a. DefenisiArtritis Gout merupakan penyakit peradangan pada
sendi akibat gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya
konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Menurut American College of
Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan potensi ketidakmampuan
akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama, gejalanya
biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu
sendi. Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan
nyeri yang paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout
tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain
termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan,
siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya
mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin
parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi.
Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen
(asam deoksiribonukleat). (Syukri, 2007). Gout dapat bersifat
primer, sekunder, maupun idiopatik. Gout primer merupakan akibat
langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat
penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena
pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang
berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan
tertentu sedangkan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak
jelas penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan
fisiologis atau anatomi yang jelas.(Putra, 2009)
b. Etiologi 1. Hiperurisemia dan Gout primer Hiperurisemia
primer adalah kelainan molekular yang masih belum jelas diketahui.
Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan
hiperurisemia primer. Gout primer yang merupakan akibat dari
hiperurisemia primer, terdiri dari hiperurisemia karena penurunan
ekskresi (80-90%) dan karena produksi yang berlebih (10-20%).
Hiperurisemia karena kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1%
yaitu karena peningkatan aktivitas varian dari enzim
phosporibosylpyrophosphatase (PRPP) synthetase, dan kekurangan
sebagian dari enzim hypoxantine phosporibosyltransferase (HPRT).
Hiperurisemia primer karena penurunan ekskresi kemungkinan
disebabkan oleh faktor genetik dan menyebabkan gangguan pengeluaran
asam urat yang menyebabkan hiperurisemia. Hiperurisemia akibat
produksi asam urat yang berlebihan diperkirakan terdapat 3
mekanisme. Pertama, kekurangan enzim menyebabkan kekurangan inosine
monopospate (IMP) atau purine nucleotide yang mempunyai efek
feedback inhibition proses biosintesis de novo. Kedua, penurunan
pemakaian ulang menyebabkan peningkatan jumlah PRPP yang tidak
dipergunakan. Peningkatan jumlah PRPP menyebabkan biosintesis de
novo meningkat. Ketiga, kekurangan enzim HPRT menyebabkan
hipoxantine tidak bisa diubah kembali menjadi IMP, sehingga terjadi
peningkatan oksidasi hipoxantine menjadi asam urat.(Putra,
2009)
2. Hiperurisemia dan Gout sekunder Gout sekunder dibagi menjadi
beberapa kelompok yaitu kelainan yang menyebabkan peningkatan
biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan peningkatan
degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang
menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia sekunder karena
peningkatan biosintesis de novo terdiri dari kelainan karena
kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada syndome Lesh-Nyhan,
kekurangan enzim glukosa-6 phosphate pada glycogen storage disease
dan kelainan karena kekurangan enzim fructose-1 phosphate aldolase
melalui glikolisis anaerob. Hiperurisemia sekunder karena produksi
berlebih dapat disebabkan karena keadaan yang menyebabkan
peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari dari
intisel. Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk AMP dan berlanjut
membentuk IMP atau purine nucleotide dalam metabolisme purin,
sedangkan hiperurisemia.3. Hiperurisemia dan Gout idiopatik
Hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primernya, kelainan
genetik, tidak ada kelainan fisiologis dan anatomi yang jelas.Asam
urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen
(asam deoksiribonukleat DNA ). Asam uratsebagian besar dieksresi
melalui ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna.
Ketika kadar asam urat meningkat, disebut hiperuresemia, penderita
akan mengalami pirai (gout). Penyebab hiperuresemia karena produksi
yang berlebihan atau ekresi yang menurun (seperti pada gagal
ginjal). Produksi yang berlebihan didapatkan pada penderita dengan
keganasan, terjadi turnover purin dan DNA sangat tinggi.Penyebab
lain hiperuresemia adalah alkohol, leukemia, karsinoma metastatik,
multiple myeloma, hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus, gagal
ginjal, stress, keracunan timbal, dan dehidrasi akibat pemakaian
diuretik. Eksresi asam urat dalam urine tergantung pada kadar asam
urat dalam darah, filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus asam urat
ke dalam urine. Asam urat kurang mengalami saturasi pada suasana
urine yang asam. Ketika pH urine naik maka asam urat tidak
mengalami kristalisasi dan tidak akan membentuk batu
c. Faktor resiko Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari
gout adalah 1. Suku bangsa /ras Suku bangsa yang paling tinggi
prevalensi nya pada suku maori di Australia. Prevalensi suku Maori
terserang penyakit asam urat tinggi sekali sedangkan Indonesia
prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang paling
tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan
dan konsumsi alkohol. (Wibowo, 2005) 2. Konsumsi alkohol Konsumsi
alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan
produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat
produk sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat
menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi
peningkatan kadarnya dalam serum. (Carter, 2005) 3. Konsumsi ikan
laut Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang
tinggi. Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat.
(Luk, 2005) 4. Penyakit Penyakit-penyakit yang sering berhubungan
dengan hiperurisemia. Mis. Obesitas, diabetes melitus, penyakit
ginjal, hipertensi, dislipidemia, dsb. Adipositas tinggi dan berat
badan merupakan faktor resiko yang kuat untuk gout pada laki-laki,
sedangkan penurunan berat badan adalah faktor pelindung.
(Purwaningsih, 2005) 5. Obat-obatan Beberapa obat-obat yang turut
mempengaruhi terjadinya hiperurisemia. Mis. Diuretik,
antihipertensi, aspirin, dsb. Obat-obatan juga mungkin untuk
memperparah keadaan. Diuretik sering digunakan untuk menurunkan
tekanan darah, meningkatkan produksi urin, tetapi hal tersebut juga
dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk membuang asam urat. Hal ini
pada gilirannya, dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah dan
menyebabkan serangan gout. Gout yang disebabkan oleh pemakaian
diuretik dapat "disembuhkan" dengan menyesuaikan dosis. Serangan
Gout juga bisa dipicu oleh kondisi seperti cedera dan infeksi, hal
tersebut dapat menjadi potensi memicu asam urat. Hipertensi dan
penggunaan diuretik juga merupakan faktor risiko penting independen
untuk gout. (Luk, 2005) Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada
asam urat, yaitu: dosis rendah menghambat ekskresi asam urat dan
meningkatkan kadar asam urat, sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg
/ hari) adalah uricosurik.(Doherty, 2009) 6. Jenis Kelamin Pria
memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan
perempuan pada semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin
laki-laki dan perempuan sama pada usia lanjut. Dalam Kesehatan dan
Gizi Ujian Nasional Survey III, perbandingan laki-laki dengan
perempuan secara keseluruhan berkisar antara 7:1 dan 9:1. Dalam
populasi managed care di Amerika Serikat, rasio jenis kelamin
pasien laki-laki dan perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka
yang lebih muda dari 65 tahun, dan 3:1 pada mereka lima puluh
persen lebih dari 65 tahun. Pada pasien perempuan yang lebih tua
dari 60 tahun dengan keluhan sendi datang ke dokter didiagnosa
sebagai gout, dan proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang
lebih tua dari 80 tahun. ( Luk, 2005) 7. Diet tinggi purin Hasil
analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang merupakan bagian
dari kolesterol, trigliserida dan LDL disebabkan oleh asupan
makanan dengan purin tinggi dalam kesimpulan penelitian tentang
faktor resiko dari hiperurisemia dengan studi kasus pasien di rumah
sakit Kardinah Tegal. (Purwaningsih, 2010). Diet tinggi purin dapat
meningkatkan jumlah asam urat sebagai hasil katabolisme dari purin
tersebut.
d. EpidemiologiGout adalah bentuk paling umum dari artritis
inflamasi pada pria > 40 tahun, sering menyajikan awalnya dalam
bentuk podagra (onset akut nyeri, eritema dan pembengkakan pada
sendi metatarsophalangeal pertama). Wanita dapat mengembangkan gout
di kemudian hari, dan pada wanita lebih cenderung melibatkan
ekstremitas atas. Prevalensi gout di Amerika Serikat telah
diperkirakan 6,1 juta, dan studi di Inggris telah melaporkan
prevalensi mendekati 7%. Hyperuricemia secara signifikan lebih
umum. Sebagai contoh, kini hadir di sebanyak 25% dari orang-orang
di Cina. Prevalensi gout dan hyperuricemia telah meningkat selama
beberapa dekade terakhir dalam menanggapi sejumlah faktor.Kadar
asam urat serum (SUA) merupakan nilai laboratorium yang paling
sangat berkorelasi dengan sindrom metabolik, yang merupakan
keprihatinan dengan westernisasi diet, peningkatan akses terhadap
makanan kalori tinggi dan prevalensi yang lebih besar dari
obesitas. Meningkatkan harapan hidup dan penggunaan obat-obatan
predisposisi, seperti diuretik, juga dapat menyebabkan tren ini.
Bukti terbaru menunjukkan bahwa asupan fruktosa dalam minuman dan
makanan, yang juga telah meningkat di seluruh dunia, dapat
meningkatkan risiko sindrom metabolik baik dan asam urat. Faktor
risiko gout seperti diet tinggi purin, penggunaan alkohol,
obesitas, diabetes dan penyakit ginjal akan menjadi penting dalam
mencegah dan mengendalikan epidemi hiperurisemia dan gout.
e. Gambaran klinis 1. Hiperurisemia asimptomatik Hiperurisemia
asimptomatik adalah keadaan hiperurisemia tanpa adanya manifestasi
klinik gout. Fase ini akan berakhir ketika muncul serangan akut
gout arthritis, atau urolithiasis dan biasanya setelah 20 tahun
keadaan hiperurisemia asimptomatik. Terdapat 10-40% pasien dengan
gout mengalami sekali atau lebih serangan kolik renal, sebelum
adanya serangan arthritis. Sebuah serangan gout terjadi ketika asam
urat yang tidak dikeluarkan dari tubuh bentuk kristal dalam cairan
yang melumasi lapisan sendi, menyebabkan inflamasi dan pembengkakan
sendi yang menyakitkan. Jika gout tidak diobati, kristal tersebut
dapat membentuk tofi - benjolan di sendi dan jaringan
sekitarnya.(Putra, 2009) 2. Gout arthritis, meliputi 3 stadium : a.
Gout arthritis stadium akut Radang sendi timbul sangat cepat dalam
waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat
bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan.
Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama berupa nyeri,
bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam,
menggigil dan merasa lelah. Lokasi yang paling sering pada MTP-1
yang biasanya disebut podagra. Apabila proses penyakit berlanjut,
dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut, dan
siku. Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma
lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan
operasi, pemakaian obat diuretik dan lain-lain.(Putra,
2009).Serangan akut pirai terjadi bila kristal asam urat dibebaskan
di cairan sinovia. Perubahan asam urat dalam serum (naik atau
turun) dapat menjadi pencetus serangan akut. Maka dari itu serangan
akut sering terjadi setelah pesta (minum alkohol, makanan yang
berlebihan), operasi, minum obat-obatan yang menurunkan asam urat
serum. b. Stadium interkritikal Stadium ini merupakan kelanjutan
stadium akut dimana terjadi periode interkritik asimptomatik.
Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda radang
akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini
menunjukkan bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun
tanpa keluhan. (Putra, 2009) c. Stadium Gout arthritis menahun
Stadium ini umumnya terdapat pada pasien yang mampu mengobati
dirinya sendiri (self medication). Sehingga dalam waktu lama tidak
mau berobat secara teratur pada dokter. Artritis gout menahun
biasanya disertai tofi yang banyak dan poliartikular. Tofi ini
sering pecah dan sulit sembuh dengan obat, kadang-kadang dapat
timbul infeksi sekunder. Lokasi tofi yang paling sering pada
aurikula, MTP-1, olekranon, tendon achilles dan distal digiti. Tofi
sendiri tidak menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi inflamasi
disekitarnya, dan menyebabkan destruksi yang progresif pada sendi
serta dapat menimbulkan deformitas. Pada stadium ini kadang-kadang
disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal menahun. (Putra,
2009) Anak-anak baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kadar
asam urat sama rendah, tetapi pada orang dewasa, pria memiliki
tingkat sodium urat lebih tinggi daripada wanita. Setelah
menopause, nilai Sodium Urat perempuan naik ke tingkat yang
sebanding dengan laki-laki pada usia yang sama, meskipun terapi
penggantian hormon mungkin menipiskan peningkatan ini. Wanita
postmenopause, khususnya mereka yang menerima diuretik, dapat
berkembang menjadi arthritis yg menyebabkan encok dan tofi di
Heberden dan Bouchard's node osteoarthritic mereka. Pasien Lansia
dengan gout belum diakui dapat berlanjut secara statis terhadap
penyakit sendi seperti: simetris polyarticular, inflamasi yang
seperti rheumatoid arthritis, lengkap dengan nodul-nodul dan
sebagainya.(Luk, 2005)
Gejala-gejala klinik hiperuresemia dibagi dalam 4 stadium:
Stadium I : Tidak ada gejala yang jelas. Keluhan umum, sukar
berkonsentrasi. Pada pemeriksaan darah ternyata asam urat tinggi.
Stadium II : Serangan-serangan arthritis pirai yang khas, arthritis
yang akut dan hebat, 90% lokalisasi di jari empu (podagra), tetapi
semua persendian dapat diserang, kadang-kadang lebih dari satu
sendi yang diserang (migratory polyarthritis). Sendi tersebut
menjadi bengkak dalam beberapa jam, menjadi panas, merah, sangat
nyeri. Kemudian pembengkakan ini biasanya menjalar ke sekitar sendi
dan lebih menyolok daripada artritis yang lain. Kadang-kadang
terjadi efusi di sendi-sendi besar. Tanpa terapi keluhan dapat
berkurang sendiri setelah 4 sampai 10 hari. Pembengkakan dan nyeri
berkurang, dan kulit mengupas sampai normal kembali. Stadium III :
Pada stadium ini di antara serangan-serangan artritis akut, hanya
terdapat waktu yang pendek, yang disebut fase interkritis. Stadium
IV : Pada stadium ini penderita terus menderita artritis yang
kronis dan tophi sekitar sendi, juga pada tulang rawan dari
telinga. Akhirnya sendi-sendi dapat rusak, mengalami destruksi yang
dapat menyebabkan cacat sendi. Radiologis : Pembengkakan jaringan
lunak dapat terjadi pada semua stadium. Pada stadium III IV,
didapatkan gambaran punched out area, dan gambaran destruksi
meskipun tidak pathognomonis.
f. Patogenesis terjadinya Gout arthritis Perubahan level urat
serum seperti peningkatan dan penurunan urat serum dapat
mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari depositnya dalam
tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau dengan
hiperurisemia asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi
metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidak pernah
mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout ataupun pseudogout
dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Pada penelitian penulis
didapat 21% pasien gout dengan asam urat normal. Terdapat peranan
temperature, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout.
Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperature lebih rendah pada
sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa
kristal monosodium urat diendapkan pada kedua tempat tersebut.
Predileksi untuk pengendapan kristal monosodium urat pada
metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan
yang berulang-ulang pada daerah tersebut. (Putra, 2009) Penelitian
Simkin mendapatkan bahwa kecepatan difusi molekul urat dari ruang
synovial kedalam plasma hanya setengah kecepatan air. Dengan
demikian, konsentrasi urat dalam cairan sendi seperti MTP-1 menjadi
seimbang dengan urat dalam plasma pada siang hari selanjutnya bila
cairan sendi diresorpsi waktu berbaring, akan terjadi peningkatan
kadar urat lokal. Fenomena ini dapat menerangkan terjadinya awitan
atau onset gout akut pada malam hari pada sendi yang bersangkutan.
Keasaman dapat meninggikan nukleasi urat in vitro melalui
pembentukan dari protonated solid phase. Walaupun kelarutan sodium
urat bertentangan terhadap asam urat, biasanya kelarutan ini
meninggi, pada penurunan pH dari 7,5 menjadi 5,8 dan pengukuran pH
serta kapasitas buffer pada sendi dengan gout, gagal untuk
menentukan adanya asidosis. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pH
secara akut tidak signifikan mempengaruhi pembentukan kristal
monosodium urat pada sendi. (Luk, 2005) 1. Aktivasi komplemen
Kristal urat dapat mengaktifkan system komplemen melalui jalur
klasik dan jalur alternative. Melalui jalur klasik, terjadi
aktivasi komplemen C1 tanpa peran immunoglobulin. Pada keadaan
monosodium urat tinggi, aktivasi system komplemen melalui jalur
alternatif terjadi apabila jalur klasik terhambat. Aktivasi C1q
melalui jalur klasik menyebabkan aktivasi kolikrein dan berlanjut
dengan mengaktifkan Hageman factor (Faktor XII) yang penting dalam
reaksi kaskade koagulasi. Ikatan partikel dengan C3 aktif (C3a)
merupakan proses opsonisasi. Proses opsonisasi partikel mempunyai
peranan penting agar partikel tersebut mudah untuk dikenal, yang
kemudian difagositosis dan dihancurkan oleh neutrofil, monosit dan
makrofag. Aktivasi komplemen C5 (C5a) menyebabkan peningkatan
aktivitas proses kemotaksis sel neutrofil, vasodilatasi serta
pengeluaran sitokin IL-1 dan TNF. Aktivitas C3a dan C5a menyebabkan
pembentukan membrane attack complex (MAC). Membrane ini merupakan
komponen akhir proses aktivasi komplemen yang berperan dalam ion
chanel yang bersifat sitotoksik pada sel patogen maupun sel host.
Hal ini membuktikan bahwa melalui jalur aktivasi cascade komplemen
kristal urat menyebabkan proses peradangan melalui mediator IL-1
dan TNF serta sel radang neutrofil dan makrofag. (Putra, 2009) 2.
Aspek selular Pada proses inflamasi, makrofag pada sinovium
merupakan sel utama dalam proses peradangan yang dapat menghasilkan
berbagai mediator kimiawi antara lain IL-1, TNF, IL-6 dan GM-CSF
(Granulocyte-Macrophage Colony-Stimulating Factor). Mediator ini
menyebabkan kerusakan jaringan dan mengaktivasi berbagai sel
radang. Kristal urat mengaktivasi sel radang dengan berbagai cara
sehingga menimbulkan respon fungsional sel dan gene expression.
Respon fungsional sel radang tersebut antara lain berupa
degranulasi, aktivasi NADPH oksidasi gene expression. Sel radang
melalui jalur signal transduction pathway dan berakhir dengan
aktivasi transcription factor yang menyebabkan gen berekspresi
dengan mengeluarkan berbagai sitokin dan mediator kimiawi lain.
Signal transduction pathway melalui 2 cara yaitu: dengan mengadakan
ikatan dengan reseptor (cross-link) atau dengan langsung
menyebabkan gangguan nonspesifik pada membrane sel. (Putra, 2009)
Ikatan dengan reseptor pada sel membrane akan bertambah kuat
apabila kristal urat berikatan sebelumnya dengan opsonin, misalnya
ikatan immunoglobulin (Fc dan IgG) atau dengan komplemen (C1q C3b).
Kristal urat mengadakan ikatan cross-link dengan berbagai reseptor,
seperti reseptor adhesion molecule (integrin), nontyrosin kinase,
reseptor Fc, komplemen dan sitokin serta aktivasi reseptor melalui
tirosin kinase dan second messenger akan mengaktifkan transcription
factor.
g. Diagnosis Gout Gold standard dalam menegakkan gout arthritis
adalah ditemukannya kristal urat MSU (Monosodium Urat) di cairan
sendi atau tofus. Untuk memudahkan diagnosis gout arthritis akut,
dapat digunakan kriteria dari ACR (American College Of
Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut : A. Ditemukannya kristal
urat di cairan sendi, atau B. Adanya tofus yang berisi Kristal
urat, atau C. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan
radiologis sebagai berikut : 1. Terdapat lebih dari satu kali
serangan arthritis akut 2. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1
hari 3. Arthritis monoartikuler 4. Kemerahan pada sendi 5. Bengkak
dan nyeri pada MTP-1 6. Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1
7. Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal 8. Kecurigaan
terhadap adanya tofus 9. Pembengkakan sendi yang asimetris
(radiologis) 10. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis) 11.
Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi Yang harus dicatat
adalah diagnosis gout tidak bisa digugurkan meskipun kadar asam
urat normal.(Hidayat, 2009)
h. Diagnosis Banding
i. Penatalaksanaan Gout Arthritis Secara umum, penanganan gout
arthritis adalah memberikan edukasi, pengaturan diet, istirahat
sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak
terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan gout
arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan
peradangan dengan obat-obat, antara lain: kolkisin, obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon
ACTH.Obat penurun asam urat seperti alupurinol atau obat urikosurik
tidak dapat diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang
secara rutin telah mengkonsumsi obat penurun asam urat, sebaiknya
tetap diberikan. Pada stadium interkritik dan menahun, tujuan
pengobatan adalah menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal,
guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat dilakukan
dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat alupurinol
bersama obat urikosurik yang lain. (Putra, 2009) akibat penurunan
ekskresi dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu karena
penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan
fractional uric acid clearence dan pemakaian obat-obatan.(Putra,
2009) Pengobatan bukan semata-mata ditujukan untuk menurunkan asam
urat serum, tetapi juga untuk keluhan dan gejala-gejala. Untuk
artritis yang akut dan sangat nyeri: Istirahat ColchicinDosis: 0,5
mg/jam sampai serangan hilang atau sampai ada gejala-gejala
intoksikasi colchicin, yaitu: diare, muntah-muntah dan lain-lain
gejala traktus digestivus. Dosis maksimal: 7 mg. Dosis
pemeliharaan: 0,5-1 mg/hari Phenilbutason/Oxyphenbutason:
Antiinflamasi/analgetik. Urikosurik. Khasiat cepat. Komplikasi:
pemakaian jangka waktu pendek tidak banyak. Dosis: 3-4 x 100
mg/hari, dosis pemeliharaan: 2 x 100 mg. Indometasin Efektif,
khasiat cepat. Dosis: 3-4 x 50 mg/hari untuk 4-5 hari. Prednison
Indikasi: bila obat-obatan non steroid antiinflamasi gagal. Dosis:
permulaan 60 mg/hari, diturunkan berangsur-angsur sampai dengan
dosis pemeliharaan 5-10 mg/ hari.Pada fase interkritis (bebas
serangan artritis) harus dihindari faktor-faktor pencetus
provokasi:a. Diet: rendah purin, rendah lemak, rendah protein,
tinggi karbohidrat, pantang alkohol, hindari infeksi, trauma dan
operasi. Banyak minum; diuresis 2 liter/hari memperbesar eksresi
asam uratb. Mengurangi serangan.Bila serangan 2-3 kali/tahun, dapat
diberi profilaksin colchicin 1/2 1 mg/haric. Bila penderita
termasuk kelompok produksi asam urat berlebihan (lebih dari 9 mg%)
diberikan allopurinol 1-3 x 100 mg/hari untuk mengurangi produksi.
d. Bila pengeluaran asam urat kurang, diberikan obat-obat
urikosurik:- Probenecid: 2-3 x 250 mg/hari- Phenylbutason: 3 x 100
mg/hari- Salisilate: 5 gr/harij. KomplikasiPenderita gout dapat
mengembangkan kondisi yang lebih parah, seperti:1. Gout berulang.
Beberapa orang mungkin tidak pernah mengalami tanda-tanda dan
gejala gout lagi. Tetapi yang lain mungkin mengalami gout beberapa
kali setiap tahun. Obat dapat membantu mencegah serangan gout pada
orang dengan gout berulang.2. Lanjutan gout. Gout dapat menyebabkan
deposito kristal urat yang terbentuk di bawah kulit di nodul yang
disebut tophi. Tophi dapat berkembang di beberapa daerah seperti
jari, tangan, kaki, siku atau Achilles tendon di sepanjang bagian
belakang pergelangan kaki. Tophi biasanya tidak menyakitkan, tetapi
mereka dapat menjadi bengkak dan sakit saat serangan gout.3. Batu
ginjal. Kristal urat dapat mengendap dalam saluran kemih penderita
gout, menyebabkan batu ginjal. Obat dapat membantu mengurangi
risiko batu ginjal.
k. PrognosisKelainan pada ginjal menentukan prognosis, biasanya
penderita meninggal karena faal ginjal yang jelek. Bila tidak ada
kelainan ginjal, prognosis baik.
l. SKDITingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan
penatalaksanaan awal, dan merujuk3A. Bukan gawat daruratLulusan
dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter
mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan
J. F. Baker, H. Ralph Schumacher. International Journal of
Clinical Practice: Update on Gout and Hyperuricemia. Int J Clin
Pract.2010;64(3):371-377.Accessed on 11/19/14 at
http://www.medscape.com/viewarticle/716203_2