aspek manfaat dan kerugiannya.
Penggunaan obat yang rasional akan memberikan manfaat yang lebih besar
dibanding kerugian yang diakibatkannya.
DRP umumnya berhubungan dengan dosis, seperti kurang/ lebih dosis
atau mungkin salah dosis, adanya indikasi yag tak terobati, atau bahkan obat
diberikan tanpa indikasi. DRP yang lain mungkin disebabkan oleh adanya
interaksi obat, dengan obat lain, maupun dengan makanan yang dapat
menyebabkan tidak tercapainya tujuan terapi. Resiko efek samping dan
kemungkinan terjadinya reaksi obat merugikan (ROM) juga merupakan faktor
penyumbang terjadinya DRP.
Sedangkan medication error (ME) lebih berupa suatu kejadian yang
merugikan pasien, selama pasien tersebut berada dalam penanganan tenaga
kesehatan.
Instalasi farmasi Rumah Sakit sebagai satu-satunya bagian dalam Rumah
Sakit yang berwenang menyelenggarkan pelayanan kefarmasian, harus dapat
menjamin bahwa pelayanan yang dilakukannya rasional dan sesuai dengan
ketentuan standar pelayanan kefarmasian yang telah ditetapkan. Pelayanan
kefarmasian ini harus dapat mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan
masalah-masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan obat.
B. Rumusan masalah
Apakah penulisan resep sudah memenuhi persyaratan resep meliputi
kesesuaian administrasi, farmasetis dan klinis?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah resep telah
memenuhi persyaratan resep meliputi kesesuaian administrasi, farmasetis dan
klinis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Tentang resep/peresepan.
Resep
1. Pengertian resep.
Resep menurut Kepmenkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 adalah
permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Resep merupakan aspek yang penting
untuk menunjang kualitas hidup pasien. Untuk meningkatkan kualitas
peresepan di rumah sakit, resep yang ditulis oleh dokter harus memenuhi
syarat antara lain: kelengkapan resep, penulisan obat dengan nama generik,
obat termasuk dalam FRS, dan tidak ada efek samping yang membahayakan.
II.2 Kelengkapan Resep
Menurut Kepmenkes RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 persyaratan
administrasi peresepan meliputi nama dan alamat dokter, serta nomor Surat
Izin Praktek; tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter penulis
resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien; nama obat,
potensi, dosis, dan jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas; informasi
lainnya yang diperlukan.
Beberapa contoh penulisan resep yang tidak rasional, seperti:
· Memberikan ”shotgun prescription” yaitu 6-10 R/ dalam satu resep, hal ini
memungkinkan terjadinya interaksi antar obat akan besar
· Memberikan obat konveksi, yaitu memberikan obat jadi yang dibuat secara
massal di pabrik tanpa memperhatikan dosis individu sehingga dosisnya tidak
cocok bagi penderita
· Memberikan obat jenis antibiotik atau antiinfeksi kurang dari seharusnya,
idealnya obat diresepkan untuk pemakaian 3-5 hari; tidak memperhatikan
keadaan ekonomi penderita dalam memberikan obat. Namun dalam
pemberiannya juga harus tepat indikasi.
II.3 Alur Penerimaan Resep di Apotik dan Rumah Sakit
1. Resep Datang
ketika di apotek, ada pasien membawa resep datang, maka pihak apotek
(biasanya front office) menyambut pasien dan mempersilahkan pasien untuk
menunggu sebentar.
2. Skrining resep
selanjutnya pihak front office memberikan resep kepada petugas
penyekrening resep (harus apoteker) segera melakukan skrining resep.
Skrining resep ini antara lain skrining administratif, skrining farmasetis, dan
skrining klinis.
a. Skrining administratif.
Berguna untuk menghindari kesalahan penulisan resep maupun pemalsuan
resep. Yang dianalisis dalam skrining ini antara lain ada tidaknya maupun
keaslian dari :
ada tidaknya Nama,SIP dan alamat dokter.
ada tidaknya dan logis tidaknya Tanggal penulisan resep.
ada tidaknya Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
ada tidaknya Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien (jika
perlu).
benar salahnya Nama obat , sesuai tidaknya potensi obat , dosis, jumlah yang
minta.
jelas tidaknya Cara pemakaian untuk pasien
b. skrining farmasetis.
c. skrining klinis
3. Pemberian Harga
apabila pasien dengan harga yang kita berikan, maka akan segera dilakukan
penyiapan/peracikan obat. Namun, permasalahan terjadi apabila pasien sensitif
terhadap harga,sehingga pasien tidak setuju dengan harga yagn diajukan.
4. Penyiapan/peracikan obat
tahap yang dilakukan pada penyiapan /peracikan obat antara lain
penyiapan/peracikan, dan penyerahan obat ke pasien. Yang melakukan tahpa
ini tidak harus apoteker, bisa tenaga ahli kesehatan seperti AA,ataupun tenaga
terlatih lainnya.
2. Penyerahan obat ke pasien.
sebelum obat di serahkan kepasien, maka harus dilakukan pengecekan
kembali terhadap kesesuaian antara obat dengan etiket, obat dengan resep. Di
sini yang mengecek kembali biasanya adalah orang lain
5. Pemberian informasi, edukasi, dan konseling
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.
Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian
obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta
makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.
Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC,
asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling
secara berkelanjutan agar bisa menghasilkan outpun maksimal dimana pasien
dapat complience dan addherence
6. Monitoring penggunaan Obat
Pemantauan resep dilakukan dalam rangka mengevaluasi aturan pengobatan
pasien agar tepat dan efektif. Pemantauan resep atau pasien yang rutin akan
memastikan bahwa:
· Obat yang tepat diberikan dengan dosis, rute dan frekuensi yang tepat.
· Interaksi obat yang bermakna dapat dihindari.
· Efek samping obat dapat diantisipasi dan dicegah atau ditangani secara tepat,
dan jika diperlukan pemantauan terhadap konsentrasi obat dalam plasma.
(Anonima, 2003)
Kegiatan dalam pengkajian instruksi pengobatan/resep pasien meliputi
pengkajian terhadap persyaratan administrasi (kelengkapan penulisan resep);
farmasi (bentuk sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas dan ketersediaan
obat, aturan penggunaan) dan klinis (ketepatan indikasi, dosis dan waktu
penggunaan obat; duplikasi pengobatan; alergi, interaksi dan efek samping
obat; kontraindikasi; efek aditif)
BAB III
URAIAN RESEP
A. Copy Resep
dr. Aulia AlamsyahJl. Merdeka bogor 24
Telp 0251 8321525Yogyakarta, 1 Oktober 2012
R/ Nifedipin tab 10 mg No. XS 2 dd tab I
R/ Plantacid Forte syr fl No. IS 3 dd 10 mL
R/ Ranitidin tab No.XS 2 dd tab I
R/ Neurosanbe plus tab No. X S 3 dd tab I
Pro : Tn. RudiUmur : 29 tahun
ttd
B. Kelengkapan dan keterangan pada resep
Identitas dokter :
Nama dokter : dr. Aulia Alamsyah
Indentitas obat :
Nifedipin tab
Plantacid Forte syr
Ranitidin tab
Neurosanbe plus tab
Identitas pasien :
Nama : Tn Rudi
Umur : 29 tahun
C. Uraian Obat
1) NifedipinKomposisi:Nifedipin 10 mg.
Indikasi:Angina pectoris stabil, varian dan tidak stabil, infark jantung, hipertensi atau fenomena Raynaud.
Dosis:Angina pectoris stabil, varian dan tidak stabil, infark jantung Dosis awal 1 tab 3x/hari, dapat ditingkatkan menjadi 9-12 tab/hari pada angina.Hipertensi atau fenomena Rauynaud dapat ditingkatkan sampai dengan 2 tab 3x/hari.
Pemberian Obat:Dapat diberikan dengan atau tanpa makan. Hindari jus grapefruit.
Kontra Indikasi:Hamil.
Peringatan:
Hipotensi berat, penderita lemah jantung.
Efek Samping:Pusing, kemerahan pada muka, sakit kepala, hipotensi, edema perifer. Hepatitis, ruam, kram otot, sindrom nefrotik, psikosis akut, hyperplasia gingival.
Interaksi Obat:Meningkatkan efek antihipertensi B-Blocker, meningkatkan bioavaibilitas dengan simetidin, ranitidine.
Indikasi:Mengurangi gejala kelebihan asam lambung, tukak lambung, tukak deudenum.
Dosis:Tab/susp 1-2 tab atau 5-10 mL, diberikan 1 jam sesudah tiap kali makan dan menjelang tidur malam.Tab forte/susp forte: diperlukan antasida yang lebih kuat dan antiflatulen. Kasus berat berikan tiap 2 jam.
Pemberian Obat:Berikan dalam perut kosong, 1 jam sesudah makan atau 1 jam sebelum makan dan menjelang tidur malam.
Indikasi :Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H. Pylori, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam lambung akan bermanfaat.
Peringatan : Gangguan ginjal dan hati (kurangi dosis); kehamilan dan menyusui; injeksi intravena lebih baik dihindari (infus lebih baik), terutama pada dosis tinggi (kadang-kadang dapat menyebabkan aritmia); gangguan kardiovaskular; hindarkan pada porfiria (IONI : 17).
Kontraindikasi :Hipersensitivitas. Hati-hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.
Dosis : Oral 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sebelum tidur malam (tukak lambung dan tukak duodenum).
Pemberian Obat:Dapat diberikan bersama atau tanpa makan.
Interaksi obat : Waktu protrombin bisa dipengaruhi bila diberikan bersama antikoagulan. Antasid menurunkan efektivitasnya, sehingga bila diberikan bersama harus terlebih dahulu dimakan 1 jam sebelum antasid.
Mekanisme kerja :Menghambat kerja histamin untuk menghasilkan asam lambung dengan menduduki reseptor H2 pada sel parietal lambung (Peresepan Obat : 235).
4) Neurosanbe PlusKomposisi:Metampyron 500 mg, vit B1 50 mg, vit B6 100 mg, vit B12 100 mcg.
Indikasi:Neuritis dan neuralgia, trauma nyeri berat pada penyakit degeneratif kolumna vertebra.
Dosis:
1 kaplet 3x/hari. Maksimal 4 kaplet/hari.
Pemberian Obat:Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontra Indikasi:Tekanan darah sistolik < 100 mmHg.
Peringatan:Jangan digunakan pada nyeri otot akibat flu atau reumatik. Gangguan hematologi, gangguan fungsi hati atau ginjal.
Prescriptio/Ordonatio7 Nama Obat 8 Kekuatan obat 9 Jumlah obat
Signatura10 Nama pasien 11 Jenis kelamin 12 Umur pasien 13 Barat badan 14 Alamat pasien 15 Aturan pakai obat 16 Iter/tanda lain
Subscriptio17 Tanda tangan/paraf dokter
Kesimpulan: Resep tersebut lengkap / tidak lengkap.Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi mengenai SIP dokter, nomor telepon dokter, kekuatan obat, dan berat badan pasien.Cara pengatasan SIP dokter dan nomor telepon dokter dapat dikonfirmasi kepada dokter untuk memastikan keabsahan resep, SIP boleh tidak dicantumkan jika dokter bekerja diinstansi. Kekuatan sediaan dapat dikonfirmasi kedokter atau dipilih kekuatan yang terkecil. Sementara data pasien seperti berat badan pasien dapat ditanyakan langsung kepada pasien/keluarga pasien.
IV.2 Kesesuaian Farmasetik
No Nama Obat Kekuatan Bentuk sediaan Jumlah Aturan Pakai Ket.
Nifedipin tab 10 mg tablet 10 2 x sehari 1 tablet Under dose
Platacid forte syr
syrup 1 3 x sehari 10 mL Sesuai
Ranitidine tab . tablet 10 2 x sehari 1 tablet Sesuai
Neurosanbe plus tab
tablet 10 1 x sehari 1 tablet Sesuai
Dosis
No. Nama Obat Dosis Resep Dosis Literatur Kesimpulan Rekomendasi1 Nifedipin tab 2 x sehari 1
tabletDewasa Dosis awal 30 mg sekali sehari sebagai sustain release, 10 mg 3 kali sehari sebagai kapsul.Dosis lazim 10-30 mg 3 kali/hari sebagai kapsul atau 30-60 mg sekali sehari sebagai SRDosis maksimum 120-180 mg/hariMeningkatkan SR pada interval 7-14 hari.
(DIH, 2010: 1065).
Under dose 3 x sehari 1 tablet
2 Platacid forte syr
3 x sehari 10 mL
Tab/susp 1-2 tab atau 5-10 mL, diberikan 1 jam sesudah tiap kali makan dan menjelang tidur malam.Tab forte/susp forte: diperlukan antasida yang lebih kuat dan antiflatulen. Kasus berat berikan tiap 2 jam.
4 Dupikasi/polifarmasi - -5 Alergi - -.6 Efek samping Hipotensi, konstipasi, diare. Pemakaian obat sesuai dosis yang
dianjurkan.Reaksi obat yang merugikan (ADR/Adverse Drug Reaction)
- -
BAB V
PEMBAHASAN
Resep tidak lengkap secara administrasi, kekurangan dapat dikonfirmasi kepada
dokter maupun pasien. Adanya efek samping hipotensi, konstipasi, diare dapat diatasi
dengan meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Nifedipin under doses diatasi
dengan meningkatkan frekuensi penggunaan menjadi 3 x sehari 1 tablet. Interaksi
antasida dapat menurunkan efektivitas dari ranitidin dan ranitidin meningkatkan
bioavaibilitas nifedipin dapat diatasi dengan meminum ranitidin diminm 1 jam sebelum
antasida dan beri jarak penggunaan ranitidin dan nifedipin.
Mekanisme interaksi obat antara antasida dengan beberapa obat seperti
dengan lansoprasol, ranitidin dan allopurinol adalah adanya penurunan absorbsi obat-
obat tersebut karena terjadinya perubahan pH lambung oleh antasida. Interaksi ini bisa
diatasi dengan memberikan obat-obat tersebut pada waktu yang berbeda atau
menyarankan untuk meminum obat lain minimal 2 jam sebelum atau setelah meminum
antasida, sehingga efek terapetik yang diinginkan bisa tercapai (Stockley, 2008).
Antasida dapat mempermudah penyerapan nifedipin, akibatnya efeknya akan
bertambah dan timbul efek sampingnya. Minumlah antasida 1 jam sebelum makan dan
nifedipin 1 jam setelah makan dan nifedipin 1 jam setelah makan.
Penggunaan ranitidin bersama nifedipin dapat menyebabkan peningkatan AUC
nifedipin hingga 30%.
• Resep tidak lengkap secara administrasi,
(kekurangan dapat dikonfirmasi kepada dokter maupun pasien)• DRP’s : Nifedipin under doses
(diatasi dengan meningkatkan frekuensi penggunaan menjadi 3 x sehari 1 tablet.)• DRP’s : Pemberian Plantacid Forte tidak usah diberikan karena, pemeberian Ranitidin
sudah cukup untuk mengatasi maag Pasien• Pembeerian Neurosanbe Yang berisi Methampyron kepada pasien harus dikaji ulang,
untuk itu perlu ditanyakan dulu kepada pasien apakah mempunyai penyakit lain selain Hipertensi dan Maag
• Adanya efek samping hipotensi, konstipasi, diare (dapat diatasi dengan meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan)
• Interaksi antasida dapat menurunkan efektivitas dari ranitidin (dapat diatasi dengan meminum ranitidin diminm 1 jam sebelum antasida)
• Interaksi ranitidin meningkatkan bioavaibilitas nifedipin (beri jarak penggunaan ranitidin dan nifedipin)
No. Kriteria Informasi Isi Informasi1 Nama Obat Nifedipin
Plantacid forteRanitidinNeurosanbe plus
2 Kegunaan obat/outcome terapi
yang diharapkan
Nifedipin: mengatasi darah tinggiPlantacid forte: Mengurangi gejala kelebihan asam lambung, tukak lambung, tukak deudenum.Ranitidin: Mengatasi tukak lambung, mengurangi asam lambung.Neurosanbe plus: Mengatasi Nyeri, pegal-pegal.
3 Aturan pakai Nifedipin: 3 x sehari 1 tablet, dapat diberikan dengan atau tanpa makan. Hindari jus grapefruit.Plantacid: 3 x sehari 10 mL, berikan dalam perut kosong, 1 jam sesudah makan atau 1 jam sebelum makan dan menjelang tidur malam.Ranitidin: 2 x sehari 1 tablet, dapat diberikan bersama atau tanpa makan.Neurosanbe plus: 3 x sehari 1 kaplet, dapat diberikan dengan atau tanpa makan.
4 Waktu minum obat Nifedipin: dapat diberikan dengan atau tanpa makan.Plantacid: berikan dalam perut kosong, 1 jam sesudah makan atau 1 jam sebelum makan dan menjelang tidur malam.Ranitidin: dapat diberikan bersama atau tanpa makan.Neurosanbe plus: dapat diberikan dengan atau tanpa makan.
5 Cara pakai Diminum melalui mulut dengan segelas air putih. 3 x sehari artinya tiap 8 jam, 2 x sehari artinya tiap 12 jam.
6 Durasi penggunaan obat
30 hari
7 Efek samping Hipotensi, konstipasi, diare dapat diatasi dengan meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Efek samping lain anemia, mual, muntah.
8 Penyimpanan Simpan tablet ditempat yang kering pada suhu kamar (25oC), terlindung dari cahaya matahari langsung.
9 Aktivitas yang disarankan/dihindari
Aktivitas yang disarankan:Pertahankan gaya hidup sehat dengan berolahraga secara teratur, diet rendah garam dan rendah lemak.
Belajar untuk releks dan mengendalikan stres.
Kontrol berat badan.
Periksa tekanan darah teratur
Meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Minum air putih. Jika lambung terasa perih, minumlah air untuk mengurangi rasa perih tersebut.
Bila lupa minum antasida maka segeralah minum jika mengingatnya. Jika sudah mendekati waktu minum obat berikutnya, hilangkan saja dan kembali pada jadwal semula. Jangan minum obat tersebut 2 dosis sekaligus.
Bila keluhan sudah sembuh, penggunaan masing-masing obat dapat dihentikan.Makan dalam porsi sedang (tidak banyak). Makan yang lunak.
Makan makanan yang kaya buah dan sayur, namun hindari sayur dan buah yang bersifat asam (misalnya jeruk, lemon, grapefruit,nanas, tomat).
Aktivitas yang dihindari:Jika merokok, berhenti merokok.
Hindari minum alkohol.
Gaya hidup tidak sehat, stress.Hindari makanan yang mengiritasi seperti pedas, asam, dan yang digreng, berlemak, kopi/kafein, minuman berkarbonasi, Jangan berbaring setelah makan untuk mencegah refluk (aliran balik) asam lambung.Hindari penggunaan obat NSAID.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan skrining resep dan hasil analisis DRP (Drug Related Problem) serta Care Plan:
Resep tidak lengkap secara administrasi, kekurangan dapat dikonfirmasi kepada dokter maupun pasien. Adanya efek samping hipotensi, konstipasi, diare dapat diatasi dengan meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Nifedipin under doses diatasi dengan meningkatkan frekuensi penggunaan menjadi 3 x sehari 1 tablet. Interaksi antasida dapat menurunkan efektivitas dari ranitidin dan ranitidin meningkatkan bioavaibilitas nifedipin dapat diatasi dengan meminum ranitidin diminm 1 jam sebelum antasida dan beri jarak penggunaan ranitidin dan nifedipin.
• Resep tidak lengkap secara administrasi,(kekurangan dapat dikonfirmasi kepada dokter maupun pasien)
• DRP’s : Nifedipin under doses (diatasi dengan meningkatkan frekuensi penggunaan menjadi 3 x sehari 1 tablet.)
• DRP’s : Pemberian Plantacid Forte tidak usah diberikan karena, pemeberian Ranitidin sudah cukup untuk mengatasi maag Pasien
• Pembeerian Neurosanbe Yang berisi Methampyron kepada pasien harus dikaji ulang, untuk itu perlu ditanyakan dulu kepada pasien apakah mempunyai penyakit lain selain Hipertensi dan Maag
• Adanya efek samping hipotensi, konstipasi, diare (dapat diatasi dengan meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan)
• Interaksi antasida dapat menurunkan efektivitas dari ranitidin (dapat diatasi dengan meminum ranitidin diminm 1 jam sebelum antasida)
• Interaksi ranitidin meningkatkan bioavaibilitas nifedipin (beri jarak penggunaan ranitidin dan nifedipin)
B. Saran
perlu monitoring: a. Pantau perkembangan pasien apakah asam lambung masih meningkat atau sudah mulai menurun.
b. Kepatuhan pasien minum obat.c. Kemungkinan timbulnya efek samping seperti anemia, mual, muntah.
Perlu evaluasi :a. Keberhasilan terapi: pasien sembuh atau tidak, gejala atau keluhan berkurang, hilang/tidak, pasien dapat beraktivitas seperti biasa.b. Ada/tidaknya gejala/keluhan dan penyakit lain yang timbul setelah/selama pengobatan (keluhan berkurang/tidak).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Anonim, 2004, Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, DEPKES RI.
Handoko dan Suharto. Insulin, Glukagon dan Antidiabetik Oral. Dalam: Farmakologi dan
Terapi edisi 4, 2004. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.