Top Banner
BAB I SKENARIO Sakit Dada Setelah Kecelakaan Bapak Sutanto, pengendara motor mengalami kecelakaan lalu lintas ditabrak mobil dari belakng dan terjatuh, dada membentur tepian jalan, sadar, mengeluh nyeri dada dan sesak napas saat berada di ugd, 15 menit setelah kecelakaan. 1
45

Skenario 3 Isi

Jan 11, 2016

Download

Documents

rainjemz

SKENARIO 2
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Skenario 3 Isi

BAB I

SKENARIO

Sakit Dada Setelah Kecelakaan

Bapak Sutanto, pengendara motor mengalami kecelakaan lalu lintas ditabrak mobil dari

belakng dan terjatuh, dada membentur tepian jalan, sadar, mengeluh nyeri dada dan sesak

napas saat berada di ugd, 15 menit setelah kecelakaan.

1

Page 2: Skenario 3 Isi

BAB II

KATA KUNCI

1. Trauma thoraks

Trauma dada atau Trauma Thorak adalah abnormalitas rangka dada yang

disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada,

pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun

tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.

2. Nyeri dada

Adalah salah satu keluhan-keluhan yang paling umum yang akan membawa

seorang pasien ke bagian darurat. Mencari perawatan segera mungkin menyelamatkan

nyawa, dan pendidikan publik yang sungguh-sungguh telah dilaksanakan untuk

mendapatkan pasien-pasien mengakses perawatan medis ketika nyeri dada

menyerang. Sementara pasien mungkin khawatir tentang serangan jantung, ada

banyak penyebab-penyebab lain dari nyeri di dada yang dokter-dokter akan perlu

untuk mempertimbangkannya. Beberapa diagnosis-diagnosis adalah mengancam

nyawa, sementara yang lain-lainnya kurang berbahaya.

Memutuskan penyebab dari nyeri dada adakalanya sangat sulit dan mungkin

memerlukan tes-tes darah, x-rays, CT scans dan tes-tes lain untuk menyortir

diagnosis. Sering, sejarah yang diambil secara hati-hati oleh dokter mungkin adalah

segalanya yang diperlukan untuk menemukan jawaban.

3. Sesak napas

Sesak nafas adalah keadaan di mana seseorang itu mengalami kesukaran bernafas dan

biasanya keadaan ini lebih terlihat semasa melakukan aktivitas fisikal.

Sesak nafas boleh berlaku secara akut dan kronik :

Sesak nafas akut adalah gejala datang secara tiba-tiba dan h ila ng dalam

jangkamasa beberapa hari setelah rawatan .

Sesak nafas kronik adalah keadaan di mana sesak nafas berlaku secara berterusan

dalam jangkawaktu yang lama.

2

Page 3: Skenario 3 Isi

Sesak nafas adalah gejala yang perlu diberi perhatian kerana ia mungkin

memberi petanda seseorang itu mengalami penyakit sistem pernafasan atau sistem

kardiovaskular.

3

Page 4: Skenario 3 Isi

BAB III

MINIMAL PROBLEM

a. Mengetahui komplikasi pada trauma thoraks

b. Mengetahui proses terjadinya pneumothoraks

c. Mengetahui proses terjadinya hematothoraks

d. Menjelaskan cara menegakkan diagnosa trauma thoraks

e. Mampu menjelaskan penatalaksanaan kasus tersebut

4

Page 5: Skenario 3 Isi

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Aatomi dan Fisiologi

Thorax merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada bagian bawah lebih besar

dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada bagian depan.

Rongga dada berisi paru-paru dan mediastinum.

Mediastinum adalah ruang di dalam rongga dada di antara kedua paru-paru. Di dalam

rongga dada terdapat beberapa sistem diantaranya yaitu sistem pernafasan dan

peredaran darah.

Organ pernafasan yang terletak dalam rongga dada yaitu trakea,bronkus dan paru.

Komponen-komponen thorax

Thorax terletak antara leher dan perut. Cavum thorax terdiri dari jantung, paru-paru, trakea,

esophagus dan pembuluh darah. Rangka thorax dibentuk oleh columna vertebralis, tulang

costa, cartilago costa, dan sternum. Tulang-tulang tersebutlah yang melindungi cavum thorax

dan beberapa organ abdomen, contohnya hati dan limpa.

5

Page 6: Skenario 3 Isi

Costa

Costa terdiri dari 12 pasang tulang rusuk, dimana dari 12 pasang tersebut terbagi menjadi:

7 pasang costa sejati, dimana costa-costa tersebut memiliki artikulasi dengan vertebra

posterior dan dengan sternum di anterior melalui kartilago costa.

3 pasang costa palsu, dimana kartilago dari costa ke-8, ke-9, dan ke-10 memiliki

artikulasi dengan kartilago costa di atas.

2 pasang costa melayang, dimana costa ke-11 dan ke-12 tidak memiliki artikulasi di

anterior.

Fungsi thorax

Melindungi organ yang ada di bagian dalam thorax yaitu: organ respirasi, sirkulasi

dan saluran pencernaan

Sebagai tempat melekatnya otot-otot pernapasan sehingga thorax dapat

mengembangkan saat inspirasi dan mengempis saat ekspirasi

Tempat melekatnya otot-otot anggota gerak atas (upper extremitas) yang berfungsi

saat mengangkat, menarik, dan mendorong bersamaan dengan usaha inspirasi dan

ekspirasi

Fisiologi thorax

◦ Inspirasi : dilakukan secara aktif

◦ Ekspirasi : dilakukan secara pasif

Traktus respirasi

1. Traktus Respirasi Atas

Saluran Napas Atas (Upper Respiratory Tract) 

- Nasal (hidung)

- Pharynx (faring)

- Larynx (laring)

6

Page 7: Skenario 3 Isi

2. Traktus Respirasi Bawah

Saluran Napas Bawah (Lower Respiratory Tract)

- Trachea

- Bronchus dan cabangnya

- Alveoli 

Paru-paru

Paru-paru terdiri atas 2 buah, yaitu kanan dan kiri

dibungkus oleh 2 lapisan pleura : pleura visceralis yg melekat dan menutupi paru-paru

dan pleura parietalis yg melekat pada dinding chest

Paru-paru kanan terbagi mjd 3 lobus : upper , medial, dan lower lobus mjd 10 segmen

Paru-paru kiri terbagi mjd 2 lobus : upper dan lower lobus ditambah Lingula

kemudian berlanjut jd 8 segmen

Saluran udara

Hidung -> faring -> laring -> trakea -> bronkus (kanan & kiri)

-> bronkiolus -> bronkiolus terminalis -> bronkiolus

respiratorius -> duktus alveolaris -> sakus alveolaris ->

alveolus

Mekanisme respirasi

Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara

dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh.

Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya,

apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.

7

Page 8: Skenario 3 Isi

Otot-otot pernapasan

Otot inspirasi :

Otot utama ---------- m.diafragma , m.intercostalis external

Otot-otot bantu ----------- m.SCM, m.upper trapezius, m.scaleni, otot-otot lain sprt

m.serratus anterior, m.pectoralis mayor, dan minor 

Otot ekspirasi

Pernapasan normal : elastisitas paru

Pernapasan paksa : 

- otot abdominalis (m.rectus abdominis, internal, eksternal, dan transversal)

- m.intercostalis internal

8

Page 9: Skenario 3 Isi

B. Pembahasan Minimal Problem

1. Komplikasi trauma thoraks

a. Surgical Emfisema Subcutis

Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam memungkinkan

keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding dada, paru. Tanda-tanda

khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.

b. Cedera Vaskuler

Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong tertutup

sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah vena yang

kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah

yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan pada jantung.

c. Pneumothorak

Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar lagi

sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong mediastinim menekan

paru sisi lain.

d. Pleura Effusion

Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura yaitu

sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok. Bila

kejadian mendadak maka pasien akan syok.

Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga pleura maka

terjadi tanda – tanda :

1) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun bisa terjadi

dypsnea.

2) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.

3) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.

4) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).

9

Page 10: Skenario 3 Isi

e. Plail Chest

Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut. Pada

saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini menunjukan

adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan)

f. Hemopneumothorak

Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

2. Proses terjadinya pneumothoraks

a. Patofisologi narasi :

Pneumotoraks dapat disebabkan oleh trauma dada yang dapat mengakibatkan

kebocoran / tusukan / laserasi pleura viseral. Sehingga paru-paru kolaps sebagian /

komplit berhubungan dengan udara / cairan masuk ke dalam ruang pleura. Volume di

ruang pleura menjadi meningkat dan mengakibatkan peningkatan tekanan intra toraks.

Jika peningkatan tekanan intra toraks terjadi, maka distress pernapasan dan gangguan

pertukaran gas dan menimbulkan tekanan pada mediastinum yang dapat mencetuskan

gangguan jantung dan sirkulasi sistemik.

10

Page 12: Skenario 3 Isi

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

a. Pneumotoraks Traumatik

1. Pneumotoraks traumatic kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas

yang umumnya berupa trauma tumpul dinding toraks yang merobek dinding

pleura.

2. Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam mealui dinding toraks.

b. Pneumotoraks Spontan

Dari bukti/konfirmasi torakotomi etiologi pneumotoraks spontan adalah pecahnya

alveol perifer, kista/bulla subpleural. Pada 31 penderita dengan pneumotoraks

spontan primer di USA yang menjalani torakotomi, ternyata pada setiap pasien

tersebut ditemukan adanya bulla subpleural. Patogenesis bulla subpleural belum

jelas, diduga berhubungan dengan kelainan kongenital, radang bronkus, gangguan

ventilasi kolateral.

12

Page 13: Skenario 3 Isi

Terdapat hubungan yang kuat antara merokok dengan terjadinya pneumotoraks

spontan primer; dan 472 penderita di Inggris ternyata 432 (92%) adalah perokok

atau mantan perokok.

Pneumotoraks Traumatik (Luka Tembus)

13

Udara masuk ke ronnga toraks secara bebas

Tekanan intrapleura

Ventilasi terganggu,

OZ tidak dapat keluar

Tekanan akan bertambah dan

sama dengan tekanan atmosfir

Page 14: Skenario 3 Isi

PATOFISIOLOGI

Alveoli disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek,

apabila alveol tersebut melebar dan tekanan di dalam alveol meningkat maka udara

dengan mudah menuju ke jaringan peribronkovaskular. Gerakan nafas yang kuat,

infeksi dan obstruksi endobronkial merupakan beberapa faktor presipitasi yang

memudahkan terjadinya robekan. Selanjutnya udara yang terbebas dari alveol dapat

mengoyak jaringan fibrotik peribronkovaskular. Robekan pleura ke arah yang

berlawanan dengan hilus akan menimbulkan pneumotorak sedangkan robekan yang

mengarah ke hilus dapat menimbulkan pneumomediastinum.  Dari mediastinum udara

mencari jalan menuju ke atas, ke jaringan ikat yang longgar sehingga mudah ditembus

oleh udara. Dari leher udara menyebar merata ke bawah kulit leher dan dada yang

akhirnya menimbulkan emfisema subkutis. Emfisema subkutis dapat meluas ke arah

perut hingga mencapai skrotum.

Tekanan intrabronkial akan meningkat apabila ada tahanan pada saluran pernafasan dan

akan meningkat lebih besar lagi pada permulaan batuk, bersin dan mengejan.

Peningkatan tekanan intrabronkial akan mencapai puncak sesaat sebelum batuk, bersin,

mengejan, pada keadaan ini, glotis tertutup. Apabila di bagian perifer bronki atau alveol

ada bagian yang lemah, maka kemungkinan terjadi robekan bronki atau alveol akan

sangat mudah. 

3. Proses Terjadinya Hematothoraks

A. Pengertian Hematothoraks

Hematothorax adalah adanya kumpulan darah di dalam ruang antara dinding

dada dan paru-paru (rongga pleura). Sumber darah mungkin dari dinding dada,

parenkim paru–paru, jantung atau pembuluh darah besar. Kondisi biasanya

merupakan akibat dari trauma tumpul atau tajam. Ini juga mungkin merupakan

komplikasi dari beberapa penyakit. (Puponegoro, 1995).

Hemathothoraks (hemotoraks) adalah terakumulasinya darah pada rongga

thoraks akibat trauma tumpul atau tembus pada dada. Hemathothoraks

biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya adalah pecahnya

14

Page 15: Skenario 3 Isi

sebuah pembuluh darah atau kebocoran aneurisma aorta yang kemudian

mengalirkan darahnya ke rongga pleura.

B. Etiologi Hematothorax

Hemathothoraks dapat dibagi berdasarkan penyebabnya :

1. Hemathothoraks Spontan, Oleh karena : primer (ruptur blep ), sekunder

(infeksi keganasan), neonatal,.

2. Hemathothoraks Yang Didapat, Oleh karena: iatrogenik, barotrauma,

trauma.

Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada. Trauma

misalnya :

Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada.

Trauma tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan lecet

hemothorax oleh pembuluh internal.

Diathesis perdarahan seperti penyakit hemoragik bayi baru lahir atau purpura

Henoch-Schönlein dapat menyebabkan spontan hemotoraks. Adenomatoid

malformasi kongenital kistik: malformasi ini kadang-kadang mengalami

komplikasi, seperti hemothorax.

Penyebab dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh

darah intercostal atau arteri mammaria internal yang disebabkan oleh cedera

tajam atau cedera tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebrata torakal juga dapat

menyebabkan hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak

memerlukan intervensi operasi.

Hematothorax dapat juga terjadi pada pasien yang memiliki:

Sebuah cacat pembekuan darah

Trauma tumpul dada

Kematian jaringan paru-paru (paru-paru infark )

Kanker paru-paru atau pleura

15

Page 16: Skenario 3 Isi

Menusuk dada ( ketika senjata seperti pisau atau memotong peluru paru-

paru )

Penempatan dari kateter vena sentral

Operasi jantung

Tuberkulosis

Hematoraks masif adalah terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500 cc

dalam rongga pleura. Penyebabnya adalah luka tembus yang merusak

pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru. Selain itu juga

dapat disebabkan cedera benda tumpul. Kehilangan darah dapat menyebabkan

hipoksia.

C. Patofisiologi Hematothorax

Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru

atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam

seperti pisau atau peluru yang menembus paru-paru, mengakibatkan pecahnya

membran serosa yang melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya

membran ini memungkinkan masuknya darah ke dalam rongga pleura. Setiap

sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.

D. Gambaran Klinis Hematothorax

Gangguan pengembangan dada

Perubahan kedalaman pernapasan

Sesak napas mendadak

Perkusi dada pekak

Nyeri dada

Perdarahan nyata (massif)

Sianosis

Hipoksia

Takikardi

Hipotensi

16

Page 17: Skenario 3 Isi

4. Menjelaskan cara menegakkan diagnosa trauma thoraks

Langkah diagnostik:

Secara umum diagnosis secara klinis ditegakkan dari jenis kerusakan yang terjadi

dan pembuatan x–ray foto dada. Bila memungkinkan maka x-ray foto sebaiknya

dibuat dalam dua arah (PA dan lateral).

Jejas pada daerah dada akan membantu adanya kemungkinan trauma torak. Bila

ada trauma multiple maka dianjurkan untuk selalu dibuat foto x- ray dada.

Tanda dan gejala penyerta seperti adanya syok (hipotensi, nadi cepat dan keringat

dingin) dan adanya trauma lain organ dada merupakan butir diagnostik yang

penting. Pemasangan NGT sebagai persiapan untuk pengosongan lambung untuk

mencegah aspirasi isi labung ke paru, dapat dipakai sebagai langkah diagnostik

pada kerusakan esofagus dan dan diafragma.

Pada dasarnya diagnostik trauma torak harus ditegakkan secepat mungkin, tanpa

memakai cara diagnostik yang lama (Ct-scan, angiografi).

Pemeriksaan gas darah dapat membantu diagnostik bila fasilitasnya ada.

5. Mampu menjelaskan penatalaksanaan kasus tersebut

Strategi Penatalaksaan Pada Pasien Trauma Dada

A. Anamnesis Pasien

Meliputi hal-hal yang didapatkan dari pasien, antara lain:

a. Identitas

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,

pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian,

nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai

identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan

selanjutnya.

2) Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk

memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama

17

Page 18: Skenario 3 Isi

perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur,

pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh

klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien

rasakan adalah nyeri pada dada dan gangguan bernafas.

2)  Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui

metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama

keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana

nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal

menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang

dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan

Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.

3)  Riwayat kesehatan yang lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau

pernah di riwayat sebelumnya.

B. Pemeriksaan aktivitas pasien

a) Nyeri dada sampai abdomen

b) Lemah

c) Terpasang infus

d) Sesak nafas ditandai dengan 24 x/menit

C.  Pemeriksaan nutrisi metabolik

a) Bising usus berkurang

b) Mukosa mulut kering

c) Kurang nafsu makan

d) Kembung

e) Haus

18

Page 19: Skenario 3 Isi

D. Diagnosis Awal

Ditegakkan dari hal-hal yang didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan

pada pasien, apakah ada gangguan, seperti:

Gangguan pertukaran gas, yang ditandai: penurunan ekspansi paru,

pemasukan oksigen tidak adekuat.

Nyeri: adanya trauma pada dada

Intoleransi aktifitas: adanya fraktur

Resiko tinggi infeksi: tertahannya sekresi didalam paru-paru

Ansietas: kurang pengetahuan tentang kondisi yang dialaminya.

E. Rencana Penatalaksaan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri yang dirasakan klien berkurang

Kriteria hasil

1. Ekspresi wajah rileks

2. Ekspansi dada penuh

3. Tidak ada suara merintih

4. Berkurangnya permintaan analgetik

Intervensi Rasional

MANDIRI

1. Observasi tanda-tanda vital.

2. Beri posisi yang nyaman dan

menyenangkan pada pasien.

3. Kaji adanya penyebab nyeri,

seberapa kuatnya nyeri, minta pasien

untuk menetapkan pada skala nyeri.

4. Hindarkan memiringkan badan

pada sisi yang mengalami trauma

( kecuali jika ada flail chest )

5. Pertahankan pada posisi semi

fowler atau fowler.

MANDIRI

1. Untuk mengidentifikasi adanya nyeri.

2. Untuk menurunkan ketegangan otot.

3. Membantu menentukan pilihan intervensi

dan memberikan dasar untuk perbandingan dan

evaluasi terhadap therapy.

4. Bebaring pada sisi yang sakit membuat

tegangan pada sisi yang cidera

5. Posisi yang tegak memungkinkan ekspansi

paru lebih mudah dimana tekanan abdominal pada

19

Page 20: Skenario 3 Isi

6. Pertahankan pembatasan aktifitas

sesuai anjuran.Berikan tindakan untuk

mencegah komplikasi dari imobilisasi

KOLABORASI

1. Pemberian analgesik

diafragma diturunkan oleh tarikan gravitasi

6. Pembatasan aktifitas fisik menghemat

energi dan mengurangi rasa tidak nyaman karena

ketegangan otot

KOLABORASI

1. Untuk meningkatkan efektifitas

pengobatan

Setelah didapatkan diagnosis yang lebih pasti baru dilakukan penatalaksaan yang terbaik bagi

pasien, itu trauma thorak bisa dilakukan penatalaksaan seperti berikut:

1. Konservatif

a. Pemberian analgetik

b. Pemasangan plak/plester

c. Jika perlu antibiotika

Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan

kultur. Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan

penyakit gawat, maka penderita dapat diberi “broad spectrum

antibiotic”, misalnya Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x sehari.

d. Fisiotherapy

2. Operatif/invasif

a. Pemasangan Water Seal Drainage (WSD).

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk

mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga

thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.

b. Pemasangan alat bantu nafas.

c. Pemasangan drain.

d. Aspirasi (thoracosintesis).

20

Page 21: Skenario 3 Isi

e. Operasi (bedah thoraxis)

f. Tindakan untuk menstabilkan dada:

1) Miring pasien pada daerah yang terkena.

2) Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena

g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif,

didasarkan pada kriteria sebagai berikut:

1) Gejala contusio paru

2) Syok atau cedera kepala berat.

3) Fraktur delapan atau lebih tulang iga.

4) Umur diatas 65 tahun.

5) Riwayat penyakit paru-paru kronis.

h. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension

Pneumothorak mengancam.

i. Oksigen tambahan.

BAB V

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK PASIEN

21

Page 22: Skenario 3 Isi

A. Data pasien

Nama : Bpk Sutanto

Umur : 45 thn

Jenis kelamin : Laki - laki

Tempat lahir : Bangil, Pasuruan

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pekerjaan : Guru SMA

Alamat : Jemursari, Surabaya

Nama suami/istri : Ny. Sutini

B. Keluhan Utama

Nyeri dada saat menarik napas, sesak napas.

C. RPS

Penderita pengendara motor ditabrak mobil dari belakang saat berhenti di perempatan

jalan dan pengendara motor tersebut jatuh dengan posisi miring ke kiri dada kiri

membentur tepian trotoar. Setelah jatuh, penderita dapat berdiri sendiri, menepikan

sepeda motor, kemudian mengeluh nyeri dada kiri terutama saat menarik napas. Saat

berada di ugd, 15 menit setelah kecelakaan, penderita mengeluh sesak saat bernapas,

dan sesak bertambah berat 1 jam kemudian.

D. RPD

Penderita tidak pernah menderita sesak napas sebelumnya, tidak merokok, tidak

pernah batuk dalam jangka waktu lama. Penderita juga tidak pernah mengalami

kecelakaan atau terbentur dadanya.

E. RPK

Tidak ada riwayat dalam keluarga yang menderita batuk kronis atau batuk darah

F. Pemeriksaan Fisik Penyakit

Primary Survey

22

Page 23: Skenario 3 Isi

Vital sign :

Tensi : 110 / 70

Nadi : 100x/ menit

Suhu : 36,7 C

RR : 26x/menit

Airway : lapang

Breathing : spontan

Circulaton : baik

Disabilitty : GCS 456

Secondary Survey

Pemeriksaan kepala:

( anemia/ikterik/cyanosis/dyspneu ) : ( - / - / - / + )

Mata : Pupil isokor

Lidah,Hidung dan Telinga : - /tak ada perdarahan/ tak ada perdarahan

Rambut : Berwarna hitam

Pemeriksaan leher : Luka lecet di leher kiri

Pemeriksaan dada :

Inspeksi : Jejas di dada kiri, berupa luka abrasi

dan memar gerak nafas tertinggal sisi kri

Palpasi : Krepitasi pada dinding dada kiri

Perkusi : Redup sisi kiri

Auskultasi : Suara nafas menurun sisi kiri

Pemeriksaan Abdomen :

Inspeksi : Tak ada jejas

Auskultasi : Bissing usus normal

Pemeriksaan ekstremitas : DBN

G. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

23

Page 24: Skenario 3 Isi

Biopsy/PA tidak dilakukan

Radiologi

Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi

radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang

mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thorax

menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang

digunakan pada orang dewasa untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06

mSv.

Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan

dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax

termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan

gagal jantung kongestif sering terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering

digunakan untuk skrining penyakit  paru yang terkait dengan pekerjaan di

industri-industri seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu.

Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :

untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)

untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)

untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)

untuk memeriksa keadaan jantung

untuk memeriksa keadaan paru-paru

Pada beberapa kondisi, CXR baik untuk skrining tetapi buruk untuk diagnosis.

Pada saat adanya dugaan kelainan berdasarkan CXR, pemeriksaan imaging

thorax tambahan dapat dilakukan untuk  mendiagnosis kondisi secara pasti

atau mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada diagnosis yang diperoleh

dari CXR.

Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah orientasi

relatif  tubuh dan arah pancaran X-ray. Gambaran yang paling umum adalah

posteroanterior (PA), anteroposterior (AP) dan lateral.

1. Posteroanterior (PA)

24

Page 25: Skenario 3 Isi

Pada PA, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui

posterior (back) dari thorax dan keluar dari anterior (front) dimana X-

ray tersebut terdeteksi. Untuk mendapatkan gambaran ini, individu

berdiri menghadap permukaan datar yang merupakan detektor X-ray.

Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak yang

standard, dan pancaran X-ray ditransmisikan ke pasien.

2. Anteroposterior (AP)

Pada AP posisi sumber X-ray dan detector berkebalikan dengan PA.

AP chest X-ray lebih sulit diinterpretasi dibandingkan dengan PA dan

oleh karena itu digunakan pada situasi dimana sulit untuk pasien

mendapatkan normal chest x-ray seperti pada pasien yang tidak bisa

bangun dari tempat tidur. Pada situasi seperti ini, mobile X-ray

digunakan untuk mendapatkan CXR berbaring (“supine film”).

Sebagai hasilnya kebanyakan supine film adalah juga AP.

3. Lateral

Gambaran lateral didapatkan dengan cara yang sama dengan PA

namun pada lateral pasien berdiri dengan kedua lengan naik dan sisi

kiri dari thorax ditekan ke permukaan datar (flat).

Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR adalah :

1. Nodule (daerah buram yang khas pada paru)

Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malignan, granuloma

(tuberculosis), infeksi (pneumoniae), vascular infarct, varix, wegener’s

granulomatosis, rheumatoid arthritis.  Kecepatan pertumbuhan,

kalsifikasi, bentuk dan tempat nodul bisa membantu dalam diagnosis.

Nodul juga dapat multiple.

2. Kavitas

25

Page 26: Skenario 3 Isi

Yaitu struktur lubang berdinding di dalam paru. Biasanya disebabkan

oleh kanker, emboli paru, infeksi Staphyllococcus. aureus,

tuberculosis, Klebsiella pneumoniae, bakteri anaerob dan jamur, dan

wegener’s granulomatosis.

3. Abnormalitas pleura.

Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax.

Efusi pleura dapat terjadi pada kanker, sarcoid, connective tissue

diseases dan lymphangioleiomyomatosis.

Walaupun CXR ini merupakan metode yang murah dan relatif aman namun  ada

beberapa kondisi thorax yang serius yang mungkin memberikan hasil CXR

normal misalnya pada pasien infark miokard akut yang dapat memberikan

gambaran CXR yang normal.

Contoh foto radiologinya:

(Tension Pneumothorax) (Trauma Thoraks)

26

Page 28: Skenario 3 Isi

BAB VI

HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)

1. Pneumothoraks

2. Hematothoraks

28

Page 29: Skenario 3 Isi

BAB VII

ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Trauma thoraks merupakan kasus tidak yang sering terjadi setiap harinya. Kasus

trauma thoraks dapat dijumpai dalam berbagai tingkat kegawatdaruratan, dari yang tidak

bersifat gawat darurat sampai kasus yang fatal. Trauma thoraks dapat menyebabkan kematian

dan kematian ini seharusnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemampuan diagnostic dan

terapi yang cepat dan tepat.

Pada trauma thoraks dapat menyebabkan hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis.

Hipoksia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan

oleh karena hipovolemia dan perubahan dalam tekanan intrathoraks (tension pneumothoraks,

pneumothoraks terbuka). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi

akibat perubahan tekanan intrathoraks atau pada penurunan tingkat kesadaran. Asidosis

metabolic disebabkan oleh hiperperfusi dari jaringan (syok).

Trauma thoraks berdasarkan penyebabnya, dapat dibedakan menjadi trauma

tajam dan trauma tumpul, yang semuanya dapat menyebabkan terjadinya pneumothoraks dan

hematothoraks.

Pneumothoraks dapat dibedakan menjadi :

1. Tension Pneumothoraks (fenomena ventil)

dimana kebocoran udara yang berasal dari paru-paru atau melalui dinding dada

masuk ke dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar lagi (one way valve),

sehingga tekanan intrapleural akan meninggi dan paru menjadi kolaps,

mediastinum terdorong ke sisi kontralateral dan menekan paru sisi yang lain.

Diagnosis tension pneumothoraks ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan terapi

tidak boleh terlambat. Tension pneumothoraks ditandai dengan nyeri dada, sesak ,

29

Page 30: Skenario 3 Isi

distress pernapasan, takikardi, hipotensi, deviasi trakea, hilangnya suara napas

satu sisi, distensi vena leher Tension Pneumothoraks membutuhkan dekompresi

segera, dilanjutkan dengan pemasangan selang dada.

2. Pneumothoraks terbuka (sucking chest wound),

adanya luka terbuka pada dinding dada mendekati 2/3 diameter trakea maka

udara akan mengalir melalui defek karena mempunyai tahanan yang lebih kecil

dari trakea, sehingga ventilasi terganggu dan menyebabkan hipoksia dan

hiperkapnia. Tindakan awal menutup luka dengan kassa steril 3 sisi dilanjutkan

pemasangan selang dada dan diakhiri penjahitan luka.

3. Flail Chest

terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan

keseluruhan dinding dada, akibat fraktur iga multiple pada 2 atau lebih iga

dengan atau lebih garis fraktur. Adanya segmen fraktur ini menyebabkan

gangguan pergerakan dinding dada, dan hipoksia terjadi akibat nyeri yang

mengakibatkan gerakan dinding dada tertahan dan akibat dari trauma jaringan

parunya. Terapi awal adalah pemberian ventilasi adekuat, resusitasi cairan dan

oksigen yang dilembabkan, terapi definitive untuk mengembangkan paru dan

oksigenasi yang cukup serta pemberian cairan dan analgesic untuk memperbaiki

ventilasi.

Hematothoraks adalah terkumpulnya darah dan cairan di salah satu hemithoraks

yang dapat menyebabkan gangguan usaha bernapas akibat penekanan paru-paru dan

menghambat ventilasi adekuat. Perdarahan yang banyak dan cepat akan lebih mempercepat

timbulnya hipotensi dan syok. Terapi awal adalah penggantian volume darah dan dekompresi

rongga pleura. Bila kehilangan darah terus-menerus 200 cc/jam dalam waktu 2 sampai 4 jam,

dilakukan torakotomi.

30

Page 31: Skenario 3 Isi

BAB VIII

HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)

Pneumothoraks

31

Page 32: Skenario 3 Isi

BAB IX

PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

PROGNOSIS

Tergantung dari :

1. Jenis pneumotoraks :

- Ventil : sangat berbahaya

- Terbuka

- Tertutup : bila tidak berat, mungkin sedikit keluhan

2. Besarnya fistel

3. Cepatnya tindakan

4. Pneumotoraks dupleks umumnya fatal

Setengahnya kambuh setelah torakostomi, jarang pada postoperative, bila

terapi berhasil tidak ada komplikasi.

KOMPLIKASI

a. Surgical Emfisema Subcutis

Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam

memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding

dada, paru. Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.

b. Cedera Vaskuler

32

Page 33: Skenario 3 Isi

Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong tertutup

sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah

vena yang kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut nadi

cepat serta lemah yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan pada

jantung.

c. Pneumothorak

Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar

lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong mediastinim

menekan paru sisi lain.

d. Pleura Effusion

Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura

yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih

mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok.

Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga pleura

maka terjadi tanda – tanda :

1) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu

istirahatpun bisa terjadi dypsnea.

2) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.

3) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.

4) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).

e. Plail Chest

Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut.

Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini

menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan)

f. Hemopneumothorak

Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

33

Page 34: Skenario 3 Isi

Daftar Pustaka

Depkes. RI. (1989). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus-Kasus Bedah. Pusdiknakes. Jakarta.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC; 1997.

p. 598.Marcellus, Simadibrata. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Smeltzer, Suzanner C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.

Jakarta : EGC,2001

Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K,

Universitas Indonesia; 2006. p. 1063.

34