Top Banner
13

SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat

Jan 23, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat
Page 2: SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019

SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI TANDUK

PADA HUTAN ADAT MASYARAKAT DESA RUMBIO MENGGUNAKAN

SOIL & WATER ASSESMENT TOOL (SWAT)

1Nurdin,

2Joleha,

3Bochari,

4Imam Suprayogi

1,2Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik ,

Universitas Riau,Pekanbaru 28293

E-mail : [email protected]

Abstrak : Tujuan utama penelitian adalah menetapkan rekomendasi kegiatan

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dengan melakukan penanaman pohon

Kehutanan berbasis partisipasi masyarakat di Hutan Adat Desa Rumbio Kabupaten

Kampar. Metode pendekatan untuk penelitian menggunakan Model SWAT dengan

input data model ArcSWAT sepert peta digital rupa bumi Indonesia Skala 1:25.000,

peta geologi Sumatera Skala 1: 250.000, data hujan bersumber dari alat ukur curah

hujan manual Ombrometer dari tahun 2013 – 2017, data tinggi muka air (TMA)

harian yang diambil dari alat pengukur digital yang ditransfer melalui Personal

Digital Assistant (PDA) sebagai dasar menyusun stage hydrograph, data debit

menggunakan persamaan rating curve, alat ukur curah hujan manual ombrometer dari

tahun 2013 – 2017 dan Citra Google Earth Sub DAS Sei Tanduk. Hasil utama dari

penelitian ini membuktikan bahwa pengelolaan Sub DAS Sei Tanduk di Hutan Adat

Desa Rumbio menggunakan pendekatan model SWAT dengan melakukan penanaman

pohon Kehutanan dengan melibatkan peran serta masyarakat dengan menggunakan

pola lahan kering dengan sistem pola terbaik pertanian untuk digunakan sebagai

Agroforestry untuk mengurangi laju sedimentasi dalam waktu dua tahun dari 2014

menjadi 2016 oleh 47,80 ha/tahun melalui kegiatan program rehabilitasi hutan tanah

(RHL), Kementerian lingkungan hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia

Kata kunci : skenario, perencanaan dan pengelolaan, hutan adat masyarakat, model

SWAT, pola agroforestry

Page 3: SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019

SCENARIO MANAGEMENT OF SUB WATERSHED SEI TANDUK ON INDIGENOUS FOREST RUMBIO VILLAGE USING

SOIL & WATER ASSESMENT TOOL (SWAT)

1Nurdin,

2Joleha,

3Bochari,

4Imam Suprayogi

1,2,3,4 Department of Civil Engineering,

Faculty of Enginering,

University of Riau,Pekanbaru 28293

E-mail : [email protected]

Abstract

The main objective of the research is to establish a recommendation for forest and

land rehabilitation activities (RHL) by planting forestry tree-based community

participation in Rumbio Village indigenous Forest Kampar District. Method of

approach for research using SWAT Model with data input model ArcSWAT such as

digital map of Earth Indonesia scale 1:25,000, geological map of Sumatra scale

1:250,000, data of rain sourced from manual rainfall measuring instruments

Ombrometer from the year 2013 – 2017, daily water level (TMA) data extracted from

digital measuring instruments transferred through the Personal Digital Assistant

(PDA) as the basis for the stage of the hydrograph, the discharge data using the rating

curve equation, manual rainfall measuring equipment Ombrometer from the years

2013 – 2017 and the image of Google Earth Sub watershed Rumbio. The main

results of the research proved that the management of Sub watershed Sei Tanduk in

the indigenous forest of Rumbio village use SWAT Model approach by conducting

forestry tree planting based on community participation using the best pattern system

dry land agriculture to be used as an agroforestry to reduce sedimentation rate within

two years from 2014 to 2016 by 47.80 ha/year through the activities of Land Forest

Rehabilitation Program (RHL) by Watershed and Protection Forest Management

Agency (BP-DASHL) Indragiri Rokan, Ministry of Environment and Forestry

(KLHK) of the Republic of Indonesia

Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT

model, agroforestry pattern

1.LATAR BELAKANG

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan

DAS dan Perhutanan Sosial

Departemen Kehutanan Republik

Indonesia melalui Balai Pengelolan –

Daerah Aliran Sungai (BP-DAS)

Indragiri Rokan telah melakukan

Kegiatan Proyek Perencanaan dan

Evaluasi Pengelolaan DAS Indragiri

Rokan pada Tahun Anggaran 2003

dengan melakukan penyusunan Master

Plan Model DAS Mikro Desa Rumbio

Kecamatan Kampar yang rekomendasi

hasilnya menetapkan Sei Tanduk

memperoleh pemeringkat tertinggi

sebagai Model DAS Mikro terpilih

berdasarkan kriteria penilaian

berdasarkan kriteria biofisik yaitu

geologinya tidak karts, luas kurang

Page 4: SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019

dari 1000 ha, terdapat lahan kritis,

terdapat lahan pertanian, hutan adat

dan pemukiman serta relatip mudah

dijangkau dan terletak dalam satu

wilayah kabupaten) dan kriteria sosial

ekonomi yaitu ketergantungan

terhadap lahan, dukungan masyarakat

dan dukungan pemerintah kabupaten /

kota, kecamatan dan desa dengan

bobot sebesar 0.832 diikuti Sei Silam

dan Sei Semaung berturut-turut 0.748

dan 0.581 (Laporan Akhir Master Plan

Model DAS Mikro, 2003).

Masih bersumber dari Laporan

Monitoring dan Evaluasi Tata Air,

Penggunaan Lahan dan Sosial

Ekonomi DAS Sei Tanduk tahun 2016

bahwa data sebaran lahan kritis

seluas 226.2 ha dari total luas 680 ha

(33.26 %) dalam kondisi kritis. Jika

merujuk pada kriteria Peraturan

Menteri Kehutanan Republik Indonesia

nomor P.61 /Menhut II/ 2014

persentase lahan kritis di DAS Mikro

Sei Tanduk sebesar 33.26 % termasuk

dalam kategori sangat tinggi

Masih merujuk dari Laporan

Monitoring dan Evaluasi Tata Air,

Penggunaan Lahan dan Sosial

Ekonomi DAS Sei Tanduk tahun 2016

di atas, berarti kondisi lahan harus

menjadi perhatian serius bagi semua

pihak perlu bertindak dalam upaya

menurunkan laju kekritisan lahan agar

tidak bertambah luas dengan

melakukan kegiatan implementasi

model SWAT pada DAS Mikro

terpilih Sei Tanduk Desa Rumbio

Kabupaten Kampar dengan output

berupa debit bulanan dan limpasan

selanjutnya digunakan untuk mengkaji

kondisi regim aliran (KRA) sedangkan

limpasan permukaan digunakan untuk

mengkaji wilayah yang memberikan

limpasan yang paling besar

dalamupaya pengelolaan DAS Mikro

Sei Tanduk Desa Rumbio agar lestari

dan berkelanjutan melalui penguatan

sektor program RHL tanaman

Kehutanan.

Selanjutnya dengan merujuk amanah

Peraturan Direktorat Jenderal Bina

Pengelolaan DAS dan Perhutanan

Sosial No P.2/V.SET/2015 tentang

Petunjuk Teknis Pemanfaatan Model

Hidrologi Dalam Pengelolan DAS

menyatakan Asosiasi Dunia

Konservasi Tanah dan Air atau World

Association Soil and Water

Conservation (WASWC) telah

merekomendasikan kepada negara-

negara anggotanya untuk dapat

memanfaatkan dan mengembangkan

SWAT dalam konservasi tanah dan air.

Model SWAT memungkinkan simulasi

sejumlah proses fisik yang berbeda

pada suatu DAS. SWAT sebagai salah

satu model hidrologi merupakan model

terdistribusi yang terhubung dengan

Sistem Informasi Geografis (SIG) dan

mengintegrasikan Sistem Pengambilan

Keputusan Spasial (Spatial DSS-

Decision Support System) sehingga

model SWAT berdaya guna tinggi.

Tujuan utama penelitian adalah

menetapkan rekomendasi kegiatan

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)

dengan melakukan penanaman pohon

Kehutanan berbasis partisipasi

masyarakat di Hutan Adat Desa

Rumbio Kabupaten Kampar

2.METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada Sub DAS Sei

Tanduk secara administratip berada di

Desa Rumbio dan Desa Pulau Sarak,

Kecamatan Kampar, Kabupaten

Kampar, Provinsi Riau. Secara

astronomi terletak antara 0º 17’ 51”

LU – 0º 19’ 57” LU dan 101º 6’ 43”

BT - 101º 8’ 36” BT dengan luas

daerah tangkapan air (watershed)

seluas 680 ha. Diskripsi peta

administrasi DAS Mikro Sei Tanduk

Page 5: SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019

Desa Rumbio, Kecamatan Kampar,

Kabupaten Kampar disajikan seperti

dalam Gambar 1 di bawah ini.

Sumber : Badan Informasi Geospasial

Gambar 1 Peta Administrasi Sub DAS

Sei Tanduk

Bahan dan Alat

Bahan yang dibutuhkan dalam

kegiatan ini digunakan untuk persiapan

pengambilan sampel dan kegiatan

lapangan guna mendukungkebutuhan

data dalam proses input data model

ArcSWAT. Bahan-bahan yang

digunakan adalah Peta Digital Rupa

Bumi Indonesia Skala 1:25.000, Peta

Geologi Sumatera Skala 1: 250.000,

Data Hujan bersumber dari alat ukur

curah hujan manual Ombrometer dari

tahun 2013 – 2017, Data Tinggi Muka

Air (TMA) harian yang diambil dari

alat pengukur digital yang ditransfer

melalui Personal Digital Assistant

(PDA) ataupun melalui notebook

sebagai dasar menyusun stage

hydrograph dan Data Debit

bersumber dari hasil pengukuran

(observed) luas penampang basah

saluran dalam m2dikalikan dengan

kecepatan aliran menggunakan

pelampung dalam m/dt sebagai dasar

penyusunanpersamaan Liku Kalibrasi

atau Rating Curve yang

mendiskripsikan pola hubungan antara

data runtun waktu tinggi muka air

terhadap nilai debit harian

menggunakan pendekatan persamaan

Power, Alat ukur curah hujan manual

ombrometer dari tahun 2013 – 2017

dan Citra Google Earth Sub DAS

Mikro Rumbio. Sedangkan peralatan

yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain:Global Positioning System

(GPS), Sekop, Pita ukur, Ring

Permeabilitas, Soil Test Kit, Munssel

Soil Chart, Bor Tanah, Plastik

Pembungkus, Spidol marker, Kamera,

Seperangkat Komputer, Software

ArcGIS 10.1,Software ArcSWAT

2012, Microsoft’s Acces, Microsoft

dan Notepad.

Metode pendekatan yang digunakan

untuk kebutuhan analisis tata air

menggunakan model hidrologi SWAT

yang merupakan model kontinyu untuk

skala DAS Mikro yang beroperasi

secara harian

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data penelitian ini bersumber dari

penelitian yang dilkakuan sebelumnya

maupun data-data yang diperoleh dari

instansi terkait diolah dengan beberapa

pengelompokan dan tahapan.

Data Biofisik

Data biofisik ini dikelompokkan dalam

2 kelompok yakni, data penggunaan

lahan yang diolah menggunakan

perangkat SIG dan tata air yang diolah

dengan perangkat ArcSWAT dan

SWAT-CUP yang terintegrasi pada

perangkat SIG.

Data penggunaan lahan dengan

langkah-langkah;

1. Melakukan survei lapangan

pengambilan titik koordinat

sampel tutupan lahan dengan

menggunakan GPS.

2. Melakukan perubahan sistem

koordinat ke dalam proyeksi

UTM datum WGS 84 zone 47

terhadap Petapenggunaan

lahan tahun 2014 dan 2016,

yang bersumber dari BP-

DASHL Indragiri Rokan.

Page 6: SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019

3. Peta administrasi Kabupaten

Kampar dilakukan

transformasi koordinat

kedalam proyeksi UTM datum

WGS 84 zone 47 dengan

menggunakan perangkat GIS,

selanjutnya mendigitasi Peta

administrasi tersebut seluas

DAS Mikro Desa Rumbio

dengan cara overlay terhadap

Peta penggunaan tahun 2014

dan 2016

Data tata air dengan uraian kegiatan;

1. Untuk keperluan model SWAT

Peta kelas lereng, jenis tanah,

sungai RBIdan citra RSTM

sistem koordinatnya dirubah

menjadi proyeksi UTM datum

WGS 84 zone 47.

2. Menggabungkan data citra

STRM

scaneASTGTM2_N00E100 dan

ASTGM

_S01E100 dari data yang

sudah di download

menggunakan perangkat GIS

dan disimpan dengan nama

yang mudah diingat.

3. Pengisian data atribut tanah ke

dalam file SOL pada database

SWAT dalam dua jenis bagian

sifat fisik dan kimia tanah,

masukan untuk jenis tanah

terdiri dari nama tanah

(SNAM), jumlah horizon

(Nlayer), group hidrologi tanah

(HYDGRP), kedalaman efektif

(SOL_ZMX) dan tekstrur

semua lapisan tanah.

4. Pengisian masukan data untuk

masing-masing horison

meliputi ketebalan horison

dalam mm (SOL_Z), bulk

density dalam g/cm²

(SOL_BD), kapasitas menahan

air dalam mm H2O/mm tanah

(SOL_AWC), kandungan liat,

pasir dan debu (% bobot tanah),

kandungan bahan organik dan

fraksi batuan (% berat batuan),

Saturated Hidroulic

Conductivity dalam mm/jam

(SOL_K), nilai erodibilitas

tanah menurut USLE.

5. Memasukkan data iklim ke

dalam database SWAT yeng

terdiri dari temperatur udara

minimum dan maksimum

harian (C), curah hujan harian

(mm), kecepatan angin harian

(m/dt), kelembaban udara

harian (fraksi) radiasi sinar

matahariharian (MJ/m²), untuk

membentuk weathergenerator

yang disimpan dalam file untuk

TMP, PCP, WIND, RH dan

SOLAR yang berisikan ID,

NAME, LATITUDE,

LONGITUDE dan

ELEVATION, sedangkan file

T, P, W, R adalah data iklim

harian tahun 2012 – 2017.

6. Untuk menjalankan model

SWAT yang pertama

dilakukan adalah pembuatan

project ArcSWAT.

7. Dalam model SWAT deliniasi

batas DAS dilakukan sendiri

oleh program atau disebut

Watershed Delineator, dengan

mengoverlay titik SPAS, Peta

sungai RBI dan Peta DEM

sebagai variabel pembentuk

Watershed tersebut setelah

terlebih dahulu terbentuk

project Arc SWAT.

8. Melakukan pembentukan

Hidrological Respone Unit

(HRU) dengan mendefinisikan

data set tutupan lahan, jenis

tanah, kelas lereng dan

klasifikasi berdasarkan atribut

tutupan lahan , jenis tanah,

kelas lereng dan overlay

dataset tutupan lahan, jenis

tanah dan kelas lereng.

Metode pendekatan yang digunakan

untuk kebutuhan analisis tata air

menggunakan model hidrologi SWAT

Page 7: SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019

yang merupakan model kontinyu untuk

skala DAS yang beroperasi secara

harian dalam penelitian ini digunakan

untuk memprediksi dampak

pengelolaan terhadap air, dan sedimen

dengan langkah-langkah

1. Running ArcSWAT

Yang perlu diatur dalam

menjalankan Running ArcSWAT

adalah Starting Date atau Editing

Date dalam format tanggal / bulan

/ tahun, Rainfall distribution jika

data iklim yang akan digunakan

adalah keluaran dari Weather

Generator Data, pemilihan Print

out Setting dengan pilihan Daily

dengan mengisi kolom NYSKIP

dengan angka 2 yang artinya data

yang digunakan adalah 2 tahun

data sebagai warmingup model

dan unchek list pilihan Limit HRU

Output, pada Setup SWAT Run

akan memperlihatkan jendela

Finished SWAT Setup dan OK

untuk menjalankan simulasi.

2. Output Simulasi

Untuk menjalankan output

simulasi pada SWAT Simulation

pilih Read SWAT Output yang

mempunyai checklistoutput.rch,

output.sub, danoutput.hru yang

masing-masing check list ini

menunjukkan level dari output

hasil simulasi. Output.rch hasil

simulasi pada level sungai (reach),

output.subhasil simulasi pada level

sub basin dan output.hru hasil

simulasi pada level HRU, semua

file ini tersimpan dalam folder

TxtinOut di foldel Scenario. Inport

File to Database adalah untuk

memunculkan jendela Mirosoft

Acces berisikan file hasil simulasi

di checklist dan dengan

memberikan nama file pada kotak

Save SWAT Simulation secara

otomatis akan tersimpan saat

menjalankan perintah Save

Simulation.

3. Kalibrasi dan Validasi

Dalam model SWAT Kalibrasi

merupakan pengujian model agar

dapat menggambarkan keadaan

yang sebenarnya, sedangkan

validasi adalah perbandingan

secara visual antara kurva debit

hasil simulasi dengan kurva hasil

pengukuran stasiun pengamatan.

Prosedur kalibrasi menggunakan

uji parameter statistik koefisien

NashSutcliffe ( NS ), dan koefisien

determinasi (R²).

Nash Sutcliffe ( NS ) dihitung

dengan persamaan;

i misi

i misi

QQ

QQNS

2

2

1

Dimana, siQ adalah variabel

pengamatan (debit actual), miQ

adalah variabel hasil simulasi

(debit hasil model), Q adalah

variabel rata-rata (rata-rata debit

terukur) . Koefisien NashSutcliff (

NS ) terdiri atas 3 kelas yaitu: 1)

Sangat baik, jika 0,75< NS ≤ 1,00;

2) Baik, jika 0,65 <NS≤0,75; 3)

Memuaskan, jika 0,50 < NS<0,65,

dan 4) Kurang memuaskan jika,

NS< 0,50

Koefisien determinasi (R²) atau

persamaan linier dihitung dengan;

2

22

2

ssimmi

i sisimmi

QQQQ

QQQQR

Dimana, miQ adalah variabel

pengamatan (debit aktual) yang

terukur (mm), mQ adalah variabel

rata-rata pengamatan (debit aktual

rata-rata) yang terukur (mm), siQ

adalah vaariabel perhitungan

model (debit hasil simulasi) (mm),

adalah rata-rata perhitungan

Page 8: SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019

model (debit hasil simulasi) (mm),

dengan nilai R² antara 0 – 1

4. Karateristik Hidrologi

menggunakan Model SWAT

Analisis dampak penggunaan

lahan terhadap karakteristik

hidrologi menggunakan model

SWAT ini yang meliputi :

a. Hasil air (Water Yield) dihitung

dengan menggunakan persamaan ;

pondtlossQQQWyld gwlatsurf

Dimana, Wyld adalah total air

jumlah air yang masuk ke

sungai utama/waduk selama

periode simulasi (mm), surftQ

adalah aliran permukaan pada

hari ke-i (mm), latQ adalah

jumlah aliran lateral yang

masuk ke sungai utama pada

hari ke-i (mm), gwQ adalah

aliran bawah permukaan atau

base-flow pada hari ke-i (mm),

tloss adalah air yang hilang

dari sungai karena adanya

pengaliran permukaan (mm),

pond adalah air yang hilang

melalui kolam-kolam

penampungan air

(embung/mm).

3.HASIL DAN PEMBAHASAN

Model SWAT secara umum membagi

dua proses hidrologi yang terjadi di

dalam DAS menjadi dua.Proses

pertama adalah proses yang terjadi

pada lahan dimana air disimulasikan

tertransport ke dalam saluran bersama

sedimen dan kimia tanah.Proses kedua

merupakan simulasi proses transport

air, sedimen dan kimia tanah dalam

saluran (Cibin, 2012).

Langkah pertama bertujuan untuk

mengetahui karakteristik hidrologi di

Sub DAS Sei Tanduk menggunakan

Model SWAT maka melakukan

tahapan proses yang terjadi pada lahan

dimana air disimulasikan tertransport

ke dalam saluran bersama sedimen

dan kimia tanah dengan menggunakan

input data Tahun 2014 dan Tahun 2016

menggunakan Program Bantu SWAT

yang hasil selengkapnya disajikan

seperti pada Gambar 2 dan Gambar 3

di bawah ini

Gambar 1. Diskripsi Hasil Analisis

Hidrologi Untuk Untuk

Penggunaan Lahan Tahun 2014

Sumber : Hasil Running Model SWAT

Gambar 2 Diskripsi Hasil Analisis

Hidrologi Untuk

Penggunaan Lahan Tahun 2016

Sumber : Hasil Running Model SWAT

Selanjutnya dengan merujuk diskripsi

hasil analisis hidrologi berdasarkan

penggunaan lahan untukTahun 2014

Page 9: SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019

dan Tahun 2016 menggunakan

program bantu SWAT yang disajikan

seperti pada Gambar 4.11 dan Gambar

4.12 di atas, maka akan diperoleh nilai

aliran permukaan (Q surf), aliran

lateral (Q lat), aliran dasar (Q base),

nilai hasil air (Q water yield) serta nilai

evapotranspirasi (ET) di DAS Mikro

Sei Tanduk berturut – turut disajikan

seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2 di

bawah ini.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis

Hidrologi untuk penggunaan lahan

tahun 2014

Sumber : Hasil Running Program

Model SWAT

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Analisis

Hidrologi untuk Penggunaan Lahan

tahun 2016

Sumber : Hasil Running Program

Model SWAT

Sedimentasi

Sedimentasi adalah jumlah material

tanah berupa kadar lumpur dalam air

oleh aliran air sungai yang berasal dari

hasil proses erosi di hulu, yang

diendapkan pada suatu tempat di hilir

dimana kecepatan pengendapan butir-

butir material suspense telah lebih

kecil dari kecepatan angkutannya.

Dari proses sedimentasi, hanya

sebagian material aliran sedimen di

sungai yang diangkut keluar dari

DAS, sedang yang lain mengendap di

lokasi tertentu di sungai selama

menempuh perjalanannya (Permenhut

RI No.61/Menhut II/2014).

Masih merujuk Permenhut RI

No.61/Menhut II/2014 bahwa

indikator terjadinya sedimentasi dapat

dilihat dari besarnya kadar lumpur

dalam air yang terangkut oleh aliran

air sungai, atau banyaknya endapan

sedimen pada badan-badan air dan

atau waduk. Makin besar kadar

sedimen yang terbawa oleh aliran

berarti makin tidak sehat kondisi

DAS. Selanjutnya hasil sedimentasi di

Sub DAS Tanduk menggunakan

Model SWAT untuk penggunaan

lahan tahun 2014 dan tahun 2016

disajikan seperti pada Gambar 2 dan

Gambar 3 di bawah ini

Gambar 2. Diskripsi Hasil Analisis

Sedimentasi Untuk

Penggunaan Lahan Tahun 2014

Sumber : Hasil Running Model SWAT

MON RAIN SURF Q LAT Q WATER YIELD ET SED YIELD PET

(MM) (MM) (MM) (MM) (MM) (T/HA) (MM)

1 186.58 68.69 2.41 75.16 111.24 3.67 179.20

2 60.24 5.42 0.70 7.51 89.79 0.02 110.71

3 206.55 96.22 2.21 98.93 67.38 0.41 131.06

4 138.47 36.62 1.95 45.51 84.58 0.23 153.13

5 203.40 81.30 2.61 90.21 87.84 1.56 159.13

6 116.47 51.76 1.57 58.67 79.56 2.86 222.43

7 104.10 29.79 0.98 33.36 73.40 2.75 216.11

8 114.30 38.49 1.03 40.50 74.06 4.86 211.15

9 148.10 57.90 1.26 60.39 70.41 7.62 173.17

10 221.92 91.39 2.62 98.23 103.76 9.46 205.83

11 308.45 127.33 4.52 138.86 122.21 15.76 174.24

12 175.02 76.61 2.54 89.38 91.69 8.62 210.99

Jumlah 1983.60 761.52 24.40 836.71 1055.92 57.82 2147.15

Page 10: SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019

Gambar 3. Diskripsi Hasil Analisis

Sedimentasi Untuk

Penggunaan Lahan Tahun 2014

Sumber : Hasil Running Model SWAT

Bersumber dari Gambar 2 dan Gambar

3 berdasarkan hasil running model

SWAT menyatakan bahwa nilai yield

sediment untuk penggunaaan lahan

tahun 2014 dan tahun 2016 di Sub

DAS Sei Tanduk berturut-turut adalah

51.94 ton/ha dan 57.82 ton/ha .

Merujuk Gambar 2 dan Gambar 3 di

atas, terkait penggunaan lahan untuk

tahun 2014 dan tahun 2016 di Sub

DAS Sei Tanduk terjadi

kecenderungan peningkatan kapasitas

sedimen dari 51.94 ton/ha dan 57.82

ton/ha atau selama kurun waktu dua

tahun terjadi peningkatan kapasitas

sedimen sebesar 5.88 ton/ha.

Meningkatnya kadar sedimen yang

terbawa oleh aliran berarti

mengindikasikan bahwa makin tidak

sehat kondisi Sub DAS Sei Tanduk

sehingga perlu dilakukan upaya

untuk memperbaiki Sub DAS Sei

Tanduk agar keberlangsungan fungsi

DAS bisa berkelanjutan

Simulasi Skenario

Skenario yang dilakukan dalam

upaya untuk memperbaiki Sub DAS

Mikro Sei Tanduk dan HRU yang

terdegradasi adalah menyusun

skenario untuk simulasi Model SWAT

yang disusun seperti pada Tabel 3

sebagai berikut :

Tabel 3. Skenario Pola Penggunaan

Lahan untuk Simulasi Model SWAT

Skenario Pola Penggunaan Lahan

I Perkebunan dijadikan

agroforestry dan

Pemukiman dijadikan

agroforestry

II Pertanian lahan kering

dijadikan agroforestry

III Perkebunan dijadikan

agroforestry,

Pemukiman dijadikan

agroforestry dan

Pertanian lahan kering

dijadikan agroforestry

Selanjutnya hasil sedimentasi di Sub

DAS Tanduk menggunakan Model

SWAT untuk Skenario I, Skenario II

dan Skenario III disajikan seperti pada

Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6

di bawah ini

Gambar 4. Hasil sedimentasi di Sub

DAS Tandukuntuk Skenario I

Sumber : hasil running Model SWAT

Page 11: SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019

Gambar 5. Hasil sedimentasi di Sub

DAS Tanduk

untuk Skenario II

Sumber : hasil running Model SWAT

Gambar 6. Hasil sedimentasi di Sub

DAS Sei Tanduk untuk Skenario III

Sumber : hasil running Model SWAT

Masih merujuk Permenhut RI

No.61/Menhut II/2014 bahwa

indikator terjadinya sedimentasi dapat

dilihat dari besarnya kadar lumpur

dalam air yang terangkut oleh aliran

air sungai, atau banyaknya endapan

sedimen pada badan-badan air dan

atau waduk. Makin besar kadar

sedimen yang terbawa oleh aliran

berarti mengindikasikan makin tidak

sehat kondisi DAS. Besaran

sedimentasi untuk berbagai Skenario

di Sub DAS Sei Tanduk disajikan

seperti pada Gambar 7 di bawah ini.

Gambar 7. Rekapitulasi Nilai

Sedimentasi Untuk Skenario I, II

dan III di Sub DAS Sei Tanduk

4.KESIMPULAN

Merujuk dari hasil analisis di atas,

maka beberapa kesimpulan penelitian

adalah sebagai

1. Nilai sumbangan Sedimen di

DAS Mikro Sei Tanduk terurut

dari yang terkecil sampai ke

terbesar adalah Skenario II

yang disusul diikuti Skenario

III, Skenario I dan kondisi

Eksisting. Indikator kapasitas

angkut sedimen terkecil adalah

mendiskripsikan penilaian

sehatnya suatu DAS sehingga

skenario II terpilih menjadi

skenario terbaik untuk

penangan Sub DAS Sei Tanduk

2. Perencanaan dan pengelolaan

Sub DAS Sei Tanduk yang

terbaik menggunakan program

bantu Model SWAT dalam

upaya Rehabilitasi Hutan dan

Lahan (RHL) dengan

melakukan penanaman pohon

Kehutanan berbasis partisipasi

masyarakat dengan cara

melakukan pertanian lahan

Page 12: SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019

kering untuk dijadikan

agroforestry

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih

kepada BP-DASHL Indragiri Rokan

yang telah memberikan informasi dan

data–data guna mendukung penelitian

ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arnold, J. G., Kiniry, J, R.,

Srinivasan, R., Williams, J,

R., Haney, E, R., and

Neitsch, S, L., 2012. Soil and

Water Assessment Tool

Input/Output Documentation.

Texas: Texas Water

Resources Institute.

Balai Pengelolaan DAS Indragiri

Rokan, 2003, Master Plan

Model Daerah Aliran Sungai

Mikro Desa Rumbio

Kecamatan Kampar

Kabupaten Kampar Sub DAS

Tanduk Kampar, Proyek

Perencanaan dan Evaluasi

Pengelolaan DAS Indragiri

Rokan Tahun Anggaran 2003

Direktorat Jenderal

Rehabilitasi Lahan dan

Perhutanan Sosial

Departemen Kehutanan

Republik Indonesia

…………Laporan Monitoring dan

Evaluasi Tata Air

Penggunaan Lahan dan Sosial

Ekonomi Sub-Sub DAS Sei

Tanduk Tahun 2013, Balai

Pengelolaan DAS Indragiri

Rokan

…………Laporan Monitoring dan

Evaluasi Tata Air

Penggunaan Lahan dan Sosial

Ekonomi Sub-Sub DAS Sei

Tanduk Tahun 2014, Balai

Pengelolaan DAS Indragiri

Rokan

…………Laporan Monitoring dan

Evaluasi Tata Air

Penggunaan Lahan dan Sosial

Ekonomi Sub-Sub DAS Sei

TandukTahun 2016, Balai

Pengelolaan DAS Indragiri

Rokan

Hernandez, M., Miller, S. N.,

Goodrich, D, C., Goff, B, F.,

Kepner, W, G., Edmonds, C,

M., Jones, K, B., 2000.

Modeling Runoff Response

Land Cover and Rainfall

Spatial Variability in Semi

Arid Watershed,

Environmental Monitoring

and Assessment, 64, 285-298 Lin, B., Chen, X., Yao, H., Chen, Y., Liu,

M., Gao, L., and James, A.,

2015. Analysis of land use

change impacts on the

catchment run off using

different time indicators based

on the SWAT model

,Ecological Indicator. 58, 55-63

Mumma, M., Assani, A. A., Landry,

R., Quessy, J., Mesfioui, M.,

2001. Effect of the change

from forest to agriculture land

use on the spatial variability

of summer extreme daily

flow characteristics in

Southern Quebec (Canada),

Journal of Hydrology. 407 (1-

4), 153-163

Neitsch, S. L., Arnold, J. G., Kiniry, J,

R., Williams, J, R., 2005, Soil

and Water Assessment Tool

Theoritical Documentation.

Grassland Soil and and Water

Laboratory Agricultural

Research Service Backland

Research Center Texas

Agricultural Experiment

Station USA 476 pages.

Sakti, N, A., Suprayogi, S., 2015. Aplikasi

Model SWAT Untuk Mengkaji

Debit Harian dan Limpasan

Permukaan (Kasus : Sub DAS

Wakung, Pemalang Jawa

Tengah)

Page 13: SKENARIO PERENCANAN DAN PENGELOLAAN SUB DAS SEI …...Keywords: scenario, planning and management, indigenous forest community, SWAT model, agroforestry pattern 1.LATAR BELAKANG Direktorat

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2019

Suryani, E., 2015. Optimasi Perencanan

Penggunaan Lahan Dengan

Bantuan Sistem Informasi

Geografis dan SWAT Tool,

Tesis Master, Sekolah

Pascasarjana IPB, Bogor

Wang, X., Sang, S., Yan, W., Melesse,

A, M., 2008. Simulation of an

Agriculture watershed using

an improved Curve Number

Method in SWAT,

Transactions of the American

Society of Agricultur ang

Biological Engineers. 51(4),

1323-1339